22
Makalah Tugas Kelompok Mata Kuliah Kesling Kawasan Pesisir Dosen : dr. Hasanuddin Ishak, MSc. Ph.D MASALAH PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI PESISIR OLEH : KELOMPOK 2 ABDUL ANAS (K11112033) ASTERIA R. DAMA ALIK (K11112036) NUR RESKY HAJAR (K11112 MUHAMMAD FADLY (K11112 RATNASARI (K11112301) SYAMSUHUDA (K11112311) RAMDAN (K11113 JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Makalah Tugas Kelompok KKP

  • Upload
    asteria

  • View
    55

  • Download
    14

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kesling Kawasan Pesisir

Citation preview

Page 1: Makalah Tugas Kelompok KKP

Makalah Tugas KelompokMata Kuliah Kesling Kawasan PesisirDosen : dr. Hasanuddin Ishak, MSc. Ph.D

MASALAH PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI PESISIR

OLEH :

KELOMPOK 2

ABDUL ANAS (K11112033) ASTERIA R. DAMA ALIK (K11112036) NUR RESKY HAJAR (K11112 MUHAMMAD FADLY (K11112 RATNASARI (K11112301) SYAMSUHUDA (K11112311) RAMDAN (K11113

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: Makalah Tugas Kelompok KKP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 FAKTA MASALAH

Masalah sampah khususnya diIndonesia merupakan masalah yang rumit, hal ini

disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara penanganan

sampah yang baik, sikap masyarakat yang terkadang acuh-tak acuh terhadap keberadaan

sampah dan proses penanganannya, serta tindakan masyarakat yang seenaknya membuang

sampah sembarangan karena kurangnya kesadaran. Selain itu dari pihak pemerintah belum

dapat menyediakan tempat pembuangan sampah yang baik dan memenuhi syarat bagi

masyarakat.

Faktor lain yang menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit

adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan

pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat yang kurang untuk

memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya

Daerah pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan laut yang

mudahterpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Wilayah pesisir yang meliputi

daratan dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi bangsa dan ekonomi Indonesia.

Wilayah ini bukan hanya merupakan sumber pangan yang diusahakan melalui kegiatan

perikanan dan pertanian, tetapi juga merupakan lokasi bermacam sumber daya alam, seperti

mineral, gas dan minyak bumi serta pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan

untuk kesejahteraan manusia, perairan pesisir juga penting artinya sebagai alur pelayaran.

Sebagian besar permasalahan lingkungan yang menyebabkan kerusakan kawasan

pesisir dan laut merupakan akibat dari kegiatan-kegiatan di darat. Kerusakan lingkungan di

kawasan pesisir tersebut disebabkan oleh akumulasi limbah yang dialirkan dari daerah hulu

melalui Daerah Aliran Sungai (DAS). Penurunan kualitas lingkungan kawasan pesisir terjadi

apabila jumlah limbah telah melebihi kapasitas daya dukungnya.

Bahan pencemaran atau polutan di perairan pantai dapat berasal dari kegiatan rumah

tangga, industri dan pertanian. Wilayah pesisir merupakan tempat terakumulasinya segala

macam limbah yang dibawa melalui aliran air, baik limbah cair maupun padat. Menurut

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1999, pengertian pencemaran laut adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.

Page 3: Makalah Tugas Kelompok KKP

Pencemaran laut adalah masuknya zat atau energi, secara langsung maupun tidak langsung

oleh kegiatan manusia kedalam lingkungan laut termasuk daerah pesisir pantai, sehingga

dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumber daya alam hayati,

kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut, termasuk perikanan dan penggunaan

lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air laut serta menurunkan

kualitas tempat tinggal dan rekreasi.

Berdasarkan UU RI no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah kegiatan yang

sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah. Pengelolaan sampah merupakan rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan sampah

pada wadah di sumber hingga ke pembuangan akhir sampah.

Sampah adalah masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat karena sampah

merupakan buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang tidak terpakai.

Jumlah sampah ini setiap tahun terus meningkat sejalan dan seiring meningkatnya jumlah

penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat atau manusianya dan disertai juga kemajuan

ilmu pengetahuan teknologi yang menghasilkan pula pergeseran pola hidup masyarakat yang

cenderung konsumtif.

Berdasarkan data yang didapatkan di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota

Makassar, Pada tahun 2010 jumlah timbulan sampah Kota Makassar mencapai 3.781,23

m³/hari, sedangkan yang tertangani adalah sebesar: 3.373,42 m³/hari, yakni hanya 89,21

persen terhadap timbulan. Pada tahun 2011 jumlah timbulan sampah mencapai 3.923,52

m³/hari, sedangkan jumlah sampah tertangani mencapai 3.520,07 m³/hari, yakni hanya 89,72

persen terhadap timbulan. Jumlah timbulan sampah per hari dari tahun 1997/1998 hingga

tahun 2009 bertambah lebih dari 37%.

Timbulan sampah rata-rata yang dihasilkan oleh di Permukiman Pesisir Kenjeran

Surabaya sebesar 0,230 kg/orang/hari. Dengan komposisi yang terdiri atas 76,21% sampah

organik (sisa dapur/makanan), 2,27% kain, 5,33% kertas, 10,83% plastik, 0,44%

logam/kaleng, 0,82% kaca, 0,23% karet, 1,21% kayu, 0,08% foam, dan 2,58% lain-lain

(tanah, pasir, dan kerikil).

Page 4: Makalah Tugas Kelompok KKP

1.2 Pertanyaan Masalah

Bagaimana Pengelolaan limbah padat di kawasan pesisir?

Apa dampak yang ditimbulkan dari adanya timbulan sampah di pesisir?

Bagaimana solusi yang diberikan terhadap pengelolaan sampah di kawasan pesisir?

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengelolaan limbah padat di kawasan pesisir

Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya timbuan sampah di pesisir

Mengetahui solusi yang diberikan terhadap pengelolaan sampah di kawasan pesisir

Page 5: Makalah Tugas Kelompok KKP

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tabel Rekapitulasi Hasil penelitian

No.Nama

Mahasiswa

Jenis Limbah

PadatMasalah Pengelolaan Dampak

1. Abdul Anas

(K11112033)

1. Sampah rumah tangga dengan jenis sampah organik.

2. Dan sampah yang tergolong anorganik yaitu sambah yang berupa kantong plastik.

1. masyarakat langsung membuang kotoran khususnya sampah di selokan,halaman rumah dan dibiarkan mengendap serta dibuang langsung ke sungai dan pantai.

2. sejumlah permukiman mengalami permasalahan kebersihan lingkungan dengan kondisi yang kotor

3. masyarakat kurang berpartisipasi dalam kegiatan pengolahan sampah.

4. Di pemukiman belum ada sarana pengolahan dan pengumpulan sampah, hanya pengangkutan samapah yang di sediakan oleh pemerintah kota Manado.

Membakar, tanpa melakukan pemilahn terlebih dahulu.

Lingkungan di sekitar pesisir pantai, pegunungan dan pemukiman penduduk tercemar.

Page 6: Makalah Tugas Kelompok KKP

2. Asteria Resy

Dama Alik

(K11112036)

Sampah organik berupa sisa makanan, sampah plastik

1. Karena tingkat pendidikan rendah, masyarakat pada umumnya menggunakan pewadahan yang bersifat semi permanen, hal ini disebabkan karena mereka tidak mempertimbangkan dari segi kekuatannya.

2. Jenis pekerjaan mempengaruhi pola pembuangan, masyarakat yang bekerja pada sektor informal membuang sampahnya pada lahan kosong.

- pewadahan sampah menggunakan wadah yang bersifat permanen berupa: pasangan bata tertutup (bak sampah), dan semi permanen berupa: wadah plastik, ban bekas, drum/tong.

- Pola pengumpulan dilakukan secara individual dan komunal langsung.

- Proses pemindahan dilakukan dengan menggunakan wadah/kantong plastik dan dump truck.

- Sistem pembuangan pada umumnya dibuang pada lahan kosong, TPA, dan sempadan jalan

-pembuangan sampah disembarang tempat yang dapat menimbulkan pengalihan fungsi penggunaan lahan.

-Mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan sehingga menimbulkan penurunan kualitas dan kuantitas permukiman khususnya di kawasan pesisir

3. Nur Rezky hajar

(K11112

sampah organik (sisa dapur/ makanan), kain, kertas, plastik, logam/kaleng, kaca, karet, kayu,

Warga jarang sekali melakukanpemilahan antara organik maupun anorganik. Hal ini diakibatkan warga setempat masih banyak yang tidak terlalu perduli dengan perbedaan sampah organik dan

Masyarakat di daerah tersebut belum melakukan pemilahan dan membuang sampah ke tempat yang seharusnya, dan membuang sampah langsung ke laut.

- Saat para nelayan melaut selalu terganggu oleh keberadaan sampah yang telah mencemari laut

Page 7: Makalah Tugas Kelompok KKP

foam, dan lain-lain.

anorganik sehingga banyak warga setempat yang langsung membuang sampahnya menggunakan kantong plastik di laut. Warga setempat sudah mengetahui bahayanya bila membuang sampah ke laut serta pengolahan sampah secara umum, tetapi warga setempat masih tetap membuang sampah ke laut.

sehingga bukan ikan yang terjaring oleh jala melainkan sampah.

- Produktivitas ikan yang berkurang

4. Muhammad Fadly

(K11112

5. Ratnasari

( K11112301)

Sampah organik, plastik, kertas, logam/ besi, kaca/gelas/botol, tekstil/karet, dan lain-lain.

Penggunan barang kemasan mendominasi kebutuhan sehari-hari sehingga akhirnya mempengaruhi produksi sampahyang merupakan kualitas maupun kuantitas termasuk jenis dan karakteristiknya yang makin beragam.

- sistem pembuangan sampah di Kecamatan Mengwi adalah dengan system Open Dumping (terbuka) dimana sampah yang dibuang ke TPA dihamparkan secara terbuka lalu dipadatkan dengan alat Loader.

- Pemilahan sampah- Pemanfaatan sampah

organik- Daur Ulang (Program3R:

Reuse, Recycle, Reduce)

perkembangan vektor

penyakit

Page 8: Makalah Tugas Kelompok KKP

6. Syamsuhuda

(K11112311)

Sampah organic dari tumbuhan bakau berupah dedaunan bakau

1. Banyaknya sampah dedaunan bakau yang berserakan disekitar lahan hutan bakau.2. Kurangnya kepedulian warga Surabaya terhadap tanaman bakau dengan kerapkali dilakukan pengurangan lahan bakau dengan penebangan pohon untuk kepentingan tertentu.3. Lahan bakau sering dijadikan sebagai lahan untuk membuang sampah

Penerapan sistem daur ulang

1. Lingkungan di sekitar pesisir pantai dan lahan penanaman bakau terlihat kumuh.

2. Berkurangnya jumlah bakau akibat penebangan sehingga dapat meningkatkan potensi abrasi

7. Ramdan Sampah Rumah Tangga (pemukiman)

Substansi dan limbah penyebab pencemaran di kawasan pesisir sangat beragam, dan hampir semua materi polutan membahayakan bagi kehidupan biota laut maupun lingkungannya. Sebagian besar materi bahan pencemar tersebut adalah berasal dari daratan.

Masyarakat membuang sampah langsung ke laut.

mencemari kehidupan biota laut maupun lingkungannya

Page 9: Makalah Tugas Kelompok KKP

2.2 Faktor Penyebab Masalah

Pengelolaan sampah masih menjadi masalah yang seakan tidak akan terselesaikan di

Indonesia. Bermacam-macam sampah telah diproduksi oleh rumah tangga setiap harinya

mulai dari golongan sampah organik dan nonorganik, namun pengolahannya masih bersifat

pasif yaitu sampah yang tertimbun hanya dibuang begitu saja ke Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut. Pertumbuhan penduduk di Indonesia

yang semakin banyak berbanding lurus dengan jumlah timbunan produksi sampah.

Permasalahan semakin rumit ketika masyarakat tidak mempunyai kepedulian untuk

memisahkan sampah organik dan non-organik yang makin menggunung, bahkan kebanyakan

orang tidak mau tahu akan volume timbunan sampah yang diproduksi dan bahaya yang

diakibatkannya.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatannya maka semakin bertambah

pula sampah yang dihasilkan. Volume sampah yang setiap harinya meningkat tidak seimbang

dengan keberadaan sarana dan prasana untuk menanggulanginya, selain itu keberadaan

tenaga kerja dalam hal penanganan sampah ini juga tidak seimbang dengan peningkatan

volume sampah ini.

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuannya. Pendidikan dapat

membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Pengetahuan disini meliputi pengertian

sampah, jenis sampah dan dan lain – lain. Dari segi aspek pendidikan masyarakat di pesisir

yang rendah sangat berpengaruh terhadap pengelolaan sampah yang kurang baik.

Semakin banyaknya volume sampah dan tidak efektifnya manajemen pengelolaannya,

maka semakin mahal anggaran pengelolaan sampah. Mahalnya anggaran dituding sebagai

salah satu faktor terhambatnya penanganan penyelesaian masalah sampah. Jika tidak segera

ditangani maka akan timbul masalah-masalah baru. Seperti semakin banyaknya lahan yang

dipakai untuk pembuangan sampah, selain itu juga menyangkut masalah kesehatan, sosial,

dan semakin membengkaknya anggaran.

Selain itu, penyebab masyarakat kurang melakukan pengelolaan sampahnya dan

membuangnya di sembarang tempat dikarenakan masyarakat menganggap bahwa membuang

sampah sembarangan ini bukan merupakan suatu hal yang salah dan wajar untuk dilakukan.

Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar didalam munculnya suatu perilaku.

Contohnya, pengaruh lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, akan menjadi

faktor besar dalam munculnya perilaku membuang sampah sembarangan. Seseorang akan

melakukan suatu tindakan yang dirasa mudah untuk dilakukan. Jadi, orang tidak akan

Page 10: Makalah Tugas Kelompok KKP

membuang sampah sembarangan jika tersedianya banyak tempat sampah. Tempat yang asal

mulanya terdapat banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang sampah

sembarangan diperbolehkan ditempat itu. Jadi, warga sekitar tanpa ragu untuk membuang

sampahnya di tempat itu. Selain itu, kurangnya tempat sampah membuat orang sulit untuk

membuang sampahnya.

2.3 Aspek Kesehatan dari Permasalahan Sampah di Pesisir

Sampah-sampah yang berserakan, terutama ditumpukan sampah yang berlebihan dapat

mengundang lalat, pertumbuhan organisme-organisme yang membahayakan, mencemari

udara, tanah dan air. Sehingga dampak negatif yang ditimbulkan cukup banyak. Dampak

yang dapat ditimbulkan sampah, antara lain :

1. Diare, kolera, dan tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah

dengan pengelolaan tidak tepat dapat mencemari air tanah yang biasa di minum

masyarakat. Penyakit DBD (Demam Berdarah) dapat juga meningkat dengan cepat di

daerah dengan pengelolaan sampahnya yang tidak memadai.

2. Berbagai penyakit kulit yang biasanya datang bersamaan dengan genangan air yang

membawa limbah.

3. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat

perkembangbiakan vector penyakit seperti lalat atau tikus.

4. Plastik, yang menjadi masalah terbesar dan paling berbahaya. Plastik sering kali

terbawa sampaike pesisir oleh saluran pembuangan dan akhirnya ke perairan laut.

Banyak hewan yang hidup pada atau di laut mengkonsumsi plastik karena

kesalahan,karena tak jarang plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan

bagi hewan laut. Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada pada organ

pencernaan hewan ini,  sehingga menyumbat saluran pencernaan dan menyebabkan

kematian melalui kelaparan atau infeksi. Plastik terakumulasi karena mereka tidak

mudah terurai, mereka akan photodegrade (terurai oleh cahaya matahari) pada

paparan sinar matahari, tetapi  hanya dapat terjadi dalam kondisi kering. Sedangkan

dalam air plastik hanya akan  terpecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil,

namun tetap polimer, bahkan sampai ke tingkat molekuler. Ketika partikel-partikel

plastik mengambang hingga seukuran zooplankton dan dikonsumsi oleh hewan lain

yang lebih besar, dengan cara inilah plastik masuk ke dalam  rantai makanan. Banyak

dari potongan plastik ini berakhir di perut burung-burung laut dan hewan laut lain

Page 11: Makalah Tugas Kelompok KKP

termasuk penyu. Bahan beracun yang digunakan dalam pembuatan bahan plastik

dapat terurai dan masuk ke lingkungan ketika terkena air. Racun ini

bersifat hidrofobik (berikatan dengan air) dan menyebar di permukaan laut. Dengan

demikian plastik jauh lebih mematikan di laut daripada di darat.

Kontaminan hidrofobik juga dapat terakumulasi pada jaringan lemak, sehingga racun

plastik diketahui mengganggu sistem endokrin ketika dikonsumsi, serta dapat

menekan sistem kekebalan tubuh atau menurunkan tingkat reproduksi.

5. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amoniak (NH3), methan (CH4),

C02 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan membusuk

dikarena adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan kemarau, terjadi proses

pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob/anaerob.

6. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara udara, dalam sampah yang ditumpuk,

akan terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3 dan methane yang jika melebihi NAB

(Nilai Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas H2S 5 ppm dapat

mengakibatkan mabuk dan pusing.

7.  Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam

perairan atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat menyebabkan air menjadi

keruh dan rasa dari air pun berubah.

2.4 Solusi Permasalahan Limbah Padat di pesisir

Solusi dari permasalahan terhadap pengelolaan sampah atau limbah padat di pesisir

antara lain ;

menyediakan tempat pembuangan sampah (TPS) yang permanen, sehingga

masyarakat dapat melakukan pembuangan sampah dengan mudah dari tempat tinggal

mereka.

perlunya dibangun suatu penegakan hukum secara mandiri (law enforcement) terkait

dengan sistim penanganan sampah di kawasan pesisir sehingga masyarakat tidak

melakukan pembuangan sampah disembarang tempat yang dapat menimbulkan

pengalihan fungsi penggunaan lahan

menerapkan sistim penanganan sampah secara terpadu, berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan sehingga semua sub sistim dapat terorganisir secara tepat, baik, dan

benar

Page 12: Makalah Tugas Kelompok KKP

Realisasi pengelolaan sampah dalam rangka reduksi volume sampah dengan tujuan

meringankan beban tampung TPA dan sebagai kegiatan yang bernilai tambah berupa

pemanfaatan sampah organik hasil pemisahan/pemilahan untuk dijadikan bahan

kompos.

memberikan informasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang pengolahan sampah

yang dapat bernilai ekonomis

melakukan pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip reduce, reuse, dan

recycle (3R).

Page 13: Makalah Tugas Kelompok KKP

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat pesisir umumnya adalah sampah organik

berupa sisa makanan dan sampah plastik atau kemasan. Pengelolaan sampah atau limbah

padat oleh masyarakat di kawasan pesisir masih cukup rendah. Masih banyak masyarakat

yang tidak mengetahui pengelolaan sampah dengan benar seperti tidak melakukan pemilahan

sampah organik dan anorganik, membuang sampah langsung ke laut karena merasa lebih

mudah dan praktis. Hal ini dikarenakan kurangnya penyediaan sarana dan prasarana dalam

pengelolaan sampah seperti tempat sampah yang permanen. Selain itu kurangnya kesadaran

dari masyarakat pesisir dalam berpartisipasi mengelola sampah mereka, karena tingkat

pendidikan dan ekonomi yang rendah sehingga mereka terbiasa membuang sampah

sembarangan terutama ke laut. Peran serta dari pemerintah juga kurang menyentuh langsung

pada masyarakat pesisir seperti pelaksanaan program pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan

pengolahan sampah.

3.2 Saran

Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan lagi masalah persampahan

khususnya di kawasan pesisir, karena selama ini masalah sampah masih menjadi masalah

yang cukup serius, karena selama ini masyarakat pesisir masih menganggap remeh tentang

sampah, misalnya menjadikan laut sebagai tempat pembuangan sampah. Dengan menyadari

bahaya yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah yang kurang tepat hendaknya kita

menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya.

Page 14: Makalah Tugas Kelompok KKP

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Anas : Novany, Loisa,dkk., 2014. Analisis Pengelolaan Persampahan di Kelurahan

Sindulang Satu Kecamatan Tuminting Kota Manado. Jurnal Sabua Vol.6 No.3 November

2014.

Asteria Resy Dama Alik : Arif, Fitriyani, dkk., 2013. Penanganan Sampah Permukiman

di Kawasan Pesisir Kota Makassar. Jurnal Teknik Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.

Muhammad Fadly : Supryanto, Bobby. 2012. Hubungan Perilaku Masyarakat dengan

Pengelolaan Sampah pada Masyarakat Pesisir. Jurnal Kesehatan Masyarakat Univ. Negeri

Gorontalo.

Nur Rezki Hajar : Citrasari, Nita, dkk., 2012. Analisis Laju Timbunan dan Komposisi

Sampah di Permukiman Pesisir Kenjeran Surabaya. Jurnal Penelitian Hayati

Ramdan : Pramudji. 2002. Pengelolaan Kawasan Pesisir Dalam Upaya Pengembangan

Wisata Bahari. Jurnal Oseana Volume XXVII Nomor 1.

Ratnasari : Yansen, I Wayan dan I Made Arnatha. 2012. Analisis Finansial Sistem

Pengelolaan Sampah di Wilayah Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Jurnal Ilmiah

Teknik Sipil Vol.16 No.1 Januari 2012.

Syamsuhuda : Virrayani, Alifia. 2013. Mangrove Leaves Craft : Pemanfaatan Sampah Daun

Kering Mangrove Sebagai Kerajinan Masyarakat pesisir Pantai Timur Wonorejo Surabaya.

Jurnal Arsitektur ITS Surabaya