Upload
nadiah-galuh-azizah
View
483
Download
60
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lol
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan Akrilik. Sebagai Barang Berguna ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Makassar, 10 September 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengembalikan
beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah jaringan lunak di
bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang masih tertinggal dan
terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik ini sering disebut juga Removable
Partial Denture. Untuk melakukan perawatan gigi tiruan sebagian, kita harus
mengetahui tahapan tahapan dari penatalaksanaan atau perawatan gigi tiruan
sebagian. Diawali dengan pemeriksaan, pemeriksaan utama maupun pemeriksaan
penunjang. Mencetak merupakan tahapan kedua yang dilakukan. Mencetak dilakukan
berdasarkan pertimbangan resiliensi jaringan mukosa mulut. Preparasi gigi tempat
sandaran termasuk salah satu dalam tahap perawatan preprotestik. Penentuan relasi
rahang atas dan rahang bawah dari pasien. Pemilihan elemen gigi tiruan yang dilihat
dari bentuk, ukuran dan warna serta tahapan penyusunan gigi.
Untuk menentukan desain gigi tiruan sebagian lepasan pada rencana
perawatan kita harus mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian dari GTSL (Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan) tersebut berdasarkan indikasi dari tiap komponen tersebut
serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Pemakaian gigi tiruan mempunyai
tujuan bukan hanya memperbaiki fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi
juga harus dapat mempertahankan kesehatan jaringan yang tersisa. Untuk tujuan
terahir ini selain erat kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan mulut, juga
bagaimana mengatur agar gaya-gaya yang terjadi masih bersifat fungsional atau
mengurangi besarnya gaya yang kemungkinan akan merusak.
Gigi tiruan berujung bebas mempunyai lebih banyak masalah dibandingkan
dengan gigi tiruan sebagian lepasan sadel tertutup. Klasifikasi Kennedy maupun
klasifikasi Soelarko yang berdasarkan topografi daerah tidak bergigi memasukkan
daerah tidak bergigi berujung bebas sebagai kelas yang pertama (Kelas-1).(2) Hal ini
menunjukkan bahwa gigi tiruan berujung bebas lebih banyak mempunyai masalah–
masalah yang memerlukan penanganan istimewa. Masalah utama pada gigi tiruan
ujung bebas ialah gigi tiruan tidak stabil. Gigi tiruan yang tidak stabil dapat
menyebabkan resopsi lingir alveolar berjalan lebih cepat, atau ungkitannya dapat
menimbulkan kelainan periodontal pada gigi penyangga.
B. Rumusan Masalah
1. Bahan apa yang digunakan untuk pembuatan GTSL dan bahan yang
digunakan pada kasus
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan GTS Akrilik disbanding GTSKL
3. Apa yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan GTSKL
4. Syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan GTSKL
5. Bagaimana cara menentukan hubungan rahang
6. Bagaimana biomekanisme dari GTSKL
7. Bagaimana penyaluran tekanan kunyah pada GTSKL
8. Mengapa GT patah dua
9. Bagaimana penanganan pada pasien yang memiliki torus
10. Bagaimana preparasi untuk occlusal rest dan GTSKL
11. Bagaimana pengaruh jaringan periodontal terhadap penggunaan GTSKL
12. Apa saja komponen dari GTSKL
13. Jelaskan jenis cengkram yang digunakan pada GTSKL
14. Jelaskan penanggulangan cengkram yang patah
15. Jelaskan jenis GTSKL dilihat dari konektornya
16. Bagaimana mempersiapkan gigi penyangga pada GTSKL
17. Bagaimana tahap pemeriksaan pada kasus
18. Jelaskan Syarat – syarat dari SCI
19. Bagaimana pembuatan SCI
20. Bagaimana pengaruh penggunaan GTSKL terhadap fonetik, mastikasi dan
estetiks
21. Bagaimana diagnosis pada kasus
22. Jelaskan design kasus
23. Jelaskan rencana perawatan pada kasus
24. Jelaskan prosedur pembuatan GTSKL
25. Bagaimana proses surveying dan kegunaannya pada GTSKL
26. Bagaimana work authoritazion dari pembuatan GTSKL
27. Bagaimana try-in dari operator pada GTSKL
28. Pemeliharaan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
29. Kegagalan Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam dan
Penanggulangannya
30. Bagaimana penambahan unsur pada GTSKL
31. Bagaimana penanggulananganmasalah pada protesa freeend pada kasus
32. Dampak bila kasus tidak ditangani
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Bahan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
Bahan Basis Logam :
1. Logam Campur Emas Kuning (Yellow Gold Alloy)
2. Logam Campur Emas Putih (White Gold Alloy)
3. Logam Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
4. Logam Campur Kobalt Kromium
Sifat dari logam tersebut :
Berat Jenis
Berat jenis bahan basis gigi tiruan penting terutama untuk kerangka logam
rahang atas. Bila retensi kurang atau tidak cukup, sebaiknya memilih bahan yang
ringan. Logam campur kobalt kromium dan stainless steel lebih ringan dibanding
emas.
Tensile Strength
Dengan tensile strength dimaksudkan daya tahan logam terhdap deformasi
permanen, misalnya patahnya gigi tiruan. Daya tahan kobalt kromium sama dengan
emas kuning tuang.
Modulus elastisitas
Modulus elastisitas adalah besarnya gaya yang dapat menyebabkan bahan itu
menjadi tegang atau elastis. Modulus elastisitas logam kobalt kromium adalah
207x10.000 N/m3 sedangkan aloi emas 96x10.000 N/m3.
Korosi
Korosi adalah reaksi permukaan logam oleh medium yang berkontak
dengannya, contohnya cairan mulut. Dalam praktek, emas putih tampak lebih buram
dibanding emas kuning setelah pemakaian beberapa lama di dalam mulut, sebab
kadar emas pada emas putih lebih rendah, sedangkan kadar peraknya lebih tinggi. Di
antara semua jenis logam campur, kobalt kromium merupakan aloi terbaik sebagai
bahan kerangka logam protesa, sedangkan aloi emas kuning (yellow gold alloy) dan
baja tahan karat (stainless steel) cukup memuaskan.
Penghantar Listrik Galvanis (Galvanic Potential)
Semua jenis logam mempuny`ai kemampuan menghantarkan listrik.
Sebaliknya dengan emas, platinum, dan perak adalah logam penghantar listrik tinggi,
sedangkan kromium, kobalt, tungsten, dan nikel adalah penghantar listrik yang
rendah.
Tabel : Perbedaan Sifat Fisik Aloi Emas dan Kromium
Karakteristik Aloi Emas Aloi Kobalt Kromium
Warna superior Cukup
Daya tahan korosi cukup sangat baik
Kekuatan cukup lebih dari cukup
Modulus Elastisitas 1/2x kobalt
kromium
2x aloi emas
Kekuatan Yield baik Baik
Adaptasi Reparasi superior kurang ideal
Potensi Galvanik rendah sangat rendah
Untuk pemilihan jenis logam yang akan digunakan pada kasus, di antara
semua jenis logam campur, kobalt kromium merupakan aloi terbaik sebagai kerangka
logam protesa.
Penghalusan dan Pemolesan
Makin keras suatu bahan, makin sulit pula permukaan bahan ini dihaluskan
dan dipoles. Kobalt kromium lebih keras daripada emas, karena itu proses
penghalusan dan pemolesannya menjadi lebih lama. Namun, permukaan yang sudah
dipoles ini lebih bertahan.
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Logam, Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan Akrilik dan Gigi Tiruan Cekat
Gigi Tiruan Sebgian Lepasan Kerangka Logam
Kelebihan :
1. Lebih nyaman dipakai (karena dapat dibuat tipis dan sempit)
2. Cukup kaku (rigid) walaupun tipis dan sempit
3. Gaya-gaya yang timbul akibat pengunyahan dapat disalurkan lebih baik
4. Gingival sulcus lebih sehat (tidak tertutup/teriritasi landasan)
5. Menyalurkan pansa lebih cepat karena logam bersifat “thermal
conductivity” dengan logam maka termal panas bisa mengionisasi dan
mengoksidasi jaringan pendukung gigi
6. Logam tahan terhadap abrasi, sehingga permukaannya tetap licin dan
mengkilat serta tidak menyerap saliva sehingga membuatdeposit makanan
dan kalkulus sulit melekat.
7. Logam dapat dipolish dengan baik
8. Logam tidak dapat mengalami perubahan bentuk sehingga aman selama
pemakaian
9. GT ini lebih banyak membantu mempertahankan dan memulihkan
oklusidan artikulasi dibandingkan dengan protesa plat sebagian dari
akrilik.Cengkramnya menjamin suatu stabilitas yang lebih besar sehingga
GT inikurang terbenam dalam mukosa. Adanya penunjang oleh gigi geligi
beban pada mukosa akan menjadi lebih ringan diharapkan resorpsi
prosesus alveolaris juga berkurang.
Kekurangan :
1. Estetik yang kurang jika terlihat saat pemakaian
2. Biaya pembuatan yang lenih tinggi
3. Pembuatan GTSKL tergolong sulit
4. Manipulasi warna dan bentuk yang lebih rumit
Gigi Tiruan Sebgian Lepasan Akrilik
Kelebihan :
1. Manipulasi bentuk yang mudah
2. Sederhana dan harganya yang murah
3. Dapat digunakan pada semua kasus kehilangan gigi
4. Dapat dipolish dengan baik
5. Cukup stabil didalam rongga mulut
6. Memiliki estetik yang baik karena warnanya menyerupai jaringan di
dalam rongga mulut
Kekurangan :
1. Sulit diadaptasikan pada daerah gerong (Undercut)
2. Metil metakrilat yang bersifat rapuh sehingga mudah fraktur
3. Monomer sisa metil metakrilat yang dapat menyebabkan alergi
4. Desain pada rahang atas pada umumnya menutupi seluruh palatum
sehingga indra perasa kurang berfungsi
5. Selain itu, bahan resin akrilik polimerisasi panas juga mengalami
perubahan dimensi disebabkan pengerutan selama proses polimerisasi, dan
dapat menyerap air
Gigi Tiruan Cekat
Kelebihan :
1. Bisa di gunakan pada gigi yang masih hidup walaupun kerusakannya
sudah mencapai setengah mahkota gigi atau sampai di incisal gigi
2. Bisa juga di gunakan pada gigi yang sudah mati, setelah perawatan akar
gigi, di gunakan crown untuk melindungi gigi asli dari resiko patah
3. Pembersihannya lebih mudah hanya dengan menyikat gigi seperti untuk
gigi asli
4. Tidak menyebabkan bau mulut
5. Tidak dapat berubah warna
6. Tidak mudah aus
7. Penggunaan yang lebih tahan lama dibandingkan gigi tiruan lepasan
Kekurangan :
1. Perawatannya harus ekstra karena jika terjadi kerusakan, akan
berpengaruh pada pasak gigi yang mengakibatkan gigi palsu patah
2. Pemasangannya cukup rumit, memakan waktu lama, jika ada kerusakan
harus dibongkar kembali dan biaya yang dikeluarkan jauh lebih mahal.
3. Hanya untuk mengganti beberapa gigi yang tanggal saja
4. Gigi tiruan dengan tipe ini kadang pada akhirnya dapat merusak gigi
tetangga yang di gunakan sebagai penyangga, karena pembersihan di
bawah mahkota tiruan tersebut sulit di lakukan pasien, sehingga lambat
laun gigi tetangga yang di pasang mahkota tiruan penyangga tersebut
dapat mengalami karies dan kegoyangan.
2.3 Pertimbangan dalam Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Usia
Usia pasien sesuatu yang penting untuk menentukan sebuah protesa. Sebagai
contoh, pasien anak muda tidak perlu dilakukan pencabutan gigi, bila gigi yang masih
tersisa dapat dijadikan gigi penyangga dari gigi tiruan sebagian lepasan. Pertumbuhan
juga menjadi faktor dari desain dari gigi tiruan sebagian lepasan.
Sebagai gigi yang baru tumbuh di rongga mulut pasien usia muda,
memerlukan pendesainan ulang protesa. Maksud disini gigi orang yang sudah tua
banyak mengalami atrisi dan tidak memiliki mamelon, sehingga kita sebagai dokter
gig harus menyesuaikan bentuk gigi dengan usianya.
Pasien yang berusia tua biasanya tidak dapat beradaptasi dengan protesa yang
baru. Masalah lain yaitu beberapa pasien dengan usia lanjut yang kehilangan gigi
masih memiliki keinginan yang tidak realistis untuk mempertahankan giginya yang
secara structural tidak sesuai.
Disisi lain, dokter gigi harus menolak permintaan pasien yang hanya ingin
memperbaiki estetik, hanya untuk memperbaiki penampilan, bagaimanapun gigi asli
lebih baik dibandingkan gigi tiruan.
Mental dan Keadaan Fisik Pasien
Mental dan keadaan fisik pasien merupakan faktor yang paling penting.
Protesanya harus dapat memperbaiki atau mengoreksi, tidak melukai mental pasien
atau fisik pasien.
Beberapa kondisi fisik, seperti diabetes mempengaruhi kekuatan jaringan
lunak untuk mentoleransi tekanan dari gigi tiruan sebagian.
Seseorang yang meimiliki mental yang tidak baik dikhawatirkan dapat mengiritasi
mulut pasien tersebut. Pasien dengan usia yang lanjut dan perkembangan mental yang
lambat tidak disarankan untuk menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan karena
dikhawatirkan tidak adekuat dan tidak dapat menjaga oral hygiene.
Pekerjaan
Pasien yang memiliki pekerjaan berkaitan langsung dengan orang banyak atau
public pasti akan merasakan penampilan yang berubah karena adanya transisi dengan
gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan lengkap. Dokter gigi dapat membuat
perjanjian untuk melakukan operasi apabila memang diindikasikan untuk melakukan
operasi.
Retensi
Daya perlawanan terhadap lepasnya protesa atau gigi tiruan kea rah oklusal.
faktor pemberi retensi antara lain kualtitas klamer, oklusal resrt, kontur, landasan gigi
tiruan, oklusi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension
Stabilisasi
Perawatan atas ketahanan terhadap perpindahan tempat gigi tiruan sebagian
dalam arah horizontaldalam keadaan berfungsi. Stagnasi ditentukan oleh tiga titik
sandaran yang harus meliputi luas permukaan yang sebesar-besarnya agar beban yang
diterima protesa setiap unit bisa sekecil mungkin. Dalam hal ini semua bagian
cengkeram berfungsi kecuali bagian terminal atau ujung lengan retentive. Gigi yang
mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan gigi yang mempunyai
retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.
Estetika
Dalam prostodonsia, yang berhubungan dengan pembuatan gigi tiruan sebagian
adalah:
a. Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam
posisi bagaimanapun
b. Gigi tiruan harus tampak asli dan pantas untuk tiap-tiap pasien, meliputi
warna dan inklinasi/posisi gigi
c. Gambaran countering harus sesuai dengan keadaan pasien
d. Perlekatan gigi diatas ridge
Support
Bagaimana pertemuan tekanan oklusal
Kekuatan
Gigi tiruan akan bereaksi apabila ada teknan atau beban
Fungsi otot
Otot wajah bekontribusi dalam prosesmastikasi dan kontrol terhadap protesa.
Semakin kuat perlekatan otot maka protesa akan semakin baik. Di sisi lain, lidah yang
membesar dapat mempersulit penggunaan protesa. Pasien dengan kelainan saraf
(facial eccentric habits) dapat mempersulit dalam penggunaan protesa dikarenakan
protesa akan berubah bentuk dan dudukannya, sehingga mudah patah.
Kelenjar saliva
Perawatan dan konsisi fisik pasien mempengaruhi kerja dari kelenjar saliva
(kelenjar ludah) dapat merubah kualitas dan kuantitas kelenjar saliva. Dalam kondisi
kronis, dapat mempengaruhi laju kerja kelenjar saliva (salivary flow) dan kekentalan
dari saliva tersebut sehingga menyebabkan kurangnya perlekatan dan kenyamanan
dari protesa.
Keberadaan benda asing dalam rongga mulut juga dapat merangsang kerja dari
kelenjar saliva, sehingga dapat memproduksi saliva berlebih. Respon ini biasanya
tidak dapat dikontrol oleh beberapa pasien yang mengalami paralisis otot muka dan
penderita stroke.
Alveolar ridge
Protesa bergantung dari residual alveolar ridge sebagai dukungan protesa.
Jika alveolar ridge tinggi dan berbentuk datar maka memberikan dukungan
terhadapat tegangan ketika beroklusi. Jika alveolar ridge sudah mengalami resorbsi,
maka tidak aakan memberikan dukungan yang adekuat kepada basis dari protesa
tersebut.
Mukosa
Muka menutupi residual ridge, yang bisanya dikenal dengan mukosa
fungsional, jika kondisi fisik pasien berubah maka akan berdampak pada mukosa
sehingga terjadi pergeseran protesa dan protesa sulit digunakan oleh pasien.
2.4 Syarat yang Harus dipenuhi dalam Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Kerangka Logam
1. Dudukan sandaran harus duduk seluruhnya (dukungan adekuat).
2. Lengan resiprokal dan plat proksimal harus berkontak dengan model.
3. Konektor mayor dan minor harus sesuai (kepadatannya, dan hygine nya)
4. Cengkram harus berbentuk taper.
5. Finishing dan polishing kerangka harus adekuat.
6. Persyaratan bahan basis:
a. Kecermatan adaptasi jaringan tinggi.
b. Perubahan volume/dimensi rendah.
c. Permukaannya keras, sehingga tak mudah tergores atau aus.
d. Penghantar termis. Rangsang termis seperti ini perlu untuk menstimulasi
jaringan dibawah protesa agar tetap sehat.
e. Mudah dibersihkan.
f. Bisa dilepas atau dicekatkan kembali.
2.5 Penentuan Hubungan Rahang
Sebagian garis besar, penentuan oklusi ditetapkan menurut salah satu dari
kedua cara berikut ini:
1. Teknik penentuan lintasan fungsional (functionally generated path)
2. Teknik articulator atau static
2.1. Penangkupan langsung
2.2. Rekaman antar oklusal
2.3. Bantuan gelengan gigit
2.4. Bantuan sepenuhnya galengan gigit
1. Teknik Penentuan Lintasan Fungsional
Dasar pemikiran penggunaan teknik adalah merekam setiap gerakan
fungsinal gigi yang sudah tak ada antagonisnya lagi. Dengan demikian gigi tiruan
(elemen) dipasang dan dibentuk sedemikian rupa sehingga setiap saat berada
dalam kontak serasi dengan antagonisnya pada sepanjang gerakan yang
berlaangsung.
Cara ini dalam prakteknya cukup rumit dan membutuhkan keterampilan
tinggi dari operatornya. Selain itu, cara ini juga membutuhkan alat yang sebanyak
mungkin dapat meniru gerakan rahang.
2. Teknik Artikulator
2.1. Penangkupan Langsung
Cara pertama ini digunakan bila ada banyak geligi berantagonis yang
dapat menunjukkan hubungan rahang yang sebenarnya, dan hanya sedikit saja
geligi yang harus diganti serta rentang daerah tak bergigi yang cukup pendek.
Dalam cara ini, penangkupan dapat dilakukan dengan tangan. Kedua model
rahang ditangkupkan dan direkat dengan malam, sampai pemasangan pada
articulator selesai dilaksanakan.
Keuntungan cara ini adalah dapat memindahkan tanpa dimensi
vertikal yang sudah ada dan diharmoni oklusi yang ada di antara geligi asli.
Karena itu, analisis disharmoni oklusi dan koreksinya sudah harus selesai
sebelum rekam hubungan rahang ini.
Jelas cara ini punya keterbatasan. Namun, rekaman seperti ini masih lebih
baik daripada rekaman hubungan antarokusal yan lebih rumit, tetapi tidak
cermat. Bila rekaman terakhir ini dilakukan tanpa gangguan dimensi dan
konsistensi bahan medium perekam, penangkupan langsung masih lebih
mampu memperkecil kemungkinan salahnya penentuan hubungan rahang ini.
2.2. Perekaman Antaroklusal
Cara kedua ini merupakan modifikasi cara pertama dan digunakan
bila terdapat cukup geligi asli yang akan mendukung protesa, umpamanya
padda kasus kelas III Kennedy, tetapi relasi geligi berantagonis ini tidak
memungkinkan penangkupan model begitu saja dengan tangan. Dalam
keadaan penentuan hubungan rahang harus dilakukan seperti pada pembuatan
geligi tiruan cekat dengan menggunakan salah satu jenis bahan Media
Perekam Antaroklusal. Bahan-bahan ini antara lain: Malam berlapis timah
(wafer bite wax), pasta oksida metalik (metallic oxide paste), plaster.
Ketidakcermatan cara ini terletak pada bahan media perekamnya.
Keberhasilan rekaman relasi sentrik dengan malam sebagai media perekam
dipengaruhi oleh bentuk dan konsistensi malam tersebut serta kecermatannya
setelah mendingin. Kontak berlebihan antara malam dengan permukaan
jaringan akan menggeser jaringan lunak, sehingga bentuknya berubah.
Akibatnya lempeng gigi ini tidak akurat lagi bila ditempatkan di atas model.
2.3 Perekaman dengan Bantuan Galengan Gigit
Teknik ini digunakan bil ada satu atau lebih daerah perluasan distal
atau sadel tertutup yang terlalu lebar atau gigi yang masih ada sudah saling
tidak berkontak. Dalam keadaan sepeerti ini, galengan gigi digunakan untuk
penentuan relasi rahang yang cermat.
2.4. Perekaman dengan Bantuan Sepenuhnya Galengan Gigit
Cara ini digunakan bila tidak ada kontak oklusi sama sekali antara
geligi yang masih tinggal, umpanya bila GTL rahang atas harus dibuat
berasamaan dengan GTL rahang bawah. Cara ini juga digunakan dalam kasus
di mana geligi yang masih ada sudah tinggal sedikit dan karenanya tidak
mempengaruhi gerakan eksentrik rahang. Rekaman relasi rahang dibuat pada
galengan gigit bila salah satu atau dua rahang hanya mempunyai gigi anterior
saja.
2.6 Biomekanisme Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam
Biologi, meliputi aspek kondisi gigi beruapa struktur jaringannya, apakah ada
kondisi jaringan periodontal yang berubah, kondisi tepi gingiva yang
seharusnya tetap terjaga tanpa terluka ataupun terganggu oleh pemakaian gigi
tiruan, kondisi oklusi yang tidak berubah setelah penggunaan gigi tiruan dan
sebagaimana kuatnya gigi dalam menjaga strukturnya dari fraktur ataupun
kegoyangan gigi.
Mekanikal, yang tepenting dari mekanikal gigi tiruan ialah retensi, resistensi
dan deformasi. Ketiganya bertujuan agar gigi tiruan tidak terlepas maupun
terungkit serta tdk mudah rusak ketika di pakai oleh pasien.
2.7 Penyaluran Tekanan Kunyah pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka
Logam
Tooth-Borne :
Pada gigi tiruan jembatan ataupun cekat tekanan kunyah dari gigi tiruan
terdapat pada gigi yang jatuh padanya melalui oklusal rest ke gigi penyangga lalu
ke jaringan periodontal dan akhirnya ke tulang alveolaris. Pada gigi tiruan
kerangka logam juga menggunakan oklusal rest sebagai tekanan kunyah namun
hal tersebut juga tergantung dari basis gigi tiruan itu sendiri. Jika basis dari
GTSLKL lebih lebar maka tekanan kunyah yang diberikan kecil, namun jika basis
GTSLKL kecil maka tekanan kunyah yang dihasilkan akan besar dan
penyalurannya melalui oklusal rest pada gigi tiruan tersebut.
Tissue-Borne :
Pada gigi tiruan lepasan pada bahan akrilik dengan lepasan sebagian
maupun full denture atau lepasan lengkap tekanan kunyah yang disalurkan yang
jatuh pada saat pengunyahan yaitu ke basis gigi tiruan lalu ke mukosa mulut dan di
teruskan ke jaringan pendukung gigi, hal ini biasa di sebut dengan tissue borne.
Pada kerangka logam penyaluran tekanan kunyah tissue borne juga dapat terjadi
dengan kombinasi tekanan kunyah melalui tooth borne. Hal ini tergantung dari
lebar basis (sayap) atau konektor yang dibuat.
2.8 Gigi Tiruan Patah Dua
Klasifikasi Patahnya Protesa
a. Patahnya plat atau basis geligi tiruan dan gigi
Hal ini disebabkan
- Kesalahan konstruksi
1. Bila gigi belakang, terutama pada rahang atas, disusun di luar puncak lingir,
maka sebagain besar komponen gaya kunyah akan disalurkan kebagian
tengah geligi tiruan tersebut. Hal ini merupakan sebab patahnya bagian
tengah protesa rahang atas
2. Kurang tebalnya plat resin akrilik pada bagian depan palatum, akan
memperlemah protesa. Hal ini terjadi terutama pada pemakaian gigi depan
yang terbuat dari resin. Bila bagian singulum gigi dibentuk secara anatomis,
maka pada wkatu pembuatan plat malam, sering dilaukan penipisan bagian
ini untuk mempertahankan bentuk gigi
3. Kekuatan dan ketidatepatan dimensional basi protesa, karena tidak tepatnya
konsistensi adonan pada waktu packing, lama dan suhu polimerisasi yang tak
memadai, dan atau kuvet terlalu cepat didinginkan setelah pemasakan
(curing)
4. Pelbagai factor yang menyebabkan patahnya gigi porselen. Gigi porselen
mungkin saja patah pada saat pemrosesan protesan resin. Factor penyebab
terjadinya hal ini antara lain :
Pertama, strain yang terjadi pada geligi tiruan pada saat pembongkaran
dari kuvet (deflasking). Karena insersi pin merupakan bagian terlemah
dari gigi porselen, maka pecahnya gigi ini biasanya terjadi pada bagian
ini. Itulah sebabnya, perlu menentukan teknik pembongkaran
sebelumnya
Kedua, melakukan packing pada pada saat kuvet masih panas. Kuvet
panas ini mengakibatkan berbedanya konsistensi resin dan ini
menimbulkan tekanan tak memadai, yang dialami gigi geligi selama
tahap penutupan percobaan akhir
Ketiga, rendahnya mutu gigi porselen. Pada gigi porselen dengan pin
yang harganya murah atau kualitasnya rendah, kadang – kadang terdapat
ruang pada tempat insersi pinnya. Dengan demikian, resin dpat masuk
dalam celah ini dan tekanan yang mengenainya dapat menyebabkan
pecahnya gigi pada bagian pin ini. Bila diketahui sebelumnya, adanya
celah sebaiknya disemen dahulu
Keempat, perbedaan koefisien muai panas yang menyolok antara mentil
metakrilat, porseln dan logam mungkin merupakan penyebab pecahnya
gigi. Selama proses pendinginan temperature dari 100 derajat celcius ke
suhu kamar, kontraksi resin adalah 20 kali kontraksi yang dialami
porselen
Kelima, keemahan karena adanya lubang – lubang retensi. Penyebab
pecahnya gigi belakang dalam jurusan mesio distal adalah kelemahan
karena adanya lubang – lubang retensi pada elemen tiruan. Itulah
sebabnya dianjurkan untuk tidak menyusun gigi belakang semacam ini
terlalu rapat satu sama lian, akrena tekanan selama polimerisasi bias
menyebakan pecahkan gigi
Keenam, pengasahan gigi porselen secara berlebihan, baik pada
permukaan oklusal ataupun yang menghadap lingir bisa memperlemah
beberapa waktu lamanya
b. Faktor penyebab dari dalam mulut
- Tekanan berlebihan yang terjadi selama proses pengunyahan atau karena
menggertak, atau mengatup – ngatup gigi (clenching atau grinding). Dalam hal
ini, basis resin geligi tiruan perlu diganti dengan bahan metal
- Resorpsi tulang alveolar yang terjadi sesudah pemasangan geligi tiruan akan
menyebakan geligi tiruan tidak stabil lagi dengan akibat mudah terjadi fraktur
- Frenulum labialis yang terlalu tinggi mengharuskan dibuatnya kekakuan yang
dalam pada plat geligi tiruan. Lekukan semacam ini biasanya merupakan tempat
awal terjadinya fraktur
- Rilif yang tidak memadai pada geligi tiruan rahang atas di bagian tengah palatum
pada penderia – penderita yang perbedaan ketebalan mukosanya menyolok, dapat
menyebabkan geligi tiruan melengkung pada bagian tengah palatum selama
berfungsi. Proses ini dapat berakhir dengan fraktur
c. Faktor - faktor yang berasal dari luar mulut
- Tekanan berlebihan selama perbersihan
- Kecelakaan, umpamanya geligi tiruan jatuh ke lantai
2.9 Penanganan Pasien yang Memiliki Torus
Torus merupakan suatu pembesaran, penonjolan tulang (exsostosis) yang
membulat pada rongga mulut. Exostosis adalaha suatu pertubuhan benigna jaringan
tulang yang menonjol di luar permukaan tulang. Jika terletak di daerah palatum
disebut torus palatinus, sedangkan terjadi pada daerah lingual ingual disebut torus
lingualis. Torus lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. torus biasanya
berdiameter 1,5-4 cm.
Torus (Palatinus dan lingualis) merupakan variasi normal setiap individu.
Torus tidak membutuhkan treatmen kecuali jika menjadi besar dan menggangu
penempatan gigi tiruan dan fungsi rongga mulut atau menyebabkan ulcer atau trauma
yang berulang.
Penatalaksanaan torus berkaitan dengan pembuatan gigi tiruan diantaranya :
1. Metode bedah
Torus removal surgery, indikasi torus removal adalah bagi orang yang
memakai gigi tiruan terdapat ulserasi yang berulang (kambuhan) dan
kesulitan makan dan berbicara. Menurut Fragiskos (2007) torus removal
perlu dilakukan jika torus tersebut membesar dan pasien merasa terganggu
dengan adanya torus tersebut , sedangkan dapat menghambat fungsi dari
rongga mulut itu sendiri.
2. Metode non bedah
Metode non bedah dilakukan dengan cara mendesain basis kerangka
logam dengan pembebasan daerah torus (palatiunus dan lingualis). Untuk
torus yang berukuran besar dan meluas di daerah palatal menggunakan U
shape konektor. Indikasi pemakaian plat palatal bentuk U adalah kehilangan
1 atau lebih gigi anterior dan posterior atas dan adanya torus palatinus yang
luas. Untuk rahang bawah menggunakan Lingual plate dengan indikasi
pemakaian pada kasus torus mandibularis yang besar sehngga tidak bisa
menggunakan batang konvensional. Pembuatan plat akan menghindari
kontak dengan torusdan mempertahankan konektor tetap lebar dan cukup
kuat.
Untuk torus yang berukuran kecil dilakukan pada tahap pengecoran kerangka
logam, daerah torus di isolasi dan dicetak kembali dengan menggunakan gips
encer kemudian dilapisi malam dan dilakukan pengecoran sehingga torus dapat
tertutupi kerangka logam dengan baik.
2.10 Preparasi Occlusal Rest dan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
1. Occlusal rest terletak pada fossa mesial atau distal dari gigi premolar atau molar.
2. Bentuk outline form dari occlusal rest harus berbentuk triangular bulat dengan
ujung dekat dengan pusat gigi.
3. Turunkan marginal ridge 1,5mm. Dasar dudukan berbentuk konkaf atau sendok
dengan inklinasi mengarah ke pusat gigi. Marginal ridge dari gigi penyangga harus
diturunkan agar terdapat tempat yang cukup untuk logam untuk kekuatan dan
rigiditas dari rest dan konektor minor.
4. Sudut yang terbentuk antara occlusal rest dan konektor minor vertikal darimana
berasal, sebaiknya kurang dari 90o. Karena hanya dengan cara ini, tekanan oklusal
dapat disalurkan sepanjang aksis dari gigi penyangga.
2.11 Pengaruh Gigi Tiruan Terhadap Jaringan Periodontal
1. Akumulasi plak menyebabkan dekalsifikasi gigi dan karies gigi, pada jaringan
periodontal menyebabkan inflamasi pada gingiva dan menekan jaringan
periodontal.
2. N v Direct trauma dari komponen menyebabkan abrasi dan fraktur restorasi,
pada jaringan periodontal menyebabkan inflamasi pada gingival dan menekan
jaringan periodontal
3. Penyebaran tekanan yang terlalu berlebihan, menyebabkan gigi goyang dan
menekan jaringan periodontal
4. Oklusal eror, menyebabkan gigi goyang dan menekan jaringan periodontal
2.12 Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
1. Basis/ Sadel
Basis atau sadel gigi tiruan kerangka logam adalah bagian dari
komponen gigi tiruan sebagian lepasan yang merupakan tempat
dipasangkannya anasir gigi tiruan.
2. Retainer langsung
Retainer langsung adalah suatu komponen gigi tiruan yang berkontak
langsung dengan permukaan gigi penyangga, berupa retainer intra koronal
dan ekstra koronal. Retainer intrakoronal dapat berupa kaitan persisi,
sedangkan retainer ekstra koronal dapat berupa cangkolan.
Secara structural cangkolan terdiri dari bagian-bagian:
- Badan cangkolan (body): terletak antara lengan dan sandaran oklusal.
- Lengan cangkolan (arm): terdiri dari bahu dan terminal
- Bahu cangkolan (shoulder): bagian lengan yang berada di atas garis
survey.
- Ujung lengan (terminal): bagian ujung lengan cangkolan
- Sandaran (rest): bagian yang bersandar pada permukaan oklusal/
insisal gigi penyangga.
Rest terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
a. oklusal rest: rest yang di tempatkan pada permukaan oklusal
gigi premolar atau molar
b. lingual (cingulum) rest: rest yang ditempatka pada
permukaan cingulum dari gigi anterior (biasanya gigi caninus).
Rest juga dapat diletakkan pada bagian lingual gigi posterior
dengan membuat tepian pada permukaan gigi.
c. isisal rest: rest yang diletakkan pada gigi anterior pada edge
insisalnya.
d. intracoronal rest: rest yang ditempatkan secara teliti di kontur
mahkota gigi atau penyangga.
- Konektor utama (mayor connector): penghubung untuk bagian kiri-
kanan sadel kerangka logam
- Konektor tambahan (minor connector): bagian yang menyatukan
cangkolan dengan konektor utama.
3. Retainer tidak langsung
Retainer tidk langsung adalah suatu komponen gigi tiruan sebagian
lepasan yang membantu retainer langsung dan memberikan retensi
tambahan untuk melawan pergerakan gigi tiruan kea rah mukosa.
Dalam desain gigi tiruan sebagian lepasan, pemakaian retainer tidak
langsung biasanya pada kasus –kasus tertentu seperti pada kasus kelas I dan
IV Kennedy, yang sumbu rotasinya di sskitar ujung cangkolan tidak
mungkin dihindari sehingga diperlukan retainer tidk langsung untuk
menahan tekanan pergeseran pada daerah berlawanan dan mencegah gerak
sadel menekan jaringan pendukung.
4. Konektor utama
Konektor uutama merupakan bagian dari gigi tiruan tersangka logam yang
menghubungkan komponen gigi tiruan pada sisi rahang sebelah kiri dan
kanan yang bertindak sebagai basis gigi tiruan kerangka logam.
5. Konektor tambahan
Konektor tambahan merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan
yang menghubungkan konektor utama dengan bagian lain, seperti retainer
langsung dan retainer tidak langsung.
Konektor tambahan harus mempunyai ketebalan yang cukup supaya
tetap kaku, konektor tambahan diletakkan pada daerah embrasure gigi dan
berbentuk melancip ke arah gigi penyangga atau diletakkan pada
bagianruang interproksimal gigi dan menjadi penghubung cangkolan
dengan konektor utama.
2.13 Cengkram Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
Beradasarkan dsain, cengkeram terbagi menjadi dua yaitu cengkeram oklusal
dan cengkeram gingival. Cengkeram oklusal meupakan cengkeram yang mengaruh ke
daerah gerong dari arah oklual. Cengkeram gingival merupakan cengkeram yang
mengarah ke daerah gerong servikal.
Kelompok cengkeram oklusal antara lain:
1. Cengkeram akers, merupakan bentuk dasar dari jrnis sikumferensia yang
terdiri atas lengan bukal, lengan lingual, dan sandaran oklusal. Cengkeram ini
paing umum digunakan karena retentife dan stabil. (Gambar 4.a)
2. Cengkeram mengarah belakang, merupakan, merupakan modifikasi dari
cengkeram cicin. Gerong dapat dicpai dengan sedikit bagian gigi yang
tertutupi dan sedikit cengkeram logam yang terlihat. (Gambar 4.b)
3. Cengkeram kail, lengan cengkolan diputar membalik untuk mencapai gerong
retentif. Lengan cengkeram juga didesain untuk mencapai gerong proksimal
dari oklusal. Indikasi penggunaan cengkeram ini adalah ketika gerong
proksimal akan digunakan pada gigi penyangga posterior, gigi yang miring,
atau perlekatan jaringan yang menghalangi penggunaan cengkeram gingival
(Gambar 4.c)
4. Cengkeram setengah-setengah (half and half clasp), terdiri dari lengan
retentive pada satu sisi dan lengan resiprokal dari sisi yang berlawanan.
Indikasi penggunaan cengkeram ini adalah ketika diperlukan retensi ganda
dan hanya diaplikasikan pada desain GTSL unilateral. (Gambar 4.d)
5. Cengkeram ganda, terdiri dari dua cengkeram sirkumferensial yang
bergabung pada bigian akhir dari dua lengan resiprokal. Indikasi penggunaan
cengkeram ini adalah ketika diperlukan retensi dan stabilisasi tambahan,
umumnya pada gigitiruan dukungan gigi. (Gambar 4.e)
6. Cengkeram embrasure, terdiri dari dua lengan retentif, dua lengan pemeluk
dan dua sandaran oklusal. Indikasi penggunaannya adalah pada klas II dan
klas III tanpa modifikasi yang tidak memiliki ruang edentulous pada sisi yang
berlawanan untuk menempatkan cengkeram (Gambar 4.f)
7. Cengkeram cincin, merupakan cengkeram yang mengeliligi hamir selruh
permukaan gigi penyangga. Indikasi penggunaannya adalah pada gerong
proksimal yang tidak dapat dicapai dengan cara lain (Gambar 4.g)
Kelompok cengkeram gingival antara lain:
1. Cengkeram T, daerah luas yang tertutup oleh ujung cengkeram T jarang
diperlukan untuk retensi yang adekuat
2. Cengkeram I, berkontak dengan gigi hanya pada bagian ujungnya. Lekukan
pada cengkeram I harus ditempatkan paling sedikit 3mm dari margin
gingival
3. Cengkolan Y, area luas yang tertutupi oleh ujung cengkolan Y jarang
diperlukan untuk retensi yang adekuat
Kontraindikasi penggunaan cengkeram gingival yaitu gigi yang terlalu miring ke
bukal atau lingual, gerong jaringan yang terlalu besar atau vestibulum bukal yang
terlalu dangkal.
2.14 Penanggulangan Cengkram yang Patah
Kebutuhan untuk melakukan perbaikan atau penambahan unsur akan dapat
menghasilkan komplikasi yang tak terduga pada gigi abutment atau pada gigi
lainnya dimana dapat terjadi kerusakan maupun distorsi gigi tiruan. Sangatlah
penting untuk menginstruksikan pasien bagaiman cara peletakkan (try-in) gigi tiruan
yang benar . Sebelum melakukan reparasi, dokter gigi harus mengetahui apa
penyebab dari patahnya komponen-komponen gigi tiruan agar dapat menentukan
reparasi yang tepat dan tidak akan menyebabkan terulangnya kepatahan.
Cengkeram yang patah biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya
sering di keluar-maukkan melalui undercut yang terlalu dalam, bila dukungan dari
jaringan terlalu besar maka cengkeram akan mengalami kepatahan. Selanjutnya,
bisa dikarenakan dari desain yang salah, dan kesalahan dari pasien. Untuk kasus
cengkeram yang patah apabila dilakukan perbaikan maka diperlukan evaluasi yang
secara terus menerus terhadap gigi tiruan. Sering kali, penanganan yang paling baik
untuk pasien dengan cengkeram yang patah adalah pembuatan ulang.
Untuk kasus cengkeram yang patah dan penambahan elemen gigi tiruan dapat
direparasi dengan cara melekatkan basis metal dengan menggunakan electric
soldering. Pembuatan dengan basis yang terbuat dari resin merupakan pekerjaan
yang sederhana dibanding dengan basis kerangka logam. Begitu pula dengan
penambahan unsur pada gigi tiruan kerangka logam. Color-matching gold solder
digunakan untuk soldering kedua gold dan chromium cobalt aloy. Solder untuk gold
alloy akan meleleh pada suhu 1420 derajat fahrenheit dan 1500 derajat fahrenheit.
2.15 Konektor Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
Mandibular lingual bar
Indikasi : Lingual bar digunakan untuk mandibula gigi tiruan sebagian lepasan
ketika terdapat ruang yang cukup antara elevasi sulcus lingual alveolar dan jaringan
gingiva lingual.
Karakteristik dan lokasi :
1. Bentuk setengah buah pir dengan porsi terbesar berada di inferior.
2. Batas superior meruncing kearah jaringan lunak
3. Batas superior terletak setidaknya 4 mm dibawah margin gingiva dan lebih
jauh jika memungkinkan.
4. Batas inferior terletak diatas sulcus alveolar lingual ketika lidah pasien sedikit
berelevasi.
Blockout dan relief master cast :
1. Semua jaringan memotong sejajar dengan jalur penempatan.
2. Ketebalan tambahan 32-gauge lembar lilin ketika permukaan lingual alveolar
ridge adalah undercut atau sejajar dengan jalur penempatan.
3. Tidak dibutuhkan relief ketika permukaan lingual alveolar ridge telah halus
dibagian inferior dan posterior.
4. Ketebalan baseplate lebih tebal terhadap basal seat area ( untuk mengelevasi
konektor minor untuk memasang basis gigi tiruan resin akrilik).
Spesifikasi waxing :
1. Six-gauge, malam yang berbentuk setengah pir yang diperkuat dengan 22-24
gauge lembar malam atau bentuk plastik yang serupa yang disesuaikan
dengan bentuk lebar.
2. Bar yang panjang dibutuhkan dengan jumlah besar dari bar yang pendek, tapi
bentuk cross-sectional tidak berubah.
Finishing line :
Butt-type joint dengan konektor minor untuk retensi basis gigi tiruan.
Mandibular linguoplate
Indikasi:
1. Ketika sulcus lingual alveolar nyaris mendekati servikal gingival lingual yang
menyebabkan hilangnya ruang yang cukup untuk rigid lingual bar.
2. Dalam hal tersebut yangmana residual ridge kelas I lengkung telah
mengalami semacam resorbsi vertikal sehingga hanya akan memberikan
ketahanan yang minimum untuk rotasi horizontal basis gigi tiruan.
3. Untuk penggunaan periodontal gigi yang lemah di group fungsi untuk
melengkapi dukungan prosthesis dan untuk membantu rotasi horizontal resist
(off-vertical)pada perpanjangan distal gigi tiruan.
4. Ketika penggantian dimasa yang akan datang pada satu atau lebih gigi
insisivus akan dilakukan dengan penambahan retensi loops pada linguoplate
yang ada.
Karakteristik dan lokasi :
1. Bentuk setengah buah pir dengan porsi terbesar berada di inferior.
2. Thin metal apron memanjang ke superior untuk berkontak dengan singulum
dari gigi anterior dan permukaan lingual dari gigi posterior pada ketinggian
konturnya.
3. Apron memanjang interproximally pada bagian atas titik kontak (menutup
ruang interproximal).
4. Kontur bergigi pada apron didikte oleh blockout interproksimal.
5. Batas superior diselesaikan continuous plane dengan gigi yang berkontak.
6. Batas inferior terletak diatas sulcus alveolar lingual ketika lidah pasien sedikit
berelevasi.
Blockout dan relief of master cast :
1. Semua undercut yang terlibat berkontak dengan gigi paralel pada jalur
penempatannya.
2. Semua servikal gingiva terlibat
3. Permukaan lingual dari alveolar ridge sama dengan lingual bar.
Spesifikasi waxing :
1. Batas inferior : 6 gauge, lilin dengan bentuk setengah pir terdiri dari 24 gauge
lembar malam atau serupa dengan bentuk plastik.
2. Apron : 24 gauge lembar malam.
Finishing lines:
Butt-type joint dengan konektor minor untuk retensi basis gigi tiruan.
Mandibular sublingual bar
Indikasi :
Sublingual bar digunakan untuk mandibula gigi tiruan sebagian lepasan
ketika tinggi dari dinding mulut dalam relasi free gingival margin kurang dari 6
mm. Ini juga dapat diindikasikan mana kala diinginkan untuk menjaga free gingiva
margin dari gigi anterior yang tersisa dan kedalaman dasar mulut tidak mencukupi
untuk menempatkan sebuah lingual bar.
Kontraindikasi :
Gigi anterior asli yang tersisa miring kearah lingual.
Karakteristik dan lokasi :
Sublingual bar pada dasarnya sama bentuk pir sebagai lingual bar kecuali
bentuk yang lebih besar berada pada lingual dan bagian yang runcing mengarah ke
labial. Batas superior dari bar setidaknya 3 mm dari free gingiva margin pada gigi.
Batas inferior terletak pada bagian atas dari sulcus alveolar lingual ketika lidah
pasien sedikit berelevasi. Membutuhkan sebuah impression functional pada
vestibulum lingual untuk register secara akurat pada ktinggian vestibulum.
Blockout dan relief of master cast :
1. Semua jaringan memotong sejajar dengan jalur penempatan.
2. Ketebalan tambahan 32-gauge lembar lilin ketika permukaan lingual
alveolar ridge adalah undercut atau sejajar dengan jalur penempatan.
3. Ketebalan baseplate lebih tebal terhadap basal seat area ( untuk
mengelevasi konektor minor untuk memasang basis gigi tiruan resin
akrilik).
Spesifikasi waxing :
1. Six-gauge, malam yang berbentuk setengah pir yang diperkuat dengan 22-24
gauge lembar malam atau bentuk plastik yang serupa yang disesuaikan
dengan bentuk lebar.
2. Bar yang panjang dibutuhkan dengan jumlah besar dari bar yang pendek, tapi
bentuk cross-sectional tidak berubah.
Finishing lines:
Butt-type joint dengan konektor minor untuk retensi basis gigi tiruan.
Mandibular Lingual Bar dengan Continuous Bar (Cingulum Bar)
Indikasi :
1. Ketika linguoplate sebaliknya mengindikasikan tapi axial alignment gigi anterior
seperti blockout berlebihan undercut interproximal diperlukan.
2. Ketika lebar diastem ada diantara gigi anterior mandibular dan linguoplate akan
menampilkan logam objectionably dalam tampilan frontal.
Karakteristik dan lokasi :
1. Bentuk konvensional dan lokasi sama seperti komponen konektor mayor lingual
bar bila memungkinkan.
2. Tipis, sempit (3mm) metal strap berada di singulum gigi anterior , bergigi untuk
mengikuti embrassures interproksimal dengan batas inferior dan superior
meruncing kearah permukaan gigi.
3. Berasal dari bilateral insisal, lingual, atau oklusal rest abutment yang diperlukan.
Blockout dan relief of master cast :
1. Permukaan lingual dari alveolar ridge sama dengan lingual bar.
2. Tidak relief untuk continuous bar kecuali blockout paralel spasi interproximal
pada jalur penempatan.
Spesifikasi waxing :
1. Lingual bar komponen konektor utama wax dan bentuk serupa dengan lingual
bar.
2. Pola continous bar dibentuk dengan mengadaptasi 2 strip (lebar 3 mm) dari 28
gauge lembar malam, satu persatu lebih ke singulum dan embrassure
interproximal.
Finishing lines:
Butt-type joint dengan konektor minor untuk retensi basis gigi tiruan.
Mandibular Continous Bar ( Cingulum Bar)
Kontraindikasi pada penggunaan
1. Gigi anterior sangat miring ke lingual
2. Ketika lebar diastemata yang ada antara mandibulator anterior dan bar cingulum
secara objective memperlihatkan metal dari depan
Karakteristik dan lokasi
1. Tipis dan sempit (3 mm)
2. Tali pengikat metal terletak didalam cingula dari gigi anterior, bergigi mengikuti
embrasures interproximal dengan batas superior dan inferior yang meruncing kea
rah permukaan gigi.
3. Berasal dari incisal secara bilateral , lingual , atau sisa oklusal dari abutment
pokok yang berdekatan
Blockout and relief of master cast:
Tidak ada relief untuk cingulum bar kecuali blockout pada ruang
interproximal sejajar terhadap jalur penempatan
Waxing specification
Pola cingulum bar dibentuk dengan mengadabtasi 2 lajur ( lebar 3 mm) dari
28-gauge lembar malam., sekali dalam satu waktu terhadap cingula dan kedalam
interproximal embrasures
Mandibular Labial Bar
Aturan Penggunaan:
1. Ketika inklinasi lingual dari mandibular premolar yang tersisa dan Gigi incisifus
tidak bisa di koreksi, Menghalangi penempatan dari konektor Lingual Bar
Konvensional
2. Ketika Lingual tori Parah tidak bisa dilepaskan dan menghalangi penggunaan
lingual Bar atau Konektor Utama Plat Lingual
3. Ketika jaringan Undercut Lingual yang parah dan tiba tiba menjadikannya tidak
dapatnya digunakan sebuah lingual Bar atau Konektor utama Plat lingual
Karakteristik dan lokasi:
1. Bentuk setengah pear dengan porsi terbesar pada inferior terletak pada labial dan
Buccal Aspek pada Mandible
2. Batas Superior meruncing kearah jaringan lunak
3. Batas superior terletak setidaknya 4 mm dibagian bawah labial dan buccal
gingival margin dan lebih jauh jika memungkinkan.
4. Batas inferior terletak pada Labial Buccal Vestibule pada Persimpangan
terpasang (immobile ) dan tidakTerpasang (Mobile) Mucosa
Blockout and Relief Master Cast:
1. Semua Jaringan Undercut pararel terhadap jalur penempatan, plus tambahan
ketebalan 32-gauge lembar malam ketika permukaan Labial Melemah atau
parallel pada jalur penempatan
2. Tidak dibutuhkan relief ketika permukaan labial dari alveolar berbentuk lereng
halus dengan Inferior pada labial atau Buccal
3. Basal Seat Area sama dengan untuk konektor utama lingual Bar.
Waxing Specification:
1. 6-Gauuge, malam bentuk stengah pear terdiri dari 22-to 24 gauge lembar malam
atau bentuk plastic yang serupa,
2. Bar berbentuk panjang membutuhkan bulk yang lebih banyak daripada bar yang
lebih pendek ; tetapi bentuk cross sectional tidak berubah
3. Konektor minor digabungkan dengan oclusal atau komponen superior lainnya
dengan sebuah pendekatan labial atau buccal
Single Palatal Strap-Type Major Connector
Indikasi :
Bilateral edentulous pada span pendek dalam restorasi gigi pendukung.
Karakteristik dan lokasi :
1. Bentuk replika anatomi
2. Batas anterior mengikuti lembah antara ruggae yang mungkin dekat dengan garis
median.
3. Batas posterior disudut kanan garis median.
4. Lebar tali harus 8 mm pada premolar maxila dan molar pertama.
5. Terbatas dengan empat prinsip.
Blockout dan relief of master cast :
1. Biasanya tidak diperlukan kecuali bantuan sedikit ditinggikan medial palatal
raphe atau exostosis setiap dilintasi konektor.
2. Ketebalan baseplate lebih tebal terhadap basal seat area ( untuk mengelevasi
konektor minor untuk memasang basis gigi tiruan resin akrilik).
Spesifikasi waxing :
Bentuk replika anatomi sebanding dengan 22-24 gauge wax, tergantung pada
lebar lengkung.
Finishing lines :
1. Undercut dan sedikit elevasi
2. Tidak lebih jauh dari 2 mm medial dari garis imajiner menghubungi permukaan
lingual dari abutment pokok dan gigi diganti.
3. Mengikuti kurvatura lengkung.
Single Broad Palatal Major Connector
Indikasi :
1. Kelas I lengkungan sebagian edentulous dengan ridge residual yang telah
mengalami sedikit resorpsi vertikal dan akan memberikan dukungan yang sangat
baik.
2. V- atau U-shaped palates.
3. Abutment kuat
4. Gigi yang terdapat di lengkung lebih dari enam gigi
5. Direct retensi tidak masalah
6. Tidak mengganggu tori
Karakteristik dan lokasi :
1. Bentuk replika anatomi
2. Batas anterior mengikuti lembah ruggae dekat sudut kanan di garis median dan
tidak diperpanjang ke palatum lunak; pada sudut kanan di garis median; di
perpanjang ke pterygomaxillary.
Blockout dan relief of master cast:
1. Biasanya tidak diperlukan kecuali bantuan dari peningkatan median palatal raphe
atau exostoses kecil ditutupi oleh konektor.
2. Ketebalan baseplate lebih tebal terhadap basal seat area ( untuk mengelevasi
konektor minor untuk memasang basis gigi tiruan resin akrilik).
Spesifik waxing:
Bentuk replika anatomi sebanding dengan ketebalan 24-gauge lembar malam.
Finishing lines :
1. Ketentuan untuk butt-tipe joint pterygomaxillary.
2. Undercut dan sedikit elevasi
3. Tidak lebih jauh dari 2 mm medial dari garis imajiner menghubungi permukaan
lingual dari abutment pokok dan gigi diganti.
4. Mengikuti kurvatura lengkung.
Anterior-Posterior Strap-Type Major Connector
Indikasi Pemakaian:
1. Lengkungan Kelas I dan Kelas II dengan Abutment yang sempurna dan
residual ridge yang mendukung dan retensi langsung yang bisa dibuat cukup
tanpa membutuhkan retensi tidak langsung.
2. Edentulous spans panjang pada kelas II, modifikasi 1 lengkungan.
3. Lengkungan Kelas IV yang mana Gigi anterior harus diganti dengan sebuah
removable Partial Denture.
4. Tidak dapat dibedahnya Palatal Tori yang tidak memanjang kearah posterior
pada persimpangan keras dan lunak pada palates
Karakteristik dan Lokasi :
1. Bentuk Paralelogram dan terbuka pada bagian tengah.
2. Relative Luas (8-10 mm) anterior dan posterior palatal Straps
3. Lateral Palatal Straps (7-9 mm) tipis dan Paralel melengkung pada Arch;
minimum 6 mm dari gingival crevices dari gigi yang tersisa.
4. Anterior palatal Strap: Batas Anterior tidak diletakkan lebih jauh dari sisa
anterior dan tidak pernah lebih dekiat dari 6 mm dari gingival crevices;
mengikuti lembah dari rugae pada sudut kanan ke Garis median palatal
5. Penghubung Posterial Palatal: Batas Posterior terletak pada persimpangan dari
palates keras dan lunak dan pada sudut kanan pada median palatal Suture dan
diperpanjang ke Hamular Notch Area pada sisi perpanjangan distal.
6. Replika Anatomi atau Permukaan Matte
Blockout relief of master cast
1. Biasanya tak satupun dibutuhkan kecuali sedikit relief dari elevasi median
palatal raphe dimana anterior atau posterior straps melintasi palatal
2. Ketebalan Malam dari baseplate melebihi Basal seat Area (UNTUK
MENGELEVASI KONEKTOR MINOR untuk penempatan acrylic-resin denture
bases)
Waxing Specification
1. Bentuk replica anatomi atau bentuk permukaan Matte dari Ketebalan 22-gauge.
2. Komponen Posterior Palatal : sebuah Strap ketebalan 22- gauge , lebar 8-10 mm
(bentuk stengah oval mendekati ketebalan dan lebar 6-gauge) juga mungkin
digunakan
Finishingg line
Sama dengan tunggal luas konektor utama palatal .
Complete Palatal Coverage Major Connector
Indikasi Penggunaan:
1. Dalam banyak situasi yang mana hanya beberapa atau semua anterior tersisa.
2. Arch Kelas II dengan ruangan posterior modifikasi yang luas dan beberapa gigi
anteriror yang hilang
3. Arch kelas 1 dengan 1 ke 4 premolar dan beberapa atau semua gigi anterior
yang tersisa , ketika dukungan abutment sangat buruk dan tidak bisa sebaliknya
diperluas; residual ridges mengalami resorpsi vertical ekstrim ; retensi langung
sulit untuk dicapai
4. Tidak adanya pedunculate Torus
Karakteristik dan lokasi
1. Bentuk replica anatomi untuk pemasangan Penuh Metal Palatal didukung Secara
Anterior dengan sisa positif seat.
2. Palatal Linguoplate didukung anterior dan didesain untuk penempatan acrylic-
resin extension posteriorly.
3. Contak semua atau hampir semua dari gigi yang tersisa pada arch.
4. Batas posterior; penghentian pada persimpangandari palates keras dan lunak ;
perpanjangan ke hamular notch area pada perpanjangan sisi distal ; pada sudut
kanan pada garis median suture
Blockout dan relief of master cast :
1. Biasanya tidak dibutuhkan relief pada elevasi median palatal raphe atau palatal
exostosis kecil.
2. Ketebalan baseplate lebih tebal terhadap basal seat area ( untuk mengelevasi
konektor minor untuk memasang basis gigi tiruan resin akrilik).
Waxing Specification
1. Bentuk Replika Anatomisebanding dengan ketebalan 22 ke 24 gauge lembar
Malam.
2. Perpanjangan Acrylic resin dari Linguoplate sama dengan untuk Gigi tiruan
Penuh
Finishing Line.
Sebagaimana yang digambarkan disini dan yang didiskusikan sebelumnya.
U-Shaped Palatal Major Connector
Konektor ini sebaiknya hanya digunakan pada situasi dengan torus yang tidak
dapat di bedah ke batas posterior palatum keras.
U-shaped palatal konektor mayor adalah desain menguntungkan setidaknya
dari semua konektor utama palatal karena kekurangan kekakuan jenis konektor.
ketika harus digunakan, pengikut langsung harus mendukung setiap bagian dari
konektor yang memanjang anterior dari oklusal utama terletak. daerah perbatasan
anterior dari jenis konektor harus disimpan minimal 6 mm dari gigi yang berdekatan.
jika karena alasan apapun perbatasan anterior harus menghubungi gigi yang tersisa,
konektor lagi harus didukung oleh seluruh ditempatkan di kursi sisanya disiapkan
dengan benar. itu tidak harus didukung bahkan sementara oleh permukaan lingual
cenderung gigi anterior.
Spesifikasi waxing, finishing lines dan sebagainya adalah sama seperti untuk
coran palatal penuh atau dibahas sebelumnya konektor utama lain yang sejenis.
2.16 Persipan Gigi Penyangga pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
1. Penetapan bentuk dudukan sandaran
Penetapan bentuk dudukan sandaran mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mempersiapkan gigi penyangga untuk menerima sandaran
A. Bentuk dudukan sandaran pada gigi posterior
I. Dudukan sandaran oklusal
Outlime dudukan sandaran oklusal pada dasarnya berbentuk segitiga
dan dasar segitiga terletak marginal ridge dan perluasan apeks ke tengah
gigi, apeks sagital itu harus ulat. Panjang dudukan sandaran 1/3 – 1/2
panjang mesio-distal gigi penyangga, kira – kira 3 – 4 mm. lebar fasial-
lingual sekurang – kurangnya 1/2 jarak antara ujung tonjol atau kira – kira
1/3 lebar fasial – lingual, tau 2,5mm. sebaiknya panjang sandaran sama
dengan lebarnya. Kedalaman preparasi kira – kira 1,5mm. dasar dudukan
sandaran berbentuk sendok dengan sudut inklinasi antara dasar proyeksi
vertikal kontur terbesar dari permukaan proksimal gigi harus kurang dari
90. Preparasi bisa dibuat pada daerah oklusi disisi mesial atau distal gigi
molar atau premolar
II. Dudukan sandaran embrasur
Outlime dudukan sandaran embrasur hamper sama dengan dudukan
sndaran oklusal, perbedan hanya pada ukuran yang relatif lebih kecil dan
preparasinya yang melibatkan dua gigi penyangga yang bersebelahan.
Panjang dudukan sandaran embrasur bervariasi 1/3 – 1/4 mesio – distal gigi
penyangga dan lebar sekurang – kurangnya 1/3 lebar fasial lingual, atau
2,5mm. kedalaman preparasi dibuat kira-kira 1,0 – 1,5mm. preparasi
dibuat pada daerah oklusal antara embrasur kedua gigi penyangga yang
bersebelahan.
III. Dudukan sandaran kotak panjang
Outlime dudukan sandaran kotak panjang biasanya asimetris atau
berbentuk parit agar didapatkan cakupan yang adekuat dan sama. Panjang
preparasi dudukan sandaran diperluas lebih dari 1/2 panjang mesio – distal
oklusal gigi penyangga. Lebar preparasi 1/3 – 1/4 panjang mesio – distal
gigi penyangga. Kedalaman preparasi kira – kira 1,0 – 1,5mm. tetapi tidak
sampai berkontak dengan dentin. Preparasi biasanya dibuat pada daerah
oklusal sisi mesial atau distal gigi molar.
B. Bentuk dudukan sandaran pada gigi anterior
I. Dudukan sandaran singulum
Outlime dudukan sandaran singulum dibuat berbentuk U atau
berbentuk bulat sabit. Lebar prparasi sandaran berkisar 2,5mm dan
kedalamannya 2,0mm. preparasi dibuat pada daerah singulum gigi
penyangga, biasnya pada singulum gigi penyangga, biasanya pada singulum
gigi kninus rahang atas.
II. Dudukan sandaran insisal
Outlime dudukan sandaran insisal dibuat berbentuk U atau bulan
sabit, panjang mesio – distal preparasi biasanya kira – kira 1,5 – 3,0mm dan
kedalaman 1,5 – 2,0mm preparasi biasanya dibuat pada sudut gigi kaninus
rahang bawah.
Dari bentuk dudukan sandaran yang di kemukakan diatas dapat di
tarik suatu pengertian, bahwa pada prinsipnya pembuatan dudukan sandaran
memiliki tiga tujuan utama, yaitu :
Penyediaan ruangan yang cukup untuk sandaran
Agar sandaran dapat meneruskan gaya ke sumbu panjang gigi
penyangga
Menciptakan efek kuncian pasif ntuk sandaran.
2. Preparasi gigi penyangga
A. Preparasi dudukan sandaran oklusal
i. Dudukan sandaran preparasi dengan bur bulat nomor 4 atau bur intan kira-
kira berukuran sama. Untuk gigi yang lebih besar, pengurangan yang
adekuat, prosedur berikut ini sangat berguna :
Pengeboran di mulai pada dasar fossa dan potongan kira-kira
setengah kedalaman bur. Perluasan potongan tersebut dengan
kedalaman yang sama panjang dinding fasial kedudukan sandaran
dan melewati marginal ridge.
Ulangi prosedur tersebut pada dinding fossa untuk membuat bentuk
v terbalik pada marginal ridge yang tersisa.
Amati potongan-potongan tersebut dari permukaan proksimal untuk
memastikan kedalaman potongan.
Ketika potongan tersebut pada kedalaman yang di inginkan, buang
enamel antara dua potongan tersebut untuk membentuk dasar
preparasi sandaran, cocokan tepi luar potongan bur dengan kontur
permukaan oklusal untuk menghilangkan gerong.
Lebarkan sedikit potongan tersebut sehingga memotong aspek fasial
dan lingual marginal ridge
Periksa kedalaman preparasi sandaran dengan menyuruh pasien
menggigit malam kecil warna merah yang di tempatkan di atas
preparasi. Ambil malam tersebut dan ukur kedalaman preparasi
dengan mengukur ketebalan untuk mengukur malam (dimensi
terpritis adalah jumlah pengurangan padamarginal ridge. Malam
tersebut dapat di perlihatkan gerong preparasi jika ada).
Buatkan argnal ridge untuk menghilangkan sudut yang tajam.
ii. Preparasi dudukan sandaran embrasure
Kurangi marginal ridge gigi geligi yang kira-kira berdeatan dengan
fossa mesial dan distal dengan bur bulat nomor empat atau intan
berukuran sama.
Jika marginal ridge tidak seimbang pada gigi geligi yang akan di
preparasi, maka marginal ridge tersebut menjadi tidak seimbang
ketika preparasi selesai. Jarak minimum sebesar satu millimeter
harus di tetapkan dengan oklusi berlawanan.
Bentuk outline untuk dudukan sandaran tersebut konsisten dengan
preparasi dudukan sandaran oklusal yang biasa di buat untk gigi
geligi posterior.
Perluas preparasi dudukan sandaran melalui fasial dan lingual
embrasure oklusal dengan menggunakan bur yang sama atau bur
intan.
Dengan gigi dalam keadaan oklusi , tuntun pasien ke pergerakan
ekskursi dan dengan hati-hati menilai celah untuk jarak dudukan
sandaran tersebut.
Cocokkan tepi-tepi preparasi dudukan sandaran terhadap kontur
puspal gigi geligi.
Metode pilihan adalah dengan membuat potongan dengan bur intan
membentuk silindris yang mempertahankan bidang datar dalam arah
fasial-lingual yang menyilang permukaan oklusal sepanjang
inklinasi pada gigi lainnya.
iii. Preparasi dudukan sandaran kotak panjang
Setelah arah pasang ditentukan pada model diagnostic, sangat
berguna untuk mempersiapkan dudukan sandaran pada model dari
stone untuk mendapatkan angulasi yang tepat yang akan diperlukan
ketika mempreparasi gigi di dalam mulut
Gunakan bur karbit atau instrument intan berputar (bur) untuk
memotong sandaran. Ini harus diperluas lebih dari setengah panjang
mesio-distal mahkota gigi yang di ukur dari marginal ridge yang
pertama.
Buat preparasi sandaran dengan kedalaman 1,5-2,0 mm dan dinding
lateral hamper sejajar satu sama lain atau sedikit difergent ke arah
permukaan oklusal.
Buat dasarnya datar dan dengan sudut yang benar terhadap garis
aksis panjang gigi.
Outline oklusal dapat dibuat asimetris (dovetail) atau dapat dibuat
lurus untuk gigi yang sangat miring
Pagas sedikit pada tepi oklusal dari permukaan kavitas.
iv. Preparasi dudukan sandaran singulum
Bur karbit berbentuk kerucut terbalik nomor 37, bur batu hiaju
berbentuk kerucut terbalik, atau gerinda intan dengan tepi yang
tajam dapat digunakan untuk preparasi dudukan sandaran singulum.
Potong dengan perlahan dan sangat hati – hati.
Preparasi dimulai dari insisl ke singulum. Sisi datar instrument
pemotong harus megikuti inklinasi permukaan lingual gigi
memotong menuju apeks gigi. Lanjut pemotongan ke arah gingival
dengan menggerakan alat ke mesial dan distal dalam lengkung
untuk membentuk cekung. Harus diperhatikan agar tidak
menimbulkan gerong.
Gunakan karborundum dengan tepi yang tajam yang disertai karet
roda abrasif untuk membuat tepiyang tajam dan memoles preparasi.
Bentuk dan ketajaman gerinda karet rode bertepi tajam yang
diinginkan dapat dibuat dengan memutarnya terhadap cakram intan.
Jangan mencoba membulatkan tepi yang tajam dari preparasi ini
dengan bur atau stone.
v. Preparasi dudukan sandaran insisal
Gunakan bur intan roda bertepi tajam kecil atau stone hijau untuk
preparasi cekungan berbentuk U sedalam 1,5 – 2,0mm pada bagian
dalam sudut proksimal. Gerakkan instrument pemotong dengan
gerakan U yang melebar kae atas dan perluasan pemotongan
kepermukaan fasial dan lingual gigi. Gunakan ini untuk preparasi
sebagian permukaan lingual untuk menentukan konektor minor.
Buatkan cekungan dan buang setiap daerah yang tajam atau
bersudut dengan karborundum kecil bertepi tajam yang dilengkapi
roda karet, perhatikan untuk menggunakan roda karet dengan
tekanan yang ringan terputus-putus ke gigi, kontak yang lama dapat
menghasilkan panas yang berlebihan dan menyebabkan sakit yang
hebat pada pasien. Selanjutnya groove haru dipoles dan dibentuk
dengan gerakkan berbentuk U yang sama, yang digunakan untuk
memotong cekungan atau groove pada dudukan sandaran insisial
seperti cara 1 di atas, sampai permukaan dipotong dipoles kembali.
Semua permukaan yang telah dipreparasi dihaluskan dan dipoles sebab
goresan-goresan dan kekasaran akan menambah penumpukan plak.
Permukaan yang telah dipreparasi dapat kembali halus dan licin dama
seperti keadaan sebulum dipreparasi.
3. Factor – factor yang dipertimbangkan
Di dalam merencanakan letak dan bentuk dudukan sandaran para praktisi
hendaknya memahami terlebih dahulu tujuan dari pembuatan andaran dan
mempertimbangkan sejumlah factor yang ikut mempengauhi keberhasilan. Factor
tersebut antara lain:
I. Hindari pembuatan dudukan sndaran di daerah yang berlawanan dengan
tonjol pendukung, karena gigi yang berlawanan akan berubah posisi
menempati ruang dudukan sandaran, sehingga ruang yang disediakan akan
mengecil ketika gigitiruan dipasangkan.
II. Dudukan sandaran harus ditempatkan pada enamel atau di atas bahan
restorasi yang secara teoris lebih tahan terhadap fraktur dan deposit. Pada
keadaan dimana enamel gigi penyangga tidak mencukupi untuk dibuatkan
suatu dudukan dandaran maka untuk mengatasinya dapat dilakukan adalah
satu dari alternatif.
III. Pada saat gigi penyangga terisolasi sebaiknya dibuatkan sandaran berbentuk
cicin asalkan daerah gigi diatas garis survey cukup tersedia untuk tempat
sandaran ini. Keuntungan sandaran seperti ini adalah dapat memberikan
distribusi gaya yang lebih baik ke gigi penyangga.
IV. Pada gigi penyangga yang terlalu miring sebaiknya dudukan sandaran
ditempatkan pada permukaan yang paling jauh dari daerah gerong yang
terdalm sehingga dengan cara ini diharapkan dapat mencegah kemiringan
lebh lanjut dari gigi tersebut. Cara lain juga dapat dilakukan dengan cara
memperluas kedudukan dandaran smapai k pusat gigi sehingga gaya yang
diterima sandaran nantinya akan didistribusi dalam arah yang lebih aksial dan
kemungkinan terjadinya kemiringan lebih lanjut dapat diperkecil
V. Untuk GTKL arah pasang rotasi sebaiknya desain dudukan sandaran
berbentuk kotak panjang yang melebihi 1/2 panjang mesio-distal
permukaanoklusal gigi dengan keadaan yang cukup. Desain seperti itu
berguna untuk menambah retensi dan mencegah terjadinya rotasi pada gigi
penyangga. Dinding preparasi fasial dan lingual harus sejajar satu sama lain
dan dasar dudukan sandaran harus berada pada sudut yang tepat dengan
sumbuh panjang gigi.
2.17 Tahap Pemeriksaan
1. Anamnese
Pada tahap ini digunakan untuk saling berkenalan antara dokter gigi dan
pasien, sekaligus memberi kesempatan untuk dokter gigi mengumpulkan
informasi penting dari pasien. Pada tahap ini diperoleh informasi umum yang
penting yaitu :
a. Nama , alamat, pekerjaan, dan nomor telpon pasien yang diperlukan bila
akan menghubungi pasien lebih lanjut. Informasi ini juga dapat member
petunjuk tentang keadaan social_ekonomi pasien dan keinginan serta
harapan pasien.
b. Alasan mengapa pasien memilih kita sebagai dokter giginya, merupakan
hal penting. Untuk mengetahui apakah pasien dirujuk doktergigi? Atau
oleh pasien lain. Jika pasien dirujuk oleh seorang dokter gigi, model
diagnostic dan foto radiografik mungkin sudah ada pada dokter gigi
tersebut.
c. Jenis perawatan yang diperlukan oleh pasien memungkinkan kita untuk
mengatur waktu, jika yang diperlukan adalah pembuatan gigi tiruan baru,
dapat di lakukan perjanjian untuk pemeriksaan pendahuluan.
d. Selain itu, dokter gigi juga sebaiknya mengamati dan menilai pasiennya ,
meliputi umur yang tampak ( umur fisiologis bukan umur biologis ),
bentuk dan ekspresi wajah ( estetika ), bicaranya ( fonetik ), dukungan
bibir, hubungan antar rahang dalam arah vertical, serta keadaan umum
dan sikap pasien berdasarkan jawaban yang diberikan dalam kuesioner.
2. Pemeriksaan subjektif
Pada pemeriksaan ini, pasien di upayakan dapat menceritakan tentang
keluhan-keluhan yang dirasakan pada penggunaan gigi tiruan yang lama. Pasien
harus diberi kesempatan untuk menceritakan masalah-masalah yang dihadapinya
dengan gigi tiruannya yang lama. Apakah hal ini menyangkut kenyamanan pasien,
kemampuan untuk makan, kesulitan bicara, kelonggaran gigi tiruan, atau rasa
ingin muntah.
Selain itu, penyakit sistemik misalnya riwayat mengalami atau konsumsi obat
yang berkaitan dengan penyakit diabetes dan penyakit kardiovaskuler. Kebiasaan
jelek pasien, misalnya mengunyah satu sisi, bruxisme, dsb.
3. Pemeriksaan objektif
A. Pemeriksaan intra oral
1. Gigi –gigi yang masih ada perlu dicatat lokasi dan keadaannya. Jika
pasien memakai gigi tiruan lepasan, oklusinya harus diamati sebelum
gigi tiruan itu di lepas dari mulut.
2. Mobilitas gigi sisa harus di periksa dan kedalaman sulkus gingival
diukur. Mahkota klinis tiap gigi hendaknya diperiksa secara visual dan
dengan bantuan sonde yang tajam.
3. Gigi yang hilang, gigi yang hilang harus di ketahui alasan kehilangan gigi
tersebut untuk membantu mengetahui tingkat oral hygine pasien.
4. Oklusi, oklusi gigi asli pasien sebelum adanya kehilangan gigi perlu di
ketahui sebagai acuan untuk penyusunan gigi tiruan. (Pasien di mintai
foto sebelum kehilangan giginya).
5. Warna gigi penyangga, warna gigi tiruan harus di sesuaikan dengan
warna gigi penyangga untuk memperbaiki estetis pasien.
6. Oral hygiene, pada pasien dengan OH yang buruk perlu di berikan DHE
sebelum pemilihan jenis gigi tiruan untuk mengetahui apakah pasien bisa
menjaga oH atau tidak.
7. Vitalitas pulpa, gigi dengan vitalitas pulpa yang baik dapat di jadikan
pertimbangan dalam pemilihan gigi penyangga.
8. Pemeriksaan terhadap mukosa, jaringan lunak yang menutupi tulang
alveolar
B. Pemeriksaan ekstra oral .
1. Bentuk muka / wajah pasien, dilihat dari arah depan dan samping.
2. Ketebalan bibir, pasien dengan bibir tipis mempunyai masalah khusus.
Perubahan kecil dalam arah labiolingual dapat menimbulkan perubahan
mendadak pada kontur bibir. Baik bentuk lengkung maupun posisi
masing-masing gigi ikut berperan. Bibir tebal memberikan kesempatan
lebih besar kepada dokter gigi untuk mengadakan sedikit variasi dalam
bentuk lengkung serta posisi masing-masing gigi tanpa mengakibatkan
perubahan yang jelas pada kontur bibir.
3. Panjang bibir, pasien dengan bibir atas yang pendek akan
memperlihatkan semua gigi anterior atas dan sebagian dari sayap labial
gigi tiruannya ketika ia tertawa. Ini berarti bahwa perhatian khusus harus
di berikan kepada warna serta bentuk sayap gigi tiruannya.
4. Profil dan kontur wajah, pengamatan profil wajah memberikan petunjuk
tentang ukuran relative dari rahang atas dan rahang bawah serta
hubungan vertikalnya. Dagu yang mundur dan profil yang cembung
menunjukkan bahwa rahang atas lebih besar dari rahang bawah, dan
oklusinya dalam posisi sentrik menunjukkan cirri-ciri hubungan
maloklusi klas II.
Jika dagunya menonjol, profilnya akan tampak cekung dan oklusinya
mempunyai klasifikasi klas III.
5. Panjang wajah, pengamatan umum terhadap wajah pasien sementara
pasien berbicara atau sementara kemungkinan serta batasan estetika di
pertimbangkan harus diarahkan kepada panjang wajah pasien. Ukuran ini
berbanding lurus dengan tinggi gigit gigi tiruan. Beberapa pasien
mungkin memerlukan penambahan dimensi vertical untuk
menghilangkan kerutan di sekeliling mulut. Hal ini dilakukan secara
hati-hati agar gigi tiruannya tidak terlalu tinggi.
6. Sendi temporomandibula, tanda-tanda serta gejala yang berkaitan dengan
gangguan sendi TMJ atau masalah gangguan fungsi mandibula biasanya
terdapat pada pasien dengan gigi geligi yang rusak.
C. Pemeriksaan radiografis
Foto radiografis prnting untuk menilai keadaan yang ada pada setiap
pasien yang memerlukan perawatan prostodontik. Dokter gigi harus
mengetahui keadaan dibawah mukosa. Adanya abnormalitas pada rahang
sering kali tak terduga bila tidak disertai gejala atau tanda-tanda klinis.
Abnormalitas itu, dapat berupa benda asing, sisa akar yang tertinggal, gigi
yang tidak tumbuh, atau berbagai macam patosis berasal dari gangguan
perkembangan, inflamasi atau neoplasma.
Foto radiografis juga menegaskan kedalaman poket periodontal dan
memberikan informasi tentang gigi-gigi yang telah nekrosis. Banyak nya
resorbsi tulang juga dapat terlihat, dapat juga jadi pedoman untuk
menentukan jenis gigi yang paling tepat sebagai gigi penyangga.
2.18 Syarat – syarat Sendok Cetak Individual
Harus kaku, dimensinya stabil dan kuat
Menyediakan ruangan untuk bahan cetak dengan ketebalan yang optimal
Memberikan retensi yang baik terhadap bahan cetak
Memiliki gagang untuk memudahkan
penempatan dan pelepasan sendok cetak, yang
tidak menghalangi gerakan bibir selama
pencetakan
Dapat mencakup semua area yang dibutuhkan
dalam pencetakan
Tebalnya harus merata (2mm)
Daerah frenulum harus bebas
Perbatasannya 2mm diatas .batas jaringan bergerak dan tidak bergerak
Harus bersih dan licin
2.19 Cara Pembuatan Sendok Cetak Individual dengan menggunakan Shellac :
1. Buat garis batas sendok cetak perseorangan, yaitu : kira-kira 2mm di atas batas
mukosa bergerak dan tidak bergerak. Batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
disebut juga “mucobukal fold”
2. Model kerja dibasahi dengan air
3. Ambil selembar shellac base plate, panaskan diatas api spiritus sampai menjadi
lunak
4. Shellac base plate yang sudah lunak diletakkan diatas model kerja. Untuk rahang
atas penekanan dimulai dari tengah-tengah palatum kea rah prosesus alveolaris
sampai menutupi batas yang telah di gambar
5. Untuk rahang bawah, penekanan shellac yang lunak dimulai dari seluruh prosesus
alveolaris kea rah labial, bukal dn lingual sampai menutupi batas yang telah
dibuat
6. Kelebihan bahan dipotong sampai batas yang telah ditentukan kemudian tepinya
dibulatkan, Tangkai sendok cetak dapat dibuat dari malam
7. Buat lubang-lubang berdiameter 1-2mm dengan jarak antar lubang 5mm
8. Lubang – lubang ini untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih sehingga
mengurangi tekanan sewaktu mencetak
2.20 Pengaruh Penggunaan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
terhadap Fonetik, Mastikasi dan Estetik
Fonetik
Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat mempengaruhi
suara penderita. Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya bersifat
sementara. Dalam ha ini geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan
kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali mengucapkan kata-kata dan
berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan bicaranya.
Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prosthodontik biasanya
karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah warna,,
susunan maupun berjejalnya gigi. Namun pada gigi tiruan sebagian lepasa
kerangka logam memiliki estetik yang kurang baik dibandingkan dengan
akrilik
Mastikasi
2.21 Diagnosis pada Kasus
Pada pemerikaan intra oral : Gigi 18, 16, 12, 24, 26, 36, 37, 38, 44, 45, 47, 48
edentulous.
Jadi dari hasil pemeriksaan diatas dapat disimpulkan gigi yang hilang untuk
rahang atas 18, 16, 12, 24, 26 dan gigi yang masih ada 17, 15, 14, 13, 11, 28, 27, 25,
23, 22, 21. Sedangkan gigi yang hilang untuk rahang bawah 38, 37, 36, 44, 45, 46, 47,
48 dan gigi yang masih ada 35, 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43.
Maka diagnosi yang dapat ditegakkan menurut klasifikasi Kennedy
1. Rahang Atas : klaifikasi Kennedy kelas III modifikasi III karena daerah tak bergigi
terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anterior dan
unilateral lalu terdapat 3 gigi yang hilang.
2. Rahang bawah : klasifikasi Kennedy kelas I karena daerah tak bergigi terletak
pada bagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada ke dua sisi rahang
( bilateral )
2.22 Design Perawatan
2.23 Rencana Perawatan pada Kasus
Prepasi mulut
Dilakukan scling pada gigi onterior rahang bawah. Dan persiapan mulut untuk
pemasangan gigi tiruan yang akan di buat.
Tindakan bedah pada prostetik
Dilihat apa ada toru yang mengganggu desain gigi tiruan, bila ia harus di buang
secara bedah, bila tidak dapat di atasi dengan cara non bedah. Pembungan tergantung
ukuran lokasi dalam kaitannya dengan protesa dengan yang akan di buat serta
dukungan kualita tulang alveolar.
Prawatan peridontik
Perawatan peristodontik mutlak harus di dukung jaringan periodontal yang benar-
benar sehat.
Lakukan pencetakan rahang atas dan bawah
Pemilihan warna dan bentuk gigi
Pembuatan desain gigi tiruan
o Menentukan kelas dari maing-masing daerah tak bergigi (sadel)
o Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
o Menentukan macam penahan
o Menentukan macam konektor
Kirim ke lab/teknitor
Try in, periksa :
o Oklusi
o Retensi
o Stabilitas
Pemasangan dan pemeliharaan gigi tiruan
o Intruksikan kepada pasien cara memasang dan melepas gigi tiruan
o Instruksikan cara pemeliharaan gigi tiruan
Kontrol.
2.24 Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
Prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam
KLINIK :
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang
3) Menentukan Diagnosis
4) Menentukan rencana perawatan
5) Pembuatan model diagnostik/study
6) Membuat desain dan list modifikasi abutment pada kertas desain
7) Preparasi gigi penyangga sesuai dengan prinsip preparasi
8) Buatlah cetakan pendahuluan untuk mengecek keadaan gigi hasil preparasi
9) Pembuatan sendok cetak individual (sellac) self cured acrylic
10) Border molding (menggunakan compound/ green stick)
11) Lakukan pencetakan akhir (Final Framework Impression)
Semua Framework Impression harus dibuat pada sendok cetak individual
atau yang biasa disebut border molded custom tray hasil dari cetakan
pendahuluan. Framework impression akan dibuat dengan bahan polyvinyl
siloxane di sendok cetak individual (custom tray). Bahan ini sensitiv terhadap
latex dan memiliki kelebihan antara lain;
- Viskositas rendah sehingga distorsi jaringan lunak rendah
- Stabilisasi yang baik
- Kuat
- Tidak memiliki rasa
12) Pembuatan Master Cast/model kerja
13) Surveying (penentuan lokassi, kontur dan posisi gigi penyangga), terdapat beberapa
hal yang harus dilakukan yaitu :
- Penentuan saddle/gigi yang akan diganti. Perlu dilihat hubungan antar rahang
(ruangan yang tersedia) dengan menggunakan artikulator
- Penentuan support/dukungan yang didapatkan gigi tiruan
14) Pembuatan model diagnostik kedua
15) Membuat desain pada model diagnostik kedua, sebagai patokan untuk pembuatan GT
di laboratorium dimana pada desain warna cokelat biasanya digunakan untuk kontur
metal, warna biru untuk resin, warna merah untuk rilif (relief) , dan warna hitam
untuk garis survei pada jaringan keras maupun lunak.
16) Membuat preskripsi gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam (diperlukan tanda
tangan operator) atau yang biasa disebut dengan WORK AUTHORIZATION
17) Model diagnostik pertama dan yang kedua di kirim ke laboratorium
18) Inspect Wax-Up
19) Penyesuaian/pengaturan kerangka logam
20) Pencatatan hubungan rahang
21) Memilih dan menyusun gigi tiruan
22) Lakukan try-in dengan gigi pada wax
23) Proses, penyesuaian, dan cobakan pada pasien
LABORATORIUM
1) Desain Transfer : menyampaikan batasan protesa dari model diagnostik ke master
cast
2) Penutupan bagian model kerja (blocking out) : Blocking out ini dilakukan pada
daerah undercut dari master cast. Daerah penutupan ini harus benar-benar berada
dibawah garis survei dan tidak berada pada bagian dimana akan diletakkan ujung
lengan cengkeram. Kemudian daerah penutupan ini di kikis dengan menggunakan
bur. Pada desain tooth borne biasanya bur pada model di posisikan benar-benar tegak
lurus. Untuk kasus dukungan kombinasi maka diperbolehkan menggunakan bur yang
berbentuk taper untuk memberikan kebebasan bergerak untuk kerangka logam.
Setelah itu, lakukan penggambaran garis survei dimana tekniker memberi tanda pada
daerah-daerah undercut. Bentuk cengkeram juga digambar pada model menggunakan
pensil sesuai dengan bentuk dan letak dari masing-masing komponen cengkeram.
Setelah itu, dilakukan pula penutupan daerah residual ridge (sadel).
3) Pembuatan Relief pada master cast : Pada beberapa bagian tertentu, biasanya pada
bagian yang berkaitan dengn basis. Bagian retensi basis (meshwork) harus memberi
ruang untuk resin, karena itu bagian dari kerangka ini harus terangkat sedikit sekitar
1mm. Resin yang terlalu tipis biasanya akan mudah poros dan lemah. Adapun tempat
yang biasa dilakukan relief antara lain :
- Diatas free gingival margin
- Dibawah Mandibular Major Connector
Master cast with relief, blockout of undercuts at posterior right and
anterior lingual regions, and shaped blockout ledges for location of
retentive and nonretentive clasp arms.
4) Lakukan Duplikasi Master Cast/Model kerja. Bahan yang digunakan untuk
menduplikasi yaitu mencakup colloidal dan silicone. Bahan Colloidal membuat
larutan dengan memanaskan dan menunggu hingga berubah menjadi bentuk gel yang
ditunggu hingga dingin. Untuk menduplikasi, model harus diletakkan pada dasar
flask, yang disebut dengan duplicating flask/chamber. Model duplikat yang dalam hal
ini akan digunakan sebagai model refraktori , dibuat dengan cara mengisi cetakan
hidrokoloid dengan bahan tanam (invesment material). Bahan pembuat cetakan
(mold) yang paling banyak digunakan yaitu jenis agar-agar (reversible hidrokoloid.
Sebelum proses duplikasi dimulai, model kerja direndam dengan air. Setelah penutup
kuvet dipasang adonan koloid yang telah cair dialirkan melalui bagian penutup kuvet.
Suhu harus tetap diperhatikan sekitar 136-140 derajat fahrenheit. Setelah full, tutup
lubang ventilasi menggunakan malam merah dan teruskan pengisian.
Setelah basis dilepas dari kuvet keluarkan model kerja menggunakan pisau gips,
setelah semuanya diperiksa, cetakan harus segera diisi. Pengisian yang tertunda akan
menyebabkan dehidrasi dan distorsi pada cetakan.
Model Refractory pada sebelah kanan
5) Pembuatan pola malam (Waxing) yang bergantung pada desain dari model kedua.
Pola malam dibentuk di atas model (die) yang merupakan bentuk gigi setelah
dilakukan preparasi. Dalam proses pembuatan gigi tiruan lepasan, yang digunakan
sebagai die yaitu model refraktori. Model ini telah mengikuti bentuk kontur jaringan
mulut yang telah di preparasi sebelum pencetakan kedua dilakukan. Pola malam
untuk kerangka logam bisa diperoleh dalam bentuk siap pakai (prefabricated), pola ini
telah disesuaikan dengan stabilisasi logam. Pada tahap awal, semua pola malam untuk
cengkeram dipasang lebih dahulu. Ujung pola malam cengkeram diletakkan pada titik
undercut yang telah ditentukan dalam desain. Berikutnya, buatlah konektor tambahan
secara manual lalu setelah itu barulah bagian retensi diletakkan dan dipakai
(prefabricated). Lalu, lakukan penempatan konektor utama dengan cara
menyesuaikan dengan batas-batas yang sebelumnya telah dibuat pada model kerja.
Terakhir, buanglah kelebihan malam sesuaikan dengan model kerja.
6) Penanaman pola malam (Investing)
a) Pembuatan Sprue
Sprue merupakan saluran untuk mengalirkan logam cair ke rongg cetakan
selama proses pengecoran berlangsung. Tangkai sprue ditempatkan bersama-
sama dengan sprue reservoir. Cetakan sprue biasanya dibuat dengan bahan
dari plastik. Model refraktori difikasi pada dasar mufel. Tinggi dn lebar
cincin mufel (mufel ring) ditentukan oleh posisi sentris dari saluran sprue
reservoir. Agar bahan tanam dapat mengalir dan menutupi seluruh permukaan
model tanpa menimbulkan gelembung udara perlu dilakukan penyemprotan
dengan surveys lacquer dan sesudah itu mufel diisi dengan bahan tanam
sampai penuh. Setelah pengisian tempatkan mufel dalam pemanas dengan
suhu 300 derajat celcius selama 30 menit. Pada dasarnya, macam-macam
sprue yaitu multiple dan single.
b) Penanaman sprue
Sprue intact
Wax pattern sprued and ready to invest
7) Penguapan pola malam (burning out), pola malam yang telah ditanam kemudian
dipanaskan secara pe;ab-pelan dalam pemanas dengan temperature 300 derajat
celcius. Tahap ini dilakukan sampai semua bahan malam yang membentuk pola
selesai menguap. Pemanasan yang tergesa-gesa akan mudah merusak mold yang
sudah ada. Sebelum ditempatkan didalam pemanas mold harus diletakkan dalam
casting machine untuk keseimbangan berat terhadap berat dari mold itu sendiri.
8) Pengecoran kerangka logam (Casting) . Pengecoran dilakukan segera dalam unit
pengecoran dengan frekuensi tinggi. Sebelumnya dilakukan pelelehan logam secara
induksi atau yang biasa disebut inductive liquifaction. Pengecoran secara sentrifugal
dapat dilakukan secara otomatik atau manual dengan observasi pelelehan logam
secara visual. Setelah pengecoran selesai dilakukan, dinginkan mufel sehingga
mencapai suhu kamar. Setelah itu pisahkan bahan tanam dari logam campur.
9) Finishing dan Polishing. Proses pemolesan dibagi dalam tiga tahap ;
- Pemolesan awal dengan menggunakan macam-macam karet pemoles
- Pemolesan dengan rendman elektrolitik
- Pemolesan tanpa akhir sampai benar-benar halus (highly polished)
10) Di kirim kembali ke dokter gigi
2.25 Surveying
Tahap Surveying Merupakan prosedur dimana penentuan lokasi dan
menggambarkan kontur dan posisi gigi penyangga pada model rahang sebelum di
desain.
Adapun tujuan surveying :
- Menentukan jalur pemasangan yang paling sesuai yang dapat meniadakan atau
meminimalkan gangguan
- Mengidentifikasi permukaan proksimal gigi yang sudah atau harus dibuat paralel
sehingga dapat berfungsi sebagai guiding plane selama pemasangan dan
pelepasan
- Menemukan dan mengukur daerah gigi yang dapat digunakan sebagai retensi
- Menentukan apakah area gigi dan tulang yang mengganggu perlu dihilangkan
melalui pembedahan atau dengan memilih jalur pemasangan yang berbeda
- Untuk menentukan jalur pemasangan yang paling sesuai akan memungkinkan
penempatan retainer dan gigi buatan untuk hasil yang paling estetis
- Memberikan pemetaan yang akurat dan persiapan pada mulut yang harus
dilakukan
- Menggunakan ketinggian kontur pada gigi penyangga untuk menemukan area
yang undercut
- Merekam posisi cetakan gigi dalam kaitannyadengan jalur pemasangan untuk
rujukan pada kasus selanjutnya
Adapun manfaatnya :
- Gigitiruan mudah dilepas dan dipasang
- Dapat menahan gaya yang melepas
- Tidak menjadi jebakan sisa makanan
Prosedur :
1. Model yang disurvei diletakkan dan diklem pada meja model
2. Posisi permulaan diambil bidang oklusal letaknya horizontal. Pada posisi ini
umumnya hanya sedikit ditemukan sangkutan (interface) pada bagian proksimal
daerah tak bergigi
3. Apabila pada posisi horizontal ini diperoleh daerah gerong yang cukup untuk
meletakkan cangkolan pada gigi sandaran, maka posisi ini lebih diambil untuk
melakukan surveying selanjutnya
4. Pada posisi ini pemasangan tegak lurus terhadap bidang oklusal. Arah
pemasangan searah dengan tongkat vertikal (vertikal spindle), selanjutnya masih
pada posisi tersebut dilakukan pembuatan garis – garis survey pada semua
permukaan gigi sandaran dan pada bagian – bagian yang perlu penutupan (block
– out)
5. Caranya dengan memasangkan batang pensil dan disinggungkan pada daerah
yang disurvey
6. Bila pada posisi horizontal tersebut ternyata terlalu banyak sangkutan dan tidak
ditemukan daerah gerong yang cukup pada gigi sandaran, maka perlu dilakukan
perubahan posisi model (tilting)
7. Perubahan posisi model dapat dilakukan ke anterior, posterior, dan lateral.
Disinilah arah pemasangan sudah ditentukan (tidak tegak lurus dengan bidang
oklusal). Masih tetap pada posisi ini dibuat garis survey, pada bagian – bagian
yang diperlukan
8. Sebelum dilepas dari meja model, terlebih dahulu dilakukan tripoding, yaitu
membuat 3 titik pada model atau basis dengan ketinggian yang sama
9. Titik ini dipakai untuk menentukan kembali posisi model yang sudah dilepas
10. Selain itu, pada bagian basis dapat pula digoreskan garis yang sejajar dengan
tongkat vertikal. Garis ini disebut “Guide Marker” dan berguna untuk
memberikan gambaran arah pemasangan pada model tertentu.
2.26 Work Authoritazion dari Pembatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka
Logam
Work authorization merupakan surat perintah dari dokter gigi kepada
tekniker untuk prosedur pembuatan gigi tiruan di labotarorium.
Work authorization yang dibuat harus memenuhi 3 syarat, yaitu :
1. Jelas , semua yang diinginkan dokter gigi tertulis jelas dalam lembar surat yang
akan di kirim.
2. Ringkas , intruksi dokter gigi harus di upayakan ringkas karena lembaran yang
tersedia minim.
3. Lengkap , semua instruksi dokter gigi harus lengkap tertulis di dalam lembaran
tersebut. Mengenai warna, jenis bahan,jenis desain, pontik, konektor yang di
gunakan dsb.
Ketika mengisi formulir standar authorization laboratory, Anda harus
mengamati dasar petunjuk pada lembar yang tersedia . Formulir ini dapat menghemat
menulis luas dengan menempatkan cek atau nomor tepat di ruang (gigi #, warna #, dll).
Gunakan Arah Tertulis Khusus(sisi kanan) daerah hanya untuk sesuatu yang penting
atau catatan khusus dokter gigi. Anda dapat menunjukkan desain dari kasus tersebut.
Pada lembaran disediakan tempat untuk menulis nama dokter gigi, tanggal
pengiriman, telepon, nama pasien, umur pasien, pekerjaan pasien, tipe casting yang di
inginkan, tanggal pengmbalian yang di inginkan,serta code lab yang di kirimkan,
Pada lembar kanan yang tersedia, dokter gigi dapat menuliskan hal- hal yang
diinginkan seperti : jenis konektor yang diinginkan dan penempatannya, tempat rest
nya, tempat retensinya, serta perintah untuk tidak menggunakan bahan-bahan yang
tidak di inginkan.
Adapun pada desain yang ditentukan harus jelas di tuliskan bagian –bagian
( keterangan 0 dari desain tersebut, mengenai jenis konektor yang di gunakan serta
penempatannya, jenis cengkeram dan posisinya , klasifikasi kehilangan gigi, tempat
retensinya dan sebagainya. adapun contoh work authorization dapat di lihat pada
gambar berikut.
Contoh work authorization.
2.27 Try-in Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam oleh operator
Try In merupakan proses dimana gigitiruan dicobakan pada pasien agar rongga mulut
pasien dapat beradaptasi dengan gigitiruan.
Pemeriksaan Gigitiruan pada mulut pasien :
- Adaptasi gigitiruan pada mulut
- Memeriksa apakah gigitiruannya ada yang longgar atau tidak
- Periksakan oklusinya
- Periksa dimensi vertikalnya
- Kontur dari sayap malam
- Penampilan pasien
- Dan suruh pasien menilai sendiri gigitiruannya.
2.28 Pemeliharaan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam
Gigi palsu atau gigi lepasan adalah salah satu jenis gigi tiruan. Gigi tiruan itu
bisa dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien. Gigi palsu tersebut dirancang agar bisa
menempel erat, tepat, dan rapi di dalam mulut. Ia bisa berfungsi sebagai alat
pengunyah, bicara, dan mempercantik diri seperti gigi asli. Namun, gigi palsu itu juga
harus mudah dilepas dan dipasang kembali tanpa bantuan dokter gigi.
Karena itu, syarat utama gigi tiruan adalah sebagian lepasan harus dirancang
dengan tepat sesuai fungsinya. Tentu, harus memperhatikan kesehatan rongga mulut
serta kesehatan tubuh pada umumnya. Gigi tiruan yang dirancang sembarangan akan
mngganggu fungsi mengunyah, bicara, kecantikan, bahkan rawan membahayakan
pemakainya. Di antaranya, tertelan dan alergi.
Gigi palsu yang dirancang dengan pertimbangan para ahli gigi palsu
(prosthodontist) yang cermat tak akan mengakibatkan alergi, kerusakan jaringan gusi,
serta tidak gampang lepas. Meski, si pemakai sedang bersin, tertawa lebar, atau
sedang tersedak sekalipun. Jika rancangan gigi palsu dan konstruksinya sudah benar,
ada beberapa faktor pemicu gigi tiruan lepasan tertelan. Di antaranya, gigi palsu
retak, pecah sebagian, atau berubah bentuk karena pemeliharaan kurang baik.
Pemeliharaan gigi tiruan yang kurang tepat juga memberi efek perubahan
bentuk fisik dan kekenyalan gigi tiruan. Kestabilan gigi palsu berkurang dan
membuat luka pada jaringan atau gusi yang menyangganya. Sebaiknya gigi tiruan
dilepas pada saat tidur dan direndam air bersih dalam tempat khusus (gelas). Atau,
direndam obat pembersih gigi tiruan yang banyak dijual di toko peralatan gigi.
Sebelum direndam, sebaiknya gigi tiruan dicuci dengan sabun mandi (bukan
pasta gigi). Sebab, pasta gigi biasanya mengandung kristal batu apung yang
menggores gigi tiruan
2.29 Kegagalan Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam dan
Penanggulangannya
Faktor Penting dalam pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka
Logam :
1. Keutuhan gigi penyangga untuk penempatan rest
2. Panjang diastem, berpengaruh terhadap dukungan yang diberikan oleh gigi
penyangga dan jaringa periodontium dalam pembuatan gigi tiruan.
3. Jumlah diastem, berpengaruh terhadap penyebaran tekanan kunyah
4. Resorbsi prosesus alveolaris, Selain penggantian gigi juga perlu diadakan
penambahan prosesus alveolaris yang hanya bisa dilakukan dengan suatu gigi
tiruan kerangka logam atau gigitiruan jembatan yang bisa di lepas.
5. Kondisi gigi yang tersisa terutama jika gigi ini berfungsi sebagai penyangga.
Pembuatan suatu desain gigi tiruan sebagian merupakan salah satu tahap
penting dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah
gigi tiruan. Aspek desain perlu memperhatikan faktor estetik, kenyamanan, higienis,
dukungan, retensi, oklusi, biaya dan masalah teknis, walaupun tiap-tiap dokter gigi
akan menonjolkan aspek desain yang berbeda-beda. Perbaikan penampilan pasien
dengan gigi tiruan sebagian lepasan tujuannya adalah memperbaiki, mengganti semua
jaringan yang rusak dengan gigi tiruan yang sangat mirip baik bentuk, warna, dan
susunannya dengan jaringan rongga mulut, sehingga tidak terlihat seperti tiruan.
Hubungan relasi vertikal
Bila relasi vertikal terlalu tinggi, harus dikurangi ketinggian tanggul gigitan rahang
bawah supaya tidak mengagnggu estetik pasien, kecuali bila pengurangannya banyak
sehingga gigitan bawah habis kita boleh mengurangi bagian yang atas, dalam hal ini
terpaksa mengorbankan esteik pasien. pengurangan tanggul gigitan rahang atas harus
hati-hati, jangan sampai kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat sebagai
pedoman waktu pengurangan ketinggian tanggul gigitan ialah dengan menarik garis
yang sejajajr bidang orientasi pada tanggul gigitan tersebut.
Relasi vertikal yang terlalu tinggi akan mengakibatkan :
GT kurang stabil karena permukaan oklusal GT letaknya terlalu jauh dari puncak
lingir
tidak enak dipakai dan otot pengunyahan terasa lelah
profil pasien menjadi jelek karena otot ekspresi tegang dan bila terlalu tinggi,
bibir tak dapat menutup
terjadi clicking dari gigi (horse sound)
dapat terjadi : luka pada jaringan pendukung, resorspsi tulang dan gangguan
pada sendi rahang.
Bila relasi vertikal terlalu rendah, kita tambah tanggul gigitan bawah dengan
menggunakan lembaran malam/lilin supaya ketebalannya merata dan tidak
mengganggu kesejajaan bidang orientasi. jangan sekali-kali menambah tanggul gigitan
atas karena akan menambah jarak "low lip line/garis insisal yang telah kita tentukan.
Relasi vertikal yang terlalu rendah akan mengakibatkan
kekuatan gigitan akan berkuang, sehingga efisiensi pengunyahan berkurang
ekspresi wajah terlihat lebih tua:
1. bibir kehilangan kepadatan dan terlihat tipis
2. sudut mulut menjadi turun dan melipat
3. gigi-gigi kurang terlihat, selah-olah tidak bergigi
4. pipi dan bibir sering tergigit karena tonus otot kurang
5. fonetik terganggu terutama pada pengucapan huruf 's' yang diucapkan
mendesis
Rest oklusal
Terdapat beberapa faktor yang menentukan support & retensi rest oklusal yaitu : fit
(pas atau tidaknya). Ukuran,bentuk, dan lokasi rest oklusal. Evaluasi pas/tidaknya rest
oklusaldapat dilakukan dengan melihat gap atau celah antara rest & tempatrest di gigi
penyangga. Jika tidak pas beban oklusal tidak dapat disalurkan dengan baik ke gigi
penyangga. Hal ini dapat disebabkan:
Proyeksi permukaan dalam clasp, solusinya dengan di hilangkan
Deformasi cengkram/rest, solusinya hilangkan jika sedikit,refabrikasi jika jelas.
free end saddle, cek dengan menekan gigi palsu paling distal. Jika gerak,
solusinya rest mesial, eksstensi basis, eliminasi kontak oklusal.
2.30 Penambahan Unsur pada Gigi Tiruan Seagian Lepaan Kerangka Logam
Untuk kasus cengkeram yang patah dan penambahan elemen gigi tiruan dapat
direparasi dengan cara melekatkan basis metal dengan menggunakan electric soldering.
Pembuatan dengan basis yang terbuat dari resin merupakan pekerjaan yang sederhana
dibanding dengan basis kerangka logam. Begitu pula dengan penambahan unsur pada
gigi tiruan kerangka logam. Color-matching gold solder digunakan untuk soldering
kedua gold dan chromium cobalt aloy. Solder untuk gold alloy akan meleleh pada suhu
1420 derajat fahrenheit dan 1500 derajat fahrenheit.
Penambahan unsur pada gigi tiruan kerangka logam dapat dilakukan dengan
melekatan menggunakan electric soldering, sama seperti cengkeram yang patah atau
dengan membuat elemen retentif sebagai perlekatan pada perpanjangan resin (resin
extension). Sebagai contoh, ketika perpanjangan bagian distal (distal extension) gigi
tiruan meluas, maka sebaiknya dilakukan relining pada seluruh basis.
2.31 Penangan Masalah Gigi Tiruan Berujung Bebas
Tidak stabilnya gigi tiruan berujung bebas dapat berupa : gigi tiruan mengungkit pada arah vertikal; bagian ujung mengungkit pada arah horizontal; rotasi bagian sadel pada poros rotasi sagital ; dan pergeseran anteroposterior.
Ungkitan Pada Arah Vertikal
Pada ungkitan ini poros rotasi berjalan horizontal pada bidang frontal. Ungkitan pada arah vertikal dapat dibagi dua macam yaitu ungkitan kearah oklusal, dan ungkitan ke arah apikal.
Ungkitan ke Arah Oklusal (menjauhi lingir alveolar)
Ungkitan ke arah oklusal dapat terjadi pada pengunyahan jenis makanan yang lengket, yang menyebabkan ujung distal sadel ujung bebas akan terangkat, sedangkan ujung mesialnya karena ada ujung tangan retentif, akan tetap menempel pada gigi sandaran. Pada awal gerak, poros rotasi ada pada kedua ujung tangan retentif, selanjutnya poros melalui retainer indirek yang paling dekat dan terletak mesial dari tangan retentif. Untuk mengatasi ungkitan ke arah oklusal dapat dilakukan :
Perpanjangan landasan lebih jauh ke anterior dari titik retensi makin panjang/jauh ke anterior landasan/penghubung major maka ungkitan ke arah oklusal makin mudah diatasi. Bagian landasan yang memanjang ke anterior akan menahan terangkatnya sadel ujung bebas ke arah oklusal. Untuk gigi tiruan rangka logam penghubung utama/major tidak perlu dibuat terlalu luas/lebar, tetapi harus cukup panjang.
Disain retainer dibuat menjadi ungkitan kelas II Ungkitan kelas II pada kasus gigi tiruan ujung bebas terjadi apabila titik fulkrum berada sebelah anterior dari titik retensi. Pada posisi seperti ini sadel ujung bebas akan tertahan waktu terangkat ke arah oklusal. Makin jauh jarak antara titik fulkrum, maka kemampuan menahannya akan makin baik. Pada gigi tiruan rangka logam sebaiknya dibuat retainer indirek yang ditempatkan sejauh mungkin ke anterior.
Menganjurkan pasien agar hati-hati/tidak mengunyah makanan yang lengket. Hal ini merupakan pencegahan atas penyebabnya, akan tetapi hampir setiap jenis makanan terutama karbohidrat cenderung bersifat lengket. Yang perlu
dihindarkan ialah jenis makanan yang sangat lengket misalnya jenis dodol dan permen karet.
Ungkitan ke Arah Apikal (ke arah lingir alveolar)
Ungkitan ke apikal terjadi pada saat pengunyahan makanan di daerah sadel ujung bebas. Sadel akan menekan jaringan pendukung di bawahnya. Akibat adanya perbedaan kompresibilitas jaringan pendukung yang mendukung sadel ujung bebas, maka terjadi ungkitan pada gigi tiruannya. Gerak dan kekuatan ungkitan yang terjadi tergantung pada perbedaan kompresibilitas jaringan pendukung, tekanan penggigitan, dan letak tempat penggigitan. Perbedaan kompresibilitas dapat terjadi antara mukosa daerah ujung sadel berujung bebas.
Resorpsi Lingir Alveolar
Suatu ungkitan ke arah apikal dari landasan gigi tiruan yang tidak stabil akan menyebabkan tidak meratanya penyaluran tekanan kunyah. Pada kasus gigi tiruan sebagian lepasan ujung bebas, tekanan kunyah ke arah apikal akan lebih terkonsentrasi di bagian posterior (daerah ujung bebas), sehingga akan menimbulkan tekanan berlebih (overload/overfunction), yang selanjutnya akan mengakibatkan resorpsi lingir alveolar yang lebih hebat di tempat tersebut. Untuk mengatasi ungkitan ke arah apikal dapat dilakukan :
a. Memperluas landasan ujung bebas (daerah posterior) Makin luas landasan/sadel maka penyaluran tekanan kunyah per satuan luas tertentu akan makin kecil, sehingga mukosa akan lebih sedikit tertekan, dan gerak ungkit yang terjadi juga akan makin kecil. Perluasan landasan/sadel yang maksimal dapat diperoleh dengan cara melakukan muscle trimming baik untuk gigi tiruan rangka logam maupun gigi tiruan akrilik sederhana.
c. Pencetakan khusus yang mengurangi tekanan terhadap lingir pada saat pengunyahan, misalnya : pencetakan berganda; pemakaian bahan cetak mukostatik; dan teknik alter cast.
d. Memperkecil luas permukaan oklusal gigi artifisial pada sadel ujung bebas Makin kecil/sempit luas permukaan kunyah, makin sedikit bagian bolus makanan yang dikunyah, sehingga makin kecil tenaga/tekanan/gaya yang diperlukan. Dengan demikian tekanan ke apikal terhadap sadel ujung bebas akan makin kecil. Agar hal ini dapat dicapai, maka dipiilih gigi artifisial berukuran mesiodistal dan bukolingual yang lebih kecil
e. Mengurangi jumlah gigi artifisial di distal Dengan dikuranginya jumlah gigi artifisial di distal, maka selain akan mengurangi luas permukaan oklusal, juga akan memperpendek panjang lengan ungkit (jarak dari titik beban ke titik fulkrum), sehingga apabila disain retainernya ungkitan kelas I, ungkitan yang terjadi akan lebih kecil.
f. Membuat titik retensi mesial/lebih jauh ke mesial dari titik fulkrum paling distal. Pada ungkitan kelas I maka dengan bertambah besarnya jarak dari titik fulkrum ke titik retensi, sedangkan jarak lengan ungkit dan besar beban tetap, maka ungkitan yang terjadi akan lebih kecil. Pembuatan tangan retentif pada gigi
yang lebih ke anterior atau di gigi anterior (kaninus) dapat mengganggu estetika karena akan lebih banyak bagian logam yang terlihat. Untuk mengatasi hal ini dipilih jenis retainer yang lebih estetis antara lain: ‘T” clasp; “I” clasp; bahan plastik khusus; atau kombinasi dengan cara sebagian retainer yang nampak dibuat dari bahan cangk. kawat. Selain itu agar ujung tangan retentif dapat ditempatkan serendah mungkin mendekati margin gusi, tangan retentif harus dibuat sangat fleksibel.
Ungkitan Terhadap gigi sandaran
Gigi tiruan yang mengungkit selain dapat menyebabkan resorpsi lingir alveolar yang lebih hebat, juga dapat mengungkit gigi sandaran apabila disain retainer pada gigi sandaran tersebut menimbulkan ungkitan kelas I. Faktor utama yang menimbulkan gaya ungkit paling besar adalah tekanan/gaya kunyah, yang menyebabkan ungkitan bagian sadel ke arah apikal/lingir alveolar. Akibat ungkitan kelas I gigi tiruan ujung bebas ke apikal, gigi sandaran seolah-olah diputar dan ditarik arah posterior. Karena hal ini berlangsung kontinu, maka dapat terjadi kerusakan jaringan periodontal.
Bagian Ujung Mengungkit pada Arah Horizontal
Akibat tidak adanya gigi sandaran di ujung distal ujung bebas, bagian ini bebas bergeser/berrotasi baik ke arah medial maupun ke arah lateral. Poros rotasi yang terjadi berjalan vertikal melalui titik fulkrum paling distal pada gigi sandaran. Penyebab pergeseran ke lateral atau medial ialah karena bekerjanya komponen gaya lateral/medial pada fungsi pengunyahan. Untuk mengurangi pergeseran ke arah tersebut dapat dilakukan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Perluasan landasan yang maksimal (ant., post., sisi lain). Perluasan landasan yang maksimal diperoleh dengan melakukan muscle trimming. Landasan yang lebih luas akan memberikan tahanan gesekan yang lebih besar yang akan mengurangi bergesernya landasan ke arah lateral/medial. Besarnya tahanan ini akan bertambah apabila lingir alveolarnya masih tinggi.
b. Retainer indirek (makin ke anterior > baik) Adanya retainer indirek yang menempati seat (lekuk dudukan) di anterior akan menahan sadel ujung bebas bergeser ke arah lateral/medial. Seperti halnya pada ungkitan, makin jauh retainer indirek ke titik fulkrum, maka akan makin besar kemampuannya untuk menahan pergeseran titik beban ke arah apikal.
c. Menghilangkan sangkutan oklusi (interference) Gigi artifisial disusun sesuai dengan kaidah Hukum Artikulasi, dan menghilangkan disharmoni oklusal waktu artikulasi perlu dilakukan baik pada saat remounting maupun grinding in.
d. Gigi artifisial non-anatomik Pemakaian gigi artifisial non-anatomik juga akan menghilangkan terjadinya komponen gaya kunyah yang mengarah ke lateral/medial.
Rotasi Bagian Sadel pada Poros Rotasi Sagital
Bagian sadel dapat berotasi dengan poros melalui puncak lingir alveolar. Pada sadel ujung bebas satu sisi sehubungan tidak ada gigi penyanggadi posterior sadel, cenderung lebih mudah terjadi. Untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan ini, dapat dilakukan tindakan-tindakan berikut :
a. Perluasan landasan ke sisi lain Perluasan penghubung major/landasan ke sisi lain akan mencegah terputarnya sadel ke arah medial pada poros rotasi sagital.
b. Retensi di sisi lain Adanya retensi di sisi lain akan mencegah penghubung major/landasan di sisi ini terangkat, sehingga selanjutnya akan mencegah sadel ujung bebas terputar ke arah lateral.
c. Sandaran oklusal yang lebih lebar Lebar sandaran oklusal yang biasa kira-kira sepertiga lebar permukaan oklusal gigi sandarannya. Untuk dapat lebih mencegah terputarnya sadel ujung bebas, lebar sandaran oklusal harus ditambah. Pada gigi tiruan rangka logam hal ini mudah diperoleh, akan tetapi untuk gigi tiruan akrilik sandaran oklusal yang dibuat dari cangk. kawat ukurannya jauh lebih kecil dari sepertiga lebar permukaan oklusal gigi sandaran. Untuk mengatasi kekurangan ini sandaran oklusal pada satu tempat dibuat dari beberapa cangk. kawat yang disusun melebar.
d. Tangan retentif di permukaan bukal dan mesial gigi sandaran (mod. Akers) Apabila tangan retainer baik di bukal maupun lingual bersifat retentif, maka kedua tangan retainer ini dapat mengurangi terputarnya sadel baik ke arah medial maupuin lateral.
e. Perluasan landasan maksimal Landasan yang lebih luas terutama ke medial maupun lateral akan lebih dapat mencegah terputarnya sadel. Perluasan landasan yang maksimal ke bagian forniks maupun ke posterior dapat dilakukan dengan muscle trimming. Pergeseran Anteroposterior
Pada kasus “all tooth supported” Pergeseran sadel ke arah mesial maupun distal dapat dicegah karena baik sebelah mesial maupun sebelah distal tertahan oleh gigi kodrat. Pada gigi tiruan berujung bebas karena sebelah distal dari sadel sudah tidak ada lagi gigi kodrat, maka sadel ujung bebas mudah sekali bergeser ke arah posterior. Untuk mencegah bagian sadel ujung bebas tergeser ke arah posterior dapat dilakukan hal-hal berikut :
a. Retainer merangkum gigi sandaran > 200 Dengan cara ini hampir seluruh gigi sandaran dirangkum oleh tangan retainer, sehingga dapat mencegah pergeseran sadel baik ke arah distal maupun ke mesial. Untuk gigi tiruan rangka logam dapat dipilih retainer Ring Clasp atau Back Action Clasp. Untuk gigi tiruan akrilik sederhana agak tidak mudah, karena tangan retainer cangk. kawat yang terlalu panjang akan sangat lemah sekali (misalnya “C “clasp), sehingga untuk mengatasinya perlu tambahan lain.
b. Sandaran oklusal diletakkan di bagian mesial permukaan oklusal gigi sandaran. Dengan meletakkan sandaran oklusal di tempat ini pergeseran sadel ujung bebas ke posterior dapat dicegah. Baik untuk gigi tiruan rangka logam
maupun akrilik sederhana dapat dibuat membuat retainer yang berjalan dari mesial ke distal.
c. Retainer indirek Dengan menempatkan indirek retainer di gigi anterior, akan mencegah pergeseran sadel ujung bebas ke posterior.
d. Ada sadel “all tooth supported” (sadel lain di mesial sadel ujung bebas)Sadel lain yang menempati daerah tidak bergigi sebelah anterior sadel ujung bebas juga akan menahan bergesernya sadel ujung bebas ke posterior.
2.32 Dampak Bila Kasus Tidak Ditangani
Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan
pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati
posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan,
maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring
lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat.
Erupsi Berlebih
Bila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi, maka akan terjadi
erupsi berlebih (overeruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai
pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami
kemunduran sehingga gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai
pertumbuhan tulang alveolar berlebih, makan akan menimbulkan kesulitan jika
pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan lengkap.
Penurunan Efisiensi Kunyah
Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang
belakang, akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok
orang yang dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh,
maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan
sedikit proses pengunyahan saja.
Gangguan pada Sendi Temporo-Mandibula
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure),
hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan
gangguan pada struktur sendi rahang.
Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang
masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebih. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membrane
periodontal dan lama kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan akhirnya terpaksa
dicabut.
Kelainan Bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan
bicara, karena gigi khususnya gigi depan termasuk bagian organ fonetik.
Memburuknya Penampilan
Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan
mengurangi daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia
modern.
Terganggunya Kebershian Mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan
tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang
interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi
sisa makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah
terjadi plak. Pada tahap berikut terjadi karies yang menigkat.
Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih
menerima beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap
sehat. Toleransi terhadap beban ini biasa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi,
sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal
wajah pada saat gigi dalam keadaan oklusi sentrik.
Efek terhadap Jaringan Lunak Mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati
jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan
kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena
terdesaknya kembali jaringan lunak dari tempat yang ditempati protesis. Dalam
hal seperti ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing
yang cukup mengganggu.
BAB III
KESIMPULAN
Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam memiliki keuntungan dan kerugian bagi
pemakai baik dari segi estetik, biaya maupun bahan dari gigi tiruan itu sendiri. Gigi tiruan ini
memiliki komponen – komponen yang menyusunnya terdiri dari konektor dan sebagainya.
Terdapat banyak pertimbangan saat memilih gigi tiruan ini, seperti designnya yang
dimodifikasi jika terdapat torus besar yang berada di palatum.
DAFTAR PUSTAKA
Boucher,LJ; Renner,RP. 1982. Treatment of Partially Edentulous Patients. The CV Mosby
Co. St Louis
Carr AB, Brown DT. 2011. McCraken Removable Partial Prothodontics. Missouri : Mosby
Elsevier.
A colour of atlas removable partial dentures, J.C.Davenpart, 1992, halaman 13
McCracken’s Removable Partial denture prosthodontics. Ed 12th. P 219-224
Setiawan Ricky. Penatalaksanaan Relining pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL).
Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013.
Gunadi H A.1995. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I. Hipokrates
Gunadi H A.1995. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II. Hipokrates
Zarb A.George.2002. Buku Ajar Prostodonti Untuk Pasien Tak bergigi menurut Boucher.
Mosby.
Loney R W. 2011. Removable Partial Denture Manual. Dalhouse University
Van Die S. 2005. Aesthetic Claso Design for Removable Partial Dentures: A Literature
Review
Barclay C W. 2001. Fixed and Removable Prosthodontics. Churchil livingstone
Rosenstiel. 2001. Contemporary Fixed Prosthodontics. Third Edition. Mosby