32
Metode Klarifikasi dalam Pendidikan Budi Pekerti DIDAKTIKA Ist Pungki Setiawan PARA pelajar kita suka tawuran? Terbiasa mencontek? Mungkin masih ada banyak lagi perilaku negatif lain untuk menggambarkan situasi aktual para pelajar kita. Siapa yang harus bertanggung jawab? Apakah itu berarti sistem pendidikan kita kurang memperhatikan aspek budi pekerti dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah? Boleh jadi memang begitu! Mungkin saja nilai kejujuran sudah sedemikian tidak dihargai lagi di masyarakat dan di sekolah, sehingga aktivitas mencontek menjadi sesuatu yang biasa dan sah-sah saja dilakukan oleh para siswa tanpa merasa bersalah. Atau, bisa jadi nilai kekerasan (violence) yang menyeruak dalam dinamika kehidupan masyarakat dan bernegara sudah sedemikian terinternalisasi dalam diri para siswa sehingga mereka sangat akrab dengan tawuran. Apakah nilai antikekerasan (non violence) memang tidak pernah menjadi bagian dari proses pendidikan di sekolah-sekolah kita? Kompas edisi 12 Desember 2000 melaporkan mengenai rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali pendidikan budi pekerti. Tentu saja rencana tersebut patut didukung. Meski demikian patut pula dicermati agar pemerintah-dalam hal ini Depdiknas-tidak hanya menjadi sesuatu yang oleh seorang ahli psikologi perkembangan disebut sebagai bag of virtues (Lawrence Kohlberg, 1981). Artinya, Depdiknas bukanlah suatu kopor besar yang di dalamnya telah tersedia sejumlah nilai yang harus diambil oleh para siswa. Dalam metode pendidikan semacam itu, tentu saja kebebasan para siswa yang menjadi subyek utama pendidikan kurang dihargai dalam proses memilih nilai-nilai hidupnya sendiri. Padahal, aspek kebebasan ini sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu proses pendidikan yang berorientasi pada pengembangan budi pekerti. *** SALAH satu metode pendidikan budi pekerti yang patut dipertimbangkan untuk dikembangkan dalam sistem pendidikan kita ialah metode klarifikasi nilai-nilai (values clarification). Metode ini ditawarkan oleh Harmin Rath dan Simon (1985) yang pada prinsipnya sangat menghindari pemaksaan nilai-nilai pada diri para siswa. Gagasan dasar yang melandasi metode ini ialah bahwa setiap siswa berhak dan bertanggung jawab atas pembentukan nilai-nilai hidupnya sendiri. Tugas pendidik hanyalah menyadarkan setiap siswa atas nilai-nilai kehidupan yang dipilihnya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab. Pendidikan yang produktif dan efektif tentu saja tetap harus memperhatikan dimensi kognitif, afektif, dan aksional. Dimensi

Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

Metode Klarifikasi dalam Pendidikan Budi PekertiDIDAKTIKA

Ist Pungki Setiawan PARA pelajar kita suka tawuran? Terbiasa mencontek? Mungkin masih ada banyak lagi perilaku negatif lain untuk menggambarkan situasi aktual para pelajar kita. Siapa yang harus bertanggung jawab? Apakah itu berarti sistem pendidikan kita kurang memperhatikan aspek budi pekerti dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah? Boleh jadi memang begitu! Mungkin saja nilai kejujuran sudah sedemikian tidak dihargai lagi di masyarakat dan di sekolah, sehingga aktivitas mencontek menjadi sesuatu yang biasa dan sah-sah saja dilakukan oleh para siswa tanpa merasa bersalah. Atau, bisa jadi nilai kekerasan (violence) yang menyeruak dalam dinamika kehidupan masyarakat dan bernegara sudah sedemikian terinternalisasi dalam diri para siswa sehingga mereka sangat akrab dengan tawuran. Apakah nilai antikekerasan (non violence) memang tidak pernah menjadi bagian dari proses pendidikan di sekolah-sekolah kita? Kompas edisi 12 Desember 2000 melaporkan mengenai rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali pendidikan budi pekerti. Tentu saja rencana tersebut patut didukung. Meski demikian patut pula dicermati agar pemerintah-dalam hal ini Depdiknas-tidak hanya menjadi sesuatu yang oleh seorang ahli psikologi perkembangan disebut sebagai bag of virtues (Lawrence Kohlberg, 1981). Artinya, Depdiknas bukanlah suatu kopor besar yang di dalamnya telah tersedia sejumlah nilai yang harus diambil oleh para siswa. Dalam metode pendidikan semacam itu, tentu saja kebebasan para siswa yang menjadi subyek utama pendidikan kurang dihargai dalam proses memilih nilai-nilai hidupnya sendiri. Padahal, aspek kebebasan ini sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu proses pendidikan yang berorientasi pada pengembangan budi pekerti.

***SALAH satu metode pendidikan budi pekerti yang patut dipertimbangkan untuk

dikembangkan dalam sistem pendidikan kita ialah metode klarifikasi nilai-nilai (values clarification). Metode ini ditawarkan oleh Harmin Rath dan Simon (1985) yang pada

prinsipnya sangat menghindari pemaksaan nilai-nilai pada diri para siswa. Gagasan dasar yang melandasi metode ini ialah bahwa setiap siswa berhak dan bertanggung jawab atas

pembentukan nilai-nilai hidupnya sendiri. Tugas pendidik hanyalah menyadarkan setiap siswa atas nilai-nilai kehidupan yang dipilihnya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab. Pendidikan yang produktif dan efektif tentu saja tetap harus memperhatikan dimensi kognitif, afektif, dan aksional. Dimensi kognitif berkaitan dengan pemahaman rasional dan kemampuan "memilah serta memilih" nilai-nilai yang melingkungi kehidupan sehari-hari. Dimensi afektif berkenaan dengan kecocokan rasa serta hati. Adapun dimensi aksional berhubungan dengan tindakan konkret yang merupakan pengejawantahan atas pemahaman serta kecocokan suatu nilai yang telah dipilih oleh para siswa itu sendiri. Tampaknya metode klarifikasi nilai-nilai tersebut sangat sederhana. Akan tetapi, sesungguhnya terdapat tujuh langkah yang menjadi prinsip-prinsip klarifikasi nilai-nilai. Kita ambil contoh seorang siswa yang hendak memilih nilai antikekerasan sebagai nilai hidupnya sehari-hari. Pertama, yang harus dilakukan, memilah dan memilih nilai antikekerasan secara bebas tanpa paksaan dari antara rimba belantara nilai dalam kehidupan ini. Situasi tempat atau lingkungan dan hukum maupun peraturan dalam masyarakat maupun keluarga bisa memaksakan suatu nilai bagi dirinya. Kedua, pihak pendidik hendaknya juga menyediakan nilai-nilai alternatif lainnya. Pendidik yang bijaksana tidak akan memaksakan kehendaknya dengan hanya memberikan nilai

Page 2: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

antikekerasan itu saja tanpa menyediakan nilai alternatif lain yang bisa diambil oleh siswa tersebut. Ketiga, dengan didampingi oleh pendidik, siswa mempertimbangkan secara rasional atas pemilihan nilai antikekerasan, 'api' risikonya kalau ia suka tawuran, yakni kematian sia-sia, minimal menginap di kantor polisi atau di rumah. Keempat, siswa berusaha menghargai dan bahagia atas nilai antikekerasan yang telah dipilihnya itu. Jika kemudian ia menjadi gembira dan bahagia, berarti dia telah menemukan suatu nilai positif dalam hidupnya. Nilai antikekerasan itu bisa memberikan kepuasan batin dan rasa syukur sehingga hidupnya menjadi bahagia. Kelima, siswa kemudian mau menegaskan nilai pilihannya di muka umum. Dengan berani dan penuh keyakinan diri, ia tidak akan malu lagi dicap teman-temannya sebagai "banci" karena tidak mau diajak tawuran. Keenam, tindakan konkret masih perlu dilakukan oleh siswa tersebut untuk menegaskan nilai antikekerasan yang telah dipilihnya, sebab tindakan-tindakan konkret adalah cermin paling relevan terhadap nilai-nilai yang dianut seseorang. Selain menghindari tawuran di sekolahnya, ia tidak pernah berusaha membalas perlakuan kasar teman-temannya. Kalau itu semua belum dilakukan dalam tindakan nyata, bisa jadi yang didengung-dengungkan sebagai nilai antikekerasan itu hanyalah suatu impian, keinginan ataupun gagasan. Akhirnya, langkah ketujuh, menjadikan nilai antikekerasan itu sebagai pola hidupnya. Kesadaran bahwa nilai antikekerasan yang dimilikinya itu bukanlah suatu impian semestinya juga dilaksanakan secara rutin dan berulang-ulang sehingga semakin terinternalisasi dan menjadi pola hidupnya sehari-hari.

***METODE klarifikasi nilai-nilai seperti yang dideskripsikan di atas masih berkaitan dengan satu

nilai saja, yakni nilai antikekerasan. Mungkin kita menjadi pesimis mengingat begitu banyak nilai kehidupan yang harus diklarifikasi dalam dinamika kehidupan para pelajar. Meski

demikian, kalau kita perhatikan ketujuh langkah values clarification itu sangat mencerminkan keutuhan dimensi pendidikan yang produktif dan efektif. Langkah pertama sampai ketiga

termasuk dimensi kognitif (menekankan kemampuan rasional), keempat dan kelima mencerminkan dimensi afektif (penghargaan dan rasa bangga), serta langkah keenam dan

ketujuh berdimensi aksional (tindakan konkret yang terus-menerus dan terpola). Metode klarifikasi nilai-nilai memang membutuhkan proses yang panjang. Akan tetapi, kita perlu meyakini kebenaran pepatah Romawi ini: non multa sed multum (bukan banyaknya yang dipentingkan, melainkan mutunya). *** Pungki Setiawan, Pemerhati masalah pendidikan, mahasiswa pascasarjana Program Studi Magister Teologi STF Teologi Widya Sasana, Malang.  Berita dikbud lainnya :

         Daerah Siap Laksanakan Otonomi Pendidikan </kompas-cetak/0101/22/dikbud/daer09.htm>

         Intervensi Berlebihan Lumpuhkan Dunia Pendidikan </kompas-cetak/0101/22/dikbud/inte09.htm>

         Metode Klarifikasi dalam Pendidikan Budi Pekerti </kompas-cetak/0101/22/dikbud/meto09.htm>

         Hadapi Tantangan Global secara Bersama </kompas-cetak/0101/22/dikbud/hada09.htm>

   

Mengukuhkan Jati Diri Bangsa:

Contohi Akhlak Rasulullah S.A.WKita sering membaca dan mendengar mengenai usaha-usaha ke arah mengukuhkan jati diri sesuatu bangsa kerana ia merupakan salah satu karek-teristik penting dalam pembangunan sesebuah negara. Jati diri bangsa adalah akar umbi dan tunjang keutuhan hidup berbangsa dan

Page 3: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

bernegara. Goyah kriteria ini, bermakna akan goyahlah keutuhan pembangunan bangsa itu sendiri.Sebilangan orang asyik memperkatakan jalan bagaimana untuk kembali mengukuhkan jati diri bangsa itu. Sebilangannya pula sedang mencari-cari dan membilang-bilang serta menghimpun sejumlah sifat-sifat jati diri bangsa itu, yang kemudiannya akan dipromosi dan diperkenalkan semula kepada masyarakat. Ini adalah kerana mungkin ada sebilangan orang sudah lupa akan ciri-ciri jati diri bangsanya sendiri.Sebenarnya, dalam keadaan kita mengenal pasti jati diri bangsa, ada orang mudah lupa akan jati diri murni umat Islam. Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam sejak lebih seribu empat ratus tahun yang lalu telah menggariskan jati diri yang unggul yang mesti menjadi ikutan kita sebagai umatnya. Apakah jati diri umat Islam itu? Salah satunya ialah budi pekerti dan akhlak yang mulia. Ajaran inilah yang menjadikan umat Islam menjadi umat, masyarakat dan bangsa yang bermoral tinggi dan maju. Sabda Nabi yang bermaksud : “Sesungguhnya aku diutuskan adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (Hadis riwayat Malik). Ini menegaskan lagi betapa besarnya peranan akhlak, budi pekerti atau bermoral tinggi itu di dalam diri seseorang yang menjadi personaliti wajib atau jati diri individu.Adalah tidak diragukan bahawa akhlak , budi pekerti yang mulia atau moral yang tinggi itu menjadi kriteria bangsa yang maju dalam pembangunan bangsa dan negara. Kerana daripada sifat-sifat tersebut, akan lahir disiplin diri yang berkualiti tinggi dalam menanai tugas dan tanggungjawab terhadap diri, masyarakat, bangsa dan negara. Disiplin yang tinggi akan melahirkan daya saing yang sihat untuk menghasilkan produk, kemajuan atau teknologi bagi sesuatu bangsa dan negara. Sebaliknya, nilai atau kualiti moral dan disiplin yang rendah boleh melemahkan masyarakat, bangsa dan negara. Dan seterusnya akan mewujudkan masalah dan penyakit sosial berleluasa di dalam kehidupan masyarakat. Bila nilai moral masyarakat dan bangsa sudah lemah, maka perpaduan dan kekuatan di dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara akan menjadi lemah. Apabila semua ini menjadi lemah dan kucar-kacir, adalah dikhuatiri pengaruh-pengaruh negatif yang dibawa oleh arus globalisasi akan masuk di tengah-tengah ruang kelemahan itu. Paling menakutkan lagi ialah maruah, moral dan nilai-nilai murni bangsa akan tergadai.Oleh yang demikian, kita sebagai umat Islam mestilah kembali kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, kerana di sanalah letaknya kekuatan dan jaminan jati diri sejati umat Islam. Sesungguhnya Allah akan sentiasa bersama orang-orang yang mematuhi ajaran RasulNya. 

Page 4: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

 

BILA SIFAT MALU TIDAK BERFUNGSIBiasa kita mendengar, lelaki diistilahkan sebagai kumbang dan wanita pula sebagai bunga. Kalau kumbang suka kepada bunga, lelaki tentulah suka kepada wanita. Sejak remaja lagi keinginan lelaki kepada wanita sudah berputik. Lalu wanita menjadi sasaran usikan lelaki, baik di sekolah, di jalan-jalan raya, di pasar raya, di perhentian bas dan bahkan boleh dikatakan di mana-mana ruang dan peluang. Selagi usikan itu tidak diberi perhatian oleh wanita itu mereka akan terus mencuba dan terus mencuba.Apa keistimewaan wanita sehingga begitu kuat menarik perhatian lelaki ? Sememangnya wanita lain daripada lelaki, terdapat banyak kelainnya.Dalam sebuah hadis, Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang bermaksud :"Terdapat 99 bahagian tarikan pada wanita berbanding lelaki, lalu Allah kurniakan ke atas mereka sifat malu"

(Hadis riwayat Baihaqi)Wanita, apapun yang dilakukannya akan mendapat perhatian lelaki, Kalau dia buat baik, dikagumi, apabila buat jahat diminati, apabila dia memakai pakaian menutup aurat dilihat menawan, apabila berpakaian seksi dilihat menggoda, dan macam-macam lagi yang menarik perhatian.Oleh sebab itu Allah Subhanahu Wata'ala mengurniakan kepada wanita sifat malu. Dengan sifat malu itu mereka akan berfikir panjang sebelum melakukan sebarang tindakan. Kalau hendak buat jahat dia akan memikirkan kalau-kalau orang nampak, hendak dedahkan aurat dia takut orang mengganggunya, hendak berjalan seorang dia takut ada orang mengusiknya.Begitulah peranan malu yang boleh membantu dalam tindak tanduk seorang wanita. Tapi apa halnya kalau tidak tahu malu ? Tentulah mereka tidak akan memikirkan semua itu. Pedulikan apa orang kata, pedulikan kalau orang tengok, tak kisah kalau orang mengganggu dan mengusik, bahkan mereka rasa senang, seronok dan bahagia bila dalam keadaan begitu.Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda bermaksud :"Jika engkau tidak malu, buatlah sesuka hatimu"Hadis ini merupakan sindiran dalam tegahan. Sifat malu itu adalah pokok akhlak yang mulia dan budi pekerti yang terpuji. Tidak payah diletakkan sifat malu ini di atas neraca syari'at, malah neraca akalpun sudah mengakui sebagai suatu sifat yang perlu ada pada diri manusia.Barangkali wanita hari ini kebanyakkanya tidak malu atau kurang malu. sebab itu mereka sanggup melakukan apa saja dosa dan maksiat. Atau barangkali jika sifat malu yang dikurniakan Allah itu sudah tidak

Page 5: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

berfungsi sepenuhnya. Kalau demikian, bererti tiada iman di dada mereka.Jelasnya, mereka tidak takut kepada Allah, tidak gerun kepada neraka Allah dan tidak cintakan syurga Allah. Mereka langsung tidak takut dengan hukuman yang bakal Allah timpakan ke atas mereka. Ini tandanya mereka tiada iman.Apabila tidak beriman, maka sifat malu yang sedia ada itu secara automatik akan hilang. Inilah realiti yang tidak boleh dinafikan, buktinya boleh dilihat di mana-mana. Melalui media cetak, media elektronik dan bahkan di hadapan mata kita sendiri berbagai ragam, kemungkaran berlaku, tidak terkecuali dilakukan oleh wanita.Sayang, wanita yang sepatutnya lebih istimewa daripada lelaki menjadi serendah-rendahnya hanya disebabkan sifat malunya tidak berfungsi sepenuhnya.Tapi percayalah, kalau semua wanita boleh mengekalkan sifat malunya. tentulah mereka akan berpakaian sopan, berakhlak mulia, dan ketika itu mereka akan disegani oleh semua pihak. Dengan ini akan terhindarlah gejala buruk yang menimpa kaum wanita.  

Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam:

BEBASKAN MANUSIA DARIMENDEWAKAN SESAMA MAKHLUK

MARILAH kita bertakwa kepada Allah Subhanahu Wataala dengan sebenar-benar takwa. Kerana dengan bertakwa hidup kita akan selamat, dengan melakukan segala suruhan-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Mudah-mudahan kita tergolong hamba-hamba yang berjaya di dunia dan di akhirat. 12 Rabiulawal tarikh bersejarah bagi umat Islam. Pada tarikh dan bulan inilah dalam tahun Gajah atau 571 Masihi Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diputerakan. Pemimpin agung umat manusia sejagat yang tiada taranya di muka bumi ini pembawa rahmat alam semesta. Adalah wajar kita menyambut dan mengenang kembali serta merayakan tarikh Maulidur Rasul itu sebagai tanda kesyukuran dan kasih sayang umat Islam di negara ini terhadap pemimpin agung yang menjadi manusia pilihan Allah Subhanahu Wataala.

MEMBEBASKAN MANUSIASeperkara yang patut kita ingat bahawa kesan utama dari mengingati hari bersejarah ini iaitu kelahiran Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang menjadi utusan Allah Subhanahu Wataala di muka bumi ini ialah bagi membersihkan akidah manusia melalui konsep tauhid yang dengannya akan terhapuslah kepercayaan dan pegangan menyekutukan Allah Subhanahu Wataala yang menjadi amalan di dalam masyarakat Arab jahiliah di zaman Baginda. Dengan akidah tauhid inilah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam telah membebaskan manusia daripada belenggu pendewaan sesama makhluk dan tunduk kepada kuasa lain selain daripada kuasa Allah Subhanahu Wataala, memerdekakan umat Islam daripada sebarang tahayul dan khurafat.

Page 6: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

Menghidupkan bulan Rabiulawal sebagai mengenang kembali kelahiran Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam adalah selaras dengan kefahaman Ahli Sunnah Wal- Jamaah, kerana dengan menghidupkan bulan ini melalui pembacaan Dikir Maulud Syarafil Annam yang mana di dalamnya tercatat kisah dan peristiwa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam akan mewujudkan rasa cinta yang lebih mendalam kepada Baginda, kerana di sebalik kisah-kisah dan perjuangan Baginda itu tercatat berbagai-bagai peristiwa yang boleh menjadi seri teladan dalam kehidupan sebagai umat Islam pada masa ini.

PENGEMBALA KAMBINGAllah Subhanahu Wataala berfirman dalam Surah Al-Anbiaa' ayat 107 yang tafsirnya: "Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam." Huraian lanjut yang dapat dibuat berdasarkan firman Allah Subhanahu Wataala itu ialah persoalan budi pekerti termasuk dalam berbagai-bagai aspek kehidupan. Sebagai contoh pengalaman Baginda sebagai pengembala kambing di zaman kanak-kanak, mengasuh dan membentuk jiwa Baginda untuk tabah menghadapi kesusahan dan kerumitan. Inilah titik permulaan melatih diri Baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam untuk menjadi pemimpin dan berkeupayaan menyatupadukan seluruh manusia yang berbagai ragam. Dalam contoh yang lain pada zaman remaja Baginda, sebelum dilantik menjadi Rasul Allah, Baginda telah menyerlahkan bakat Baginda berdasarkan keperibadian yang mulia dengan menimbul dan membayangkan beberapa sifat dan kelakuan yang boleh dikatakan menjadi punca keamanan dan ketenteraman masyarakat. Ini dapat kita saksikan dalam satu peristiwa di mana masyarakat Arab dilanda kekecuhan yang hampir membawa kepada pertumpahan darah apabila ketua kaum masing-masing menuntut hak untuk meletakkan Hajaral Aswad di tempatnya yang asal selepas proses baik pulih Kaabah selesai dijalankan. Dengan kebijaksanaan yang lahir daripada keperibadian dan yang mulia, Baginda telah dapat menyelesaikan masalah-masalah itu tanpa meninggalkan kesan tidak puas hati sedikit pun di hati mana-mana kaum.

MENAKJUBKANBegitu juga sewaktu Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diberi amanah untuk menguruskan perniagaan milik Sayidatina Khadijah, Baginda telah memberi satu perkhidmatan yang sungguh menakjubkan sehingga tiada sedikit pun timbul keraguan dan rasa tidak percaya Sayidatina Khadijah terhadap Baginda. Setiap urusan dalam perniagaan dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengambil kira semua aspek. Sifat inilah antara lain yang membawa Baginda mendapat gelaran 'Al-Amin.' Sekiranya masyarakat hari ini mengambil teladan tersebut untuk diamalkan ke dalam bidang perniagaan dan perdagangan sudah tentu gejala-gejala buruk seperti pecah amanah, penipuan, menggelapkan wang masyarakat dan sebagainya tidak akan berlaku. Setelah Baginda dilantik menjadi Rasul, berbagai-bagai fenomina berlaku di dalam masyarakat yang terpaksa ditangani oleh Baginda berbekalkan pegangan hidup yang jelas untuk membawa masyarakat ke suatu titik kecemerlangan dalam semua bidang dan semua zaman. Antara yang telah menyerlahkan keperibadian Baginda ialah tahap kesabaran yang amat tinggi di awal penyebaran agama Islam iaitu setelah tamat tempoh penyebaran secara bersembunyi. Hampir kesemua masyarakat Arab ketika itu menentang Baginda, tentangan itu bukan hanya mencengkam jiwa Baginda dengan ejekan dan cercaan, malah tindakan fizikal juga turut dilakukan oleh kaum Quraisy.

Page 7: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

Baginda juga menggalakkan falsafah jihad ke dalam diri dan pengikut-pengikutnya. Dengan falsafah ini ternyata Baginda telah memenangi hampir semua peperangan yang tercetus dengan musuh-musuh Islam. Baginda sabar dalam menyusun strategi bala tentera, tabah dan kuat hati dalam menghadapi musuh. Dan yang lebih penting Baginda bekerja dalam satu kumpulan. Dengan meneliti keperibadian hidup Rasul itu, sudah tentu masyarakat hari ini akan tergamit hati untuk mencontohi Baginda dalam semua aspek kehidupan. "Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi."  

Kelahiran Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam:

PEMBAWA RAHMAT DI TENGAH-TENGAH kekufuran dan kemusyrikan kaum Arab yang tidak mengenal kebenaran itu lahirlah seorang putera yang bakal memimpin umat manusia. Membawa cahaya kebenaran yakni Islam agama yang diredai. Masyarakat Jahiliah ketika itu memuja berhala dan kufur terhadap Allah Subhanahu Wataala yang mencipta seluruh alam ini. Mereka bukan buta mata tetapi buta hati. Begitulah bahasa yang dapat digambarkan betapa sesat dan menyelewengnya akidah kepercayaan masyarakat jahiliah ketika itu. Ketika saat tentera bergajah cuba meruntuhkan Kaabah itulah Muhammad diputerakan oleh ibunya Siti Aminah. Rancangan jahat tentera Abrahah itu tidak diizinkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala kerana tentera berkenaan telah diserang oleh sepasukan burung Ababil yang membawa batu-batu kecil berapi yang dinamakan Sijjil yang telah diutus oleh Allah Subhanahu Wataala seperti yang diceritakan dalam Al-Quran melalui Surah Al-Fiil. Ibnu Abbas mengatakan bahawa Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diputerakan pada Tahun Gajah sekitar tahun 570 Masihi. Baginda diputerakan pada hari Isnin, 12 Rabiul awal Tahun Gajah. Hari Isnin adalah hari yang penuh berkat. Imam Ahmad dari Ibnu Abbas telah meriwayatkan satu hadis bahawa Sallallahu Alaihi Wasallam telah diputerakan pada hari Isnin, keluar berhijrah dari Mekah ke Madinah pada hari Isnin, sampai di Madinah pada hari Isnin serta mengangkat Hajaral Aswad ketika Kaabah dibangun semula oleh Quraisy pada hari Isnin juga. Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam adalah keturunan dari Qushai pahlawan dari suku Quraisy yang telah berjaya mengalahkan kekuasaan Khuza'ah atas Kota Mekah. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdumanaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Bani Ismail. Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdumanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah, di sinilah salasilah keturunan ayah dan ibu Nabi Muhammad Sallalahu Alaihi Wasallam bertemu. Baik keluarga daripada pihak bapa mahupun dari ibu keduanya termasuk golongan bangsawan dan terhormat dalam kalangan kabilah-kabilah Arab. Sudah menjadi kebiasaan pada orang-orang Arab Kota Mekah terutama golongan bangsawan menyusu dan mengasuhkan anak-anak damit mereka kepada wanita badwi (dusun di padang pasir) agar anak-anak tersebut dapat menghirup udara bersih, terhindar daripada penyakit-penyakit kota dan supaya anak-anak itu dapat berbicara dengan bahasa yang murni dan fasih. Demikianlah halnya Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam, Baginda diserahkan oleh ibunya kepada seorang perempuan yang baik budi pekertinya iaitu Halimatus Sa'diyah dari Bani Sa'ad

Page 8: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

kabilah Hawazin. Di perkampungan Bani Sa'ad inilah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diasuh dan dibesarkan sampai berusia lima tahun. Sesudah berusia lima tahun, Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam dihantar ke Mekah kembali kepada ibunya, Siti Aminah. Setahun kemudian, iaitu sesudah ia berusia kira-kira enam tahun Baginda dibawa oleh ibunya ke Madinah. Mereka tinggal di sana kira-kira sebulan. Dalam perjalanan pulang pada suatu tempat yang bernama Abwa' tiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga wafat dan dimakamkan di sana juga. Dapat dibayangkan betapa sedihnya Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam menghadapi bencana kewafatan ibunya sehingga ia tinggal sebatang kara menjadi seorang yatim piatu, tiada berayah dan tiada beribu. Setelah selesai permakaman bonda Baginda, Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam pun meninggalkan kampung Abwa' kembali ke Mekah dan tinggal bersama datuknya Abdul Muthalib. Di sinilah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diasuh sendiri oleh datuknya dengan penuh kecintaan. Usia Abdul Muthalib pada waktu itu hampir mencapai 80 tahun. Dia adalah seorang yang terkemuka Quraisy yang disegani dan dihormati oleh segenap kaum Quraisy pada amnya dan penduduk kota Mekah khasnya. Disebabkan kasih sayang datuknya Abdul Muthalib, Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam dapat menghilangkan kedukaannya terhadap kewafatan bondanya. Tetapi keadaan ini tidak lama kerana selang dua tahun ia merasa terhibur di bawah asuhan datuknya, datuknya pula wafat dalam usia 80 tahun dan Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam pada ketika itu berusia lapan tahun. Kewafatan Abdul Muthalib bukan saja merupakan kesedihan besar bagi Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam bahkan juga segenap penduduk kota Mekah. Dengan kewafatan Abdul Muthalib penduduk Kota Mekah kehilangan seorang pembesar dan pemimpin yang cerdas, bijaksana, berani dan perwira yang tidak mudah dicari ganti. Dengan wasiat Abdul Muthalib maka Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diasuh oleh bapa saudaranya Abu Thalib. Abu Thalib mencurahkan kasih sayangnya terhadap anak saudaranya ini tidaklah kurang dari apa yang diberikannya kepada anak-anaknya sendiri. Selama dalam asuhan datuk dan bapa saudaranya, Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam menunjukkan sikap yang terpuji dan selalu membantu meringankan kehidupan mereka. Perubahan yang dibawa oleh ajaran Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam terhadap bangsa Arab Perubahan yang dibawa oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam terhadap bangsa Arab meliputi segala segi dan bidang kehidupan. Apa yang telah dicapainya untuk kejayaan bangsanya itu merupakan suatu kemenangan besar yang menakjubkan dalam sejarah dunia. Baginda bangkitkan bangsanya dari lembah kebodohan dengan membawa risalah (agama Islam) kepada seluruh umat manusia. Sebab utama dari kemenangan yang besar itu terletak pada kebenaran agama yang dibawa Baginda, agama yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wataala. Agama Islam memuatkan tentang kepercayaan, kemasyarakatan, politik dan lain-lain yang semuanya itu diterapkan oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam ke dalam kehidupan bangsa Arab. Kerana itu pengaruh atau efek dari agama Islam nampak di pelbagai segi dan bidang kehidupan bangsa Arab. Garis besar perubahan yang dibawa Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam terhadap bangsa seperti berikut: 1. Segi keagamaan: Bangsa Arab zaman jahiliah menyembah patung-patung dan batu-batu berhala dan mereka menyembelih haiwan-haiwan korban di hadapan patung-patung itu untuk

Page 9: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

memuliakannya. Mereka pada umumnya tenggelam dalam kemusyrikan dan dalam kehidupan berpecah-belah serta saling bermusuhan dan peperangan. Setiap sengketa yang timbul mereka serahkan penyelesaiannya kepada pemimpin-pemimpin mereka. Apabila datang agama Islam membawa undang-undang dari Allah Subhanahu Wataala yang mengatur kehidupan mereka baik mengenai hubungan antara individu mahupun mengenai akidah dan ibadat, benar-benar telah menghidupkan dan menjadi satu dengan jiwa mereka. Dengan demikian bangsa Arab telah mencapai kebudayaan dan peradaban yang tinggi. 2. Segi kemasyarakatan: Satu pengaruh yang menonjol dari Islam terhadap mental bangsa Arab ialah timbulnya kesedaran akan erti dan pentingnya disiplin dan ketaatan. Sebelum Islam keinsafan sedemikian sangat tipis sedangkan untuk membina suatu masyarakat yang teratur dan tertib amat memerlukan disiplin dan patuh kepada pemimpin. Hal ini pada zaman jahiliyah tidak jelas kelihatan. Dalam mengatur masyarakat, Islam mengharamkan pertumpahan darah dan menuntut bela dengan cara menjadi hakim sendiri tetapi Islam menyerahkan penuntutan bela kepada pemerintahan. Islam meletakkan dasar-dasar umum masyarakat yang mengatur hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakatnya, antara kelompok masyarakat dengan kelompok yang lainnya, hukum keluarga hinggalah kepada soal bernegara. Ugama Islam amat mengambil berat terhadap kedudukan kaum wanita dan mengangkat darjat wanita dengan memberikan hak-hak kepada wanita sesuai dengan kewanitaannya. Tidak seperti keadaan zaman sebelum kedatangan agama Islam di mana kaum wanita dipandang hina bahkan mereka dipandang tidak berbeza dengan barang-barang biasa seperti perkakas rumahtangga, tiada hak untuk memiliki harta benda, tiada hak untuk menerima harta pusaka, tiada berpeluang mendapat pelajaran dan didikan. Tetapi setelah kedatangan agama Islam, Islam mewajibkan supaya diberi didikan yang baik dan pelajaran yang sempurna kepada tiap-tiap orang Islam sama ada lelaki mahupun perempuan. Islam juga menegakkan ajaran persamaan antara manusia dan membanteras perhambaan. Islam tidak membenarkan orang Islam dijadikan hamba sahaya bahkan orang-orang tawanan yang menjadi hamba sahaya ialah orang-orang musyrikin tawanan perang iaitu peperangan kerana menegakkan agama Allah. Islam seboleh-bolehnya cuba menghapuskan hamba sahaya dengan pelbagai cara. Orang-orang tawanan yang disifatkan sebagai hamba itu apabila mereka memeluk agama Islam maka dengan sendirinya mereka menjadi merdeka. Orang-orang tawanan itu jika tidak memeluk agama Islam selama mereka berada di negara Islam, mereka mendapat perlindungan dari sebarang ancaman. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sentiasa menggalakkan supaya semua hamba sahaya dimerdekakan. Perbuatan memerdekakan hamba dikira satu daripada ibadat yang besar kebajikannya dan salah satu jalan untuk menebus kifarat. Dalam tempoh seorang hamba itu di bawah tanggungan tuannya sebagai seorang hamba, dia mempunyai hak yang sama melainkan dalam perkara menjadi ketua atau perlantikan menjadi pemerintah. Dalam pembahagian zakat ada ditetapkan satu bahagian khas untuk menolong memerdekakan hamba iaitu dengan memberikan hak yang berupa wang atau selainnya untuk digunakan bagi menebus dirinya atau dengan memberi wang kepada pihak yang berkuasa supaya ditebuskan kemerdekaan seseorang hamba dari tangan tuannya. Dalam hukum Islam, walaupun hukum-hukum mengenai hamba abdi masih kekal dan tercatat dalam kitab-kitab fiqh bukan bererti Islam menggalakkan perhambaan kerana bukti yang nyata ialah Islam mengadakan pelbagai cara dan kemudahan untuk

Page 10: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

memperbaiki kedudukan hamba dan peraturan-peraturan untuk mengubah kedudukan hamba sahaya menjadi orang biasa. 3. Segi politik: Bangsa Arab sebelum Islam hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional, yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah yang berdasarkan hubungan pertalian darah. Rasa ashabiyah (berpuak-puak) amat mendalam di jiwa mereka sehingga apabila salah seorang di antara mereka teraniaya maka seluruh anggota kabilah itu akan bangkit membela. Ini kerana mereka memegang prinsip "Tolong saudaramu sama ada ia menganiaya atau teraniaya." Maka dengan kedatangan agama Islam, Islam telah menyatupadukan semua kabilah-kabilah Arab di bawah satu panji-panji Islam dengan menghapuskan adat resam mereka yang karut dan sifat-sifat kejam yang telah berakar umbi dalam masyarakat mereka. Sebelum kedatangan Islam, umat Arab tidak mempunyai pucuk pimpinan, tidak ada pemimpin yang dapat menyatupadukan mereka supaya menjadi kuat. Ada juga pemimpin-pemimpin bagi suku-suku kabilah Arab tetapi mereka selama-lamanya bermusuhan antara satu sama lain tidak bersatu untuk memajukan kaum mereka. Maka apabila Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dibangkitkan menjadi rasul, dari masa itulah mula terdirinya perpaduan umat Arab dan beransur-ansur menjadi kuat sehingga akhirnya terdiri sebuah kerajaan yang kuat kedudukannya dari satu masa ke satu masa. Islam tidak membenarkan adanya unsur-unsur yang menimbulkan perpecahan antara kabilah-kabilah dan antara ajarannya yang penting ialah untuk menyatupadukan mereka semula hingga menjadi umat yang kuat dan disegani oleh umat-umat lain. Semangat orang-orang Arab untuk meninggikan agama Islam sentiasa berkobar-kobar sehingga mereka berjaya menundukkan semua kabilah Arab di bawah kekuasaan kerajaan Islam yang pada mulanya berpusat di Madinah. Orang-orang Islam berani berkorban jiwa untuk meninggikan agama Islam dan dengan penuh keyakinan mereka berjuang kerana di samping kemenangan yang mereka capai di dunia mereka juga diberi jaminan bahawa jika mereka mati mereka akan menerima pahala berlipat kali ganda di akhirat. Agama Islam telah mengubah sama sekali akhlak dan perangai orang-orang Arab hingga terdapat ramai orang-orang Arab setelah Islam terkenal dengan budi pekerti yang tinggi dan keperibadian yang mulia. Kalau sebelum Islam yang menjadi ukuran kebanggaan orang-orang Arab ialah suku bangsa dan puak keturunan dengan menganggap bahawa kemuliaan seseorang itu terletak pada asal keturunan yang mulia, pada keberanian diri seseorang, pada sifat pemurah yang tidak ada tandingannya dan layanan yang baik hanya diberikan kepada kaum keluarga sahaja dan pada kekuatan seseorang untuk membalas dendam dan menuntut bela ke atas penceroboh tanpa ihsan. Itulah sifat-sifat kebanggaan sebelum kedatangan agama Islam, tetapi setelah kedatangan Islam keadaan tersebut berubah sama sekali. Satu lagi perubahan besar setelah kedatangan Islam ialah lenyapnya sifat menuntut bela dari suku-suku bangsa Arab sedangkan sebelum Islam suatu kaum yang tidak mengamalkan sifat ini dianggap sehina-hina kaum. Di bawah pimpinan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam orang-orang Arab telah bertukar corak iaitu taat setia mereka kepada segala ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sendiri dan seterusnya ajaran-ajaran yang disampaikan oleh khalifah-khalifah setelah Baginda wafat, maka agama Islam segera tersebar dengan jayanya di seluruh Semenanjung Tanah Arab. Hal sedemikian itu menjadikan bangsa Arab suatu umat yang besar dan terkenal dengan pengaruhnya

Page 11: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

yang kuat yang pada mulanya di sekitar Semenanjung Tanah Arab dan akhirnya tersebar luas dan berkembang hingga ke serata benua dan penjuru alam berlandaskan Tauhid dan syariat yang benar.  

Peranan Kerjasama (ta'awun) Dalam Masyarakat Oleh: ARNY (BAHEIS) Pendahuluan Apabila kita memperkatakan tentang peranan kerjasama maka sudah pasti kita dapat menggambarkan bahawa ia merupakan suatu yang amat penting dalam pembentukan sesebuah masyarakat. Keadaan ini jelas dapat dilihat daripada perkembangan masyarakat Islam pada zaman Rasulullah s.a.w sehinggalah ke han ini. Pengertian kerjasama secara umumnya ialah orang-orang yang bersatu dalam sesuatu pekerjaan yang terdiri daripada dua orang atau lebih untuk tujuan tertentu, untuk menghasilkan pengeluaran dan mengagihkannya. Mereka ini saling tolong-menolong antara satu sama lain untuk membentuk kesatuan yang kukuh. Tetapi hanya terhad kepada bidang ekonomi sahaja. Bentuk kerjasama yang dikehendaki di sini ialah kerjasama yang dibentuk oleh agama Islam berdasarkan perhubungan sosial, ekonomi dan politik tanpa semua bidang pekerjaan tanpa mengira perbezaan warna kulit, bahasa dan aqidah seseorang. Firman Allah yang bermaksud: "Wahai umat manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu daripada berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenalan (beramah mesra antara satu sama lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunannya atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya (akan keadaan amal kamu)". (al-Hujurat: 13) Kerjasama Dalam Keluarga: Untuk menentukan sesebuah keluarga itu dalam keadaan harmoni dan sejahtera maka kerjasama antara anggota keluarga merupakan salah satu faktor utama yang mesti dilaksanakan. Kerana ia akan mempengaruhi pembentukan peribadi setiap anggota keluarga tersebut dalam menjalani kehidupan mereka seharian. Al-Aqra bin Habis suatu hari telah melihat Rasulullah s.a.w mencium cucunya Hassan r. a., lalu al-Aqra berkata kepada Nabi, bahawa dia ada mempunyai sepuluh orang cucu dan anak tetapi tidak pernah mencium mereka, lalu Nabi bersabda kepadanya: "Sesungguhnya orang yang tidak belas kasihan maka tiada ia dibelas kasihani oleh orang lain". (Imam al-Ghazali: Bimbingan Mu'min). Seseorang anak tidak harus meninggalkan kedua orang tuanya untuk mengembara kecuali dengan keizinan terlebih dahulu. Manakala dalam hubungan suami isteri pula mereka haruslah menjaga hubungan itu dengan sebaik-baiknya, dan saling faham memahami antara satu sama lain, kerana mereka ini menjadi contoh kepada anak-anak di kemudian hari. Andaikata perpecahan dalam rumahtangga itu berlaku maka anak-anak akan menjadi mangsa dan tidak akan mendapat pendidikan yang sempurna. Firman Allah yang bermaksud: "…dan bertaqwa kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-nyebut nama-Nya, serta peliharalah hubungan silaturrahim kaum kerabat, kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu". (Surah Al-Nisa: ?) Pergaulan Baik dengan Sahabat: Pergaulan yang baik itu adalah buah yang baik dan kemurnian budi pekerti, manakala perpecahan pula adalah merupakan hasil yang tidak baik daripada budi pekerti yang buruk. Kemuliaan dapat dibina daripada kerjasama yang baik dalam memperjuangkan kebenaran yang diredhai oleh Allah. Firman-Nya yang bermaksud: "Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang luhur". (al-Qalam: 4) Dalam firman-Nya yang lain bermaksud: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat-nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, maka Allah menjinakkan antara hati kamu, lalu menjadikan kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara dan ketika kamu berada di jurang api neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan

Page 12: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk". (Al-Imran: 103) Oleh yang demikian jelaslah bahawa kerjasama yang sebenar hanya dapat dicapaI melaluI beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berpegang kuat kepada ajaran-Nya. Persahabatan yang berdasarkan kepada cinta kerana Allah akan mendapat rahMat daripada-Nya. Dalam menjalin kerjasama antara sahabat dan saudara, ada beberapa hak yang mesti ditunaikan:- 1.Hak dalam mengendalikan harta, 2.Hak dalam memberi bantuan kebendaan, 3.Hak dalam memelihara lidah dan hati, 4.Hak dalam memelihara ucapan, 5.Hak dalam memaafkan kesalahannya, 6.Hak dalam mendoakannya, 7.Hak dalam menepati janji dan ikhlas diri, Maimun bin Mahran pernah berkata: "Barang siapa yang suka berkawan tapi tidak suka melebihi kawan maka lebih baik ia berkawan dengan ahli kubur." Firman Allah yang bermaksud: "Dan dalam urusan mereka, mereka mesyuaratkannya sesama mereka dan mereka sentiasa membelanjakan apa yang Kami berikan rezeki ke atas mereka." (al-Syura: 38) Syura yang dimaksudkan di sini ialah bermesyuarat dalam menjalankan sesuatu perkara. Setengah ahli tafsir mengatakan, ayat ini ditujukan kepada orang-orang Ansar sebelum Nabi berhijrah ke Madinah lagi. Abu Sulaiman ad-Darran pula berkata: "Andaikata seluruh isi dunia ini kepunyaanku lalu aku berikan atau kuletakkannya ke dalam mulut salah seorang dan sahabat-sahabatku maka aku masih merasakan terlalu sedikit." Ini menunjukkan betapa besarnya hikmat persaudaraan dalam ertikata yang sebenar untuk dalam membentuk kerjasama yang erat di antara umat Islam. Di antara ahli salaf, ada yang mengatakan bahawa tanggungjawab tentang keluarga dan anak-anak sahabatnya adalah merupakan kewajipan yang mesti ditunaikan oleh seorang muslim sama ada dengan menghulurkan bantuan yang berupa material ataupun spiritual apabila keluarga itu memerlukannya. Di antara perkara yang sering dilakukan oleh mereka ialah mengunjungi rumah-rumah sahabatnya dengan membawa bantuan yang diperlukan. Ada tiga perkara yang mesti kamu tunaikan terhadap sahabat: 1. Jika mereka sakit hendaklah kamu segera menziarahinya. 2. Jika mereka sibuk dengan urusan berikanlah bantuan. 3. Jika mereka lupa hendaklah ingatkan mereka. Seseorang muslim itu hendaklah menjaga lidah dan tutur katanya demi menjaga perhubungan sama ada dengan para sahabat mahupun dengan jiran tetangga. Jangan suka menceritakan keaiban orang lain. Telah berkata Umar ibnu al-Khatab r.a., tiga perkara yang akan menimbulkan kasih sayang saudaramu terhadapmu ialah: 1. Memberi salam ketika bertemu dengannya. 2. Meluaskan tempat duduk baginya dalam suatu majlis. 3. Memanggil dengan nama yang disukainya. Dalam menentukan kasih sayang ini kita perlu ingat bahawa ia bergantung kepada sifat diri kita sendiri, misalnya sifat ramah-tamah (ulfah). Sifat ramah-tamah ini dapat dicapai dengan mengadakan hubungan rapat antara satu sama lain, yang dapat menimbulkan rasa kenal mesra dan bergaul bebas antara satu sama lain. Ada pepatah Melayu mengatakan "tak kenal maka tak cinta". Perkenalan yang baik berdasarkan kepada keimanan sejati akan membuahkan kebebasan peribadi dan dapat menimbulkan kegembiraan serta ramah-tamah antara dua belah pihak. Ada lima perkara untuk menjadikan pergaulan seseorang itu baik: 1. Agama 2. Keturunan 3. Hubungan perkahwinan 4. Kebajikan 5. Persaudaraan Kerjasama Dengan Jiran Tetangga: Setiap manusia yang bergaul dengan satu golongan mestilah ada caranya yang tertentu dan ada berbagai-bagai bentuk. Ini termasuklah daripada segi hubungan persahabatan, hubungan persaudaraan, hubungan rakan pergaulan dan yang lebih utama ialah hubungan dengan jiran tetangga. Hubungan ini tidak kira dalam bentuk apa sekalipun sama ada memberi bantuan, kerjasama dan sebagainya tetapi khusus kepada perkara-perkara kebaikan sahaja. Firman Allah yang berbunyi: "Dan hendaklah kamu tolong-menolong dalam perkara-perkara kebakikan dan ketaqwaan dan janganlah kamu toong-menolong dalam perkara-perkara kejahatan dan permusuhan." (al-Maidah: 2) Dalam ayat al-Quran tadi jelas kepada kita bahawa kerjasama antara jiran itu amat penting untuk melahirkan suatu masyarakat yang harmoni dan bersatu padu. Antara jiran tetangga hendaklah saling hormat-menghormati. Islam telah menetapkan beberapa hak bagi umat Islam terhadap jirannya antara lain ialah: 1. Sentiasa memberi salam kepadanya apabila bertemu. 2. Jangan terlampau

Page 13: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

banyak bertanyakan hal ehwalnya. 3. Selalu menziarahinya terutama ketika sakit. 4. Memaafkan segala kesalahan dan kesilapannya. 5. Hendaklah menutup segala keaiban dan kecelakaan dan diketahui oleh orang ramai. Kalau kita lihat pada zaman Rasulullah s.a.w., kerjasama antara jiran khususnya dan antara umat Islam amnya adalah sangat erat hinggakan mereka sanggup menyerahkan segala harta kekayaan mereka untuk jihad di jalan Allah dan membentuk sebuah masyarakat Islam yang benar-benar bersatu padu, misalnya Othman bin Affan dan Abdul Rahman bin Auf, mereka ini sanggup membelanjakan harta kekayaan yang banyak untuk berjihad di jalan Allah dan menolong saudara mereka yang memerlukan pertolongan. Kesimpulan Untuk membentuk sebuah masyarakat yang berasaskan prinsip-prinsip Islam maka ia memerlukan kerjasama yang betul-betul padu dan kukuh antara ahli masyarakat tersebut. Tidak ada kerjasama yang lebih baik melainkan dengan iman yang kukuh untuk menuju kepada keredaan Allah semata-mata. Kerjasama ini melibatkan seluruh aspek kehidupan sama ada dari segi jasmani dan rohani. Dalam proses pembentukan ini pengorbanan memainkan peranan yang penting tanpa pengorbanan proses ini tidak dapat mencapai ke tahap yang diingini. Pengorbanan ini termasuklah dalam bentuk material dan spiritual. Sumber: Sinaran Islam, Tahun 8, Bil. 2, Jun 1988, hal. 23-26.   </index.html>

A l-Is la m

</index.html> 

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Hikmah Al-Qur'an [ Hikmah Terbaru </hikmah.html> ] [ Indeks Hikmah Sebelumnya </hikmah/idx-hikmah.html> ] Wujud Kasih Sayang Rasulullah Akhlak Rasulullah saw. Sebagaimana kita yakini, bahwa Nabi Muhammad saw, adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah swt kepada segenap umat manusia di kolong jagat raya ini. Beliau diutus dengan tugas menyampaikan risalah Islam sekaligus sebagai rahmatan lil'alamin (sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta) yang penuh dengan contoh teladan

Page 14: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

utama. Wujud dari rahmatan lil'alaminnya itu ialah bahwa segala peraturan yang dibawanya, bukan hanya untuk kebahagiaan bangsanya (Arab) saja, tetapi juga untuk seluruh umat manusia secara umum. Norma-norma dan peraturan - peraturan itu diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan, sedangkan akhlaknya berfungsi sebagai uswah hasanah (suri teladan yang baik) yang patut dicontoh oleh setiap pribadi muslim khususnya, dan oleh setiap umat manusia pada umumnya (QS Al Ahzab, 33:21) Di dalam semua fase kehidupannya, beliau terkenal berbudi pekerti baik. tak ada perbuatan yang dituduhkan kepadanya sebagai celaan. Karena budi pekerti dan akhlaknya yang baik itu, sejak mudanya beliau telah mendapatkan gelar kehormatan dari kaumnya sebagai Al - Amin (yang jujur dan sangat dapat dipercaya). Kehidupan dan pribadi beliau yang baik itu dijadikan Allah sebagai pola kehidupan yang harus ditiru oleh setiap manusia. Aisyah, istri Rasulullah, ketika ditanya tentang apa dan bagaimana akhlak dan budi pekerti Rasulullah, beliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Quran. Oleh karenanya, maka rumah tangga yang baik, adalah yang berpola kepada rumah tangga Rasulullah. Kepemimpinan yang baik dan ideal, adalah yang berpola kepada kepemimpinan Rasulullah. Ibadah yang baik dan benar berpola kepada yang dilakukan dan dicontoh oleh Rasulullah. Ajaran Islam Bermuara Pada Akhlak Risalah Islam yang dibawa Rasulullah, amal dan ajarannya demikian luas dan dalam. Tidak saja meliputi kehidupan umat manusia, tetapi juga menjangkau seluruh kehidupan isi jagat raya ini. Meskipun amalan dan ajarannya telah 14 abad dikaji dan dibahas oleh para cerdik cendikiawan, namun hingga kini keluasan dan kedalamannya masih belum terajuk oleh ilmu dan teknologi. Dan bila kita bertanya apa sebenarnya yang dikehendaki oleh ajaran Islam yang demikian luas dan dalam ini dari makhluk manusia ? maka jawabannya cukup sederhana saja, yakni bahwa Islam menghendaki agar manusia menjadi orang yang baik. dan orang yang baik itu ternyata ada pada akhlak yang mulia dan terpuji. Maka untuk maksud dan tujuan itulah Muhammad Rasulullah saw, diutus kepermukaan bumi ini, sesuai dengan penegasannya : "Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti yang mulia" Bahkan dalam salah satu sabdanya yang lain, beliau pernah menegaskan, bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling mulia dan paling baik akhlaknya. Dengan demikian jelas bahwa semua ajaran dan amalan Islam bermuara pada akhlak yang mulia. Islam memandang bahwa akhlak yang mulia dan utama adalah sebagian dari iman, bahkan merupakan buahnya yang manis. Untuk itulah syariat Islam menggariskan perilaku perbuatan yang bernilai akhlak, dengan perintah - perintahnya. Syariat Islam membina akhlak yang positif, sedangkan dengan larangan-larangannya, ia menjauhkan nilai-nilai negatif pada akhlak. Itulah sebabnya syari'at Islam selalu mengajak kepada amar bil-ma'ruf dan nahyi 'anil-munkar, memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk. Oleh karenanya, bila manusia hidup dalam naungan syari'at, ia akan terdidik kehidupannya dalam nilai-nilai yang baik, serta senantiasa akan menghindari nilai-nilai buruk. Wujud Kasih Sayang Rasulullah Seluruh perilaku hidup Rasulullah saw sehari - harinya, merupakan contoh teladan bagi umat manusia. Beliaulah satu -satunya figur manusia yang memiliki pribadi dan akhlak yang mulia dan utama. Pribadi dan akhlaknya merupakan tumpuan yang memperteduh segala makhluk dunia dalam mencari rachmat Ilahi. Kehidupannya merupakan wujud citra yang paling tinggi dalam seluruh aspek kehidupan manusia, tutur bahasanya merupakan puncak segala budi bahasa, risalahnya adalah ujung segala cita-cita yang mulia. Beliaulah insan kamil manusia paling sempurna dalam lingkungan kemanusiaan, merupakan himpunan dari segala keutamaan, Beliaulah Khatamul Anbiya wal-Mursalin. Untuk mengetahui sejauh mana kelembutan, kehalusan dan kemuliaan akhlak beliau, terutama sifat kasih sayangnya yang mendalam dituturkan dalam sebuah riwayat sebagai berikut : Pada suatu hari dimusim panas, beliau pergi kepasar untuk membeli qamis (baju panjang) yang terbuat dari kain wool kasar sebagai pengganti bajunya yang sudah usang. Beliau membawa uang sebanyak 8 dirham. Ketika sedang berjalan dilihatnya ada seorang jariah (budak wanita) di tepi jalan sedang menangis tersedu. Beliau hampiri anak itu, seraya menegur dengan kasih sayang : "Kenapa engkau menangis nak ?", budak wanita tadi menjawab "Aku disuruh majikanku kepasar untuk belanja makanan, aku dibekali uang 2 dirham namun uang itu hilang" jawabnya sambil terus menangis. "Sudah jangan menagis lagi, ini uang 2 dirham, ambilah sebagai pengganti uangmu yang hilang, pergilah belanja", "Terima kasih" kata budak wanita itu, seraya pergi meninggalkan Rasulullah. Rasulullah berpikir bahwa uangnya sudah berkurang 2 dirham, kini tinggal 6 dirham sudah pasti dengan uang tersebut tidak dapat lagi kain wool kasar, paling hanya untuk qamis kain katun. Kemudian beliau meneruskan perjalanan ke pasar dan membeli qamis seharga 4 dirham, dengan demikian masih tersisa 2 dirham, kemudian

Page 15: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

pulang. Ditengah perjalanan pulang, Rasulullah mendengar seorang tua berseru ditepi jalan "Siapakah yang akan memberiku pakaian, semoga ia akan diberi Allah pakaian yang indah di sorga" Rasulullah mendekati orang tua itu dan melihat bahwa pakaian yang dipakainya sudah tidak layak lagi untuk dipakai. Maka beliau memberikan qamis yang baru dibelinya itu kepadanya. Selanjutnya Beliau pergi lagi ke pasar membeli pakaian seharga 2 dirham sesuai sisa uangnya, yang tentu kualitasnya lebih rendah dari sebelumnya kemudian beliau pulang dengan rasa puas. Namun ditengah perjalanan pulang, bertemu dengan budak perempuan tadi dan sedang menangis pula "Apalagi yang engkau tangisi" kata Rasulullah "Uangmu yang hilang telah kuganti, dan engkau sudah belanja" budak itu menjawab "Aku terlalu lama pergi sehingga aku takut pulang, karena majikanku pasti memarahiku", "Oh, engkau jangan kuatir, pulanglah, aku akan mengantarmu sampai kerumah dan bertemu majikanmu" kata Rasulullah. Budak perempuan itu lalu berjalan menuju rumah majikannya, sementara Rasulullah mengikutinya dari belakang. Setelah sampai, Rasulullah melihat kesekelilingnya sepi dan sunyi, maka beliau dengan suara yang keras berseru menyampaikan salam "Assalamu'alaikum warahmatullah". Tetapi tidak ada jawaban, diulanginya sampai tiga kali, baru ada jawaban dari dalam "Wa alaikumssalam warahmatullahi wa barakatuh". Apakah kalian tidak mendengar salamku " kata Rasulullah maka penghuni rumah menjawab "Kami mendengar ya Rasulullah, namun sengaja kami belum menjawabnya, sampai engkau mengulanginya 3 kali, agar doa yang engkau ucapkan kepada kami lebih banyak keberkatannya", "Baiklah kalau begitu, dan ini aku mengantarkan budak kalian pulang, ia tadi kehilangan uang belanjanya 2 dirham, dan aku telah menggantinya. dan aku harap agar kalian tidak memarahinya karena terlambat pulang" demikian Rasulullah menjelaskan. "Ya Rasulullah" kata wanita pemilik budak itu, "karena engkau telah menolongnya dan telah melindunginya, maka budak ini sejak saat ini kami merdekakan, semoga senantiasa dalam lindungan Allah, berkat kasih sayangmu" Tidak dapat dibayangkan betapa gembira dan terharunya hati Rasulullah setelah mendengar pernyataan itu, demikian pula sibudak itu. Beliau sambil pulang menuju rumah, berseloroh dalam hatinya "Alangkah penuh berkahnya uang 8 dirham ini. Yang kehilangan uang dapat diganti, yang tak berpakaian dapat pakaian, yang ketakutan dapat tertolong, dan seorang budak dapat dimerdekakan, dan aku sendiri dapat membeli qamis" Apa yang dikerjakan Rasulullah saw, ini patut menjadi cermin bagi kehidupan muslim dalam kesehariannya, lebih-lebih disaat krisis moneter yang sedang dialami oleh kita bangsa Indonesia ini. Wallahun a'lam bishshawab. Diambil dari : Buletin Dakwah No 33 Thn XXV, oleh H. Abdullah Faqih S. Penerbit - Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Perwakilan Jakarta Raya, edisi Jum'at ke - 2, Agustus 1998 M. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia [ Hikmah Terbaru </hikmah.html> ] [ Indeks Hikmah Sebelumnya </hikmah/idx-hikmah.html> ] [ Halaman Muka </index.html> ] [ Informasi Al-Islam </informasi.html> ] [ Hikmah Al-Qur'an

</hikmah.html> ] [ Dakwah Jumat </dakwah.html> ] [ Profil Tokoh Islam </profil.html> ]

Copyright © Al-Islam </index.html> 1998Jl. Pahlawan Revolusi, No 100, Jakarta 13430

Telpon: 62-21-86600703, 86600704, Fax: 62-21-86600712 E-Mail: [email protected] <mailto:[email protected]>

 GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA 1998

BAB IVF. KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KETUJUH

Page 16: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

KESEJAHTERAAN RAKYAT, PENDIDIKAN, DAN KEBUDAYAAN5. Anak dan Remaja

Pembinaan anak dan remaja diarahkan pada penumbuhan kesadaran akan perilaku hidup sehat, jati diri serta penumbuhan idealisme, nasionalisme, dan rasa cinta tanah air dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, dan peningkatan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan masyarakat, dilaksanakan melalui peningkatan pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, budi pekerti luhur, kualitas gizi, penumbuhan minat belajar, minat membaca, peningkatan daya cipta dan daya nalar serta kreativitas.

Pembinaan anak yang dimulai sejak anak dalam kandungan diarahkan pada peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak dengan mempertinggi kualitas gizi, meningkatkan daya tahan dan kesehatan anak, menjaga kesehatan jasmani dan ketenangan jiwa ibu serta menjaga ketenteraman suasana keluarga dan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga. Pembinaan anak di bawah usia lima tahun diupayakan terutama dengan pembiasaan awal dalam keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, meningkatkan kualitas gizi anak, serta memberikan kesempatan ber-main bersama dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan anak secara wajar.

Pembinaan anak usia sekolah dilaksanakan melalui keseimbangan waktu belajar dan waktu bermain, peningkatan pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, budi pekerti luhur, dan perilaku terpuji; peningkatan kualitas gizi; penanaman rasa cinta tanah air, disiplin dan kemandirian; penumbuhan minat baca, menulis, berhitung, dan belajar; peningkatan daya cipta, daya analisis, prakarsa dan daya kreasi; pe-numbuhan ke-sadar-an akan perilaku hidup sehat dan hidup ber-masyarakat, berwawasan kebangsaan serta peningkatan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pembinaan remaja dilaksanakan melalui peningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pembiasaan dan penghayatan perilaku terpuji, sikap mandiri, berprestasi, dan bertanggung jawab, peningkatan budaya gemar membaca dan budaya belajar, penumbuhan kemampuan dan daya nalar, kemampuan berinisiatif dan berpikir kritis analitis, pengembangan kreativitas dan keterampilan, peningkatkan gizi dan kesehatan jasmani, penanaman kesadaran akan bahaya penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; kepekaan terhadap lingkungan dan pe-mahaman wawasan kebangsaan serta upaya menumbuh-kan idealisme dan rasa cinta tanah air dalam pem-bangunan bangsa dan negara sebagai pengamalan Pancasila.

Pembinaan anak dan remaja dilaksanakan bersamaan dengan peningkatan kesadaran orang tua terhadap tanggung jawab dan

Page 17: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

peranannya sebagai pendidik pertama dan utama serta peningkatan perhatian dan perlindungan hak anak sesuai dengan usia dan tahap perkembang-annya. Orang tua juga dituntut untuk lebih menyadari betapa besar peranannya sebagai panutan dan teladan bagi anak dan remaja dengan menciptakan suasana keluarga yang harmonis dan sejahtera lahir batin. Peningkatan peranserta masyarakat dalam membina anak terlantar, anak-anak dari keluarga kurang mampu, dan anak-anak cacat yang selama ini belum berkesempatan mendapatkan pendidikan dan perawatan sosial dilaksanakan baik oleh perseorangan, keluarga maupun lembaga sebagai orang tua asuh.

 

Depdiknas akan Terapkan Trilogi Pendidikan

Pendidikan Indonesia di masa mendatang rencananya akan bertumpu pada program trilogi pendidikan, yakni peningkatan kemampuan baca-tulis, penguasaan ilmu-ilmu dasar, serta pemahaman kewarganegaraan dan budi pekerti. ``Tantangan dan mutu pendidikan mendatang sangat tergantung, setidaknya pada tiga aspek tersebut. Secara kebetulan, ketiga aspek itu belum dipahami oleh dunia pendidikan kita dan kualitasnya masih dalam predikat mengkhawatirkan,`` kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Yahya A Muhaimin seusai membuka seminar nasional tentang Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Budi Pekerti di Jakarta, kemarin.

Pelaksanaan program serupa, menurut Mendiknas, juga dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) yang meletakkan fondasi jalur pendidikannya pada penguasaan bidang bahasa Inggris, kewarganegaraan, matematika, dan fisika. Dan keberhasilan program pendidikan AS itu, lanjutnya, dapat dilihat pada tumbuhnya rasa cinta tanah air dan nasionalisme yang tinggi dari warga negaranya.

Dalam mendukung program trilogi tersebut, lanjut Yahya, saat ini Depdiknas telah menugaskan badan penelitian dan pengembangan (balitbang) untuk merumuskan konsep reformasi pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat yang lebih luas lagi. ``Reformasi pendidikan seperti apa nanti akan ditentukan standar nasionalnya dan standar kompetensi minimal yang harus dicapai pada masing-masing sekolah,`` ujarnya. Mengenai rencana program trilogi pendidikan itu, Yahya membantah bahwa program-program yang telah ada dan dibuat oleh pejabat menteri sebelumnya akan dihapuskan. Seperti diketahui, beberapa program pendidikan yang masih berjalan sampai saat ini adalah program muatan lokal yang dipelopori Fuad Hassan, atau link and match yang digandrungi Wardiman Djojonegoro.

Yahya mengatakan program trilogi pendidikan tersebut akan diprioritaskan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen). Namun pada jenjang pendidikan tinggi, program pemahaman materi kewarganegaraan tetap diberikan.

Sementara itu Dirjen Dikdasmen Indra Djati Sidi mengatakan bila program trilogi pendidikan nasional dikaitannya dengan program terdahulu masih berhubungan dan integratif. ``Selaku direktorat tugas kita menyiapkan policy menteri. Saya melihat program yang sekarang ini mungkin sudah tercantum pada kebijakan menteri sebelumnya. Yang berbeda hanya aspek penekanannya saja, jadi tidak ada perbedaan yang mendasar,`` katanya.

Page 18: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

Program lain sebagai upaya meningkatkan mutu penguasaan ilmu-ilmu dasar pada siswa, kata Indra, maka Ditjen Dikdasmente melalui proyek Science Education Quality Improvement in Primary School (SEQIP) melakukan bekerja sama dengan pemerintah Jerman dan beberapa proyek kerjasama lainnya. (Media Indonesia)

AKHLAK YANG MULIA

Oleh Syed Hasan Alatas

Nabi s.a.w.bersabda yang maksudnya: "Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budipekerti yang mulia."(H.R.Ahmad) Akhlak ataupun budipekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan.Manusia yang berakhlak mulia,dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya,dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu syahwat syaitoniah,berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan.Menghindarkan diri dari sifat-sifat kecurangan,kerakusan dan kezaliman.Manusia yang berakhlak mulia,suka tolong menolong sesama insan dan makhluk lainnya.Mereka senang berkorban untuk kepentingan bersama.Yang kecil hormat kepada yang tua,yang tua kasih kepada yang kecil.Manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia,senang kepada kebenaran dan keadilan,toleransi,mematuhi janji,lapang dada dan tenang dalam menghadapi segala halangan dan rintangan. Akhlak yang baik akan mengangkat manusia kedarjat yang tinggi dan mulia.Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan

membinasakan ummat manusia.Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk

senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.Senang melakukan kekacauan,senang melakukan perbuatan yang tercela,yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi s.a.w.bersabda yang bermaksud: "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya ,ialah yang paling baik akhlaknya."(H.R.Ahmad) Manusia yang paling baik akhlaknya ialah junjungan kita Nabi s.a.w.sehingga budi pekerti beliau tercantum dalam al-uran,Allah berfirman yang makdudnya:"Sesungguhnya engkau (Mohammad),benar-benar berbudi pekerti yang agung."Sesuatu Ummat bagaimanapun hebat Kekuatan dan Kekayaan yang dimilikinya,akan tetapi jika budi pekertinya telah binasa,maka Ummat itu akan mudah binasa.Manusia yang tidak punya akhlak,mereka sanggup melakukan apa saja untuk kepentingan dirinya.Mereka sanggup berbohong,membuat fitnah,menjual marwah diri dan keluarga,malah dengan tidak segan silu lagi dia menjual Agama dan Negaranya.

Page 19: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

 

PELECEHAN MARTABAT MANUSIA Relasi yang baik dan benar biasanya terwujud karena insan-insan di dalamnya menghargai manusia sebagai makhluk bermartabat luhur yang tak layak dilecehkan. Manusia memang bisa salah, bahkan mungkin sering. Tetapi sebesar apa pun kesalahannya, manusia tetap manusia, insan bermartabat luhur yang seharusnya dihargai dan dilindungi dari segala bentuk pelecehan. Lihatlah, pelecehan martabat manusia sering terjadi tatkala seorang manusia melakukan diskriminasi atas manusia lain. Dalam arti hakiki, diskriminasi senantiasa menjadi ide dasar pelecehan manusia. Dari sini kemudian lahir berbagai tindak pelecehan martabat insani, mulai yang ringan semisal pengambinghitaman sesaat, sampai yang tergolong berat seperti pemerkosaan, pembakaran rumah, penyiksaan, dan pembunuhan. Ihwal pelecehan martabat manusia atau pelanggaran hak asasi manusia (HAM) akhir-akhir ini sudah menjadi wacana penting yang amat populer di Indonesia. Suka tidak suka, perspektif psikososial menginspirasikan adanya hubungan timbal-balik antara rusaknya relasi antarinsan dan pelecehan martabat manusia. Di tengah masyarakat yang kehidupan antarwarganya ditandai kerusakan relasi, niscaya terjadi pula pelanggaran HAM. Sebaliknya, maraknya pelecehan martabat manusia di tengah suatu masyarakat akan ditandai rusaknya relasi antarinsan. Tidak bisa disangkal bahwa relasi antarinsan di negeri ini sudah tidak utuh lagi. Di sana-sini terdapat noda dan bercak-bercak kerusakan relasi antarinsan. Kerusuhan di berbagai wilayah, kecenderungan pengelompokan dengan mengeksploitasi label primordial yang kian meruncingkan konflik antarkelompok, merupakan bukti nyata. Apalagi di tengah fakta itu banyak terjadi pelecehan martabat manusia. "Teriakan" dunia internasional yang sepertinya "usil" mempersoalkan pelanggaran HAM di Indonesia, mestinya tidak serta merta dianggap sebagai bentuk campur tangan urusan dalam negeri. Pasalnya, perlindungan martabat luhur manusia kini sudah menjadi wawasan universal, dan memang begitulah seyogianya. Dalam lingkup persoalan HAM, semua manusia di mana pun, dari suku bangsa atau ras apa pun, dari kelas sosial ekonomi apa pun, adalah sama. Tanpa bisa didiskriminasi, semua manusia sama-sama bermartabat luhur. Oleh karena itu, perlu dilindungi dan tidak boleh dilecehkan martabatnya dengan alasan apa pun. Apresiasi atas keluhuran martabat manusia yang kemudian menjelma sebagai sikap hormat dan protektif terhadap HAM, merupakan suatu nilai yang ditanamkan dalam sanubari selama puluhan bahkan ratusan tahun. Bangsa Amerika bisa lebih apresiatif dan protektif terhadap HAM karena mereka telah belajar ratusan tahun. Tidak salah memang. Justru fakta itu seharusnya mendorong masyarakat kita untuk segera memulai menanamkan sikap hormat dan protektif terhadap martabat luhur manusia. Ini tidak bisa ditunda-tunda. Apalagi, fakta riil kerusakan relasi di tengah kehidupan bangsa ini makin membuat rakyat menderita. Seyogianyalah fakta itu menggugah setiap manusia di negeri ini untuk secara riil bertindak mendarahdagingkan apresiasi dan sikap protektif terhadap martabat luhur manusia. Apresiasi dan proteksi terhadap martabat luhur manusia perlu dikristalisasikan sebagai program mental dalam jiwa setiap insan di Indonesia, lewat pendidikan budi pekerti yang peduli pada kepentingan HAM. Pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, perlu dihidupkan kembali dengan penekanan topik apresiasi dan proteksi terhadap HAM. Selanjutnya, pembelajaran dan diskusi di kelas ditindaklanjuti dengan upaya pendarahdagingan lewat jalur afektif dan psikomotor, dengan keteladanan orang tua, guru, serta sesama murid dalam kehidupan riil sehari-hari. Meski upaya penanaman apresiasi dan proteksi HAM itu bisa dilakukan melalui banyak cara, ada satu jalur penting yang sangat relevan untuk masa sekarang ini. Jalur penting itu adalah penghapusan diskriminasi. Sudah menjadi rahasia umum, bangsa ini sedang dililit penyakit diskriminasi yang secara canggih menjelma sebagai kroniisme, nepotisme, politisasi ras, suku bangsa, agama, dan golongan, bahkan kolusi dan korupsi. Padahal mental diskriminasi itu merupakan ide dasar dan lahan permulaan pelecehan martabat manusia. Bangsa yang de facto dililit KKN, kroniisme, dan politisasi suku bangsa, ras, agama, golongan, harusnya sadar betapa di dalam khazanah mental mereka bercokol program diskriminasi yang sedemikian mendarah daging. Demi pendidikan apresiasi dan proteksi

Page 20: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

HAM, program mental diskriminasi itu harus ditipiskan terlebih dulu secara signifikan (dr. Limas Sutanto, D.S.J., pengamat psikososial dari STFT Widya Sasana, Malang)

 Home <http://www.myquran.com>Keluarga SakinahHarus didirikan atas beberapa aspek, antara lain ; 1. Seluruh komponen rumah tangga yang memiliki sikap berbeda akan menjadi sinergi yang saling mendukung dan perbedaan tersebut menjadi rahmat dan bukan saling menghambat. 2. Perlu menghindarkan sikap menonjolkan diri atau mengganggap dirinya paling penting dan berpengaruh. 3. Sikap ikhlas menjadi modal dasar yang utama, terutama bagi orang tua dalam mendidik anak yang merupakan titipan Allah SWT. 4. Contoh dan suri tauladan yang baik dari orang tua sangat menentukan perkembangan anak. 5. Kesabaran dalam mendidik anak juga dituntut dari orang tua karena tiap anak memiliki sikap yang berbeda. 6. Bila kita memiliki kelebihan dana / keuangan dalam keluarga, sebaiknya digunakan untuk ibadah (sedekah, dll) dan mengisi dengan ilmu yang bermanfaat (ilmu sekolah dan masyarakat). 7. Selalu mengikuti perkembangan anak dan kita bekali mereka dengan ilmu ( agama dan dunia ), ketika mereka masih kanak-kanak kita tanamkan nilai-nilai agama dan budi pekerti yang baik, sedangkan ketika mereka remaja kita dapat menjadi teman curhat ( curahan hati ) mereka yang penuh dengan dinamika apalagi kondisi saat itu perlu kita waspadai ( kasus narkoba, dll. ) 8. Untuk membangun keluarga sakinah minimal ditunjang oleh suri tauladan, cinta ilmu dan sistem yang islami. Contoh sederhananya adalah membiasakan menjalankan sesuatu dengan do'a, mengucapkan salam dan membalasnya, dll. Sehingga akhirnya rumah tangga - rumah tangga yang sakinah dapat menjadikan masyarakat kita yang baik dan penuh dengan nilai agama dan budi pekerti. Semua ikhtiar kita bergantung kepada Allah SWT. Marilah kita hidupkan rumah kita dengan ibadah kepada Allah dan menggunakan dana yang didapatkan secara halal di jalan Allah pula. Dikutip dari posting Sdr. Taufik Manan di milis Phadang Mbulan <http://www.egroups.com/group/phadang-mbulan>, yang disarikan dari Pengajian Manajemen Qolbu yang dibawakan oleh KH. Abdullah Gymnastiar yang akrab dipanggil dengan KH. Aagym ( Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung ) di Hotel Borobudur Jakarta Rabu malam 1 Desember 1999. Phadang Mbulan <http://www.egroups.com/group/phadang-mbulan>, yang disarikan dari Pengajian Manajemen Qolbu yang dibawakan oleh KH. Abdullah Gymnastiar yang akrab dipanggil dengan KH. Aagym ( Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung ) di Hotel Borobudur Jakarta Rabu malam 1 Desember 1999. Bekerja dan Menunda Anak <http://www.hidayatullah.com/sahid/9912/sakinah.htm> , ( Hidayatullah <http://www.hidayatullah.com> )

 

Membangun Karakter Bangsa dari Jiwa Yang Sehat

 

Page 21: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

[ Follow Ups ] [ Post Followup ] [ 99V Forum <http://www.99venus.net/wwwboard/index.html> ] [ FAQ

<http://www.99venus.net/wwwboard/faq.html> ] Posted by Muhammad Harun <mailto:[email protected]> on November 26, 19100 at 3:29:26 Bali time Ada satu persoalan penting yang sekarang hampir dilupakan orang, yaitu membangun kepribadian yang baik. Persoalan besar tersebut sedang diseminarkan oleh Departemen Pendidikan Nasioanal Departemen Agama, Departemen Pemberdayaan Wanita dan BKKBN bekerjasama dengan Inter-Religious International Federation for Word Peace (IIFWP) di Hotel Indonesia pada 25-26 Nopember 2000. Barangkali akibat tekanan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi di negara negara sedang berkembang, sertan belum tersedianya Sumber daya manusia yang mumpuni, maka masyarakat yang belum siap bisa jadi mengalami depresi mental yang luar biasa sehingga masyarakat itu mudah saja mengalami rasa stress(penyakit jiwa). Dalam kondisi masyarakat semacam itu, forum seminar tentang membangun karakter bangsa begitu sangat penting artinya. Karena ada pepatah yang mengatakan, "Badan yang sehat terletak pada jiwa yang sehat." Lantas, jiwa yang sehat itu dimana kita harus mencarinya, dan apa saja syarat bagi jiwa yang sehat? Dr Yahya A Muhaimin Mendiknas kita mengaku sudah lama mengadvokasikan pentingnya pendidikan karakter, dan ia menyebutnya harus dimulai dari pribadi sedini mungkin. "Pendidikan karakter yang sehat seperti yang kita idam idamkan inilah yang diperlukan dalam pembangunan masyarakat Indonesia seperti saat ini," ungkap Yahya. Membangun pendidikan karakter bangsa dan masyarakat kita sungguh bukan pekerjaan mudah, karena membutuhkan tahapan generasi yang waktunya tidak singkat. Oleh karenanya, pondasi awal dari pendidikan karakter ini berada pada lingkungan keluarga. Sponsor utama dalam konferensi Nasional ini IIFWP, sebuah lembaga Swadaya Masyarakat(NGO) Internasional yang berpusat di PBB dan punya kepedulian terhadap masa depan pendidikan anak bangsa seluruh dunia, terutama menanggulangi masalah konflik antar agama, narkoba, pendidikan budi pekerti,Aids/HIV, Minuman Keras, dan anti kekerasan. Intinya Lembaga ini terfokus pada masalah masalah yang berkaitan dengan moral. Kegitan ini adalah rangkaian sosialisasi dari pertemuan sebelumnya di New York yakni pada pertemuan Millenium Summit, PBB. "Karenanya, kami akan menjadi pelopor dalam pembentukan solidaritas dan budaya menghargai antar kelompok dan bangsa di seluruh dunia," tegas Dr. Taj Hammad, Direktur IIFWP. Pertemuan Puncak Millenium summit ini, kata dia dihadiri dan beranggotakan 140 Negara. 400 orang hadir dari 130 bahasa serta tak kurang dari 20 mantan Perdana Menteri/ Kepala Negara seluruh dunia ikut berpartisipasi. "Mereka ikut andil secara aktif dengan tujuan yang sama yaitu memperkuat keluarga, karena dengan kokohnya lembaga keluarga maka akan menghasilkan watak yang kuat pula," sambung Pria yang kini sudah berputera 5 ini optimis. Dalam Konferensi selama dua hari ini, hadir sebagai pembicara antaranya, Thomas Phillips, Wakil Presiden International Education Foundation, Prof. Dr Soedijarto, Dr Fasli Jalal, Prof. Dr Maftuhah Yusuf, dan Muchtar Buchori dan sejumlah pakar pendidikan dalam dan luar negeri.

Page 22: Metode Klarifikasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti

"Dengan Konferensi ini Semoga jiwa kita punya karakter dan sehat bagaimanapun setumpuk permasalahan membebani bangsa dan kita semua."