2
MEKANISME CEGUKAN Cegukan atau yang dalam bahasa medisnya disebut hiccups sering dianggap sepele. Namun, harus diwaspadai jika cegukan tersebut berlangsung lama. Cegukan tidak hanya menyangkut organ tenggorokan, tapi juga organ-organ lain. Termasuk di dalamnya otot-otot diagfragma, epiglotis (katup di tenggorokan), dan susunan saraf pusat (otak) serta saraf tepi (nervous prenicus). Dalam kondisi normal, saat kita menarik napas, otot-otot diafragma akan turun, dan saat itu pula katup tenggorokan membuka, sehingga udara yang menekan ke atas tidak akan berbunyi. Akan tetapi, pada cegukan, saat menarik napas, terjadi kontraksi atau bahasa awamnya kram pada otot diafragma dan otot-otot antara tulang iga. Akibatnya, keduanya akan naik. Nah, pada saat bersamaan, epiglotis (katup/klep di tenggorokan) pun tertutup, sehingga udara dari diagfragma yang naik ke atas akan menekan klep ini. Akibatnya, terjadilah cegukan. Tertutupnya katup atau epiglotis ini terjadi karena adanya gangguan di lengkung refleks, yaitu pada susunan saraf pusat (SSP) dan saraf tepi (ST). Kedua saraf ini mengatur jalur pernafasan dalam tubuh manusia agar berjalan lancar. Tertutupnya klep ini bukan merupakan kelainan SSP atau ST, namun merupakan respon dari SSP dan ST yang terganggu.

MEKANISME_CEGUKAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anatomi pernafasan

Citation preview

MEKANISME CEGUKAN

Cegukan atau yang dalam bahasa medisnya disebut hiccups sering dianggap sepele. Namun, harus diwaspadai jika cegukan tersebut berlangsung lama. Cegukan tidak hanya menyangkut organ tenggorokan, tapi juga organ-organ lain. Termasuk di dalamnya otot-otot diagfragma, epiglotis (katup di tenggorokan), dan susunan saraf pusat (otak) serta saraf tepi (nervous prenicus). Dalam kondisi normal, saat kita menarik napas, otot-otot diafragma akan turun, dan saat itu pula katup tenggorokan membuka, sehingga udara yang menekan ke atas tidak akan berbunyi. Akan tetapi, pada cegukan, saat menarik napas, terjadi kontraksi atau bahasa awamnya kram pada otot diafragma dan otot-otot antara tulang iga. Akibatnya, keduanya akan naik. Nah, pada saat bersamaan, epiglotis (katup/klep di tenggorokan) pun tertutup, sehingga udara dari diagfragma yang naik ke atas akan menekan klep ini. Akibatnya, terjadilah cegukan.

Tertutupnya katup atau epiglotis ini terjadi karena adanya gangguan di lengkung refleks, yaitu pada susunan saraf pusat (SSP) dan saraf tepi (ST). Kedua saraf ini mengatur jalur pernafasan dalam tubuh manusia agar berjalan lancar. Tertutupnya klep ini bukan merupakan kelainan SSP atau ST, namun merupakan respon dari SSP dan ST yang terganggu.

Oleh karena saraf tepi berukuran panjang dan berhubungan dengan organ-organ di dalam tubuh, maka terkadang aktivitasnya terganggu oleh penyakit yang serius. Sehingga, cegukan dapat pula menjadi gejala adaya radang di perut, penyakit di ginjal, masalah hati atau tumbuhnya tumor di leher yang mengganggu saraf, yang kemudian mengirim respon sehingga munculah cegukan.