Upload
syaban-ratri
View
342
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)
A. Konsep Dasar Penelitian Pendidikan
Istilah action research (penelitian tindakan) untuk pertama kalinya dikenalkan
oleh Lewwin pada tahun 1994. Ia menggunakan istilah ini untuk mendeskripsikan bentuk
penelitian yang mengawinkan antara pendekatan penelitian eksperimen dalam ilmu social
dengan program tindakan social dalam merespon permasalahan social yang besar pada
waktu itu. Lewwin menyatakan bahwa teori pengembangan dan perubahan social yang
diperlukan secara simultan dapat dicapai dengan memberikan definisi penelitian tindakan
sebagai proses dimana dengan proses itu orang dapat membangun eksperimen-
eksperimen social dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu (Greenwood & Levin,
1998).
Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh
para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh
guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam megumpulkan data tentang pelaksanaan
kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana
dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan. Penelitian tindakan adalah penelitian
yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang
bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga
diperoleh hasil yang lebih baik. Tindakan ini di kalangan pendidikan dapat diterapkan
pada sebuah kelas sehingga sering disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research), atau bila yang melakukan tindakan adalah kepala sekolah atau pimpinan lain
maka tetap saja disebut penelitian tindakan. Penelitian tindakan berkaitan erat dengan
penelitian kualitatif, karena memang dalam pengumpulan datanya menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan menggabungkan kegiatan penelitian atau
pengumpulan data dengan penggunaan hasil penelitian atau pengumpulan data. Kegiatan
ini dilakukan secara timbal balik membentuk spiral: rencana, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Asumsi yang mendasari pelaksanaan tindakan adalah bahwa orang akan belajar
dan mengembangkan pengetahuan:
1. Dalam pengalaman sendiri yang konkrit
2. Melalui pengamatan dan refleksi dalam pengalaman tersebut.
3. Melalui pembentukan konsep abstrak dan generalisasi.
4. Dengan menguji implikasi konsep dalam situasi baru.
Teori yang mendasari penelitian tindakan sejalan dengan akar sejarah
perkembangan dari metode penelitian ini. Perkembangan penelitian tindakan diawali oleh
karya Kurt Lewin. Setelah serangkaian kegiatan pengalaman praktiknya pada awal
tahun1940, ia menyimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu proses yang
memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir reflektif, diskusi,
penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi dalam penelitian
kolektif dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya
(Adelman 1993). Pengembangan lebih lanjut dilakukan di Amerika Serikat dalam
penerapan konsep pendidikan progresif yang dikembangkan oleh john Dewey. Di Inggris
dikembangkan dalam rangka reformasi kurikulum dan peningkatan profesionalisme
dalam pengajaran, dan di Australia dikembangkan dalam gerakan perluasan perencanaan
kurikulum yang bersifat kolaboratif.
B. Tujuan, Fungsi, Karakteristik dan Ciri-ciri Penelitian Pendidikan
Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan
penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain. Penelitian tindakan juga
bertujuan untuk mengubah situasi awal suatu kelompok, organisasi, atau masyarakat yang
memiliki berbagai permasalahan, ke arah keadaan yang lebih bebas, kelas lebih aktif,
lebih partisipatif, dan sebagainya. Tujuan secara umumnya antara lain:
1. Sebagai alat untuk memperbaiki masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi
khusus, atau untuk memperbaiki beberapa hal dalam lingkungan sekitar;
2. Sebagai alat training in-service, yang dapat memperlengkapi guru dengan skill dan
metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya;
3. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem
pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan;
4. Sebagai alat untuk memperbaiki komunikasi yang buruk antara guru dan peneliti
akademis, dan memperbaiki kegagalan penelitian tradisional untuk memberikan
persepsi yang jelas;
5. Meskipun kurang memiliki penelitian ilmiah sebenarnya; namun ini dapat menjadi alat
untuk memberikan alternatif yang bagus bagi pendekatan yang lebih subyektif,
impresionistik terhadap pemecahan masalah di ruang kelas.
Fungsi dari Penelitian tindakan secara umum, antara lain:
1. Alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan diagnosis tertentu.
2. Alat pelatihan dalam jabatan sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan
ketrampilan, metode dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan
analisisnya, dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya.
3. Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau yang inovatif pada pengajaran.
4. Alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti akademis,
serta memperbaiki kegagalan penelitian tradisional.
5. Alat untuk menyediakan alternative yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan
yang lebih subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah di dalam kelas.
Secara metodelogis, penelitian tindakan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Bersifat kolaboratif, selain diarahkan kepada perbaikan proses dan hasil juga bertujuan
meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab penelitian kolaboratif merupakan
bagian dari program pengembangan staf.
2. Dilaksanakan pada lokasi terjadinya permasalahan
3. Bersifat partisipatori karena memerlukan partisipatori karena memerlukan partisipasi
dari semua anggota tim peneliti,
4. Tidak ada upaya pengendalian variabel pengganggu.
Ciri-ciri penelitian tindakan, antara lain :
1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi actual dalam dunia kerja.
2. Menyediakan rangka-kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan-
perkembangan baru, yang lebih baik daripada cara pendekatan impresionistik dan
fragmentaris. Cara penelitian ini juga empiris dalam artian bahwa penelitian tersebut
mendasarkan diri kepada observasi aktual dan data mengenai tingkah laku, dan tidak
berdasar pada pendapat subjektif yang didasarkan pada pengalaman masa lampau.
3. Fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama masa penelitiannya
dan mengorbankan control untuk kepentingan on the spot experimentation dan inovasi.
4. Walaupun berusaha supaya sistematis, namun pelatihan tindakan kekurangan
ketertiban ilmiah, karenanya validitas internal dan eksternalnya adalah lemah.
Tujuannya situasional, sampelnya terbatas dan tidak representative, dan kontrolnya
terhadap variabel bebas sangat kecil. Karena itu, hasil-hasilnya walaupun berguna
untuk dimensi praktis, namun tidak secara langsung memberi sumbangan kepada
ilmunya.
5.
C. Langkah-langkah penelitian tindakan
Walaupun secara garis besar memiliki kesamaan, tatapi ada beberapa variasi
langkah-langkah pelaksanaan penelitian dari beberapa ahli.
1. Kurt Lewin (1952) menggambarkan penelitian tindakan sebagai suatu proses siklikal
spiral, yang meliputi : perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting).
ACTING
PLANNING OBSERVING
REFLECTING
2. Stephen Kemmis (1990) mengembangkan bagan spiral penelitian tindakan yang juga
memasukkan modelnya Lewwin. Model Kemmis meliputi: pengamatan, perencanaan,
tindakan pertama, monitoring, refleksi, berpikir ulang, evaluasi.
3. Richard Sagor (1992) menggambarkannya dalam lima langkah berurutan, yaitu :
perumusan masalah, pengumpulan data, analisis data, pelaporan hasil, dan
perencanaan tindakan.
4. Emily Calhoun (1994) lingkaran penelitian tindakan dalam langkah : pemilihan daerah
atau masalah yang menarik tim, pengumpulan data, penyusunan data, analisis dan
interpretasi data, dan peaksanaan tindakan.
5. Gordon Wells (1994) menyebutnya langkah-langkah penelitian tersebut sebagai model
ideal dari penelitian tindakan yang mencakup langkah: pengamatan, interpretasi,
perubahan rencana, tindakan, dan teori personal praktisi yang menjelaskan dan
dijelaskan dari lingkaran penelitian tindakan.
6. Ernest stinger (1996) menggambarkannya sebagai spiral interaktif penelitian tindakan,
yang meliputi: mengamati, berpikir dan bertindak sebagai lingkaran kegiatan yang
berkelanjutan.
7. Deborah South (2000) menyebut langkah-langkah penelitiannya sebagai penelitian
tindakan dialektikbyang terdiri atas empat langkah yaitu: identifikasi suatu daerah
focus masalah, pengumpulan data, analisis, dan interpretasi data, perencanaan
tindakan.
Model Spiral dari Deborah South adalah yang paling lengkap dan jelas. Oleh
karena itu model ini disarankan digunakan oleh para pelaksana program, khususnya
pelaksana program pendidikan seperti guru, dosen, konselor, kepala sekolah, dll.
Pemikiran dan kegiatan yang bersifat dialektika atau timbale balik dalam setiap langkah
penelitian tindakan, adalah:
1. Identifikasi bidang fokus masalah.
Kegiatan diawali dengan langkah mengidentifikasi bidang focus masalah yang
akan diteliti dan dikembangkan. Dalam pendidikan dan kurikulum , bidang masalah yang
dipilih adalah yang paling besar sumbangannya terhadap mutu hasil pendidikan,
khususnya mutu kemampuan dan pribadi siswa atau mahasiswa, umpamanya
implementasi kurikulum.
2. Pengumpulan data
Langkah kedua adalah mengumpulkan data berkenaan dengan pelaksanaan
kegiatan yang menjadi fokus masalah, umpamanya pelaksanaan metode pembelajaran
pemecahan masalah pada mata pelajaran IPS. Dalam langkah ini guru atu dosen
mengidentifikasi, menghimpun dokumen-dokumen, mengingat-ingat kegiatan
pembelajaran serta hasil pembelajaran yang berkenaan dengan pemecahan masalah yang
pernah dilakukannya. Topic-topik apa yang dibahas, bagaimana langkah-langkahnya,
bagaimana kegiatan guru atau dosen, bagaimana kegiatan siswa atau mahasiswa, buku,
media dan sumber belajar lain apa yang digunakan, kesulitan apa yang dihadapi,
keberhasilan yang dicapai, dsb.
3. Analisis dan Interpretasi data
Data dianalisis secara kualitatif, dalam arti diuraikan, dibandingkan,
dikategorikan, disintesiskan, lalu disusun atau diurutkan, secara sistematis. Hasil analisis
diinterpretasikan dalam arti diberi makna, baik makna tunggal atau sendiri-sendiri,
gabungan, hubungan antar komponen atau aspek, maupun makna inferensial yang lebih
abstrak dan umum.
4. Penyusunan rencana
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data disusun rencana untuk
memperbaiki dan meningkatkan kegiatan atau program. Penyusunan rencana diarahkan
pada pelaksanaan kegiatan atau program secara optimal dengan memperhatikan kondisi
subjek sasaran (siswa atau mahasiswa) serta factor-faktor pendukung yang ada. Factor
pendukung ini meliputi pelaksana (guru, dosen, konselor, administaror, dll), sarana dan
prasarana termasuk media dan sumber belajar, serta factor lingkungan, baik lingkungan
fisik, social-budaya, maupun iklim psikologis.
5. Pelaksanaan
Apa yang telah dirancang dilaksanakan secara seksama dengan memanfaatkan
factor-faktor pendukung secara optimal. Pelaksanaan suatu kegiatan atau program
membutuhkan persiapan yang matang, baik persiapan dari pihak pelaksana, subjek yang
menjadi partisipan dalam kegiatan, maupun factor-faktor pendukung pelaksanaan
program. Selama pelaksanaan kegiatan atau program, diadakan evaluasi dan monitoring
atau pengumpulan data dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Hal
pengumpulan data didokumentasikan secara seksama dan lengkap untuk kemudian
digunakan baik bagi penyempurnaan rancangan maupun pelaksanaan kegiatan.
Langkah-langkah kegiatan penelitian tindakan bersifat spiral atau suatu lingkaran
terbuka. Kegiatannya berulang tetapi dalam lingkup yang luas. Langkah-langkah inipun
bersifat dialektik, kegiatan dalam suatu langkah dilihat, dihubungkan, atau diberi
masukkan oleh langkah lainnya. Dalam spiral ini, tahap pengumpulan data merupakan
kegiatan yang cukup penting, sebab semua tahapan lainnya hamper selalu membutuhkan
dukungan dari hasil pengumpulan data.
D. Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan tidak hanya
satu, tetapi menggunakan multi teknik atau multi instrument. Ada 3 kelompok teknik
pengumpulan data oleh Wolcott (1992) disebutnya sebagai strategi pekerjaan lapangan
primer, yaitu : pengalaman, pengungkapan, dan pengujian.
1. Pengalaman
Pengalaman (experiencing), dilakukan dalam bentuk observasi. Peneliti pelaksana
(guru, dosen, konselor, administrator, dll) melakukan observasi sambil melakukan
tugasnya sehari-hari.
Ada beberapa variasi bentuk observasi yang dilakukan peneliti, yaitu :
a. Observasi partisipatif, peneliti melakukan observasi sambil ikut serta dalam
kegiatan yang sedang berjalan.
b. Observasi khusus, observasi dilakukan ketika peneliti melakukan tugas khusus
umpamanya memberikan bimbingan.
c. Observasi pasif, peneliti hanya bertindak sebagai pengumpul data, mencatat
kegiatan yang sedang berjalan.
2. Pengungkapan
Pengungkapan (enquiring) dilakukan melalui wawancara. Peneliti mengadakan
wawancara terhadap pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data yang diperlukan.
Strategi pengungkapan juga memiliki beberapa bentuk, yaitu:
a. Wawancara informal
b. Wawancara formal terstruktur
c. Pengedaran angket
d. Menggunakan skala (model likert, Thurstone)
e. Pengukuran dengan tes standar
3. Pembuktian
Pembuktian (examining) dilakukan dengan mencari bukti-bukti documenter,
seperti:
a. Dokumen arsif
b. Jurnal
c. Peta
d. Audio dan video tape
e. Benda-benda bersejarah
f. Catatan lapangan
Agar diperoleh data yang benar dalam arti sesuai dengan kenyataan, maka ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pengumpulan data. Persyaratan
tersebut meliputi: validitas, reliabilitas, kebergunaan dan etika.
1. Validitas Pengumpulan data
Validitas menunjukkan ketepatan pengumpulan data, atau data yang dikumpulkan
memang benar-benar yang ingin diperoleh peneliti. Validitas pengumpulan data kualitatif
meliputi 2 hal yaitu: keterpercayaan dan keterpahaman.
Keterpercayaan pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, menurut Guba
(1981) ditandai olehkarakteristik berikut:
a. Kredibilitas, kemampuan peneliti memahami dan mengumpulkan data dari situasi
yang kompleks dan mengungkap pola-pola yang sukar dijelaskan.ini bisa dicapai
melalui: penelitian yang relative sama, observasi yang berulang-ulang, bekerja dalam
tim, mengadakan triangulasi, pengumpulan dokumen-dokumen, melakukan
pengecekkan pada partisipasi lain, melakukan penyempurnaan, melakukan
pembandingan-pembandingan.
b. Transferabilitas. Penelitian kualitatif tidak menghasilkan generalisasi, tetapi sampai
sejauh mana, temuan-temuan dalam penelitian ini dapat digunakan atau diterapkan
pada situasi lain. Ini dapat dilakukan melalui pengumpulan data yang rinci, sehingga
memungkinkan diperbandingkan antara yang satu konteks dengan konteks lainnya,
dan melalui pembuatan deskripsi tentang konteks yang mendetail sehingga bisa
dilakukan penilaian kecocokannya pada konteks lain.
c. Keabsahan, menunjukkan bahwa data yang diperoleh adalah benar, dicek ke
beberapa pihak hasilnya sama. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi dan
member check.
d. Konfirmabilitas, menunjukkan bahwa data yang diperoleh adalah netral atau objektif,
menggambarkan keadaan sebenarnya, bukan rekaan.
Keterpahaman, berkenaan dengan kejelasan dan kemudahan data untuk
difahami. Maxwell (1992) mengemukakan empat criteria keterpahaman pengumpulan
data kualitatif, antara lain:
a. Validitas deskriptif, menunjukkan ketepatan data yang dikumpulkan
b. Validitas Interpretif, menunjukkan kepedulian peneliti terhadap pandangan-
pandangan partisipan.
c. Validitas teoritis, kemampuan peneliti menjelaskan fenomena-fenomena yang
dipelajari dan dideskripsikan.
d. Kebergunaan, menunjukkan bahwa data yang dihasilkan dapat digunakan dalam
komunitas yang diteliti dan komunitas yang lebuh luas. Dalam penelitian kualitatif
kebergunaan ini adalah dalam komunitas yang diteliti.
e. Validitas evaluative, menunjukkan kemampuan peneliti untuk menghasilkan data
yang bukan perkiraan.
2. Reliabilitas Pengumpulan Data
Reliabilitas menunjukkan keajegan, ketetapan data yang diperoleh, pengumpulan
data yang dilakukan dengan jujur, sungguh-sungguh dan teliti akan menghasilkan data
yang ajeg. Sebaliknya pengumpulan data yang dilakukan dengan ceroboh, tidak sungguh-
sungguh akan menghasilkan data yang berubah-ubah. Data demikian sudah tentu
merupakan sampah.
3. Kebergunaan
Salah satu syarat penelitian atau pengumpulan data yang baik adalah kebergunaan
atau generalizability. Kebergunaan dalam penelitian kuantitatif menunjukkan hasil
penelitian yang terbatas atau terhadap sampel dapat berlaku secara luas atau berlaku
untuk populasi. Dalam penelitian kualitatif kebergunaan ini mempunyai makna yang
berbeda. Kebergunaan menunjukkan kesesuaian atau relevansi antara temuan atau hasil
penelitian dengan peneliti atau penggunaan penelitian.
4. Etika
Penelitian tindakan kelas dengan pendekatan yang bersifat kualitatif, seperti halnya
penelitian-penelitian lainnya harus memperhatikan segi-segi etika. Ada beberapa
pegangan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penelitian berkenaan dengan
masalah etika.
a. Kembangkan pandangan etika yang sesuai dengan posisi etika pribadi peneliti.
b. Carilah, upayakanlah agar partisipan penelitian dapat menyetujui penelitian anda.
c. Tentukan prinsip-prinsip social yang lebih luas yang terkait dengan sikap etika
anda.
d. Pertimbangan prinsip-prinsip etika utilitarian atau kebaikan universal, etika
deontologis yang berkenaan dengan tugas dan kewajiban, etika relational atau
kebaikan bersama, dan etika ecological kebaikan menurut lingkungan masyarakat,
budaya, kerja.
e. Perhatikan masalah kerahasiaan, nama baik dan hindarkan dampak negatif.
Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif.
Analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan statistik,
menghitung korelasi, regresi, uji perbedaan, analisis jalur, dsb. Penelitian tindakan
dengan pendekatan kualitatifnya menggunakan analisis yang bersifat naratif-
kualitatif. Geoffrey E. Mills (2000), mengemukakan beberapa teknik analisis data.
a. Mengidentifikasi tema-tema. Dari data yang dikumpulkan secara induktif dapat
diidentifikasi tema-tema tertentu. Dari tema-tema kecil dapat disimpulkan tema
yang lebih besar.
b. Membuat kode pada hasil survai, interview dan angket. Untuk setiap tema ataupun
kelompok data dapat dibuat kode, umpamanya kode untuk perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, hasil, dsb.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci: siapa, apa,di mana, kapan, mengapa, dan
bagaimana? Pertanyaan kunci dapat membantu mensistematiskan data, sehingga
membentuk satu kesatuan yang bermakna.
d. Buatlah review keorganisasian dari unit yang diteliti (sekolah). Stringer (1996)
menyarankan keorganisasian sebagai berikut: visi dan misi, tujuan umum dan
khusus, struktur organisasi, pelaksanaan, dan masalah-masalah, isu-isu dan
kepedulian dari para pelaku.
e. Buatlah peta konsep. Memetakan secara visual factor-faktor yang terkait, atau
melatarbelakangi dan diakibatkan oleh sesuatu hal, seperti factor-faktor yang
melatarbelakangi dan diakibatkan oleh proses pembelajaran, hasil belajar,
kegagalan siswa, dll.
f. Analisis factor yang mendahului dan mengikuti. Menganalisis factor-faktor yang
mendahulu mungkin juga menjadi penyebab dan yang mengikuti atau diakibatkan
oleh sesuatu hal, kegiatan, masalah, dsb.
g. Buatlah bentuk-bentuk penyajian dari temuan. Temuan hasil penelitian dapat
disajikan dalam berbagai bentuk seperti table, grafik, peta, bagan, dll.
h. Kemukakan apa yang belum/tidak ditemukan. Bertolak dari data yang telah
ditemukan, dapat diidentifikasi hal-hal yang belum ditemukan.
Teknik Interpretasi Data
Stringer juga mengemukakan beberapa teknik menginterpretasikan hasil
analisis data kualitatif.
a. Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan. Hasil analisis mungkin
masih miskin dengan makna, dengan pengajuan beberapa pertanyaan hasil
tersebut bisa dilihat maknanya. Pertanyaan dapat berkenaan dengan hubungan
atau perbedaan antara hasil analisis, penyebab, aplikasi, dan implikasi dari hasil
analisis.
b. Hubungkan dengan temuan pengalaman pribadi. Penelitian tindakan sangat erat
kaitannya dengan pribadi peneliti. Temuan hasil analisis bisa dihubungkan dengan
pengalaman-pengalaman pribadi peneliti yang cukup kaya.
c. Minta nasihat dari teman yang kritis. Bila mengalami kesulitan dalam
menginterpretasikan hasil analisis, mintalah pandangan kepada teman yang
seprofesi dan memiliki pandangan kritis.
d. Hubungkan hasil-hasil analisis dengan literature. Faktor eksternal yang memiliki
kekuatan dalam memberikan interpretasi selain teman atau kalau mungkin ahli
adalah literature. Apakah makna dari temuan penelitian menurut pandangan para
ahli, para peneliti ddalam berbagai literatur.
e. Kembalikan pada teori. Cara lain untuk menginterpretasikan hasil dari analisis
data adalah hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan permasalahan
yang dihadapi.
E. Jenis-jenis penelitian tindakan
Ada empat jenis penelitian tindakan, seperti dijelaskan oleh Chein,Cook, dan
Harding (1982). Yaitu :
1. Penelitian Tindakan Diagnostik
Penelitian tindakan diagnostik dirancang untuk menuntun ke arah tindakan. Peneliti
memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika karena diundang. Peneliti itu
mendiagnosis situasinya.misalnya, ia mempelajari ketegangan masyarakat yang ada,
sumber ketegangan tersebut, sumber daya masyarakat yang ada untuk menangani
ketegangan tersebut, dsb. Dan ia membuat berbagai rekomendasi tentang tindakan
perbaikannya. Rekomendasi itu sendiri tidak diuji sebelumnya, dan juga bukan
merupakan objek penelitian tertentu. Rekomendasi itu dihasilkan lebih kurang melalui
proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman masa lalu dan diagnosis saat itu.
2. Penelitian Tindakan Partisipan
Penelitian dikatakan sebagai Penelitian tindakan partisipan ialah apabila orang yang akan
melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal
sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Penalitian tindakan jenis ini tumbuh dan
berkembang karena dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama di atas : (a)
diagnosis tidak selalu mendorong dilakukannya tindakan, dan (b) keterlibatan tim peneliti
dalam mayarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan.
Gagasan sentral penelitian tindakan partisiopan ini adalah bahwa orang yang akan
melakukan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal.
3. Penelitian Tindakan Empiris
Penelitian tindakan empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu
tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi
berlangsung. Pada prionsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan
dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.gagasan dasar
penelitian tindakan ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan
dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan
penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
Dalam penelitian tindakan empiris, orang yang sama biasanya bertanggung jawab atas
pelaksanaan tindakan dan pelaksanaan penelitiannya. Pengaturan ini memiliki
keuntungan besar, yaitu secara otomatis pelaku penelitian memperoleh pengetahuan
lengkap tentang rincian tindakan yang diteliti. Meskipun demikian, penelitian jenis ini
cukup banyak kelemahannya. Adapun kelemahannya sebagai berikut :
a. Banyak organisator dan pimpinan kelompok yang tidak memiliki kemampuan
merumuskan hipotesis secara eksplisit atau menyatakan kesimpulan secara cermat.
b. Pelaku penelitian juga dibenani dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak
mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amanatnya, atau dalam
beberapa hal bahkan tidak dapat dikomunikasikan.
c. Jika penyimpangan catatan benar-benar memadahi, biasanya begitu banyak yang
berhasil dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk
menganalisis seluruhnya.
d. Bahkan dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk benar-
benar objektif dalam menilai keluaran usaha tindakannya sendiri.
4. Penelitian tindakan eksperimental
Penelitian tindakan eksperimental ialah diselenggarakan dengan berupaya
menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu
kegiatan belajar mengajar. Dari semua jenis penelitian tindakan, jenis penelitian
eksperimental memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah
karena dalam keadaan yang menguntungkan memberikan uji-coba yang mantab tentang
hipotesis tertentu. Akan tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit
untuk dilaksanakan dengan berhasil.. kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk :
(a) keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya, (b)
kekurangmampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial, dan (c) kekurang
mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat dasar
hubungan sosial.
Kesulitan ini sebagian besar dapat dihindari jika program penalitiannya dari awal
direncanakan dengan bekerjasama dengan peneliti yang bertanggung jawab atas
pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang perlu benar-benar dilaksanakan.
Hal penting yang perlu dicatat adalah penelitian tindakan eksperimentan akan berhasil
jika didukung oleh perencanaan dan kerjasama yang sangat baik dengan setiap orang
yang terkait dengan program tersebut. Pemilihan jenis penelitian tindakan akan sangat
ditentukan oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh peneliti.
F. Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihanya antara lain:
a. Tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam Penelitian Tindakan
b.Tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat
reflektif/evaluatif dalam Penelitian tindakan.
c. Dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah
d.Meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam
Penelitian tndakan .
2. Kelemahannya antara lain:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik
dasar penelitian pada Anda sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal
praktis
b. Rendahnya efisiensi waktu karena Anda harus punya
komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara Anda masih harus
melakukan tugas rutin
c. Konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin
kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan
keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak
mudah untuk mendapatkan pemimimpin demikian.
G. Persoalan-persoalan praktis penelitian tindakan
Ada lima persoalan praktis yang perlu diperhatikan dalam penelitian tindakan dan
masing-masing akan diuraikan secara singkat di bawah ini :
1. Pemerkasa penelitian tindakan
Penelitian tindakan biasanya diprakarsai oleh orang yang memiliki kepedulian
besar terhadap kebutuhan untuk meningkatkan suatu situasi, misalnya situasi belajar-
mangajar di kelas dan situasi pengelolaan sekolah. Ada dua kelompok yang dapat terlibat
dalam usaha kolaboratif penelitian tindakan :
a) Kelompok orang yang langsung terlibat dalam kehidupan situasi terkait, seperti guru
dalam situasi belajar-mengajar, dan pimpinan dalam situasi pengelolaan
(manajemen),
b) Kelompok orangyang memiliki pengetahuan tentang penelitian tindakan dan
kemampuan untuk melaksanakannya, misalnya peneliti dari perguruan tinggi atau
lembaga penelitian.
2. Pemilik penelitian timdakan
Meskipun suatu penelitian tindakan sering diprakarsai oleh fasilitator, sebaiknya
orang-orang yang langsung dikenai dan sekaligus ikut serta dalam pelkasanaan penelitian
tindakan tersebut, dibuat ikut merasa memiliki. Rasa ikut memiliki ini akan sangat
mempengaruhi kelancaran dan kualitas pelaksanaan penelitian tersebut. Rasa ikut
memiliki ini dapat dikembangkan dengan melibatkan mereka dalam seluruh proses
penelitian, yaitu dari langkah pertama sampai langkah terakhir. Dengan demikian, semua
orang yang terkena dampak penelitian tindakan tersebut akan merasa bahwa penelitian
tindakan tersebut merup[akan bagian dari dirinya.
3. Sasaran penelitian tindakan
Penelitian tindakan bukan merupakan teknik pemecahan masalah, namun
dorongan untuk meneliti praktik secara sistematis sering timbul karena ada masalah
dalam suatu situasi. Persoalan atau masalah yang diteliti adalah yang dapat ditangani
lewat tindakan praktis. Jadi penelitian tindakan tidak cocok digunakan untuk tujuan
pengembangan teori karena alsan utama dilakukannya penelitian tindakan adalah
peningkatan praktik dalam situasi kehidupan nyata.
4. Data penelitian tindakan
Data penelitian tindakan antara lain, berupa semua catatan tentang hasil amatan,
transkrip wawancara, rekaman audio dan atau video kejadian, yang dikumpulkan lewat
berbagai teknik. Data diambil dari suatu situasi bersama seluruh unsur-unsurnya. Fungsi
data dalam penelitian tindakan adalah sebagai landasan reflektif. Data mewakili tindakan
dalam arti bahwa data itu memungkinkan peneliti merekonstruksikan tindakan terkait,
bukan hanya mengingat kembali. Oleh karena itu, pengumpulan data tidak hanya untuk
keperluan hipotesis, melainkan untuk mendokumentasikan amatan dan olek karena
menjembatani antara momen-momen tindakan dan refleksi dalam putaran penelitian
tindakan. Data dapat berbentuk catatan-catatan, rekaman audio, rekaman video, foto, dan
sebagianya.
5. Analisis data
Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan. Dengan
melakukan refleksi peneliti akan memiliki wawasan otentik yang membantu dalam
menafsirkan datanya. Tetapi perlu diingat bahwa dalam menganalisis data sering seorang
perserta penelitian tindakan menjadi terlalu subyektif, dan oleh sebab itu dia perlu
berdiskusi dengan peserta-peserta lainnya untuk dapat melihat datanya perspektif yang
berbeda. Dengan kata lain, usaha trianggulasi hendaknya dilakukan dengan mengacu
pendapat atau persepsi orang lain.
H. Contoh Format Proposal penelitian tindakan
Proposal perlu disusun sebelumnya untuk mendeskripsikan serangkaian proses
dari penelitian yang akan dilakukan. Setidaknya bagian-bagian proposal Penelitian
tindakan meliputi:
1. Judul Penelitian
Judul penelitian hendaknya menyatakan dengan akurat dan padat permasalahan
serta bentuk tindakan yang dilakukan. Formulasinya singkat, jelas, dan sederhana
namun secara tersirat telah menampilkan sosok Penelitian tindakan.
Contoh: Pemberian Tugas Tambahan untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Pokok Bahasan Soal Cerita pada Siswa kelas VI SDN 2 Blorok Kabupaten
Kendal Tahun Pelajaran 2006/2007
2. Latar Belakang Masalah
Ada dua hal yang perlu ditelaah dalam latar belakang masalah, yakni: kondisi
ideal dan realitas dilapangan. Dimulai mengupas hal-hal yang bersifat ideal, lantas
muncul permasalahan. Yang perlu diingat: munculnya permasalahan perlu didukung
dengan data, pengamatan, teori, dan bila perlu penelitian terdahulu.
3. Permasalahan
Sebelum merumuskan permasalahan, seorang peneliti perlu mengidentifikasi
permasalahan. Pada dasarnya masalah berpangkal pada sesuatu yang ideal. Masalah
akan muncul jika kita menyadari adanya kesenjangan di lingkungan kita. Priyono
(2000) mengatakan bahwa merupakan kesalahan besar menerapkan suatu intervensi
tanpa diketahui terlebih dahulu akar permasalahan. Ditambahkan Arikunto (1991)
bahwa permasalahan dalam penelitian dibedakan atas tiga yakni deskriptif, komparatif,
dan korelatif.
Contoh:
a. Bagaimana penerapan pemberian tugas tambahan untuk meningkatkan prestasi
belajar matematika pokok bahasan soal cerita?"
b. Apakah pemberian tugas tambahan dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika pokok bahasan soal cerita?
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian merupakan suatu rumusan yang isi pokoknya
adalah target yang akan dicapai dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian perlu
diselaraskan dengan permasalahan. Manfaat penelitian dibedakan dua hal, yakni
teoretis dan praktis. Manfaat teoretis berkaitan dengan penerapan teori sedangkan
praktis berkaitan dengan orang, badan, organisasi, dan lembaga.
5. Landasan Teoretis
Ada empat hal yang perlu diungkap dalam landasan teoretis, yakni kajian pustaka,
kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
Kajian pustaka memuat konsep yang bersangkutan dengan masalah yang hendak
diteliti dan menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu. Kajian teori memuat teori-teori
yang mendukung persoalan yang dibahas. Dalam konteks ini, peneliti perlu cerdas
dalam menyusun teori-teori yang digunakan. Yang perlu diingat: dalam penyusunan
teori-teori, peneliti harus cerdas dalam mengolah bahasa sehingga tidak terkesan comot
sana-comot sini tanpa memberikan apresiasi terhadap yang dikutip. Kerangka berpikir
merupakan argumentasi teoretik terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam kerangka
berpikir terdapat ulasan singkat mengenai asumsi bahwa melalui tindakan tertentu dapat
meningkatkan sesuatu, selaras permasalahan penelitian. Hipotesis tindakan merupakan
simpulan dari landasan teoretis dan kerangka berpikir.
Contoh: Melalui pemberian tugas tambahan, prestasi belajar Matematika siswa
kelas VI SDN 1 Magelung tahun pelajaran 2005/2006 dapat meningkat
6. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang ditempuh untuk memecahkan permasalahan
penelitian. Dalam metode penelitian dibahas: (1) setting penelitian dan karakteristrik
subjek penelitian, (2) variable yang diteliti, (3) rencana tindakan, (4) data dan cara
pengumpulannya, (5) indikator keberhasilan. Dalam setting penelitian dan
karakteristrik subjek penelitian diungkapkan kelas berapa penelitian dilakukan dan
bagaimana karakteristik kelas tersebut, seperti jumlah siswa, komposisi siswa menurut
jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, kategori kelas, dan sejenisnya. Variabel
penelitian merupakan gejala yang diamati dan menjadi titik incar/fokus untuk menjawab
permasalahan.
Indikator keberhasilan merupakan tolok ukur keberhasilan kinerja dari tindakan
yang dilakukan.
Contoh:
a. Guru terampil mengelola proses belajar-mengajar matematika dengan
memberikan tugas tambahan khususnya pokok bahasan soal cerita.
b. Terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sehingga
suasana proses belajar-mengajar dapat kondusif.
c. 85% siswa kelas VI SDN 1 Magelung mengalami ketuntasan belajar.
7. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam bentuk matriks yang menggambarkan
urutan kegiatan dari awal hingga akhir.
8. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut abjad pengarang., tahun terbit. Judul Buku, nama
kota, dan nama penerbit.
Contoh: Sutajaya, Tri Elang. 2004. Menjadi Guru yang Cerdas di Era Kompetitif.
Semarang: Panca Agni.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Sumadi Suryabrata. 2010. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers.
Depdikbud direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah direktotar pendidikan mengengah
umum, 1999 Penelitian Tindakan Kelas
Subyantoro, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang
http://sekolah.8k.com/rich_text_8.html di akses pada tanggal 30 Maret 2010 pada pukul 13.00
WIB
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/158-penelitian-tindakan.html di
akses pada tanggal 30 Maret 2010 pada pukul 13.00 WIB
MAKALAH
ACTION RESEARCH (PENELITIAN TINDAKAN)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahPenelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Sugihartono, M.Pd.
Disusun oleh:
1. Anisa Handayani 081042410092. Lilik Inung Prawita Sari 081042410
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011