21
LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN BAHAN PERKERASAN JALAN MODUL J-11 CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSAHALL KELOMPOK 12 Annisa Salsabila 1206218070 Efi Andriyani 1206217894 Shabrina Nadhila 1206239440 Ricky Aristio 1206239415 Yusuf Arya Pratama 1206249252 Tanggal Praktikum : 27 Oktober 2014 Asisten Praktikum : Desvira Natasya Tanggal Disetujui : Nilai : Paraf Asisten : LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014

Marshall - Annisa Salsabila

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum TJR

Citation preview

  • LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN BAHAN

    PERKERASAN JALAN

    MODUL J-11

    CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSAHALL

    KELOMPOK 12

    Annisa Salsabila 1206218070

    Efi Andriyani 1206217894

    Shabrina Nadhila 1206239440

    Ricky Aristio 1206239415

    Yusuf Arya Pratama 1206249252

    Tanggal Praktikum : 27 Oktober 2014

    Asisten Praktikum : Desvira Natasya

    Tanggal Disetujui :

    Nilai :

    Paraf Asisten :

    LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL

    DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2014

  • J-11 CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

    (PA 0305 76) (AASTHO T 44 81) (ASTM D 1559 76)

    1. MAKSUD

    Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)

    terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal.

    Ketahanan (stabilitas) ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk

    menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam

    kilogram atau pon

    Kelelehan plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal

    yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan

    dalam milimeter atau 0,01 inci.

    2. DASAR TEORI

    Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan

    oleh Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun

    AASHTO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau

    AASHTO T-245-90. Prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan

    stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari

    campuran padat yang terbentuk. Dalam hal ini benda uji atau briket beton

    aspal padat dibentuk dari gradasi agregat campuran yang telah didapat dari

    hasil uji gradasi, sesuai spesifikasi campuran. Alat Marshall merupakan

    alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji)

    berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) dan flowmeter. Proving ring digunakan

    untuk mengukur nilai stabilitas, dan flowmeter untuk mengukur kelelehan

    plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk silinder berdiameter 4

    inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm). Prosedur pengujian

    Marshall mengikuti SNI 06-2489-1991, atau AASHTO T 245-90, atau

    ASTM D 1559-76. Dari hasil gambar hubungan antara kadar aspal dan

    parameter Marshall, maka akan diketahui kadar aspal optimumnya.

  • 3. PERALATAN

    a. 6 buah cetakan benda uji berdiameter 10 cm (4) dan tinggi 7,5 cm

    (3) lengkap dengan pelat alas dan leher sambung

    b. Alat pengeluar benda uji. Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah

    dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebagai alat ejector

    c. Penumbuk yang mempunyai tumbuk rata berbentuk silinder dengan

    berat 4,536 kg (10 pon) dan tinggi jatuh lebih bebas 45,7 cm (18)

    d. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)

    berukuran kira kira 20 x 20 x 45 cm (8x 8x 8) yang dilapisi

    dengan pleat baja berukuran 30x30x2,5 cm(12x12x1) dan katikan

    pada lantai beton dengan 4 bagian siku

    e. Silinder cetakan benda uji

    f. Mesin tekan lengkap dengan

    a. Kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head)

    b. Cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg (5000 pon) dengan

    ketelitian 12,5 kg (25 pon) dilengkapi arloji tekan dengan

    ketelitian 0,0025 cm (0,0001)

    c. Arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,01) dengan

    perlengkapannya.

    g. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai

    (2003)0C

    h. Bak perendam (waterbath) dilengkapi dengan pengatur suhu minimum

    200C

    i. Perlengkapan lain :

    a. Panci untuk memanaskan agregat aspal dan campuran aspal

    b. Pengukur suhu dari logam (metal termometer) berkapasitas 2500C

    dan 1000C dengan ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas

    c. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2

    kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg

    ketelitian 1 gram

    d. Kompor

    e. Sarung asbes dan karet

  • f. Sendok pengaduk dan perlengkapan lain

    4. BENDA UJI

    a. Persiapan benda uji

    Mengeringkan agregat sampai beratnya tetap pada suhu

    (1055)0C

    Memisahkan agregat dengan cara penyaringan kering ke dalam

    fraksi fraksi yang dikhendaki atau seperti berikut ini :

    1 sampai

    sampai 3/8

    3/8 sampai no 4 (4,76mm)

    No. 4 (4,76 mm) sampai no.8 (2,38mm)

    Lewat saringan no.8 (2,38mm)

    b. Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan

    Suhu pencampuran dan pemadatan harus ditentukan sehingga bahan

    pengikat yang dipakai menghasilkan viskositas seperti tabel 1.

    Bahan

    Pengikat

    Campuran Pemadatan

    Kinematik

    Saybolt

    Furol Engler Kinematik

    Saybolt

    Furol Engler

    C.St Det S.F. C.St Det S.F.

    Aspal Panas 17020 8510 28030 14015

    Aspal

    Dingin 17020 8510 28030 14015

    Tar 253 405

    Tabel 1. Viskositas Penetu Suhu

    c. Persiapan campuran

    Untuk tiap benda uji diperlukan campuran agregat dan aspal

    sebanyak 1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji

    kira kira 6,25 cm 0,125 (2,5 0,05)

  • Memanaskan panci pencampur beserta agregat kira kira 280C

    di atas suhu pencampur untuk aspal panas dan tar dan aduk

    sampai merata, untuk aspal dingin pemanasan sampai 140C di atas

    suhu pencampuran

    Sementara itu memanaskan aspal sampai suhu pencampuran.

    Menuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat

    yang sudah dipanaskan tersebut kemudian mengaduk dengan

    cepat pada suhu sesuai tabel 1 sampai agregat terlapis merata

    d. Pemadatan benda uji

    Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka

    penumbuk dengan seksama dan memanaskan sampai suhu antara

    93,30 C dan 148,90 C

    Meletakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang

    sudah digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan,

    kemudian memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan

    menusuk nusuk campuran keras keras dengan spatula yang

    dipanaskan atau mengaduk dengan sendok semen 15 kali keliling

    pinggirannya dan 10 kali di bagian dalam

    Melepaskan lehernya dan meratakanpermukaan campuran dengan

    mempergunakan sendok semen menjadi bentuk yang sedikit

    cembung. Waktu akan dipadatkan suhu campuran harus dalam

    batas batas suhu pemadatan seperti yang disebut pada tabel 1.

    Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat, dalam pemegang

    cetakan. Melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak

    75, 50 atau 35 kali sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm

    (18), selama pemadatan tahanlah agar sumbu palu pemadat

    selalu tegak harus pada cetakan.

    Melepaskan capping alas dan lehernya balikkan alat cetak berisi

    benda uji dan memasang kembali lehernya dan ditumbuk dengan

    jumlah tumbukan yang sama

    Sesudah pemadatan. Mendiamkan benda uji sampai suhu ruang,

    kemudian melepaskan capping alas dan memasang alat pengeluar

  • benda uji pada permukaan ujung ini. Dengan hati hati

    mengeluarkan dan meletakkan benda uji di atas permukaan rata

    yang halus, membiarkan selama kira kira 24 jam pada suhu

    ruang.

    5. PROSEDUR

    a. Membersihkan benda uji dari kotoran kotoran yang menempel

    b. Memberi tanda pengenal pada masing masing benda uji

    c. Mengukur tebal benda uji dengan ketelitan 0,1mm

    d. Menimbang benda uji

    e. Merendam kira kira 24 jam pada suhu ruang

    f. Menimbang dalam air untuk mendapatkan isi

    g. Menimbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh

    h. Merendam benda uji dalam kondisi aspal panas atau ter dalam bak

    perendam selama 30 sampai 40 menit atau memanaskan di dalam

    oven selama 2 jam dengan suhu tetap (601)0C untuk benda uji aspal

    panas dan (381)0C untuk benda uji tar

    Untuk benda uji aspal dingin, memasukkan benda uji ke dalam oven

    selama minimum 2 jam dengan suhu tetap (251)0C

    Sebelum melakukan pengujian bersihkan batang penuntun (guide rod)

    dan permukaan dalam dari kepala penekan. Melumasi batang

    penuntun sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur bebas,

    bila dikhendaki kepala penekan direndam bersama sama benda uji

    pada suhu antara 21 sampai 380C. Mengeluarkan benda uji dari bak

    perendam atau dari oven pemanas udara dan meletakkan ke dalam

    segmen bawah kepala penekan. Memasang segmen atas di atas benda

    uji, dan meletakkan keseluruhannya dalam mesin penguji. Memasang

    arloji kelelehan (flowmeter) pada kedudukannya di atas salah satu

    batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol,

    sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap

    segmen atas kepala penekan (breaking head). Menekan selubung

  • tangkai arloji kelelehan tersebut pada segmen atas dari kepala penekan

    selama pembebanan berlangsung.

    i. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda ujinya

    dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji. Mengatur

    kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol.

    Memberikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap

    sebesar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai

    atau pembebanan menurut seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji

    tekan dan catat pembebanan yang dicapai.

    Melepaskan selubung tangkai arloji kelelehan (sleeve) pada saat

    pembebanan mencapai maksimum dan catat nilai kelelehan yang

    ditunjukkan oleh jarum arloji.

    Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari rendaman

    air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30

    detik.

  • 6. PENGOLAHAN DATA

    Data awal yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah hasil analisa

    saringan agregat. Dalam praktikum ini kami membuat 6 sampel yang masing

    berkadar aspal 5%, 6%, dan 7% dengan masing-masin 2 sampel masing-

    masing untuk kadar aspal yang berbeda. Proporsi campuran setiap sampel

    adalah 1200 gram.

    Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan persentase untuk setiap

    agregat dalam campuran perkerasan jalan. Dengan membuat grafik

    pembagian butir, yaitu penyesuaian antara grafik dan berat agregat yang lolos

    dari saringan yang telah ditetapkan dalam spesifikasi saringan, dalam hal ini

    didapat grafik spek IV. Berikut adalah tabel hasil analisa saringan dengan

    grafik spek IV:

    Saringan Agregat Kasar Agregat Medium Agregat Halus Filler Spec* Nilai Tengah

    Spec

    Gradasi

    No. (% lolos

    komulatif)

    (% lolos komulatif) (% lolos

    komulatif)

    (% lolos

    komulatif)

    Gabungan

    Total 30 % Total 7 % Total 62 % Total 1 % 100

    1 1/2" (38.1 mm) - - - - - - - - - - -

    1" (25.4 mm) 100.00 30.00 100

    3/4" (19.1 mm) 75.67 22.70 100.00 7.00 100.00 62.00 100.00 1.00 80 - 100 100.00 92.70

    1/2" (12.7 mm) 26.27 7.88 99.15 6.94 100.00 62.00 100.00 1.00 - 0.00 77.82

    3/8" (9.52 mm) 13.69 4.11 89.36 6.26 100.00 62.00 100.00 1.00 60 - 80 70.00 73.36

    No. 4 (4.76 mm) 1.50 0.45 7.10 0.50 99.90 61.94 100.00 1.00 48 - 65 56.50 63.89

    No. 8 (2.38 mm) 0.00 0.00 4.80 0.34 76.80 47.62 100.00 1.00 35 - 50 42.50 48.95

    No. 16 0.00 0.00 2.30 0.16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.16

    No. 30 (0.59 mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 32.70 20.27 100.00 1.00 19 - 30 24.50 21.27

    No. 50 (0.279 mm) 0.00 0.00 0.00 21.96 13.62 100.00 1.00 13 - 23 18.00 14.62

    No. 100 (0.149 mm) 0.00 0.00 0.00 10.50 6.51 100.00 1.00 7 - 15 11.00 7.51

    No. 200 (0.074 mm) 0.00 0.00 0.00 5.97 3.70 100.00 1.00 1 - 8 4.50 4.70

    Pan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Tabel 2. Analisa Saringan Agregat

  • No. Kadar

    Aspal

    Kadar

    Agregat

    Berat

    Aspal

    Berat

    Total

    Agregat

    % Agregat Berat Agregat (gram)

    (%) (%) (gram) (gram) Kasar Medium Halus Filler Kasar Medium Halus Filler

    1 5,00 95,00 60 1140

    30 7 62 1

    342 79.8 706.8 11.4

    2 6,00 94,00 72 1128 338.4 78.96 699.36 11.28

    3 7,00 93,00 84 1116 334.8 78.12 691.92 11.16

    Tabel 3. Total Masing-Masing Agregat dalam 1 sampel

    Kadar Agregat = 100 % - Kadar Aspal

    Berat Aspal = Kadar Aspal * Berat Campuran

    Berat Total Agregat = Berat Campuran- Berat Aspal

    Berat Agregat = Berat Total Agregat* % Agregat

    No. Berat Agregat/Benda Uji

    (gram) Jml

    Berat Total Agregat

    (gram)

    Kasar Medium Halus Sampel Kasar Medium Halus

    1 342 79.8 706.8 2 342 79.8 706.8

    2 338.4 78.96 699.36 2 338.4 78.96 699.36

    3 334.8 78.12 691.92 2 334.8 78.12 691.92

    Berat Total 1015.2 236.88 2098.1

    Tabel 4. Total Agregat untuk 6 sampel

    Tabel 5. Data Dimensi dan Berat Sampel

    Benda

    uji Sampel

    Tinggi Wkering

    udara Wjenuh Wdalam air

    (cm) (gram) (gram) (gram)

    5 % aspal 1 6.98 655.0 1193 1219.5

    2 6.89 650.5 1195 1211.5

    6 % aspal 1 6.89 660.5 1193 1215.5

    2 6.81 661.0 1169 1211.0

    7 % aspal 1 6.76 657.5 1192 1200.5

    2 6.75 664.5 1189 1199.0

  • Kadar Sampel Arloji Arloji

    Aspal Stabilitas Kelelehan

    5% 1 28 3

    2 37 3.1

    6% 1 35 2.9

    2 39 3.1

    7% 1 41 3.05

    2 49 3.3

    Tabel 6. Data Marshall Test, Stabilitas dan Kelelehan

    Kadar Sampel

    Tebal Tebal rata-

    rata Angka

    Aspal (mm) (mm) Korelasi

    5% 1 69.8

    69.35 0.849 2 68.9

    6% 1 68.9

    68.5 0.858 2 68.1

    7% 1 67.6 67.55 0.874

    2 67.5

    Tabel 7. Angka Korelasi Sampel

    6.1 Perhitungan Menentukan Berat Jenis Aggregat

    BJ Agg

    Halus

    Agg

    Medium

    Agg

    Kasar

    BJ Bulk 2.52 1.896 2.326

    BJ App 2.6 2.581 2.667

    BJ SSD 2.76 2.161 2.453

    Tabel 8. Data BJ Agregat

  • Berat Jenis Aggregat Bulk:

    100

    (%

    ) + (%

    ) + (%

    )

    = 100

    (30

    2.326)+(

    7

    1.896)+(

    62

    2.52)+(

    1

    3.14)

    = 2.41

    Berat Jenis Aggregat App :

    100

    (%

    )+(

    %

    )+(

    %

    )

    = 100

    (30

    2.667)+(

    7

    2.581)+(

    62

    2.6)+(

    1

    3.14)

    = 2.62

    Berat Jenis Aggregat :

    = +

    2=

    2.41 + 2.62

    2= 2.515

    6.2 Menghitung Berat Jenis Aspal Teoritis

    =100

    (%

    )+(

    %

    )

    Tabel 9. BJ Aspal Teoritis

    % Aspal %

    Aggregat BJ Agg BJ aspal

    BJ

    Aspal

    Teoritis

    5 95 2.515 1 2.358

    6 94 2.515 1 2.324

    7 93 2.515 1 2.292

  • 6.3 Menghitung % Rongga terhadap Aggregat

    = 100 (100% )

    =

    Aspal W

    Kering W SSD

    W dalam

    Air

    Berat Isi

    Benda Uji

    % Rongga

    Terhadap

    Agg

    Rata-

    Rata %

    Rongga

    Terhadap

    Agg

    5%

    sampel 1 1193 1219.5 655.0 2.11 20.93 20.61

    sampel 2 1195 1211.5 650.5 2.13 20.30

    6%

    sampel 1 1193 1215.5 660.5 2.15 19.57 20.02

    sampel 2 1169 1211.0 661.0 2.13 20.47

    7%

    sampel 1 1192 1200.5 657.5 2.20 17.86 17.32

    sampel 2 1189 1199.0 664.5 2.22 16.77

    Tabel 10. Persen Rongga Terhadap Aggregat

    6.4 Menghitung % Rongga Terhadap Campuran

    % = 100 100

    Aspal W

    Kering W SSD W dalam Air

    Berat

    Isi

    Benda

    Uji

    % Rongga

    Terhadap

    Campuran

    Rata-Rata

    % Rongga

    Terhadap

    Campuran

    5%

    sampel 1 1193 1219.5 655.0 2.11 10.51 10.09

    sampel 2 1195 1211.5 650.5 2.13 9.67

    6%

    sampel 1 1193 1215.5 660.5 2.15 7.49 7.92

    sampel 2 1169 1211.0 661.0 2.13 8.35

  • 7%

    sampel 1 1192 1200.5 657.5 2.20 4.01 3.58

    sampel 2 1189 1199.0 664.5 2.22 3.14

    Tabel 11. Persen Rongga Terhadap Campuran

    6.5 Menghitung Nilai Stabilitas/ Kelelehan

    Stabilitas = pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat (23) x korelasi tinggi

    Aspal Stabilisasi

    Rata-

    Rata

    Stabilisasi

    Kelelehan

    Rata-

    Rata

    Kelelehan

    Stabilisasi

    /

    Kelelehan

    Rata-

    Rata

    Stabilisasi

    /

    Kelelehan

    5%

    sampel 1 546.76 634.63

    3 3.05

    182.25 207.66

    sampel 2 722.50 3.1 233.06

    6%

    sampel 1 690.69 730.16

    2.9 3

    238.17 243.22

    sampel 2 769.63 3.1 248.27

    7%

    sampel 1 824.18 904.59

    3.05 3.18

    270.22 284.35

    sampel 2 985.00 3.3 298.48

    Tabel 12. Nilai Stabilitas/Kelelehan

    7. ANALISIS

    a. Analisis Percobaan

    Percobaan ini bertujuan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap

    kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal. Ketahanan (stabilitas) sendiri artinya adalah

    kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis

    yang dinyatakan dalam kilogram. Sedangkan kelelehan plastis adalah keadaan perubahan

    bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang

    dinyatakan dalam milimeter.

  • Percobaan ini dilakukan selama beberapa hari, dimana hari pertama melakukan

    persiapan untuk benda uji, yaitu membuat benda uji. Hari kedua melakukan pengukuran

    terhadap tinggi benda uji dan berat benda uji. Hari terakhir melakukan pengukuran berat

    benda uji dalam air, kondisi SSD, dan melakukan uji stabilisasi dan kelelehan dengan alat

    marshal.

    Pada hari pertama yaitu melakukan pembuatan benda uji dilakukan beberapa

    prosedur. Prosedur pertama adalah melakukan persiapan benda uji, yaitu agregat kasar,

    aggregat medium, dan agregat halus, serta filler, yang telah diperoleh komposisinya

    melalui perhitungan dan praktikan dalam praktikum ini menggunakan aspal dengan

    masing-masing kadarnya yaitu 5 %, 6 %, dan 7 %. Hasil yang didapat untuk agregat

    kasar 30 %, agregat medium 7 %, agregat halus 62 %, dan filler 1 % sebagai material

    tambahan agar jumlah persentase dari setiap material sebesar 100%. Dari 3 jenis agregat

    tersebut beserta filler dilakukan penimbangan sesuai perhitungan dan dicampurkan untuk

    masing-masing kombinasi, sehingga praktikan mendapat tiga campuran agregat yang

    akan dilakukan percobaan. Dalam percobaan ini, praktikan mempersiapkan dua sampel

    untuk masing-masing persen aspal, sehingga total campuran yang diperoleh sebanyak

    enam campuran. Agregat yang digunakan dalam kondisi kering. Sementara itu,

    dilakukan persiapan juga terhadap aspal dengan berat masing-masing sesuai dengan

    perhitungan dan diletakkan terpisah dengan agregat.

    Kemudian, setelah menyiapkan bahan uji, praktikan memanaskan campuran

    agregat ke dalam panci dengan suhu mencapai 1500 C dan praktikan juga memanaskan

    aspal hingga mencapai suhu 1100 C. Lalu, ketika campuran agregat dan aspal sudah

    mencapai suhu yang diinginkan, keduanya dicampur dan diaduk sampai merata. Setelah

    keduanya tercampur merata, praktikan melakukan pemadatan untuk campuran tersebut.

    Pemadatan dilakukan setelah benda uji diletakkan di cetakan yang telah dibersihkan dan

    meletakan kertas saringan di bawah cetakan, cetakan dibersihkan agar benda uji bebas

    dari kotoran yang akan mempengaruhi benda uji. Kemudian campuran tersebut ditusuk-

    tusuk dengan spatula yang dipanaskan 15 kali tusukan di bagian pinggir dan 10 kali

    tusukan di bagian dalam. Setelah selesai, cetakan yang telah berisi benda uji tersebut

    diletakkan pada alat pemadatan. Pemadatan dilakukan dengan cara menumbuk sebanyak

    75 kali dengan tinggi jatuh 45 cm pada kedua sisi benda uji (atas dan bawah), sehingga

  • total pemadatan yang dilakukan sebanyak 2 x 75 = 150 kali. Pemadatan dengan cara

    menumbuk sebanyak 75 kali ini digunakan untuk jenis aspal pada lapis permukaan jalan

    berlalu lintas berat. Lalu, setelah selesai pemadatan, benda uji dikeluarkan dari mesin

    pemadatan dan digulung dengan kain basah untuk mempercepat pendinginan. Setelah

    benda uji suhunya mencapai suhu ruang, benda uji dikeluarkan dari cetakan dengan

    menggunakan alat, benda uji setiap sampelnya diberi tanda pengenal dan kemudian

    didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang.

    Setelah 24 jam benda uji didiamkan pada suhu ruang, praktikan mengukur tebal

    dari setiap sampel benda uji menggunakan jangka sorong agar hasil pembacaan dari tebal

    benda uji lebih akurat. Setelah itu, benda uji ditimbang untuk memperoleh berat benda uji

    kering dan mencatatnya. Kemudian, setiap benda uji yang sudah ditimbang, dimasukkan

    ke dalam ember yang telah berisi air dan dibiarkan dalam air selama 24 jam juga.

    Setelah direndam, benda uji di lap menggunakan kain kering selanjutnya ditimbang untuk

    memperoleh berat benda uji dalam kondisi SSD dan melakukan penimbangan benda uji

    dalam air untuk memperoleh berat benda uji dalam air. Kemudian benda uji tersebut

    direndam dalam waterbath selama 30 menit dengan suhu 600C. Perendaman ini

    dilakukan untuk mengkondisikan sampel aspal dalam kondisi ekstrim saat di lapangan.

    Setelah direndam selama 30 menit, benda uji diangkat dan diletakkan pada mesin uji

    marshall. Kemudian praktikan yang dibantu laboran memasang arloji kelelehan pada

    kedudukannya di atas salah satu batang penuntun dan mengatur kedudukan jarum

    penunjuk pada angka nol, sementara itu selubung tangkai arloji dipengang teguh terhadap

    segmen atas kepala penekan. Selanjutnya menekan selubung tangkai arloji kelelehan

    selama pembebanan berlansung. Ketika mesin uji dinyalakan, praktikan mengamati

    jarum arloji tekan dan mencatat nilai yang ditunjukkan oleh kedua arloji tersebut setelah

    mencapai pembebanan maksimum, yaitu nilai kelelahan dan nilai stabilisai dari benda uji.

    Percobaan dengan alat marshal ini dilakukan pada setiap sampel benda uji. Setelah

    pengujian setiap sampel dengan menggunakan alat marshal ini, praktikum selesai.

    b. Analisis Hasil

    Dari hasil pengolahan data di atas didapatkan nilai persen rongga terhadap

    agregat, persen rongga terhadap campuran, stabilitas beton aspal, kelelehan beton aspal,

  • nilai Marshall, dan persen rongga terisi aspal. Praktikan juga dapat mengetahui bahwa

    semakin besar persen kadar aspal yang diberikan, maka semakin kecil nilai persentase

    rongga terhadap aggregat dan begitupun persentase rongga terhadap campuran. Hal ini

    berarti bahwa ketika jumlah kadar aspal yang diberikan semakin banyak, aspal-aspal

    gersebut akan mengisi rongga-rongga pada benda uji.

    PARAMETER

    NILAI MINIMUM

    DAN

    MAKSIMUM

    HASIL PENGOLAHAN

    DATA

    5% 6% 7%

    % Rongga terhadap aggregat Minimum 16% 20.61 20.02 17.32

    % Rongga terhadap campuran 3%- 5% 10.09 7.92 3.58

    Stabilitas Minimum 550 634.63 730.16 904.59

    Kelelehan 2 mm 4 mm 3.05 3 3.18

    Stabilitas / kelelehan 200 350 207.66 243.22 284.35

    Tabel 13. Perbandingan data minimum dan maksimum dengan hasil pengolahan data

    Tabel diatas adalah perbandingan hasil percobaan dengan parameter data minimum dan

    maksimum untuk menentukan komposisi aspal yang paling ideal untuk campuran

    perkerasan jalan. Dari tabel perbandingan data minimum dan maksimum dengan hasil

    pengolahan data diketahui bahwa benda uji pada percobaan ini tidak memenuhi beberapa

    kriteria sebagai komposisi aspal yang baik untuk campuran perkerasan jalan. Pertama,

    untuk persentase rongga dalam aggregat memenuhi kriteria dimana persentase yang

    diperoleh lebih besar dari 16 %. Akan tetapi, untuk presentase rongga terhadap campuran

    tidak memenuhi kriteria yaitu lebih besar dari 5 % pada kadar aspal 5 % dan 6 %, tetapi

    memenuhi parameter di bawah 5 % pada kadar aspal 7 % dengan nilai 3.58 %.

    Selanjutnya untuk nilai stabilistas telah memenuhi kriteria yaitu lebih besar dari 550 mm.

    dan nilai kelelehan yang diperoleh juga diantara 2 mm-4 mm. Terakhir, dari hasil

    pengujian dengan alat marshal, nilai stabilitas/kelelahan berada diantara 200 350. Juga

    telah memenuhi kriteria dengan nilai masing-masing 207.66 untuk 5 %, 243.22 untuk 6

    %, dan 284.35 untuk 7 %.

  • c. Analisis Grafik

    Grafik 1.

    Grafik 2.

    Grafik 3.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    5% 6% 7%

    Grafik kadar aspal vs % Rongga

    terhadap agregat

    Nilai Minumum

    % RonggaAgregat

    0

    5

    10

    15

    1 2 3

    Grafik kadar aspal vs % Rongga

    terhadap campuran

    Minimum

    Maximum

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    5% 6% 7%

    Grafik kadar aspal vs Stabilitas

    Minimum

    Stabilitas

  • Grafik 4.

    Grafik 5.

    1. Grafik 1 dan 2 menunjukan perbandingan antara kadar aspal dan persenan rongga

    terhadap agregat dan persenan rongga terhadap campuran. Dari kedua grafik ini

    menunjukan grafik yang cenderung sama dan dapat diketahui bahwa semakin besar

    kadar aspal maka rongga yang ada dalam campuran akan semakin kecil karena aspal

    mengisi ruang-ruang yang ada antar campuran sehingga persenan rongga menjadi

    kecil.

    2. Grafik 3 menunjukan perbandingan antara kadar aspal dengan stabilitas (kemampuan

    suatu campuran aspal untuk menerima beban). Dari grafik dapat dilihat bahwa

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    5% 6% 7%

    Grafik kadar aspal vs Kelelehan

    Minimum

    Maksimum

    Kelelehan

    0

    100

    200

    300

    400

    1 2 3

    Grafik kadar aspal vs Nilai

    Marshall

    Minimum

    Maximum

    Nilai Marshall

  • semakin besar kadar aspal maka semakin besar juga stabilitasnya dan terlihat bahwa

    dengan kadar aspal sebesar 7 % mempunyai stabilitas atau memiliki kemampuan

    menahan beban sampai 904.59 kg.

    3. Grafik 4 menunjukan perbandingan antara kadar aspal dengan kelelehan (deformasi

    yang terjadi saat campuran aspal diberi beban minumum sampai beban

    maksimumnya). Dari grafik perbandingan ini terlihat bahwa kelelehan setiap kadar

    aspal telah memenuhi range kelelehannya. Pada kadar aspal 6 % kelelehan dari

    campuran aspal menunjukan kelelehan yang paling rendah yaitu sebesar 3.05 mm.

    4. Grafik 5 menunjukan perbandingan kadar aspal dengan nilai marshall. Nilai marshall

    ini didapat dari stabilitas dibagi dengan kelelehan. Dari grafik terlihat bahwa semakin

    besar kadar aspal maka akan semakin besar nilai marshallnya karena dengan

    bertambahnya kadar aspal dalam campuran maka sifat dari campuran aspal tersebut

    akan menjadi lebih lentur.

    d. Analisis Kesalahan

    Setelah praktikan melakukan praktikum, mendapatkan data, dan mengolah data

    kemungkinan praktikan melakukan kesalahan yang menyebabkan mendapatkan hasil

    yang tidak sesuai, kesalahan-kesalahan yang terjadi sebagai berikut:

    1. Pencampuran aspal dan aggregat yang kurang merata sehingga menyebabkan

    campuran ini tidak mengikat dengan baik satu sama lainnya.

    2. Pada saat pemanasan aggregat, panasnya tidak merata pada seluruh aggregat

    karena tidak diaduk secara berkala dan ketika telah mencapai suhu 1500C aspal

    belum mencair sehingga suhu melebihi 1500 C dan pada saat pencampuran aspal

    serta aggregat suhu tidak mencapai 110-120o C.

    3. Ada aspal yang tertinggal dalam wadah saat dipanaskan, sehingga sedikit

    mengurangi kadar aspal dalam campuran.

    4. Pada saat memasukkan campuran aspal dan aggregat kedalam wadah, ada sedikit

    campuran yang terbuang sehingga mengurangi kadar agregat.

    5. Pembacaan yang kurang teliti pada alat oleh praktikan. Seperti, pembacaan berat

    tebal benda uji dengan jangka sorong, dan pembacaan nilai kelelehan dan

    stabilitas pada alat marshal.

  • 8. KESIMPULAN

    1. Kadar aspal 5% stabilitasnya sebesar 634.63 kg, untuk kadar aspal 6%

    stabilitasnya sebesar 730.16 kg, dan kadar aspal 7% stabilitasnya 904.59 kg.

    semakin tinggi kadar aspalya, maka semakin tinggi juga stabilitasnya.

    2. Kelelehan plastis campuran untuk kadar aspal 5% adalah 3.05 mm, kadar aspal

    6% adalah 3.00 mm, dan kadar aspal 7% adalah 3.18 mm.

    3. Dari hasil yang telah diperoleh, didapatkan bahwa kadar aspal sebesar 7 % telah

    memenuhi semua parameter yang ada sehingga pada praktikum ini didapat bahwa

    7 % adalah kadar aspal optimumnya.

    9. APLIKASI

    Pengujian ini dimaksudkan agar mengetahui kemampuan suatu campuran aspal

    untukmenerima beban sampai terjadi kelelahan (flow).

    10. REFERENSI

    Laboratorium Struktur dan Material DTS FTUI. 20014. Pedoman Praktikum

    Pemeriksaan Bahan Perkerasan Jalan.

    LAMPIRAN

    Gambar 1. Menimbang agregat kasar Gambar 2. Benda uji setiap persennya

  • Gambar 3. Memanaskan aspal Gambar 4. Mencampur benda uji dan aspal

    Gambar 5. Alat uji marshall Gambar 6. Hasil cetak campuran aspal dan agregat