Upload
budi-usmanto
View
112
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAHSTRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENELITIAN PROFESI
DISUSUN OLEH:
1. TUTI WIJAYANTI (10040067)
2. ELVI SASTIANA (10040075)
3. YESI OTA FRIANTI (10040084)
4. ARIPAH (10040131)
5. RISQI PRASANTI (10040134)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2011
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah – Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Strategi Pengembangan dan Penelitian Profesi” dengan lancar dan dapat di
selesaikan tepat pada waktunya.
Tak lupa penulis mengucapkan mengucakan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, petunjuk, serta
dorongan demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
penyempurnaan makalah ini.
Pringsewu, 17 April 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Permasalahan......................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat............................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN........................... 3
A. Pengertian kompetensi............................................................ 4
B. Ruang lingkup karya pengembangan profesi guru................. 5
C. Karakteristik guru professional............................................... 7
D. Kriteria Penilaian Karya Pengembangan Profesi.................... 10
E. Kiat-kiat Menyiapkan Karya Pengembangan Profesi............. 14
F. Indikator Kompetensi Pengembangan Profesi Guru.............. 15
G. Penyusunan Portofolio Karya Pengembangan Profesi........... 17
BAB III PENUTUP.................................................................................. 21
A. Kesimpulan............................................................................ 21
B. Saran...................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini sedang disusun sistem Pengembangan Profesionalitas
Berkelanjutan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Untuk
guru ditangani oleh Direktorat Profesi Pendidik dan untuk Kepala Sekolah
dan Pengeawas Sekolah ditangani Direktorat Tenaga Kependidikan. Jadi para
insan kependidikan dituntut agar selalu mengembangkan dirinya melalui
kegiatan kolektif agar selalu dapat meng-update pengetahuan dan
keterampilan baru sesuai tuntutan lingkungan dan profesinya. Kewajiban
mengembangkan profesinya ini nantinya akan dituanghkan dalam bentuk
kewajiban angka kredit yang harus dicapai untuk kegiatan yang disebut
pengembangan diri ini. Untuk itu mulai saat ini baik para guru, kepala
sekolah, dan pengawas sekolah harus bersiap menerima ketentuan baru yang
bertujuan mendorong insan kependidikan untuk selalu mengembangkan
dirinya dan semakin profesional dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (2005), Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
1
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Untuk dapat dinyatakan
sebagai guru profesional, guru harus memiliki kompetensi atau seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Seorang guru diakui
sebagai tenaga profesional apabila memiliki sertifikat pendidik.
B. Permasalahan
1. Apa pengertian kompetensi ?
2. Bagaimana ruang lingkup karya pengembangan profesi guru ?
3. Bagaimana karakteristik guru professional ?
4. Bagaimana Kriteria Penilaian Karya Pengembangan Profesi ?
5. Apa kiat-kiat Menyiapkan Karya Pengembangan Profesi ?
6. Bagaimana Indikator Komponen Pengembangan Profesi Guru ?
7. Bagaimana Penyusunan Portofolio Karya Pengembangan Profesi ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui pengertian kompetensi ?
2. Mengetahui ruang lingkup karya pengembangan profesi guru ?
3. Mengetahui karakteristik guru professional ?
4. Mengetahui Kriteria Penilaian Karya Pengembangan Profesi ?
5. Mengetahui kiat-kiat Menyiapkan Karya Pengembangan Profesi ?
6. Mengetahui Indikator Kompetensi Pengembangan Profesi Guru ?
7. Mengetahui Penyusunan Portofolio Karya Pengembangan Profesi ?
2
BAB IITINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Guru yang profesional dituntut memiliki pengetahuan (knowledge) dan
ketrampilan (skill) yang memadai. Kedua istilah tersebut digolongkan ke dalam
kategori kompetensi di dalam makalah ini. Sebagaimana yang disinggung di atas,
salah satu kemampuan dan ketrampilan itu berkaitan dengan pengembangan
profesi guru. Indikator komponen kompetensi pengembangan profesi itu, menurut
Depdiknas (2004: 5-12), adalah (i) melaksanakan penelitian tindakan kelas
(classroom action research), (ii) menulis karya tulis ilmiah (KTI) hasil penelitian,
(iii) menulis KTI konseptual, (iv) menulis KTI populer, (v) menulis buku, (vi)
menulis diktat, (vii) membuat alat/media pembelajaran, (ix) menemukan
teknologi tepat guna, dan (x) menciptakan karya seni. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru, yang tercermin dari indikator-indikatornya,
seharusnya dilakukan secara teratur (gradually) dan berkesinambungan
(sustainability).
Tinjauan kepustakaan yang relevan dengan komponen kompetensi
pengembangan profesi guru, seperti pengertian kompetensi, indikator
pengembangan profesi guru, dan teori terkait lainnya dibahas berikut ini. Literatur
tentang setiap indikator tergolong langka karena penelitian terhadap kinerja guru
dalam melaksanakan satu atau kombinasi indikator-indikator tersebut di Indonesia
masih minim.
3
A. Pengertian Kompetensi
Sangat banyak batasan kompetensi yang telah dijelaskan para pakar
berbagai bidang ilmu. Salah satunya adalah bahwa kompetensi dapat meliputi
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan itu dapat dipelajari dan
dikembangkan. Dan manfaatnya secara kognitif, afektif, dan psikomotoris
harus dapat dirasakan pemiliknya dalam beraktifitas untuk semua aspek hidup
dan kehidupan (Hasan, 2002; lihat Anshar, 2003:20; Ramsden, 1993 dalam
Anshar, 2003). Kompleksitas pengertian kompetensi itu menunjukkan bahwa
kompetensi tidak sekedar dimiliki secara kognitif, tetapi juga pemiliknya
harus pula dapat memanfaatkan/mengaplikasikannya secara fungsional.
Depdiknas (2004:3-4) membatasi kompetensi lebih jauh sebagai
pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Secara kualitas, pengertian ini dipahami
sebagai spesifikasi atau rincian pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang
dimiliki seseorang, yang penerapannya dalam pekerjaaan haruslah sesuai
dengan standar kinerja yang dibutuhkan pengguna jasa guru di lapangan
(stakeholder). Yang terakhir ini menuntut pula kesesuaian antara aplikasi
kompetensi (pengetahuan dan ketrampilan) dan kebutuhan stakeholder. Jadi,
kompetensi dapat diartikan secara sempit dan secara lebih luas (pengetahuan
dan ketrampilan serta penerapan keduanya menurut kebutuhan di lapangan).
Implikasi dari dua pengertian tentang kompetensi di atas, dalam kaitannya
dengan kompetensi pengembangan profesi guru, adalah bagaikan mata uang
dua sisi. Pada satu sisi, sejauh pemahaman guru dapat dimaksimalkan
terhadap pengertian kompetensi pengembangan profesi beserta indikator,
4
diharapkan guru melakukan implementasi setiap indikator itu. Sebaliknya,
dalam hal pemahaman guru yang masih samar-samar atau malah sangat tidak
memadai, maka harapan agar guru melaksanakan implementasi dari setiap
indikator itu akan sulit dipenuhi.
B. Ruang Lingkup Karya Pengembangan Profesi Guru
Sertifikasi guru telah mendiskritkan guru dalam dua kelompok yaitu
guru profesioanal dan guru yang belum profesional. Guru yang telah
mendapat sertifikat pendidik dipandang sudah profesional karena telah
memenuhi berbagai persyaratan yang dituntut dalam penilaian kompetensi.
Menurut Permendiknas nomor 10 tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru Dalam
Jabatan ada 10 komponen dokumen portofolio yang dinilai untuk memberi
pengakuan atas pengalaman profesional guru yaitu: (1) kualifikasi
akademik; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) pengalaman mengajar; (4)
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan
pengawas; (6) prestasi akademik; (7) karya pengembangan profesi; (8)
keikutsertaan dalam forum ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang
kependidikan dan sosial; dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang
pendidikan.
Karya pengembangan profesi adalah komponen ke 7 dari 10 komponen
dokumen portofolio yang harus disiapkan guru. Dalam Pedoman Penyusunan
Portofolio (2009) dijelaskan yang dimaksud karya pengembangan profesi
adalah suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil
pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi
5
hal‐hal sebagai berikut.
a. Buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional;
b. Artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah yang tidak terakreditasi,
terakreditasi, dan internasional;
c. Reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal, penulis soal
EBTANAS/UN/UASDA;
d. Modul/diktat cetak lokal yang minimal mencakup materi
pembelajaran selama 1 (satu) semester;
e. Media/alat pembelajaran dalam bidangnya;
f. Laporan penelitian di bidang pendidikan (individu/kelompok); dan
g. Karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, kriya,
lukis, sastra, musik, tari, suara, dan karya seni lainnya) yang relevan
dengan bidang tugasnya.
Bukti fisik karya pengembangan profesi berupa
sertifikat/piagam/surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang disertai
dengan bukti fisik yang dapat berupa buku, artikel, deskripsi dan/atau foto
hasil karya, laporan penelitian, dan bukti fisik lain yang relevan. Dari 10
komponen penilaian portofolio, komponen yang sulit dipenuhi oleh guru
adalah karya pengembangan profesi. Kesulitan serupa juga dihadapi guru
pada saat akan mengajukan kenaikan pangkat dari golongan IVa ke atas
karena terdapat persyaratan yang sama. Guru yang terbelenggu pada
pekerjaan rutin mengajar biasanya merasa kesulitan menyiapkan hasil karya
pengembangan profesi. Dari hasil penelitian “Pembinaan Guru dengan Sistem
6
Angka Kredit” (Sugiyono, 2002) diperoleh data hanya satu orang guru yang
dapat mencapai pangkat IVb dari 1.813 guru di DIY. Peraturan kenaikan
pangkat saat itu menetapkan guru harus memenuhi unsur karya
pengembangan profesi minimal 12 point apabila akan naik pangkat dari
golongan IVa ke Vb. Pendalaman kasus guru yang mengalami hambatan
kenaikan pangkat antara lain karena tidak memiliki karya pengembangan
profesi. Beberapa guru yang sudah memiliki karya pengembangan profesipun
mengalami hambatan karena tidak ada kriteria penilaian yang jelas. Tim
penilai angka kredit tidak memiliki kesepakatan dalam penilaian karya
pengembangan profesi. Namun saat ini, penilaian karya pengembangan
profesi guru saat ini sudah semakin baik dan memiliki kriteria yang jelas.
Potensi guru untuk membuat karya pengembangan profesi di
wilayah pedesaan cukup melimpah apabila guru peka menangkap situasi
di lingkungannya. Potensi lingkungan dapat menjadi sumber ide untuk
diangkat menjadi media atau modul pembelajaran dan diuji kelayakannya
melalui penelitian tindakan kelas atau kuasi eksperimen. Untuk dapat
menyusun karya pengembangan profesi, guru dituntut kreatif dan selalu
mengikuti ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang di masyarakat.
C. Karakteristik Guru Profesional
Sertifikasi pendidik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru
agar mereka mampu bekerja secara profesional. Jarvis (1983) menyatakan
7
„Professional‟ as a noun, in opposition to the term „amateur‟, applies to one
who receives emoluments for the performance of his occupational tasks. He is
also one who practices a profession and one who is regarded as an „expert‟
since he has mastery of a specific branch of learning. Pernyataan tersebut
mengandung makna bahwa seseorang yang bekerja secara profesional berhak
menerima pembayaran dari tugas-tugas yang telah dikerjakannya. Untuk
dapat bekerja secara profesional, seseorang dituntut agar memiliki keahlian
khusus atau kompeten dalam bidangnya.
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, sikap, keterampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam
melakukan tugas keprofesionalannya. Guru dinyatakan profesional apabila
mampu melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan baik,
serta aktif dalam berbagai kegiatan yang relevan. Pelaksanaan pembelajaran
yang baik terjadi jika guru punya kepiawian khusus dalam mengajar, dapat
menjaga perhatian dan antusias siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Mengajar yang menarik merupakan bakat dan seni yang melekat
pada kepribadian guru. Dengan karakteristik profesional seperti ini maka
kompetensi yang potensial untuk dikembangkan pada guru di wilayah
pedesaan adalah kompetensi dalam berbagai teknik mengajar yang menarik
dan diminati oleh siswa. Supaya mengajar lebih menarik, guru dapat
menggunakan alat bantu mengajar (modul, media) yang bersumber dari
potensi lingkungannya.
Profesi guru terkait dengan konteks layanan ahli dalam bidang
keguruan. Terapan layanan ahli keguruan itu selalu berlandaskan pada
8
penguasaan akademik yang solid. Gage (1978) melukiskan profesi guru
sebagai “seni terapan berbasis sains” karena interaksi dalam pembelajaran
bersifat transaksi situasional. Pada saat tersebut, guru harus mengerahkan
penguasaan akademiknya secara utuh, baik pada materi maupun strategi yang
harus segera diputuskan manakala situasi pembelajaran berubah-ubah.
Seorang guru yang profesional adalah: (a) menguasai karakteristik
peserta didik yang dilayani secara mendalam dengan berbagai variasi karakter
dan cara pendekatannya; (b) menguasai bidang ilmu atau sumber (bahan ajar)
dari segi disclipinary content maupun pedagogical content; (c) menguasai
pendekatan pembelajaran yang mendidik; dan (d) mengembangkan
profesionalitas secara berkelanjutan (Rakajoni, 2008).
Penguasaan dimensi konsep akademik yang berhubungan dengan
layanan ahli keguruan tersebut serta pengalaman mengaplikasikan dalam
profesinya sebagai guru, secara berkelanjutan akan menimbulkan nurturant
effects pada kemampuan sosial dan kemampuan personal yang pada
gilirannya akan berkontribusi pada kepribadian guru secara makro.
Banyak indikator yang telah dikembangkan untuk mengukur kinerja
guru profesional. Pada umumnya indikator tersebut mengungkap
aspek penguasaan bidang ilmu dan aspek metodologis dalam mengkaji
dan mengaktualisasikan ilmunya tersebut dalam konteks pekerjaannya.
Menurut Budiarso (Mintjelungan, 2008) ada lima unjuk kerja guru yang
profesional, yaitu: (a) keinginan selalu menampilkan perilaku yang mendekati
standar ideal, (b) meningkatkan dan memelihara profesi, (c) keinginan
selalu mengembangkan profesi dengan meningkatkan pengetahuan dan
9
penguasaan teknologi, (d) mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi,
dan (e) kebanggaan terhadap profesi. Mungin (2003) menyatakan guru dan
dosen yang profesional antara lain memiliki ciri-ciri: (a) memiliki kepribadian
matang dan berkembang, (b) memiliki keterampilan membangkitkan minat
peserta didik, (c) penguasaan pengetahuan dan teknologi yang kuat, dan (d)
memiliki sikap profesional yang berkembang secara berkesinambungan.
Berbagai indikator guru profesional yang telah disebutkan di atas
mengingatkan guru untuk selalu berkarya supaya dapat dinyatakan
profesional. Satu kata kunci untuk menjadi profesional adalah motivasi guru
untuk berprestasi. Motivasi dapat berasal dari dalam diri sendiri (instrinsik)
dan berasal dari luar (ekstinsik). Program sertifikasi guru merupakan motivasi
ekstrinsik yang berfungsi untuk merangsang guru supaya mau meningkatkan
prestasi kerjanya.
D. Kriteria Penilaian Karya Pengembangan Profesi
Dalam penilaian dokumen portofolio ditetapkan penentuan batas minimal
kelulusan (passing grade) pada skor 850 yang dikumpulkan dari 10
komponen portofolio. Sepuluh komponen portofolio tersebut kemudian
dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok A berisi unsur kualifikasi dan
tugas pokok; kelompok B berisi unsur pengembangan profesi dan kelompok
C berisi unsur pendukung profesi. Masing-masing kelompok juga memiliki
batas minimal kelulusan sendiri-sendiri. Berikut ini dipaparkan ketentuan
mengenai batas kelulusan tiap-tiap kelompok unsur penilaian portofolio,
yaitu:
10
a) Unsur Kualifikasi dan Tugas Pokok
Unsur kualifikasi dan tugas pokok terdiri atas tiga komponen, yaitu:
1. Kualifikasi akademik
2. Pengalaman mengajar
3. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Total skor unsur A minimal 340, semua komponen pada unsur ini tidak
boleh kosong, dan skor komponen perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran (A.3) minimal 120
b) Unsur Pengembangan Profesi
Unsur pengembangan profesi terdiri atas empat komponen, yaitu:
1. Pendidikan dan pelatihan
2. Penilaian dari atasan dan pengawas
3. Prestasi akademik
4. Karya pengembangan profesi
Total skor unsur B minimal 300, khusus untuk guru yang ditugaskan
pada daerah khusus minimal 200, dan skor komponen penilaian dari
atasan dan pengawas (B.2) minimal 35.
c) Unsur Pendukung Profesi
Unsur pendukung profesi terdiri atas tiga komponen, yaitu:
1. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
2. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
3. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Total skor unsur C tidak boleh nol.
11
Dalam penilaian portofolio, karya pengembangan profesi termasuk pada
komponen B yaitu unsur pengembangan profesi. Komponen B terdiri atas
Empat komponen, yaitu: (1) Pendidikan dan pelatihan; (2) Penilaian
dari atasan dan pengawas; (3) Prestasi akademik; (4) Karya pengembangan
profesi. Dengan batas minimal kelulusan sebesar 300, maka masing-masing
komponen sebaiknya dapat terisi seimbang.
Karya pengembangan profesi dapat disiapkan guru secara lebih matang
apabila guru sudah memiliki pengetahuan tentang penyusunan karya
pengembangan profesi. Untuk dapat memenuhi batas kelulusan unsur
pengembangan profesi, guru dapat melaksanakan berbagai kegiatan
penulisan buku, artikel, modul, media/alat pembelajaran dan penelitian yang
memenuhi syarat untuk dinilai. Menurut Buku Panduan Penilaian Portofolio
Guru, ditetapkan skor penilaian karya pengembangan profesi guru seperti
tertera pada Tabel 1.1:
12
Catatan :
*) Buku publikasi nasional adalah buku yang dipakai secara nasional
dan ber‐ISBN dan ditetapkan oleh BSNP sebagai buku standar;
publikasi provinsi adalah buku ber‐ISBN; publikasi kab/kota
adalah buku yang tidak ber‐ISBN
**) Penskoran mempertimbangkan kualitas modul/diktat
***) Penskoran mempertimbangkan kualitas laporan yang meliputi
aspek masalah, telaah teoretik, metode, hasil, dan tata tulis ilmiah.
Laporan penelitian mandiri/sebagai ketua yang dinilai maksimal 3
laporan per tahun
*) Penskoran mempertimbangkan kualitas, karya teknologi
mempertimbangkan manfaat, dan karya seni mempertimbangkan
estetika
Dengan kriteria penilaian seperti itu, guru dapat memilih jenis
karya pengembangan profesi yang paling mampu untuk dilakukan.
Modul/diktat dicetak lokal (Kab/Kota), media/alat pembelajaran dan
laporan penelitian di bidang pendidikan merupakan karya-karya
pengembangan profesi yang menarik untuk dikerjakan guru. Karya
pengembangan profesi berupa modul, media dan hasil penelitian juga
bermanfaat langsung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sebagai contoh misalnya, guru yang membuat satu media pembelajaran
untuk satu kali tatap muka akan mendapat skor 5. Apabila penggunaan
media tersebut diteliti efektivitasnya terhadap peningkatan
pemahaman siswa maka guru mendapat skor tambahan 15. Satu ide
13
pengembangan media pembelajaran dapat menghasilkan dua karya
pengembangan profesi dengan nilai maksimum 20. Namun demikian,
apabila karya pengembangan profesi buatan guru kurang bermutu,
skor yang diperoleh guru bisa kurang dari 20.
E. Kiat-kiat Menyiapkan Karya Pengembangan Profesi
Kiat-kiat yang dapat ditempuh guru untuk sukses dalam menyiapkan
karya pengembangan profesi sama dengan kiat-kiat guru untuk bekerja
secara profesional. Merujuk kembali pendapat Budiarso yang menjelaskan
bahwa guru profesional adalah guru memiliki keinginan untuk selalu
mengembangkan profesi dengan meningkatkan pengetahuan dan penguasaan
teknologi serta mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, maka kiat-kiat
guru dalam menyiapkan karya pengembangan profesi yaitu:
1. Memotivasi diri sendiri untuk selalu meningkatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang
berkembang di masyarakat
2. Berjiwa entrepreneurship, selalu mencari dan mengembangkan ide-ide
baru yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan.
3. Mengutamakan mutu pekerjaan untuk meraih kepercayaan dari orang lain.
4. Menuangkan ide dalam bentuk karya tulis yang bisa dipahami orang lain
5. Berusaha mencari sponsor dan mempublikasikan hasil karyanya melalui
berbagai media informasi.
6. Mau dan mampu bersaing dengan teman seprofesinya.
14
F. Indikator Komponen Kompetensi Pengembangan Profesi Guru
Penjelasan singkat terhadap masing-masing indikator komponen
kompetensi pengembangan profesi guru adalah sebagai berikut. Indikator
yang pertama adalah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK
dibatasi sebagai penelitian yang dilaksanakan oleh guru sebagai orang yang
paling mengetahui persoalan kelas dan juga mengenal keunikan kelasnya itu
dengan sangat baik (Maryunis, 2002; lihat juga Wallace, 1988:1; Mills, 2000;
Zuber-Skerritt, 1992).
Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat
berbentuk individual dan kaloboratif yang, masing-masing, disebut PTK
individual dan PTK kaloboratif. Pada PTK individual, seorang guru
melaksanakan PTK di kelas sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK
kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas
masing-masing dan ada di antara anggota yang melakukan kunjungan antar
kelas (Hopkins, 1993: 34-42; Lauder, 2006:1-4; Roza et.al, 2004; Roza, 2004;
dan Arikunto, 2005).
Implikasinya, PTK diawali dari permasalahan yang diberikan guru
kelas dan yang ditujukan untuk memecahkan permasalah itu apa pun bentuk
PTK yang dilaksanakan.
Dari segi bentuk, Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai indikator kedua
adalah berupa gambaran singkat laporan hasil penelitian, berwujud
konseptual, dan dapat pula bersifat populer. Sedangkan dari segi cirinya, KTI
berkaitan dengan ilmu pengetahuan, mengacu kepada kebenaran ilmiah,
menerapkan metode ilmiah, dan mengikuti tata cara penulisan yang baku.
15
Dengan demikian, PTK merupakan salah satu wadah yang sangat potensial
bagi guru untuk mampu menghasilkan KTI baik dalam bentuk laporan hasil
penelitian, tulisan ilmiah untuk disajikan dalam seminar, maupun tulisan
populer yang akan diterbitkan oleh media masa.
Buku, diktat, dan modul pembelajaran yang baik sebagai indikator
berikutnya harus relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan guru di kelas
walaupun tidak ada larangan guru menulis buku dalam bidang di luar
kewenangan mengajarnya. Hasil karya guru yang layak untuk dinilai adalah
buku, diktat, dan modul yang dicetak secara nasional, lokal, ataupun regional.
Dalam pedoman penilaian sertifikasi guru, ketiganya berkategori 3 (tiga): ber-
ISSN nasional (berbobot 50), provinsi (40), dan kabupaten/kota (30).
Penilaian harus dikurangi 15 jika buku/diktat/modul jika hasilnya tidak
relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Penilaian dilakukan untuk satu
karya yang dipakai untuk satu tahun ajaran.
Dalam mengajar, guru harus pula selalu akrab dengan aktifitas
membuat alat/media pembelajaran sebagai indikator yang lain. Media
pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan bahan
pelajaran. Wujud media itu harus dideskripsikan (sasaran yang harus dicapai,
indikator pencapaian) dan dilengkapi dengan manual penggunaannya dalam
pembelajaran di kelas, bukan dalam bentuk gambar lepas saja.
Guru juga perlu dibekali dengan kemampuan dan ketrampilan
menemukan teknologi tepat guna (TTG), seperti berbentuk perangkat lunak
dalam program komputer. Atau guru perlu dimotivasi untuk dapat pula
16
mencipta lagu, puisi, novel, dan sebagainya sebagai cerminan aktifitas guru
dalam menciptakan karya seni.
Akhirnya, guru perlu diberi kesempatan mengikuti pertemuan
pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, kelompok guru (antar sekolah),
yang dikelola Diknas kota, provinsi, maupun nasional bahkan internasional.
Pertemuan tersebut dapat dikembangkan sehingga cakupan pembahasan
meliputi pula indikator-indikator yang dijelaskan di atas sebagai gambaran
tindak lanjut implementasi kurikulum secara teknis operasional. Sarana dan
prasarana teknologi yang sudah merambah hampir seluruh sekolah, paket
program dan bantuan yang mulai banyak digulirkan pemerintah, serta
peningkatan kualitas sumberdaya guru yang makin baik perlu secepatnya
dikoordinasi pihak yang terkait.
G. Penyusunan Portofolio Karya Pengembangan Profesi
Portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam
bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen. Guru diminta melampirkan
bukti fisik dokumen sesuai dengan data yang ditulis. Format penulisan
dokumen portofolio terdapat pada paparan berikut ini:
1. Karya Tulis
Apabila Bapak/Ibu mempunyai karya tulis yang berupa buku, artikel
(jurnal/ majalah/koran), modul/diktat dicetak lokal, tuliskan dalam tabel
berikut.
NO
JUDUL *)JENIS PENERBIT TAHUN
SKOR
17
Catatan:
*) Jenis pada table di atas diisi buku, artikel (jurnal/majalah/koran),
modul/diktat dicetak lokal. Lampirkan naskah asli/foto kopi buku,
artikkel, atu modul secara utuh yang telah dilegalisasi oleh atasan
langsung.
2. Penelitian
Apabila Bapak/Ibu pernah melakukan penelitian tindakan kelas atau
penelitian yang mendukung peningkatan pembelajaran dan atau
profesional guru, tuliskan judul penelitian dan keterangan lainnya pada
tabel berikut.
NO
JUDUL TAHUN SUMBER DANA STATUS SKOR
Catatan:
Lampirkan naskah asli/foto kopi laporan hasil penelitian secara utuh yang
telah dilegalisasi oleh atasan langsung. Skripsi, tesis, dan disertasi serta
tugas akhir lainnya tidak dinilai.
3. Reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal, dan/atau
penulis soal EBTANAS/UN/UASDA
Apabila Bapak/Ibu pernah menjadi reviewer buku, penyunting buku,
penyunting jurnal, dan/atau penulis soal EBTANAS/UN/UASDA, isilah
tabel berikut.
NO NAMA KEGIATAN TAHUN SKOR
Catatan:
Lampirkan foto kopi surat keputusan/surat keterangan/surat tugas dari
pihak yang berwenang yang telah dilegalisasi oleh atasan.
18
4. Media/Alat Pembelajaran
Apabila Bapak/Ibu pernah membuat media atau alat pembelajaran,
tuliskan jenis media/alat pembelajaran dan keterangan lainnya pada tabel
berikut.
NO JENIS/MEDIA ALAT TAHUN SUMBER DANA STATUS SKOR
Catatan:
Lampirkan surat keterangan dari atasan langsung disertai bukti fisik yang
relevan, misalnya: media yang dibuat atau foto hasil karya yang disertai
manual dan/atau deskripsi tentang cara pembuatan dan pemanfaatannya
yang dilegalisasi oleh atasan langsung.
5. Karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, kriya,
lukis, sastra, musik, suara, tari, dan karya seni lainnya)
Apabila Bapak/Ibu pernah membuat karya teknologi (teknologi tepat guna)
dan karya seni (patung, kriya, lukis, sastra, musik, suara, tari dan karya
seni lainnya), tuliskan nama dan tahun karya tersebut dalam tabel berikut.
NO NAMA KARYA TAHUN DESKRIPSI SINGKAT TENTANG KARYA YANG DIHASILKAN
SKOR
Catatan:
Lampirkan surat keterangan dari atasan langsung disertai bukti fisik yang
relevan, misalnya: hasil karya atau foto hasil karya yang disertai manual
dan/atau deskripsi tentang makna dan kemanfaatan karya seni tersebut
yang dilegalisasi oleh atasan langsung.
Guru dapat memperoleh skor maksimum apabila bukti fisik yang
diminta benar-benar berkualitas dan tidak diragukan keasliannya. Mutu
karya pengembangan profesi dari unsur penelitian tidak diukur dari
19
ketebalan halaman namun kesesuain dengan bidang ilmu, ketajaman
perumusan masalah dan analisis serta kemanfaatan hasil penelitian.
Masalah yang urgen dan mendesak untuk segera diatasi yang disampaikan
dalam bahasa yang mudah dipahami akan mendapat perhatian lebih dari
para asesor. Karya pengembangan profesi yang memiliki kemiripan
dengan hasil karya orang lain akan menimbulkan kecurigaan pihak
asesor sehingga mengurangi skor penilaian.
20
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Karya pegembangan profesi guru merupakan salah satu unsur yang
dinilai dalam kenaikan jabatan dan sertifikasi guru dalam jabatan. Karya
pengembangan profesi meliputi kegiatan penulisan buku, modul/diktat,
artikel, reviewer, media/alat pembelajaran, laporan penelitian, dan pembuatan
karya teknologi. Guru memiliki peluang untuk menyusun karya
pengembangan profesi secara mandiri dalam bentuk penyusunan buku/modul,
media/alat dan penelitian pendidikan. Karya pengembangan profesi harus
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan supaya memenuhi syarat untuk
dinilai.
B. Saran
Bagi yang berprofesi sebagai guru hendaknya dapat membuktikan
kemampuannya dalam berbagai karya yang banyak bermanfaat bagi peserta
didik dan orang lain.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Wahana Peningkatan Mutu Pendidikan. http://sekolah.8k.com/
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen. 2006. http://www.depdiknas.go.id.
Rakajoni. (2008). Model pendidikan guru dan pendidikan dosen, pra-jabatan
Makalah disampaikan pada Konvensi Pendidikan Nasional VI dengan tema
Pendidikan Bermutu untuk Semua. Denpasar, Bali: 17 -19 November 2008
Sugiyono. (2002) Pembinaan Guru dengan Sistem Angka Kredit.
Laporan Penelitian. FT UNY
Welya Roza. Pembinaan dan Pengembangan Komponen Kompetensi
Pengembangan Profesi Guru SMA Negeri Sumbar Sangat Memprihatinkan.
http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_poster_session_pdf/
WelyaRoza_Pembinaan&PegmbanganKomonenKompetensi.pdf
22