17
Pertanyaan-Pertanyaan dalam Filsafat Hukum dan HUKUM ALAM Surya Tjandra Kuliah Satu Unika Atma Jaya, Jakarta

penggabungan badan usaha

  • Upload
    rae

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hukum perusahaan

Citation preview

Page 1: penggabungan badan usaha

Pertanyaan-Pertanyaan dalamFilsafat Hukum

danHUKUM ALAM

Surya Tjandra

Kuliah SatuUnika Atma Jaya, Jakarta

Page 2: penggabungan badan usaha

Pertanyaan2 Filsafat Hukum1. Apakah ‘filsafat’ itu? Apakah ‘hukum’ itu? 2. Apakah hukum terdiri dari satu prinsip moral universal sesuai

dengan hukum alam (no. 1)?3. Atau ia sekadar koleksi dari sebagian besar buatan manusia,

ketentuan2 valid, perintah, atau norma2 (no. 2)?4. Apakah hukum mempunyai tujuan khusus, seperti

perlindungan hak2 individual (no. 3), pemenuhan keadilan (no. 4), atau kesetaraan ekonomi, politik dan seksual (no. 5)?

5. Bisakah hukum dipisahkan dari kontek sosialnya (no. 6)?

Page 3: penggabungan badan usaha

Isu-isu filsafat hukum dalam kuliah ini

1. Hukum Alam2. Positivisme Legal3. Hukum sebagai Interpretasi4. Hak dan Keadilan5. Hukum dan Masyarakat6. Teori Hukum Kritis

Page 4: penggabungan badan usaha

Apakah ‘hukum’ itu?• Tidak ada masyarakat bisa secara layak dimengerti

atau dijelaskan tanpa satu konsep yg tepat dari hukum dan doktrin hukumnya.

• Tetapi apakah ‘hukum’ itu?• Langkah konstruktif pertama adalah dg membedakan

antara teori hukum‘deskriptif’dan‘normatif’:– Teori hukum deskriptif berusaha menjelaskan apakah

hukum itu, mengapa, dan apa konsekuensinya tentang fakta-fakta.

– Teori hukum normatif, di sisi lain, tertarik pada apa yg seharusnya hukum itu tentang nilai-nilai.

Page 5: penggabungan badan usaha

Tiga tipe prinsip teori hukum dekriptif

1. Pendekatan DOKTRINAL. Mengajukan sebuah teori untuk menjelaskan sebuat doktrin hukum. Misalnya: kebebasan berekspresi bisa dibenarkan oleh pengadilan terkait kebebasan berbicara. Teori hukum doktrinal mencari jawaban terhadap pertanyaan spt: ‘bisakah kasus spt ini dijelaskan oleh teori yg ada?’

2. Pendekatan EKSPLANATORI. Berusaha menjelaskan mengapa hukum menjadi spt itu adanya. Teori hukum Marxist, misalnya, bersifat ‘explanatory’ dengan menawarkan pandangan bahwa hukum adalah perwujudan dari kepentingan kelas penguasa.

3. Pendekatan KONSEKUENSI. Tertarik pada konsekuensi yg akan muncul dari satu sistem aturan yg pasti. Misalnya: analisis ekonomi terhadap hukum bisa memperkirakan biaya yg akan muncul dari penerapan satu sistem pertanggungjawaban yg ketat terhadap industri perakitan kendaraan bermotor.

Page 6: penggabungan badan usaha

Teori hukum normatif• Teori hukum normatif, di sisi lain, tertarik pada nilai-nilai.

– Ia mencari tahu apakah pertanggungjawaban yg ketat pada industri perakitan kendaraan bermotor perlu diadopsi, guna melindungi konsumen. Apakah ini akan adil atau sekadar dilakukan saja?

• Karenanya teori hukum normatif diasosiasikan dengan teori moral atau politik. Dalam menilai hukum, teori ini bisa antara ‘ideal’ atau ‘non-ideal’: – IDEAL: terkait apa yg terbaik akan diciptakan oleh sistem hukum jika

memang ia secara politik bisa dicapai.– NON-IDEAL: membayangkan macam2 keterbatasan dari aturan hukum

yg dipilih, seperti kesulitan penerapannya di lapangan.

Page 7: penggabungan badan usaha

Tetapi, bukan pemisahan kaku• Tapi tidak ada pemisahan yg kaku dari kedua kategori filsafat hukum ini.

Teori hukum normatif bisa dibantu teori hukum deskriptif untuk mencapai tujuannya, dan sebaliknya.

– Contohnya teori hukum deskriptif yg memprediksi tingkat kesuksesan reformasi hukum (mengubah hukum lama yg buruk menjadi baik) bisa menjadi semacam dasar untuk teori hukum normatif yg menghasilkan perbaikan.

• Pada kenyataannya bisa saja muncul semacam ‘hybrid’ (penggabungan) dari keduanya misal teori ‘hukum sebagai integritas’ dari Ronald Dworkin.

• Berhadapan dg situasi ketidakadilan yg nyata, tidak sulit untuk menuju penyederhanaan berlebihan dan retorika ketika merefleksikan bentuk dan fungsi hukum yg tepat. Teori hukum punya peran penting dalam mendefinisikan dan membela nilai2 ideal yg menjaga jalan hidup kita.

Page 8: penggabungan badan usaha

Nuremberg Trial

Page 9: penggabungan badan usaha

Kasus

1. Apakah ‘perkawinan’ antara seorang laki-laki dg seorang waria yg telah berganti kelamin dimungkinkan secara hukum?

2. Apakah sepasang orang tua bisa meminta pengadilan utk membolehkan mereka melakukan sterilisasi utk anak gadisnya yg mengalami lemah mental?

3. Apakah seorang suami bisa meminta izin pengadilan utk mencegah upaya aborsi yg ingin dilakukan istrinya?

Page 10: penggabungan badan usaha

Putusan Pengadilan

1. Kasus 1 perkawinan laki2 dg seorang yg telah berganti kelamin batal demi hukum, krn ia tidak bisa melibatkan konsekuensi perkawinan yg alamiah, secara biologis, reproduksi perempuan.

2. Kasus 2 orang tua tidak bisa melakukan sterilisasi krn merampas hak fundamental si anak untuk bereproduksi.

3. Kasus 3 suami tidak bisa melarang istri utk aborsi krn pengadilan hanya bisa menegakkan hak yg sudah diakui oleh hukum positif, dan baik janin yg belum lahir maupun si bakal ayah tidak memiliki hak itu.

Page 11: penggabungan badan usaha

‘Hukum Alam’

• Berangkat dr asumsi adanya korelasi antara ‘yang baik’ dg ‘yg datang secara alamiah’ kasih sayang orang tua, cinta heteroseksual, solidaritas keluarga…

• Semua yg tidak memperhatikan atau mengurangi ciri kemanusiaan adalah buruk.

• Ahli hukum sering menggunakan argumentasi ‘alamiah’ ini, khususnya ketika isu tersebut tidak tercakup dalam ketentuan yg dibuat otoritas (UU atau aturan lain) yg lebih diakrabi ahli hukum.

Page 12: penggabungan badan usaha

‘Crimes Against Humanity’

Page 13: penggabungan badan usaha

Ciri-ciri hukum alam

1. Ia bersifat universal & tidak berubah; krn itu ia tersedia di semua waktu & semua tempat utk mereka yg pekerjaannya adalah membuat UU atau mengembangkan hukum.

2. Ia hukum yg ‘lebih tinggi’; ia lebih tinggi dibanding UU yg disahkan oleh otoritas politik; artinya ia menentukan apakah hukum biasa secara moral mengikat bagi subyeknya (dua pertama ini menekankan kualitas ‘legal’ dari hukum alam)

3. Ia bisa diterima oleh akal sehat (di sinilah terletak kualitas ‘alamiah’ dr hukum alam).

Page 14: penggabungan badan usaha

Tokoh-tokoh Awal

• St Agustinus (354-430) ‘Apakah negara tanpa keadilan selain persekutuan perampok yg diperluas?’

• St Thomas Aquinas (1225-1274) via Summa Theologiae membagi hukum menjadi empat tipe hukum:– ‘Hukum abadi’ (eternal law), meliputi aturan2 Tuhan yg mengatur semua

ciptaan.

– ‘Hukum alam’ (natural law), satu bagian dari hukum abadi yg bisa dicerna akal sehat melalui satu proses berpikir.

– ‘Hukum suci’ (divine law), yg telah disebutkan dalam kitab suci.

– ‘Hukum manusia’ (human law), yg meliputi aturan2, didukung oleh akal sehat, tapi diartikulasikan oleh otoritas manusia utk kebaikan bersama.

Page 15: penggabungan badan usaha

Konsekuensi filsafat + Thomas Aquinas

1. Hukum manusia mendasari kualitas legalnya, dalam arti kekuatan utk mengikat hati nurani, dari hukum alam.

2. Semua hukum yg tidak sesuai dg hukum alam atau hukum suci hanya merupakan ‘korupsi dr hukum’ & krn itu tidak terikat oleh nilai dr kualitas legalnya sendiri (‘hukum yg tidak adil bukanlah hukum’).

3. Namun demikian, meski UU disahkan dg bertentangan dg hukum alam & krn itu ‘tidak adil’, kepatuhan masih bisa diterima utk menghindari contoh buruk atau kekacauan sosial.

Page 16: penggabungan badan usaha

Pengaruh hukum alam dalam sejarah filsafat hukum

• Dalam hukum internasional, Hugo de Groot (1583-1645) atau Grotius sekularisasi hukum alam.

• Seandainya Tuhan tidak ada, hukum alam akan tetap punya isi yg sama; sesuatu secara intrinsik salah, apakah dikatakan Tuhan atau tidak ‘Tuhan tidak bisa menyatakan dua kali dua tidak sama dg empat!’).

• Terkait hak & kewajiban politik dlm arti kontrak sosial orang bisa berada di bawah kekuasaan politik yg lain hanya dengan persetujuannya.

• Pernyataan kemerdekaan berbagai bangsa:– Amerika: ‘Life, liberty and the pursuit of happiness … we hold these truths to self-

evident, that all men are created equal, that they are endowed by their Creator with certain unalianable rights.’

– Perancis: ‘natural rights’ untuk umat manusia…– Indonesia: ‘Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa…’

Page 17: penggabungan badan usaha

Hukum alam versus positivisme hukum

• Dari manakah sumber ‘hukum’?

• Apakah hukum yg ‘sah’ lantas selalu ‘adil’?