27
“KONDISI DAN HASIL PEMBELAJARAN” STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MAKALAH (ditujukan guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar dan Mengajar) Disusun oleh : Riza Afita Surya NIM 110210302030 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

merged.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: merged.docx

“KONDISI DAN HASIL PEMBELAJARAN”

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH

(ditujukan guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar dan Mengajar)

Disusun oleh :

Riza Afita Surya

NIM 110210302030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: merged.docx

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan

kemudahan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami ucapkan pula

terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar dan Mengajar

yang telah membimbing dan mengarahkan kami. Kepada orang tua, serta teman-

teman yang senantiasa mendukung.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Strategi

Belajar dan Mengajar pokok bahasan ‘Kondisi dan Hasil Pembelajaran’. Variabel

pembelajaran menurut Reigeluth merupakan hal penting untuk dipahami oleh

guru pada khusunya mahasiswa fakultas keguruan. Semoga bermanfaat. Terima

kasih.

Penyusun, 27 September 2013

Page 3: merged.docx

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi

yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

diarahkan unutk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum

pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya

secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan

pengajaran.

Banyak upaya peningkatan kualitas pempelajaran telah dilakukan oleh

para ilmuwan pembelajaran. Mereka mengklasifikasikan variabel-variabel yang

menjadi perhatian, terutama bila dikaitkan dengan kegiatan dalam

mengembangkan teori-teori dan prinsi-pprinsip pembelajaran. Di antara para

ilmuwan tersebut adalah Reigeluth dan Merrill. Mereka membuat klasifikasi ke

dalam tiga variabel pembelajaran utama, yaitu: 1) kondisi pembelajaran, 2)

metode pembelajaran, dan 3) hasil pembelajaran (Reigeluth, 1983).

Di antara ketiga variabel tersebut, penulis mengkhususkan pada Kondisi

dan Hasil Belajar. Dengan memahami konsep taksonomi menurut Reigeluth,

diharapkan baik penulis maupun pembaca dapat lebih memahami konsep-konsep

dalam pembelajaran dalam rangka memantapkan ilmu sebagai calon tenaga

pendidik yang meliputi empat kompetensi, antara lain kompetensi pedagogik,

profesional, sosial, dan kepribadian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud ‘Kondisi Pembelajaran’?

2. Apa yang dimaksud ‘Hasil Pembelajaran’?

Page 4: merged.docx

1.3 Tujuan

1. Memahami konsep ‘Kondisi Pembelajaran’.

2. Memahami konsep ‘Hasil Pembelajaran’.

Page 5: merged.docx

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Pembelajaran

Kondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang

mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil

pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil

dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Kondisi

pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak didik,

kondisi kelas, materi pembelajaran (Reigeluth, 1983; Degeng, 1989).

Kondisi pembelajaran berinteraksi dengan metode pembelajaran, dan

hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai

cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di

bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Pada dasarnya, cara ini dapat

dimanipulasi oleh guru atau perancang pembelajaran.

Bila dalam suatu situasi, metode pembelajaran tidak dapat dimanipulasi, ia

berubah menjadi kondisi pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi

pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, ia berubah menjadi metode

pembelajaran. Hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dapat dijadikan

sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah

kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata

(actual outcomes) dan hasil yang diinginkan (desired outcomes).

Variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel

variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian

kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi

haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada di luar kontrol

perancang pembelajaran. Maksud yang terpenting dari bahasan ini adalah

mengidentifikasi variabel-variabel kondisi pembelajaran yang memiliki pengaruh

utama pada ketiga variabel metode.

Page 6: merged.docx

Atas dasar ini, Regeluth dan Merrill (1979) memandang perlu

mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu:

(a) Tujuan dan karakteristik bidang studi

(b) Kendala dan karakteristik bidang studi dan

(c) Karakteristik peserta didik.

2.1.1 Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi

Dalam proses pembelajaran, guru harus menetapkan terlebih dahulu tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis

tujuan pembelajaran dibagi atas tiga kategori, yaitu (1) tujuan pembelajaran ranah

kognitif, (2) tujuan pembelajaran ranah afektif, dan (3) tujuan pembelajaran ranah

psikomotorik.

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu kepada hasil

pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan,

berarti tujuan pembelajaran ditetapkan lebih dulu, dan berikutnya semua upaya

pengajaran diarahkan untuk mencapai tujuan ini.

Adanya perbedaan tujuan akan berimplikasi pula pada adanya perbedaan

strategi pembelajaran yang harus diterapkan. Jadi dalam penerapan suatu strategi

pembelajaran tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara bagian-

bagian suatu bidang studi. Struktur bidang studi mata pelajaran matematika tentu

berbeda dengan struktur bidang studi sejarah. Perbedaan struktur bidang studi

tersebut membutuhkan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Misalnya dalam

mata pelajaran sejarah seorang guru dapat memulai pembelajaran dari pokok

bahasan apa saja, sebaliknya mata pelajaran matematika tidak bisa dilakukan

seperti itu. Itulah sebabnya, pemahaman seorang guru terhadap struktur bidang

studi yang diajarinya sangat penting dalam penetapan metode pembelajaran yang

akan digunakan.

Page 7: merged.docx

2.1.2 Kendala dan Karakteristik Bidang Studi

Ada dua variabel yang mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian,

yaitu : karakteristik bidang studi dan kendala. Karakteristik bidang studi perlu

menjadi pertimangan khusus ketika memilih media pengajaran yang akan

digunakan menyampaikan pembelajaran. Terutama dikaitkan dengan tingkat

kecermatan suatu media dalam menyampaikan pembelajaran, kemampuan khusus

yang dimiliki oleh suatu media, serta pengaruh motivasional yang mampu

ditimbulkannya.

Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti media, waktu,

personalia, dan uang. Kendala sering kali ditemukan seorang pendidik dalam

menjalani kegiatan belajar dan pembelajaran. Terkadang guru sangat kesulitan

untuk memilih media dalam pembelajaran. Sedangkan media adalah sesuatu yang

mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut

ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan

media sebagai perantara.

Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim

ke penerima pesan (Sadiman, 1990). Sedangkan AECT (1977) menyatakan media

sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau

informasi. Ketersediaan sumber atau media belajar, baik berupa manusia maupun

nonmanusia (hardware dan software), sangat mempengaruhi proses

pembelajaran.

Media dapat juga kita artikan sebagai segala bentuk dan saluran yang

digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan

kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang

digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke

peserta didik.

Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketersediaan sumber

belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terkait dengan penerapan

strategi pembelajaran bahwa setiap strategi digunakan unutk materi/isi

pembelajaran tertentu, dan juga membutuhkan media/sumber tertentu. Tanpa

adanya sumber belajar yang memadai amat sulit bagi seorang guru untuk

Page 8: merged.docx

melaksanakan proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya keberadaan

sumber belajar, maka setiap guru sudah seharusnya memiliki kemampuan dalam

mengembangkan sumber belajar/media pembelajaran.

Namun perlu kita ingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila

penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah

dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan

untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagia

alat bantu pengajaran, akan tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan

secara efektif dan efisien.

Untuk pengembangan media pembelajaran diperlukan prosedur-prsedur

tertentu yang sesuai dengan jenis kemampuan yang ingin dicapai, struktur isi

bidang studi serta memenuhi kriteria umum yang berlaku bagi pengembangan

prodek-produk pembelajaran. Guna membuat produk media ini digunakan model

pengembangan media pembelajaran yang diajukan Sadiman (1990) seperti

gambar berikut.

MateriPerumusan

Butir-Butir

MateriPerumusan

Tujuan

Identifikasi Kebutuhan

Perumusan Alat Pengukur keberhasilan

Penulisan Naskah Media

Tes/Uji Coba

revisi

Naskah siap Produksi

Page 9: merged.docx

Selain itu kendala yang sering terjadi di lapangan adalah faktor keuangan.

Seorang guru dituntut untuk mengunakan media dalam proses belajar mengajar.

Aka tetapi disisi lain guru terbentur oleh masalah dana untuk mengadakan media 

tersebut. Dan dari pihak sekolah tidak dapat memfasilitasi untuk pengadaan

media. Menurut penulis, media yang digunakan tidak harus mahal, yang penting

media tersebut dapat menghantarkan siswa pada tujua pembelajaran secara efektif

dan efisien.

2.1.3      Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa adalah bagian-bagian pengalaman siswa yang

berpengaruh pada keefektifan proses belajar (Seels dan Richey, 1994). Penelitian

tentang karakteristik siswa bertujuan untuk mendeskripsikan bagian-bagian

kepribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk kepentingan rancangan

pembelajaran. Ardhana (1999) lebih jelas mengatakan bahwa karakteristik siswa

adalah salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran yang biasanya

didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh siswa

termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum,

ekspektasi terhadap pembelajaran, dan ciri-ciri jasmani serta emosional siswa,

yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.

Karakteristik siswa menurut Degeng (1991:6) adalah aspek-aspek atau

kualitas perseorangan siswa yang telah dimilikinya. Menganalisis karakteristik

siswa dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan siswa. Hasil dari

kegiatan ini akan berupa daftar yang memuat pengelompokkan karakteristik

siswa, sebagai pijakan untuk memdreskripsikan metode yang optimal untuk

mencapai hasil belajar tertentu.

Karakteristik siswa sebagai salah satu variabel dalam domain desain

pembelajaran akan memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Selama ini

teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia

lebih berpijak pada karakteristik siswa di mana teori itu dikembangkan, lebih

khusus lagi adalah karakteristik siswa di negara-negara Barat terutama di Amerika

Serikat (Degeng, 1991).

Page 10: merged.docx

Adopsi teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran oleh perancang

pembelajaran di Indonesia sering kali menemui kegagalan. Ini dimungkinkan oleh

dasar pijakan yang berbeda atau variabel kondisional yang berbeda dengan

kondisi di mana pembelajaran dilakukan. Variabel yang berhubungan dengan

karakteristik siswa dan budayanya penting dijadikan pijakan pengembangan

program-program pembelajaran di Indonesia.

Menurut Vygotsky agar pembelajaran bermakna, perlu dirancang dan

dikembangkan berpijak pada kondisi siswa sebagai subjek belajar serta komunitas

sosial-kultural di mana siswa berada (Moll, 1994). Menurut Waidl (Admadi &

Setiyaningsih, 2004), hal penting yang harus dipahami kaitannya dengan siswa

atau peserta belajar sebagai individu adalah bahwa siswa adalah manusia yang

memiliki sejarah, makhluk dengan ciri keunikan (individualitas), selalu

membutuhkan sosialisasi di antara mereka, memiliki hasrat untuk melakukan

hubungan dengan alam sekitar, dan dengan kebebasannya mengolah pikir dan rasa

akan pertemuannya dengan Yang Transendental. Pemahaman akan siswa sebagai

subjek belajar inilah yang harus dijadikan dasar dalam mengembangkan teori-teori

maupun praksis-praksis pendidikan.

Informasi mengenai gaya kognitif siswa bermanfaat untuk

keperluan mengembangkan strategi pembelajaran (Riding, 2002;

Riding dan Rayner, 2002), serta membangun teori-teori tentang

bagaimana mengembangkan dan memproduksi bahan-bahan

ajar, khususnya yang berkaitan dengan cara mengorganisasi

materi pembelajaran. Siswa dengan gaya kognitif field-

independent lebih memiliki kemampuan untuk menstruktur atau

mengorganisasi materi pelajaran secara mandiri. Siswa dengan

gaya kognitif fielddependent akan lebih mudah belajar jika

materi pelajaran sudah distruktur lebih dahulu (Entwistle, 1981,

Degeng, 1991). Informasi mengenai gaya kognitif ini juga

penting bagi penulisan bahan ajar khususnya dalam memberi

petunjuk apakah ketika menyusun bahan ajar perlu disertai

Page 11: merged.docx

dengan kerangka isi atau advance organizer, atau epitome, atau

skema yang memuat seluruh materi pelajaran.

Informasi mengenai motivasi belajar siswa (Martin

Handoko, 1992) juga akan sangat diperlukan oleh guru dalam

mengembangkan strategi pembelajaran, khususnya yang

berkaitan dengan strategi penyampaian materi pelajaran serta

strategi pengelolaan motivasional. Informasi mengenai gaya

belajar siswa (Entwistle, 1981) amat diperlukan dalam

mengembangkan strategi penyampaian materi pelajaran serta

dalam mengembangkan media dan sumber-sumber belajar.

Produksi media pembelajaran misalnya, memerlukan informasi

mengenai bagaimana kecenderungan siswa dengan gaya belajar

visual, auditorial, dan kinestetik. Dengan mengetahui

kecenderungan-kecenderungan gaya belajar tersebut, strategi

dan media pembelajaran yang akan diproduksi dapat

disesuaikan, sehingga mampu melayani masing-masing gaya

belajar siswa.

Demikian pula dengan faktor sosial-budaya (Brameld, 1997; Paulina

Pannen, 2003) adalah penting diketahui oleh para guru untuk dijadikan pijakan

dalam menyampaikan materi pembelajaran serta mengelola kegiatan

pembelajaran. Informasi ini juga urgen bagi para pengembang media dan sumber

sumber belajar agar strategi dan media-media pembelajaran yang digunakan

dalam pembelajaran selaras dengan kondisi sosial budaya di mana siswa berada.

Informasi mengenai karakteristik siswa sebagaimana diuraikan di atas

hingga kini belum banyak tersedia, sehingga kesahihan teori-teori dan prinsip-

prinsip pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia masih amat rendah.

Tulisan ini secara khusus dimaksudkan untuk menyediakan informasi tersebut,

agar dapat dijadikan pijakan bagi para guru, peneliti dan perancang pembelajaran,

sehingga prinsip-prinsip dan praktek-praktek pembelajaran dapat dirancang sesuai

dengan karakteristik siswa.

Page 12: merged.docx

Bahasan ini dimaksudkan untuk menempatkan konteks masalah kajian

penelitian dan praktik-praktik pembelajaran dalam klasifikasi variabel-variabel

pembelajaran. Secara jelas dapat dikatakan bahwa karakteristik siswa termasuk

dalam variabel kondisi pembelajaran. Sebagai variabel kondisi, berarti

karakteristik siswa harus diterima apa adanya dan dijadikan pijakan kerja dalam

mengembangkan desain pembelajaran.

Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran seperti dijelaskan di atas dapat

dijadikan pedoman bagi guru dan para perancang atau teknologi pembelajaran

dalam memformulasikan langkah-langkah mendesain pembelajaran. Langkah-

langkah tersebut adalah: (1) melakukan analisis tujuan dan karakteristik materi

pembelajaran, (2) menganalisis sumber-sumber belajar (kendala), (3) melakukan

analisis karakteristik siswa, (4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran,

(5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (6) menetapkan

strategi penyampaian isi pembelajaran, (7) menetapkan strategi pengelolaan

pembelajaran, (8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.

Kedelapan langkah ini apabila didiagramkan akan terlihat sebagai berikut.

1Analisis tujuan& karakteristikIsi pembelajarn

2Analisis

sumbersumberbelajar

4Menetapkan

tujuanbelajar & isi

pembelajaran

6

Penetapan strategipenyampaian isi

pembelajaran

3 Analisis karakteristik

siswa

5

Penetapan strategipengorganisasian isi

pembelajaran

7

Penetapan strategipengelolaan pemblajaran

8

Pengukuranhasil

pembelajaran

Page 13: merged.docx

Model Desain Pembelajaran (Adaptasi dari Degeng, 1991)

Diagram di atas secara jelas menunjukkan bahwa analisis karakteristik

siswa dilakukan setelah perancang pembelajaran mengidentifikasi tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Juga ditunjukkan bahwa hasil analisis

karakteristik siswa selanjutnya dijadikan pijakan kerja dalam memilih,

menetapkan, dan mengembangkan strategi pengelolaanpembelajaran. Dengan

konteks seperti ini, menjadi semakin jelas perlunya dilakukan penelitian tentang

karakteristik siswa kaitannya dengan kefektifan pembelajaran, agar dapat dipakai

sebagai dasar bagi para ilmuwan dan teknolog pembelajaran serta para guru

dalam mendesain program-program pembelajaran.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan

evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan

menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Page 14: merged.docx

Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai

indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang

berbeda. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga),

antara lain sebagai berikut ;

1. Keefektifan

Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi

belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan

keefektifan pembelajaran yaitu (1) kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari

atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan untuk kerja, (3)

tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi apa yang dipelajari.

2. Efisiensi

Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara kesefektifan

dan jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang

digunakan.

3. Daya Tarik

Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati

kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali

kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya

akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa

untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu

sendiri atau dengan bidang studi.

Dari tiga variabel diatas kita dapat mengukur keberhasilan kita dalam

mengajar, apakah pembelajaran kita sudah efektif, efisien dan memiliki daya tarik.

Ciri pembelajaran yang baik apabila pembelajaan tersebut efektif, artinya si

belajar telah mencapai tujuan dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian

efisien, sudahkah waktu yang ditentukan mencukupi dalam penyampaian materi

pembelajaran, dan apakah biaya yang diperlukan dalam pembelajaran tadi sesuai

dengan apa yang telah direncanakan. Selanjutnya adakah pembelajaran yang

disampaikan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa, apabila pembelajaran

Page 15: merged.docx

tersebut memberikan kesan kepada siswa dan siswa cenderung untuk mencinai

pembelajaran itu, berati kita telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang

mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil

pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil

dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Ondisi

pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak didik,

kondisi kelas, materi pembelajaran.

Regeluth dan Merrill (1979) memandang perlu mengelompokkan variabel

kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu:

(a) Tujuan dan karakteristik bidang studi

(b) Kendala dan karakteristik bidang studi dan

(c) Karakteristik peserta didik.

Sedangkan hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih

luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

Page 16: merged.docx

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Variabel hasil pembelajaran dapat

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu :

-         Keefektifan

-         Efisiensi

-         Daya tarik

Variabel kondisi dan metode adalah variabel bebas dan parameter kedua

variabel ini berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel hasil

pembelajaran, sebagai variabel tergantung. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja

dirancang; karena itu ia merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa

efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Bila acuan

pembelajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang diinginkan, maka hasil

ini harus ditetapkan lebih dulu sebelum menetapkan metode pembelajaran. Jadi,

metode pembelajaran nyang dipilih adalah metode yang optimal untuk mencapai

hasil yang telah ditetapkan. Langkah akan terbalik, apabila acuan pengajaran

adalah pada efek atau hasil pengajaran yang nyata. Metode pengajaran yang akan

dipakai ditetapkan lebih dulu, kemudian guru mengamati hasil pengajaran sebagia

akibat dari penggunaan metode itu dibawah kondisi pengajaran yang ada.

Adapun hubungan antara ketiga komponen dalam taksonomi pembelajaran

menurut Reigeluth seperti di bawah ini :

Page 17: merged.docx

Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran seperti dideskripsikan di atas

dapat dijadikan pedoman dalam menformulasikan langkah-langkah perencanaan

pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah: (1) analisis tujuan dan

karakteristik bidang studi, (2) analisis sumber belajar (kendala), (3) analisis

karakteristik siswa, (4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran, (5)

menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (6) menetapkan strategi

penyampaian isi pembelajaran, (7) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran,

(8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran (Degeng, 1991).

Kondisi Tujuan & Karakteristik BSKendala & Karakteristik BSKarakteristik Siswa

Metode Strategi Pengorganisasian <Makro & Mikro>Strategi Penyampaian Pembelajaran Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Hasil KeefektifanEfisiensi Daya Tarik

Page 18: merged.docx

DAFTAR PUSTAKA

________2011. CAKRAWALA PENDIDIKAN : Jurnal Ilmiah Pendidikan. Jakarta

: Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia DIY.

Weda, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : PT.

Bumi Aksara.

Page 19: merged.docx

Atmadi, A., dan Setiyaningsih, Y. 2004. Transformasi Pendidikan Memasuki

Milenium Ketiga. Yogyakarta: Kanisius dan USD

Lusiana. 1992. Pengaruh Interaktif antara Penggunaan Strategi Penataan Isi

Matakuliah dan Gaya Kognitif Mahasiswa terhadap Perolehan Belajar.

(Tesis tidak dipublikasikan). Malang: PPs IKIP Malang

Dr. Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Moll, L. C. ed. 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and

Applications of Sociohistorycal Psychology. Cambrige: University Press.

http://tiana-simanjuntak.blogspot.com/2011/08/taksonomi-variabel-

pembelajaran.html (di unduh pada 28 September 2103)