28
UJIAN TENGAH SEMESTER Nama : SUSILO Nim : 8146122045 Semester : II Matakuliah : DESIGN ISNTRUKSIONAL Dosen : Prof. Dr. SAHAT SIAGIAN, M.Pd Prodi /Kelas : Teknologi Pendidikan/B2 Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Mei 2015 1. Pendekatan sistem dalam desain pembelajaran terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu: mengidentifikasi, mengevaluasi dan melakukan revisi. Jika menerapkan pendekatan tersebut pada model Dick and Carey, tempatkan bagian – bagian tersebut pada diagram model Dick and carey. Jawab: Pendekatan sistem dalam desain pembelajaran terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu: Mengidentifikasi Mengembangkan Mengevaluasi dan melakukan revisi Hal ini juga berlaku pada model desain pembelajaran Dick and Carey. Berikut ini adalah model rancangan pembelajaran Dick and Carey. Model desain sistem pembelajran yang dikemukakan oleh dick dan carey ( 2005 ) telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem atau system approach terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Model ini terdiri atas beberapa 1

Mid_prof Sahat Desain Instruksional Ok

Embed Size (px)

Citation preview

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama

: SUSILO

Nim

: 8146122045

Semester: II

Matakuliah: DESIGN ISNTRUKSIONAL Dosen

: Prof. Dr. SAHAT SIAGIAN, M.Pd

Prodi /Kelas: Teknologi Pendidikan/B2

Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Mei 2015

1. Pendekatan sistem dalam desain pembelajaran terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu: mengidentifikasi, mengevaluasi dan melakukan revisi. Jika menerapkan pendekatan tersebut pada model Dick and Carey, tempatkan bagian bagian tersebut pada diagram model Dick and carey.

Jawab:

Pendekatan sistem dalam desain pembelajaran terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu: Mengidentifikasi

Mengembangkan

Mengevaluasi dan melakukan revisi

Hal ini juga berlaku pada model desain pembelajaran Dick and Carey. Berikut ini adalah model rancangan pembelajaran Dick and Carey.

Model desain sistem pembelajran yang dikemukakan oleh dick dan carey ( 2005 ) telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem atau system approach terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Model ini terdiri atas beberapa komponen dan subkomponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktivitas yang lebih besar.

Pengembangan model desain sistem pembelajara ini tidak hanya diperoleh dari teori dan hasil penelitian, tetapi juga dari pengalaman praktis yang diperoleh dilapangan. Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis dan menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran.Adapun langkah-langkah pembelajaran model Dick and Carey adalah sebagai berikut:1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran.

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menerapkan model desain sistem pembelajaran ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menempuh program pembelajaran. Hal ini disebut dengan istilah tujuan pembelajaran atau Instructional Goal. Rumusan tujuan pembelajaran dapat dikembangkan baik dari rumusan tujuan pembelajran yang sudah ada pada silabus maupun dari hasil analisis kinerja atau Performance Analysis. Rumusan tujuan pembelajaran dapat juga dihasilkan melalui proses analisis kebutuhan atau need analysis dan pengalaman-pengalaman tentang kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.

2. Melakukan Analisis Instruksional.

Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional, yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan keterampillan dan pengetahuan relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis instraksional, beberapa langkah diperluakan untuk mengidentifikasi kompetensi, berupa pengetahuan (cognitive), keterampilan ( psychomotor ), dan sikap ( atitudes ) yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Proses analisis instruksional akan mudah dilakukan dengan menggunakan peta yang menggambarkan keterkaitan dan hubungan seluruh keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran.

3. Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks Pembelajaran.

Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya atau prefensi cara belajar (Learning Styles), dan sikap terhadap aktifitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menetukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus.

Berdasarkan hasil analisis instruksional, seorang perancang desain sistem pembelajaran perlu mengembangkan kompotensi atau tujuan pembelajaran spesifik ( Instructional Objectives ) yang perlu dikuasi oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat umum. ( Intructional Goal ). Dalam merumuskan tujuan pembelajarn yang bersifat spesifik, ada beberapa hal yang perlu mendaptkan perhatian yaitu :

Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.

Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari

Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran.

Dan dewasa ini dalam dunia pendidikan sering muncul instilah rumus ABCD dalam merumuskan tujuan pembelajara khusus (Audiens, Behavior, Condisi, Degree).

5. Mengembangkan instrumen penilaian.

Berdasarkan tujuan atau kompetensi khusus yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini dikenal juga dengan istilah evaluasi hasil belajar. Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam menentukan intrumen evaluasi yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

6. Mengembangkan strategi Pembelajaran.

Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan agar program pembelajaran yang dirancang dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Strategi yang digunakan disebut dengan istilah strategi pembelajran atau Instructional Strategy. Bentuk bentuk strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas pembelajaran yaitu aktifitas pra-pembelajaran, penyajian materi pembelajaran, dan aktivitas tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dipilih untuk digunakan perlu didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut

Teori terbaru tentang aktifitas pembelajaran.

Penelitian tentang hasil belajar.

Karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran.

Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa

Karakteristik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat perlu dilakukan dalam mendesain berbagai aktivitas pembelajran seperti halnya interaksi pembelajaran yang berlangsung dikelas, pembelajaran dengan menggunakan media, dan sistem pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan jaringan komputer atau internet dan Web.

7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Ajar.

Pada tahap ini, peracagn program pembelajaran dapat menerapkan strategi pembelajaran yang telah dirancang dalam tahap selanjutnya kedalam bahan ajar yang akan digunakan. Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu sesuatu yang dapat membawa informasi dan pesan dari sumber belajar kepada siswa. Contoh jenis bahan ajar yang dapat digunakan dalam aktivitas pembelajaran yaitu buku teks, buku panduan, modul, program audio video, bahan ajar berbasis komputer, program multimedia, dan bahan ajar yang digunakan pada sistem pendidikan jarak jauh. Pengadaan bahan ajar yang akan digunakan dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu :

Membeli produk komersial.

Memodifikasi bahan ajar yang telah tersedia.

Memproduksi sendiri bahan ajar sesuai tujuan.8. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi formatif.

Setelah draf atau rancangan program pembelajaran selesai dikembangkan, langkah selanjutnya adalah merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasli dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf program. Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu

Evaluasi perorangan.

Evaluasi kelompok sedang.

Evaluasi lapangan.

Evaluasi perorangan merupakan tahap yang perlu dilakukan dalam menerapkan evaluasi formatif.evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan satu atau tiga orrang calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang ketercernaan dan daya tarik program. Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap sekelompok kecil calon pengguna yang terdiri dari 10-15 orang siswa. Evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas program.

Evaluasi lapangan adalah ujicoba program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.9. Melakukan Revisi terhadap Program Pembelajaran.

Langkah ahir dari proses desain dan pengembangan adalam melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran.data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh program pebelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program seperti analisis instruksinal, entry behavior dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.10. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif.

Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick n Carey. Evaluais sumatif dilakukan setelah program selesai dievaluais secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang program. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilaian independen. Hal ini merupakan satu alsan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong kedalam proses desain sistem pembelajaran.

Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan diatas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desian sistem pembelajaran ini memiliki karakteristik satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah yang lain.

Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh dick dkk.(2005) mencerminkan proses desain yang fundamental. Model ini dapat digunakan dalam dunia bisnis, industri , pemerintahan, dan pelatihan. Model desain ini juga telah dan banyak digunakan untuk menghasilkan program pembelajaran berbasis komputer seperti pada program Computer Assisted Learning dan program multimedia oleh karena model desain sistem pembelajaran yang diciptakan oleh Dick dkk. Ini bersifat sangat rinci dan komprehensif pada langkah evaluasi. ( Gustafson dan Branch,2002)2. Dalam pengembangan pembelajaran/Diklat, selalu didahulukan dengan analisis/identivikasi kebutuhan.Jelaskan langka-langkah yang dilakukan dalam analisis kebutuhan tersebut dan apa kegunaannya.

Jawab :Langkah paling utama dan pertama dalam penyusunan rancang bangun suatu program diklat adalah kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) atau Training Needs Assessment (TNA). Analisis kebutuhan diklat memiliki kaitan erat dengan perencanaan diklat. Perencanaan yang paling baik didahului dengan identifikasi kebutuhan. Kebutuhan pendidikan dan pelatihan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan (sebagaimana terlihat pada misi, fungsi dan tugas) dengan pengetahuan dan kemampuan yang senyatanya dimiliki oleh peserta.

Diklat dianggap sebagai faktor penting dalam peningkatan kinerja, proses dan organisasi, sudah luas diakui. Tapi masalahnya banyak diklat yang diselenggarakan oleh suatu organisasi tidak atau kurang memenuhi kebutuhan sesungguhnya. Misalnya yang diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi yang dilakukan A, akibatnya investasi yang ditanamkan melalui diklat kurangdapatdilihathasilnya. Kegiatan AKD/TNA diharapkan akan menghasilkan jenis-jenis diklat yang dibutuhkan oleh organisasi, sehingga dapat mewujudkan diklat yang tepat sasaran, tepat isi kurikulum dan tepat strategi untuk mencapai tujuan. Melalui kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat, maka idealnya setiap program yang disusun dan dijabarkan dalam bentuk kegiatan merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan. Hasil yang diharapkan dari Analisis Kebutuhan Diklat akan memperjelas kaitan antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan peningkatan kinerja lembaga yang merupakan akumulasi dari kinerja para pejabat di dalam suatu organisasi, disebutkan demikian karena setiap pejabat yang dilengkapi dengan jenis-jenis diklat yang dibutuhkan, selanjutnya akan dapat melaksanakan setiap rincian tugas dalam jabatannya. Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan analisis kebutuhan diklat, yaitu manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung adalah :

1. Menghasilkan program diklat yang disusun sesuai dengan kebutuhan organisasi, jabatan dan individu.

2. Sebagai dasar penyusunan program diklat yang tepat.

3. Menambah motivasi peserta diklat dalam mengikuti diklat karena sesuai dengan minat dan kebutuhannya.Sedangkan manfaat tidak langsung adalah :

1. Menjaga produktivitas kerja

2. Meningkatkan produktivitas dalam menghadapi tugas-tugas baru

3. Efisiensi biaya organisasiLangkah-langkah dalam analisis kebutuhan diklat, adalah sebagai berikut:

Merancang Analisis Kebutuhan Diklat dengan merumuskan masalah dan tujuannya melalui model-model analisis kebutuhan diklat.

Model tersebut sebagai berikut:

Model Internal. Kebutuhan diklat pada model ini dilihat dari dalam organisasi. Aktivitas dimulai dengan analisis kesenjangan antara tingkah laku dan keberhasilan pegawai dalam melaksanakan tugas, dibandingkan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.

Model Eksternal. Kebutuhan diklat pada model ini dilihat dari luar organisasi. Aktivitas dimulai dengan melihat manfaat dari hasil didik bagi masyarakat atau organisasinya.

Model Gabungan. Model ini mengacu pada model sistem organisasi bahwa sesuatu terjadi di dalam organisasi tidak dapat lepas dari apa yang terjadi di luar organisasi (lingkungan eksternal mempengaruhi lingkungan internal).

Menyusun instrumen dengan pertanyaan tentang diklat, misalnya apa saja yang dibutuhkan dan topik apa yang perlu dipelajari oleh peserta diklat.

Data yang harus didapat melalui instrumen ini adalah uraian tugas pokok, kompetensi kerja standar, dan kompetensi kerja nyata dari masukan dari atasan (pimpinan), bawahan, teman sejawat, dst, serta tingkat kesulitan, kepentingan, keseringan dari pekerjaan.

Mengumpulkan dan menganalisis data dengan menggunakan teknik dan metode yang tepat. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan aktivitas ini, yaitu:

berdasarkan perencana diklat yang secara intuitif merencanakan kebutuhan diklat berdasarkan pada kebutuhan riil organisasi atau berdasarkan ulasan pimpinan, analisis data sekunder yaitu upaya menemukan kebutuhan diklat dengan cara mempelajari dokumen (catatan-catatan/laporan pelaksanaan kegiatan diklat, tata kerja dan struktur organisasi, serta perencanaan tenaga kerja), analisis litingring adalah analisis yang berdasarkan pada analisis jabatan dengan memperhatikan tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan tingkat keseringan, pendekatan kompetensi dengan mencari diskrepansi kinerja yaitu selisih antara kinerja standar dan kinerja yang dimiliki., rapid rural appraisal (RRA) atau participatory rural appraisal (PRA). RRA adalah bentuk kegiatan pengumpulan data/informasi yang dilaksanakan oleh orang dari luar organisasi. PRA adalah bentuk kegiatan pengumpulan data/informasi dan menganalisisnya dengan supervisi dari luar oraganisasi, fokus group dan nominatif group. Fokus group adalah upaya penilaian kebutuhan diklat secara kualitatif dengan cara memusatkan pada kebutuhan diklat apa dalam satu kelompok sasaran. Nominatif group adalah penelusuran diklat kebutuhan diklat berdasarkan pada materi diklat yang diunggulkan dalam satu kelompok sasaran penilaian kebutuhan diklat. Semakin banyak data dan informasi yang bisa dikumpulkan dalam analisis kebutuhan diklat maka akan semakin mudah bagi perancang program diklat untuk menggambarkan persyaratan-peryaratan yang diinginkan oleh organisasi, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki pegawai, kesenjangan antara pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang ada dengan yang diharapkan serta bagaimana cara terbaik untuk menghilangkan kesenjangan tersebut. Menyusun laporan. Laporan analisis kebutuhan diklat berisi fokus kegiatan analisis kebutuhan diklat, tujuan kegiatan, metoda serta peralatan yang digunakan, kerangka kerja, tahapan kerja dan teknik analisis data, interprestasi dan formulasi kesimpulan serta saran analisis kebutuhan diklat. Laporan ini digunakan untuk menetapkan jenis kegiatan diklat. Laporan ini juga sebagai alat monitoring pelaksanaan kegiatan analisis kebutuhan diklat, alat pengawasan dan pengendalian. Kualifikasi laporan yang baik dan benar mengikuti persyaratan sebagai berikut:

Isi laporan harus benar dan objektif;

Bahasa laporan harus jelas dan mudah dimengerti;

Laporan harus langsung mengenai sasaran atau inti permasalahan;

Laporan harus lengkap dalam segala segi laporan tertulis;

Uraian isi laporan harus tegas dan konsisten;

Waktu pelaporan harus tepat; dan

Penerima laporan harus tepat. Rincian jenis diklat, jenjang diklat dan kompetensi diklat merupakan kesimpulan dan saran yang menjadi essensi dari kegiatan analisis kebutuhan diklat. Kegiatan analisis kebutuhan diklat mutlak dan wajib dilaksanakan oleh analis kebutuhan diklat di unit diklat dalam hal ini adalah Pusdiklat untuk mendapatkan potret kebutuhan diklat, jenis pelatihan dan kompetensi diklat yang ingin dicapai melalui pelaksanaan kegiatan diklat.3. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada Model Design Pembelajaran Briggs mempunyai keunikan dibandingkan dengan model disain pembelajaran lainnya. Jelaskan keunikan tersebut dan langkah-langkah yang digunakan dalam model disain tersebut. Jawab :

Keunikan model pembelajaran Briggsa)Kelengkapan komponen di dalamnya mengandung aspek positif, yaitu mengantisipasi masalah pembelajaran ;b)Cakupan model adalah makro (kurikulum) dan mikro (KBM)c)Pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif beserta uji coba dan revisi member peluang perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran pada umumnya, dan mutu KBM secara khusus.d)Komponen KBM yang lengkap menyebabkan model ini tidak kalah dengan model berorientasi KBM murni. Jadi, kesulitan dalam KBM dapat ditelusuri sejak dini.e)Adanya proses penggunaan dan penyebaran dari kurikulum ini menjadi cirri khas model dibandingkadan model yang lain.Langkah-langkah desain model pembelajaran BriggsAdapun urutan langkah-langkah kegiatan dalam model Brigss adalah sebagai berikut :a.Identifikasi kebutuhan Menurut Briggs tahapan dalam mengidentifikasi yaitu: 1. Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas, 2. Menentukan prioritas tujuan, 3. Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum yang baru, 4. Menentukan prioritas remidialnya.b.Penyusunan garis besar kurikulum Kebutuhan instruksional yang telah dituangkan kedalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujian harus rinci, disusun dan di organisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler secara terbuka secara keseluruhan.c.Perumusan tujuan Setelah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasikan menurut tujuan-tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang terukur. Diusulkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen, 1) tindakan 2) objek 3) situasi 4) alat dan batasan 5) kemampuand.Analisis tujuan Dalam analisis tujuan hal-hal yang perlu dilakukan antara lain menentukan tata urutan pemikiran yang logis, mengidentifikasi kondisi belajar, menentukan prasarat belajar dan proses belajar mengajar yang sesuai.e.Penyiapan evaluasi belajarf.Menentukan jenjang belajar . Jenjang belajar menyusun kembali rangkaian belajar tesebut dalam urutan kegiatan belajar yang merupakan persyarat bagi kegiatan belajar yang lain ,dan mana yang urutannya dapat bebas pilih (optimal).g.Penentuan kegiatan belajar Penentuan strategi instruksional ini di tinjau dari dua segi pandangan yaitu, menurut pandangan dosen sebagai perancang kegiatan instruksional dan menurut tim pengembangan instruksional, dan dikembangkan dalam strategi instruksional.h.Pemilihan media yang sesuaii.Perencanaan kegiatan belajarj.Pelaksanakaan kegiatan belajar mengajark.Pelaksanaan evaluasi belajarl.Pengembangan media: Pengembangan media ini meliputi produksi program media, petunjuk belajar, dan evaluasi belajar yang telahdisusun pada langkah diatas.m.Penyusunan program pemanfaatan: pedoman pemanfaatan yang dikembangkan pada tahap ini dimaksudkan untuk membantu para dosen bagaimana memanfaatkan sistem innstruksional yang dikembangakan secara lengkap.n.Pemantauan (monitorng bersama) : pada tahap pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan bersama antara dosen sebagai perancang kegiatan instruksional yang memanfaatkan media instruksional, dan tim pengembang instruksional untuk melihat apakah produksi dan prosesnya telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.o.Evaluasi formatif: evaluasi pada tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh data guna revisi dan perbaikan materi.p.Evaluasi sumatif: bila evaluasi formatif dilakuakan dalam prses pengembangan sistem instruksional untuk perbaikan-perbaikan dari segi pengembangan, maka evaluasi sumatif dilakukan utnutk menilai sistem penyampaian keseluruhan pada akhir kegiatan. 4. Jelaskan tujuan pelaksanaan analisis instruksional. Kemudian dari jenis-jenis struktur perilaku yang ada, terapkanlah sruktur perilaku yang ada, terapkan sruktur tersebut pada taxonomi Blom meliputi ranah kognitif, psikomotor dan sikap. Jawab :

Tujuan pelaksanaan analisis instruksional adalah :

1.Membantu bantu para guru/pendidik maupun penyusun desain instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya dengan subtugas yang harus dipelajari siswa. Pengorganisasiannya adalah sedemikian, sehingga merupakan urutan logis sesuai dengan keadaan sebenarnya manakala tugas tersebut dilaksanakan. Proses ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi siswa mengenai yang diharapkan dapat dikerjakan setelah selesai mengikuti suatu pelajaran;

2.Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior) berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas. Dengan cara demikian, semua pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas pokok dapat diidentifikasikan;

3.Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.

Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan, yaitu; (a) ranah kognitif (Bloom, dkk), yang mencakup enam jenis atau tingkatan perilaku, (b) ranah afektif (Krathwohl, Bloom dkk), yang mencakup lima jenis perilaku, (c) ranah psikomotor (Simpson) yang terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan psikomotorik. Masing-masing ranah dijelaskan berikuit ini:

1. Ranah Kognitif (Bloom, dkk), terdiri dari enam jenis perilaku;

Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal yang dipelajari.

Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip.

Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.

Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh kemampuan menilai hasil karangan.

Keenam jenis perilaku ini bersifat hirarkis, artinya perilaku tersebut menggambarkan tingkatan kemampuan yang dimiliki seseorang. Perilku terendah sebaiknya dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari atau memiliki perilaku yang lebih tinggi. Jika dituangkan dalam bentuk bagan, hirarkis perilaku belajar adalah seperti di halaman berikut:

O. PRA-BELAJARBagan 1.1Hirarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal Menurut Taxonomi Bloom, dkk.Bagan di atas menunjukkan bahwa seseorang yang belajar adalah suatu proses menuju perubahan internal, bermula dari kemampuan-kemampuan yang lebih rendah pada kondisi pra-belajar, meningkat pada kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Proses ini merupakan suatu proses yang dinamis, di mana siswa melalui keaktifannya akan dapat secara terus menerus mengembangkan kemampuannya untuk mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan yang lebih tinggi melalui proses belajar yang dilakukan.

2. Ranah Afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk, terdiri tujuh jenis perilaku, yaitu:

1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Jika dituangkan dalam bentuk bagan, hirarkis perilaku belajar ranah afektif ini adalah sebagaimana ditampilkan di halaman berikut:

Bagan di atas menunjukkan bahwa seseorang yang belajar adalah suatu proses menuju perubahan internal berkenaan dengan aspek-aspek afektif. Perubahan itu bermula dari kemampuan-kemampuan yang lebih rendah pada kondisi pra-belajar, meningkat pada kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Proses ini merupakan suatu proses yang dinamis, di mana siswa melalui keaktifannya akan dapat secara terus menerus mengembangkan kemampuan dan kepekaannya untuk mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan serta kepekaan yang lebih tinggi melalui proses belajar yang dilakukan.

3. Ranah Psikomotor (Simpson ), terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motorik, yaitu:

1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan) sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut. Sebagai contoh, pemilahan waraa, pemilahan angka (6 dan 9), pemilahan huruf (b dan d).

2. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, Kemampuan ini mencakup aktivitas jasmani dan rohani (mental), misalnya posisi star lomba lari.

3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tan, membuat lingkaran di atas pola.

4. Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lempar peluru, lompat tinggi dan sebagainya dengan tepat.

5. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat. Misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat.

6. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya kemampuan atau keterampilan bertanding dengan lawan landing.

7. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi-kreasi gerakan senam sendiri, gerakan-gerakan tarian kreasi baru.

Kemampuan-kemampuan tersebut di atas merupakan satu rangkaian dan merupakan tingkatan dalam proses belajar motorik. Dalam bentuk bagan urutan kemampuan-kemampuan tersebut adalah sebagaimana ditampilkan sebagai berikut:

Bagan di atas menunjukkan bahwa seseorang yang belajar terlibat dalam suatu proses menuju perubahan internal, bermula dari kemampuan-kemampuan yang lebih rendah pada kondisi pra-belajar, meningkat pada kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Proses ini merupakan suatu kegiatan yang dinamis, di mana siswa melalui keaktifannya akan dapat secara terus menerus mengembangkan kemampuan atau keterampilan motoriknya untuk mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan motorik yang lebih tinggi melalui proses belajar atau latihan yang dilakukan.

Ketiga ranah yang dikemukakan di atas bukan merupakan bagian-bagian yang terpisah, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Untuk mencapai perubahan yang diharapkan, baik perubahan pada aspek atau ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik, maka belajar hendaknya memperhatikan secara sungguh-sungguh beberapa prinsip yang dapat mendukung terwujudnya hasil belajar yang diinginkan.

Terminologi tentang belajar dapat kita jumpai di dalam berbagai sumber atau literatur. Kita dapat menjumpai rumusan pengertian belajar dalam perspektif yang sama atau kadang-kadang berbeda dari berbagai ahli pendidikan/pembelajaran. Meskipun ada perbedaan-perbedaan pandangan, namun prinsipnya mengarah pada esensi yang sama, bahwa belajar menunjukkan pada suatu aktivitasmenuju suatu perubahan tingkah laku pada diri individu melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Oleh sebab itu melalui proses pembelajaran, guru harus berupaya secara optimal menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa terdorong untuk berperan aktif sebagai wujud nyata terjadinya proses belajar.

Ada beberapa aliran atau teori belajar yang sangat berpengaruh terhadap berkembangnya pandangan dan konsep tentang belajar, diantaranya; Behaviorisme, Kognitivisme, Teori belajar Psikologi Sosial, dan Teori belajar Gagne. Keempat aliran atau teori ini memberikan penekanan aktivitas dan hasil belajar pada dimensi-dimensi tingkah laku tertentu, sehingga memberi nuansa pemahaman yang semakin luas tentang belajar. Meskipun terdapat penekanan yang berbeda tersebut, namun kesamaannya terutama adalah bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang melibatkan seluruh mental pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Untuk memahami secara spesifik tentang perubahan tingkah laku sebagai akibat terjadinya proses belajar ini, beberapa ahli memilah perilaku individu dalam tiga kawasan atau ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut sesungguhnya bukan merupakan bagian yang terpisah, akan tetapi memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Masing-masing ranah tersebut selanjutnya dijabarkan kedalam bagian-bagian yang lebih spesifik yang disebut hirarki perilaku belajar atau hirarki tujuan belajar.

5. Lakukan suatu analisis kebutuhan dan rumuskan suatu kompetensi yang diharapkan harus dicapai dalam suatu pembelajaran/diklat, kemudian lakukan analisis instruksional untuk mencapai kompetensi itu .Jawab :A.Telaah Kurikulum Mata Matematika Sekolah Dasar Kelas VISejalan dengan perkembangan zaman dan dalam rangka mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan masa depan dan meningkatkan mutu pendidikan nasional maka Departemen Pendidikan Nasional merespon dengan menyempurnakan kurikulum secara berkelanjutan, yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diberlakukan sejak tahun 2006. Kurikulum ini merupakan refleksi pemikiran terhadap kurikulum pendidikan dasar dan menengah sebagai salah satu wujud reformasi pendidikan. Selain materi pembelajaran telah disederhanakan, dalam kurikulum KTSP standar isi hanya di sediakan standar minimal sementara pengembangan diserahkan pada sekolah yang bersangkutan disesuaikan dengan karakteristik sekolah tersebut. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil yang baik, penilaian di lakukan bedasarkan pencapaian setiap indikator, mulai dari saat kegiatan belajar berlangsung sampai dengan akhir pembelajarn dan penilaian lebih ditekankan pada penilaian yang bersifat individual.

Dengan kata lain, setiap sekolah berkewenangan untuk mengembangkan sendiri kurikulum pendidikannya dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran, serta perangkat acuan standar nasional lainnya. Sekolah bebas untuk memilih dan mengembangkan sendiri model kurikulum yang diperlukannya, termasuk untuk mata pelajaran Matematika.

Hal itu dilakukan dengan memperhatikan hasil analisis yang mendalam terhadap keadaan dan kebutuhan peserta didik masa sekarang dan akan datang. Dengan kurikulum KTSP, diharapkan dapat membekali peserta didik untuk menghadapi tantangan secara mandiri, cerdas , kritis, rasional, dan kreatif.

Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (berkomunikasi) saling berbagi pengalaman, saling belajar untuk meningkatkan intelektual, kesusastraan sebagai salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Kurikulum mata pelajaran Matematika Sekolah Dasar Kelas VI adalah program untuk mengembangkan pengetahuan berhitung, mempelajari bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data.

Jadi, Kurikulum Matematika meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

B.Fungsi dan Tujuan Kurikulum Matematika Sekolah Dasar Kelas VI1.Fungsi kurikulum Matematika adalah sebagai sarana :

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berhitung;

Meningkatkan ilmu pengetahuan berfikir kritis, sistematis, dan logis;

Meningkatkan cara memahami konsep matematika;

Pembinaan dalam memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

2.Tujuan umum pembelajaran matematika adalah agar siswa

Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.

Menambah dan mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.(Depdikbud, 1996)

Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka harus diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar matematika pada sekolah dasar kelas VI.

C.Kompetensi UmumKompentensi di sini maksudnya adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kurikulum mata pelajaran matematika mencakup tujuh aspek, yaitu:

a)Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.

b)Menggunakan pengukuran volume per waktu dalam pemecahan masalah.

c)Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prismasegitiga

d)Mengumpulkan dan mengelola.

e)Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah.

f)Menggunakan sistem koordinat dalam pemecahan masalah.

g)Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan data.

D.Hasil BelajarHasil belajar ini memuat gambaran materi yang disajikan pada tiap-tiap aspek dalam bahasa Matematika yang mendukung tercapainya kompetensi yang telah ditetapkan. Secara garis besar sebagai berikut:

a)Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah; Menggunakan sifat, FPB dan KPK, akar pangkat tiga, menyelesaikan masalah, dan seterusnya.

b)Menggunakan pengukuran volume per waktu dalam pemecahan masalah; mengenal satuan, menyelasaikan masalah, dan seterusnya.

c)Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga; luas, volume dan seterusnya.

d)Mengumpulkan dan mengelola; mengumpulkan, membaca data, mengolah, menyajikan,menafsirkan, dan seterusnya.

e)Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah; pecahan, bentuk desimal, bilangan, kuantitas, perbandingan, skala, dan seterusnya.

f)Menggunakan sistem koordinat dalam pemecahan masalah; denah, koordinat, titik, dan seterusnya.

g)Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan data; tabel, diagram, rata-rata, modus, mengurutkan data, menafsirkan, dan seterusnya.

E.Pendekatan dan Pengorganisasian MateriUntuk menentukan pendekatan apa yang dipakai, serta pengorganisasian materi pembelajaran Matematika SD kelas VI maka banyak hal yang harus dicermati, antara lain;

a)Fungsi utama matematika adalah memudahkan dalam berhitung secara sistematis;

b)Kecendrungan siswa SD;

c)Perkembangan matematika siswa SD;

d)Posisi matematika sebagai pelajaran yang memecahkan masalah secara sistematis.

Dengan demikian pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Matematika adalah memadukan berbagai pendekatan, misalnya:

a)Pendekatan kontekstual; Pendekatan pembelajaran kontekstual(contextual teaching and learning / CTL)merupakan konsep pembelajaran yang mengaitkan bahan pelajaran dengan lingkungan atau situasi nyata siswa sehingga pembelajaran tersebut sungguh-sungguh dapat dipahami oleh siswa.

b)Pendekatan berbasis masalah; Pendekatan pembelajaran berbasis masalah(problem-based learning / PBL)merupakan konsep pembelajaran yang proses belajarnya dimulai dengan menyajikan masalah yang sesuai dengan situasi / perkembangan cara berfikir siswa sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih nyata dan berkesan. Perlunya penerapan pendekatan pembelajaran ini dilatarbelakangi oleh realita bahwa seseorang umumnya berpikir dalam konteks memecahkan masalah. Masalah itu sendiri adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada. Seseorang juga akan lebih berminat mengerjakan sesuatu kalau situasi sesuatu itu tidak seperti yang diharapknnya atau berada dalam lingkup masalah yang dihadapinya.

c)Pendekatan kooperatif; Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang memanfaatkan kerjasama kelompok untuk menyelesaikan masalah. Selama ini, guru secara tidak sadar telah merusak kepekaan hati atau empati para siswa. Guru sering melarang seorang siswa bertanya kepada siswa lain pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan dalih tidak boleh menjiplak atau mencontoh jawaban teman. Akibatnya, sikap egois semakin berakar dalam hati setiap siswa.

F.Rambu-RambuRambu-rambu merupakan penjelasan dan pedoman bagi pelaksanaan kurikulum, untuk mengembangkan, menyusun perencanaan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran. Dalam kurikulum matematikaSD terdapat tiga butir rambu-rambu, yang intinya dapat dikemukakan sebagai berikut:

a)Hakikat belajar matematika adalah belajar secara sistematis dalam berhitung. Oleh karena itu, pembelajaran harus diarahkan utuk meningkatkan kemampuan berhitung dan menjadikan peserta didik bersikap logis, kreatif, kritis, cermat, dan disiplin. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta memperluas wawasan dan mempertajam kepekaan perasaan.

b)Kemampuan dasar hasil belajar untuk pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam KTSP merupakan pencapaian hasil belajar minimal yang harus dikuasai oleh siswa sedangkan pengembangan dan indikator diserahkan pada guru matapelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik sekolah dan keadaan siswa sebagai warga belajar. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

c)Kompetensi dasar matematika SD mencakup aspek menghitung, mendengarkan, memahami, menentukan, berfikir, dan menulis. Aspek-aspek ini harus dikembangkan secara seimbang agar tujuan kurikulum tercapai.

G.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Matematika Sekolah Dasar Kelas VIBerikut ini disajikan contoh standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Matematika SD kelas VI.

Mata pelajaran : Matematika

Jenjang

: Sekolah Dasar

Kelas/semester : VI/I dan II

STANDAR KOMPETENSI

1.Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.

2.Menggunakan pengukuran volume per waktu dalam pemecahan masalah.

3.Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga.

4.Mengumpulkan dan mengelola.

5.Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah.

6.Menggunakan sistem koordinat dalam pemecahan masalah.

7.Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan data.

KOMPETENSI DASAR

1.1Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB dan KPK.

1.2Menentukan akar pangkat tiga suatu bilangan kubik.

1.3Menyelesaikan masalah yang melibatkan operasi hitung termasuk penggunaan akar dan pangkat.

2.1Mengenal satuan debit.

2.2Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit.

3.1Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana.

3.2Menghitung luas lingkaran.

3.3Menghitung volume prisma segittiga dan tabung lingkaran.

4.1Mengumpulkan dan membaca data.

4.2Mengolah dan menyajikan data dalam bentuk tabel.

4.3Menafsirkan sajian data.

5.1Menyederhanakan dan mengurutkan pecahan.

5.2Mengubah bentuk pecahan ke bentuk desimal.

5.3Menentukan nilai pecahan dari suatu bilangan atau kuantitas tertentu.

5.4Melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan.

5.5Memecahkan masalah dalam bentuk perbandingan.

6.1Membuat denah letak rumah.

6.2Mengenal koordinat posisi suatu benda.

6.3Menentukan posisi titik dalam sistem koordinat karteius.

7.1Menyajikan data kebentuk tabel dan diagram gambar, batang dan lingkaran.

7.2Menentukan rata-rata hitung dan modus sekumpulan data.

7.3Mengurutkan data termasuk menentuka nilai tertinggi dan terendah.

7.4Menafsirkan hasil pengolahan data.

H.Pengembangan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar Kelas VIBerdasarkan pembahasan tentang telaah kurikulum mata pelajaran matematika sekolah dasar, selanjutnya pengembangan kurikulum matematika sekolah dasar kelas VI khususnya lebih ditekankan pada bagaimana mengembangkan silabus pembelajaran.

Silabus adalah seperangkat rencana tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar. Oleh karena itu, silabus harus dikembangkan secara sistematis dan berisi komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian kompetansi dasar. Berikut ini komponen silabus yang digunakan dalam mengelola pembelajaran, diantaranya

a)Identitas,

b)Standar kompetensi,

c)Kompetensi dasar,

d)KKM,

e)Indikator pencapaian,

f)Materi pokok.

I.Pembelajaran TematikPembelajaran tematik atau terpadu merupakan strategi pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik disarankan dilaksanakan di kelas rendah (1 dan 2 ), hal ini mencermati kecenderungan siswa yang memandang sesuatu sebagai satu kesatuan (holistik). Dengan strategi ini, diharapkan pembelajaran lebih bermakna. Namun demikian, pembelajaran terpadu ini juga diharapakan dilaksanakan di kelas tinggi (3-6) dalam waktu-waktu tertentu.

Ciri-ciri pembelajaran tematik/terpadu;

a)Menyajikan konsep dari beberapa pelajaran dalam satu konsep pembelajaran, dengan maksud agar pembelajaran tersebut lebih bermakna, jadi tidak di paksakan;

b)Bersifat fleksibel;

c)Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa;

d)Memberikan pengalaman langsung kepada siswa;

e)Terpusat pada siswa.

19