34
SASARAN BELAJAR LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan LO. 1.1 Definisi Larutan dan Cairan LO. 1.2 Komposisi Larutan dan Cairan LO. 1.3 Fungsi Larutan dan Cairan LO. 1.4 Perbedaan Larutan dan Cairan LO. 1.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Larutan dan Cairan LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan Tubuh LO. 2.1 Mekanisme Keseimbangan Cairan Tubuh LO. 2.2 Kompartemen Cairan Tubuh LO. 2.3 Sumber Input dan Output LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan dalam Tubuh LO. 3.1 Definisi Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.2 Gejala Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.3 Klasifikasi Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.4 Mekanisme Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.5 Penyebab Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.6 Akibat Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.6 Penanggulangan Dehidrasi dan Hipovalemi LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Elektrolit dalam Tubuh LO. 4.1 Definisi, Etiologi, Mekanisme, Gejala, Pemeriksaan Lab (Normal) Hiponatremi LO. 4.2 Definisi, Etiologi, Mekanisme, Gejala, Pemeriksaan Lab (Normal) Hipokalemi LI. 6. Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan LO. 1.1 Definisi Larutan dan Cairan Cairan adalah bahan yang langsung mengalir secara alamiah, bukan padat atau gas. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Komponen tunggal terbesar dari tubuh adalah air. Air adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun larutan. Larutan adalah adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih macam zat

pbl cairan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cairan

Citation preview

SASARAN BELAJAR LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan LO. 1.1 Definisi Larutan dan Cairan LO. 1.2 Komposisi Larutan dan Cairan LO. 1.3 Fungsi Larutan dan Cairan LO. 1.4 Perbedaan Larutan dan Cairan LO. 1.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Larutan dan Cairan LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan Tubuh LO. 2.1 Mekanisme Keseimbangan Cairan Tubuh LO. 2.2 Kompartemen Cairan Tubuh LO. 2.3 Sumber Input dan Output LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan dalam Tubuh LO. 3.1 Definisi Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.2 Gejala Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.3 Klasifikasi Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.4 Mekanisme Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.5 Penyebab Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.6 Akibat Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.6 Penanggulangan Dehidrasi dan HipovalemiLI. 4. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Elektrolit dalam Tubuh LO. 4.1 Definisi, Etiologi, Mekanisme, Gejala, Pemeriksaan Lab (Normal) Hiponatremi LO. 4.2 Definisi, Etiologi, Mekanisme, Gejala, Pemeriksaan Lab (Normal) HipokalemiLI. 6. Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan LO. 1.1 Definisi Larutan dan Cairan Cairan adalah bahan yang langsung mengalir secara alamiah, bukan padat atau gas. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Komponen tunggal terbesar dari tubuh adalah air. Air adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun larutan.Larutan adalah adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih macam zat yang terdiri dari solute ( zat terlarut) dan solvent ( zat pelarut).

LO. 1.2 Komposisi Larutan dan Cairan Jenis-jenis larutan Berdasarkan tingkat kejenuhannya : a. Larutan tak jenuh Yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisamelarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasiion < Ksp berarti larutan belum jenuh (masih dapat larut). b. Larutan jenuh Yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain,larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh. c. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) Yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap) Berdasarkan kemampuan menyerap : a. Larutan ideal Yaitu larutan yang memenuhi Hukum Roult. Pada larutan ideal tidak terjadi penyerapan atau pelepasan kalor pada saat pencampuran larutan b. Larutan tak ideal Yaitu larutan yang tidak memenuhi hukum Roult. Larutan tak ideal ini dapat dibagi dua yaitu: - Larutan yang mengalami pelepasan kalor pada saat pencampuran sehingga merupakan larutan yang mengalami penyimpangan positif dari hukum Roult. - Larutan yang mengalami penyerapan kalor pada saat pencampuran yang menghasilkan penyimpangan negative dari hukum Roult. Berdasarkan daya hantar listrik : a. Larutan elektrolit Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, dibedakan atas : - Elektrolit Kuat Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1). Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain.- Elektrolit Lemah Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah denganharga derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain. b. Larutan non elektrolit Larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik,karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak berion). Tergolong ke dalam jenis ini misalnya: larutan urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, larutan alcohol dan lain-lain. Berdasarkan wujud / fasanya : Tabel 2

Larutan cairan dalam cairan a. Cairan yang saling tak bercampur Contoh: destilasi uap air dan emulsi b. Cairan yang larut sebagian Contoh: fenol c. Cairan yang bercampur sempurna Contoh: air dan alcohol Larutan gas cair Kelarutan gas dalam cairan tergantung pada: a. Sifat gas (azas polaritas) b. Temperature

Semakin besar suhunya, semakin kecil kelarutannya. c. Tekanan gas Untuk gas yang larut secara fisika berlaku hukum Hendry. Larutan padat dalam cairan Larutan ideal : Syarat: a. Tidak terjadi perubahan panas dan volume larutan pada saat pencampuran b. Memenuhi hukum Roult pA = p x XA Larutan non ideal : Syarat: tidak memenuhhi hukum Roult Faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat dalm cairan diantaranya: a. Suhu Suatu zat padat akan bertambah kelarutannya bila suhu dinaikkan. b. Sifat solute dan solventnya Berlaku aturan Like dissolve Like yaitu suatu solute akan mudah larut dalam solvent yang punya sifat yang sama dengan solute. c. Pengaruh ion sejenis Adanya ion sejenis dalam larutan akan mengurangi kelarutan. d. Energi lattice dan energi hidrasi Energi lattice merupakan energi yang harus diberikan pada zat padat untuk memisahkan komponen-komponennya menjadi ion-ion bebas yang netral pada keadaan diam dan pada jarak tak hingga. Jika energi hidrasi lebih besar dari energi kisi, pelarutan bersifat eksoterm; sedangkan bila energi hidrasi lebih kecil dari energi kisi (lattice), pelarutan bersifat endoterm. Jenis jenis cairan Cairan Nutrien Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-2500 kalori per liter. Cairan nutrient terdiri atas : a. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar (1/2 dextose dan 12 levulose). b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin. c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn. Blood volume expanders Blood volume expanders merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan volume darah. Pada pasien dengan lika bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

LO. 1.3 Fungsi Larutan dan Cairan Fungsi cairan tubuh antara lain : a. Mengatur suhu tubuh Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik. b. Melancarkan peredaran darah Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung. c. Membuang racun dan sisa makanan Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan pernafasan. d. Mengatur struktur dan fungsi kulit Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari luar tubuh. e. Mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar. f. Pernafasan Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca. g. Sendi dan otot Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan. h. Pemulihan penyakit Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.

LO. 1.4 Perbedaan Larutan dan CairanLarutan terdiri atas cairan yang melarutkan zat (pelarut) dan zat yang larut di dalamnya (zat terlarut). Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa padatan atau gas asal dapat melarutkan zat lain. Sistem semacam ini disebut sistem dispersi. Untuk sistem dispersi, zat yang berfungsi seperti pelarut disebut medium pendispersi, sementara zat yang berperan seperti zat terlarut disebut dengan zat terdispersi (dispersoid).Baik pada larutan ataupun sistem dispersi, zat terlarut dapat berupa padatan, cairan atau gas. Bahkan bila zat terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalam membedakan peran pelarut dan zat terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih kecul dari pelarut. Namun, bila kuantitas zat terlarut dan pelarut, sukar untuk memutuskan manakah pelarut mana zat terlarut. Dalam kasus yang terakhir ini, Anda dapat sebut komponen 1, komponen 2, dst.

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan Tubuh LO. 2.1 Mekanisme Keseimbangan Cairan Tubuh Cairan ekstraselular merupakan perantara antara sel dan lingkungan luar. Semua pertukaran air dan konstituen lainnya antara ICF dan lingkungan harus terjadi melewati ECF. Plasma hanyalah satu-satunya cairan yang bias diatur secara langsung baik volume maupun komposisinya. Cairan ini berada dalam sirkulasi. Perubahan komposisi dan volume plasma juga akan mempengaruhi cairan interstisial. Oleh karena itu, semua control terhadap plasma akan mengatur keseluruhan ECF juga. Dua faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh adalah volume dan osmolaritasnya. Walaupun regulasi keduanya saling berhubungan (kadar NaCl dan H2O), alasan mengapa keduanya dikontrol sangatlah berbeda. a. Volume CES Regulasi volume CES sangat penting untuk mempertahankan tekanan darah. Pemeliharaan keseimbangan garam sangat penting dalam regulasi jangka panjang volume CES. - Regulasi jangka panjang Regulasi ini dilakukan oleh ginjal dan mekanisme haus, yang masing-masingmelakukan pertukaran cairsn yang diperlukan antara CES dan lingkunganeksternal untuk mengatur volume cairan tubuh total. - Regulasi jangka pendek Regulasi ini dilakukan dengan cara : Reflek baroreseptor mengubah curah jantung dan resistensi perifer total. Akan meningkat untuk meningkatkan tekanand arah pada saat tekanan darah terlalu rendah dan sebaliknya akan menurunkan tekanan darah bila tekanan darah terlalu tinggi. Perpindahan cairan berlangsung secara temporer dan otomatis antara plasma dan cairan interstisium. Jika volume plasma teralalu besar, kelebihan cairan akan berpindah kekompartemen interstisium dan sebaliknya jika volume plasma terlalu rendah makan, cairan akan berpindah dari kompartemen interstisium ke plasma. Regulasi pengerluaran darah di urin Regulasi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu : Laju filtrasi glomerulus (LFG) Pada saat jumlah natrium dalam tubuh menurun, ginjal akan menahan natrium yang difiltrasi agar eksresi natrium menurun sehingga dapat meningkatkan konsentrasi NaCl dan mengatasi penurunan natrium. Reabsorpsi natrium di tubulus Pada saat kadar natrium menurun, aldosteron akan meningkat dan natrium yang di reabsorpsi meningkat sehingga menurunkan kadar natrium yang dieksresi dan meningkatkan konsentrasi NaCl, hal ini akan mengatasi penurunan natrium. b. Regulasi Osmolaritas CES Regulasi ini untuk mencegah membengkak atau menciutnya suatu sel. Setiap perubahan, penambahan/pengurangan air menyebabkan perubahan osmolaritas CES. Jika terjadi defisit air, maka zat terlarut pekat dan osmolaritas meningkat (hipertonik) dan sebaliknya jika terjadi kelebihan air, maka zat terlarut akan encer dan osmolaritas menurun (hipotonik). Ketonusan ECF dipertahankan oleh mekanisme haus dan vasopressin. a. Mekanisme haus Haus adalah sensasi subjektif yang menigkatkan keinginan untuk intake air. Pusat haus terletak di hipotalamus, dekat dengan sel pensekresi vasopressin. Ada beberapa stimulus yang dapat memicu rasa haus. Salah satu yang paling penting adalah peningkatkan osmolaritas cairan ekstraselular yang menyebabkan dehidrasi intraselular di pusat rasa haus, dengan demikian merangsang sensasi rasa haus. Kegunaan dari respons ini sangat jelas yaitu membantu mengencerkan cairan ekstraselular dan mengembalikan osmolaritas kembali ke normal. Penurunan volume cairan ekstraselular dan tekanan arterial juga merangsang rasa haus melalui suatu jalur yang tidak bergantung pada jalur yang distimulasi oleh peningkatan osmolaritas plasma. Jadi, kehilangan volume darah melalui perdarahan akan merangsang rasa haus walaupun mungkin tidak terjadi perubahan osmolaritas plasma. Hal ini mungkin terjadi akibat input neutral dari baroreseptor kardiopulmonar dan baroreseptor arterial sistemik dalam sirkulasi. Stimulus rasa haus ketiga yang penting adalah angiotensin II. Karena angiotensin II juga distimulasi oleh factor-faktor yang berhubungan dengan hipovolemia dan tekanan darah rendah, pengaruhnya pada rasa haus membantu memulihkan volume darah dan tekanan darah kembali normal, bersama dengan kerja lain dari angiotensin II pada ginjal untuk menurunkan ekskresi cairan. Gambar 1 Mekanisme ketonusan ECF

Gambar 2 System rennin, angiotensin, dan aldosteron yaitu respon terhadap penurunan volume ECF dan NaCl.

Gambar 3 Mekanisme respon peningkatan NaCl atau volume ECF.

b. Vasopressin Hormone vasopressin (ADH) mempunyai fungsi yaitu mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh yang bekerja pada tubulus ginjal. Dimana tubulus ginjal merupakan pengaturan pengaturan penyerapan air yang mengatur 2 hal:- Mengatur aliran air dalam tubuh yang akan kembali masuk ke dalam darah - Mengatur aliran air yang sebagiannya akan dibuang dalam bentuk urin Peningkatan hormone ADH akan meningkatkan osmolaritas plasma serta penurunan volume darah dan tekanan darah. Sebaliknya, penurunan hormone ADH akan menurunkan osmolaritas plasma serta peningkatan volume darah dan tekanan darah.

LO. 2.2 Kompartemen Cairan Tubuh Cairan tubuh didistribusi antara dua kompartemen utama: kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Tabel 3 Persentase cairan tubuh di dalam kompartemen cairan tubuh. a. Cairan intraseluler (CIS) Cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular. b. Cairan ekstraseluler (CES) CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah cairan tubuh terkandung di dalan CES. Setelah usia satu tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira sepertiga dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih luas, CES dibagi menjadi: - Cairan interstisial (CIT) Cairan di sekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih besar pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa. - Cairan intravaskuler (CIV) Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah tersebut adalah plasma. Sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah yang mentraspor oksigen dan bekerja sebagai buffer tubuh yang penting, sel darah putih, dan trombosit.

- Cairan transeluler (CTS) Cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh CTS meliputi cairan dari serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraocular dan sekresi lambung. Sejumlah besar cairan dapat saja keluar masuk ruang transeluler setiap harinya.

LO. 2.3 Sumber Input dan Output Input: Air yang dicerna :12001500 cc Makanan yang dicerna: 700-1000 cc Oksidasi metabolik : 200-400 cc Jumlah : 2100-2900cc Output: Urine : 1200-1700 cc Faeces : 100-200 cc Keringat : 100-200 cc Insensible water loss Kulit : 350-400 cc Paru : 350-400 cc Jumlah : 2100-2900 cc

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan dalam Tubuh LO. 3.1 Definisi Dehidrasi dan HipovalemiDefinisi Dehidrasi Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Huang et al, 2009). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input) (Suraatmaja, 2010). Cairan yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit (Latief, dkk.,2005). Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal. Menurut Guyton (1995), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh.

LO. 3.2 Gejala Dehidrasi dan HipovalemiGejala Dehidrasi Pada Orang DewasaGejala dehidrasi berdasarkan derajatnya. Tabel 6Gejala dehidrasi pada usia lanjut1. Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgor dan mata cekung sering tidak jelas.2. Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan berat badan akut lebih dari 3%.3. Tanda klinis obyektif lainya yang dapat membantu mengindentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik.4. Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM :a. Ditemukan aksila lembab/basah,b. Suhu tubuh meningkat dari suhu basal, c. Diuresis berkurang,d. Berat jenis (bj) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya glukosuria dan proteinuria),e. Rasio blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari atau sama dengan 16,9 (tanpa adanya perdarahan aktif saluran cerna) maka kemungkinan terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%.

gejala dehidrasi pada anakMengenali gejala dehidrasi pada anak, baik yang ringan, sedang maupun yang berat bisa membantu dalam mengevaluasi tingkat dehidrasi pada anak. Serta merupakan langkah preventif terhadap dehidrasi.Berikut merupakan gejala dehidrasi:a. Dehidrasi Ringani. jarang terjadi gejala yang signifikanii. kehilangan cairan mencapai 5% berat badaniii. defisit cairan berikar antara 30-50mL/kgb. Dehidrasi SedangSudah terlihat tanda patologis pada anak, terjadi perubahan kondisi fisik yang signifikan,i. Anak menangis tanpa air mata

LO. 3.3 Klasifikasi Dehidrasi dan Hipovalemi Jenis-jenis Dehidrasi Berdasarkan derajat dehidrasi a. Dehidrasi berat - Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L - Serum natrium 159-166 mEq/L - Hipotensi - Turgor kulit buruk - Oliguria - Nadi dan pernapasan meningkat - Kehilangan cairan mencapai >10% BB b. Dehidrasi sedang - Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10% BB - Serum natrium 152-158 mEq/L - Mata cekung c. Dehidrasi ringan - Kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 L Berdasarkan tipe dehidrasi a. Dehidrasi Isotonis Dehidrasi Isotonis kekurangan air dan elektrolit terjadi dalam proporsi seimbang. b. Dehidrasi Hipertonis Dehidrasi Hipertonis adalah kehilangan cairan melebihi kehilangan elektrolit. c. Dehidrasi Hipotonis Dehidrasi Hipotonis adalah kehilangan elektrolit melebihi kehilangan cairan.

LO. 3.4 Mekanisme Dehidrasi dan Hipovalemi LO. 3.5 Penyebab Dehidrasi dan HipovalemiFaktor-faktor penyebab dehidrasi pada orang dewasaa. AktivitasOrang yang banyak aktivitasnya lebih banyak mengeluarkan cairan tubuh melalui keringat dari pada orang yang tidak beraktivitas.b. Diare .Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak anak mati setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.c. Usia . Semakin tua usianya, kerja organ semakin menurund. Muntah.Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.e. Berkeringat.Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi dehidrasi.f. Diabetes .Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing manis akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui kencing sehingga penderita diabetes akan mengeluh sering kebelakang untuk kencing.g. Luka bakar .Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya cairan berlebihan pada pada kulit yang rusak oleh luka bakar.h. Kesulitan minum.Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.i. Gastroenteritis.Ini adalah penyebab paling umum dehidrasi. Jika disertai muntah dan diare, dehidrasi akan semakin mudah terjadi.j. Stomatitis, Nyeri dapat membatasi asupan oral. k. Diabetic ketoasidosis (DKA)Dehidrasi ini disebabkan oleh diuresis osmotik. Penurunan berat badan disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan dan katabolisme jaringan. Rehidrasi cepat, dapat menimbulkan hasil neurologis yang buruk. DKA sangat spesifik dan memerlukan perawatan yang intensif.l. Demam penyakit.Demam mengakibatkan peningkatan insensible loss water dan dapat mempengaruhi nafsu makan.m.Pharyngitis, ini dapat mengurangi asupan oral. n. Congenital adrenal hiperplasia. berhubungan dengan hipoglikemia, hipotensi, hiperkalemia, dan hiponatremia. o. Heat stroke. Hyperpyrexia, kulit kering, dan perubahan status mental dapat terjadi. p. Cystic Fibrosis. mengakibatkan kerugian natrium dan klorida keringat, menempatkan pasien pada risiko hiponatremia, hipokloremia dan dehidrasi parah.q. Diabetes insipidus. output urin yang berlebihan yang sangat encer dapat mengakibatkan kerugian besar air bebas dan hipernatremia. r. Tirotoksikosis. Berat badan yang diamati, meskipun nafsu makan meningkat. Diare terjadi

Faktor-faktor penyebab dehidrasi pada anaka. Diare Pada saat mengalami diare, anak kerap kehilangan nafsu makan dan seringkali tidak mau minum. Akibatnya, cairan yang masuk dan keluar dari tubuh tidak seimbang. Tak hanya itu, sejumlah mineral penting, seperti sodium, potasium, dan klorida juga ikut terbuang.b. Pneumonia Bayi atau balita yang mengalami pneumonia atau radang paru-paru biasanya mengalami demam tinggi dan napas terengah-engah. Hal ini akan membuat cairan, berupa uap air, yang keluar dari paru-paru juga meningkat. Penanganan yang terlambat atau tidak tepat bisa mengakibatkan dehidrasi. c. Kurang Makan dan MinumKondisi ini jarang terjadi, pasalnya kalau lapar atau haus umumnya bayi akan menangis minta makan atau minum. Namun mungkin saja saat anak sedang sakit, ia kehilangan nafsu makan dan minum. Jika hal ini terjadi selama 3 - 5 hari maka dehidrasi bisa terjadi.

LO. 3.6 Akibat Dehidrasi dan Hipovalemi

LO. 3.6 Penanggulangan Dehidrasi dan Hipovalemi

Penanggulangan Dehidrasi Lakukan pengukuran keseimbangan (balans) cairan yang masuk dan keluar secara berkala sesuai kebutuhan. Cairan yang diberikan secara oral tergantung jenis dehidrasi : a. Dehidrasi ringan Terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-2500 ml/24 jam (30 ml/kg berat badan /24 jam). b. Dehidrasi hipotonik Dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik. c. Dehidrasi hipertonik Cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman dengan kandungan sodium rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur. infus : cairan NaCl, 45%. d. Dehidrasi isotonik Cairan yang dianjurkan selain air dan suplemen yang mengandung sodium (jus tomat) juga dapat diberikan isotonik yang ada di pasaran. infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total perhari. e. Dehidrasi sedang sampai berat dan pasien tidak dapat minum per oral, selain pemberian cairan enteral, dapat diberikan rehidrasi parenteral. Dehirasi Isotonik a. Bila kalium telah dikoreksi dan kembali ke dalam sel, natrium akan keluar danmasuk ke ruang ekstraseluler. Oleh karena masuknya natrium ke ruangekstraseluler yang berlebihan maka tidak dipenukan koreksi natrium ekstraselulerpada terapi ini fase kedua, dan secara umum hanya diberikan dua per tiga dariperkiraan defisin natrium dan air dalam 24 jam pertama. b. Air dan natrium yang diberikan pada fase pertama dihitung dari sisa kebutuhandalam 24 jam pertama. c. Jumlah total koreksi cairan yang diberikan dalam 24 jam pertama dihitung dari kehilangan cairan yang masih berlangsung dan kebutuhan normal pasien ditambah dengan defisitnya.2. Dehidrasi Hipotonik a. Prinsip penanganan merip dengan dehidrasi isotonic, kecuali terapi yang dibuatuntuk mengganti kehilangan natrium tambahan, melebihi pemberian natrium padaterapi dehidrasi normanahemi. b. Defisit ekstranatrium (mmol) = (135 perkiraan kadar natrium plasma(mmol/L)dikali BB (kg) dikali 0,6 lalu ditambahkan pada dehidrasi isotonik). c. Bila natrium akan diberikan dalam bentuk (garam kering), missal garamhipotonik, dehidrasinya agar berubah dari hiponatremik menjadi isonatremik. Dalam praktek ini tidak dianjurkan meningkatkan natrium secara mendadak, dantambahan natrium dapat ditambahkan ke dalam cairan infus dalam beberapa hari(kecuali pasien mengalami hiponatremik, yang jarang terjadi bila kadarnya > 20mmol/L ) Dehidrasi Hipertonik a. Secara sirkulasi diperbaiki, penurunan konsentrasi natrium plasma danosmolalitas yang terlalu cepat, dapat menyebabkan air bergeser ke sel otak, yangsering kali menimbulkan kejang. Penurunan natrium plasma tidak boleh lebih dari10 mmol/L/24 jam. b. Berikan dua per tiga kebutuhan cairan rumatan dan setengah dari cairan penggantidengan larutan dekirasa 5% natrium 0,45% tambahkan setiap ada kehilangancairan yang abnormal. c. Atasi kejang dengan pemberian manitra intravena selama dehidrasi dapat terjadihypokalemia dan koreksi jenaan pemberian kalsium glukonar intravena.

Terapi dehidrasi pada orang dewasa:Cairan harus diberikan untuk mengkoreksi jumlah kehilangan yang terakumulasi, dan juga kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Jenis cairan yang diberikan tergantung dari cairan dan garam jenis apa yang telah hilang: 1. Jika yang telah hilang adalah darah, maka berikanlah darah. 2. Jika yang telah hilang adalah garam yang berimbang dengan cairan, berikanlah salin fisiologis. 3. Jika yang telah hilang terutama air, pada tahap awal berika dekstrosa 5%, jenis gula yang dimetabolisme dengan cepat sehingga meninggalkan sisa berupa air. 4. Jika dehidrasi berat, berikan ekspander volume (misalnya Haemaccel) Terapi diarahkan dengan kadar elektrolit serum (periksa setiap hari), terutama kadar Na: a. Tinggi > mmol/L infus dekstrosa 5% b. Rendah akut 120-132 mmol/L-infus salin fisiologis Hati-hati: banyak pasien dengan hiponatremia tidak mengalami kehilangan cairan dan akan diperburuk dengan pemberian salin, misalnya pada gagal jantung, penyakit hati, SIADH (syndrome of inappropiate antidiuretic hormone secretion). Perlu hati-hati dalam memberikan salin pada pasien dengan kadar natrium yang sangat menurun, yaitu < 115 mmol/L, terutama jika di bawah pengaruh alkohol atau menderita malnutrisi, hal tersebut dapat memicu mielinosis pons sentral (sindro batang otak yang berat dan ireversibel) a. Natrium fisiologis: 2 liter salin fisiologis diberikan untuk setiap liter dekstrosa 5%.b. Pada terapi penggantian cairan yang berlangsung lama, nutrisi juga harus diberikan. Jangan memberikan kalium, karena darah sudah mengandung kalium, kecuali jika kadarnya memang rendah < 3,5 mmol/L. Terdiri dari 3 jalur pemberian cairan: 1. Jalur oral: defisit ringan dan pasien dalam keadaan sadar serta bisa menelan. Kehilangan cairan masih dalam batas normal. 2. Jalur nasogastrik: gangguan menelan pada pasien dengan keadaan stabil dan dalam terapi jangka panjang, misalnya pada pasien stroke. 3. Jalur intravena: terapi jangka pendek < 48 jam, terapi dalam jumlah besar atau kehilangan yang berfluktuasi. Fungsi saluran pencernaan terganggu.

Kehilangan cairan dapat digantikan dengan cepat, misalnya 500 mL/jam, kecuali pada penderita penyakit jantung dengan risiko edema paru, kecepatan diperlambat menjadi 200 mL/ jam. Euvolemia ditandai dengan tidak adanya dehidrasi, atau gagal jantung, produksi urin normal. Rumus sederhana untuk mempertahankan euvolemia pada pasien yang tidak demam adalah: Asupan cairan/jam = produksi urin/jam + 20 mL/jam + kehilangan lainnya (misalnya fistula, diare) / jam.2.7.2 Terapi dehidrasi pada anak:Dehidrasi sering dikategorikan berdasarkan osmolaritasnya (gangguan distribusi air dalam tubuh dan di tingkatkan kekurangan cairan, yang dapat membantu dalam menentukan terapi cairan yang akan diberikan) Berdasarkan kadar iodium serum, anak-anak mengalami: a. Dehidrasi isotonik (130-150 mg/L) b. Dehidrasi hipertonik (>150 mg/L) c. Dehidrasi hipotonik (12 bulan) : a. 1 jam pertama: 30 ml/kgbb b. 3 jam berikutnya: 70 ml/kgbbJenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis rehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total perhari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl, 45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Elektrolit dalam Tubuh LO. 4.1 Definisi, Etiologi, Mekanisme, Gejala, Pemeriksaan Lab (Normal) Hiponatremi

Gangguan Keseimbangan Natrium a. Hiponatremia Hiponatremia akan terjadi apabila konsentrasi natrium pada plasma kurang dari 135 mEq/L. berkurangnya konsentrasi natrium tersebut bisa disebabkan kehilangan natrium atau penambahan air pada CES. Kehilangan natrium tersebut biasanya terjadi pada dehidrasi hipo-osmotik dan berhubungan dengan penurunan volume CES. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hiponatremia, berhubungan dengan pengeluaran natrium klorida, antara laindiare dan muntah. Penggunaan diuretic yang berlebihan juga dapat menyebabkan hiponatremia karena menghambat kemampuan ginjal untuk mempertahankan natrium. Hiponatremia juga bisa terjadi akibat retensi air yang berlebihan sehingga menyebabkan overhidrasi hipoosmotik. Biasanya keadaan ini disebabkan karena sekresi hormone ADH yang berlebihan dan akhirnya akan mereabsorbsi air dalam jumlah yang banyak. b. Hipernatremia Hypernatremia akan terjadi apabila kadar natrium pada CES melebihi 146 mEq/L. berlebihnya konsentrasi natrium pada CES dapat disebabkan karena berkurangnya air pada CES atau kelebihan natrium pada CES. Jika yang terjadi adalah kehilangan air pada CES, maka akan terjadi dehidrasi hiperosmotik. Keadaan ini dapat terjadi pada pasien diabetes insipidus dan pada orang yang melakukan olahraga berat berkepanjangan. Pada pasien diabetes insipidus, pasien tidak dapat mengekskresi hormone ADH sehingga reabsorbsi air jadi berkurang dan akan mengeluarkan urin encer karena banyaknya air yang dikeluarkan. Sedangkan pada oramg yang berolahraga berat, banyak air yang keluar namun tidak disertai dengan asupan pemasukan air sehingga akan meningkatkan osmolalitas CES. Hypernatremia dapat juga terjadi akibat penambahan natrium klorida yang berlebihan pada CES. Hal ini terjadi pada overhidrasi hiperosmotik, karena kelebihan natrium klorida ekstrasel biasanya juga berhubungan dengan beberapa derajat retensi air oleh ginjal. Ketika menganalisis kelainan konsentrasi natrium dalam plasma dan penentuan terapi yang akan dilaksanakan, maka perlu diperhatikan apakah kelainan ini disebabkan oleh kehilangan atau penambahan natrium atau kehilangan atau penambahan air primer. Sehingga terapi yang akan dilaksanakan dapat mengoreksi ketidakseimbangan cairan yang terjadi.

Natrium merupakan kation utama di dalam cairan ekstraselular. Kadarnya di dalam tubuh diatur oleh ginjal dan dipengaruhi oleh hormon aldosteron. A. Fungsi Natrium di dalam tubuh :a. Aktivitas neuromuskularTransmisi dan konduksi impuls syaraf b. Cairan tubuhi. Mengatur osmolalitas vaskularii. Mengatur keseimbangan air, bila kadar natrium meningkat akan terjadi retensi airc. Selular i. Pompa natrium (Na) - kalium (K) : Na masuk ke dalam sel sedangkan K keluar dari sel secara terus menerus untuk mempertahankan

keseimbangan air dan aktivitas neuro muskular. Bila Na masuk ke dalam sel maka akan terjadi depolarisasi (aktivitas sel), tapi bila Na keluar dari sel maka K akan masuk ke dalam sel dan terjadi repolarisasiii. Aktivitas enzimd. Asam basai. Mengatur keseimbangan asam basaii. Nilai normalnya di darah : 135-146 mEq/liter atau mmol/literiii. Nilai normalnya di urin : 40-220 mEq/liter/hariB. Etiologi Hiponatremiaa. Asupan makanani. rendahnya kadar Na di makanan kurang dari 135 mEq/Lii. asupan air yang berlebihan : mengakibatkan pengenceran cairan ekstraseliii. anoreksia nervosaiv. pemberian infus Dekstrosa 5 % yang berkepanjanganb. Keluarnya natrium dari saluran pencernaani. muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna ii. operasi saluran cernaiii. bulimiaiv. kehilangan potassiumc. Keluarnya natrium dari ginjali. gangguan tubulus ginjal : tidak respon terhadap ADH pengeluaran Na, Cl dan airii. diuretikd. Pengaruh hormoneADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dari tubulus distal cairan ekstraselular menjadi lebih banyak mengandung air kadar Na berkurange. Penurunan hormon adreno-kortikal : penyakit kelenjar adrenal (Addison) produksi hormon adreno-kortikal berkurang pengeluaran Na dan retensi KC. Manifestasi Klinis HiponatremiaManifestasi klinis hiponatremia bervariasi tergantung pada jumlah natrium yang hilang. Hiponatremia ringan biasanya asimptomatik (tidak bergejala), dan gejala awal biasanya berupa mual dan muntah, Denyut nadi cepatnamun lemah, hipotensi, pusing, ketakutan,dan kecemasan, kram abdomen, mual, danmuntah, diare, koma dan konvulsi, sidik jarimeninggalkan bekas pada sternum setelahpalpasi, koma, kulit lembab dan dingin.Hasil Pemeriksaan Laboratorium: natriumserum < 135 mEq/ L, osmolalitas serum 145 mEq/L, osmolalitas serum >295 mOsm/ kg, dan berat jenis urine > 1,030(jika kehilangan air bukan disebabkandisfungsi ginjal.

LO. 4.2 Definisi, Etiologi, Mekanisme, Gejala, Pemeriksaan Lab (Normal) Hipokalemi

Gangguan Keseimbangan Kalium a. Hipokalemia Seseorang akan mengalami hypokalemia apabila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3.5 mEq/L. Penyebab hypokalemia dapat dibagi sebagai berikut: - Asupan kalium yang kurang. - Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat. - Kalium masuk ke dalam sel. Pengeluaran kalium yang berlebihan pada keadaan muntah atau pemakaian selang nasogastric, pengeluaran bukan melalui saluran cerna bagiannya atasnya melainkan banyak keluar melalui ginjal. Hal itu karena muntah/selang nasogastric menyebabkan alkalosis sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi glomerulus yang akan mengikat kalium di tubulus distal. Kalium dapat masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel., pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta adregenik (pemakaian 2-agonis), paralisis periodic hipokalemik, dan hipotermia. b. Hiperkalemia Seseorang dikatakan mengalami hyperkalemia apabila kadar kalium plasma lebih dari 5 mEq/L. penyebab hyperkalemia dapat disebabkan oleh keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal. Keluarnya kalium dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolic. Dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan hipoaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif.

Kalium (K) merupakan kation terbanyak di dalam sel tubuh, sebanyak 90 % terdapat di cairan intrasel dan 2-3 % terdapat di cairan ekstrasel. Kadar K di dalam sel 150 mEq dan di cairan ekstrasel 3,5 5,3 mEq. A. Fungsi kalium di dalam tubuh :a.Aktivitas neuromuskulari. Transmisi dan konduksi impuls syaraf ii. Kontraksi otot rangka, otot polos dan jantungb. Cairan tubuhMengatur osmolalitas intraselularc.Selular i. Pompa natrium (Na) - kalium (K) : Na masuk ke dalam sel sedangkan K keluar dari sel secara terus menerus untuk mempertahankan keseimbangan air dan aktivitas neuro muskular. Bila Na masuk ke dalam sel maka akan terjadi depolarisasi (aktivitas sel), tapi bila Na keluar dari sel maka K akan masuk ke dalam sel dan terjadi repolarisasiii. Sktivitas enzim untuk metabolisme selulard. Asam basaMengatur keseimbangan asam basaB. Etiologi Hipokalemiaa.Asupan makanani. rendahnya kadar K di makanan kurang dari 3.5 mEq/Lii. malnutrisi, kelaparan, diet yang tidak seimbangiii. anoreksia nervosaiv. alkoholismeb. Keluarnya kalium dari saluran pencernaani. muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna ii. operasi saluran cerna, fistula saluran cernaiii. bulimiac. Keluarnya kalium dari ginjali. fase diuresis (poliuria) gagal ginjal akutii. diuretik, terutama diuretik yang tidak hemat kalium iii. hemodialisis, peritoneal dialisisd. Pengaruh hormoni. penggunaan steroid, terutama kortison dan aldosteron dapat meningkatkan ekskresi kalium dan retensi natrium ii. stress, menyebabkan peningkatan produksi steroid di dalam tubuhiii. penggunaan licorice (mengandung asam gliserat) yang berlebihan, memiliki efek seperti aldosterone. Gangguan fungsi selulari. trauma, kerusakan jaringan, luka bakar, operasiii. menyebabkan banyak kalium yang dilepaskan ke dalam cairan intra vaskularf. Redistribusi kaliumi. alkalosis metabolik, menarik kalium masuk ke dalam selii. insulin, menarik glukosa dan kalium ke dalam selC. Manifestasi Klinis HipokalemiaDefisit kalium dapat memperlambat kontraksi otot, baik otot rangka maupun otot saluran pencernaan.a. Gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah, diare, distensi abdomen, gangguan peristaltik dan ileusb. Gangguan neuromuskular : kelemahan otot, penurunan refleks tendon, paralisis otot pernafasanc. Gangguan ginjal : poliuria dan polidipsiaPemeriksaan Fisik: denyut nadi lemah dantidak teratur, pernafasan dangkal, hipotensi,kelemahan, bising usus menurun, blok jantung (pada hipokalemia berat), parestesia,keletihan, tonus otot menuru, distensi ususHasil Pemeriksaan Laboratorium. kaliumserum < 3 mEq/L menyebabkan depresigelombang ST, gelombang T datar,gelombang U lebih tinggi, pada pemeriklsaan EKG, kadar kalium serum 2 mEq/L menyebabkan kompleks QRS melebar,depresi ST, inversi gelombang T.D. Manifestasi Klinis HiperkalemiaPemeriksaan Fisik:Denyut nadi tidak menurun dan lambat, hipotensi, kecemasan/ ansietas, iritabilitas, parestesia, kelemahan.Hasil Pemeriksaan Laboratorium:Kaliumserum > 5,3 mEq/L menyebabkanrepolarisasi lebih cepat (gelombang Tmencapai puncaknya, frekuensi denyut jantung 60- 110), kadar kalium serum >7mEq/L menyebabkan konduksi interatialrusek (gelombang P lebar dan rendah)sedangkan kadar kalium > 8 mEq/Lmenyebabkan tidak adanya aktivitas atrial(tidak ada gelombang P) pada pemeriksaanEKG

Gangguan Keseimbangan Klorida1. HipokloremiaKekurangan klorida sebagai penyebab alkalosis metabolik terjadi bila kehilangan lorida tubuh melebihi kehilangan natrium. Hipokloremia juga dapat disebabkan oleh masukan klorida tidak adekuat berkepanjangan. Contoh adalah kehilangan dari usus akibat muntah atau drainase lambung dan pada diare klorida.2. HiperklaremiaHiperklaremia dapat terjadi apabila klorida di konservasi di ginjal melebihi natrium dan kalium atau terbentuknya urin basa selama ginjal mengkoreksialkalosis.Hiperkloremia juga dapat terjadi aabila sejumlah besar cairan parenteral yang mengandung klorida, seperti garam fisiologis (saline) normal dan Ringer Lactate diberikan pada saat resusitasi cairan akut.

a. Berupaya untuk mencari makanan yang halal. Allah Shallallaahu alaihi wa Sallam berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu. (Al-Baqarah: 172). Yang baik disini artinya adalah yang halal. b. Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar bisa dapat beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari makan dan minummu itu. c. Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu. d. Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam haditsnya menuturkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka ia tinggalkan. (Muttafaqalaih). e. Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda; Aku tidak makan sedangkan aku menyandar. (HR. al-Bukhari). Dan di dalam haditsnya, Ibnu Umar Radhiallaahu anhu menuturkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah melarang dua tempat makan, yaitu duduk di meja tempat minum khamar dan makan sambil menyungkur. (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani). f. Tidak makan dan minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas dan perak. Di dalam hadits Hudzaifah dinyatakan di antaranya bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: ... dan janganlah kamu minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas dan perak, dan jangan pula kamu makan dengan piring yang terbuat darinya, karena keduanya untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk kita di akhirat kelak. (Muttafaqalaih). g. Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Apabila seorang diantara kamu makan, hendaklah menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala dan jika lupa menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala pada awalnya maka hendaknya mengatakan : Bismillahi awwalihi wa akhirihi. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani). Adapun meng-akhirinya dengan Hamdalah, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya Allah sangat meridhai seorang hamba yang apabila telah makan suatu makanan ia memuji-Nya dan apabila minum minuman ia pun memuji-Nya. (HR. Muslim). h. Hendaknya makan dengan tangan kanan dan dimulai dari yang ada di depanmu. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda Kepada Umar bin Salamah: Wahai anak, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang di depanmu. (Muttafaqalaih). i. Disunnatkan makan dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu sesudahnya. Diriwayatkan dari Ka`ab bin Malik dari ayahnya, ia menuturkan: Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam makan dengan tiga jari dan ia menjilatinya sebelum mengelapnya. (HR. Muslim). j. Disunnatkan mengambil makanan yang terjatuh dan membuang bagian yang kotor darinya lalu memakannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Apabila suapan makan seorang kamu jatuh hendaklah ia mengambilnya dan membuang bagian yang kotor, lalu makanlah ia dan jangan membiarkannya untuk syetan. (HR. Muslim). k. Tidak meniup makan yang masih panas atau bernafas di saat minum. Hadits Ibnu Abbas menuturkan Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya. (HR. At-Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani). l. Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum. Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Tiada tempat yang yang lebih buruk yang dipenuhi oleh seseorang daripada perutnya, cukuplah bagi seseorang beberapa suap saja untuk menegakkan tulang punggungnya; jikapun terpaksa, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minu-mannya dan sepertiga lagi untuk bernafas. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani). m. Hendaknya pemilik makanan (tuan rumah) tidak melihat ke muka orang-orang yang sedang makan, namun seharusnya ia menundukkan pandangan matanya, karena hal tersebut dapat menyakiti perasaan mereka dan membuat mereka menjadi malu. n. Hendaknya kamu tidak memulai makan atau minum sedangkan di dalam majlis ada orang yang lebih berhak memulai, baik kerena ia lebih tua atau mempunyai kedudukan, karena hal tersebut bertentangan dengan etika. o. Jangan sekali-kali kamu melakukan perbuatan yang orang lain bisa merasa jijik, seperti mengirapkan tangan di bejana, atau kamu mendekatkan kepalamu kepada tempat makanan di saat makan, atau berbicara dengan nada-nada yang mengandung makna kotor dan menjijik-kan. p. Jangan minum langsung dari bibir bejana, berdasarkan hadits Ibnu Abbas beliau berkata, Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum dari bibir bejana wadah air. (HR. Al Bukhari). q. Disunnatkan minum sambil duduk, kecuali jika udzur, karena di dalam hadits Anas disebutkan Bahwa sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum sambil berdiri. (HR. Muslim).