48
Bab 1 Bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah PENGERTIAN AL SYAMSIAH DAN AL QAMARIYAH 1. Al Syamsiyah Al Syamsiyah disebut juga Idgham Syamsiyah. Dikatakan Idgham Syamsiyahkarena suara Alif lam di idghamkan ke dalam huruf Syamsiyah yang ada dihadapannya, sehingga suara alif lam menjadi lebur karena dimasukkan dengan huruf Syamsiyah tersebut. Adapun huruf syamsiyah jumlahnya ada empat belas, yaitu : ل ن ظ ظ ض ض ش ش ز ز ذ ذ ث ثContoh : ُ رُ ث اَ كَ ّ ت ل اَ ُ ثُ لُ ّ ث لَ اُ رْ هَ ّ لدَ ا رُ كْ ّ لدَ اُ ن مْ حَ ّ ر لَ ا اء’َ مَ ّ س لَ ا مْ 0 ’ي عَ ّ ن لَ اُ ن طْ 0 يَ ّ ش لَ ا2. Al Qamariyah Al qamariyah disebut juga Izhar Qomariyah. Al Qamariyah harus dibaca jelas dan terang. Alif Lam yang dirangkaikan dengan salah satu huruf Qamariyah maka Alif Lam harus dibaca jelas. Adapun huruf Qamariyah jumlahnya ada empat belas, yaitu : غ غ خ خ خ9 ث0 ه ء ي م و غ> ك ق ف اContoh : ُ دَ حَ اْ لَ اُ دْ مَ حْ لَ اG ُ ر9 ث اَ قَ م لَ اG نْ 0 ي قَ 0 نْ لَ ا يَ دُ ه لَ ا مْ 0 ’ي حَ 9 ج لَ اَ ةَ ع ازَ ق لَ اَ انَ قْ رُ فْ لَ اُ زْ وُ فَ غْ لَ اG َ رْ فُ كْ لَ اB. Perbedaan Al – Syamsiyah dan Al Qamariyah 1. Al Syamsiyah Penulisan Al Syamsiyah menggunakan tanda tasydid () pada huruf Syamsiyahyang berada di depan Alif Lam. Contoh : ُ رْ كّ لدَ اُ رُ ث اَ كَ ّ ت لَ ا ثُ لُ ّ ث لَ ا

Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

task

Citation preview

Page 1: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Bab 1Bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah

PENGERTIAN AL SYAMSIAH DAN AL QAMARIYAH

1.      Al SyamsiyahAl Syamsiyah disebut juga Idgham Syamsiyah. Dikatakan Idgham Syamsiyahkarena suara Alif lam di idghamkan ke dalam huruf Syamsiyah yang ada dihadapannya, sehingga suara alif lam menjadi lebur karena dimasukkan dengan huruf Syamsiyah tersebut. Adapun huruf syamsiyah jumlahnya ada empat belas, yaitu :

ن ل ظ ط ض ص ش س ز ر ذ د ث تContoh :

�ر� �اث �ك �ل�ث�      �الت لث � �لد! ه�ر�    ا �ر   ا �لذ% ك اح�من� �لر� م�اء*     ا �لس� *   ا �م �ع*ي �لن �طن�   ا ي �لش�    ا

2.      Al QamariyahAl qamariyah disebut juga Izhar Qomariyah. Al Qamariyah harus dibaca jelas dan terang. Alif  Lam yang dirangkaikan dengan salah satu huruf Qamariyah maka Alif Lam harus dibaca jelas. Adapun huruf Qamariyah jumlahnya ada empat belas, yaitu :

غ ع خ ح ج ي   ب ء ه غ و م ك ق ا   فContoh :   

د� �ح� ��ال �ح�م�د�    ا �ل *ر�    ا �لم�ق�اب �ن*     ا �ق*ي �ي �ل �له�د�ى     ا  ا

* �م ي �لج�ح* �لق�ار*ع�ة�  ا ق�ان�    ا ��ف�ر �ل �غ�ف�و�ر�   ا �ل �ف�ر�    ا �ك �ل  ا

B.  Perbedaan Al – Syamsiyah dan Al Qamariyah1.      Al Syamsiyah

Penulisan Al Syamsiyah menggunakan tanda tasydid (ـ) pada huruf Syamsiyahyang berada di depan Alif Lam.Contoh :  �ر� �لذ%ك �ر�     ا �اث �ك �لت �ل�ث�    ا �لث ا                                                      

2.      Al QamariyahPenulisan Al Qamariyah memakai tanda sukun ( ) pada huruf  lamContoh :

�ح�د ��ال �ح�م�د�    ا �ل �لق�ار*ع�ة�      ا ا

Bab 2

Page 2: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Iman Kepada Allah (Tauhid dan Tanzih)

1. Dalil-Dalil Tentang Iman Kepada Allah 

Firman Allah SWT:

Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad

SAW), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah diturunkan

sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitab-

kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sangat

jauh tersesat. QS. an-Nisaa' (4): 136.

Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha

Pemurah dan Maha Penyayang. QS. al-Baqarah (2): 163.

Allah itu tunggal, tidak ada Tuhan selain Dia, yang hidup tidak berkehendak kepada

selain-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya lah segala sesuatu

yang ada di langit dan di bumi. Bukankah tidak ada orang yang memberikan syafaat

di hadapan-Nya jika tidak dengan seizin-Nya? Ia mengetahui apa yang di hadapan

manusia dan apa yang di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sedikit

jua pun tentang ilmu-Nya, kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Pengetahuannya

meliputi langit dan bumi. Memelihara kedua makhluk itu tidak berat bagi-Nya. Dialah

Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. QS. al-Baqarah (2): 255.

Page 3: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Dialah Allah, Tuhan Yang Tunggal, yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui

perkara yang tersembunyi (gaib) dan yang terang Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Dialah Allah, tidak tidak ada Tuhan selain Dia, Raja Yang Maha Suci,

yang sejahtera yang memelihara, yang Maha Kuasa. Yang Maha Mulia, Yang

Jabbar,lagi yang Maha besar, maha Suci Allah dari segala sesuatu yang mereka

perserikatkan dengannya. Dialah Allah yang menjadikan, yang menciptakan, yang

memberi rupa, yang mempunyai nama-nama yang indah dan baik. Semua isi langit

mengaku kesucian-Nya. Dialah Allah Yang Maha keras tuntutan-Nya, lagi Maha

Bijaksana. QS. al-Hasyr (59): 22-24

Dalam Surat Al-Ikhlash, yang mempunyai arti:

"Katakanlah olehmu (hai Muhammad): Allah itu Maha Esa. Dialah tempat

bergantung segala makhluk dan tempat memohon segala hajat. Dialah Allah, yang

tiada beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau sesuatu yang

sebanding dengan Dia." QS. al-Ikhlash (112): 1-4.

Sabda RasululIah SAW:

Katakanlah olehmu (wahai Sufyan, jika kamu benar-benar hendak memeluk Islam):

Saya telah beriman akan Allah; kemudian berlaku luruslah kamu. (HR. Taisirul

Wushul, 1: 18).

Manusia yang paling bahagia memperoleh syafaat-Ku di hari kiamat, ialah: orang

yang mengucapkan kalimat La ilaha illallah. (HR. Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12).

Barangsiapa mati tidak memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk surga.

Dan barangsiapa mati tengah memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk

neraka. (HR. Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12.

2. Pengertian Iman Kepada Allah

Page 4: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Iman kepada Allah ialah:

1. Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah; 

2. Membenarkan dengan yakin akan keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya

menciptakan alam makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap

makhluk-Nya;

3. Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna,

suci dari segala sifat kekurangan dan suci pula dari menyerupai segala yang baharu

(makhluk).

Demikianlah pengertian iman akan Allah, yang masing-masing diuraikan dalam

pasal-pasal yang akan datang.

 

Makrifat

Perlu dijelaskan lebih dahulu, bahwa membenarkan dalam pengertian iman seperti

yang tersebut di atas, ialah suatu pengakuan yang didasarkan kepada makrifat.

Karena itu perlulah kiranya diketahui dahulu akan arti dan kedudukan makrifat itu.

Makrifat ialah: "Mengenal Allah Tuhan seru sekalian alam" untuk mengenal Allah,

ialah dengan memperhatikan segala makhluk-Nya dan memperhatikan segala jenis

kejadian dalam alam ini. Sesungguhnya segala yang diciptakan Allah, semuanya

menunjukkan akan "adanya Allah". memakrifati Allah, maka Dia telah

menganugerahkan akal dan pikiran. Akal dan pikiran itu adalah alat yang penting

untuk memakrifati Allah, Zat yang Maha Suci, Zat yang tiada bersekutu dan tiada

yang serupa. Dengan memakrifati-Nya tumbuhlah keimanan dan keislaman. Makrifat

itulah menumbuhkan cinta, takut dan harap. Menumbuhkan khudu' dan khusyuk

didalam jiwa manusia. Karena itulah makrifat dijadikan sebagai pangkal kewajiban

seperti yang ditetapkan oleh para ahli ilmu Agama. Semuanya

menetapkan: "Awwaluddini, ma'rifatullah permulaan agama, ialah mengenal Allah".

Dari kesimpulan inilah pengarang az-Zubad merangkumkan syairnya yang berbunyi:

Permulaan kewajiban manusia, ialah mengenal akan Allah dengan keyakinan yang

teguh.

Dalam pada itu, harus pula diketahui, bahwa makrifat yang diwajibkan itu, ialah

mengenali sifat-sifat-Nya dan nama-nama-Nya yang dikenal dengan al-Asmaul

Husna (nama-nama yang indah lagi baik). Adapun mengetahui hakikat Zat-Nya,

Page 5: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

tidak dibenarkan, sebab akal pikiran tidak mampu mengetahui Zat Tuhan. Abul Baqa

al-'Ukbary dalam Kulliyiat-nya menulis: "ada dua martabat Islam: (l) di bawah iman,

yaitu mengaku (mengikrarkan) dengan lisan, walaupun hati tidak mengakuinya; dan

(2) di atas iman, yaitu mengaku dengan lidah mempercayai dengan hati, dan

mengerjakan dengan anggota".

Sebagian besar ulama Hanafiyah dan ahli hadits menetapkan bahwa iman dan Islam

hanya satu. Akan tetapi Abul Hasan al-Asy'ari mengatakan: Iman dan Islam itu

berlainan".

Abu Manshur al-Maturidi berpendapat, bahwa: "Islam itu mengetahui dengan yakin

akan adanya Allah, dengan tidak meng-kaifiyat-kan-Nya dengan sesuatu kaifiyat,

dengan tidak menyerupakan-Nya dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya.

Tempatnya yang tersebut ini, ialah dalam hati. Iman ialah mempercayai

(mengetahui) akan ketuhanan-Nya dan tempatnya ialah di dalam dada (hati).

Makrifat ialah mengetahui Allah dan akan segala sifat-Nya. Tempatnya ialah di

dalam lubuk hati (fuad). Tauhid ialah mengetahui (meyakini) Allah dengan keesaan-

Nya. Tempatnya ialah di dalam lubuk hati dan itulah yang dinamakan rahasia (sir).

Inilah empat ikatan, yakni: lslam, iman, makrifat, dan tauhid yang bukan satu dan

bukan pula berlainan. Apabila keempat-empatnya bersatu, maka tegaklah Agama.

 

3. Cara Mengakui Ada-Nya Allah 

Mengakui ada-Nya Allah, ialah: "Mengakui bahwa alam ini mempunyai Tuhan yang

wajib wujud (ada-Nya), yang qadim azali, yang baqi (kekal), yang tidak serupa

dengan segala yang baharu. Dialah yang menjadikan alam semesta dan tidaklah

sekali-kali alam ini terjadi dengan sendirinya tanpa diciptakan oleh yang wajib wujud-

Nya itu".

Demikianlah ringkasan cara mengetahui akan ada-Nya Allah, Sang Maha Pencipta

dan Maha Pengendali alam yang sangat luas dan beraneka ragam ini.

 

4. Cara Menetapkan Ada-Nya Allah 

Agama Islam menetapkan ada-Nya Tuhan (Wujudullah) dengan alasan yang jitu dan

tepat, yang tidak dapat dibantah dan disanggah; karena alasan yang dikemukakan

oleh Agama Islam (al-Qur'an) adalah nyata, logis (manthiqy) dan ilmiah.

Page 6: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Dalailul Wujud atau Dalailut Tauhid ini dibahas dalam kitab-kitab ilmu kalam,

karenanya baiklah kita tinjau lebih dahulu keadaan perkembangan ilmu kalam itu.

 

4.1. Aliran Kitab Tauhid

Untuk menjelaskan dalil-dalil yang diperlukan dalam menetapkan dasar-dasar

aqidah, para ulama tauhid (ulama kalam), dari abad ke abad terus-menerus

menyusun berbagai rupa kitab tauhid dan kitab kalam.

Dalam garis besarnya kitab-kitab tersebut terbagi atas tiga aliran:

(1) Aliran Salafi atau Ahlun Nash. Di antara pemukanya ialah Imam Ahmad Ibn

Hanbal.

(2) Aliran Ahlul I'tizal (Mu'tazilah) yang dipelopori oleh Washil ibn 'Atha'.

(3) Aliran Asy'ari, yang dipelopori oleh Abul Hasan al-Asy'ari. jejaknya berturut-turut

diikuti oleh Abu Bakar al-Baqillani, al-Juani, al-Ghazali, Ibnul Kathib, al-Baidawi dan

ulama-ulama lain seperti ath- Thusi, at-Taftazani dan al-Ijzi.

Di samping itu ada pula aliran Maturidi, yang dipelopori oleh Abu Manshur al-

Maturidi.

Cuma yang disayangkan ialah kebanyakan kitab-kitab yang disusun belakangan,

tidak berdasarkan Salafi dan tidak pula berdasarkan nadhar yang benar.

Setengahnya ada yang mendasarkan kepercayaan kepada dalil-dalil yang dapat

dibantah oleh para filosof dan tidak dapat dipertahankan.2

 

1. Dari 1 sampai 10, baik dilewati, jika ingin langsung mempelajari dalil-dalil ada-Nya

Allah ataudalailul wujud atau dalailut tauhid.

2. Lihat. 'Abdurrahman al-Jazairi Taudihul 'Aqa'id.

 

4.2. Pengertian Ilmu Tauhid

Ada beberapa ta'rif ilmu tauhid yang diberikan oleh para ulama. Di bawah ini

disebutkan beberapa diantaranya yang dipandang tepat dengan yang dimaksud.

Pertama: Ilmu tauhid, ialah "ilmu yang membahas dan melengkapkan segala hujjah,

terhadap keimanan, berdasarkan dalil-dalil akal serta menolak dan menangkis

segala paham ahli bid'ah yang keliru, yang menyimpang dari jalan yang lurus".

Kedua: Ilmu tauhid, ialah ilmu yang di dalamnya dibahas:

Page 7: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

[1] Tentang wujud Allah, sifat-sifat-Nya yang wajib di-itsbat-kan bagi-Nya, sifat-sifat

yang harus(mumkin) bagi-Nya dan sifat-sifat yang wajib ditolak daripada-Nya.

[2] Tentang kerasulan rasul-rasul untuk membuktikan dan menetapkan

kerasulannya; tentang sifat-sifat yang wajib baginya; sifat-sifat yang mumkin dan

tentang sifat-sifat yang mustahil baginya.

Ta'rif pertama, memasukkan segala soal keimanan, baik mengenai ketuhanan,

kerasulan, maupun mengenai soal-soal gaib yang lain, seperti soal malaikat dan

akhirat. Tegasnya, melengkapi Ilahiyat, (soal-soal ketuhanan), nubuwwat (kenabian,

kitab, malaikat) dan Sam'iyat (soal-soal keakhiratan, alam gaib). Ta'rif yang kedua

mengkhususkan ilmu tauhid dengan soal yang mengenai ketuhanan dan kerasulan

saja.

Dengan berpegang pada ta'rif yang pertama, maka sebahagian ulama tauhid

membahas soal-soal malaikat, soal-soal kitab, soal-soal kadar, soal-soal akhirat, dan

lain-lain yang berhubungan dengan soal beriman di bagian akhir dari kitab-kitab

mereka.

Ulama yang berpegang pada ta'rif yang kedua, hanya membahas soal-soal yang

mengenai ketuhanan dan kerasulan saja. Risalah Tauhid Muhammad Abduh yang

sangat terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan adalah salah satu dari kitab yang

berpegang pada takrif kedua.3

 

3. Risalah Tauhid.

 

4.3. Perkembangan Ilmu Tauhid Dalam Sejarah Dan Cara Al-Qur'an

Membicarakannya 

Ilmu yang membahas dasar-dasar iman kepada Allah dan Rasul, telah sangat tua

umumnya. Di setiap umat sejak zaman purba, ada ulamanya yang membahas ilmu

ini. Cuma, mereka dahulu tidak mendasarkan penerangan-penerangan yang mereka

ajarkan, kepada alasan-alasan akal; bahkan mereka kurang sekali mendasarkan

kepercayaan kepada hukum dan karakter alam.

Al-Qur'an yang didatangkan untuk menyempurnakan segala yang masih kurang,

segala yang belum sempurna, memakai cara dan sistem berpadanan dengan

perkembangan akal dan kemajuan ilmu. Al-Qur'an menerangkan iman dengan

Page 8: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

mengemukakan dalil serta membantah kepercayaan yang salah dengan

memberikan alasan-alasan yang membuktikan kesalahannya. Al-Qur'an

menghadapkan pembicaraannya kepada akal serta membangkitkan dari tidurnya

dan membangunkan pikiran dengan meminta pula supaya ahli-ahli akal itu

memperhatikan keadaan alam. Maka al-Qur'an-lah akal bersaudara kembar dengan

iman. 

Memang diakui oleh ulama-ulama Islam, bahwa diantara "ketetapan agama", ada

yang tidak dapat diitikadkan (diterima kebenarannya) kalau bukan karena akal

menetapkannya, seperti: mengetahui (meyakini) ada-Nya Allah, qudrat-Nya, ilmu-

Nya dan seperti membenarkan kerasulan seseorang rasul. Demikian juga mereka

bermufakat menetapkan, bahwa mungkin agama mendatangkan sesuatu yang

belum dapat dipahami akal. Akan tetapi, mungkin agama mendatangkan yang

mustahil pada akal.

Al-Qur'an mensifatkan Tuhan dengan berbagai sifat yang terdapat namanya pada

manusia, seperti:qudrat, ikhtiyar, sama', dan bashar. karena al-Qur'an menghargai

akal dan membenarkan hukum akal, maka terbukalah pintu nadhar (penyelidikan)

yang lebar bagi ahli-ahli akal (ahli-ahli nadhar) itu dalam menetapkan apa yang

dimaksud oleh al-Qur'an dengan sifat-sifat itu. Pintu nadhar ini membawa kepada

berwujud berbagai rupa paham diantara para ahli akal atau nadhar. Perselisihan

yang terjadi karena berlainan nadhar ini, dibenarkan al-Qur'an asal saja tidak sampai

kepada meniadakan sifat-sifat Tuhan, seperti yang diperbuat oleh

golongan Mu'aththilah dan tidak sampai kepada menserupakan sifat-sifat Tuhan

dengan sifat-sifat makhluk, sebagai yang dilakukan oleh golongan Musyabbihah.

Para ulama salah mensifatkan tuhan dengan sifat-sifat yang tuhan sifatkan diri-Nya

dengan tidak meniadakan-Nya, tidak menyerupakan-Nya dengan makhluk dan tidak

menakwilkannya. Para mutakalimin khalaf mensifatkan Tuhan dengan cara

menakwilkan beberapa sifat yang menurut pendapat mereka perlu ditakwilkan.

Golongan mutakalimin khalaf membantah ta'thil (meniadakan sifat Tuhan) dan

membantah tamsil (menyerupakan sifat Tuhan dengan sifat rnakhluk).

Ringkasnya, para salaf beritikad sepanjang yang dikehendaki oleh lafadh. tetapi

dengan mensucikan Allah dari serupa dengan makhluk. 4

4. Perhatikan uraian Dr. Muhammad al-Bahy dalam al-Janibul llahi.

 

Page 9: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

4.4. Kedudukan Nadhar Dalam Islam

Dalam kitab Hawasyil Isyarat disebutkan, bahwa nadhar itu ialah menggunakan akal

di sekitar masalah yang dapat dijangkau oleh akal (ma'qulat).

Para filosof bermufakat, bahwa nadhar itu hukum yang digunakan dalam

mengetahui dalil. Alasan yang menegaskan bahwa nadhar ini sah dan menghasilkan

keyakinan, ialah bahwa dalam alam ini terdapat kebenaran dan kebatalan. Manusia

juga terbagi atas dua macam: Ahli hak dan ahli batal. Tidak dapat diketahui mana

yang hak dan mana yang batal. kalau bukan dengan nadhar. Dengan demikian

maka fungsi nadhar (penelitian) ialah untuk menjelaskan hal-hal yang gaib agar

dapat dicerna oleh akal disamping menentukan mana yang benar diantara dua

pendapat yang berbeda. Melalui nadhar, manusia bisa sampai pada pengetahuan

yang meyakinkan. Untuk mengetahui mana yang hak dan mana yang batal. mana

yang kufur dan mana yang iman, demikian pula untuk mengenal Allah dan Rasul-

Nya lebih jelas haruslah melalui nadhar. Karena itu, bertaklid buta. Tidak mau lagi

melakukan nadhar adalah keliru sesat dan menyesatkan. Dalam al-Qur'an cukup

banyak dijumpai ayat-ayat yang memerintahkan untuk melakukan nadhar. Diantara-

nya ialah:

Katakanlah ya Muhammad: "Lihatlah apa yang di langit dan di bumi; dan tidak

berguna tanda-tanda dan peringatan-peringatan kepada kaum yang tidak

beriman". (QS. Yunus (l0): 10l).

Mengapakah mereka tidak melihat kepada alam (malakut) langit dan bumi dan

kepada apa yang Allah jadikan?. (QS. al-A'raf (7): 185).

Maka ambil ibaratlah wahai ahli akal. (QS. al-Hasyr (59): 2).

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim bumi malakut (langit) dan

bumi. (QS. al-An'am (6): 75).

Page 10: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Ayat-ayat tersebut diatas adalah nash yang tegas yang mendorong untuk melakukan

nadhar terhadap segala maujud, dan menjadi nash yang tegas pula yang

mewajibkan kita memakai qiyas 'aqli atau qiyas manthiqi dan sya'i. Ayat yang

terakhir menerangkan, bahwa Allah telah nadhar kepada Ibrahim as.

 

4.5. Kedudukan Akal Dalam Pandangan Islam 

Dalam kitab Hawasyil-Isyarat diterangkan bahwa akal itu, ialah tenaga jiwa untuk

memahamimujarradat (sesuatu yang tidak dapat diraba atau dirasa dengan

pancaindera). Kekuatan jiwa yang mempersiapkan untuk memikir (berusaha),

dinamai dzihin. Gerakan jiwa untuk memikir sesuatu agar diperoleh apa yang

dimaksudkan, dinamai fikir.

Tersebut dalam suatu kitab falsafah: "Akal itu suatu kekuatan untuk mengetahui

makna mujarradat, makna yang diperoleh dari menyelidiki dan rupa-rupa benda".

memperhatikan rupa-rupa benda". Al-Mawardi dalam A'lamun-Nubuwwah menulis:

"Akal itu suatu tenaga yang memberi faedah bagi kita mengetahui segala yang

menjadi kepastiannya". Ada pula yang mengatakan: "Akal itu kekuatan yang

membedakan yang hak dengan yang batal". 

Al-Mawardi membagi akal kepada: gharizi dan kasbi. Gharizi adalah pokok akal,

sedang kasbi adalah cabang yang tumbuh daripadanya: itulah akal yang dengannya

berpaut dan bergantung taklif dan beribadat. Adapun akal kasbi (akal muktasab),

ialah akal yang digunakan untuk berijtihad dan menjalankan nadhar. Akal ini tidak

dapat terlepas dari akal gharizi, sedang akal gharizi mungkin terlepas dari akal ini.

 

4.6. Martabat Akal Dalam Memahami Hakikat

Para hukama berpendapat bahwa manusia memahami hakikat dengan jalan: [1]

dengan pancaindera, dalam hal ini manusia sama dengan hewan; dan [2] dengan

akal (rasio).

Mengetahui sesuatu dengan akal hanya tertentu bagi manusia. Dengan akallah

manusia berbeda dari binatang.

Orang yang telah biasa memperhatikan soal-soal yang ma'qulat (yang diperoleh

melalui akal) nyata kepadanya kemuliaan dan keutamaan yang diketahuinya itu.

Baginya terang pula bahwa yang diketahui melalui indera pemandangan akal sama

dengan sesuatu yang masib kabur, dibanding sesuatu yang telah dapat dipastikan

Page 11: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

baiknya melalui akal. Inilah sebabnya Al-Qur'an dalam seruannya kepada mengakui

ada-Nya Allah dari keesaan-Nya, membangkitkan akal dari tidurnya. Seruan yang

begini, tidak dilakukan oleh umat-umat yang dahulu. sebagai yang sudah

dibayangkan sebelum ini.

 

4.7. Bukti Kelebihan Dan Keutamaan Akal Atas Pancaindera

Para hukama telah membuktikan, bahwa akal lebih mulia dari pancaindera. Apa

yang diperoleh akal lebih kuat dari yang didapati pancaindera.

Alasannya:

[1] Pancaindera hanya dapat merasa, melihat dan membaui.

[2] Akal dapat menjelaskan tentang adanya Zat Tuhan. sifat-sifat-Nya dan berbagai

soal yang hanya bisa diperoleh melalui akal, dan berbagai macam pengetahuan

hasil nadhar.

[3] Akal dapat sampai pada hakikat, sedang pancaindera hanya memperoleh yang

lahir saja, yaitu yang terasa saja.

[4] Akal tidak berkesudahan, sedang pancaindera adalah berkesudaban (hiss).

 

4.8. Akal Pokok Pengetahuan 

Al-Mawardi berpendapat, bahwa dalil itu, ialah sesuatu yang menyampaikan kepada

meyakini mad-lul-nya. Dalil-dalil diyakini dengan jalan akal dan mad-lul-nya diyakini

dengan jalan dalil. Tegasnya, akal itu menyampaikan kepada dalil; dia sendiri bukan

dalil. Karena akal itu pokok segala yang diyakini, baik dalil maupun madlul.

Mengingat hal ini dapatlah dikatakan, akal adalah pokok pengetahuan (al-'aqlu

ummul 'ulum). Ilmu yang diperoleh daripadanya ialah pembeda kebenaran dari

kebatalan; yang shahih yang fasid; yang mumkin dari yang mustahil.

Ilmu-ilmu yang diperoleh melalui akal, ada dua macam: Idthirari dan Iktisabi.

1. Ilmu Idthirari, ialah ilmu yang diperoleh dengan mudah, tidak perlu melakukan

nadhar yang mendalam. Ilmu ini terbagi dua: [1] yang terang dirasakan; dan [2]

berita-berita mutawatir.

Ilmu yang dirasakan atau yang diperoleh dengan hiss, datang sesudah akal, dan

ilmu khabar mendahului akal.

Page 12: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Ilmu Idthirari ini, tidak memerlukan nadhar dan istidal; karena mudah diketahui.

Khawwash dan 'awwam dapat mengetahuinya, ilmu yang diperoleh dengan jalan ini,

tidak ada yang mengingkarinya.

2. Ilmu Iktisabi, ialah ilmu yang diperoleh dengan jalan nadhar dan istidal. Dia tidak

mudah diperoleh. Ilmu inilah yang memerlukan dalil atau dimintakan dalilnya.

Ilmu Iktisabi ini terbagi dua juga:

- yang ditetapkan oleh akal (berdasarkan ketetapan-ketetapan akal).

- yang ditetapkan oleh hukum-hukum pendengaran (yang diterima dari syara').

Hukum-hukum yang ditetapkan berdasarkan akal terbagi dua pertama, yang

diketahui karena mengambil dalil dengan tidak berhajat kepada dalil akal (nadhar);

kedua, yang diketahui karena mengambil dalil dengan dalil-dalil akal.

Yang diketahui dengan tidak perlu kepada dalil akal (nadhar) ialah yang tidak boleh

ada lawannya, seperti keesaan Allah. Dengan sendirinya akal dengan mudah

mengetahui keesaan Tuhan itu. Yang diketahui dengan memerlukan dalil akal, ialah:

yang boleh ada lawannya, seperti seseorang nabi mendakwakan kenabiannya.

Ringkasnya mengetahui atau meyakini keesaan Allah tidak memerlukan akan akal;

sebab dengan mudah akal dapat mengetahuinya. Adapun meyakini kerasulan

seseorang rasul, memerlukan dalil akal.

Ketetapan-ketetapan yang berdasarkan hukum pendengaran, diterima

dari Shahibisy Syari'ah,sedang akal disyaratkan dalam melazimi ketetapan-

ketetapan itu, walaupun pendengaran tidak disyaratkan dalam soal-soal yang

ditetapkan akal semata-mata.

Hukum-hukum yang ditetapkan oleh pendengaran ada dua macam:

yakni: Ta'abbud dan Indzar.Ta'abbud mencakup larangan dan suruhan. Indzar,

mencakup wa'ad dan wa'id.

 

4.9. Jalan Mengetahui ada-Nya Allah

Abu Haiyan mengatakan: Mengetahui ada-Nya Allah adalah daruri, jika ditinjau dari

sudut akal, dannadari dari sudut hiss pancaindera.

Ilmu adakala dituntut melalui akal, dalam soal-soal yang dapat dipikirkan (ma'qulat),

adakala dituntut dengan hiss (pancaindera) dalam soal-soal yang dirasakan.

Seseorang manusia bisa memikir, bahwa mengetahui ada-Nya Allah adalah

suatu iktisab (hal yang diperoleh dengan jalan istidlal): karena hiss itu mencari-cari

dan membolak-balikkan masalah dengan pertolongan akal. Dia dapat pula memikiri,

Page 13: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

bahwa mengetahui ada-Nya Allah, daruri; karena akal yang sejahtera menggerakkan

manusia kepada mengakui ada-Nya Allah dan menyalahkan akal mengingkari-Nya.

Al-Farabi dalam al-Fushush (fash yang empat belas, menulis: "Anda dapat

memperhatikan alam makhluk, kalau anda lihat tanda-tanda pembuatan. Tetapi juga

anda dapat meninjau alam mahad(alam yang terlepas dari kebendaan), lalu anda

yakini, bahwa tidak boleh tidak ada-Nya Zat. Dan dapat pula anda mengetahui

betapa seharusnya sifat-sifat yang ada pada Zat itu. Kalau anda memandang

alam maddah, berarti anda naik dan kalau anda memperhatikan alam mahad, berarti

anda turun"

Bab 3

Asma'ul husna

Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (bahasa Arab:  الحسنى الله asmāʾ allāh ,أسماء

al-ḥusnā) adalah nama-nama Allahyang indah dan baik. Asma berarti nama dan

husna berarti yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama

milik Allah yang baik lagi indah.

Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini,

karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi

dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan

penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam

mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam

mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama,

ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun

menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus

dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad.

Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik

dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia

itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan

milik Allah.

Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran

yang lain. Dengan cara ini, umatMuslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...",

Page 14: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi

harus dapat mengerti dengan hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah ta'ala.

Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan

konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan

padaAllah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata

itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti

tercantum dalam surat Al-Ikhlas.

“ "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang

bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula

diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia". (Al-

Ikhlas 112:1-4) ”

Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama kepada Dzat yang pasti

ada namanya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-

Nya. Dengan demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi. Tapi juga Allah Yang

Memiliki Maha Dekat. Allah Memiliki Maha Kuasa dan juga Allah Maha

Pengasih dan Maha Penyayang. Sifat-sifat Allahdijelaskan dengan istilah Asmaaul

Husna, yaitu nama-nama, sebutan atau gelar yang baik.

Berikut adalah beberapa terjemahan dalil yang terkandung di dalam Al-

Qur'an dan Hadits tentang asmaa'ul husna:

"Dialah Allah, tidak ada Tuhan/Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia

mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)." (Thaa-Haa 20:8)[1]

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana

saja kamu seru, Dia mempunyai alasmaa'ul husna (nama-nama yang terbaik)

dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula

merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (Al-Israa' 17:110)[1]

"Allah memiliki Asmaa' ulHusna, maka memohonlah kepada-Nya dengan

menyebut nama-nama yang baik itu..." (Al-A'raaf :180)[1]

Asma Al-Husna[sunting | sunting sumber]

No. Nama Arab Indonesia

Page 15: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Allah الله Allah

1 Ar Rahman الرحمن Yang Maha Pengasih

2 Ar Rahiim الرحيم Yang Maha Penyayang

3 Al Malik الملكYang Maha Merajai (bisa di artikan Raja dari

semua Raja)

4 Al Quddus القدوس Yang Maha Suci

5 As Salaam السالم Yang Maha Memberi Kesejahteraan

6 Al Mu`min المؤمن Yang Maha Memberi Keamanan

7 Al Muhaimin المهيمن Yang Maha Mengatur

8 Al `Aziiz العزيز Yang Maha Perkasa

9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak Kegagahan

10 Al Mutakabbir المتكبرYang Maha Megah, Yang Memiliki

Kebesaran

11 Al Khaliq الخالق Yang Maha Pencipta

12 Al Baari` البارئYang Maha Melepaskan (Membuat,

Membentuk, Menyeimbangkan)

13 Al Mushawwir المصور Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)

14 Al Ghaffaar الغفار Yang Maha Pengampun

15 Al Qahhaar القهار Yang Maha Memaksa

16 Al Wahhaab الوهاب Yang Maha Pemberi Karunia

17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Maha Pemberi Rezeki

18 Al Fattaah الفتاح Yang Maha Pembuka Rahmat

19 Al `Aliim العليم Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)

20 Al Qaabidh القابض Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)

21 Al Baasith الباسط Yang Maha Melapangkan (makhluknya)

Page 16: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

22 Al Khaafidh الخافض Yang Maha Merendahkan (makhluknya)

23 Ar Raafi` الرافع Yang Maha Meninggikan (makhluknya)

24 Al Mu`izz المعز Yang Maha Memuliakan (makhluknya)

25 Al Mudzil المذل Yang Maha Menghinakan (makhluknya)

26 Al Samii` السميع Yang Maha Mendengar

27 Al Bashiir البصير Yang Maha Melihat

28 Al Hakam الحكم Yang Maha Menetapkan

29 Al `Adl العدل Yang Maha Adil

30 Al Lathiif اللطيف Yang Maha Lembut

31 Al Khabiir الخبير Yang Maha Mengenal

32 Al Haliim الحليم Yang Maha Penyantun

33 Al `Azhiim العظيم Yang Maha Agung

34 Al Ghafuur الغفور Yang Maha Memberi Pengampunan

35 As Syakuur الشكور Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)

36 Al `Aliy العلى Yang Maha Tinggi

37 Al Kabiir الكبير Yang Maha Besar

38 Al Hafizh الحفيظ Yang Maha Memelihara

39 Al Muqiit المقيت Yang Maha Pemberi Kecukupan

40 Al Hasiib الحسيب Yang Maha Membuat Perhitungan

41 Al Jaliil الجليل Yang Maha Luhur

42 Al Kariim الكريم Yang Maha Pemurah

43 Ar Raqiib الرقيب Yang Maha Mengawasi

44 Al Mujiib المجيب Yang Maha Mengabulkan

45 Al Waasi` الواسع Yang Maha Luas

Page 17: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

46 Al Hakiim الحكيم Yang Maha Maka Bijaksana

47 Al Waduud الودود Yang Maha Mengasihi

48 Al Majiid المجيد Yang Maha Mulia

49 Al Baa`its الباعث Yang Maha Membangkitkan

50 As Syahiid الشهيد Yang Maha Menyaksikan

51 Al Haqq الحق Yang Maha Benar

52 Al Wakiil الوكيل Yang Maha Memelihara

53 Al Qawiyyu القوى Yang Maha Kuat

54 Al Matiin المتين Yang Maha Kokoh

55 Al Waliyy الولى Yang Maha Melindungi

56 Al Hamiid الحميد Yang Maha Terpuji

57 Al Muhshii المحصىYang Maha Mengalkulasi (Menghitung

Segala Sesuatu)

58 Al Mubdi` المبدئ Yang Maha Memulai

59 Al Mu`iid المعيد Yang Maha Mengembalikan Kehidupan

60 Al Muhyii المحيى Yang Maha Menghidupkan

61 Al Mumiitu المميت Yang Maha Mematikan

62 Al Hayyu الحي Yang Maha Hidup

63 Al Qayyuum القيوم Yang Maha Mandiri

64 Al Waajid الواجد Yang Maha Penemu

65 Al Maajid الماجد Yang Maha Mulia

66 Al Wahid الواحد Yang Maha Tunggal

67 Al Ahad االحد Yang Maha Esa

68 As Shamad الصمد Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta

Page 18: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

69 Al Qaadir القادرYang Maha Menentukan, Maha

Menyeimbangkan

70 Al Muqtadir المقتدر Yang Maha Berkuasa

71 Al Muqaddim المقدم Yang Maha Mendahulukan

72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Maha Mengakhirkan

73 Al Awwal األول Yang Maha Awal

74 Al Aakhir األخر Yang Maha Akhir

75 Az Zhaahir الظاهر Yang Maha Nyata

76 Al Baathin الباطن Yang Maha Ghaib

77 Al Waali الوالي Yang Maha Memerintah

78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Maha Tinggi

79 Al Barru البرYang Maha Penderma (Maha Pemberi

Kebajikan)

80 At Tawwaab التواب Yang Maha Penerima Tobat

81 Al Muntaqim المنتقم Yang Maha Pemberi Balasan

82 Al Afuww العفو Yang Maha Pemaaf

83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Maha Pengasuh

84 Malikul Mulk الملك مالك Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)

85Dzul Jalaali Wal

Ikraam

و الجالل ذو

اإلكرام

Yang Maha Pemilik Kebesaran dan

Kemuliaan

86 Al Muqsith المقسط Yang Maha Pemberi Keadilan

87 Al Jamii` الجامع Yang Maha Mengumpulkan

88 Al Ghaniyy الغنى Yang Maha Kaya

89 Al Mughnii المغنى Yang Maha Pemberi Kekayaan

90 Al Maani المانع Yang Maha Mencegah

Page 19: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

91 Ad Dhaar الضار Yang Maha Penimpa Kemudharatan

92 An Nafii` النافع Yang Maha Memberi Manfaat

93 An Nuur النورYang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi

Cahaya)

94 Al Haadii الهادئ Yang Maha Pemberi Petunjuk

95 Al Badii' البديعYang Maha Pencipta Yang Tiada

Bandingannya

96 Al Baaqii الباقي Yang Maha Kekal

97 Al Waarits الوارث Yang Maha Pewaris

98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Maha Pandai

99 As Shabuur الصبور Yang Maha Sabar

Page 20: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Bab 4Tawadhuk, Taat, Qanaah Dan SabarA.   TawadhuTawadhu artinya merendahkan diri untuk tidak diketahui kemampuan yang dimilikinya oleh orang lain. Orang beriman dilarang memiliki sifat takabur dan dianjurkan memiliki sifat tawadhu, karena dengan mampu bersikap tawadhu (merendahkan diri) Allah akan meninggikan derajatnya. Firman Allah SWT yang menganjurkan tawadhu dalam Qur’an S. Al A’raf ayat 205:

�ä.øŒ$#ur š�/§‘ ’Îû š�Å¡øÿtR %Yæ•Ž|Øn@ Zpxÿ‹Åzur tbrߊur Ì�ôgyfø9$# z`ÏB ÉAöqs)ø9$# Íir߉äóø9$$Î/ ÉA$|¹Fy$#ur Ÿwur `ä3s? z`ÏiB tû,Î#Ïÿ»tóø9$# ÇËÉÎÈ

Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai” (QS. Al A’raf:205)Keutamaan tawadhu diantaranya adalah :a.    Akan ditinggikan derajatnyab.    Mendapatkan cinta dari Allahc.    Mendapatkan kasih saying AllahB.      TaatTaat sering disamakan artinya dengan patuh dan tunduk. Dengan demikian taat artinya patuh dan tunduk terhadap perintah atau larangan seseorang atau peraturan yang berlaku.Taat lebih berkaitan dengan sikap dan tindakan seseorang dalam mentaati peraturan secara suka rela tanpa ada perasaan terpaksa sehingga dalam mentaati dan melakukan peraturan tersebut didasarkan pada rasa patuh dan tunduk terhadap peraturan yang berlaku. Mentaati peraturan merupakan akhlak terpuji dan hukumnya wajib. Allah SWT berfirman:

$pkš‰r’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãè‹ÏÛr& ©!$# (#qãè‹ÏÛr&ur tAqß™§�9$# ’Í<‘ré&ur Í�öDF{$# óOä3ZÏB. . . )

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.C.    Qanaah

Page 21: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Qanaah adalah suatu sikap yang menerima dengan cukup dan senang hati atas apa yang telah dianugrahkan Allah SWT kepadanya, karena merasa bahwa itulah telah menjadi bagiannya.Imam  ibnu Taimiah mengatakan bahwa qanaah itu identik dengan zuhud, yaitu meninggalkan keinginan terhadap sesuatu yang tidak bermanfaat bagi akhirat.Manfaat qanaah:a.     Hatinya penuh dengan keimanan dan keyakinan yang kuat kepada Allah SWT.b.     Mampu mewujudkan syukur kepada Allah SWTc.     Mensapatkan kehidupan yang membahagiakan dan menyenangkand.     Menjadikannya mulia.D.     SabarSabar artinya teguh hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan ujian. Orang yang sabar tidak pernah mengeluh, tidak putus asa, tidak mudah marah, baik dalam keadaan senang maupun susah.Sabar diperintahkan oleh Allah SWT, sebagaimana firmanNYA:

$yg•ƒr’¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qãY‹ÏètGó™$# ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÌÈ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Albaqarah :153)Macam-macam sabar di antaranya:a.      Sabar dalam berbuat, artinya dalam melakukan pekerjaan tidak tergesa-gesab.      Sabar dalam menderita, artinya bila sedang tertimpa musibah kita menerima dengan lapang dadac.       Sabar dalam menahan marahII.        Materi PAI kelas VIII1.    Zuhud dan TawakkalØ Standar Kompetensi           : membiasakan perilaku terpujiØ Kompetensi Dasar              :·           Menjelaskan pengertian zuhud dan tawakal·           Membiasakan perilaku zuhud dan tawakal dalam kehidupan sehari-hariA.   ZuhudSecara bahasa zuhud berarti perihal meninggalkan keduniawian. Menurut istilah, zuhud berarti berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu yang lebih baik dan bersifat spiritual berupa kebahagiaan akhirat.

Page 22: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Menurut imam Al Qusyairi, zuhud adalah tidak merasa bangga terhadap kemewahan dunia yang dimiliki dan tidak merasa sedih ketika kehilangan harta. Sedangkan menurut imam Gazali. Zuhud adalah mengurangi keinginan untuk menguasai kemewahan dunia atau harta kekayaan.Zuhud bukan berarti semata-mata tidak mau memiliki harta dan tidak sukamengenyam nikmat duniawi, tetapi zuhud sebenarnya adalah kondisi mental seseorang yang tidak terpengaruh oleh harta benda dalam dalam mengabdikan diri kepada Allah, Allah berfirman:

ŸxøŠs3Ïj9 (#öqy™ù’s? 4’n?tã $tB öNä3s?$sù Ÿwur (#qãmt�øÿs? !$yJÎ/ öNà69s?#uä 3 ª!$#ur Ÿw �=Ïtä† ¨@ä. 5A$tFøƒèC A‘qã‚sù ÇËÌÈ

Artinya: (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira[1459] terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al Hadid: 23)B.        TawakalTawakal artinya berserah diri. Tawakal kepada Allah artinya berserah diri kepada qada dan qadar Allah SWT. Setelah berusaha sekuat tenaga sesuai kewajiban sebagai manusia.Keutamaan tawakal:a.         Tawakal kepada Allah SWT merupakan pengamalan sebagian agama

t $tBur þ’Å+ŠÏùöqs? žwÎ) «!$$Î/ 4 Ïmø‹n=tã àMù=©.uqs? Ïmø‹s9Î)ur Ü=ŠÏRé& ÇÑÑÈ

Artinya: “dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”(QS.Hud:88)b.         Tawakal merupakan sebagian cabang dari imanc.         Allah SWT akan mencukupkan penjagaan-Nya dari segala kejelekand.         Allah SWT akan selalu mencintai orang-orang yang bertawakale.         Allah SWT akan menjamin rezekif.          Allah SWT akan member selalu petunjuk, kecukupan dan penjagaan2.        Perilaku Tercela: Ananiah, Gadab, Hasad, Gibah dan NamimahØ  Standar Kompetensi         :  Menghindari perilaku tercelaØ  Kompetensi Dasar                        :·           Menjelaskan pengertian ananiah, gadab, hasad, gibah dan namimah·            Menghindari perilaku ananiah, gadab, hasad, gibah dan namimahA.     Ananiah

Page 23: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Ananiah menurut bahasa artinya mengutamakan diri sendiri. Sikap ananiah disebut juga sikap egois. Orang yang bersikap ananiah lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri dari pada orang lain. Sikap ini berbahaya bagi diri sendiri karena akan membawa pelakunya menjadi rakus bahkan berupaya menyingkirkan keberadaan orang lain yang akan mengganggu tujuannya.B.      GadabMenurut bahasa gadab artinya marah. Marah adalah kondisi jiwa yang sangat tidak senang karena bertentangan dengan keinginan hatinya.Marah adalah sikap yang berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Pemarah dapat menyebabkan kerugian yang besar, karena dapat melakukan apa saja yang tak dapatyang dikendalikan oleh akalnya.C.      HasadHasad menurut bahasa artinya dengkit, sedangkan menurut istilah ialah berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh seseorang, dan berharap nikmat tersebut berpindah kepadanya.Sabda Rasulullah SAW:Artinya: “Janganlah sekali-kali bersifat hasad, sesungguhnya hasad dapat membakar amal kebaikan seperti api yang dengan cepat membakar kayu kering”D.     GibahGibah menurut bahasa artinya mengumpat, menggunjing. Sedangkan menurut istilah gibah adalah memberitakan tentang kejelekan seseorang kepada orang lain, tetapi sebenarnya orang tersebut belum tentu melakukannya. Gibah merupakan perbuatan dosa yang sangat dibenci Allah SWT, firman Allah SWTŸwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 �=Ïtä†r& óOà2߉tnr& br& Ÿ@à2ù’tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷dÌ�s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4

¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§‘ ÇÊËÈArtinya: “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Al Hujarat :12)E.      NamimahNamimah artinya menceritakan sesuatu dengan maksud memfitnah. Secara istilah namimah adalah memberitakan kejelekan-kejelekan orang lain, tetapi sebenarnya orang tersebuttidak pernah melakukannya dengan maksud untuk menjatuhkan nama baiknya.Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT,

Page 24: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

$pkš‰r’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å™$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨�t6tGsù br& (#qç7ŠÅÁè? $JBöqs% 7’s#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4’n?tã

$tB óOçFù=yèsù tûüÏBω»tR ÇÏÈArtinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS. Al HUjarat: 6)III.      Materi PAI kelas XI1.      Membiasakan perilaku terpujiØ  Standar Kompetensi         : Membiasakan perilaku terpujiØ  Kompetensi Dasar                        :·           Menjelaskan pengertian Qanaah dan Tasamuh·           Membiasakan perilaku qanaah dan tasamuh dalam kehidupan sehari-hari.A.     Qanaah Qanaah adalah suatu sikap yang menerima dengan cukup dan senang hati atas apa yang telahdianugrahkan Allah SWT kepadanya, karena merasa bahwa itulah telah menjadi bagiannya.Imam  ibnu Taimiah mengatakan bahwa qanaah itu identik dengan zuhud, yaitu meninggalkan keinginan terhadap sesuatu yang tidak bermanfaat bagi akhirat.Hikmah qanaah dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain:a.         Menghilangkan kesenjangan social antara kelompok kaya dan kelompok miskinb.         Mengurangi tindakan criminalc.         Mewujudkan kesatuan dan persatuand.         Mendorong masyarakat untuk majue.         Menyebabkan mendapat ridho dan rahmat Allah SWTManfaat qanaah:a.         Hatinya penuh dengan keimanan dan keyakinan yang kuat kepada Allah SWT.b.         Menumbuhkan kehidupan yang baik

ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @�Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨Zt�Í‹ósãZn=sù Zo4qu‹ym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌ“ôfuZs9ur Nèdt�ô_r& Ç`|

¡ômr’Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÒÐÈArtiny: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An Nahl: 97)

Page 25: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

c.         Mampu  mewujudkan syukur kepada Allah SWTd.         Mendapatkan kehidupan yang membahagiakan dan menyenangkane.         Dijadikan kecukupan oleh Allah SWT

x8y‰y`urur Wxͬ!%tæ 4Óo_øîr’sù ÇÑÈArtinya: “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan” (QS. Ad Duha:8)f.          Menjadikannya mulia.B.      TasamuhTasamuh berarti kelapangan dada, keluasan pikiran dan toleransi terhadap sesama muslim maupun non muslim. Pembahasan tasamuh meliputi cara-cara menjaga kerukunan dan persatuan.1.      Menjaga persatuana.      Kerukunan Intern umat IslamSaat ini dalam agama Islam berkembang berbagai macam paham dan aliran. Walaupun demikian antara muslim yang satu dengan yang lain tetap merupakan saudara. Rasulullah SAW menggabarkan persaudaraan umat islam tersebut dalam hadits berikut:Artinya:“Perumpamaan orang Islam di dalam saying menyayangi dan kasih mengasihi adalah bagaikan satu tubuh yang apabila ada salah satu anggota yang sakit, anggota tubuh yang lain akan ikut merasakannya,tidak bisa tidur dan merasa demam”(H.R muslim)b.      Kerukunan umat islam degan umat beragama lainIslam merupakan agama yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap golongan agama lain. Dakwah Islam tidak boleh dilaksanakan dengan cara kekerasan dan paksaan, tetapi harus dengan cara yang damai dan bijaksana. Hal itu terdapat Al Qur’an,

Iw on#t�ø.Î) ’Îû ÈûïÏe$!$# ( ‰s% tû¨üt6¨? ߉ô©”�9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$# 4 `yJsù ö�àÿõ3tƒ ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãƒur «!$$Î/ ωs)sù y7|¡ôJtGó™$# Íouró�ãèø9$

$Î/ 4’s+øOâqø9$# Ÿw tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3 ª!$#ur ìì‹Ïÿxœ îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈArtinya:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”(QS.al Baqarah:156)c.       Kerukunan umat Islam dengan pemerintahMenurut tafsir ulil amri adalah orang-orang yang memegang kekuasaan diantara umat manusia yaitu pemerintah, penguasa dan pemimpin lainnya. Kita wajib mentaatinya selama peraturan itu tidak bertentangan dengan prinsif syariat Islam. Hal itu terdapat dalam QS. An Nisa ayat 59

Page 26: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

2.      Menjaga persatuanSalah satu cara untuk menjaga persatuan dan kesatuan adalah kebersamaan, seperti firman Allah dalam QS. Ali Imran : 102. Oleh karena itu tidak layak apabila diantara sesame muslim terjadi perselisihan, perpecahan dan permusuhan. Seyogyanya umat islam lebih memperhatiakan persatuan dan kesatuan, saling menolong dan saling menghormati.3.      Fungsi tasamuh diantaranya:a.      Menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakatb.      Menimbulkan rasa saling menghormati antar sesamec.       Menciptakan rasa aman, tenang, damai dan keserasian dalam masyarakatd.      Menghilangkan permusuhan, kebencian dan dendame.      Menjalin rasa persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat

Bab 5Taharah (Bersuci)

Menurut bahasa, taharah artinya bersuci.

Menurut istilah, pengertian taharah adalah menyucikan diri dari hadas

dan najis.

Adapun ketentuan taharah dalam Islam dapat berupa wudu, mandi,

tayamum, istinjak dan sebagainya.

Berwudu merupakan cara untuk menyucikan diri dari hadas kecil.

Sebelum kita mengerjakan salat harus membersihkan terlebih dahulu

anggota wudu kita mulai dari tangan, muka rambut, hingga kaki.

Rukun wudu sebagai berikut.

1) niat, 

2) membasuh muka, 

3) membasuh kedua tangan hingga siku-siku, 

4) mengusap rambut kepala, 

Page 27: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

5) membasuh kaki hingga mata kaki, dan 

6) tertib. 

Adapun perintah wudu sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al-Maidah

ayat 6 sebagai berikut.

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan

salat, maka basuhlah wajahmu dan ta-nganmu sampai ke siku, dan

sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimusampai ke kedua mata

kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam

perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh

perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah

dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan

(debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak

membersihkan kamu dan menyempur-nakan nikmat-Nya bagimu, agar

kamu bersyukur.(Al-Maidah : 6)

Tayamum

Bertayamum jika dalam keadaan sakit, atau sedang dalam perjalanan dan

tidak mendapat air. Cara bertayamum dengan mengusapkan debu ke

wajah dan kedua tangan.

Page 28: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Mandi Wajib

Mandi wajib adalah meratakan air ke seluruh tubuh dengan niat

menghilangkan hadas dan najis.

Mandi wajib harus dilaksanakan karena sebab bercampurnya suami istri,

selesai haid bagi wanita, selesai nifas, mengeluarkan air mani,

sebagaimana diperintahkan di dalam ayat 6 QS. Surah Al-Maidah sebagai

berikut:

“… Dan Jika Kamu (dalam keadaan) junub maka mandilah …”

(Q.S. Al-Ma’idah : 6)

Tatacara mandi wajib menurut rasulullah saw berdasarkan hadis dari

Aisyah ra. Sebagai berikut.

Dari ‘Aisyah ra. Ia berkata : “Apabila Rasulullah SAW. Mandi janabah maka

beliau mencuci kedua tangan beliau dan wudlu seperti untuk sholat,

kemudian mandi dan menyela-nyelai rambut dengan kedua tangannya

sehingga apabila beliau menduga bahwasanya telah meratakan (pada

kulit kepala beliau) lalu beliau tuangkan air tiga kali, kemudian beliau

mencuci seluruh badan beliau selanjutnya ‘Aisyah berkata : “Aku dan

Rasulullah saw. pernah mandi dari satu bejana secara bersamaan

menciduk air dari bejana itu. (H.R. Bukhari)

Page 29: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Bab 6

Salat

Salat (bahasa Arab: صالة; transliterasi: Sholat) merujuk kepada ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad sebagai figur pengejawantah perintah Allah.[1]Umat muslim diperintahkan untuk mendirikan salat karena menurut Surah Al-'Ankabut dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar."...dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain)."

— Al-'Ankabut 29:45

Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Hukum salat[sunting | sunting sumber]

Muslim di Indonesia sedang salat.

Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada

orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi

menjadi kafir[2] dan mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan

disandingkan bersama dengan orang-orang,

seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.[3]

Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut:

Fardu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat

fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

Fardu ain adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung

berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan

oleh orang lain, seperti salat lima waktu, dan salat Jumat(fardhu 'ain untuk

pria).

Page 30: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Fardu kifayah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak

langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah

ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang

yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi

berdosa bila tidak dikerjakan, seperti salat jenazah.

Salat sunah (salat nafilah) adalah salat-salat yang dianjurkan atau disunnahkan

akan tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

Nafil muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang

kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat

sunah witir dan salat sunah thawaf.

Nafil ghairu muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan

yang kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya

insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya

dikerjakan ketika terjadi gerhana).

Rukun salat[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun salat

Salat berjamaah

1. Berdiri bagi yang mampu.[4]

2. Takbiratul ihram.[5]

3. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat.[6]

4. Rukuk dan tuma’ninah.[7][8]

5. Iktidal setelah rukuk dan tuma'ninah.[8][9]

6. Sujud dua kali dengan tuma'ninah.[8][10]

7. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah.[8][11]

Page 31: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

8. Duduk dan membaca tasyahud akhir.[12]

9. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir.[13]

10.Membaca salam yang pertama.[14]

11.Tertib melakukan rukun secara berurutan.[15]

Salat berjamaah[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Salat berjamaah

Sebuah infografik mengenai posisi salat berjamaah

sesuaisunnah dari Nabi Muhammad  .

Salat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama (berjamaah). Dalam

pelaksanaannya setiap Muslim diharuskan mengikuti apa yang telah Nabi

Muhammad ajarkan, yaitu dengan meluruskan dan merapatkan barisan, antara

bahu, lutut dan tumit saling bertemu.[16][17][18][19]

Pada salat berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk

sebagai imam salat, dan yang lain akan berlaku sebagai makmum.

Salat yang dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri antara lain:

Salat fardu

Salat tarawih

Page 32: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Salat yang mesti dilakukan berjamaah antara lain:

Salat Jumat

Salat Hari Raya (Ied)

Salat Istisqa'

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Salat Fardu

Yaitu salat yang tidak wajib berjamaah tetapi sebaiknya berjamaah.

Salat dalam kondisi khusus[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Safar (perjalanan), Salat Qashar,

dan Salat Jamak

Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi keringanan

tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).

Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan

melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk

maka ia diperbolehkan salat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak

mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.

Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan

menggabungkan (jama’) atau meringkas (qashar) salatnya. Menjamak salat berarti

menggabungkan dua salat pada satu waktu

yakni zuhur dengan asar atau maghrib dengan isya. Mengqasar salat berarti

meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya) menjadi 2 rakaat.

Salat dalam Alquran[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang salat di dalam Alquran, kitab

suci agama Islam.

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah mereka

mendirikan salat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada

mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat)

yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan (Ibrahim 14:31).

Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji (zina) dan

mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar

Page 33: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

(keutamaannya dari ibadat-ibadat lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan (al-‘Ankabut 29:45).

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan

salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui

kesesatan (Maryam 19:59).

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia

ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia

amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap

mengerjakan salatnya (al-Ma’arij 70:19-23).

Sejarah salat fardu[sunting | sunting sumber]

Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad dan para pengikutnya

adalah salat malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19.

Setelah beberapa lama kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:

"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu, dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik, dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya, dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

— Al-Muzzammil 73:20

Dengan turunnya ayat ini, hukum salat malam hukumnya menjadi sunnah. Ibnu

Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata

mengenai ayat 20 ini, "Sesungguhnya ayat ini menghapus kewajiban salat malam

yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat Islam.

Ibadah salat sebelum Islam[sunting | sunting sumber]

Dalam Alquran disebutkan adanya perintah Allah untuk melaksanakan salat bagi

umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Salat dalam Islam pun telah dilakukan sejak

awal diutusnya Nabi Muhammad, dan baru diwajibkan Salat lima waktu setelah

Page 34: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

terjadinya peristiwa Isra dan mikraj. Dalam Isra' mi'raj tersebut disebutkan bahwa

Nabi Muhammad salat terlebih dahulu di Al-Aqsha sebelum naik ke langit dan

berjumpa para nabi. Nabi Muhammad juga bertemu Nabi Musa dan dia

menceritakan bahwa umat-nya (bani Israil) tidak mampu melakukan salat lima puluh

waktu dalam sehari.

Di dalam Alquran juga disiratkan akan salat yang dilakukan nabi-nabi sebelum Islam,

misalnya Ishaq dan Ya'kub:

"...dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshaq dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami), dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah."

— Al-Anbiya' 21:72-73 [20]

Juga disebutkan pula di dalam Alquran perintah salat kepada umat lainnya sebelum

Nabi Muhammad, pada Nabi Ismail,[20] pada Nabi Isa,[20] pada Bani Israil,[20] dan

seluruh Ahlul Kitab.[20]

Pada awal mulanya salat umat muslim berkiblat ke Al-Aqsha di Yerusalem sebelum

akhirnya diperintah Allah untuk berpindah kiblat ke bangunan yang

didirikan Nabi Ibrahim  dan Ismail yaitu Masjid Al-Haram Kakbah.[20]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Wudu

Azan

Zikir

Ma'rifat

Referensi[sunting | sunting sumber]

1.  Rasulullah   bersabda, Salatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya. Hadits riwayat Imam Bukhari no. 628, 7246 dan Imam Muslim no. 1533.

2.  Muhammad   bersabda: "Perjanjian yang memisahkan kita dengan mereka adalah salat. Barangsiapa yang meninggalkan salat, maka berarti dia telah kafir." Hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi.

3.  Muhammad   bersabda: "Barangsiapa yang menjaga salat maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat dan

Page 35: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf." Hadis shahih riwayat Imam Ahmad, At-Thabrani dan Ibnu Hibban.

4.  “Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.” HR Bukhari no. 1117, dari ‘Imron bin Hushain.

5.  “Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam.” HR Abu Daud no. 618, Tirmidzi no. 3, Ibnu Majah no. 275. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Al Irwa’ no. 301.

6.  “Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al Fatihah.” HR Bukhari no. 756 dan Muslim no. 394, dari ‘Ubadah bin Ash Shomit.

7.  “Kemudian ruku’lah dan thuma’ninahlah ketika ruku’.” HR Bukhari no. 793 dan Muslim no. 397.

8. ^ a b c d “Shalat tidaklah sempurna sampai salah seorang di antara kalian menyempurnakan wudhu, … kemudian bertakbir, lalu melakukan ruku’ dengan meletakkan telapak tangan di lutut sampai persendian yang ada dalam keadaan thuma’ninah dan tenang.” HR Ad-Darimi no. 1329. Syaikh Husain Salim Asad mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.

9.  “Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah.”10.  “Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud.”11.  “Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari

sujud dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’ninalah ketika sujud.”

12.  “Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.” HR Bukhari no. 831 dan Muslim no. 402, dari Ibnu Mas’ud.

13.  “Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah dengan

menyanjung dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada Nabi  , lalu berdo’a setelah itu semau kalian.” Riwayat ini disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Fadh-lu Shalat ‘alan Nabi, hal. 86, Al Maktabah Al Islamiy, Beirut, cetakan ketiga 1977.

14.  “Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam.” HR Abu Daud no. 618, Tirmidzi no. 3, Ibnu Majah no. 275. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Al Irwa’ no. 301.

15.  Pembahasan rukun shalat ini banyak disarikan dari penjelasan Syaikh Abu Malik dalam kitab Shahih Fiqh Sunnah terbitan Al Maktabah At Taufiqiyah.

16.  Rasulallah   bersabda, “Luruskan shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan shalat.” (Hadits riwayat Bukhari, dalam Fath al-Bari’ No.723)

17.  Rasulallah   bersabda, “Benar-benarlah kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan membuat berselisih di antara wajah-wajah kalian.”

Page 36: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

(Hadits riwayat Bukhari 717, Imam Muslim 127, Lafadz ini dari Imam Muslim). Berkata Al-Imam An-Nawawi, “Makna hadits ini adalah akan terjadi di antara kalian permusuhan, kebencian dan perselisihan di hati.”

18.  Rasulallah   bersabda, “Luruskan shaf kalian, jadikan setentang di antara bahu-bahu, dan tutuplah celah-celah yang kosong, lunaklah terhadap tangan saudara kalian dan jangan kalian meninggalkan celah-celah bagi setan. Barangsiapa menyambung shaf maka Allah menyambungkannya dan barangsiapa yang memutuskannya maka Allah akan memutuskannya.” (Hadits riwayat Bukhari, Abu Dawud 666. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih Sunan Abu Dawud)

19.  Dari Abu Qosim Al-Jadali berkata, “Saya mendengar Nu’man bin Basyir

berkata, ‘Rasulallah   menghadapkan wajahnya kepada manusia dan bersabda, ‘Luruskan shaf-shaf kalian! Luruskan shaf-shaf kalian! Luruskan shaf-shaf kalian! Demi Allah benar-benar kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan menjadikan hati kalian berselisih.’ Nu’man berkata, ‘Maka saya melihat seseorang melekatkan bahunya dengan bahu kawannya, lututnya dengan lutut kawannya, mata kaki dengan mata kaki kawannya.’’” (Hadits riwayat Abu Dawud 662, Ibnu Hibban 396, Ahmad 4272. Dishahihkan Syaikh Al-Albany dalam As-Shahihah no.32)

Page 37: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Bab 7

Shalat Berjamaah dan Munfarid

Shalat berjamaah sangat besar pahalanya dan manfaatnya bagi kita. Rasulullah

sangat

menekankan umatnya untuk menjaga shalat berjamaah.

Khususnya shalat wajib yang lima waktu. Bila semangat kita sedang turun, hidup kita

sedang lesu, kondisi kejiwaan kita tidak tenang, maka cobalah shalat lima waktu secara

berjamaah. InsyaAllah, semua itu akan terobati. Selain itu, shalat lima waktu yang

dilakukan secara berjamaah jauh lebih banyak pahalanya. Sebagaimana hadits Rasulullah:“Diriwayatkan dari Ibnu Umar Rasulullah saw. Bersabda : keutamaan salat jamaah itu melebihi salat sendirian sebanyak 27 derajat”

A. Pengertian Shalat Jamaah dan Munfarid

1. Pengertian Salat Jamaah

Secara bahasa, jamaah artinya berkumpul. Jadi, salat jamaah ialah salat

yang dikerjakan atau dilakukan secara bersama-sama oleh dua orang

atau lebih dan terdiri dari imam dan makmum dengan persyaratan

tertentu. Orang yang mimimpin salat jamaah disebut imam, sedangkan

orang yang mengikuti imam disebut makmum. Hukum salat jamaah

adalah sunah muakkad, artinya salat jamaah sangat dianjurkan untuk

selalu dilakukan.

2. Pengertian Salat Munfarid

Secara bahasa, munfarid berarti sendiri. Jadi, salat munfarid adalah salat

yang dilakukan sendirian baik salat wajib maupun salat sunah.

B. Ketentuan Shalat Jamaah

1. Syarat-Syarat Imam

Syarat-syarat imam meliputi:

a. mempunyai pengetahuan yang lebih dalam hal salat,

b. dapat membaca Al Quran dengan fasih dan benar.

c. mumayyiz, artinya balig, berakal sehat, dan dapat membedakan

antara yang hak dan yang batil,d. lebih utama jika imamnya lebih tua,

e. berniat menjadi imam,

f. imam laki-laki, makmumnya kaum laki-laki dan perempuan. Imam

perempuan hanya boleh mengimami kaum perempuan.

Page 38: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

Hal-hal yang makruh menjadi imam yaitu:• dibenci oleh masyarakat,

• bacaannya buruk,

• imamnya belum balig, dan

• imam yang belum khitan.

2. Syarat-Syarat Makmum

Syarat-syarat makmum meliputi:

a. berniat mengikuti imam,

b. mengikuti imam dalam setiap gerakannya,

c. imam dan makmum harus berada dalam satu tempat,

d. tempat berdiri makmum tidak diperbolehkan melebihi tempat

berdirinya imam, dane. makmum hendaknya mengetahui gerak-gerik imamnya.

Makmum yang mengikuti imam sejak awal disebut makmum

muwafik. Sedangkan makmum yang tertinggal disebut makmum

masbuk.

Ketentuan bagi makmum masbuk:• apabila makmum sempat takbiratul ihram sebelum iman rukuk,

maka hendaklah makmum membaca Surah Al Fätihah,• jika imam telah rukuk, sedang makmum belum selesai membaca selesai Surah Al Fätihah, maka makmum hendaknya rukuk mengikuti imam tanpa harus menyelesaikan bacaan Surah Al Fätihah,• apabila makmum mendapati iman sedang rukuk, makmum segera

takbiratul ihram dan langsung rukuk mengikuti imam.Makmum yang mengikuti imam dari rukuk, ia mendapatkan rakaat itu dengan sempurna. Apabila mengikuti imam lewat dari rukuk, seperti imam sedang iktidal atau sujud dan lainnya, maka sama saja makmum tidak ikut rakaat tersebut. Sehingga setelah imam memberi salam, makmum berdiri lagi menambah kekurangan rakaat yang ketinggalan.3. Hal-Hal yang Menyebabkan Seseorang Boleh Meninggalkan Salat

Jamaah

Hal-hal yang menyebabkan seseorang boleh meninggalkan salat

jamaah, antara lain:a. takut adanya bahaya,

b. lapar dan haus sedangkan makanan dan minuman telah tersedia,

Page 39: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

c. sakit yang menyebabkan kesulitan untuk pergi ke tempat salat

jamaah,d. hujan yang menyusahkan perjalanan ke tempat jamaah, dan

e. adanya angin yang sangat kencang.

C. Praktik Shalat Berjamaah

1. Tata Cara sebagai Imam

Sebelum salat berjamaah dimulai, hendaknya imam melakukan hal-hal

berikut.a. imam menghadap ke makmum, apabila ada saf yang kurang rapi,

imam menyuruh supaya dirapikan dan diluruskan.b. imam menyuruh para jamaah supaya meluruskan safnya,

c. imam menyuruh para jamaah supaya memenuhi saf yang masih

longgar sehingga rapat antara satu dan yang lainnya,d. apabila saf sudah rapi dan teratur, imam memulai salat berjamaah

dengan khusyuk, tumakninah, tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu

lama.

Saf yang paling baik dalam salat jamaah adalah saf yang paling depan

dan pahalanya lebih besar dibanding dengan saf lainnya.

2. Tata Cara Pengaturan Saf

Tata cara pengaturan saf dalam salat jamaah yaitu:

a. jika makmumnya hanya seorang laki-laki, maka makmum tersebut

hendaknya berdiri di belakang imam agak ke samping kanan,b. apabila makmumnya terdiri dari dua orang laki-laki, maka safnya

satu orang di sebelah kiri dan yang satu di sebelah kanan imam,c. jika makmum terdiri dari dua orang perempuan atau lebih, maka

makmumnya berada di belakang imam dan berjajar rapat,d. jika makmum terdiri atas beberapa orang laki-laki, maka

makmumnya berjajar di belakang imam dengan rapat,e. jika makmumnya terdiri dari dua orang perempuan, maka

makmum itu berada di belakang imam,f. jika makmumnya terdiri dari laki-laki, wanita dewasa, dan anak-

anak (wanita dan laki-laki), maka saf laki-laki berada paling depan, di

belakangnya adalah saf anak laki-laki, kemudian saf anak

perempuan, dan saf paling akhir untuk wanita dewasa.3. Tata Cara sebagai Makmum

Hal-hal yang harus dilakukan oleh makmum, antara lain:a. memenuhi saf yang masih kosong,

Page 40: Materi Agama Bab 1-7 Bakhitah

b. merapatkan, meluruskan, dan merapikan saf,

c. apabila imam mengucapkan, “Sawwü Sufüfakum fainna

taswiyyatassufüfi min tamämis-sholäh” maka makmum menyahut

dengan ucapan, “Sami‘nä wa atha‘nä.”d. mengikuti gerak gerik imam sejak takbiratulihram hingga salam,

e. membaca ämïn,

f. Apabila imam lupa tidak melakukan salah satu rukun salat,

makmum mengingatkanya dengan mengucapkan “Subhänalläh” bagi

makmum laki-laki. Sedangkan bagi makmum perempuan dengan

tepuk tangan.

D. Hikmah Shalat Jamaah

Hikmah salat jamaah antara lain:

1. memupuk silaturahmi sesama jamaah,

2. membina rasa persamaan derajat di hadapan Allah,

3. memperoleh pahala 27 derajat,

4. terjalin komunikasi yang baik antara jamaah yang satu dengan yang

lainnya,5. memupuk kerukunan sesama jamaah,

6. memperkuat ukhuwah islamiyah,

7. meningkatkan syiar Islam, dan8. mendidik kedisiplinan diri.