Upload
riza-afita-surya
View
11
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
“KONDISI DAN HASIL PEMBELAJARAN”
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
MAKALAH
(ditujukan guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar dan Mengajar)
Disusun oleh :
Riza Afita Surya
NIM 110210302030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2013
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kemudahan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami ucapkan pula
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar dan Mengajar
yang telah membimbing dan mengarahkan kami. Kepada orang tua, serta teman-
teman yang senantiasa mendukung.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Belajar dan Mengajar pokok bahasan ‘Kondisi dan Hasil Pembelajaran’. Variabel
pembelajaran menurut Reigeluth merupakan hal penting untuk dipahami oleh
guru pada khusunya mahasiswa fakultas keguruan. Semoga bermanfaat. Terima
kasih.
Penyusun, 27 September 2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi
yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
diarahkan unutk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya
secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan
pengajaran.
Banyak upaya peningkatan kualitas pempelajaran telah dilakukan oleh
para ilmuwan pembelajaran. Mereka mengklasifikasikan variabel-variabel yang
menjadi perhatian, terutama bila dikaitkan dengan kegiatan dalam
mengembangkan teori-teori dan prinsi-pprinsip pembelajaran. Di antara para
ilmuwan tersebut adalah Reigeluth dan Merrill. Mereka membuat klasifikasi ke
dalam tiga variabel pembelajaran utama, yaitu: 1) kondisi pembelajaran, 2)
metode pembelajaran, dan 3) hasil pembelajaran (Reigeluth, 1983).
Di antara ketiga variabel tersebut, penulis mengkhususkan pada Kondisi
dan Hasil Belajar. Dengan memahami konsep taksonomi menurut Reigeluth,
diharapkan baik penulis maupun pembaca dapat lebih memahami konsep-konsep
dalam pembelajaran dalam rangka memantapkan ilmu sebagai calon tenaga
pendidik yang meliputi empat kompetensi, antara lain kompetensi pedagogik,
profesional, sosial, dan kepribadian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ‘Kondisi Pembelajaran’?
2. Apa yang dimaksud ‘Hasil Pembelajaran’?
1.3 Tujuan
1. Memahami konsep ‘Kondisi Pembelajaran’.
2. Memahami konsep ‘Hasil Pembelajaran’.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang
mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil
pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil
dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Kondisi
pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak didik,
kondisi kelas, materi pembelajaran (Reigeluth, 1983; Degeng, 1989).
Kondisi pembelajaran berinteraksi dengan metode pembelajaran, dan
hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai
cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di
bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Pada dasarnya, cara ini dapat
dimanipulasi oleh guru atau perancang pembelajaran.
Bila dalam suatu situasi, metode pembelajaran tidak dapat dimanipulasi, ia
berubah menjadi kondisi pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi
pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, ia berubah menjadi metode
pembelajaran. Hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dapat dijadikan
sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah
kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata
(actual outcomes) dan hasil yang diinginkan (desired outcomes).
Variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel
variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian
kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi
haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada di luar kontrol
perancang pembelajaran. Maksud yang terpenting dari bahasan ini adalah
mengidentifikasi variabel-variabel kondisi pembelajaran yang memiliki pengaruh
utama pada ketiga variabel metode.
Atas dasar ini, Regeluth dan Merrill (1979) memandang perlu
mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu:
(a) Tujuan dan karakteristik bidang studi
(b) Kendala dan karakteristik bidang studi dan
(c) Karakteristik peserta didik.
2.1.1 Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi
Dalam proses pembelajaran, guru harus menetapkan terlebih dahulu tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis
tujuan pembelajaran dibagi atas tiga kategori, yaitu (1) tujuan pembelajaran ranah
kognitif, (2) tujuan pembelajaran ranah afektif, dan (3) tujuan pembelajaran ranah
psikomotorik.
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu kepada hasil
pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan,
berarti tujuan pembelajaran ditetapkan lebih dulu, dan berikutnya semua upaya
pengajaran diarahkan untuk mencapai tujuan ini.
Adanya perbedaan tujuan akan berimplikasi pula pada adanya perbedaan
strategi pembelajaran yang harus diterapkan. Jadi dalam penerapan suatu strategi
pembelajaran tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara bagian-
bagian suatu bidang studi. Struktur bidang studi mata pelajaran matematika tentu
berbeda dengan struktur bidang studi sejarah. Perbedaan struktur bidang studi
tersebut membutuhkan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Misalnya dalam
mata pelajaran sejarah seorang guru dapat memulai pembelajaran dari pokok
bahasan apa saja, sebaliknya mata pelajaran matematika tidak bisa dilakukan
seperti itu. Itulah sebabnya, pemahaman seorang guru terhadap struktur bidang
studi yang diajarinya sangat penting dalam penetapan metode pembelajaran yang
akan digunakan.
2.1.2 Kendala dan Karakteristik Bidang Studi
Ada dua variabel yang mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian,
yaitu : karakteristik bidang studi dan kendala. Karakteristik bidang studi perlu
menjadi pertimangan khusus ketika memilih media pengajaran yang akan
digunakan menyampaikan pembelajaran. Terutama dikaitkan dengan tingkat
kecermatan suatu media dalam menyampaikan pembelajaran, kemampuan khusus
yang dimiliki oleh suatu media, serta pengaruh motivasional yang mampu
ditimbulkannya.
Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti media, waktu,
personalia, dan uang. Kendala sering kali ditemukan seorang pendidik dalam
menjalani kegiatan belajar dan pembelajaran. Terkadang guru sangat kesulitan
untuk memilih media dalam pembelajaran. Sedangkan media adalah sesuatu yang
mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut
ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan
media sebagai perantara.
Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan (Sadiman, 1990). Sedangkan AECT (1977) menyatakan media
sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau
informasi. Ketersediaan sumber atau media belajar, baik berupa manusia maupun
nonmanusia (hardware dan software), sangat mempengaruhi proses
pembelajaran.
Media dapat juga kita artikan sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan
kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke
peserta didik.
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketersediaan sumber
belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terkait dengan penerapan
strategi pembelajaran bahwa setiap strategi digunakan unutk materi/isi
pembelajaran tertentu, dan juga membutuhkan media/sumber tertentu. Tanpa
adanya sumber belajar yang memadai amat sulit bagi seorang guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya keberadaan
sumber belajar, maka setiap guru sudah seharusnya memiliki kemampuan dalam
mengembangkan sumber belajar/media pembelajaran.
Namun perlu kita ingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan
untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagia
alat bantu pengajaran, akan tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan
secara efektif dan efisien.
Untuk pengembangan media pembelajaran diperlukan prosedur-prsedur
tertentu yang sesuai dengan jenis kemampuan yang ingin dicapai, struktur isi
bidang studi serta memenuhi kriteria umum yang berlaku bagi pengembangan
prodek-produk pembelajaran. Guna membuat produk media ini digunakan model
pengembangan media pembelajaran yang diajukan Sadiman (1990) seperti
gambar berikut.
MateriPerumusan
Butir-Butir
MateriPerumusan
Tujuan
Identifikasi Kebutuhan
Perumusan Alat Pengukur keberhasilan
Penulisan Naskah Media
Tes/Uji Coba
revisi
Naskah siap Produksi
Selain itu kendala yang sering terjadi di lapangan adalah faktor keuangan.
Seorang guru dituntut untuk mengunakan media dalam proses belajar mengajar.
Aka tetapi disisi lain guru terbentur oleh masalah dana untuk mengadakan media
tersebut. Dan dari pihak sekolah tidak dapat memfasilitasi untuk pengadaan
media. Menurut penulis, media yang digunakan tidak harus mahal, yang penting
media tersebut dapat menghantarkan siswa pada tujua pembelajaran secara efektif
dan efisien.
2.1.3 Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa adalah bagian-bagian pengalaman siswa yang
berpengaruh pada keefektifan proses belajar (Seels dan Richey, 1994). Penelitian
tentang karakteristik siswa bertujuan untuk mendeskripsikan bagian-bagian
kepribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk kepentingan rancangan
pembelajaran. Ardhana (1999) lebih jelas mengatakan bahwa karakteristik siswa
adalah salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran yang biasanya
didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh siswa
termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum,
ekspektasi terhadap pembelajaran, dan ciri-ciri jasmani serta emosional siswa,
yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.
Karakteristik siswa menurut Degeng (1991:6) adalah aspek-aspek atau
kualitas perseorangan siswa yang telah dimilikinya. Menganalisis karakteristik
siswa dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan siswa. Hasil dari
kegiatan ini akan berupa daftar yang memuat pengelompokkan karakteristik
siswa, sebagai pijakan untuk memdreskripsikan metode yang optimal untuk
mencapai hasil belajar tertentu.
Karakteristik siswa sebagai salah satu variabel dalam domain desain
pembelajaran akan memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Selama ini
teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia
lebih berpijak pada karakteristik siswa di mana teori itu dikembangkan, lebih
khusus lagi adalah karakteristik siswa di negara-negara Barat terutama di Amerika
Serikat (Degeng, 1991).
Adopsi teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran oleh perancang
pembelajaran di Indonesia sering kali menemui kegagalan. Ini dimungkinkan oleh
dasar pijakan yang berbeda atau variabel kondisional yang berbeda dengan
kondisi di mana pembelajaran dilakukan. Variabel yang berhubungan dengan
karakteristik siswa dan budayanya penting dijadikan pijakan pengembangan
program-program pembelajaran di Indonesia.
Menurut Vygotsky agar pembelajaran bermakna, perlu dirancang dan
dikembangkan berpijak pada kondisi siswa sebagai subjek belajar serta komunitas
sosial-kultural di mana siswa berada (Moll, 1994). Menurut Waidl (Admadi &
Setiyaningsih, 2004), hal penting yang harus dipahami kaitannya dengan siswa
atau peserta belajar sebagai individu adalah bahwa siswa adalah manusia yang
memiliki sejarah, makhluk dengan ciri keunikan (individualitas), selalu
membutuhkan sosialisasi di antara mereka, memiliki hasrat untuk melakukan
hubungan dengan alam sekitar, dan dengan kebebasannya mengolah pikir dan rasa
akan pertemuannya dengan Yang Transendental. Pemahaman akan siswa sebagai
subjek belajar inilah yang harus dijadikan dasar dalam mengembangkan teori-teori
maupun praksis-praksis pendidikan.
Informasi mengenai gaya kognitif siswa bermanfaat untuk
keperluan mengembangkan strategi pembelajaran (Riding, 2002;
Riding dan Rayner, 2002), serta membangun teori-teori tentang
bagaimana mengembangkan dan memproduksi bahan-bahan
ajar, khususnya yang berkaitan dengan cara mengorganisasi
materi pembelajaran. Siswa dengan gaya kognitif field-
independent lebih memiliki kemampuan untuk menstruktur atau
mengorganisasi materi pelajaran secara mandiri. Siswa dengan
gaya kognitif fielddependent akan lebih mudah belajar jika
materi pelajaran sudah distruktur lebih dahulu (Entwistle, 1981,
Degeng, 1991). Informasi mengenai gaya kognitif ini juga
penting bagi penulisan bahan ajar khususnya dalam memberi
petunjuk apakah ketika menyusun bahan ajar perlu disertai
dengan kerangka isi atau advance organizer, atau epitome, atau
skema yang memuat seluruh materi pelajaran.
Informasi mengenai motivasi belajar siswa (Martin
Handoko, 1992) juga akan sangat diperlukan oleh guru dalam
mengembangkan strategi pembelajaran, khususnya yang
berkaitan dengan strategi penyampaian materi pelajaran serta
strategi pengelolaan motivasional. Informasi mengenai gaya
belajar siswa (Entwistle, 1981) amat diperlukan dalam
mengembangkan strategi penyampaian materi pelajaran serta
dalam mengembangkan media dan sumber-sumber belajar.
Produksi media pembelajaran misalnya, memerlukan informasi
mengenai bagaimana kecenderungan siswa dengan gaya belajar
visual, auditorial, dan kinestetik. Dengan mengetahui
kecenderungan-kecenderungan gaya belajar tersebut, strategi
dan media pembelajaran yang akan diproduksi dapat
disesuaikan, sehingga mampu melayani masing-masing gaya
belajar siswa.
Demikian pula dengan faktor sosial-budaya (Brameld, 1997; Paulina
Pannen, 2003) adalah penting diketahui oleh para guru untuk dijadikan pijakan
dalam menyampaikan materi pembelajaran serta mengelola kegiatan
pembelajaran. Informasi ini juga urgen bagi para pengembang media dan sumber
sumber belajar agar strategi dan media-media pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran selaras dengan kondisi sosial budaya di mana siswa berada.
Informasi mengenai karakteristik siswa sebagaimana diuraikan di atas
hingga kini belum banyak tersedia, sehingga kesahihan teori-teori dan prinsip-
prinsip pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia masih amat rendah.
Tulisan ini secara khusus dimaksudkan untuk menyediakan informasi tersebut,
agar dapat dijadikan pijakan bagi para guru, peneliti dan perancang pembelajaran,
sehingga prinsip-prinsip dan praktek-praktek pembelajaran dapat dirancang sesuai
dengan karakteristik siswa.
Bahasan ini dimaksudkan untuk menempatkan konteks masalah kajian
penelitian dan praktik-praktik pembelajaran dalam klasifikasi variabel-variabel
pembelajaran. Secara jelas dapat dikatakan bahwa karakteristik siswa termasuk
dalam variabel kondisi pembelajaran. Sebagai variabel kondisi, berarti
karakteristik siswa harus diterima apa adanya dan dijadikan pijakan kerja dalam
mengembangkan desain pembelajaran.
Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran seperti dijelaskan di atas dapat
dijadikan pedoman bagi guru dan para perancang atau teknologi pembelajaran
dalam memformulasikan langkah-langkah mendesain pembelajaran. Langkah-
langkah tersebut adalah: (1) melakukan analisis tujuan dan karakteristik materi
pembelajaran, (2) menganalisis sumber-sumber belajar (kendala), (3) melakukan
analisis karakteristik siswa, (4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran,
(5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (6) menetapkan
strategi penyampaian isi pembelajaran, (7) menetapkan strategi pengelolaan
pembelajaran, (8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.
Kedelapan langkah ini apabila didiagramkan akan terlihat sebagai berikut.
1Analisis tujuan& karakteristikIsi pembelajarn
2Analisis
sumbersumberbelajar
4Menetapkan
tujuanbelajar & isi
pembelajaran
6
Penetapan strategipenyampaian isi
pembelajaran
3 Analisis karakteristik
siswa
5
Penetapan strategipengorganisasian isi
pembelajaran
7
Penetapan strategipengelolaan pemblajaran
8
Pengukuranhasil
pembelajaran
Model Desain Pembelajaran (Adaptasi dari Degeng, 1991)
Diagram di atas secara jelas menunjukkan bahwa analisis karakteristik
siswa dilakukan setelah perancang pembelajaran mengidentifikasi tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Juga ditunjukkan bahwa hasil analisis
karakteristik siswa selanjutnya dijadikan pijakan kerja dalam memilih,
menetapkan, dan mengembangkan strategi pengelolaanpembelajaran. Dengan
konteks seperti ini, menjadi semakin jelas perlunya dilakukan penelitian tentang
karakteristik siswa kaitannya dengan kefektifan pembelajaran, agar dapat dipakai
sebagai dasar bagi para ilmuwan dan teknolog pembelajaran serta para guru
dalam mendesain program-program pembelajaran.
2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai
indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang
berbeda. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga),
antara lain sebagai berikut ;
1. Keefektifan
Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi
belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan
keefektifan pembelajaran yaitu (1) kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari
atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan untuk kerja, (3)
tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi apa yang dipelajari.
2. Efisiensi
Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara kesefektifan
dan jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang
digunakan.
3. Daya Tarik
Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati
kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali
kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya
akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa
untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu
sendiri atau dengan bidang studi.
Dari tiga variabel diatas kita dapat mengukur keberhasilan kita dalam
mengajar, apakah pembelajaran kita sudah efektif, efisien dan memiliki daya tarik.
Ciri pembelajaran yang baik apabila pembelajaan tersebut efektif, artinya si
belajar telah mencapai tujuan dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian
efisien, sudahkah waktu yang ditentukan mencukupi dalam penyampaian materi
pembelajaran, dan apakah biaya yang diperlukan dalam pembelajaran tadi sesuai
dengan apa yang telah direncanakan. Selanjutnya adakah pembelajaran yang
disampaikan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa, apabila pembelajaran
tersebut memberikan kesan kepada siswa dan siswa cenderung untuk mencinai
pembelajaran itu, berati kita telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang
mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil
pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil
dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Ondisi
pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak didik,
kondisi kelas, materi pembelajaran.
Regeluth dan Merrill (1979) memandang perlu mengelompokkan variabel
kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu:
(a) Tujuan dan karakteristik bidang studi
(b) Kendala dan karakteristik bidang studi dan
(c) Karakteristik peserta didik.
Sedangkan hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.
Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Variabel hasil pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu :
- Keefektifan
- Efisiensi
- Daya tarik
Variabel kondisi dan metode adalah variabel bebas dan parameter kedua
variabel ini berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel hasil
pembelajaran, sebagai variabel tergantung. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja
dirancang; karena itu ia merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa
efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Bila acuan
pembelajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang diinginkan, maka hasil
ini harus ditetapkan lebih dulu sebelum menetapkan metode pembelajaran. Jadi,
metode pembelajaran nyang dipilih adalah metode yang optimal untuk mencapai
hasil yang telah ditetapkan. Langkah akan terbalik, apabila acuan pengajaran
adalah pada efek atau hasil pengajaran yang nyata. Metode pengajaran yang akan
dipakai ditetapkan lebih dulu, kemudian guru mengamati hasil pengajaran sebagia
akibat dari penggunaan metode itu dibawah kondisi pengajaran yang ada.
Adapun hubungan antara ketiga komponen dalam taksonomi pembelajaran
menurut Reigeluth seperti di bawah ini :
Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran seperti dideskripsikan di atas
dapat dijadikan pedoman dalam menformulasikan langkah-langkah perencanaan
pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah: (1) analisis tujuan dan
karakteristik bidang studi, (2) analisis sumber belajar (kendala), (3) analisis
karakteristik siswa, (4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran, (5)
menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (6) menetapkan strategi
penyampaian isi pembelajaran, (7) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran,
(8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran (Degeng, 1991).
Kondisi Tujuan & Karakteristik BSKendala & Karakteristik BSKarakteristik Siswa
Metode Strategi Pengorganisasian <Makro & Mikro>Strategi Penyampaian Pembelajaran Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Hasil KeefektifanEfisiensi Daya Tarik
DAFTAR PUSTAKA
________2011. CAKRAWALA PENDIDIKAN : Jurnal Ilmiah Pendidikan. Jakarta
: Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia DIY.
Weda, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Atmadi, A., dan Setiyaningsih, Y. 2004. Transformasi Pendidikan Memasuki
Milenium Ketiga. Yogyakarta: Kanisius dan USD
Lusiana. 1992. Pengaruh Interaktif antara Penggunaan Strategi Penataan Isi
Matakuliah dan Gaya Kognitif Mahasiswa terhadap Perolehan Belajar.
(Tesis tidak dipublikasikan). Malang: PPs IKIP Malang
Dr. Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Moll, L. C. ed. 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and
Applications of Sociohistorycal Psychology. Cambrige: University Press.
http://tiana-simanjuntak.blogspot.com/2011/08/taksonomi-variabel-
pembelajaran.html (di unduh pada 28 September 2103)