Upload
aroryza
View
132
Download
25
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pankreatitis
Citation preview
TUGAS KULIAHFARMAKOTERAPI TERAPAN
PANKREATITIS KRONIK
Oleh :
Kelompok 4
Multi Sri Megawati N21112056
Asniar Taiman N21112059
Hj.Carnina Bonita N21112126
Nurhikma A. N21112683
Sufyan Tsauri N21112687
Patrizia Maina Karola N21112697
PROGRAM STUDI APOTEKER
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Insidens pankreatitis kronik di negara maju/industri kira-kira 4-6 per
100.000 penduduk pertahun dan makin tahun insidens ini cenderung
meningkat.Prevalensi penyakit ini diantara 25-30 per 100.000 penduduk
dewasa.rasio laki-laki :wanita 7:1 dan usia rata-rata 36-55 tahun.
Kelenjar pankreas merupakan organ pensekresi yang didalamnya
tersebar sekelompok sel berbentuk pulau, yang disebut sel-sel pulau
Langerhans yang mensekresi ke dalam. Bagian eksokrin pankreas
mampu mensekresi enzim pencernaan.
Pankreatitis kronik merupakan peradangan pankreas menahun
yangbiasanya menyebabkan kerusakan strukturdan fungsi pankreas.
Pada kebanyakan pasien bersifat irreversible.Terjadi kerusakan permanen
sehingga menyebabkan gangguan fungsi eksokrin dan endokrin.
Tujuan dari pengobatan pankreatitis kronik adalah dengan
mengurangi resiko keparahan penyakit serta memperbaiki kualitas hidup
pasien dengan memberikan terapi aman serta efek samping lebih kecil
dari efek terapi yang diharapkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar pankreas merupakan organ pensekresi yang didalamnya
tersebar sekelompok sel berbentuk pulau, yang disebut sel-sel pulau
Langerhans yang mensekresi ke dalam. Bagian eksokrin pankreas
mampu mensekresi enzim pencernaan. Organ yang beratnya sekitar 70
sampai 90 gram ini terdapat pada perut bagian atas di belakang lambung.
Organ ini terbagi menjadi 3 kepala bagian, bagian kepala pankreas yang
terdapat pada bagian cekung duodenum, badan pankreas dan ekor
pankreas. (1)
Pankreatitis didefinisikan sebagai suatu peradangan akut atau
kronis pankreas dengan variabel keterlibatan jaringan peripancreatic dan
remote organs. Pankreatitis kronis (CP) yang ditandai dengan kerusakan
permanen struktur pankreas dan fungsi karena peradangan yang terus
menerus dan yang tidak sembuh-sembuh, yang semakin parah dari
waktu ke waktu. Pada awal tahapan penyakit, eksaserbasi berulang gejala
akut menyerupai serangan AP dan mungkin tidak dibedakan. kebanyakan
pasien dengan CP memiliki periode nyeri perut keras atas, yang fitur
dominan. Eksokrin pankreas progresif dan endokrin insufisiensi mengarah
ke pencernaan dan diabetes mellitus. pasien CP berada pada
peningkatanrisiko mengembangkan pankreas cancer. Pasien dengan AP
dan CP menderita banyak komplikasi yang sama. (3)
Pankreatitis kronis ditandai oleh destruksi progresif kelenjar disertai
penggantian jaringan fibrosis yang menyebabkan terbentuknya struktur
dan kalsifikasi. Faktor etiologinya sama dengan etiologi pankreatitis akut,
walaupun sekitar 75 % pasien dewasa dengan pankreatitits kronik di
Amerika serikat merupakan peminum alkohol; fibrosis kistis merupakan
penyebab tersering pada anak. Perjalanan klinis dapat berupa serangan
nyeri akut berualang, masa pankreas fungsional yang makin berkurang,
atau berkembang secara perlahan. Steatorea, malapsorpsi, penurunan
berat badan, dan diabetes merupakan manifestasi dekstruksi lanjut.
Pankreatitis kronis dapat terjadi setelah pankreatitis akut, tetapi pada
beberapa pasien timbul secara perlahan. (5)
Pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendeteksi pankatitis
kronis adalah penentuan kadar bikarbonat dan keluaran dalam duodenum
setelah dirangsang dengan sekretin. Tindakan diagnostik lain yang
bermanfaat adalah tindakan untuk menentukan lemak feses, kadar
glukosa darah puasa untuk menentukan kerusakan pulau Langerhans dan
pemeriksaan arteriografi serta radiografi untuk mengetahui adanya fibrosis
dan kalsifikasi. Sayangnya, karsinoma pankreas yang invasif dapat
menimbulkan gambaran patofisisologi yang sama seperti pada
pankreatitis kronis, sehingga sangat menyulitkan dokter dalam
menentukan diagnosis banding. (5).
Pengobatan pankreatitis kronik ditujukan langsung pada pemulihan
dua masalah utama: nyeri dan malabsorpsi. Penyembuhan nyeri
membutuhkan pengobatan meperidin (Demerol) dalam dosis yang besar
dan sering. Reseksi lokal kelenjar pankreas terkadang dapat
menyembuhkan nyeri. Enzim-emzim pankreas juga telah digunakan
secara efektif pada pasien-pasien tertentu. Untuk menurunkan nyeri
abdomen pada pankreatitis kronis. Steatorea dirawat dengan diet rendah
lemak dan pemberian vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Diabetes
membutuhkan pengendalian dengan obat hipoglikemik oral maupun
insulin. Minum alkohol meruapakna kontra indikasi. (5)
1. Epidemiologi
Insidens pankreatitis kronik di negara maju/industri kira-kira 4-6 per
100.000 penduduk pertahun.Dan makin tahun insidens ini cenderung
meningkat.Prevalensi penyakit ini diantara 25-30 per 100.000 penduduk
dewasa.(2)
2. Etiologi
Etiologi antara lain:
a. Pankreatitis kronik karena alkohol (75%),
b. Pankreatitis tropikal kronik (terbanyak ditemukan di negara-negara
berkembang terutama negara tropis).Penyebabnya karena asupan
protein dan mineral yang kurang dan buruk ditambah adanya toksin,
c. Idiopatik (25%), 4).herediter (1%).
3. Patogenesis
Terjadinya pakreatitis kronik karena:
a. Defisiensi lithostatin :Protein lithostatin disekresi oleh
pankreas,berguna untuk mempertahankan kalsium dalam cairan
pankreas sehingga tetap cair.Defisiensi lithostatin ini dibuktikan
sebagai penyebab pembentukan presipitant protein,
b. Penyebab nyeri pada pankreatitis kronik tidak jelas.Peningkatan
tekanan pada sistem saluran pankreas tergantung kapsul dan
inflamasi perineural berperan pada nyeri tersebut,
c. Alkohol :komsumsi alkohol yang kronis dapat langsung
menimbulkan kerusakan sel asinar pankreas atau terlabih dahulu
menimbulkan presipitasi protein dan kalsifikasi intraduktal pankreas
lalu menimbulkan kerusakan sel asinar pankreas dan
stagnasi/hambatan sekresi serta inflamasi/fibrosis pankreas
menimbulkan dilatasi duktus pankreatikus.Inflamasi/fibrosis
pankreas menimbulkan insufisiensi endokrin pankreas.kerusakan
sel acinar pankreas menimbulkan langsung insufiensi eksokrin
pankreas atau melalui nekrosis fokal baru menimbulkan insufisiensi
eksokrin.Setelah nekrosis fokal pankreas selain menimbulkan
insufiensi eksokrin pankreas juga dapat menimbulkan pembentukan
pembentukan pseudokista.
d. Komplikasi pankreatitis kronik yaitu :
Pseudokista merupakan komplikasi ini merupakan berupa rongga
intrapankreatik atau parapankreatik tanpa dinding epitel pembatas
yng dapat berhubungan dengan sistem duktus
pankreatikus.Pseudokista ditemukan pada 30-50% pasien dengan
pankretitis kronik.Biasanya pseudokista dengan pankreatitis
kronik.Biasanya pseudokista dengan diameter >5 cm cenderung
timbul komplikasi lain.Pseudokista dapat juga secara spontan
mengecil atau menghilang seluruhnya,
Tukak duodenum:komplikasi ini timbul lebih sering pada
pankreatitis kronik.Hal tersebut disebabkan oleh hipersekresi
relatif dari asam lambung karena berkurangnya sekresi bikarbonat
dari pankreas,
Keganasan/kanker pankreas: Pankreatitis kronik merupakan suatu
keadaan prekanker karena risiko kanker pankreas dan ekstra
pankreas sedikit meningkat/lebih banyak. (2)
4. Gambaran Klinis
Yang banyak dikeluhkan oleh pasien yaitu:
Nyeri/Sakit perut epigastrium : Perjalanan nyeri/sakit perut tak dapat
diramalkan.Penurunan nyeri dan perjalanan insufiensi eksokrin dan
endokrin tidak berjalan secara paralel. Nyeri perut biasa turun naik
dan timbul intermiten dan dapat mengganggu kualitas hidup
pasien.Nyeri perut lokalisasinya berada di abdomen tengah dan kiri
atas,seringkali menjalar ke punggung.Episode nyeri dapat dipicu
oleh komsumsi alkohol dan/atau makanan berlemak yang
banyak.Hanya 5-10% kasus pankreatitis kronik tak mengalami nyeri
perut.
Diare, steatorea:berkurangnya sekresi enzim pankreas menimbulkan
gangguan pencernaan yang kemudian menimbulkan diare osmotik
dan bila kandungan lemak dalam tinja tinggi disebut stetorea.
Distensi dan kembung: Kandungan diet yang mencapai kolon
dimetabolisme oleh bakteri hingga terbentuk gas pada pankreatitis
kronik terjadi distensi dan kembung karena banyaknya gas yang
terbentuk sebelum diare.
Penurunan Berat Badan:hal ini terjadi karena insufisiensi eksokrin
pankreas atau berkurangnya asupan makanan karena takut dan
nyeri perut.
Ikterus :Ikterus ini dapat timbul sebagai akibat dari stenosis saluran
bilier pada fase eksaserbasi akut pankreatitis kronik.Bila inflamasi
menghilang,ikhterus juga menghilang secara spontan.(2)
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien
pankreatitis kronik yaitu amilase-lipase serum yang biasanya
menunjukkan peningkatan tidak lebih dari 3 x batas normal. Kadar
amilase-lipase serum yang normal tidak menyingkirkan pankreatitis
kronik.
Untuk pemeriksaan fungsi pankreas diperlukan pemeriksaan tes
fungsi pankreas indirek, tes fungsi pankreas direk, analisis lemak tinja
dan tes toleransi glukosa oral (oral glucose tolerance test = OGTT).
Tes fungsi pankreas indirek antara lain pemeriksaan enzim
chymotrypsin dan elastase-1 tinja, tes pancreolauryl dan tes NBT-PABA
biasanya dapat mendeteksi hanya gangguan fungsi pankreas sedang
sampai berat. Hasil positif palsu dapat terjadi dengan pemeriksaan ini
atau disebut insufisiensi pankreas sekunder antara lain disebabkan
keadaan pasca reseksi lambung atau pada penyakit-penyakit usus
halus, malabsorbsi usus. Konsentrasi enzim tinja dapat berkurang pada
semua tipe diare. Tes indirek pankreas tersebut perlu dilakukan pada
diare yang tidak jelas penyebabnya ata pada steatorea. Jika
pankreatitis kronik dicurigai dengan nyeri perut sebagai gejala klinis
utama, maka tes direk dari fungsi pankreas merupakan indikasi jika
pemeriksaan pencitraan canggih negatif hasilnya. Tes-tes ini secara
khusus diperlukan untuk memonitor perjalanan pankreatitis kronik dan
setelah pankreatitis akut untuk memastikan diagnosis banding
(pankreatitis akut atau eksaserbasi akut dari pankreatitis kronik).
Tes fungsi pankreas direk: merupakan pemeriksaan yang sangat
sensitif dan spesifik, tetapi invasif dan membutuhkan banyak tenaga.
Pemeriksaan analisis lemak tinja: Setelah menyingkirkan penyebab
lain dari statorea, pemeriksaan kuntitatif ekskresi lemak tinja
merupakan pemeriksaan adanya insufisiensi eksokrin pankreas.
Pemeriksaan ini dapat memastikan apakah terapi suplementasi enzim
pasien pankreatitis kronik sudah adekuat atau belum.
Pemeriksaan metabolisme glukosa: pemeriksaan kadar gula darah
puasa dan postprandial cukup untuk mendiagnosis insufiensi endokrin
pankreas.
Pemeriksaan preoperatif fungsi pankreas: Pemeriksaan fungsi
eksokrin dan endokrin pankreas membantu dalam menentukan rencana
operasi antara reaksi dan drainase. Jika fungsi pankreas sangat
terganggu berat, tidak diperlukan untuk menyisakan jaringan pankreas.
Untuk memeriksa morfologi pankreas diperlukan pemeriksaan
ultrasonografi, Endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP), Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP),
Computed tomography/Magnetic Resonance Imaging abdomen dan
foto polos abdomen.
Kalsifikasi pada foto nabdomen polos biasanya memastikan
diagnosis pankreatitis kronik, akan tetapi pemeriksaan ini hanya
memiliki sensitivitas 30 % dalam mendeteksi pankreatitis kronik karena
tidak semua pankreatitis kronik disertai kalsifikasi. Pemeriksaan
canggih yang paling penting dalam menunjang diagnosis yaitu
Ultrasonografi pankreas dan abdomen atas, CT-scan abdomen atas,
ERCP dan MRCP.MRI 1,5 teslah abdomen atas sensitivitas dan
spesifisitasnya hampir sama dengan CT scan abdomen.
Pemeriksaan lain yang tidak begitu akurat kadang diperlukan
antara lain pemeriksaan kontras barium saluran cerna atas (jika
dicurigai stenosis duodenum sebelum bedah), angiografi (bila ketika
direncanakan operasi ada komplikasi vaskular).
Pada pemeriksaan ultrasonografi abdomen, biasa ditemukan
dilatasi duktus pankreatikus, pseudokista, kalsifikasi dan kelaiana
pankreas yang terisolasi tau difus. Sebagai tambahan, komplikasi
ekstra pankreas seperti pelebaran duktus bilier, dilatasi vena porta
atau lienalis dan asites dapat ditemukan. Tahap dini pankreatitits
kronok biasanya tidak dapat didiagnosis dengan ultrasonografi ini.
Pada pemeriksaan CT-scan abdomen ditemukan kelainan-kelainan
seperti pada ultrasonografi. Ct-scan tidak lebih superior daripada
ultrasonografi.
Pada pemeriksaan ERCP, dapat ditemukan gambaran iregularitas
dari duktus pankreatikus, batu, stenosis, abnormalitas duktus
pankreatikus dan bilier, dan kadangkala pseudokista pankreas bila
berhubungan dengan sistem duktus pankreatikus. Pemeriksaan ini
merupakan teknik pencitraan yang paling snsitif dan spesifik.
Nilai tes yang menunjukkan adanya pankreatitis kronis:
• Nilai hitung sel darah putih / white blood cell count (WBC), cairan,
dan elektrolit akan menunjukkan nilai normal kecuali jika pasien
muntah dan diare.
• Kadar amylase, dan lipase serum biasanya normal kecuali duktus
pankreas tersumbat atau terdapat pseudokista.
• Intoleransi glukosa biasanya akan terdeteksi karena penghancuran
yang kronik fungsi endokrin pada pankreas.
• Kadar serum bilirubin atau alkalin forfatase akan tinggi disebabkan
inflamasi dekat kandung empedu. (2)
6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan canggih.(2)
7. Penalaksanaan
Tujuan terapi pankreatitis kronik yaitu mengurangi nyeri perut dan
mencegah atau mengobati insufiensi eksokrin dan endokrin pankreas
yang terjadi.
Penatalaksanaan terdiri dari non farmakologik, farmakologik,
endoskopi operatif dan pembedahan.
Penatalaksanaan non farmakologik terdiri dari :
a. Perbaiki keadaan umum, bila lemah dirawat.
b. Hentikan konsumsi alkohol bila penyebabnya alkoholisme, sekalian
untuk mengurangi nyeri perutnya
c. Diet untuk insufisiensi eksokrin pankreas dan insufisiensi endokrin
pankreas. Dietnya rendah lemak, diet kecil tapi sering, hindari
makanan yang secara individu tidak dapat ditoleransi. Pada
steatorea, berikan makanan yang mengandung medium-chain
tryglicerides (MCT). Bila gula darah tinggi (diabetes) diberikan diet
diabetes dengan jumlah kalori dihitung seperti pasien diabetes
melitus 25-30 kal / KgBB / Hari
d. Penerangan/ edukasi penyakitnya yang kronis dan mengganggu
kualitas hidup.
Penatalaksanaan farmakologi terdiri dari :
a. Terapi nyeri perut : Berikan obat analgetik, enzim pankreas misal
pankreoflat, creon trypanzyme, dll. Nyeri perut ringan : diberikan
analgetik yang bekerja perifer antara lain asam asetil salisilat
sampai 4 x 0,5-1,0 g , metamizole sampai 4 x 0,5-1,0 g dapat juga
diberikan spasmolitik antara lain N-Butyl schopolamin suppositoria
sampai 5 x 10 mg. Nyeri perut sedang : diberikan kombinasi
analgetik yang bekerja perifer (asam asetil salisilat/ metamizole)
dengan analgetik yang bekerja sentral (tramadol oral atau
suppositoria sampai 400mg perhari). Nyeri perut berat : diberikan
kombinasi analgetiik yang bekerja perifer dengan analgetik yang
bekerja sentral, dapat diberikan antidepresan antara lain
buprenorphine oral sampai 4 x 2 tablet atau sublingual 4 x 0,2 mg.
b. Terapi insufisiensi eksokrin pankreas : bila ada penurunan berat
badan, steatorea dan gas usus berlebihan merupakan indikasi
diberikan suplementasi enzim pankreas. Enzim pankreas yang
dipilih yaitu mengandung lipase tinggi, dilindungi terhadap sekresi
asam lambung (enterik coated), berukuran partikel kecil,
merupakan enzim yang cepat dilepas pada usus halus atas dan
tidak dicampur / ditambahkan dengan asam empedu. Selain itu
dapat diberikan suplementasi vitamin antara lain vitamin yang larut
lemak (ADEK) , pada steatorea berat dan vitamin B pada kasus
defesiensi pada alkohol kronik.
c. Terapi insufisiensi endokrin pankreas : berikan insulin, dan obat
oral antidiabetik yang hanya efektif sementara (transien).
Penatalaksanaan endoskopi operatif : diperlukan untuk drainase,
ekstraksi batu pankreas, dan adanya struktur duktus pankreatikus.
Pembedahan : setengah pasien kronik membutuhkan pembedahan
dengan tujuan menghilangkan nyeri perut dan komplikasinya. Yang
dilakukan pada pembedahan antara lain ; reseksi pankreas , drainase.
Penatalaksanaan endoskopi operatif dan pembedahan lebih
ditunjukkan untuk mengatasi komplikasi pankreatitis kronik. Endoskopi
operatif untuk pankreatitis kronik yaitu antara lain pemasangan stent
pada stenosis duktus pankreas dan / atau duktus bilier per endoskopi,
penghancuran/ fragmentasi batu duktus pankreatikus dengan
extracorporeal shock waves (ESWL) diikuti dengan pengangkatan
hancuran/ fragmen batu per endoskopi, dan drainase per endoskopi
dari pseudokista merupakan tindakan yang dapat dilakukan akhir akhir
ini. Pada trombosis vena lienalis dan varises fundus yang berdarah,
dapat dilakukan tindakan penyuntikan histoacril, spenektomi. Pada
efusi pleura, asistes terjadi pada eksaserbasi akut pankreatitis kronik,
bila membaik regresi terjadi spontan. Bila menetap dapat timbul fistula
dan perlu pembedahan setelah ERCP/ MRCP. (2)
8. Prognosis
Sangat sedikit pasien yang meninggal karena pankreatitisnya
sendiri. Penyebab utama dari kematian adalah penyakit kardiovaskular
dan kanker. (2)
Cystic fibrosis (CF)
Cystic fibrosis (CF) adalah penyakit genetik yang mempengaruhi
paru, hati, usus, dan pankreas. Dimana kelenjar sekretorik dalam tubuh
tidak berfungsi dengan normal. Penyebab utamanya dalah faktor genetika
atau keturunan.
Cystic fibrosis disebabkan oleh mutasi pada gen pengkodean
transmembran cystic fibrosis konduktansi regulator (CFTR) gen, yang
terletak pada lengan panjang kromosom 7 penhkodean untuk saluran
klorida. Gen CFTR sangat berfungsi untuk pengaturan gerakan garam dan
air diseluruh membran sel.
Cystic fibrosis dapat menyebabkan pankretitis kronik karena terjadi
penyumbatan pada saluran pankreas dan pengambatan enzim
pencernaan mencapai saluran usus dimana biasanya enzim ini digunakan
untuk metabolisme lemak. Tanpa enzim pencernaan maka lemak tidak
dapat dimetabolisme yang menyebabkan tinja berminyak. Sehingga
pengobatan sering diberikan enzim pankreas sebagai suplemen untuk
menggantikan fungsi enzim pencernaan yang tersumbat.
Tujuan pengobatan CF adalah :
1. Mencegah dan mengendalikan infeksi paru-paru
2. Mencegah atau mengobati sumbatan di usus
3. Mengurangi peradangan dan pembengkakan pankreas
4. Menyediakan gizi yang cukup
5. Mencegah dehidrasi
Pengobatan yang signifikan pada penyakit ini adalah terapi gen dimana ini
melibatkan transfer gen terapeutik salinan atau bekerja kedalam sel
spesifik dari seorang individu dalam rangka untuk memperbaiki salinan
gen yang rusak.
BAB III
STUDI KASUS
Tujuan dari farmakoterapi kasus pancreatitis kronis ini adalah:
1. Menentukan datasubyektif dan data objektif pankreatitiskronik.
2. Mengevaluas idata pasien-spesifik dan mengembangkan daftar
3. Masalah pasien dengan eksaserbasi akut pankreatitis kronis
4. Menentukan alasan mengapa pankreas harus istirahat dalam
penanganan nyeri dan gejala eksaserbasi akut pankreatitis kronis
5. Mendiskusikan alternatif terapi dan garis rencana pasien-spesifik
untuk manajemen nyeri selama eksaserbasi akut pankreatitis kronis
6. Merekomendasikan pankreas terapi penggantian enzimyang sesuai
untuk pankreatitis kronis
• Keluhan utama
“Saya telah buang air besar sebanyak 3-5 kali setiap hari selama
beberapa hari terakhir dengan feses yang berbau busuk, cair, dan
berwarna hijau”.
• HPI (History of Present Illness)
Macintyre Jones adalah seorang pria 33 tahun yang datang ke PCP
(Primary Care Partnership) mengeluhkan peningkatan pelepasan dengan
feses yang berbau busuk dan telah diamati kandungan lemak dan
konsistensi fesesnya. Telah terjadi peningkatan frekuensi feses, yang
sebagian secara kebetulan terjadi saat ia kembali ke sekolah malamnya,
karena ia kurang berhati-hati dengan diet/pola makannya. Gejala ini telah
ada selama seminggu terakhir.Bapak Jones juga telah beberapa kali mual
disertai muntah dan rasa tidak nyaman pada perut dalam seminggu
terakhir.Bapak Jones muntah sebanyak dua kali di ruang tunggu dan
mengungkapkan rasa sakit yang berlebihan dan membuatnya lemah saat
di ruang periksa.
Meds (Medication History)
• Albuterol 0,083% untuk inhalasi nebulizasi setiap 6 jam
• Ipratropium bromide 0,02% untuk inhalasi nebulizasi 4x sehari
• Pankrealipase (Ultrase MT 20) 1 kapsul per oral bersama makanan
• Tobramycin 300 mg dihirup 2x sehari
Allergy
• Sulfamethoxazole/trimethoprim → gatal-gatal
ROS (Review of Systems)
• Tidak ada hematemesis (muntah darah) atau keluhan lain selain
yang disebutkan di atas.
Physical Examination (Pemeriksaan Fisik)
General
• Kurus, muncul rasa sakit dan cemas.
VS (Vital Signs)/Tanda-Tanda Vital
• BP (Blood Presure/Tekanan Darah) 92/60, P (Pulse/Denyut Nadi)
105, RR (Respiratory Rate/tingkat pernapasan) 28, T
(Temperature/Suhu) 37,6oC; Wt (Weight/Berat Badan) 45 kg, Ht
(Height/Tinggi Badan) 5’10” = ±177 cm.
Skin
• Turgor (elastisitas) kulit normal
HEENT (Head, Eyes, Ears, Nose, Throat)
• PERRLA (Pupils Equal, Round, and Reactive to Light and
Accomodation); pemeriksaan mata normal dilihat dari ukuran pupil
yang sama,dan bereaksi terhadap cahaya), EOMI (Extra Ocular
Movements Intact); gerakan extraocular utuh, orofaring (pertemuan
rongga mulut dengan faring/pangkal lidah) bersih, selaput lendir
lembab.
Neck/Lymph Nodes
• Tambahan; (-) JVD (Jugular Vein Distension/Peningkatan tekanan
vena jugularis (vena tenggorokan)), tiromegali (pembesaran tiroid),
limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), atau bruits
(bising).
Lung/Thorax (Paru-Paru/Dada)
• Hiperventilasi/ditandai dengan hiperresonansi pada perkusi,
terdengar suara napas dalam semua bidang paru-paru.
CV
• Irama dan denyut jantung biasa, tanpa gallop (kelainan irama) atau
murmur (bunyi auskultasi).
Abd (Abdomen)/Perut
• Terdengar suara dari dalam perut
Genit/Rect (Genital/Rektum)
• Tidak ada massa rectal, (-) guaiac
MS (Musculoskeletal)/Ext (Extremities)
• (+) Clubbing (proliferasi jaringan lunak di sekitar ujung jari), sianosis
kuku proksimal, (-) edema.
Neuro
• A & O ×3, CN II–XII intact
Labs (Pemeriksaan Laboratorium)
• Na 133 mEq/L; Hgb 14.2 g/dL; WBC 10.1 ×103/mm3; T. bili 0.4
mg/dL, K 4.4 mEq/L; Hct 43%; Neutros 73%; Alk Phos; 113 IU/L; Cl
93 mEq/L; RBC 4.8 ×106/mm3; Bands 0% Alb 2.6 g/dL; CO2 32
mEq/L; Plt 387 ×103/mm3; Eos 1%; Pre alb 19 mg/dL; BUN 9
mg/dL; MCV 89.6 μm3; Lymphs 11%; Lipase 130 IU/L; SCr 0.7
mg/dL; MCHC 33 g/dL; Monos 15%; Amylase 358 IU/L; Glu 94
mg/dL
Hasil Laboratorium Nilai Normal
Na 133 mEq/L 135-150 mEq/L
K 4,4 mEq/L 3,5-5,0 mEq/L
Cl 93 mEq/L 100-106 mEq/L
CO2 32 mmHg 35-45 mmHg
Nitrogen Urea Darah (BUN) 9 mg/L 8-25 mg/dL
Serum kreatine (SCr) 0,7 mg/dL 0,7-1,5 mg/dL
Glukosa 94 mg/dL 70-110 mg/dL
Hemoglobin 14,2 g/dL 14-18 g/dL
Hematokrit (Hct) 43 % 42-52%
RBC 4,8 x 106/mm3 4,6-6,2 x 106/mm3
Trombosit (Plt) 387 x 103/mm3 150-390 x 103/mm3
MCV 89,6 µm3 82-92 µm3
MCHC 33 g/dL 31,5-35,0 g/dL
WBC 10,1 x 103/mm3 4,1-11,0 x 103
Neutros 73 % 50-70 %
Bands 0 % 0-10 %
Eos 1 % 1-3 %
Lymphs 11 % 20-40 %
Monos 15 % 2-6 %
T.bili 0,4 mg/dL 1,0 mg/dL
Alk Phos 113 IU/L 15-69 IU/L
Albumin 2,3 g/dL 3,5-5,0 g/dL
Pre Albumin 19 mg/dL 16-35 mg/dL
Lipase 130 IU/L 7-58 IU/L
Amylase 358 IU/L 35-118 IU/L
ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancretography)
• Konsisten menunjukkan pada pancreatitis kronik, adanya gumpalan
pada saluran intra pankreas.
Assessment (Diagnosa)
• Pankreatitis kronik
• Cystic Fibrosis
• Gangguan pola makan
PEMBAHASAN KASUS:
Cystic fibrosis dapat menyebabkan pankretitis kronik karena terjadi
penyumbatan pada saluran pankreas dan pengambatan enzim
pencernaan mencapai saluran usus dimana biasanya enzim ini digunakan
untuk metabolisme lemak. Tanpa enzim pencernaan maka lemak tidak
dapat dimetabolisme yang menyebabkan tinja berminyak. Sehingga
pengobatan sering diberikan enzim pankreas sebagai suplemen untuk
menggantikan fungsi enzim pencernaan yang tersumbat.
Tanda, Gejala, Dan Hasil Pemeriksaan Yang Menandakan Adanya
Pankreatitis Kronis
Data subjektif menyangkut diagnosis pankreatitis kronik:
• Rasa tidak nyaman pada bagian perut
• Lemas
• Mual
• Data objektif menyangkut diagnosis pankreatitis kronis
• Feses berbau busuk, encer, berwarna hijau, dan berlemak
• Frekuensi BAB meningkat (diare)
• Penurunan berat badan
• Muntah
Gejala yang menunjukkan pankreatitis kronik :
1. Nyeri perut
2. Penurunan berat badan/kurus
3. Frekuensi tinja meningkat/diare
4. Konsistensi tinja yang berlemak
Hasil pemeriksaan penunjang pancreatitis kronis (data objektif) :
• Kadar enzim pankreas (amylase) meningkat (358 IU/L) → nilai
rujukan 35-118 IU/L
• Kadar albumin menurun (2,6 g/dL) → nilai rujukan 3,5-5 g/dL
• Hipotensi 92/60
• Konsisten menunjukkan pada pancreatitis kronik, adanya gumpalan
pada saluran intrapankreas
Masalah-masalah pasien yang dapat diatasi dengan terapi obat
• Dapat diberikan analgetik asam mefenamat 500 mg 3 x sehari
untuk meredakan nyeri abdomen
• Penurunan berat badan dan gangguan pencernaan yaitu dengan
pemberian suplemen enzim pankreas.
• Enzim pankreas yang dipilih yaitu mengandung lipase tinggi,
dilindungi terhadap sekresi asam lambung (enterik coated),
berukuran partikel kecil, merupakan enzim yang cepat dilepas pada
usus halus atas dan tidak dicampur / ditambahkan dengan asam
empedu.
• Selain itu dapat diberikan suplementasi vitamin antara lain vitamin
yang larut lemak (ADEK)
Informasi tambahan yang dibutuhkan untuk memastikan penilaian
terhadap pasien:
• Perlu dilakukan tes fungsi pankreas.
• Pemeriksaan glukosa puasa dan sesaat untuk mengetahui adanya
resiko diabetes melitus
• Foto rontgen dan USG untuk menunjukkan adanya batu pada
pankreas
• CT scan untuk menunjukkan adanya perubahan ukuran, bentuk,
dan tekstur pankreas.
Hasil yang Diinginkan
Hasil yang diinginkan dari farmakoterapi pada kasus tersebut:
• Pertama adalah penghentian rasa sakit yang sering diderita oleh
pasien. Dapat dilakukan dengan cara memberikan analgesik non-
narkotik pada pasien seperti parasetamol, obat golongan NSAID’S,
ataupun tramadol.
• Kedua adalah membantu menangani masalah mal-digestive pasien
dengan memberikan enzim pencernaan dengan dosis yang sudah
ditambah, dengan anjuran agar enzim tersebut ditaburkan pada
makanan pasien saat makan.
Alternatif Terapi
Terapi nonfarmakologi yang dapat berguna bagi pasien:
• Diet ketat yang intensif dengan pembatasan makan 4-5 kali/hari
yang mengandung sedikit lemak, protein, dan karbohidrat.
• Hindari minuman beralkohol, bersoda, dan berminyak.
Farmakoterapi yang layak untuk diberikan dalam mengatasi paparan
akut pada pankreatitis kronik pasien tersebut:
• Pemberian obat analgetika Asam Mefenamat dengan dosis 500mg
tiap 8 jam. Pemberian antioksidan juga perlu diberikan pada pasien
untuk memperingan kerja hati dan pankreas dari paparan senyawa
oksidatif hasil metabolisme.
• Menghindari semua makanan dan hanya menerima cairan melalui
infus untuk mengistirahatkan pankreas dan usus juga bisa
mengurangi rasa nyeri.
Penatalaksanaan Nyeri:
• Analgesik : Asam Mefenamat 500 mg 3 x sehari
• Enzim pencernaan : amilase dan lipase (pankreoflat) pada saat
makan.
Rencana pengobatan
Obat, jenis sediaan, dan durasi terapi yang terbaik untuk pasien:
• Dapat diberikan pereda nyeri asam mefenamat. Bila penderita terus
menerus merasakan nyeri dan tidak ada komplikasi, biasanya
disuntikkan penghambat nyeri ke saraf pankreas. sehingga
rangsangannya tidak sampai ke otak.
• Dengan meminum tablet atau kapsul yang mengandung ekstrak
enzim pankreas pada saat makan, dapat membuat tinja menjadi
kurang berlemak dan memperbaiki penyerapan makanan, tapi
masalah ini jarang dapat teratasi. Bila perlu, larutan antasid atau
penghambat H2 dapat diminum bersamaan dengan enzim
pankreas. Dengan pengobatan tersebut, berat badan penderita
biasanya akan meningkat, buang air besarnya menjadi lebih jarang,
tidak lagi terdapat tetesan minyak pada tinjanya dan secara umum
akan merasa lebih baik.
• Jika pengobatan diatas tidak efektif, penderita dapat mencoba
mengurangi asupan lemak. Mungkin juga dibutuhkan tambahan
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K).
Evaluasi Hasil Pengobatan
• Parameter klinis dan laboratorium yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi pencapaian hasil terapi yang diinginkan dan untuk
mendeteksi atau mencegah efek samping:
• Keefektifan suplemen enzim pankreatik diukur dengan perbaikan
pada berat badan dan konsistensi atau frekuensi defekasi. Uji feses
72 jam untuk lemak pada feses bisa digunakan untuk memastikan
perawatan telah diberikan dengan cukup. Selain itu, nyeri yang
dirasakan pasien berkurang/terkontrol dan tercukupinya kebutuhan
nutrisi pasien. Untuk hasil laboratorium, dapat dilihat dengan
adanya peningkatan kadar albumin dan penurunan kadar enzim
pankreas.
Informasi yang diberikan kepada pasien :
BapakJones siap untuk dipulangkan dari rumah sakit. Informasi
yang harus disampaikan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap rejimen
pengobatan, memaksimalkan kemungkinan keberhasilan dan
meminimalkan efek sampingnya, yaitu:
• Memberikan informasi konseling obat dengan pasien/keluarga
pasien yang dilakukan secara sistematis untuk membantu
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga
pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar. Ini bertujuan
meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi,
meminimalkan resiko efek samping.
• Dengan memberikan informasi kepada pasien/ keluarga pasien
cara minum obat, waktu minum, jumlah obat yang harus diminum,
hal-hal yang berkaitan yang harus dihindari atau dilakukan saat
terapi obat jika pasien melakukan sesuai aturan pengobatan, berat
badan penderita biasanya akan meningkat, buang air besarnya
menjadi lebih jarang, tidak lagi terdapat tetesan minyak pada
tinjanya dan secara umum akan merasa lebih baik.
• Jika terjadi keluhan berlajut maka disarankan segera kembali keunit
pelayanan kesehatan atau menghubungi dokter.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Pankreatitis kronik merupakan peradangan pankreas menahun
yang biasanya menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi
pankreas. Pada kebanyakan pasien bersifat irreversible.Terjadi
kerusakan permanen sehingga menyebabkan gangguan fungsi
eksokrin dan endokrin.
2. Cystic fibrosis dapat menyebabkan pankretitis kronik karena terjadi
penyumbatan pada saluran pankreas dan pengambatan enzim
pencernaan mencapai saluran usus dimana biasanya enzim ini
digunakan untuk metabolisme lemak. Tanpa enzim pencernaan
maka lemak tidak dapat dimetabolisme yang menyebabkan tinja
berminyak. Sehingga pengobatan sering diberikan enzim pankreas
sebagai suplemen untuk menggantikan fungsi enzim pencernaan
yang tersumbat.
3. Tujuan dari pengobatan pankreatitis kronik adalah dengan
mengurangi resiko keparahan penyakit serta memperbaiki kualitas
hidup pasien dengan memberikan terapi aman serta efek samping
lebih kecil dari efek terapi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mutscheler, Ernst. 1997. Dinamika Obat. ITB : Bandung, hal.527-528
2. Sudoyo, Aru,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi V. Interna
Publishing : Jakarta, hal. 598-600
3. Dipiro, dkk. 2005. Pharmacoterapy : A Pathophysiologic Approach, hal :
721.
4. Scwinghammer.T.L.Pharmacotherphy Case Book SeventEdition.
Clinical Pharmacist Family Medicine. 2008.
5. Price, Sylvia, dkk. Patofisiologi Edisi 6. EGC : Jakarta, hal.507
6. Tan,H.J dan Kirana. Obat-Obat Penting. Badan Pengawasaan Obat
dan Makanan. Elex Media.
7. Ikatan Sarjana FarmasiIndonesia. ISO Indonesia. PT.ISFI. Jakarta
8. Medicarestore. Pancreatitis Kronik. Medicarestore.com. Unduh
23/04/2013