25
Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 1 PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI, DAN KEGUNAANNYA Oleh: DR. Hill. Gendoet Hartono, S.T., M.T. Staf Dosen Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta PENDAHULUAN Negara Indonesia yang kita cintai ini terdiri atas ribuan pulau yang berukuran besar maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi lain juga banyak bencana alam. Pertanyaan mendasar yang selalu muncul dan tidak selalu dapat dijelaskan secara sederhana dalam waktu yang singkat adalah mengapa dan bagaimana kondisi tersebut dapat terjadi. Keberadaan sumber energi yang bernilai ekonomi dan strategis, dan potensi bencana yang sangat ritmik dapat didekati dengan geologi, di sisi lain penelitian berbasis geologi gunung api kurang giat dilakukan dibandingkan dengan penelitian yang berhubungan dengan kebencanaan. Lebih jauh lagi, keberadaan gunungapi berumur Kuarter (gunung api aktif) di Indonesia dan batuan gunung api yang berumur Tersier (gunung api purba) sangat melimpah, namun lokasi sumber gunung api sebagai penghasil batuan gunung api belum diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, penelitian geologi berbasis gunung api sangat perlu dilakukan ke depan. Gunung api adalah tempat atau lokasi bukaan keluarnya material pijar, panas, membara dan umumnya bersama sama dengan gas ke permukaan bumi, dan mengendap di sekitar bukaan (kawah) membentuk tubuh gunung api. Istilah paleovolkano (paleovolcano) merujuk pada sisa tubuh gunung api yang telah berumur sangat tua, sudah tidak aktif atau mati, fosil gunung api atau gunung api purba. Pembelajaran geologi gunung api merupakan ilmu dasar yang perlu dipahami terkait dengan pencarian lokasi baru keberadaan sumber daya geologi (mineral, energi,

PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 1

PALEOVOLKANO:

PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI, DAN KEGUNAANNYA

Oleh:

DR. Hill. Gendoet Hartono, S.T., M.T.

Staf Dosen Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta

PENDAHULUAN

Negara Indonesia yang kita cintai ini terdiri atas ribuan pulau yang berukuran besar

maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak

dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi lain juga banyak bencana

alam. Pertanyaan mendasar yang selalu muncul dan tidak selalu dapat dijelaskan

secara sederhana dalam waktu yang singkat adalah mengapa dan bagaimana kondisi

tersebut dapat terjadi. Keberadaan sumber energi yang bernilai ekonomi dan strategis,

dan potensi bencana yang sangat ritmik dapat didekati dengan geologi, di sisi lain

penelitian berbasis geologi gunung api kurang giat dilakukan dibandingkan dengan

penelitian yang berhubungan dengan kebencanaan. Lebih jauh lagi, keberadaan

gunungapi berumur Kuarter (gunung api aktif) di Indonesia dan batuan gunung api

yang berumur Tersier (gunung api purba) sangat melimpah, namun lokasi sumber

gunung api sebagai penghasil batuan gunung api belum diketahui secara pasti. Oleh

sebab itu, penelitian geologi berbasis gunung api sangat perlu dilakukan ke depan.

Gunung api adalah tempat atau lokasi bukaan keluarnya material pijar, panas,

membara dan umumnya bersama – sama dengan gas ke permukaan bumi, dan

mengendap di sekitar bukaan (kawah) membentuk tubuh gunung api. Istilah

paleovolkano (paleovolcano) merujuk pada sisa tubuh gunung api yang telah berumur

sangat tua, sudah tidak aktif atau mati, fosil gunung api atau gunung api purba.

Pembelajaran geologi gunung api merupakan ilmu dasar yang perlu dipahami terkait

dengan pencarian lokasi baru keberadaan sumber daya geologi (mineral, energi,

Page 2: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 2

lingkungan) dan potensi kemunculan bencana geologi (gempa bumi, letusan gunung

api, tanah longsor, tsunami).

Pembelajaran geologi secara umum untuk mengetahui bentuk bentang alam

(geomorphology), material penyusun (composing materials), proses terjadinya

(occurrence), dan sejarah geologi (geological history). Pemahaman kondisi geologi

suatu daerah lebih optimum dilakukan pembelajaran secara komprehensif atau

terpadu. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh lingkup ilmu geologi yang mempelajari

lapisan permukaan planet bumi (lithosphere), selimut bumi (mantle), dan inti bumi

(core). Lapisan permukaan bumi dapat mencapai ketebalan hingga 40 kilometer di

bawah permukaan bumi, sehingga jelas pembelajarannya perlu melibatkan ilmu

kebumian yang lain (misal: geofisika). Sebagai contoh riil terkait dengan judul adalah

geologi gunung api purba dapat diidentifikasi di permukaan bumi walaupun sangat

sulit, sedangkan material penyusun gunung api di bawah permukaan dapat didekati

atau diidentifikasi dengan ilmu geofisika. Hal yang relatif mirip dijumpai pada

permasalahan kebencanaan yang secara statistik geologi akan berulang terjadi seperti

bencana gempa bumi, erupsi gunung api, banjir, tanah longsor dan tsunami. Terkait

dengan bencana asal gunung api berupa bencana primer (explosive, effusive) dan

bencana sekunder (aliran lahar hujan) yang lebih sektoral.

Pembelajaran dan penelitian geologi gunung api di dalam pelaksanaannya tidak dapat

berdiri sendiri, sehingga membutuhkan teman kolaborasi dengan disiplin ilmu – ilmu

kebumian yang lain (misal: geofisika, seismologi, dll.) dan departemen kebumian

yang serumpun atau berkaitan (misal: Badan Geologi, LEMIGAS, PERTAMINA,

Geoservice, dll.), maupun laboratorium. Hal tersebut penting agar proses

pengkoleksian data, analisis data dan hasil yang didapat secara utuh atau

komprehensif dan berkelanjutan. Di Indonesia pelaksanaan penelitian yang

berterkaitan dengan kegunungapian dilaksanakan oleh Direktorat Vulkanologi dan

secara khusus melakukan monitoring status terkini terhadap 127 gunung api aktif

yang ada di Busur Sunda, Busur Banda, Busur Sangihe, dan Busur Halmahera

(Gambar 1). Di sisi lain, kepulauan Indonesia dibangun oleh batuan gunung api

berumur tua atau purba (Pra-Tersier), namun kegiatan penelitian terhadap keberadaan

Page 3: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 3

gunung api purba belum secara penuh dilakukan atau malah belum tersentuh oleh

Direktorat Vulkanologi. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus pemerintah dan

perguruan tinggi, dan mungkin industri, karena banyak atau bahkan melimpah

keberadaan sumber daya alam berasosiasi dengan gunung api dan di Indonesia sangat

terkenal dengan kekayaan gunung api aktif dan purba di dunia. Gambaran atau

kesempatan di atas inilah yang diambil oleh Prodi Teknik Geologi STTNAS untuk

dijadikan tantangan maupun keunggulan dalam menyambut kurikulum yang mengacu

KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yaitu GEOLOGI GUNUNG API

atau KAMPUS GUNUNG API.

Gambar 1. Keberadaan gunung api di kepulauan Indonesia yang dikelompokkan ke

dalam Busur Sunda, Banda, Sulawesi Utara – Sangihe, dan Maluku – Halmahera.

Perhatikan garis bergigi (jalur tekukan) yang berhubungan dengan pembentukan

gunung api masa kini (jajaran lingkaran).

Secara umum, kegiatan orasi ilmiah ini dimaksudkan untuk menyongsong hari ulang

tahun institusi STTNAS yang ke 44 tahun, dan khususnya untuk memberikan atau

berbagi ilmu pengetahuan yang dipelajari atau dicapai selama sekolah lanjut di bidang

ilmu gunung api purba, sedangkan tujuannya untuk mengetahui tentang ilmu

kegunungapian secara umum dan secara khusus yang meliputi genesis atau asal usul

Page 4: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 4

gunung api, perilaku erupsi gunung api, siklus gunung api, berbagai macam batuan

gunung api yang dihasilkan dan kegunaannya.

Studi pascasarjana gunung api dan penelitian kebumian berbasis gunung api di

Indonesia masih terbuka lebar, baik penelitian dasar atau fisik dan terapannya. Selain

itu, orang yang ahli bidang gunung api di Indonesia sangat terbatas. Hal ini mungkin

dapat dikatakan “sangat ironis”, kaya akan gunung api namun sedikit ahli gunung api

asal Indonesia. Oleh sebab itu, peluang untuk menjadi pakar atau peneliti gunung api

diharapkan menjadi urutan prioritas bagi lulusan – lulusan yang menggeluti ilmu

kebumian. Ajakan ini didasarkan pada kelimpahan gunung api dan produknya, dan

selayak sepantasnya menjalani peribahasa “Jadilah tuan di negeri sendiri”.

PRINSIP DAN PEMIKIRAN DASAR

Secara umum, ilmu kebumian geologi di dalam proses memahami sejarah

terbentuknya planet bumi setidaknya menerapkan konsep yang sudah berumur sangat

tua yaitu The Present is the Key to the Past (Hutton, 1795). Konsep ini menjelaskan

tentang proses – proses geologi yang berlangsung pada masa kini dapat digunakan

untuk menjelaskan proses – proses yang berlangsung pada masa lalu. Di pihak lain,

secara khusus beberapa disiplin ilmu yang dipelajari di dalam geologi menerapkan

konsep atau hukum yang mengikuti dan mendasarinya (misal: stratigrafi selalu atau

sering menerapkan hukum Super Posisi dan Horisontalitas).

Konsep dan pengukuran waktu geologi di atas sangat erat hubungannya dengan

prinsip dasar dalam pembelajaran gunung api purba. Gunung api modern (Gambar 2)

masih memperlihatkan bentuk yang ideal atau utuh (sering penulis sebut sweet

seventeen volcano), identifikasi pusat erupsi atau posisi kawah utama jelas dapat

ditentukan dan berbagai jenis batuan yang dihasilkan dapat diketahui. Lebih dekat

lagi, semua proses alami yang menyertai gunung api dapat dipahami secara

komprehensif. Sebaliknya, pembelajaran gunung api purba atau fosil gunung api

(sering penulis sebut seventy five volcano) menghadapi banyak kendala, karena

Page 5: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 5

bentang alamnya tidak utuh lagi (Gambar 3), sehingga posisi kawah utama sulit

ditentukan. Pemahaman magmatisme, volkanisme dan sedimentasi yang terjadi pada

masa kini (Holocene) menjadi awal yang sangat penting karena merupakan prinsip

dasar untuk mengidentifikasi gunung api purba.

Gambar 2. Kenampakan gunung api moderen yang memperlihatkan bentuk tubuhnya

yang masih utuh (misal: G. Merapi).

Gambar 3. Kenampakan gunung api purba yang memperlihatkan bentuk tubuhnya

yang tidak jelas karena pelapukan, tererosi atau rusak akibat proses erupsinya

(misal: G. Nglanggeran).

Page 6: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 6

Prinsip dasar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan bahwa

onggokan batuan tersebut sebagai sisa tubuh gunung api purba adalah: (1) The

Present is the Key to the Past (Hutton, 1795); (2) Magma yang keluar ke permukaan

bumi adalah gunung api (Magmatic eruption is a volcano) (Bronto, 2006); dan (3)

Lava adalah gunung api (Hartono, 2010a).

Magma adalah cairan silikat pijar, batuan panas membara, bersuhu mencapai 1200oC,

bersifat mobile, mengandung gas bersifat volatile, dan terbentuk secara alami di

dalam bumi pada kedalaman sekitar 70 Km, sedangkan lava adalah cairan silikat yang

berkarakter sama dengan magma namun dapat mencapai permukaan bumi melalui

mekanisme lelehan dan bersuhu mencapai 900oC (Hartono, 2010b). Magma yang

dalam perjalanannya dapat membeku di dalam tubuh gunung api membentuk batuan

intrusi dangkal dengan berbagai bentuk, sedangkan yang keluar melalui mekanisme

letusan membentuk tefra (Gambar 4). Pecahan material tefra berdiameter abu (2 mm),

lapili (2-64 mm), dan bom/ blok gunung api (>64 mm).

Gambar 4. Magma yang membentuk batuan intrusi, magma yang keluar ke

permukaan bumi sebagai lava, dan magma yang dilontarkan ke udara sebagai tefra

membentuk endapan piroklastika (Hartono, 2000; 2010a, b).

Page 7: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 7

CARA MENGENAL GUNUNG API PURBA

Peribahasa “Tak kenal maka tak sayang” yang sudah sangat populer dalam kehidupan

sehari – hari ini tampaknya cukup tepat untuk menggambarkan topik bahasan orasi

ilmiah ini. Kendala utama yang dihadapi untuk mengenal dan menentukan lokasi

sumber yang menghasilkan batuan gunung api atau kawah purba adalah morfologi

gunung api sudah tidak kelihatan lagi seperti gunung api masa kini. Artinya bentuk

ideal atau utuh tubuh gunung apinya telah tererosi lanjut, lapuk atau teralterasi,

bahkan sudah rusak, sehingga sulit untuk diidentifikasi. Peribahasa di atas setidaknya

memberi peringatan untuk mengenal lebih dulu sebelum menyatakan sayang, dan

bilamana dikaitkan dengan topik bahasan menyiratkan kuasailah dasar volkanologi

moderen dan purba sebelum melakukan eksplorasi dan tentunya ke arah eksploitasi

sumber daya alam yang berasosiasi dengan gunung api, serta bernilai ekonomi tinggi.

Pengenalan ilmu gunung api pada masa anak dan remaja, umumnya kurang tepat,

sangat sederhana atau tidak mendidik secara benar. Gunung api selalu diterjemahkan

dengan gambar dua bentuk bangun kerucut yang relatif kembar dan di tengahnya

muncul matahari yang bersinar, kemudian di depannya tampak ada jalan melengkung

yang di kanan kirinya ada sawah atau tegalan. Penggambaran tersebut kurang tepat

karena terdapat berbagai bentuk atau jenis gunung api dengan segala proses yang

menyertainya. Hal inilah yang kemungkinan menjadikan pendidikan tentang ilmu

gunung api di Indonesia terlambat perkembangannya dibanding ilmu – ilmu kebumian

yang lain. Di sisi lain, Indonesia kaya akan gunung api yang keberadaannya

merupakan bagian dari lingkaran atau cincin api (ring of fire), atau awal kejadiannya

berhubungan dengan gerak – gerak lempeng benua Eropa – Asia yang relatif diam di

utara, lempeng samudera Hindia Australia yang bergerak relatif ke utara dengan

kecepatan 5 – 7 cm/ tahun di selatan, dan lempeng samudera Pasifik yang bergerak

relatif ke arah baratlaut dengan kecepatan 12 – 15 cm/ tahun.

Secara umum, Kepulauan Indonesia dibangun oleh rangkaian kegiatan tektonisme,

magmatisme, volkanisme dan sedimentasi sejak Jaman Kapur atau berumur lebih dari

60 juta tahun lalu (jtl.) sampai masa kini (Gambar 5). Keberadaan gunung api purba

Page 8: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 8

oleh para ahli geologi (misal: Asikin, 1974; Katili, 1975) hanya dikenal sebagai

batuan magma atau dikenal sebagai busur magma Kapur maupun Tersier (60 – 2 jtl.),

karena belum diketahui letak atau posisi kawah purbanya. Di pihak lain, menyatakan

bahwa onggokan batuan yang tersebar atau dijumpai secara lokal maupun luas

tersebut sebagai batuan gunung api, namun belum menyebutkan lokasi asal gunung

api yang menghasilkannya (misal: Soeroto, 1986; Yuwono, 1997; Sudradjat, 1997;

Soeria-Atmadja, dkk., 1994). Penentuan lokasi pusat erupsi purba di Indonesia

dikembangkan dan dipelopori oleh Bronto, (1994) dan penulis ikut serta di dalamnya,

dan penulis berkesempatan menekuni dan mengembangkan melalui studi lanjut

pascasarjana dengan tema utama Gunung Api Purba di Pegunungan Selatan, Daerah

Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah (Hartono, 2000; 2010a).

Gambar 5. Jalur subduksi/ tekukan, busur magma dan gunung api (Asikin, 1974 &

Katili, 1975).

Page 9: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 9

Di depan telah diuraikan bahwa pembelajaran tentang gunung api purba dan

penentuan pusat erupsinya didasarkan pada model, perilaku, jenis, dan batuan hasil

kegiatan gunung api masa kini. Pembelajaran gunung api di lapangan sangat penting

karena dapat secara langsung melihat proses yang berlangsung ketika gunung api

aktif, seperti erupsi meletus dan erupsi meleleh, batuan berstruktur fragmental dan

pejal yang dihasilkan, berbagai unsur dan senyawa gas yang dikeluarkan melalui

kawah gunung api, dan lain – lain. Begitupun juga, pembelajaran yang dilakukan di

ruang studio dan laboratorium yang hasil analisisnya secara khusus mendukung

kemungkinan – kemungkinan keberadaan gunung api purba, membandingkan dengan

proses – proses yang menyertai kegiatan gunung api moderen.

Penguasaan dasar ilmu gunung api meliputi banyak variabel yang saling berkaitan,

sehingga pandangan tentang gunung api akan didapat secara utuh. Penguasaan yang

dimaksud adalah mampu memahami aspek geomorfologi gunung api, stratigrafi

gunung api, struktur gunung api, fasies gunung api, berbagai batuan gunung api yang

merujuk pada asal usul (pemerian megaskopis, mikroskopis dan geokimia; umur

radiometri), dan genesis volkanisme. Pemahaman dasar ilmu gunung api tersebut

sangat penting sebagai modal awal melakukan analisis keberadaan gunung api purba,

terlebih analisis lanjut atau terpadu untuk mendukung pencarian dan penentuan lokasi

sumber baru dalam eksploitasi sumber daya energi dan membantu memprediksi

potensi aspek kebencanaan.

Pengenalan awal suatu onggokan batuan di lapangan dapat dipelajari melalui analisis

peta geologi yang menggambarkan sebaran horisontal satuan batuan atau formasi,

jenis batuan, hubungan stratigrafi satu dengan yang lain, umur relatif, umur batuan,

dan sejarah geologinya. Hal yang bersamaan atau sebelumnya dapat dipelajari melalui

peta dasar atau peta topografi, foto udara, dan citra SRTM (Shuttle Radar

Tophographic Mission) yang menggambarkan rupa bumi dalam kenampakan 2D dan

3D (dimensi), sehingga dapat dibedakan bentang alam dataran, lembah sungai,

penjajaran bentang alam, bukit maupun pegunungan dan perkiraan umur relatif

bentang alamnya (Gambar 6). Perkiraan umur relatif bentang alam tersebut dapat

dikaitkan dengan proses eksogenik (pelapukan dan erosional) yang menyertai suatu

Page 10: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 10

daerah, resistensi atau ketahanan batuan, perilaku erupsi gunung api (indek erupsi

gunung api) yang berbeda – beda, sehingga perkembangan tubuh gunung api dapat

dirujuk (Gambar 7).

Gambar 6. Citra SRTM yang memperlihatkan perbandingan bentuk bentang alam

tubuh gunung api masa kini dan gunung api purba.

Penelitian lapangan gunung api purba tentunya ditunjukkan dengan batuan

penyusunnya berupa batuan gunung api seperti batuan intrusi dangkal (sub volcanic

intrusion), aliran lava dan kubah lava lava (flows and lava domes), serta batuan

piroklastika (pyroclastic rock). Identifikasi megaskopis (seperti: warna, tekstur,

struktur, dan komposisi) di lapangan menjadi sangat penting sebelum melakukan

pendekatan posisi zona atau fasies gunung api (Fasies Pusat, Fasies Proksimal, Fasies

Medial, dan Fasies Distal). Penguasaan setiap zona atau fasies gunung api terhadap

dominasi batuan gunung api penyusun menjadi faktor utama dalam menuju fasies

pusat (Gambar 8). Penentuan fasies ini berhubungan juga dengan tujuan ekspolarasi

sumber energi alam berupa mineral, panas bumi, minyak dan gas, dengan kata lain

mendekati atau mencari fasies pusat atau sebaliknya yaitu menjauhi fasies pusat. Di

sisi lain, penentuan fasies pusat gunung api purba dapat didukung oleh aspek struktur

Page 11: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 11

yang dibentuk oleh perilaku erupsi gunung api yang bersangkutan. Erupsi lelehan

menghasilkan aliran lava yang mengalir tidak jauh dari sumber, sedangkan erupsi

letusan menghasilkan tefra yang disusun oleh berbagai pecahan dengan ukuran butir

yang beragam. Pecahan batuan atau fragmen berukuran bom/blok gunung api

diendapkan dekat sumber, sebaliknya pecahan batuan/ fragmen berukuran abu gunung

api diendapkan jauh dari sumber erupsi gunung api. Mekanisme pengendapan yang

berhubungan dengan perilaku erupsi memungkinkan terjadinya tumpang tindih antara

fraksi abu – lapili dengan fraksi bom/blok gunung api atau sebaliknya. Struktur

pengendapan yang dibangun oleh fraksi halus di antara fraksi kasar dan perselingan

antara koheren lava dan piroklastika sering memperlihatkan bidang pengendapan.

Bidang pengendapan yang terbentuk mengikuti bentuk tubuh gunung apinya yang

melingkar/radier atau melandai menjauhi fasies pusat (Gambar 9).

Gambar 7. Sketsa model bentuk tubuh gunung api yang masih utuh, tererosi

tingkat dewasa, dan tererosi tingkat lanjut (Hartono, 2000; 2010a).

Page 12: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 12

Gambar 8. Identifikasi paleovolkano berdasar pembagian fasies gunung api

(dalam Hartono, 2010a).

Gambar 9. Sketsa penyebaran struktur geologi gunung api dan tekstur fragmen

batuan gunung api terhadap lokasi sumber erupsi gunung api (Hartono, 2010a).

Williams & McBirney, 1979

Vessel & Davies, 1981

Page 13: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 13

KEGUNAAN KEBERADAAN GUNUNG API

Secara sederhana, keberadaan gunung api di sekitar kita dapat dinikmati setiap hari

sebagai tempat wisata karena pemandangannya yang indah, udara terasa bersih dan

sejuk, kelimpahan air yang bening dan sehat, mata air panas, tidak berpolusi suara,

lokasi pendakian dan olah raga, dan tingkat kesuburan tanahnya yang tinggi sehingga

banyak didapat berbagai jenis sayuran, buah – buahan, tanaman bunga dan tumbuhan.

Hal yang sederhana tersebut dapat dinikmati bilamana gunung api aktif tersebut harus

dalam kondisi normal tidak berbahaya. Di sisi lain, material hasil kegiatan gunung api

yang berukuran halus hingga berukuran bongkah dapat dimanfaatkan untuk bahan

bangunan atau dikenal sebagai sirtu (pasir batu) atau bahan galian c. Daerah gunung

api sebagian besar merupakan daerah konservasi yang harus selalu dijaga

kelesatariannya karena berhubungan dengan areal tangkapan atau penyimpanan air

secara alami dan kesetimbangan ekosistim bumi.

Secara geologi, kemunculan gunung api di permukaan bumi baik di darat maupun di

bawah permukaan air laut dapat dijelaskan, sehingga pemanfaatannyapun untuk

kesejahteraan umat manusia dapat dilakukan melalui pembelajaran geologi gunung

api. Pemanfaatan tersebut membutuhkan dana investasi yang sangat tinggi dan

beresiko tinggi pula terhadap keselamatan dan kegagalan proyek. Di Indonesia,

keberadaan gunung api yang berumur setengah tua sudah dimanfaatkan sebagai

tempat produksi energi panas bumi berupa energi listrik (misal: di Pegunungan Dieng,

Jawa Tengah; di Kamojang; Darajat; G. Salak, Jawa Barat, dll.), namun sebaliknya

lokasi yang jauh dari keberadaan gunung api aktif merupakan lokasi penghasil gas

bumi atau gas alam yang umumnya ditemukan di lokasi pertambangan minyak bumi

(misal: di Cepu, Cilacap, Jawa Tengah; Delta Sungai Berantas, Wonokromo, Jawa

Timur). Selain itu, kekayaan alam yang berkaitan dengan proses – proses asal gunung

api (Volcanogenic) seperti alterasi hidrotermal – mineralisasi menghasilkan mineral

logam dan non logam yang bernilai ekonomi tinggi dan strategis bagi keamanan

negara.

Page 14: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 14

Indonesia terdiri atas banyak pulau yang dibangun oleh tubuh gunung api aktif, tua

dan sangat tua/ purba, sehingga sumber energi asal gunung api harus dikembangkan

dan penelitian terkait terus digiatkan. Energi panas bumi merupakan energi asal

gunung api yang dapat dihandalkan, karena kelimpahan sumber panas, merupakan

bagian dari energi yang terbarukan dan diharapkan dapat mencukupi kebutuhan

energy sejalan dengan pertumbuhan manusia.

PENUTUP

Pengenalan, pembelajaran dan penelitian tentang gunung api yang berumur Holosen/

masa kini dan gunung api purba mendesak ditingkatkan terkait dengan pemenuhan

kebutuhan strategis, pencarian dan penemuan lokasi baru sumber daya energi yang

berbasis ilmu gunung api, dan tentunya juga terkait dengan kebencanaan asal gunung

api. Tidak mudah memang, karena sifat penelitiannya yang komprehensif dan

berkelanjutan, selain membutuhkan dana yang tidak sedikit dan laboratorium yang

mengikuti perkembangan analisis data.

Pembelajaran gunung api purba dan moderen dapat ditempuh di Sekolah Tinggi

Teknologi Nasional Yogyakarta, sehingga diharapkan institusi dapat mempersiapkan

diri secara internal dan menjadi pelopor pencetak lulusan – lulusan handal geologi

gunung api di Indonesia. Pengembangan internal meliputi ketersediaanya

laboratorium fisika dan kimia gunung api, buku – buku referensi dan jurnal tentang

kegunungapian, penggiatan penelitian berbasis gunung api, studi lanjut S3 dosen

dengan konsentrasi khusus gunung api (misal: panas bumi, petrologi klastika gunung

api), dan mengembangkan kerjasama dengan instansi – instansi terkait, organisasi –

organisasi profesi ilmu kebumian, serta menggandeng industri – industri yang berhulu

gunung api.

Tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan secara pribadi, kegiatan orasi ilmiah

ini sangat penting untuk menggugah pikiran, berbagi ilmu pengetahuan, dan

mengembangkan kepakaran yang digeluti, serta perkembangan atmosfera ilmiah di

Page 15: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 15

STTNAS. Penulis mengucapkan terima kasih atas ketersediaan ruang media ini

kepada Bapak Ir. H. Otto Santjoko, MT selaku Ketua Pengurus YPTN dan kepada

Bapak Ir. H. Ircham, MT selaku Ketua STTNAS Yogyakarta, kepada rekan – rekan

dosen senior maupun junior dan kepada panitia Dies Natalis STTNAS ke 44 tahun,

serta kepada pihak – pihak baik perorangan maupun kelompok yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Tak lupa dan tak akan pernah lupa diucapkan rasa terima

kasih yang setinggi tingginya kepada Prof. Dr. Ir. H. Adjat Sudradjat, M.Sc., Prof. Dr.

Ir. H. R. Febri Hirnawan, Dr. Ir. Ildrem Syafri, DEA, Dr. Ir. Y. Suyatno Yuwono dan

Prof. Dr. Ir. Sutikno Bronto atas ajaran ilmu geologi gunung apinya, dan terkhusus

kepada Dr. Ir. Evaristus Budiadi, MS. atas segala inspirasinya bagi penulis.

Selamat ulang tahun STTNAS ke 44 tahun, semoga YPTN – STTNAS terus maju,

berjaya dan sejahtera di masa depan.

PUSTAKA

Asikin, 1974. Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi Teori

Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, ITB, 103 hal., (tidak diterbitkan).

Bronto, 2006. Fasies Gunung Api dan Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia, v. 1, n.

2,. Hal. 59-71.

Bronto, S., Misdiyanta, P., Hartono, G. dan Sayudi, S., 1994, Penyelidikan Awal Lava

Bantal Watuadeg, Bayat dan Karangsambung, Jawa Tengah, Kumpulan

Makalah Seminar: Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa, Sejak Akhir Mesozoik

Hingga Kuarter, Jur. Tek. Geologi, F. Teknik, UGM, Yogyakarta, h. 123-130.

Hartono, 2000. Studi Gunung api Tersier: Sebaran Pusat erupsi dan Petrologi di

Pegunungan Selatan Yogyakarta. Tesis S2, ITB, 168 hal., (tidak diterbitkan).

Hartono, G., 2010a, Peran Paleovolkanisme Dalam Tataan Produk Batuan Gunung

Api Tersier Di Daerah Gunung Gajahmungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Tesis

S3, UNPAD, 338 hal., (tidak diterbitkan).

Hartono, G., 2010b, Petrologi Batuan Beku dan Gunung Api, UNPAD Press.

Bandung, ISBN: 978-602-8743-07-5. 116 hal.

Page 16: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 16

Hutton, J. 1795. Theory of The Earth With Proofs and Illustrations. Edinburgh, 2 vols.

Katili, 1975. Volcanism and Plate Tectonics in the Indonesian Island Arcs,

Tectonophysics, 26, hal. 165-188.

Soeria-Atmadja, R., Maury, R. C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polve, M. &

Priadi, B., 1994, The Tertiary Magmatic Belts in Java, Journal of SE-Asian

Earth Sci., vol.9, no.1/2,. Hal. 13-27.

Soeroto, R.B., 1986, Identifikasi Fosil Gunung Api Strato Bawah Muka Laut,

Wimaya, No.1,2 dan 3, UPN”Veteran” Yogyakarta.

Sudradjat, 1997. Aplikasi Ilmu Pengentahuan Kegunungapian Dalam Eksplorasi

Sumberdaya Mineral Di Indonesia, Pidato Pengukuhan/Orasi Ilmiah Jabatan

Guru Besar Dalam Ilmu Vulkanologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, (tidak diterbitkan). 44 hal.

Yuwono, Y.S., 1997, The Occurrence of Submarine Arc-Volcanism in the

Accretionary Complex of The Luk Ulo Area, Central Java, Buletin Geologi,

Vol. 27, No. 1/3, ITB, Bandung, h.15-25.

Page 17: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 17

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap: DR. Hiltrudis Gendoet Hartono, S.T., M.T.

Tempat/tanggal lahir: Sragen, 09 Agustus 1965

Jenis Kelamin: Laki-Laki

Pekerjaan: Dosen Jurusan Teknik Geologi, STTNAS Yogyakarta

Pangkat/Golongan: Pembina/IV-a

Jabatan Akademik: Lektor

Bidang Keilmuan: Teknik Geologi

Keahlian: Geologi dan Volkanologi

Alamat : a. Rumah: Perum. Cepoko Griya Indah, Blok D-05, RT 11, Jl. Wonosari Km. 8,5 Cepokosari, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, DIY 55792

b. Kantor: Jurusan Teknik Geologi, STTNAS Yogyakarta, Jl. Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman, Telp. (0274) 487249, 561390

c. e-mail: [email protected]

d. No. HP. 08164222011

Keluarga : Isteri Melania Dyah Prita Sukismo

Anak 1. Raphael Ragan Rayputera

Anak 2. Claudia Cintan Chrysantaputeri

Pendidikan Formal:

1991: Lulus Sarjana Teknik Geologi (S1), STTNAS, Yogyakarta

Judul: Geologi dan Studi Arus Purba Berdasarkan Struktur Sedimen Di Daerah Geyer, Kecamatan Geyer, Kabupaten Purwodadi, Provinsi Jawa Tengah.

2000: Lulus Pascasarjana Teknik Geologi (S2), ITB, Bandung

Judul: Studi Gunung Api Tersier: Sebaran Pusat Erupsi dan Petrologi Di Pegunungan Selatan Yogyakarta.

2010: Lulus Pascasarjana Teknik Geologi (S3), UNPAD, Bandung

Judul: Peran Paleovolkanisme Dalam Tataan Produk Batuan Gunung Api Tersier Di Daerah Gunung Gajahmungkur, Wonogiri, Jawa Tengah.

Riwayat Pekerjaan:

1993 – sekarang, Staf Pengajar Pada Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.

2001 – 2005, Sebagai Sekretaris I, Pengurus Daerah Ikatan Ahli Geologi Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta – Jawa Tengah.

Page 18: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 18

2002 – 2005, Sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Geologi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia.

2010 – sekarang, Sebagai Seksi Bidang Riset dan Publikasi, Pengurus Daerah Ikatan Ahli Geologi Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta – Jawa Tengah.

2010 – 2015, Sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STTNAS Yogyakarta.

2015 – sekarang, Sebagai Pembantu Ketua III, Bidang Kemahasiswaan STTNAS Yogyakarta

Karya Buku Ajar:

Petrologi Batuan Beku dan Gunung Api, 2010, Buku untuk umum dan mahasiswa S1.

Asal Usul Batuan Pijar: Pendekatan Tektonik Global. Terjemahan dari buku asli yang ditulis oleh Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis: A Global Tectonic Approach, Unwin Hyman, London, 1st. Pub., p. 465. (In progress).

Riset yang ditekuni:

Petrologi dan Geologi Gunung Api Purba

Organisasi Profesi:

Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sejak 1995, NPA 2053

Penghargaan yang diperoleh:

Best Poster In Joint Convention Bali 2007 (HAGI-IAGI-IATMI)

Mitra Bestari:

Majalah Geologi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (2010 – sekarang)

Eksplorium Buletin Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir, BATAN, Pasar Jumat, Jakarta Selatan (2011 – sekarang)

Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, BATAN, Mampang Prapatan, Jakarta (2012 – sekarang)

Jurnal Sumber Daya Mineral, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Bandung (2017 – sekarang)

Jurnal online: Kurvatek, STTNAS, Yogyakarta (2015 – sekarang)

Jurnal Teknologi Nasional, STTNAS, Yogyakarta (2010 – 2015)

Page 19: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 19

Karya Ilmiah (Penulis Utama)

Hartono, G. & Syafri, I., 2007, Peranan Merapi Untuk Mengidentifikasi Fosil Gunung Api Pada “Formasi Andesit Tua”: Studi Kasus Di Daerah Wonogiri, Jurnal Sumberdaya Geologi. Geologi Indonesia: Dinamika & Produknya, Spesial Ed., No.33 Vol.2,. Hal 63-80.

Hartono, G. H., Nursanto, I., Suryono, Wibowo, B., dan Suntoko, H., 2012. Pelacakan Jejak Keberadaan Gunung Api Di Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung: Studi Kasus Terkait Tapak PLTN Bangka. Seminar Nasional, ReTII ke 7 STTNAS Yogyakarta. Hal.

Hartono, G., & Mulyono, 2007, Pumis Penunjuk Letusan Dahsyat Gunung Api: Studi Kasus Pada Formasi Semilir Di Pegunungan Selatan, Yogyakarta, Jurnal Ilmu Kebumian, vol. 20, No. 1, UPN”Veteran” Yogyakarta, h1-10.

Hartono, G., & Sudradjat, A., 2007. The Geological Analyses of The Recent Yogyakarta Earth Quake, SKIM, Univ. Kebangsaan Malaysia.

Hartono, G., 1999, Penelitian Jenis Erupsi Gunung api yang Menghasilkan Batuan Gunung Api Tersier di Daerah Gunung Baturagung, Kab. Gunungkidul, Yogyakarta, Dep. P & K, KOPERTIS Wil. V, Yogyakarta, 54p. tidak diterbitkan.

Hartono, G., 2000, Studi Gunung api Tersier: Sebaran Pusat erupsi dan Petrologi di Pegunungan Selatan Yogyakarta. Tesis S2, ITB, 168 p, tidak diterbitkan.

Hartono, G., 2007, Studi Batuan Gunung Api Pumis: Mengungkap Asal Mula Bregada Gunung Api Purba Di Pegunungan Selatan, Yogyakarta, Abstrak, Seminar dan Workshop “Potensi Geologi Pegunungan Selatan dalam Pengembangan Wilayah”, Kerjasama PSG, UGM, UPN “Veteran”, STTNAS dan ISTA, Yogyakarta.

Hartono, G., 2008. Magmatisme dan Stratigrafi Gunung Api Pegunungan Selatan Jawa Timur, Kumpulan Makalah “Potensi Endapan Mineral Logam Daerah Jawa Timur”, PT. ANTAM, Unit Geomin, Pacitan.

Hartono, G., 2008. Peranan Volkanologi Dalam Pencarian Sumber Daya Mineral Primer Di Daerah Wonogiri, Jawa Tengah, Prosiding Seminar nasional Kebumian: Eksplorasi, Eksploitasi Sumber Daya Alam Serta Aspek Lingkungan Bumi Untuk Kesejahteraan Masyarakat, UPN ‘Veteran’ Yogyakarta, pp 2.1-2.11.

Hartono, G., and Sudradjat, A., 2017. Nanggulan Formation and Its Problem as A Basement In Kulonprogo Basin, Yogyakarta. (In progress: paper for IJOG).

Hartono, G., Azhar, Martino, S., Arsyad, M., & Mulyono, 2008. Bentang Alam Gumuk Gunung Api Purba Berarah Baratlaut-Tenggara Di Daerah Karangdowo-Tawangsari, Jawa Tengah, Prosiding Seminar Nasional Ilmu Kebumian: Tantangan dan Strategi Pendidikan Geologi Dalam Pembangunan Nasional, UGM, Yogyakarta, D8.1 – D5.12.

Hartono, G., Bronto, S., & Pambudi, S., 2005. Penelitian Awal Terjadinya Khuluk Gunung Api Purba Wukirharjo, Prambanan, Yogyakarta, Abstrak, Prosiding JCS, HAGI XXX-IAGI XXXIV-PERHAPI XIV, Surabaya.

Hartono, G., dan Bronto, S. 2009, Lapangan Gunung Api Tersier Daerah Berbah Sleman – Imogiri Bantul, Yogyakarta, Dalam Setijadji, L.D., Wilopo, W., dan Hendratno, A.,

Page 20: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 20

Prosiding International Conference on Earth Science & Technology, UGM, Yogyakarta, hal. 113-120.

Hartono, G., dan Bronto, S., 2007, Asal-Usul Pembentukan Gunung Batur di Daerah

Wediombo, Gunungkidul, Yogyakarta, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 3, Badan

Geologi, Bandung, hal. 143-158.

Hartono, G., dan Bronto, S., 2008, Analisis Stratigrafi Awal Kegiatan Gunung Api Gajah

Dangak di Daerah Bulu, Sukoharjo, dan Implikasinya Terhadap Stratigrafi Batuan

Gunung Api di Pegunungan Selatan, Jawa Tengah, Prosiding Seminar Nasional Ilmu

Kebumian, Tantangan dan Strategi Pendidikan Geologi Dalam Pembangunan Nasional,

UGM, hal. D5.1-10.

Hartono, G., S. Bronto & S. Yuwono, 2000, Tertiary Volcanism in the Southern Mountains of Yogyakarta-Central Java, Indonesia, abstr., IAVCEI General Assembly, Exploring Volcanoes: Utilization of Their Resources and Mitigation of Their Hazards, July, 18-22, 2000, Bali-Indonesia, 255.

Hartono, G., Sudradjat, A., and Verdiansyah, O. 2017. Caldera of Godean, Yogyakarta: An Volcanic Geological Review. (In progress: paper for Indonesian Journal of Spatial and Regional Analysis).

Hartono, G., Sudradjat, A., dan Syafri, I., 2007, Gumuk Gunung Api Purba Bawah Laut Di Tawangsari-Jomboran, Sukoharjo-Wonogiri, Jawa Tengah, Joint Con. Bali, HAGI 32rd-IAGI 36th-IATMI 29th, 13-16 Nov.

Hartono, H. G., 2008. Bentang Alam Gumuk Gunung Api Purba Berarah Baratlaut – Tenggara di Daerah Karangdowo-Tawangsari, Jawa Tengah. Majalah Geologi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Jakarta, Vol. 23 No. 1. Hal. 11-22.

Hartono, H. G., 2010. Penelitian Awal Gunung Api Purba Di Daerah Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Jurnal Ilmiah MTG, Vol.2 No.5, UPNV, Yogyakarta. Hal. 11-24.

Hartono, H. G., dan Pambudi, S., 2015, Gunung Api Purba Mudjil, Kulonprogo: Suatu Bukti dan Pemikiran, Seminar Nasional, ReTII ke 10 STTNAS Yogyakarta. Hal.

Hartono, H. G., Pambudi, S., Arifai, M., Yusliandi, A., dan Putranto, S. A., 2014. Volkanisme dan Sebaran Sumber Daya Non Hayati di Pegunungan Selatan Yogyakarta dan Wonogiri Jawa Tengah, Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29, No. 1. Hal. 37-47.

Hartono, H. G., Pambudi, S., Bronto, S., dan Rahardjo, W., 2015, Gunung Api Purba Mudjil, Kulonprogo: Suatu Bukti dan Pemikiran, Poster, Seminar Nasional, Dies Natalis ke 42 STTNAS Yogyakarta.

Hartono, H. H., Wibowo, B., Hamzah, I., dan Suntoko, H., 2011. Kajian Geologi Gunung Api Terhadap Inisiasi Gunung Api Purba Genuk, Jepara, Jawa Tengah. Seminar Nasional, ReTII ke 6 STTNAS Yogyakarta. Hal.

Page 21: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 21

Karya Ilmiah (Penulis Anggota)

Bronto, S., Bijaksana, S., Sanyoto, P., Ngkoimani, L.O., Hartono, G., dan Mulyaningsih, S.

2005. Tinjauan Volkanisme Paleogen Jawa, Majalah Geologi Indonesia, Ikatan Ahli

Geologi Indonesia, Jakarta, Vol. 20, No. 4.

Bronto, S., Budiadi, Ev., dan Hartono, G.H., (2006). A New Perspective of Java Cenozoic

Volcanic Arcs, Proceedings International Geosciences Conference and Exhibition,

Jakarta.

Bronto, S., G. Hartono dan B. Astuti, 2004, Hubungan genesa antara batuan beku intrusi dan

batuan beku ekstrusi di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, Klaten Jawa Tengah,

Majalah Geologi Indonesia, v. 19, no. 3, Des. 2004, 147-163.

Bronto, S., H. G. Hartono dan S. Pambudi, 2005, Stratigrafi Batuan Gunung Api Di Daerah

Wukirharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman Yogyakarta, Majalah Geologi Indonesia, v.

20, no. 1, Apr., 27-40.

Bronto, S., Hartono, G. dan Purwanto, D., 1998, Batuan Longsoran Gunungapi Tersier di

Pegunungan Selatan: Studi kasus di Kali Ngalang, Kali Putat dan Jentir, Kabupaten

Gunungkidul, Yogyakarta, PIT XXVII IAGI, Yogyakarta, 8-9 Agustus, h.344-349.

Bronto, S., Hartono, G., Astuti, B.S. dan Mulyaningsih S., 2008a, Formasi Wonolelo: Usulan

Nama Satuan Litostratigrafi Baru Untuk Batuan Gunung Api Tersier di Daerah Bantul,

Yogyakarta, Seminar Nasional Ilmu Kebumian “Tantangan dan Strategi Pendidikan

Geologi dalam Pembangunan Nasional” Jur. Tek. Geologi FT UGM, D4.1 – D4.23.

Bronto, S., Hartono, G., Astuti, B.S. dan Mulyaningsih S., 2008b, Formasi Sindet dan Formasi

Wonolelo: Usulan Satuan Litostratigrafi Baru di Pegunungan Selatan, Bantul-

Yogyakarta, Seminar Nasional Ke 3, Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi (RETII),

STTNAS.

Bronto, S., Misdiyanta, P., Hartono, G. dan Sayudi, S., 1994, Penyelidikan Awal Lava Bantal

Watuadeg, Bayat dan Karangsambung, Jawa Tengah, Kumpulan Makalah Seminar:

Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa, Sejak Akhir Mesozoik Hingga Kuarter, Jur. Tek.

Geologi, F. Teknik, UGM, Yogyakarta, h. 123-130.

Bronto, S., Mulyaningsih, S., Hartono, G. dan Astuti, B., 2009, Waduk Parangjoho dan

Songputri: Alternatif sumber erupsi Formasi Semilir di daerah Eromoko, Kabupaten

Wonogiri, Jawa Tengah, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4, No. 2, hal. 77-92.

Bronto, S., Rahardjo, W., dan Hartono, G., 1999, Penelitian Gunung Api Purba di Kawasan

Kali Ngalang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta serta Implikasinya

Terhadap Pengembangan Sumber Daya Geologi, Pros. Sem. Nasional Sumberdaya

Geologi, 40 tahun (Panca Windu) Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM, Yogyakarta, hal.

222-227.

Page 22: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 22

Idrus, A., Prihatmoko, S., Hartono, H. G., Idrus, F., Ernowo, Franklin, Moetamar, Setiawan, I.,

2014. Some Key Features and Possible Origin of the Metamorphic Rock-Hosted Gold

Mineralization in Buru Island, Indonesia, IJOG., Vol. 1 No. 1. Hal. 9-19.

Prayoga, O., A., Hartono, H. G., dan Taslim, M. 2016. Karakterisasi Reservoir Batuan Volkanik

Rekah Alami Berdasarkan Integrasi Data Sumur dan Atribut Seismik Pada Lapangan

Jawa, Cekungan Jawa Barat Utara, Indonesia. Seminar Nasional ReTII ke 11, STTNAS,

Yogyakarta.

Sugarbo, A., Hartono, H. G., dan Astuti, B. S., 2013. Identifikasi Awal Keberadaan Gunung Api

Purba Gemawang, Gadirojo, Wonogiri, Jawa Tengah. Seminar Nasional ReTII ke 9,

STTNAS, Yogyakarta, Hal. 671-680.

Verdiansyah, O. dan Hartono, H. G., 2016. Alterasi Hidrotermal dan Mineralisasi Logam

Berharga di Cekungan Yogyakarta: Sebuah Pemikiran Dari Kehadiran Sistem

Hidrotermal Daerah Godean. Prosiding Seminar Nasional Ke 3, Fakultas Teknik Geologi

UNPAD, Bandung. Hal. 2-16 – 30.

Winarti dan Hartono, H. G,. 2015. Identification of Volcanic Rocks in Imogiri, Yogyakarta

Based on Subsurface Geologic Data. Proceeding of 2nd International Conference on

engineering of Tarumanegara (ICET), pp. CE-02/1-9.

Winarti dan Hartono, H. G,. 2015. Identifikasi Batuan Gunung Api Purba di Pegunungan

Selatan Yogyakarta bagian Barat Berdasarkan Pengukuran Geolistrik. Eksplorium,

Buletin Teknologi Bahan Galian Nuklir, Vol. 36, No. 1. Pusat Teknologi Bahan Galian

Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta Selatan. Hal. 57-70.

Winarti dan Hartono, H. G. 2014. Identifikasi Gunung Api Purba di Daerah Watuadeg dan

Pilang, Kecamatan Berbah Kabupaten sleman, Yogyakarta Berdasarkan pada Data

Geolistrik. Prosiding Seminar nasional Teknik Industri UK. Petra, Surabaya. Hal.

Yusliandi, A., Hartono, H. G., dan Astuti, B. S., 2014. Studi Genesis Co-Ignimbrite Daerah

Pasekan dan Sekitarnya, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa

Tengah. Seminar Nasional ReTII ke 8, STTNAS, Yogyakarta, Hal. G32-37.

Penelitian

Hartono, G. 2007. Kaitan Pembelajaran Gunung Api Purba dan Mineralisasi di Wediombo,

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibiayai melalui DIPA Kopertis Wilayah V

Yogyakarta. Nomor: 0169.0/023-04.0/XIV/2007.

Hartono, G. 2008. Kaitan Rekahan Berarah Baratlaut – Tenggara dan Terbentuknya Gumuk –

Gumuk Gunung Api Purba di Karangdowo – Tawangsari, Klaten – Sukoharjo, Jawa

Tengah. Dibiayai melalui DIPA Kopertis Wilayah V Yogyakarta. Nomor: 0169.0/023-

04.0/XIV/2008.

Page 23: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 23

Hartono, G. 2009. Peran Studi Geomorfologi dan Petrologi Dalam Penentuan Lokasi Sumber

Erupsi Gunung Api Purba di Pegunungan Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dibiayai melalui DIPA Kopertis Wilayah V Yogyakarta. Nomor: 0169.0/023-

04.2/XIV/2009.

Hartono, G. 2010. Hubungan Genesis Kemunculan Gunung Api Purba Dengan Sesar Kali Opak

di Sepanjang Zona Sesar Berbah Sleman – Imogiri Bantul, Yogyakarta. Dibiayai melalui

DIPA Kopertis Wilayah V Yogyakarta. Nomor: 0103/023-04.2/XIV/2010.

Hartono, G. 2011. Geologi Gunung Api Monogenesis di Dusun Pilang, Sitimulyo, Piyungan,

Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibiayai melalui DIPA Kopertis Wilayah V

Yogyakarta. Nomor: 0600/023.04.01/14/2011.

Hartono, H. G., 2012. Geologi Gunung Api dan Petrologi Daerah Taworaya, Barabai,

Hulusungai Tengah, Kalimantan Selatan. Dilaksanakan Atas Bantuan Dana Dari STTNAS

Yogyakarta Tahun Anggaran 2012.

Hartono, H. G. dan Pambudi, S., 2013. Penelitian Geologi Gunung Api Untuk Mendukung

Penemuan Lokasi Sumber Daya Alam Nonhayati di Pegunungan Selatan Yogyakarta.

Penelitian Hibah Fundamental, Dibiayai oleh DIKTI Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 1141.3/K5/KL/2013.

Winarti dan Hartono, H. G,. 2014. Aplikasi Geolistrik Resistivitas Untuk Menentukan

Geometri Gunung Api Purba dan Asosiasi Mineral Primer di Daerah Berbah – Imogiri

Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian Hibah Bersaing (Tahun 1), Dibiayai oleh DIKTI

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian

Nomor: SP DIPA-032.04.2.189971/2014.

Winarti dan Hartono, H. G,. 2015. Aplikasi Geolistrik Resistivitas Untuk Menentukan

Geometri Gunung Api Purba dan Asosiasi Mineral Primer di Daerah Berbah – Imogiri

Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian Hibah Bersaing (Tahun 2), Dibiayai oleh DIKTI

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian

Nomor: 020/HB-LIT/III/2015.

Winarti dan Hartono, H. G,. 2016. Aplikasi Geofisika Dalam menentukan Batuan Alas Formasi

Nanggulan Untuk Mengidentifikasi Gunung Api Purba Sebagai Upaya Pengembangan

Sumber Daya Alam Di Sisi Timur Dome Kulonprogo, Yogyakarta. Penelitian Hibah

Bersaing (Tahun 1), Dibiayai oleh DIKTI Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,

Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 021/HB-LIT/III/2016.

Pengabdian Kepada Masyarakat

Hartono, H. G., 2010. Mineralogi – Petrologi dan Terapannya. Disampaikan Kepada Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi Seluruh Jawa. Didanai STTNAS.

Page 24: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 24

Hartono, H. G., 2010. Pengenalan Ilmu Bumi dan Gunung Api. Disampaikan Kepada Para Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta. Didanai STTNAS.

Hartono, H. G., 2011. Mengenal Lebih Dekat Gunung Api Merapi. Disampaikan Kepada Para Warga Dusun Nglarang, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Didanai STTNAS. Didanai STTNAS.

Hartono, H. G., 2011. Mengenal Lebih Dekat Bencana Geologi: Gempa Tektonik dan Gunung Api. Disampaikan Kepada Para Warga Potorono Asri 2 Blok F, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Didanai STTNAS.

Hartono, H. G., 2012. Bencana Geologi: Bagaimana Proses Terjadinya dan Mitigasinya, Disampaikan Kepada Para Warga Cepoko Griya Indah, Piyungan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Didanai STTNAS.

Hartono, H. G., 2013. Peran Geologi Dalam Konservasi Sumber Daya Energi. Disampaikan Kepada Para Mahasiswa STTNAS dan Dosen Non Geologi, Daerah Istimewa Yogyakarta. Didanai STTNAS.

Hartono, H. G., 2014. Ancaman Bahaya Letusan Gunung Api Terkini, Mendatang dan Mitigasinya. Disampaikan Kepada Para Warga Potorono Kidul, Potorono, Banguntapan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Didanai STTNAS.

Hartono, H. G., 2014. Pembahasan Teknik Koleksi, Preparasi dan Analisis Laboratorium. Disampaikan Kepada Para Teknisi Laboratorium, Penyelia Laboratorium dan Karyawan Laboratorium Pusat Survei Geologi, Bandung. Didanai STTNAS.

Hartono, H. G., 2015. Metode Pemetaan Geologi Permukaan. Disampaiakan Kepada Para Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1, Sale, Kabupaten Rembang. Didanai STTNAS.

Hartono, H. G., 2016. Geologi Pegunungan Kulonprogo. Disampaikan Kepada Para Mahasiswa Pascasarjana Geologi Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat. Didanai STTNAS.

Pengalaman Pekerjaan

Hartono, H. G., 2011, Sebagai Tenaga Ahli Geologi dan Gunung Api. Pekerjaan Province Wide

Multi Hazard Risk Assessment (Formulation of Disaster Risk Map of West Sumatera

Province). PT. Waido Specterra, Jakarta. Januari – Juni 2011.

Hartono, H. G., 2011, Sebagai Tenaga Ahli Geologi dan Gunung Api. Kelompok Kerja Survei

Geodinamika Selat Sunda dan Penyusunan Atlas Sesar Aktif: Penelitian Gunung Api

Kuarter di daerah Lampung dsk. Provinsi Lampung dan Banten. Pusat Survei Geologi

(PSG), Bandung. Juni – November 2011.

Page 25: PALEOVOLKANO: PRINSIP DASAR, CARA MENGENALI ......maupun kecil, tanah subur, mengandung banyak mineral bernilai ekonomi, minyak dan gas bumi, gunung api dan panas bumi, namun di sisi

Disampaikan pada Orasi Ilmiah Dies Natalis STTNAS ke 44 Tahun, 23 Pebruari 2017 25

Hartono, H. G., 2011, Sebagai Tenaga Ahli Geologi dan Gunung Api. Survei Calon Tapak PLTN

Muria Jawa Tengah, Lokasi Jepara dan Kudus. PPEN-BATAN. April – November 2011.

Hartono, H. G., 2011-2012, Sebagai Tenaga Ahli Geologi dan Gunung Api. Proyek Penentuan

Tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Pulau Bangka Provinsi Bangka Belitung. PT.

Surveyor Indonesia, Jakarta. PPEN-BATAN. Agustus – Desember 2011 dan 2012.

Hartono, H. G., 2013, Sebagai Tenaga Ahli Geologi dan Gunung Api. Pemetaan Daerah

Gunung Api dan Alterasi G. Geuredong, Aceh Tengah, Provinsi Nangro Aceh

Darusalam: Inisiasi Eksplorasi Panas Bumi. PT. Chevron – UGM.

Hartono, H. G., 2014-2015, Sebagai Tenaga Ahli Geologi dan Gunung Api. Proyek Pra Survei

Penentuan Tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Pulau Kalimantan, Provinsi

Kalimantan Barat. PPEN-BATAN. April – Agustus 2014 dan 2015.

Hartono, H. G., 2015, Sebagai Tenaga Ahli Geologi dan Gunung Api. Studi G & G Cekungan di

Atambua, Provinsi Nusa Tenggara Timur. PT. Geosain Delta Andalan (GDA) – LEMIGAS.

Agustus – November 2015.