Upload
vancong
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, EFIKASI DIRI,
LOCUS OF CONTROL TERHADAP KESULITAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA
SISWA/I SMA NEGERI 47 JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Septian Abdul Rahman
NIM: 1111070000057
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, EFIKASI DIRI
DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KESULITAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA
SISWA/I SMAN 47 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Septian Abdul Rahman
NIM: 1111070000057
Pembimbing:
Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 19720823 199903 1 002
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL,
EFIKASI DIRI DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KESILITAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA/I SMAN 47
JAKARTA” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Juni 2017.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 13 Juni 2017
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag.,M.Si
NIP. 19680614 199704 1 001
Wakil Dekan/Sekretaris/
Merangkap Dosen Pembimbing
Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP: 19720823 199903 1 002
Anggota
Mulia Sari Dewi, S.Psi, M.Psi, Psi
NIP: 19780502 200801 2 026
Miftahuddin, M.Si
NIP. 19730317 200604 1 001
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Septian Abdul Rahman
NIM : 1111070000057
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Efikasi Diri Dan Locus Of Control Terhadap Kesulitan
Pengambilan Keputusan Karir Pada Siswa SMAN 47 Jakarta” adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan
skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-
undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 13 Juni 2017
Septian Abdul Rahman
NIM:1111070000057
v
MOTTO
“ ULAH NGELUH KEUR RIPUH,
ULAH NGARAJA KEUR BAGJA.
RIPUH UJIAN
BAGJA TITIPAN”
-KANG IBING-
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) April 2017
C) Septian Abdul Rahman
D) Pengaruh kecerdasan emosional, efikasi diri dan locus of control terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karir siswa SMAN 47 jakarta
E) xii + 54 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel kecerdasan
emosional, efikasi diri dan locus of control terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir siswa SMAN 47 Jakarta. Sampel berjumlah 181 siswa
SMAN 47 Jakarta yang diambil dengan teknik purposive sampling.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdapat empat skala, yaitu
skala modal kecerdasan emosional, efikasi diri, locus of control dan skala
kesulitan pengambilan keputusan karir. Uji validitas alat ukur
menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA). Sedangkan
analisis data menggunakan teknik multiple regression. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel
kecerdasan emosional, efikasi diri dan locus of control terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir pada siswa SMAN 47 Jakarta. Besarnya
pengaruh seluruh variabel independen terhadap komitmen organisasi
adalah sebesar 27,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di
luar penelitian ini. Sementara hasil analisis proporsi varians masing-
masing variabel secara terpisah, ditemukan sumbangan yang paling besar
terhadap komitmen organisasi adalah self emotion appraisal, other
emotion appraisal, use emotion other, regulatin of emotion dari variabel
kecerdasan emosional, variabel efikasi diri dan interna, eksternal dari
variabel locus of control. Penelitian ini akan mendapatkan hasil yang lebih
baik apabila menggunakan populasi yang lebih luas, agar mendapatkan
data yang lebih beragam dan dapat membandingkan dengan faktor yang
belum bisa diteliti
G) Bahan bacaan: 29; buku: 1 + jurnal: 25 + artikel online: 2 + skripsi: 1
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) April 2017
C) Septian Abdul rahman
D) The influence of emotional intelligence, self-efficacy and locus of
control on career decision making difficulties students of SMAN 47
Jakarta
E) xii + 67 pages + appendix
F) This study aimed to determine the effect of emotional intelligence
variables, self-efficacy and locus of control on career decision making
difficulties students of SMAN 47 Jakarta. Sample of 181 students of
SMAN 47 Jakarta taken by purposive sampling technique. The
instrument used in this study, there are four scales, namely the capital
scale of emotional intelligence, self-efficacy, locus of control and the
scale of the career decision making difficulties. Test the validity of the
measuring instrument using the technique of confirmatory factor
analysis (CFA). While the analysis of data using multiple regression
techniques. The results showed that there was a significant effect of the
variable of emotional intelligence, self-efficacy and locus of control on
career decision making difficulties at SMAN 47 Jakarta. The
magnitude of the effect of all independent variables on organizational
commitment is 27.5%, while the rest influenced by other variables
outside of this study. While the results of the analysis of the proportion
of the variance of each variable separately, was found contributed most
to the organization's commitment is self-emotion appraisal, of emotion
appraisal, use emotion other, regulatin of emotion of the variables of
emotional intelligence, the variables of self-efficacy and internal,
external variables locus of control. This study will get better results
when using the wider population, in order to obtain richer data and can
compare with factors that cannot be investigated
G) Reading materials: 29; books: 1 + articles: 25 + online articles: 2 +
thesis: 1
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim.
Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, yang telah membawa ilmu kepada
umat manusia di dunia.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tentunya tidak luput dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu
peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik
Bapak Dr. Abdul Rahman Saleh, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si., dan Wakil Dekan Bidang Keuangan Bapak
Ikhwan Lutfi, M.Psi., yang telah memberikan peneliti kesempatan untuk
belajar di Fakultas Psikologi.
2. Bapak Dr. Abdul Rahman Saleh, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas waktu, kesabaran, motivasi serta
arahan yang telah diberikan selama ini.
3. Nia Tresniasari, M.Si., dosen pembimbing akademik yang telah membantu
memberikan nasihat akademik kepada peneliti selama masa perkuliahan.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan telah
menjadi contoh yang baik bagi peneliti. Para Staf Civitas Akademika Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan
bagi peneliti dalam proses administrasi. Semoga Allah SWT selalu
memberikan keberkahan ilmu kepada mereka.
5. Kedua orang tua peneliti, Bapak Kamaludin dan Ibu Jubaedah yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, serta menjadi kekuatan dan penyemangat di
berbagai situasi dan kondisi. Serta adik-adik peniti, Fita Fajria dan Syahru
Ramadhan. semoga bisa jauh lebih baik dari sekedar apa yang dilakukan oleh
peneliti.
ix
6. Intan Rahayu, terima kasih.
7. Para responden yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih karena telah meluangkan
waktunya untuk mengisi kuesioner peneliti.
8. Keluarga kelas B 2011, terima kasih untuk enam tahun yang berharga.
9. Keluarga Futsal Psikologi UIN Jakarta yang memberikan kenangan yang
melekat pada peneliti selama 4 tahun di Fakultas Psikologi.
10. Keluarga Anaconda Family, bang cat, bang deni, tokecang yang selalu
memberikan bantuan, dukungan dan canda tawa kepada peneliti.
11. Keluarga Remas, Terima kasih atas kebersamaannya di akhir masa kuliah.
Terima kasih banyak
12. The Kill Brother. Teguh, Rama, Rizal, Iki, Dani, Erwin, Rian Terima kasih
karena selalu mengingatkan bahwa kemanapun kita pergi keluarga adalah
tempat kembali
13. Untuk Dini,Pupung,Lia,Ayep,Tokecang,Abay,Idek,Kresna,Nita,ka Nabila,
Deni sekar, Ilham fahreza, Alfi, Meitha, baduy, prof rifki, icha jon, kibo,
sapan, Hadi, Roy, Fadel, Kurniawan, Baduy, Mbak Dewi, Pak Dedi terima
kasih kasih banyak telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung proses penelitian ini, terima kasih telah meluangkan waktu fikiran
dan tenaganya.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari kalian semua.
Peneliti menyadari bahwa segala bentuk kekurangan yang disengaja maupun
tidak disengaja akan menjadi bahan perbaikan untuk menjadi lebih baik. Peneliti
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada setiap
pembaca.
Jakarta, 13 Juni 2017
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................................. iv
MOTTO ....................................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ................................................ 9
1.2.1 Pembatasan masalah ................................................................................ 9
1.2.2 Perumusan masalah ................................................................................. 11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 12
1.3.1 Tujuan penelitian ...................................................................................... 12
1.3.2 Manfaat penelitian .................................................................................... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir ......................................................... 14
2.1.1 Definisi kesulitan pengambilan keputusan karir ..................................... 14
2.1.2 Proses pengambilan keputusan karir ....................................................... 15
2.1.3 Dimensi kesulitan pengambilan keputusan karir ..................................... 16
2.1.4 Pengukuran pengambilan keputusan karir ............................................... 19
2.2 Kecerdasan Emosional ..................................................................................... 20
2.2.1 Definisi kecerdasan emosional ................................................................. 20
2.2.2 Dimensi kecerdasan emosional ................................................................ 23
2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosional .......................................................... 23
2.3 Efikasi Diri ....................................................................................................... 25
2.3.1 Definisi Efikasi diri ................................................................................. 25
2.3.2 Dimensi Efikasi diri ................................................................................. 26
2.3.3 Pengukuran efikasi diri ............................................................................ 27
2.4 Locus of control ............................................................................................... 28
2.4.1 Definisi Locus of control ........................................................................ 28
xi
2.4.2 Dimensi Locus of control ......................................................................... 29
2.4.3 Pengukuran Locus of control ................................................................... 31
2.5 Kerangka Berfikir ............................................................................................. 32
2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 36
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 37
3.1.1 Teknik pengambilan sampel .................................................................... 37
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .................................... 37
3.2.1 Identifikasi variabel ................................................................................. 37
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ................................................................. 38
3.3 Alat Ukur Pengumpulan Data .......................................................................... 39
3.3.1 Skala kesulitan pengambilan keputusan karir ......................................... 40
3.3.2 Skala kecerdasan emosional ..................................................................... 41
3.3.3 Skala efikasi diri ...................................................................................... 42
3.3.4 Skala Locus of control ............................................................................ 43
3.4 Prosedur Pengujian Alat Ukur .......................................................................... 44
3.4.1 Pengujian Validitas Konstruk .................................................................. 44
3.4.2 Uji Validitas Skala Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir ................. 47
3.4.3 Uji Validitas Skala Self Emotions Appraisal ............................................ 48
3.4.4 Uji Validitas Skala Other Emotions Appraisal ........................................ 49
3.4.5 Uji Validitas Skala Use Emotions Other ................................................. 50
3.4.6 Uji Validitas Skala Regulation of emotions ............................................ 51
3.4.7 Uji Validitas Skala Efikai Diri Pengambilan Karir ................................. 51
3.4.8 Uji Validitas Skala Locus of control Internal .......................................... 52
3.4.9 Uji Validitas Skala Locus of control Eksternal ....................................... 53
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 54
3.6 Prosedur penelitian ........................................................................................... 58
3.7 Metode Analisis Data ........................................................................................ 59
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Subjek Penelitian ............................................................................................... 62
4.2 Deskripsi Statistik varibel Penelitian ................................................................ 62
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .............................................................. 63
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian .......................................................................... 66
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 74
5.2 Diskusi ............................................................................................................. 74
5.3 Saran ................................................................................................................. 78
xii
5.3.1 Saran teoritis ........................................................................................... 78
5.3.2 Saran praktis ............................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1Tabel Nilai Skor........................................................................................... 40
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir ........................ 41
Tabel 3.3 Blue Print Skala Kecerdasan Emosional .................................................... 42
Tabel 3.4 Blue Print Skala Efikasi Diri ...................................................................... 43
Tabel 3.5 Blue Print Skala Locus of Control .............................................................. 44
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item skala kesulitan pengambilan keputusan karir ............ 48
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item skala self emotions appraisal .................................... 49
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item skala other emotion appraisal ................................... 49
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item skala use emotion other ............................................ 50
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item skala regulation of emotion ..................................... 51
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item skala efikasi diri ....................................................... 52
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item skala internal ........................................................... 53
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item skala eksternal ........................................................... 54
Tabel 4.1 Gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamain ................................ 62
Tabel 4.2 Deskripsi statistik variabel penelitian ........................................................ 62
Tabel 4.3 Norma skor karegorisasi ............................................................................. 63
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel .......................................................................... 64
Tabel 4.5 Model summary analisis regresi ................................................................. 67
Tabel 4.6 Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV ........................................... 67
Tabel 4.7 Koefisien regresi ........................................................................................ 68
Tabel 4.8 Model summary proporsi varians tiap IV terhadap DV ............................. 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Taxonomi kesulitan pengambilan keputusan karir ................................. 16
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir ....................................................................... 35
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran skala .......................................................................................... 85
2. Lampiran syntax dan path diagram ........................................................... 92
3. Lampiran hasil uji regresi......................................................................... 102
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berada pada rentang usia 15-18 tahun.
Pada rentangan usia tersebut seorang individu berada pada tahap perkembangan
masa remaja akhir. Menurut Hartung (2005) masa remaja merupakan masa bagi
individu untuk mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari
informasi karir dan bakat yang diminati serta mulai membuat keputusan karir
(Creed, Patton, & Prideaux, 2006). Fokus utama dari tahapan eksplorasi adalah
menggali berbagai informasi diri serta bidang karir sebagai dasar menentukan
pilihan karir tertentu.
Banyak remaja yang tidak cukup banyak mengeksplorasi pilihan karir
sendiri dan juga menerima terlalu sedikit bimbingan karir dari pembimbing di
sekolah. Bimbingan karir dengan intensitas yang sedikit diterima di sekolah juga
dapat menyebabkan siswa/i kekurangan informasi mengenai peluang karir dan
jenis-jenis jurusan studi tersedia. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan siswa
tidak terarah dalam pengambilan keputusan karirnya dan bahkan menyebabkan
salah dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa kelas 12 di
berbagai sekolah di wilayah Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan, ditemukan
bahwa ada beberapa hal yang membuat siswa kelas 12 sulit dalam pemilihan
jurusan di perguruan tinggi diataranya siswa merasa sering bingung dalam
pengambilan keputusan jurusan studi lanjut. Siswa beberapa kali mengganti
2
pilihan jurusan studi yang ingin dituju. Ketika ditanya, siswa menjawab bahwa
mereka kurang yakin dengan pilihan mereka dan kurang percaya diri apakah dapat
bersaing dengan pendaftar lain. Siswa juga bingung dengan pertimbangan karir
setelah lulus nanti karena persaingan dunia kerja juga sangat ketat. Ketika
diwawancara, ada siswa yang mengaku memilih jurusan hanya asal-asalan
dikarenakan kurangnya informasi mengenai jurusan yang ada di universitas serta
kurangnya pengetahuan tentang tindak lanjut mengenai karir dirinya. Selain itu,
ada juga siswa yang merasa sulit dalam pemilihan jurusan dikarenakan adanya
keragu-raguan atas minat dan bakat dalam dirinya, faktor kurangnya informasi
mengenai jurusan yang tersedia dalam universitas dan kurangnya kemampuan
untuk menimbang serta melakukan alternatif pilihan jurusan juga membuat sulit
siswa. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman atau orientasi karir siswa dan
apabila dibiarkan akan mengakibatkan kesalahan memilih jurusan dan berdampak
juga jika sudah masuk perkuliahan, maka dari itu perlu adanya keputusan yang
baik.
Seperti yang diungkapkan oleh Santrock (2007), sebagai individu yang
sedang menuju ke periode dewasa, siswa memiliki sejumlah tugas perkembangan,
yang salah satunya adalah mempersiapkan karir atau pekerjaan untuk masa
depannya. Oleh karena itu sebagai individu yang menjelang dewasa diharapkan
dapat memikirkan masa depannya dengan matang dan sungguh-sungguh. Menurut
Ginzberg pilihan karir siswa masuk ke dalam tahap tentatif yaitu usia (11-18
tahun) dimana masa anak bersekolah di SMP dan SMA ( Zunker 1990). Beberapa
remaja mampu membuat keputusan ini cukup mudah dan cepat, sementara yang
3
lain dilaporkan memiliki banyak kesulitan dengan pengambilan keputusan karir
karena tidak efektifnya informasi (Gati, Krausz, & Osipow, 1996).
Friedman menemukan bahwa pengambilan keputusan pada remaja Israel
(kelas 9 dan kelas 12) sangat memprihatinkan dan 43% masalah tersebut
kebanyakan melibatkan pemilihan karir dan pendidikan pada remaja. Begitu juga
di dunia pendidikan, dan sebesar 48% masalah yang paling serius untuk remaja
adalah dalam memilih SMA, mata kuliah dan pemilihan jurusan untuk perguruan
tinggi (Gati & Saka, 2001).
Meskipun beberapa remaja dalam hal ini Siswa di tahun terakhir
mengambil keputusan relatif dengan lebih mudah, tetapi sebenarnya masih banyak
remaja lain mengalami kesulitan sebelum atau selama proses pengambilan
keputusan. Kesulitan-kesulitan ini dapat menyebabkan mereka untuk mencoba
mengalihkan tanggung jawab untuk membuat keputusan pada orang lain atau
menunda dan bahkan menghindari membuat keputusan tersebut. Hal ini pada
akhirnya dapat menyebabkan kurang optimalnya keputusan siswa tersebut. Selain
itu, cara siswa menangani keputusan ini memiliki efek pada keputusan karir masa
depan mereka (Gati & Saka, 2001).
Berdasarkan fenomena diatas muncul sebuah pertanyaan. Mengapa banyak
siswa di tahun terakhir yang masih mengalami kesulitan dalam memutuskan
karirnya? Padahal idealnya pada usia remaja mereka sudah harus mengambil
keputusan karirnya. Setiap individu memiliki karakteristik respon yang berbeda
dalam pengambilan keputusan, begitu juga dengan bagaimana individu tersebut
mengambil keputusan di dalam karirnya
4
Kesulitan–kesulitan yang dialami individu oleh Gati dan kawan-kawan
kemudian dikembangkan dalam sebuah taksonomi kesulitan dalam pembuatan
keputusan karir (Gati Krausz & Osipow, 1996). Taksonomi ini didasarkan pada
teori pengambilan keputusan, yang memainkan peran penting dalam memahami
adanya kesulitan pengambilan keputusan karir. Taksonomi tersebut didasarkan
pada penyimpangan yang terjadi dari model "pengambil keputusan karir yang
ideal." Pembuat keputusan karir yang ideal dapat didefinisikan sebagai individu
yang menyadari kebutuhannya dalam membuat keputusan karir, bersedia untuk
membuat keputusan seperti itu, dan mampu membuat keputusan yang "benar"
(yaitu sebuah keputusan yang didasarkan pada proses yang tepat dan kompatibel
dengan tujuan individu dan sumber daya tersebut).
Secara garis besar pengambilan keputusan karir disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal serta faktor demografi, faktor internal dalam pengambilan
keputusan karir adalah efikasi keputusan karir (Sawitri, 2009), spiritualitas dan
locus of control (Oluwole dan Umar, 2013), efikasi diri dan gender (Morgan
&Ness), trait kepribadian (Di Fabio, Palazzeschi, Peretz & Gati, 2012) dan
kecerdasan emosional (Afzal, Atta & Shujja, 2013). Faktor eksternal yang
mempengaruhi pengambilan keputusan karir adalah perbedaan kultur (Mau,
2000), kelekatan teman sebaya dan orang tua (Nawaz dan Gilani, 2011),
keterlibatan keluarga (Oluwol dan Umar, 2013), pola asuh orang tua (Onder,
Kirdok & Isik, 2010), dan gaya kelekatan (Sawitri, 2009). Sedangkan faktor
demografi yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir seperti sekolah,
keluarga, media, teman sebaya (Mudhovozi dan Chireshe, 2012).
5
Pengambilan keputusan karir merupakan isu sensitif bagi siswa yang
melibatkan proses informasi kognitif (Afzal, Atta & Shujja, 2013). Kidd (1998)
menyatakan bahwa selain kognisi, emosi merupakan faktor kunci dalam
menentukan pilihan karir dan perilaku karir. Literatur tentang pengembangan karir
telah semakin berfokus pada peran emosi dalam pengambilan keputusan karir (Di
Fabio, 2012).
Mempelajari peran emosi dalam proses pemilihan karir, kecerdasan
emosional diperkenalkan sebagai variabel penting untuk keberhasilan karir (Di
Fabio & Kenny, 2011). Orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi memiliki
kesadaran yang lebih besar terhadap emosi mereka dan memiliki kapasitas yang
lebih besar untuk mengintegrasikan pengalaman emosional dengan pikiran dan
tindakan. Oleh karena itu, orang-orang ini tampaknya lebih mampu mengelola
respons emosional mereka sendiri dalam proses pengambilan keputusan karir (Di
Fabio & Palazzeschi, 2009).
Kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir terlihat memiliki
korelasi yang positif. Ketika orang berada dalam suasana hati yang positif
misalnya, mereka cenderung lebih optimis dan melihat bahwa peristiwa positif
lebih sering terjadi dan peristiwa negatif cenderung lebih sedikit. Sedangkan,
ketika orang berada dalam suasana hati negatif, mereka cenderung lebih pesimis
dan menganggap bahwa peristiwa positif cenderung lebih sedikit dan peristiwa
negatif lebih sering terjadi (Salovey & Birnbaum, 1989).
Sependapat dengan Brown, Emmerling dan Cherniss (dikutip oleh Afzal,
Atta & Shujja, 2013), sebuah penelitian menyatakan bahwa individu dengan
6
kecerdasan emosional yang lebih besar akan lebih sadar dengan minat mereka
sendiri dan lebih percaya pada kemampuan mereka sendiri dalam menghadapi
tugas-tugas yang berhubungan dengan pengambilan keputusan karir. Hal ini
menunjukkan bahwa orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi umumnya
memiliki kesadaran yang lebih besar dari emosi mereka dan memiliki kapasitas
yang lebih besar untuk mengintegrasikan pengalaman emosional dengan pikiran
dan tindakan mereka (Emmerling & Cherniss, 2003).
Selain kecerdasan emosional, faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan karir adalah efikasi diri. Bandura (1977) menyatakan bahwa efikasi diri
adalah keyakinan seseorang tentang kemampuannya untuk berhasil melakukan
tugas yang diberikan atau perilaku dan dianggap mediator utama dalam perilaku
dan perubahan perilaku (dalam Reddan, 2014). Efikasi diri juga salah satu aspek
kunci dari kemajuan dalam pengambilan keputusan karir untuk mengeksplorasi
lingkungan pada remaja (Bandura, 1977). Efikasi diri yang rendah juga
berpengaruh terhadap perubahan perilaku tertentu yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan penghindaran dari perilaku pengambilan keputusan
karirnya, sedangkan efikasi diri yang tinggi akan berpengaruh lebih dalam
menyebabkan individu untuk mudah melakukan pengambilan keputusan karir
tersebut (Reddan, 2014). Selain itu, efikasi diri pada diri siswa juga bisa
bertambah dengan adanya pengetahuan dan informasi yang cukup dalam sebuah
karir tertentu, penelitian yang dilakukan Reddan (2014) menemukan mayoritas
siswa sekitar 87% menyatakan bahwa mereka menjadi lebih berpengetahuan dan
memiliki efikasi diri yang tinggi saat mereka mengetahui tentang pekerjaan
7
tertentu dengan mendapatkan berbagai informasi yang ditujukan untuk
mengetahui karir tertentu sesuai dengan yang diinginkannya.
Menurut Taylor dan Betz (1983), efikasi diri dalam pengambilan
keputusan karir adalah aplikasi dari konsep efikasi diri dan kepercayaan diri yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan karir. Taylor dan Betz menunjukkan bahwa
siswa dengan tingkat yang rendah dalam pengalaman efikasi dirinya ketika akan
membuat sebuah keputusan karir maka mereka akan kurang percaya diri tentang
pilihan kejuruan dan karirnya, dan tentunya akan sulit mengambil keputusan.
efikasi diri memberikan dampak positif terhadap sikap remaja untuk
pengambilan keputusan karir, lulusan yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan
lebih mudah dalam memilih karir yang menantang baginya (Yinghua Yi, 2014).
Prapaskah, Brown, dan Hacket (1994) juga menjelaskan bahwa efikasi diri secara
langsung bertujuan dalam pilihan karir dan tindakannya itu sendiri, seperti siswa
dalam pengambilan keputusan karir. Sejalan dengan itu, Yinghua Yi, (2014)
berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa efikasi diri mempengaruhi
secara signifikan dengan pengambilan keputusan karir dengan cara memberikan
program karir konseling yang akan membuat siswa menemukan tujuan karirnya.
Tetapi dalam penelitian yang dilakukan Feather (1988) yang mempelajari
pengambilan keputusan karir mahasiswa menemukan bahwa efikasi diri menjadi
masalah dalam proses memilih karir tertentu ketika salah satu pilihan mereka
memerlukan pertimbangan yang lebih cermat (dimana diperlukan banyak
keterampilan dan kemampuan yang diperlukan) dan persiapan dibandingkan yang
8
lainnya (dalam Brown, 2002). Dengan adanya nilai-nilai dari karir tertentu yang
lebih diprioritaskan individu, menjadi faktor penentu terpenting dari pilihan karir.
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi kesulitan pengambilan
keputusan karir yaitu locus of control dimana menurut Phares (Nuriskha, 2010)
yaitu keyakinan seseorang terhadap sumber yang mengontrol kejadian-kejadian
dalam hidupnya. Locus of control menggambarkan dimana letak keyakinan dan
seberapa kuat kontrol pada individu, apakah kontrol yang menjadi dasar
pembentukan serta penampilan tingkah laku bersumber dari dalam atau dari luar
dirinya.
Rooter (1966) mendefinisikan locus of control sebagai kemampuan
seseorang dalam merasakan hubungan antara usaha-usaha yang telah dilakukan
dengan akibat-akibat yang diterimanya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa locus of
control mencakup peristiwa yang dialami seseorang yang dapat dipresepsikan
secara berbeda dan juga menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap individu.
Locus of control ini memiliki peranan bagi seseorang untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan pada masa datang. Seseorang dengan locus of
control internal akan lebih berusaha keras dan memaksimalkan kemampuannya
untuk mencapai keberhasilan, sementara seseorang dengan locus of control
eksternal tidak memiliki harapan dan kurang usaha untuk memperbaiki kegagalan
yang dialami karena merasa tidak mampu.
Weiner (dalam Ajzen,2002) mengemukakan bahwa keberhasilan atau
kegagalan disebabkan oleh faktor internal dalam hal ini adalah usaha dan
kemampuan, akan tetapi jika keberhasilan dan kegagalan tidak menjadi faktor
9
utama maka individu tersebut memiliki pengendalian diri eksternal atau disebut
dengan keberuntungan belaka. Dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki
pengendalian diri secara internal memiliki Locus of Control internal sedangkan
individu yang memiliki pengendalian diri berdasarkan faktor luar disebut
memiliki Locus of Control eksternal (Ajzen,2002). Jika seorang siswa merasa
yakin bahwa persiapan karir matang dan pilihan karir yang tepat merupakan hasil
usahanya dalam memperbanyak informasi pekerjaan, mengikuti pelatihan kerja
atau kursus, maka siswa tersebut kemungkinan termasuk individu dengan locus of
control internal, sebaliknya jika seorang siswa yakin bahwa keberhasilannya
dalam merencanakan karir dengan baik ditentukan oleh guru, kesempatan, atau
faktor keberuntungan, maka siswa tersebut kemungkinan memiliki locus of
control eksternal.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
menganggap perlu adanya penelitian lagi terkait hal tersebut. Oleh karena itu,
untuk merealisasikan hal tersebut diajukan penelitian dengan judul : “Pengaruh
kecerdasan emosional, efikasi diri dan locus of control terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa/i SMAN 47 Jakarta.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Banyaknya definisi dan faktor-faktor yang dikemukakan oleh beberapa tokoh
mengenai pengambilan keputusan karir, efikasi pengambilan keputusan karir dan
kecerdasan emosional, maka peneliti perlu melakukan pembatasan masalah
sebagai berikut :
10
1. Kesulitan pengambilan keputusan karir dalam penelitian ini adalah kurangnya
optimal dari pilihan karir individu yang dapat menyebabkan kesulitan dalam
pemilihan karir, yang meliputi lack of readiness, lack of information dan
inconsistent information (Gati, et al, 1996).
2. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengakses dan
menghasilkan emosi sehingga dapat membantu dalam berpikir, untuk
memahami emosi dan pengetahuan emosional, serta mengatur emosi
sehingga dapat mendorong pertumbuhan emosi dan intelektual (Mayer &
Salovey, 1997). Dalam penelitian ini meliputi dimensi self emotions
appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions dan regulation of
emotions.
3. Efikasi diri dalam penelitian ini adalah efikasi diri pengambilan keputusan
karir yaitu efikasi diri pengambilan keputusan karir yang dibuat oleh Taylor
dan Betz (1983) untuk mengukur tingkat keyakinan individu bahwa ia bisa
berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan untuk membuat
keputusan karir. keyakinan diri akan kemampuan untuk melakukan pemilihan
karirnya, yang meliputi accurate self appraisal, gathering occupational
information, goal selection, making plans for the future, dan problem solving.
4. Locus of control
Locus of Control adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa penguat
perilakunya dikendalikan di dalam dirinya sendiri (internal) atau dikendalikan
oleh orang atau kekuatan luar seperti keberuntungan atau nasib (eksternal)
(Rotter, dalam Engler, 2009)
11
Subjek pada penelitian ini adalah siswa SMAN 47 Jakarta yang akan melanjutkan
pendidikan dan pemilihan karir ke jenjang yang lebih tinggi.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka perumusan masalah
yang akan disusun sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional, efikasi diri dan locus of control
serta dimensi-dimensinya terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir?
2. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir?
3. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional (Self-emotions appraisal)
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir?
4. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional (Other’s emotions
appraisal) terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir?
5. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional (Use of emotions) terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karir?
6. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional (regulation of emotions)
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir?
7. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri (Accurate self appraisal) terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karir?
8. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri (gathering accoptional information)
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir?
9. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri (goal selection) terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir?
12
10. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri (making plan for the future) terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karir?
11. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri (problem solving) terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir?
12. Apakah ada pengaruh locus of control (internal) terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir?
13. Apakah ada pengaruh locus of control (eksternal) terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir?
14. Apakah variabel yang paling berpengaruh terhadap kesulitan keputusan
pengambilan karir?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, efikasi diri dan locus
of control terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir serta mengetahui
pengaruh masing–masing variabel dalam kesulitan pengambilan keputusan karir.
1.3.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesulitan pengambilan keputusan karir pada siswa.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang kesulitan pengambilan
keputusan karir pada remaja khususnya bagi siswa SMA.
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
13
1. Siswa dapat lebih memahami pengambilan keputusan mengenai karir masa
depan .
2. Dapat memberikan wawasan kepada orang tua agar dapat lebih
memperhatikan dan membimbing anak-anaknya dalam menentukan karir
pada masa depan.
3. Memberikan masukan bagi konselor sekolah dan guru BK dalam
memaksimalkan dan melihat faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi diri siswa dalam menentukan karirnya.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir
2.1.1 Definisi kesulitan pengambilan keputusan karir
Sebelum menjelaskan tentang kesulitan pengambilan keputusan karir, penulis
akan menjelaskan terlebih dahulu pengertian dari pengambilan keputusan.Wang
dan Ruhe (2007) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai sebuah proses
untuk memilih berbagai tindakan yang dipilih dari berbagai set alternatif
berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Tiedeman (1960) pengambilan keputusan
didefinisikan sebagai perilaku atas reaksi dan persepsi dalam individu dalam
menghadapi masalahnya (Harren, 1976). Pengambilan keputusan adalah proses
mengidentifikasi dan memilih dari berbagai solusi yang memungkinkan untuk
mengatasi problem berdasarkan situasi yang terjadi (Al-Tarawneh, 2012).
Berdasarkan teori pengambilan keputusan tersebut, Gati, Krausz dan
Osipow (1996) mengembangkan teori taksonomi berbasis kesulitan dalam
pengambilan keputusan karir. Taksonomi tersebut berkembang menjadi model
“pengambilan keputusan karir yang ideal”. Isilah ini mengacu pada individu yang
menyadari kebutuhan untuk membuat keputusan karir dalam hidupnya, bersedia
untuk membuatnya, dan mampu membuat keputusan yang baik dan benar (yaitu
keputusan menggunakan proses yang tepat dan sesuai dengan tujuan individu).
Kesulitan dari suatu proses pengambilan keputusan karir, seperti diketahui
sebelumnya banyak membuat kesulitan bagi kebanyakan orang untuk menemukan
pembuatan keputusan karir yang ideal.
15
Gati, Krausz dan Osipow (1996) mendefinisikan kesulitan dalam
pengambilan keputusan karir adalah kurang optimalnya pilihan karir individu
yang dapat menyebabkan kesulitan dalam pemilihan karir. Definisi ini yang
digunakan dalam penelitian ini.
2.1.2 Proses pengambilan keputusan karir
Brown (2002) mengatakan terdapat lima proses dalam pengambilan keputusan
karir yang akan terus berputar, yaitu : (1) communication (2) analysis, (3)
synthesis, (4) valuing, (5) execuition. Proses yang diungkapkan tersebut
merupakan sebuah proses yang harus dilaksanakansecara berurutan,
1. Communication (komunikasi) pada tahap pertama individu harus
melakukan tahap communication yang ditujukan untuk menggali informasi
sebanyak-banyaknya melalu indra yang dimilikinya, sehingga individu
bisa merasakan mana karir yang akan membuat nyaman dirinya atau tidak.
2. Analysis (menganalisa) menganalisis dari berbagai informasi yang sudah
diterima, pada tahap ini individu melakukan identifikasi dan pengkaitan
terhadap berbagai informasi dan masalah yang mungkin ada dalam dirinya,
pada tahap ini adalah tahapan yang paling efektif dalam melakukan
pemecaham masalah (problem solving).
3. Synthesis (memadukan) tahap dimana individu harus memikirkan peluang
apa saja yang ada dan harus dilakukan,pada tahapan ini individu harus
menyimpulkan suatu tindakan melalui proses elaborasi (elaboration)
melibatkan generasi yang kreatif dari berbagai macam solusi yang
mungkin atau bahkan tidak mungkin melalui proses brainstroming,
16
analogi atau metafora, dan kristalisasi (crystalization) penyempitan atau
penggolongan dalam pemilihan potensi untuk mengelola seperangkat
alternatif yang layak dan relevan.
4. Valuing (penilaian) individu harus memikirkan keputusan yang
diambilnya, sebagai suatu keputusan yang akan diterima oleh
lingkungan atau sistem yang berlaku atau tidak, pada tahap ini individu
akan dihadapkan dengan visi kedepan dan seberapa besar komitmen
yang akan dipegang.
5. Execution (pelaksanaan) yang membuat individu dapat melaksanakan
berbagai perencanaan dan strategi yang sudah ditentukan ditahap-tahap
sebelumnya. Dan harus diubah menjadi sebuah tindakan yang nyata
dan dalam tahapan-tahapan yang sudah dibuat.
2.1.3 Dimensi kesulitan pengambilan keputusan karir
Dimensi pengambilan keputusan karir disini akan dijelaskan dalam kesulitan
pengambilan keputusan karir yang dikembangkan oleh Gati, Krausz dan Osipow
(1996) yang digambarkan dalam sebuah taxonomy pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Taxonomy kesulitan pengambilan keputusan karir
17
Gati, dkk (1996) membagi kesulitan pengambilan keputusan karir dalam dua fase,
yang menentukan keputusan dan selama proses pengambilan keputusan. Secara
detail dijelaskan di bawah ini.
A. Sebelum proses pengambilan keputusan
1. Kurangnya kesiapan (lack of readiness)
Kurangnya kesiapan untuk mengambil keputusan karir terdiri dari tiga sub
aspek yaitu: kurangnya motivasi, yaitu kurangnya kemauan seseorang untuk
melakukan pengambilan keputusan karir. Selanjutnya yang kedua adanya
sifat ragu-ragu dalam mengambil keputusan karir (indecisiveness), yaitu
kesulitan umum dalam mengambil keputusan. Selanjutnya keyakinan
disfungsional (disfunctional beliefs), yaitu distorsi persepsi mengenai proses
pengambilan keputusan karir, pengharapan yang kurang masuk akal dan
pemikiran yang keliru mengenai suatu hal tertentu.
B. Selama proses pengambilan keputusan
1. Kurangnya informasi (Lack of Information)
Kurangnya informasi mengenai suatu pengambilan keputusan karir juga
memiliki empat sub aspek yaitu :
a. kurangnya informasi mengenai proses pengambilan keputusan (lack of
knowladge about the process), terutama pengetahuan mengenai
pengambilan keputusan secara bijak dan kurangnya pengetahuan
mengenai proses pengambilan keputusan karir.
18
b. kurangnya pengetahuan mengenai diri sendiri ( lack of information about
self), ketika seseorang tidak memiliki cukup informasi mengenai dirinya
sendiri.
c. kurangnya informasi mengenai pekerjaan (lack of knowladge about
occupation), yaitu kurangnya informasi mengenai karir dan alternatif-
alternatif yang ada dalam karir, serta karakteristiknya.
d. kurangnya informasi dalam cara memperoleh informasi tersebut (lack of
ways additional information), ketika individu tidak memiliki informasi
yang cukup mengenai cara mendapatkan informasi tambahan berkenaan
dengan diri sendiri dan pekerjaannya.
2. Informasi yang tidak konsisten (inconsistent information)
Informasi yang tidak konsisten mengenai diri sendiri ataupun karirnya
memiliki tiga sub aspek, yaitu :
a. informasi yang tidak reliabel (unrealible information), ketika individu
memiliki informasi yang kontradiktif mengenai dirinya atau pilihannya.
b. konflik internal (internal conflict) ketika ada kebingungan yang berakar
pada kesulitan dalam mempertimbangkan banyak faktor yang dipandang
sangat penting.
c. konflik eksternal (external conflict) yaitu adanya kesenjangan antara
preferensi individu dan preferensi yang dikemukakan orang lain yang
menurutnya signifikan, atau suatu yang kontradiksi antara opini dari dua
atau lebih orang yang dianggapnya signifikan.
19
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan pengambilan
keputusan karir memiliki 3 dimensi yaitu lack of readiness, lack of information
dan inconsistent information.
Secara garis besar pengambilan keputusan karir disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal serta faktor demografi, faktor internal dalam pengambilan
keputusan karir adalah efikasi keputusan karir (Sawitri, 2009), spiritualitas dan
locus of control (Oluwole dan Umar, 2013), efikasi diri dan gender (Morgan &
Ness), trait kepribadian (Di Fabio, Palazzeschi, Peretz & Gati, 2012) dan
kecerdasan emosional (Afzal, Atta & Shujja, 2013). Faktor eksternal yang
mempengaruhi pengambilan keputusan karir adalah perbedaan kultur (Mau,
2000), kelekatan teman sebaya dan orang tua (Nawaz dan Gilani, 2011),
keterlibatan keluarga (Oluwol dan Umar, 2013), pola asuh orang tua
(Onder,Kirdok & Isik, 2010), dan gaya kelekatan (Sawitri, 2009). Sedangkan
faktor demografi yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir seperti
sekolah, keluarga, media, teman sebaya (Mudhovozi dan Chireshe, 2012).
Dalam peneliti disini penulis menitik beratkan pada variabel kecerdasan
emosional, pengaruh efikasi diri dan locus of control sebagai faktor yang
mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karir.
2.1.4 Pengukuran pengambilan keputusan karir
Ada beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur pengambilan
keputusan karir, seperti :
a. Chartran Robbins, Morrill, dan Boggs (1990) menggunakan career
factor inventory.
20
b. Jones (1989) dengan career decision making profile, Instrumen ini
menggunakan skala multidimensional.
c. Alat ukur yang dikembangkan oleh Gati, Krausz, danOsipow (1996)
Career Decision Difficulity Questionnaire (CDDQ) alat ini telah
berkembang dari sebuah taksonomi teoritis kesulitan yang dihadapi
dalam pengambilan keputusan karir. CDDQ terdiri dari 24 item dan
sekarang dikembangkan dengan 34 item, masing-masing sesuai dengan
kesulitan yang terdapat dalam taxonomy.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan alat ukur career decision
difficulties questionnaire (CDDQ). Setiap item dapat diperiksa secara terpisah
dalam mencari petunjuk untuk mengidentifikasi sumber masalah pengambilan
keputusan. CDDQ terdiri dari 34 item, masing-masing sesuai dengan kesulitan
yang terdapat dalam taxonomy. (Gati,Osipow,Krausz& Saka,2000).
2.2 Kecerdasan Emosional
2.2.1 Definisi kecerdasan emosional
Sebelum menjelaskan definisi kecerdasan emosional, peneliti akan menjelaskan
definisi emosi terlebih dahulu. Menurut Salovey dan Mayer (1990), emosi adalah
respon terorganisir yang mempengaruhi kondisi fisiologis, sistem psikologis,
kognitif dan motivasi seseorang. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-
pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2000). Emosi biasanya muncul ketika
individu menghadapi sebuah peristiwa yang bermakna dalam hidupnya. Emosi
adalah proses sebab akibat yang berkaitan antara aktivitas mental (penilaian,
21
kecenderungan berperilaku dan pengalaman subjektif) dengan elemen perilaku
(reaksi fisiologis, ekspresi wajah dan vokal) (Reisenzein, 2007).
Menurut Gardner (1983) kecerdasan emosional merupakan bagian dari
kecerdasan sosial, yang disebut sebagai kecerdasan pribadi. Salah satu aspek
kecerdasan pribadi ada yang berhubungan dengan perasaan dan cukup dekat
dengan apa yang kita sebut kecerdasan emosional (dalam Salovey & Mayer,
1990). Salovey dan Mayer (1990) adalah tokoh yang pertama kali mengusulkan
teori kecerdasan emosional dalam literatur akademik. Kecerdasan emosional
adalah kemampuan untuk memahami, mengakses dan menghasilkan emosi
sehingga dapat membantu dalam berpikir, untuk memahami emosi dan
pengetahuan emosional, serta mengatur emosi sehingga dapat mendorong
pertumbuhan emosi dan intelektual (Mayer & Salovey, 1997).
Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk mengenali makna
dan hubungan suatu emosi, serta menggunakannya sebagai dasar dalam penalaran
dan pemecahan masalah (Mayer, Salovey, Caruso & Sitarenios, 2001).
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan dasar manusia untuk
mempertahankan hidup, seperti misalnya kesanggupan untuk mengendalikan
dorongan emosi, membaca perasaan orang lain dan memelihara hubungan dengan
sebaik-baiknya. Kecerdasan emosional juga mencakup pengendalian diri,
semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
(Goleman, 2004). Secara teoritis, kecerdasan emosional mencerminkan sejauh
mana seseorang untuk aktif dalam sebuah proses dan bertindak berdasarkan
22
informasi dari dua sifat emosional, yaitu intrapersonal dan interpersonal
(Kafetsios & Zampetakis, 2008).
Baron ( Di Fabio, 2012) membuat konsep kecerdasan emosional sebagai
konstruk multifaktorial, yaitu kompetensi emosional, pribadi dan sosial pada diri
seseorang yang berhubungan dengan diri mereka sendiri dan dengan orang lain,
serta sebagai pendukung dalam mengatasi secara efektif tuntutan dan tekanan
suatu lingkungan. Kecerdasan emosional berkembang dari waktu ke waktu,
cenderung berubah dalam kehidupan seseorang dan dapat ditingkatkan melalui
program pelatihan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi
kecerdasan emosional menurut Mayer dan Salovey (1997), yaitu kemampuan
untuk memahami, mengakses dan menghasilkan emosi sehingga dapat membantu
dalam berpikir, untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional, serta
mengatur emosi sehingga dapat mendorong pertumbuhan emosi dan intelektual.
Hal tersebut karena dalam teori ini menjelaskan secara detail mengenai
kecerdasan emosional pada individu.
Dari beberapa penjelasan tentang kecerdasan emosional tersebut, dalam
penelitian ini mengguanakan teori menurut Mayer dan Salovey (1997), yaitu
kemampuan untuk memahami, mengakses dan menghasilkan emosi sehingga
dapat membantu dalam berpikir, untuk memahami emosi dan pengetahuan
emosional, serta mengatur emosi sehingga dapat mendorong pertumbuhan emosi
dan intelektual.
2.2.2 Dimensi Kecerdasan Emosional
23
Menurut Wong dan Law (2004) terdapat empat dimensi kecerdasan emosional
yaitu :
1. Self -emotions appraisal
Self-emotions appraisal menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk
memahami emosinya dengan baik dan mengekspresikannya secara alami.
Contohnya, individu mampu memahami penyebab rasa senang yang dia
rasakan dan mampu mengekspresikan rasa senangnya tersebut dengan baik.
Individu yang memiliki kemampuan tinggi pada dimensi ini akan mampu
merasakan dan memahami emosi mereka lebih baik dibandingkan dengan
individu lainnya.
2. Other’s emotions appraisal
Other’s emotions appraisal menjelaskan mengenai kemampuan individu
untuk mengetahui dan memahami emosi orang-orang di sekitar mereka.
Contohnya, individu mampu merasakan kesedihan ataupun kesenangan yang
dialami oleh individu lain. Individu memiliki rasa simpati dan empati yang
baik. Individu yang memiliki kemampuan tinggi pada dimensi ini akan lebih
sensitif terhadap perasaan emosi individu lain dan cenderung mampu
membaca pikiran mereka.
3. Use of emotions
Use of emotions menjelaskan mengenai kemampuan individu menggunakan
emosinya untuk mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja. Emosi
dapat mempengaruhi pikiran individu dalam bertindak dan memecahkan suatu
24
masalah. Contohnya, dalam memilih pekerjaan individu terkadang memilih
pekerjaan yang sesuai dengan kenyamanan hatinya.
4. Regulation of emotions
Regulation of emotions menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk
mengatur dan mengelola emosi mereka ketika mengalami masalah emosional,
seperti marah ataupun stres. Contohnya, individu mampu menenangkan diri
dengan cepat ketika sedang marah. Individu yang memiliki kemampuan tinggi
pada dimensi ini akan mampu mengontrol perilakunya dengan baik ketika
emosi mereka sedang tidak baik.
2.2.4 Pengukuran kecerdasan emosional
Adapun skala yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional
adalah sebagai berikut :
1. Bar’on Emotional Quotient Inventory digunakan untuk mengukur
kecerdasan emosional seseorang yang terdiri dari 133 item pernyataan, 15 sub
skala dan 5 faktor, yaitu intrapersonal, interpersonal, adaptation, stress
management dan general mood. Reliabilitas alat ukur ini berada pada nilai
0,85.
2. Wong Law Emotional Intelligence Scale. Skala ini terdiri dari 4 dimensi
yang konsisten dengan definisi kecerdasan emosional menurut Mayer dan
Salovey (1997). Skala ini berisi 16 item pernyataan yang masing-masing
komponen terdiri dari 4 item pada setiap sub skala. Adapun dimensinya adalah
self emotions appraisal, other’s emotionsappraisal, use of emotions dan
25
regulation of emotions. Reliabilitas alat ukur ini berkisar antara 0,70 sampai
0,85.
Dari pemaparan alat ukur di atas, peneliti menggunakan skala Wong Law
Emotional Intelligence Scale yang dikembangkan oleh Wong & Law dengan
alasan : 1) alat ukur konsisten dengan definisi kecerdasan emosional menurut
Mayer dan Salovey (1997) yang digunakan dalam penelitian ini, 2) skala ini lebih
mudah digunakan dengan sasaran subjek remaja karena lebih mudah dipahami
dan jumlah item tidak terlalu banyak. Skala ini pernah digunakan oleh penelitian
sebelumnya yang lakukan oleh Taji (2015).
2.3 Efikasi Diri
2.3.1 Definisi efikasi diri
Efikasi diri mengacu pada keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk
berhasil melakukan tugas atau perilaku tertentu dan dianggap mediator utama
dalam perilaku dan perubahan perilaku (Bandura, 1977). Efikasi diri juga
didefinisikan sebagai sebuah harapan yang bersangkutan dengan keyakinan
seseorang dalam kemampuan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu atau
aturan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan suatu hasil (Bandura, 1977).
Dalam teori efikasi diri, terdapat istilah yang disebut dengan efikasi diri
dalam pengambilan keputusan karir. Menurut Taylor dan Betz (dalam Kelly &
Hatcher, 2011) teori tersebut berdasarkan teori besar efikasi diri Bandura (1997).
Efikasi diri pengambilan keputusan karir adalah aplikasi dari konsep efikasi diri
dan kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk membuat keputusan karir.
Menggunakan teori efikasi diri, Taylor dan Betz menyatakan bahwa siswa dengan
26
rendahnya tingkat pengalaman efikasi diri dalam tantangan maka ketika membuat
keputusan karir akan kurang percaya diri dengan pilihan karirnya.
Selain itu, Brown dan Prapaskah (dalam Wu, 2009) mengatakan bahwa
orang yang mungkin kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk
membuat perencanaan dan pilihan karir yang baik mungkin mengalami frustrasi
dan dapat mengambil keputusan yang buruk.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, efikasi diri pengambilan
keputusan karir adalah keyakinan dari seorang individu terhadap kemampuan
yang ada dalam dirinya dalam mengambil keputusan untuk karirnya secara baik
dan tepat sesuai dengan tujuan. Dari beberapa teori diatas, penulis memutuskan
menggunakan definisi dari Taylor dan Betz tersebut sebagai landasan teori dalam
penelitian ini.
2.3.2 Dimensi efikasi diri
Taylor dan Betz (dalam Wu, 2009) mengemukakan lima aspek dari efikasi diri
yaitu efikasi diri pengambilan keputusan karir, yaitu Accurate self appraisal,
gathering occupational information, goal selection, making plans for the future,
dan problem solving.
a. Accurate self appraisal (penilaian akurat mengenai diri)
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu mampu melakukan
asesmen atau pengukuran terhadap kemampuan, minat karirnya,
tujuannya, dan nilai-nilai yang dianutnya.
b. Gathering accupational information (mengumpulkan informasi mengenai
pekerjaan)
27
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu melakukan asesmen atau
pengukuran terhadap pengetahuan yang dimilikinya mengenai dunia
pekerjaan dan tugas-tugas dalam berbagai pekerjaan tertentu.
c. Goal selection (pemilihan tujuan)
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu mampu melakukan
asesmen atau pengukuran terhadap kemampuannya dalam menyesuaikan
keadaan dirinya dengan karakteristik berbagai pekerjaan.
d. Making plans for the future (membuat rencana untuk masa depan)
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu mampu melakukan
perencanaan dengan baik dalam membuat keputusan karir masa depannya.
e. Problem solving (pemecahan masalah)
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu memiliki kemampuan
dalam mengatasi dan memecahkan masalah dalam menghadapi
permasalahan dalam pengambilan keputusannya.
2.3.3 Pengukuran efikasi diri
Untuk mengukur efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, Taylor dan Betz
(1983) menciptakan Career Decision Making Self Efficacy Scale (CDMSE) dan
Career Decision Making Self Efficacy Scale –Short Form (CDMSE-SF) untuk
mengukur tingkat keyakinan individu bahwa ia bisa berhasil menyelesaikan tugas-
tugas yang diperlukan untuk membuat keputusan karir.
Dengan lima kompetensi pilihan karir yang dijelaskan dalam model Crites
tentang kematangan karir, sebagaimana dinilai dalam Karir Maturity Inventory
(Crites, 1978), membentuk dasar konstruksi skala. Dengan demikian, isibutir
28
skala tersebut adalah (a) accurate self appraisal (b) gathering occupational
information(c) goal selection (d) making plans for the future, dan(e) problem
solving. Untuk skala yang asli, 10 item ditulis untuk mencerminkan masing-
masing daerah kompetensi. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan career
decision making self efficacy – short form (CDMSE-SF) dari Betz Taylor dan
Betz (1983) mengembangkan sebuah survei 25 item yang terdiri dari lima item
masing-masing untuk lima skamla penilaian diri, mengumpulkan informasi
pekerjaan, pemilihan tujuan, membuat rencana untuk masa depan, dan pemecahan
masalah. Skala menilai tingkat self-efficacy berhubungan dengan pengambilan
keputusan karir dan digunakan sebagai ukuran efikasi diri pengambilan keputusan
karir.
2.4 Locus of control
2.4.1 Definisi locus of control
Pengertian locus of control pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli belajar
teori sosial berama Jullian Rooter dan mulai dikembangkan pada tahun 1950-an
(Rooter,1966). Salah satu faktor individual yang mengendalikan peristiwa
kehidupan seseorang dan juga memberikan gambaran keyakinan seseorang
mengenai sumber penentu perilakunya adalah locus of control (Rooter, 1966).
Ditambahkannnya pula bahwa locus of control adalah salah satu cara dimana
individu memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan yang terjadi di dalam kontrol
atau diluar kontrol dirinya.
Rooter (1966) mendefinisikan locus of control sebagai kemampuan
seseorang dalam merasakan hubungan antara usaha-usaha yang telah dilakukan
29
dengan akibat-akibat yang diterimanya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa locus of
control mencakup peristiwa yang dialami seseorang yang dapat dipresepsikan
secara berbeda dan juga menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap individu.
Robbins (2008: 138) mengemukakan bahwa locus of control merupakan tingkat
keyakinan individu bahwa ia adalah penentu nasibnya sendiri. Definisi tersebut
sejalan dengan pendapat Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2007: 97), yang
menyatakan bahwa locus of control menentukan tingkat keyakinan individu
bahwa perilakunya mempengaruhi apa yang terjadi pada dirinya. Jadi locus of
control menunjukkan seberapa besar keyakinan individu bahwa kemampuan dan
usahanya dapat merubah nasib atau keadaan hidupnya.
Locus of control menurut Larsen & Buss (Zulkaida, 2007) didefinisikan
sebagai suatu konsep yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai sumber
kendali atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hidupnya. Locus of control
menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan
yang dilakukannya dengan akibat atau hasil yang akan diraihnya.
Dari beberapa pengertian locus of control yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa locus of control adalah keyakinan seseorang akan
penyebab peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, apakah bersumber dari
dalam atau dari luar dirinya
2.4.2 Dimensi Locus Of control
Dimensi locus of control yang dikembangkan oleh Rotter (1990) memiliki dua
aspek, yaitu:
1. Aspek internal locus of control
30
Seseorang yang memiliki internal locus of control selalu menghubungkan
peristiwa yang dialaminya dengan faktor dalam dirinya, karena mereka
percaya bahwa hasil dan perilakunya disebabkan faktor dari dalam dirinya.
Faktor dalam aspek internal antara lain kemampuan, kendali (diri sendiri), dan
usaha.
2. Aspek eksternal locus of control
Seseorang yang memiliki eksternal locus of control percaya bahwa hasil dan
perilakunya disebabkan faktor dari luar dirinya. Faktor dalam aspek eksternal
antara lain kesempatan, kendali (pengaruh orang lain), dan nasib.
Levinson (2008) mengembangkan konsep locus of control dari Rotter dan
membaginya menjadi tiga aspek yaitu: internalisasi (internality), powerful others,
dan chance.
1. Internality, yaitu individu yang memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua
kejadian atau peristiwa yang terjadi pada dirinya ditentukan oleh usaha dan
kemampuannya sendiri.
2. Powerful others, yaitu individu yang meyakini bahwa kehidupan dan peristiwa
yang mereka alami ditentukan oleh orang-orang yang lebih berkuasa yang
berada disekitarnya.
3. Chance, yaitu individu yang meyakini bahwa kehidupan dan peristiwa yang
mereka alami ditentukan oleh takdir, nasib keberuntugan serta adanya
kesempatan.
Dengan demikian aspek-aspek locus of control yang digunakan oleh
peneliti adalah internal (kemampuan, kendali/diri sendiri, dan usaha) dan
31
eksternal (kesempatan, kendali atau pengaruh orang lain, dan nasib). Dapat dilihat
bahwa banyak karakteristik yang baik berhubungan dengan locus of control
internal, meskipun demikian tidak selalu individu yang berorientasi internal selalu
melakukan hal-hal yang positif.
2.4.3 Pengukuran Locus of control
Ada beberapa pengukuran locus of control yang telah dikembangkan oleh
beberapa peneliti sebelumnya, seperti Lavinson (2008). Alat ukur ini terdiri dari
24 item yang terdiri dari tiga jenis locus of control, yaitu internality, powerful
others, dan chance.
Alat ukur locus of control lainnya adalah milik Rotter (1966), yaitu
Generalizied expectancies for internal versus external control of reinforcement
yang berjumlah 20 item yang saling berpasangan. Cara pengerjaan alat ukur baku
milik Rotter (1966) memungkinkan untuk memilih salah satu dari setiap pasangan
item, namun peneliti tidak menggunakan alat ukur locus of control milik Rotter
(1966) dikarenakan peneliti belum mengetahui cara penilainnya dan tidak adanya
keterangan mengenai jenis setiap item tersebut. Dengan demikian untuk
kemudahan penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan alat ukur
yang peneliti buat sendiri yang dikembangkan berdasarkan teori locus of control
milik Rotter (1966), yaitu locus of control internal dan locus of control external.
Angket ini menggunakan teknik skala model Likert dalam distribusi respon 4
pilihan, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat
tidak setuju). Angket locus of control terdiri dari 20 item.
32
2.5 Kerangka Berfikir
Pengambilan keputusan karir sangatlah penting untuk menunjang dan menentukan
masa depan individu tersebut. Berdasarkan tahapan perkembangan karir, Super
(1990) menjelaskan bahwa remaja masuk kedalam tahapan eksploratori, dimana
remaja sudah harus memikirkan karir kedepannya berdasarkan minat dan
kemampuan yang dimilikinya.
Siswa menengah atas mulai memikirkan masa depan mereka dengan
memilih untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah ataupun
dengan bekerja. Pada akhir masa remaja ini, minat, ketertarikan dan
kemampuannya pada suatu karir yang jadi sumber pilihannya untuk menentukan
keputusan karirnya. Pada saat tersebut remaja mulai memikirkan apa yang benar-
benar diinginkannya dengan apa yang akan membuat masa depan karirnya
menjadi baik. Namun kerap kali mereka mengalami kesulitan dalam membuat
keputusan karir yang ideal. Hal ini dikarenakan mereka harus terlebih dahulu
memahami dirinya, minat, dan tak jarang dengan memikirkan faktor eksternalnya
seperti orang tua, teman dan lingkunganya.
Kesulitan-kesulitan tersebut yang dapat menjadi penghalang siswa untuk
menentukan keputusan karir yang ideal dengan dirinya. Siswa menjadi bimbang
dan ragu-ragu bahkan cendrung sulit dalam proses mengambil keputusan karirnya.
Kesulitan pengambilan keputusan karir. Gati, dkk (1996) mendefinsikan kesulitan
dalam kesulitan pengambilan keputusan karir sebagai kurangnya optimal dari
pilihan karir individu yang dapat menyebabkan kesulitan dalam pemilihan karir
Dengan definisi tersebut dapat dilihat bahwa kendala ataupun kesulitan dalam
33
pengambilan keputusan karir siswa dilihat dari prosesnya yaitu awal proses itu
dan selama proses berlangsung. Kesulitan itu yang menjadi kendala bagi siswa
untuk membuat sebuah keputusan karir yang ideal. Namun demikian, perilaku
seseorang dapat membuat keputusan karir yang ideal tidak muncul dengan
sendirinya. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
pengambilan karir. Faktor-faktor seperti kecerdasan emosional, efikasi diri dan
locus of control diduga dapat memprediksi kesulitan pengambilan keputusan karir
bagi siswa.
Faktor pertama yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir dalam
penelitian ini adalah kecerdasan emosional. Di Fabio dan Kenny (2011)
berpendapat bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu variabel penting
untuk keberhasilan karir. Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi
memiliki kesadaran yang lebih besar terhadap emosi mereka dan memiliki
kapasitas yang lebih besar untuk mengintegrasikan pengalaman emosional dengan
pikiran dan tindakan. Oleh karena itu, individu seperti ini tampaknya lebih
mampu mengelola respon emosional mereka sendiri dalam proses pengambilan
keputusan karir (Di Fabio & Palazzeschi, 2009).
Penelitian Afzal, Atta dan Shujja (2013) juga menyatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan
karir. Dijelaskan juga pengaruh masing-masing dimensi kecerdasan emosional
bahwa dimensi self emotions appraisal dan use of emotions memiliki pengaruh
yang signifikan, sedangkan other’s emotions appraisal dan regulation of emotions
tidak signifikan. Peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki self emotions
34
appraisal dan other’s emotional appraisal tinggi, maka hal tersebut berkorelasi
tinggi dengan pengambilan keputusan karir. Remaja akan mampu memahami dan
mengelola emosinya dengan baik sehingga mereka mampu mengarahkan pilihan
karirnya dengan baik. Sedangkan, ketika remaja memiliki use of emotions dan
regulation of emotions yang tinggi, mereka memiliki perencanaan, pemikiran
yang kreatif dan motivasi yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan karir.
Peneliti akan melakukan analisis secara mendalam terkait dengan pengambilan
keputusan karir yang terbagi menjadi tiga, yaitu rasional, intuitif dan dependen.
Sedikit halnya para akademisi yang melakukan penelitian mengenai pengaruh
dimensi kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan karir rasional,
intuitif dan dependen.
Selain kecerdasan emosional, faktor yang berpengaruh terhadap kesulitan
mengambil keputusan karir ialah efikasi diri keputusan karir. Amir& Gati, (2006)
menemukan bahwa individu yang memiliki tinggi efikasi diri dalam pengambilan
keputusan karir maka semakin rendah pula kesulitan yang dialami individu dalam
pengambilan keputusan karir. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasusmsi bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara efikasi diri dalam pengambilan keputusan
karir dengan pengambilan keputusan karir. Semakin tinggi efikasi diri individu
maka semakin rendah pula kesulitan individu untuk menentukan keputusan
karirnya, dan sebaliknya.
Selain kecerdasan emosional dan efikasi diri, Locus of control juga
memiliki peranan bagi seseorang untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan pada masa datang. Seseorang dengan locus of control internal akan
35
lebih berusaha keras dan memaksimalkan kemampuannya untuk mencapai
keberhasilan dalam pemilihan karirnya, sementara seseorang dengan locus of
control eksternal tidak memiliki harapan dan kurang usaha untuk memperbaiki
kegagalan yang dialami karena merasa tidak mampu.
Dengan demikian, dari semua variabel yang telah digambarkan tersebut,
maka peneliti berasumsi bahwa kecerdasan emosial, efikasi diri dan locus of
control berpengaruh terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir. Dari
kerangka berpikir di atas dapat diilustrasikan kedalam bagan sebagai berikut :
Gambar 2.2
Bagan kerangka berfikir
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis mayor, yaitu :
H1: “Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional, efikasi diri dan locus
of control terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir siswa/i SMAN 47
Jakarta”.
Efikasi diri
Other’s emotions appraisal
Use of emotions
Kecerdasan Emosional
Self emotions appraisal
Regulation of emotions
Internal
Eksternal
Locus of Control
Kesulitan
Pengambilan
Keputusan Karir
36
Hipotesis minor dalam penelitian ini, yaitu:
H2: Ada pengaruh yang signifikan self emotions appraisal terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa/i SMAN 47 Jakarta”.
H3: Ada pengaruh yang signifikan other’s emotions appraisal terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa/i SMAN 47 Jakarta”.
H4: Ada pengaruh yang signifikan use of emotions terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa/i SMAN 47 Jakarta”.
H5: Ada pengaruh yang signifikan regulation of emotions terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa/i SMAN 47 Jakarta”.
H6: Ada pengaruh yang signifikan efikasi diri terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir siswa/i SMAN 47 Jakarta”.
H7: Ada pengaruh yang signifikan locus of control internal terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa/i SMAN 47 Jakarta”.
H8: Ada pengaruh yang signifikan locus of control eksternal terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa/i SMAN 47 Jakarta”.
37
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas 12 SMAN 47
Jakarta, sampel yang digunakan yaitu kelas 12 Jurusan IPA dan IPS yang
berjumlah 181 siswa. Penelitian ini hanya dapat diikuti oleh siswa/i SMA 47
Jakarta kelas 12 yang akan meneruskan ke jenjang pendidikan lebih tinggi dan
memasuki pemilihan karir selanjutnya.
3.1.1 Teknik pengambilan sampel
Peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling yang berarti dalam suatu
populasi, tidak semua elemen memiliki peluang untuk menjadi sampel penelitian
ini. Teknik nonprobability sampling yang peneliti gunakan adalah acidental
sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih subjek
secara acak oleh peneliti. Peneliti melakukan pengambilan data dalam waktu satu
minggu dengan melakukan penelurusan pada tiap jenjang kelas di sekolah yang
menjadi populasi penelitian
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Identifikasi variabel
Terdapat delapan variabel dalam penelitian ini, yaitu kesulitan pengambilan
keputusan karir, self emotion appraisal, other emotion appraisal, use of metion,
regulation of emotion, efikasi diri dan Locus of control internal dan locus of
control eksternal. Variabel kesulitan pengambilan keputusan karir sebagai DV
(Dependen Variabel), dan variabel lainnnya sebagai IV (Independen Variabel).
38
3.2.2 Definisi operasional variabel
Setelah menentukan variabel dependent dan variabel independent. Langkah
selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional dari variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan definisi operasional variabel
diuraikan sebagai berikut:
1. Kesulitan pengambilan keputusan karir adalah bagaimana Kesulitan yang
dihadapi pada siswa kelas 12 di SMAN 47 jakarta dalam memilih karir
dengan mencari dan menggunakan informasi tentang diri sendiri dan karir
yang akan dipilih, memlih tujuan dan membuat rencana, melaksanakan
rencana dan mengevaluasi keputusan yang dipilih.
2. Self emotion appraisal adalah kemampuan siswa dalam memahami
emosinya serta memahami emosinya dengan baik dan dapat
mengekspresikannya secara alami. Contohnya, siswa tersebut dapat
memahami penyebab rasa senang maupun ataupun sedih yang sedang dia
rasakan.
3. Other’s emotions appraisal adalah kemampuan siswa untuk mengetahuui
dan memahami emosi orang-orang di sekitar lingkungan mereka. Siswa
yang memiliki kemampuan dalam dimensi ini akan lebih sensitif terhadap
perasaan emosi individu lain. Contohnya, individu mampu merasakan
kesedihan ataupun kesenangan yang dialami oleh individu lain.
4. Use of emotions adalah kemampuan siswa dalam menggunakan emosinya
untuk mengarahkan siswa dalam beraktivitas dan bekerja. Contohnya,
39
dalam memilih jurusan perkuliahan yang ingin diambil, terkadang siswa
memilih jurusan yang sesuai dengan kenyamanan hatinya.
5. Regulation of emotion adalah kemampuan siswa dalam mengaur dan
mengelola emosi mereka ketika sedang dihadapkan pada masalah
emosional, seperti marah ataupun stres. Contohnya, siswa tersebut mampu
menenangkan diri dengan cepat ketika sedang marah.
6. Efikasi diri adalah keyakinan dari siswa akan kemampuan yang ada dalam
dirinya dalam mengambil keputusan untuk karirnya secara baik dan tepat
dengan tujuan. Individu yang memiliki efikasi tinggi dalam pengambilan
keputusan karir akan lebih mudah dan percaya diri dalam menentukan
karir..
7. Locus of control internal merupakan tingkat keyakinan siswa bahwa hasil
dan segala sesuatu atau peristiwa yang terjadi dalam hidupnya seperti
keberhasilan maupun kegagalan ditentukan oleh perilaku dan usaha mereka
sendiri.
8. Locus of control eksternal merupakan tingkat keyakinan siswa bahwa hasil
yang diperoleh lebih dipengaruhi oleh faktor luar seperti takdir, nasib,
keberuntungan, kesempatan, atau kendali orang lain.
3.3 Alat ukur Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner dengan menggunakan skala model likert. Dalam penelitian ini akan
digunakan tiga skala, yaitu skala pengambilan keputusan karir, skala kecerdasan
emosional dan skala gaya kelekatan.
40
Skala ini terdiri dari empat kategori jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),
Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Item-item tersebut terdiri dari
item favorable dan unfavorable. Adapun cara subjek memberikan jawaban
terhadap skala model likert ini adalah dengan memberikan tanda silang (X) atau
ceklist (√) pada salah satu alternatif jawaban. Bobot skor nilai untuk skala
pengambilan keputusan karir, skala kecerdasan emosional dan skala gaya
kelekatan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Nilai Skor
Skor untuk pernyataan
Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
3.3.1 Skala kesulitan pengambilan keputusan karir
a. Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adala alat ukur yang
diadaptasi dari Gati (1996). Kuesioner kesulitan pengambilan keputusan
karir ini terdiri dari 44 item yang direvisi menjadi 34 item, masing-masing
sesuai dengan kesulitan yang terdapat dalam taxonomy. Alat ukur ini
terdiri dari tiga skala yang terdiri dari lack of readiness, lack of
information dan inconsistent information.
b. Peneliti menggunakan skala model likert dengan cara pengerjaannya
peserta menggambarkan seberapa sulit dalam mengambil keputusannya
masing masing item terjadi dengan sembilan skala berkisar dari satu
41
sampai sembilan untuk skala kesulitan pengambilan keputusan karir.
Namun peneliti hanya menggunakan empat skala dikarenakan dengan
rentangan yang banyak akan membuat responden bingung untuk
menjawab dan sulit menentukan karakteristik jawaban selain itu
dikarenakan jika terdapat pilihan N (netral) maka responden cenderung
memilih netral
c. Adapun distribusi dan penyebaran item dari skala kesulitan pengambilan
keputusan karir dapat dilihat di table 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Blue print skala kesulitan pengambilan keputusan karir
No Dimensi Indikator
Item Jumlah
Favorable
1. Lackof
readiness
- Kurangnya motivasi dalam
memilih karir
- memiliki sifat ragu-ragu
dalam mengambil keputusan
- pemikiran yang keliru
mengenai proses
pengambilan keputusan
1
2,3
4,5
5
2.
Lackof
information
-Kurangnya pengetahuan
mengenai pengambilan
keputusan secara baik dan
bijak
-kurangnya pengetahuan
mengenai diri sendiri
-kurangnya informasi
menganai pekerjaan dan
karir yang akan dihadapi
-kurangnya informasi
tentang bagaimana cara
mencari informasi mengenai
karir
6,7,8,
9,10,11
12,13,
15,16,17
12
3.
Inconsistent
information
-mendapatkan informasi
yang kontradiktif mengenai
dirinya dan pilihan karirnya
-kesulitan dalam
mempertimbangkan banyak
faktor yang dianggap
penting
-adanya perbedaan antara
pendapat pribadi dengan apa
yang dikemukakan orang
lain
18,19,20,
21,22,23,
24,25,26,27
10
42
3.3.2 Skala kecerdasan emosional
Dalam penelitian ini, pengukuran kecerdasan emosional menggunakan skala
Wong Law Emotional Intelligence Scale (Wong & Law, dalam Kafetsios &
Zampetakis, 2008). Skala ini terdiri dari 4 dimensi yang konsisten dengan definisi
kecerdasan emosional menurut Mayer dan Salovey (1997). Skala ini berisi 16
item pernyataan yang masing-masing komponen terdiri dari 4 item pada setiap
sub skala. Adapun blue print skala kecerdasan emosional dijelaskan pada tabel
3.3.
Tabel 3.3
Blue print skala kecerdasan emosional
No Dimensi Indikator
Item Jml
Favorable
1.
Self emotions
Appraisal
-Mampu memahami emosi diri
sendiri
-tidak mampu memahami
emosi diri sendiri
1,2,
3,4
4
2. Other
emotions
apparsial
-Mampu memahami dan peka
terhadap emosi orang lain
5,6,7,8
5
3. Use
of emotions
-memiliki tujuan yang harus
dipakai
-.memiliki pengendalian emosi
dalam segala situasi
9
10,11,12
1
3
4. Regulation of
emotions
Mampu mengendalikan emosi.
13,14,15,16
4
3.3.3 Skala efikasi diri
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner efikasi diri pengambilan keputusan
karir (short-Form) yang dibuat oleh Taylor dan Betz (1983) untuk mengukur
43
tingkat keyakinan individu bahwa ia bisa berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang
diperlukan untuk membuat keputusan karir.Skala model Likert inimeliputi (a)
accurate self appraisal(b) gathering occupational information(c) goal selection
(d) making plans for the future, dan(e) problem solving.Masing-masing
menggunakan 5 item dengan jumlah 25. Pilihan jawaban skala tersebut terdiri dari
jawaban 1 (sangat tidak yakin) sampai 4 (sangat yakin) dimana model ini tidak
ada jawaban yang dianggap paling benar atau salah. Adapun distribusi dan
penyebaran item dari skala efikasi diri pengambilan keputusan karir dapat dilihat
pada table 3.4
Table 3.4
Blue print skala efikasi diri
No Dimensi Indikator
Item Jml
Favorable
1. Accurate Self
Appraisal
-Mampu menilai kemampuan,
-Menilai minat,
-mampu melihat tujuan karirnya
1,2,3,4,5 5
2. Gathering
Occuputional
Information
Mampu menilai pengetahuan yang dimilikinya
mengenai dunia pekerjaan
6,7,8,9,10 5
3. Goal Selection
-Mampu menilai kemampuannya dalam
menyesuaikan keadaan dirinya dengan berbagai
karakteristik
-Mampu memilih tujuan yang sesuai dengan
kebutuhannya
11,12,13
,14,15
5
4. Making Plans
for the Future
-Mampu melakukan perencanaan dengan baik
-mampu mempersiapkan dalam membuat keputusan
karir masa depannya.
16,17,
18,19,20
5
5. Problem
Solving
Mampu mengatasi masalah dalam pengambilan
keputusan
21,22,23,24,25 5
44
3.3.4 Skala Locus of control
Untuk mengukur locus of control, peneliti menggunakan alat ukur yang
dikembangkan berdasarkan teori locus of control milik Rotter (1966), yaitu locus
of control internal dan locus of control external. Skala Locus of Control mengukur
dua aspek, yaitu internal dan eksternal. Skala terdiri dari 20 item pernyataan.
Skala Locus of Control diadaptasi dari Rotter’s Locus of Control Scale. Adapun
blue print skala Locus of Control adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Blue Print Skala Locus of Control
No Dimensi Indikator Item Jumlah
Fav Unfav
1 Internal
- ketidakberuntungan dikarenakan hasil dari
perbuatannya
3
4
5
9
10
1
2
6
7
8
10
- pengalaman yang tidak menentukan akan seperti
apa.
- tidak mempercayai takdir yang diberikan
- usaha merupakan pengaruh besar dalam meraih
kesuksesan
- mengatur rencana dan berjalan sesuai rencana
- mendapatkan segala keinginan didasarkan ada
usaha bukan keberuntungan
- tidak mempercayai akankeberuntungan
- kerja keras akan mengdapatkan hasil yang
memuaskan
- memiliki peran kecil dalam hidup
- segala sesuatu yang diperbuat dikarenakan
perbuatan sendiri bukan orang lain.
2 Eksternal
- segala kejadian dikarenakan takdir
11
12
13
14
15
16
17
18
20
19
10
- faktor keturunan yang menentukan kepribadian
- waktu dan tempat yang menentukan segala
keberhasilan
- berkeyakinan bahwa dunia diatur oleh orang
yang berkuasa
- rencana tergantung akan situasi nantinya
- menentukan keputusan berdasarkan benda/koin
- kehidupan dikendalikan oleh yang tidak terduga
- tidak memahami bagaimana mendapatkan hasil
- tidak percaya akan kesempatan dan
keberuntungan berperan penting
- tidak memiliki kuasa dalam hidup
45
3.4 Prosedur Pengujian Alat Ukur
3.4.1 Pengujian validitas konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan software Lisrel 8.70.
yang bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item pada variabel valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. CFA digunakan dalam proses pengembangan
skala untuk memeriksa struktur laten dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA
digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrument (faktor)
dan pola hubungan item dengan faktor (factor loading).
Dalam Confirmatory Factor Analysis (CFA), peneliti harus memiliki
gambaran yang spesifik mengenai (a) jumlah faktor, (b) variabel yang
mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor yang saling berkolerasi. Tahapan dalam
CFA diawali merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran variabel
laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik menggunakan
data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena (a) langsung menguji
teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai cara. Adapun
logika dari CFA (Umar, 2011) adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan
secara operasional sehingga disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-
itemnya.
46
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. jika teori tersebut benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ –
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ – S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p . 0.05), maka hipotesis
nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun subtes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau tidak
mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil
t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur
apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan
sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak
sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
47
Kemudian setelah didapat model fit dihitung faktor skornya. Penggunaan
faktor skor ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bias akibat dari
kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah
skor yang diperoleh dari variabel pada umumnya, melainkan justru true score
yang diperoleh dnegan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item.
Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif
(Z-score) maka peneliti mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-score
dengan rumusnya yaitu:
T skor = 50 + (10 x faktor skor)
Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan diharapkan
seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki renrangan diperkiraan
antara 0 dan 100. Setelah didaptkan faktor skor yang telah diubah menjadi T-
score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan
agresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan
software LISREL.
3.4.2 Uji Validitas Skala Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir
Peneltiti menguji apakah 34 item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur kesulitan pengambilan keputusan karir.
Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
tidak fit dengan Chi-Square=2839.06, df=527, P-value=0.00000, RMSEA=0.184.
Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkolerasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square=425,49, df= 398, P-value=0.16448 dan
48
RMSEA = 0,000. Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja yaitu kesulitan pengambilan keputusan karir.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakuakan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item penilaian kesulitan pengambilan
keputusan karir dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut
Tabel 3.6 Muatan faktor item skala kesulitan pengambilan keputusan karir
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
1 0,42 0,02 17,13 √ -
2 0,18 0,02 7,38 √ -
3 0,27 0,02 11,83 √ -
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
0,70
0,30
0,46
-0,08
0,01
-0,09
0,06
-0,12
0,17
0,75
0,78
0,75
0,81
0,86
0,79
0,67
0,53
0,59
0,69
0,68
0,62
0,70
0,84
0,77
0,73
0,54
0,71
0,71
0,69
0,48
0,64
0,03
0,02
0,02
0,03
0,03
0,02
0,02
0,03
0,02
0,03
0,02
0,03
0,03
0,03
0,03
0,02
0,02
0,03
0,02
0,03
0,03
0,03
0,03
0,02
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
0,02
26,81
12,38
20,22
-3,32
0,32
-3,65
2,42
-4,26
7,34
27,75
31,71
26,38
27,25
33,35
31,46
27,66
22,19
23,36
30,37
26,64
26,66
26,70
33,29
31,61
28,07
20,21
26,53
25,67
25,79
18,48
27,02
√
√
√
X
X
X
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
Drop
Drop
Drop
-
Drop
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
49
Berdasarkan tabel 3.6 diatas bahwa terdapat item yang tidak signifikan yaitu item
7, 8, 9, dan 11. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini ada empat item yang di
drop t<1,96 (tidak signifikan).
3.4.3 Uji Validitas Self-emotions appraisal
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel Self emotions appraisal. Dari hasil analisi CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=13.74,
df=2, P-value=0.00104, RMSEA=0.181. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.00, df=0, P-
value=1.00000, RMSEA=0.000 Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel 3.5.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item untuk self emotions appraisal
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
1 0,60 0,08 7,83 √ -
2 0,96 0,96 16,74 √ -
3 0,89 0,06 14,86 √ -
4 0,82 0,82 13,17 √ -
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.5, nilai t bagi koefisien semua item memenuhi signifikansi
karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor dari
item, apakah ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Artinya, kelima item tersebut valid untuk mengukur apa
yang hendak di ukur.
50
3.4.3 Uji Validitas other emotions appraisal
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel other emotions appraisal. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata diperoleh hasil fit, dengan Chi-
Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000. Hasil pengujiannya
terdapat dalam tabel 3.8.
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item untuk other emotions appraisal
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
5 0,67 0,07 9,64 √ -
6 0,73 0,07 9,81 √ -
7 0,80 0,80 12,05 √ -
8 1,00 1,00 16,27 √ -
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6, nilai t bagi koefisien semua item memenuhi signifikansi
karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor dari
item, apakah ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Artinya, keempat item tersebut valid untuk mengukur
apa yang hendak di ukur.
3.4.4 Uji Validitas Use emotions others
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel use emotios others. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=9.12,
df=2, P-value=0.01044, RMSEA=0.141. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
51
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.33, df=1, P-
value=0.56551, RMSEA=0.000 Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel 3.6.
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item untuk use emotions other
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
9 0,69 0,08 9,03 √ -
10 0,70 0,08 9,24 √ -
11 0,72 0,08 8,95 √ -
12 0,80 0,08 10,50 √ -
Berdasarkan tabel 3.7, nilai t bagi koefisien semua item memenuhi signifikansi
karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor dari
item, apakah ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Artinya, kelima item tersebut valid untuk mengukur apa
yang hendak di ukur.
3.4.5 Uji Validitas Regulation of emotions
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel regulation of emotions. Dari hasil analisi CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=24.32,
df=2, P-value=0.00001, RMSEA=0.249. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.00, df=0, P-
value=1.00000, RMSEA=0.000. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel 3.10.
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item untuk Regulation of emotion
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
13 0,66 0,07 9,77 √ -
14 1,09 0,07 16,09 √ -
15 0,85 0,07 13,40 √ -
16 1,03 0,07 18,15 √ -
52
3.4.6 Uji Validitas efikasi diri pengambilan karir
Peneliti menguji apakah ke 25 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel efficacy. Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=1151.66, df=275, P-
value=0.00000, RMSEA=0.133. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap
model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=193.61, df=183, P-
value=0.28139, RMSEA=0.018. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel 3.11.
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
1 0,48 0,07 6,81 √ -
2 0,55 0,07 7,70 √ -
3 0,73 0,07 11,07 √ -
4 0,71 0,07 10,55 √ -
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
0,50
0,45
0,71
0,29
0,61
0,51
0,51
0,67
-0,10
0,51
0,48
0,27
0,04
0,53
0,67
0,61
0,66
0,61
0,69
0,05
0,53
0,07
0,07
0,06
0,07
0,07
0,07
0,07
0,07
0,08
0,07
0,07
0,07
0,08
0,07
0,07
0,07
0,07
0,07
0,07
0,07
0,07
6,94
6,25
10,91
3,97
8,87
7,43
7,07
9,97
-1,34
7,24
6,50
3,69
0,57
7,37
9,78
9,07
9,87
8,83
10,36
7,86
7,61
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Drop
-
-
-
Drop
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, nilai t bagi koefisien item yang tidak signifikan yaitu item
13 dan 17 karena nilai t < -1.96. Artinya, ke 23 item tersebut valid untuk
mengukur apa yang hendak di ukur.
53
3.4.7 Uji Validitas locus of control internal
Peneliti menguji apakah kesepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel locus of control internal. Dari hasil analisi CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=110.26, df=35, P-value=0.00000, RMSEA=0.109. Namun, setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square=37.02, df=28, P-value=0.11833, RMSEA=0.042. Hasil pengujiannya
terdapat dalam tabel 3.12.
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item untuk locus of control internal
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
1 0,54 0,08 6,74 √ -
2 0,51 0,09 6,64 √ -
3 -0,22 0,09 -2,61 X Drop
4 -0,69 0,08 -9,13 X Drop
5
6
7
8
9
10
-0,45
0,53
0,54
0,60
-0,33
-0,65
0,08
0,08
0,08
0,07
0,08
0,07
-5,70
6,67
7,16
8,11
-4,14
-8,85
X
√
√
√
X
X
Drop
-
-
-
Drop
Drop
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.12 diatas bahwa terdapat item yang tidak signifikan yaitu
item 3, 4, 5, 9 dan 10. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini ada lima item yang
di drop t<1,96 (tidak signifikan).
3.4.8 Uji Validitas locus of control eksternal
Peneliti menguji apakah kesepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel locus of control eksternal. Dari hasil analisi CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, denganChi-Square=179.54,
54
df=35, P-value=0.00000, RMSEA=0.151. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=39.26, df=28, P-
value=0.07683, RMSEA=0.047. Hasil pengujianya terdapat dalam tabel 4.1.
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item untuk locus of control eksternal No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
11 0,71 0,10 7,02 √ -
12 0,43 0,08 5,63 √ -
13 0,47 0,08 6,18 √ -
14 0,77 0,08 9,52 √ -
15
16
17
18
19
20
0,63
0,16
0,38
0,15
-0,12
0,52
0,08
0,08
0,07
0,08
0,08
0,08
7,88
2,16
5,07
1,98
-1,61
6,86
√
√
√
√
X
√
-
-
-
-
Drop
-
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6 diatas bahwa terdapat item yang tidak signifikan yaitu item
19. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini ada satu item yang di drop t<1,96
(tidak signifikan).
3.5 Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor Analysis
(CFA) untuk melihat validitas konstruk setiap item serta menguji struktur faktor
yang diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah metode analisis statistik
yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel
menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti.
Melalui analisis faktor akan didapatkan data variabel konstruk (skor faktor)
sebagai data input analisis lebih lanjut atau sebagai data penelitian.
55
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis
statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil.
Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada
penelitian ini digunakan multiple regression analysis di mana terdapat lebih dari
satu independent variable untuk mengetahui pengaruhnya terhadap dependent
variabel. Pada penelitian ini terdapat delapan independent variable dan satu
dependent variable. Dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi, yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
Keterangan:
Y = Kesulitan pengambilan keputusan karir
a = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = self emotions appraisal
X2 = other emotions appraisal
X3 = use of emotions
X4 = Regulation of emotions
X5 = self efficacy
X6 = internal
X7 = eksternal
e = Residual
56
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu self emotion
appraisal, other emotion appraisal,use of emotions, regulation of emotions, self
efficacy, internal, eksternal koefisien korelasi berganda antara komitmen
organisasi sebagai DV dengan sebagai IV. Besarnya komitmen organisasi yang
disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien
determinasi berganda atau R2.
R2 menunjukkan variasi atau perubahan dependent variable (Y)
disebabkan independent variable (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau
merupakan perkiraan proporsi varians dari komitmen organisasi yang dijelaskan
oleh dengan self emotion appraisal, other emotion appraisal,use of emotions,
regulation of emotions, self efficacy, internal, eksternal. Untuk mendapatkan nilai
R2, maka digunakan rumus sebagai berikut :
SSreg
R2 =
SSy
Keterangan :
R2 = Proporsi varians
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi pada
Ftest. Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat
57
apakah pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah
R2 itu sendiri dengan df-nya (dilambangkan „k‟), yaitu sejumlah IV yang
dianalisis sedangkan penyebutnya (1-R2) dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N
adalah total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df
penyebut sebagai denumerator. Jika dirumuskan, maka:
R2/k
F =
(1-R2)/(N-k-1)
Keterangan:
R2 = Proporsi varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel
Kemudian selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap IV
yang di analisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang
diberikan IV signifikan terhadap DV secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini
digunakan untuk menguji apakah sebuah IV benar-benar memberikan kontribusi
terhadap DV. Sebelum di dapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai
standart error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar
MSres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t,
yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Dapat
dirumuskan:
58
bi
ti =
sbi
Keterangan:
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standart Error Estimate dari b
3.6 Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
1. Tahap persiapan
- Perumusan masalah yang diteliti.
- Menentukan variabel yang diteliti.
- Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat
mengenai variabel penelitian.
- Menentukan subjek penelitian.
- Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan alat berupa skala
model Likert yang terdiri dari skala kesulitan pengambilan keputusan karir,
kecerdasan emosional, efikasi diri dan locus of control.
2. Tahap pelaksanaan
- Menentukan jumlah sampel penelitian.
- Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden
untuk mengisi skala dalam penelitian.
- Melaksanakan pengambilan data.
59
3. Tahap pengolahan data
- Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.
- Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat tabel
data.
- Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji
hipotesis.
- Membuat kesimpulan.
3.7 Metode Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode
analisis regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau
tidaknya pengaruh dari sekumpulan variabel indipenden terhadap variabel
dependen.
Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+e
Keterangan:
Y = Kesulitan pengambilan keputusan karir
a = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = self emotions appraisal
X2 = other emotions appraisal
X3 = use of emotions
X4 = Regulation of emotions
X5 = self efficacy
60
X6 = internal
X7 = eksternal
e = Residual
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari
pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam true score. Dalam hal ini, true
score adalah faktor yang diukur dengan menggunakan software SPSS dengan
menggunakan item yang valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien
regresi tidak mengalami atenuasi atau underestimated (koefisien regresi yang
terhitung lebih rendah dari yang seharusnya sehingga tidak signifikan).
Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians resiliensi yang
dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV yang bisa diukur dengan rumus R²
(Umar, 2011),
dimana:
Adapun jika R² signifikan (P<0.05) maka proporsi varians Y yang
dipengaruhi oleh ketiga faktor (efikasi diri, lingkungan kerja dan faktor
demografi) secara keseluruhan adalah signifikan.
Jika telah terbukti signifikan, maka peneliti akan menguji variabel mana
dari tujuh variabel indipenden tersebut yang signifikan. Dalam hal ini peneliti
menguji signifikan atau tidaknya koefisien regresi (b) dengan t-test. Jika memiliki
skor t> 1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut dinyatakan signifikan,
61
sebaliknya jika t< 1.96 maka variabel tersebut dinyatakan tidak signifikan (dalam
taraf signifikansi 0.05 atau 5%).
Dalam regresi analisis berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:
1. R² yang menunjukan proporsi varian dari variabel dependen yang bisa
diterangkan oleh variabel indipenden.
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan
dari variabel indipenden yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
tentang beberapa nilai Y jika nilai variabel indipenden diketahui.
4. Sumbangan varian dari masing-masing aspek variabel independen yaitu
kecerdasan emosional, efikasi diri, dan locus of control terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir.
62
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 181 siswa kelas 12 SMAN 47 Jakarta baik
laki-laki maupun perempuan dengan deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis
kelamin sebagai berikut:
Tabel 4.1
Tabel Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Subjek Penelitian Frekuensi Persentase
Laki-laki 71 38,67%
Perempuan 110 60,77%
Jumlah 181 100%
Dari tabel diatas, didapat informasi berdasarkan jenis kelamin, subjek
dalam penelitian ini didominasi oleh perempuan dengan persentase 60,77%,
dibandingkan dengan perempuan hanya 77% dari 181 subjek.
4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Data skor kecerdasan emosional, efikasi diri dan locus of control diperoleh
melalui angket yang disebar kepada siswa kelas 12 SMAN 47 di Jakarta.
Tabel 4.2 Tabel Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
Mean Minimum Maximum Std. Deviation N
CDM 50,0000 26,93 76,40 9,65383 181
SEA 50,0000 19,49 63,78 9,46130 181
OEA 50,0000 28,83 65,80 9,25564 181
UEO 50,0000 20,64 64,47 9,33432 181
ROE 50,0000 24,18 68,05 9,57949 181
EFF 50,0000 26,46 74,97 9,45944 181
LOCI 50,0000 33,17 71,23 7,84572 181
LOCE 50,0000 25,94 77,82 8,60292 181
63
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah subjek penelitian
sebanyak 181 orang dengan skor kesulitan pengambilan keputuan karir yang
terendah adalah 26,93 sedangkan skor Career Decision Making yang tertinggi
adalah 76,40, kemudian skor kecerdasan emosional aspek self-emotions appraisal
memiliki skor terendah 19,49 sedangkan skor tertingginya adalah 63,78, aspek
other emotions appraisal memiliki skor terendah 28,83 dan skor tertingginya
adalah 65,80, aspek use emotions other memiliki skor terendah 20,64 dan skor
tertingginya adalah 64,47, aspek regulations of emotions memiliki skor terendah
24.18 dan skor tertingginya adalah 68,05 aspek openness memiliki skor terendah
26.51 sedangkan skor tertingginya adalah 64.82, kemudian skor dari efikasi diri
memiliki skor terendah 26,46 dan skor tertinggi 74,97. Kemudian skor locus of
control aspek internal memiliki skor terendah 33,17 dan skor tertinggi 71,23.
Aspek eksternal memiliki skor terendah 25,94 dan skor tertinggi 77,82
4.3 Kategorisasi variable
Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian,
maka hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian
dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Dalam hal ini,
ditetapkan norma pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Norma Skor Kategorisasi
Norma Intepretasi
X < Mean – 1Standar Deviasi Rendah
Mean – 1Standar Deviasi ≤ X ≤ Mean + 1Standar Deviasi Sedang
X > Mean +1Standar Deviasi Tinggi
64
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi
kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan
dikategorikan sebagai rendah, sedang, dan tinggi. Uraian mengenai gambaran
kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan rendahnya tiap variabel disajikan
pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frequency Percent
CDMD Rendah
Sedang
25
134
13.8%
78%
Tinggi 22 12.2%
SEA Rendah 23 12.7%
Sedang
Tinggi
116
42
64.1%
23.2%
OEA Rendah 26 14.4%
Sedang
Tinggi
124
31
68.5%
17.1%
UEO Rendah
Sedang
16
125
8.8%
69.1%
Tinggi 40 22.1%
ROE Rendah
Sedang
34
125
18.8%
69.1%
Tinggi 22 12.2%
Efikasi Rendah
Sedang
21
133
11.6%
73.5%
Tinggi 27 14.9%
Internal Rendah
Sedang
Tinggi
17
145
19
9.4%
80.1%
10.5%
Eksternal
Rendah
Sedang
Tinggi
22
138
21
12.2%
76.2%
11.6%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 181 jumlah subjek
penelitian, terlihat pada variabel Kesulitan pengambilan keputusan karir mayoritas
skor berada pada kategori sedang sebesar 78% artinya mayoritas siswa memiliki
65
tingkat kesulitan pengambilan keputusan karir yang sedang. Selanjutnya sebesar
13.88% memliki kesulitan pengambilan karir yang rendah dan 12.2% memiliki
tingkat kesulitan yang tinggi. Pada variabel self-emotions appraisal mayoritas
skor berada pada kategori sedang sebesar 64.1% artinya mayoritas siswa memiliki
tingkat self emotion appraisal yang sedang. Selanjutnya sebesar 12.7% memliki
self emotion appraisal yang rendah dan 23.2% memiliki self emotion appraisal
dengan skor tinggi. Pada variabel other emotions appraisal mayoritas skor berada
pada kategori sedang sebesar 68.5% artinya dari total 181 sampel, mayoritas
siswa memiliki tingkat other emotion appraisal yang sedang. Selanjutnya sebesar
14.4% memliki other emotion appraisal yang rendah dan 17.1% memiliki other
emotion appraisal dengan skor tinggi. Pada variabel use emotions other mayoritas
skor berada pada kategori sedang sebesar 69.1% artinya dari total 181 sampel,
mayoritas siswa memiliki tingkat use emotion other yang sedang. Selanjutnya
sebesar 8.8% memliki use emotion other yang rendah dan 22.1% memiliki use
emotion other dengan skor tinggi Pada variabel Regulations of emotion mayoritas
skor berada pada kategori sedang sebesar 69.1% artinya dari total 181 sampel,
mayoritas siswa memiliki tingkat use emotion other yang sedang. Selanjutnya
sebesar 18.8% memliki regulation of emotion yang rendah dan 12.2% memiliki
regulation of emotion dengan skor tinggi. Pada variabel efikasi diri mayoritas skor
berada pada kategori sedang sebesar 73.5% artinya dari total 181 sampel,
mayoritas siswa memiliki tingkat efikasi diri yang sedang. Selanjutnya sebesar
11.6% memliki efikasi diri yang rendah dan 14.9% memiliki efikasi diri dengan
skor tinggi . Pada variabel internal mayoritas skor berada pada kategori sedang
66
sebesar 80.1% artinya dari total 181 sampel, mayoritas siswa memiliki tingkat
locus of control internal yang sedang. Selanjutnya sebesar 9.8% memliki locus of
control internal yang rendah dan 10.5% memiliki skor locus of control internal
dengan skor tinggi. Pada variabel eksternal mayoritas skor berada pada kategori
sedang sebesar 76.2% artinya dari total 181 sampel, mayoritas siswa memiliki
tingkat locus of control eksternal yang sedang. Selanjutnya sebesar 12.2%
memliki locus of control eksternal yang rendah dan 11.6% memiliki skor locus of
control eksternal dengan skor tinggi .
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV terhadap
DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi berganda. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang
diperoleh dari hasil analisis faktor. Lalu peneliti memindahkan skala faktor skor
tersebut menjadi T score.
Dalam melakukan analisis regresi, ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat
besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians DV yang dijelaskan
oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan
terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
dari masing-masing IV.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, peneliti
melihat besaran R2
untuk mengetahui berapa persen varians DV yang dijelaskan
oleh IV. Selanjutnya untuk tabel yang berisi R2, dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut ini
67
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Standars Error of the
Estimate
1 ,525 ,275 ,246 8,38393
a. Predictors: (Constant), emosional intelegent, self emotions appraisal,
others emotions appraisal, use emotions others, regulation of emotions.
Berdasarkan data pada tabel 4.5 diketahui bahwa perolehan R2 sebesar 0,525
atau 52.5%. Artinya proporsi varians dari kesulitan pengambilan keputusan karir
yang dijelaskan oleh semua Independent Variable dalam penelitian ini adalah
sebesar 27.5%, sedangkan 73.5% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini. Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh
Independent Variable terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir. Adapun
hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 4615,154 7 659,308 9,380 ,000b
Residual 12160,216 173 70,290
Total 16775,371 180
a. Dependent Variable: CDM
b. Predictors: (Constant), emosional intelegent, self emotions appraisal, others emotions appraisal, use
emotions others, regulation of emotio, internal, eksternal.
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai Sig. pada kolom
paling kanan adalah sebesar 0.000. Dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig. <
0.05, maka hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan
68
dari dimensi emosional intelegent, self emotions appraisal, others emotions
appraisal, use emotions others, regulation of emotion, self efikasi internal,
eksternal. terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir diterima. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan dari emosional intelegent, self emotions appraisal,
others emotions appraisal, use emotions others, regulation of emotion, self efikasi,
internal, eksternal terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing IV.
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,
dapat dilihat melalui kolom Sig. (kolom keenam). Jika Sig. < 0.05 maka koefisien
regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir, begitupun sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi dari
masing-masing IV terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir dapat dilihat
pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 70,641 10,586
6,673 ,000
SEA -,240 ,078 -,235 -,063 ,003
OEA ,027 ,074 ,026 ,368 ,713
UEO -,071 ,080 -,069 -,884 ,378
ROE -,015 ,071 -.015 -,217 ,829
EFF -,270 ,086 -,265 -3,150 ,002
LOCI -,077 ,094 -,063 -,821 ,413
LOCE ,233 ,078 ,208 2,977 ,003
a. Dependent Variable: Kesulitan pengambilan keputusan karir
69
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut :
Kesulitan pengambilan keputusan karir = 70,641 – 0,240 (Self emotions
appraisal) + 0.027 (other emotions appraisal) – 0,071 (use of emotions) – 0,015
(regulations of emotions) - 0.270 (self efficacy) - 0.077 (internal) – 0,233
(eksternal).
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa dari delapan
Independent Variable hanya self emotion appraisal, efikasi diri dan locus of
control eksternal yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel self emotions appraisal diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0,240 dengan Sig. sebesar 0,003 (Sig. < 0.05), dengan demikian H0 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari self emotions appraisal
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir ditolak. Artinya dari self
emotions appraisal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir.
2. Variabel others emotions appraial diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0,027 dengan Sig. sebesar 0,713 (Sig. > 0.05), dengan demikian H0 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari other emotions appraisal
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir ditolak. Artinya dari other
emotions appraisal tidak ditolak dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
3. Variabel use of emotions diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,071
dengan Sig. sebesar 0,378 (Sig. > 0.05), dengan demikian H0 yang menyatakan
70
tidak ada pengaruh yang signifikan dari use of emotions terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir ditolak. Artinya dari use of emotions tidak ditolak
dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir.
4. Variabel regulation of emotions diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,015
dengan Sig. sebesar 0,829 (Sig. > 0.05), dengan demikian H0 yang menyatakan
tidak ada pengaruh yang signifikan dari regulation of emotions terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karir ditolak. Artinya dari regulation of
emotions tidak ditolak dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karir.
5. Variabel efikasi diri diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -,270 dengan Sig.
sebesar 0,002 (Sig. < 0.05), dengan demikian H0 yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan efikasi diri terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir ditolak. Artinya dari efikasi diri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
6. Variabel locus of control internal diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0,077 dengan Sig. sebesar 0,413 (Sig. > 0.05), dengan demikian H0 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari locus of control internal
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir ditolak. Artinya dari
regulation of emotions tidak ditolak dan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
7. Variabel locus of control eksternal diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
,233 dengan Sig. sebesar 0,003 (Sig. < 0.05), dengan demikian H0 yang
71
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan locus of control eksternal
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir ditolak. Artinya dari locus of
control eksternal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir.
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari
masing-masing independent variable terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karir. Maka dari itu, peneliti melakukan analisis regresi berganda dengan cara
menambahkan satu independent variable setiap melakukan regresi. Kemudian,
peneliti dapat melihat penambahan dari R² (R Square Change) setiap melakukan
analisis regresi dan dapat melihat signifikansi dari penambahan R² tersebut. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV
Model
R
R
Square
Adjusted
R square
Std. Error
of the
estimate
Change statistics
R
Square
cange
F
change
df1
df2
Sig. F
change
1
2
3
4
5
6
7
.405
.407
.440
.443
.485
.488
.525
.164
.166
.194
.197
.235
.238
.275
.159
.156
.180
.178
.213
.212
.246
8.85095
8.86704
8.74226
8.75073
8.56162
8.57132
8.38393
.164
.002
.028
.003
.039
.003
.037
35.137
.351
6.117
.658
8.861
.604
8.865
1
1
1
1
1
1
1
179
178
177
176
175
174
173
.000
.554
.014
.419
.003
.438
.003
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
72
1. Variabel self emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 16.4%
terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir. Sumbangan tersebut
signifikan dengan F change = 35,137 dan df1 = 1 dan df2 = 179 dengan Sig. F
Change = 0.000 (Sig. F Change < 0.05).
2. Variabel other emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 0,2%
terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir. Sumbangan tersebut
tidak signifikan dengan F change = 0.351 dan df1 = 1 dan df2 = 178 dengan
Sig. F Change = 0.554 (Sig. F Change < 0.05).
3. Variabel use emotions others memberikan sumbangan sebesar 2.8% terhadap
varians kesulitan pengambilan keputusan karir. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F change = 6,117 dan df1 = 1 dan df2 = 177 dengan Sig. F
Change = 0.014 (Sig. F Change < 0.05).
4. Variabel regulation of emotions memberikan sumbangan sebesar 0,3%
terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir. Sumbangan
tersebutidak signifikan dengan F change = 0.658 dan df1 = 1 dan df2 = 176
dengan Sig. F Change = 0.418 (Sig. F Change < 0.05).
5. Variabel efikasi diri memberikan sumbangan sebesar 3.9% terhadap varians
kesulitan pengambilan keputusan karir. Sumbangan tersebut signifikan dengan
F change = 8861 dan df1 = 1 dan df2 = 175 dengan Sig. F Change = 0.003
(Sig. F Change < 0.05).
6. Variabel locus of control internal memberikan sumbangan sebesar 0,3%
terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir. Sumbangan tersebut
73
tidak signifikan dengan F change = 0.604 dan df1 = 1 dan df2 = 174 dengan
Sig. F Change = 0.438 (Sig. F Change < 0.05).
7. Variabel locus of control eksternal memberikan sumbangan sebesar 3.7%
terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir. Sumbangan tersebut
signifikan dengan F change = 8.865 dan df1 = 1 dan df2 = 173 dengan Sig. F
Change = 0.003 (Sig. F Change < 0.05).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga IV yaitu
self emotions appraisal, efikasi diri dan locus of control eksternal yang
memberikan sumbangan terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir
secara signifikan jika dilihat dari besarnya R2 yang dihasilkan.
75
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Dalam bab lima ini akan dibahas mengenai hasil dari penelitian yang telah
dilakukan. Bab ini terdiri dari kesimpulan, diskusi, saran teoritis, dan saran
praktis. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji multiple
regression, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
kecerdasan emosional, efikasi diri dan locus of control terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa kelas 12 SMAN 47 Jakarta.
Berdasarkan uji hipotesis minor, terdapat tiga variabel yang memiliki
pengaruh yang signifikan antara lain, kecerdasan emosional-self emotions
appraisal, Efikasi diri keputusan kair dan Locus of control-eksternal. Sementara
Kecerdasan emosional (other emotions appraisal,use emotions others,regulations
of emotion) dan locus of control (internal) memiliki pengaruh tetapi tidak secara
signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi kesulitan
pengambilan keputusan karir. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
diketahui bahwa dari tujuh independent variable kecerdasan emosional (self
emotions appraisal, other emotions appraisal, use emotiosn other, regulation of
emotions), efikasi diri dan locus of control (internal,eksternal) yang diteliti
terdapat tiga variabel yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karir
76
secara signifikan. Ketiga variabel tersebut antara lain kecerdasan emosional-self
emotion appraisal, efikasi diri dan locus of control-eksternal. Dalam penelitian ini
sumbangan R2 independent variable terhadap dependent variable sebanyak 27,5%
Kecerdasan emosional merupakan variabel yang tidak berdiri sendiri.
Kecerdasan emosional memiliki beberapa dimensi yang mengukur kemampuan
berbeda. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa tidak semua dimensi kecerdasan
emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir rasional. Dengan jumlah empat dimensi kecerdasan emosional,
yaitu self-emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions dan
regulation of emotions, ditemukan hanya satu dimensi yang memiliki pengaruh
signifikan, yaitu self emotion appraisal. Berdasarkan nilai koefisien regresi, self-
emotion appraisal memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
pengambilan keputusan karir rasional pada siswa/i SMAN 47 Jakarta. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi self emotions appraisal, maka semakin
rendah kesulitan pengambilan keputusan karir rasional pada individu.
Self-emotions appraisal menjelaskan mengenai kemampuan individu
untuk memahami emosinya dengan baik dan mengekspresikannya secara alami.
Contohnya, individu mampu memahami penyebab rasa senang yang dia rasakan
dan mampu mengekspresikan rasa senangnya tersebut dengan baik. Individu yang
memiliki kemampuan tinggi pada dimensi ini akan mampu merasakan dan
memahami emosi mereka lebih baik dibandingkan dengan individu lainnya.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan memahami
emosi sendiri dapat membantu mengurangi kesulitan dalam pengambilan
77
keputusan karir. Peneliti berasumsi bahwa individu yang memahami dirinya
dengan baik, maka mereka akan menyadari kelebihan dan kekurangan sehingga
mengetahui batasan-batasan pada dirinya. Individu yang merasa kesulitan dalam
mengambil keputusan karir akan membutuhkan pendapat dan dorongan orang
lain.
Menurut Cooper (1997) mereka yang percaya dan mampu memahami
emosi mereka akan membiarkan dirinya dibimbing oleh mereka yang memiliki
jalur karir yang lebih sukses. Orang dengan kemampuan memahami emosinya
sendiri, akan memiliki kapasitas yang lebih besar untuk mengintegrasikan
pengalaman emosional dengan pikiran dan tindakan. Selain itu, orang dengan
kemampuan memahami emosi yang baik, lebih besar kemungkinan untuk percaya
pada kemampuan mereka sendiri ketika menghadapi tugas-tugas yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan karir. Orang-orang yang lebih
mampu memahami dan mengelola emosi mereka sendiri mungkin juga akan lebih
mampu memprediksi konsekuensi emosional dari pilihan karir yang mereka pilih.
Oleh sebab itu, para peneliti percaya bahwa orang-orang tersebut lebih mampu
mengelola respons emosional mereka sendiri untuk pengambilan keputusan karir
(Di Fabio, 2012).
Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi umumnya memiliki
kesadaran yang lebih besar terhadap emosi mereka dan memiliki kapasitas yang
lebih besar untuk mengintegrasikan pengalaman emosional dengan pikiran dan
tindakan mereka (Afzal, Atta & Shujja, 2013) Hal tersebut cukup rasional apabila
mereka mampu mengurangi keraguan sehingga dapat menentukan pilihan karir
78
mereka. Individu yang mampu memahami dan mengelola emosi mereka akan
lebih baik dalam memprediksi konsekuensi terhadap pilihan karir yang potensial.
Oleh karena, itu kecerdasan emosional merupakan salah satu variabel yang
menjanjikan dalam memahami proses pengambilan keputusan karir yang lebih
baik.
Dalam variabel efikasi diri menunjukan bahwa efikasi diri memiliki
pengaruh yang sigifikan dengan pengambilan keputusan karir (Yinghua Yi, 2014)
dan menunjukkan arah yang negatif terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karir. Variabel efikasi diri memliki sumbangan yang terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir. Jadi dapat diartikan jika skor efikasi diri tinggi
maka skor kesulitan pengambilan keputusan karirnya rendah dan begitupun
sebaliknya. Hal ini sejalan dengan teori Bandura yaitu, efikasi diri juga salah satu
aspek yang menunjang untuk kemajuan individu dalam pengambilan keputusan
karir (Bandura, 1977). Taylor dan Betz (1983) menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki tingkat efikasi diri yang rendah, ketika siswa tersebut akan membuat
keputusan karir maka mereka akan kurang percaya diri dalam pilihan
kejuruannya, dan sulit mengambil keputusan.
Selain itu Variabel locus of control eksternal juga berpengaruh secara
signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir. Artinya, semakin
tinggi siswa memiliki locus of control eksternal, maka semakin tinggi kesulitan
pengambilan keputusan karirnya. Hal ini didukung oleh Fuqua et al (1988) dan
Taylor (1982) yang menjelaskan bahwa, seseorang yang cenderung menyalahkan
79
situasi dan keadaan diluar dirinya. maka akan lebih sulit dalam memutuskan
karirnya di masa yang akan datang.
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan pendapat dari
beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai dimensi-dimensi kecerdasan
emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir. Penelitian
mengenai pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap
pengambilan keputusan karir masih sangat sedikit dilakukan. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir agar dapat memberikan
gambaran yang lebih mendalam pada masyarakat, khususnya instansi pendidikan
dan orang tua.
5.3 Saran
Pada bagian ini, saran dibagi menjadi dua bagian, yaitu saran teoritis dan saran
praktis. Penulis memberikan saran secara teoritis dengan harapan dapat
memberikan kontribusi untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu,
peneliti juga menguraikan saran secara praktis dengan harapan dapat memberikan
informasi tambahan terutama bagi pembaca yang berniat melakukan penelitian.
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti lain yang tertarik meneliti
variabel dependen yang sama disarankan menggunakan faktor-faktor
menarik lainnya yang dapat dijadikan variabel independen untuk
80
melihat pengaruhnya terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
2. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti disarankan untuk menggunakan
sampel dengan jumlah yang lebih banyak dan berbeda dari yang
peneliti ambil agar lebih seimbang dan mempresentasikan populasi.
3. Disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk mengambil respoden dari
lembaga pendidikan ataupun pada perkantoran yang berbeda jenis dan
usianya. Dikarenakan dalam beberapa penelitian sebelumnya yang
dilakukan banyak menggunakan sampel karyawan dan mahasiswa
dalam kesulitan pengambilan keputusan karir.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Terkait dengan self-emotions appraisal yang berpengaruh signifikan
terhadap pengambilan keputusan karir dependen. Disarankan kepada
siswa/i nya untuk lebih dapat mengenali emosi dirinya, memahami
kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, serta memanajemen emosi
sehingga siswa/i mampu memahami dengan baik dirinya sebelum
mengambil keputusan karir.
2. Terkait dengan efikasi diri diharapkan kepada siswa agar dapat menambah
keyakinan pada dirinya, lalu diharapkan para siswa juga lebih aktif dalam
mengikuti bimbingan dan konseling terkait pemilihan karir yang diberikan
sekolah, siswajuga diharapkan lebih banyak berkonsultasi dengan guru BK
muapun orang yang lebih berpengalaman mengenai pemilihan karir agar
81
untuk menambah pengetahuan jurusan yang ingin dipilih agar dapat
menambah keyakinan pada pilihannya tersebut.
3. Terkait dengan locus of control eksternal disarankan bagi siswa untuk
mengurangi kepercayaan bahwa keberhasilan dan kegagalan ditentukan
oleh faktor kesempatan, keberuntungan, nasib dan mengurangi
ketergantungan kepada orang lain. Jika siswa dapat mengurangi
kepercayaan terhadap orang lain dan nasib dalam mempengaruhi
hidupnya, maka tingkat kesulitan dalam pengambilan keputusan karir
mereka akan semakin rendah.
81
DAFTAR PUSTAKA
Afzal, A., Atta, M., & Shujja, S. (2013). Emotional intelligence as predictor of
career decision making among university undergraduates. Journal of
Behavioural Sciences, 23(1), 119-131
Agheli, M., Abedi, R.M., Nilforooshan, P., & Baghban, I. (2013). Attachment
styles and career decision making styles in Universities of Isfahan
students. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in
Business, 5(6), 404-413
Ajzen, I. (2002). Perceived behavioral control, self efficacy, locus of control and
the theory of planned behavior. E-Journal of Applied Social Psychology.
32. 4. 665-683.
Albion, M,J, & Fogarty, G,J,. (2002). Factors influencing career decision
making in adolescents and adults. Journal of Career Assessment. 10 (1),
92-126
Al-Tarawneh, A,H. (2012). The main factors beyond decision making. Journal
of Management Research. 4, 1-6
Amir, T., & Gati, I. (2006). Facets of career decision-making difficulties. British
Journal of Guidance & Counselling, 34, 483-503.
Bandura, A. (1977). Self-efficacy: toward a unifying theory of behavioral
change. Psychological review, 84 (2), 191-192
Bandura, A. (1997). Self-efficacy in changing societies. Cambridge: Cambridge
university press.
Brown, D. (2002). The role of work and cultural values in occupational choice,
satisfaction, and success: a theoretical statement. Journal of Counseling
& Development,80, 48-56
Chartrand, J. M., Robbins, S. B., Morrill, W. H., & Boggs, K. (1990).
Development and validation of the career factors inventory. Journal of
Counseling Psychology, vol: 37(4), 491
Creed, P., Patton, W., & Prideaux, L. (2006). Causal relationship between career
indecision and career decision-making self-efficacy. Journal of Career
Development, 33, 47-65
Emmerling, R. J., & Cherniss, C. (2003). Emotional intelligence and career
choice process. Journal of Career Assessment.
82
Engler, B. (2009). Personality theories an introduction eighth edition. Boston
New York : Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company
Fabio, A. (2012). Emotional intelligence: New perspectives and applications.
Italy: InTech.
Fabio, A., & Kenny, M.E. (2011). Promoting emotional intelligence and career
decision making among Italian High School students. Journal of Career
Assessment, 19(1), 21-34
Fabio, A., & Palazzeschi, L. (2009). Emotional intelligence, personality traits a
and career decision difficulties. International Journal for Educational
and Vocational Guidance, 9(2), 135-146
Gati, I. (2009). From career decision-making styles to career decision-making
profiles:A multidimensional approach. Journal of Vocational
Behavior.76, 277–291.
Gati, I., & Saka, N. (2001). High school students' career-related decision-making
difficulties. Journal of Counseling & Development. 79, 75-84.
Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. (1996). A taxonomy of difficulties in career
decision making. Journal of Counseling Psychology. 43, 510-526.
Gati, I., Krausz, M., &Osipow, H.S. (1996). A Taxonomy of difficulties career
decision making. Journal of Counselling Psychology, 43(4) 510-526
Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting daripada
IQ. Terjemahan: Hermaya, T. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Harren, V. A. (1976). Tiedeman's Approach to Career Development. Career
Development Review, 25(7), 895-916.
Hussain, S., & Rafique, R. (2013). Parental expectation, career salience and
career decision making. Journal of Behavioural Sciences, 23(2), 62-76
Jones, L. K. (1989). Measuring a three-dimensional construct of career
indecision among college students: A revision of the Vocational Decision
Scale: The Career Decision Profile. Journal of Counseling Psychology,
36(4), 477-482.
Mau, W. C. (2000). Cultural differences in career decision-making styles and
self-efficacy. Journal of Vocational Behavior, 57(3), 365-378.
Mayer, D.J., Caruso., R.D., Salovey, P., & Sitarenios, G. (2001). Emotional
intelligence as a standard intelligence. Emotion, 1(3), 232-242
83
Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997). What is emotional intelligence? In P.
Salovey & D. Sluyter (Eds), Emotional development and emotional
intelligence: Implication for educators (pp. 3–34). New York: Basic
Books.
Morgan, T., & Ness, D. (2003). Career decision-making difficulties of first-year
students. The Canadian Journal of Career Development, 2(1), 33-39.
Mudhovozi,P., & Chireshe, R.(2012). Socio-demographic factors influencing
career decision-making among undergraduate psychology students in
south africa. 31 (2) 167-176.
Nawaz, S., & Gilani, N. (2011). Relationship of parental and peer attachment
bonds with career decisionmaking self-efficacy among adolescents and
postadolescents. Journal of Behavioural Sciences, 21(1), 33-47
Oluwole, A,.& Umar T, I,.(2013). Psychological predictors of career decision
among school-going adolescents in Katsina State,Nigeria. African
Journal for the Psychological Study of Social Issues, 16 (1).
Onder, C, F., Kirdok, O., & Isik, E.(2010).High school Student career decision
making pattren across parenting styles and parental attachment level.
Journal of Psychology Counselling and Guidance. 8(1.) 263-280.
Reddan, G. (2014). Improving Exercise Science students’ self-efficacy in
making positive career decisions. Australian Collaborative Education
Network Conference, Gold Coast, Australia.
Reisenzein, R. (2007). What is a definition of emotion? Are emotions mental
behavioral processes?. Social Science Information, 46(3).
Rotter, Julian B. 1966. Generalized Expectancies for Internal versus External
Control of Reinforcement. Psychological Monographs 80 (1): 1–28.
Salovey, P., & Mayer, D.J. (1990). Emotional Intelligence. Baywood Publishing
Co, Inc
Sandtrock, W,J. (2007). Adolescence, eleventh edition. Jakarta: Erlangga
Sawitri, Sawitri, D. R. (2009). Pengaruh status identitas dan efikasi diri
keputusan karir terhadap keraguan mengambil keputusan karir pada
mahasiswa tahun pertama di universitas diponegoro. Junal Psikologi
Undip
Super, D. E. (1990). A life-span, life-space approach to career development.
Annual review of Journal of Vocational Behavior.16,282-298
84
Super,D,.& Hall,S. (1978). Career development:exploration and planing.
Journal of Career Development. 29, 333-372.
Taylor,M,K.,&Betz,E,N.(1983). Applications of self-efficacy theory to the
understanding and treatment of career indecision. Journal of Vocational
Behavior.22, 63-81
Wang, Y., & Ruhe, G. (2007). The cognitive process of decision making.
International Journal of Cognitive Informatics and Natural Intelligence.
2, 73-85.
Wilson, L. (2000). The Relationship between parental attachment, career
decision making self efficacy, gender, race and career indecision.
Florida: The Florida State University
Wolfe, J. B., & Betz, N. E. (2004). The relationship of attachment variables to
career decision making self efficacy and fear of commitment. Career
Development Quarterly,52(4), 363–369
Wong, S.C., Wong, M.P .,& Law, S.K. (2004). Evidence on the practical utility
of wong’s emotional intelligence scale in chinese societies. Asia Pacific
Journal of Management, 1-2
Ye, Y. (2014). Role Of Career Decision-Making Self-Efficacy And Risk Of
Career Options On Career Decision-Making Of Chinese Graduates 1 , 2.
Psychological Reports. 2, 625-634.
85
LAMPIRAN
1. Lampiran Kuisioner
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Saya adalah mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini sedang melakukan penelitian yang merupakan
persyaratan untuk mencapai gelar sarjana psikologi. Penelitian ini berjudul “Pengaruh
Kecerdasan emosioal, efikasi diri dan locus of control terhadap kesulitan pegambilan karir
siswa kelas XII ”. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan Saudara/i untuk mengisi
kuesioner ini.
Dalam menjawab kuesioner ini tidak ada jawaban salah atau benar. Maka, Saudara/i bebas
menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing. Setiap jawaban yang
diberikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk penelitian ini saja.
Bacalah petunjuk terlebih dahulu. Setelah mengisi kuesioner ini, mohon diteliti kembali
jawaban Saudara/i agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 2016
Hormat saya,
Septian Abdul Rahman
Data responden
Inisial nama : ……………………………………………………..
Jenis kelamin : ……………………………………………………..
Usia : …………………………………………………….. .
Petunjuk pengisian
Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum
mengisi pernyataan-pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu, kemudian
berikan tanda checklist (√) pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan pernyataan.
Adapun pilihan kolom disamping kanan pernyataan sebagai berikut :
SS : Sangat sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak sesuai
86
STS : Sangat tidak sesuai
Contoh
Skala 1
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya tidak mempunya motivasi untuk
membuat keputusan penjurusan
sekarang
2. Saya memiliki hal yang lebih penting
dari pemilihan jurusan
3. Saya percaya akan memilih jurusan
yang tepat pada waktunya
4. Sulit bagi saya untuk membuat
keputusan pengambilan jurusan
5. Saya memerlukan pendapat orang yang
dipercaya dalam mengambil keputusan
jurusan
6. Saya biasanya takut akan kegagalan.
7. Saya suka melakukan sesuatu sesuai
dengan cara saya
8. Saya berharap jurusan yang dipilih
dapat memecahkan masalah saya.
9. Saya percaya hanya ada satu jurusan
yang cocok untuk saya
10. Saya berharap jurusan yang saya pilih
dapat memenuhi keinginan saya.
11. Saya percaya memilih jurusan
membutuhkan komitmen
12. Saya mematuhi perintah walaupun itu
bertentangan.
13. Saya tidak tahu langkah apa yang harus
saya ambil.
14. Saya tidak tahu faktor yang harus
dipertimbangakan untuk memutuskan
jurusan yang saya ambil
15. Saya sulit memilih jurusan karna belum
menemukan jurusan yang cocok dengan
potensi saya.
16. Saya tidak tahu jurusan apa yang
membuat saya tertarik
17. Saya belum yakin dengan pilihan
jurusan saya
87
18. Saya tidak punya cukup informasi
tentang kompetensi yang saya miliki.
19. Saya tidak tahu dengan kemampuan
dan kepribadian saya yang akan
muncul di masa depan.
20. Saya tidak memiliki informasi yang
cukup tentang berbagai jurusan yang
ada.
21. Saya tidak memiliki informasi yang
cukup mengenai karakteristik jurusan
yang menarik minat saya
22. Saya tidak tahu mengenai prospek ke
depan jurusan yang saya ambil
23. Saya tidak tahu bagaimana mencari
informasi tambahan pada diri saya
24. Saya tidak tahu bagaimana
mendapatkan informasi yang valid dan
terbaru mengenai jurusan yang saya
pilih.
25. Pilihan jurusan saya mudah berubah-
ubah.
26. Saya sulit menentukan keputusan karir
karena data saya tidak sesuai dengan
kemampuan saya.
27. Saya sulit menentukan keputusan karir
karena nilai saya tidak sesuai dengan
karakteristik jurusan yang saya ambil
Skala 2
No
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1
Saya mengetahui penyebab dari apa yang
saya rasakan
2
Saya memahami dengan baik tentang
perasaan sendiri
3
Saya benar-benar memahami apa yang
saya rasakan
4
Saya mengetahui apakah saya senang atau
tidak
5
Saya mengetahui emosi teman-
teman melalui perilaku yang mereka
munculkan
6
Saya pengamat yang baik dalam
mengamati emosi orang lain
7
Saya adalah seseorang yang peka
terhadap perasaan orang lain
8
Saya memiliki pemahaman yang baik
mengenai emosi orang disekitar saya
88
9 Saya menetapkan tujuan dan
mencoba yang terbaik untuk
mencapainya
10
Saya adalah orang yang berkompeten
11
Saya merupakan seseorang yang
memotivasi diri sendiri
12
Saya menyemangati diri sendiri untuk
menjadi yang terbaik
13
Saya mampu mengendalikan amarah
dan menangani kesulitan secara
rasional
14
Saya mampu mengendalikan emosi
15
Saya mudah menenangkan diri ketika
sangat marah
16
Saya dapat mengendalikan emosi dengan
baik
Skala 3
No. Pernyataan STY TY Y SY
1. Saya menggunakan internet untuk
menemukan informasi tentang
jurusan yang menarik.
2. Saya memilih satu dari beberapa
jurusan yang saya pertimbangkan
3. Saya membuat perencanaan tujuan
saya untuk lima tahun ke depan
4. Saya menentukan langkah yang harus
diambil saat mengalami masalah
akademis
5. Saya menilai secara akurat
kemampuan saya
6. Saya memilih satu jurusan dari daftar
jurusan yang saya pertimbangkan.
7. Saya menentukan langkah-langkah
yang diperlukan untuk berhasil
mendapatkan jurusan yang saya pilih
8. Saya tetap belajar secara konsisten
bahkan saat saya merasa frustasi
9. Saya menentukan jurusan yang ideal
10. Saya mencari jurusan favorit untuk
sepuluh tahun kedepan
11. Saya memilih jurusan karir yang
sesuai dengan gaya hidup saya
12. Saya menyiapkan daftar informasi
jurusan yang saya pilih
89
13. Saya akan merubah pilihan jurusan
jika tidak menyukai pilihan pertama
saya
14. Saya menentukan mata pelajaran apa
yang paling saya sukai
15. Saya mencari informasi rata-rata
pendapatan dalam suatu pekerjaan
yang sesuai dengan jurusan saya
16. Saya membuat keputusan karir
dengan tidak mengkhawatirkan benar
atau salah.
17. Saya mengubah jurusan jika tidak
puas dengan jurusan sekarang.
18. Saya mempersiapkan siap atau
tidaknya berkorban dalam mencapai
tujuan karir
19. Saya mendiskusikan dengan orang
yang memiliki jurusan yang sama
20. Memilih jurusan/karir yang sesuai
dengan minat.
21. Saya mengidentifikasi penjurusan,
dan universitas yang sesuai dengan
kemampuan saya.
22. Saya menentukan tipe gaya hidup
yang saya jalani
23. Saya mencari informasi mengenai
program S1
24. Saya mengatur jadwal tes seleksi
masuk perguruan tinggi.
25. Saya memilih beberapa jurusan
dengan peluang diterima atau mencari
alternatif lain
Skala
NO Pernyataan STS TS S SS
1 Ketidakberhasilan seseorang adalah
hasil dari kesalahan yang
diperbuatnya.
2 Pengalaman yang akan menentukan
keberhasilan seseorang
3 Kebanyakan hal buruk adalah hasil
dari kurangnya kemampuan,
kebodohan, kemalasan atau ketiganya.
4 Menjadi sukses merupakan masalah
kerja keras, keberuntungan
memainkan peran kecil atau bahkan
tidak sama sekali.
90
5 Ketika saya membuat rencana, saya
hampir yakin akan berjalan
dengan baik
6 Dalam kasus saya, mendapatkan apa
yang saya mau tidak ada
hubungannya dengan keberuntungan.
7 Orang yang gagal bukan karena tidak
beruntung
8 Ada hubungan langsung antara
seberapa keras saya belajar dan
nilai yang saya dapat
9 Sering saya merasa bahwa usaha saya
mempunyai pengaruh yang
kecil atas hal yang menimpa saya
10 Apa yang terjadi dengan saya
merupakan hasil perbuatan saya.
11
11 Banyak kejadian sedih yang dialami
orang adalah karena nasib
buruk.
12 Faktor keturunan memainkan peran
yang utama dalam menentukan
kepribadian seseorang
13 Mendapatkan pekerjaan yang bagus
tergantung pada situasi, waktu
dan tempat
14 Dunia ini diatur oleh sebagian orang
yang mempunyai kuasa, orang
kecil tidak bisa berbuat apa-apa.
15 Tidak selalu baik untuk merencanakan
sesuatu terlalu jauh karena
tergantung dengan situasi nantinya.
16 Sering kita mementukan sesuatu
dengan melempar koin
17 Terkadang saya merasa tujuan hidup
saya bergantung pada
Oranglain
18 Terkadang saya tidak mengerti
bagaimana guru memberi nilai
19 Mustahil bagi saya untuk
mempercayai bahwa kesempatan atau
keberuntungan memainkan peran
penting dalam hidup saya.
20 Terkadang saya merasa bahwa tidak
91
menpunyai cukup kuasa atas
tujuan hidup saya.
92
2. Lampiran syntax
kesulitan pengambilan keputusan karir
UJI VALIDITAS CDM
DA NI=34 NO=181 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11
ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21
ITEM22
ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM 26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30 ITEM31 ITEM32
ITEM33 ITEM34
PM SY FI=CDM.COR
MO NX=34 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
CDM
FR TD 24 23 TD 21 20 TD 10 8 TD 34 33 TD 24 17 TD 33 29 TD 22 21 TD 14 13 TD 30 4
TD 11 7 TD 31 13 TD 21 13
FR TD 32 31 TD 27 26 TD 4 1 TD 2 1 TD 29 20 TD 30 24 TD 30 29 TD 33 19 TD 24 21 TD
23 5 TD 23 7 TD 26 7 TD 9 5
FR TD 24 8 TD 17 15 TD 15 10 TD 17 16 TD 12 4 TD 5 4 TD 19 18 TD 15 1 TD 28 15 TD
14 11 TD 32 20 TD 10 5 TD 20 3
FR TD 28 25 TD 27 15 TD 6 2 TD 15 5 TD 15 4 TD 12 8 TD 11 8 TD 11 10 TD 8 7 TD 10 7
TD 28 11 TD 16 4 TD 31 11
FR TD 19 11 TD 26 11 TD 15 11 TD 18 11 TD 26 16 TD 16 13 TD 26 16 TD 21 16 TD 33 4
TD 16 8 TD 15 14 TD 29 13 TD 28 13
FR TD 28 23 TD 13 2 TD 13 7 TD 23 21 TD 16 15 TD 13 9 TD 10 2 TD 30 13 TD 20 12 TD
22 11 TD 20 11 TD 29 25 TD 18 10 TD 23 10 TD 24 9 TD 9 7 TD 28 9 TD 7 5 TD 26 25 TD
32 18 TD 25 18 TD 31 18 TD 18 12 TD 12 9 TD 9 4 TD 6 4 TD 27 7 TD 14 2 TD 18 1 TD
32 25 TD 32 29 TD 32 30 TD 29 3 TD 28 5 TD 31 3 TD 33 31 TD 34 31 TD 33 32 TD 23 11
TD 17 8 TD 34 25 TD 19 16 TD 23 4 TD 17 1 TD 30 2 TD 29 19 TD 32 24
FR TD 31 10 TD 33 16 TD 32 6 TD 32 10 TD 13 8 TD 34 11 TD 27 20 TD 27 8 TD 8 6 TD
29 7 TD 7 2 TD 31 30 TD 31 29 TD 31 26 TD 23 17 TD 30 16 TD 23 2 TD 15 7 TD 28 14
PD
OU TV SS MI IT=1000 AD=OFF XI
93
94
Self emotions appraisal
UJI VALIDITAS SEA
DA NI=4 NO=181 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=SEA.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SEA
FR TD 3 1 TD 2 1
PD
OU TV SS MI
95
Other emotions appraisal
UJI VALIDITAS OEA
DA NI=4 NO=181 MA=PM
LA
ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8
PM SY FI=OEA.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
OEA
FR TD 2 1 TD 4 2
PD
OU TV SS MI
96
Use emotions appraisal
UJI VALIDITAS UEO
DA NI=4 NO=181 MA=PM
LA
ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
PM SY FI=UEO.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD= SY
LK
UEO
FR TD 4 3
PD
OU TV SS MI
97
Regulation of emotions
UJI VALIDITAS ROE
DA NI=4 NO=181 MA=PM
LA
ITEM13 ITEM14 ITEM 15 ITEM16
PM SY FI=ROE.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
ROE
FR TD 4 2 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
98
Efikasi Diri
UJI VALIDITAS EFIKASI DIRI
DA NI=25 NO=181 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11
ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15
ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25
PM SY FI=EF.COR
MO NX=25 NK=1 LX=FR TD=SY AD=OFF
LK
EFIKASI DIRI
FR TD 5 4 TD 21 20 TD 11 10 TD 22 11 TD 23 3 TD 6 2 TD 17 16 TD 24 12 TD 24 18 TD
20 14 TD 5 1 TD 12 11 TD 11 4 TD 20 11 TD 20 17 TD 20 5 TD 8 3
FR TD 17 3 TD 17 6 TD 21 8 TD 7 5 TD 14 11 TD 24 14 TD 15 14 TD 23 12 TD 16 15 TD
16 8 TD 19 16 TD 22 20 TD 22 21 TD 22 1 TD 11 1 TD 6 1 TD 25 24
FR TD 20 13 TD 17 13 TD 25 20 TD 18 5 TD 23 4 TD 15 12 TD 25 2 TD 17 8 TD 23 9 TD
23 2 TD 24 7 TD 13 3 TD 17 11 TD 15 4 TD 12 9 TD 21 9 TD 19 4
FR TD 19 5 TD 16 11 TD 24 21 TD 21 18 TD 24 20 TD 8 2 TD 16 2 TD 13 7 TD 17 10 TD
10 8 TD 24 1 TD 22 18 TD 20 15 TD 17 15 TD 19 6 TD 14 5 TD 24 19 TD 14 6
FR TD 13 4 TD 24 16 TD 22 13 TD 23 21 TD 15 3 TD 22 8 TD 22 3 TD 22 19 TD 22 7 TD
11 3 TD 18 11 TD 18 10 TD 25 18 TD 19 15 TD 19 17 TD 20 19 TD 20 2 TD 5 2
FR TD 22 2 TD 21 2 TD 19 3 TD 4 3 TD 5 3
PD
OU TV SS MI
99
100
Locus of control Internal
UJI VALIDITAS LOCI
DA NI=10 NO=181 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
PM SY FI=LOCI.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
LOCI
FR TD 6 2 TD 4 3 TD 4 1 TD 10 8 TD 6 3 TD 6 5 TD 9 3
PD
OU TV SS MI
101
Locus of control eksternal
UJI VALIDITAS LOCE
DA NI=10 NO=181 MA=PM
LA
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20
PM SY FI=LOCE.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
LOCE
FR TD 7 6 TD 10 7 TD 9 8 TD 9 6 TD 5 1 TD 4 1 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
102
3. lampiran output spss
a. Tabel Descriptive statistics
Descriptive Statistics
Mean Minimum Maximum Std.
Deviation
N
CDM 50,000
0
26,93 76,40 9,65383 181
SEA 50,000
0
19,49 63,78 9,46130 181
OEA 50,000
0
28,83 65,80 9,25564 181
UEO 50,000
0
20,64 64,47 9,33432 181
ROE 50,000
0
24,18 68,05 9,57949 181
EFF 50,000
0
26,46 74,97 9,45944 181
LOCI 50,000
0
33,17 71,23 7,84572 181
LOC
E
50,000
0
25,94 77,82 8,60292 181
b. Model sumary analisis regresi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Standars Error of the
Estimate
1 ,525 ,275 ,246 8,38393
Predictors: (Constant), emosional intelegent, self emotions appraisal, others emotions
appraisal, use emotions others, regulation of emotions.
c. Tabel Anova
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regressio
n 4615,154 7 659,308 9,380 ,000b
Residual 12160,216 173 70,290
Total 16775,371 180
a. Dependent Variable: CDM
103
b. Predictors: (Constant), emosional intelegent, self emotions appraisal,
others emotions appraisal, use emotions others, regulation of emotion, internal,
eksternal.
d. Tabel koefisien regresi
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 70,641 10,586 6,673 ,000
SEA -,240 ,078 -,235 -,063 ,003
OEA ,027 ,074 ,026 ,368 ,713
UEO -,071 ,080 -,069 -,884 ,378
ROE -,015 ,071 -.015 -,217 ,829
EFF -,270 ,086 -,265 -3,150 ,002
LOCI -,077 ,094 -,063 -,821 ,413
LOCE -,233 ,078 ,208 2,977 ,003
a. Dependent Variable: Kesulitan pengambilan keputusan karir