Upload
duongdiep
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN MEMBACA KRITIS ARTIKEL DENGAN METODE
INQUIRY PADA SISWA KELAS VIII SMP PELITA HARAPAN
PONDOK PINANG, KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
ARINI RACHMAWATI AZIZAH
NIM 108013000015
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015/1437 H
ABSTRAK
Arini Rachmawati Azizah. NIM : 108013000015, “Peningkatan Membaca
Kritis Artikel Dengan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita
Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2015.
Permasalahan yang diangkat peneliti dalam penulisan skripsi ini
adalah:untuk mengetahui adanya peningkatan membaca kritis artikel siswa, untuk
mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam memilih teknik yang digunakan
dalam pembelajaran membaca dan meningkatkan membaca kritis artikel dengan
metode inquiry siswa VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan untuk mengetahui dan mengatasi
permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya materi
membaca kritis. PTK dilakukan dengan empat tindakan, yaitu: perencanaan
(planning), pelaksanaan (action), observasi (observing), dan reflekting
(reflecting). Empat tindakan tersebut dilakukan secara bertahap ketika
mengadakan penelitian agar hasil yang didapat sesuai dengan apa yang
diharapkan peneliti.
Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan diperoleh nilai
rata-rata pretest siswa yakni sebelum siswa menggunakan metode inquiry nilainya
sebesar 53.3 setelah menggunakan metode inquiry nilainya menjadi 91.6.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa metode inquiry memberikan
dampak positif bagi siswa dalam proses belajar mengajar terutama dalam
meningkatan membaca kritis artikel. Dan hasil penelitian ini dapat dijadikan
gambaran bagi para pendidikan dalam memilih metode mengajar yang tepat untuk
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar yang tepat.
Kata kunci Membaca Kritis, Artikel, Inquiry:
ABSTRACT
Arini Rachmawati Azizah. NIM : 108013000015, “Peningkatan Membaca
Kritis Artikel Dengan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita
Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2015.
Some problems which become the writer’s concern in this skripsi writing
are: to know the ability improvement reading critis method inquiry student, to find
out the problems faced by teacher in the Inquiry Technique class VIII SMP Pelita
Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, in South Jakarta.
The outhor uses research methods class action. PTK is done to know and
handle problems that exist in learning process in the class, especially the material
Critical Reading. PTK performed with four actions, namely planning (planning),
execution (action), observation (observing), and reflection (reflecting). Four
actions are carried out in stage when conducting research for the result obtained in
accordance with what is expected of researchers.
Based on the results of data analysis, findings, and discussion of the data
obtained by average value of the pretest students before students use inquiry
techniques shalls be equel to 53.3 after using the inquiry technique the value 91.6
based on these data in methods inquiry gave a positive impact for students in the
process of teaching and learning especially in methods critical inquiry. And the
research resut can be used as an overview for educators in selecting just the right
teaching methods to improve the quality of teaching and learning activities in a
timely manner .
Kata kunci: Reading Critis, Artical, Inquiry:
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji serta syukur hanya ditunjukkan kepada Allah SWT Penguasa
Seluruh Alam, pemberi nikmat tanpa perhitungan, tempatku bersandar meminta dan berdoa serta
tempatku bersyukur atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabat, beserta
keluarga dan para pengikutnya yang setia sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari perlunya kerja keras dan doa serta
kesungguhan hati untuk menghadapi dalam penyelesaian kegiatan skripsi ini. Berkat pertolongan
Allah SWT dan bantuan dari berbagai macam pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Jakarta.
2. Makyun Subuki, M.Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta.
3. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd, pembimbing skripsi yang selalu sabar memberikan arahan,
dukungan, dan semangat selama penyusunan skripsi, mulai pengajuan proposal sampai
skripsi ini selesai.
4. Edi Setiadi, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan.
5. Rosida Erowati, M.Hum, sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu sabar
membimbing, memberikan dukungan, dan kasih sayangnya buat saya untuk
menyelesaikan studi ini
6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing,
mengajarkan, dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
7. Seluruh staff Perpustakaan Utama UIN dan Perpustakan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari referensi.
ii
8. Papa dan Mama ku sayang yang dengan susah payah membimbing, mengajarkan, dan
menyekolahkan aku dengan segala kegigihan serta semangatnya hingga pada akhirnya
aku berhasil memperoleh gelar S1 demi menggapai masa depan yang gemilang.
9. Maya Marcelina Azizah dan M. Wildan Uwais Al-Qorni, dua adik tercintaku, terima
kasih atas semangat dan dukungannya walau tidak banyak kata yang diucapkan namun
senantiasa mendoakan kelancaranku dalam menyelesaikan study S1 ini.
10. Seluruh keluarga besar baik dari pihak Papa dan Mama yang telah ikut membantu
mendoakan dan memotivasi aku dalam menyelesaikan study S1.
11. Sahabat-sahabat aku angkatan 2008 s/d 2012, dan kumpulan teman-teman usil yang telah
memberikan motivasi dan meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan-keluhan
penulis ketika menghadapi kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini serta kebersamaan
dalam berbagi pengalaman yang telah membukakan mata hati kecilku mengenai makna
sebuah kebersamaan.
Terimakasih kepada pihak lain yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta
nasihatnya demi kelancaran dalam menyusun skripsiku yang tak bisa ku sebutkan satu per
satu nama kalian, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi
maupun para pembaca serta berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
dunia pendidikan.
Wassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 13 Agustus 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH ................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................................................... iv
ABSTRACT .....................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ viii
BAB I: PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................................................4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................................4
D. Perumusan Masalah .............................................................................................................4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian ...............................................................................................................5
BAB II: KAJIAN TEORETIK ......................................................................................................7
A. Hakikat Membaca Kritis Artikel ..........................................................................................7
1. Membaca ........................................................................................................................7
a. Fungsi Membaca .....................................................................................................10
b. Tujuan Membaca .....................................................................................................10
c. Manfaat Membaca ...................................................................................................12
2. Hakikat Membaca Kritis .............................................................................................14
a. Pengertian Membaca Kritis ...................................................................................14
b. Manfaat Membaca Kritis ......................................................................................18
3. Artikel ..........................................................................................................................19
a. Hakikat Artikel.......................................................................................................19
b. Ciri-Ciri Artikel ......................................................................................................19
c. Karakteristik Artikel ...............................................................................................19
d. Jenis-Jenis Artikel ..................................................................................................21
B. Hakikat Metode Inquiry ............................................................................................................. 23
a. Macam-Macam Metode Inquiry ................................................................................25
b. Ciri Utama Pembelajaran Inquiry ..............................................................................26
c. Fungsi Metode Inquiry ...............................................................................................26
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry ...............................................27
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inquiry ..............................................................29
C. Hasil Penelitian Relevan ....................................................................................................30
D. Kerangka Berpikir ..............................................................................................................31
E. Hipotesis Tindakan ............................................................................................................31
BAB III:METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................32
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................................32
B. Metodologi Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ....................................................32
C. Subjek Penelitian .................................................................................................................36
D. Peranan Posisi Peneliti dalam Penelitian .............................................................................36
E. Tahapan Intervensi Tindakan ..............................................................................................36
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan .......................................................................38
G. Data dan Sumber Data .........................................................................................................39
H. Instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan ..................................................................39
I. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................................39
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ...................................................................................40
K. Analisis Data dan Interpretasi Data .....................................................................................41
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ...............................................................................42
BAB IV: DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ..........................................43
A. Deskripsi Data Sekolah ......................................................................................................43
B. Analisis Data ......................................................................................................................44
C. Pembahasan………………………………………………………………………………69
BAB V: KESIMPULAN, DAN SARAN .....................................................................................71
A. Kesimpulan ........................................................................................................................71
B. Saran ..................................................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...74
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Hasil Pretest Membaca Kritis Media Artikel (Siklus I) ............................................48
Tabel 2 : Distribusi frekuensi data tunggal ...............................................................................49
Tabel 3 : Distribusi frekuensi data kelompok ...........................................................................50
Tabel 4 : Populasi dari data kelompok ......................................................................................50
Tabel 5 : Hasil Posttest Membaca Kritis Media Artike (Reflekting) ........................................52
Tabel 6 : Distribusi frekuensi data tunggal ...............................................................................53
Tabel 7 : Distribusi frekuensi data kelompok ..........................................................................54
Tabel 8 : Populasi dari data kelompok .....................................................................................54
Tabel 9 : Hasil Pretest Membaca Kritis Melalui Media Artikel (Siklus II) ................................ 61
Tabel 10 : Distribusi frekuensi data tunggal ..............................................................................61
Tabel 11 : Distribusi frekuensi data kelompok ...........................................................................62
Tabel 12 : Populasi dari data kelompok .....................................................................................63
Tabel 13 : Hasil Posttest Membaca Kritis Media Artikel(Reflekting) ........................................65
Tabel 14 : Distribusi frekuensi data tunggal ...............................................................................66
Tabel 15 : Distribusi frekuensi data kelompok ...........................................................................67
Tabel 16 : Populasi dari data kelompok ......................................................................................67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan
yang mampu menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan
perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada hakikatnya
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan dan
pemahaman siswa.
Keterampilan membaca siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok
Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan tergolong lemah. Siswa merasa
kesulitan dalam menuangkan ide kreatifnya setelah membaca kritis artikel
yang diberikan oleh gurunya.
Membaca bergantung pada kecakapan kita dalam menjalankan kedua
organ tubuh tersebut. Dalam hal ini, diperlukan pengetahuan untuk
meningkatkan keterampilan membaca agar lebih banyak informasi dan
pengetahuan yang kita peroleh.
Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah
kegiatan memandangi lambaang-lambang yang tertulis semata. Bermacam-
macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia mampu
memahami materi yang dibacanya.
Banyak manfaat yang di peroleh dari kegiatan membaca. Kegiatan
membaca biasanya dilakukan berdasarkan kebutuhan atau paksaan. Namun
sepantasnyalah siswa harus melakukan kegiatan ini atas dasar kebutuhan,
bukan paksaan. Jika siswa membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan
banyak menerima informasi yang diperolehnya. Dan disisi lain ketika seorang
siswa membaca sebagai sebuah paksaan, maka informasi yang diperolehnya
tidak akan maksimal.
Kegiatan membaca juga merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat
aktif reseptif. Dikatakan aktif, karena di dalam kegiatan membaca
sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan penulisnya, dan dikatakan
2
reseptif, karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu
korelasi komunikasi antara penulis dan pembaca yang bersifat langsung.
Keterampilan membaca kritis yang masih kurang dimiliki oleh siswa,
disebabkan pelajaran membaca kritis kurang mendapatkan perhatian dari para
pengajar. Pengajar hanya menguji tingkat ingatan siswa saja saat memberikan
pelajaran. Pengajar hanya menanyakan tentang 5W + 1H, yaitu what (apa),
who (siapa), when (kapan), where (di mana), why (mengapa), dan how
(bagaimana) kepada siswa, sehingga siswa tidak perlu lagi berpikir secara
kritis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi siswa hanya
perlu mengingat jawaban yang sudah tersedia dalam bahan bacaan.
Berkembangnya aneka pengertian membaca dikarenakan adanya tiga
faktor, yaitu yang pertama, kenyataan bahwa apa yang biasa disebut membaca
itu adalah sesuatu yang sangat rumit dan unik pula keadaannya. Sehingga
belum ada seorang ahlipun yang berhasil merumuskan membaca dengan tepat.
Pasti masih ada kelemahan banyak ataupun sedikit. Faktor yang kedua,
perbedaan latar belakang pendefinisian tentang membaca. Dalam menyusun
perumusannya ada perbedaan-perbedaan dalam: (1) teori atau pendekatan
yang digunakan sebagai landasan. Penganut teori keterampilan tentu memiliki
pengertian yang berbeda dengan penganut teori persepsi. (2) tujuan atau
maksud batasan membaca yang disusunnya. Bagi orang yang memiliki tujuan
mendefinisikan membaca sebagai bahan penelitian tentu berbeda dengan yang
mendefinisikan membaca untuk pengajaran. (3) pemilihan aspek masalah
membaca yang dijadikan pusat perhatiannya. Orang yang memusatkan
perhatiannya kepada aspek mekanis tentu akan memiliki definisi yang berbeda
dengan orang yang memusatkan pikiran pada aspek pemahaman. Faktor yang
ketiga, dilatarbelakangi oleh penemuan-penemuan baru dalam studi membaca.
Penemuan dari penerapan studi psikolinguistik mengembangkan definisi
membaca, sehingga berbeda dengan pengertian membaca menurut para ahli
yang lebih lampau
“Kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam
kurikulum sekolah mencakup empat segi, yaitu:
3
1. Keterampilan menyimak/mendengarkan (Listening Skills)
2. Keterampilan berbicara (Speaking Skills)
3. Keterampilan membaca (Reading Skills)
4. Keterampilan menulis (Writing Skills)”1
Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang
sangat erat satu sama lain, dan saling berkorelasi. Membaca merupakan
kegiatan yang tersusun dari empat komponen: strategi, kelancaran, pembaca,
dan teks. Strategi adalah kemampuan pembaca menggunakan beragam strategi
untuk mencapai tujuan dalam membaca. Kelancaran ialah kemampuan
membaca dengan kecepatan tertentu dengan pemahaman yang cukup.
Gabungan dari teks, strategi, kelancaran, dan pembaca ini yang disebut
membaca.
Soedarso berpendapat bahwa “Membaca adalah aktivitas yang
kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah.
Meliputi orang harus menggunakanpengertian dan khayalan, mengamati, dan
mengingat-ingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakan mata atau
tanpa menggunakan pikiran kita.pemahaman dan kecepatan membaca menjadi
amat tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh yang
diperlukan untuk itu”2.
DP.Tampubolon berpendapat bahwa “Membaca adalah kegiatan fisik
dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan3”
Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa.
Oleh karena itu maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau
memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan
tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan
membaca.
1.Hendry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa , 1979 ), h.1. 2 Soedarso.Sistem Membaca Cepat dan Efektif . Jakarta: PT. Gramedia 1989, h. 4.
3 DP.Tampubolon. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa, 1986, h. 228.
4
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, dibutuhkan guru
yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus-menerus
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas.
Karena dengan peningkatan mutu proses belajar mengajar di kelas, maka mutu
pendidikan dapat ditingkatkan. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
hasil proses belajar mengajar di kelas harus selalu dilakukan, salah satu upaya
tersebut adalah dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
dengan PTK kekurangan atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar
mengajar dapat teridentifikasi dan terdeteksi, untuk selanjutnya dicari solusi
yang tepat”4. Oleh karena itu, penulis mengajukan judul “Peningkatan
Membaca Kritis Artikel Dengan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas VIII SMP
Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dilakukan identifikasi
masalah sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca
kritis artikel dengan metode inquiry Siswa Kelas VIII SMP Pelita Harapan,
Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ada di atas, maka perlu
adanya batasan sebagai fokus penelitian. Oleh karena itu, peneliti membatasi
masalah yang akan diteliti sebagai berikut: “Upaya meningkatkan pola
membaca kritis artikel dengan metode inquiry VIII di SMP Pelita Harapan,
Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah meningkatkan pola
membaca kritis melalui artikel pada siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan,
Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan?”
4Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:
RajaGrafindo,Persada. 2011. h. 48.
5
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hasil dari membaca kritis melalui artikel siswa kelas VIII
SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi guru dalam penerapan
teknik metode inquiry sebagai upaya meningkatkan membaca artikel.
F. Manfaat Penelitian
Semua hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait secara khusus. Manfaat
penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi belajar bagi siswa atau pihak-pihak sekolah
yang terlibat dalam pembelajaran.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
peningkatan membaca kritis siswa terhadap artikel dan membantu
guru bahasa Indonesia dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca kritis artikel.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar
2) Meningkatkan gairah belajar siswa
3) Melatih siswa agar lebih kreatif dan mandiri dalam belajar
menyelesaikan masalah-masalah belajar sehingga dapat
meningkatkan sikap positif siswa untuk berpikir runtut, kritis, dan
sistematis dalam usaha pemecahan masalah.
4) Memperoleh prestasi atau hasil belajar yang bagus.
b. Bagi Sekolah
1) Dapat memberikan dorongan semangat yang positif dalam proses
belajar mengajar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia pada
membaca kritis melalui artikel.
6
2) Dapat mengetahui presentase kemampuan siswa dalam membaca
kritis artikel dengan metode inquiry sehingga pihak sekolah dapat
memperbaiki sistem proses belajar mengajar yang lebih baik.
c. Bagi Peneliti
1) Dapat mengetahui masalah-masalah dalam kelas terkait dengan
materi membaca kritis dan dapat memecahkan masalah tersebut
dengan metode pembelajaran yang lebih aktif dan menarik perhatian
siswa.
2) Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun
langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang
menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta
pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
7
BAB II
KERANGKA TEORITIK
A. Hakikat Membaca Kritis Artikel
1. Membaca
Proses melisankan paparan bahasa tulis; mempersepsi tuturan tulis;
penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh
pemahaman dari tuturan tertulis yang dibaca; proses berpikir dan bernalar,
atau sebagai proses pengolahan bahasa; (1) proses pemberian makna
kepada simbol-simbol visual; dan, tidak mungkin ada pengertian yang
baku, yang ada hanya ragam pengertian yang umum popular ke pengertian
yang teknis ilmiah (2) pengertian yang sangat sempit ke pengertian yang
sangat luas, dan (3) pengertian yang tanpa dasar ke pengertian yang secara
kaku berdasarkan suatu teori membaca tertentu. Pengertian membaca
Tarigan menyebutkan bahwa.
“Membaca merupakan suatu upaya yang dilakukan pembaca
dalam memperoleh suatu pesan atau informasi yang ada di dalam
suatu bacaan yang ingin disampaikan oleh penulis melalu kata-
kata. Dalam penyampaian suatu pesan, penulis menggunakan
media kata-kata atau bahasa tulis. Pesan yang disampaikan bisa
informasi dan gagasan”.1
Pengajaran keterampilan berbahasa bertujuan untuk menumbuhkan
dan mengembangkan keterampilan berbahasa. Membaca merupakan suatu
proses yang dilakukan pembaca untuk mendapatkan pesan yang
disampaikan oleh penulis. Melalui media kata-kata atau bahasa tulis
terdapat makna yang tersirat dan makna tersurat, dan apabila pesan yang
ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca tidak dimengerti,atau
tidak sampai kepada pembaca maka proses membaca dianggap gagal. Hal
ini penting adanya, karena pesan yang ingin disampaikan penulis
merupakan suatu yang penting yang biasanya dinginkan oleh pembaca.
1 Hendry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung:
Angkasa, 2008), h. 7.
8
“Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena
bergantung pada keterampilan berbahasa siswa berikut tingkat
pembelajarannya”2. Membaca biasanya bisa dikatakan rumit, karena
memerlukan banyak keterampilan untuk memahami suatu bacaan.
Para pengajar bahasa haruslah menyadari serta memahami benar
bahwa “membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit,
mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang
lebih kecil. Dengan kata lain, keterampilan membaca mencakup tiga
komponen, yaitu:
1. pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca;
2. korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur
linguistik yang formal;
3. hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning3”
“Dari segi linguistik, “membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess),
berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian
(encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written world) dengan makna bahasa lisan
(oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan
menjadi bunyi yang bermakna4”.
Menurut Crawley dan Mountain dalam Rahim membaca merupakan
gabungan proses perseptual dan kognitif. Membaca sebagai proses visual
merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Pembaca
tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk strategi
membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan menilai hasilnya.
“Menurut Klen, dkk, dalam Rahim mengemukakan definisi membaca
mencakup :
a. Membaca merupakan suatu proses maksudnya informasi dari teks dan
2 Subana dan Sunarti , Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. (Bandung: Pustaka
Setia), h.222. 3 Hendry Guntur Tarigan. op.cit. ,h.11.
4 Ibid., h. 7.
9
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang
utama dalam membentuk makna.
b. Membaca merupakan suatu strategis maksudnya pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan
konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika membaca. Strategi
bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.
c. Membaca merupakan interaktif maksudnya membaca merupakan suatu
proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki
oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk
makna”5.
Membaca adalah interaktif maksudnya orang yang senang membaca
suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin
dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable)
sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Satu cara yang sebaiknya digunakan untuk mendorong peserta
didik membaca, dan menimbulkan sifat kritis tidak hanya bertanya
meliputi makna yang tersurat yang terdapat dalam teks bacaan. Melainkan
pertanyaan yang akan diajukan pada peserta didik dapat menimbulkan
sifat kritis dalam diri peserta didik itu sendiri. Ketika membaca kritis
diperlukan pertanyaan yang meliputi identifikasi, analisis, evaluasi, dan
aplikasi.
Pemaparan di atas menggambarkan bahwa membaca merupakan
suatu aktivitas yang rumit, karena membaca membutuhkan proses mental.
Proses mental bisa disebut juga dengan proses berpikir yang dilakukan
oleh pembaca yang aktif. Membaca sangat dibutuhkan proses berpikir.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh informasi baik
yang berupa tulisan maupun gambar atau diagram dengan pengertian dan
khayalan melalui media kata-kata atau media tulis.
5 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2008),
h. 3.
10
a. Fungsi Membaca
“Kegiatan membaca yang sangat bermanfaat itu bahkan ada yang
menyatakan sebagai jantungnya pendidikan, memiliki banyak fungsi,
antara lain;
1) Fungsi intelektual; Dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan
kadar intelektualitas, membina daya nalar kita. Contohnya membaca
laporan penelitian, jurnal, atau karya ilmiah lain.
2) Fungsi pemacu kreativitas; Hasil membaca kita dapat mendorong,
menggerakkan diri kita untuk berkarya, didukung oleh keleluasaan
wawasan dan kepemilikan kosakata.
3) Fungsi praktis; Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh
pengetahuan praktis dalam kehidupan, misalnya teknik memelihara
ikan lele, teknik memotret, resep membuat makanan dan minuman, cara
membuat alat rumah tangga, dll.
4) Fungsi rekreatif; Membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati,
mengadakan tamasya yang mengasikkan. Contohnya bacaan-bacaan
ringan, cerita humor, fabel, karya sastra, dll.
5) Fungsi Informatif; Dengan banyak membaca informatif seperti surat
kabar, majalah, dll dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat
kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.”6
b. Tujuan Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan dari berbahasa
Indonesia. Membaca memiliki peran yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Dengan adanya tujuan, maka kita tidak akan salah melangkah
dalam melakukan kegiatan. “Tujuan utama dalam membaca adalah untuk
mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna
bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud
tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
6 Kuddharu Saddono, St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia
(Teori dan Aplikasi). Bandung, 2012, h. 65.
11
Berkaitan dengan tujuan membaca, dibawah ini beberapa tujuan
membaca, yaitu:
1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh;
apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau memecahkan masalah-
masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut
membaca untuk memeproleh perincian-perincian atau fakta-fakta
(reading for details or facts).
2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang
baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang
dipelajari atau yang dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang
dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini
disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main
ideas)
3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada
setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan
ketiga/seterusnya – setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu
masalah, adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatisasi. Hal
ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi
cerita (reading for sequence or organization).
4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, hendak diperlihatkan oleh
pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah,
kualitas-kualitas yang dimiliki oleh para tokoh yang membuat mereka
berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan,
membaca inferensi (reading for refence).
5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak
biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita,
atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca
untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading
for classify).
12
6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuraan tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang
diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam
cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi
(reading to evaluate).
7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah,
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal,
bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh
menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan
atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).”7
c. Manfaat Membaca
“Selain fungsi di atas, kegiatan mendatangkan berbagai manfaat, antara
lain:
1) Memperoleh banyak pengalaman hidup.
2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang
sangat berguna bagi kehidupan.
3) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap eksitensi
dan lain-lain.
4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir di dunia.”8
Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang terhadap bahan bacaan
memiliki tujuan yang berbeda-beda, hal tersebut dilakukan sesuai dengan
kebutuhan, seperti untuk memperoleh perincian fakta atau hanya untuk
memperoleh kesenangan.
“Dari sekian banyak paparan tentang tujuan membaca intinya
adalah kita ingin memperoleh informasi atau pengetahuan dari apa yang
kita baca.
7 Hendry Guntur Tarigan. Op. cit. h. 9.
8 Kuddharu Saddono,St. Y. Slamet.op.cit. h. 66
13
Skema I
(Tarigan, 2008:14)
Aspek-aspek Keterampilan mekanis pengenalan bentuk huruf
membaca (urutan lebih rendah) pengenalan unsur-unsur linguistik
pengenalan hubungan bunyi dan huruf
kecepatan membaca; lambat
Keterampilan pemahaman pemahaman pengertian sederhana
(urutan lebih tinggi) pemahaman signifikan/makna
evaluasi/ penilaian isi dan bentuk
kecepatan membaca; fleksibel
Skema II
membaca
nyaring membaca survei
membaca ekstensif membaca sekilas
membaca
membaca dangkal
Membaca membaca teliti
dalam hati membaca telaah isi membaca pemahaman
membaca kritis
membaca gagasan
membaca
intensif membaca bahasa
membaca
telaah bahasa
membaca sastra”9
9Ibid.,h. 14
14
Dari kegiatan membaca pemahaman inilah yang akan muncul
pemahamaan bacaan merupakan strategi yang melibatkan diri pada bacaan
dan memberikan penilaian terhadap karya tulis yang melibatkan diri pada
bacaan dan membuat analisis yang tepat. Untuk membuat analisis yang
tepat diperlukan kemampuan aplikasi dan evaluasi.
2. Membaca Kritis
a. Pengertian Membaca Kritis
Membaca kritis merupakan suatu keterampilan dalam membaca.
“Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana,
penunh tenggang hati, mendalam, evaluatif serta analitis, dan bukan hanya
mencaru alasan”10
.
Adapun hakikat kemampuan membaca kritis merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan agar siswa dapat dengan mudah menemukan
informasi aktual, gagasan utama, ide pokok paragraf dan fakta yang
terdapat dalam artikel, maka berdasarkan hal tersebut siswa perlu untuk
melakukan kegiatan membaca kritis artikel yang akan diterapkan dalam
metode inquiry.
Dengan membaca kritis, pembaca akan dapat pula mencamkan lebih
dalam apa yang dibacanya, dan dia pun mempunyai kepercayaan diri yang
lebih mantap. Maka membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan
membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-baiknya.
Penggunaan teknik membaca kritis memberikan manfaat berupa
penilaian yang beralasan serta pemahaman yang mantap sebagai akibat
keterlibatan yang mendalam dengan bahan bacaan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membaca kritis :
1) Langkah awal ini sangat penting ketika seseorang akan membaca yaitu
menyadari pengetahuan apa yang telah dimiliki sebelum membaca
tulisan. Langkah ini penting untuk mengaitkan pengetahuan yang sudah
10
Hendry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung:
Angkasa, 2008), h. 92.
15
dimiliki sebelum membaca dengan pengetahuan yang akan anda
dapatkan melalui proses membaca kritis;
2) Tetapkan sasaran. Hal ini berguna bagi pembaca untuk meningkatkan
konsentrasi serta membantu anda untuk mencapai sasaran tersebut;
3) Mencari gambaran secara umum. Berikan perhatian kita pada daftar isi,
daftar indeks, kata pengantar, dan abstrak;
4) Tinjauan awal adalah memberi tanda dengan menggunakan pensil pada
poin-poin penting sesuai dengan sasaran;
5) Pendalaman yaitu setelah memberi tanda maka membaca dengan
pemahaman yang mendalam;
6) Pembahasan ulang yaitu berfungsi untuk meneliti apakah semua sasaran
sudah dicapai atau belum;
Dalam membaca kritis, pembaca harus memiliki kemampuan yang
akan mendukung dalam kegiatan membaca seperti kemampuan untuk
menangkap gagasan utama serta dapat menafsirkan dengan tepat apa yang
ditulis oleh pengarang. “Nurhadi memberikan cara untuk meningkatkan
sikap kritis sebagai seorang pembaca sebagai berikut:
a. Kemampuan mengingat dan mengenali, yaitu:
1) kemampuan mengenali ide pokok paragraf;
2) menyatakan kembali ide pokok paragraf;
3) menyatakan kembali gagasan utama yang terdapat dalam bacaan;
b. Kemampuan menginterpretasikan makna tersirat, yaitu:
1) Membedakan ide-ide penunjang;
2) Membedakan fakta-fakta bacaan;
3) Memahami bacaan kritis hubungan sebab-akibat;
4) Memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan;
c. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, yaitu;
1) Kemampuan mengikuti petunjuk yang tedapat dalam bacaan;
2) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dan situasi yang
dihadapi;
16
d. Kemampuan menganalisis isi bacaan, yaitu;
1) Kemampuan memberi gagasan utama bacaan;
2) Memberikan detail atau data penunjang;
3) Mengklasifikasikan fakta-fakta;
e. Kemampuan membuat sintesis, yaitu;
1) Kemampuan membuat kesimpulan bacaan;
2) Mengorganisasikan gagasan utama bacaan;
3) Membuat ringkasan atau ikhtisar
f. Kemampuan menilai isi bacaan, yaitu;
1) Kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok
paragraf atau bacaan secara keseluruhan;
2) Kemampuan untuk menentukan relevansi antara tujuan dengan
pengembangan gagasan;
3) Kemampuan untuk menentukan tujuan pengarang dalam menulis;
4) Kemampuan menilai keakuratan penggunaan bahasa yang
dilakukan oleh pengarang, baik pada kata, frasa, kalimat maupun
pada paragraf”.11
Kegiatan membaca pada tataran yang lebih tinggi, pembaca harus
mampu memahami menerima, menolak dan meyakini pendapat yang
dikemukakan oleh penulisnya. Membaca pada tingkat ini, pembaca tidak
cukup hanya memahami apa yang tersurat, lebih dari itu dapat
menghubungkan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalaman
pembaca.
“Pembaca yang pandai harus dapat mengetahui langkah-langkah yang
akan digunakan dalam membaca karena hal tersebut dapat memudahkan
bagi pembaca dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dalam
melakukan proses membaca kritis, ada tujuh kemampuan yang harus
dicapai serta dimiliki seseorang pembaca kritis, yaitu:
11
Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca (Bandung: CV. Sinar Baru
1989), hlm. 14.
17
1) Memahami maksud penulis;
2) Memahami organisasi dasar tulisan;
3) Menilai penyajian pengarang;
4) Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari;
5) Meningkatkan minat membaca;
6) Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan;
7) Membaca Majalah atau publikasi-publikasi priodik yang serius;”12
“Pengajaran membaca kritis merupakan strategi membaca yang
bertujuan untuk memahami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional
lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis dan
merupakan analisis yang dapat dihandalkan”13
.
Dalam membaca kritis dikenal tiga cara, yaitu : (1) Membaca baris,
adalah membaca baris demi baris untuk dapat memahami arti kata-kata
setiap baris; (2) Membaca di antara baris, mempunyai pengertian
menganalisis maksud penulis yang sebenarnya; (3) Membaca di luar baris,
bertujuan mengevaluasi dan memahami hal-hal yang perlu diaplikasikan
dalam membaca kritis, pembaca akan dapat melakukan kegiatan membaca
dalam waktu singkat, namun memperoleh informasi yang lengkap dan
benar. Di samping itu, keberhasilan dalam membaca kritis sangat perlu
berlatih dan berlatih terus, sehingga pembaca akan dapat memperoleh
informasi yang benar, baik yang tersurat maupun tersirat dalam wacana
yang dibacanya. Adapun bahan yang dapat digunakan latihan membaca
kritis, bisa berupa wacana apa saja, misalnya : artikel, cerita, dialog, karya
ilmiah populer, termasuk karya ilmiah.
Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan secara kritis.
“Kemampuan membaca kritis merupakan suatu kemampuan membaca
seseorang yang bukan hanya sekedar membaca isi bacaan saja atau
mengerti maksud secara eksplisitnya, melainkan juga secara implisit,
sehingga kegiatan membaca yang dilakukan secara lebih dalam lagi,
12
Hendry Guntur Tarigan. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung,: Angkasa, 2008), h. 93. 13
Ahmad Harja Sujana, Membaca. Jakarta, 1988 : Karunia, h.72
18
evaluatif, dan analitis untuk menemukan makna bacaan baik tersurat
maupun tersirat”14
.
1) Berpikir dan Bersikap Kritis:
a. Menginterpretasikan secara kritis
b. Menganalisis secara kritis
c. Mengorganisasi secara kritis
d. Menilai secara kritis
e. Menerapkan konsep secara kritis
2). Teknik Meningkatkan Sikap Kritis:
a. Kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan
b. Kemampuan menginterpretasikan makna tersirat
c. Kemampuan menilai isi bacaan
d. Kemampuan menganalisis isi bacaan
e. Kemampuan mengkreasikan bacaan atau menciptakan bacaan
b. Manfaat Membaca Kritis
1) Membantu anda mencapai pemahaman yang mendalam
2) Kemampuan mengingat yang lebih kuat
3) Kepercayaan terhadap diri sendiri yang semuanya mengacu pada
kesuksesan pribadi anda.
Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara
rasional, kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran untuk menganalisis
bacaan. Ketika membaca kritis, pembaca akan mencamkan lebih dalam
materi yang dibacanya. Adapun hakikat kemampuan membaca kritis
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar siswa dapat dengan mudah
menemukan informasi faktual, gagasan utama, ide pokok paragraf dan
fakta yang terdapat dalam artikel.
14
Mintowati. Membaca. Jakarta: Dit. PLP, 2002, h.15.
19
3. Artikel
a. Hakikat Artikel
“Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas
suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan
tujuan untuk memberitahu (infomatif), mempengaruhi dan meyakinkan
(persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif)”.15
Artikel adalah karya tulis lengkap di majalah atau surat kabar.
Artikel dalam surat kabar biasanya membahas suatu hal yang terperinci.
Artikel adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi berisi fakta dan data yang
disertai analisis dan opini penulisannya.
Secara praktis, artikel dimaknai sebagai tulisan yang lengkap dan
utuh di luar berita dalam media massa yang mungkin disumbangkan oleh
penulis dari luar (bukan pekerja media tersebut). Ini mencakup buku, film,
pertunjukan seni, dan sebagainya, tulisan ilmiah popular (iptek, analisis,
how-to, dan sebagainya), dan profil (aneka bentuk biografi, kisah-kisah
perjalanan, kajian-kajian organisasi, dan sebagainya).
b. Ciri-Ciri Artikel
1) Lugas dalam artian artikel itu berarti bersifat apa adanya; mengenai
yang pokok yang penting dan perlu saja
2) Logis artinya masuk akal atau dapat diterima oleh akal.
3) Tuntas artinya selesai secara menyeluruh
4) Obyektif artinya keadaan yang sebenarnya tanpa disertai anggapan
atau pandangan pribadi
5) Cermat artinya penuh perhatian dan penuh ketelitian.
c. Karakteristik Artikel
“Artikel yang ditulis untuk konsumsi surat kabar atau majalah
memiliki tujuh karakteristik:
16
Drs.AS Haris Sumandira M.Si. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana.Bandung:Simbiosa
Rekatama Media, 2011, h.1
20
1) Ditulis dengan atas nama (by line story)
Artikel adalah karya individual. Sebagai karya individual seperti juga
puisi atau cerpen dalam dunia fiksi, artikel harus mencantumkan
dengan jelas nama penulisnya. Untuk kategori artikel opini, nama
penulis biasanya dicantumkan di atas, dibawah judul. Sedangkan untuk
artikel di luar kategori opini seperti artikel ringan dan artikel praktis,
nama penulis biasanya agak disembunyikan dengan cara disimpan
pada bagian akhir artikel, dan itu pun ditempatkan dalam kurung.
2) Mengandung gagasan aktual atau kontroversial
Artikel apa pun yang ditulis, hendaknya mengandung gagasan aktual,
kontroversial, atau kedua-duanya. Artikel haruslah menghindari
gagasan usang, atau sesuatu yang datar-datar saja, monoton, pasti tidak
akan laku dijual, tidak akan dilirik dan diperhatikan pembaca. Hanya
gagasan yang baru, segar, yang diasumsikan memberikan alternatif
serta manfaat tinggi bagi masyarakat yang akan diperhatikan,
dibicarakan, dan dijadikan rujukan.
3) Menyangkut kepentingan sebagaian terbesar khalayak pembaca
Seorang penulis artikel tidak boleh asyik sendiri. Artikel yang
dituliskannya harus memberikan lebih banyak manfaat bagi
kepentingan mayoritas masyarakat sesuai dengan pangsa pasar surat
kabar atau majalah yang memuat artikel tersebut.
4) Ditulis secara referensial dengan visi intelektual
Artikel adalah karya nonfiksi yang bertumpu pada dunia kognisi. Suatu
artikel lahir dari proses kreatif intelektual seseorang. Artikel apa pun
yang ditulis haruslah didukung oleh seperangkat bacaan, pengetahuan,
dan teori yang relevan. Visi yang digunakan untuk itu adalah sudut
pandang intelektual atau orang terpelajar dengan merujuk pada
kekuatan logika akal sehat (common sense), bukan logika klenik atau
mistik. Artikel yang ditulis secara referensial dengan visi intelektual,
karena itu memiliki ciri, antara lain: logis, sistematis, analitis,
akademis, dan etis.
21
5) Disajikan dalam bahasa yang sederhana, jelas, menarik, hidup, segar,
popular, komunikatif.
Artikel konsumsi surat kabar dan atau majalah harus tunduk kepada
bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa
yang lazim ditemui dan digunakan dalam pers seperti surat kabar,
tabloid, dan majalah. Ciri utama bahasa jurnalistik adalah sederhana,
jelas, lugas, singkat, menarik, segar, ringan dicerna, gampang diingat,
mudah dimengerti, dan dipahami arti, maksud, dan arahnya
(komunikatif).
6) Singkat dan tuntas
Singkat mengandung dua pengertian, yakni Filosofis dan teknis.
Filosofis berarti tidak bertele-tele, tidak mendayu-dayu, dan berputar-
putar, tidak mengerjai pembaca, tidak membuang-buang waktu yang
sangat berharga bagi siapa pun. Singkat secara teknis berarti
disesuaikan dengan ruangan yang tersedia, yang untuk setiap surat
kabar relatif berbeda. Tuntas artinya tidak bersambung ke edisi
berikutnya.
7) Orisinal
Orisinal menunjuk pada dual hal. Pertama, artikel yang kita tulis asli
merupakan karya kita, bukan hasil menjiplak atau membajak. Kedua,
artikel yang kita tulis dan kita kirimkan ke surat kabar atau majalah
harus yang asli, bukan fotokopi atau salinannya. Tidak etis. Artikel
fotokopi hanya untuk dokumentasi kita di rumah”16
.
d. Jenis-Jenis Artikel
Secara umum artikel dapat dibedakan menurut jenis serta tingkat
yang dihadapinya, antara lain:
1) Artikel praktis
Artikel ini lebih banyak bersifat petunjuk praktis tentang cara
melakukan sesuatu (how todo it), misalnya petunjuk cara membuka
internet, cara praktis merawat bonsai, kiat ramping dan cantik dalam 15
17.
Ibid h..4
22
hari. Artikel praktis lebih menekankan pada aspek ketelitian dan
keterampilan daripada masalah pengamatan dan pengembangan
pengetahuan serta analisis peristiwa. Artikel praktis biasanya ditulis
dengan menggunakan pola kronologis, artinya pesan disusun
berdasarkan urutan waktu atau tahapan pekerjaan.
2) Artikel ringan
Artikel ringan, lazim ditemukan pada rubrik anak-anak, remaja, wanita,
dan keluarga. Artikel jenis ini lebih banyak mengangkat topik bahasan
yang ringan dengan cara penyajiannya yang ringan pula, dalam arti
tidak menguras pikiran kita. Topik bahasannya seperti kiat sukses
belajar di perguruan tinggi, sepuluh ciri wanita setia, atau sembilan
kelemahan pria di mata wanita. Artikel ringan bisa dibaca secara sekilas
di tempat praktik dokter atau di ruang-ruang tunggu terminal, stasiun,
atau bandara. Artikel ringan dikemas dengan gaya paduan informasi
dan hiburan (infotainment).
3) Artikel halaman opini
Artikel opini lazim ditemukan pada halaman khusus opini bersama
tulisan opini yang lain yakni tajuk rencana, karikatur; pojok, kolom, dan
surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah secara serius dan
tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis akademis. Sifatnya
relatif berat. Karena itulah artikel-artikel opini kerap ditulis oleh
mereka yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan,
keahlian, atau pengalaman memadai dibidangnya masing-masing.
4) Artikel analisis ahli
Artikel analisi ahli, biasa kita temukan pada halaman muka, halaman-
halaman berita atau halaman dan rubrik-rubrik khusus tertentu. Sesuai
dengan namanya, artikel jenis ini ditulis oleh ahli atau pakar di
bidangnya dalam bahasa yang popular dan komunikatif. Topik yang
23
diangkat dalam artikel ini dan di bahas macam-macam seperti ekonomi,
pendidikan, sosial, agama, budaya, industri, iptek”.17
B. Hakikat Metode Inquiry
“Inkuiri dalam bahasa Inggris „Inquiry” yang secara harfiah berarti
penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry adalah
the process of investigating a problem. Adapun menurut Piaget menyatakan
bahwa inquiry merupakan metode yang mempersiapkan siswa pada situasi
untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi,
ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan
yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan
siswa lain”18
. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini adalah:
1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
Kegiatan belajar disini ialah kegiatan mental intelektual dan sosial
emosional.
2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran.
3. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-believ) pada diri
siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Model inquiry didefinisikan oleh Bruce Joyce adalah sebagai
berikut: “Fore more than a decade, “inquiry” has been one of the rallying
cries of educational reformers. However, the term has actually had different
meanings to its users. To some, inquiry has meant a general position toward
child-centered learning and has refered to building most facets of education
around the natural inquiry of the child. To others, it has meant the use of the
modes of inquiry of the academic disciplines as teaching models19
”.
Menurut Joyce, lebih dari satu abad istilah inquiri mengandung makna
sebagai salah satu usaha kearah pembaharuan pendidikan. Namun demikian,
17
Haris,op.cit.,h.8. 18
E.Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007, h.108. 19
Trowbridge, L.W. & R.W. Bybee. (1990). Becoming a Secondary School Science
Teacher. Melbourne:
24
istilah inkuiri sering digunakan dalam bermacam-macam arti. Ada yang
menggunakannya berhubungan dengan strategi mengajar yang berpusat pada
siswa, ada juga yang menghubungkan istilah inquiry dengan mengembangkan
kemampuan siswa untuk menemukan dan merefleksikan sifat-sifat kehidupan
sosial, terutama untuk melatih siswa agar hidup mandiri dalam
masyarakatnya”.20
Model inquiry didefinisikan oleh Downey adalah sebagai berikut”The
core of good thinking is the ability to selve problems. The essence of
problems. The essence of problem solving is the ability to learn is puzzling
situations. Thuns, in the school of these particular dreams, learning how to
learn pervades what is the taught, how it is taught, and the kind of place in
which it is taught21
”.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa inti dari berpikir yang baik
adalah kemampuan memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah
adalah kemampuan untuk belajar dalam proses berpikir. Dengan demikian, hal
ini dapat implementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan
bagaimana belajar yang meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal yang
diajarkan, jenis kondisi belajar, dan memperoleh pandangan guru.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami.
Karena inquiry menuntut siswa berpikir. Metode ini melibatkan mereka dalam
kegiatan intelektual. Metode ini menuntut siswa memproses pengalaman
belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan
demikian, melalui metode ini siswa dibiasakan untuk produktif, analitis, dan
kritis.
Kuslan Stone, mendefinisikan model inquiry sebagai model pengajaran
guru dan anak mempelajari peristiwa dan gejala ilmiah dengan pendekatan
dan jiwa para ilmuan. Tujuan utama dari pembelajaran inquiry adalah
pengembangan kemampuan berfikir. Jadi dalam pembelajaran inquiry bukan
hanya guru yang dapat mempelajari dan menelaah materi pembelajaran
20
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2006, h. 206. 21
Downey, L. (The Secodary Phase of Educations. Bostun.ginn and Co, 1967)
25
melainkan siswa juga dituntut untuk dapat berfikir kritis dalam menemukan
jawaban yang pasti.
1. Macam-Macam Metode Inquiry
“Sund and trowbridge mengemukakan tiga macam metode inquiry
sebagai berikut.
a. Inquiry terpimpin (Guide inquiry) peseta didik memperoleh pedoman
sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya
berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini
digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman
belajar dengan metode inquiry.
b. Inquiry bebas (Free inquiry), pada inkuiri bebas peserta didik
melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran
ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan
berbagai topik permaslahan yang hendak diselidiki.
c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry), pada inquiry
ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta
didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui
pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian”.22
Dari ketiga macam metode inquiry tersebut, penulis memilih metode
inquiry terpimpin, karena dalam proses pembelajaran di kelas guru masih
membimbing dan mengarahkan siswa dalam menemukan dan
memecahkan masalah.
2. Ciri Utama Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk rancangan penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan pembelajaran. Untuk mencapai hasil
dari tujuan metode pembelajaran inquiry dibutuhkan strategi. Strategi
pembelajaran inquiry adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
22
.Nanang Hanafiah, dkk. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama,
2010. h.78.
26
menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu permasalahan
yang dipertanyakan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran
inquiry Diantaranya:
a. Strategi pembelajaran inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Inquiry menempatkan siswa
sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief).
c. Tujuan penggunaan pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.
Jadi, ciri utama strategi pembelajaran inquiry adalah menekankan dan
mengarahkan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara sistematis, logis, dan
kritis.
3. Fungsi Metode Inquiry
“Ada beberapa fungsi metode inquiry, sebagai berikut.
a. Membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar, yang
diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap
mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.
b. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
c. Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil
temuannya”23
.
23
Nanang Hanafiah, dkk. Konsep Strategi Pembelajaran, op.cit, h. 79.
27
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry
“Terdapat beberapa langkah yang dapat diperhatikan dalam proses
pembelajaran inquiry, diantaranya:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru diharapkan dapat
mengkondisikan siswa agar siap melaksakan proses pembelajaran.
Orientasi merupakan langkah yang sangat penting, karena pada langkah
ini guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir positif
sehingga siswa mau menggunakan kemampuannya untuk memecahkan
masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi
adalah:
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang dapat dicapai oleh
siswa.
Contohnya ketika guru masuk ke dalam kelas, setelah berdoa ia akan
menyampaikan topik yang akan dipelajari pada saat itu.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar untuk
memberikan motivasi terhadap siswa.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam
rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada
jawabannya. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam
berinquiry adalah teka-teki yang mengandung konsep jelas harus dicari
dan ditemukan.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Salah satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan
berhipotesis siswa adalah dengan cara mengajukan pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban dari
28
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Di sinilah guru membantu siswa,
mendorong melakukan kegiatan belajar untuk mencari informasi
berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru. Jawaban guru atas
pertanyaan siswa hanya berkisar ya atau tidak, karena dalam metode
inquiry ini siswa sendiri yang menemukan jawaban permasalahan yang
diberikan oleh guru.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan kemampuan dan ketekunan
siswa dalam berpikir. Pada tahap ini siswa mengidentifikasi beberapa
kemungkinan jawaban/menarik kesimpulan. Selanjutnya, guru
mengumpulkan hasil penyelidikan/eksperimen untuk menjawab teka-
teki atau permasalahan yang diajukan oleh guru. Caranya dengan
menyuruh siswa untuk menunjukkan hasil pekerjaan mereka.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data, yang terpenting pada tahap ini adalah keyakinan
siswa atas jawaban yang dia berikan. Jawaban yang dia berikan bukan
hanya berdasarkan pendapatnya, melainkan juga harus didukung oleh
data yang telah ditemukan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran”24
24
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Op,cit,
h. 202.
29
5. Keunggulan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Inquiry
“Metode pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran
yang banyak dianjurkan, karena model ini memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya:
a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.
b. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta
didik dengan peran guru yang sangat terbatas.
c. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing.
d. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk
belajar lebih giat.
e. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga
dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya;
Selain memiliki keunggulan, model pembelajaran inquiry juga
mempunyai kelemahan, diantaranya:
a. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus
berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan
baik;
b. Keadaan kelas di kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka
metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan;
c. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama
maka metode ini akan mengecewakan.
d. Ada kritik, bahwa proses dalam metode ini terlalu mementingkan
proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan
keterampilan bagi siswa”.
Pembelajaran inquiry memiliki keunggulan yakni lebih banyak
menguntungkan siswa karena dalam proses pembelajarannya inquiry lebih
menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa secara seimbang sehingga apa yang dipelajari siswa di
kelas akan lebih mudah dipahami dan diingat.
30
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian pengaruh metode inquiry terhadap hasil belajar siswa yang
telah dilakukan oleh:
1. “Ary Kristiany, M.Hum pada skripsi dengan judul Metode Pembelajaran
I Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis, yang disampaikan
pada seminar internasional di Yogyakarta, 9-10 November dalam rangka
Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) se-Jateng dan
Yogyakarta XXXIII Tahun 2010”25
. Diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh pendekatan inquiry yang mengarahkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dengan belajar melalui mengkonstruksi sendiri,
baik secara individual maupun kelompok, siswa berlatih untuk bernalar
dan berpikir kritis.
2. “Siti Rukoiyah pada skripsi dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Semarang pada materi pokok segi empat
melalui metode inquiry bersifat open ended dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII SMP Negeri 12 Semarang”26
, mengalami
peningkatan dalam hasil tes evaluasi pada setiap siklusnya. Pada siklus I
nilai rata-rata kelasnya meningkat menjadi 77,32, sedangkan ketuntasan
klasikal pada siklus yaitu 77,3% belum memenuhi indikator keberhasilan.
Namun pada siklus II ketuntasan klasikal meningkat menjadi 86,4% dan
sudah memenuhi indikator.
3. Skripsi ketiga yang ditulis oleh Iskandar Zulkarnain tahun 2009,
“Penerapan Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mendeskripsikan Benda Di Sekitar Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas II SDN 02 Jakarta. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta”27
. Metodologi penelitian menggunakan PTK
25
Ary Kristiany,”Metode Pembelajaran I Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis, yang disampaikan pada seminar internasional di Yogyakarta, 9-10 November dalam rangka Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) se-Jateng dan Yogyakarta XXXIII Tahun 2010.
26Siti Rukoiyah , Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Smp Negeri 12 Semarang
Pada Materi Pokok Segi Empat Melalui Metode Inkuiri Bersifat Open Ended Tahun Pelajaran 2006/2007.
27Zulkarnain, Penerapan Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mendeskripsikan Benda Di Sekitar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN
02”. Skripsi pada Sarjana Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tahun 2009, tidak dipublikasikan.
31
yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan
yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan sampai dengan
penilaian untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang telah dilakukan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitiannya
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Data
hasil penelitian ini di analisis secara deskriptif. Tempat pelaksanaan di
SDN 02 Jakarta.
D. Kerangka Berpikir
Salah satu penyebab kurangnya hasil belajar bahasa Indonesia di sekolah
pada umumnya terletak pada penerapan metode pengajaran yang kurang tepat.
Hal ini menyebabkan peserta didik kurang aktif dan kurang termotivasi dalam
proses pembelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah
dengan menerapkan metode inquiry, karena inquiry lebih menekankan pada
keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya untuk mengatasi kendala
pembelajaran membaca, khususnya membaca kritis artikel dengan metode
inquiry siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut: “Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis
Artikel Dengan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Harapan,
Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. Peningkatan yang
dimaksud meliputi peningkatan kemampuan membaca dan hasil pembelajaran.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, di kelas VIII. Penelitian Tindakan Kelas ini
dalam rencananya dilaksanakan selama enam bulan pada semester genap tahun
pelajaran 2012/2013 yaitu bulan Februari - Mei 2013.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
1. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini, maka metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model dari
siklus ke siklus dengan target agar kualitas pembelajaran dengan menggunakan
metode inquiry semakin baik sehingga kualitas pembelajaran menjadi tinggi.
Alasan digunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk
mencermati dan memperbaiki proses dan hasil belajar siswa, sehingga mutu
pembelajaran menjadi lebih baik. Suharsimi menjelaskan PTK melalui paparan
gabungan definisi dari tiga kata, “Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut;
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru”.1
a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu problema
yang dihadapi guru saat di dalam kelas. Problema tersebut dinilai guru sebagai
1Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
h.58.
33
penghalang terhadap kelancaran dan keefektifan belajar mengajar.“Dengan
demikian, PTK dapat dilaksanakan apabila guru merasakan dan menyadari adanya
persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia laksanakan.
Menurut Richart Winter, ada enam karakteristik PTK, yaitu:
1.Kritik refleksi;
2.Kritik dialeksis;
3. Kolaboratif;
4. Risiko;
5.Susunan jamak;
6.Internalisasi teori dan praktek;”2.
Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda
dengan bentuk penelitian yang lain, baik penelitian yang menggunakan paradigma
kualitatif maupun paradigma kuantitatif. Oleh karna itu, keberadaan bentuk PTK
tidak perlu diragukan lagi, terutama sebagai upaya memperkaya khazanah
kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
b. Tujuan Umum Penelitian Tindakan Kelas
“Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research
(CAR) adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran, serta
pengembangan keterampilan guru berdasarkan persoalan-persoalan pembelajaran
yang dihadapi guru di kelasnya, dan bukan bertujuan untuk pencapaian
pengetahuan umum dalam bidang pendidikan”3.“Banyak manfaat yang dapat
diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas, antara lain dapat dilihat dan
dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan/atau pembelajaran di kelas,
antara lain mencangkup:
1. Inovasi pembelajaran;
2. Pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional;
3. Peningkatan profesionalisme pendidikan”4.
2Mahmud, M.Si. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011, h.
203. 3.Ibid, h. 204
4 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h. 107-108.
34
Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas,
diharapkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat
kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan serta profesi
pendidik/tenaga kependidikan yang sekarang dirasakan menjadi hambatan utama.
c. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Dengan memahami isu tersebut, pendidik/guru dianjurkan untuk
memperhatikan masalah di kelasnya dan mampu mengatasinya melalui penelitian
PTK.“Hopkins (1993) membantu mengatasi dengan menyebutkan prinsip dasar
yang melandasi penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut.
1. Tugas pendidik dan tenaga pendidikan yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
2. Meneliti merupakan bagian integral selaras dengan pelaksanaan
pembelajaran, yaitu persiapan program (planning), pelaksanaan
pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation),
evaluasi terhadap kegiatan/proses pembelajaran (evaluation), dan
refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini
mengisyarakatkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan
dilaporkan secara sistematik dan terkendali menurut kaidah ilmiah.
3. Kegiatan meneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran
harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah
ilmiah.
4. Masalah yang ditangani ialah masalah-masalah pembelajaran yang riil
merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap
diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung
dalam konteks pembelajaran sesungguhnya.
5. Konsisten sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran sangat diperlukan.
6. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi
pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran
di luar kelas, misalnya tataran system atau lembaga. Perspektif yang
35
lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya
peningkatan kualitas pendidikan.”5
2. Rancangan Siklus Tindakan
Desain intervensi tindakan atau rancangan siklus penelitian menggunakan
model yang diterapkan oleh Kemmis dan MC Taggart, dalam perencanaannya
menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan “cara (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan
kembali yang merupakan dasar untuk suatu pemecahan masalah”.Dalam
penelitian ini pengambilan data dilakukan dari siklus ke siklus.Aktivitas tersebut
dapat dilakukan seterusnya sampai hasil peningkatan yang diharapkan
tercapai.Berikut siklus yang dapat di terangkan dibawah ini.
“Siklus Pelaksanaan PTK Model John Elliot
6
Gambar 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas
5.Suharsimi Arikunto. loc.cit.,h. 115-116 .
6 Pupuh Fathurahman. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011, h.
221.
PELAKSANAAN
PERENCANAAN SIKLUS 1 PENGAMATAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
PENGAMATAN
REFRRLEKSI
SIKLUS 2 PERENCANAAN
36
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pelita Harapan,
Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang menjadi populasi yaitu
berjumlah 24 orang. Sedangkan partisipan dalam kegiatan PTK ini kepala sekolah
dan guru-guru di SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan. Sedangkan dosen pembimbing dalam penelitian ini adalah membantu
proses refleksi dan triangulasi membahas serta memutuskan berakhirnya siklus
penelitian.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai pemimpin
perencanaan atau pelaksana utama penelitian ini, selain merencanakan peneliti
juga sebagai pelaksana tindakan dan pembuat laporan. Dari hasil pengamatan
tentang data kondisi siswa yang akan menjadi dasar bagi peneliti untuk membuat
rencana tindakan.
Di samping itu juga peneliti berperan penting dalam melakukan penelitian
ini mulai dari proses perencanaan, tindakan, dan refleksi, menyusun instrumen,
pengambilan dan pengumpulan data serta menganalisis hasil hingga membuat
laporan. Dengan perannya yang besar dalam penelitian tindakan kelas ini dapat
diharapkan data yang diperoleh oleh peneliti adalah data yang akurat dan terarah
sehingga tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar tercapai.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan intervensi tindakan peneliti lakukan ketika diketahui ada masalah
mendasar dalam pembelajaran di kelas berupa tidak adanya peningkatan yang
signifikan pada pra siklus pertama penelitian. Adapun tahapan intervensi
tindakan yang sesuai dengan menggunakan metode inquiry. Diharapkan tahapan
intervensi tindakan ini dapat meningkatkan membaca kritis artikel dengan
metode inquiry kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan.
Penelitian dilakukan dari siklus satu ke siklus berikutnya untuk mendapat
hasil perbaikan atau peningkatan dalam proses pembelajaran. Sebelum tindakan
37
direncanakan dan dilakukan maka, terlebih dahulu dilakukan observasi ke
sekolah untuk mengetahui keadaan sekolah dan keadaan siswa yang akan
dijadikan sampel. Tahapan interpensi tindakan yang dilakukan pada setiap siklus
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Perencanaan
Kegiatan pada siklus pertama dan kedua dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan dengan langkah-langkah peneliti mempersiapkan bahan ajar.
Rencana tindakan disusun berdasarkan materi, penyajian materi, dan metode
pembelajaran atau pendekatan. Kebutuhan yang diperlukan harus dipersiapkan
dengan matang pada tahap perencanaan. Kemudian melaksanakan tindakan
yang akan dilaksanakan pada siklus pertama, selanjutnya melakukan observasi,
dan terakhir melakukan refleksi. Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada
tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi ke sekolah SMP.
b. Mengurus surat izin penelitian.
c. Membuat rencana pembelajaran.
d. Membuat instrumen penelitian.
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian.
g. Penentuan batas hasil penelitian yang ingin dicapai.
2. Pelaksanaan/Tindakan
Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan.
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini yaitu melaksanakan penelitian
tindakan kelas sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang disusun tentang
membaca kritis artikel dengan metode inquiry. Adapun kegiatan yang akan
dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan belajar dengan diawali pemberian pretest.
b. Penyampaian tujuan pembelajaran.
c. Menyiapkan metode inquiry dengan memberikan bahan artikel.
d. Menyiapkan langkah pembelajaran melalui metode inquiry.
38
e. Melakukan posttest.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan oleh peneliti yang bertindak sebagai pengamat
ketika pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini peneliti melakukan
pengamatan terhadap siswa untuk mengikuti setiap tahap pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti saat pembelajaran berlangsung. Setiap kejadian dan
reaksi, baik berupa sikap, tindakan, dan tanggapan peserta didik dicatat dalam
lembar observasi untuk melihat tingkat keberhasilan siswa. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan observasi dengan pengisian lembar observasi.
b. Pengambilan gambar situasi pembelajaran dengan menggunakan
kamera foto.
c. Menganalisis hasil pretes dan posttest disetiap akhir siklus.
4. Refleksi
Tindakan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah mengadakan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi untuk dijadikan dasar pelaksanaan tindakan
selanjutnya. Setelah peneliti mendapatkan data yang berkaitan dengan
pembelajaran peningkatan membaca kritis artikel melalui metode inquiry akan
dibahas bersama kolabolator. Dari hasil refleksi ini, peneliti menentukan sikap
tentang perlunya siklus selanjutnya sebagai tindakan perbaikan dan tindakan
selanjutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Pada pembelajaran membaca kritis artikel dengan metode inquiry
diharapkan siswa dapat mengalami peningkatan membaca kritis yang tinggi
sampai hasil posttest yang didapat siswa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yang ditetapkan 70.0.
Keberhasilan penggunaan metode inquiry ini ditunjukkan oleh dua aspek
yaitu melalui proses yang dilakukan melalui pengamatan oleh observer dan hasil
evaluasi pelaksaan. (1) melalui proses karakteristik mengidentifikasi terlihat pada
39
proses pembelajaran. (2) melalui evaluasi bila hasil posttest mengalami
peningkatan sampai rata-rata kelas 70% merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal
SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Selain itu
juga diharapkan aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat.
G. Data dan Sumber Data
Data penelitian ini adalah tentang peningkatan hasil belajar bahasa
Indonesia dengan menggunakan metode inquiry. Data terdiri dari (1) proses yang
aspeknya meliputi tujuan, program, bentuk kegiatan, metode, materi, peraturan
yang terdapat dalam instrumen pemantau tindakan. (2) evaluasi untuk peningkatan
hasil belajar bahasa Indonesia.
Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu (1) sumber data pemantau
tindakan (proses kegiatan selama tindakan dilakukan); (2) data yang diperoleh
langsung dari proses dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan,
Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
H. Instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari instrumen
untuk menilai hasil identifikasi siswa dalam membaca kritis artikel dan instrumen
untuk menilai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menggunakan
metode inquiry.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu teknik
pengumpulan data penelitian dengan cara:
1. Melalui proses yaitu :
a. Observasi untuk memperoleh data adalah pengumpulan data melalui
pengamatan langsung secara sistematis mengenai permasalahan yang akan
diteliti, kemudian dibuat catatan, jenis observasi yang digunakan adalah
observasi langsung.
b. Melalui tes formatif, untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti suatu program tertentu, dengan menggunakan pretest dan
40
posttest. Yang dilakukan oleh suatu subjek atau partisipan yang terlibat
dalam penelitian ini. Dengan mengadakan pretest dan posttest untuk melihat
peningkatan kemampuan membaca kritis artikel.
c. Dokumentasi merupakan foto-foto yang diambil saat pelaksanaan
penelitian.
2. Melalui jurnal siswa, yaitu untuk melihat respon siswa terhadap sistem
pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran, pemberian jurnal siswa
dilakukan setiap akhir pembelajaran. Laporan jurnal siswa akan digunakan
sebagai tindakan untuk memperbaiki siklus pembelajaran selanjutnya.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Bagian-bagian dalam instrumen yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data atau informasi disusun melalui triangulasi yang melibatkan
dosen pembimbing, teman sejawat, dan kepala sekolah.
Beberapa teknik pemeriksaan keterpercayaan yang digunakan dalam
penelitian yaitu:
a) distribusi frekuensi data tunggal
1. Menentukan
a. Nilai terendah
b. Nilai tertinggi
c. “R = dt– dr”7
2. Menentukan banyak kelas
“K = 1 + 3,322 log N”8
3. “Menentukan interval kelas”9
C = R
K
7 Muri Yusuf. Statistik Pendidikan. Padang. Angkasa Raya Padang, 1987, h.64.
8.Ibid., h. 65
9.Sugiyono.2012. Statistika Untuk Pendidikan. Bandung. ALFABETA, CV. h. 36.
41
b) populasi data kelompok
1. Menentukan mean data tunggal
2. Menentukan mean data kelompok
“Me =
”
10
3. Menentukan Median
Median = BO + C.
. ∑fo
fmed Di mana :
∑fo = Jumlah frekuensi dari semua kelas di bawah kelas yang
mengandung median
BO = nilai batas bawah dari kelas yang memuat nilai median.
Fmed = frekuensi median
C = Interval kelas dan panjang kelas
` 4. Menentukan Modus
“11
Modus = BO + C.
Di mana : F1 = Selisih frekuensi modus dengan frekuensi sebelumnya
F2 = Selisih frekuensi modus dengan frekuensi sesudahnya
C = Interval kelas dan panjang kelas”
5. Menentukan simpangan baku
S = √ ( ) ”12
n (n)
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian
tindakan kelas. Analisis data dalam penelitian kelas berarti mengidentifikasi dan
menyetujui kriteria yang digunakan untuk menjelaskan apa yang telah terjadi.
10
.V.Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto. 2012. Statiska Untuk Pendidikan.
Yogyakarta. GRAHA ILMU, h. 25 11
. Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. (Jakarta. Rosemata
Sampurna,2010), h. 32. 12
. Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT.Rosdakarya, 2010), h. 241
42
Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya dampak
yang terjadi dari tindakan yang diberikan. Ada tidaknya dampak dari tindakan
dapat dilihat melalui pengujian hipotesis tindakan. Jika tidak ada peningkatan
maka peneliti dan kolaborator harus memanfaatkan hasil analisis data pemantau
sebagai bahan bentuk perencanaan siklus berikutnya, untuk mendukung data
penelitian. Perencanaan kembali diperlukan sampai penelitian menunjukkan
peningkatan signifikan melebihi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan
sekolah.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Pengembangan perencanaan tindakan dapat ditindak lanjuti dengan
menghimpun masukan dari bimbingan penelitian setelah diputuskan selesai pada
siklus ketiga. Hal ini menyikapi hal-hal yang berimplikasi positif bagi penelitian
mendatang dalam permasalahan yang hampir sama atau sama dengan pendekatan
suatu metode yang berbeda.
43
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di
SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada
kelas VIII. Hasil penelitian diperoleh dari hasil belajar selama dua siklus, meliputi
penguasaan dan pemahaman (kognitif) siswa terhadap konsep yang disajikan,
hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan proses skills dan sebagai
pelengkap data maka peneliti memberikan jurnal siswa setelah penerimaan
pembelajaran selesai.
A. Deskripsi Data Sekolah
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Pelita Harapan,
Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dibawah pimpinan Bapak Edi
Setiadi, S.Pd, berada di jalan Pupan Raya No 29, Pondok Pinang, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan. SMP Pelita Harapan memiliki letak yang strategis karena
berada di lingkungan masyarakat dan mudah di jangkau.
1. Visi
Menjadikan SMP Pelita Harapan Jakarta yang berkualitas berwawasan
IMTAQ dan IPTEK dengan Indikator:
a) Meningkatkan Standar Nilai UAN
b) Meningkatkan Proses Pembelajaran
c) Meningkatkan Mutu Pendidikan
d) Meningkatkan Sarana dan Prasarana
e) Meningkatkan Prestasi Akademik
f) Meningkatkan Prestasi non Akademik
g) Meningkatkan Sumber Daya Manusia Pendidikan
h) Unggulan dan IMTAQ
2. Misi
a) Memberikan Layanan Pendidikan Secara Intensif
b) Mengoperasikan Penggunaan Waktu Belajar
44
c) Mengoptimalkan Penggunaan Sarana yang ada
d) Menciptakan Kebersihan, Keindahan, dan Layanan Lingkungan Sekolah
e) Membentuk Insan yang Berakhlak Mulia dengan Mempererat IMAN dan
TAQWA
f) Meningkatkan Minat dan Bakat Baik secara Akademik Maupun Non
Akademik
g) Melaksanakan Pengembangan Sistem Penilaian
h) Melaksanakan Pengembangan Kurikulum Nasional
i) Melakukan Inovasi Dalam Pembelajaran
j) Melaksanakan Pengembangan Keorganisasian Sekolah
B. Analisis Data
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada pertemuan ini yaitu peneliti mempersiapkan RPP, silabus,
instrumen (pretest, posttest, dan jurnal siswa), penataan ruang kelas dan materi
pembelajaran. Seluruh siswa memahami pengertian membaca kritis artikel
dengan metode inquiry.
b. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Kegiatan belajar mengajar diawali dengan guru membaca doa sebagai
membuka pelajaran, mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran
sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kemudian guru mengisi
daftar hadir siswa, dan memberikan pretest kepada siswa.
Langkah awal sebelum masuk ke materi pelajaran guru, guru terlebih
dahulu memberikan pertanyaan tentang materi artikel kepada siswa. Setelah itu
guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk hari ini dan mengarahkan siswa
untuk membuat kelompok.
Pada materi pertemuan pertama, guru mengerahkan siswa untuk
mengidentifikasi tentang media artikel. Sebelum menutup pembelajaran
memberikan tugas sebagai bentuk proses untuk media fase belajar selama
45
mempelajari pemahaman membaca kritis melalui artikel agar mencapai KKM
yaitu 70.
Langkah kegiatan :
1. Tujuan pembelajaran
a) Siswa mampu membaca dan membuat artikel yang dibuat berdasarkan
karangan sendiri maupun melalui media cetak dengan memperhatikan
ejaan, tanda baca, pilihan kata, struktur kalimat, dan kepaduan dalam
membaca artikel.
b) Siswa mampu memperoleh informasi dari bahan tertulis atau lisan
(pengetahuan, gagasan, pendapat, permasalahan, pesan, ungkapan,
peristiwa, dan sebagainya) dan memberikan tanggapan dalam berbagai
bentuk.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
a) Siswa dapat menyebutkan definisi membaca kritis dengan tepat.
b) Siswa dapat melihat contoh bentuk artikel yang disediakan oleh guru.
3. Materi pelajaran
a) Definisi Artikel
Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas suatu
masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan tujuan
untuk memberitahu (infomatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif
argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif)”
Artikel adalah karya tulis lengkap di majalah atau surat kabar. Artikel
dalam surat kabar biasanya membahas suatu hal yang terperinci. Artikel
adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi berisi fakta dan data yang disertai
analisis dan opini penulisannya.
Secara praktis, artikel dimaknai sebagai tulisan yang lengkap dan utuh di
luar berita dalam media massa yang mungkin disumbangkan oleh penulis dari
luar (bukan pekerja media tersebut). Ini mencakup buku, film, pertunjukan
seni, dan sebagainya, tulisan ilmiah popular (iptek, analisis, how-to, dan
sebagainya), dan profil (aneka bentuk biografi, kisah-kisah perjalanan,
kajian-kajian organisasi, dan sebagainya).
46
b) Contoh Artikel
Siswa SMA Langsung Ambil Peminatan
JAKARTA, KOMPAS – Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan mulai
mematangkan penerapan kurikulum baru salah satunya pembedaan kelas
melalui jalur peminatan siswa SMA kelas satu.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang
pendidikan Musliar Kasim mengatakan, peminatan khusus akan dibantu guru
Bimbingan Konseling (BK). “Guru BK akan menentukan siswa itu
berpontemsi masuk di IPA, IPS, atau Bahasa,’ katanya seusai pelepasan
mantan Dirjen Dikdasmen Suyanto di Jakarta kemarin.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada kurikulum baru ini siswa akan
diwawancarai terlebih dahulu. Selanjutnya akan ada psikotes sederhana untuk
melihat bakat terpendam dari mereka. Setelah itu akan dilihat penentu akhir
peminatan siswa.
Menurut dia, guru BK memiliki peranan penting untuk mengarahkan siswa
dalam peminatan jurusan.Dengan begitu, tidak ada peminatan tertentu
misalnya hanya peminatan IPA atau IPS, sementara peminatan bahasa kurang
siswa.
Kondisi itu yang nantinya juga ditentukan guru BK. Tapi saya yakin tidak
akan ada kelas yang kosong karena siswa sekarang yang berhak
memilihnya”, katanya.
Mantan Rektor Universitas Andalas ini menambahkan, selain boleh
memilih peminatan yang sesuai dengan kemampuan dirinya, siswa juga boleh
memilih mata pelajaran lain diluar mata pelajaran wajib di kelasnya.
Misalnya, kelas peminatan yang dipilih IPA, namun dia boleh memilih dua
mata pelajaran lain yang disukai seperti Ekonomi dan Geografi. Menurut dia,
siswa juga boleh menukar kelas minat yang dia masuki pada akhir satu
semester atau dua minggu setelah masuk sekolah.
Sementara itu, Direktur Pembinaan SMP Ditjen Pendidikan Dasar
(Dikdas) Kemendikbud Didik Suhardi menambahkan, pada dasarnya
kelompok peminatan yang akan dilaksanakan pada jenjang SMA telah
47
diajarkan pada sekolah menengah pertama. “Kalau di SMP kan sudah ada
IPA, IPS, atau Bahasa. Tapi kalau di SMA nanti akan lebih fokus. Saya rasa
tidak aka nada masalah karena semua ilmu dasarnya sudah diajarkan di
SMP,’ ungkap Didik. (Jakarta: Jumat, 05 April 2013).
c) Ciri-ciri artikel
1. Lugas dalam artian artikel itu berarti bersifat apa adanya; mengenai
yang pokok yang penting dan perlu saja
2. Logis artinya masuk akal atau dapat diterima oleh akal.
3. Tuntas artinya selesai secara menyeluruh
4. Obyektif artinya keadaan yang sebenarnya tanpa disertai anggapan atau
pandangan pribadi
5. Cermat artinya penuh perhatian dan penuh ketelitian.
d) Ketepatan penggunaan diksi, ejaan, dan tanda baca.
e) Memahami kalimat dalam paragraf, menentukan kalimat utama dan
penjelas, menentukan gagasan, menentukan tema, dan memahai isi artikel.
f) Siswa mengingat peristiwa yang pernah terdapat dalam artikel.
Berdasarkan hasil dari membaca, siswa memilih salah satu bahan bacaan
yang diperoleh untuk dijadikan tema dalam membuat artikel dan mencatat
situasi atau tindakan dari peristiwa dengan cermat.
c. Pengamatan (observing)
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh
catatan sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama pada siklus I, perhatian siswa pada awal menerima
pembukaan materi dari guru masih kurang.
2) Ketika mengerjakan tugas kelompok, dan menjawab kuis dari guru
siswa agak kesulitan karena kurang memiliki referensi.
3) Ketika dalam proses berdiskusi siswa lebih banyak bertanya pada guru
dan dijawab oleh sebagian siswa lain.
4) Pada awal pembagian kelompok siswa masih terlihat kurang melakukan
kerjasama yang baik antarteman.
48
5) Siswa belum dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
oleh guru.
6) Pada awalnya siswa masih kurang memahami materi yang diberikan
oleh guru, namun ketika guru memberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai materi pelajaran siswa menjadi lebih paham.
7) Dalam mendengarkan diskusi siswa belum kondusif, dan masih ada
beberapa siswa yang sibuk dengan tugasnya ketika diskusi berlangsung.
Saat berlangsungnya diskusi siswa mencatat hasil diskusi, namun tidak
semua anggota mencatat hasil diskusi.
8) Kemampuan siswa dalam membuat rangkuman pada awal latihan masih
kurang.
9) Kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi sudah cukup
baik, walaupun ada kelompok yang belum siap.
Hasil belajar siswa dari pretest diperoleh nilai sebagai berikut :
Tabel (1)
Hasil Pretest Membaca Kritis Melalui Artikel
Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai
A. Sahruna 20 Juniarsih 30 Muh. Fajar S 30 Muh. Saepulloh 30
Valia Mardika 40 Robby 40 Dhonny Fikhri 50 Muh. Taufiq 50
M. Andika 50 Desi Putri 50 Muh.Reza. A 50 M. Alief Novreza 50
Ariska Septian 60 Nadya Amalia 60 Citra Novianti 60 Muh. Ramadhani 60
Muh. Taufiq 60 Debora
Margaretha 70 Aliyafie 70 Aninda Fitria 70
Elva Rosdiana 70 Aditya
Oktafiano
70 Ega Reani
Hermawan
70 Fitriah Sriwijaya 70
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai pretest terendah dan
tertinggi yang diperoleh siswa. Nilai pretest terendah yang diperoleh siswa
yaitu 20, sedangkan nilai pretest tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 70.
49
Tabel (2)
Distribusi Frekuensi Data Tunggal Soal Pretest
No Interval Kelas Frekuensi (f)
1 20 1
2 30 3
3 40 2
4 50 6
5 60 5
6 70 7
∑ 24
Langkah – langkah Distribusi Data Tunggal
1. Menentukan
a. Nilai Tertinggi = 70
b. Nilai Terendah = 20
c. R = dt – dr = 70 – 20 = 50
2. Banyak Kelas
K = 1 + 3,322 Log N
K = 1 + 3,322 Log 24
K = 1 + 3,322 (1.38)
K = 1 + 3.8
K = 4,8 ~ 5
3. Interval Kelas
C =
C =
C = 10
50
Tabel (3)
Distribusi Frekuensi Data Kelompok Soal Pretest
No Interval kelas Fi Fr Fk+ Fk-
1 20 – 29 1 3.3 24 1
2 30 – 39 3 10 23 4
3 40 – 49 2 7 20 6
4 50 – 59 6 19 18 12
5 60 – 69 5 16 12 17
6 70 – 79 7 23 7 24
∑ 24
Berdasarkan data dari distribusi frekuensi data kelompok soal pretest
dapat diketahui banyaknya kelas yaitu 5 dan interval kelas 10 dengan nilai
tertinggi yaitu 70 dan nilai terendah yaitu 20.
Tabel (4)
Populasi dari Data Kelompok
No Interval kelas Fi Xi Xi2 FiXi FiXi
2
1 20 – 29 1 24.5 600.25 24.5 600.25
2 30 – 39 3 34.5 1190.5 103.5 3571.5
3 40 – 49 2 44.5 1980.5 89 3961
4 50 – 59 6 54.5 2970.5 327 17823
5 60 – 69 5 64.5 4160.5 322.5 20802.5
6 70 – 79 7 74.5 5550.25 521.5 38851.75
∑ 24 1388 85610
Langkah-langkah populasi dari data kelompok
1. Menentukan Mean Data Tunggal
X1 =
= 24,5
2. Menentukan Mean Data Kelompok
51
Me =
=
= 57,83
3. Menentukan Median
Median = BO + C.
- ∑fo
fmed
= 59,5 + 10.
= 59,5 + 10.
= 59.5 + 10
= 69.5
4. Menentukan Modus
Modus = BO + C.
= 59,5 + 10.
= 59.5 + 8
= 67.5
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa modus dari distribusi
data yaitu nilai yang paling sering terjadi atau nilai dengan frekuensi
terbanyak 67.5 dan nilai tersebut di bawah nilai KKM yaitu 70.
5. Menentukan Simpangan
S = √
= √
= √
52
= √
= √
= 14.9
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan nilai pretest
terendah adalah 20, sedangkan siswa yang memperoleh nilai pretest tertinggi
adalah 70. Dengan mean 53.3 yang belum mencapai ketentuan nilai KKM,
median 69.5 yang belum mencapai ketentuan nilai KKM dan modus 67.5 yang
belum mencapai KKM. Jadi, nilai tersebut masih di bawah nilai KKM yang
sudah ditetapkan yaitu 70.
d. Reflecting
Pada perencanaan ini guru dan siswa mengadakan refleksi selama proses
pembelajaran yang berlangsung dengan memecahkan kesulitan siswa dalam
memahami materi. Guru juga memberikan penguatan pada kelompok yang
mendapat skor tinggi. Hasil posttest atau kemampuan siswa dalam
pemahaman membaca kritis artikel sudah baik, sehingga skor yang di dapat
mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dari posttest diperoleh nilai
sebagai berikut:
Tabel (5)
Hasil Posttest Membaca Kritis Melalui Artikel
Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai
Muh.
Ramadhani
55 Nadya Amalia 55 Muh. Fajar S 55 Aliyafie 60
Ariska Septian 60 Robby 65 Dhonny Fikhri 65 Muh.Reza. A 65
Desi Putri 65 Muh.Reza. A 65 M. Alief Novreza 70 Muh. Taufiq 70
Ariska Septian 70 Debora
Margaretha 70 Aninda Fitria 70 Muh. Saepulloh 70
Muh. Taufik 75 Nadya Amalia 75 Fitriah Sriwijaya 75 Citra Novianti 75
Elva Rosdiana 75 Aditya
Oktafiano
75 Ega Reani
Hermawan
75 Valia Mardika 75
53
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai posttest terendah dan
tertinggi yang diperoleh siswa. Nilai posttest terendah yang diperoleh siswa
yaitu 55, sedangkan nilai pretest tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 80.
Tabel (6)
Distribusi Frekuensi Data Tunggal Soal Posttest
No Interval Kelas Frekuensi (f)
1 55 3
2 60 2
3 65 5
4 70 7
5 75 4
6 80 3
∑ 24
Langkah – langkah Distribusi Data Tunggal
1. Menentukan
a. Nilai Tertinggi = 80
b. Nilai Terendah = 55
c. R = dt – dr = 80 – 55 = 25
2. Banyak Kelas
K = 1 + 3,322 Log N
K = 1 + 3,322 Log 24
K = 1 + 3,322 (1.38)
K = 1 + 3.8
K = 4,8 ~ 5
3. Interval Kelas
C =
C =
C = 5
54
Tabel (7)
Distribusi Frekuensi Data Kelompok Soal Posttest
No Interval kelas Fi Fr Fk+ Fk-
1 55 – 59 3 10 24 3
2 60 – 64 2 7 21 5
3 65 – 69 5 17 19 10
4 70 – 74 7 23 14 17
5 75 – 79 4 13 7 21
6 80 – 84 3 10 3 24
∑ 24
Berdasarkan data dari distribusi frekuensi data kelompok soal posttest
dapat diketahui banyaknya kelas yaitu 5 dan interval kelas 5 dengan nilai
tertinggi yaitu 80 dan nilai terendah yaitu 55.
Tabel (8)
Populasi dari Data Kelompok
NO Interval Kelas Fi Xi Xi2 Fixi Fixi
2
1 55 – 59 3 57 3249 171 9747
2 60 – 64 2 63 3969 126 7392
3 65 – 69 5 67 4489 335 22445
4 70 – 74 7 72 5184 504 36288
5 75 – 79 4 77 5929 308 23716
6 80 – 84 3 82 6724 246 20172
∑ 24 1689 119760
1. Menentukan Mean Data Tunggal
X1 =
= 54,5
2. Menentukan Mean Data Kelompok
Me =
=
= 70.38
55
3. Menentukan Median
Median : BO + C.
- ∑fo
fmed
69,5 + 5.
69,5 + 5.
69,5 + 1.42
= 70.92
4. Menentukan Modus
Modus : BO + C.
69.5 + 5.
69,5 + 5.
= 69,5 + 2
= 71.5
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa modus dari distribusi
data yaitu nilai yang paling sering terjadi atau nilai dengan frekuensi
terbanyak 70,25 dan nilai tersebut sudah memenuhi nilai KKM yaitu 70.
Namun, angka tersebut masih dirasa kurang memuaskan.
5. Menentukan Simpangan
S = √
56
= √
= √
= √
= √
= 6.11
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan nilai pretest
terendah adalah 55, sedangkan siswa yang memperoleh nilai pretest tertinggi
adalah 80. Dengan mean 70.38 yang belum mencapai ketentuan nilai KKM,
median 70.92 yang belum mencapai ketentuan nilai KKM dan modus 71.07
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode inquiry cukup efektif pada
materi membaca kritis artikel.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Pada pertemuan ini yaitu guru mengingatkan kembali mengenai materi
membaca kritis artikel melalui metode inquiry. Siswa diberikan tugas sebagai
pretest yang akan dijadikan tolok ukur selama pembelajaran membaca kriris
artikel dengan dengan metode inquiry.
b. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Kegiatan belajar mengajar diawali dengan guru membaca doa sebagai
membuka pelajaran, mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran
sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kemudian guru
mengisi daftar hadir siswa, dan memberikan pretest kepada siswa.
Langkah awal sebelum masuk ke materi pelajaran guru, guru terlebih
dahulu memberikan pertanyaan tentang materi artikel kepada siswa. Setelah
itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk hari ini dan mengarahkan
siswa untuk membuat kelompok.
57
Pada materi pertemuan pertama, guru mengerahkan siswa untuk
mengidentifikasi tentang membaca kritis. Sebelum menutup pembelajaran
memberikan tugas sebagai bentuk proses untuk media fase belajar selama
mempelajari pemahaman membaca kritis melalui artikel.
Langkah kegiatan :
1.Tujuan pembelajaran
a) Siswa mampu membaca dan membuat artikel yang dibuat berdasarkan
karangan sendiri maupun melalui media cetak dengan memperhatikan
ejaan, tanda baca, pilihan kata, struktur kalimat, dan kepaduan dalam
membaca artikel.
b) Siswa mampu memperoleh informasi dari bahan tertulis atau lisan
(pengetahuan, gagasan, pendapat, permasalahan, pesan, ungkapan,
peristiwa, dan sebagainya) dan memberikan tanggapan dalam berbagai
bentuk.
2. Tujuan pembelajaran khusus
a) Siswa dapat menyebutkan definisi membaca kritis dengan tepat.
b) Siswa dapat melihat contoh bentuk artikel yang disediakan oleh guru.
c) Siswa dapat menyebutkan tiga ciri membaca kritis berdasarkan contoh
membaca artikel.
3.Materi pelajaran
a. Definisi Artikel
Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas suatu
masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan tujuan
untuk memberitahu (infomatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif
argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif)
Artikel adalah karya tulis lengkap di majalah atau surat kabar. Artikel
dalam surat kabar biasanya membahas suatu hal yang terperinci. Artikel
adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi berisi fakta dan data yang disertai
analisis dan opini penulisannya.
Secara praktis, artikel dimaknai sebagai tulisan yang lengkap dan utuh di
luar berita dalam media massa yang mungkin disumbangkan oleh penulis dari
58
luar (bukan pekerja media tersebut). Ini mencakup buku, film, pertunjukan
seni, dan sebagainya, tulisan ilmiah popular (iptek, analisis, how-to, dan
sebagainya), dan profil (aneka bentuk biografi, kisah-kisah perjalanan, kajian-
kajian organisasi, dan sebagainya).
b. Contoh Artikel
Siswa SMA Langsung Ambil Peminatan
JAKARTA, KOMPAS – Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan mulai
mematangkan penerapan kurikulum baru salah satunya pembedaan kelas
melalui jalur peminatan siswa SMA kelas satu.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang
pendidikan Musliar Kasim mengatakan, peminatan khusus akan dibantu guru
Bimbingan Konseling (BK).“Guru BK akan menentukan siswa itu
berpontemsi masuk di IPA, IPS, atau Bahasa,’ katanya seusai pelepasan
mantan Dirjen Dikdasmen Suyanto di Jakarta kemarin.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada kurikulum baru ini siswa akan
diwawancarai terlebih dahulu. Selanjutnya akan ada psikotes sederhana untuk
melihat bakat terpendam dari mereka. Setelah itu akan dilihat penentu akhir
peminatan siswa.
Menurut dia, guru BK memiliki peranan penting untuk mengarahkan
siswa dalam peminatan jurusan. Dengan begitu, tidak ada peminatan tertentu
misalnya hanya peminatan IPA atau IPS, sementara peminatan bahasa kurang
siswa.
Kondisi itu yang nantinya juga ditentukan guru BK. Tapi saya yakin tidak
akan ada kelas yang kosong karena siswa sekarang yang berhak memilihnya”,
katanya.
Mantan Rektor Universitas Andalas ini menambahkan, selain boleh
memilih peminatan yang sesuai dengan kemampuan dirinya, siswa juga boleh
memilih mata pelajaran lain diluar mata pelajaran wajib di kelasnya.
Misalnya, kelas peminatan yang dipilih IPA, namun dia boleh memilih dua
mata pelajaran lain yang disukai seperti Ekonomi dan Geografi. Menurut dia,
59
siswa juga boleh menukar kelas minat yang dia masuki pada akhir satu
semester atau dua minggu setelah masuk sekolah.
Sementara itu, Direktur Pembinaan SMP Ditjen Pendidikan Dasar
(Dikdas) Kemendikbud Didik Suhardi menambahkan, pada dasarnya
kelompok peminatan yang akan dilaksanakan pada jenjang SMA telah
diajarkan pada sekolah menengah pertama. “Kalau di SMP kan sudah ada
IPA, IPS, atau Bahasa. Tapi kalau di SMA nanti akan lebih fokus. Saya rasa
tidak aka nada masalah karena semua ilmu dasarnya sudah diajarkan di SMP,’
ungkap Didik. (Jakarta: Jumat, 05 April 2013)
c. Ciri-ciri artikel
1) Lugas dalam artian artikel itu berarti bersifat apa adanya; mengenai yang
pokok yang penting dan perlu saja
2) Logis artinya masuk akal atau dapat diterima oleh akal.
3) Tuntas artinya selesai secara menyeluruh
4) Obyektif artinya keadaan yang sebenarnya tanpa disertai anggapan atau
pandangan pribadi
5) Cermat artinya penuh perhatian dan penuh ketelitian.
d. Ketepatan penggunaan diksi, ejaan, dan tanda baca.
e. Memahami kalimat dalam paragraf, menentukan kalimat utama dan
penjelas, menentukan gagasan, menentukan tema, dan memahami isi
artikel.
f. Siswa mengingat peristiwa yang terdapat dalam artikel. Berdasarkan hasil
dari membaca, siswa memilih salah satu bahan bacaan yang diperoleh
untuk dijadikan tema dalam membuat artikel dan mencatat situasi atau
tindakan dari peristiwa dengan cermat.
c. Pengamatan (observing)
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh
catatan sebagai berikut :
1. Pertemuan pertama pada siklus I, perhatian siswa pada awal menerima
pembukaan materi dari guru masih kurang, namun pada penyampaian
60
materi siklus II perhatian siswa sudah mulai meningkat, siswa
memperhatikan dan menjalankan sesuai yang diperintahkan guru
2. Ketika dalam proses berdiskusi siswa lebih banyak bertanya pada guru
dan dijawab oleh sebagian siswa lain.
3. Pada awal siklus I pembagian kelompok siswa masih terlihat kurang
melakukan kerjasama yang baik antarteman dalam menjawab soal
kelompok atau kuis. Namun ketika pada siklus II dalam menjawab
latihan, dan siswa sudah bersosialisasi lebih baik sehingga dapat
bekerjasama dengan baik dalam menjawab soal maupun kuis.
4. Siswa sudah dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
oleh guru.
5. Pada siklus I dalam mendengarkan diskusi siswa sudah cukup
kondusif, walaupun masih ada beberapa siswa yang sibuk dengan
tugasnya ketika diskusi berlangsung. Saat berlangsungnya diskusi
siswa mencatat hasil diskusi, namun tidak semua anggota mencatat
hasil diskusi. Ketika pada siklus II pada latihan berikutnya, semua
siswa mendengarkan secara seksama dan mencatat hasil diskusi.
6. Kemampuan siswa dalam membuat rangkuman pada awal latihan
masih kurang. Pada siklus II semua siswa dalam kelompok membuat
laporan
7. Kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi pada siklus
I sudah cukup baik, walaupun ada kelompok yang belum siap. Ketika
latihan pada siklus II kelompok kedua kemampuan siswa dalam
mempersentasikan hasil diskusi lebih baik dan terjalin kerjasama yang
baik antar kelompok.
Hasil belajar siswa dari pretest diperoleh nilai sebagai berikut :
61
Tabel (9)
Hasil Pretest Membaca Kritis Melalui Artikel
Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai
Muh. Ramadhani 50 Muh. Fajar S 60 M. Andika 60 Muh. Saepulloh 60
A. Sahruna 60 Muh.Reza. A 70 Dhonny Fikhri 70 Juniarsih 70
Moh. TaufiK 70 M. Alief. N 70 Robby 80 Muh. Taufiq 80
Nadya Amalia 80 Aditya
Oktafiano
80 Desi Putri 80 Muh. Fajar S 80
Ariska Septian 80 Aninda Fitria 80 Elva Rosdiana 90 Ega Reani.h 90
Citra Novianti 90 Aliyafie 90 Valia Mardika 90 Debora Margaretha 90
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai pretest terendah
dan tertinggi yang diperoleh siswa. Nilai pretest terendah yang diperoleh
siswa yaitu 50 sedangkan nilai pretest tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 90.
Tabel (10)
Distribusi Frekuensi Data Tunggal Soal Pretest
No Interval Kelas Frekuensi (f)
1 50 – 56 1
2 57 – 63 4
3 64 – 70 5
4 71 – 77 0
5 78 – 84 8
6 85 – 91 6
∑ 24
Langkah – langkah Distribusi Data Tunggal
1. Menentukan
a. Nilai Tertinggi = 90
b. Nilai Terendah = 50
c. R = dt – dr = 90 – 50 = 40
62
2. Banyak Kelas
K = 1 + 3,322 Log N
K = 1 + 3,322 Log 24
K = 1 + 3,322 (1.38)
K = 1 + 3.8
K = 4,8 ~ 5
3. Interval Kelas
C =
C =
C = 8
Tabel (11)
Distribusi Frekuensi Data Kelompok Soal Pretest
NO Interval Kelas Fi Fr Fk+ Fk-
1 50 – 57 1 3.3 24 1
2 58 – 65 4 13 23 5
3 66 – 73 5 17 19 10
4 74 – 81 0 0 14 10
5 82 – 89 8 25 14 18
6 90– 97 6 20 6 24
∑ 24
Berdasarkan distribusi data kelompok soal pretest dapat dilihat
banyaknya kelas yaitu 5 dan interval kelas 8 dengan nilai tertinggi
yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 50.
63
Tabel (12)
Populasi dari Data Kelompok
NO Interval Kelas Fi Xi Xi2 Fixi Fixi
2
1 55 – 60 1 53 2809 53 2809
2 61 – 65 4 60 3600 240 14400
3 67 – 70 5 67 4489 335 22445
4 71 – 77 0 74 5376 0 0
5 78 – 84 8 81 6561 648 52488
6 85 – 91 6 84 7056 504 41376
∑ 24 1780 133528
Langkah-langkah Distribusi Data Tunggal
1. Menentukan Mean Data Tunggal
X1 =
= 53
2. Menentukan Mean Data Kelompok
Me =
=
= 74,16
3. Menentukan Median
Median : BO + C.
- ∑fo
fmed
77.5 + 8.
77.5 + 8.
77.5 + 2
= 79.5
64
4. Menentukan Modus
Modus : BO + C.
77.5 + 8.
77.5 + 8.
= 77.5 + 5.3
= 82.8
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui modus dari distribusi data yaitu
nilai yang paling sering terjadi atau nilai dengan frekuensi terbanyak yaitu
82.8 dan nilai tersebut sudah mencapai nilai KKM yaitu 70, dan dianggap
memuaskan.
5. Menentukan Simpangan
S = √
= √
= √
= √
= √
= 7,93
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui perolehan nilai pretest
terendah adalah 50, sedangkan siswa yang memperoleh nilai pretest tertinggi
adalah 90. Dengan mean 74.16, median 79.5, dan modus 82.8. Maka, pada
materi artikel selanjutnya akan menggunakan metode inquiry yang diharapkan
dapat efektif pada materi membaca kritis artikel dengan metode inquiry.
65
d. Reflecting
Pada perencanaan ini guru dan siswa mengadakan refleksi selama proses
pembelajaran yang berlangsung dengan memecahkan kesulitan siswa dalam
memahami materi. Guru juga memberikan penguatan pada kelompok yang
mendapat nilai tertinggi.
Hasil posttest atau kemampuan siswa dalam pemahaman membaca kritis
artikel sudah baik, sehingga skor yang didapat mengalami peningkatan. Hasil
belajar siswa dari posttest diperoleh nilai sebagai berikut:
Tabel (13)
Hasil Posttest Membaca Kritis Melalui Artikel
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai pretest terendah
dan tertinggi yang diperoleh siswa. Nilai pretest terendah yang diperoleh
siswa yaitu 75, sedangkan nilai pretest tertinggi yang diperoleh siswa yaitu
100.
Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai
A. Sahruna 75 Juniarsih 75 Dhonny Fikhri 75 Muh.
Ramadhani
75
Muh. Saepulloh
75 M. Alief. N 75 Muh. Fajar S 80 Robby 80
Aliyafie 80 Aditya Oktafiano 85 Muh.Reza.A 85 Muh. Taufiq 85
Nadya Amalia 85 Ega Reani.h
90 M.Andika 90 Citra Novianti 90
Ariska Septian 90 Moh. TaufiK 90 Aninda Fitria
90 Valia
Mardika
90
Desi Putri 90 Fitriah Sriwijaya
95 Debora
Margaretha
95 Elva Rosdiana 100
66
Tabel (14)
Distribusi Frekuensi Data Tunggal Soal Posttest
No Data Frekuensi (f)
1 75 – 79 6
2 80 – 84 3
3 85 - 89 4
4 90 – 94 8
5 95 – 99 2
6 100 – 104 1
∑ 24
Langkah – langkah Distribusi Data Tunggal
1. Menentukan
a. Nilai Tertinggi = 100
b. Nilai Terendah = 75
c. R = dt – dr = 100 – 75 = 25
2. Banyak Kelas
K = 1 + 3,322 Log N
K = 1 + 3,322 Log 24
K = 1 + 3,322 (1.38)
K = 1 + 3.8
K = 4,8 ~ 5
3. Interval Kelas
C =
C =
C = 5
67
Tabel (15)
Distribusi Frekuensi Data Kelompok Soal Posttest
NO Interval Kelas Fi Fr Fk+ Fk-
1 75 – 79 1 3.3 24 1
2 80 – 84 3 10 21 4
3 85 - 89 2 7 18 6
4 90 – 94 6 19 16 12
5 95 – 99 5 16 12 17
6 100 – 104 7 23 7 24
∑ 24
Berdasarkan distribusi data kelompok soal posttest dapat dilihat
banyaknya kelas yaitu 5 dan interval kelas 5 dengan nilai tertinggi 100 dan
nilai terendah yaitu 75.
Tabel (16)
Populasi dari Data Kelompok
L
a
n
g
k
a
L
angkah-langkah Distribusi Data Tunggal
1. Menentukan Mean Data Tunggal
X1 =
= 77
2. Menentukan Mean Data Kelompok
No Interval kelas Fi Xi Xi2 Fixi Fixi
2
1 75 – 79 1 77 5929 231 17787
2 80 – 84 3 82 6724 164 13448
3 85 - 89 2 87 7569 435 37845
4 90 – 94 6 92 8464 552 50784
5 95 – 99 5 97 9409 582 56454
6 100 – 104 7 102 10404 102 10404
∑ 24 2066 186722
68
Me =
=
= 91.6
3. Menentukan Median
Median = BO + C.
- ∑fo
fmed
= 89.5 + 5.
= 89.5 + 5.
= 89.5 + 0
= 89.5
4. Menentukan Modus
Modus = BO + C.
= 89.5 + 5.
= 89.5 + 5.
= 89.5 + 1.6
= 91.1
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa modus dari distribusi
data yaitu nilai yang paling sering terjadi atau nilai dengan frekuensi terbanyak
yaitu 91 dan nilai tersebut di atas nilai KKM yaitu 70, nilai tersebut sudah sangat
memuaskan.
5. Menentukan Simpangan
S = √
69
= √
= √
= √
= √
= 19
Berdasarkan data tersebut di atas, dapat diketahui perolehan nilai posttest
terendah adalah 75, sedangkan siswa yang memperoleh nilai posttest tertinggi
adalah 100. Dengan mean 86.09, median 89.5, dan modus 91.1. Maka penggunaan
metode inquiry pada materi membaca kritis artikel sangat efektif.
C. Pembahasan
Aktivitas kegiatan belajar siswa pada pretest siklus 1 belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Pada siklus I pretest siswa masih
banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal dan kegiatan
pembelajaran di dalam kelas belum bisa dikatakan tenang untuk belajar. Pada
pretest diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 52,5 dengan nilai terendah yaitu 20
dan nilai tertinggi yaitu 70. Sedangkan hasil posttest diperoleh nilai rata-rata
sebesar 70,38 dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80.
Pada siklus II ini dilakukan perbaikan, sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan baik, dan sesuai dengan yang diinginkan. Seluruh siswa sudah
bisa belajar dengan serius dan dalam keadaan tenang. Pada siklus II pretest siswa
masih ada beberapa siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Pada pretest diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 74.16 dengan nilai
terendah yaitu 50 dan nilai tertinggi yaitu 90. Sedangkan hasil posttest pada siklus
II sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan diperoleh nilai rata-
rata sebesar 91,6 dengan nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 100. Dengan
demikian hasil belajar siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
70
yang telah ditentukan yaitu 70 sebesar 100%. Berdasarkan data yang diperoleh
dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari
pretest dan posttest baik pada siklus I maupun siklus II.
Penerapan metode inquiry mendapat respon positif kepada siswa, terlihat
dari aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry dalam
membaca kritis artikel dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca
pada siswa.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analitis data yang didapatkan di
SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Terdapat peningkatan pembelajaran membaca kritis artikel melalui metode
inquiry siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan. Hal ini dapat dibuktikan pada analisis data
menunjukkan bahwa nilai pretest yaitu rata-rata 52,5 atau sekitar 52,5%.
Siklus I pada posttest yaitu dengan rata-rata 70,38 atau sekitar 70,38%
dengan kategori cukup berhasil dan posttest pada pertemuan ke 2, yaitu
dengan rata-rata 91,6 atau 91,6% dengan kategori sangat berhasil. Dengan
demikian, berarti ada kenaikan dari posttest 1 ke posttest 2 yaitu 39,1%
dan nilai tersebut memenuhi nilai standar KKM yang telah ditetapkan
yaitu 70.
2. Penerapan metode inquiry sangat berperan penting dalam pembelajaran
membaca, khususnya membaca kritis. Melalui membaca kritis ini siswa
mampu menemukan ide baru, belajar menjadi seorang ilmuan. Tahap
pertama, siswa diberikan sebuah artikel untuk menemukan berbagai
informasi yang diperoleh dari hasil membacanya. Tahapan kedua, siswa
kembali menuliskan hasil pengamatannya ke dalam bentuk tulisan.
Tahapan ketiga, guru meminta salah satu sisws untuk mengkomunikasikan
hasil temuannya kepada teman lain, sedangkan siswa lainnya memberi
pendapat terhadap hasil temuan yang sudah disampaikan.
3. Dalam pendekatan metode inquiry siswa belajar dalam konteks
menghubungan materi dengan kehidupan nyata, menuangkan ide
kreatifnya dalam bentul tulisan, serta mampu memberikan pendapat apa
yang mereka peroleh dari siswa lainnya.
72
72
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan peneliti selama di lapangan, peneliti
mengajukan beberapa saran, yaitu:
1. Guru mempersiapkan media yang mudah dipahami/digunakan agar
terwujudnya hasil belajar yang maksimal.
2. Dalam proses pembelajaran, khususnya materi membaca kritis melalui
artikel dengan metode inquiry terlebih dahulu guru menjelaskan
keterkaitan antara materi dan metode yang digunakan saat proses
pembelajaran di kelas.
3. Berikan penguatan dan motivasi kepada siswa agar gemar dalam
membaca. Karena dengan adanya gemar membaca secara langsung akan
membuat peserta didik mendapatkan pengetahuan lebih.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan, semoga
bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
A Harras Kholid, Membaca I, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
Ahmad, Sujana Harya,S. Membaca. Jakarta: Karunia, 1988.
Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya, 2010.
Downey. L. The Secondary Phase Of Education. Bostun. Ginn And Co. 1967
Hanafiah, Nanang. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama,
2010.
Iskandarwasid, Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya. 2008.
Joyce. B. Model Of Teaching. Bostun. New York. San Fransisco. 2011
Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna,
2010.
Kosasih, E dan Horniatri E. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Putra
Setia, 2003.
Kridalaksana, Harimurti, E. Kamus Lingustik. Jakarta: Gramedia, 1984.
Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Keguruan.
Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Kundharu. Saddhono. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Bandung: CV. Karya Putra Darwati, 2012.
Kuntarto, Niknik M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2010.
Kusuma, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta. PT Indeks, 2012.
Mahmud, H, MSI. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV PustakaSetia,
2011.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif. Depok: PT RajaGrafindo
Persada, 2012.
Mintowati. Membaca. Jakarta: Dit. PLP, 2012.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Rahim, Farida. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Sanjaya. Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana. Prenamedia Group. 2006.
Subanandar, Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:
Pustaka Setia, 1998.
Suhana, Cucu dan Hanafiah. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung. PT Refika
Aditama. 2010.
Sujarweni, Wiratna, V dan Endrayanto Poly. Statistika Untuk Pendidikan,
Cetakan Pertama. Yogyakarta. GRAHA ILMU. 2012
Soedarsono. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia, 1984.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. CV Pustaka Setia,
2011.
Sumandira. AS. Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2011.
Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 2008.
Tampubolon, DP. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa, 1986.
Yusuf, Muri, A. Statistik Pendidikan. Padang. Angkasa Raya Padang 1987.
1
1
Lampiran 27
PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS
2
2
3
3
4
4
KEGIATAN SAAT MENGERJAKAN LATIHAN
5
5
6
6
PROSES KEGIATAN MENGAJAR
7
7
8
8
9
9
BIOGRAFI PENULIS
Nama Lengkap Arini Rachmawati Azizah, biasa di
panggil Arien. Ia lahir di Surabaya, 25 November 1989, 26
tahun lalu. Saat ini ia telah bekerja di salah satu Perusahaan
ternama di Jakarta. Anak pertama dari 3 bersaudara,
memiliki satu adik perempuan, bernama Maya Marcelina
Azizah, dan adik laki-laki bernama M. Wildan Uwais Al-
Qorni.
Arien dibesarkan dari keluarga sederhana tetapi
penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. Ayahnya yang
bernama M.Makinuddin MZ, bekerja sebagai karyawan
swasta di salah satu Perusahaan Jasa ternama di Jakarta
selama 23 tahun, sedangkan Ibunya bernama Lilik In
Pujirahayu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Mereka sekeluarga singgah dan mengadu nasib
di Jakarta pada tahun 1995. Tidak segelintir orang mengatakan bahwa berlomba-lombah lah
untuk tetap bertahan hidup di Jakarta, jika tak sanggup tinggal di Ibu Kota yang penuh dengan
kekerasan hidup, silahkan kembali pada daerah asalmu lahir.
Jenjang Pendidikan Arien berawal dari sekolah TK Dharma Bhakti di tahun 1995, lanjut
kembali di SD Negeri 2 Depok di tahun 1996, lanjut lagi sekolah di SMP Negeri 1 Depok di
tahun 2002, setelah itu lanjut ke MA. Al-Awwabin Depok tahun 2005, dan kembali melanjutkan
pendidikan ke jenjang kuliah di UIN Syarief Hidayatullah pada tahun 2008 kemudian memilih
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Satu prinsip yang masih jadi panutannya ialah
“Setiap orang berhak meraih kesuksesan. Tapi jangan pernah menyerah ketika ujian
kehidupan menerpamu, tetaplah tenang dan yakin kelak kamu akan menjadi orang besar”.