Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, JUMLAH KANTOR CABANG,
KECUKUPAN MODAL, PEMBIAYAAN BERMASALAH, LIKUIDITAS,
EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS BANK
SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
MUHAMMAD ARIF RAHMAN
11150820000058
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
iii
iv
v
vi
DATA RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Muhammad Arif Rahman
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 12 Juni 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lamtoro no.58 RT 03/16. Pamulang Timur,
Tangerang Selatan
No. Telp : (021) 7400378/089632777409
E-mail : [email protected]
Pendidikan
2003-2009 : MI Pembangunan UIN Jakarta
2009-2012 : SMPS Daar-el Qolam
2012-2015 : SMAN 34 Jakarta
2015-2019 : Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
2013-2014 : Anggota ROHIS SMAN 34 Jakarta
2016-2017 : Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
divisi Sosial Agama
2016-2018 : Anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Komisariat Ekonomi dan Bisnis
2017-2018 : Koordinator Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
divisi Data Informasi
vii
2018-2019 : Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Komisariat Ekonomi dan Bisnis
2019-2020 : Bendahara Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Cabang Ciputat
viii
THE EFFECT OF INTELLECTUAL CAPITAL, NUMBER OF BRANCH
OFFICE, CAPITAL ADEQUACY, PROBLEM FINANCING, LIQUIDITY,
OPERATIONAL EFFICIENCY ON PROFITABILITY OF SHARIA BANKS
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of Intellectual Capital, Number of Branch
Offices, Capital Adequacy, Problem Funding, Liquidity, Operational Efficiency on
the profitability of Islamic Commercial Banks. The population in this study was 14,
namely all Islamic Commercial Banks in Indonesia. The sampling method in this
study used a purposive sampling method. Based on the criteria, a sample of 6
companies was selected with a 6-year observation period, namely 2013-2018.
Based on the multiple regression results from this study, it can be concluded that
the profitability dependent variable can simultaneously be explained by an
independent variable consisting of intellectual capital, number of branch offices,
capital adequacy, problematic financing, liquidity, and operational efficiency.
Partially the problematic financing variable has a significant effect on profitability.
However, the variable intellectual capital, number of branch offices, capital
adequacy, liquidity, and operational efficiency did not significantly influence
profitability.
Keywords: intellectual capital, number of branch offices, capital adequacy,
problematic financing, liquidity, and operational efficiency, profitability
ix
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, JUMLAH KANTOR CABANG,
KECUKUPAN MODAL, PEMBIAYAAN BERMASALAH, LIKUIDITAS,
EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS BANK
SYARIAH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital , Jumlah
Kantor Cabang , Kecukupan Modal, Pembiayaan Bermasalah, Likuiditas, Efisiensi
Operasional terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah. Jumlah populasi pada
penelitian ini sebanyak 14 yaitu semua Bank Umum Syariah di Indonesia. Metode
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Berdasarkan kriteria, terpilih sampel berjumlah 6 perusahaan
dengan masa pengamatan 6 tahun periode yaitu tahun 2013-2018.
Berdasarkan hasil regresi berganda dari penelitian ini menunjukan bahwa secara
simultan variabel dependen profitabilitas dapat dijelaskan oleh variabel independen
yang terdiri dari intellectual capital, jumlah kantor cabang, kecukupan modal,
pembiayaan bermasalah, likuiditas, dan efisiensi operasional. Secara parsial
variabel pembiayaan bermasalah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Namun, variabel intellectual capital, jumlah kantor cabang, kecukupan modal,
likuiditas, dan efisiensi operasional tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas.
Kata Kunci : intellectual capital, jumlah kantor cabang, kecukupan modal,
pembiayaan bermasalah, likuiditas, dan efisiensi operasional, profitabilitas
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalammualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat, inayah,
taufik dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini yang berjudul: Pengaruh Intellectual Capital, Jumlah Kantor
Cabang, Kecukupan Modal, Pembiayaan Bermasalah, Likuiditas, Efisiensi
Operasional Terhadap Profitabilitas Bank Syariah dengan lancar. Shalawat
serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Suri tauladan bagi insan di muka bumi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Dan Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Penyusunan proposal skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat mata kuliah
metodologi penelitian. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini yaitu :
1. Allah SWT yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Penolong dan Maga
Segala-galanya. Yang telah melimpahkan segala karunia-Nya, ilmu
pengetahuan yang tidak terhingga serta yang terpenting niat dalam hati saya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua Orang tua saya yang sangat berjasa bagi saya di dunia, yang selalu
memberikan kasih sayang, yang melantunkan doa-doa nya dikala sembahyang,
yang tidak henti-hentinya memberikan nasihat, dan dukungan moril maupun
materil. Dengan orang tua saya lah yang berperan sangat besar dalam
penyelesaian skripsi ini.
xi
3. Kakak kandung saya yang juga selalu memberikan semangat, motivasi dan doa
kepada saya agar bisa menyelesaikan ini dengan cepat.
4. Ibu Dr. Rini SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing saya yang telah
bersedia meluangkan waktunya disela kesibukannya, banyak memberi
pelajaran dan arahan mengenai skripsi saya, dan memberi motivasi saya agar
cepat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Nur Wachidah Yulianti SE., M.S.Ak. selaku Dosen Pembimbing kedua dan
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik saya yang juga banyak memberi
arahan serta motivasi kepada saya.
6. Bapak Prof. Dr. Amilin SE., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9. Semua Dosen dan tenaga pendidik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis IN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga kepada
penulis
10. Seluruh staff karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama
menempuh masa studi.
11. Sahabat karib saya Dedy Taufik dan Adi Dhiwa yang selalu menemani,
memberi doa, dukungan dan motivasi selama ini.
12. Keluarga besar Akuntansi 2015 terkhusus teman-teman Masenk, teman
seperjuangan yang selama 4 tahun ini sama-sama menjalani jatuh bangun
dalam perkuliahan, pengalaman dan ilmu yang tidak bisa terukur. Terimakasih
semuanya, semoga hubungan ini bisa bertahan selamanya.
13. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ekonomi dan Bisnis,
keluarga yang telah mengisi waktu dengan pembelajaran, pengalaman baru
bagi saya yang selalu memberikan dukungan dan doa agar terselesaikan skripsi
ini.
xii
14. Keluarga Besar TKF, teman-teman yang selalu mendampingi waktu luang saya
dengan canda tawa yang memberikan semangat saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
15. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan apapun kepada
penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk
bantuannya selama ini.
Tangerang Selatan, 19 Agustus 2019
Muhammad Arif Rahman
xiii
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………….…... i
LEMBAR PENGESAHAN JUDUL ………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ……………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………………………………. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ………………. v
DATA RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………. vi
ABSTRACT …………………………………………………………………….viii
ABSTRAK ……………………………………………………………………... ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….... x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..... xiii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xvi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xviii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………….... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………... 7
C. Tujuan Penelitian ………………………………………….... 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 9
A. Tinjauan Literatur …………………………………………... 9
1. Teori Signal ……………………………………………. 9
2. Intellectual Capital …………………………………………. 10
3. Jumlah Kantor Cabang ………………………………… 12
4. Kecukupan Modal (CAR) ……………………………... 14
5. Likuiditas (FDR) ………………………………………. 18
6. Pembiayaan Bermasalah (NPF) ………………………... 19
7. Efisiensi Operasional(BOPO) ………………………….. 22
xiv
8. Profitabilitas Bank Syariah (ROA) ……………………. 24
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu …………………………... 27
C. Pengembangan Hipotesis …………………………………... 34
D. Kerangka Pemikiran ………………………………………... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………. 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………….. 43
B. Metode Penentuan Sampel ………………………………..... 43
C. Metode Pengumpulan Data ………………………………… 44
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ……………………….. 45
1. Intellectual Capital (X1) ……………………………….. 45
2. Jumlah Kantor Cabang (X2) …………………………… 47
3. Kecukupan Modal (X3) ………………………………... 48
4. Pembiayaan Bermasalah (X4) …………………………. 49
5. Likuiditas (X5) ………………………………………… 50
6. Efisiensi Operasional (X6) …………………………….. 51
7. Profitabilitas Bank Syariah(Y1) ………………………. 52
E. Metode Analisi Data ………………………………………. 55
1. Statistik Deskriptif ……………………………………. 56
2. Uji Asumsi Klasik …………………………………….. 56
a. Uji Normalitas …………………………………..... 56
b. Uji Multikolinieritas ……………………………… 57
c. Uji Heteroskedastisitas …………………………… 58
d. Uji Autokorelasi …………………………………... 59
3. Uji Hipotesis ………………………………………....... 60
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) …………………… 61
b. Uji Statistik Simultan (Uji F) ……………………... 61
c. Uji Statistik Parsial (Uji t) ………………………… 62
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………………………. 64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………... 64
1. Jenis dan Objek Penelitian ……………………………. 64
xv
2. Populasi dan Sampel …………………………………... 65
B. Hasil Analisis Data …………………………………………. 67
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif …………………………... 67
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ………………………………. 68
a. Uji Normalitas ……………………………………. 68
b. Uji Multikolinieritas ……………………………… 71
c. Uji Heteroskedastisitas …………………………... 73
d. Uji Autokorelasi ………………………………….. 74
3. Hasil Uji Hipotesis ……………………………………. 75
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) …………………... 75
b. Uji Statistik Simultan (Uji F) …………………….. 76
c. Uji Statistik Parsial (Uji t) ……………………….. 77
C. Pembahasan ……………………………………………….. 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 86
A. Kesimpulan ………………………………………………… 86
B. Saran ……………………………………………………….. 87
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 88
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 94
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Data Perkembangan Bank Syariah 4
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 27
3.1 Operasionalisasi Variabel 53
4.1 Populasi Penelitian 65
4.2 Proses Pengambilan Sampel 66
4.3 Sampel Penelitian 66
4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif 67
4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) 71
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas 72
4.7 Hasil Uji Autokorelasi 74
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 76
4.9 Hasil Uji Statistik F 77
4.10 Hasil Uji Statistik t 78
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 41
4.1 Grafik Histogram 69
4.2 Grafik P-Plot 70
4.3 Grafik Scatterplot 73
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1. Data Perusahaan 94
2. Data Variabel 94
3. Hasil Output 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah mengalami
kemajuan yang sangat pesat, baik di dunia Internasional maupun di Indonesia.
Penerapan ekonomi yang islami menjadi fenomena baru di berbagai negara,
baik di Asia, Eropa, Afrika, hingga Amerika. Khusus di Indonesia, ekonomi
islam mulai diterapkan dalam bentuk institusi pada tahun 1991. Perkembangan
perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya undang-
undang No. 10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan jelas
mengenai landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga
memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang
syariah atau bankan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan
(Antonio, 2001).
Sejak tahun 1992 berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah No. 72 tentang Perbankan telah
berdiri bank syariah yang pertama dengan nama Bank Muamalat. Bank
muamalat inilah merupakan bank umum pertama di Indonesia yang
menerapkan prinsip Syariah Islam dalam menjalankan operasionalnya yang
didirikan pada tahun 1991 (Sadi, 2015:29). Seperti yang tertulis di Undang -
2
Undang No. 20 Tahun 2008 Perbankan Syariah adalah suatu sistem perbankan
yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem
ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau
memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta
larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram).
Dengan definisi itu, Perbankan Syariah meliputi Bank Umum Syariah (BUS),
Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
(Hasan, 2009:4-5). Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah per Mei 2019,
di Indonesia terdapat 14 Bank Umum Syariah, 20 Unit Usaha Syariah, dan 164
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perkembangan perbankan syariah di
Indonesia dipengaruhi karena bank syariah dalam menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Menurut Wibowo (2013) yang membedakan antara manajemen bank
syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pembiayaan
dan pemberian balas jasa yang diterima oleh bank dan investor. Balas jasa yang
diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga (interest loan atau
deposit) dalam persentase pasti. Sementara pada bank syariah, hanya memberi
dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil.
Menurut Dewi (2011) bank umum lebih mendapatkan profitabilitas yang
tinggi dibanding bank syariah, akan tetapi dalam kenyataannya profitabilitas
bank syariah bisa di atas dan di bawah profitabilitas bank umum atau dapat
dikatakan tidak stabil. Dengan profitabilitas yang belum pasti itu dibutuhkan
3
suatu informasi yang mengatakan jumlah nominal pasti dari profitabilitas bank
syariah itu.
Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling
tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Semakin tinggi
profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang
biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas adalah Return On Equity
(ROE) dan Return On Assest (ROA). ROA mengindikasikan seberapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh rata – rata terhadap setiap rupiah asetnya
(Siamat, 2005 : 290).
Menurut Stauton, Guru dan Balachandar (2008) menyatakan bahwa bank
yang memiliki rasio modal yang tinggi akan relatif lebih aman dalam
menghadapi kerugian. Tetapi tingginya rasio modal terhadap aset diasumsikan
sebagai indikator rendahnya profitabilitas. NPF, rasio ini dilihat dari
pembiayaan yand diterima bank dan semakin rendahnya aktiva menyebabkan
rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja perbankan (Juli Irmayanto et al,
2008 :96) dengan rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja dapat mempengaruhi
profitabilitas bank menjadi menurun.
Profitabilitas juga dipengaruhi oleh likuiditas yang diukur dengan
financing to deposit ratio (FDR), semakin tinggi rasio FDR berarti semakin
rendah likuiditas bank, karena terlalu jumlah dana masyarakat yang
dialokasikan ke kredit (Juli Irmayanto et al, 2008:90) hal ini dapat
mempengaruhi profitabilitas, karena semakin rendah likuiditas bank maka akan
4
semakin rendah profitabilitas bank. Profitabilitas suatu bank juga dapat
dipengaruhi oleh efisiensi biaya operasional dengan besarnya biaya
operasional akan menurunkan nilai laba.
Pada kasus krisis moneter yang terjadi tahun 1998, merupakan suatu
kejadian yang berdampak besar pada perekonomian salah satunya pada
perbankan. Krisis moneter mengakibatkan banyaknya bank yang mengalami
kredit macet. Hal tersebut mempengaruhi iklim investasi pasar modal dibidang
perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kejadian ini juga
menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional
yang berdampak pada kebangkrutan dan kemampuan perusahaan melunasi
utangnya (likuiditas).
Tabel 1.1
Data Perkembangan Bank Syariah
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019 (mei)
Jumlah BUS 12 13 13 14 14
Jumlah Kantor 1.990 1.869 1.825 1.875 1.881
Jumlah Pekerja 51.413 51.110 51.068 49.516 49.289
Total Aset
(Miliar rupiah)
213.423 254.184 288.027 316.691 313.210
CAR 15,02 16,63 17,91 20,39 19,62
NPF 4,84 4,42 4,76 3,26 3,49
FDR 88,03 85,99 79,61 78,53 82,01
BOPO 97,01 96,22 94,91 89,18 86,29
ROA 0,49 0,63 0,63 1,28 1,56
5
Dari tabel 1.1 diatas, dapat dilihat perkebangan bank umum syariah
selama 5 tahun bahwa terdapat 9 indikator yang berkaitan dengan penelitian
ini. Jumlah bank umum syariah di tahun 2015 berjumlah 12 dan adanya
pernambahan 2 bank di tahun 2016 dan 2018, bank tersebut yaitu Bank Aceh
Syariah di tahun 2016 dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Syariah di tahun
2018. Sepanjang tahun 2015 sampai 2017, jumlah kantor mengalami
penurunan, lalu kenaikan terjadi di tahun 2018 dan 2019. Kenaikan ini sejalan
dengan jumlah BUS yang terjadi penambahan 1 bank di tahun 2018. Jumlah
pekerja konsisten dalam 5 tahun yang mengalami penurunan. Adanya
ketidakefektifan dalam pengelolaan Sumber daya manusia yang menjadi
pertimbangan dalam menurunkan jumlah pekerja. Total asset konsisten hanya
dalam kenaikannya dari tahun 2015 sampai mei 2019 dan diasumsikan di akhir
2019 akan melampaui jumlah di tahun 2018. Rasio CAR dalam 4 tahun ini
mengalami kenaikan yang berarti semakin besar modal yang bisa menyerap
kerugian dan mampu dalam menutup seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko. Rasio NPF mengalami fluktuatif setiap tahunnya dari 2015 sampai mei
2019 yang berarti bank belum bisa mengefektifkan pembiayaan yang
bermasalah. Rasio FDR mengalami penurunan sepanjang tahun 2015 sampai
2018 penurunan ini berarti bahwa semakin menurunnya kemampuan bank
untuk membayar kredit atau pembiayaan yang dilakukan deposan. Rasio
BOPO konsisten dalam penurunannya selama 5 tahun ini, yang berarti bahwa
semakin menunjukkan keefisienan bank dalam menjalankan aktivitas dan
operasional usahanya. Rasio ROA pun menunjukkan angka yang konsisten
6
dalam kenaikannya selama 5 tahun. Hal ini akan berdampak pada kenaikan
keuntungan bank dari penggunaan asset.
Hasil Penelitian mengenai pengaruh Intellectual Capital (IC), Jumlah
Kantor Cabang (JKC), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Assets
(ROA) menunjukkan hasil yang berbeda – beda. Hasil penelitian yang di
lakukan oleh Halim dan Faisal (2016) bahwa Intellectual Capital berpengaruh
terhadap Profitabilitas. Penelitian lain yang berbeda hasil diteliti oleh Febrianty
dan Febriantoko (2018) bahwa Intellectual Capital tidak berpengaruh terhadap
Profitabilitas Perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hijrianto (2016)
menunjukkan bahwa jumlah kantor berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fitriani dan Septiarini (2017) menunjukkan
bahwa kecukupan modal yang diproksikan oleh capital adequacy ratio (CAR)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return on asset (ROA). Hal ini
bertentangan dengan penelitian Pamungkas (2016) bahwa variabel permodalan
yang menggunakan rasio Capital Adequency Ratio (CAR) berpengaruh
terhadap profitabilitas bank umum syariah. Hasil penelitian oleh Farikhah dan
Rani (2019) menunjukkan bahwa Non Performing Finance (NPF) berpengaruh
terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan Yusuf dan Surjaatmadja (2018)
justru sebaliknya, bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas atau
ROA. Hasil penelitian oleh Oktaviani dan Abikusna (2017) bahwa likuiditas
(FDR) berpengaruh terhadap profitabilitas. Penelitian lain dari Ningsih dkk.
7
(2017) menunjukkan hasil yang berlawanan bahwa FDR tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas. Hasil penelitian oleh Marlina dkk. (2015) Efisiensi
Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap ROA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Rumusan masalah yang
didapat dalam penelitian ini yaitu:
1. Adakah pengaruh Intellectual Capital terhadap profitabilitas bank syariah
2. Adakah pengaruh jumlah kantor cabang terhadap profitabilitas bank
syariah
3. Adakah pengaruh kecukupan modal terhadap profitabilitas bank syariah
4. Adakah pengaruh aset tetap terhadap profitabilitas bank syariah
5. Adakah pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas bank syariah
6. Adakah pengaruh biaya operasional terhadap profitabilitas bank syariah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris tentang:
1. Pengaruh Intellectual Capital terhadap profitabilitas bank syariah
2. Pengaruh jumlah kantor cabang terhadap profitabilitas bank syariah
3. Pengaruh kecukupan modal terhadap profitabilitas bank syariah
8
4. Pengaruh aset tetap terhadap profitabilitas bank syariah
5. Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas bank syariah
6. Pengaruh Efisiensi Operasional terhadap profitabilitas bank syariah
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
diantaranya:
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan terkait dengan perbankan syariah
b. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang perbankan syariah
serta menambah pengetahuan akuntansi dan pada sektor syariah
c. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Signal
Teori Signal menjelaskan bahwa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal
perusahaan. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah
karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak eksternal.
Pihak eksternal kemudian menilai perusahaan sebagai fungsi dari
mekanisme signalling yang berbeda-beda. Kurangnya informasi pihak luar
mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan
memberikan harga yang rendah untuk perusahaan, dan kemungkinan lain
pihak eksternal yang tidak memiliki informasi akan berpersepsi sama
tentang nilai semua perusahaan. Pandangan seperti ini akan merugikan
perusahaan yang memiliki kondisi yang lebih baik karena pihak eksternal
akan menilai perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya dan demikian
juga sebaliknya.
Laba akuntansi juga merupakan salah satu signal dari seperangkat
informasi yang tersedia di pasar modal. Menurut Suwardjono (2010),
informasi dalam (inside information) berupa kebijakan manajemen, rencana
manajemen, pengembangan produk, strategi bisnis dan sebagainya yang
tidak tersedia secara publik, akhirnya akan terefleksi dalam angka laba yang
10
dipublikasikan melalui laporan keuangan. Oleh karenanya, laba merupakan
sarana bagi perusahaan untuk mengirimkan sinyal kepada publik.
2. Intellectual Capital
Intellectual Capital (IC) merupakan sumber daya yang berupa
pengetahuan yang tersedia bagi perusahaan, yang akan mendatangkan
future economic benefit (manfaat ekonomi dimasa mendatang) pada
perusahaan tersebut. Singkatnya, Intellectual Capital merupakan sumber
daya pengetahuan yang didukung dengan proses informasi untuk menjalin
suatu hubungan dengan pihak luar. IC menunjukkan kemampuan bertindak
perusahaan yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan. IC
merupakan akumulasi pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan
keterampilan yang tertanam dalam otak manusia yang menjadi sumber
inovasi, regenerasi, dan dapat digunakan untuk menciptakan keunggulan
diferensial (Stewart, 2001 dalam Setyawati, 2018)
Di Indonesia, Intellectual Capital mulai berkembang setelah
munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. PSAK
No.19 menjelaskan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan barang atau memberikan barang atau jasa,
disewakan pada pihak lainnya atau untuk tujuan administratif. Walau tidak
dinyatakan secara eksplisit namun dapat disimpulkan bahwa Intellectual
11
Capital telah mendapat perhatian semakin meningkat (Kuspinta dan Husaini,
2018)
Seringkali, istilah Intellectual Capital diperlakukan sebagai sinonim
dari intangible assets. Meskipun demikian, definisi yang diajukan OECD,
menyajikan cukup perbedaan dengan meletakkan Intellectual Capital
sebagai bagian terpisah dari dasar penetapan intangible asset secara
keseluruhan suatu perusahaan. Dengan demikian, terdapat item-item
intangible asset yang secara logika tidak membentuk bagian dari
Intellectual Capital suatu perusahaan. Salah satunya adalah reputasi
perusahaan. Reputasi perusahaan mungkin merupakan hasil sampingan
(atau suatu akibat) dari penggunaan IC secara bijak dalam perusahaan, tapi
itu bukan merupakan bagian dari Intellectual Capital (Ulum, 2009 dalam
Septiarini dan Fitriani, 2017).
PSAK 19 menyatakan bahwa aset tidak berwujud diakui jika, dan
hanya jika: 1) kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat
ekonomi masa depan dari aset ini, dan 2) biaya aset dapat diukur dengan
andal. Persyaratan ini sulit dipenuhi, sehingga modal intelektual hingga saat
ini tidak dapat dilaporkan dalam laporan keuangan. Kondisi ini menyulitkan
bagi (calon) investor untuk dapat melakukan analisis dan penilaian terhadap
prospek perusahaan di masa depan berdasarkan potensi modal intelektual
yang dimiliki (Ulum, Ghozali, dan Purwanto, 2014).
12
Secara umum, para peneliti mengidentifikasikan tiga konstruksi
utama dari IC yaitu human capital (HC), structural capital (SC), dan
relational capital (RC) (Bontis et al., 2000). HC mempresentasikan
individual knowledge stock suatu organisasi yang dipresentasikan oleh
karyawannya, SC meliputi seluruh non-human storehouse of knowledge
dalam organisasi dan CC adalah pengetahuan yang melekat dalam
marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi
mengambangkannya melalui jalannya bisnis. Sampai saat ini, defenisi
modal intelektual seringkali dimaknai berbeda-beda. Sebagai sebuah konsep,
modal intelektual merujuk kepada modal-modal tidak berwujud (intangible
assets) yang mana terkait dengan pengetahuan manusia atau teknologi yang
digunakan (Bontis, 2000 dalam Marlinda, 2018)
3. Jumlah Kantor
Salah satu permasalahan bagi perkembangan bank syariah di
Indonesia adalah jaringan kantor bank yang belum cukup luas dan merata.
Padahal pengembangan jaringan kantor bank syariah sangat diperlukan
dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat yang
selama ini belum terlayani oleh sistem perbankan konvensional. Disamping
itu, kurangnya jumlah kantor bank syariah dapat menghambat
perkembangan kerjasama antar bank syariah. Kerjasama yang sangat
diperlukan antara lain berkenaan dengan penempatan dana antar bank dalam
hal mengatasi masalah likuiditas (Antonio, 2001:225). Kurangnya jumlah
kantor bank juga akan menghambat pembentukan pasar uang antar bank
13
yang sangat penting dalam mekanisme operasional perbankan syariah
sehingga dapat berkembang secara sehat. Dan masih banyak berkenaan
dengan dampak yang timbul jika pengoptimalan kantor bank ini.
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 11/1/PBI/2009 tentang
bank umum menyatakan bahwa kantor cabang yang selanjutnya disebut KC
adalah kantor bank yang secara langsung bertanggung jawab kepada kantor
pusat bank yang bersangkutan, dengan alamat tempat usaha yang jelas
dimana KC atau kantor cabang tersebut melakukan usahanya. Kantor
Cabang atau biasa disebut dengan kantor cabang penuh adalah kantor
cabang yang melakukan operasional bank sesuai dengan kewenangan yang
diberikan oleh kantor pusatnya dan dalam menjalankan usahanya dipimpin
oleh seorang kepala cabang dibantu dengan wakilnya serta mambawahi
kepala bagian dan kepala seksi yang ada di kantor cabang. Semakin
banyaknya jumlah kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk
menabung semakin banyak dan meningkat. Dengan kondisi yang seperti ini
akan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenuhi
kebutuhannya di bidang perbankan. Dalam hal ini adalah menabung atau
menyimpan dananya pada lembaga perbankan, tanpa adanya alasan yang
disebabkan lokasi bank yang jauh dari tempat tinggal, sehingga mereka
malas dan enggan untuk menabungkan uangnya di bank karena tidak
memiliki waktu luang (Iskandar, 2013:63).
Bank dalam menjalankan operasional bisnisnya membutuhkan tempat
atau kantor untuk melaksanakan aktivitas-aktrvitas bisnis atau usahanya.
14
Kantor pusat menandakan lokasi fungsi terpenting dari suatu organisasi
yang dipimpin. Semua kegiatan perencanaan sampai dengan pengawasan
terdapat di kantor ini. Setiap perusahaan memiliki suatu kantor pusat dan
kantor pusat tidak dapat melakukan kegiatan operasional sebagaimana
kantor lainnya, akan tetapi mengendalikan kebijaksanaan kantor pusat
terhadap cabang-cabangnya. Kantor pusat bank untuk skala nasional (bank
nasional) berada di ibukota sebuah negara. Untuk kantor pusat bank di
Indonesia pada umumnya berada di Jakarta. Kantor pusat sebuat bank
membawahi kantor cabang bank yang terletak di kota-kota besar, yaitu di
tiap-tiap Propinsi atau di tiap-tiap kabupaten/kotamadya. Sedangkan kantor
cabang dalam menjalankan operasionalnya juga dibantu oleh kantor cabang
pembantu dan kantor kas (ER, 2018).
Banyaknya kantor cabang pada bank syariah menjadi salah satu faktor
yang mendukung proses pelayanan antara pihak bank dengan nasabah.
Semakin banyak kantor yang didirikan, semakin mudah pula bagi
masyarakat untuk memilih produk- produk bank syariah. Lokasi kantor
yang mudah dijangkau menjadi faktor pendukung minat masyarakat dalam
memilih bank syariah untuk menginvestasikan dananya. Dalam praktiknya
jenisjenis kantor bank terdiri dari kantor pusat, kantor wilayah, kantor
cabang penuh/utama, kantor cabang pembantu dan kantor kas (Arif, 2010).
4. Kecukupan Modal (CAR)
15
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Setiap
penciptaan aktiva, disamping berpotensi menghasilkan keuntungan juga
berpotensi menimbulkan terjadinya risiko. Oleh karena itu modal juga harus
dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian
atas aktiva dan investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana
pihak ketiga atau masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil
keuntungan harus secara simultan dibarengi dengan pertimbangan risiko
yang mungkin timbul guna melindungi kepentingan para pemilik dana. Jika
bank tersebut sudah beroperasi maka modal merupakan salah satu faktor
yang sangat penting bagi pengembangan usaha dan menampung risiko
kerugian (Nofitasari, 2017).
Menurut Arifin (2002:157), modal didefinisikan sebagai sesuatu yang
mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai
buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisis
antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban
(liabilities). Pada suatu bank sumber perolehan modal bank dapat diperoleh
dari beberapa sumber. Pada awal pendirian, modal bank diperoleh dari para
pendiri dan para pemegang saham. Pemegang saham menempatkan
modalnya pada bank dengan harapan memperoleh hasil keuntungan di masa
yang akan datang. Sumber modal dari pemegang saham tersebut juga
berpengaruh pada posisinya di dalam neraca. Di dalam neraca, sumber
modal terlihat pada sisi pasiva bank, yaitu rekening modal dan cadangan.
16
Rekening modal berasal dari setoran para pemegang saham, sedangkan
rekening cadangan adalah berasal dari bagian keuntungan yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk keperluan
tertentu misalnya untuk perluasan usaha dan untuk menjaga likuiditas
karena adanya kredit-kredit yang diragukan atau menjurus kepada macet
(Arifin, 2002).
Menurut Ali (2007:47) modal bank merupakan manifestasi dari
keinginan para pemegang saham untuk berperan dalam bisnis perbankan.
Modal bank digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat, khususnya
masyarakat peminjam. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari besarnya
dana giro, deposito, dan tabungan yang harus melebihi jumlah setoran
modal dari pemegang saham. Sehingga modal merupakan hal yang pokok
bagi sebuah bank, selain sebagai penyangga kegiatan operasional sebuah
bank, modal juga sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya
kerugian. Dengan terjaganya modal berarti bank bisa mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat yang amat penting artinya bagi sebuah bank
karena dengan demikian, bank dapat menghimpun dana untuk keperluan
operasional selanjutnya (Amal, 2015).
Kecukupan modal adalah suatu regulasi perbankan yang menetapkan
suatu kerangka kerja mengenai bagaimana bank dan lembaga penyimpanan
harus menangani permodalan mereka. Kecukupan Modal menggambarkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi untuk
menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam
17
aset produktif yang mengandung risiko, serta untuk pembiayaan dalam asset
tetap dan investasi (Kartika, 2014).
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Penilaian
kecukupan modal bank didasarkan pada analisis tingkat ekuitas, yang terdiri
dari peraturan, ekonomi dan modal internal, serta informasi tentang rasio
solvabilitas. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan standar kecukupan
modal dan kemungkinan kekurangan modal yang diperlukan untuk menutup
risiko diperkirakan. Untuk pemahaman penuh tentang masalah kecukupan
modal, perlu untuk mengkarakterisasi berbagai kategori modal yang
dievaluasi. Kriteria tingkat cakupan dari setiap risiko yang terjadi di bank
memungkinkannya untuk membagi ekuitasnya menjadi modal regulasi,
ekonomi dan internal (Klepczarek, 2015).
Capital Adequacy Ratio (CAR) salah satu cara yang dipakai dalam
mengukur modal. Metode CAR ini sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 03/21/PBI/2001
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dan Surat
Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
53/KMK/017/1999 dan Nomor 31/12/KEP/GBI tanggal 8 Februari 1999.
Bank Indonesia menetapkan CAR yang harus selalu dipertahankan oleh
setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang
Menurut Resiko (ATMR) atau secara matematis:
18
Bank Indonesia menetapkan kebijaksanaan bagi setiap bank untuk
memenuhi rasio CAR minimal 8%, jika kurang dari 8% maka akan
dikenakan sanksi oleh Bank Indonesia. Ketentuan CAR pada prinsipnya
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara internasional, yaitu
standar Bank for International Settlement (BIS).
Rasio kecukupan modal (CAR) ditetapkan untuk Bank Uang Deposito
yang bertujuan dalam memastikan keuletan dan stabilitasnya secara global.
Ini adalah jumlah modal regulasi bank yang dinyatakan sebagai persentase
dari aset tertimbang menurut risiko dan mengukur kekuatan modal bank
(Okwoli, 2017)
5. Pembiayaan Bermasalah (NPF)
Pengertian pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang sudah
menurun kolektabilitasnya dari lancar menjadi kurang lancar, diragukan,
dan macet. Pembiayaan bermasalah juga di definisikan sebagai pembiayaan
yang telah terjadi kemacetan antara pihak debitur yang tidak bisa memenuhi
kewajibannya kepada pihak kreditur. Dalam peraturan Bank Indonesia
tentang penilaian kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat (2), bahwa kualitas aktiva produktif
dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu lancar (L), Dalam
perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), macet (M).
Selama ini usaha lembaga keuangan yang terbesar dalam memberikan
19
kontribusi sebagai sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran
pembiayaan (Rivai, 2008:2 dalam Oktaviani dan Abikusna, 2017).
Pembiayaan bermasalah dapat dihitung dengan menggunakan rasio
Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non Performing
Loan (NPL) diperuntukkan kepada bank konvensional, merupakan rasio
keuangan yang berkaitan dengan risiko kredit. Non Performing Financing
(NPF) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola
pembiayaan bermasalah yang diberikan bank (Ma’isyah dan Mawardi,
2015).
Non Performing Financing (NPF) adalah Kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Non Performing Financing (NPF) dijadikan alat ukur rasio kualitas aset
karena Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan
menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPF maka laba
atau profitabilitas bank (ROA) tersebut akan semakin meningkat (Setiawati
dkk., 2017).
6. Likuiditas (FDR)
Pengertian rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Manajemen
likuiditas bank bisa diartikan sebagai suatu proses pengendalian dari alat-
alat likuid yang mudah ditunaikan guna menenuhi semua kewajiban bank
20
yang segera harus dibayar. Likuiditas bagi perusahaan adalah hal yang
sangat penting, tidak terkecuali bagi perusahaan perbankan yang bergerak
di bidang jasa. Likuiditas ini berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat,
nasabah, dan pemerintah. Ketidakmampuan bank untuk menjaga likuiditas
di atas batas minimum pada akhirnya akan menyulitkan bank itu sendiri,
karena dana-dana tunai yang seharusnya dapat dikuasai oleh bank akan
semakin menipis (Hanafi dan Halim,2005:77 dalam Kristian, 2014).
Likuiditas juga merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat
waktu sehingga likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Jika
suatu perusahaan mengalami masalah dalam likuiditas maka sangat
memungkinkan perusahaan perusahaan tersebut mulai memasuki masa
kesulitan keuangan (financial distress), dan jika kondisi kesulitan tersebut
tidak cepat diatasi maka ini bisa berakibat kebangkrutan usaha (bankruptcy).
Dalam pengertian lain mengatakan likuiditas merupakan kemampuan
manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada
nasabahnya setiap saat (Kuncoro, 2009:297).
Menurut Munawir (2007:71) jika dilihat dari rasio likuiditas, suatu
perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila
mampu: (1). Memenuhi kewajiban - kewajiban tepat pada waktunya
(kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern). (2). Memelihara modal kerja
yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak
21
ekstern). (3). Membayar bungan dan deviden yang dibutuhkan. (4).
Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.
Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit
karena likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pihak-pihak yang berkepentingan
dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka
pendek seperti pemasok dan banker (Pamungkas, 2016).
Untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya perusahaan
memerlukan sejumlah kas yang cukup. Menurut Syamsuddin (2009:41)
“likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan
perusahaan, tetapi juga berkenaan dengan kemampuannya untuk mengubah
aktiva lancar tertentu menjadi uang kas”. Perusahaan harus mengubah
aktiva lancar tertentu menjadi kas untuk membayar kewajiban lancarnya,
misalnya perusahaan perlu menagih piutang atau menjual persediaannya
sehingga perusahaan memperoleh kas.
Financing to Deposit Ratio (FDR) salah satu cara dalam menghitung
likuiditas yaitu seberapa besar dana pihak ketiga bank syariah dilepaskan
untuk pembiayaan. Rasio likuiditas ini menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengendalikan kredit/pembiayaan yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, memberikan indikasi
semakin rendahnya likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan
22
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit/pembiayaan semakin
besar. Sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan kurangnya efektivitas
bank dalam pembiayaan. Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat
mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan
kembali dalam bentuk pembiayaan yang nantinya dapat menambah
pendapatan bank baik dalam bentuk bonus maupun bagi hasil, yang berarti
profit bank syariah juga akan meningkat (Dendawijaya, 2009:116).
7. Efisiensi Operasional (BOPO)
Efisiensi Operasional pada dasarnya adalah rasio perbandingan antara
biaya operasional dengan pendapatan operasional (Dendawijaya, 2009).
Efisiensi operasional bisa diartikan sebagai kemampuan manajemen
perbankan dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Efisiensi operasional dilakukan oleh bank dalam rangka untuk
mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha
pokok bank, dilakukan dengan benar (sesuai dengan harapan pihak
manajemen dan pemegang saham) serta digunakan untuk menunjukkan
apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat
dan berhasil. Jadi pendapatan pembiayaan akan meningkat jika biaya
dikeluarkan selama melakukan pembiayaan (biaya operasi) dapat
dikendalikan atau dengan kata lain BOPO berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas.
23
Di samping itu, efisiensi operasional juga bisa didefinisikan sebagai
seluruh pengorbanan yang dikeluarkan perusahaan untuk mendanai
kegiatan operasional perusahaan demi mencapai tujuan atau laba yang telah
ditargetkan. Masalah mengenai operasional ini hanya dapat dipecahkan
secara memuaskan jika perusahaan tersebut memiliki pengetahuan tentang
biaya yang berkaitan dengannya. Karena itu, penyediaan data-data sangat
penting sebagai alat informasi dalam pengambilan kebijakan dan keputusan
oleh manajer perusahaan (Hasny dan Oey, 2016).
BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya
bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya.
Rasio BOPO menunjukan efisiensi bank dalam menjalankan usaha
pokoknya terutama kredit, dimana bunga kredit menjadi pendapatan
terbesar perbankan (Setiawati dkk., 2017)
Rasio BOPO sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengandalkan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (Ponco, 2008:22). Rasio
BOPO menunjukan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya,
terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan bank-bank di Indonesia
masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit. Semakin kecil BOPO
menunjukan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya
(Wibowo, 2013:4).
24
Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah
dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati
angka 100%, maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam
menjalankan operasinya (Ponco, 2008:23).
Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
sesuai dalam mengukur biaya operasonal yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin
efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil
(Hasbi, 2011). Hasbi menambahkan semaki kecil rasio ini maka kinerja
bank semakin baik. Dengan demikian efisinsi operasi suatu yang
diproksikan dengan rasio BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.
Sebaliknya apabila rasio BOPO semakin besar maka semakin tidak
efisiennya biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan
yang artinya akan menurunkan profitabilitas suatu bank.
8. Profitabilitas Bank Syariah
Profitabilitas atau laba adalah salah satu indikator kinerja Syariah
yang menjadi perhatian penting bagi keberlanjutan operasional bank.
Mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh dapat dilakukan dengan
menggunakan rasio rentabilitas. rasio profitabilitas adalah rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan untuk mencari laba. Rasio ini juga
25
memberikan ukuran efektivitas manajemen perusahaan. Rasio ini digunakan
untuk menunjukkan efisiensi suatu perusahaan (Kasmir, 2016:196).
Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba
menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah
menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat
diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aset atau
modal yang menghasilkan laba tersebut.
Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam menghasilkan laba dari pengelolaan asset yang dimiliki (Kasmir,
2014). ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank
Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank, diukur dengan asset yang dananya sebagian
besar dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2009).
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari segi
penggunaan asset, karena kedua akun tersebut sangat mempengaruhi
pertumbuhan suatu instansi. (Dendawijaya, 2009). Menurut Kasmir (2014),
tingkat profitabilitas bank syariah di Indonesia merupakan yang terbaik
diukur dari rasio laba terhadap asset (ROA), baik untuk kategori bank yang
full fledge maupun untuk kategori Unit Usaha Syariah. rasio rentabilitas
ekonomi mengukur kemampuan aset perusahaan memperoleh laba dari
operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur, maka
26
dipergunakan laba sebelum pajak. Aset yang digunakan untuk mengukur
kemampuan memperoleh laba operasi adalah aset operasional. ROA
dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan total aset.
27
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Dwi Agung
Prasetyo
dan Ni Putu
Ayu
Darmayant
i (2015)
Pengaruh Risiko
Kredit, Likuiditas,
Kecukupan Modal,
Dan Efisiensi
Operasional Terhadap
Profitabilitas Pada Pt
Bpd Bali
Variabel
independen yaitu
likuiditas,
Kecukupan
Modal, Efisiensi
Operasional dan
variabel dependen
profitabilitas
dengan data
kuantitatif
Variabel Risiko
kredit, Objek
penelitian Bank
Pembangunan
Daerah Bali
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa risiko
kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas, likuiditas berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas, kecukupan modal berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas, dan
efisiensi operasional berpengaruh negatif signifikan
terhadap profitabilitas.
2. Indri
Kurniasari
(2015)
Pengaruh Intellectual
Capital Dan
Profitabilitas
Terhadap Nilai
Perusahaan Pada
Perusahaan Lq45
Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2013
Variabel
Intellectual
Capital dan
Profitabilitas
Variabel Nilai
Perusahaan. Objek
Penelitian
Perusahaan Lq45
Yang Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia Periode
2011-2013
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
Intellectual Capital berpengaruh tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.
28
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Marlina
Widiyanti,
Taufik,
Gita Lyani
Pratiwi
(2015)
Pengaruh permodalan,
kualitas aktiva, likuiditas,
dan efisiensi operasional
terhadap profitabilitas
pada PT bank syariah
mandiri dan PT BRI
syariah
Variabel independen
likuiditas. Variabel
dependen
profitabilitas bank
dan jenis data
kuantitatif
menggunakan data
sekunder. Objek
Penelitian
Variabel
independen
permodalan,
kualitas
aktiva dan
efisiensi
operasional
Hasil empiris menunjukkan bahwa secara parsial
CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA. FDR memiliki dampak positif dan signifikan
terhadap ROA. BOPO berpengaruh negatif signifikan
terhadap ROA. Secara simultan, CAR, NPF, FDR dan
BOPO memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA dengan koefisien determinasi R Square
(R2) sebesar 92,3% pada Bank Syariah Mandiri dan
Bank BRI Syariah. Hasil penelitian ini memiliki
implikasi bagi bank-bank Islam sebagai saran untuk
meningkatkan kinerja keuangan.
4. Ayik Muh.
Al Hasny
dan
Christin
Berlinhan
Oey (2016)
Analisis Pengaruh
Kecukupan Modal,
Efisiensi Operasional Dan
Likuiditas Terhadap
Profitabilitas Bank Bumn
Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2013
Variabel Independen
Kecukupan Modal,
Likuiditas, Variabel
Efisiensi Operasional
(BOPO) dan variabel
dependen
Profitabilitas
Objek Bank
BUMN
Secara parsial dengan uji t dan secara simultan dengan
uji F dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara variabel CAR (X1 ), BOPO (X2 )
dan LDR (X3 ) terhadap ROA Bank BUMN di Bursa
Efek Indonesia periode 2009- 2013.
5. Ari
Hijrianti
(2016)
Pengaruh Jumlah Kantor
Bank (JKB) Terhadap
Profitabilitas Bank
Syariah (Periode 08-15)
Variabel independen
Jumlah Kantor
Variabel dependen
Profitabilitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kantor
bank memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap
Profitabilitas (ROA).
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
6. Rosy
Aprieza
Puspita
Zandra
(2016)
Pengaruh Biaya
Operasional Dan
Perputaran Persediaan
Terhadap Profitabilitas
Variabel
independen Biaya
Operasional
(BOPO) Variabel
dependen
profitabilitas
Variabel independen
Perputaran
Persedian. Objek
penelitian
perusahaan
manufaktur batubara
Hasil uji t menunjukkan bahwa secara parsial
variabel biaya operasional (X1) tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas dan variabel
perputaran persediaan (X2) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas
7. Abdul
Halim dan
Hasan
Basridan
Faisal
(2016)
Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap
Profitabilitas Dan
Dampaknya Terhadap
Harga Saham
Perusahaan Sektor
Keuangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Variabel
Independen
Intellectual
Capital, dan
variabel dependen
Profitabilitas
(ROA)
Variabel Harga
Saham. Objek
Perusahaan Sektor
Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1)
Intellectual Capital berpengaruh terhadap
profitabilitas, (2) Intellectual Capital
berpengaruh terhadap harga saham, (3)
profitabilitas mempengaruhi harga saham, (4)
Intellectual Capital, profitabilitas mempengaruhi
harga saham.
8. Widiya
Ningsih,
Tenny
Badina dan
Rita
Rosiana
(2017)
Pengaruh Permodalan,
Kualitas Asset,
Rentabilitas dan
Likuiditas Terhadap
Profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) di
Indonesia
Variabel
Permodalan,
Kualitas Asset,
Rentabilitas
(BOPO) dan
Likuiditas.
Variabel
Profitabilitas
Objek Bank
Pembiayaan Rakyat
Syariah
Hasil penelitian ini adalah: permodalan, kualitas
aset dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas, sedangkan rentabilitas
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
9. Dian
Oktaviani
dan R.
Agus
Abikusna
(2017)
Pengaruh Pembiayaan
Bermasalah, Tingkat
Likuiditas dan Rasio
Pembiayaan Terhadap
Profitabilitas Bank
Syariah Mandiri Tahun
2012-2016
Variabel independen
Likuiditas,
Pembiayaan
Bermasalah (NPF)
dan Rasio
Pembiayaan (FDR).
Variabel dependen
profitabilitas. Objek
Penelitian salah satu
Bank Syariah
Hasil dari uji t tersebut menyatakan bahwa
variabel NPF (X1) berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap ROA (Y). Hasil uji t
menyatakan bahwa variabel Quick Ratio (X2)
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
ROA (Y). Hasil dari uji t tersebut menyatakan
bahwa variabel FDR (X3) berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap ROA (Y).
Hasil uji F menyatakan bahwa NPF, Quick Ratio,
FDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan terhadap ROA.
10. Yeni Nor
Fitriani dan
Dina
Fitrisia
Septiarini
(2017)
Pengaruh Kinerja
Sumber Daya Manusia,
Kinerja Manajemen,
Dan Kinerja Permodalan
Terhadap Return On
Asset (Studi Kasus Pada
Bank Umum Syariah
2011- 2015)
Variabel Independen
Intellectual Capital,
Kecukupan Modal,
dan variabel
dependen
Profitabilitas (ROA).
Objek Penelitian
BUS
Kualitas
Manajemen
(GCG)
Uji t menghasilkan bahwa Intellectual Capital
dan Tingkat kecukupan modal berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap ROA Bank
Umum Syariah periode 2011-2015.. Kualitas
penerapan GCG tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap ROA Bank Umum
Syariah periode 2011-2015.
Dan uji F Intellectual Capital, kualitas
penerapan GCG, dan tingkat kecukupan modal
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
ROA Bank Umum Syariah periode 2011-2015.
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
11. Elizabeth
Sugiarto
Dermawan
(2017)
Kaitan Intellectual
Capital Terhadap Rasio
Profitabilitas Perusahaan
Industri Barang
Konsumsi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Pada Periode
2014-2015
Variabel independen
Intellectual Capital.
Variabel dependen
profitabilitas
Objek Penelitian
Perusahaan
Industri Konsumsi
Hasil penelitian ini secara cross section juga
menyimpulkan bahwa secara parsial hanya
VAHU berpengaruh signifikan terhadap rasio
profitabilitas (ROA), sedangkan VACA dan
STVA konsisten tidak berpengaruh signifikan
terhadap rasio profitabilitas (ROA). Karena 2 dari
3 bagian Intellectual Capital tidak berpengaruh
maka Intellectual Capital tidak berpengaruh
terhadap Profitabilitas (ROA) Perusahaan
Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2014-2015
12. Febrianty
dan Jovan
Febriantok
o (2018)
Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap
Profitabilitas Perusahaan
Sektor Makanan Dan
Minuman Di Indonesia
Variabel Independen
Intellectual Capital,
dan variabel
dependen
Profitabilitas (ROA)
Objek Penelitian secara parsial bagian dari Intellectual Capital,
hanya VACA yang berpengaruh secara parsial
terhadap NPM (proksi profitabilitas). Sedangkan
VAHU dan STVA tidak berpengaruh terhadap
NPM. 2 dari 3 Intellectual Capital tidak
berpengaruh maka Intellectual Capital tidak
berpengaruh terhadap Profitabilitas Perusahaan
Sektor Makanan Dan Minuman Di Indonesia
Secara Simultan menunjukan bahwa Intellectual
Capital (VACA, VAHU, STVA) berpengaruh
terhadap profitabilitas (NPM) perusahaan sektor
makanan dan minuman di Indonesia.
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
13. Muhamma
d Yusuf
dan
Surachman
Surjaatmad
ja (2018)
Analysis of Financial
Performance on
Profitability with Non
Performance Financing
as Variable Moderation
(Study at Sharia
Commercial Bank in
Indonesia Period 2012–
2016)
Variabel independen
Kinerja Keuangan
(CAR, FDR, BOPO)
Variabel dependen
profitabilitas
Variabel
Moderasi Non
Performing
Finance (NPF)
Hasil analisis menunjukkan secara parsial,
CAR dan FDR berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas dan BOPO berpengaruh
negatif signifikan terhadap profitabilitas.
Sedangkan NPF tidak memiliki pengaruh
signifikan pada hubungan antara CAR dengan
profitabilitas dan hubungan antara FDR dengan
profitabilitas. Sedangkan NPF memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap
hubungan antara BOPO dengan profitabilitas.
Namun, NPF sebagai variabel moderasi memiliki
14. Muslimin,
Endah
Winarti HS
dan Sri
Harjanto
(2018)
Analisa Pengaruh
Struktur Aset dan Non
Performing Financing
Terhadap Tingkat
Profitabilitas Dengan
Struktur Pembiayaan
Sebagai Variabel
Intervening (Studi
Empiris Pada Koperasi
Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah Di
Kabupaten Jepara)
Variabel Non
Performing Finance
(NPF).
Variabel dependen
Profitabilitas
Variabel
Independen
Struktur Aset dan
variabel
Intervening
Struktur
Pembiayaan.
Objek penelitian
Koperasi
Pembiayaan
syariah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur
aset memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap pembiayaan. struktur. NPF memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap
struktur pembiayaan. Struktur Aset tidak
mempengaruhi profitabilitas. NPF memiliki efek
negatif yang signifikan terhadap profitabilitas.
Struktur Pembiayaan memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas.
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
15. Medi
Setiawan ,
Dheasey
Amboningt
yas dan
Rista Puput
Aryanti
(2019)
Analysis Of Non
Performing Loan (NPL),
Capital Adequacy Ratio
(CAR), And Operational
Costs With Operational
Income (BOPO) That
Impact On Profitability
(Case Study In Pt. Bpr In
Semarang Area 2013 -
2017)
Variabel independen
Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan
Biaya Operasional
Pendapatan
Operasional (BOPO)
Variabel dependen
profitabilitas
Variabel Non
Performing Loan
(NPL). Objek
penelitian PT.
BPR Semarang
Hasil uji F menunjukkan hasil bersama /
bersamaan dari tiga rasio NPL, CAR, dan BOPO
yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
profitabilitas. Hasil uji t menunjukkan bahwa
CAR tidak mempengaruhi profitabilitas.
sedangkan rasio NPL berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas, dan BOPO memiliki efek
positif terhadap profitabilitas.
16. Kuni
Farikhah
dan Lina
Nugraha
Rani
(2019)
Determinants Of
Profitability Of Sharia
Regional Development
Banks In Indonesia
2014-2017
Variabel Independen
Financing to Deposit
Ratio (FDR) dan Non
Performing Finance
(NPF).
Variabel dependen
Profitabilitas. Objek
Penelitian Bank
Syariah
Variabel Dana
Pihak Ketiga dan
Pembiayaan Bagi
Hasil
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel
Dana Pihak Ketiga dan Non Performing
Financing (NPF) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap profitabilitas BPD Syariah.
Sedangkan variabel Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan Pembiayaan Bagi Hasil tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
BPD Syariah.
34
C. Pengembangan Hipotesis
1. Intellectual Capital dengan profitabilitas bank syariah
Intellectual Capital merupakan salah satu komponen utama dan
terpenting dalam suatu entitas dalam meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan yang mana profitabilitas termasuk didalamnya, karena
komponen-komponen IC merupakan salah satu pihak yang mengelola dan
terlibat dengan operasional perusahaan secara langsung sehingga kinerja
keuangan perusahaan cukup bergantung kepadanya. Jika suatu manajemen
perusahaan dapat mengelola IC dengan baik, maka dampaknya adalah
perusahaan akan menghasilkan return yang semakin tinggi sehingga
manajemen perusahaan dapat memenuhi ekpekstasi para Stakeholder.
Pendapat para praktisi sebagian besar menyatakan bahwa Intellectual
Capital terdiri dari tiga elemen utama terdiri dari:human capital, structural
capital, dan customer capital. Stewart (1998), Sveiby (1997), Bontis (2000)
dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003: 38). Berdasarkan definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa Intellectual Capital merupakan suatu aset tidak
berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan sebagai perwujudan
dari efek sinergi antara human capital, structural capital, dan customer
capital yang memberikan nilai tambah (value added) berupa keunggulan
bersaing bagi perusahaan (Febrianty dan Febriantoko, 2018).
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Halim dan Faisal (2016), Fitriani
dan Septiarini (2017) bahwa Intellectual Capital berpengaruh terhadap
35
Profitabilitas. Penelitian lain yang berbeda hasil diteliti oleh Dermawan
(2017), Febrianty dan Febriantoko (2018) bahwa Intellectual Capital tidak
berpengaruh terhadap Profitabilitas Perusahaan.
H1 : Intellectual Capital berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah
2. Jumlah kantor cabang dengan profitabilitas bank syariah
Faktor pelayanan bank syariah dalam bentuk jumlah kantor juga
memengaruhi besarnya jumlah profit yang akan didapatkan. Semakin
banyak jumlah kantor bank syariah maka semakin mudah bagi nasabah
untuk mendapatkan akses pelayanan. Hal ini diyakini akan berdampak
terhadap ketertarikan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank
syariah dan nasabah yang memerlukan pembiayaan di bank syariah
(Meyliana dan Mulazid, 2017). Dengan demikinan, transaksi pelayanan
pada bank syariah akan mengalami peningkatan dan berimplikasi terhadap
peningkatan profitabilitas bank syariah. Dengan demikian, transaksi
layanan pada bank syariah akan mengalami peningkatan dan berimplikasi
pada peningkatan profitabilitas bank syariah.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hidayanti (2015),
Mulazid dan Meyliana, (2017) bahwa jumlah kantor cabang berpengaruh
terhadap simpanan Mudharabah. Hal ini menunjukkan semakin banyak
jumlah kantor cabang maka meningkatkan jumlah simpanan mudhrabah
yang dihimpun oleh Bank Syariah. Penelitian oleh Nugraheni dan Septiarini
(2017) bahwa jumlah kantor pengaruh yang signifikan terhadap Dana
36
Pihak Ketiga (DPK). Hal tersebut dikarenakan nasabah Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) lebih mementingkan faktor lokasi dan layanan yang
diberikan oleh BPRS. Dan terakhir penelitian oleh Hijrianto (2016) yaitu
Jumlah Kantor Bank berpengaruh negatif signifikan terhadap
Profitabilitas Bank Syariah. Pengaruh negatif jumlah kantor bank terhadap
profitabilitas berarti semakin bertambah jumlah kantor bank maka semakin
menurun tingkat profitabilitas bank syariah. Sebaliknya, apabila jumlah
kantor bank turun maka akan meningkatkan profitabilias bank syariah
(ROA). Dari uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Jumlah kantor cabang berpengaruh dengan profitabilitas bank syariah
3. Kecukupan modal (CAR) dengan profitabilitas bank syariah
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (pembiayaan,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar
bank seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata
lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung risiko, misalnya pembiayaan yang diberikan. (Margaretha,
2007:63).
Sementara menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004, CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
37
mengandung risiko (pembiayaan, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari
sumber-sumber diluar bank. Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah
8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin
timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8%
menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable. Dengan semakin
meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka secara tidak langsung akan
berpengaruh pada meningkatnya kinerja bank, karena kerugian-kerugian
yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank tersebut.
Teori ini juga didukung oleh hasil Widiyanti dkk. (2015), Fitriani dan
Septiarini (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kecukupan modal
atau CAR berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Prasetyo dan Darmayanti (2015), Setiawan et al. (2019)
bahwa CAR tidak berpengaruh pada Profitabilitas. Dari uraian tersebut
dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut :
H3 : Kecukupan modal berpengaruh terhadap Profitabilitas bank syariah
4. Pembiayaan Bermasalah (NPF) dengan profitabilitas bank syariah
Salah satu risiko yang tidak dapat dihindari oleh setiap bank adalah
tidak terbayarnya pembiayaan yang disalurkan atau sering disebut resiko
pembiayaan. Besarnya tingkat pembiayaan merupakan suatu hal yang
positif bagi bank akan tetapi suatu kegiatan bisnis akan dihadapkan pada
38
risk and return. Keuntungan akan diperoleh jika melakukan pembiayaan
dengan hati-hati sebaliknya risiko pembiayaan terjadi apabila pemberian
pembiayaan dilakukan dengan tidak hati-hati. Penyaluran pembiayaan yang
tidak hati-hati akan menyebabkan pembiayaan bermasalah atau disebut juga
dengan istilah Non Performing Financing (NPF) (Maharanie dan
Herianingrum, 2014).
NPF mencerminkan risiko pembiayaan. Semakin tinggi rasio ini,
menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk Risiko
pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko usaha bank,
yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali cicilan pokok dan bagi hasil
dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh
pihak bank (Muhammad, 2009:358).
Adanya pembiayaan bermasalah yang besar dapat mengakibatkan
hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan
yang diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh
buruk pada ROA. Dengan demikian semakin besar NPF akan
mengakibatkan menurunnya ROA. Begitu pula sebaliknya, jika NPF turun,
maka ROA akan meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Oktaviani dan Abikusna (2017), Winarti dan Harjanto
(2018), Farikhah dan Rani (2019) menunjukkan hasil bahwa NPF
berpengaruh terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan Yusuf dan
Surjaatmadja (2018) justru sebaliknya, bahwa NPF tidak berpengaruh
39
terhadap Profitabilitas atau ROA. Uraian tersebut dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H4 : Pembiayaan Bermasalah berpengaruh terhadap Profitabilitas bank
syariah
5. Likuiditas (FDR) dengan profitabilitas bank syariah
Pengertian rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut
Munawir (2007:71) jika dilihat dari rasio likuiditas, suatu perusahaan
dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu: (1).
Memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya (kewajiban keuangan
terhadap pihak ekstern). (2). Memelihara modal kerja yang cukup untuk
operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern). (3).
Membayar bungan dan deviden yang dibutuhkan. (4). Memelihara tingkat
kredit yang menguntungkan (Nantyo dan Khuzaini, 2014)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio untuk mengukur
komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah
dana dari masyarakat (Kasmir, 2014). Rasio ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada
para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan pembiayaan yang
telah diberikan kepada para debiturnya.
Dalam likuiditas yang diteliti untuk mengetahui kesanggupan
perusahaan dalam membayar utang-utangnya, diperlukan metode rasio FDR
40
dalam membayar kewajiban bank. kenaikan pada rasio FDR menandakan
bahwa adanya peningkatan dalam penyaluran pembiayaan kepada
masyarakat, sehingga apabila rasio ini naik maka keuntungan atau profit
bank juga naik dengan asumsi bahwa bank menyalurkan pembiayaannya
dengan optimal. Asumsi diatas telah didukung dari penelitian Kristian dan
Khuzaini (2014), Oktaviani dan Abikusna (2017) bahwa likuiditas (FDR)
berpengaruh terhadap profitabilitas. Penelitian lain dari Pamunkas (2016)
dan Ningsih dkk. (2017) bahwa FDR tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas. Dari uraian di atas dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai
berikut
H5 : Likuiditas berpengaruh terhadap Profitabilitas bank syariah
6. Efisiensi Operasional (BOPO) dengan profitabilitas bank syariah
Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Hasbi, 2011). Hasbi
menambahkan semaki kecil rasio ini maka kinerja bank semakin baik.
Dengan demikian efisinsi operasi suatu yang diproksikan dengan rasio
BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Sebaliknya apabila rasio
BOPO semakin besar maka akan menurunkan profitabilitas suatu bank.
41
Hasny dan Oey (2016), Yusuf dan Surjaatmadja (2018) dalam
penelitian mereka mengatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas (ROA). Penelitian lain oleh Zandra (2016) bahwa
Efisiensi operasional (BOPO) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Dengan demikian hipotesis yang digunakan yaitu :
H6 : Efisiensi Operasional berpengaruh terhadap Profitabilitas bank syariah
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh kecukupan modal, pembiayaan bermasalah, likuiditas, dan
biaya operasional terhadap profitabilitas bank syariah
Basis Teori : Teori Signal
Praktik : Di tahun 1998 yang mana
terjadinya krisis moneter, dilihat dari
perbankan syariah mempunyai
dampak pada kredit atau pembiayaan
dalam melunasi utangnya (likuidasi),
lalu pada sisi modal. Namun itu
menjadi tolak ukur dalam
meningkatnya pertumbuhan bank
syariah (krisis moneter tahun 1998)
Teori : melambatnya pertumbuhan
bank syariah dalam beberapa tahun
diindikasikan dengan adanya
penurunan permodalan, peningkatan
pembiayaan bermasalah, dan
penurunan profit. (Ida dan Indianik,
2015)
GAP
42
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Kerangka Pemikiran
Intellectual Capital
Jumlah kantor
Kecukupan Modal
Pembiayaan
Bermasalah
Profitabilitas bank
syariah
Metode Analisi : Regresi Linier Berganda
Likuiditas
Biaya Operasional
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif, Kuantitatif
adalah metode penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui
pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan
analisis data dengan prosedur statistic (Hosen dan Nada, 2013:12).
Metode penelitian kuantitatif juga diartikan sebagai metode penelitian
yang berdasarkan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti populasi
atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017:8).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu Intellectual
Capital, jumlah kantor cabang, kecukupan modal, tingkat asset, likuiditas,
biaya operasional terhadap variabel dependen, yaitu profitabilitas bank syariah.
Objek penelitian ini sendiri yaitu bank umum syariah yang ada di Indonesia
pada periode 2013 - 2018.
B. Metode Penentuan Sampel
44
Dalam bukunya, Sugiyono (2017:80) menjelaskan populasi merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan bank umum syariah periode 2013 – 2018. Jumlah populasi itu
sendiri sebanyak 14 dan tidak semuanya akan dijadikan objek penelitian,
sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu (Sugiyono 2017:80).
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling dimana sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan pribadi dari peneliti yang berdasarkan pada kriteria-kriteria yang
dibuat oleh peneliti. Kriteria penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti
adalah perusahaan perbankan syariah yang memiliki ketentuan data variabel
penelitian dari laporan tahunan atau laporan keuangan selama 6 tahun periode
2013-2018.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder. Data sekunder merupakan jenis sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan data
45
yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur
dan bacaan yang berkaitan dan menunjang penelitian ini (Sugiyono, 2017:137).
Data sekunder diperoleh dari penelitian pustaka (Library Research), dengan
menggunakan jurnal, buku, skripsi, internet dan mengambil data-data yang
diperoleh dari sumber Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam
penelelitian ini berasal dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan
perbankan syariah pada periode 2013 - 2018 yang diperoleh dari situs atau
website masing – masing bank umum syariah itu sendiri.
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Berikut ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel berikut
dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Intellectual Capital (X1)
IC lebih banyak diukur dengan metode yang dikembangkan oleh Pulic
(1998), didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation
efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud
(intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai 5 dengan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah
indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value
creation) (Pulic, 1998). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input
(Pulic, 1999 dalam Kuspinta dan Husaini, 2018).
Data Intellectual Capital yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dari laporan keuangan tahunan yang berupa annual report perusahaan Bank
46
Umum Syariah (BUS) periode 2013 hingga 2018. VAICTM merupakan suatu
proxy yang dirumuskan dalam penelitian ini dan dapat digunakan untuk
mengukur kinerja IC perbankan syariah di Indonesia. VAIC™
mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi. VAIC™ merupakan
penjumlahan dari 3 (tiga) komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU,
dan STVA.
a. Value Added Capital Employed (VACA)
VACA, yang merupakan rasio dari VA (Value Added) terhadap CA
(Capital Employment), dimana merupakan atas dana yang tersedia atas
ekuitas atau laba bersih yang menunjuk kan indikator efisiensi nilai tambah
modal yang digunakan oleh perusahaan. VACA mengambarkan berapa
banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan.
VACA = 𝑉𝐴
𝐶𝐸
Pengukuran serupa yang dilakukan oleh Kurniasari (2015), Halim dan
Faisal (2016), Pratiwi dan Sudarso (2016), Dermawan (2017), Febrianty dan
Febriantoko (2018).
b. Value Added Human Capital (VAHU)
VAHU merupakan banyaknya VA yang dapat dihasilkan dengan dana
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi
yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC (Human
Capital) atau beban karyawan terhadap value added. Hubungan ini
47
mengindikasikan kemampuan modal manusia membuat nilai pada sebuah
perusahaan.
VAHU = 𝑉𝐴
𝐻𝐶
Pengukuran serupa yang dilakukan oleh Kurniasari (2015), Halim dan
Faisal (2016), Pratiwi dan Sudarso (2016), Dermawan (2017), Febrianty dan
Febriantoko (2018).
c. Structural Capital Value Added (STVA)
Rasio ini mengukur jumlah SC (Structural Capital) atau hasil dari VA
(Value Added) dikurangi HC (Human Capital) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1(satu) rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana
keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = 𝑆𝐶
𝑉𝐴
Pengukuran serupa yang dilakukan oleh Kurniasari (2015), Halim dan
Faisal (2016), Pratiwi dan Sudarso (2016), Dermawan (2017), Febrianty dan
Febriantoko (2018).
2. Jumlah Kantor Cabang (X2)
Kantor Cabang Bank adalah kantor bank yang secara langsung
bertanggung jawab kepada kantor pusat bank yang bersangkutan, dengan
tempat usaha yang permanen dan alamat kantor yang jelas tempat kantor
cabang tersebut melakukan kegiatannya (branch office). Biasanya di kantor
cabang bank ini di dalamnya terdapat semua unit yang ada di perbankan,
48
seperti unit layanan, pemasaran, processing, collecting, administrasi, unit
sdm dan umum, dan unit keuangan. Untuk perbankan syariah juga memiliki
kantor cabang syariah yaitu kantor cabang unit usaha syariah (UUS) yang
bertanggung jawab kepada UUS yang bersangkutan, dengan alamat tempat
usaha yang jelas sesuai dengan lokasi kantor cabang syariah (KCS) tersebut
melakukan usahanya, termasuk kantor cabang pembantu syariah dari suatu
bank yang berkedudukan di luar negeri (ER, 2018).
Variabel ini dihitung dengan banyaknya jumlah kantor yang dimiliki
oleh bank umum syariah yang dinyatakan dalam nominal (angka) yang
diperoleh melalui statistik perbankan syariah dari laporan keuangan dan
laporan tahunan masing-masing bank yang diteliti periode 2013 hingga
2018 (Hijrianto, 2016)
3. Kecukupan Modal (X3)
Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur dengan cara
membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga dan
membandingkan modal dengan aktiva beresiko.
Dalam penelitian ini variable diukur menggunakan Capital Adequacy
Ratio sebagai alat ukur kecukupan modal. Capital Adequency Ratio
merupakan rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aset yang mengandung atau menghasilkan risiko
(Pamungkas, 2016).
49
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, CAR merupakan perbandingan antara modal dengan Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Modal x 100%
ATMR
Pengukuran serupa yang dilakukan oleh Prasetyo dan Darmayanti
(2015), Ningsih, Badina dan Rosiana (2017), Fitriani dan Septiarini
(2017),Yusuf dan Surjaatmadja (2018), Setiawan, Amboningtyas dan
Aryanti (2019)
4. Pembiayaan Bermasalah (X4)
Variabel Pembiayaan Bermasalah diproksikan dengan rasio Non
Performing Financing (NPF). NPF merupakan rasio yang menghitung
banyaknya nilai kewajiban atas pembiayaan yang belum dibayar oleh
nasabah kepada lembaga keuangan syariah. NPF dijadikan alat ukur rasio
aset karena Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas
kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan
menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPF maka laba
atau profitabilitas bank (ROA) tersebut akan semakin meningkat. Indikator
lain dalam NPF yang menunjukkan kerugian akibat resiko kredit tercermin
dari besarnya Non Performing Loan (NPL) yang diperuntukkan kepada
bank konvensional, namun dalam terminology bank syariah hal tersebut
lebih dikenal dengan NPF (Wiroso, 2011)
50
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29/DPbs tanggal
7 Desember 2007, Non Performing Financing (NPF) dihitung dengan
membandingkan jumlah pembiayaan bermasalah dengan total pembiayan
yang dimiliki oleh bank.
Pembiayaan Bermasalah x 100%
Total Pembiayaan
Pengukuran serupa yang dilakukan oleh Auliani dan Syaichu (2016),
Oktaviani dan Abikusna (2017), Yusuf dan Surjaatmadja (2018), Muslimin,
HS dan Harjanto (2018), Farikhah dan Rani (2019)
5. Likuiditas (X5)
Pengertian rasio likuiditas menurut Hanafi dan Halim (2005:77)
adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Menurut Munawir (2007:71) jika dilihat dari
rasio likuiditas, suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan
yang kuat apabila mampu: (1). Memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada
waktunya (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern). (2). Memelihara
modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan
terhadap pihak ekstern). (3). Membayar bungan dan deviden yang
dibutuhkan. (4). Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.
Variabel Likuiditas diukur dengan rasio Financing to Deposit Ratio
(FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat dipenuhi jika bank
memiliki aset yang likuid sebanyak kewajibannya. Perbankan dapat
51
memperoleh keuntungan yang optimal, jika menginvestasikan aset
likuidnya pada aktiva yang produktif, aset dengan jangka waktu panjang
(Mega dan Sri, 2014).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004, FDR dihitung dengan membandingkan jumlah kredit dengan
Dana Pihak Ketiga (DPK).
Jumlah pembiayaan x 100%
Dana Pihak Ketiga
Pengukuran serupa yang dilakukan oleh Ma’isyah dan Mawardi
(2015), Widiyanti, Taufik, dan Pratiwi (2015), Simatupang dan Franzlay
(2016), Pamungkas (2016), Oktaviani dan Abikusna (2017), Sugiharto,
Nuryartoro, dan Effend (2019)
6. Efisiensi Operasional (X6)
Efisiensi Operasional diukur dengan Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO). Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk
rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90%
hingga mendekati angka 100%, maka bank tersebut dapat dikategorikan
tidak efisien dalam menjalankan operasinya (Ponco, 2008:23).
Beban Operasional X 100%
Pendapatan Operasional
Pengukuran serupa yang dilakukan oleh Hasny dan Oey (2016),
Zandra (2016), Prasetyoningrum dan Hasanah (2016), Yusuf dan
Surjaatmadja (2018), Sudana dan Marlina (2019).
52
Cara ini digunakan untuk menilai kemapuan manajerial pengurus bank
dalam menjalankan usaha sesuai dengan prinsip manajemen umum,
kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan baik
yang terkait dengan prinsip kehati–hatian maupun kepatuhan. Rasio ini
adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya.
7. Profitabilitas Bank Syariah(Y1)
Rasio profitabilitas disebut juga rasio kinerja operasi. Rasio
profitabilitas atau kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi margin
laba dari aktivitas operasi yang dilakukan perusahaan. rasio profitabilitas
akan menunjukkan efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada
hasil operasi. Rasio profitabilitas juga merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
aktivitas normal bisnisnya (Hery, 2015:192).
Profitabilitas menggunakan rasio Return on Asset (ROA). Return on
assets merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan
di dalam menghasilkan keuantungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia di dalam perusahaan. Dengan mengetahui ROA, kita dapat
menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya
dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuantungan (Nantyo dan
Khuzaini, 2014).
53
Menurut Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001,
rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak
terhadap total asset (total aktiva).
Laba Sebelum Pajak x 100%
Total Aset
Pengukuran serupa yang dilakukan oleh Maharanie dan Herianingrum
(2014), Nantyo dan Khuzaini (2014), Widiyanti, Taufik, dan Pratiwi (2015),
Suardita dan Putri (2015), Zuhro dan Suwitho (2016), Oktaviani dan
Abikusna (2017), Febrianty dan Febriantoko (2018), Parasthiwi dan
Budiasih (2019).
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Pengukuran Variabel Referensi
1. Intellectual
Capital
(VAIC)
VACA = 𝑉𝐴
𝐶𝐸
VAHU = 𝑉𝐴
𝐻𝐶
STVA = 𝑆𝐶
𝑉𝐴
VAIC = VACA + VAHU +
STVA
Kurniasari (2015), Halim
dan Faisal (2016), Pratiwi
dan Sudarso (2016),
Dermawan (2017),
Febrianty dan Febriantoko
(2018).
2. Kecukupan
Modal
(CAR)
Modal x 100%
ATMR
Surat Edaran Bank
Indonesia No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004,
Prasetyo dan Darmayanti
(2015), Ningsih, Badina
dan Rosiana (2017)
54
Tabel 3.1 (lanjutan)
No Variabel Pengukuran Variabel Referensi
Fitriani dan Septiarini
(2017),Yusuf dan
Surjaatmadja (2018),
Setiawan, Amboningtyas
dan Aryanti (2019)
3. Pembiayaan
Bermasalah
(NPF)
Kredit Macet x 100%
Total Pembiayaan
Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
9/29/DPbs tanggal 7
Desember 2007, Auliani
dan Syaichu (2016),
Oktaviani dan Abikusna
(2017), Yusuf dan
Surjaatmadja (2018),
Muslimin, HS dan
Harjanto (2018), Farikhah
dan Rani (2019)
4. Likuiditas
(FDR)
Jumlah pembiayaan x 100%
Dana Pihak Ketiga
Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
6/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004, Ma’isyah dan
Mawardi (2015),
Widiyanti, Taufik, dan
Pratiwi (2015),
Simatupang dan Franzlay
(2016), Pamungkas
(2016), Oktaviani dan
Abikusna (2017),
Sugiharto, Nuryartoro, dan
Effend (2019)
5. Efisiensi
Operasional
(BOPO)
Beban Operasional X 100%
Pendapatan Operasional
Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
3/30/DPNP, Hasny dan
Oey (2016), Zandra
(2016), Prasetyoningrum
dan Hasanah (2016),
Yusuf dan Surjaatmadja
(2018), Sudana dan
Marlina (2019).
55
Tabel 3.1 (lanjutan)
No Variabel Pengukuran Variabel Referensi
6. Profitabilitas
(ROA)
Laba Sebelum Pajak x 100%
Total Aset
Surat Edaran Bank
Indonesia No.3/30DPNP
tanggal 14 Desember
2001, Maharanie dan
Herianingrum (2014),
Nantyo dan Khuzaini
(2014), Widiyanti, Taufik,
dan Pratiwi (2015),
Suardita dan Putri (2015),
Zuhro dan Suwitho
(2016), Oktaviani dan
Abikusna (2017),
Febrianty dan
Febriantoko (2018),
Parasthiwi dan Budiasih
(2019).
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan analisis regresi berganda. Analisis ini bersifat kuantitatif yang
dinyatakan dengan angka-angka yang dalam perhitungan menggunakan
metode statistik yang dibantu dengan program pengolah data statistik. Metode-
metode yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif, , uji asumsi klasik,
uji hipotesis yang terdiri dari uji signifikansi simultan (uji statistik f), koefisien
determinasi R², dan uji signifikansi parsial individual (uji statistik t). Tujuan
dari analisi regresi adalah untuk menganalisis hubungan dua variabel dimana
hubungan tersebut diekspresikan dalam bentuk persamaan yang
menghubungkan variabel dependen (terikat) Y dengan variabel independen
(bebas) yaitu X (Danang, 2013:47).
56
Analisis data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel
dan software pengolah data yang berfungsi untuk menganalisis dan melakukan
perhitungan statistik yaitu IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS)
Versi 24. Dalam metode regresi berganda harus terbebas dari uji asumsi klasik.
Setelah model regresi terbebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka langkah
selanjutnya dilakukan uji statistik yang terdiri dari uji t, dan uji
koefisiendeterminasi (uji R2).
1. Statistik Deskriptif
Metode statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono
2014:207). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness/ kemencengan
distribusi (Ghozali, 2016).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini sehingga tidak
menimbulkan bias atau tidak terdapat gejala autokorelasi, tidak terdapat
multikolinieritas, dan tidak bersifat heteroskedastisitas dalam analisis data.
Untuk lebih jelasnya sebagai berikut
57
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui
distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Uji
normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada sampel data
sampel memenuhi pesyaratan distribusi normal. Uji normalitas juga
untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016:154). Pengujian
asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi berganda.
Untuk menguji normalitas residual, peneliti menggunakan
ujikolmogorov-smirnov (K-S).Uji K-S dilakukan dengan menggunakan
hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai Asymp.
Sig. (2-tailed). Jika tingkat signifikansinya > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima, sehingga dikatakan data residual
berdistribusi normal. Sebaliknya, jika tingkat signifikansinya < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, sehingga dikatakan data
residual berdistribusi tidak normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
58
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independennya. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen
sama dengan nol (Ghozali, 2016:103).
Pada penelitian ini pengujian multikolonieritas memakai variance
inflation factor dan tolerance. Pada metode ini dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF) yaitu jika nilai tolerance >
0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10 maka tidak terdapat gejala
multikolinearitas yang berarti data tersebut bisa digunakan. Sebaliknya,
jika nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 maka terdapat
multikolinearitas yang tidak dapat ditoleransi dan variabel tersebut harus
dikeluarkan dari model regresi agar hasil yang diperoleh tidak bias
(Widarjono, 2010:76).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Ghozali,
2016:134).
59
Deteksi ada atau tidaknya gejala heterokedastisitas dapat
dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot
antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola
heteroskedastisitas data dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah
residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized
(Ghozali, 2016:135). Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang
jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali,
2016:108). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu runs
test untuk memeriksa apakah nilai residual mengandung autokorelasi
atau tidak.
Run test merupakan bagian dari statistik non-parametik dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka
60
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan
untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis). Run test dilakukan dengan membuat hipotesis dasar, yaitu:
H0 : residual (res_1) random (acak)
Ha : residual (res_1) tidak random
Dengan hipotesis dasar di atas, maka dasar pengambilan
keputusan uji statistik dengan Run test adalah Jika nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal
ini berarti data residual terjadi secara tidak random (sistematis).
Lalu jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti data residual terjadi secara
random (acak) (Ghozali, 2016;116).
3. Uji Hipotesis
Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang
diajukan, perlu digunakan analisi regresi melalui uji t maupun uji F.
Tujuan digunakan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara
parsial maupun secara simultan, serta mengetahui besarnya dominasi
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Metode
pengujian terhadap hipotesa yang diajukan dilakukan dengan
pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan.
61
Suatu model dikatakan baik dan sesuai kaidah statistik, apabila
pengujian terhadap hasil-hasil regresi berganda bisa diinterpretasikan
dengan dua uji statistic tersebut. Pengujian-pengujian yang akan
dilakukan terhadap model penduga melalui uji F dan pengujian-
pengujian untuk parameter-parameter regresi melalui uji t serta
melihat berapa persen variabel bebas dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel terikatnya melalui koefisien determinasi (R2).
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemapuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2016:95).
Untuk melihat Koefisien Determinasi (R2), dapat dilihat
tabel Model Summary pada perhitungan SPSS untuk model
penelitian. Angka pada adjusted R square pada tabel Model
Summary tersebut untuk melihat seberapa besar kemampuan
variabel independen menjelaskan variabel dependen yang dilihat
melalui adjusted R square karena variabel independennya lebih
dari dua.
62
b. Uji Statistik Simultan (Uji F)
Menurut Ghozali (2016:96) Uji statistik F (Uji F) disini bertujuan
untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh terhadap variabel terikat dependen. Untuk
mengetahui apakah variabel independen secara berssama-sama
mempengaruhi variabel dependen maka digunakan tingkat signifikansi
sebesar 0,05 (α=5%).
Adapun kriteria keputusan dalam uji F:
1) Uji kecocokan model ditolak jika nilai signifikansi (Sig). > 0,05 maka
model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi atau
meramalkan variabel dependen, dengan kata lain variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen
2) Uji kecocokan model diterma jika nilai signifikansi (Sig). < 0,05
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen, yang berarti bahwa variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika probabilitas signifikan atau berpengaruh berarti model bisa
digunakan untuk peramalan, dan masuk ke uji berikutnya yaitu Uji
parsial (Uji t).
c. Uji Statistik Parsial (Uji t)
63
Uji statistik parsial (Uji t) bertujuan untuk mengetahui pengaruh
setiap variabel independen terhadap variabel terikat. Uji t pada dasarnya
menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual (parsial) dalam menerangkan variasi variabel independen.
Cara melakukan uji t salah satunya adalah dengan membuat kriteria
pengambilan keputusan nilai probabilitas 0,05 (α=5%) (Ghozali
2016:99). Berikut adalah pengujian dengan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi (Sig). < 0,05 maka H diterima. Berarti bahwa
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2) Sebaliknya, jika nilai signifikansi (Sig). > 0,05 maka H ditolak.
Berarti bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
64
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Jenis dan Objek Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif dimana
masing-masing variabel dan antar variabel didasari dengan skala
pengukuran kuantitatif. Hubungan dalam penelitian ini lebih mengarah
kepada hubungan kausalitas atau sebab akibat antar variabel.
Objek dari penelitian ini yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dengan data yang
digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder merupakan data yang
diperoleh secara tidak langsung melalui buku-buku, jurnal ilmiah, laporan-
laporan serta media, dan sejenisnya. Penelitian ini menggunakan
profitabilitas dalam bentuk Return on Asset (ROA) sebagai variabel
dependen (variabel terikat). Sedangkan variabel independen (variabel tidak
terikat) yang digunakan adalah intellectual capital, jumlah kantor cabang,
kecukupan modal dalam bentuk Capital Adequacy Ratio (CAR),
pembiayaan bermasalah dalam bentuk Non Performing Financing (NPF),
likuiditas dalam bentuk Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Efisiensi
Operasional dalam bentuk Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO).
Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini bersumber dari laporan
tahunan dan laporan keuangan masing-masing bank yang diteliti dan
mendapatkan total data sebesar 54. Dari seluruh data tersebut diharapkan
65
dapat merepresentasikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
profitabilitas dan signifikansi dari faktor tersebut.
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang
terdaftar di Indonesia pada periode tahun 2013-2018.
Berikut adalah populasi yang diteliti
Tabel 4.1
Populasi Penelitian
No Nama Bank Umum Syariah
1 Bank Muamalat
2 Bank Central Asia (BCA) Syariah
3 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
4 Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
5 Bank Mandiri Syariah
6 Bank Bukopin Syariah
7 Bank Mega Syariah
8 Bank Maybank Syariah
9 Bank Jawa Barat dan Banten (BJB) Syariah
10 Bank Panin Syariah
11 Bank Victoria Syariah
12 Bank Aceh Syariah
13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah
14 Bank Pembangunan Daerah (BPD) NTB Syariah
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
66
Tabel 4.2
Proses Pengambilan Sampel
No. Karakteristik sampel Jumlah
1 Jumlah populasi yaitu Bank Umum Syariah yang
terdaftar di Indonesia pada periode tahun 2013-2018
14
2 Perusahaan perbankan syariah yang tidak memiliki
data variabel penelitian dari laporan tahunan atau
laporan keuangan selama 6 tahun periode 2013-2018.
(2)
3 Perusahaan sampel yang memiliki data outlier (3)
Jumlah Sampel Akhir 9
Tahun Pengamatan 6
Jumlah Data 54
Dari tabel 4.2 diatas, menunjukkan bahwa kriteria yang tidak
terpenuhi yaitu 2 perusahaan. Dan berdasarkan pengolahan data pada
aplikasi SPSS terdapat perusahaan yang memiliki data outlier sebanyak 3
perusahaan sehingga perusahaan tersebut perlu dibuang dan menghasilkan
sampel akhir sebanyak 9 dan jumlah data sebanyak 54.
Tabel 4.3
Sampel Penelitian
No. Nama Bank Umum Syariah
1 Bank Muamalat
2 Bank Mandiri Syariah
3 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
4 Bank Negara Syariah (BNI) Syariah
5 Bank Central Asia (BCA) Syariah
6 Bank Bukopin Syariah
7 Bank Mega Syariah
67
Tabel 4.3 (Lanjutan)
No. Nama Bank Umum Syariah
8 Bank Panin Syariah
9 Bank Tabungan Pensiun Negara (BTPN) Syariah
B. Hasil Analisis Data
Karena data dalam penelitian ini memiliki satuan yang berbeda-beda
maka data terlebih dahulu dilakukan perlakuan tertentu dengan melakukan
transformasi atau mengubah data ke dalam bentuk LN (Logaritma Natural)
untuk memperkecil skala data dan untuk menormalkan distribusi data jika
nantinya data tidak berdistribusi normal. Menurut Dedi Rosyadi (2012) untuk
menormalkan data runtun waktu (time series) bisa menggunakan tranformasi
data dengan menggunakan LN (Logaritma Natural).
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4.4
Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IC 54 .97 5.32 1.6634 .64761
JKC 54 10.00 697.00 209.6852 197.46218
CAR 54 11.10 86.91 21.0224 11.48250
NPF 54 .10 12.52 3.6043 2.39516
FDR 54 71.87 149.87 90.0748 10.87677
BOPO 54 62.40 217.40 93.4165 19.07106
ROA 54 .01 12.40 1.4969 2.50987
Valid N (listwise) 54
68
Dari Tabel 4.4 diatas, menunjukkan banyaknya data yang digunakan
dalam penelitian yaitu sebanyak 54 yang didapat dari jumlah sampel akhir
data selama periode tahun 2013-2018.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel IC menunjukkan nilai
minimum 0,94 dan nilai maksimum 5,32. Nilai rata-rata 1,6634 dengan
nilai standar deviasi 0,64761. Variabel JKC menunjukkan nilai minimum
10 dan nilai maksimum 697. Nilai rata-rata 209,6852 dengan nilai standar
deviasi 197,46218. CAR menunjukkan nilai minimum 11,1 dan nilai
maksimum 86,91. Nilai rata-rata 21,0224 dengan nilai standar deviasi
11,48250. NPF menunjukkan nilai minimum 0,1 dan nilai maksimum
12,52. Nilai rata-rata 3,6043 dengan nilai standar deviasi 2,39516. FDR
menunjukkan nilai minimum 71,87 dan nilai maksimum 149,87. Nilai
rata-rata 90,0748 dengan nilai standar deviasi 10,87677. BOPO
menunjukkan nilai minimum 62,4 dan nilai maksimum 217,4. Nilai rata-
rata 93,4165 dengan nilai standar deviasi 19,07106. Dan variabel
dependen yaitu LN_ROA menunjukkan nilai minimum 0,01 dan nilai
maksimum 12,4. Nilai rata-rata 1,4969 dengan nilai standar deviasi
2,50987.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
69
Jika tidak data yang digunakan tidak terdistribusi normal maka data
tidak dapat dijadikan sampel. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan analisis grafik dengan melihat hasil grafik histogram,
normal probability plot dan uji kolmogorov smirnov (K-S).
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Berdasarkan grafik yang ditampilkan pada gambar 4.1 terlihat
bahwa grafik histogram berbentuk simetris mendekati garis
melengkung, maka nilai residual tersebut dinyatakan normal atau
terdistribusi normal dan dapat dikatakan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
70
Gambar 4.2
Grafik P-Plot
Berdasarkan grafik normal P-Plot yang ditampilkan dari gambar
4.2, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Untuk mendukung bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi
normal, maka dapat dilakukan uji normalitas secara statistik yaitu
dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) data penelitian dan nilai α yaitu 0,05. Nilai Sig. harus lebih besar
dari nilai α agar uji normalitas benar-benar berdistribusi normal dan
dapat melanjutkan uji asumsi klasik lainnya.
71
Tabel 4.5
Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .66072882
Most Extreme Differences Absolute .091
Positive .080
Negative -.091
Test Statistic .091
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan Tabel 4.5 hasil uji Kolmogorov-Smirnov, terlihat
bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 atau lebih besar dari
0,05 (Sig. > α). Ini menunjukkan bahwa data residual terdistribusi
secara normal. Dapat disimpulkan dari analisis grafik maupun uji
statistik bahwa model regresi bebas dari masalah normalitas atau dapat
dikatakan bahwa data berdistribusi secara normal telah memenuhi uji
asumsi klasik untuk normalitas data.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Uji Multikolieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat
nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Dengan ketentuan
apabila nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF melebihi 10 atau VIF > 10,
72
maka terjadi masalah multikolieritas, dan sebaliknya apabila nilai
tolerance ≥ 0.10 dan nilai VIF ≤ 10 maka model regresi bebas dari
masalah multikolinieritas.
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LN_IC .857 1.167
LN_JKC .630 1.588
LN_CAR .544 1.840
LN_NPF .598 1.672
LN_FDR .739 1.354
LN_BOPO .705 1.418
a. Dependent Variable: LN_ROA
Sumber: Data yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, nilai tolerance variabel LN_IC
= 0,857, LN_JKC = 0,630, LN_ CAR = 0,544, LN_NPF = 0,598,
LN_FDR = 0,739 dan LN_BOPO = 0,705 menunjukan bahwa tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari
0,10. Sedangkan hasil perhitungan nilai VIF variabel LN_IC = 1,167,
LN_JKC = 1,588, LN_CAR = 1,840, LN_NPF = 1,672, LN_FDR =
1,354 dan LN_BOPO = 1,418 menunjukkan hal yang sama yaitu
tidak ada varibel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan tidak terjadi
multikolinearitas.
73
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka hal tersebut
disebut Homoskedasitas. Dan jika varians berbeda disebut sebagai
heterokedasitas. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan grafik
Scatterplot. Berikut adalah hasil pengujian heteroskedastisitas dengan
grafik Scatterplot
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Dari hasil grafik scatterplot pada gambar 4.3, terlihat titik-titik
yang menyebar secara acak, dan tidak membentuk suatu pola tertentu
yang jelas. Titik- titik tersebut menyebar baik diatas namun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi gejala
heterokedasitas pada model regresi berganda ini.
74
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu dalam periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Untuk mengetahui apakah model regresi terdeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi maka salah satu caranya Run Test (Ghozali, 2016).
Dibawah ini adalah hasil uji autokorelasi yang dipaparkan dalam tabel
di bawah ini
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .12535
Cases < Test Value 27
Cases >= Test Value 27
Total Cases 54
Number of Runs 34
Z 1.649
Asymp. Sig. (2-tailed) .099
a. Median
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,099 lebih besar dari signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar
0,05. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulan bahwa tidak terjadi
autokorelasi atas nilai residual. Keseluruhan dari uji asumsi klasik telah
lolos dan bisa melanjutkan ke uji hipotesis
75
3. Hasil Uji Hipotesis
Setelah pengujian persyaratan analisis dengan statistic deskriptif dan
asumsi klasik, langkah selanjutnya melakukan pengujian signifikan model
dan interpretasi model regresi, untuk melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial dan simultan.
Secara statistik dapat diukur dengan menguji koefisien determinasi (R2),
Uji t dan Uji F (ANOVA).
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakam untuk mengukur sejauh
mana kemampuan model regresi dalam menjelaskan variabel
independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2,
semakin tinggi kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variasi perubahan pada variabel dependennya. Dan sebaliknya, nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Untuk melihat Koefisien Determinasi (R2), dapat dilihat tabel
Model Summary pada perhitungan SPSS untuk model penelitian.
Angka pada adjusted R square pada tabel Model Summary tersebut
untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen
menjelaskan variabel dependen yang dilihat.
76
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .894a .800 .774 .70164
a. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_JKC, LN_FDR, LN_NPF, LN_CAR, LN_IC
b. Dependent Variable: LN_ROA
Dari tampilan tabel 4.8 diatas besarnya nilai adjusted R Square
adalah 0,774, yang berarti 77,4%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh
variabel independen yaitu Intellectual Capital (IC), Jumlah Kantor
Cabang (JKP), Kecukupan Modal (CAR), Pembiayaan Bermasalah
(NPF), Likuiditas (FDR), Efisiensi Operasional (BOPO) dalam
menjelaskan variabel dependen yaitu profitabilitas Bank Umum
Syariah periode 2013-2018 yang diproksikan dengan Return On Asset
(ROA) adalah sebesar 77,4%. Sedangkan sisanya sebesar 22,6% (100%
- 77,4%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model regresi
dalam penelitian ini.
b. Uji Statistik Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen (bebas) yang dimasukkan dalam model persamaan
regresi berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
dependen (terikat). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak.
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung
dengan F tabel atau melihat dari nilai probabilitas (prob.) dari tabel.
77
Apabila nilai probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel
dependennya. Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel
dependennya. Berikut hasil uji hipotesis secara simultan menggunakan
uji F:
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 92.500 6 15.417 31.316 .000b
Residual 23.138 47 .492
Total 115.638 53
a. Dependent Variable: LN_ROA
b. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_JKC, LN_FDR, LN_NPF, LN_CAR, LN_IC
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, hasil F-statistic sebesar 31,316
dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi < 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen yaitu Intellectual Capital (IC), Jumlah Kantor
Cabang (JKP), Kecukupan Modal (CAR), Pembiayaan Bermasalah
(NPF), Likuiditas (FDR), Efisiensi Operasional (BOPO) secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu profitabilitas Bank Umum Syariah periode 2013-2018 yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA).
c. Uji Statistik Parsial (Uji t)
78
Uji statistik t bertujuan untuk menguji signifikansi dua atau
lebih variabel independent terhadap variabel dependen secara parsial.
Uji t ini dilakukan untuk mengukur secara terpisah pengaruh yang
ditimbulkan dari masing-masing variabel independent terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi α 0,05.
Apabila probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya terdapat
pengaruh dari variabel independen secara individual (parsial)
terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila probabilitas atau
lebih besar dari 0,05 maka hasilnya tidak terdapat pengaruh dari
variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 11.274 6.018 1.873 .067
LN_IC 3.226 .355 .640 9.087 .000
LN_JKC .381 .094 .333 4.045 .000
LN_CAR .114 .338 .030 .337 .738
LN_NPF -.263 .122 -.181 -2.149 .037
LN_FDR 1.384 1.036 .101 1.335 .188
LN_BOPO -4.721 .744 -.493 -6.349 .000
a. Dependent Variable: LN_ROA
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel
Intellectual Capital (IC) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
variabel profitabilitas dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari
79
0,05. Variabel Jumlah Kantor Cabang (JKC) berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap variabel profitabilitas dengan tingkat
signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Variabel Kecukupan Modal
(CAR) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel
profitabilitas dengan tingkat signifikansi 0,738 lebih besar dari 0,05.
Variabel Pembiayaan Bermasalah (NPF) berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap variabel profitabilitas dengan tingkat signifikansi 0,037
lebih kecil dari 0,05. Variabel Likuiditas (FDR) tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap variabel profitabilitas dengan tingkat
signifikansi 0,188 lebih besar dari 0,05. Variabel Efisiensi Operasional
(BOPO) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel
profitabilitas dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.
C. Pembahasan
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Intellectual Capital (IC), Jumlah Kantor Cabang (JKP), Kecukupan Modal
(CAR), Pembiayaan Bermasalah (NPF), Likuiditas (FDR), Efisiensi
Operasional (BOPO) terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah dengan
hipotesis yang telah dibuat. Dan dari hasil uji statistik t dapat dilakukan
pembahasan hipotesis yang dijelaskan dibawah ini:
1. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil penelitian uji t pada tabel 4.10, diperoleh nilai t
sebesar 7,087 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < α 0,05 yang berarti
80
bahwa variabel Intellectual Capital berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas, oleh karena itu H1 diterima.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang di lakukan oleh Halim
dan Faisal (2016), Fitriani dan Septiarini (2017) bahwa Intellectual Capital
berpengaruh terhadap profitabilitas Perusahaan. Namun, hasil penelitian ini
tidak mendukung penelitian terdahulu oleh Dermawan (2017), Febrianty
dan Febriantoko (2018) bahwa Intellectual Capital tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas Perusahaan.
Perusahaan yang memiliki sumber daya yang baik, seperti sumber
daya fisik, sumber daya manusia, ataupun sumber daya struktural yang
dikelola secara efektif dan efisien akan memiliki pengaruh yang
berkesinambungan dalam menciptakan value added serta akan berdampak
terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
capital employed (CE) yang ada pada perusahaan perbankan syariah
mampu berkontribusi dalam memberikan value added (VA) bagi
perusahaan secara sinergi dengan profitnya, dan dapat dinyatakan bahwa
perusahaan telah mampu mengoptimalkan pengolahan dana yang tersedia.
Human capital (HC) menunjukkan bahwa value added berupa gaji dan
tunjangan yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja sudah mampu
dalam meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan yang berarti bahwa
gaji dan tunjangan sudah mampu menjadi pendorong peningkatan laba pada
perusahaan sampel. Dan structural capital (SC) membuktikan bahwa
perusahan sampel juga mampu memberikan pengaruh bagi pendapatan dan
81
laba yang diperoleh perusahaan. Pengelolaan structural capital yang baik
dalam segi sistem operasional dapat meningkatkan produktivitas karyawan
dalam menghasilkan value added.
2. Pengaruh Jumlah Kantor Cabang terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil penelitian uji t pada tabel 4.10, diperoleh nilai t
sebesar 4,045 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < α 0,05 yang berarti
bahwa variabel jumlah kantor cabang berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas, oleh karena itu H2 diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hijrianto (2016) yaitu jumlah kantor berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas Bank Syariah. Pengaruh ini menyimpulkan bahwa jika jumlah
kantor bank terhadap profitabilitas berarti semakin bertambah jumlah kantor
bank maka semakin menurun tingkat profitabilitas bank syariah.
Jumlah Kantor Cabang berpengaruh terhadap profitabilitas
mengindikasikan bank dapat secara efisien dalam mengelola asetnya yang
dalam hal ini asset tetap berupa gedung dan bangunan. Dalam meningkatkan
jumlah kantor atau menambah kantor cabang baru, tidak dapat serta merta
memperbesar pangsa pasar bank syariah di Indonesia. Penambahan jumlah
kantor bank juga tidak dapat secara langsung meningkatkan jumlah nasabah
dan meningkatkan jumlah pembelian (transaksi) nasabah. Justru sebaliknya,
bertambahnya jumlah kantor bank akan menambah biaya operasional bank,
biaya-biaya gedung juga promosi yang lebih giat lagi dan mengakibatkan
menurunnya tingkat profitabilitas bank.
82
3. Pengaruh Kecukupan Modal (CAR) terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil penelitian uji t pada tabel 4.10, diperoleh nilai t
sebesar 0,337 dengan nilai signifikan sebesar 0,738 > α 0,05 yang berarti
bahwa variabel kecukupan modal (CAR) tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas, oleh karena itu H3 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prasetyo dan Darmayanti (2015), dan Setiawan et al. (2019) bahwa CAR
tidak berpengaruh pada Profitabilitas. Namun, penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Widiyanti dkk. (2015), Fitriani dan Septiarini (2017) yang
menyatakan bahwa kecukupan modal atau CAR berpengaruh terhadap
profitabilitas bank
Pengaruh yang tidak signifikan antara kecukupan modal terhadap
profitabilitas diasumsikan terjadi karena pertumbuhan modal yang tidak
konsisten pada Bank Umum Syariah yang diakibatkan dari pengelolaan
kegiatan operasional perusahaan yang kurang baik dan pembiayaan yang
kurang optimal sehingga memungkinkan terjadinya risiko yang tinggi dan
bank kurang mampu dalam menghasilkan output tinggi yang mampu
meningkatkan profitabilitas.
4. Pengaruh Pembiayaan Bermasalah (NPF) terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil penelitian uji t pada tabel 4.10, diperoleh nilai t
sebesar -2,149 dengan nilai signifikan sebesar 0,037 < α 0,05 yang berarti
bahwa variabel pembiayaan bermasalah (NPF) berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas, oleh karena itu H4 diterima.
83
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Oktaviani dan Abikusna (2017), Winarti dan Harjanto (2018), Farikhah dan
Rani (2019) yang menunjukkan hasil bahwa tingkat asset (NPF)
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan
Yusuf dan Surjaatmadja (2018) justru sebaliknya, bahwa NPF tidak
berpengaruh terhadap Profitabilitas atau ROA sehingga penelitian ini tidak
sejalan.
NPF menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah akan berakibat
pada kerugian bank dalam hal keuangan, yaitu kerugian karena tidak
diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan bunga
yang tidak dapat diterima. Oleh karena itu, bank akan kehilangan
kesempatan mendapat bunga yang berakibat pada penurunan pendapatan
atau profit secara total.
5. Pengaruh Likuiditas (FDR) terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil penelitian uji t pada tabel 4.10, diperoleh nilai t
sebesar 1,335 dengan nilai signifikan sebesar 0,188 > α 0,05 yang berarti
bahwa variabel likuiditas (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas, oleh karena itu H5 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Pamunkas (2016)
dan Ningsih dkk. (2017) bahwa likuiditas (FDR) tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas. Namun, penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Khuzaini (2014), Oktaviani dan Abikusna (2017) bahwa
likuiditas (FDR) berpengaruh terhadap profitabilitas
84
FDR yang tidak signifikan terhadap ROA dapat disebabkan oleh
pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS atau dana pihak ketiga belum
berjalan secara efektif dan optimal, sehingga menyebabkan pembiayaan
non-lancar meningkat seiring dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh
BPRS. Hal ini dapat terjadi karena pihak manajemen BPRS kurang
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menilai calon nasabah pembiayaan,
dan juga mengakibatkan tingkat kepercayaan yang mengurang
6. Pengaruh Efisiensi Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil penelitian uji t pada tabel 4.10, diperoleh nilai t
sebesar -6,349 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < α 0,05 yang berarti
bahwa variabel efisiensi operasional (BOPO) berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas, oleh karena itu H6 diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasny dan Oey (2016), Yusuf dan Surjaatmadja (2018) yang mengatakan
bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA).
Namun, penelitian yang dilakukan oleh Zandra (2016) menunjukkan bahwa
Efisiensi operasional (BOPO) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
Efisiensi Operasional bisa dikatakan terdiri dari Biaya operasional dan
pendapatan operasional yang nantinya akan menghasilkan efisiensi
(penghematan). Biaya operasional dibutuhkan untuk kelancaran operasi
perusahaan, dimana biaya operasional sebagai biaya pendukung mempunyai
pengaruh terhadap perolehan laba dan profitabilitas perusahaan sehingga
85
pada penelitian ini adanya pengaruh antara efisiensi operasional dan
profitabilitas. Oleh karena itu, dimungkinkan terdapat biaya lain atau
variabel lain yang mempunyai korelasi terhadap profitabilitas.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan yang dilakukan dengan
pengujian hipotesis, maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Intellectual capital berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil penelitian
yang sama dilakukan oleh Halim dan Faisal (2016).
2. Jumlah kantor cabang berpengaruh terhadap profitabilitas. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hijrianto (2016).
3. Kecukupan modal tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et al.
(2019).
4. Pembiayaan bermasalah berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil
penelitian yang sama dilakukan oleh Farikhah dan Rani (2019).
5. Likuiditas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dkk. (2017).
6. Efisiensi operasional berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf dan Surjaatmadja
(2018).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, terdapat sekiranya
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian ini. Oleh karena itu
terdapat beberapa saran untuk penelitian di masa mendatang yang diharapkan
87
dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih baik dan berkualitas lagi. berikut
beberapa saran mengenai beberapa hal, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel yang ada
agar bisa menambahkan hasil yang lebih luas dan lebih menggambarkan
bank syariah di Indonesia.
2. Penelitian selanjutnya dapat mengganti indikator penelitian dengan proksi
yang mempengaruhi profitabilitas.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengganti objek penelitian yang
belum banyak diteliti agar hasilnya bisa bervariasi dan menambah literature
penelitian
4. Penelitian selanjutnya dapat mengganti atau menambahkan variabel-
variabel yang memungkinkan berdampak pada variabel profitabilitas.
5. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian salah satunya
dengan melakukan uji dan menggunakan metode analisis yang lebih
lengkap dan juga akurat sehingga memperoleh kesimpulan yang lebih valid.
88
DAFTAR PUSTAKA
Agung, P. D., & Ayu, D. N. (2015). Pengaruh Risiko Kredit, Likuiditas,
Kecukupan Modal, Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Pada
Pt Bpd Bali. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4.
Amal, O. I. (2015). Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Likuiditas, Profitabiltas
Dan Risiko Kredit Terhadap Penyaluran Kpr Pada Bank Persero Dan
BUSN. Jurnal Akuntansi Unesa.
Amboningtyas, D., Setiawan, M., & Aryanti, R. P. (2015). pengaruh CAR
terhadap ROA dan dampaknya pada industri. Jurnal Audit dan Akuntansi
Fakultas Ekonomi.
Amboningtyas, D., Setiawan, M., & Aryanti, R. P. (2019). Analysis Of Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), And Operational
Costs With Operational Income (BOPO) That Impact On Profitability
(Case Study In Pt. Bpr In Semarang Area 2013 - 2017). Journal of
Management.
Antonio, M. S. (2009). Bank Syariah : dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.
Arif, N. R. (2010). Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta.
Arifin, Z. (2002). Dasar-dasar manajemen Bank Syariah. Bandung: Alva Beta.
Danang, S. (2013). Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika
Aditama Anggota Ikapi.
Dendawijaya, L. (2009). Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Dermawan, E. S. (2017). Kaitan Intellectual Capital Terhadap Rasio Profitabilitas
Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Pada Periode 2014-2015. Jurnal Akuntansi.
Dewi, D. R. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank
Syariah di Indonesia. E-journal Undip, I.
ER, N. E. (2018). Analisa Perkembangan Jumlah Outlet Kantor Cabang dan
Kebutuhan Frontliners di Era Digital Banking (Studi kasus di Bank
Syariah Anak Perusahaan dan UUS Bank BUMN di Yogyakarta).
IQTISAD, 1-19.
Farikhah, K., & Rani, L. N. (2019). Determinants Of Profitability Of Sharia
Regional Development Banks In Indonesia 2014-2017. Journal of Islamic
Economics, 1-17.
89
Febrianty, & Febriantoko, J. (2018). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Sektor Makanan Dan Minuman Di Indonesia.
Jurnal Akuntansi.
Fitriani, Y. N., & Septiarini, D. F. (2017). Pengaruh Kinerja Sumber Daya
Manusia, Kinerja Manajemen, Dan Kinerja Permodalan Terhadap Return
On Asset (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah 2011- 2015). Jurnal
Ekonomi Syariah Teori dan Terapan.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23
(8th ed.). Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Halim, A., & Faisal, H. B. (2016). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Profitabilitas Dan Dampaknya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor
Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Bisnis
dan Ekonomi (JBE), 124-141.
Harahap, S. S. (2008). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (2nd ed.). Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Hasan, A. (2009). Manajemen Bisnis Syariah Kaya di Dunia Terhormat di
Akhirat. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
hasbi, H., & Tendi, H. (2011). Banking: According to Islamic Sharia Concepts
and Its Performance in Indonesia. International Review of Business
Research Papers, 60-76.
Hasny, A. M., & Oey, C. B. (2016). Analisis Pengaruh Kecukupan Modal,
Efisiensi Operasional Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Bank Bumn
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Jurnal Kajian Bisnis, 11-24.
Hery. (2015). Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.
Hidayanti, R. (2016). Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Jumlah Kantor Cabang
Terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah Tahun 2011-
2014. Universitas Negeri Surabaya.
Hijrianto, A. (2016). Pengaruh Jumlah Kantor Bank (JKB) Terhadap Profitabilitas
Bank Syariah (Periode 2008-2015).
Hosen, M. N., & Shofaun, N. (2013). Pengukuran Tingkat Kesehatan dan
Financial Distress Bank Umum Syariah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
HS, E. W., Muslimin, & Harjanto, S. (2018). Analisa Pengaruh Struktur Aset Dan
Non Performing Financing Terhadap Tingkat Profitabilitas Dengan
Struktur Pembiayaan Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Di Kabupaten Jepara).
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT).
90
Huda, N., Sabrina, I., & Zain, E. (2013). Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah
Dengan Pendekatan Balance Scorecard. Jurnal Etikonomi.
Iskandar, S. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainya. Jakarta: IN MEDIA.
Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan (1st ed., Vol. VII). Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Kasmir. (2016). Analisis Laporan Kuangan (1st ed.). Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Klepczarek, E. (2015). Determinants Of European Banks' Capital Adequacy.
Comparative Economic Research, 82-98.
Kuncoro, M. (2009). Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Jakarta : Erlangga.
Kurniasari, I. (2015). Pengaruh Intellectual Capital Dan Profitabilitas Terhadap
Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013. Jurnal Audit dan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Tanjungpura, 23-40.
Kuspinta, T. D., & Husaini, A. (2018). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2014-2016). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 164-170.
Lukitasari, Y. P. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
pada Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dinamika
Akuntansi, Keuangan dan Perbankan.
Ma’isyah, R., & Imron, M. (2015). Pengaruh Kecukupan Modal, Fungsi
Intermediasi, Efisiensi Operasional, Dan Pembiayaan Bermasalah
Terhadap Profitabilitas (Studi pada Bank Syariah Periode Januari 2010 –
Juli 2014). Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 249-265.
Maharani, A. M., & Henianingrum, S. (2014). Pengaruh Kecukupan Modal,
Fungsi Intermediasi, Pembiayaan Bermasalah, Dan Biaya Operasional
Terhadap Profitabilitas Industri Bank Syariah Periode Januari 2010-
Desember 2012. JessTT.
Mardiana, D. (2016). Pengaruh Keahlian Audit Dan Audit Judgment Terhadap
Ketepatan Pemberian Opini Oleh Akuntan Publik Dengan Pengalaman
Sebagai Variabel Moderating. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Margaretha, F. (2007). Manajemen Keuangan bagi Industri Jasa. Jakarta:
Grasindo.
91
Marlinda, Y. (2018). Pengaruh Intellectual Capital dan Struktur Modal Terhadap
Return Saham Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening
(Studi pada Perusahaan Yang Terdaftar pada JII (Jakarta Islamic Index)
Periode 2012-2016). Jurnal Akuntansi (e-Journal).
Mulazid, A. S. (2017). Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Bagi
Hasil dan. Economica: Jurnal Ekonomi Islam.
Munawir, S. (2007). Analisa Laporan Keuangan (4th ed., Vol. XIII). Yogyakarta:
Liberty.
Nantyo, K., & Kristian. (2014). Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas Terhadap
Struktur Modal Dan Rasio Aktivitas Sebagai Intervening. Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen.
Nasih, M. (n.d.). Intellectual Capital Dan Kinerja Perusahaan Perbankan Di
Indonesia. Universitas Airlangga.
Oktaviani, D., & Abikusna, R. A. (2017). Pengaruh Pembiayaan Bermasalah,
Tingkat Likuiditas dan Rasio Pembiayaan Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah Mandiri Tahun 2012-2016. Al-Amwal.
Okwoli, A. A., U, O. E., & A, Y. S. (2017). The Nexus Between Banks' Capital
Structure And Capitaladequacy In Nigeria: A Vector Error Correction
Mechanism Approach. International Journal of Management Science
Research, 217-234.
Pamungkas, L. (2014). Pengaruh Permodalan, Likuiditas, Kualitas Aset Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah Yang Terdaftar Di Bank Indonesia
(Periode 2010 – 2014). Universitas Negeri Surabaya.
Ponco, B. (2008). Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM dan LDR terhadap
ROA pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2004-
2007. Universitas DIponegoro.
Prasetyoningrum, A. K., & Siti, N. H. (2016). Penggunaan Path Analysis Dalam
Analisis Pengaruh Efisiensi Operasional, Tingkat Kecukupan Modal Dan
Likuiditas Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia
Tahun 2011-2014. Soedirman Accounting Review, 67-87.
Rachmawati, D. A. (2012). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Return On
Asset (ROA) Perbankan. Jurnal Nominal.
Riyanto, B. (2011). Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan (4th ed., Vol. XI).
Yogyakarta: BPFE Universitas Gadjah Mada.
Rosiana, R., Badina, T., & Ningsih, W. (2017). Pengaruh Permodalan, Kualitas
Asset, Rentabilitas dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Bank
92
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia. Jurnal Ilmu Akuntansi,
181-192.
Sadi, M. (2015). Konsep Hukum Perbankan Syariah. Malang: Setara Press.
Setyawati, F. (2018). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Firm’s Market Value
Dan Financial Performance Pada Perusahaan High Intellectual Capital
Intensive Industries Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, 7, 294-335.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Suwardjono. (2010). Teori Akuntansi, Perekayasaan Laporan Keuangan (3rd
ed.). Yogyakarta: BPFE.
Syafrida, I., & Aminah, I. (2015). Faktor Perlambatan Pertumbuhan Bank Syariah
Di Indonesia Dan Upaya Penanganannya. Jurnal Akuntansi Politeknik
Negeri Jakarta.
Syamsuddin, L. (2007). Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi
dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan (1st ed.,
Vol. IX). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syamsuddin, L. (2009). Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia.
Ulum, I. (2013). Model Pengukuran Kinerja Intellectual Capital Dengan IB-VAIC
Di Perbankan Syariah. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan.
Ulum, I., Ghozali, I., & Purwanto, A. (2014). Intellectual Capital Performance of
Indonesian Banking Sector: A Modified VAIC (M-VAIC) Perspective.
Asian Journal of Finance & Accounting, 103-123.
Ulum, I., Imam, G., & Agus, P. (2014). Intellectual Capital Performance of
Indonesian Banking Sector: A Modified VAIC (M-VAIC) Perspective.
Asian Journal of Finance & Accounting, 103-123.
Wibowo, E. S. (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR ,BOPO, NPF
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Jurnal Manajemen Diponegoro,
II(2), 1-10.
Widarjono, A. (2010). Analisis Statistika Multivariat Terapan (1st ed.).
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Widiyanti, M., Taufik, & Pratiwi, G. (2015). Pengaruh Permodalan, Kualitas
Aktiva, Likuiditas, Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Pada
93
Pt Bank Syariah Mandiri Dan Pt Bank Bri Syariah. Jurnal Manajemen dan
Bisnis Sriwijaya.
Wiroso. (2011). Akuntansi Transaksi Syariah. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Yusuf, M., & Surjaatmadja, S. (2018). Analysis of Financial Performance on
Profitability with Non Performance Financing as Variable Moderation
(Study at Sharia Commercial Bank in Indonesia Period 2012–2016).
International Journal of Economics and Financial.
Zahro, F., & Suwitho. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aset,
Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen.
Zandra, R. A. (2016). Pengaruh Biaya Operasional Dan Perputaran Persediaan
Terhadap Profitabilitas. AKTIVA Jurnal Akuntansi.
94
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Perusahaan
Daftar Perusahaan (BUS) yang Dijadikan Sampel
No. Kode Nama Bank Umum Syariah
1 BM Bank Muamalat
2 BCAS Bank Central Asia (BCA) Syariah
3 BNIS Bank Negara Syariah (BNI) Syariah
4 BRIS Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
5 BMS Bank Mandiri Syariah
6 BBS Bank Bukopin Syariah
7 BPS Bank Panin Syariah
8 BMGS Bank Mega Syariah
9 BTPNS Bank Tabungan Pensiun Negara (BTPN) Syariah
Lampiran 2 : Data Variabel
Data Variabel Berdasarkan Bank
No Tahun Bank IC JKC CAR NPF FDR BOPO ROA
1 2013
BBS
1.59763 24 11.10 4.27 100.29 92.29 0.69
2 2014 1.26430
24 14.80 4.07 92.89 96.77 0.27
3 2015 1.67540 22 16.31 2.99 90.56 91.99 0.79
4 2016 1.64381
22 15.15 7.63 88.18 109.62 0.08
5 2017 1.05073 23 19.20 7.85 82.44 99.20 0.02
6 2018 1.07121
22 19.31 5.71 93.40 99.45 0.02
7 2013
BCAS
1.58033 34 22.4 0.1 83.5 90.2 1.0
8 2014 1.47579 45 29.6 0.1 91.2 92.9 0.8
9 2015 1.64747
47 34.3 0.7 91.4 92.5 1.00
95
No Tahun Bank IC JKC CAR NPF FDR BOPO ROA
10 2016
BCAS
1.79516 49 36.7 0.5 90.1 92.2 1.1
11 2017 1.91990
57 29.4 0.32 88.5 87.2 1.2
12 2018 2.04511
64 24.3 0.35 89.0 87.4 1.2
13 2013
BM
1.41964 456 14.05 4.69 99.99 93.86 0.50
14 2014 1.14609
457 13.91 6.55 84.14 97.33 0.17
15 2015 1.17587 446 12.00 7.11 90.30 97.36 0.20
16 2016 1.19591
363 12.74 3.83 95.13 97.76 0.22
17 2017 1.08008 278 13.62 4.43 84.41 97.68 0.11
18 2018 1.12466
276 12.34 3.87 73.18 98.24 0.08
19 2013
BMGS
1.78030 346 12.99 2.98 93.37 86.09 2.33
20 2014 1.16200
320 19.26 3.89 93.61 97.61 0.29
21 2015 1.15010
153 18.74 4.26 98.49 99.51 0.30
22 2016 2.14541 63 23.53 3.30 95.24 88.16 2.63
23 2017 1.87244
58 22.19 2.95 91.05 89.16 1.56
24 2018 1.58571 61 20.54 2.15 90.88 93.84 0.93
25 2013
BMS
1.93422 697 14.10 4.31 89.37 84.02 1.52
26 2014 0.97258
665 14.12 6.83 82.13 100.6 0.01
27 2015 1.41324 670 12.85 6.06 81.99 94.78 0.56
28 2016 1.42562
570 14.01 4.92 79.19 94.12 0.59
29 2017 1.44062 570 15.89 4.53 77.66 94.44 0.59
30 2018 1.61479
571 16.26 3.28 77.25 90.68 0.88
31 2013
BNIS
1.51066 242 16.23 1.86 97.86 88.33 1.37
32 2014 1.50466
249 18.43 1.86 92.60 89.80 1.27
33 2015 1.64132
253 15.48 2.53 91.94 89.63 1.43
34 2016 1.69263 256 14.92 2.94 84.57 86.88 1.44
35 2017 1.77166
265 20.14 2.89 80.21 87.62 1.31
36 2018 1.79431 280 19.31 2.93 79.62 85.37 1.42
37 2013
BPS
1.99475 10 20.83 1.02 90.40 81.31 1.0
38 2014 2.88413 12 25.69 0.53 94.04 68.47 1.99
39 2015 2.13104
13 20.30 2.63 96.43 89.29 1.14
40 2016 1.40106
21 18.17 2.26 91.99 96.17 0.37
41 2017 -5.31634 22 11.51 12.52 86.95 217.4 0.12
96
No Tahun Bank IC JKC CAR NPF FDR BOPO ROA
42 2018 BPS 1.38903 17 23.15 4.81 88.82 92.52 0.26
43 2013
BRIS
1.60932 259 14.49 4.06 102.70 90.42 1.15
44 2014 1.06000
269 12.89 4.60 93.90 99.77 0.08
45 2015 1.47049
271 13.94 4.86 84.16 93.79 0.77
46 2016 1.59335
271 20.63 4.57 81.47 91.33 0.95
47 2017 1.38363 272 20.29 6.43 71.87 95.24 0.51
48 2018 1.40506
272 29.72 6.73 75.49 95.32 0.43
49 2013
BTPNS
1.28904 13 86.91 2.94 149.87 98.97 0.11
50 2014 1.59311
117 32.78 1.29 93.97 87.78 4.23
51 2015 1.67402
113 30.09 1.25 95.54 85.82 5.24
52 2016 2.08117
153 23.8 1.53 92.7 75.1 9.0
53 2017 2.45013
151 28.9 1.67 92.5 68.8 11.2
54 2018 2.77796 69 40.9 1.39 95.6 62.4 12.4
Data Variabel Berdasarkan Tahun
No Tahun Bank IC JKC CAR NPF FDR BOPO ROA
1
2013
BCAS 1.58033 34 22.4 0.1 83.5 90.2 1.0
2 BNIS 1.51065
242 16.23 1.86 97.86 88.33 1.37
3 BRIS 1.60931 259 14.49 4.06 102.70 90.42 1.15
4 BTPNS 1.28904
13 86.9 2.94 149.87 98.97 0.11
5 BBS 1.59762
24 11.10 4.27 100.29 92.29 0.69
6 BMS 1.93422
697 14.10 4.31 89.37 84.02 1.52
7 BMGS 1.78030
346 12.99 2.98 93.37 86.09 2.33
8 BM 1.41964 456 14.05 4.69 99.99 93.86 0.50
9 BPS 1.99475
10 20.83 1.02 90.40 81.31 1.0
10
2014
BCAS 1.47578 45 29.6 0.1 91.2 92.9 0.8
11 BNIS 1.50465
249 18.43 1.86 92.60 89.80 1.27
12 BRIS 1.06000
269 12.89 4.60 93.90 99.77 0.08
13 BTPNS 1.59310
117 32.8 1.29 93.97 87.78 4.23
97
No Tahun Bank IC JKC CAR NPF FDR BOPO ROA
14
2014
BBS 1.59763 24 14.80 4.07 92.89 96.77 0.27
15 BMS 0.97258
665 14.12 6.83 82.13 100.6 0.01
16 BMGS 1.16200
320 19.26 3.89 93.61 97.61 0.29
17 BM 1.14609
457 13.91 6.55 84.14 97.33 0.17
18 BPS 2.88413
12 25.69 0.53 94.04 68.47 1.99
19
2015
BCAS 1.64747 47 34.3 0.7 91.4 92.5 1.00
20 BNIS 1.64132
253 15.48 2.53 91.94 89.63 1.43
21 BRIS 1.47049 271 13.94 4.86 84.16 93.79 0.77
22 BTPNS 1.67402
113 30.1 1.25 95.54 85.82 5.24
23 BBS 1.67540
22 16.31 2.99 90.56 91.99 0.79
24 BMS 1.41324
670 12.85 6.06 81.99 94.78 0.56
25 BMGS 1.15010
153 18.74 4.26 98.49 99.51 0.30
26 BM 1.17587 446 12.00 7.11 90.30 97.36 0.20
27 BPS 2.13104
13 20.30 2.63 96.43 89.29 1.14
28
2016
BCAS 1.79516 49 36.7 0.5 90.1 92.2 1.1
29 BNIS 1.69263
256 14.92 2.94 84.57 86.88 1.44
30 BRIS 1.59335
271 20.63 4.57 81.47 91.33 0.95
31 BTPNS 2.08117 153 23.8 1.53 92.7 75.1 9.0
32 BBS 1.64381
22 15.15 7.63 88.18 109.62 0.08
33 BMS 1.42562 570 14.01 4.92 79.19 94.12 0.59
34 BMGS 2.14541
63 23.53 3.30 95.24 88.16 2.63
35 BM 1.19591 363 12.74 3.83 95.13 97.76 0.22
36 BPS 1.40106
21 18.17 2.26 91.99 96.17 0.37
37
2017
BCAS 1.91990
57 29.4 0.32 88.5 87.2 1.2
38 BNIS 1.77166 265 20.14 2.89 80.21 87.62 1.31
39 BRIS 1.38363
272 20.29 6.43 71.87 95.24 0.51
40 BTPNS 2.45013 151 28.9 1.67 92.5 68.8 11.2
41 BBS 1.05073
23 19.20 7.85 82.44 99.20 0.02
42 BMS 1.44062 570 15.89 4.53 77.66 94.44 0.59
43 BMGS 1.87244
58 22.19 2.95 91.05 89.16 1.56
44 BM 1.08008
278 13.62 4.43 84.41 97.68 0.11
45 BPS -5.31634 22 11.51 12.52 86.95 217.4 0.12
98
No Tahun Bank IC JKC CAR NPF FDR BOPO ROA
46
2018
BCAS 2.04511 64 24.3 0.35 89.0 87.4 1.2
47 BNIS 1.79431
280 19.31 2.93 79.62 85.37 1.42
48 BRIS 1.40506
272 29.72 6.73 75.49 95.32 0.43
49 BTPNS 2.77796
69 40.9 1.39 95.6 62.4 12.4
50 BBS 1.07121
22 19.31 5.71 93.40 99.45 0.02
51 BMS 1.61479 571 16.26 3.28 77.25 90.68 0.88
52 BMGS 1.58571
61 20.54 2.15 90.88 93.84 0.93
53 BM 1.12466 276 12.34 3.87 73.18 98.24 0.08
54 BPS 1.38903
17 23.15 4.81 88.82 92.52 0.26
Lampiran 3 : Hasil Output
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IC 54 .97 5.32 1.6634 .64761
JKC 54 10.00 697.00 209.6852 197.46218
CAR 54 11.10 86.91 21.0224 11.48250
NPF 54 .10 12.52 3.6043 2.39516
FDR 54 71.87 149.87 90.0748 10.87677
BOPO 54 62.40 217.40 93.4165 19.07106
ROA 54 .01 12.40 1.4969 2.50987
Valid N (listwise) 54
Grafik Histogram
99
Grafik P-Plot
100
Uji Normalitas : Kolmogorov-Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .66072882
Most Extreme Differences Absolute .091
Positive .080
Negative -.091
Test Statistic .091
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LN_IC .857 1.167
LN_JKC .630 1.588
LN_CAR .544 1.840
LN_NPF .598 1.672
LN_FDR .739 1.354
LN_BOPO .705 1.418
a. Dependent Variable: LN_ROA
101
Uji Heteroskedastisitas : Grafik Scatterplot
Uji Autokorelasi : Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .12535
Cases < Test Value 27
Cases >= Test Value 27
Total Cases 54
Number of Runs 34
Z 1.649
Asymp. Sig. (2-tailed) .099
a. Median
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .894a .800 .774 .70164
a. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_JKC, LN_FDR, LN_NPF, LN_CAR, LN_IC
b. Dependent Variable: LN_ROA
102
Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 92.500 6 15.417 31.316 .000b
Residual 23.138 47 .492
Total 115.638 53
a. Dependent Variable: LN_ROA
b. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_JKC, LN_FDR, LN_NPF, LN_CAR, LN_IC
Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 11.274 6.018 1.873 .067
LN_IC 3.226 .355 .640 9.087 .000
LN_JKC .381 .094 .333 4.045 .000
LN_CAR .114 .338 .030 .337 .738
LN_NPF -.263 .122 -.181 -2.149 .037
LN_FDR 1.384 1.036 .101 1.335 .188
LN_BOPO -4.721 .744 -.493 -6.349 .000
a. Dependent Variable: LN_ROA