Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN PERILAKU ETIS
TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Oleh
IRMA FUJI ANINGRUM
NIM 105731110616
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN PERILAKU ETIS
TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Oleh
IRMA FUJI ANINGRUM
NIM 105731110616
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) Pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO HIDUP
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”
(Q.S Al-Baqarah: 286)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan”
(Q.S Asy-Syarh: 5-6)
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini kupersembahkan untuk:
Ayah dan ibu tercinta Naskah Ashari dan Sri Nursyamsiah yang tidak pernah
lelah mendoakan kebaikan dan memberi banyak pelajaran hidup.
Saudara/saudari tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat. Serta
sahabat dan teman-teman yang telah memberi banyak inspirasi.
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Sholawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Persesi Profesi Dan
Perilaku Etis Terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik Pada Kantor Akuntan
Publik Kota Makassar”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewah dan terutama penulis sampaikan ucapan terimakasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Naskah Ashari dan ibu Sri Nursyamsiah
yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa
tulus tanpa pamrih, saudara/saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat hingga akhir studi ini, serta seluruh keluarga besar atas
segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan untuk
keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka
berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia
dan akhirat.
viii
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Muchriana Muchran, SE.,M.Si.Ak.CA, selaku Pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis
sehingga skripsi selesai dengan baik.
5. Ibu Rini Sulistiyanti, SE.,M.Ak, selaku pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dalam menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
ix
9. Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa penulis tulis satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.
Semoga Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb.
Makassar, 24 Oktober 2020
Irma Fuji Aningrum
x
ABSTRAK
Irma Fuji Aningrum, 2020. Pengaruh Persepsi Profesi Dan Perilaku
Etis Terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik Pada Kantor Akuntan Publik Kota Makassar, Skripsi Program Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Muchriana Muchran dan Pembimbing II Rini Sulistiyanti.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh persepsi profesi dan perilaku etis terhadap komitmen profesi akuntan publik. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik Kota Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di kantor akuntan publik kota Makassar yang terdiri dari 10 KAP dengan 50 responden, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh akuntan publik yang bersedia mengisi kuesioner yang telah disebar pada masing-masing kantor akuntan publik yang terdiri dari 7 KAP dengan responden sebanyak 35 orang.
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara menyebar kuesioner secara langsung pada masing-masing kantor akuntan publik. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan bantuan SPSS versi 22.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa persepsi profesi tidak berpengaruh signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. Sedangkan, perilaku etis berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. Secara simultan persepsi profesi dan perilaku etis berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik.
Kata Kunci: Persepsi profesi, Perilaku Etis, Komitmen Profesi Akuntan Publik
xi
ABSTRACT
Irma Fuji Aningrum, 2020. The Influence Profession of Perceptions and Ethical Behavior on the Commitment of the Public Accountant Professional at the Makassar City Public Accountant Office, Thesis of Accounting Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Muchriana Muchran and Supervisor II Rini Sulistiyanti.
This study aims to examine the effect profession of perceptions and ethical behavior on the commitment of the public accounting profession. This type of research used in this research is explanatory research with a quantitative approach. This research was conducted at the Makassar City Public Accountant Office. The population in this study were public accountants who worked in public accounting firms in Makassar, which consisted of 10 KAPs with 50 respondents, while the sample in this study were all public accountants who were willing to fill out a questionnaire that had been distributed to each public accounting firm consisting of 7 KAP with 35 respondents.
The sample selection method in this study was purposive sampling. The data used are primary data. The data collection technique was carried out by distributing questionnaires directly to each public accounting firm. The analysis technique used is multiple linear regression analysis with the help of SPSS version 22.
The results obtained indicate that the perception of the profession does not have a significant effect on the commitment of the public accounting profession. Meanwhile, ethical behavior has a positive and significant effect on the commitment of the public accounting profession. Simultaneously, perception of profession and ethical behavior have a positive and significant effect on the commitment of the public accounting profession.
Keywords: perception of the profession, ethical behavior, commitment public accounting profession
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI......................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 10
A. Tinjauan Teori ..................................................................................................... 10
1. Teori Atribusi /Attribution Theory ................................................................ 10
2. Definisi Persepsi dan Profesi ...................................................................... 11
3. Perilaku Etis ................................................................................................. 14
4. Komitmen Profesi Akuntan Publik .............................................................. 16
B. Tinjauan Empiris ................................................................................................. 22
xiii
C. Kerangka Konseptual ......................................................................................... 27
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 35
A. Jenis Penelitian ................................................................................................... 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 35
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran................................................ 36
D. Populasi dan Sampel .......................................................................................... 39
E. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 41
G. Teknik Analisis .................................................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 50
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................... 50
B. Deskripsi Data ..................................................................................................... 53
C. Statistik Deskriptif................................................................................................ 53
D. Uji Kualitas Data .................................................................................................. 58
E. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................. 60
F. Uji Hipotesis ......................................................................................................... 64
G. Pembahasan ....................................................................................................... 69
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 74
A. Kesimpulan Penelitian ........................................................................................ 74
B. Saran .................................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 76
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. 79
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 22
Tabel 3. 1 Indikator Penelitian Variabel Persepsi Profesi (X1)............................... 36
Tabel 3.2 Indikator Penelitian Variabel Perilaku Etis (X2) ...................................... 37
Tabel 3.3 Indikator Penelitian Variabel Komitmen Profesi Akuntan Publik (Y) ..... 39
Tabel 3.4 Kriteria Penentuan Sampel ....................................................................... 40
Tabel 3.5 Daftar KAP dan Jumlah Responden ........................................................ 41
Tabel 4. 1 Daftar KAP Yang Menjadi Objek Penelitian ........................................... 52
Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan Umur ............................... 53
Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................. 54
Tabel 4. 4 Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 55
Tabel 4. 5 Statistik Deskriptif Berdasarkan Jabatan ............................................... 55
Tabel 4. 6 Statistik Deskriptif Berdasarkan Lama Bekerja...................................... 56
Tabel 4. 7 Statistik Deskriptif Variabel ...................................................................... 57
Tabel 4. 8 Hasil Uji Validitas ...................................................................................... 58
Tabel 4. 9 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................. 59
Tabel 4. 10 Hasil Uji Normalitas ................................................................................ 61
Tabel 4. 11 Hasil Uji Glejser (Uji Heteroskedastisitas) ........................................... 63
Tabel 4. 12 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................................... 64
Tabel 4. 13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................. 65
Tabel 4. 14 Hasil Uji Parsial (Uji T) ........................................................................... 66
Tabel 4. 15 Hasil Uji F ................................................................................................ 67
Tabel 4. 16 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda ......................................... 68
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian ............................................................................. 28
Gambar 2. 2 Kerangka Pikir ...................................................................................... 31
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) ............................ 51
Gambar 4. 2 Grafik P-Plot (Uji Normalitas) .............................................................. 60
Gambar 4. 3 Grafik Scatterplot (Uji Heteroskedastisitas) ....................................... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi akuntan publik di Indonesia merupakan sebuah profesi
yang sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan profesi akuntan publik (auditor)
berperan penting dalam proses pemeriksaan laporan keuangan sebuah
entitas/perusahaan. Audit laporan keuangan baik itu dari perusahaan publik
maupun perusahaan besar lainnya telah menjadi tanggungjawab akuntan
publik (auditor) independen yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP).
Kantor akuntan publik (KAP) dapat diartikan sebagai suatu tempat bagi
akuntan publik (auditor) untuk menawarkan jasa kepada masyarakat yang
berdiri sebagai sebuah badan yang telah memperoleh izin usaha dari
menteri keuangan.
Izin praktik yang diperoleh akuntan publik berhubungan dengan
semakin dibutuhkannya kualitas laporan keuangan. Proses audit atas
laporan keuangan oleh akuntan publik yang terjadi di Indonesia semakin
meningkat sejalan dengan semakin maraknya pengembangan usaha dan
dunia permodalan (pasar modal), di mana untuk kemajuan usaha tersebut
sebuah entitas membutuhkan laporan keuangan setelah audit (terjamin
kualitasnya/ telah disajikan secara wajar) yang kemudian akan diperlihatkan
kepada pihak-pihak berkepentingan. Dalam melakukan pekerjaan tersebut
seorang akuntan dituntut untuk bersikap adil dan tidak berpihak kepada
siapapun karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen
2
pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai
kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas serta bertanggungjawab atas opini (pendapat) yang diberikan
(Agoes, 2017:2).
Opini atau pendapat yang diberikan oleh para akuntan publik
terkait laporan keuangan harus sesuai dengan standar profesional dan
berlandaskan kode etik akuntan publik (Agoes, 2017: 84). Saat ini profesi
akuntan publik (auditor) tengah menghadapi banyak dilema etika dalam
setiap perjalanan karir bisnis mereka. Masalah tersebut juga tidak terlepas
dari sebuah kata “Profesional”. Besarnya tingkat profesionalitas,
pengetahuan (kompetensi), dan komitmen atas profesi yang dijalankan
dapat menentukan hasil akhir atau tingkat kinerja dari sebuah proses
pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik (auditor). Keterlibatan
seseorang dalam pekerjaan atau sebuah profesi dapat mengidentifikasi ciri
khas dan atau kualitas diri seseorang sebagai bentuk loyalitas atau
komitmen terhadap pekerjaannya. Besarnya komitmen seseorang terhadap
profesi yang digeluti dapat dilihat dari seberapa profesionalnya seseorang
dalam menjalankan tugas yang dibebankan yang pada akhirnya akan
menentukan kualitas pribadi seseorang.
Kualitas pribadi yang dimiliki seseorang sangat penting bagi
profesinya, jika dulu kita ketahui bahwa untuk mencapai suatu profesi
tertentu minimal harus memiliki pendidikan dengan latar belakang yang
sesuai dengan bidang yang akan digeluti, pendidikan profesi yang lebih
lanjut, serta keahlian yang memadai terhadap profesi yang akan dijalankan,
maka hal itu berbeda dengan keadaan saat ini. Berdasarkan Undang-
3
Undangan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik yang ada pada
pasal 6 huruf (a) menyatakan bahwa profesi akuntan publik tidak hanya
dapat dijalankan oleh seseorang dengan latar belakang pendidikan
akuntansi dan atau auditing, karena sarjana non akuntansipun dapat
bersaing untuk menjadi akuntan publik.
Berdasarkan peraturan tersebut maka seiring berjalannya waktu
peningkatan persaingan membuat para akuntan publik menjadi lebih sulit
untuk tetap menjalankan kode etik dan berperilaku secara profesional.
Meningkatnya persaingan membuat banyak akuntan publik untuk lebih
mempertahankan klien dan laba yang besar. Beberapa fenomena yang
melibatkan kantor akuntan publik telah banyak diliput pada media online, dan
salah satunya adalah CNBC INDONESIA. COM. Berdasarkan catatan CNBC
Indonesia beberapa kantor akuntan publik ternama Indonesia telah
melakukan kasus tidak terpuji, dua diantaranya bahkan terbukti melanggar
ketentuan yang berlaku. Adapun kantor akuntan publik (KAP) yang dimaksud
adalah Kantor Akuntan Publik Purwanto, Sungkoro, dan Surja yang
merupakan member dari Erns and Young Global Limited/EY. Kantor akuntan
publik ini terbukti melanggar Undang-Undang pasar modal dan kode etik
profesi akuntan publik dalam kasus penggelembungan pendapatan senilai
613 Miliar untuk laporan keuangan tahunan (LKT) PT. Hanson International
Tbk periode 2016.
Tidak hanya Kantor Akuntan Publik Purwanto, Sungkoro, dan
Surja, menteri keuangan melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
(P2PK) juga mengenakan sanksi berupa pembekuan izin kepada Akuntan
Publik (AP) Kasner Sirumpea selama satu tahun dan sanksi berupa perintah
4
tertulis untuk melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur kepada Kantor
Akuntan Publik Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan rekan atas
kesalahan penyajian laporan keuangan tahunan 2018 dari PT. Garuda
Indonesia Tbk (GIAA) terkait dengan perjanjian kerja sama penyediaan
layanan konektivitas dengan PT. Mahata Aero Teknologi.
Selain dari semakin meningkatnya persaingan bisnis antar
akuntan publik, perbedaan kepentingan antara akuntan publik dengan
seorang klien juga mendorong munculnya pelanggaran kode etik. Adanya
perbedaan kepentingan dan persepsi antara pengguna jasa (klien) dengan
akuntan publik menjadi dasar munculnya perilaku yang dapat melanggar
kode etik akuntan publik. Pada dasarnya akuntan publik selalu dihadapkan
pada kebutuhan untuk memilih yang akan mendatangkan akibat baik bagi
mereka sendiri maupun pihak lainnya. Seringkali dilema etika muncul
sebagai akibat dari adanya pilihan yang baik bagi satu pihak namun tidak
baik bagi pihak lain.
Bagi seorang klien atau pengguna jasa akuntan publik terkadang
tingkat profesionalitas dan kejujuran tidak diperlukan karena tidak sejalan
dengan kebutuhan atau keinginan pihak yang ingin berlaku curang. Namun
beda halnya dengan seseorang yang berprofesi sebagai akuntan publik,
tanpa sikap profesional dan kejujuran maka sama halnya bahwa akuntan
publik (auditor) telah melanggar kode etik profesinya. Persepsi profesi dapat
disebut sebagai pengetahuan (pemahaman) seseorang terhadap suatu
pekerjaan (profesi) yang sedang ditekuni. Pengetahuan (pemahaman)
tersebut berkaitan dengan pandangan masing-masing akuntan publik, di
5
mana setiap akuntan publik tentunya memiliki pandangan yang berbeda-
beda dengan profesi yang sama.
Persepsi profesi atau pengetahuan seseorang terhadap suatu
bidang pekerjaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal,
sehingga seseorang dapat berpersepsi positif maupun negatif, yang
kemudian akan berpengaruh terhadap tingkat komitmen. Persepsi atas
profesi yang ditunjukkan oleh seorang akuntan publik merujuk pada teori
atribusi (Attribution Theory) yang menyatakan bahwa atribusi merupakan inti
dari proses persepsi manusia, di mana proses persepsi tersebut akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri dan lingkungan sekitarnya. Jika
persepsi yang baik (positif) dimiliki oleh seorang akuntan publik mengenai
profesinya, maka akuntan publik akan melakukan pekerjaan berdasarkan
kode etik yang berlaku dan tetap menganggap bahwa profesi yang ditekuni
adalah profesi yang sangat dibutuhkan dan memerlukan perilaku etis,
profesionalitas, integritas, dan independensi, sehingga akuntan publik akan
berupaya menghindari perilaku non etis dan lebih berkomitmen untuk
berperilaku terhormat bahkan jika mungkin akan mengesampingkan
kepentingan pribadi. Namun jika persepsi negatif dimiliki oleh seorang
akuntan publik maka akan terjadi pelanggaran kode etik.
Etika profesi merupakan topik yang menyita banyak perhatian.
Perhatian ini merupakan indikasi yang memiliki arti penting perilaku beretika
dalam masyarakat. Perilaku etis yang ditunjukkan oleh seorang akuntan
publik merujuk pada teori atribusi (Attribution Theory). Teori atribusi
(Attribution Theory) menjelaskan tentang perilaku manusia, di mana perilaku
yang ditunjukkan dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri
6
seorang individu yang mengacu pada aspek individual dan faktor eksternal
yang berasal dari lingkungannya. Etika profesi dapat berupa standar sikap
para anggota profesi yang dibuat sebagaimana mestinya, lebih praktis, dan
tetap idealistis. Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku etis dan
profesionalitas yang tinggi pada profesi akuntan publik adalah kebutuhan
akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indraswati dan Munandar
(2018) dalam tinjauan empiris menyatakan bahwa persepsi profesi memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap komitmen profesi akuntan. Akan
tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2017) dengan objek yang
sama menyatakan bahwa persepsi profesi berpengaruh positif terhadap
komitmen profesi akuntan, namun tidak signifikan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi Profesi dan
Perilaku Etis Terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik Pada Kantor
Akuntan Publik Kota Makassar)”. Penelitian dengan tema yang sama juga
telah dilakukan oleh Indraswati dan Munandar (2018). Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak pada salah satu
variabel X dan tempat penelitian. Di mana pada penelitian sebelumnya
variabel X1 adalah persepsi profesi, variabel X2 adalah kesadaran etis,
sedangkan pada penelitian ini variabel X1 adalah persepsi profesi dan
variabel X2 adalah perilaku etis.
7
B. Perumusan Masalah
Pelanggaran kode etik oleh seorang akuntan publik telah menjadi
bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Adanya perbedaan
kepentingan telah memicu munculnya masalah-masalah yang membuat
semakin melemahnya tingkat profesionalitas, integritas, dan independensi
yang dimiliki akuntan publik. Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah persepsi profesi berpengaruh signifikan terhadap komitmen
profesi akuntan publik?
2. Apakah perilaku etis berpengaruh signifikan terhadap komitmen profesi
akuntan publik?
3. Apakah persepsi profesi dan perilaku etis secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh signifikan terhadap komitmen profesi akuntan
publik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah persepsi profesi memiliki pengaruh signifikan
terhadap komitmen profesi akuntan publik.
2. Untuk mengetahui apakah perilaku etis memiliki pengaruh signifikan
terhadap komitmen profesi akuntan publik.
3. Untuk mengetahui apakah persepsi profesi dan perilaku etis secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap komitmen
profesi akuntan publik?
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan
mengembangkan pengetahuan mengenai komitmen profesi yang
dikaitkan dengan persepsi dan perilaku etis sumber daya manusia serta
melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai komitmen profesi
akuntan publik, sehingga penelitian ini dapat menjadi referensi bagi
peneliti selanjutnya yang mengadakan kajian lebih lanjut dalam objek
yang sama.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini dimaksudkan dapat menjadi tambahan referensi
bagi lembaga pendidikan khususnya program studi akuntansi yang
dapat dipergunakan sebagai acuan atau landasan dalam pengambilan
data maupun informasi oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Makassar dalam proses belajar.
b. Bagi instansi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi
Kantor Akuntan Publik (KAP) agar dapat menaungi para anggota
akuntan publik (Auditor) dan tetap berpedoman pada kode etik, serta
berupaya menghindari perilaku non etis yang akan merusak citra diri,
organisasi, dan profesi yang ditekuni.
c. Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi masyarakat mengenai perilaku akuntan publik (auditor) sehingga
9
dapat meningkatkan kepercayaan terhadap kualitas pribadi akuntan
publik.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Teori Atribusi /Attribution Theory
Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori atribusi. Teori
atribusi (Attribution Theory) pertama kali dikemukakan pada tahun 1958
oleh Fritz Heider. Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan
tentang perilaku manusia. Teori atribusi mengemukakan bahwa perilaku
yang ditunjukkan oleh seorang individu dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Teori atribusi menekankan pada bagaimana seorang
individu menafsirkan berbagai macam peristiwa (kejadian) dan
bagaimana hal ini berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka
(Suartana, 2010:181).
Atribusi internal (dispositional attribution) dan atribusi eksternal
(situational attribution) merupakan dasar teori atribusi yang menjelaskan
penyebab perilaku seorang individu. Persepsi diri (kepribadian, sikap, dan
karakter), motivasi, kemampuan/keahlian, dan usaha merupakan faktor-
faktor yang mendasari perilaku seorang individu yang berasal dari dalam
diri dan faktor inilah yang disebut dengan dispositional attribution.
Sedangkan keadaan/kondisi sosial seperti lingkungan pekerjaan dengan
tekanan atau tanpa tekanan, dan pandangan masyarakat merupakan
11
faktor yang mendasari perilaku seorang individu yang berasal dari luar diri
(lingkungan) dan faktor inilah yang disebut dengan situational attribution
(Gordon dan Graham, 2006).
2. Definisi Persepsi dan Profesi
a. Persepsi
Persepsi merupakan sebuah proses untuk menangkap
atau memahami berbagai informasi yang ada di lingkungannya
melalui panca indra, baik itu penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan, maupun penciuman yang dialami oleh setiap individu
(Wirawan, 2013: 751). Pandangan tersebut dapat berarti penting jika
informasi yang didapatkan melalui panca indra dikumpul,
diidentifikasi, dan disimpulkan yang kemudian akan membentuk
sebuah persepsi .
Persepsi adalah proses untuk menerjemahkan atau
menginterpretasikan stimulus yang masuk dalam alat indra (Arif. et al,
2020: 62). Setiap manusia yang ada di bumi tentu memiliki persepsi
yang berbeda tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan, hal ini
menentukan tindakan apa yang akan dilakukan seseorang baik itu
untuk diri sendiri maupun orang yang ada disekitarnya.
Selain itu, persepsi juga didefinisikan sebagai suatu proses
yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan
kesan-kesan indra seseorang agar memberikan makna bagi
lingkungan orang tersebut (Zusmiati, 2016: 13).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses mengidentifikasi dan
12
menerjemahkan berbagai informasi yang ada dilingkungan melalui
panca indra yang dimiliki baik itu penglihatan, pendengaran,
penciuman, penghayatan, dan perasaan agar dapat meninggalkan
makna. Persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang tentang suatu
objek tertentu dapat berbeda karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor (Thoha, 2014: 154). Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya
sebagai berikut:
Faktor internal: Perasaan, sikap, dan kepribadian individu,
prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses
belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan,
minat, dan motivasi.
Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang
diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas,
ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan
familiar atau ketidakasingan suatu objek.
b. Profesi
Istilah profesi merupakan turunan dari bahasa inggris yaitu
“profession” yang berarti pekerjaan (Wajdi dan Lubis, 2019:
17).Tenaga ahli atau orang yang ahli dalam menjalankan profesi
dapat disebut sebagai tenaga profesional. Keterampilan, kejujuran,
dan lain sebagainya merupakan prinsip dasar profesi dalam setiap
bidang pekerjaan. Sedangkan menurut Habeyb dalam Mardani
(2017: 87), profesi adalah pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai
mata pencaharian tetap.
13
Prinsip profesi berdasarkan kemampuannya terbagi
menjadi tiga ciri, yaitu: (1) suatu bidang terpelajar dari ilmu
pengetahuan yang meliputi perangkat dan teknik yang akan
diaplikasikan ketika memberi pelayanan kemanusiaan, (2) suatu
standar keberhasilan yang diukur dengan pelaksanaan dalam
melayani kepentingan masyarakat lebih dari kepentingan pribadinya,
(3) memiliki sistem pengawasan atas pekerjaan praktisi dan
pendidikan dari mereka melalui sarana asosiasi dan kode etik (Wajdi
dan lubis, 2019: 18).
Berdasarkan definisi dari persepsi dan profesi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa persepsi profesi adalah pengetahuan
(pemahaman) seorang individu atas profesi (pekerjaan) yang sedang
dijalankan. pengetahuan (pemahaman) tersebut berkaitan dengan
pandangan masing-masing akuntan publik, di mana setiap akuntan publik
tentunya memiliki pandangan yang berbeda. Jika persepsi yang baik
(positif) dimiliki oleh seorang akuntan publik mengenai profesinya, maka
akuntan publik akan melakukan pekerjaan berdasarkan kode etik dan
standar etika yang berlaku dan tetap menganggap bahwa profesi yang
ditekuni adalah profesi yang sangat dibutuhkan dan memerlukan perilaku
etis, profesionalitas, integritas, dan independensi, sehingga akuntan
publik akan berupaya menghindari perilaku non etis dan lebih
berkomitmen untuk berperilaku terhormat bahkan jika mungkin akan
mengesampingkan kepentingan pribadi. Namun jika persepsi negatif
dimiliki oleh seorang akuntan publik maka akan terjadi pelanggaran kode
etik (Herawati: 2015).
14
3. Perilaku Etis
Perilaku merupakan serangkaian gabungan gerakan, tindakan
nyata atau kegiatan yang dilakukan seorang individu seperti bekerja,
proses berpikir, dan lain sebagainya (Chaplin, 2014:27). Penilaian
perilaku etis atau tidak setiap individu dapat diukur berdasarkan aturan
atau norma yang berlaku umum dalam masyarakat. Kata etis adalah kata
yang selalu berhubungan dengan etika, prinsip dan moral yang dimiliki
oleh seseorang, di mana prinsip dan moral yang dimaksud sesuai dengan
aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Perilaku individu terkait dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan bagaimana seorang karyawan berpikir dan
bertindak baik dalam tingkatan pribadi, kelompok, maupun dalam sebuah
organisasi (Amir, 2017: 16). Perilaku secara umum dipengaruhi oleh
beberapa aspek utama, yaitu sebagai berikut:
Motivasi (motivation), motivasi yang dimaksud berkaitan dengan
kekuatan pada diri seseorang yang mempengaruhi arah dan
keinginan seseorang. Motivasi akan kebutuhan yang besar akan
mendorong munculnya perilaku seseorang untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (Amir, 2017: 17).
Kemampuan (ability), kemampuan yang dimaksud berkaitan
dengan bakat alamiah dan kapabilitas (kecakapan dan
pengetahuan) yang dikembangkan (Amir, 2017: 17).
Persepsi peran (role perceptions) merupakan sejauh mana orang
memahami tugas atau peran yang diberikan padanya dan
diharapkan untuk dilakukan (Amir, 2017: 18).
15
Faktor situasional (situational factors) menunjukkan bahwa
individu dapat melakukan perilaku yang berbeda tergantung situasi
yang dialami. Situasi tersebut terkadang ada yang dapat
dikontrolnya, seperti hal-hal yang terjadi didalam organisasi, dan
ada pula situasi yang tidak dapat dikontrolnya, seperti hal-hal yang
terjadi di luar organisasi namun mempunyai pengaruh terhadap
organisasi (Amir, 2017: 18).
Perilaku manusia yang benar dan salah mengarah pada tingkat
moralitas. Nama lain untuk etika adalah moralitas yang berasal dari
bahasa Latin yaitu “mores” yang berarti kebiasaan, adat istiadat, dan cara
hidup. Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti
karakter, sikap dan cara berpikir ( Agoes dan Ardana, 2017: 26).
Definisi yang sama mengenai moral atau moralitas yang
merupakan kualitas perilaku seorang individu dalam arti baik atau buruk,
dan benar atau salah juga disampaikan oleh (Mardani, 2017: 35). Pada
prinsipnya etika dan moral merupakan pedoman, penuntun, dan alat
kontrol untuk mengatur kehidupan individu, di mana etika berhubungan
dengan tindakan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Dari uraian di atas, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal
berikut (Agoes dan Ardana, 2017: 27):
Etika sebagai praksis; sama dengan moral atau moralitas yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang
berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian
moral. Etika sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf
16
ilmiah bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut bersifat
kritis dan sistematis. Dalam taraf ini ilmu etika dapat saja mencoba
merumuskan suatu teori, konsep, atau prinsip-prinsip tentang
perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik, mengapa
perilaku tersebut dianggap baik atau tidak baik, mengapa menjadi
baik itu sangat bermanfaat, dan sebagainya.
Berdasarkan definisi dan penjabaran diatas maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku etis adalah tindakan atau perbuatan
benar/baik, adil, jujur, dan sebagainya yang dilakukan oleh seorang di
individu secara sadar yang sesuai dengan etika, aturan atau norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi, tindakan profesional,
integritas, objektivitas, dan kerahasiaan, yang menjadi kode etik akuntan
publik yang jika dilakukan dengan baik juga termasuk bentuk perilaku etis
yang dilakukan individu sebagai akuntan publik (auditor) yang memberi
jasa kepada masyarakat (Putri et.al, 2013:142).
4. Komitmen Profesi Akuntan Publik
a. Konsep komitmen
Komitmen merupakan janji kepada diri sendiri untuk
menerapkan nilai-nilai etis termasuk didalamnya profesionalitas,
integritas, obyektivitas yang kemudian dilaksanakan dengan sepenuh
hati dan atau tanpa paksaan dari pihak manapun (Faisal dalam
Gustini, 2016: 63). Dengan tingkat komitmen yang tinggi maka
akuntan publik akan bertindak sesuai dengan etika dan aturan-aturan
yang berlaku, dan tetap mengedepankan kepentingan publik.
17
Komitmen profesi dapat diartikan sebagai tingkat loyalitas
seseorang terhadap bidang pekerjaanya dan berusaha menjalin
hubungan baik dengan rekan kerja, masyarakat dan klien (Susilowati
et al, 2017:25). Bagi akuntan publik (auditor) kualitas pribadi
(profesional) merupakan tolak ukur keyakinan seorang klien atau
masyarakat, rekan kerja, maupun organisasi.
Selain definisi diatas, komitmen profesi akuntan juga
diartikan sebagai kemauan/keinginan seorang individu (akuntan)
untuk patuh terhadap standar profesi secara sukarela atau tanpa
paksaan dari pihak manapun (Tandiontong, 2013: 5). Adapun standar
profesi yang dimaksud meliputi standar auditing, akuntabilitas, dan
etika profesi. Standar auditing menurut PSA No.01 (SA Seksi 150)
berkaitan dengan kualitas profesional auditor dan pertimbangan yang
digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (150.1–150.2) terdiri atas sepuluh
standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar (Agoes,
2017: 57), yaitu:
Standar umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
18
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan saksama.
Standar pekerjaan lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang di audit.
Standar pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika
ada, ketidak konsistenan penerapan standar akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut
dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
19
d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor
harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan
audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor (IAPI, 2011: 150.1 dan
150.2).
b. Prinsip Etika IAI
Kepercayaan dari masyarakat merupakan kunci dari citra
bagi profesi akuntan, dan kepercayaan itu sendiri muncul dari
besarnya pemahaman, dan tingkat kualitas jasa yang sesuai dengan
kode etik akuntan itu sendiri. Struktur kode etik Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) terdiri dari prinsip etika, aturan etika, interpretasi
aturan etika, dan tanya jawab etika (Agoes, 2017: 159).
Prinsip etika IAI menurut Agoes dan Ardana(2017: 160-163),
yaitu sebagai berikut:
Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.
20
Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa
bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen
atas profesionalisme. Kepentingan publik menyiratkan: (1)
Masyarakat/publik membutuhkan dan mengandalkan informasi
(laporan keuangan dan laporan audit) yang dihasilkan oleh
profesi akuntan untuk mengambil berbagai jenis keputusan
bisnis, ekonomi, dan politis. (2) Efektivitas keputusan publik
bergantung pada kualitas informasi yang disampaikan oleh
profesi akuntan. (3) Profesi akuntan akan tetap berada pada
posisi penting bila setiap akuntan selalu dapat memelihara
kepercayaan publik. (4) penghormatan pada kepercayaan publik
ini hanya dapat dilakukan bila setiap akuntan dapat
menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi.
Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan
bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
21
Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang
paling mutakhir.
Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Perilaku profesional
Setiap anggota berperilaku yang konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
22
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
c. Profesi Akuntan publik
Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari
menteri keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk
menjalankan praktik akuntan publik (Agoes, 2017: 71).
Tujuan profesi akuntan adalah untuk mencapai tingkat
kinerja yang tinggi dan mampu memenuhi tanggung jawab yang
diberikan dengan menggunakan konsep dan standar profesionalisme
tertinggi untuk kepentingan masyarakat luas atau publik (Agoes dan
Ardana, 2017:159). Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka profesi
akuntan harus memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar
tersebut antara lain: (a) Kualitas informasi (kredibilitas), (b)
Profesionalisme, (c) Kepercayaan, dan (d) Kualitas jasa.
B. Tinjauan Empiris
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul
Peneliti Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Hasil Penelitian
1 Hermi Sularsih (2017)
Pengaruh kesadaran etis terhadap komitmen profesi auditor pada kantor akuntan publik kota Malang
Variabel dependen: komitmen profesi auditor. Variabel independen: kesadaran etis
Analisis regresi sederhana
Kesadaran etis berpengaruh positif secara signifikan terhadap komitmen profesi auditor.
2 Anik Susilowati, et al. (2017).
Pengaruh persepsi profesi, kesadaran etis, dan
Variabel dependen: komitmen profesi akuntan
Teknik analisis data yang digunaka
(1)Persepsi profesi tidak berpengaruh signifikan terhadap
23
independensi auditor terhadap komitmen profesi akuntan publik (survei pada auditor di kantor akuntan publik di Surakarta dan Yogyakarta.
publik. Variabel independen: persepsi profesi, kesadaran etis, dan independensi auditor.
n adalah uji asumsi klasik dan analisis regresi linear berganda.
komitmen profesi akuntan publik. (2) kesadaran etis memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. (3) independensi auditor memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. (4) persepsi profesi, kesadaran etis, dan independensi auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu komitmen profesi akuntan publik di kantor akuntan publik kota Surakarta dan Yogyakarta.
3 Hartania Indraswati dan Aris Munandar (2018).
Pengaruh persepsi profesi dan kesadaran etis terhadap komitmen profesi pada akuntan (Studi pada kantor akuntan publik kota Palembang).
Variabel dependen: komitmen profesi. Variabel independen: persepsi profesi dan kesadaran etis.
Analisis regresi berganda dengan melakukan uji F, uji koefisien determinasi, uji T, dan uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi profesi dan kesadaran etis terhadap komitmen profesi akuntan publik. Secara simultan persepsi profesi dan kesadaran etis berpengaruh positif dan signifikan.
24
4 Ade Imam Suhakim. (2020).
Pengaruh locus of control, komitmen profesi, kesadaran etis dan independensi terhadap perilaku auditor
Variabel dependen: perilaku auditor. Variabel independen: locus of control, komitmen profesi, kesadaran etis, dan independensi.
Analisis regresi linier.
Locus of control, komitmen profesi, dan kesadaran etis berpengaruh positif terhadap perilaku auditor. Sedangkan independensi tidak berpengaruh terhadap perilaku auditor.
5 Ongky Hartanto (2016)
Pengaruh locus of control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional terhadap perilaku disfungsional auditor.
Variabel dependen: Perilaku disfungsional auditor. Variabel independen: locus of control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional.
Analisis regresi berganda
locus of control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional berpengaruh signifikan terhadap perilaku disfungsional auditor.
6 Putri, et. al (2013)
Pengaruh persepsi profesi, kesadaran etis dan independensi auditor terhadap komitmen profesi akuntan publik di kota Medan
Variabel dependen: perilaku audit komitmen profesi akuntan publik independen: persepsi profesi, kesadaran etis dan independensi auditor
Analisis regresi berganda
Secara parsial persepsi profesi, kesadaran etis dan independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. Secara simultan persepsi profesi, kesadaran etis dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik.
25
7 Muriadi Akbar (2016).
Pengaruh komitmen profesional, efikasi diri, dan tekanan ketaatan, terhadap pengambilan keputusan etis auditor dengan pertimbangan etis sebagai variabel moderating
Variabel dependen: pengambilan keputusan etis auditor. Variabel independen: komitmen profesional, efikasi diri, dan tekanan ketaatan.
Analisis data regresi linear berganda dan dan analisis regresi moderating dengan pendekatan nilai selisih mutlak.
Komitmen profesional, efikasi diri, dan tekanan ketaatan berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan etis auditor. Analisis variabel moderating dengan pendekatan nilai selisih mutlak menunjukkan bahwa pertimbangan etis mampu memoderasi komitmen profesional, dan efikasi diri terhadap pengambilan keputusan etis auditor. namun tidak mampu memoderasi tekanan ketaatan terhadap pengambilan keputusan etis auditor.
8 Ade Imam Suhakim dan Dicky Arisudhana (2017)
Pengaruh gender, locus of control, komitmen profesi, dan kesadaran etis terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik.
Variabel dependen: perilaku auditor dalam situasi konflik. Variabel independen: gender, locus of control, komitmen profesi, dan kesadaran etis.
Analisis regresi linear berganda
Secara parsial gender, locus of control, komitmen profesi, dan kesadaran etis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik.
26
9 Emilia Gustini. (2016).
Pengaruh pengalaman audit, komitmen profesional, orientasi etika, dan nilai etika organisasi terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal di kota Palembang.
Variabel dependen: pengambilan keputusan etis auditor internal. Variabel independen: pengalaman audit, komitmen profesional, orientasi etika, dan etika organisasi.
Analisis regresi berganda.
Secara parsial pengalaman audit, komitmen profesional, dan orientasi etika tidak ada pengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal. Sedangkan nilai etika organisasi berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal. Secara simultan, pengalaman audit, komitmen profesional, orientasi etika, dan nilai etika organisasi berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal.
10 Darmoko
dan Siti
Suharni
(2013).
Pengaruh
persepsi
profesi dan
kesadaran
etis akuntan
terhadap
komitmen
profesi pada
auditor di
kantor
akuntan
publik.
Variabel dependen: komitmen profesi. Variabel independen: persepsi profesi dan kesadaran etis.
analisis
regresi
berganda
dengan
melakuka
n uji
validitas,
uji
reliabilita
s, dan uji
asumsi
klasik.
Persepsi profesi
dan kesadaran
etis secara
simultan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
komitmen profesi
akuntan publik.
(2) persepsi
profesi dan
kesadaran etis
secara parsial
berpengaruh
positif yang
27
signifikan
terhadap
komitmen profesi
akuntan publik.
(3) variabel yang
lebih dominan
berpengaruh
terhadap
komitmen profesi
akuntan publik
adalah kesadaran
etis.
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dapat dibuat dengan menyusun kerangka
pemikiran terlebih dahulu. Kerangka pemikiran disusun berdasarkan latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka. Kerangka
pemikiran adalah gambaran mengenai penyusunan penelitian berdasarkan
pemaparan teori-teori yang relevan mengenai permasalahan dalam
penelitian (studi teoritik), dan pemaparan hasil penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti (studi empirik).
Gabungan antara studi teoritik dan studi empirik dalam penelitian ini
akan menghasilkan variabel penelitian yang terdiri dari variabel independen
(X1: persepsi profesi dan X2: perilaku etis) dan variabel dependen (Y:
komitmen profesi akuntan publik). Setelah menetapkan variabel yang akan
diteliti, maka terbentuklah dugaan sementara atau yang biasa disebut
dengan hipotesis yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji. Hasil uji
hipotesis secara statistik inilah yang kemudian akan dijelaskan dalam
pembahasan yang pada akhirnya akan menemukan suatu kesimpulan.
28
Berdasarkan kerangka pemikiran, disusun kerangka konseptual yang
menggambarkan variabel-variabel penelitian serta pengaruhnya. Kerangka
pemikiran yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 2.1:
Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian
Studi Teoritik
Theory Attribution/Teori
atribusiof (Fritz Heider
1958)
Studi Empirik
Hubungan persepsi profesi
dengan komitmen profesi
akuntan publik
(+) Indraswati dan Munandar,
2018; Putri et al, 2013; Darmoko
dan Suharni, 2013.
(-) Susilowati et al, 2017.
Hubungan perilaku etis
dengan komitmen profesi
akuntan publik
(+)Susilowati et al, 2017;
Suhakim, 2020; Hartanto, 2016;
Akbar, 2016.
(-) Gustini, 2016.
Hipotesis
Uji Hipotesis
Hasil
Penelitian
29
Kerangka pikir pada penelitian ini didasarkan pada Teori Atribusi
(Attribution Theory) yang dikembangkan Fritz Heider pada tahun 1958.
Pengaruh antara variabel-variabel ini meliputi persepsi profesi, perilaku etis,
dan komitmen profesi akuntan publik.
Persepsi profesi diharapkan mampu mempengaruhi komitmen
profesi akuntan publik. Persepsi profesi merupakan pengetahuan seseorang
atas informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya mengenai suatu
pekerjaan. Pemilihan variabel persepsi profesi sebagai variabel independen
merujuk pada attribution theory (teori atribusi) yang menekankan pada
bagaimana seorang individu menafsirkan berbagai macam peritiwa dan
bagaimana hal itu berkaitan dengan pemikiran mereka (Heider, 1958).
Persepsi/pengetahuan seseorang terhadap suatu profesi dipengaruhi oleh
harapan tentang apa yang nyata dan aktual. Jika persepsi yang baik (positif)
dimiliki oleh seorang akuntan publik mengenai pekerjaannya, maka akuntan
publik akan melakukan pekerjaan berdasarkan kode etik dan berusaha
mencapai tujuan organisasi yang menaunginya. Dengan tindakan itulah
seorang akuntan publik akan menuai hasil yang diinginkan sebagai harapan
atas tindakan dan kerja keras yang dilakukan. Oleh sebab itu, persepsi
profesi akan mempengaruhi komitmen profesi akuntan publik (Indraswati dan
Munandar, 2018; Putri et al, 2013; Darmoko dan Suharni, 2013). Namun
terdapat pula pendapat berbeda dari peneliti sebelumnya yang menyatakan
bahwa persepsi profesi tidak berpengaruh signifikan terhadap komitmen
profesi akuntan publik (Susilowati et al, 2017).
Perilaku etis juga diharapkan mampu mempengaruhi komitmen
profesi akuntan publik. Perilaku etis merupakan suatu tindakan atau
30
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara sadar yang sesuai dengan
etika atau aturan yang berlaku umum. Pemilikan variabel perilaku etis
sebagai variabel independen merujuk pada attribution theory (teori atribusi)
yang menyatakan bahwa perilaku yang dilakukan oleh seorang individu
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Heider, 1958). Perilaku
seorang individu dilakukan sebagai akibat dari adanya motivasi, niat dan
keinginan untuk melakukan perilaku. Niat atau keinginan itulah yang menjadi
dasar pengukuran komitmen terhadap profesi yang akan digeluti. Perilaku
etis yang meliputi tindakan benar, baik, adil, dan jujur yang senantiasa
diterapkan oleh akuntan publik akan mempengaruhi proses pemberian
keputusan (opini). Perilaku yang ditunjukkan akuntan publik dalam
lingkungan kerja inilah yang akan menentukan sejauh mana komitmen
seseorang terhadap profesi akuntan publik (Susilowati et al, 2017; Suhakim,
2020; Hartanto, 2016; Akbar, 2016). Namun terdapat pula pendapat berbeda
oleh beberapa peneliti yang mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan
etis (perilaku) tidak berpengaruh terhadap komitmen profesional (Gustini,
2016).
Komitmen profesi akuntan publik dapat diartikan sebagai keinginan
atau tingkat loyalitas seseorang terhadap bidang pekerjaannya dan
berusaha menjalin hubungan baik dengan rekan kerja, masyarakat, dan
klien. Keinginan akan mendorong seseorang untuk patuh terhadap standar
profesi secara sukarela atau tanpa paksaan dari pihak manapun
(Tandiontong, 2013: 5). Komitmen profesi akuntan publik diukur berdasarkan
dua indikator, yaitu: loyalitas auditor terhadap profesi dan kompetensi profesi
auditor.
31
Berdasarkan uraian diatas, kerangka pikir dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2. 2 Kerangka Pikir
Keterangan Gambar:
= Secara Parsial
= Secara Simultan
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir, maka diajukan hipotesis sebagai
berikut:
Perilaku Etis (X2) Indikator:
1. Pelaksanaan kode etik
2. Penafsiran dan penyempurnaan kode etik
Sumber: Sihwajoeni dan Gudono dalam Widiastuti (2015)
Persepsi Profesi (X1) Indikator:
1. Standar teknis 2. Kompetensi dan
kehati-hatian profesional
Sumber: Herawati (2015)
Komitmen Profesi Akuntan Publik (Y)
Indikator: 1. Loyalitas auditor
terhadap profesi 2. Kompetensi profesi
auditor Sumber: Herawati (2015)
32
a. Hipotesis 1
Attribution theory (teori atribusi) merupakan inti dari proses
persepsi. Proses persepsi erat kaitannya dengan pengalaman-
pengalaman yang dijumpai seseorang terhadap suatu objek yang
beragam. Persepsi profesi merupakan pemahaman atau pengetahuan
seseorang mengenai pekerjaan. Bagi seorang akuntan publik (auditor)
persepsi profesi berarti pengetahuan yang dimiliki terkait pekerjaan yang
digeluti.
Jika persepsi yang baik (positif) dimiliki oleh seorang akuntan
publik mengenai pekerjaannya, maka akuntan publik akan melakukan
pekerjaan berdasarkan kode etik yang berlaku dan tetap menganggap
bahwa profesi yang ditekuni adalah profesi yang sangat dibutuhkan,
sehingga akuntan publik (auditor) akan berkomitmen untuk berperilaku
terhormat bahkan jika mungkin akan mengesampingkan kepentingan
pribadi. Tindakan ini tidak terlepas dari dorongan yang ada dalam diri
seseorang sebagai harapan untuk mendapatkan hasil yang akan
memberikan keuntungan. Persepsi profesi inilah yang kemudian akan
mempengaruhi komitmen profesi akuntan publik (Indraswati dan
Munandar, 2018; Putri et al, 2013; Darmoko dan Suharni, 2013).
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada pengaruh persepsi profesi terhadap komitmen profesi
akuntan publik.
H1: Persepsi profesi berpengaruh terhadap komitmen profesi akuntan
publik di Kota Makassar.
33
b. Hipotesis 2
Perilaku etis yang ditunjukkan oleh seorang akuntan publik
merujuk pada Attribution Theory (teori atribusi). Teori ini menjelaskan
bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh seorang individu akan dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut akan
menentukan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan. Perilaku etis
berarti perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku
umum. Perilaku etis dalam konteks akuntan publik dapat berupa sikap
profesional, integritas, objektivitas, dan kerahasiaan yang menjadi dasar
pengukuran komitmen terhadap profesi.
Akuntan publik sebagai pihak yang independen dituntut untuk
meningkatkan sikap profesionalitas agar dapat berlaku adil dan tidak
memihak kepada siapapun dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin baik perilaku atau tindakan yang dilakukan
seseorang, maka semakin besar pula komitmen seseorang terhadap
profesi akuntan publik (Susilowati et al, 2017; Suhakim, 2020; Hartanto,
2016; Akbar, 2016).
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada pengaruh perilaku etis terhadap komitmen profesi akuntan
publik.
H2 : Perilaku etis berpengaruh terhadap komitmen profesi akuntan publik
di Kota Makassar.
34
c. Hipotesis 3
Persepsi/pengetahuan seseorang terhadap suatu profesi
dipengaruhi oleh harapan tentang apa yang nyata dan aktual. Jika
persepsi yang baik (positif) dimiliki oleh seorang akuntan publik mengenai
pekerjaannya, maka akuntan publik akan melakukan pekerjaan
berdasarkan kode etik dan berusaha mencapai tujuan organisasi yang
menaunginya. Bersamaan dengan itu, persepsi inilah yang kemudian
mendorong seseorang untuk berperilaku etis atau bahkan non etis.
Pengetahuan (persepsi) tentang pekerjaan dan perilaku yang ditunjukkan
akuntan publik dalam lingkungan kerja akan menentukan sejauh mana
komitmen seseorang terhadap profesi akuntan publik (Putri, et. al, 2013;
Indraswati dan Munandar, 2017; Darmoko dan Suharni, 2013).
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada pengaruh persepsi profesi dan perilaku yang signifikan
terhadap komitmen profesi akuntan publik.
H3: Persepsi profesi dan perilaku etis secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh terhadap komitmen profesi akuntan publik di Kota Makassar.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksplanatori, yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar
satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif untuk meneliti populasi atau sampel agar dapat menguji hipotesis
yang telah ditetapkan. Alasan utama pemilihan jenis penelitian ini adalah
untuk menguji hipotesis yang ditetapkan agar dapat menjelaskan pengaruh
variabel bebas (persepsi profesi dan perilaku etis) terhadap variabel terikat
(komitmen profesi akuntan publik).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kantor akuntan publik yang ada di
Kota Makassar. Waktu dan tahap penyelesaian penelitian diperkirakan
berlangsung selama kurang lebih dua bulan. Alasan peneliti memilih kantor
akuntan publik sebagai objek penelitian adalah karena saat ini terdapat
banyak kantor akuntan publik di Kota Makassar yang akan memudahkan
penulis memperoleh data yang diperlukan melalui kuesioner yang akan
disebar, sehingga informasi yang diperoleh dapat meyakinkan peneliti terkait
pengaruh persepsi profesi dan perilaku etis terhadap komitmen profesi
akuntan publik.
36
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
1. Persepsi profesi
Persepsi profesi merupakan variabel bebas atau biasa disebut
dengan variabel “X1”. Persepsi profesi merupakan pemahaman atau
pengetahuan seseorang mengenai pekerjaan. Bagi seorang akuntan
publik (auditor) persepsi profesi berarti pengetahuan yang dimiliki terkait
pekerjaan yang digeluti. Persepsi profesi dapat diukur dengan dua
aspek/indikator (Herawati, 2015: 32), yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. 1
Indikator Penelitian Variabel Persepsi Profesi (X1)
Variabel Penelitian
Indikator Penelitian Pengukuran
Persepsi Profesi
Standar Teknis
1. Laporan keuangan diaudit sesuai standar akuntansi keuangan.
2. Tidak terjadi penyimpangan dalam laporan keuangan.
3. Laporan keuangan dilaporkan secara efisien.
4. Mendeteksi kecurangan material.
Kompetensi dan kehati-hatian profesional
1. Menjamin bahwa pendapat atas audit sesuai kriteria
2. Menjamin dokumen yang diperiksa sesuai dengan bukti yang sah.
3. Menjamin pengendalian intern yang baik dalam perusahaan.
4. Menjamin pengembangan perusahaan dimasa mendatang.
5. Menjamin bahwa tindakan yang salah telah dikonfirmasi.
6. Menjamin perusahaan berjalan efisien.
Sumber: Herawati (2015)
Variabel tersebut terdiri dari pernyataan yang bersifat positif,
jadi persepsi profesi dapat diukur dengan menggunakan skala likert, di
37
mana jawaban “Sangat Setuju” akan diberi skor “5”, “Setuju” diberi skor
“4”, “Ragu-ragu” diberi skor “3”, “Tidak Setuju” diberi skor “2”, dan “Sangat
Tidak Setuju” diberi skor “1”.
2. Perilaku etis
Perilaku etis merupakan variabel bebas atau biasa disebut
dengan variabel “X2”. Perilaku etis adalah tindakan atau perbuatan
benar/baik, adil, jujur, dan sebagainya yang dilakukan oleh seorang di
individu secara sadar yang sesuai dengan etika, aturan atau norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku etis dapat diukur dari
dua aspek/indikator (Sihwahjoeni dan Gudono dalam widiastuti, 2015:
55), yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2
Indikator Penelitian Variabel Perilaku Etis (X2)
Variabel Penelitian
Aspek/Indikator Penelitian
Pengukuran
Perilaku etis
Pelaksanaan Kode Etik
1. Mengamalkan kode etik. 2. Berkewajiban moral untuk
memelihara pelaksanaan kode etik.
3. Jasa profesional mematuhi prinsip objektivitas.
4. Kode etik 5. Menghormati kerahasiaan klien. 6. Intensif atau hadiah 7. Jasa profesional yang sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional.
Penafsiran dan penyempurnaan kode etik
1. Penafsiran kode etik 2. Dasar penyempurnaan kode
etik. 3. Membentuk komite kode etik. 4. Penyempurnaan kode etik jika
diperlukan oleh kongres IAI. Sumber: Sihwahjoeni &Gudono dalam widiastuti (2015)
38
Variabel perilaku etis terdiri dari pernyataan positif dan negatif.
Pernyataan negatif terletak pada nomor 4 dan nomor 6. Pernyataan positif
pada variabel perilaku etis tersebut diukur dengan menggunakan skala
likert, di mana jawaban “Sangat Setuju” akan diberi skor “5”, “Setuju”
diberi skor “4”, “Ragu-ragu” diberi skor “3”, “Tidak Setuju” diberi skor “2”,
dan “Sangat Tidak Setuju” diberi skor “1”. Sedangkan pernyataan negatif
diukur dengan menggunakan skala likert, di mana jawaban “Sangat
Setuju” akan diberi skor “1”, “Setuju” diberi skor “2”, “Ragu-ragu” diberi
skor “3”, “Tidak Setuju” diberi skor “4”, dan “Sangat Tidak Setuju” diberi
skor “5”.
3. Komitmen profesi akuntan
Komitmen profesi akuntan merupakan variabel terikat atau
biasa disebut dengan variabel “Y”. Komitmen profesi akuntan merupakan
suatu keadaan di mana seseorang telah meyakinkan dirinya untuk
mencintai profesi/pekerjaan yang ditekuni dengan sungguh-sungguh yang
kemudian direalisasikan melalui perilaku/tindakan secara sadar. Salah
satu bentuk komitmen akuntan publik terhadap profesi yang di emban
dapat dilihat dengan cara sejauh mana seorang akuntan publik
memahami profesi dan mematuhi kode etik akuntan itu sendiri. Komitmen
profesi akuntan dapat diukur dari dua aspek (Herawati, 2015: 32), yaitu
sebagai berikut:
39
Tabel 3.3
Indikator Penelitian Variabel Komitmen Profesi (Y)
Variabel Penelitian
Aspek/Indikator Penelitian
Pengukuran
Komitmen Profesi Akuntan Publik
Loyalitas auditor terhadap Profesi
1. Partisipasi auditor.
2. Mendukung Ikatan
Akuntan Indonesia
3. Peran auditor.
4. Kompetensi sesama
rekan.
kompetensi profesi auditor
1. Pelaksanaan standar
akuntan publik.
2. Pengabdian terhadap
profesi.
3. Antusias terhadap
pekerjaan.
4. Pemberian keputusan
audit.
5. Pertimbangan auditor
dalam pembuatan
keputusan.
Sumber: Herawati (2015)
Variabel tersebut terdiri dari pernyataan yang bersifat positif,
jadi komitmen profesi akuntan dapat diukur dengan menggunakan skala
likert, di mana jawaban “Sangat Setuju” akan diberi skor “5”, “Setuju”
diberi skor “4”, “Ragu-ragu” diberi skor “3”, “Tidak Setuju” diberi skor “2”,
dan “Sangat Tidak Setuju” diberi skor “1”.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dan memenuhi
karakteristik tertentu (Bahri, 2018: 49). Jadi, berdasarkan definisi tersebut
maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kantor akuntan publik
40
yang ada di Kota Makassar yang terdiri dari 10 kantor akuntan publik dengan
jumlah 50 auditor.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil melalui
cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu (Bahri, 2018: 49).
Jadi, berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sampel
dalam penelitian ini adalah akuntan publik (auditor) yang telah memberikan
jawaban atas kuesioner yang telah disebar pada masing-masing kantor
akuntan publik yang ada di Kota Makassar. Metode pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah metode Purposive Sampling, metode ini digunakan agar
data yang diperoleh sesuai dengan kriteria sampel untuk mencapai tujuan
penelitian. Jumlah responden yang bersedia memberikan data dalam
penelitian ini adalah 35 responden dari 7 kantor akuntan publik yang ada di
Kota Makassar. Berdasarkan metode tersebut maka kriteria penentuan
sampel serta daftar KAP dan jumlah responden yang dapat digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Penentuan Sampel
Keterangan Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
14
21
Usia < 25 Tahun
25-35 Tahun
36-55 Tahun
10
21
4
Pendidikan D3
S1
S2
S3
0
27
5
3
Jabatan Auditor Junior
Auditor Senior
Partner
Manajer Auditor
31
1
3
0
41
Lama Bekerja Antara 1-5 tahun
Antara 6-10 tahun
> 10 tahun
30
1
4
Sumber: Data primer yang diolah (2020)
Tabel 3.5 Daftar KAP dan Jumlah Responden
No. Nama KAP
Jumlah
Responden
1 KAP S. Mannan, Ardiansyah, dan Rekan 3
2 KAP Masnawaty Sangkala 4
3 KAP Yaniswar dan Rekan 5
4 KAP Usman dan Rekan 5
5 KAP Thomas, Blasius, Widarto dan Rekan 6
6 KAP Ardaniah Abbas 5
7 KAP Drs. Harly Weku dan Priscillia 7
Total 35
Sumber: Data primer yang diolah (2020)
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data
primer dalam penelitian ini berasal dari kuesioner yang terdiri dari
pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada
akuntan publik (auditor) yang ada pada kantor akuntan publik di Kota
Makassar.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
membagikan kuesioner (angket) kepada masing masing akuntan publik
(auditor) yang bekerja pada kantor akuntan publik di Kota Makassar.
Kuesioner yang akan disebar pada kantor akuntan publik sebanyak 50
kuesioner yang terdiri dari 10 kuesioner untuk masing-masing kantor
42
akuntan publik (10 KAP). Kuesioner yang disebar juga telah dilengkapi
dengan cara-cara pengisian serta nilai dari masing-masing jawaban yang
akan diberikan oleh akuntan publik (auditor).
G. Teknik Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis statistik dengan menggunakan SPSS 22. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda
adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat hubungan secara linear
antara dua atau lebih variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini juga
melakukan uji validitas dan reliabilitas data untuk mengetahui ketepatan alat
ukur (kuesioner) dalam mengukur objek yang diteliti. Selanjutnya melakukan
uji asumsi klasik sebelum melakukan uji hipotesis dengan menggunakan
analisis regresi berganda karena penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas
dan satu variabel terikat. Adapun rangkaian metode analisis untuk
menginterpretasikan data adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan suatu metode atau cara yang
digunakan untuk meringkas dan mendata dalam bentuk tabel, grafik, atau
ringkasan numerik data. Statistik deskriptif merupakan statistika yang
menggunakan data suatu kelompok untuk menjelaskan atau menarik
kesimpulan mengenai kelompok itu saja. Dalam penelitian ini statistik
deskriptif digunakan untuk menjelaskan deskripsi variabel dan data
demografi auditor yang menjadi objek penelitian.
43
2. Uji kualitas data
a. Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat ukur
dalam mengukur objek yang diteliti, oleh sebab itu penelitian yang
menggunakan kuesioner sebagai alat ukur wajib melakukan uji
validitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2016: 52). Valid yang dimaksud
dapat dilihat dari pertanyaan pada kuesioner di mana pertanyaan yang
diajukan harus dapat menggambarkan sesuatu yang akan diukur.
Uji validitas yang digunakan adalah dengan menggunakan
korelasi bivariate pearson. Pengujian validitas ini menggunakan
pearson correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai
yang diperoleh dari pertanyaan. Butir pertanyaan akan dinyatakan
valid jika tingkat signifikansi < 0,05 atau jika nilai r hitung lebih besar
dari r tabel (pada taraf signifikan 5%). Data yang signifikan ditandai
dengan tanda bintang yang terdapat pada angka Pearson Correlation
tiap indikator.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2016: 47). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha yang merupakan
salah satu alat ukur pada SPSS untuk mengukur reliabilitas. Uji ini
44
dilakukan dengan cara membandingkan angka Cronbach Alpha
dengan ketentuan nilai cronbach alpha minimal adalah 0,6. Artinya,
jika nilai cronbach alpha yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS
lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut
reliabel (dapat diandalkan). Sebaliknya jika nilai cronbach alpha lebih
kecil dari 0,6 maka kuesioner yang digunakan tidak reliabel (tidak
dapat diandalkan).
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan syarat untuk mendapatkan hasil
dari uji regresi linear berganda. Uji asumsi klasik menganalisis mengenai
hubungan atau pengaruh antar variabel baik dependen maupun
independen, dan regresi atau variabel pengganggu. Uji asumsi klasik
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2016: 154).Hal itu penting agar dapat membuktikan agar
variabel pengganggu yang ada memiliki distribusi normal. Maka uji
statistik yang nantinya akan dilakukan menjadi valid. Uji normalitas
menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-
S).Dasar pengambilan keputusan dari (K-S) adalah, jika probabilitas
(asymp.Sig) > 0,05 maka model regresi tersebut memenuhi asumsi
normalitas. Sebaliknya, jika probabilitas (asymp.Sig) < 0,05 maka
model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji K-S
akan semakin lengkap jika ditambah dengan grafik P-Plot. Pada
45
dasarnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram
dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan antara lain sebagai
berikut:
1) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
2) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2016: 137).
Sebaiknya data dalam penelitian tidak terjadi heteroskedastisitas,
maka harus homoskedasitas. Jika data bersifat homoskedasitas maka
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah
tetap. Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas, maka
digunakan uji Glejser. Penelitian ini menggunakan uji glejser dengan
meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen.
Jika nilai signifikansi lebih besar dari alfa (0,05) maka tidak ada
masalah heteroskedastisitas, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih
kecil dari alfa (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
46
terjadi heteroskedastisitas. Selain uji glejser untuk melihat ada
tidaknya heteroskedastisitas juga dapat dilihat dengan menggunakan
grafik Plot. Dengan grafik Plot maka akan terlihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot. Dasar analisis yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1) Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan salah satu alat ukur pada
SPSS. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel
independen yaitu persepsi profesi (X1) dan perilaku etis (X2) serta satu
variabel dependen yaitu Komitmen profesi (Y).Dengan demikian uji
multikolinearitas ini dapat digunakan untuk menguji ada tidaknya
hubungan linear antara satu variabel independen dengan variabel
independen lainnya (Ghozali, 2016: 103). Dalam uji multikolinearitas ini
akan menggunakan nilai Tolerance value and Variance Inflation Factor
(VIF). Jika nilai Tolerance value > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka tidak
terdapat multikolinearitas pada variabel independen dalam regresi.
Sebaliknya jika nilai Tolerance value < 0,10 atau nilai VIF > 10, maka
terdapat multikolinearitas pada variabel independen dalam regresi.
47
4. Analisis Regresi Berganda
Model regresi berganda yang dibangun pada penelitian ini
dapat dilihat pada persamaan regresi dibawah ini:
Y = α + 𝜷𝒏+ … + e ……………………………………………. 1
Y = α + 𝜷𝟏𝑿𝟏+ 𝜷𝟐𝑿𝟐 + e …………………………………………… 2
Keterangan:
Y = Komitmen Profesi
α = Konstanta Nilai
𝛽1𝛽2 = Koefisien Regresi
𝑋1 = Persepsi Profesi
𝑋2 = Perilaku Etis
e = Error
5. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis statistik adalah prosedur yang
memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak
atau menerima hipotesis dari data yang sedang di uji. Pengujian hipotesis
menggunakan uji statistik dan uji Koefisien Determinasi (R2). Menguji
hipotesis dengan uji statistik mengenai Pengaruh Persepsi Profesi dan
Perilaku Etis terhadap Komitmen Profesi Akuntan di Kantor Akuntan
Publik Kota Makassar digunakan pengujian hipotesis secara parsial
dengan uji T untuk melihat pengaruh masing-masing variabel terhadap
komitmen profesi akuntan di kantor akuntan publik kota Makassar.
Sedangkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
48
bersamaan terhadap variabel dependen digunakan pengujian hipotesis
secara simultan yaitu uji F.
a. Uji koefisien determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur
kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel independen
(Ghozali, 2016: 95) . Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu.R2 yang terdapat dalam analisis harus lebih dari 0, sehingga
terbukti bahwa variabel independen mempengaruhi variabel
dependen. Nilai R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan
variabel-variabel independen sangat terbatas dalam menjelaskan
variasi variabel dependen. Sebaliknya, nilai R2 yang tinggi