121
PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN PERILAKU ETIS TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA MAKASSAR SKRIPSI Oleh IRMA FUJI ANINGRUM NIM 105731110616 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020

PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN PERILAKU ETIS TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN … · 2020. 11. 20. · Profesi akuntan publik di Indonesia merupakan sebuah profesi yang sangat dibutuhkan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN PERILAKU ETIS

    TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA MAKASSAR

    SKRIPSI

    Oleh

    IRMA FUJI ANINGRUM

    NIM 105731110616

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    MAKASSAR

    2020

  • PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN PERILAKU ETIS

    TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA MAKASSAR

    SKRIPSI

    Oleh

    IRMA FUJI ANINGRUM

    NIM 105731110616

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) Pada Jurusan

    Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

    Muhammadiyah Makassar

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    MAKASSAR

    2020

  • iii

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO HIDUP

    “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”

    (Q.S Al-Baqarah: 286)

    “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya

    bersama kesulitan ada kemudahan”

    (Q.S Asy-Syarh: 5-6)

    PERSEMBAHAN

    Karya Ilmiah ini kupersembahkan untuk:

    Ayah dan ibu tercinta Naskah Ashari dan Sri Nursyamsiah yang tidak pernah

    lelah mendoakan kebaikan dan memberi banyak pelajaran hidup.

    Saudara/saudari tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat. Serta

    sahabat dan teman-teman yang telah memberi banyak inspirasi.

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

    rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Sholawat

    dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta

    para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada

    ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Persesi Profesi Dan

    Perilaku Etis Terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik Pada Kantor Akuntan

    Publik Kota Makassar”.

    Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

    menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Teristimewah dan terutama penulis sampaikan ucapan terimakasih

    kepada kedua orang tua penulis bapak Naskah Ashari dan ibu Sri Nursyamsiah

    yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa

    tulus tanpa pamrih, saudara/saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan

    memberikan semangat hingga akhir studi ini, serta seluruh keluarga besar atas

    segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan untuk

    keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka

    berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia

    dan akhirat.

  • viii

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

    tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula

    penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih banyak disampaikan

    dengan hormat kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP, selaku Ketua Program

    Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Ibu Dr. Muchriana Muchran, SE.,M.Si.Ak.CA, selaku Pembimbing I yang

    senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis

    sehingga skripsi selesai dengan baik.

    5. Ibu Rini Sulistiyanti, SE.,M.Ak, selaku pembimbing II yang telah berkenan

    membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

    6. Bapak/Ibu asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dalam menuangkan ilmunya

    kepada penulis selama mengikuti kuliah.

    7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

    Akuntansi Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit

    bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

  • ix

    9. Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa penulis tulis satu

    persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan

    dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih

    sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya

    para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

    kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

    Semoga Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb.

    Makassar, 24 Oktober 2020

    Irma Fuji Aningrum

  • x

    ABSTRAK

    Irma Fuji Aningrum, 2020. Pengaruh Persepsi Profesi Dan Perilaku

    Etis Terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik Pada Kantor Akuntan Publik Kota Makassar, Skripsi Program Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Muchriana Muchran dan Pembimbing II Rini Sulistiyanti.

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh persepsi profesi dan perilaku etis terhadap komitmen profesi akuntan publik. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik Kota Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di kantor akuntan publik kota Makassar yang terdiri dari 10 KAP dengan 50 responden, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh akuntan publik yang bersedia mengisi kuesioner yang telah disebar pada masing-masing kantor akuntan publik yang terdiri dari 7 KAP dengan responden sebanyak 35 orang.

    Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer. Teknik pengumpulan data

    dilakukan dengan cara menyebar kuesioner secara langsung pada masing-masing kantor akuntan publik. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan bantuan SPSS versi 22.

    Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa persepsi profesi tidak berpengaruh signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. Sedangkan, perilaku etis berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. Secara simultan persepsi profesi dan perilaku etis berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik.

    Kata Kunci: Persepsi profesi, Perilaku Etis, Komitmen Profesi Akuntan Publik

  • xi

    ABSTRACT

    Irma Fuji Aningrum, 2020. The Influence Profession of Perceptions and Ethical Behavior on the Commitment of the Public Accountant Professional at the Makassar City Public Accountant Office, Thesis of Accounting Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Muchriana Muchran and Supervisor II Rini Sulistiyanti.

    This study aims to examine the effect profession of perceptions and ethical behavior on the commitment of the public accounting profession. This type of research used in this research is explanatory research with a quantitative approach. This research was conducted at the Makassar City Public Accountant Office. The population in this study were public accountants who worked in public accounting firms in Makassar, which consisted of 10 KAPs with 50 respondents, while the sample in this study were all public accountants who were willing to fill out a questionnaire that had been distributed to each public accounting firm consisting of 7 KAP with 35 respondents.

    The sample selection method in this study was purposive sampling. The data used are primary data. The data collection technique was carried out by distributing questionnaires directly to each public accounting firm. The analysis technique used is multiple linear regression analysis with the help of SPSS version 22.

    The results obtained indicate that the perception of the profession does not have a significant effect on the commitment of the public accounting profession. Meanwhile, ethical behavior has a positive and significant effect on the commitment of the public accounting profession. Simultaneously, perception of profession and ethical behavior have a positive and significant effect on the commitment of the public accounting profession.

    Keywords: perception of the profession, ethical behavior, commitment public accounting profession

  • xii

    DAFTAR ISI

    SAMPUL ................................................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... iii

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... v

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI......................................................... vi

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

    ABSTRAK ................................................................................................................ x

    ABSTRACT ............................................................................................................. xi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 7

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 7

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 10

    A. Tinjauan Teori ..................................................................................................... 10

    1. Teori Atribusi /Attribution Theory ................................................................ 10

    2. Definisi Persepsi dan Profesi ...................................................................... 11

    3. Perilaku Etis ................................................................................................. 14

    4. Komitmen Profesi Akuntan Publik .............................................................. 16

    B. Tinjauan Empiris ................................................................................................. 22

  • xiii

    C. Kerangka Konseptual ......................................................................................... 27

    D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................ 31

    BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 35

    A. Jenis Penelitian ................................................................................................... 35

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 35

    C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran................................................ 36

    D. Populasi dan Sampel .......................................................................................... 39

    E. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 41

    F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 41

    G. Teknik Analisis .................................................................................................... 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 50

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................... 50

    B. Deskripsi Data ..................................................................................................... 53

    C. Statistik Deskriptif................................................................................................ 53

    D. Uji Kualitas Data .................................................................................................. 58

    E. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................. 60

    F. Uji Hipotesis ......................................................................................................... 64

    G. Pembahasan ....................................................................................................... 69

    BAB V PENUTUP .................................................................................................. 74

    A. Kesimpulan Penelitian ........................................................................................ 74

    B. Saran .................................................................................................................... 75

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 76

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. 79

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 22

    Tabel 3. 1 Indikator Penelitian Variabel Persepsi Profesi (X1)............................... 36

    Tabel 3.2 Indikator Penelitian Variabel Perilaku Etis (X2) ...................................... 37

    Tabel 3.3 Indikator Penelitian Variabel Komitmen Profesi Akuntan Publik (Y) ..... 39

    Tabel 3.4 Kriteria Penentuan Sampel ....................................................................... 40

    Tabel 3.5 Daftar KAP dan Jumlah Responden ........................................................ 41

    Tabel 4. 1 Daftar KAP Yang Menjadi Objek Penelitian ........................................... 52

    Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan Umur ............................... 53

    Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................. 54

    Tabel 4. 4 Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 55

    Tabel 4. 5 Statistik Deskriptif Berdasarkan Jabatan ............................................... 55

    Tabel 4. 6 Statistik Deskriptif Berdasarkan Lama Bekerja...................................... 56

    Tabel 4. 7 Statistik Deskriptif Variabel ...................................................................... 57

    Tabel 4. 8 Hasil Uji Validitas ...................................................................................... 58

    Tabel 4. 9 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................. 59

    Tabel 4. 10 Hasil Uji Normalitas ................................................................................ 61

    Tabel 4. 11 Hasil Uji Glejser (Uji Heteroskedastisitas) ........................................... 63

    Tabel 4. 12 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................................... 64

    Tabel 4. 13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................. 65

    Tabel 4. 14 Hasil Uji Parsial (Uji T) ........................................................................... 66

    Tabel 4. 15 Hasil Uji F ................................................................................................ 67

    Tabel 4. 16 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda ......................................... 68

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian ............................................................................. 28

    Gambar 2. 2 Kerangka Pikir ...................................................................................... 31

    Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) ............................ 51

    Gambar 4. 2 Grafik P-Plot (Uji Normalitas) .............................................................. 60

    Gambar 4. 3 Grafik Scatterplot (Uji Heteroskedastisitas) ....................................... 62

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Profesi akuntan publik di Indonesia merupakan sebuah profesi

    yang sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan profesi akuntan publik (auditor)

    berperan penting dalam proses pemeriksaan laporan keuangan sebuah

    entitas/perusahaan. Audit laporan keuangan baik itu dari perusahaan publik

    maupun perusahaan besar lainnya telah menjadi tanggungjawab akuntan

    publik (auditor) independen yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP).

    Kantor akuntan publik (KAP) dapat diartikan sebagai suatu tempat bagi

    akuntan publik (auditor) untuk menawarkan jasa kepada masyarakat yang

    berdiri sebagai sebuah badan yang telah memperoleh izin usaha dari

    menteri keuangan.

    Izin praktik yang diperoleh akuntan publik berhubungan dengan

    semakin dibutuhkannya kualitas laporan keuangan. Proses audit atas

    laporan keuangan oleh akuntan publik yang terjadi di Indonesia semakin

    meningkat sejalan dengan semakin maraknya pengembangan usaha dan

    dunia permodalan (pasar modal), di mana untuk kemajuan usaha tersebut

    sebuah entitas membutuhkan laporan keuangan setelah audit (terjamin

    kualitasnya/ telah disajikan secara wajar) yang kemudian akan diperlihatkan

    kepada pihak-pihak berkepentingan. Dalam melakukan pekerjaan tersebut

    seorang akuntan dituntut untuk bersikap adil dan tidak berpihak kepada

    siapapun karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen

  • 2

    pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai

    kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan

    arus kas serta bertanggungjawab atas opini (pendapat) yang diberikan

    (Agoes, 2017:2).

    Opini atau pendapat yang diberikan oleh para akuntan publik

    terkait laporan keuangan harus sesuai dengan standar profesional dan

    berlandaskan kode etik akuntan publik (Agoes, 2017: 84). Saat ini profesi

    akuntan publik (auditor) tengah menghadapi banyak dilema etika dalam

    setiap perjalanan karir bisnis mereka. Masalah tersebut juga tidak terlepas

    dari sebuah kata “Profesional”. Besarnya tingkat profesionalitas,

    pengetahuan (kompetensi), dan komitmen atas profesi yang dijalankan

    dapat menentukan hasil akhir atau tingkat kinerja dari sebuah proses

    pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik (auditor). Keterlibatan

    seseorang dalam pekerjaan atau sebuah profesi dapat mengidentifikasi ciri

    khas dan atau kualitas diri seseorang sebagai bentuk loyalitas atau

    komitmen terhadap pekerjaannya. Besarnya komitmen seseorang terhadap

    profesi yang digeluti dapat dilihat dari seberapa profesionalnya seseorang

    dalam menjalankan tugas yang dibebankan yang pada akhirnya akan

    menentukan kualitas pribadi seseorang.

    Kualitas pribadi yang dimiliki seseorang sangat penting bagi

    profesinya, jika dulu kita ketahui bahwa untuk mencapai suatu profesi

    tertentu minimal harus memiliki pendidikan dengan latar belakang yang

    sesuai dengan bidang yang akan digeluti, pendidikan profesi yang lebih

    lanjut, serta keahlian yang memadai terhadap profesi yang akan dijalankan,

    maka hal itu berbeda dengan keadaan saat ini. Berdasarkan Undang-

  • 3

    Undangan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik yang ada pada

    pasal 6 huruf (a) menyatakan bahwa profesi akuntan publik tidak hanya

    dapat dijalankan oleh seseorang dengan latar belakang pendidikan

    akuntansi dan atau auditing, karena sarjana non akuntansipun dapat

    bersaing untuk menjadi akuntan publik.

    Berdasarkan peraturan tersebut maka seiring berjalannya waktu

    peningkatan persaingan membuat para akuntan publik menjadi lebih sulit

    untuk tetap menjalankan kode etik dan berperilaku secara profesional.

    Meningkatnya persaingan membuat banyak akuntan publik untuk lebih

    mempertahankan klien dan laba yang besar. Beberapa fenomena yang

    melibatkan kantor akuntan publik telah banyak diliput pada media online, dan

    salah satunya adalah CNBC INDONESIA. COM. Berdasarkan catatan CNBC

    Indonesia beberapa kantor akuntan publik ternama Indonesia telah

    melakukan kasus tidak terpuji, dua diantaranya bahkan terbukti melanggar

    ketentuan yang berlaku. Adapun kantor akuntan publik (KAP) yang dimaksud

    adalah Kantor Akuntan Publik Purwanto, Sungkoro, dan Surja yang

    merupakan member dari Erns and Young Global Limited/EY. Kantor akuntan

    publik ini terbukti melanggar Undang-Undang pasar modal dan kode etik

    profesi akuntan publik dalam kasus penggelembungan pendapatan senilai

    613 Miliar untuk laporan keuangan tahunan (LKT) PT. Hanson International

    Tbk periode 2016.

    Tidak hanya Kantor Akuntan Publik Purwanto, Sungkoro, dan

    Surja, menteri keuangan melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan

    (P2PK) juga mengenakan sanksi berupa pembekuan izin kepada Akuntan

    Publik (AP) Kasner Sirumpea selama satu tahun dan sanksi berupa perintah

  • 4

    tertulis untuk melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur kepada Kantor

    Akuntan Publik Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan rekan atas

    kesalahan penyajian laporan keuangan tahunan 2018 dari PT. Garuda

    Indonesia Tbk (GIAA) terkait dengan perjanjian kerja sama penyediaan

    layanan konektivitas dengan PT. Mahata Aero Teknologi.

    Selain dari semakin meningkatnya persaingan bisnis antar

    akuntan publik, perbedaan kepentingan antara akuntan publik dengan

    seorang klien juga mendorong munculnya pelanggaran kode etik. Adanya

    perbedaan kepentingan dan persepsi antara pengguna jasa (klien) dengan

    akuntan publik menjadi dasar munculnya perilaku yang dapat melanggar

    kode etik akuntan publik. Pada dasarnya akuntan publik selalu dihadapkan

    pada kebutuhan untuk memilih yang akan mendatangkan akibat baik bagi

    mereka sendiri maupun pihak lainnya. Seringkali dilema etika muncul

    sebagai akibat dari adanya pilihan yang baik bagi satu pihak namun tidak

    baik bagi pihak lain.

    Bagi seorang klien atau pengguna jasa akuntan publik terkadang

    tingkat profesionalitas dan kejujuran tidak diperlukan karena tidak sejalan

    dengan kebutuhan atau keinginan pihak yang ingin berlaku curang. Namun

    beda halnya dengan seseorang yang berprofesi sebagai akuntan publik,

    tanpa sikap profesional dan kejujuran maka sama halnya bahwa akuntan

    publik (auditor) telah melanggar kode etik profesinya. Persepsi profesi dapat

    disebut sebagai pengetahuan (pemahaman) seseorang terhadap suatu

    pekerjaan (profesi) yang sedang ditekuni. Pengetahuan (pemahaman)

    tersebut berkaitan dengan pandangan masing-masing akuntan publik, di

  • 5

    mana setiap akuntan publik tentunya memiliki pandangan yang berbeda-

    beda dengan profesi yang sama.

    Persepsi profesi atau pengetahuan seseorang terhadap suatu

    bidang pekerjaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal,

    sehingga seseorang dapat berpersepsi positif maupun negatif, yang

    kemudian akan berpengaruh terhadap tingkat komitmen. Persepsi atas

    profesi yang ditunjukkan oleh seorang akuntan publik merujuk pada teori

    atribusi (Attribution Theory) yang menyatakan bahwa atribusi merupakan inti

    dari proses persepsi manusia, di mana proses persepsi tersebut akan

    dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri dan lingkungan sekitarnya. Jika

    persepsi yang baik (positif) dimiliki oleh seorang akuntan publik mengenai

    profesinya, maka akuntan publik akan melakukan pekerjaan berdasarkan

    kode etik yang berlaku dan tetap menganggap bahwa profesi yang ditekuni

    adalah profesi yang sangat dibutuhkan dan memerlukan perilaku etis,

    profesionalitas, integritas, dan independensi, sehingga akuntan publik akan

    berupaya menghindari perilaku non etis dan lebih berkomitmen untuk

    berperilaku terhormat bahkan jika mungkin akan mengesampingkan

    kepentingan pribadi. Namun jika persepsi negatif dimiliki oleh seorang

    akuntan publik maka akan terjadi pelanggaran kode etik.

    Etika profesi merupakan topik yang menyita banyak perhatian.

    Perhatian ini merupakan indikasi yang memiliki arti penting perilaku beretika

    dalam masyarakat. Perilaku etis yang ditunjukkan oleh seorang akuntan

    publik merujuk pada teori atribusi (Attribution Theory). Teori atribusi

    (Attribution Theory) menjelaskan tentang perilaku manusia, di mana perilaku

    yang ditunjukkan dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri

  • 6

    seorang individu yang mengacu pada aspek individual dan faktor eksternal

    yang berasal dari lingkungannya. Etika profesi dapat berupa standar sikap

    para anggota profesi yang dibuat sebagaimana mestinya, lebih praktis, dan

    tetap idealistis. Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku etis dan

    profesionalitas yang tinggi pada profesi akuntan publik adalah kebutuhan

    akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indraswati dan Munandar

    (2018) dalam tinjauan empiris menyatakan bahwa persepsi profesi memiliki

    pengaruh positif yang signifikan terhadap komitmen profesi akuntan. Akan

    tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2017) dengan objek yang

    sama menyatakan bahwa persepsi profesi berpengaruh positif terhadap

    komitmen profesi akuntan, namun tidak signifikan.

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik

    untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi Profesi dan

    Perilaku Etis Terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik Pada Kantor

    Akuntan Publik Kota Makassar)”. Penelitian dengan tema yang sama juga

    telah dilakukan oleh Indraswati dan Munandar (2018). Perbedaan penelitian

    ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak pada salah satu

    variabel X dan tempat penelitian. Di mana pada penelitian sebelumnya

    variabel X1 adalah persepsi profesi, variabel X2 adalah kesadaran etis,

    sedangkan pada penelitian ini variabel X1 adalah persepsi profesi dan

    variabel X2 adalah perilaku etis.

  • 7

    B. Perumusan Masalah

    Pelanggaran kode etik oleh seorang akuntan publik telah menjadi

    bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Adanya perbedaan

    kepentingan telah memicu munculnya masalah-masalah yang membuat

    semakin melemahnya tingkat profesionalitas, integritas, dan independensi

    yang dimiliki akuntan publik. Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Apakah persepsi profesi berpengaruh signifikan terhadap komitmen

    profesi akuntan publik?

    2. Apakah perilaku etis berpengaruh signifikan terhadap komitmen profesi

    akuntan publik?

    3. Apakah persepsi profesi dan perilaku etis secara bersama-sama

    (simultan) berpengaruh signifikan terhadap komitmen profesi akuntan

    publik?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang akan akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui apakah persepsi profesi memiliki pengaruh signifikan

    terhadap komitmen profesi akuntan publik.

    2. Untuk mengetahui apakah perilaku etis memiliki pengaruh signifikan

    terhadap komitmen profesi akuntan publik.

    3. Untuk mengetahui apakah persepsi profesi dan perilaku etis secara

    bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap komitmen

    profesi akuntan publik?

  • 8

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan

    mengembangkan pengetahuan mengenai komitmen profesi yang

    dikaitkan dengan persepsi dan perilaku etis sumber daya manusia serta

    melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai komitmen profesi

    akuntan publik, sehingga penelitian ini dapat menjadi referensi bagi

    peneliti selanjutnya yang mengadakan kajian lebih lanjut dalam objek

    yang sama.

    2. Manfaat praktis

    a. Bagi Lembaga Pendidikan

    Penelitian ini dimaksudkan dapat menjadi tambahan referensi

    bagi lembaga pendidikan khususnya program studi akuntansi yang

    dapat dipergunakan sebagai acuan atau landasan dalam pengambilan

    data maupun informasi oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah

    Makassar dalam proses belajar.

    b. Bagi instansi

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi

    Kantor Akuntan Publik (KAP) agar dapat menaungi para anggota

    akuntan publik (Auditor) dan tetap berpedoman pada kode etik, serta

    berupaya menghindari perilaku non etis yang akan merusak citra diri,

    organisasi, dan profesi yang ditekuni.

    c. Masyarakat Umum

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    bagi masyarakat mengenai perilaku akuntan publik (auditor) sehingga

  • 9

    dapat meningkatkan kepercayaan terhadap kualitas pribadi akuntan

    publik.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori

    1. Teori Atribusi /Attribution Theory

    Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori atribusi. Teori

    atribusi (Attribution Theory) pertama kali dikemukakan pada tahun 1958

    oleh Fritz Heider. Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan

    tentang perilaku manusia. Teori atribusi mengemukakan bahwa perilaku

    yang ditunjukkan oleh seorang individu dipengaruhi oleh faktor internal

    dan faktor eksternal. Teori atribusi menekankan pada bagaimana seorang

    individu menafsirkan berbagai macam peristiwa (kejadian) dan

    bagaimana hal ini berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka

    (Suartana, 2010:181).

    Atribusi internal (dispositional attribution) dan atribusi eksternal

    (situational attribution) merupakan dasar teori atribusi yang menjelaskan

    penyebab perilaku seorang individu. Persepsi diri (kepribadian, sikap, dan

    karakter), motivasi, kemampuan/keahlian, dan usaha merupakan faktor-

    faktor yang mendasari perilaku seorang individu yang berasal dari dalam

    diri dan faktor inilah yang disebut dengan dispositional attribution.

    Sedangkan keadaan/kondisi sosial seperti lingkungan pekerjaan dengan

    tekanan atau tanpa tekanan, dan pandangan masyarakat merupakan

  • 11

    faktor yang mendasari perilaku seorang individu yang berasal dari luar diri

    (lingkungan) dan faktor inilah yang disebut dengan situational attribution

    (Gordon dan Graham, 2006).

    2. Definisi Persepsi dan Profesi

    a. Persepsi

    Persepsi merupakan sebuah proses untuk menangkap

    atau memahami berbagai informasi yang ada di lingkungannya

    melalui panca indra, baik itu penglihatan, pendengaran, penghayatan,

    perasaan, maupun penciuman yang dialami oleh setiap individu

    (Wirawan, 2013: 751). Pandangan tersebut dapat berarti penting jika

    informasi yang didapatkan melalui panca indra dikumpul,

    diidentifikasi, dan disimpulkan yang kemudian akan membentuk

    sebuah persepsi .

    Persepsi adalah proses untuk menerjemahkan atau

    menginterpretasikan stimulus yang masuk dalam alat indra (Arif. et al,

    2020: 62). Setiap manusia yang ada di bumi tentu memiliki persepsi

    yang berbeda tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan, hal ini

    menentukan tindakan apa yang akan dilakukan seseorang baik itu

    untuk diri sendiri maupun orang yang ada disekitarnya.

    Selain itu, persepsi juga didefinisikan sebagai suatu proses

    yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan

    kesan-kesan indra seseorang agar memberikan makna bagi

    lingkungan orang tersebut (Zusmiati, 2016: 13).

    Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat

    disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses mengidentifikasi dan

  • 12

    menerjemahkan berbagai informasi yang ada dilingkungan melalui

    panca indra yang dimiliki baik itu penglihatan, pendengaran,

    penciuman, penghayatan, dan perasaan agar dapat meninggalkan

    makna. Persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang tentang suatu

    objek tertentu dapat berbeda karena dipengaruhi oleh beberapa

    faktor (Thoha, 2014: 154). Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya

    sebagai berikut:

    Faktor internal: Perasaan, sikap, dan kepribadian individu,

    prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses

    belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan,

    minat, dan motivasi.

    Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang

    diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas,

    ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan

    familiar atau ketidakasingan suatu objek.

    b. Profesi

    Istilah profesi merupakan turunan dari bahasa inggris yaitu

    “profession” yang berarti pekerjaan (Wajdi dan Lubis, 2019:

    17).Tenaga ahli atau orang yang ahli dalam menjalankan profesi

    dapat disebut sebagai tenaga profesional. Keterampilan, kejujuran,

    dan lain sebagainya merupakan prinsip dasar profesi dalam setiap

    bidang pekerjaan. Sedangkan menurut Habeyb dalam Mardani

    (2017: 87), profesi adalah pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai

    mata pencaharian tetap.

  • 13

    Prinsip profesi berdasarkan kemampuannya terbagi

    menjadi tiga ciri, yaitu: (1) suatu bidang terpelajar dari ilmu

    pengetahuan yang meliputi perangkat dan teknik yang akan

    diaplikasikan ketika memberi pelayanan kemanusiaan, (2) suatu

    standar keberhasilan yang diukur dengan pelaksanaan dalam

    melayani kepentingan masyarakat lebih dari kepentingan pribadinya,

    (3) memiliki sistem pengawasan atas pekerjaan praktisi dan

    pendidikan dari mereka melalui sarana asosiasi dan kode etik (Wajdi

    dan lubis, 2019: 18).

    Berdasarkan definisi dari persepsi dan profesi diatas maka

    dapat disimpulkan bahwa persepsi profesi adalah pengetahuan

    (pemahaman) seorang individu atas profesi (pekerjaan) yang sedang

    dijalankan. pengetahuan (pemahaman) tersebut berkaitan dengan

    pandangan masing-masing akuntan publik, di mana setiap akuntan publik

    tentunya memiliki pandangan yang berbeda. Jika persepsi yang baik

    (positif) dimiliki oleh seorang akuntan publik mengenai profesinya, maka

    akuntan publik akan melakukan pekerjaan berdasarkan kode etik dan

    standar etika yang berlaku dan tetap menganggap bahwa profesi yang

    ditekuni adalah profesi yang sangat dibutuhkan dan memerlukan perilaku

    etis, profesionalitas, integritas, dan independensi, sehingga akuntan

    publik akan berupaya menghindari perilaku non etis dan lebih

    berkomitmen untuk berperilaku terhormat bahkan jika mungkin akan

    mengesampingkan kepentingan pribadi. Namun jika persepsi negatif

    dimiliki oleh seorang akuntan publik maka akan terjadi pelanggaran kode

    etik (Herawati: 2015).

  • 14

    3. Perilaku Etis

    Perilaku merupakan serangkaian gabungan gerakan, tindakan

    nyata atau kegiatan yang dilakukan seorang individu seperti bekerja,

    proses berpikir, dan lain sebagainya (Chaplin, 2014:27). Penilaian

    perilaku etis atau tidak setiap individu dapat diukur berdasarkan aturan

    atau norma yang berlaku umum dalam masyarakat. Kata etis adalah kata

    yang selalu berhubungan dengan etika, prinsip dan moral yang dimiliki

    oleh seseorang, di mana prinsip dan moral yang dimaksud sesuai dengan

    aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

    Perilaku individu terkait dengan segala sesuatu yang

    berhubungan dengan bagaimana seorang karyawan berpikir dan

    bertindak baik dalam tingkatan pribadi, kelompok, maupun dalam sebuah

    organisasi (Amir, 2017: 16). Perilaku secara umum dipengaruhi oleh

    beberapa aspek utama, yaitu sebagai berikut:

    Motivasi (motivation), motivasi yang dimaksud berkaitan dengan

    kekuatan pada diri seseorang yang mempengaruhi arah dan

    keinginan seseorang. Motivasi akan kebutuhan yang besar akan

    mendorong munculnya perilaku seseorang untuk memenuhi

    kebutuhan tersebut (Amir, 2017: 17).

    Kemampuan (ability), kemampuan yang dimaksud berkaitan

    dengan bakat alamiah dan kapabilitas (kecakapan dan

    pengetahuan) yang dikembangkan (Amir, 2017: 17).

    Persepsi peran (role perceptions) merupakan sejauh mana orang

    memahami tugas atau peran yang diberikan padanya dan

    diharapkan untuk dilakukan (Amir, 2017: 18).

  • 15

    Faktor situasional (situational factors) menunjukkan bahwa

    individu dapat melakukan perilaku yang berbeda tergantung situasi

    yang dialami. Situasi tersebut terkadang ada yang dapat

    dikontrolnya, seperti hal-hal yang terjadi didalam organisasi, dan

    ada pula situasi yang tidak dapat dikontrolnya, seperti hal-hal yang

    terjadi di luar organisasi namun mempunyai pengaruh terhadap

    organisasi (Amir, 2017: 18).

    Perilaku manusia yang benar dan salah mengarah pada tingkat

    moralitas. Nama lain untuk etika adalah moralitas yang berasal dari

    bahasa Latin yaitu “mores” yang berarti kebiasaan, adat istiadat, dan cara

    hidup. Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti

    karakter, sikap dan cara berpikir ( Agoes dan Ardana, 2017: 26).

    Definisi yang sama mengenai moral atau moralitas yang

    merupakan kualitas perilaku seorang individu dalam arti baik atau buruk,

    dan benar atau salah juga disampaikan oleh (Mardani, 2017: 35). Pada

    prinsipnya etika dan moral merupakan pedoman, penuntun, dan alat

    kontrol untuk mengatur kehidupan individu, di mana etika berhubungan

    dengan tindakan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain.

    Dari uraian di atas, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal

    berikut (Agoes dan Ardana, 2017: 27):

    Etika sebagai praksis; sama dengan moral atau moralitas yang

    berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang

    berlaku dalam kelompok atau masyarakat.

    Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian

    moral. Etika sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf

  • 16

    ilmiah bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut bersifat

    kritis dan sistematis. Dalam taraf ini ilmu etika dapat saja mencoba

    merumuskan suatu teori, konsep, atau prinsip-prinsip tentang

    perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik, mengapa

    perilaku tersebut dianggap baik atau tidak baik, mengapa menjadi

    baik itu sangat bermanfaat, dan sebagainya.

    Berdasarkan definisi dan penjabaran diatas maka dapat

    disimpulkan bahwa perilaku etis adalah tindakan atau perbuatan

    benar/baik, adil, jujur, dan sebagainya yang dilakukan oleh seorang di

    individu secara sadar yang sesuai dengan etika, aturan atau norma-

    norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi, tindakan profesional,

    integritas, objektivitas, dan kerahasiaan, yang menjadi kode etik akuntan

    publik yang jika dilakukan dengan baik juga termasuk bentuk perilaku etis

    yang dilakukan individu sebagai akuntan publik (auditor) yang memberi

    jasa kepada masyarakat (Putri et.al, 2013:142).

    4. Komitmen Profesi Akuntan Publik

    a. Konsep komitmen

    Komitmen merupakan janji kepada diri sendiri untuk

    menerapkan nilai-nilai etis termasuk didalamnya profesionalitas,

    integritas, obyektivitas yang kemudian dilaksanakan dengan sepenuh

    hati dan atau tanpa paksaan dari pihak manapun (Faisal dalam

    Gustini, 2016: 63). Dengan tingkat komitmen yang tinggi maka

    akuntan publik akan bertindak sesuai dengan etika dan aturan-aturan

    yang berlaku, dan tetap mengedepankan kepentingan publik.

  • 17

    Komitmen profesi dapat diartikan sebagai tingkat loyalitas

    seseorang terhadap bidang pekerjaanya dan berusaha menjalin

    hubungan baik dengan rekan kerja, masyarakat dan klien (Susilowati

    et al, 2017:25). Bagi akuntan publik (auditor) kualitas pribadi

    (profesional) merupakan tolak ukur keyakinan seorang klien atau

    masyarakat, rekan kerja, maupun organisasi.

    Selain definisi diatas, komitmen profesi akuntan juga

    diartikan sebagai kemauan/keinginan seorang individu (akuntan)

    untuk patuh terhadap standar profesi secara sukarela atau tanpa

    paksaan dari pihak manapun (Tandiontong, 2013: 5). Adapun standar

    profesi yang dimaksud meliputi standar auditing, akuntabilitas, dan

    etika profesi. Standar auditing menurut PSA No.01 (SA Seksi 150)

    berkaitan dengan kualitas profesional auditor dan pertimbangan yang

    digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.

    Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh

    Institut Akuntan Publik Indonesia (150.1–150.2) terdiri atas sepuluh

    standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar (Agoes,

    2017: 57), yaitu:

    Standar umum

    a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang

    memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai

    auditor.

    b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

    independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh

    auditor.

  • 18

    c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,

    auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya

    dengan cermat dan saksama.

    Standar pekerjaan lapangan

    a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika

    digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya.

    b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus

    diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,

    saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

    c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

    inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan

    konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan

    pendapat atas laporan keuangan yang di audit.

    Standar pelaporan

    a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan

    keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi

    yang berlaku umum di Indonesia.

    b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika

    ada, ketidak konsistenan penerapan standar akuntansi

    dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan

    dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut

    dalam periode sebelumnya.

    c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus

    dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan

    auditor.

  • 19

    d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat

    mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu

    asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

    Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,

    maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor

    dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor

    harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan

    audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung

    jawab yang dipikul oleh auditor (IAPI, 2011: 150.1 dan

    150.2).

    b. Prinsip Etika IAI

    Kepercayaan dari masyarakat merupakan kunci dari citra

    bagi profesi akuntan, dan kepercayaan itu sendiri muncul dari

    besarnya pemahaman, dan tingkat kualitas jasa yang sesuai dengan

    kode etik akuntan itu sendiri. Struktur kode etik Ikatan Akuntan

    Indonesia (IAI) terdiri dari prinsip etika, aturan etika, interpretasi

    aturan etika, dan tanya jawab etika (Agoes, 2017: 159).

    Prinsip etika IAI menurut Agoes dan Ardana(2017: 160-163),

    yaitu sebagai berikut:

    Tanggung jawab profesi

    Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai

    profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan

    pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan

    yang dilakukannya.

  • 20

    Kepentingan publik

    Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa

    bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,

    menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen

    atas profesionalisme. Kepentingan publik menyiratkan: (1)

    Masyarakat/publik membutuhkan dan mengandalkan informasi

    (laporan keuangan dan laporan audit) yang dihasilkan oleh

    profesi akuntan untuk mengambil berbagai jenis keputusan

    bisnis, ekonomi, dan politis. (2) Efektivitas keputusan publik

    bergantung pada kualitas informasi yang disampaikan oleh

    profesi akuntan. (3) Profesi akuntan akan tetap berada pada

    posisi penting bila setiap akuntan selalu dapat memelihara

    kepercayaan publik. (4) penghormatan pada kepercayaan publik

    ini hanya dapat dilakukan bila setiap akuntan dapat

    menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka untuk mencapai

    profesionalisme yang tinggi.

    Integritas

    Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan

    publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab

    profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

    Objektivitas

    Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan

    bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban

    profesionalnya.

  • 21

    Kompetensi dan kehati-hatian profesional

    Setiap anggota harus melaksanakan jasa

    profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan

    ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

    pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang

    diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja

    memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten

    berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang

    paling mutakhir.

    Kerahasiaan

    Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan

    informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional

    dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi

    tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban

    profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

    Perilaku profesional

    Setiap anggota berperilaku yang konsisten dengan

    reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat

    mendiskreditkan profesi.

    Standar teknis

    Setiap anggota harus melaksanakan jasa

    profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar

    profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan

    dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk

    melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama

  • 22

    penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan

    obyektivitas.

    c. Profesi Akuntan publik

    Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari

    menteri keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk

    menjalankan praktik akuntan publik (Agoes, 2017: 71).

    Tujuan profesi akuntan adalah untuk mencapai tingkat

    kinerja yang tinggi dan mampu memenuhi tanggung jawab yang

    diberikan dengan menggunakan konsep dan standar profesionalisme

    tertinggi untuk kepentingan masyarakat luas atau publik (Agoes dan

    Ardana, 2017:159). Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka profesi

    akuntan harus memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar

    tersebut antara lain: (a) Kualitas informasi (kredibilitas), (b)

    Profesionalisme, (c) Kepercayaan, dan (d) Kualitas jasa.

    B. Tinjauan Empiris

    Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

    No Nama

    Peneliti Judul

    Peneliti Variabel

    Penelitian Teknik

    Analisis Hasil Penelitian

    1 Hermi Sularsih (2017)

    Pengaruh kesadaran etis terhadap komitmen profesi auditor pada kantor akuntan publik kota Malang

    Variabel dependen: komitmen profesi auditor. Variabel independen: kesadaran etis

    Analisis regresi sederhana

    Kesadaran etis berpengaruh positif secara signifikan terhadap komitmen profesi auditor.

    2 Anik Susilowati, et al. (2017).

    Pengaruh persepsi profesi, kesadaran etis, dan

    Variabel dependen: komitmen profesi akuntan

    Teknik analisis data yang digunaka

    (1)Persepsi profesi tidak berpengaruh signifikan terhadap

  • 23

    independensi auditor terhadap komitmen profesi akuntan publik (survei pada auditor di kantor akuntan publik di Surakarta dan Yogyakarta.

    publik. Variabel independen: persepsi profesi, kesadaran etis, dan independensi auditor.

    n adalah uji asumsi klasik dan analisis regresi linear berganda.

    komitmen profesi akuntan publik. (2) kesadaran etis memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. (3) independensi auditor memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. (4) persepsi profesi, kesadaran etis, dan independensi auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu komitmen profesi akuntan publik di kantor akuntan publik kota Surakarta dan Yogyakarta.

    3 Hartania Indraswati dan Aris Munandar (2018).

    Pengaruh persepsi profesi dan kesadaran etis terhadap komitmen profesi pada akuntan (Studi pada kantor akuntan publik kota Palembang).

    Variabel dependen: komitmen profesi. Variabel independen: persepsi profesi dan kesadaran etis.

    Analisis regresi berganda dengan melakukan uji F, uji koefisien determinasi, uji T, dan uji asumsi klasik.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi profesi dan kesadaran etis terhadap komitmen profesi akuntan publik. Secara simultan persepsi profesi dan kesadaran etis berpengaruh positif dan signifikan.

  • 24

    4 Ade Imam Suhakim. (2020).

    Pengaruh locus of control, komitmen profesi, kesadaran etis dan independensi terhadap perilaku auditor

    Variabel dependen: perilaku auditor. Variabel independen: locus of control, komitmen profesi, kesadaran etis, dan independensi.

    Analisis regresi linier.

    Locus of control, komitmen profesi, dan kesadaran etis berpengaruh positif terhadap perilaku auditor. Sedangkan independensi tidak berpengaruh terhadap perilaku auditor.

    5 Ongky Hartanto (2016)

    Pengaruh locus of control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional terhadap perilaku disfungsional auditor.

    Variabel dependen: Perilaku disfungsional auditor. Variabel independen: locus of control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional.

    Analisis regresi berganda

    locus of control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional berpengaruh signifikan terhadap perilaku disfungsional auditor.

    6 Putri, et. al (2013)

    Pengaruh persepsi profesi, kesadaran etis dan independensi auditor terhadap komitmen profesi akuntan publik di kota Medan

    Variabel dependen: perilaku audit komitmen profesi akuntan publik independen: persepsi profesi, kesadaran etis dan independensi auditor

    Analisis regresi berganda

    Secara parsial persepsi profesi, kesadaran etis dan independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. Secara simultan persepsi profesi, kesadaran etis dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik.

  • 25

    7 Muriadi Akbar (2016).

    Pengaruh komitmen profesional, efikasi diri, dan tekanan ketaatan, terhadap pengambilan keputusan etis auditor dengan pertimbangan etis sebagai variabel moderating

    Variabel dependen: pengambilan keputusan etis auditor. Variabel independen: komitmen profesional, efikasi diri, dan tekanan ketaatan.

    Analisis data regresi linear berganda dan dan analisis regresi moderating dengan pendekatan nilai selisih mutlak.

    Komitmen profesional, efikasi diri, dan tekanan ketaatan berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan etis auditor. Analisis variabel moderating dengan pendekatan nilai selisih mutlak menunjukkan bahwa pertimbangan etis mampu memoderasi komitmen profesional, dan efikasi diri terhadap pengambilan keputusan etis auditor. namun tidak mampu memoderasi tekanan ketaatan terhadap pengambilan keputusan etis auditor.

    8 Ade Imam Suhakim dan Dicky Arisudhana (2017)

    Pengaruh gender, locus of control, komitmen profesi, dan kesadaran etis terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik.

    Variabel dependen: perilaku auditor dalam situasi konflik. Variabel independen: gender, locus of control, komitmen profesi, dan kesadaran etis.

    Analisis regresi linear berganda

    Secara parsial gender, locus of control, komitmen profesi, dan kesadaran etis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik.

  • 26

    9 Emilia Gustini. (2016).

    Pengaruh pengalaman audit, komitmen profesional, orientasi etika, dan nilai etika organisasi terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal di kota Palembang.

    Variabel dependen: pengambilan keputusan etis auditor internal. Variabel independen: pengalaman audit, komitmen profesional, orientasi etika, dan etika organisasi.

    Analisis regresi berganda.

    Secara parsial pengalaman audit, komitmen profesional, dan orientasi etika tidak ada pengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal. Sedangkan nilai etika organisasi berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal. Secara simultan, pengalaman audit, komitmen profesional, orientasi etika, dan nilai etika organisasi berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal.

    10 Darmoko

    dan Siti

    Suharni

    (2013).

    Pengaruh

    persepsi

    profesi dan

    kesadaran

    etis akuntan

    terhadap

    komitmen

    profesi pada

    auditor di

    kantor

    akuntan

    publik.

    Variabel dependen: komitmen profesi. Variabel independen: persepsi profesi dan kesadaran etis.

    analisis

    regresi

    berganda

    dengan

    melakuka

    n uji

    validitas,

    uji

    reliabilita

    s, dan uji

    asumsi

    klasik.

    Persepsi profesi

    dan kesadaran

    etis secara

    simultan

    berpengaruh

    positif dan

    signifikan

    terhadap

    komitmen profesi

    akuntan publik.

    (2) persepsi

    profesi dan

    kesadaran etis

    secara parsial

    berpengaruh

    positif yang

  • 27

    signifikan

    terhadap

    komitmen profesi

    akuntan publik.

    (3) variabel yang

    lebih dominan

    berpengaruh

    terhadap

    komitmen profesi

    akuntan publik

    adalah kesadaran

    etis.

    C. Kerangka Konseptual

    Kerangka konseptual dapat dibuat dengan menyusun kerangka

    pemikiran terlebih dahulu. Kerangka pemikiran disusun berdasarkan latar

    belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka. Kerangka

    pemikiran adalah gambaran mengenai penyusunan penelitian berdasarkan

    pemaparan teori-teori yang relevan mengenai permasalahan dalam

    penelitian (studi teoritik), dan pemaparan hasil penelitian terdahulu yang

    relevan dengan permasalahan yang akan diteliti (studi empirik).

    Gabungan antara studi teoritik dan studi empirik dalam penelitian ini

    akan menghasilkan variabel penelitian yang terdiri dari variabel independen

    (X1: persepsi profesi dan X2: perilaku etis) dan variabel dependen (Y:

    komitmen profesi akuntan publik). Setelah menetapkan variabel yang akan

    diteliti, maka terbentuklah dugaan sementara atau yang biasa disebut

    dengan hipotesis yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji. Hasil uji

    hipotesis secara statistik inilah yang kemudian akan dijelaskan dalam

    pembahasan yang pada akhirnya akan menemukan suatu kesimpulan.

  • 28

    Berdasarkan kerangka pemikiran, disusun kerangka konseptual yang

    menggambarkan variabel-variabel penelitian serta pengaruhnya. Kerangka

    pemikiran yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 2.1:

    Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian

    Studi Teoritik

    Theory Attribution/Teori

    atribusiof (Fritz Heider

    1958)

    Studi Empirik

    Hubungan persepsi profesi

    dengan komitmen profesi

    akuntan publik

    (+) Indraswati dan Munandar,

    2018; Putri et al, 2013; Darmoko

    dan Suharni, 2013.

    (-) Susilowati et al, 2017.

    Hubungan perilaku etis

    dengan komitmen profesi

    akuntan publik

    (+)Susilowati et al, 2017;

    Suhakim, 2020; Hartanto, 2016;

    Akbar, 2016.

    (-) Gustini, 2016.

    Hipotesis

    Uji Hipotesis

    Hasil

    Penelitian

  • 29

    Kerangka pikir pada penelitian ini didasarkan pada Teori Atribusi

    (Attribution Theory) yang dikembangkan Fritz Heider pada tahun 1958.

    Pengaruh antara variabel-variabel ini meliputi persepsi profesi, perilaku etis,

    dan komitmen profesi akuntan publik.

    Persepsi profesi diharapkan mampu mempengaruhi komitmen

    profesi akuntan publik. Persepsi profesi merupakan pengetahuan seseorang

    atas informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya mengenai suatu

    pekerjaan. Pemilihan variabel persepsi profesi sebagai variabel independen

    merujuk pada attribution theory (teori atribusi) yang menekankan pada

    bagaimana seorang individu menafsirkan berbagai macam peritiwa dan

    bagaimana hal itu berkaitan dengan pemikiran mereka (Heider, 1958).

    Persepsi/pengetahuan seseorang terhadap suatu profesi dipengaruhi oleh

    harapan tentang apa yang nyata dan aktual. Jika persepsi yang baik (positif)

    dimiliki oleh seorang akuntan publik mengenai pekerjaannya, maka akuntan

    publik akan melakukan pekerjaan berdasarkan kode etik dan berusaha

    mencapai tujuan organisasi yang menaunginya. Dengan tindakan itulah

    seorang akuntan publik akan menuai hasil yang diinginkan sebagai harapan

    atas tindakan dan kerja keras yang dilakukan. Oleh sebab itu, persepsi

    profesi akan mempengaruhi komitmen profesi akuntan publik (Indraswati dan

    Munandar, 2018; Putri et al, 2013; Darmoko dan Suharni, 2013). Namun

    terdapat pula pendapat berbeda dari peneliti sebelumnya yang menyatakan

    bahwa persepsi profesi tidak berpengaruh signifikan terhadap komitmen

    profesi akuntan publik (Susilowati et al, 2017).

    Perilaku etis juga diharapkan mampu mempengaruhi komitmen

    profesi akuntan publik. Perilaku etis merupakan suatu tindakan atau

  • 30

    perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara sadar yang sesuai dengan

    etika atau aturan yang berlaku umum. Pemilikan variabel perilaku etis

    sebagai variabel independen merujuk pada attribution theory (teori atribusi)

    yang menyatakan bahwa perilaku yang dilakukan oleh seorang individu

    dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Heider, 1958). Perilaku

    seorang individu dilakukan sebagai akibat dari adanya motivasi, niat dan

    keinginan untuk melakukan perilaku. Niat atau keinginan itulah yang menjadi

    dasar pengukuran komitmen terhadap profesi yang akan digeluti. Perilaku

    etis yang meliputi tindakan benar, baik, adil, dan jujur yang senantiasa

    diterapkan oleh akuntan publik akan mempengaruhi proses pemberian

    keputusan (opini). Perilaku yang ditunjukkan akuntan publik dalam

    lingkungan kerja inilah yang akan menentukan sejauh mana komitmen

    seseorang terhadap profesi akuntan publik (Susilowati et al, 2017; Suhakim,

    2020; Hartanto, 2016; Akbar, 2016). Namun terdapat pula pendapat berbeda

    oleh beberapa peneliti yang mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan

    etis (perilaku) tidak berpengaruh terhadap komitmen profesional (Gustini,

    2016).

    Komitmen profesi akuntan publik dapat diartikan sebagai keinginan

    atau tingkat loyalitas seseorang terhadap bidang pekerjaannya dan

    berusaha menjalin hubungan baik dengan rekan kerja, masyarakat, dan

    klien. Keinginan akan mendorong seseorang untuk patuh terhadap standar

    profesi secara sukarela atau tanpa paksaan dari pihak manapun

    (Tandiontong, 2013: 5). Komitmen profesi akuntan publik diukur berdasarkan

    dua indikator, yaitu: loyalitas auditor terhadap profesi dan kompetensi profesi

    auditor.

  • 31

    Berdasarkan uraian diatas, kerangka pikir dalam penelitian ini dapat

    dilihat pada gambar 2.2.

    Gambar 2. 2 Kerangka Pikir

    Keterangan Gambar:

    = Secara Parsial

    = Secara Simultan

    D. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka pikir, maka diajukan hipotesis sebagai

    berikut:

    Perilaku Etis (X2) Indikator:

    1. Pelaksanaan kode etik

    2. Penafsiran dan penyempurnaan kode etik

    Sumber: Sihwajoeni dan Gudono dalam Widiastuti (2015)

    Persepsi Profesi (X1) Indikator:

    1. Standar teknis 2. Kompetensi dan

    kehati-hatian profesional

    Sumber: Herawati (2015)

    Komitmen Profesi Akuntan Publik (Y)

    Indikator: 1. Loyalitas auditor

    terhadap profesi 2. Kompetensi profesi

    auditor Sumber: Herawati (2015)

  • 32

    a. Hipotesis 1

    Attribution theory (teori atribusi) merupakan inti dari proses

    persepsi. Proses persepsi erat kaitannya dengan pengalaman-

    pengalaman yang dijumpai seseorang terhadap suatu objek yang

    beragam. Persepsi profesi merupakan pemahaman atau pengetahuan

    seseorang mengenai pekerjaan. Bagi seorang akuntan publik (auditor)

    persepsi profesi berarti pengetahuan yang dimiliki terkait pekerjaan yang

    digeluti.

    Jika persepsi yang baik (positif) dimiliki oleh seorang akuntan

    publik mengenai pekerjaannya, maka akuntan publik akan melakukan

    pekerjaan berdasarkan kode etik yang berlaku dan tetap menganggap

    bahwa profesi yang ditekuni adalah profesi yang sangat dibutuhkan,

    sehingga akuntan publik (auditor) akan berkomitmen untuk berperilaku

    terhormat bahkan jika mungkin akan mengesampingkan kepentingan

    pribadi. Tindakan ini tidak terlepas dari dorongan yang ada dalam diri

    seseorang sebagai harapan untuk mendapatkan hasil yang akan

    memberikan keuntungan. Persepsi profesi inilah yang kemudian akan

    mempengaruhi komitmen profesi akuntan publik (Indraswati dan

    Munandar, 2018; Putri et al, 2013; Darmoko dan Suharni, 2013).

    Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan

    adalah sebagai berikut:

    H0: Tidak ada pengaruh persepsi profesi terhadap komitmen profesi

    akuntan publik.

    H1: Persepsi profesi berpengaruh terhadap komitmen profesi akuntan

    publik di Kota Makassar.

  • 33

    b. Hipotesis 2

    Perilaku etis yang ditunjukkan oleh seorang akuntan publik

    merujuk pada Attribution Theory (teori atribusi). Teori ini menjelaskan

    bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh seorang individu akan dipengaruhi

    oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut akan

    menentukan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan. Perilaku etis

    berarti perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku

    umum. Perilaku etis dalam konteks akuntan publik dapat berupa sikap

    profesional, integritas, objektivitas, dan kerahasiaan yang menjadi dasar

    pengukuran komitmen terhadap profesi.

    Akuntan publik sebagai pihak yang independen dituntut untuk

    meningkatkan sikap profesionalitas agar dapat berlaku adil dan tidak

    memihak kepada siapapun dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini

    menunjukkan bahwa semakin baik perilaku atau tindakan yang dilakukan

    seseorang, maka semakin besar pula komitmen seseorang terhadap

    profesi akuntan publik (Susilowati et al, 2017; Suhakim, 2020; Hartanto,

    2016; Akbar, 2016).

    Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan

    adalah sebagai berikut:

    H0: Tidak ada pengaruh perilaku etis terhadap komitmen profesi akuntan

    publik.

    H2 : Perilaku etis berpengaruh terhadap komitmen profesi akuntan publik

    di Kota Makassar.

  • 34

    c. Hipotesis 3

    Persepsi/pengetahuan seseorang terhadap suatu profesi

    dipengaruhi oleh harapan tentang apa yang nyata dan aktual. Jika

    persepsi yang baik (positif) dimiliki oleh seorang akuntan publik mengenai

    pekerjaannya, maka akuntan publik akan melakukan pekerjaan

    berdasarkan kode etik dan berusaha mencapai tujuan organisasi yang

    menaunginya. Bersamaan dengan itu, persepsi inilah yang kemudian

    mendorong seseorang untuk berperilaku etis atau bahkan non etis.

    Pengetahuan (persepsi) tentang pekerjaan dan perilaku yang ditunjukkan

    akuntan publik dalam lingkungan kerja akan menentukan sejauh mana

    komitmen seseorang terhadap profesi akuntan publik (Putri, et. al, 2013;

    Indraswati dan Munandar, 2017; Darmoko dan Suharni, 2013).

    Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan

    adalah sebagai berikut:

    H0: Tidak ada pengaruh persepsi profesi dan perilaku yang signifikan

    terhadap komitmen profesi akuntan publik.

    H3: Persepsi profesi dan perilaku etis secara bersama-sama (simultan)

    berpengaruh terhadap komitmen profesi akuntan publik di Kota Makassar.

  • 35

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    penelitian eksplanatori, yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar

    satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel

    mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan

    kuantitatif untuk meneliti populasi atau sampel agar dapat menguji hipotesis

    yang telah ditetapkan. Alasan utama pemilihan jenis penelitian ini adalah

    untuk menguji hipotesis yang ditetapkan agar dapat menjelaskan pengaruh

    variabel bebas (persepsi profesi dan perilaku etis) terhadap variabel terikat

    (komitmen profesi akuntan publik).

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada kantor akuntan publik yang ada di

    Kota Makassar. Waktu dan tahap penyelesaian penelitian diperkirakan

    berlangsung selama kurang lebih dua bulan. Alasan peneliti memilih kantor

    akuntan publik sebagai objek penelitian adalah karena saat ini terdapat

    banyak kantor akuntan publik di Kota Makassar yang akan memudahkan

    penulis memperoleh data yang diperlukan melalui kuesioner yang akan

    disebar, sehingga informasi yang diperoleh dapat meyakinkan peneliti terkait

    pengaruh persepsi profesi dan perilaku etis terhadap komitmen profesi

    akuntan publik.

  • 36

    C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

    1. Persepsi profesi

    Persepsi profesi merupakan variabel bebas atau biasa disebut

    dengan variabel “X1”. Persepsi profesi merupakan pemahaman atau

    pengetahuan seseorang mengenai pekerjaan. Bagi seorang akuntan

    publik (auditor) persepsi profesi berarti pengetahuan yang dimiliki terkait

    pekerjaan yang digeluti. Persepsi profesi dapat diukur dengan dua

    aspek/indikator (Herawati, 2015: 32), yaitu sebagai berikut:

    Tabel 3. 1

    Indikator Penelitian Variabel Persepsi Profesi (X1)

    Variabel Penelitian

    Indikator Penelitian Pengukuran

    Persepsi Profesi

    Standar Teknis

    1. Laporan keuangan diaudit sesuai standar akuntansi keuangan.

    2. Tidak terjadi penyimpangan dalam laporan keuangan.

    3. Laporan keuangan dilaporkan secara efisien.

    4. Mendeteksi kecurangan material.

    Kompetensi dan kehati-hatian profesional

    1. Menjamin bahwa pendapat atas audit sesuai kriteria

    2. Menjamin dokumen yang diperiksa sesuai dengan bukti yang sah.

    3. Menjamin pengendalian intern yang baik dalam perusahaan.

    4. Menjamin pengembangan perusahaan dimasa mendatang.

    5. Menjamin bahwa tindakan yang salah telah dikonfirmasi.

    6. Menjamin perusahaan berjalan efisien.

    Sumber: Herawati (2015)

    Variabel tersebut terdiri dari pernyataan yang bersifat positif,

    jadi persepsi profesi dapat diukur dengan menggunakan skala likert, di

  • 37

    mana jawaban “Sangat Setuju” akan diberi skor “5”, “Setuju” diberi skor

    “4”, “Ragu-ragu” diberi skor “3”, “Tidak Setuju” diberi skor “2”, dan “Sangat

    Tidak Setuju” diberi skor “1”.

    2. Perilaku etis

    Perilaku etis merupakan variabel bebas atau biasa disebut

    dengan variabel “X2”. Perilaku etis adalah tindakan atau perbuatan

    benar/baik, adil, jujur, dan sebagainya yang dilakukan oleh seorang di

    individu secara sadar yang sesuai dengan etika, aturan atau norma-

    norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku etis dapat diukur dari

    dua aspek/indikator (Sihwahjoeni dan Gudono dalam widiastuti, 2015:

    55), yaitu sebagai berikut:

    Tabel 3.2

    Indikator Penelitian Variabel Perilaku Etis (X2)

    Variabel Penelitian

    Aspek/Indikator Penelitian

    Pengukuran

    Perilaku etis

    Pelaksanaan Kode Etik

    1. Mengamalkan kode etik. 2. Berkewajiban moral untuk

    memelihara pelaksanaan kode etik.

    3. Jasa profesional mematuhi prinsip objektivitas.

    4. Kode etik 5. Menghormati kerahasiaan klien. 6. Intensif atau hadiah 7. Jasa profesional yang sesuai

    dengan standar teknis dan standar profesional.

    Penafsiran dan penyempurnaan kode etik

    1. Penafsiran kode etik 2. Dasar penyempurnaan kode

    etik. 3. Membentuk komite kode etik. 4. Penyempurnaan kode etik jika

    diperlukan oleh kongres IAI. Sumber: Sihwahjoeni &Gudono dalam widiastuti (2015)

  • 38

    Variabel perilaku etis terdiri dari pernyataan positif dan negatif.

    Pernyataan negatif terletak pada nomor 4 dan nomor 6. Pernyataan positif

    pada variabel perilaku etis tersebut diukur dengan menggunakan skala

    likert, di mana jawaban “Sangat Setuju” akan diberi skor “5”, “Setuju”

    diberi skor “4”, “Ragu-ragu” diberi skor “3”, “Tidak Setuju” diberi skor “2”,

    dan “Sangat Tidak Setuju” diberi skor “1”. Sedangkan pernyataan negatif

    diukur dengan menggunakan skala likert, di mana jawaban “Sangat

    Setuju” akan diberi skor “1”, “Setuju” diberi skor “2”, “Ragu-ragu” diberi

    skor “3”, “Tidak Setuju” diberi skor “4”, dan “Sangat Tidak Setuju” diberi

    skor “5”.

    3. Komitmen profesi akuntan

    Komitmen profesi akuntan merupakan variabel terikat atau

    biasa disebut dengan variabel “Y”. Komitmen profesi akuntan merupakan

    suatu keadaan di mana seseorang telah meyakinkan dirinya untuk

    mencintai profesi/pekerjaan yang ditekuni dengan sungguh-sungguh yang

    kemudian direalisasikan melalui perilaku/tindakan secara sadar. Salah

    satu bentuk komitmen akuntan publik terhadap profesi yang di emban

    dapat dilihat dengan cara sejauh mana seorang akuntan publik

    memahami profesi dan mematuhi kode etik akuntan itu sendiri. Komitmen

    profesi akuntan dapat diukur dari dua aspek (Herawati, 2015: 32), yaitu

    sebagai berikut:

  • 39

    Tabel 3.3

    Indikator Penelitian Variabel Komitmen Profesi (Y)

    Variabel Penelitian

    Aspek/Indikator Penelitian

    Pengukuran

    Komitmen Profesi Akuntan Publik

    Loyalitas auditor terhadap Profesi

    1. Partisipasi auditor.

    2. Mendukung Ikatan

    Akuntan Indonesia

    3. Peran auditor.

    4. Kompetensi sesama

    rekan.

    kompetensi profesi auditor

    1. Pelaksanaan standar

    akuntan publik.

    2. Pengabdian terhadap

    profesi.

    3. Antusias terhadap

    pekerjaan.

    4. Pemberian keputusan

    audit.

    5. Pertimbangan auditor

    dalam pembuatan

    keputusan.

    Sumber: Herawati (2015)

    Variabel tersebut terdiri dari pernyataan yang bersifat positif,

    jadi komitmen profesi akuntan dapat diukur dengan menggunakan skala

    likert, di mana jawaban “Sangat Setuju” akan diberi skor “5”, “Setuju”

    diberi skor “4”, “Ragu-ragu” diberi skor “3”, “Tidak Setuju” diberi skor “2”,

    dan “Sangat Tidak Setuju” diberi skor “1”.

    D. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dan memenuhi

    karakteristik tertentu (Bahri, 2018: 49). Jadi, berdasarkan definisi tersebut

    maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kantor akuntan publik

  • 40

    yang ada di Kota Makassar yang terdiri dari 10 kantor akuntan publik dengan

    jumlah 50 auditor.

    Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil melalui

    cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu (Bahri, 2018: 49).

    Jadi, berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sampel

    dalam penelitian ini adalah akuntan publik (auditor) yang telah memberikan

    jawaban atas kuesioner yang telah disebar pada masing-masing kantor

    akuntan publik yang ada di Kota Makassar. Metode pemilihan sampel dalam

    penelitian ini adalah metode Purposive Sampling, metode ini digunakan agar

    data yang diperoleh sesuai dengan kriteria sampel untuk mencapai tujuan

    penelitian. Jumlah responden yang bersedia memberikan data dalam

    penelitian ini adalah 35 responden dari 7 kantor akuntan publik yang ada di

    Kota Makassar. Berdasarkan metode tersebut maka kriteria penentuan

    sampel serta daftar KAP dan jumlah responden yang dapat digunakan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.4 Kriteria Penentuan Sampel

    Keterangan Jumlah

    Jenis Kelamin Laki-laki

    Perempuan

    14

    21

    Usia < 25 Tahun

    25-35 Tahun

    36-55 Tahun

    10

    21

    4

    Pendidikan D3

    S1

    S2

    S3

    0

    27

    5

    3

    Jabatan Auditor Junior

    Auditor Senior

    Partner

    Manajer Auditor

    31

    1

    3

    0

  • 41

    Lama Bekerja Antara 1-5 tahun

    Antara 6-10 tahun

    > 10 tahun

    30

    1

    4

    Sumber: Data primer yang diolah (2020)

    Tabel 3.5 Daftar KAP dan Jumlah Responden

    No. Nama KAP

    Jumlah

    Responden

    1 KAP S. Mannan, Ardiansyah, dan Rekan 3

    2 KAP Masnawaty Sangkala 4

    3 KAP Yaniswar dan Rekan 5

    4 KAP Usman dan Rekan 5

    5 KAP Thomas, Blasius, Widarto dan Rekan 6

    6 KAP Ardaniah Abbas 5

    7 KAP Drs. Harly Weku dan Priscillia 7

    Total 35

    Sumber: Data primer yang diolah (2020)

    E. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data

    primer dalam penelitian ini berasal dari kuesioner yang terdiri dari

    pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada

    akuntan publik (auditor) yang ada pada kantor akuntan publik di Kota

    Makassar.

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara

    membagikan kuesioner (angket) kepada masing masing akuntan publik

    (auditor) yang bekerja pada kantor akuntan publik di Kota Makassar.

    Kuesioner yang akan disebar pada kantor akuntan publik sebanyak 50

    kuesioner yang terdiri dari 10 kuesioner untuk masing-masing kantor

  • 42

    akuntan publik (10 KAP). Kuesioner yang disebar juga telah dilengkapi

    dengan cara-cara pengisian serta nilai dari masing-masing jawaban yang

    akan diberikan oleh akuntan publik (auditor).

    G. Teknik Analisis

    Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    analisis statistik dengan menggunakan SPSS 22. Penelitian ini

    menggunakan teknik analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda

    adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat hubungan secara linear

    antara dua atau lebih variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini juga

    melakukan uji validitas dan reliabilitas data untuk mengetahui ketepatan alat

    ukur (kuesioner) dalam mengukur objek yang diteliti. Selanjutnya melakukan

    uji asumsi klasik sebelum melakukan uji hipotesis dengan menggunakan

    analisis regresi berganda karena penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas

    dan satu variabel terikat. Adapun rangkaian metode analisis untuk

    menginterpretasikan data adalah sebagai berikut:

    1. Statistik Deskriptif

    Statistik deskriptif merupakan suatu metode atau cara yang

    digunakan untuk meringkas dan mendata dalam bentuk tabel, grafik, atau

    ringkasan numerik data. Statistik deskriptif merupakan statistika yang

    menggunakan data suatu kelompok untuk menjelaskan atau menarik

    kesimpulan mengenai kelompok itu saja. Dalam penelitian ini statistik

    deskriptif digunakan untuk menjelaskan deskripsi variabel dan data

    demografi auditor yang menjadi objek penelitian.

  • 43

    2. Uji kualitas data

    a. Uji validitas

    Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat ukur

    dalam mengukur objek yang diteliti, oleh sebab itu penelitian yang

    menggunakan kuesioner sebagai alat ukur wajib melakukan uji

    validitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

    tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2016: 52). Valid yang dimaksud

    dapat dilihat dari pertanyaan pada kuesioner di mana pertanyaan yang

    diajukan harus dapat menggambarkan sesuatu yang akan diukur.

    Uji validitas yang digunakan adalah dengan menggunakan

    korelasi bivariate pearson. Pengujian validitas ini menggunakan

    pearson correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai

    yang diperoleh dari pertanyaan. Butir pertanyaan akan dinyatakan

    valid jika tingkat signifikansi < 0,05 atau jika nilai r hitung lebih besar

    dari r tabel (pada taraf signifikan 5%). Data yang signifikan ditandai

    dengan tanda bintang yang terdapat pada angka Pearson Correlation

    tiap indikator.

    b. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

    yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

    dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

    pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,

    2016: 47). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah

    dengan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha yang merupakan

    salah satu alat ukur pada SPSS untuk mengukur reliabilitas. Uji ini

  • 44

    dilakukan dengan cara membandingkan angka Cronbach Alpha

    dengan ketentuan nilai cronbach alpha minimal adalah 0,6. Artinya,

    jika nilai cronbach alpha yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS

    lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut

    reliabel (dapat diandalkan). Sebaliknya jika nilai cronbach alpha lebih

    kecil dari 0,6 maka kuesioner yang digunakan tidak reliabel (tidak

    dapat diandalkan).

    3. Uji Asumsi Klasik

    Uji asumsi klasik merupakan syarat untuk mendapatkan hasil

    dari uji regresi linear berganda. Uji asumsi klasik menganalisis mengenai

    hubungan atau pengaruh antar variabel baik dependen maupun

    independen, dan regresi atau variabel pengganggu. Uji asumsi klasik

    yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

    regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

    (Ghozali, 2016: 154).Hal itu penting agar dapat membuktikan agar

    variabel pengganggu yang ada memiliki distribusi normal. Maka uji

    statistik yang nantinya akan dilakukan menjadi valid. Uji normalitas

    menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-

    S).Dasar pengambilan keputusan dari (K-S) adalah, jika probabilitas

    (asymp.Sig) > 0,05 maka model regresi tersebut memenuhi asumsi

    normalitas. Sebaliknya, jika probabilitas (asymp.Sig) < 0,05 maka

    model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji K-S

    akan semakin lengkap jika ditambah dengan grafik P-Plot. Pada

  • 45

    dasarnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data

    (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram

    dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan antara lain sebagai

    berikut:

    1) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti

    arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola

    distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

    normalitas.

    2) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

    garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

    distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

    normalitas.

    b. Uji Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

    dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

    pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2016: 137).

    Sebaiknya data dalam penelitian tidak terjadi heteroskedastisitas,

    maka harus homoskedasitas. Jika data bersifat homoskedasitas maka

    varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah

    tetap. Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas, maka

    digunakan uji Glejser. Penelitian ini menggunakan uji glejser dengan

    meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen.

    Jika nilai signifikansi lebih besar dari alfa (0,05) maka tidak ada

    masalah heteroskedastisitas, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih

    kecil dari alfa (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

  • 46

    terjadi heteroskedastisitas. Selain uji glejser untuk melihat ada

    tidaknya heteroskedastisitas juga dapat dilihat dengan menggunakan

    grafik Plot. Dengan grafik Plot maka akan terlihat ada tidaknya pola

    tertentu pada grafik scatterplot. Dasar analisis yang digunakan adalah

    sebagai berikut:

    1) Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

    pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian

    menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi

    heteroskedastisitas.

    2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

    dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi

    heteroskedastisitas.

    c. Uji Multikolinearitas

    Uji multikolinearitas merupakan salah satu alat ukur pada

    SPSS. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel

    independen yaitu persepsi profesi (X1) dan perilaku etis (X2) serta satu

    variabel dependen yaitu Komitmen profesi (Y).Dengan demikian uji

    multikolinearitas ini dapat digunakan untuk menguji ada tidaknya

    hubungan linear antara satu variabel independen dengan variabel

    independen lainnya (Ghozali, 2016: 103). Dalam uji multikolinearitas ini

    akan menggunakan nilai Tolerance value and Variance Inflation Factor

    (VIF). Jika nilai Tolerance value > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka tidak

    terdapat multikolinearitas pada variabel independen dalam regresi.

    Sebaliknya jika nilai Tolerance value < 0,10 atau nilai VIF > 10, maka

    terdapat multikolinearitas pada variabel independen dalam regresi.

  • 47

    4. Analisis Regresi Berganda

    Model regresi berganda yang dibangun pada penelitian ini

    dapat dilihat pada persamaan regresi dibawah ini:

    Y = α + 𝜷𝒏+ … + e ……………………………………………. 1

    Y = α + 𝜷𝟏𝑿𝟏+ 𝜷𝟐𝑿𝟐 + e …………………………………………… 2

    Keterangan:

    Y = Komitmen Profesi

    α = Konstanta Nilai

    𝛽1𝛽2 = Koefisien Regresi

    𝑋1 = Persepsi Profesi

    𝑋2 = Perilaku Etis

    e = Error

    5. Uji Hipotesis

    Pengujian hipotesis statistik adalah prosedur yang

    memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak

    atau menerima hipotesis dari data yang sedang di uji. Pengujian hipotesis

    menggunakan uji statistik dan uji Koefisien Determinasi (R2). Menguji

    hipotesis dengan uji statistik mengenai Pengaruh Persepsi Profesi dan

    Perilaku Etis terhadap Komitmen Profesi Akuntan di Kantor Akuntan

    Publik Kota Makassar digunakan pengujian hipotesis secara parsial

    dengan uji T untuk melihat pengaruh masing-masing variabel terhadap

    komitmen profesi akuntan di kantor akuntan publik kota Makassar.

    Sedangkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

  • 48

    bersamaan terhadap variabel dependen digunakan pengujian hipotesis

    secara simultan yaitu uji F.

    a. Uji koefisien determinasi (R2)

    Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur

    kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel independen

    (Ghozali, 2016: 95) . Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan

    satu.R2 yang terdapat dalam analisis harus lebih dari 0, sehingga

    terbukti bahwa variabel independen mempengaruhi variabel

    dependen. Nilai R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan

    variabel-variabel independen sangat terbatas dalam menjelaskan

    variasi variabel dependen. Sebaliknya, nilai R2 yang tinggi