Penatalaksanaan kolorektal

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    1/13

    Penatalaksanaan

    1. PembedahanPembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai penanganan

    kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas yang luas

    dan maksimal regional lymphadenektomi sementara mempertahankan fungsi dari kolon

    sebisanya. Untuk lesi diatas rektum, reseksi tumor dengan minimum margin 5 cm bebas tumor.

    Pendekatan laparaskopik kolektomi telah dihubungkan dan dibandingkan dengan tehnik bedah

    terbuka pada beberapa randomized trial. Subtotal kolektomi dengan ileoproktostomi dapat

    digunakan pada pasien kolon kanker yang potensial kurabel dan dengan adenoma yang tersebar

    pada kolon atau pada pasien dengan riwayat keluarga menderita kanker kolorektal.Eksisi tumor

    yang berada pada kolon kanan harus mengikutsertakan cabang dari arteri media kolika

    sebagaimana juga seluruh arteri ileokolika dan arteri kolika kanan. Eksisi tumor pada hepatik

    flexure atau splenic flexure harus mengikutsertakan seluruh arteri media kolika.Permanen

    kolostomi pada penderita kanker yang berada pada rektal bagian bawah dan tengah harus

    dihindari dengan adanya tehnik pembedahan terbaru secara stapling.Tumor yang menyebabkan

    obstruksi pada kolon kanan biasanya ditangani dengan reseksi primer dan anastomosis. Tumor

    yang menyebabkan obstruksi pada kolon kiri dapat ditangani dengan dekompresi.Tumor yang

    menyebabkan perforasi membutuhkan eksisi dari tumor primer dan proksimal kolostomi, diikuti

    dengan reanastomosis dan closure dari kolostomi

    2. Terapi RadiasiTerapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray berenergi tinggi

    untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal

    radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium

    dari kanker.

    Eksternal radiasi (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi tingkat

    tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk membunuh sel

    kanker, maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan yang sehat disekitarnya.

    Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya berlangsung beberapa menit.

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    2/13

    Internal radiasi (brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang diberikan ke

    dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan radiasi disebut

    radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau implant langsung pada tumor.

    Internal radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih tinggi dengan waktu yang relatif singkat

    bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa penanganan internal radiasi secara

    sementara menetap didalam tubuh.

    Radiasi terapi dapat digunakan sebagai tindakan primer sebagai modalitas penanganan untuk

    tumor yang kecil dan bersifat mobile atau dengan kombinasi bersama sama kemoterapi setelah

    reseksi dari tumor. Radiasi terapi pada dosis palliatif meredakan nyeri, obstruksi, perdarahan dan

    tenesmus pada 80% kasus. Penggunaan hepatic arterial infusion dengan 5-FU terlihat

    meningkatkan tingkat respon, tetapi penggunaan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah

    termasuk berpindahnya kateter, sklerosis biliaris dan gastrik ulserasi. Regimen standar yang

    sering digunakan adalah kombinasi 5-FU dengan leucovorin, capecitabine (oral 5-FU prodrug),

    floxuridine (FUDR), irinotecan (cpt-11) dan oxaliplatin.

    3. Adjuvant KemoterapiKanker kolon telah banyak resisten pada hampir sebagian besar agen kemoterapi.

    Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari tumor secara teoritis

    seharusnya dapat menambah efektifitas dari agen kemoterapi. Kemoterapi sangat efektif

    digunakan ketika kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi dari sel maligna yang berada pada

    fase pertumbuhan banyak. Obat kemoterapi bisa dipakai sebagai single agen atau dengan

    kombinasi, contoh : 5-fluorouracil (5FU), 5FU + levamisole, 5FU + leucovorin. Pemakaian

    secara kombinasi dari obat kemoterapi tersebut berhubungan dengan peningkatan survival ketika

    diberikan post operatif kepada pasien tanpa penyakit penyerta. Terapi 5FU + levamisole

    menurunkan rekurensi dari kanker hingga 39%, menurunkan kematian akibat kanker hingga

    32%.

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    3/13

    3.1.Adjuvant Kemoterapi untuk Kanker Kolorektal Stadium II

    Pemakaian adjuvant kemoterapi untuk penderita kanker kolorektal stadium II masih

    kontroversial. Peneliti dari National Surgical Adjuvant Breast Project (NSABP) menyarankan

    penggunaan adjuvant terapi karena dapat menghasilkan keuntungan yang meskipun kecil pada

    pasien stadium II kanker kolorektal pada beberapa penelitiannya. Sebaliknya sebuah meta-

    analysis yang mengikutkan sekitar 1000 pasien menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna

    pada 5-years survival rate sebesar 2%, antara yang diberi perlakuan dan yang tidak untuk semua

    pasien stage II.

    3.2.Adjuvant Kemoterapi untuk Kanker Kolorektal Stadium III

    Penggunaan 5-FU + levamisole atau 5-FU + leucovorin telah menurunkan insiden rekurensi

    sebesar 41% pada sejumlah prospektif randomized trial. Terapi selama satu tahun dengan

    menggunakan 5-FU + levamisole meningkatkan 5-year survival rate dari 50% menjadi 62% dan

    menurunkan kematian sebesar 33%. Pada kebanyakan penelitian telah menunjukkan bahwa 6

    bulan terapi dengan menggunakan 5-FU + leucovorin telah terbukti efektif dan sebagai

    konsekuensinya, standar regimen terapi untuk stage III kanker kolorektal adalah 5-FU +

    leucovorin.

    3.3.Adjuvant Kemoterapi Kanker Kolorektal Stadium Lanjut

    Sekitar delapan puluh lima persen pasien yang terdiagnosa kanker kolorektal dapat dilakukan

    pembedahan. Pasien dengan kanker yang tidak dapat dilakukan penanganan kuratif, dapat

    dilakukan penanganan pembedahan palliatif untuk mencegah obstruksi, perforasi, dan

    perdarahan. Bagaimanapun juga pembedahan dapat tidak dilakukan jika tidak menunjukkan

    gejala adanya metastase. Penggunaan stent kolon dan ablasi laser dari tumor intraluminal cukup

    memadai untuk kebutuhan pembedahan walaupun pada kasus asymptomatik.

    4. Penanganan Jangka PanjangTerdapat beberapa kontroversi tentang frekuensi pemeriksaan follow up untuk rekurensi

    tumor pada pasien yang telah ditangani dengan kanker kolon. Beberapa tenaga kesehatan telah

    menggunakan pendekatan nihilistic (karena prognosis sangat jelek jika terdeteksi adanya

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    4/13

    rekurensi dari kanker). Sekitar 70% rekurensi dari kanker terdeteksi dalam jangka waktu 2 tahun,

    dan 90% terdeteksi dalam waktu 4 tahun. Pasien yang telah ditangani dari kanker kolon

    mempunyai insiden yang tinggi dari metachronous kanker kolon. Deteksi dini dan

    penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini dapat meningkatkan prognosa. Evaluasi follow up

    termasuk pemeriksaan fisik, sigmoidoskopi, kolonoskopi, tes fungsi hati, CEA, foto polos

    thorax, barium enema, liver scan, MRI, dan CT scan.19 Tingginya nilai CEA preoperatif

    biasanya akan kembali normal antara 6 minggu setelah pembedahan.

    4.1. Evaluasi klinik

    Selama 5 tahun setelah tindakan pembedahan, target utama follow up adalah untuk

    mendeteksi tumor primer baru. Beberapa pasien kanker kolorektal membentuk satu atau

    beberapa tempat metastasis di hepar, paru-paru, atau tempat anastomosis dimana tumor primer

    telah diangkat.

    4.2. Rontgen

    Foto rontgen terlihat sama baiknya bila dibandingkan dengan CT scan dalam mendeteksi

    rekurensi.

    4.3. Kolonoskopi

    Pasien yang mempunyai lesi obstruksi pada kolonnya harus melakukan kolonoskopi 3

    sampai 6 bulan setelah pembedahan, untuk meyakinkan tidak adanya neoplasma yang tertinggal

    di kolon. Tujuan dilakukannya endoskopi adalah untuk mendeteksi adanya metachronous tumor,

    suture line rekurensi atau kolorektal adenoma. Jika obstruksi tidak ada maka kolonoskopi

    dilakukan pada satu sampai tiga tahun setelah pembedahan, jika negatif maka endoskopi

    dilakukan lagi dengan interval 2-3 tahun.

    4.4. CEA

    Meningkatnya nilai CEA menandakan diperlukannya pemeriksaaan lebih jauh untuk

    mengidentifikasi tempat rekurensi, dan biasanya sangat membantu dalam mengidentifikasi

    metastasis ke hepar. Jika dicurigai adanya metastasis ke pelvis, maka MRI lebih membantu

    diagnosa daripada CT scan.

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    5/13

    5. BiopsiKonfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika terdapat

    sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi maka sikat sitologi akan

    sangat berguna.

    6. Carcinoembrionik Antigen (CEA) ScreeningCEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam

    peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status kanker

    kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu insensitif

    dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal. Meningkatnya nilai

    CEA serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai CEA

    berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan kehadiran metastase

    ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik independen.

    Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah

    pembedahan.

    Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA, namun tes ini sering diusulkan

    untuk mengenali adanya rekurensi dini. Tes CEA sebelum operasi sangat berguna sebagai faktor

    prognosa dan apakah tumor primer berhubungan dengan meningkatnya nilai CEA. Peningkatan

    nilai CEA preoperatif berguna untuk identifikasi awal dari metatase karena sel tumor yang

    bermetastase sering mengakibatkan naiknya nilai CEA.

    7. Tes Occult BloodPhenol yang tidak berwarna di dalam guaic gum akan dirubah menjadi berwarna biru oleh

    oksidasi. Reaksi ini menandakan adanya peroksidase katalis, oksidase menjadi sempurna dengan

    adanya katalis, contohnya hemoglobin. Tetapi sayangnya terdapat berbagai katalis di dalam diet.

    Seperti contohnya daging merah, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus untuk menghindari

    hal ini. Tes ini akan mendeteksi 20 mg hb/gr feses. Tes imunofluorosensi dari occult blood

    mengubah hb menjadi porphirin berfluorosensi, yang akan mendeteksi 5-10 mg hb/gr feses,

    Hasil false negatif dari tes ini sangat tinggi. Terdapat berbagai masalah yang perlu dicermati

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    6/13

    dalam menggunakan tes occult blood untuk screening, karena semua sumber perdarahan akan

    menghasilkan hasil positif. Kanker mungkin hanya akan berdarah secara intermitten atau tidak

    berdarah sama sekali, dan akan menghasilkan tes yang false negatif. Proses pengolahan,

    manipulasi diet, aspirin, jumlah tes, interval tes adalah faktor yang akan mempengaruhi

    keakuratan dari tes occult blood tersebut.19Efek langsung dari tes occult blood dalam

    menurunkan mortalitas dari berbagai sebab masih belum jelas dan efikasi dari tes ini sebagai

    screening kanker kolorektal masih memerlukan evaluasi lebih lanjut.

    8. Digital Rectal ExaminationPada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta spina

    iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat

    teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas

    sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang

    mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau

    oleh jari, sehingga Rectal examination merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa kanker

    kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan.

    9. Barium EnemaTehnik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium enema

    (gambar 2.12), yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1

    cm. Tehnik ini jika digunakan bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang

    hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi

    kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai

    riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan menggunakan barium

    enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %. Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah

    kontras larut air harus digunakan daripada barium enema. Barium peritonitis merupakan

    komplikasi yang sangat serius yang dapat mengakibatkan berbagai infeksi dan peritoneal

    fibrosis. Tetapi sayangnya sebuah kontras larut air tidak dapat menunjukkan detail yang penting

    untuk menunjukkan lesi kecil pada mukosa kolon.

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    7/13

    10.EndoskopiTes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien

    mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna.

    11.ProktosigmoidoskopiPemeriksaan ini dapat menjangkau 20-25 cm dari linea dentata, tapi akut angulasi dari

    rektosigmoid junction akan dapat menghalangi masuknya instrumen. Pemeriksaan ini dapat

    mendeteksi 20-25% dari kanker kolon. Rigid proctosigmoidoskopi aman dan efektif untuk

    digunakan sebagai evaluasi seseorang dengan risiko rendah dibawah usia 40 tahun jika

    digunakan bersama sama dengan occult blood test.

    12.Flexible SigmoidoskopiFlexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 60 cm kedalam lumen kolon dan dapat mencapai

    bagian proksimal dari kolon kiri. Lima puluh persen dari kanker kolon dapat terdeteksi dengan

    menggunakan alat ini. Flexible sigmoidoscopi tidak dianjurkan digunakan untuk indikasi

    terapeutik polipektomi, kauterisasi dan semacamnya; kecuali pada keadaan khusus, seperti pada

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    8/13

    ileorektal anastomosis. Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur 50 tahun

    merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang asimptomatik yang

    berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita kanker kolon. Sebuah polip

    adenomatous yang ditemukan pada flexible sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk

    dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun kecil (

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    9/13

    CT scan dapat mengevaluasi abdominal cavity dari pasien kanker kolon pre operatif. CT scan

    bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnya

    di pelvis. CT scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai CEA

    yang meningkat setelah pembedahan kanker kolon. Sensitifitas CT scan mencapai 55%. CT scan

    memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon karena sulitnya dalam menentukan

    stage dari lesi sebelum tindakan operasi. Pelvic CT scan dapat mengidentifikasi invasi tumor ke

    dinding usus dengan akurasi mencapai 90 %, dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah bening

    >1 cm pada 75% pasien.19 Penggunaan CT dengan kontras dari abdomen dan pelvis dapat

    mengidentifikasi metastase pada hepar dan daerah intraperitoneal.

    16.MRIMRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT scan dan sering digunakan pada

    klarifikasi lesi yang tak teridentifikasi dengan menggunakan CT scan. Karena sensifitasnya yang

    lebih tinggi daripada CT scan, MRI dipergunakan untuk mengidentifikasikan metastasis ke

    hepar.

    17.Endoskopi UltraSound (EUS)EUS (gambar 2.13) secara signifikan menguatkan penilaian preoperatif dari kedalaman

    invasi tumor, terlebih untuk tumor rektal. Keakurasian dari EUS sebesar 95%, 70% untuk CT

    dan 60% untuk digital rektal examination. Pada kanker rektal, kombinasi pemakaian EUS untuk

    melihat adanya tumor dan digital rektal examination untuk menilai mobilitas tumor seharusnya

    dapat meningkatkan ketepatan rencana dalam terapi pembedahan dan menentukan pasien yang

    telah mendapatkan keuntungan dari preoperatif kemoradiasi. Transrektal biopsi dari kelenjar

    limfa perirektal bisa dilakukan di bawah bimbingan EUS.

    18.EndoskopiSigmoidoskopi atau kolonoskopi dapat mengidentifikasi dan mengangkat polip dan

    menurunkan insiden dari pada kanker kolorektal pada pasien yang menjalani kolonoskopi

    polipektomi. Bagaimanapun juga belum ada penelitian prospektif randomized clinical trial yang

    menunjukan bahwa sigmoidoskopi efektif untuk mencegah kematian akibat kanker kolorektal,

    meskipun penelitian trial untuk tes ini sedang dalam proses. Adanya polip pada rektosigmoid

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    10/13

    dihubungkan dengan polip yang berada diluar jangkauan sigmoidoskopi, sehingga pemeriksaan

    kolonoskopi harus dilakukan.

    19.DietPeningkatan dari diet serat menurunkan insiden dari kanker pada pasien yang mempunyai

    diet tinggi lemak. Diet rendah lemak telah dijabarkan mempunyai efek proteksi yang lebih baik

    daripada diet tanpa lemak. The National Research Council telah merekomendasikan pola diet

    pada tahun 1982. Rekomendasi ini diantaranya : (a) menurunkan lemak total dari 40 ke 30% dari

    total kalori, (b) meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat, (c) membatasi

    makanan yang diasinkan, diawetkan dan diasapkan, (d) membatasi makanan yang mengandung

    bahan pengawet, (e) mengurangi konsumsi alkohol.

    20.Non Steroid Anti Inflammation DrugPenelitian pada pasien familial poliposis dengan menggunakan NSAID sulindac dosis 150

    mg secara signifikan menurunkan rata-rata jumlah dan diameter dari polip bila dibandingkan

    dengan pasien yang diberi plasebo. Ukuran dan jumlah dari polip bagaimanapun juga tetap

    meningkat tiga bulan setelah perlakuan dihentikan. Data lebih jauh menunjukkan bahwa aspirin

    mengurangi formasi, ukuran dan jumlah dari polip; dan menurunkan insiden dari kanker

    kolorektal, baik pada kanker kolorektal familial maupun non familial. Efek protektif ini terlihat

    membutuhkan pemakaian aspirin yang berkelanjutan setidaknya 325 mg perhari selama 1 tahun.

    21.Hormon Replacement Therapy (HRT)Penelitian oleh the Nurses Health Study yang melibatkan partisipan sebanyak 59.002 orang

    wanita postmenopouse menunjukkan hubungan antara pemakaian HRT dengan kanker kolorektal

    dan adenoma. Pemakaian HRT menunjukkan penurunan risiko untuk menderita kanker

    kolorektal sebesar 40%, dan efek protektif dari HRT menghilang antara 5 tahun setelah

    pemakaian HRT dihentikan.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    11/13

    1. Depkes. 2006. Gaya hidup penyebab kolorektol, (Online),

    (http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2058&Itemid=2 ,

    diakses 13 desember 2006).

    2. Casciato DA, (ed). 2004. Manual of Clinical Oncology 5th ed. Lippincott Willi ams &

    Wilkins: USA.p 201

    3. Syamsuhidajat R, Jong Wim D,(eds). 2004. bukuajar Ilmu Bedah 2nd ed. EGC: jakarta.

    4. WHO. 2006. The Impact of Cancer, (Online), (http://www.who.int/ncd_

    surveillance/infobase/web/InfoBasePolicyMaker/reports/ReporterFullView.aspx?id=5, diakses

    27 maret 2007).

    5. Depkes. 2006. Deteksi Dini Kanker Usus Besar, (Online),

    (http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/KankerUsus011106.htm , diakses 13 desember

    2006).

    6.Hansen J. Common Cancers In The Elderly.Drugs Aging, (online), 1998 Dec; 13(6):467-78,

    (www.pubmed.com, diakses 20 april 2006).

    7. Stewart SL, Wike JM, Kato I, Lewis DR, Michaud F. a population based study of colorectal

    cancer histology in United States 1998-2001. cancer, (online)2006; 107(5 suppl): American

    Cancer Society, (www.pubmed.com, diakses 10 juli 2006).

    8. Syah E. 2002. Karsinoma Rekti. referat sub bagian bedah digestif: jakarta.

    9. Garbett R. GI Disease Picture Changing in Asia Pasific.Medical Tribune 2005; 11: 7.

    10. Suyono S.In : Boedi Darmojo R, Pranarka K. (eds.). 2001. buku ajar Ilmu Penyakit Dalam II

    3th Ed. balai penerbit FKUI: jakarta. p 24

    11. Tim pengajar anatomi. 2001. Situs Abdominis. laboratorium anatomi histologi fakultas

    kedokteran universitas airlangga: surabaya.

    12. Snell RS. 2004. Clinical Anatomy 7th ed. Lippincott Williams & Wilkins.USA.

    13. Kastomo DR, Soemardi A. Tindakan Bedah pada Keganasan Kolorektal Stadium Lanjut.Maj

    Kedokt Indon, 2005 Juli; Vol 55 No 7, p 499-500.

    14. Soeripto et al. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal of Cancer

    Prevention, (Online), 2003; Vol. 4, No. 4,

    (http://www.apocp.org/cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf, diakses 27 maret 2007).

    15.Boyle P,Ferlay J. Cancer Incidence and Mortality in Europe 2004.Ann Oncol, (online), 2005

    Mar; 16(3):481-8, (www.pubmed.com, diakses 20 april 2006).

    http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2058&Itemid=2http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2058&Itemid=2http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2058&Itemid=2http://www.who.int/http://www.who.int/http://www.who.int/http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/KankerUsus011106.htmhttp://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/KankerUsus011106.htmhttp://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/KankerUsus011106.htmhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Hansen+J%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Hansen+J%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Hansen+J%22%5BAuthor%5Dhttp://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.apocp.org/http://www.apocp.org/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Boyle+P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Boyle+P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Boyle+P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Ferlay+J%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Ferlay+J%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Ferlay+J%22%5BAuthor%5Dhttp://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Ferlay+J%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Boyle+P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.apocp.org/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Hansen+J%22%5BAuthor%5Dhttp://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/KankerUsus011106.htmhttp://www.who.int/http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2058&Itemid=2
  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    12/13

    16. Gerhardsson M et al. Colorectal Cancer in Sweden: A Descriptive epidemiologic study. Acta

    Oncol, (Online), 1990; 29(7): 855-61, (www.pubmed.com, diakses 20 april 2006).

    17. WHO. 2003. Artikel mengenai Trend Dalam Pengembangan Kebijakan, Trend Dalam

    Pembangunan Sosial Ekonomi, Kesehatan dan Lingkungan, Sumber-Sumber Kesehatan,

    Pengembangan Sistem Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Trend Dalam Status Kesehatan,

    Pandangan ke Depan, (Online), (http://www.who.or.id/ind/products/ow6/sub2/display.asp?id=1,

    diakses 13 desember 2006).

    18. Silalahi J. Antioksidan dalam Diet dan Karsinogenesis. Cermin Dunia Kedokteran, (Online),

    2006; 153: 40, (diakses 27 maret 2007).

    19. Schwartz SI, 2005. Schwartzs Principles of Surgery 8th Ed. United States of America: The

    McGraw-Hill Companies.

    20. Lynch HT, Chapelle ADL. Hereditary Colorectal Cancer. the New England Journal of

    Medicine, (online), 2003 march 6; 348:919-932, (www.pubmed.com, diakses 15 agustus 2006).

    21.Michels KB,GiovannucciE,Joshipura KJ,Rosner BA,Stampfer MJ,Fuchs CS,Colditz

    GA,Speizer FE,Willett WC. Prospective study of fruit and vegetable consumption and

    incidence of colon and rectal cancers. J Natl Cancer Inst. (online). 2001 Jun 6; 93(11):879,

    (www.pubmed.com, diakses 20 april 2006).

    22.Giovannucci E. An updated review of the epidemiological evidence that cigarette smoking

    increases risk of colorectal cancer.Cancer Epidemiol BiomarkersPrev. (online).2001Jul;

    10(7):725-31, (www.pubmed.com, diakses 20 april 2006).

    23. Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA. 2001. Cancer Principles & Practice of Oncology 6th

    ed. Lippincott Williams & Wilkins. USA.

    24. National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-2003, (online),

    (http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.html , diakses 13 des 2006).

    25. Darmojo RB,Martono HH,(eds). 2000. buku ajar Geriatri 2nd ed. balai penerbit fakultas

    kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

    26. Semmens JB et al. A Population Based Study of the Incidence, Mortality and Outcomees in

    Patient Following Surgery for Colorectal Cancer in Western Australia.Aust N Z J Surg, (Online),

    2000 Jan; 70(1):11-8, (www.pubmed.com, diakses 20 april 2006).

    27. Price SA, Wilson LM, 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

    Jakarta:EGC. p.420

    http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.who.or.id/indhttp://www.who.or.id/indhttp://www.who.or.id/indhttp://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Michels+KB%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Michels+KB%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Michels+KB%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Edward+Giovannucci%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Edward+Giovannucci%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Edward+Giovannucci%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Joshipura+KJ%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Joshipura+KJ%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Joshipura+KJ%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Rosner+BA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Rosner+BA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Rosner+BA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Stampfer+MJ%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Stampfer+MJ%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Stampfer+MJ%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Fuchs+CS%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Fuchs+CS%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Colditz+GA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Colditz+GA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Colditz+GA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Colditz+GA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Speizer+FE%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Speizer+FE%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Speizer+FE%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Willett+WC%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Willett+WC%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Willett+WC%22%5BAuthor%5Dhttp://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Giovannucci+E%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Giovannucci+E%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Giovannucci+E%22%5BAuthor%5Dhttp://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.htmlhttp://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.htmlhttp://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.htmlhttp://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.htmlhttp://www.pubmed.com/http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Giovannucci+E%22%5BAuthor%5Dhttp://www.pubmed.com/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Willett+WC%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Speizer+FE%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Colditz+GA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Colditz+GA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Fuchs+CS%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Stampfer+MJ%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Rosner+BA%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Joshipura+KJ%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Edward+Giovannucci%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Michels+KB%22%5BAuthor%5Dhttp://www.pubmed.com/http://www.who.or.id/indhttp://www.pubmed.com/
  • 8/2/2019 Penatalaksanaan kolorektal

    13/13

    28.Moayyedi P,Achkar E. Does fecal occult blood testing really reduce mortality? A reanalysis

    of systematic review data. Am J Gastroenterol. (online). 2006 Feb; 101(2): 380-4,

    (www.pubmed.com, diakses 20 april 2006).

    29. Swartz MH. 1995. buku ajar Diagnostik Fisik. Jakarta:EGC. p.257-258

    30. Chen SC, Yen ZS, Wang HP.dkk. Ultrasonography in Diagnosing Colorectal Cancers in

    Patiens Presenting with Abdominal Distention.Medical Journal of Australia.(online). 2006 jun

    19; 184(12):614-6, (www.pubmed.com, diakses 10 juli 2006).

    31. Beaumont hospitals. 2006. Colorectal Cancer, (Online), (http://www.beaumonthospi

    tals.com/pls/ portal30/site. Web pkg. page?xpageid=P07164, diakses 21 september 2006).

    32. Henry ford. 2006. What is Radiation Therapy?, (Online), (http://www.Henryford.com/body.

    cfm?id=39201, diakses 21 september 2006).

    33. Rima M, Andry H, Willie J. (eds). 1994. Kamus Kedokteran Dorland 26th ed. EGC. jakarta.

    34. Sung JJY, Lau JYW, Goh KL, Leung WK. Increasing Incidence of Colorectal Cancer

    in Asia: Implications for Screening. The Lancet Oncology, (online), 2005 nov; 6(11): 871-

    876, (http://www.sciencedirect.com, diakses 30 maret 2007).

    35. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I et al (eds). 2006. buku ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th Ed.

    Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Jakarta.

    36. Depkes. 2005. World Population Data Sheet 2005. (online),

    (http://www.litbang.depkes.go.id/download/05WorldDataSheet_Eng.pdf, diakses 13

    desember 2006).

    37. Xu AG, Jiang B, Zhong XH, Liu JH. Clinical Epidemiological Characteristics of 3870

    Cases of Colorectal Cancers in Guangdong Region.Zhonghua Nei Ke Za Zhi, (online), 2006

    Jan;45(1):9-12, (http://www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses 30 maret 2007).

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Moayyedi+P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Moayyedi+P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Moayyedi+P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Achkar+E%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Achkar+E%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Achkar+E%22%5BAuthor%5Dhttp://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.beaumont/http://www.beaumont/http://www.henry/http://www.henry/http://www.henry/http://www.sciencedirect.com/http://www.sciencedirect.com/http://www.sciencedirect.com/http://www.litbang.depkes.go.id/download/05Worldhttp://www.litbang.depkes.go.id/download/05Worldhttp://www.litbang.depkes.go.id/download/05Worldhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://www.litbang.depkes.go.id/download/05Worldhttp://www.sciencedirect.com/http://www.henry/http://www.beaumont/http://www.pubmed.com/http://www.pubmed.com/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Achkar+E%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Search&itool=pubmed_Abstract&term=%22Moayyedi+P%22%5BAuthor%5D