47
model pendokumentasian POR (Problem Oriented Record) Catatan yang berorientasi pada masalah Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien System dokumentasi ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien. Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen yaitu : 1. Data dasar - Data dasar merupakan kumpulan informasi tentang klien sejak diterima atau pertama kali masuk di unit pelayanan kesehatan. - Data dasar mencakup : a. Pengkajian b. Riwayat penyakit c. Pemeriksaan fisik d. Pengkajian ahli gizi e. Data penunjang (laboratorium dan diagnostic) - Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasikan masalah klien 2. Daftar masalah - Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar, kemudian disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah.

Model Pendokumentasian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Model Pendokumentasian

model pendokumentasian

 POR (Problem Oriented Record)

Catatan yang berorientasi pada masalah

Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun

     menurut masalah klien

System dokumentasi ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang

    dikumpulkan oleh dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lain yang terlibat

     dalam pemberian layanan kepada klien.

Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen yaitu :

1.     Data dasar

-      Data dasar merupakan kumpulan informasi tentang klien sejak diterima atau pertama kali

masuk di unit pelayanan kesehatan.

-      Data dasar mencakup :

a.    Pengkajian

b.    Riwayat penyakit

c.    Pemeriksaan fisik

d.    Pengkajian ahli gizi

e.    Data penunjang (laboratorium dan diagnostic)

-      Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasikan

masalah klien

2.    Daftar masalah

-      Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar, kemudian

disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah.

-      Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang

yang diberi tanggung jawab.

-      Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual,

tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan.

-      Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor,

dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah tersebut.

3.    Daftar awal rencana asuhan

-      Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis

instruksinya, sedang perawat/bidan menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan.

Page 2: Model Pendokumentasian

-      Perencanaan awal terdiri dari tiga bagian :

a.    Diagnostic

Dokter mengidentifikasi apa pengkajian diagnostic yang perlu dilakukan terlebih dahulu.

b.    Usulan terapi

Dokter menginstruksikan terapi khusus berdasarkan masalah. Termasuk pengobatan, kegiatan

yang tidak boleh dilakukan, diit, penanganan secara khusus, observasi yang harus dilakukan.

Jika masalah awal diagnosa keperawatan/kebidanan, maka jika perawat/bidan dapat

menyusun urutan usulan tindakan asuhan

c.    Pendidikan klien

Diidentifikasi kebutuhan pendidikan klien bertujuan jangka panjang. Team kesehatan

mengidentifikasikan jenis informasi atau ketrampilan yang diperlukan oleh klien untuk

beradaptasi terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan.

4.    Catatan perkembangan (progres notes)

-          Catatan perkembangan merupakan catatan tentang perkembangan

keadaan klien yang didasarkan pada setiap masalah yang ditemui pada

klien dan disusun oleh semua anggota yang terlibat

-          Beberapa acuan catatan perkembangan dapat digunakan antara lain :

1.     SOAP subyektif data, objektif data, analisis/assessment, plan

2.    SOAPIER SOAP ditambah dengan intervensi, evaluasi, revisi

3.    PIE problem, intervensi, evaluasi

Keuntungan Dan Kerugian Dalam Penggunaan POR

Keuntungan

1.     Focus catatan asuhan lebih menekankan pada masalah klien dan proses

penyelesaian masalah daripada tugas dokumentasi

2.    Pencatatan tentang kontinuitas dari asuhan keperawatan

3.    Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat. Data disusun

berdasarkan masalah yang spesifik.

4.    Daftar masalah merupakan “checklist” untuk diagnosa dan untuk masalah

klien.

5.    Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana tindakan .

Kerugian

Page 3: Model Pendokumentasian

1.     Penekanan hanya berdasarkan masalah, penyakit dan ketidakmampuan

dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negative.

2.    Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan

tindakan atau timbulnya masalah yang baru

3.    Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam

daftar masalah.

4.    Perawatan atau asuhan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan

jika flowsheet untuk pencatatan tidak tersedia.

Contoh format model POR :

Data dasar Daftar masalah Rencana

tindakan

Catatan

perkembangan

Data subyektif

Data objektif

1. 1.

2.

3.

dst

S

O

A

P

I

E

R

      SOR Source Oriented Record

 Catatan yang berorientasi pada sumber

  Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber

yang

      mengelola pencatatan

  bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter

      menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat

penyakit  

      dan perkembangan penyakit, perawat/bidan menggunakan catatan

tersendiri,

      begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing.

Page 4: Model Pendokumentasian

  Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari 5 (lima ) komponen, yaitu

:

1.     Lembar penerimaan berisi biodata

2.    Lembar order dokter

3.    Lembar riwayat medik/penyakit

4.    Catatan perawat/bidan

5.    Catatan dan laporan khusus

      Keuntungan dan kerugian penggunaan SOR

  Keuntungan

1.     Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi

2.    Memudahkan perawat/bidan untuk secara bebas bagaimana informasi

akan dicatat

3.    Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian,

perubahan, intervensi dan respon klien atau hasil

  Kerugian

1.     Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi, karena tidak

berdasarkan urutan waktu

2.    Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya,

tanpa harus mengulang pada awal

3.    Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan

masalah dan tindakan kepada klien

4.    Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak

5.    Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa

6.    Perkembangan klien sulit di monitor.

Contoh format SOR

Format SOR

Sumber :      P  :  Perawat                             Tanda tangan dan

tanggal

                             D  : Dokter

F   : Fisioterapi

Page 5: Model Pendokumentasian

G  : Ahli gizi

Tanggal Waktu Sumbe

r

Catatan perkembangan

Tanggal/bulan/

tahun

Waktu

tindakan

P         Meliputi :        pengkajian        identifikasi masalah        rencana tindakan        rencana segera        intervensi        penyelesaian masalah        evaluasi efektifitas

tindakan        hasil        Tanda tangan perawat

D         meliputi observasi keadaan pasien, evaluasi kemajuan, identifikasi masalah baru dan penyelesaian lainnya, rencana tindakan dan pengobatan terbaru

        tanda tangan dokter

F         meliputi hal-hal yang perlu dilakukan fisioterapi, masalah pasien, rencana, intervensi dan hasil

        tanda tangan fisioterapi

      CBE Charting By Exception

Adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara narative dari

hasil

    atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar

CBE mengintegrasikan dua komponen kunci yaitu :

1.     Flowsheet

Kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan indikator

pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter/perawat, grafik,

catatan pendidikan dan pencatatan pemulangan klien

2.    Dokumentasi

Page 6: Model Pendokumentasian

Berdasarkan standar praktik keperawatan, sehingga mengurangi

pencatatan tentang hal rutin secara berulang kali. Oleh karena itu standar

harus cukup spesifik.

Keuntungan dan kerugian pencatatan CBE

      Keuntungan

1.     Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi

2.    Data yang tidak normal nampak jelas

3.    Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami

4.    Data normal atau respon yang diharapkan tidak mengganggu informasi

lain

5.    Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu

dituliskan

6.    Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi

7.    Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya

8.    Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien

9.    Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi

10. Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang

permanen.

          Kerugian

1.     Pencatatan secara narasi sangat singkat

2.    Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada

3.    Pencatatan rutin sering diabaikan

4.    Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan

      Pedoman penulisan CBE

1.     Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang

permanen

2.    Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk

rumah sakit dan menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa

keperawatan

3.    Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa keperawatan pada saat

klien pulang

Page 7: Model Pendokumentasian

4.    Soapier digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi

melalui tempat tinggal klien

5.    Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dapat dikembangkan

6.    Kartu KARDEX dan rencana tindakan dikembangkan setiap klien

 KARDEKS

Model ini menggunakan serangkaian kartu dan membuat data penting

tentang

     klien dengan menggunakan ringkasan problem dan terapi klien seperti

yang

     digunakan pada rawat jalan.

Contohnya kartu kunjungan pasien, KMS balita, KMS ibu hamil.

     Keuntungan dan kerugian Kardeks

         Keuntungan :

1.     Mudah dibawa kemana-mana

2.    Mudah dalam pengisian

3.    Mudah dipahami

4.    Sederhana

5.    Hanya mengisi yang penting saja.

          Kerugian

1.     Mudah hilang

2.    Mudah rusak

3.    System pengisian singkat sehingga tidak lengkap

       

 KOMPUTERISASI

System Pendokumentasian Dengan Menggunakan Alat Yang Berupa

Computer

Perkembangan teknologi yang berkembang dengan pesat, sangat

berpengaruh terhadap profesi kebidanan. Sehingga profesi ini pun harus

mampu mengikuti perkembangan tersebut. Salah satunya yaitu

penggunaan komputer dalam pencatatan dan pelaporan pelayanan

kebidanan.

Page 8: Model Pendokumentasian

Pencatatan perkembangan pasien dengan menggunakan komputer

memang masih jarang digunakan di Indonesia. Akan tetapi penggunaan

computer dalam pencatatan perkembangan pasien sangat penting dan

merupakan suatu kebutuhan yang harus diantisipasi di masa yang akan

datang

Keuntungan

-          Lebih mudah dibaca

-          Ketepatan pencatatan lebih tinggi karena secara otomatis menyimpan

semua data yang ada di file.

-          Hemat waktu dan biaya.

-          Pelayanan bisa lebih cepat

-          Meningkatkan komunikasi antar tim kesehatan

-          Lebih memudahkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan

peningkatan mutu.

Kerugian

-          Kerahasiaan kurang terjaga

-          Tidak semua institusi siapdan perlu latihan khusus

-          Perlu modal awal yang tinggi

-          Ketergantungan

Model Pendokumentasian

Tujuan Pembelajaran

Setelah Mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu :a. Menjelaskan model pendokumentasian POR b. Menjelaskan model pendokumentasian SORc. Menjelaskan model pendokumentasian CBEd. Menjelaskan model pendokumentasian Kardekse. Menjelaskan model pendokumentasian Komputer

Model Pendokumentasian adalah merupakan cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan. Ada beberapa model pendokumentasian yaitu model

Page 9: Model Pendokumentasian

pendokumentasian secara POR (Problem Oriented Record), SOR (Source Oriented Record), CBE (Charting By Exception), Kardeks dan Komputer.

A. POR (PROBLEM ORIENTED RECORD) 

Suatu model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada masalah

klien, dapat menggunakan multi disiplin dengan mengaplikasikan pendekatan pemecahan

masalah, mengarahkan ide-ide dan pikiran anggota tim. Pendekatan ini pertama kali

dikenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari Amerika Serikat. Dalam format aslinya pendekatan

berorientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan

perkembangan yang terintegrasi, dengan sistem ini semua petugas kesehatan mencatat

observasinya dari suatu daftar masalah.

1. Pengertian 

Model ini memusatkan data tentang klien dan didokumentasikan dan disusun menurut

masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah

yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam

pemberian layanan kepada klien. 

2. Komponen

Model dokementasi ini terdiri dari empat komponen yaitu :

a. Data Dasar

1) Data dasar berisi kumpulan dari data atau semua informasi baik subyektif maupun obyektif

yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk Rumah Sakit atau pertama kali

diperiksa

2) Data dasar mencakup :

a) Pengkajian keperawatan

b) Riwayat penyakit/ kesehatan

c) Pemeriksaan fisik

d) Pengkajian ahli gizi

e) Data penunjang ( hasil laboratorium)

3) Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasi

masalah dan mengembangkan daftar masalah klien

b. Daftar Masalah

Page 10: Model Pendokumentasian

Daftar masalah merupakan suatu daftar inventaris masalah yang sudah dinomori menurut

prioritas. Untuk memudahkan mencapainya daftar masalah ini berada didepan dari catatan

medik. Daftar masalah ini bisa mencerminkan keadaan pasien, masalah-masalah ini diberi

nomor sehingga akan memudahkan bila perlu dirujuk ke masalah tertentu dalam catatan

klinik tersebut. Bila masalah sudah teratasi juga diberi catatan dan diberi tanggal kapan

masalah tersebut teratasi juga diberi catatan dan diberi tanggal kapan masalah tersebut

teratasi dan petugas yang mengidentifikasi masalah tersebut untuk pertama kalinya. Dengan

demikian daftar masalah ini berfungsi sebagai indeks maupun gambaran dari klien tersebut.

1) Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar, kemudian

disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah.

2) Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau

orang yang diberi tanggung jawab.

3) Daftar masalah dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual,

tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan.

4) Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor,

dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah tersebut.

c. Daftar Awal Rencana

Rencana asuhan merupakan hasil yang diharapkan tindak lanjut dikembangkan untuk

masalah yang terindentifikasi. Rencana asuhan harus mencakup instruksi untuk memperoleh

data tambahan, untuk intervensi terapeutik dan penyuluhan untuk pasien. Setiap masalah

yang ada dimaksudkan kebutuhan akan asuhan, dilaksanakan oleh siapa, frekuensi

pelaksanaan dan hasil yang diharapkan, tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Batas

waktu ditentukan untuk evaluasi respon pasien terhadap intervensi maupun kemajuan

terhadap pencapaian tujuan.

1) Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis

instruksinya, sedang perawat atau bidan menulis instruksi menulis instruksi rencana asuhan

2) Perencanaan awal terdiri dari 3 ( tiga ) bagian :

a) Diagnostik

Dokter mengidentifikasi apa pengkajian diagnostik yang perlu dilakukan terlebih dahulu.

Menetapkan prioritas untuk mencegah duplikasi tindakan dan memindahkan pemenuhan

kebutuhan klien. Koordinasi pemeriksaan untuk menegakkan diagnostik sangat penting.

b) Usulan Terapi

Dokter menginstruksikan terapi khusus berdasarkan masalah. Termasuk pengobatan, kegiatan

Page 11: Model Pendokumentasian

yang tidak boleh dilakukan, diit, penanganan secara khusus, observasi yqng harus dilakukan.

Jika masalah awal diagnosa kebidanan, bidan dapat menyusun urutan usulan tindakan asuhan

kebidanan

c) Pendidikan klien

Diidentifikasi kebutuhan pendidikan klien bertujuan jangka panjang. Team kesehatan

mengidentifikasi jenis informasi atau keterampilan yang diperlukan oleh klien untuk

beradaptasi terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan

d. Catatan Perkembangan (Proses Note )

Catatan perkembangan membentuk rangkaian informasi dalam sistem pendekatan

berorientasi masalah. Catatan ini dirancang sesuai dengan format khusus untuk

mendokumentasikan informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah

terdaftar. Catatan ini menyediakan suatu rekaman kemajuan pasien dalam mengatasi masalah

khusus, perencanaan dan evaluasi. Catatan perkembangan biasanya ditampilkan dalam tiga

bentuk, yaitu flow sheet berisi hasil observasi dan tindakan tertentu, catatan perawat/

keterpaduan memberi tempat untuk evaluasi kondisi pasien dan kemajuan dalam mencapai

tujuan, catatan pulang dan ringkasan asuhan dan memudahkan follow up waktu pasien

pulang.

1) Catatan perkembangan berisikan catatan tentang perkembangan tiap–tiap masalah yang

telah dilakukan tindakan, dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan

menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang sama.

2) Beberapa acuan catatan perkembangan dapat digunakan antara lain :

a) SOAP : Subyektif data, Obyektif Data, Assesment, Plan

b) SOAPIER : SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi.

c) PIE : Problem, Intervensi Evaluasi

3. Keuntungan dan Kerugian dalam Penggunaan POR 

a. Keuntungan

1). Pencatatan sistem ini berfokus atau lebih menekankan pada masalah klien dan proses

penyelesaian masalah dari pada tugas dokumentasi.

2). Pencatatan tentang kontinuitas atau kesinambungan dari asuhan kebidanan.

3). Evaluasi masalah dan pemecahan masalah didokumentasikan dengan jelas, susunan data

mencerminkan masalah khusus. Data disusun berdasarkan masalah yang spesifik. Keduanya

Page 12: Model Pendokumentasian

ini memperlihatkan penggunaan logika untuk pengkajian dan proses yang digunakan dalam

pengobatan pasien.

4). Daftar masalah, setiap judul dan nomor merupakan “checklist“ untuk diagnosa kebidanan

dan untuk masalah klien. Daftar masalah tersebut membantu mengingatkan bidan untuk

masalah-masalah yang meminta perhatian khusus .

5). Daftar masalah bertindak sebagai daftar isi dan mempermudah pencarian data dalam

proses asuhan.

6). Masalah yang membutuhkan intervensi (yang teridentifikasi dalam data dasar)

dibicarakan dalam rencana asuhan.

b. Kerugian

1) Penekanan pada hanya berdasarkan masalah, penyakit, ketidakmampuan dan

ketidakstabilan dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan dan tindakan yang negatif.

2) Sistem ini sulit digunakan apabila daftar tidak dimulai atau tidak secara terus menerus

diperbaharui dan konsensus mengenai masalah belum disetujui, atau tidak ada batas waktu

untuk evaluasi dan strategi untuk follow up belum disepakati atau terpelihara.

3) Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah dilakukan tindakan atau timbulnya

masalah yang baru.

4) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah.

5) SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target

evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat.

6) Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet untuk

pencatatan tidak tersedia.

7) P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan.

8) Tidak ada kepastian mengenai perubahan pencatatan distatus pasien, kejadian yang tidak

diharapkan misalnya pasien jatuh, ketidakpuasan mungkin tidak lengkap pencatatannya.

Dalam praktek catatan serupa mungkin tidak tertulis, bila tidak hubungannya dengan catatan

sebelumnya.

9) Kadang-kadang membingungkan kapan pencatatan dan tanggung jawab untuk follow up.

B. SOR (SOURCE ORIENTED RECORD)

1. Pengertian 

Suatu model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada sumber

informasi. Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang

Page 13: Model Pendokumentasian

mengelola pencatatan. Dokumentasi dibuat dengan cara setiap anggota tim kesehatan

membuat catatan sendiri dari hasil observasi. Kemudian, semua hasil dokumentasi

dikumpulkan jadi satu. Sehingga masing-masing anggota tim kesehatan melaksanakan

kegiatan sendiri tanpa tergantung anggota tim kesehatan yang lain. Misalnya, kumpulan

dokumentasi yang bersumber dari dokter, bidan, perawat, fisioterapi, ahli gizi, dan lain-lain.

Dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan

perkembangan penyakit. Bidan menggunakan catatan kebidanan, begitu pula disiplin lain

mempunyai catatan masing-masing. 

2. Komponen

Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen yaitu

a. Lembar penerimaan berisi biodata

b. Lembar order dokter

c. Lembar riwayat medik atau penyakit.

d. Catatan bidan

e. Catatan dan laporan khusus

3. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan SOR

a. Keuntungan

1) Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi

2) Memudahkan perawat untuk cesara bebas bagaimana informasi akan dicatat.

3) Format Dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan

intervensi dan respon klien atau hasil.

b. Kerugian

1) Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi, karena tidak berdasarkan

urutan waktu.

2) Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumhya, tanpa harus

mengulang pada awal.

3) Superficial pencatatan tanpa data yang jelas. Memerlukan pengkajian data dari beberapa

sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada klien.

4) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan

tindakan kepada klien.

5) Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak.

6) Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa.

Page 14: Model Pendokumentasian

7) Perlkembangan klien sulit di monitor.

C. CBE (CHARTING BY EXCEPTION ) 

Dimulai sejak tahun 1983 di St Luke Medikal Center In Milkwankee.

1. Pengertian

Charting by exception adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari

hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar.

2. Komponen

CBE mengintegrasikan tiga komponen kunci yaitu :

a. Flowsheet yang berupa kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan indikator

pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter dan bidan, grafik, catatan pendidiikan

dan pencatatan pemulangan pasien

b. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan , sehingga mengurangi

pencatatan tentansg hal rutin secara berulang kali. Oleh karena itu standar harus cukup

spesifik dan menguraikan praktik keperawatan yang sebenarnya serta harus dilakukan oleh

perawat di bangsal , walaupun ada juga standar khusus yang disusun sesuai unit masing-

masing.

c. Formulir dokumentasi yang diletakkan ditempat tidur pasien

3. Format CBE meliputi :

a. Data dasar (riwayat dan pemriksaan fisik)

b. Intervensi flow sheet

c. Grafik record

d. Catatan bimbingan pasien

e. Catatan pasien pulang

f. Format catatan perawatan (menggunakan format SOAPIER)

g. Daftar diagnosa

h. Diagnosa dengan standar rencana tindakan perawatan dasar

i. Profil perawatan pasien dengan sistem kardeks

4. Keuntungan dan Kerugian metode pendokumentasian CBE

a. Keuntungan

Page 15: Model Pendokumentasian

1) Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi.

2) Data yang tidak normal nampak jelas.

3) Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami.

4) Data normal atau respon yang diharapkan tidak mengganggu informasi lain.

5) Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan.

6) Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi.

7) Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya.

8) Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien.

9) Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi.

10) Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen.

b. Kerugian

1) Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada checklist.

2) Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada.

3) Pencatatan rutin sering diabaikan.

4) Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan.

5) Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain.

6) Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian.

D. KARDEKS

1. Pengertian

Model dokumentasi Charting by Exception (CBE) ini dibuat pada tahun 1983 oleh staf

perawat di St. Luke’s Hospitalndi MIdwaukee, Wisconsin. Model ini dianggap dapat

mengatasi masalah pendokumentasian dengan membuat catatan tentang pasien manjadi lebih

nyata, menghemat waktu dan mengakomodir adanya informasi terbaru. Model ini dinilai

lebih efektif dan efisien untuk mengurangi adanya duplikasi dan pengulangan dalam

memasukan data. Merupakan metode pencatatan singkat dan berbeda dari dokumen pada

umumnya.

Model dokumentasi CBE mempunyai beberapa elemen inti, yaitu: lembar alur, dokumentasi

berdasarkan referensi standar praktik, protocol, dan instruksi incidental, data dasar

keperawatan, rencana perawatan berdasarkan diagnosis dan catatan perkembangan SOAP.

Bagi pembaca yang ingin mendapatkan informasi tambahan mengenai model dokumentasi

CBE< dirujuk ke Burke and Murphy (1988, cit. Iyer and Champ, 2005).

2. Komponen

Page 16: Model Pendokumentasian

1.        Lembar alur

Model dokumentasi CBE menggunakan beberapa jenis format termasuk lembar alur

instruksi dokter/perawat , catatan grafik, catatan penyuluhan dan catatan pemulangan pasien.

Lembar alur keperawatan / instruksi dokter bersifat unik. Bagian depan format digunakan

untuk mendokumentasikan pengkajian fisik serta implementasi instruksi dokter dan perawat.

Pengkajian system tubuh yang spesifik dilakukan berdasarkan kondisi pasien dan protocol.

Bagian belakang lembar alur menggarisbawahi unsur pengkajian fisik yang harus dilengkapi.

Model CBE menggunakan serangkain symbol yang spesifik, antara lain:

√ tanda centang : pengkajian telah diselesaikan dan tidak ada hasil abnormal yang

ditemukan.

* tanda bintang : hasil abnormal yang signifikan ditemukan dan dijelaskan pada

bagian bawah lembar alur.

→ anak panah : status pasien tidak berubah dari data sebelumnya (dari data yang

bertanda bintang).

Lembar alur instruksi dokter/ keperawatan juga digunakan untuk mendokumentasikan

penyelesaian instruksi dokter dan keperawatan yang tidak termasuk dalam standar praktik.

Kolom yang berjudul “Nsg Dx” berisi diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan

intervensi keperawatan tertentu. Daftar diagnosis keperawatan juga digunakan hamper sama

dengan daftar masalah dalam POR SOAP. Singkatan DO dituliskan dalam kolom Nsg Dx

jika instruksi dokter didokumentasikan dalam lembara alur keperawatan / instruksi dokter.

Contoh instruksi keperawatan yang dimasukkan kedalam lembar alur adalah “ bantu

pasien berjalan dari tempat tidur kekursi dua kali sehari.” Penyelesaian instruksi ini

didokumentasikan menggunakan symbol yang sama pada pengkajian, yaitu:

√ tanda centang : pengkajian telah diselesaikan dan tidak ada hasil abnormal yang

ditemukan.

* tanda bintang : hasil abnormal yang signifikan ditemukan dan dijelaskan pada bagian

bawah lembar alur.

→ anak panah : status pasien tidak berubah dari data sebelumnya (dari data yang

bertanda bintang).

Page 17: Model Pendokumentasian

Selebihnya, lembar alur juga meliputi catatan penyuluhan pasien dan catatan pemulangan

pasien. Catatan grafik berbeda karena terdapat ruang bagi perawat untuk memeriksa apakah

standar praktik telah diikuti atau tidak.

2.        Standar Praktik

Pada model dokumentasi CBE, standar praktik merupakan aspek penting dari praktik

keperawatan yang digunakan di area klinis. Kepatuhan terhadap standar praktik akan

menghilangkan pendokumentasia intervensi keperawatan rutin, seperti perawatan oral,

membantu mengubah posisi, perawatan intravena, perawatan kateter foley, atau perawatan

selang nasogastrik. Tanda centang (√) digunakan untuk mendokumentasikan kelengkapan

standar, dan tanda bintang (*) menunjukan bahwa tidak semua standar profesi sudah diikuti.

Adanya penyimpangan harus dijelaskan dalam catatan perawat.

3.        Protokol dan intruksi incidental

Dalam model dokumentasi CBE, protokol / pedoman praktik memperjelas intervensi

keerawatan berkaitan dengan perjalanan klinis yang diharapkan dari populasi pasien tertentu,

seperti pasin preoperative, dan pascaoperatif. Protokol menguraikan intervensi keperawatan,

pengobatan dan frekuensi pengkajian fisik.

Lembar alur keperawatan / interuksi dokter digunakan untuk mendokumentasikan

implementasi protocol. Intruksi incidental digunakan jika intervensi keperawatan diperlukan

untuk melanjutkan intervensi keperawatan khusus yang melewati tenggang waktu jika

diperlukan intervensi keperawatan yang berjangka waktu.

4.        Data dasar keperawatan

Data dasar keperawatan mempunyai bagian yang berisi riwayat kesehatan dan pengkajian

fisik. Bagian pengkajian fisik menggunakan parameter normal sama dengan lembar alur

keperawatan / instruksi dokter. Hasil normal setiap system tubuh dicetak dikolom kiri bawah

halaman. Jika hasil pengkajian fisik sitem tubuh normal, perawat harus membari tanda

centang (√) pada kotak yang sesuai. Hasil yang abnormal dijelaskan pada sisi kanan

halaman.

5.        Rencana perawatan berdasarkan diagnosis keperawatan

Model dokumentasi CBE menggunakan rencana erawatan yang standar bersifat individu

untuk setiap pasien. Rencana perawatan standar ini berfokus pada diagnosisi keperawatan

yang spesifik dan mencakup factor yang berhubungan atau factor resiko, karakteristik

penjelas, data pengkajian yang mendukung munculnya diagnosis keperawatan, hasil yang

diharapkan dan intervensi.

6.        Catatan perkembangan SOAP

Page 18: Model Pendokumentasian

Catatan perkembangan didokumentasikan secara teratur dengan metode SOAP atau SOAPIE.

Karena lembar alur keperawatan / instruksi dokterdan lembar alur lainnya terdiri dari banyak

dokumentasi, biasanya muncul dalam catatan perkembangan. Oleh karena itu penggunaan

catatan SOAP dalam system CBE sangat terbatas pada situasi berikut ini (Burke and Murphy,

1988):

a.         Ketika diagnosis keperawatan diientifikasi, diingatkan kembali dinonkatifkan atau

diselesaikan.

b.        Ketika hasil yang diharapkan dievaluasi.

c.         Ketika ringkasan pemulangan dituliskan.

d.        Ketika revisi besar terhdah rencana dituliskan.

Dalam metode dokumentasi CBE, bentuk narasi digunakan tersendiri untuk

menggambarkan hasil pemeriksaan normal maupun adanya penemuan abnormal. Bentuk

flowsheet bias digunakan untuk menuliskan hasil pengkajian rutin, sesuai jenis pengkajian

yang dilakukan, misalnya : GI assessment, integumentary assessment. Pada kasus akut atau

klien yang butuh perawatan cukup lama, model pendokumentasi CBE ini bias digunakan.

Data yang bisa didokumentasikan menggunakan model CBE ini antara lain: data dasar

(riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik), intervensi (menggunakan bentuk flowsheet) ,

catatan bimbingan pada klien, catatan pulang (menggunakan format SOAPIER), daftar

diagnosis keperawatan, diagnosis keperawatan disertai rencana keperawatan dan profil

perawatan (menggunakan system KARDEX).

Contoh penggunaan model dokumentasi CBE, adalah:

1.         Pengkajian penggunaan sistem respiratori jam 14.00:

Pernafasan normal rata-rata20kali permenit, suara nafas dikedua paru bersih, tidak batuk dan

tidak ada sputum.

Warna kulit merah muda, kulit hangat dan kering, tidak ditemukan gangguan nafas

2.         Penemuan signifikan:

3.         Jam 10.00 ditemukan adanya ronchi lobus kanan bawah.

Sistem atau model dokumentasi CBE ini mempunyai banyak keuntungan, antara lain:

1.         Data terbaru tersedia disamping tempat tidur, siap diakses oleh pemberi perawatan yang

berinteraksi dengan pasien.

2.         Keberadaan embar alur menghilangkan kebutuhan akan lembar kerja atau kertas coretan lain

untuk mencatatat informasi tantang pasien. Data segara dicatat dalam catatan permanen.

3.         Panduan pada bagian belakang format menjadi referensi yang mudah didapat dan sangat

berguna bagi perawat.

Page 19: Model Pendokumentasian

4.         Status pasien cenderung mudah dilihat dari lembar alur. Informasi pengakjian diatur

berdasarkan sistem tubuh dan mudah dicari.

5.        Hasil yang normal diidentifikasi dengan tepat sehingga terdapat kesepakatan terhadap adanya

pengkajian normal.

6.        Bayak menghilangkan catatan naratif berulang tentang perawatan rutin. Referensi tentang

standar praktik dapat menyingkirkan pencatatan naratif informatif.

7.        Mudah didapatkan pada pendokumentasian alur klinis dan mengurangi waktu yang

dipergunakan perawat untuk mencatat sebesar 67%.

Ada beberapa kerugian dan masalah yang berkaitan dengan sistem atau model

dokumenasi CBE ini, antara lain:

1.         Duplikasi pencatatan terjadi pada model CBE, misalnya diagnosis keperawatan dalam daftar

masalah tertulis juga dalam rencana perawatan. Contoh lain adalah, hasil yang abnormal atau

signifikan dijabarkan dalam lembar alur perawat / dokter. Jika hasil abnormal ini memerlukan

intervensi, maka dalam catatn perkembangan SOAP juga harus ditulis kembali. Bagian data

subjektif dan data objektif pada SOAP memuat lagi infomasi yang ditulis dalam lembar alur.

Akhirnya pengkajian dan perencanaan SOAP bisa sama dengan rencana perawatan.

2.         CBE dibuat disemua rumah sakit yang perawatnya yang terdaftar (Register Nurse, RN).

Unsur pengkajian fisik perlu ditinjau berdasarkan lingkup praktik perawat yang telah

mempunyai lisensi praktik (Licensed Practical Nurse, LPN). Beberapa rumah sakit yang

menerapkan sistem CBE sedang tidak semua perawatnya RN, mengubah sisitem pembarian

asuhan keperawatan sedemikian rupa dengan mengakomodasi tanggung jawab RN, untuk

pengkajian. Meskipun LPN bisa ditugaskan untuk merawat pasien, RN harus menyelesaikan

pengkajian fisik dalam 8 atau 24 jam sekali.

3.         Implementasi lengkap memerlukan perubahan besar dalam system pendokumentasian

organisasi karena memerlukan perubahan format pada berbagai alat dokumentasi.

4.         Memerlukan pendidikan khusus untuk bisa mengimplementasi system CBE. Perawat di St.

Luke mengalami kesulitan untuk belajar mendokumentasikan hanya hasil yang abnormal saja

pada lembar alur keperawatan / instruksi dokter dan kesultan mentaati standar praktik.

5.         Sistem CBE berdampak pada masalah penggantian biaya sampai system ini lebih luas

diterima.

6.         Dasar hukum CBE masih diperdebatkan. Meskipun pengacara St. Luke telah meninjau

sistem CBE dan menyetujui adanya kepatuhan system terhadap prinsip-prinsip legal(hukum),

namun hakim tetap akan memakai peraturan tentang validitasi dokumentasi unuk setiap

kasus. Pencatatan yang intermiten gagal member tanda bahaya secara continu yang

Page 20: Model Pendokumentasian

membutuhkan intervensi dini dari dokter. CBE tidak mendefinisikan kasus dengan jelas,

meskpun standar profesi telah menggambarkan dengan cukup jelas untuk kelangsungan

pemberian perawatan. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam penerapan system CBE:

a.         Standar untuk pengkajian keperatan dan intervensi harus didevinisikan dengan jelas

b.        Kebijakan dan prosedur CBE harus diikuti secara jelas

c.         Tidak ada system dokumenasi yang akan melindungi profesi kesehatan dari pengadilan yang

buruk

E.     Sistem Komputerisasi

Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah system computer yang

berperan dalam menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang diperlukan

dalam kegiatan pelayanan kebidanan, penelitian dan pendidikan. Secara umum dokumentasi

dengan system komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: meningkatkan

pelayanan pada pasien, meningkatkan pengembangan protocol, meningkatkan

penatalaksanaan data dan komunikasi dan meningkatkan proses edukasi dan konseling pada

pasien.

Keuntungan dokumentasi dengan system komputerisasi secara spesifik, antara lain:

akurasi lebih tinggi, menghemat biaya, meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki

komunikasi antar bagian/anggota tim kesehatan, menambah kesempatan untuk belajar,

meneliti dan jaminan kualitas, meningkatkan moral kinerja petugas. Beberapa kelemahan

dokumentasi dengan system komputerisasi, adalah: malfunction, impersonal effect, privacy,

informasi tidak akurat, kosa kata terbatas, penyimpanan bahan cetakan dan biaya yang harus

disediakan cukup besar untuk pengadaan beberapa unit computer.

Aplikasi system komputerisasi dalam system informasi dirumah sakit, meliputi seluruh

kegiatan untuk mendokumentasikan keberadaan pasien sejak pasien masuk rumah sakit

sampai pulang, sejak registrasi pasien, pengkajian data pasien, rencana pengobatan, rencana

perawatan, rencana asuhan dan KIE, pengobatan dan pelaksanaan asuhan, laporan hasil

pengobatan, klasifikasi pasien dan catatan perkembangan pasien.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan system komputerisasi ini, antara

lain: perencanaan perlunya system computer, pemilihan produk, pelatihan petugas pengguna,

pemakaian system computer, keamanan data, legalitas data (perlunya tanda tangan dokter),

kebutuhan perangkat dan evaluasi keuntungan sitem computer bagi pengguna, klien dan

administrasi.

Page 21: Model Pendokumentasian

Pencatatan dengan system komputerisasi merupakan salah satu tren yang paling

diminati dalam pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk asuhan kebidanan. Banyak

institusi membuat atau membeli system informasi komputerisasi yang menunjang praktik

keperawatan/kebidanan. Berbagai kelompok dalam industry pelayanan kesehatan

menggunakan istilah computer dengan berbagai cara, salah satunya adalah Catatan Pasien

Berbasis Komputer (computer based patient records, CPR).

Penggunaan catatan pasien berbasis computer (CPR)

Pengguna CPR didorong oleh beberapa factor berikut ini:

1.         Jumlah data mengenai kondisi kesehatan pasien sangat banyak, harus dikumpulkan,

disimpan dan diorganisasikan dengan system yang lebih efisien daripada system berbasis

kertas. Mencari data dalam catatan pasien merupakan hal yang sangat menghabiskan waktu.

Semakin banyak catatan tersebut, semakin sulit untuk mencari informasi intinya.

2.         Pencatatan informasi secara electronic dibuat sedemikian rupa dan tidak dapat dilakukan

oleh system pencatatan berbasis kertas. Semua catatan yang berhubungan dengan aspek

khusus dalam perawatan dapat disusun dan dicetak. System pencatatan berbasis kertas tidak

dapat diorganisasi ulang dengan cara tersebut dan juga tidak dapat digabungkan dengan

catatan dari fasilitas atau institusi lain.

3.         Penggunaan CPR dapat berkembang menjadi metode penyampaian informasi yang lebih

efisien dari satu pemberi asuhan kesehatan ke pemberi asuhan kesehatan yang lain. Dalam

metode pendokumentasian manual, pemeriksaan pasien dan pengumpulan data yang

berulang-ulang dapat terjadi jika pasien pindah dari satu fasilitas ke fasilitas lain.

4.         Penghematan biaya dan reformasi pelayanan kesehatan mengharuskan dilakukannya

efisiensi manajemen data asuhan kesehatan termasuk asuhan kebidanan.

Prasyarat diberlakukannya CPR

Sedikitnya terdapat 5 kunciutama prasyarat CPR, termasuk hal-hal berikut ini yang

diperlukan untuk menunjang CPR (Adrew, Dick, 1995a cit. Iyer and Champ, 2005):

1.         Kamus data klinis. Diperlukan kamus data klinis yang substansial dan fleksibel, yang akan

mendefinisikan semua unsure data untuk informasi klinis yang akan disimpan

2.         Tempat penyimpanan data klinis. Harus terdapat tempat penyimpanan data klinis yang

arsitekyurnya dirancang dengan baik, guna memenuhi kebutuhan semua anggota tim pemberi

perawatan kesehatan. Permintaan informasi media mengenai pesien tertentu harus dipenuhi

dalam beberapa detik.

Page 22: Model Pendokumentasian

3.         Kemampuan input yang fleksibel. Harus tersedia perlengkapan yang tepat (seperti mouse,

keyboard, pengenal suara, touch screen, pen light).

4.         Presentasi data yang ergonomis. Presentasi data harus sesuai dengan kebutuhan individu.

5.         Dukungan system otomatis. System harus mengantisipasi dan mendukung proses klinis serta

berfikir melalui system pendukung. Hal ini harus mencakup akses ke system ahli, data dasar

pengetahuan, literature medis, umpan balik hasil, dan masukkan kualitas/biaya semua yang

akan digunakan dalam pembuatan keputusan klinis.

Set data minimum dan elemen data kesehatan inti

Banyak hal yang perlu dilakukan sebelum penggunaan CPR meluas. Pembuatan kamus

data klinis, yang sangat berguna di banyak area, termasuk sector pemerintah dan swasta

merupakan bagian dari set data minimum. Set data minimum didefinisikan sebagai

‘rangkaian minimum poin-poin informasi dengan definisi dan katagori yang sama, berkaitan

dengan aspek atau dimensi tertentu dari system pelayanan kesehatan, berguna untuk

memenuhi kebutuhan penting dari berbagai pengguna’ (Mc. Cormick et al, 1997 cit. Iyer and

Champ,2005)

Set data minimum yang paling banyak digunakan di Amerika dan Canada adalah

Uniform Hospital Discharge data set, Financial Uniform Minimum Data Set, dan Long Term

Healt Care Minimum Data Set. Luasnya penggunaan set data tersebut mendorong

dikeluarkannya mandate dari Healt Care Financing Aministration kepada Medicare dan

Medicaid Healt Insurance Portability and Accountability Act 1996, yang mengharuskan

pemakaian set data standar nasional untuk berbagai transaksi layanan kesehatan

administrative dan financial. Pemerintah setempat merekomendasikan sebagai unsure data

untuk pasien yang dirawat dirumah, unit gawat darurat, dan unit rawat jalan (Mc Cornick et

al,1997 cit.Iyer and Champ, 2005).

Pengenalan computer pada fasilitas pelayanan kesehatan

Jika CPR atau rekaman elektronik menampakan visi masa depan pelayanan kesehatan,

maka pencacatan elektronik adalah realita sekarang yang sudah ada difasilitas pelayanan

kesehatan. Untuk mengetahui evolusi rekaman elektronik, seorang harus melihat dulu proses

pengenalan system komputerisasi di sebuah fasilitas pelayanan kesehatan.

Pada umumnya, penggunaan computer pertama kali oleh fasilitas pelayanan kesehatan

adalah untuk melacak penerimaan, pemulangan dan pemindahan pasien. Jenis aplikasi ini

member informasi demografi pasien secara sederhana terkait juga dengan keadaan financial

Page 23: Model Pendokumentasian

pasien. Pertengahan tahun 1980an produsen software mulai membuat software yang dapat

digunakan untuk pendokumentasian asuhan keperawatan/kebidanan. Dua puluh tahun

terakhir, semakin banyak produk dikeluarkan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan

industry pelayanan kesehatan.

Pembuatan system komputerisasi disebuah fasilitas pelayanan kesehatan murupakan

sebuah tantangan karena harus bisa diterapkan bersama-sama oleh masing-masing unit

pelayanan. Jika software dan hardware yang dibeli suatu unit berbeda dengan unit yang lain

di sebuah fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini hanya akan menimbulkan frustasi dan

keterbatasan pemakaian system. Untuk mengatasi permasalahan ini, umumnya perusahaan

pembuat software akan menggunakan bahasa computer yang sama.

Awal pemakaian fungsi klinis system komputerisasi dirumah sakit, sekedar

mengirimkan hasil pemeriksaan laboraturium atau hasil pemeriksaan lainnya ke unit

perawatan pasien. Beberapa system kompeter memiliki kemampuan aktivasi sinyal, seperti

tanda kedipan pesan masuk pada layar monitor di unit perawatan. Jika hasil pemeriksaan

menunjukkan hasil tidak normal maka bisa segera diatasi.

Hambatan pengenalan system komputerisasi

Keperawatan dan kebidanan sering menjadi unit terakhir yang membeli dan

menggunakan software. Beberapa hambatan untuk mengembangkan dan menggunakan

system komputerisasi. Dalam pelayanan kebidanan/keperawatan antara lain:

1.             Bagian administrasi merasa tidak yakin bahwa komputerisasi informasi

kebidanan/keperawatan akan memberikan hasil nyata.

2.             Bidan/perawat kurang memiliki kemampuan mengoperasikan system komputerisasi.

3.             Unit pelayanan informasi computer kadang merasa terancam untuk berbagi informasi dengan

unit lain dan khawatir kekuatannya akan hilang bila melibatkan orang lain dalam proses

pengambilan keputusan.

4.             Dahulu program software hanya sedikit tersedia. Beberapa diantaranya dirancang untuk

perawat atau bidan ahli computer yang tidak memiliki pengalaman keperawatan.

5.             Banyak software yang dirancang untuk fungsi tunggal seperti ketenagaan dan penjadwalan,

rencana perawatan/klasifikasi pasien.

6.             Kurangnya keseragaman bahasa keperawatan/kebidanan menghambat perkembangan dan

penggunaan system informasi computer

Page 24: Model Pendokumentasian

7.             Rasa takut termasuk anggapan bahwa komputerisasi terlalu sulit, bahwa teknologi tersebut

akan menggantikan bidan/perawat,bahwa computer akan langsung mengarahkan dan

mendikte asuhan dan bahwa kerahasiaan pasien akan dilanggar.

8.             Komputerisasi sangat mahal.hardware,software,pendidikan staf dan computer tambahan

menunjang kontribusi staf untuk mengembangkan system komputerisasi.

Keuntungan dan kerugian dokumentasi terkomputerisasi

Beberapa keuntungan dari dokumentasi terkomputerisasi secara umum adalah sbb:

1.         Catatan dapat di baca

2.         Catatan yang siap tersedia

3.         Produktivitas bidan/perawat membaik

4.         Mengurangi kerusakan catatan

5.         Menunjang penggunaan proses asuhan kebidanan/keperawatan

6.         Mengurangi dokumentasi yang berlebihan

7.         Saran, pengingat dan peringatan klinis

8.         Catatan keperawatan/kebidanan lebih terorganisasi

9.         Laporan tercetak secara otomatis

10.     Dokumentasi sesuai standar profesi

11.     Peningkatan rekrutment dan retensi tenaga

12.     Peningkatan pengetahuan tentang hasil

13.     Ketersediaan data

14.     Pencegahan kesalahan pemberian obat

15.     Mempermudah penetapan biaya

16.     Mencetak instruksi pemulangan

Meskipun keuntungan menggunakan lebih banyak daripada kerugiannya, dibeberapa

tempat terdapat masalah berkaitan dengan pemakaian computer untuk dokumentasi. Beberapa

permasalahan dari dokumentasi terkomputerisasi adalah sbb:

1.         Keuntungan pencatatan dengan kertas. Pencatatan kertas sudah dikenal, mudah dibawa dan

dapat dibawa ke ruang perawatan pasien, tidak terjadi downtime, fleksibilitas dalam

pencatatan data, memudahkan pencatatan data subjektif dan naratif, dapat dicari dan

diperiksa dengan cepat.

2.         Masalah keamanan dan kerahasiaan informasi pasien. Perlunya menjaga privasi, kerahasiaan

dan keamanan catatan medis pasien yang terkomputerisasi.

Page 25: Model Pendokumentasian

Rekomendasi pemilihan system komputerisasi

Perubahan yang cepat di bidang pelayanan kesehatan, mengubah beberapa peraturan

lama pemilihan system informasi computer. Menurut Pasternack (1998, cit. lyer and champ,

2005), perubahan peraturan tersebut adalah:

1.         Peraturan lama: cari daftar client yang besar ; peraturan baru: besar bukan berate lebih

baik.

2.         Peraturan lama: membeli software dalam jumlah besar ; peraturan baru: beli software

hanya yang diperlukan saja.

3.         Peraturan lama: cari sesuatu yang baru dan popular ; peraturan baru: sesuatu yang sedang

populer tidak berarti akan populer selamanya.

4.         Peraturan lama: beli yang terbaik, baru kemudian diintegrasikan ; peraturan baru: tetap

bersama beberapa produsen.

5.         Peraturan lama: beli yang tersedia dan biarkan produsen mengurusnya ; peraturan baru:

cari produsen yang akan berbagi risiko dan keuntungan.

6.         Peraturan lama: membeli software yang mahal sebanding dengan fungsi yang tinggi ;

peraturan baru: membeli berdasarkan nilai barang.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/teknik-model-pedokumentasian-por-sor.html#ixzz2fbAaLay0

MODEL PENDOKUMENTASIAN

MODEL PENDOKUMENTASIAN

Tujuan Instruksional1.Menjelaskan model pendokumentasian POR2.Menjelaskan model pendokumentasian SOR3.Menjelaskan model pendokumentasian CBE4.Menjelaskan model pendokumentasian Kardeks5.Menjelaskan model pendokumentasian Komputer

Page 26: Model Pendokumentasian

A.Problem Oriented RecordModel pendokumentasian ini diperkenalkan oleh Dr. Lawrence Weed at Case Wester Reserve University in Cleveland Introduced pada tahun 1969, tujuannya adalah memperbaiki dokumentasi perawatan pasien di klinik dengan memfokuskan semua pendokumentasian pada masalah pasien. Model pendokumentasian ini mengembangkan model pencatatan dan pelaporan yang menekankan pada pasien dan segala permasalahannya. Secara menyeluruh, model pencatatan dan pelaporan ini dikenal dengan nama Problem Oriented Medical Record (POMR).

Ada empat komponen dasar dari model dokumentasi POR, yaitu:1.Data dasarData dasar adalah alat utama untuk mengumpulkan data pada saat pasien. masuk. Data dasar yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan data objektif. Data subjektif merupakan data hasil anamnesis kepada pasien, mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya, riwayat penyakit keluarga. Data objektif meliputi data hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Umumnya dokter bertanggung jawab melengkapi riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, sedangkan bidan/perawat bertanggungjawab pada riwayat dan pengkajian data tentang kondisi pasien seta pemenuhan kebutuhan pasien.Data dasar yang diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan yang akan diberikan, misalnya data dasar unit kebidanan akan berbeda dengan data dasar unit bedah. Data dasar. ini bertujuan untuk mengenal masalah pasien dan sebagai dasar untuk bahan perbandingan dalam menilai kondisi pasien. Data dasar ini akan membantu dokter/bidan/perawat menentukan prioritas masalah dan membuat rencana asuhan yang tepat.

2.Daftar masalahDaftar masalah diperoleh dari hasil pengkajian data dasar. Setelah data dasar dikumpulkan secara lengkap, selanjutnya disusun daftar masalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien. Daftar masalah ini bisa berupa gejala-gejala, kumpulan gejala atau hasil pemeriksaan laboratoirum/penunjang lain yang abnormal, masalah psikologis atau masalah sosial.Dalam catatan dokter, dikenal sebagai medical problem/ diagnosis medis, terdiri dari diagnosis dan komplikasi yang menyertai, tanda/gejala, hasil laboratorium yang patologi, masalah sosial ekonomi yang berkaitan dengan kesehatan daJam perawatannya. Dalam dokumentasi kebidanan, daftar masalah ini ditulis sebagai analysis data/assessment, meliputi: diagnosis kebidanan, masalah, kebutuhan, diagnosis potensial, masalah potensial, dan kebutuhan tindakan segera. Dalam dokumentasi keperawatan, dafta masalah ditulis sebagai diagnosis keperawatan. Daftar masalah akan diperbarui apabila muncul masalah baru atau m asalah lama sudah teratasi.Masalah yang ada kemungkinan bisa lebih dari satu, sehingga perlu dicatat menurut prioritas masalah dengan memberi nomor, tanggal pencatatan dan menyebutkan masalahnya. Semua masalah diberi tanda atau label sesuai dengan situasinya, apakah itu akut, kronik, aktif atau non aktif. Daftar masalah ini merupakan pedoman untuk menentukan. kebutuhan dan rencana asuhan bagi pasien. Daftar masalah ini diatur secara sistematis sesuai dengan urutan prioritas yang berorientasi pada kebutuhan pasien.

3.Rencana awalRencana awal dibuat berdasarkan daftar masalah yang telah diidentifikasi. Dokter mendokumentasikan rencana medis awal setelah anamnesis riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik selesai dilakukan. Dokter mend okumentasikan rencana awal berupa

Page 27: Model Pendokumentasian

perencanaan tindakan medis (Medical Plan). Perencanaan tindakan medis ini ditulis pada setiap daftar masalah, termasuk tes diagnostik, pemberian terapi pencegahan dan pendidikan.Rencana awal bidan disusun berupa rencana asuhan yang menyeluruh dan didokumentasikan setelah data dasar dikumpulkan dan analysis data/assessment dirumuskan. Penulisan rencana awal harus disertai waktu dan nama bidan yang menyusunnya. Pada pendokumentasian metode SOAP, rencana awal dimasukkan dalam Planning, termasuk di dalamnya catatan tentang pelaksanaan dan evaluasi terhadap keefektifan asuhan.

4.Catatan perkembanganCatatan perkembangan adalah semua catatan yang berhubungan dengan keadaan pasien selama menjalani asuhan. Ada beberapa bentuk pendokumentasian catatan perkembangan ini, antara lain : Catatan Berkesinambungan ata lembar alur (Flow Sheet), Catatan Naratif (Notes) dan Catatan Pulang/Catatan Sembuh (Discharge). Catatan Berkesinambungan digunakan untuk mencatat hasil observasi perawatan secara umum, terutama pada keadaan umum pasien yang sering mengalami perubahan dengan cepat. Catatan Naratif yang dipergunakan untuk mendokumentasikan catatan perkembangan pasien, antara lain menggunakan format SOAP Notes, SOAPIE Notes dan SOAPIER Notes.

B.Source Oriented RecordSource Oriented Record adalah catatan pasien yang berorientasi pada sumber, karena setiap sumber data mempunyai catatan tersendiri dan terpisah satu dengan yang lain. Sumber data dalam catatan pasien, antara lain dokter, bidan, perawat, atau tenaga kesehatan lainnya. Catatan yang digunakan dalam model ini, umumnya berbentuk naratif dan masih bersifat tradisional. Karena sifat catatan ini yang terpisah-pisah antara sumber satu dengan sumber yang lain, maka perkembangan pasien dalam catatan ini menjadi sulit untuk diikuti.Pada umumnya, catatan model Source Oriented Record ini mempunyai enam bagian. Enam bagian dalam model dokumentasi SOR adalah : catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat medik, lembar identitas, catatan keperawatan/kebidanan dan laporan khusus lainnya.

C.Charting by ExceptionModel dokumentasi Charting by Exception (CBE) ini dibuat pada tahun 1983 oleh staf perawat di St. Luke's Hospital di Midwaukee, Wisconsin. Model ini dianggap dapat mengatasi masalah pendokumentasian dengan membuat catatan tentang pasien menjadi lebih nyata, menghemat waktu dan mengakomodir adanya informasi terbaru. Model ini dinilai lebih efektif dan efisien untuk mengurangi adanya duplikasi dan pengulangan dalam memasukkan data. Merupakan metode pencatatan singkat dan berbeda dari dokumen pada umumnya.

Sistem atau model dokumentasi CBE ini mempunyai banyak keuntungan, antara lain :1.Data terbaru tersedia di samping tempat tidur, siap diakses oleh pemberi perawatan yang berinteraksi dengan pasien.2.Keberadaan lembar alur menghilangkan kebutuhan akan lembar kerja atau kertas coretan lain untuk emncatat informasi tentang pasien. Data segera dicatat dalam catatan permanen.3.Panduan pada bagian belakang format menjadi referensi yang mudah didapat dan sangat berguna bagi perawat.4.Status pasien cenderung mudah dilihat melalui lembar alur. Informasi pengkajian diatur berdasarkan sistem tubuh dan mudah untuk dicari. 5.Hasil yang normal diidentifikasi dengan tepat sehingga terdapat kesepakatan terhadap adanya pengkajian normal.6.Banyak menghilangkan catatan naratif berulang tentang perawatan rutin. Referensi

Page 28: Model Pendokumentasian

terhadap standar praktik dapat menyingkirkan pencatatan naratif informatif. 7.Mudah diadaptasikan pada pendokumentasian alur klinis dan mengurangi waktu yang dipergunakan perawat untuk mencatat sebesar 67%.

Ada beberapa kerugian dan masalah yang berkaitan dengan sistem atau model dokumentasi CBE ini, antara lain :1.Duplikasi pencatatan terjadi pada model CBE, misalnya diagnosis keperawatan dalam daftar masalah tertulis juga dalam rencana perawatan. Contoh lain adalah, hasil yang abnormal atau signifikan dijabarkan dalam lembar alur perawat/dokter. Jika hasil abnormal ini memerlukan intervensi, maka dalam catatan perkembangan SOAP juga harus ditulis kembali. Bagian data subjektif dan data objektif pada SOAP memuat lagi informasi yang ditulis dalam lembar alur. Akhirnya pengkajian dan perencanaan SOAP bisa sama dengan rencana- perawatan.2.CBE dibuat di sebuah rumah sakit yang semua perawatnya telah terdaftar (Registered Nurse, RN). Ursur pengkajian fisik perlu ditinjau berdasarkan lingkup praktik perawat yang telah mempunyai lisensi praktik (Licensed Practical Nurse, LPN). Beberapa rumah sakit yang menerapkan sistem CBE sedangkan tidak semua perawatnya RN, mengubah sistem pemberian asuhan keperawatan sedemikian rupa dengan mengakomodasi tanggung jawab RN untuk pengkajian. Meskipun LPN bisa ditugaskan untuk merawat pasien, RN tetap harus menyelesaikan pengkajian fisik dalam 8 atau 24 jam sekali.3.Implementasi lengkap memerlukan perubahan besar dalam sistem pendokumentasian organisasi karena memerlukan perubahan format pada berbagai alat dokumentasi4.Memerlukan pendidikan khusus untuk bisa mengimplementasikan sistem CBE. Perawat di St. Luke mengalami kesulitan untuk belajar mendokumentasikan hanya hasil yang abnormal saja pada lembar alur keperawatan/ instruksi dokter dan kesulitan menaati standar praktik5.Sistem CBE berdampak pada masalah penggantian biaya sampai sistem ini lebih luas diterima.6.Dasar hukum CBE masih diperdebatkan. Meskipun pengacara St. Luke telah meninjau sistem CBE dan menyetujui adanya kepatuhan sistem terhadap prinsip-prinsip legal (hukum), namun hakim tetap akan memakai peraturan tentang validitasi dokumentasi untuk setiap kasus. Pencatatan yang intermiten gagal memberi tanda bahaya secara kontinu yangmembutuhkan intervensi dini dari dokter. CBE tidak mendefinisikan kasus dengan jelas, meskipun standar profesi telah menggambarkan dengan cukup jelas untuk kelangsungan pemberian perawatan. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam penerapan sistem CBE:a.Standar untuk pengkajian keperawatan dan intervensi harus didefinisikan dengan jelasb.Kebijakan dan prosedur CBE harus diikuti secara jelas c.Tidak ada sistem dokumentasi yang akan melindungi profesi kesehatan dari pengadilan yang buruk

D.Teknik Tradisional dengan Sistem KardeksTeknik pendokumentasian sistem Kardex merupakan sistem pendokumentasian pelayanan kesehatan tradisional yang dipergunakan di berbagai sumber mengenai informasi pasien dan disusun dalam suatu buku.Informasi yang terdapat dalam Kardex, antara lain:1.Data pasien, meliputi : nama, alamat, status perkawinan, tanggal lahir, pekerjaan, agama dan kepercayaan.2.Diagnosis kebidanan : daftar prioritas masalah.3.Pengobatan sekarang : perawatan dan pengobatan, diit, infus, konsultasi.4.Tes diagnostik :.tanggal dan hasilnya.5.Kegiatan/aktivitas pasien sehari-hari yang diperbolehkan.

Page 29: Model Pendokumentasian

Model dokumentasi dengan sistem Kardex ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: kadang-kadang data tidak diisi dengan lengkap, tidak cukup tempat atau ruang dalam memasukkan data yang diperlukan, kadang-kadang data yang dimasukkan tidak up to date dan telah dibaca oleh bidan sebelum mereka memberikan pelayanan/ asuhan.

E.Sistem KomputerisasiTeknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah sistem komputer yang berperan dalam menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan kebidanan, penelitian clan pendidikan. Secara umum dokumentasi dengan sistem komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: meningkatkan pelayanan pada pasien, meningkatkan pengembangan protokol, meningkatkan penatalaksanaan data dan komunikasi dan meningkatkan proses edukasi dan konseling pada pasien.Keuntungan dokumentasi dengan sistem komputerisasi secara spesifik, antara lain : akurasi lebih tinggi, menghemat biaya, meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki komunikasi antar bagian/anggota tim kesehatan, menambah kesempatan untuk belajar, meneiiti dan jaminan kualitas, meningkatkan moral kinerja petugas. Beberapa kelemahan dokumentasi dengan sistem komputerisasi, adalah : malfunction, impersonal effect, privacy, informasi tidak akurat, kosakata terbatas, penyimpanan bahan cetakan dart biaya yang harus disediakan cukup besar untuk pengadaan beberapa unit komputer.

Hambatan pengenalan sistem komputerisasiKeperawatan dan kebidanan Bering menjadi unit terakhir yang membeli dan menggunakan software. Beberapa hambatan urttuk mengembangkan dan menggunakan sistem komputerisasi dalam pelayanan kebidanan/keperawatan antara lain:1.Bagian administrasi merasa tidak yakin bahwa komputerisasi informasi kebidanan/keperawatan akan memberikan hash. nyata.2.Bidan / perawat kurang memiliki kemampuan mengoperasikan sistem komputerisasi. Sernua anggota tim kesehatan harus dilibatkan dalam memilih, mengintegrasikan dan menggunakan teknologi manajemen informasi.3.Unit pelayanan informasi komputer kadang merasa terancam untuk berbagi informasi dengan unit lain dan khawatir kekuatannya akan hilang bila melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan. Perlunya menjalin hubungan kerjasama antara bidan/perawat dengan unit pelayanan informasi komputer. 4.Dahulu program software hanya sedikit tersedia. Beberapa di antaranya dirancang untuk perawat/bidan ahli komputer yang tidak memiliki pengalaman keperawatan.5.Banyak software yang dirancang untuk fungsi tunggal seperti ketenagaan dan penjadwalan, rencana perawatan atau klasifikasi pasien. Sistem informasi keperawatan/kebidanan bisa saja tidak berhubungan dengan sistem informasi rumah sakit atau program lain di luar fasilitas, akibatnya akan menghalangi terjadinya pertukaran data di dalam dan di luar orgaiusasi data.6.Kurangnya keseragaman bahasa keperawatan / kebidanan menghambat perkembangan dan penggunaan sistem, informasi komputer. Variasi dalam menyebutkan diagnosis, intervensi dan hasil dapat menimbulkan kebingungan.7.Rasa takut termasuk anggapan bahwa komputerisasi terlalu sulit, bahwa teknologi tersebut akan menggantikan bidan/ perawat, bahwa komputer akan langsung mengarahkan dan mendikte asuhan dan bahwa kerahasiaan pasien akan dilanggar (Bowles, 1997 cit. Iyer and Champ, 2005).8.Komputerisasi sangat mahal. Hardware, software, pendidikan staf dan komputer tambahan menunjang kontribusi staf untuk mengembangkan sistem komputerisasi.

Keuntungan dan kerugian dokumentasi terkomputerisasi

Page 30: Model Pendokumentasian

Beberapa keuntungan dari dokumentasi terkomputerisasi secara umum adalah sebagai berikut:1.Catatan dapat dibaca. Hasil cetakan komputer dapat dibaca dengan mudah, sehingga menghilangkan risiko menebak arti tulisan tangan. Bidan tidak perlu lagi menanyakan, "Bisakah Anda membaca instruksi itu?"2.Catatan yang siap tersedia. Catatan medis pasien harus selalu siap untuk digunakan dan waktu yang digunakan untuk mencarinaya harus sesingkat mungkin. Catatan elektronik dapat digunakan atau ditinjau kembali oleh sejumlah orang sesuai dengan jumlah komputer yang tersedia.3.Produktivitas bidan/perazuat membaik. Penelitian menunjukkan bahwa perwat menghabiskan waktunva sampai 50% untuk mendokumentasikan dan mengkomunikasikan informasi pasien (Bowles, 1997 cit. Iyer and Chalnp, 2005). Dengan sistem komputerisasi, tenaga kesehatan termasuk bidan akan mengurangi jumlah waktunya untuk mengerjakan pekerjaan tertulis, sehingga lebih banyak waktu untuk merawat pasien. Penelitian lain menyebutkan bahwa, setelah menggunakan sistem komputerisasi perawat menggunakan 40% waktunya untuk berkomunikasi dengan pasien dan 43% untuk membantu higiene pasien. Sistem inivrmasi komputer dapat menyimpan entri data secara lebih cepat menggunakan keystroke, menu atau barcode scanner dibanding pencatatan manual.4.Mengurangi kerusakan cafatan. Kerusakan catatan modik lebih. sulit terjadi jika menggunakan sistem kampu*eris.ai. Program software harus berisi cara untuk memperbaiki entri data yang salah. Proses ini sering diselesaikan dengan cara yang sama seperti pada pencatatan manual dengan memberikan tanda kurung pada data yang salah, menambah informasi yang benar clan memberikan alasan terhadap perubahan data, seperti "catatan salah." Catatan waktu pada program software menunjukkan waktu yang tepat saat data dimasukkan, sehingga tidak mungkin untuk menggantinya. Lebih jauh lagi, program software umumnya mempunyai waktu yang terjadwal untuk menyimpan data, sehingga tidak memungkinkan seseorang untuk menghilangkan data yang masuk setelah data tersebut disimpan.5.Menunjang penggunaan proses asuhan kebidnnan/keperawatan. Sistem komputerisasi memudahkan pengkajian data pasien. 6.Mengurangi dokumentasi yang berlebihan. Dokumentasi terkomputerisasi mendukung penggunaan yang ekonomis sejak pemasukkan data dengan mengurangi/menghilangkan catatan yang berlebihan.7.Saran, pengingat dan peringatan Minis. Penetapan prioritas clan pengambilan keputusan dapat dipermudah dengan adanya peringatan, saran dan pengingat klinis dalam program komputer.8.Catatan keperawatan/kebidanan lebih terorganisasi. Software dapat dirancang agar dokumentasi dapat diurutkan dan dicetak sedemikian rupa yang tidak mungkin dilakukan oleh pencatatan manual. Sebagai contoh, bidan dapat meminta semua daftar data yang menggambarkan kondisi pasien atau mencetak semua catatan penyuluhan.9.Laporan tercetak secara otomatis. Sistem komputerisasi harus menghasilkan laporan dan lembar alur yang menghilangkan rutinitas menyalin informasi untuk keperluan tertentu.10.Dokumentasi sesuai standar profesi.11.Peningkatan rekrutmen dan retensi fenaga. Komputer cenderung meningkatkan kepuasan dan semangat kerja, merupakan keuntungan signifikan mencegah keluar masuknya pegawai.12.Peningkatan pengetahuan tentang hasil.13.Ketersediaan data.14.Pencegahan kesalahan pemberian obat.15.Mempermudah penetapan biaya. Dengan sistem dokumentasi komputer, kemampuan menetapkan biaya berdasarkan asuhan yang aktual mengalami perbaikan.

Page 31: Model Pendokumentasian

16.Mencetak instruksi pemulangan.

Beberapa permasalahan dari dokumentasi terkomputerisasi adalah sebangai berikut:1.Keuntungan pencatatan dengan kertas. Lima kelebihan utama pencatatan dengan kertas (Bradley, 1994 cit. Iyer and Champ, 2005): pencatatan kertas sudah dikenal; mudah dibawa dan dapat dibawa ke ruang perawatan pasien; tidak terjadi downtime; fleksibilitas dalam pencatatan data, memudahkan pencatatan data subjektif dan naratif; dapat dicari dan diperiksa dengan cepat. Meskipun demikian, komputer juga cepat dikenal, bisa diletakkan di samping tempat tidur pasien atau tersedia komputer portable, tersedianya software yang dirancang khusus untuk menuliskan teks bebas dan kemudahan mencari data dengan kode tertentu.2.Masalah keamanan dan kerahasiaan informasi pasien. Perlunya menjaga privasi, kerahasiaan dan keamanan catatan medis pasien yang terkomputerisasi.Privasi, meliputi hak individu untuk emnetukan kapan, kepda siapa dan seluas apa informasi pribadinya disebarluaskan.Kerahasiaan, meliputi rasa percaya di antara pemberi perawatan kesehatan bahwa informasi yang mereka bagi akan dihormati dan digunakan untuk tujuan tertutup.Keamanan, meliputi perlindungan informasi dari akses yang disengaja maupun tidak disengaja oleh orang yang tidak berwenang, termasuk modifikasi dan perusakan informasi.

Rekomendasi pemilihan sistem komputerisasiPerubahan yang cepat di bidang pelayanan kesehatan, mengubah beberapa peraturan lama pemilihan sistem informasi komputer. Menurut Pasternack (1998, cit. Iyer and Champ, 2005), perubahan peraturan tersebut adalah:1.Peraturan lama: cari daftar klien yang besar; Peraturan baru: besar bukan berarti lebih baik.2.Peraturan lama: membeli software dalam jumlah besar; Peratu ran baru: beli software hanya yang diperlukan saja.3.Peraturan lama: cari sesuatu yang baru dan populer; Peraturan baru: sesuatu yang sedang populer tidak berarti akan populer selamanya.4.Peraturan lama: beli yang terbaik, baru kemudian diintegrasikan; Peraturan baru: tetap bersama beberapa produsen.5.Peraturan lama: beli yang tersedia dan biarkan produsen mengurusnya; Peraturan baru: cari produsen yang akan berbagi risiko dan keuntungan.6.Peraturan lama: Membeli software yang mahal sebanding dengan fungsi yang tinggi; Peraturan baru: membeli berdasarkan nilai barang.