19
MAKALAH FARMAKOTERAPI I Penyakit Paru Obstruktif Menahun Klasifikasi, Patofisiologi, Manifestasi Klinik, dan iagnosis isusun oleh! KELOMPOK " e#i Pus$ita %&, '('(')'(*( Pri+ellya, '('(')'-( Tri .ahyuni, '('(')/''/ EPARTEME% FARMA0I FAK1LTA0 MATEMATIKA A% ILM1 PE%2ETAH1A% ALAM 1%I3ER0ITA0 I%O%E0IA EPOK -''

MAKALAH PPOM

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    1/19

    MAKALAH FARMAKOTERAPI I

    Penyakit Paru Obstruktif Menahun

    Klasifikasi, Patofisiologi, Manifestasi Klinik,

    dan iagnosis

    isusun oleh!

    KELOMPOK "

    e#i Pus$ita %&, '('(')'(*(

    Pri+ellya, '('(')'-(

    Tri .ahyuni, '('(')/''/

    EPARTEME% FARMA0I

    FAK1LTA0 MATEMATIKA A% ILM1 PE%2ETAH1A% ALAM

    1%I3ER0ITA0 I%O%E0IA

    EPOK

    -''

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    2/19

    Penyakit Paru Obstruktif Menahun 4PPOM5 6 Chronic Obstructive

    Pulmonary Diseases47OP5

    A. efinisi

    Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) merupakan penyakit yang

    ditandai adanya obstruksi aliran udara progresif akibat bronkitis kronik dan

    emfisema. PPOM juga didefinisikan penyakit paru kronik yang ditandai

    dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak

    sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses

    inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat

    memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat diegah dan

    dapat diobati.

    Gangguan aliran udara di dalam saluran napas disebabkan oleh proses

    inflamasi paru yang menyebabkan terjadinya kombinasi penyakit saluran

    napas keil (small airway disease) dan destruksi parenkim (emfisema).

    !. Klasifikasi

    !erdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease

    (GO"#) $%%&, dibagi atas ' derajat

    . #erajat * PPOM ringan

    #engan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum).

    +eterbatasan aliran udara ringan (-P +P / &%01 -P 2 3%0

    Prediksi). Pada derajat ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari bah4a

    fungsi parunya abnormal.

    $. #erajat ** PPOM sedang

    5emakin memburuknya hambatan aliran udara (-P +P / &%01

    6%0 / -P/ 3%0), disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas.

    #alam tingkat ini pasien biasanya mulai menari pengobatan oleh karena

    sesak nafas yang dialaminya.

    7. #erajat *** PPOM berat

    $

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    3/19

    #itandai dengan keterbatasan hambatan aliran udara yang semakin

    memburuk (-P +P / &%01 7%0 -P / 6%0 prediksi). 8erjadi

    sesak nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan

    eksaserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien.

    '. #erajat * PPOM sangat berat

    +eterbatasan hambatan aliran udara yang berat (-P +P /

    &%01 -P / 7%0 prediksi) atau -P / 6%0 prediksi, ditambah dengan

    adanya gagal nafas kronik dan gagal jantung kanan.

    8ronkitis Kronik

    #efinisi bronkitis kronik merupakan suatu definisi klinis yaitu batuk9

    batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang9kurangnya 7

    bulan dalam tahun dan terjadi paling sedikit selama $ tahun berturut9turut.

    !eberapa penyakit lain juga memberikan gejala yang sama antara lain

    tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronkial. +arena itu

    penyakit9penyakit tersebut harus disingkirkan dulu sebelum diagnosis

    bronkitis kronik dapat ditegakkan. +adang9kadang sukar membedakan antarabronkitis kronik dan asma bronkial, dan keduanya dapat timbul bersamaan

    pada seorang pasien.

    !ronkitis kronik dapat dibagi atas

    . Simple chronic bronchitis bila sputum bersifat mukoid.

    $. Chronic atau recurrent mucopurulent bronchitis bila sputum bersifat

    mukopurulen.

    7. Chronic obstructive bronchitis bila disertai obstruksi saluran napas yangtimbul apabila terpajan :at iritan atau ada infeksi saluran napas akut.

    7

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    4/19

    E9fise9a

    #efinisi emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu

    perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya seara abnormal

    saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding

    alveolus.

    MenurutAmerican Thoracis Society (1962), emfisema dibagi atas:

    . Paracicatricial: terdapat pelebaran saluran udara dan kerusakan dinding

    alveolus di tepi suatu lesi fibrotik paru.

    $. Lobular: pelebaran saluran udara dan kerusakan dinding alveolus di

    asinus/lobulus sekunder.

    -mfisema dibagi lagi menurut tempat proses terjadinya, yaitu

    . 5entrolobular (centriacinar/centrilobular emphysema) kerusakan terjadi

    di daerah sentral asinus. #aerah distalnya tetap normal. 5ering ditemukan

    pada pasien pria perokok, biasanya pada lobus atas paru dan menyertai

    pasien bronkitis kronik.

    $. Panlobular (panacinar/panlobular emphysema) kerusakan terjadi di

    seluruh asinus. 8erdapat pada pasien definisi alfa9 anti tripsin dan sering

    menyertai proses degeneratif atau pasien bronkitis kronik. 8imbul pada

    lobus ba4ah paru.

    7. 8ak dapat ditentukan kerusakan terdapat di seluruh asinus, tetapi tidak

    dapat ditentukan dari mana mulainya.

    '

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    5/19

    ;. Patogenesis

    Ada 7 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkitis kronik dan

    emfisema paru, yaitu rokok, infeksi, dan polusi. 5elain itu terdapat pulahubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.

    Rokok

    Menurut buku Report of the !O "#pert Committee on Smo$ing

    Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis kronik dan

    emfisema paru. 8erdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan

    -P (olume -kspirasi Paksa) detik. 5eara patologis, rokok berhubungan

    dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia epitel skuamus

    saluran pernapasan.

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    6/19

    Infeksi

    *nfeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanya pun

    lebih berat. *nfeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang pasien

    bronkitis kronik hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian ba4ah, serta

    menyebabkan kerusakan paru bertambah. #iperkirakan eksaserbasi bronkitis

    kronik paling sering dia4ali dengan infeksi virus, yang kemudian

    menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. !akteri yang diisolasi paling

    banyak adalah!aemophillus influen%adan Streptococcus pneumonia&

    Polusi

    *nsidensi dan angka kematian bronkitis kronik diperkirakan lebih tinggi

    di daerah industri. 5ebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu

    besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok, risiko akan lebih tinggi.

    -ksaserbasi akut pada bronkitis sering ditimbulkan oleh polusi 5O$ yang

    =

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    7/19

    tinggi, sedangkan >O$ dapat menyebabkan obstruksi saluran napas keil

    (bronkiolitis).

    Faktor 2enetik

    ?aktor genetik mempunyai peran pada penyakit paru kronik, terbukti

    pada survei terakhir didapatkan bah4a anak9anak dari orang tua yang

    merokok mempunyai keenderungan mengalami penyakit paru kronik lebih

    sering dan lebih berat, serta insidensi penyakit paru kronik pada grup tersebut

    lebih tinggi.

    ?aktor genetik tersebut diantaranya adalah atopi yang ditandai dengan

    adanya eosinofilia atau peningkatan kadar *g- serum, adanya hiperesponsif

    bronkus, ri4ayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein

    alfa9 anti tripsin.

    Pasien dengan defisiensi alfa9 anti tripsin (AA8) yaitu suatu kelainan

    ynag diturunkan seara autosom resesif, terutama pada pasien dengan gen 5

    atau @ sering menderita emfisema. Alfa9 anti tripsin merupakan suatu

    protein yang menetralkan en:im proteolitik yang sering dikeluarkan pada

    peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. #engan demikian

    AA8 dapat melindungi paru dari kerusakan jaringan yang disebabkan en:im

    proteolitik. Orang yang mempunyai nilai AA8 / 76 0 normal, tidak mampu

    memberikan perlindungan yang adekuat dan kerusakan parenkim paru dapat

    terjadi.

    Hi$otesis Elastase : Anti Elastase

    #i dalam paru terdapat keseimbangan antara en:im proteolitik elastasedan antielastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan

    keseimbangan akan menimbulkan kerusakan jaringan elastik paru. Arsitektur

    paru akan berubah dan timbul emfisema. 5umber elastase yang penting

    adalah panreas, sel9sel PM> dan makrofag alveolar ('ulmonary (lveolar

    )acrophage). Perangsangan pada paru antara lain oleh asap rokok dan

    infeksi menyebabkan elastase bertambah banyak. Aktivitas sistem antielastase

    yaitu sistem alfa9 protease inhibitor terutama en:im alfa9 antitripsin (alfa9

    &

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    8/19

    globulin) menjadi menurun. Akibat tidak ada lagi keseimbangan antara

    elastase dan antielastase akan terjadi kerusakan jaringan elastin paru dan

    kemudian emfisema.

    Faktor 0osial Ekono9i

    !ronkitis kronik lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi

    rendah, mungkin karena perbedaan pola merokok, dan lebih banyak terpajan

    faktor risiko lain. +ematian pada pasien bronkitis kronik ternyata lebih

    banyak pada golongan sosial ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor

    lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

    Lingkungan Ker;a

    !ronkitis kronik lebih sering terjadi pada pekerja yang terpajan :at

    inorganik, debu organik atau gas yang berbahaya. Pekerja yang terpajan :at

    tersebut mempunyai kemungkinan bronkitis $9' kali daripada pekerja yang

    tidak terpajan. 5eara epidemiologi didapatkan penurunan fungsi paru pada

    pekerja9pekerja tersebut, seperti pekerja pabrik plastik yang terpajan toluene

    diisocyanate, pabrik katun, dan lain9lain.

    #. Patofisiologi

    Penyempitan saluran napas terjadi pada bronkitis kronik maupun pada

    emfisema. !ila sudah tmbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan

    adanya tanda9tanda obstruksi. Pada bronkitis kronik, sesak napas terutama

    disebabkan karena perubahan pada saluran napas keil, yang diameternya / $

    mm, menjadi lebih sempit, berkelok9kelok dan kadang9kadang terjadiobliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. 5aluran

    napas besar juga berubah, terutama karena hipertrofi dan hiperplasia kelenjar

    mukus, sehingga saluran napas lebih menyempit.

    Pada emfisema, penyempitan saluran napas terutama disebabkan

    elastisitas paru yang berkurang. Pada paru9paru normal terjadi keseimbangan

    tekanan yang menarik jaringan paru ke luar, yaitu yang disebabkan tekanan

    intra pleural dan otot9otot dinding dada dengan tekanan yang menarik

    3

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    9/19

    jaringan paru ke dalam, yaitu elastisitas paru. !ila timbul keseimbangan

    antara kedua tekanan tersebut, volume paru yang terbentuk disebut sebagai

    +? (+apasitas esidu ?ungsional) atau ?; (*unctional Residual

    Capacity) yang normal. !ila elastisitas paru berkurang timbul keseimbangan

    baru dan menghasilkan +? baru pula, yang lebih besar. olume residu ()

    atauResidual +olume() dan +8P (+apasitas 8otal Paru) bertambah pula,

    tetapi + (+apasitas ital) menurun.

    Pada orang normal se4aktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang

    menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran napas bagian ba4ah

    paru akan tertutup. Pada pasien emfisema dan bronkitis kronik, saluran napas

    tersebut akan lebih epat dan lebih banyak yang tertutup. ;epatnya saluran

    napas menutup serta serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan

    ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. 8ergantung pada kerusakannya

    dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang tidak ada, akan tetapi perfusi

    baik sehingga penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke alveoli

    tidak sama dan merata. Atau dapat dikatakan juga tidak ada keseimbangan

    antara ventilasi dan perfusi di alveoli. 8imbul hipoksia dan sesak napas.

    "ebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah

    paru dan polisitemia. 8erjadi hipertensi pulmonal, yang dalam jangka lama

    dapat menimbulkan kor9pulmonal.

    -. Manifestasi Klinik

    8anda9tanda umum PPOM

    ) !atuk produktif

    !atuk produktif ini disebabkan oleh inflamasi dan produksi mukusyang berlebihan di saluran nafas.

    $) #ispnea

    8erjadi seara bertahap dan biasanya disadari saat beraktivitas fisik.

    !erhubungan dengan menurunnya fungsi paru9paru dan tidak selalu

    berhubungan dengan rendahnya kadar oksigen di udara

    7) !atuk kronik

    B

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    10/19

    !atuk kronis umumnya dia4ali dengan batuk yang hanya terjadi pada

    pagi hari saja kemudian berkembang menjadi batuk yang terjadi sepanjang

    hari. !atuk biasanya dengan pengeluaran sputum dalam jumlah keil

    (/=%mlhari) dan sputum biasanya jernih atau keputihan. Produksi sputum

    berkurang ketika pasien berhenti merokok

    ') Mengi

    8erjadi karena obstruksi saluran nafas

    6) !erkurangnya berat badan

    Pasian dengan PPOM yang parah membutuhkan kalori yang lebih

    besar hanya untuk bernapas saja. 5elain itu pasien juga mengalami

    kesulitan bernafas pada saat makan sehingga nafsu makan berkurangdan

    pasien tidak mendapat asupan kalori yang ukup untuk mengganti kalori

    yang terpakai. Cal tersebut mengakibatkan berkurangnya berat badan

    pasien.

    =) -dema pada tubuh bagian ba4ah

    Pada kasus ;PO# yang parah, tekanan arteri pulmonary meningkat

    dan ventrikel kanan tidak berkontraksi dengan baik. +etika jantung tidak

    mampu memompa ukup darah ke ginjal dan hati akan timbul edema pada

    kaki, kaki bagian ba4ah, dan telapak kaki. +ondisi ini juga dapat

    menyebabkan edema pada hati atau terjadinya penimbunan airan pada

    abdomen (aites)

    !ronkitis kronik dan emfisema adalah suatu penyakit menahun, terjadi

    sedikit demi sedikit bertahun9tahun. !iasanya mulai pada seorang pasien

    perokok berumur 69$6 tahun. Pada umur $6976 tahun kemampuan kerjaberatnya mulai menurun dan mulai timbul perubahan pada saluran napas keil

    dan fungsi paru mulai pula berubah antara lain berupa kenaikan closing

    volume. Dmur 769'6 tahun timbul batuk yang produktif dan -P (volume

    ekspirasi paksa detik) menurun. 5esak napas, hipoksemia, dan perubahan

    spirometri sudah terjadi pada umur '6966 tahun. Pasien sering berulang9ulang

    mendapat infeksi saluran napas bagian atas sehingga sering atau sama sekali

    %

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    11/19

    tidak dapat bekerja. Pada umur 669=6 tahun sudah ada kor9pulmonal, yang

    dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia.

    Keluhan

    Pada bronkitis kronik keluhan utama adalah batuk berdahak dan sesak.

    5edangkan pada emfisema keluhan utama adalah sesak napas, batuk berdahak

    tidak begitu menolok. Menurut !urro4s dkk. &60 bronkitis kronik mulai

    dengan batuk, $$0 mulai dengan sesak. ahmat 5umantri mendapatkan

    batuk B60, sesak B60 dan mengeluarkan dahak 330. 5edangkan Cardianto

    mendapatkan batuk %%0, sesak 'B0, dan dahak 33,=0.

    Pasien dengan bronkitis kronik dominan biasanya mempunyai ri4ayat

    batuk9batuk dengan sputum yang produktif yang sering dikatakannya karena

    merokok. Pasien sendiri tidak menganggap sebagai keluhan, keuali bila kita

    tanya langsung. Makin lama batuk makin sering, berlangsung lama dan makin

    berat, timbul siang maupun malam, sehingga pasien terganggu tidurnya. !ila

    timbul infeksi saluran napas, batuk9batuk bertambah hebat dan berkurang bila

    infeksi teratasi.

    Pasien dengan emfisema dominan biasanya mempunyai ri4ayat sesak

    napas dengan batuk kadang9kadang disertai sedikit sputum mukoid. !ila ada

    infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopurulen dan kental. !ila disertai

    hemoptisis harus dipikirkan penyakit lain seperti tuberkulosis, bronkiektasis,

    atau tumor.

    Pada kedua penyakit tersebut, bila timbul infeksi, sesak napas akan

    bertambah, kadang9kadang disertai tanda payah jantung kanan, dan lama

    kelamaan timbul kor9pulmonal yang menetap.Pada hipoksemiahiperkapnia berat, dapat timbul keluhan9keluhan

    neurologis seperti kesadaran yang menurun sampai koma, sakit kepala,

    tremor dan twitching.

    PPOM eksaserbasi

    . Peningkatan volume sputum

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    12/19

    8erjadi karena produksi mukus yang berlebihan akibat displasia sel9sel

    penghasil mukus di bronkus. 5ilia yang melapisi bronkus mengalami

    kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia sehingga mengganggu

    sistem esalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus yang

    kental dalam jumlah yang besar dan sulit dikeluarkan.

    $. Adanya sputum purulen

    Mukus dapat menjadi tempat persemaian mikroorganisme penyebab

    infeksi dan menyebabkan mukus tersebut menjadi purulen.

    7. #ispnea akut

    +arena adanya mukus yang kental dan peradangan (bronkitis) serta

    hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus (emfisema),

    maka akan terjadi penghambatan ventilasi sehingga mengakibatkan

    kesulitan dalam pernapasan (dispnea)

    '. asa sesak pada bagian dada

    +arena dispnea tersebut maka akan timbul kesulitan bernapas yang

    menyebabkan rasa sesak pada bagian dada.

    6. +ebutuhan akan bronkodilator

    +arena terjadi spasme saluran napas yang sudah memburuk, maka

    kebutuhan pasien akan bronkodilator menjadi meningkat

    =. Malaise dan fatigue

    +arena terdapatnya gangguan ventilasi maka kebutuhan oksigen untuk

    jaringa tubuh menjadi berkurang sehingga menyebabkan malaise dan

    fatigue pada penderita PPOM.

    &. Penurunan toleransi aktivitas

    Akibat dari malaise dan fatigue sebelumnya, maka penderita PPOMakan membatasi aktivitas sehingga dapat dikatakan toleransi aktivitas

    menjadi menurun.

    0tadiu9 eksaserbasi akut PPOM

    Cardinal symptom

    E #ispnea

    E Peningkatan jumlah sputum

    $

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    13/19

    E Peningkatan sputum purulen

    . 8ipe 9 M*"#

    E Menderita satu cardinal symptom

    E #itambah paling tidak diikuti oleh satu dari gejala diba4ah ini

    E *nfeksi saluran pernapasan atas selama 6 hari

    E Panas tanpa sebab yang jelas

    E Peningkatan whee%ing

    E Peningkatan batuk

    E Peningkatan laju pernapasan atau irama jantung $%0 lebih besar

    daripada kondisi normal

    $. 8ipe $9 MO#-A8-

    Menderita $ cardinal symptom

    7. 8ipe 79 5---

    E Menderita 7 cardinal symptom

    E +omplikasi yang berbahaya dari tipe ini adalah kegagalan

    pernapasan akut

    E #i rumah sakit, arterial blood gasses biasa digunakan untuk

    memprediksi seberapa berat eksaserbasi seseorang

    ?. iagnosis PPOM

    . Ana9nesis

    Anamnesis ri4ayat paparan dengan faktor resiko, ri4ayat penyakit

    sebelumnya, ri4ayat keluarga PPOM, ri4ayat eksaserbasi dan

    pera4atan di 5 sebelumnya, komorbiditas, dampak penyakit terhadap

    aktivitas, dll.

    $. Pe9eriksaan Fisik

    Pada stadium dini tidak ditemukan kelainan fisis. Canya kadang9

    kadang terdengar ronki pada 4aktu ekspirasi dalam. !ila sudah ada

    keluhan sesak, akan terdengar ronki pada 4aktu ekspirasi maupun

    inspirasi, kadang disertai bising mengi.

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    14/19

    dada bertambah, jarak tulang ra4an krikotiroid dengan lekukan supra

    sterna kurang dari 7 jari, iga lebih hori:ontal dan sudut subkostal

    bertambah.

    Pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengeil, batas

    paru hati lebih keil ke ba4ah, pekak jantung berkurang, suara napas

    dan suara jantung lemah. +adang9kadang disertai kontraksi otot

    pernapasan tambahan. 5ering didapatkan hernia inguinal. !ila sudah

    ada kenaikan tekanan pulmonal, suara jantung kedua akan lebih keras,

    terutama di ruang interkostal $ dan 7 sebelah kiri. Pada pembesaran

    jantung kanan akan terlihat pulsasi di dada kiri ba4ah pinggir sternum.

    Pasien dengan bronkitis kronik yang lebih dominan, pada stadium

    lanjut biasanya terlihat gemuk dan sianosis. 5esak tidak begitu berat

    dan otot9otot pernapasan tambahannya pun tidak digunakan. 5ering

    disertai tanda payah jantung kanan. PaO$menurun dan Pa;O$normal

    atau naik. Penurunan PaO$menstimulasi eritropoiesis dan vasokontriksi

    pembuluh darah paru, sehingga kor9pulmonalnya bertambah berat.

    Pasien demikian dinamakan blue bloaters.

    Pasien dengan emfisema yang lebih dominan, pada stadium lanjut

    terlihat sebagai pasien yang kurus, sesak napas, terlihat menggunakan

    otot pernapasan tambahan. !ila duduk biasanya membungkuk dengan

    kedua tangannya diletakkan di muka sebagai penahan. 5aturasi

    hemoglobin masih ukup, karena volume pernapasan permenit

    dinaikkan. Pasien tersebut dinamakanpin$ puffer.

    7. Pe9eriksaan Faal Paru0$iro9etri

    #engan alat spirometri dapat diukur beberapa parameter faal paru

    yaitu

    E +apasitas vital paksa (+P) adalah jumlah udara yang bisa

    diekspirasi maksimal seara paksa setelah inspirasi maksimal.

    E olume ekspirasi paksa detik pertama (-P) adalah jumlah udara

    yang bisa diekspirasi maksimal seara paksa pada detik pertama.

    '

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    15/19

    E asio -Pl+P.

    E Arus punak ekspirasi (AP-).

    Apabila nilai -P kurang dari 3%0 nilai dugaan, rasio -P+P

    kurang dari &60 menunjukkan obstruksi saluran napas.

    !ila digunakan spirometri yang lebih lengkap dapat diketahui

    parameter lain

    E +apasitas vital (+), jumlah udara yang dapat diekspirasi maksimal

    setelah inspirasi maksimal.

    E +apasitas paru total (+P8), yaitu jumlah total udara dalam paru pada

    saat inspirasi maksimal.

    E +apasitas residu fungsional (+?), yaitu jumlah udara dalam paru

    saat akhir ekspirasi biasa.

    E olume residu (), jumlah udara yang tertinggal dalam paru pada

    akhir ekspirasi maksimal.

    E (ir trapping, selisih antara + dengan +P

    Pada pasien bronkitis kronik terdapat -Pdan + yang menurun,

    yang bertambah dan +8P yang normal. Pada emfisema terdapat

    penurunan -P, +, dan +A-M (+eepatan Arus -kspirasi

    Maksimal) atau M-? ()a#imal "#piratory *low Rate), kenaikan

    +? dan , sedangkan +8P bertambah atau normal. +elainan di atas

    lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan

    hanya pada saluran napas keil yang dapat dibuktikan dengan

    pemeriksaan +A-M, closing volume,flow volume curvedengan O$dan

    gas helium dan-.wash out curve.Pada emfisema, kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli

    untuk difusi berkurang. #apat dibuktikan dengan pemeriksaan kapasitas

    difusi untuk ;O.

    1;i 8ronkodilator

    Dji bronkodilator adalah suatu pemeriksaan faal paru sebelum dan

    sesudah pemberian bronkodilator untuk menilai reversibilitas penyakit.

    6

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    16/19

    #i umah 5akit Persahabatan uji bronkodilator dikerjakan sebagai

    berikut

    #ilakukan pengukuran AP- atau -P pada pasien yang telah

    dibebaskan dari bronkodilator sebelumnya. Pemakaian teofilin

    dihentikan selama $ jam, untuk lepas lambat $' jam. $ agonis oral

    dibebaskan $ jam dan $agonis inhalasi 3 jam. +emudian diberikan

    inhalasi $ agonis sebanyak 3 semprot memakai alat nebuhaler atau

    volumatik. 6 menit setelah pemberian inhalasi bronkodilator,

    dilakukan pemeriksaan faal paru kembali. +emudian ditentukan

    persentase kenaikan nilai AP- atau -Preversibilitas0 dengan rumus

    berikut

    Reversibilitas

    =

    VEP1post bronkodilator - VEP1prebronkodilator

    x100%

    VEP1pre bronkodilator

    Apabila nilainya 2 60 dianggap masih reversibel.

    '. Pe9eriksaan Radiologis

    Foto dada $ada bronkitis kronik

    !ronkitis kronik bukan suatu diagnosis radiologis. Menurut ?raser

    dan Pare, lebih dari 6%0 pasien bronkitis kronik mempunyai foto dada

    yang normal, sedangkan Cardiarto mendapatkan $=0 pasien. 8etapi

    seara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

    a. 1ubular shadowsatau tram lines terlihat bayangan garis9garis yang

    paralel, keluar dari hilus menuju apek paru. !ayangan tersebutadalah bayangan bronkus yang menebal. #ari 7%% pasien yang

    diperiksa ?raser dan Pare, ternyata 3%0 mempunyai kelainan

    tersebut.

    b. ;orak paru yang bertambah. Menurut Gamsu dan >adel kira9kira

    pada %9$%0 pasien.

    Foto dada $ada e9fise9a

    =

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    17/19

    Pemeriksaan radiologis pada emfisema paru telah diselidiki antara

    lain oleh 8hurlbek dkk., dan ternyata lebih khas daripada bronkitis

    kronik. 8erdapat $ bentuk kelainan foto dada pada emfisema, yaitu

    a. Gambaran defisiensi arteri

    8erjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bulae. Menurut

    ?raser dan Pare lebih sering didapat pada emfisema panlobular dan

    pin$ puffer.

    Overinflasi, hampir selalu terlihat diafragma yang rendah dan

    datar, bahkan kadang9kadang terlihat konkaf. Pada pemeriksaan sinar

    tembus gerakannya berkurang. Ddara di ruang retrosternal

    bertambah (trapped air) yaitu jarak antara sternum dan pinggir

    depan aorta asendens.

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    18/19

    berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan timbul

    epat.

    =. Pe9eriksaan EK2

    Pemeriksaan ini menatat ada tidaknya serta perkembangan kor

    pulmonal (hipertrofi atrium dan ventrikel kanan)(ubenstein, et.al.,

    $%%&). Pada pemeriksaan -+G, untuk penderita kor9pulmonal paru

    diperhatikan hal9hal seperti diba4ah ini

    ) Adanya emfisema dapat menimbulkan perubahan9perubahan pada

    pemeriksaan -+G

    $) Perubahan pada -+G yang ditimbulkan oleh emfisema

    mengaburkan penilaian perubahan -+G yang disebabkan hipertrofi

    bilik kanan jantung

    7) -+G bisa normal 4alaupun diagnosis kor9pulmonal telah jelas

    -mfisema dan hipertrofi bilik kanan jantung seara bersama9sama

    dapat menimbulkan perubahan pada -+G. Cal ini kadang9kadang dapat

    menimbulkan kesalahan dalam penilaian.

    &. Pemeriksaan Laboratorium Darah

    Terjadi peningkatan jumlah sel darah putih.

    3

  • 5/24/2018 MAKALAH PPOM

    19/19

    AFTAR P10TAKA

    5oemantri, -.5., Dyainah, A. $%%.Ilmu 'enya$it Dalam 3 2ron$itis 4roni$ dan

    "mfisema 'aru 5ilid II.