26
PENDAHULUAN Liken planus merupakan penyakit inflamasi kronik, yang menyerang kulit dan membran mukosa. Biasanya lesi dapat ditemukan pada fleksor kulit ekstermitas atas, kulit kepala, kuku genitalia, dan membran mukosa. 1 Lesi oral bisa hanya ditemukan tanpa adanya lesi di tempat lain, kondisi ini disebut Oral Liken Planus. 2 Penyakit ini pertama kali dikemukakan oleh Erasmus Wilson pada tahun 1869, dan mengenai 0,5-1% populasi di seluruh dunia. Biasanya ditemukan pada usia paruh baya, lebih sering pada wanita daripada pria dengan ratio 3:2. 1,3 Oral Liken Planus bisa menyerang semua bagian dari kavitas oral, namun sering ditemukan pada bagian bukal mukosa. Tempat lainnya seperti di lidah dan gusi, sedangkan lesi di palatum jarang ditemukan. 4 Etiologi dari Oral Liken Planus belum diketahui secara pasti, namun penyakit ini umumnya dianggap berkaitan dengan terjadinya proses autoimun. 4 Beberapa faktor yang diduga menjadi predisposisi penyakit ini diantaranya : anxietas, diabetes, penyakit autoimmune, penyakit organ pencernaan, obat-obatan, stress, hipertensi, infeksi, penyakit dental, neoplasma, dan faktor genetik. 1

Oral Lichen Planus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat

Citation preview

2

19

PENDAHULUAN

Liken planus merupakan penyakit inflamasi kronik, yang menyerang kulit dan membran mukosa. Biasanya lesi dapat ditemukan pada fleksor kulit ekstermitas atas, kulit kepala, kuku genitalia, dan membran mukosa.1 Lesi oral bisa hanya ditemukan tanpa adanya lesi di tempat lain, kondisi ini disebut Oral Liken Planus. 2

Penyakit ini pertama kali dikemukakan oleh Erasmus Wilson pada tahun 1869, dan mengenai 0,5-1% populasi di seluruh dunia. Biasanya ditemukan pada usia paruh baya, lebih sering pada wanita daripada pria dengan ratio 3:2. 1,3

Oral Liken Planus bisa menyerang semua bagian dari kavitas oral, namun sering ditemukan pada bagian bukal mukosa. Tempat lainnya seperti di lidah dan gusi, sedangkan lesi di palatum jarang ditemukan.4Etiologi dari Oral Liken Planus belum diketahui secara pasti, namun penyakit ini umumnya dianggap berkaitan dengan terjadinya proses autoimun.4 Beberapa faktor yang diduga menjadi predisposisi penyakit ini diantaranya : anxietas, diabetes, penyakit autoimmune, penyakit organ pencernaan, obat-obatan, stress, hipertensi, infeksi, penyakit dental, neoplasma, dan faktor genetik. Walaupun etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi patogenesisnya sudah diketahui secara jelas. Penyebab utamanya dikarenakan adanya serangan limfosit ke keratinosis dari bagian basal mukosa. T Limfosit menyebabkan apoptosis dan degenerasi sel.5Lesi oral muncul sebagai striae berwarna putih (Wickham striae), papul berwarna putih, plak berwarna putih, eritema (atrofi mukosa), erosi (ulserasi yang dangkal), atau lepuhan. Yang diklasifikasikan sebagai tipe retikular, plak, atropik, papular, erosif, dan bulla. Karena etiologinya belum diketahui secara pasti pengobatan yg diberikan pada Oral Lichen Planus bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala. Pasien liken planus biasanya tidak dapat sembuh total, karena lesi tersebut akan timbul rekuren. Kebersihan oral dari pasien juga harus dioptimalkan.

BAB IIEMBRIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI RONGGA MULUT

A. Anatomi Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikular oris yang diperarafi oleh nervus fasial. Vermilion berwarna merah karena ditutupi oleh lapisan tipis epitel skuamosa banyak mengandung pembuluh darah kapiler. 6

Ruangan di antara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Muara duktus kelenjar parotis menghadap gigi molar kedua atas dari pipi berakhir pada bagian bibir. 6Gambar 1. Anatomi Rongga Mulut8

Palatum dibentuk oleh tulang palatum durum di bagian depan dan sebagian besar dari otot palatum mole di bagian belakang. Palatum durum dibentuk oleh tulang maksila dan tulang palatin dilapisi oleh membran mukosa. palatum mole terbentuk dari jaringan otot juga dilapisi oleh membran mukosa. 6

Dasar mulut di antara lidah dan gigi terdapat kelenjar sublingual dan bagian kelenjar submandibula. Muara duktus mandibula terletak di sepan di tepi frenulum lidah. 6Gambar 2. Anatomi Palatum8

Lidah merupakan organ muskular aktif. Dua pertiga bagian depan dapat digerakkan, sedangkan pangkalnya terfiksasi. Lidah melekat pada tulang hioid pada bagian inferior, prosesus stiloid tulang temporal dan mandibula. Otot lidah dipersarafi oleh saraf hipoglosus. Dua pertiga lidah bagian depan dipersarafi oleh saraf lingual dan saraf glosofaring pada sepertiga lidah bagian belakang.6

Korda timpani mempersarafi cita rasa lidah dua pertiga bagian depan, sedangkan saraf glosofaringeus mempersarafi cita rasa lidah sepertida bagian belakang. Cita rasa dibagi dalam daerah-daerah tertentu misalnya, rasa pahit dapat dirasakan pada lidah bagian belakang. Permukaan lidah bagian atas dibagi menjadi dua pertiga depan dan sepertiga bagian belakang oleh garis dari papilla sirkumvalata yang berbentuk huruf V.. Fungsi lidah untuk bicara dan menggerakkan bolus makanan pada waktu pengunyahan dan penelanan. 6

Setiap bagian lateral lidah memiliki komponen otot-otot ekstrinsik dan intrinsik sama. Otot ekstrinsik lidah terdiri dari otot hyoglossus, otot genioglossus dan otot styloglossus. Otot-otot tersebut berasal dari luar lidah (menempel pada tulang di sekitar bagian tersebut) dan masuk ke dalam jaringan ikat yang ada di lidah. Otot-otot eksternal lidah berfungsi untuk menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi berlawanan dan menggerakkan ke arah luar dan ke arah dalam. Pergerakan lidah karena otot tersebut memungkinkan lidah untuk memposisikan makanan untuk dikunyah, dibentuk menjadi massa bundar, dan dipaksa untuk bergerak ke belakang mulut untuk proses penelanan. Selain itu, otot-otot tersebut juga membentuk dasar mulut dan mempertahankan agar posisi lidah tetap pada tempatnya. Otot otot intrisik lidah berasal dari dalam lidah dan berada dalam jaringan ikat lidah. Otot ini mengubah bentuk dan ukuran lidah pada saat berbicara dan menelan. Otot tersebut terdiri atas : otot longitudinal superior, otot longitudinal inferior, otot transversus lingual, dan otot vertikalis lingual. Untuk menjaga agar pergerakan lidah terbatas ke arah posterior dan menjaga agar lidah tetap pada tempatnya, lidah berhubungan langsung dengan frenulum lingual, yaitu lipatan membran mukosa pada bagian tengah sumbu tubuh dan terletak di permukaan bawah lidah, menghubungkan langsung antara lidah dengan dasar rongga mulut. 7

Pada bagian dorsum lidah dan permukaan lateral lidah, lidah ditutupi oleh papila. Papila adalah proyeksi lamina propria ditutupi oleh epitel pipih berlapis. Sebagian dari papila memiliki kuncup perasa, reseptor dalam proses pengecapan, sebagian lainnya tidak. Namun, papila tidak memiliki kuncup perasa memiliki reseptor untuk sentuhan dan berfungsi untuk menambah gaya gesekan antara lidah dan makanan, sehingga mempermudah lidah menggerakkan makanan di dalam rongga mulut Secara histologi, terdapat empat jenis papila yang dapat dikenali sampai saat ini, yaitu:

Papila filiformis. Papila filiformis mempunyai jumlah sangat banyak di lidah. Bentuknya kerucut memanjang dan terkeratinasi, hal tersebut menyebabkan warna keputihan atau keabuan pada lidah. Papila jenis ini tidak mengandung kuncup perasa. 7

Papila fungiformis. Papila fungiformis mempunyai jumlah lebih sedikit dibanding papila filiformis. Papila ini hanya sedikit terkeratinasi dan berbentuk menyerupai jamur dengan dasarnya adalah jaringan ikat. Papila ini memiliki beberapa kuncup perasa pada bagian permukaan luarnya. Papila ini tersebar di antara papila filiformis. 7

Papila foliata. Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi mengandung lipatan-lipatan pada bagian tepi lidah dan mengandung kuncup perasa. 7Papila sirkumfalata. Papila sirkumfalata merupakan papila dengan jumlah paling sedikit, namun memiliki ukuran papilla paling besar dan mengandung lebih dari setengah jumlah keseluruhan papila di lidah manusia. Dengan ukuran satu sampai tiga milimeter, dan berjumlah tujuh sampai dua belas buah dalam satu lidah, papila ini umumnya membentuk garis berbentuk menyerupai huruf V dan berada di tepi sulkus terminalis. 7Gambar 3. Penampang Lidah8Pada bagian akhir dari papila sirkumfalata, dapat dijumpai sulkus terminal. Sulkus terminal merupakan sebuah lekukan melintang yang membagi lidah menjadi dua bagian, yaitu lidah bagian rongga mulut (dua pertiga anterior lidah) dan lidah pada orofaring (satu pertiga posterior lidah). Mukosa lidah pada orofaring tidak memiliki papila, namun tetap berstruktur bergelombang dikarenakan keberadaan tonsil lingual terletak di dalam mukosa lidah posterior tersebut. 7B. Fisiologi

Langkah pertama proses pencernaan adalah mastikasi atau mengunyah, motilitas mulut melibatkan pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan masuk oleh gigi. Tujuan mengunyah sendiri adalah a. menggiling dan memecah makanan menjadi potongan lebih kecil untuk mempermudah proses menelan; b. untuk mencampur makanan dengan air liur; dan c. untuk merangsang papil pengecap. Tujuan terakhir ini selain menimbulkan sensasi rasa namun juga secara refleks memicu sekresi saliva, lambung, pankreas dan empedu sebagai persiapan menyambut masuknya makanan.9

Tindakan mengunyah dapat bersifat volunteer, tetapi sebagian besar proses mengunyah ketika makan merupakan suatu refleks ritmik ditimbulkan oleh pengaktifan otot rangka oada rahang, bibir, pipi, dan lidah sebagai respon terhadap tekanan makanan ke jaringan mulut. 9

Di dalam mulut, makanan bercampur dengan saliva dan didorong ke dalam esofagus. Gelombang peristaltik di esofagus menggerakan makanan ke dalam lambung.

Di kelenjar saliva (liur), granula sekretorik (zimogen) yang mengandung enzin-enzim saliva dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Sekitar 1500 mL air liur disekresi per hari pH saliva saat kelenjar istirahat sedikit lebih rendah dari 7.0, tetapi selama sekresi aktif, pHnya mencapai 8.0. Air liur mengandung dua enzim pencernaan: lipase lingual, yang disekresi oleh kelenjar di lidah, dan amilase saliva, yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva. Saliva juga mengandung musin, yaitu glikoprotein yang melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut. Saliva juga mengandung immunoglobulin sekretorik IgA; lisozim, yang menyerang dinding kuman; laktoferin, yang mengikat besi dan bersifat bakteriostatik; dan protein kaya-prolin yang melindungi email gigi dan mengikat tannin yang toksik.9

Saliva mempunyai sejumlah fungsi penting, antara lain memudahkan kita menelan, mempertahankan kelembaban mulut, bekerja sebagai pelarut molekul yang merangsang indera pengecap, membantu proses bicara dengan memudahkan pergerakan bibir dan lidah, dan mempertahankan kebersihan mulut dan gigi. Saliva juga mempunyai daya antibakteri. Saliva juga membantu mempertahankan pH mulut sekitar 7.0. system ini juga membantu menetralkan asam lambung dan menghilangkan nyeri ulu hati (heartburn) bila getah lambung mengalami regurgitasi ke dalam esophagus. 9

Sekresi saliva berada di bawah kendali saraf. Rangsangan pada saraf parasimpatis menyebabkan sekresi liur menjadi cair dalam jumlah besar dengan kandungan zat organic yang relatif rendah. Atropin dan obat penghambat kolinergik lain menurunkan sekresi saliva. Rangsangan saraf simpatis menyebabkan vasokontriksi. Makanan dalam mulut menyebabkan reflex sekresi saliva, juga rangsangan serabut aferen vagus di ujung esophagus yang dekat dengan gaster. 9BAB IIIORAL LICHEN PLANUSA. Etiologi dan Patofisiologi

Data saat ini menunjukkan bahwa lichen planus adalah penyakit autoimun. Mekanisme dari Oral Lichen Planus diakibatkan dari reaksi dari sel T yang memediasi penyakit autoimun, dimana sel T CD8+ memicu apoptosis dari sel epitel oral.

Sel mononuclear seperti makrofag dan sel T akan menginfiltrasi hingga ke lapisan propia bagian atas, berdekatan dengan membran basalis. Sel T yang berada di epitelium dan berdekatan dengan basal keratinosit yang rusak, mengaktifasi limfosit CD8+. Pada awalnya sel T CD8+ akan mengenali keratinosit sebagai antigen dengan bantuan Major Histoccompatibility Complex kelas I (MHC I). ). Setelah pengenalan dan aktivasi, sel T CD8+ akan menginduksi apoptosis keratinosit dan memediasi datangnya beberapa sitokin, seperti TNF yang akan menimbulkan inflamasi yang lebih lanjut. 5

Dalam lesi Oral Liken Planus terdapat peningkatan dari sitokin Tumor Nekrosis Faktor (TNF)alpha. Keratinosit basal dan sel T di subepitelial menginfiltrat secara cepat TNF in situ. Dari data ini yang menyatakn TNF ikut terlibat dari patogenesis dari Oral Liken Planus.5

Antigen dari Liken Planus belum diketahui secara pasti, yang bisa jadi berasal dari jaringannya sendiri, karena itu lichen planus digolongkan termasuk dalam penyakit autoimun. Antigen Liken Planus kemungkinan dari obat-obatan (lichenoid drug reaction), kontak alergi dengan peralatan gigi atau pasta gigi (reaksi hipersensitivitas), trauma mekanik (Koebner phenomenon), infeksi virus, atau antigen lainnya yang tidak diketahui. B. DiagnosisAnamnesa

Pada anamnesa perlu diperhatikan faktor risiko dan keluhan yang dirasakan. Penyakit Oral Liken Planus lebih sering pada perempuan dengan usia lebih dari 40 tahun biasanya didapati komorbid seperti penyakit hati autoimun, hepatitis C, dan kolitis useratif.11,12 Selain itu, pasien biasanya mengeluh bahwa mulutnya sensitif dengan pasta gigi, asam, alkohol, makanan pedas, dan makanan asin. Rasa sakit, terasa terbakar, kasar, dan lesi pada mulut juga merupakan keluhan yang bisa dirasakan pasien.11Gambaran klinis

Pada pemeriksaan fisik oral, biasanya ditemukan tampakkan jaring berwarna putih bilateral dengan atau tanpa ulser atau bulla. Biasanya terdapat pada mukosa bukal, permukaan dorsal dari lidah dan gingiva. Mungkin di beberapa kasus terdapat silent onset dan baru terlihat saat pemeriksaan.

Lesi Oral Liken Planus normalnya akan berlangsung selama bertahun-tahun, bergantian antara periode eksaserbasi dan periode tenang. Selama periode eksaserbasi, terbentuk eritematosus atau area ulserasi dan peningkatan rasa sakit. Eksaserbaasi dari Oral Liken Planus berhubungan dengan periode stres psikologis, rasa cemas dan trauma mekanik (Koebner phenomenon). Paparan yang menyebabkan iritasi kronis yang dihasilkan dari plak atau dental kalkulus juga dapat memperburuk Oral Liken Planus bisa juga di dapatkan dari Koebner fenomena, seperti : trauma mekanik dari prosedur Odontologikal, panas dan iritasi rokok, gesekan benda tajam, restorasi gigi yang kasar, dan kebiasaan (mengunyah permen karet). Dari inspeksi, lesi Oral Liken Planus dapat terlihat sebagai striae berwarna putih (Wickham striae) di permukaan mukosa, papula putih atau plak putih, atropi, erosif dan lesi vesikular. Daerah yang paling sering terkena adalah mukosa pipi, dorsum lidah, gingiva, mukosa labial dan bibir bawah. 2

Oral Liken Planus memiliki beberapa presentasi klinis yaitu tipe retikular, erosif, atropik, plak, papular, dan bullous. 2Retikular: Merupakan bentuk klinis yang paling umum dari penyakit ini. Ditandai dengan adanya garis-garis keratosis putih atau striae jelas dan lebih menonjol dari mukosa sekitarnya yang dikenal dengan Wickhams striae. Striae dapat berbentuk jaring atau berbentuk lingkaran.4 Striae tersebut sering memperlihatkan daerah eritematous di sekelilingnya, yang menandakan adanya inflamasi sub-epitel. Tipe ini umumnya bilateral dan sering terdapat di mukosa bukal. Umumnya lichen planus tipe ini tidak memiliki gejala atau rasa sakit (asimptomatik). 2Gambar 4. Lichen planus tipe retikularErosif: Tipe erosif atau ulseratif ini merupakan bentuk paling signifikan dari penyakit Oral Liken Planus, karena menunjukkan gejala dari lesi. Ditandai dengan adanya ulser di bagian tengah lesi yang dilapisi oleh fibrin atau pseudomembran. Ulser tersebut dikelilingi oleh daerah kemerahan dan seringkali terdapat garis-garis putih. Tipe ini umumnya terdapat di mukosa bukal. Pasien dapat mengeluh adanya rasa sakit atau rasa terbakar. 2Gambar 5. Lichen planus tipe erosifAtrophic: Tipe ini disebut juga tipe erythematous ditandai dengan adanya daerah kemerahan yang homogen dengan garis-garis putih retikuler terlihat pada bagian tepi lesi. Daerah yang umumnya terlibat yaitu attached gingiva. Pasien mungkin mengeluh adanya rasa terbakar, sensitif, dan tidak nyaman.2Gambar 6. Lichen planus tipe atropikPlaque-like: Tipe ini mirip dengan leukoplakia. Ditandai dengan lesi berwarna putih yang homogen, berbatas jelas, dan kadang dikelilingi oleh striae. Tipe ini sering terjadi pada dorsum lidah dan mukosa bukal. Sama seperti tipe retikular, tipe ini juga asimptomatik. 2Gambar 7. Lichen planus tipe plakPapular: Tipe ini biasanya muncul pada tahap awal lichen planus. Ditandai dengan adanya papul (0.5mm - 1.0 mm) berwarna putih. Kadang bintik-bintik kecil tersebut bergabung dengan striae. 2Gambar 8. Lichen planus tipe papular

Bullous: Tipe ini ditandai dengan adanya bulla yang dikelilingi oleh garis-garis retikular. Bulla tersebut biasanya tidak bertahan lama dan meninggalkan ulser jika pecah. Lesi ini biasanya terdapat di mukosa bukal terutama di daerah posterior regio molar kedua dan ketiga.3 Tipe ini merupakan tipe yang paling jarang ditemukan. 2

Gambar 9. Lichen planus tipe bullae

Sekitar 10% dari pasien dengan Oral Liken Planus memiliki lesi hanya pada gusi. Yang disebabkan oleh area eritematosus atau ulser yang lokasinya menempel pada gusi dan disertai area keputihan, yang dinamakan deskuamasi gingivitis.2 Pada kondisi ini sulit sekali untuk di diagnosa,kadang diperlukan pemeriksaan biopsy, histologi, dan imunofluoresen untuk mengetahui diagnosisnya secara pasti. Biasannya lesi pada gusi disebabkan karena kurangnya dalam menjaga kebersihan mulut. 14 Lesi gingiva :

Keratinisasi: lesi biasa ditemukan melekat pada gusi dengan bercak putih dengan permukaan yang datar.2Vesikobulosa: lesinya paling sering muncul di gusi dan jika muncul sulit untuk di diagnosis.2Atropik: lesi yang paling sering muncul dari lesi di gusi oleh Oral Liken Planus, deskuamasi gingivitis. 2Erosif: lesi erosif juga membentuk deskuamasi gingivitis. 2C. Pemeriksaan Penunjang

Diagnose pasti dari Oral Lichen Planus tergantung dari pemeriksaan histopatologi jaringan. Pemeriksaan histopatologi dari Oral Lichen Planus terdapat tampak adanya degenerasi lapisan sel basal dan dikenal dengan sebutan liquefaction degeneration, adanya infiltrasi limfosit pada lapisan lamina propia hingga epitel, hiperkeratinisasi epitelium (yang memberi gambaran Wickhams striae). Seiring berjalannya waktu, epitel akan mengalami remodeling secara bertahap menghasilkan penurunan ketebalan epitel dan retepeg akan berbentuk seperti gergaji (saw-toothed appearance). Badan sel koloid eusinofil (Civatte bodies), adanya degenerasi dari keratinosit yang dapat terlihat di membrane basal epitel.

Gambar 10. Histologi Oral Liken Planus

Sensitifitas dari pemeriksaan direct imunofluoresens tergantung dari penyakitnya. Teknik ini positif pada 65,8% pasien dengan Oral Liken Planus. Oral Liken Planus dikatkan positif jika terdapat deposisi dari IgA, IgG, IgM or C3 pada membrane basalis. Bagian intraoral yang paling sensitif dengan pemeriksaan direk imunofluoresens adalah daerah bukal, bagian atas mukosa labial, palatum, mukosa pipi. Sulit dilakuakan pemeriksaan untuk bagian gusi dan bagian dorsum lidah. 13

Dari pemeriksaan dapat dibedakan Oral Lichen Planus dengan penyakit lainnya. Yang termasuk diagnosa banding dari Oral Lichen Planus, yaitu : Drug induced "lichenoid" reactions, Chronic discoid lupus erythematosus, Leukoplakia, Benign mukus membrane pemphigoid, Pemphigus Vulgaris, Eritema Multiformis, Sifilis, Kandidiasis.F. Tatalaksana

Pengobatan ditujukan terutama untuk mengurangi gejala dari Oral Liken Planus. Kebersihan mulut yang baik diyakini dapatmengurangi keparahan gejala, tetapi bisa sulit bagi pasien untuk mencapai tingkat kebersihan yang tinggi selama periode penyakit aktif. 13

Sebelum memulai pengobatan, diagnosis harus dikonfirmasi secara histologis. Hal ini juga penting untuk menyingkirkan diagnosa banding dari penyakit ini.

Kortikosteroid topikal adalah pengobatan lini pertama untuk Oral Liken Planus. Potensi tinggi atau potensi menengah kortikosteroid topikal biasanya yang digunakan. Cara Pemberian - kortikosteroid topikal potensi tinggi , seperti clobetasol propionat 0,05 % , fluocinonide 0,05%, atau betamethasonepropionate 0,05% gel atau salep , dioleskan tiga sampai empat kali per hari dengan menggunakan ujung jari atau kapas. Ketika gejala membaik, frekuensi penggunaan harus dikurangi secara berkala.2

Penggunaan imunosupresan dan imunomodulatory, yaitu kalsineurin inhibitor dapat menghambat pertumbuhan dan diferensiasi sel T. Yang termasuk dalam kalsineurin inhibitor adalah : siklosporin, immunosuppressant yang selektif menekan aktivitas T-sel; takrolimus, menghambat tahap pertama aktivasi T-sel dan menghambat aktivitas fosfatase dari kalsineurin; dan pimekrolimus, menghambat aktivasi T-sel dengan menghambat sintesis dan pelepasan sitokin dari sel T dan juga mencegah pelepasan sitokin inflamasi dan mediator dari sel mast. 2

Retinoid topikal seperti tretinoin, isotretinoin dan fenretinide, dengan sifat imunomodulasi mereka, telah dilaporkan efektif dalam untuk Oral Liken Planus. vitamin A secara cepat menghilangkan lesi putih pada untuk Oral Liken Planus, meskipun efek mungkin hanya bersifat sementara. 2

Dapson, sebagai agen antibakteri, dapson menghambat sintesis bakteri asam dihydrofolic. Ketika digunakan untuk pengobatan penyakit kulit, mungkin bertindak sebagai agen anti-inflamasi dengan menghambat pelepasan faktor kemotaktik sel mast. 2

Mycophenolates, merupakan obat yang digunakan untuk kasus OLP yang sudah parah. Mycophenolates cukup mahal dan efektif dengan penggunaan jangka panjang. 2

Low-dose, low molecular weight heparin (enoxaparin), dosis rendah heparin tanpa sifat antikoagulan menghambat aktivitas limfosit T heparanase yang sangat penting dalam migrasi sel-T. Ini merupakan pengobatan sederhana, efektif dan aman untuk untuk Oral Liken Planus ketika disuntikkan subkutan karena tidak memiliki efek samping. 2

PUVA therapy, pendekatan non-farmakologis ini menggunakan photochemotherapy dengan 8-methoxypsoralen dan sinar ultraviolet gelombang panjang (PUVA). Pengobatan dilakukan setelah dilakukan injeksi psoralen. Pengobatan ini digunakan dalam pengobatan kasus yang parah dari untuk Oral Liken Planus. 2

Terapi photodynamic (PDT) adalah teknik yang menggunakan senyawa photosensitizing seperti methylene blue, diaktifkan pada panjang gelombang tertentu dengan sinar laser, untuk menghancurkan sel target melalui oksidasi kuat, yang menyebabkan kerusakan sel, membran lisis, dan inaktivasi protein memiliki efek imunomodulator dan dapat menginduksi apoptosis pada sel inflamasi hyperproliferating yang hadir dalam psoriasis dan lichen planus. 2

Tidak ada terapi untuk OLP benar-benar kuratif; tujuan pengobatan untuk pasien bergejala adalah paliatif. 2

Gambar 11. Alogaritma tatalaksana Oral Liken PlanusG. Prognosis

Prognosis Oral Liken Planus stabil namun kronik, dengan kurang dari 3% pasien mengalami remisi dalam 5 tahun. Lesi dari Oral Liken Planus dapat kembali rekuren. Liken planus pada mulut bisa bertahan lebih lama dari Liken planus di kulit, dan bisa lebih sulit untuk di terapi. BAB IV

RESUME

Oral Liken Planus adalah penyakit inflamasi kronik yang paling sering ditemukan di mukosa bukal, lidah, dan gusi. Penyakit ini sering menjangkit wanita dewasa paruh baya. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun diduga dikarenakan proses autoimun. Gejala klinis dari Oral Liken Planus Oral, selain lesi yang asimptomatik, sering diikuti rasa sakit dan gejala lainnya, tergantung dari tipe lesinya. Penyakit Oral Liken Planus dapat dibedakan dengan penyakit lainnya dengan pemeriksaan histopatologi dan imunofluoresens. Penanganan penyakit ini masih belum pasti, karena etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang pengobatan Oral Lichen Planus hanyabertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala saja. 1