33
LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN PANGAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN Oleh: Nama : Yuni Qurrota Ayun NRP : 123020104 Kelompok : E No Meja : 3 Asisten : Yuke Rusiani Tanggal Percobaan :18 November 2014 LABORATORIUM PENGETAHUAN BAHAN PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2014

Pengetahuan Bahan Pangan Serelia Dan Kacang-kacangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PBP Serealia dan kacang-kacangan

Citation preview

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    PENGETAHUAN BAHAN PANGAN

    SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN

    Oleh: Nama : Yuni Qurrota Ayun

    NRP : 123020104

    Kelompok : E

    No Meja : 3

    Asisten : Yuke Rusiani

    Tanggal Percobaan :18 November 2014

    LABORATORIUM PENGETAHUAN BAHAN PANGAN

    JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS PASUNDAN

    BANDUNG

    2014

  • I PENDAHULUAN

    Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan

    Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.

    1.1 Latar Belakang Percobaan

    Pengetahuan Bahan Pangan digunakan sebagai bahan dasar untuk

    mengetahui komposisi bahan makanan dan memenuhi kebutuhan sesuai zat gizi

    tertentu, bahan makanan pokok yang dianggap penting pada kehidupan sehari hari

    atau yang sering dikonsumsi harus juga kita kenali, seperti makanan pokok yang

    merupakan sumber energy dan banyak mengandung karbohidrat dan protein yakni

    seperti serealia dan kacang kacangan (Rozicaca, 2011).

    Di Indonesia, terdapat berbagai jenis serealia dan kacang-kacangan dengan

    berbagai warna, bentuk, ukuran, dan varietas yang sebenarnya potensial untuk

    menambah zat gizi dalam diet atau menu sehari-hari. Serealia umumnya sebagai

    sumber karbohidrat (pati) sedangkan kacang kacangan umumnya sebagai sumber

    protein, tak hanya protein dan karbohidrat namun dalam serealia dan kacang

    kacangan ini juga terdapat lemak yang kadarnya berbeda beda. Konsumsi serealia

    dan kacangan di Indonesia seringkali digunakan baik dalam dunia baking maupun

    dunia masak karena produk ini bisa diolah menjadi tepung. Selain rasanya yang

    enak serealia dan kacang-kacangan juga mengandung banyak vitamin dan mineral

    yang penting untuk tubuh kita (Rozicaca, 2011).

    Yang dimaksud dengan serealia yaitu biji-bijian dari family rumput-

    rumputan (gramine) yang kaya akan karbohidrat sehingga dapat menjadi makanan

    pokok manusia, pakan ternak dan industry yang menggunakan karbohidrat

  • sebagai bahan baku. Jenis biji-bijian yang mengandung minyak misalnya jagung,

    merupakan bahan baku industry minyak nabati (Muchtadi, 2010).

    Biji-bijian yang tergolong dalam serealia antara lain padi (Oryza sative),

    jagung (Zea mays), gandum (Triticum sp), cantel (Sorghum sp) dan yang jarang

    dijumpai di Indonesia adalah barley (Horgeum vulgare), rye (Secale cereale), oats

    (Avena sative). Satu sama lain mempunyai struktur kimia yang sangat mirip

    (Muchtadi, 2010).

    Kacang-kacangan ada yang memasukan dalam serealia. Kacang-kacangan

    termasuk family Leguminosa atau disebut juga polongan (berbunga kupu-kupu).

    Berbagai kacang-kacangan yang telah banyak dikenal adalah kacang kedelai

    (Glycine max), kacang tanah (Arachis hypogeal), kacang hijau (Phaseoulus

    radiates), kacang gude (Cajanus cajan) dan masih banyak lagi. Kacang-kacangan

    merupakan sumber utama protein nabati dan mempunyai daya guna yang sangat

    luas. Kacang tanah dan kedelai merupakan sumber utama minyak di samping

    komoditi lainnya (Muchtadi, 2010).

    1.2 Tujuan Percobaan

    Tujuan dalam pengamatan struktur dan sifat fisik serealia dan kacang-

    kacangan adalah untuk mengetahui struktur dan sifat fisik yang berbeda dari

    komoditi serealia dan kacang-kacangan.

    Tujuan dalam percobaan uji bleaching adalah untuk mengetahui apakah

    tepung terigu yang di uji telah di bleaching atau tidak di bleaching.

    Tujuan dalam percobaan daya serap air tepung terigu adalah untuk

    mengetahui besarnya daya serap air pada tepung serta kualitas tepung.

  • Tujuan dalam percobaan uji gluten adalah untuk mengetahui jumlah gluten

    yang tergantung di dalam tepung terigu, dimana gluten tersebut merupakan

    protein yang tidak dapat larut dalam air.

    1.3 Prinsip Percobaan

    Prinsip dalam pengamatan struktur dan sifat fisik serealia dan kacang-

    kacangan adalah berdasarkan pengamatan terhadap warna dan bentuk, densitas

    kamba, ukuran, struktur fisik yang meliputi irisan melintang dan irisan membujur,

    dan rasio pengembangan.

    Prinsip dalam percobaan uji bleaching adalah berdasarkan reaksi oksidasi

    karoten oleh petroleum eter sehingga terjadi pengendapan dan terigu yang tidak di

    bleaching menunjukan kuning pada supernatan.

    Prinsip dalam percobaan daya serap air tepung terigu adalah berdasarkan

    kemampuan tepung menyerap air, semakin rendah daya serap air tepung maka

    semakin rendah kualitas tepung.

    Prinsip dalam percobaan uji gluten adalah berdasarkan sifat gluten yang

    merupakan protein yang tidak larut dalam air dan mempunyai sifat elastic dan

    licin pada permukaannya.

  • II METODOLOGI PERCOBAAN

    Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan-bahan yang digunakan, (2) Alat-

    alat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan.

    2.1 Bahan-bahan yang digunakan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan struktur dan sifat fisik

    serealia dan kacang-kacangan adalah kacang tolo.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan densitas kamba adalah

    kacang kedelai.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan uji bleaching adalah tepung

    F dan eter.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan daya serap air adalah beras

    putih A.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan rasio pengembangan adalah

    beras putih A.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan daya serap air tepung terigu

    adalah tepung D dan air.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan uji gluten adalah tepung A,

    air, dan NaCl 1%.

    2.2 Alat-alat yang digunakan

    Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan struktur dan sifat fisik serealia

    dan kacang-kacangan adalah pisau, talenan, jangka sorong, penggaris.

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan densitas kamba adalah gelas

    ukur.

  • Alat-alat yang digunakan dalam percobaan daya serap air adalah gelas

    kimia, tabung reaksi, kompor.

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan rasio pengembangan adalah

    gelas kimia, tabung reaksi, kompor.

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan uji bleaching adalah gelas kimia,

    gelas ukur, batang pengaduk.

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan daya serap air tepung terigu

    adalah gelas kimia, gelas ukur.

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan uji gluten adalah gelas kimia,

    plastic, pipet seukuran.

  • 2.3 Metode Percobaan

    1. Pengamatan Struktur dan Sifat Fisik Serealia dan Kacang-kacangan

    Gambar 1. Pengamatan Struktur dan Sifat Fisik Serealia dan Kacang-kacangan

    Prosedur pengamatan struktur dan sifat fisik terhadap serealia dan kacang-

    kacangan yaitu dengan mengamati warna dan bentuk, densitas kamba, ukuran,

    struktur fisik yang meliputi irisan melintang dan irisan membujur, dan rasio

    pengembangan.

  • 2. Percobaan Densitas Kamba

    Gambar 2. Percobaan Densitas Kamba

    Prosedur percobaan densitas kamba adalah siapkan gelas ukur, kemudian

    masukan sampel hingga volume 50mL dan timbang sampel tersebut.

    3. Percobaan Daya Serap Air

    Gambar 3. Percobaan Daya Serap Air

    Prosedur percobaan daya serap air adalah siapkan penangas air 100mL

    dalam gelas kimia. Kemudian masukan sampel dalam tabung reaksi sebanyak 1

    gram, masukan dalam penangas air pada suhu 80oC dengan waktu 20 menit.

  • 4. Percobaan Rasio Pengembangan

    Gambar 4. Percobaan Rasio Pengembangan

    Prosedur percobaan rasio pengembangan adalah siapkan penangas air

    100mL dalam gelas kimia. Kemudian masukan sampel dalam tabung reaksi

    sebanyak 1 gram, masukan dalam penangas air pada suhu 80oC dengan waktu 20

    menit.

    5. Percobaan Uji Bleaching

    Gambar 5. Percobaan Uji Bleaching

    Prosedur percobaan uji bleaching adalah siapkan gelas kimia, masukan

    tepung A (segitiga biru) sebanyak 14-17 gram dan 50mL petroleum eter. Biarkan

    mengendap. Amati supernatant. Supernatan berwarna kuning maka sampel tidak

    di bleaching.

  • 6. Percobaan Daya Serap Air Tepung Terigu

    Gambar 6. Percobaan Daya Serap Air Tepung Terigu

    Prosedur percobaan daya serap air tepung terigu adalah masukan 25 gram

    tepung A (tepung segitiga biru) ke dalam gelas kimia dan tambahkan 10-20 mL

    air, aduk hingga membentuk adonan sampai tidak lengket. Catat jumlah yang

    dibutuhkan.

  • 7. Percobaan Uji Gluten Menggunakan NaCl 1%

    Gambar 7. Percobaan Uji Gluten Menggunakan NaCl 1%

    Prosedur percobaan uji gluten menggunakan NaCl 1% adalah masukan 10

    gram tepung ke dalam gelas kimia dan tambahkan 5mL NaCl 1%. Uleni dan

    bentuk bentuk adonan bola. Diamkan 1 menit. Cuci hingga bersih. Timbang

    gluten basah dan keringkan dalam oven pada suhu 100oC. Timbang gluten kering.

  • 8. Percobaan Uji Gluten Menggunakan Air

    Gambar 8. Percobaan Uji Gluten Menggunakan Air

    Prosedur percobaan uji gluten menggunakan air adalah masukan 10 gram

    tepung ke dalam gelas kimia dan tambahkan 5-6 mL air. Uleni dan bentuk bentuk

    adonan bola. Diamkan 1 jam. Cuci hingga bersih. Timbang gluten basah dan

    keringkan dalam oven pada suhu 100oC. Timbang gluten kering.

  • III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.

    3.1 Hasil Pengamatan

    Tabel 1. Hasil pengamatan struktur dan sifat fisik serealia dan kacang-kacangan

    Sampel Kacang Tolo

    Warna dan bentuk Warna: Coklat muda

    Bentuk: lonjong

    Densitas kamba W = 3,46 gram/mL

    Ukuran

    Panjang 0,8 cm = 8 mm

    Lebar 0,55 cm = 5,5 mm

    Berat 0,2 gram

    Sifat fisik

    Irisan melintang

    Irisan membujur

    Sumber: Kelompok E, Meja 3 (2014)

  • Tabel 2. Hasil pengamatan daya serap air

    Sampel Beras Putih A

    Berat utuh 1 gram

    Berat awal 1 gram

    Berat setelah dimasak 2,9 gram

    % daya serap air 48,72%

    Sumber: Kelompok E, Meja 3 (2014)

    Tabel 3. Hasil pengamatan rasio pengembangan

    Sampel Beras Putih A

    ta1 7,4 cm

    ta2 7,6 cm

    tb1 1,8 cm

    tb2 3,4 cm

    % Rasio pengembangan 75%

    Sumber: Kelompok E, Meja 3 (2014)

    Tabel 4. Hasil pengamatan uji bleaching

    Sampel Tepung F

    Hasil Supernatan tidak berwarna kuning

    Sumber: Kelompok E, Meja 3 (2014)

    Tabel 5. Hasil pengamatan daya serap air tepung terigu

    Sampel Tepung D

    Volume Air 16 mL

    Berat Terigu 29,7 gram

    % Daya Serap Air 50,87%

    Sumber: Kelompok E, Meja 3 (2014)

  • Tabel 6. Hasil pengamatan uji gluten

    Sampel Tepung D (Tepung

    Tapioka)

    a. NaCl Gluten Basah 1,1 gram

    Gluten Kering 0,3 gram

    b. Air Gluten Basah 2,9 gram

    Gluten Kering 1,2 gram

    Sumber: Kelompok E, Meja 3 (2014)

    3.2 Pembahasan

    Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel kacang tolo pada pengamatan

    struktur dan sifat fisik serealia dan kacang-kacangan memiliki warna coklat muda

    dan bentuk lonjong dengan panjang sebesar 8 mm dan lebar sebesar 5,5 mm

    dengan berat sebesar 0,2 gram dan densitas kamba kacang kedelai sebesar 3,46

    gram/mL.

    Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel beras putih A pada percobaan

    daya serap air memiliki daya serap air sebesar 48,72%.

    Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel beras putih A pada percobaan

    rasio pengembangan memiliki rasio pengembangan sebesar 75%.

    Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel tepung D pada percobaan

    daya serap air tepung terigu memiliki daya serap air sebesar 53,87%.

    Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel tepung A pada percobaan uji

    gluten memiliki gluten kering menggunakan NaCl sebesar 0,3 gram dan gluten

    kering menggunakan air sebesar 1,2 gram.

  • Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel tepung F pada percobaan uji

    bleaching menghasilkan supernatan yang tidak berwarna kuning yang

    menunjukan bahwa sampel sudah di bleaching.

    Pada percobaan Uji Bleaching pada tepung terigu, digunakan tepung terigu

    segitiga biru dengan tujuan untuk mengetahui apakah pada tepung terigu tersebut

    dilakukan bleaching atau tidak. Tepung terigu biasanya berwarna krem. Namur

    karena konsumen kurang menyukainya, sehingga untuk memperoleh tepung terigu

    yang berwarna putih maka dilakukan bleaching. Proses bleaching ini berhubungan

    dengan oksidasi karoten yaitu pigmen yang terdapat pada tepung terigu. Tepung

    terigu yang dibleaching tidak menghasilkan warna pada cairan supernatannya.

    Sebelumnya tepung terigu tersebut ditambahkan petroleum ether dan diendapkan.

    Penambahan petroleum ether pada percobaan ini dimaksudkan untuk melarutkan

    pigmen yang terdapat pada tepung terigu yaitu karoten (Buckle, 1995). Pada hasil

    percobaan bahwa sampel menandakan bahwa tepung telah di lakukan bleaching

    yang ditandai dengan supernatan yang tidak berwarna kuning. Supernatan adalah

    substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah. Posisis

    dari substansi ini berada pada lapisan atas dan warnanya lebih jernih. Supernatan

    merupakan zat yang mengendap sebagai hasil reaksi dari pereaksi.

    Berikut ini adalah sifat fisik dari petroleum eter :

    Penampilan: Cairan transparan berwarna dengan bau minyak tanah

    Titik lebur (oC): < - 73

    Titik didih: (oC): 40-80

    Komponen utama: pentane, heksana

  • Tekanan uap jenuh (kPa): 53,32 (20oC)

    Titik nyala (oC): < -20

    Sifat volatile: Volatile

    Selanjutnya dalam praktikum ini juga terdapat uji gluten. Gluten adalah

    protein yang terdapat dalam tepung terigu tidak terlarut didalam air. Glutein bisa

    diekstrak dengan cara mencucinya dengan air hingga patinya hilang. Glutein yang

    telah diekstrak memiliki sifat elastis dan kohesi. Jika gliadin dan glutenin

    dipisahkan dari gluten maka gliadin akan bersifat seperti substansi sirup yang

    menggumpal dan saling terikat serta glutenin akan menghasilkan kekerasan yang

    berkemungkinan memperbesar kekuatan tekstur bahan.

    Jenis tepung terigu ada 2 yaitu tepung nabati dan hewani. Namun

    berdasarkan kandungan proteinnya dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

    Tepung terigu yang memiliki kandungan protein berkisar antara 8% - 9%.

    Tepung terigu yang memiliki kandungan protein berkisar antara 10,5 % -

    11,5 %.

    Tepung terigu yang memiliki kandungan protein berkisar antara 12 % -

    14%.

    Daya serap air tepung terigu juga menunjukkan jumlah air yang dapat

    diserap oleh bahan yang mencerminkan kebutuhan bahan akan air untuk

    membentuk suatu adonan yang baik. Jenis gandum akan mempengaruhi daya

    serap air tepung terigu yang dihasilkan. Daya serap air menunjukkan jumlah air

    yang dapat diserap oleh bahan yang mencerminkan tingkat kelunakan bahan.

    Parameter daya serap air juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah air yang

  • perlu ditambahkan pada saat penggolahan untuk mendapatkan mutu organoleptik

    (penampakan dan tekstur) yang optimal. Tepung terigu yang terbuat dari gandum

    keras (hard wheat) jenis hard spring dan hard winter mempunyai daya serap air

    yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan untuk pembuatan roti. Tepung terigu

    yang berasal dari gandum lunak (soft wheat) mempunyai daya serap air yang

    rendah. Daya serap air setiap jenis tepung terigu perlu diketahui untuk

    penyusunan formula adonan dan ketepatan pemilihan jenis terigu sebagai bahan

    dasar pembuatan produk pangan (makanan) (Rozicaca, 2011).

    Pengukuran densitas kamba yaitu hasil bagi antara berat bahan dan volume

    bahan. Dan hasil dari pengukuran densitas kamba diperoleh hasil yang berbeda-

    beda dari setiap bahan. Densitas kamba bahan yang diukur pada alat yang sama

    tidak akan sama, hal yang mempengaruhi perbedaan ini adalah besar-kecilnya

    serealia dan kacang-kacangan tersebut, semakin besar serealia dan kacang

    kacangan tersebut maka densitas kamba yang didapat semakin kecil yang

    disebabkan oleh banyak terdapat ruang kosong didalam bahan saat diukur, dan

    semakin kecil ukuran serealia dan kacang-kacangan maka densitas kamba

    semakin besar karena terdapat sedikit ruang kosong dalam bahan saat pengukuran

    (Rozicaca, 2011).

    Densitas kamba adalah perbandingan bobot bahan dengan volume yang

    ditempatinya, termasuk ruang kosong diantara butiran makanan. Densitas kamba

    dapat diukur dengan menimbang bahan yang menempati wadah literan sesuai

    dengan volume ( Sakinah, 2013 ).

  • Volume dan densitas juga dapat berperan sebagai aplikasi-aplikasi sebagai

    berikut :

    Pengeringan dan penyimpanan.

    Rancangan silo dan ruang penyimpanan.

    Mesin kompresi mekanikal.

    Pemisahan bahan-bahan asing.

    Penentuan kemurnian benih.

    Evaluasi kematangan.

    Tekstur dan kelunakan buah.

    Evaluasi kualitas produk seperti kacang kapri, jagung manis, dan kentang

    ( densitas meningkat jika matang ).

    ( Sakinah, 2013 ).

    Pada pengamatan daya serap air pada suhu 800 C, berat awal dari bahan

    adalah 1 gr. Setelah dipanaskan pada suhu 800 C dari berat semula diperoleh

    peningkatan massa bahan. Penyerapan air oleh bahan dapat mengakibatkan

    kerusakan bahan misalnya jika beras dimasak melebihi kadar air yang dibutuhkan

    maka beras tersebut akan berubah menjadi bubur atau menjadi cairan kental.

    Keadaan ini dapat membuat kita untuk menentukan kadar air untuk memasak

    setiap bahan itu agar tidak menjadi rusak (Rozicaca, 2011).

    Pada pengamatan rasio pengembangan, kekerasan suatu bahan serealia dan

    kacang-kacangan sangat berpengaruh terhadap rasio pengembangan dan daya

    serap bahan terhadap air. Bahan yang memiliki tekstur yang lembut seperti kacang

    tanah lebih banyak menyerap air dibandingkan dengan kacang kedelai yang

  • memilki tekstur yang keras. Banyak dan sedikitnya bahan menyerap air saat

    dimasak mempengaruhi berat akhir bahan setelah dimasak, bahan yang telah

    dimasak cendrung memiliki berat yang lebih besar dibandingkan dengan bahan

    sebelum dimasak, hal ini terjadi akibat proses pemasakan yang mengakibatkan

    bahan menyerap air. Proses pemasakan bahan juga mempengaruhi rasio

    pengembangan bahan. Bahan yang banyak menyerap air selain mengakibatkan

    pertambahan berat bahan juga mempengaruhi panjang, lebar, dan tebal bahan.

    Bahan yang banyak menyerap air menyebabkan pertambahan panjang, lebar dan

    tebal bahan yang lebih besar (Rozicaca, 2011).

    Yang dimaksud dengan serealia yaitu biji-bijian dari family rumput-

    rumputan (gramine) yang kaya akan karbohidrat sehingga dapat menjadi makanan

    pokok manusia, pakan ternak dan industry yang menggunakan karbohidrat

    sebagai bahan baku. Jenis biji-bijian yang mengandung minyak misalnya jagung,

    merupakan bahan baku industry minyak nabati (Muchtadi, 2010).

    Biji-bijian yang tergolong dalam serealia antara lain padi (Oryza sative),

    jagung (Zea mays), gandum (Triticum sp), cantel (Sorghum sp) dan yang jarang

    dijumpai di Indonesia adalah barley (Horgeum vulgare), rye (Secale cereale), oats

    (Avena sative). Satu sama lain mempunyai struktur kimia yang sangat mirip

    (Muchtadi, 2010).

    Kacang-kacangan ada yang memasukan dalam serealia. Kacang-kacangan

    termasuk family Leguminosa atau disebut juga polongan (berbunga kupu-kupu).

    Berbagai kacang-kacangan yang telah banyak dikenal adalah kacang kedelai

    (Glycine max), kacang tanah (Arachis hypogeal), kacang hijau (Phaseoulus

  • radiates), kacang gude (Cajanus cajan) dan masih banyak lagi. Kacang-kacangan

    merupakan sumber utama protein nabati dan mempunyai daya guna yang sangat

    luas. Kacang tanah dan kedelai merupakan sumber utama minyak di samping

    komoditi lainnya (Muchtadi, 2010).

    Beras merupakan salah satu serealia yang sering dikonsumsi oleh kita. Mutu

    beras sangat bergantung pada mutu gabah yang akan digiling dan sarana mekanis

    yang digunakan dalam penggilingan. Selain itu, mutu gabah juga dipengaruhi oleh

    genetik tanaman, cuaca, waktu pemanenan, dan penanganan pascapanen.

    Pemilihan beras merupakan ungkapan selera pribadi konsumen, ditentukan oleh

    faktor subjektif dan dipengaruhi oleh lokasi, suku bangsa atau etnis, lingkungan,

    pendidikan, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Beras

    yang mempunyai cita rasa nasi yang enak mempunyai hubungan dengan selera

    dan preferensi konsumen serta akan menentukan harga beras. Secara tidak

    langsung, faktor mutu beras diklasifikasikan berdasarkan nama atau jenis (brand

    name) beras atau varietas padi. Respons konsumen terhadap beras bermutu sangat

    tinggi. Agar konsumen mendapatkan jaminan mutu beras yang ada di pasaran

    maka dalam perdagangan beras harus diterapkan sistem standardisasi mutu beras.

    Beras harus diuji mutunya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) mutu

    beras giling pada laboratorium uji yang terakreditasi dan dibuktikan berdasarkan

    sertifikat hasil uji (Suismono 2002). SNI untuk beras giling bertujuan untuk

    mengantisipasi terjadinya manipulasi mutu beras di pasaran, terutama karena

    pengoplosan atau pencampuran antarkualitas atau antarvarietas (Soerjandoko,

    2010).

  • Tabel 7. Sifat Fisik Serealia (Muchtadi, 2010)

    Nama Panjang

    (mm)

    Lebar

    (mm)

    Berat

    (mg/biji)

    Densitas kamba

    (kg/ m2)

    Beras

    Gandum

    Jagung

    Sorghum

    Rye

    Oats

    5 10

    5 8

    8 17

    3 15

    4,5 10

    6 13

    1,5 5

    2,5 4,5

    5 15

    2,5 4,5

    1, 5 3,5

    1-4,5

    27

    37

    285

    23

    21

    32

    575-600

    790-825

    745

    1360

    695

    356-520

    Faktor-faktor sifat beras (Rozicaca, 2011):

    Kadar air

    Kadar air di dalam beras merupakan sifat yang paling dominan

    mempengaruhi daya tahan beras untuk di timbun tanpa menjadi rusak dan buruk,

    di serang oleh hama gudang. Pengalaman menunjukan bahwa kadar air 14 % atau

    kurang, di perlukan untuk beras yang di timbun agar tidak di serang oleh hama

    gudang. Pada kadar air di atas 14 % hama berbentuk jamur dan bakteri dapat

    tumbuh dan memperbanyak diri dengan subur, sehingga beras dapat menjadi

    rusak membusuk dengan cepat. Jasad renik yang mengkontaminasi beras ini

    memerlukan kadar air yang cukup untuk pertumbuhannya. Sekali jasad renik itu

    tumbuh, maka akan menghasilkan air dan gas CO2 serta panas sebagai proses

    metabolismenya. Jadi kadar air beras akan cepat meningkat dan ini lebih

    menyuburkan lagi pertumbuhan jasad renik tersebut. Panas yang di hasilkan jasad

    renik akan lebih mempercepat lagi pertumbuhan jasad renik itu dan meningkatkan

    reaksi-reaksi biokimiawi menuju ke kerusakan dan pembusukan beras lebih lanjut.

    Kadar butir pecah (patah)

  • Yang di sebut butir patah (pecah) ialah bila biji beras pecah menjadi kurang

    dari ukuran biji asal butir beras tersebut. Permukaan pecah sangat muda di

    serang hama gudang, baik jasad renik maupun serangga. Jadi banyaknya biji

    pecah akan meningkatkan kemungkinan serangan oleh hama gudang. Pada

    umumnya batas kadar biji pecah ialah kurang dari 25% dari beras tersebut.

    Menentukan kadar biji pecah ini dapat di lakukan dengan ayakan teknis atau di

    pisahkan secara manual satu persatu, kemudian di timbang, berapa gram butir

    pecah dari 100g contoh beras. Kadar butir pecah di nyatakan dengan persen (%).

    Kadar butir rusak

    Yang di sebut butir rusak ialah bila berwarna lain dari yang biasa. Warna

    biji beras normal ialah putih bening. Warna ini terdapat pada biji beras yang di

    panen cukup masak, tidak masih muda. Warna yang di anggap tidak normal ialah

    warna hijau, warna kapur, warna kuning, dan warna hitam serta warna merah.

    Warna hijau dan warna kapur menunjukan biji gabah muda ketika panen. Warna

    kuning sampai hitam di sebabkan oleh pengaruh panas atau serangan jamur,

    sedangkan butir merah biasanya karena varietas merah dari beras itu sendiri.

    Beras merah tidak biasa di perdagangkan secara internasional, sehingga campuran

    butir merah di anggap biji rusak dan menurunkan kualitas putih tersebut. Di

    Indonesia beras merah masih di jual dipasar lokal, malah di anggap lebih bergizi

    daripada beras putih yang di giling bersih. Batas butir rusak yang di ijinkan

    biasanya tidak lebih dari 5%.

    Kadar benda asing

  • Ialah benda-benda bukan butir beras, misalnya butir tanah liat, kerikil,

    bagian-bagian tumbuhan termasuk biji-biji lain yang bukan butir beras. Tanah dan

    butir-butir kerikil sering tercampur mengotori beras secara tidak di sengaja,

    maupun di sengaja untuk menambah berat beras tersebut. Biji rumput atau serealia

    lain seperti jagung sering juga tercampur dengan beras, terutama biji rumput, bila

    pembersihan ketika di giling tidak cukup. Juga potongan-potongan batang atau

    daun jerami mungkin terdapat d dalam beras secara tidak di sengaja karena

    pembersihan yang tidak cukup ketika di giling. Benda-benda asing ini sering

    terkontaminasi oleh jasad renik yang kemudian akan mencemari beras dan

    merusaknya menjadi busuk.

    Berdasarkan ukuran beras dalam standarisasi mutu beras dikenal 4 tipe yaitu

    (Rozicaca, 2011):

    - Biji sangat panjang (extra long grain)

    - Biji panjang (long gran)

    - Biji sedang

    - Biji pendek

    Berdasarkan bentuk dan rasio panjang/lebar, beras dibedakan menjadi 4

    yaitu (Rozicaca, 2011):

    - Beras biji lonjong

    - Beras biji sedang

    - Beras biji agak bulat

    - Beras biji bulat

  • Mutu giling tidak dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk biji, tetapi lebih

    ditentukan oleh varietas padi dan kadar air beras. Mutu masak

    ditentukan oleh suhu gelatinisasi (Rozicaca, 2011):

    - Rendah : < 70oC

    - Sedang : 70 74oC

    - Tinggi : > 74oC

    Beras yang mempunyai suhu gelatinisasi lebih tinggi apabila dimasak

    membutuhkan air dan waktu lebih banyak pada proses pemasakannya. Beras yang

    mempunyai suhu gelatinisasi tinggi mutunya rendah (Rozicaca, 2011).

    Kacang-kacangan merupakan salah satu bahan makanan sumber protein

    dengan nilai gizi yang tinggi (20 25 g/100 g), vitamin B (thiamin, riboflavin,

    niacin, asam folat), mineral (Ca, Fe, P, K, Zn, Mg, dan lain-lain), dan serat.

    (J.Dostalova, 2009). Nilai dan mutu gizi kacang kacangnya menjadi lebih baik

    setelah dikecambahkan. Selama pengecambahan komponen antigizi (tripsin

    inhibitor, asam pitat, pentosan, tannin) menurun dan setelah pengecambahan

    terbentuk komponen fitokimia (glokosinolates, antioksidan alami yang berperan

    untuk kesehatan (M. Marto, 2010).

    Selain kacang-kacangan, serealia seperti beras dan jagung sangat berpotensi

    untuk dikecambahkan sehingga dapat meningkatkan nilai gizi, seperti gama amino

    butyric acid yang terbentuk selama perkecambahan beras. Dengan demikian selain

    dapat meningkatkan mutu gizi, pengecambahan juga mampu meningkatkan

    komponen fungsional (Aminah, 2012).

    Tabel 8. Komposisi Kimia Serealia dan Kacang-kacangan (Muchtadi, 2010)

  • Komponen Beras

    Beras

    giling

    Gandum

    merah

    Jagung Kacang

    Kacang

    hijau

    Kedelai

    Gude

    Kacang

    tanah

    Energi (kal) 366 352 333 350 350 316 381 525

    Protein (gr) 7,6 7,3 9,0 17,1 17,1 20,7 40,0 27,9

    Lemak (gr) 1,0 0,9 1,0 1,8 1,8 1,0 16,7 42,7

    Hidrat arang

    total

    78,9 76,2 77,2 70,7 70,7 58,0 24,9 17,4

    Serat (gr) 0,4 0,8 0,3 5,7 5,7 4,6 3,2 2,4

    Abu (gr) 0,6 1,0 1,0 2,1 2,1 4,6 5,3 2,4

    Kalsium (mg) 59 68 22 94 94 146 222 316

    Fosfor (mg) 258 257 150 315 315 445 682 456

    Besi ( mg) 0,8 4,2 1,3 4,9 4,9 4,7 10 5,7

    Karoten total

    (mg)

    0 0 0 235 235 0 31 30

    Vitamin A (SI) 0 0 0 0 0 0 0 0

    Vitamin B1

    (mg)

    0,26 0,34 0,10 0,40 0,40 0,3 0,52 0,44

    Vitamin C

    (mg)

    0 0 11 11 0 0 0

    Air (gr) 11,9 14,6 11.8 7,4 7,4 16,1 12,7 9,6

    Bahan dapat

    makanan (%)

    100 100 1000 100 100 100 100 100

  • Dalam serealia dan kacang kacangan juga terdapat pati. Pati adalah salah

    satu bahan penyusunan yang paling banyak dan luas terdapat di alam, yang

    merupakan karbohidrat cadangan pangan pada tanaman. Pati dapat dibagi menjadi

    dua jenis, yaitu pati alami yang belum mengalami modifikasi (Native Starch) dan

    pati yang telah termodifikasi (Modified Starch). Pati tersusun paling sedikit oleh

    tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin dan material antara seperti,

    protein dan lemak Umumnya pati mengandung 1530% amilosa, 7085%

    amilopektin dan 510% material antara. Struktur dan jenis material antara tiap

    sumber pati berbeda tergantung sifat-sifat botani sumber pati tersebut (Greenwood

    dkk., 1979). Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidik.

    Sifat pada pati tergantung panjang rantai karbonnya, serta lurus atau bercabang

    rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yaang dapat dipisahkan dengan air

    panas, fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin.

    Salah satu modifikasi serealia dan kacang kacangan adalah tepung. Tepung

    merupakan butiran-butiran halus yang berukuran sangat kecil tergantung pada

    jenis asalnya serta mengandung amilosa dan amilopektin. Tepung terigu pada

    umumnya digunakan untuk membuat kue dan bahan masak-memasak lainnya.

    Selain itu, tepung juga digunakan untuk pengentalan makanan, kemampuan

    pengentalan tepung ini disebabkan oleh daya serapnya terhadap air sehingga

    butiran-butiran tepung tersebut membesar dan apabila dipanaskan maka granula

    tersebut akan rusak dan pecah sehingga terjadi proses gelatinisasi. Pada peristiwa

  • gelatinisasi tepung, viskositas bahan akan meningkat karena air telah masuk

    kedalam butiran tepung dan tidak bisa bergerak bebas lagi (Moehyl, 1992).

    Berikut adalah taksonomi dari beberapa macang kacang :

    1. Kacang hijau

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotilodonae

    Ordo : Fabales

    Famili : Fabaceae

    Genus : Phaseolus

    Species : Phaseolus radiatus L.

    2. Kacang Kedelai

    Kerjaan : Plantae

    Filum : Magnoliopyta

    Ordo : Fabales

    Famili : Fabacea

    Upafamili : Faboideae

    Genus : Glycine Merr

    Species : Glycine max dan Glycine soja

    3. Kacang Tanah

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Tracheophyta

  • Ordo : Leguminales

    Family : Fabacea

    Upafamili : Papilionaceae

    Genus : Arachis

    Species : Arachis hypogaea L.

    Sifat hasil pertanian serealia dan kacang-kacangan dapat ditinjau dari warna,

    bentuk atau struktur, ukuran, berat, densitas kamba, serta rasio pengembangan dan

    daya serap air oleh bahan. Bentuk dan ukuran serealia berbeda-beda, ada yang

    berbentuk bulat, pupih, lonjong dan tidak beraturan. Perbedaan bentuk tersebut

    merupakan hasil dari setiap spesies dan genus tanaman meskipun masih dalam

    satu kelas. Warna serealia dan kacang-kacangan digunakan menjadi nama dari

    serealia dan kacang-kacangan tersebut (Rozicaca, 2011).

  • IV KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.

    4.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sampel kacang tolo

    pada pengamatan struktur dan sifat fisik serealia dan kacang-kacangan memiliki

    warna coklat muda dan bentuk lonjong dengan panjang sebesar 8 mm dan lebar

    sebesar 5,5 mm dengan berat sebesar 0,2 gram dan densitas kamba kacang kedelai

    sebesar 3,46 gram/mL.

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sampel beras putih

    A pada percobaan daya serap air memiliki daya serap air sebesar 48,72%.

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sampel beras putih

    A pada percobaan rasio pengembangan memiliki rasio pengembangan sebesar

    75%.

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sampel tepung D

    pada percobaan daya serap air tepung terigu memiliki daya serap air sebesar

    53,87%.

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sampel tepung A

    pada percobaan uji gluten memiliki gluten kering menggunakan NaCl sebesar 0,3

    gram dan gluten kering menggunakan air sebesar 1,2 gram.

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sampel tepung F

    pada percobaan uji bleaching menghasilkan supernatan yang tidak berwarna

    kuning yang menunjukan bahwa sampel sudah di bleaching.

  • 4.2 Saran

    Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung, praktikan memahami prosedur

    dengan benar dan lebih teliti agar mendapatkan hasil pengamatan dan perhitungan

    yang benar.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Aminah, Siti dan Hersoelistyorini, Wikanastri. 2012. Karakteristik Kimia

    Tepung Kecambah Serealia Dan Kacangkacangan Dengan Variasi

    Blanching. Seminar Hasil-Hasil Penelitian LPPM UNIMUS 2012.

    Buckle, K .A, R.A Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton. 1995. Ilmu Pangan.

    Universitas Indonesia Press. Jakarta.

    Cluster, Sakinah. 2013. Karakteristik Fisik dan Termik

    Sakinah20cluster.blogspot.com Diakses : 19 November 2014

    Moehyl, S. 1992. Penyelenggara Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bathara,

    Jakarta.

    Muchtadi, T. R., Sugiyono., Ayustaningwarno, F. 2010. Ilmu Pengetahuan

    Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung.

    Muchtadi, Tien R. dan Sugiyono. 2001. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.

    Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

    Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut

    Pertanian Bogor.

    Rozicaca. 2011. Serealia dan Kacang-Kacangan. rozicaca.blogspot.com.

    Diakses tanggal 19 November 2014

    Soerjandoko, R.N.E. 2010. Teknik Pengujian Mutu Beras Skala

    Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 15 (2) : 44-47.

    Suismono. 2002. Standardisasi Mutu Untuk Perdagangan Beras Di Indonesia.

    Majalah Pangan 39 (11) : 37-47.

  • LAMPIRAN PERHITUNGAN

    1. Perhitungan Percobaan Rasio Pengembangan

    % Rasio Pengembangan =

    =

    = 75 %

    2. Perhitungan Percobaan Daya Serap Air Tepung Terigu

    Daya serap air (%) =

    = 53,87%

    3. Perhitungan Percobaan Daya Serap Air

    % Rasio Pengembangan =

    =

    = 48,72%