Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMACERITA
FIKSI MELALUI METODE STORYTELLING DENGAN
MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS IV MIN 4
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
NURUL HIDAYATI NINGSIH
23040160033
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA
2020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
ii
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMACERITA
FIKSI MELALUI METODE STORYTELLINGDENGAN MEDIA
BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS IV MIN 4
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
NURUL HIDAYATI NINGSIH
23040160033
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA
2020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
iv
v
vi
vii
MOTTO
Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan
menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan
kemudian menyebarkannya.
-Sofyan bin Uyainah-
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku Bapak Suyatno dan Ibu Ninik Nuryantini yang selalu
memberikan doa, membimbing, mendiidik, memberikan kasih sayang, yang
selalu sabar dalam memberikan nasihat, memberikan semangat, memberikan
motivasi dan dukungan.
2. Kedua adikku tersayang Muhammad Riski Irkhamni dan Ana Nur Khasanah
yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi.
3. Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan, memberikan semangat,
memberikan doa dan yang selalu memotivasi penulis sehingga skripsi ini
terselesaikan.
4. Sahabat dan teman-teman dekatku dimanapun kalian berada yang maaf tidak
bisa ku sebutkan satu persatu nama nya karna begitu banyaknya, yang telah
memberikan dukungan, semangat, motivasi dari awal perjuang penulis sampai
dengan skripsi ini terselesaikan.
5. Kakak – kakak seperjuangan DEMA FTIK IAIN Salatiga Tahun 2018
6. Sahabat-sahabati dan bolo-bolo di organisasi esktra kampus kota salatiga,
terimakasih atas dukungan dan motivasinya sehingga penulisan skripsi ini
terselesaikan.
7. Teman-teman seperjuangan PPL MI Ma’arif Pulutan Salatiga
8. Keluarga KKN IAIN Salatiga posko 217 Desa Blumbang yang senantiasa
memberikan pengalaman bermasyarakat dan bekerja sama yang baik serta
ix
terimakasih atas segala doa, dukungan, dan motivasinya sehingga penulisan
skripsi ini terselesaikan.
9. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2016
yang telah memberikan banyak dukungan dan motivasi selama menempuh
perkuliahan di IAIN Salatiga.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, senantiasa penulis haturkan
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,
sehingga skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Cerita
Fiksi Melalui Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan pada Siswa
Kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun Ajaran 2019/2020 dapat terselesaikan. Tak lupa
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung
Muhammad SAW semoga beliau selalu dirahmati Allah SWT.
Penulis skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis
sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Dr. Peni Susapti, M.Si., selaku Kepala Program Studi PGMI IAIN
Salatiga,
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si., selaku Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan dan meluangkan waktunya
untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik terimakasih
atas bimbingannya selama 8 semester ini.
xi
xii
ABSTRAK
Ningsih, Nurul,Hidayati.2020. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Cerita
Fiksi Melalui Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan
pada Siswa Kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran
2019/2020.Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
IbtidaiyahFakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Metode Storytelling, Media Boneka Tangan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
subtema cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka tangan
siswa kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu,
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi melalui metode storytelling
dengan media boneka tangan. Instrumen penelitian ini meliputi RPP, lembar
observasi guru, lembar observasi siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan
data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan tes tertulis.
Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus presentase, apabila ≥ 85%
siswa tuntas belajar maka siklus dihentikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode storytelling dengan media
boneka tangan dapat meningkatkan hasil belajar subtema cerita fiksi pada siswa
kelas IV yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan MIN 4 Boyolali Tahun 2020. Peningkatan hasil belajar siswa dapat
dibuktikan dengan data setiap siklusnya, hasil dari pra siklus, siklus I sampai
dengan siklus II. Data berikut diperoleh sebagai berikut: Hasil belajar siswa yang
tuntas dari pra siklus hanya 10 siswa (35,7%) dan 18 siswa (64.3%) belum tuntas
dengan nilai rata-rata kelas 67,7. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar mencapai
16 siswa (57.1%)dan 12 siswa(42.8%) belum tuntas dengan nilai rata-rata 70.7.
Jadi dari pra siklus ke siklus 1 mengalami peningkatan hasil belajar sebanyak
21.4%. Sedangkan hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 25 aiawa (89.2%) yang tuntas dan 3 siswa (10.7%) belum
tuntas dengan nilai rata-rata 79.8. Siswa yang belum tuntas tersebut dikarenakan
siswa masih malu atau minder ketika diminta untuk bercerita di depan kelas
sehingga ketika siswa diminta untuk mengerjakan tes evaluasihasil belajar belum
bisa mencapai KBM atau belum bisa dikatakan tuntas. Jadi, terjadi peningkatan
hasil belajar siklus I dan siklus II sebesar 32.1%. Siswa yang belum tuntas pada
siklus II akan diberi tindakan mandiri berupa latihan-latihan atau remidi yang
dipantau oleh guru sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
LOGO ..................................................................................................................... iii
JUDUL ................................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iv
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. v
PERRNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ... vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .................................................................... xvi
DAFTARLAMPIRAN ........................................................................................ xvii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .......................................... 8
xiv
F. Metode Penelitian......................................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 16
BAB IILANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar Subtema Cerita Fiksi ............................................................ 17
1. Hasil Belajar ........................................................................................... 17
2. Subtema Cerita Fiksi .............................................................................. 22
B. Penerapan Metode Storytelling .................................................................. 27
1. Pengertian Metode Pembelajaran ........................................................... 27
2. Jenis Metode Pembelajaran .................................................................... 27
3. Pengertian Metode Bercerita atau Storytelling ....................................... 28
4. Manfaat Storyrelling ............................................................................... 28
C. Media Boneka Tangan ............................................................................... 29
1. Pengertian Media Pembelajaran ............................................................. 29
2. Pengertian Media Boneka Tangan.......................................................... 30
3. Kelebihan media Boneka Tangan ........................................................... 31
D. Penerapan Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan Pada
Subtema Cerita Fiksi ......................................................................................... 31
E. Kajian Pustaka ............................................................................................ 33
BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Kegiatan Pra Siklus .................................................................... 36
xv
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I .................................................................. 36
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ................................................................. 41
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................................... 47
1. Deskripsi Pra Siklus ............................................................................... 47
2. Deskripsi Siklus I ................................................................................... 50
3. Deskripsi Siklus II .................................................................................. 53
B. Pembahasan ................................................................................................ 57
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 63
B. Saran ........................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 68
xvi
DAFTAR GAMBARDAN TABEL
Gambar 1.1 Bagan Rancangan PTK ..................................................................... 10
Tabel 4.1. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ....................................................... 47
Tabel 4.2. Daftar Hasil Belajar Siklus I ................................................................ 51
Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siklus II ............................................................... 54
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus – Siklus II ................................. 57
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Belajar Setiap Siklus .............................................. 59
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Surat Keterangan Kegiatan(SKK) ...................................................... 68
Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Skripsi ...................................................... 72
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi ................................................................ 73
Lampiran 4 Lembar Jawaban Siswa ..................................................................... 75
Lampiran 5 Lembar Permohonan Izin Penelitian ................................................ 83
Lampiran 6 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ..................................................... 84
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .......................... 86
Lampiran 8 Daftar Hasil Belajar Siklus I .............................................................. 95
Lampiran 9 Daftar Nilai Keterampilan Siklus I .................................................... 99
Lampiran 10 Lembar Teks Cerita Pada Siklus I ................................................. 102
Lampiran 11 Lembar Soal Evaluasi Siklus I....................................................... 105
Lampiran 12 Catatan Lapangan Pelaksaan Pembelajaran Siklus I ..................... 106
Lampiran 13 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I .............................................. 110
Lampiram 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Siklus II .................... 112
Lampiran 15 Daftar Hasil Belajar Siklus II ........................................................ 119
Lampiran 16 Daftar Nilai Keterampilan Siklus II............................................... 123
Lampiran 17 Lembar Teks Cerita Siklus II......................................................... 126
Lampiran 18 Lembar Soal Evaluasi Siklus II ..................................................... 128
Lampiran 19 Catatan Lapangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................ 129
xviii
Lampiran 20 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ............................................. 133
Lampiran 21 Dokumentasi .................................................................................. 135
Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ........................ 141
Lampiran 23 Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 142
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, artinya siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berorientasi pada
aktivitas siswa untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek
kognitif, efektif, dan psikomotor secara profesional. Keaktifan siswa ada yang secara
langsung dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamati secara langsung, seperti
mengerjakan tugas, berdiskusi,dan menceritakan cerita dengan bahasanya sendiri.
Kadar keaktifan siswa tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga
oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional. Oleh sebab itu, aktif
atau tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri yang mengetahui secara pasti
dan hasil belajar siswa hanya siswa yang dapat menentukan (Sanjaya,2012:43).
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan hal yang bersifat penting bagi
keberlangsungan pendidikan karena pembelajaran dapat membantu siswa dalam
memperkaya ilmu. Pembelajaran akan bermakna bagi siswa apabila pembelajaran
tersebut ditunjang dengan metode dan media yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan. Tentunya metode dan media pada proses belajar mengajar perlu
disampaikan oleh guru yang profesionalyaitu guru yang menguasai materi yang akan
disampaikan dan menguasai metode serta media yang akan digunakan. Dahar
(2011:99) menjelaskan tentang belajar bermakna dalam pembelajaran yaitu sebagai
salah satu prasyarat belajar yang bermakna materi yang akan dipelajari harus
2
bermakna potensial. Kebermaknaan materi tergantung pada dua faktor meliputi
materi harus memiliki kebermaknaan logis, yaitu merupakan materi nonarbitrar dan
subtansif. Materi yang nonarbitrar adalah materi yang konsisten dengan yang telah
diketahui, sedangkan materi yang subtansial adalah materi yang dapat dinyatakan
dalam berbagai cara tanpa mengubah artinya. Gagasan-gagasan yang relevan harus
terdapat dalam struktur kognitif siswa. Dalam hal ini harus diperhatikan pengalaman
siswa, tingkat perkembangan intelektual siswa, intelegensi dan usia.
Bahasa merupakan aspek yang begitu penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Mengutip pengertian bahasa menurut pendapat Keraf yang
menyatakan ada dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahwa
bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
menggunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer (Suyatno,
2011: 15).
Bahasa memiliki peran penting dalam membentuk karakter manusia. Peran
bahasa Indonesia adalah sebagai cerminan pembentukan karakter bangsa. Bahasa
Indonesia harus digunakan sesuai konteks dan kedudukannya secara baik dan benar.
Selain bahasa Indonesia, Bahasa daerah juga memiliki peran penting dalam
membentuk karakter manusia. Bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan
yang hidup dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut. Konteks
dan kedudukan bahasa daerah tidak kalah pentingnya dengan konteks dan kedudukan
bahasa Indonesia. Bahasa daerah juga dapat menjadikan sumber untuk menemukan
kembali nilai-nilai moral yang semakin terkikis pada era globalisasi. Jadi, seperti
3
halnya bahasa Indonesia, bahasa daerah juga dapat menjadi sarana dalam pendidikan
karakter bangsa.
Proses penyampaian materi kepada siswa harus menggunakan bahasa yang
mudah dipahami siswa. Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar
mencakup empat ketrampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan
menulis (Tarigan,2008:1). Setiap ketrampilan mempunyai hubungan yang erat
dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang
mencerminkan pemikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah
dan jelas pula jalan pemikirannya. Pada subtema ini tujuan pembelajaran yang
ditujukan kepada siswa yaitu siswa akan mampu menceritakan cerita rakyat (cerita
fiksi) dengan bahasa daerahnya.
Untuk melatih kemampuan menyimak pada siswa memerlukan suatu cara
yang dapat menarik minat siswa untuk mendengarkan dan menyimak oleh karena itu
metode storytelling menjadi pilihan yang tepat untuk digunakan dalam melatih
kemampuan menyimak siswa. Storytelling merupakan sebuah seni bercerita yang
dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai pada siswa yang
dilakukan tanpa perlu menggurui. Dalam kegiatan storytelling, proses bercerita
menjadi sangat penting karena dari proses inilah nilai atau pesan dari cerita dapat
sampai pada anak (Asfandiyar,2007:2). Dalam penerapan metode storytelling guru
dapat menggunakan media untuk lebih menarik minat siswa agar lebih
memperhatikan selama storytelling berlangsung. Jenis media yang dapat menambah
variasi pada cerita adalah dengan media gambar, papan flannel, boneka tangan atau
wayang, dan objek (Tomskins dan Hoskisson dalam Siti Mariana, 2014:49).
4
Observasi yang telah dilakukan peneliti, masalah utama dalam pembelajaran
di MIN 4 Boyolali adalah masih rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini tampak dari
rata-rata hasil ulangan harian yang belum memenuhi nilai standar KBM. Faktor
penyebab siswa belum memenuhi nilai standar KBM adalah proses pembelajaran ini
masih cenderung menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
Pelaksanaan pembelajaran masih kurang variatif dalam penggunaan metode dan
media pembelajaran terutama dalam bidang sastra. Sikap siswa ketika pembelajaran
berlangsung masih tidak memperhatiakn, malas membaca cerita, malas menyimak
cerita, siswa ketika disuruh maju kedepan untuk bercerita kebanyakan suara masih
cenderung lirih. Siswa masih kekurangan bahan ajar dalam bercerita dan siswa juga
belum menguasai intonasi dan ekspresi saat bercerita serta banyak siswa yang kurang
antusias dalam kegiatan ini karena mereka cenderung malu untuk tampil dan
bercerita di depan kelas. Sehingga guru diharapkan mampu memilih metode dan
media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran agar diperoleh hasil
belajar siswa yang baik. Membaca sangat penting untuk dikembangkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan, seperti halnya dalam ajaran
islam banyak yang menganjurkan dan membahas ajaran-ajaran pentingnya membaca.
Sebagaimana Allah juga memerintahkan manusia untuk bisa membaca seperti yang
terkandung dalam surat Al Alaq ayat 1-5 berikut ini.
با ر ق ا ٢)قل ع ن مان س ن ل ا ق ل (خ ١)ق ل يخ الك ب ر س ك ب ر ا و (اق ر
م) لك ر ع ي م ال م ان س ن ل ا ل (ع ٤)ل ق ل بل يع ال(٣ا (٥)ل
5
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia yang
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Qur’an Al Alaq, ayat 1-5).
Dalam surat Al Alaq Allah memerintahkan manusia untuk membaca, dalam
ayat kelima Allah juga menegaskan jika membaca dapat membuat manusia
mengetahui apa yang tidak diketahui yang dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan.
Sesungguhnya semua pengetahuan berasal dari Allah, dan untuk mengetahuinya
manusia harus bisa membaca. Oleh karena itu, budaya membaca harus ditanamkan
sejak dini agar anak-anak juga bisa menggali informasi melalui membaca. Guru juga
harus menyampaikan betapa pentingnya membaca, karena dengan siswa yang bisa
membaca siswa juga akan dapat menyimak apa yang disampaikan guru dan akan
lebih mengetahui wawasan tentang semua bacaan ataupun cerita.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibutuhkan pembelajaran yang
efektif. Peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk mengatasi masalah tersebut.
Peneliti memberikan solusi berupa penggunaan metode storytelling dengan media
boneka tangan. Hal ini didukung oleh pendapat Suhartono (2005:24) yaitu dalam
mengembangkan keterampilan bercerita anak akan lebih efektif jika menggunakan
media yang tepat. Tomskins dan Hoskisson (Siti Mariana, 2014: 49) mengungkapkan
bahwa jenis media yang dapat menambah variasi pada cerita adalah dengan media
gambar, papan flannel, boneka tangan atau wayang, dan objek. Senada dengan
pendapat tersebut, Sudarmadji (2010:21) mengungkapkan bercerita dengan alat
6
peraga dapat menggunakan media boneka tangan, boneka jari, flannel, wayang, dan
lain-lain.
Boneka sederhana dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kreativitas dan ketrampilan dramatikanya Tompkins dan Hoskisson
(Siti Mariana, 2014: 47). Penggunaan media boneka tangan dapat menolong anak
untuk bernalar, berimajinasi, dan membentuk konsep tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan objek. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat pengalaman
Edger Dele (Azhar Arsyad, 2009: 11), media gambar dan boneka tergolong pada
tingkat yang sama, yakni simbol atau lambang visual. Dengan begitu siswa akan
terpacu untuk terampil bercerita dihadapan teman-temannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Cerita Fiksi
Melalui Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas IV
MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa subtema cerita fiksi
melalui metode storytelling dengan media boneka tangan pada siswa kelas IV MIN 4
Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan Untuk
mengetahui:Peningkatan hasil belajar siswa subtema cerita fiksi melalui metode
7
storytelling dengan media boneka tangan pada siswa kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun
Pelajaran 2019/2020.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manfaat
yang diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Secara Teoritik
a. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang relevan
b. Menemukan teori/metode pembelajaran yang inovatif yang dapat mendukung
peningkatan kualitas pembelajaran di masa datang.
c. Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan dalam meningkatkan
kompetensi pembelajaran.
2. Manfaat Secara Praktik
a. Bagi Guru
1) Membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa
2) Menanamkan kreatifitas guru dalam usaha pembenahan pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1) Memberikan pengalaman yang baru serta menghidupkan suasana belajar
yang aktif, inovatif dan kreatif.
2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema cerita fiksi
3) Meningkatkan semangat belajar siswa pada subtema cerita fiksi
8
c. Bagi Sekolah
1) Membangun motivasi untuk mengembangkan metode storytelling dan
media boneka tangan dalam meningkatkan hasil belajar dalam rangka daya
saing sekolah
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih efektif dan kreatif.
d. Bagi Peneliti
1) Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti ketika terjun ke dalam
dunia pendidikan
2) Peneliti menjadi tahu pentingnya melakukan variasi metode dan media
pembelajaran
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Menurut Mulyasa (2011:63) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang
paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui
PTK.
Berdasarkan rumusan masalah serta mempertimbangkan konsep yang ada
dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil hipotesis tindakan yaitu :
Jika metode storytelling dengan media boneka tangan diterapkan dengan baik,
dapat meningkatkan hasil belajar siswa subtema cerita fiksi pada siswa kelas IV
MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.
9
2. Indikator Keberhasilan
Setiyawati, dalam Daryanto (2011:83) berpendapat bahwa Indikator
keberhasilan merupakan tolak ukur tingkat ketercapaian dari tindakan yang
diberikan. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
siswa subtema cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka
tangan. Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut:
a. Individu
Adanya peningkatan hasil belajar pada subtema cerita fiksi. Nilai yang
diperoleh melebihi KBM yang sudah ditentukan di sekolah tersebut, yaitu≥
70.
b. Klasikal
Pembelajaran secara klasikal dikatakan berhasil apabila dari 85% siswa
dikelas dapat mencapai KBM≥ 70(Triant, 2010:241).
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Berdasarkan namanya sudah menunjukkan isi yang ada di dalamnya, yaitu sebuah
penelitian yang dilakukan di dalam sebuah kelas. Penelitian Tidakan Kelas
merupakan penelitian yang memaparkan terjadinya sebab akibat dari perlakuan,
sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan
memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan
dampak dari perlakuan tersebut (Arikunto, 2017:1-2).
10
Alasan peneliti menggunakan Metode Penelitian Tindakan Kelas adalah
untuk meningkatkan profesional pendidikan dalam menanggapi proses belajar
mengajar serta penelitian ini dapat dilakukan secara praktis dan langsung relevan
untuk situasi yang aktual sehingga pembelajaran pada subtema cerita fiksi melalui
metode storytelling dengan media boneka tangan dapat meningkat. Penelitian
Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis Kolaboratif, dimana peneliti
bertindak sebagai pengamat.
Ada empat tahapan dalam pelaksanaan PTK, yaitu, (1) perencanaan, (2)
tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi (Arikunto, 2017: 143). Berikut merupakan
tahapan empat kegiatan dapat ditampilkan pada gambar 1.1.
Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK
(Sumber: Arikunto, 2017:144)
11
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MIN 4 Boyolali dan mengambil siswa kelas
IV semester 2 MIN 4 Boyolali yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 14 siswa laki-
laki dan 14 siswa perempuan dengan kolaboratornya guru kelas IV yaitu Bapak
Edi Wahyono, S.Pd.I. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2020.
Penelitian dilakukan dengan 2 siklus yaitu siklus I dilanjutkan Siklus II dengan
menggunakan Metode storuyelling dengan media boneka tangan.
3. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan merancang secara rinci tentang apa
dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan. Kegiatan ini berupa menyiapkan
bahan ajar, menyiapkan rrencana pelaksanaan pembelajaran, merencanakan
bahan untuk pembelajaran, serta menyiapkan hal lain yang diperlukan dalam
proses pembelajaran (Arikunto, dkk, 2017:143).
Tahapan dalam perencaan ini terdiri dari:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
storytelling dengan media boneka tangan
2) Menyiapkan sarana pendukung yang dibutuhkan saat proses pembelajaran
berlangsung
3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui kondisi
saat proses pembelajaran berlangsung
4) Merencanakan tindakan pembelajaran menggunakan metode storytelling
dengan media boneka tangan
12
5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan metode
storytelling dengan media boneka tangan
b. Tindakan
Tahap tindakan merupakan penerapan model atau cara mengajar yang
akan dilakukan di dalam kelas. Guru pada tahap ini sebagai pelaksana harus
mengetahui dan berusaha menaati apa yang harus dirumuskan dalam
rancangan, tetapi juga harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat (Arikunto,
dkk, 2017:144). Jadi dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang dibuat oleh peneliti. Dan peneliti bertugas sebagai observer
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan.
Pengamatan melakukan pengamatan untuk mengetahui apakah tindakan yang
dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana dan mengumpulkan data yang
dibutuhkan, mencatathal-hal yang terjadi pada saat proses tindakan
berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi atau evaluasi yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat
berupa data kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, dll) dan data
kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa dalam
pembelajaran, dan lain-lain(Setiyawati dalam Daryanto, 2011:27).
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengetahui apa yang kurang
pada pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan
13
ketika guru selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan
peneliti untuk mendiskusikan penerapan rencana tindakan (Arikunto,
2017:144). Tahap refleksi ini dilakukan analisis data mengenai proses,
masalah, hambatan yang dihadapi dan dilanjutkan refleksi terhadap
dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Apabila indikator
belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan siklus berikutnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah utama dalam
melakukan penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah untuk
mendapatkan informasi berupa data (Sugiyono, 2013:308). Penelitian ini
menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu.
a. Observasi
Peneliti melakukan observasi kepada siswa kelas IV dan guru kelas IV
MIN 4 Boyolali dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai
kegiatan siswa selama proses pembelajaran melalui metode storytelling dengan
media boneka tangan. Observasi akan dilakukan menggunakan lembar
pengamatan yang telah dibuat peneliti.
b. Wawancara
Wawancara akan digunakan untuk mendapatkan data tentang materi
pokok khususnya pada subtema cerita fiksi. Dalam penelitian ini akan
dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas IV MIN 4 Boyolali untuk
mengetahui pendapat mereka terhadap peningkatan hasil belajar siswa melalui
metode storytelling dengan media boneka tangan yang mana hasil wawancara
14
tersebut akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk kegiatan-
kegiatan berikutnya.
c. Tes
Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui tingkat hasil
belajar siswa kelas IV MIN 4 Boyolali terhadap subtema cerita fiksi. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan tes tertulis.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang bertujuan
untuk memperoleh informasi terkait identitas siswa, catatan siswa, hasil tes
sebelum dan sesudah tindakan, dokumen pelaksanaan kegiatan tindakan, dan
catatan kegiatan tindakan pada siswa kelas IV MIN 4 Boyolali.
5. Instrumen Penelitian
Menurut pendapat Wina Sanjaya (2011:84), instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Terdapat
empat instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan metode
storytelling.
b. Lembar tes evaluasi pada subtema cerita fiksi
c. Lembar pengamatan guru pada saat menerapkan metode storyteling dengan
media boneka tangan
d. Lembar pengamatan siswa pada saat penerapkan media boneka tangan
15
6. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang terkumpulkan guna mengetahui
seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa
(Suyadi, 2010:85). Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan
membandingkan nilai kondisi awal, siklus I, dan siklus II serta antar siklus maupun
dengan indikator kinerja. Hipotesis tindakan dibuktikan dengan menganalisis hasil
penelitian menggunakan statistik untuk menghitung ketuntasan klasikal. Adapun data
yang dibandingkan adalah Nilai rata-rata kelas dan Ketuntasan belajar. Suatu kelas
dikatakan tuntas belajarnya jika didalam kelas tersebut lebih dari 85% siswa telah
tuntas belajarnya (Trianto, 2013:241).
Pengolahan hasil setiap masing-masing siklus dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan perhitungan rata-rata, untuk mengetahui perubahan
rata-rata dari pra-siklus, siklus I sampai siklus II. Perhitungan rata-rata dapat
dirumuskan (Sudijono,2011:84) sebagai berikut:
Nilai Rata-rata kelas = Jumlah nilai siswa
Jumlah seluruh siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal dihitung
menggunakan rumus (Daryanto, 2011:192) sebagai berikut:
Presentase ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100%
Jumlah seluruh siswa
16
G. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari lima bab,
diantaranya sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang berisi
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis
Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori, bab ini berisi uraian tentang peningkatan hasil belajar
subtema cerita fiksi, penerapan metode storytelling, media boneka tangan, penerapan
metode storytelling dengan media boneka tangan pada subtema cerita fiksi, Kajian
pustaka.
BAB III Pelaksanaan Penelitian, bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan
penelitian pra siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaa, pengamatan, dan
refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I, dan siklus II.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini berisi tentang uraian
hasil deskripsi prasiklus yang membahas mengenai data hasil pengamatan pada
siklus I, siklus II, dan pembahasan.
BAB V Penutup, terdiri dari kesimpilan dan saran serta pada bagian akhir
dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar Subtema Cerita Fiksi
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut I Putu Suka Arsa (2015:2) hasil belajar adalah kecakapan
dan hasil yang dicapai melalui proses pembelajaran di sekolah yang
dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nalai melalui tes. Selanjutnya
Supraktiknya (2012:5) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi
objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh
siswa setelah mereka mengikut proses belajar mengajar tentang mata
pelajaran tertentu. Menurut (Bloom dalam Suprijono, 2016:6), hasil belajar
dapat mencakup beberapa kemampuan. Kemampuan tersebut meliputi
kemampuan kognitif, kemampuan efektif dan kemampuan psikomotorik.
Di bawah ini beberapa dominan dari ketiga kemampuan tersebut.
1) Domain Kognitif
Domain kognitif terdapat beberapa kemampuan yaitu,
Knowledge (Pengetahuan), Comprehension (Pemahaman), Application
(Penerapan), Analysis (Menguraikan), Synthesis (Mengorganisasikan),
dan Evaluation (Menilai).
18
2) Domain Afektif
Domain afektif mencakup beberapa kemampuan diantaranya:
Receicing (Sikap Menerima), Responding (Memberikan Respon) ,
Valuing (Nilai) , Organizatin (Organisasi), dan Characterization
(Karakterisasi).
3) Domain Psikomotorik
Domain psikomotorik memiliki beberapa kemampuan sebagai
berikut: Persepsi, Kesiapan, Gerakan terbimbing, Gerakan yang
terbiasa, Gerakan komplek, Penyesuain pola gerakan, dan Kreativitas.
Menurut (Depdikbud dalam Trianto, 2009:241), berdasarkan
ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh
masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah ketuntasan belajar
minimal (KBM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu:
kemampuan setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap
sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda.
Berdasarkan dari pengertian diatas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang dimiliki siswa
setelah mengikuti proses belajar dan hasil tersebut dapat digunakan
oleh guru untuk dijadikan kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan serta hal tersebut dapat tercapai apabila siswa sudah
memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang
lebih baik, meningkatnya kemampuan belajar melalui proses dan
19
beberapa aspek sehingga untuk membentuk individu dalam jangka
waktu tertentu.
b. Macam-macam Hasil Belajar
Macam-macam hasil belajar meliputi pemahaman konsep,
ketrampilan proses, dan sikap siswa (Setiyawati dan Sunarto, 2013:6-11).
1) Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam
menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan guru
kepada siswa, atau sejauh siswa dapat memahami serta dapat
mengerti apa yang dibaca, dilihat, dan dialami.
2) Ketrampilan Proses
Ketrampilan proses merupakan ketrampilan yang mengarah
kepada pembangunan kemampuan mental,fisik, dan sosial yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam
diri individu siswa (Setiyawati dalam Susanto, 2013: 9).
3) Sikap
Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu
dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia
sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek
tertentu (Setiyawati dalam Susanto, 2013: 9).
Hubungan dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih
diarahkan pada pemahaman konsep. Pemahaman konsep berarti
domain yang sangat berperan merupakan domain kognitif.
20
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Munadi (Rusman, 2012: 124) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor
eksternal.
1) Faktor Internal
a) Faktor Fisiologi (Kondisi Fisik)
Faktor fisiologi terdiri dari keadaan fisik siswa yakni
kurangnya anggota tubuh atau kurang berfungsinya anggota
tubuh dan cacat. Keadaan kesehatan siswa yakni kurang sehat
atau sakit dan gangguan kesehatan. Aktifitas belajar siswa
yakni tidak mempelajari kembali pelajaran ketika di rumah,
kurang memanfaatkan waktu luang untuk belajar. Dan
kebiasaan belajar kurang baik yakni belajar dilakukan ketika
ada tugas dan akan ujian dan penguasaan pelajaran dengan
cara menghafal (Sriyanti, 2013: 149).
b) Faktor Psikologis (Kondisi Mental)
Faktor psikologis terdiri dari intelegensi yakni
kecerdasan menentukan kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah. Siswa yang diberikan masalah melebihi
kemampuannya maka kemungkinan besar siswa tidak dapat
menyelesaikan masalah tersebut, sehingga siswa mengalami
kesulitan belajar (Sriyanti 2013: 121). Bakat merupakan
kelebihan unik yang dimiliki seseorang. Bakat memiliki
21
peranan yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil
belajar seseorang. Bakat dari setiap individu berbeda-beda
tergantung pada daya serap belajar siswa. Minat merupakan
keinginan atau rasa suka terhadap sesuatu yang memungkinkan
siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Minat dapat
dieskpresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan
bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dalam sebuah
aktivitas.
Motivasi belajar merupakan motor penggerak dalam
perbuatan, maka bila anak didik yang kurang memiliki
motivasi instrinsik, diperlukan dorongan dari luar, yaitu
motivasi ekstrinsik agar anak didik termotivasi untuk belajar.
Lemahnya motivasi akan melemahkan kegiatan dan hasil
belajar siswa. Motivasi belajar siswa dapat diperkuat dengan
menciptakan suasana belajar yang nyaman, kondusif, dan
menggembirakan.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri
individu. Menurut sriyanti (2013: 24-25) faktor eksternal terdiri dari
faktor nonsosial dan faktor sosial. Faktor tersebut meliputi:
a) Faktor nonsosial
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar diri
individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan
22
belajar. Faktor nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada di
lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Aspek fisik
tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana belajar, gedung
dan ruang belajar, kondisi geografis sekolah dan rumah, iklim
dan cuaca, jarak rumah ke sekolah, sarana transportasi yang
tersedia dan sejenisnya.
b) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa
dipilah menjadi faktor yang berasal dari keuarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat (termasuk teman
pergaulan anak). Misalnya kehadiran orang dalam belajar,
kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain,
keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, gaya
pengasuhan orang tua, hubungan antar personil sekolah, gaya
mengajar guru, sikap guru terhadap siswanya dan sebagainya.
2. Subtema Cerita Fiksi
a. Pengertian Cerita Fiksi
Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya satra nonfiksi dan
fiksi. karya sastra nonfiksi adalah karya sastra yang ditulis berdasarkan
kajian keilmuan atau pengalaman. Sedangkan, karya sastra fiksi yaitu
cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan
karya naratif yang isinya tidak menyarankan pada kebenaran sejarah
23
(Nurgiantoro, 2010:2). Karya sastra fiksi menyaran pada suatu karya yang
menceritakan sesuatu yang tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak
perlu mencari kebenarannya di dunia nyata. Membaca sebuah karangan
fiktif berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan
batin (Nurgiantoro, 2010:3). Cerita fiksi adalah roman, cerpen, drama,
puisi, dan novel.
b. Ciri-ciri Cerita Fiksi
Dari beberapa pengertian dari cerita fiksi, mengenali cerita fiksi
dapat dilakukan dengan mengetahui karakteristiknya. Berikut ini adalah
ciri-ciri dari cerita fiksi.
1) Bersifat rekaan atau imajinasi pengarang, cerita fiksi umumnya
diciptakan dari khayalan pengarang. Pengarang biasanya
menyisipkan cerita khayalan yang dapat menarik minat pembacanya
(Warsiman, Jurnal Thaqafiyyat, 14(1), 2013: 183)
2) Tidak memiliki sistematika yang baku, dalam pembuatan cerita fiksi
tidak ada patokan sistematikanya, melainkan pengarang bebas
menyusun cerita yang sesuai dengan khayalannya sendiri.
3) Terdapat kebenaran yang relatif atau tidak mutlak, kebenaran yang
terdapat dalam cerita fiksi biasanya hanya beberapa saja. karena
dalam cerita fiksi terdapat cerita yang sebenarnya tidak bisa di logika
4) Menggunakan bahasa yang bersifat konotatif atau bukan sebenarnya,
seperti namanya yaitu fiksi yang merupakan rekaan pengarangnya,
24
bahasa yang digunakan biasanya adalah bahasa yang dipilih untuk
memberi kesan indah dalam cerita.
5) Dapat merangsang emosi atau perasaan pembacanya, bukan logika:
umumnya cerita fiksi ini dapat membawa seseorang seperti ikut
dalam cerita tersebut, walupun ceritanya terkadang tidak dapat
diterima oleh logika.
6) Terdapat pesan moral atau amanat tertentu, seperti pada karangan-
karangan yang lain, cerita fiksi diciptakan dengan tujuan tertentu.
Salah satunya adalah menyampaikan pesan moral atau amanat
kepada pembacanya.
c. Unsur-unsur Cerita Fiksi
Menurut Welker dan Warren (dalam Warsiman, Jurnal
Thaqafiyyat, 14(1), 2013: 184), pola utama fiksi naratif adalah sifatnya
mencakup semua unsur penceritaan. Unsur penceritaan dalam suatu diktif
naratif merupakan struktur dari pembentukan cerita. Unsur-unsur itu
meliputi plot (alur), tokoh (penokohan), tema, latar, amanat, sudut
pandang.
1) Plot (Alur)
Alur merupakan jalan cerita yang menggambarkan sebuah
peristiwa yang susul menyusul, atau sebuah peristiwa yang diikuti
oleh peristiwa lain, lalu diikuti oleh peristiwa lain lagi,dan
seterusnya. Dengan kata lain alur ini merupakan rangkaain
peristiwa yang diikat oleh sebab-akibat.
25
Urutan peristiwa ini dapat dimulai dari mana saja, tidak
harus dimulai dari perkenalan para tokoh atau latar, tetapi bisa juga
dimulai dari konflik yang telah meningkat. Selain itu, dalam sebuah
cerita plot bisa lebih dari satu.
2) Tokoh (Penokohan)
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam
cerita rekaan sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.
Penokohan yaitu penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh
yang dapat membedakan dengan tokoh yang lain (Wisrawaty
Wahyuddin, Jurna Bastra, 1(1), Maret 2016: 4). Melalui tokoh yang
berperan dalam suatu cerita, biasanya pembaca seolah-olah ikut
dalam cerita tersebut.
3) Latar (setting)
Latar adalah segala penjelasan mengenai waktu, tempat, dan
suasana suatu peristiwa dalam cerita fiksi. Latar dapat dibedakan
menjadi tiga unsur pokok diantaranya adalah:
a) Latar tempat, yaitu tempat kejadian peristiwa dalam suatu
cerita
b) Latar waktu, bagian yang menceritakan kapan peristiwa
diceritakan itu terjadi
c) Latar sosial, merupakan tata cara kehidupan masyarakat yang
tercakup didalam cerita. Misalnya kebiasaan hidup, adat
istiadat, tradisi, keyakinan, pandnagan hidup, cara berfikir,
26
bersikap, dan sebagainya. (Warsiman, Jurnal Thaqafiyyat,
14(1), 2013: 193)
4) Tema
Tema adalah ide pokok suatu cerita fiksi. Tema merupakan
bagian yang sangat penting dalam suatu cerita, karena dengan dasar
tema itu pengarang mampu berkhayal tentang cerita yang akan
dibuat kemudian diterapkan pada kalimat demi kalimat yang akan
membentuk satu cerita utuh. Dalam sebuah cerita fiksi, pengarang
tidak mencantumkan apa yang menjadi latar belakang atau tema
dalam cerita tersebut, tetapi pembaca akan mengetahui tema yang
dipakai ketika sudah selesai membaca cerita.
5) Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca. Pengarang cerita fiksi terkadang
memberikan amanat melalui watak dari seorang tokoh atau juga
perbuatan serta peritiwa yang terjadi dalam suatu cerita. Ada juga
amanat yang memang sengaja dituliskan dalam bentuk perintah,
nasehat, larangan, serta anjuran yang berhubungan dengan cerita
atu kisah yang ditulisnya
6) Sudut pandang
Sudut pandang ialah tempat penceritaan dalam hubungannya
dengan cerita, dari sudut mana pencintraan menyampaikan
kisahnya. Sudut pandang dilihat dari posisi pengarang dan pusat
27
pengisahan pada posisi penceritaan. (Wahid dalam Wirsawaty
Wahyuddin, Jurnal Bastra, 1(1), Maret 2016: 6). Sudut pandang
sendiri merupakan tempat atau posisi pengarang terhadap cerita
yang dikarangnya, artinya apakah pengarang itu ada di dalam cerita
atau diluar cerita itu.
B. Penerapan Metode Storytelling
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa. Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam metode
pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode
yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diingikan Suyatna
(2011 : 23).
2. Jenis Metode Pembelajaran
Menyebutkan beberapa metode pembelajaran antara lain: Syaodin (2005 : 34)
1) Metode Ceramah
2) Metode diskusi
3) Metode demontrasi
4) Metode bermain peran
5) Metode bercerita (storytellimg)
6) Metode percobaan
7) Metode karya wisata
28
8) Metode Discovery
9) Metode inquiry
3. Pengertian Metode Bercerita atau Storytelling
Storytelling yaitu bercerita atau mendongeng adalah sebuah teknik atau
kemampuan untuk menceritakan sebuah kisah, pengaturan adegan, event, dan
juga dialog. Kalau difilm maker bersenjatakan kamera, dikomik para komiks
bersenjatakan gambar dan agle cerita, dicerpen atau novel, para penulis
bersenjatakan pena, diksi dan permainan kata serta diskripsi, dengan
menyampaikan sebuah cerita dengan cara mendongeng (Atin
Istiarni,2018:189).
Storytelling menggunakan kemampuan penyaji untuk menyampaikan
sebuah cerita dengan gaya, intonasi dan alat bantu yang menarik minat
pendengar. Storytelling sering digunakan dalam proses belajar mengajar
utamanya pada tingkat pemula atau anak-anak. Dikatakan berhasil
menggunakan metode Storytelling. Jika pendengar mampu menangkap jalan
cerita serta merasa terhibur. Selain itu, peran moral dalam cerita juga diperoleh
(Agus,2010:7).
4. Manfaat Storyrelling
Menurut Hibana (dalam Kusmiadi, 2008:21), manfaat dari kegiatan
mendongeng atau bercerita antara lain:
1) Menumbuhkan minat baca
2) Media pembelajaran
29
3) Menanamkan nila-nilai dan budi pekerti
4) Mengembangkan aspek kognitif, efektif,sosial, dan konatif (penghayatan)
5) Mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak.
C. Media Boneka Tangan
1. Pengertian Media Pembelajaran
Suhartono (2005:144) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah sarana untuk perpanjangan kemampuan komunikasi. Arif S Sadiman (
2008: 7) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta
perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin.
Gerlach dan Elly (Azhar Aarsyad, 2009: 3) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
kemampuan, dan sikap.
Berdasarkan penyataan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana pendukung yang digunakan guru sebagai bahan
ajar dalam pembelajaran. Oleh sebab itu media pembelajaran menjadi salah
satu sarana yang sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Media pembelajaran menjadi sarana untuk memudahkan siswa memahami apa
yang sedang mereka pelajari.
30
2. Pengertian Media Boneka Tangan
Menurut Sudjana dan Rivai (2013:156) media tiga dimensi yang sering
digunakan dalam pengajaran adalah model dan boneka. Dalam penggunaan
boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan
dalam sandiwara boneka. Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang
disesuaikan dengan cerita-cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan
boneka ini disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Penggunaan
media boneka sebagai media pembelajaran dapat dibuat dengan menyesuaikan
perkembangan zaman, tujuan penggunaan dan keadaan sosio-kultural masing-
masing (Daryanto, 2012:33).
Daryanto (2012:33) mengklasifikasikan boneka menjadi lima jenis
sebagai berikut:
1) Boneka jari, dimainkan dengan jari tangan
2) Boneka tangan, satu tangan memainkan satu benda
3) Boneka tongkat seperti wayang-wayangan
4) Boneka tali (marionet), cara menggerakkan melalui tali yang
menghubungkan kepala, tangan, dan kaki
5) Boneka bayang-bayang (shadow puppet), dimainkan dengan cara
mempertontonkan gerak bayang-bayangan.
Berdasarkan paparan di atas menurut peneliti Boneka yang
memiliki daya tarik sangat kuat adalah boneka tangan. Sesuai dengan
namanya boneka ini dimainkan dengan tangan. Kepala boneka diletakkan
31
pada jari tangan, kemudian siswa menggerakkannya sambil bercerita di
depan teman-temannya.
3. Kelebihan media Boneka Tangan
Kelebihan menggunakan boneka tangan sebagai media pembelajaran
menurut (Daryanto, 2013: 33) adalah sebagai berikut:
1) Efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan
2) Tidak memerlukan keterampilan yang rumit
3) Dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana
gembira.
(Sudarmadji, 2010: 21) mengungkapkan berdasarkan pemanfaat
alat peraga, bercerita dapat dibedakan dengan alat peraga dan bercerita
tanpa alat peraga. Bercerita dengan alat peraga yaitu menggunakan boneka
tangan, boneka jari, boneka flannel, wayang, dan lain-lain. Bercerita tanpa
menggunakan alat peraga lebih mengoptimalkan seluruh anggota tubuh.
D. Penerapan Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan Pada Subtema
Cerita Fiksi
Penerapan metode storytellingpada tahap persiapan peneliti menyiapkan RPP
sebagai acuan guru dalam pembelajaran. Peneliti menyiapkan media berupa media
boneka tangan sebagai bahan atau alat peraga dalam pembelajaran. Peneliti
mengharapkan guru menerapkan metodestorytelling dengan media boneka tangan
pada subtema cerita fiski.
32
Peran gurusebelum menerapkan dalam pembelajaran guru harus menyiapkan
diri untuk menghafal naskah cerita dan berlatih membagi nada suara untuk
membedakan karakter yang diperankan.Guru juga harus berlatih bagaimana
memainkan boneka tangan agar sesuai dengan cerita yang akan disampaikan.
(Tompkins dan Hoskison dalam Siti Mariana, 2014:47) menyatakan bahwa boneka
sederhana yang disediakan dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kreativitas dan keterampilan dramatiknya.Menurut pendapat
tersebut penggunaan metode storytelling dengan media boneka tangan merupakan
tindakan yang tepat.
Tahap selanjutnya yaitu evaluasi, pada tahap ini siswa diberi lembar tes berisi
pertanyaan-pertanyaan yang bersumber dari cerita yang telah disampaikan guru
melalui metodestorytelling dengan media boneka tangan. Evaluasi selanjutnya
terhadap guru dalam penerapan metode storytelling yaitu dalam penerapan metode
storytelling guru dapat menggunakan media untuk lebih menarik minat siswa agar
lebih memperhatikan selama storytelling berlangsung.
Jenis media yang dapat menambah variasi pada cerita adalah dengan media
gambar, papan flannel, boneka tangan atau wayang, dan objek (Tomskins dan
Hoskisson dalam Siti Mariana, 2014:49). Menurut peneliti metode storytelling
dengan media boneka tangan tepat digunakan pada subtema cerita fiksi. Karena
storytelling merupakan proses bercerita menjadi sangat penting karena dari proses
inilah nilai atau pesan dari cerita tersebut dapat sampai pada anak (Asfandiyar,
2007:2).
33
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan uraian tentang hasil penelitian yang relevan
dengan penelitian yang sudah terencanakan. Berikut beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian ini diantaranya.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Durrotun Nashihah
Penelitian yang dilakukan Durrotun Nashihah dengan judul
“Pengembangan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan
menceritakan kembali cerita anak yang didengarkan dengan menggunakan
kata-kata sendiri kelas II SDN Ngadirejo 3 Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Dengan hasil penelitian bahwa proses pengembangan media boneka tangan
dilakukan sesuai langkah-langkah yang tersedia cukup mudah dibuat. Nilai
rata-rata pre-tes siswa 81,2 sedangkan nilai rata-rata kemampuan post-tes
dilakukan dengan menggunakan media boneka tangan adalah 86,8. Sehingga
dikatakan bahwa media boneka tangan efektif digunakan. Validitas dan
efektifitas media boneka tangan dilakukan oleh ahli media dan ahli materi total
nilai yang diperoleh yaitu 85,285% sehingga dinyatakan bahwa media boneka
tangan sangat valid, sangat efektif, sangat tuntas, dapat digunakan tanpa
perbaikan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Gustian Rauf Prabowo
Penelitian yang dilakukan Gustian Rauf Prabowo dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Memahami Isi Dongeng
Mengunaan Metode Storytelling dengan Media Hand Puppet Siswa Kelas 2,
MI Islamiyah Kauman Kidul,Sidorejo,Kota Salatiga Tahun Peajaran
34
2018/2019”. Dengan hasil penelitian bahwa pada penelitian pra skilus,siklus I,
siklus II diperoleh data sebagai berikut : KKM mata pelajaran Bahasa
Indonesia adalah 70, sebelum menggunakan metode storytelling dan media
Hand Puppet, hanya ada 23,33% (7siswa) yang tuntas, sedangkan 76,66% (23
siswa) belum tuntas. Setelah penggunaan metode storytelling dan media Hand
Puppet pada siklus I diperoleh data 53,33% (16 siswa) tuntas dan 46,66% (14
siswa) belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 30% dibandingkan
pada prasiklus ke siklus I. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I , terjadi
peningkatan hasil belajar pada siklus II yaitu sebesar 90% (27 siswa) tuntas dan
10% (3 siswa) belum tuntas. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar
siswa sebesar 37% dari siklus I ke siklus II. Banyaknya siswa yang
memperoleh nilai lebih dari satu dengan 70 (Kriteria Ketuntasan Minimal)
sudah melebihi dari 85%, dengan demikian sudah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Klasikal sebesar 85% dengan KKM 70.
Berdasarkan dua contoh penelitian di atas, kesamaan penelitian dalam
penelitian yang dilakukan oleh Durrotun Nashihah dan Penelitian yang
dilakukan Gustian Rauf Prabowo dengan yang akan peneliti teliti yaitu
penelitian PTK yang sama-sama menggunakan metode storytelling. Dan hasil
penggunaan metode storytelling dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Yang
membedakannya, penelitian yang dilakukan oleh Durrotun Nashihah dengan
penelitian yang dilakukan oleh Gustian Rauf Prabowo serta penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada media yang digunakan dalam
penelitian, subjek penelitian, materi pembelajaran, tempat penelitian, waktu
35
pelaksanaan penelitian dan nilai hasil belajar siswa serta dalam penelitian ini
siswa diminta untuk membuat cerita nonfiksi atau pengalaman siswa, lalu
siswa menceritakan isi cerita yang telah dibuat siswa di depan kelas dengan
menggunakan media boneka tangan yang telah disipakan peneliti.
36
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Kegiatan Pra Siklus
Tindakan Pra Siklus ini dilaksanakan sebagai dasar untuk melihat ada atau
tidaknyaperkembangan setelah dilakukan penelitian pada Siklus I dan Sikus II.
Dalamtahapan Pra Siklus digunakan sebagai dasar peneliti melakukan penelitian
tindakankelas dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas IV Bahasa Indonesia pada
subtemacerita fiksi. Pada hasil tes Pra Siklus banyak siswa yang memperoleh nilai
dibawahKBM. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan dengan menggunakan
metodestorytelling dengan media boneka tangan untuk mempermudah siswa
memahami isicerita rakyat. Adapun hasil dari nilai ulangan harian terlampir.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan
Kegaitan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan tindakan
siklus I adalah sebagai berikut:
a. Melakukan observasi terhadap proses pembelajaran di kelas dan hasil
belajar siswa
b. Peneliti menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) subtema
cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka tangan
c. Peneliti menyiapkan media pembelajaran dan teks cerita fiksi
d. Peneliti menyiapkan soal tes dan lembar kerja siswa
37
e. Peneliti menyiapkan lembar pengamatan guru dan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran
2. Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 28
Januari 2020 pukul 08.00 sampai 09.10 WIB diruang kelas IV MIN 4 Boyolali
dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa. Materi yang diajarkan pada siklus I
adalah subtema cerita fiksi. langkah-langkah pelaksanaan siklus I dapat
dicermati di bawah ini:
a. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran
b. Guru mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh”
c. Siswa menjawab salam “Waalaikumussalam Warahmatullahi
Wabarakatuh”
d. Guru memeriska posisi duduk siswa “Sebelum berdo’a, ayo duduk yang
manis, badan tegak, tangan diatas meja”
e. Siswa yang dapat jadwal memimpin do’a diminta untuk maju kedepan dan
langsung berdo’a bersama-sama
f. Guru mengabsensi siswa sambil menanyakan kabar “Apa kabar hari ini?
Siapa yang tidak berangkat ya?”
g. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi satu nusa satu bangsa sebagai ice
breaking dan sebagai apersepsi dalam mengingat pembelajaran
sebeluumnya serta sebagai penyemangat sebelum pembelajaran dimulai
38
h. Guru menyampaikan cakupan materi dan tujuan pembelajaran dihari ini “
hari ini kita belajar tentang cerita fiksi, dimana nanti anak-anak akan
paham bagaimana memerankan sebuah cerita dan kita akan belajar
bercerita dengan boneka tangan ini (guru menunjukkan boneka tangan
dihadapan siswa)”.
i. Guru bertanya “siapa yang pernah bercerita dengan boneka tangan?
j. Guru mencontohkan cara bercerita dengan boneka tangan “Sebelum anak-
anak memainkan boneka ini, sekarang lihat pak guru dulu ya anak dan
simak teks bacaan yang sudah ada diatas meja kalian”
k. Guru memberikan arahan “ Gimana asyik kan bercerita dengan boneka
ini? Ok, anak-anak akan bercerita juga dengan boneka ini tapi sekarang
anak-anak membuat cerita rakyat dengan bahasa daerah atau bahasa
sehari-hari kalian, tema bebas, contohnya seperti cerita yang telah bapak
contohkan tadi ya anak-anak.”
l. Siswa maju satu persatu dengan rasa percaya diri untuk menceritakan
cerita rakyat yang telah siswa buat dengan bahasa daerahnya
menggunakan media boneka tangan yang telah tersedia
m. Guru melakukan penilaian saat siswa bercerita
n. Guru merefleksi pembelajaran hari ini dengan menanyakan “Hari ini kita
belajar apa saja? pengalaman berkesan dari pembelajaran dihari apa saja?
o. Guru memotivasi siswa untuk bangga dengan bahasa daerah yang ada
dalam diri siswa
39
p. Guru meminta siswa mengumpulkan semua cerita nonfiksi yang telah
siswa buat
q. Guru mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdallah dan diikuti oleh
siswa
r. Guru menutup pembelajaran dengan salam
3. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan secara berlangsung selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun.
Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui keterampilan guru dalam
mengelola pembelajaran melalui metode storytelling dengan media boneka
tangan selama proses pembelajaran. Pengamatan ini juga dibantu oleh guru
dalam pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajara sedang
berlangsung. Hasil pengamatan akan dituliskan dalam lembar catatan lapangan
terlampir.
4. Refleksi
Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus I dapat dilakukan refleksi
untuk mengetahui kelemahan kegiatan yang dilakukan guru dengan siswa
sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki siklus selanjutnya dalam
mencapai indikator keberhasilan belajar. Dalam refleksi ini dapat dianalisis
hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran yaitu meliputi kinerja guru,
respon siswa dan hasil belajar berupa tes yang dikerjakan siswa diakhir
kegiatan inti pada proses pembelajaran. Hasil analisis tersebut digunakan
40
sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam mencapai
tujuan penenlitian serta dalam menyiapkan siklus berikutnya.
Kelemahan-kelemahan yang dihadapi yaitu:
a. Guru kurang sanggup mengkondisikan siswa, sehingga masih terdapat 4
siswa yang berbicara sendiri saat pembelajaran.
b. Guru masih terlihat kaku atau kurang terampil dalam penggunaan media
boneka tangan
c. Guru masih terlihat kurang cakap dan inovatif dalam menyampaian cerita
dengan metode storytelling
d. Masih ada 3 siswa yang malu ketika diminta untuk bercerita didepan
kelas
Cara mengatasi kendala pada siklus I peneliti bersama guru
melakukan diskusi untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya
pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan agar siklus
berikutnya tidak terjadi kelemahan yang sama. Rencana perbaikan
tersebut yaitu:
a. Guru mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran dimulai
b. Guru perlu melakukan latihan dalam penggunaan media dengan
metode storytelling secara individu dahulu, sebelum mempraktekkan
dihadapan siswa
c. Guru perlu pemahaman isi teks cerita sehingga akan lebih cakap dan
inovatif hketika bercerita dihadapan siswa
41
d. Guru melatih mental siswa dengan mendekati siswa, memberi
perhatian siswa berupa pertanyaan-pertanyaan, memberikan
kesempatan siswa untuk maju kedepan kelas dengan leluasa dan
perlu dibimbing secara perlahan untuk bisa tidak malu ketika diminta
untuk maju kedepan kelas
Kelemahan yang terjadi pada Siklus I menyebabkan indikator
keberhasilan belum terpenuhi, untuk itu pada Siklus II diharapkan
melalui metode storytelling dengan media boneka tangan pada
subtema cerita fiksi hasil belajar siswa dapat meningkat.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan
a. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) subtema
cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka tangan
b. Peneliti menyiapkan media pembelajaran berupa boneka tangan dan teks
cerita fiksi
c. Peneliti menyiapkan soal tes dan lembar kerja siswa
d. Peneliti menyiapkan lembar pengamatan guru dan siswa dalam pelaksaan
pembelajaran subtema cerita fiksi dengan Rencanan Pelakasanaan
Pembelajaran, yang telah disusun.
2. Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at, 31
Januari 2020 pukul 10.10 sampai 11.20 WIB di ruang kelas IV MIN 4 Boyolali
yang diikuti oleh 28 siswa. Tindakan yang dilakukan merujuk pada RPP yang
42
sudah dibuat pada subtema cerita fiksi. Penelitian tindakan kelas ini
berlangsung selama satu kali pertemuan (2 x 35 menit). Berikut adalah
langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus II:
a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya
b. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran
c. Guru mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh”
d. Semua siswa serentak menjawab salam “Waalaikumussalam
Warahmatullahi Wabarakatuh”
e. Guru memeriksa posisi duduk siswa “Sebelum berdo’a, ayo duduk yang
manis, badan tegak, tangan diatas meja”
f. Siswa yang dapat jadwal memimpin do’a diminta untuk maju kedepan dan
langsung berdo’a bersama-sama
g. Guru mengabsensi siswa sambil menanyakan kabar “Apa kabar hari ini?
Siapa yang tidak berangkat ya?”
h. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi satu nusa satu bangsa sebagai ice
breaking dan sebagai apersepsi dalam mengingat pembelajaran
sebeluumnya serta sebagai penyemangat sebelum pembelajaran dimulai
i. Guru mengkondisikan siswa untuk lebih fokus dalam pembelajaran dan
mengingatkan kepada seluruh siswa bahwa pembelajaran kali ini peralatan
yang ada diatas meja hanya buku tulis, pensi dan penghapus. Selain 3 alat
43
tulis tersebut untuk dimasukkan kedalam tas. Dan lebih menekankan
kepada 4 siswa yang pada pembelajaran sebelumnya masih berbicara
sendiri untuk lebih fokus lagi dalam pembelajaran kali ini.
j. Guru menyampaikan cakupan materi dan tujuan pembelajaran dihari ini “
hari ini kita belajar tentang cerita fiksi, dimana nanti anak-anak akan
paham bagaimana memerankan sebuah cerita dan kita akan belajar
bercerita dengan boneka tangan ini (guru menunjukkan boneka tangan
dihadapan siswa)”.
k. Guru bertanya “siapa yang pernah bercerita dengan boneka tangan?
l. Guru mencontohkan cara bercerita dengan lebih terampil dan semangat
dalam penggunaan boneka tangan “Sebelum anak-anak memainkan
boneka ini, sekarang lihat pak guru dulu ya anak dan simak teks bacaan
yang sudah ada diatas meja kalian”
m. Guru bercerita menggunakan boneka tangan dengan lebih cakap dan
inofatif dalam bercerita dihadapan siswa.
n. Guru memberikan arahan “ Gimana asyik kan bercerita dengan boneka
ini? Ok, anak-anak akan bercerita juga dengan boneka ini tapi sekarang
anak-anak membuat cerita rakyat dengan bahasa daerah atau bahasa
sehari-hari kalian, tema bebas, contohnya seperti cerita yang telah bapak
contohkan tadi ya anak-anak.”
o. Guru menekankan atau memeberi peringatan kepada seluruh siswa untuk
bercerita maju kedepan kelas sesuai cerita yang telah siswa buat” bapak
peringatkan ya, jika masih ada yang malu untuk tidak bercerita didepan
44
kelas, maka bapak tidak akan mengajar di kelas ini lagi. Jadi semua siswa
wajib maju ya?
p. Siswa serentak menjawa “Iya pak guru.”
q. Siswa maju satu persatu dengan rasa percaya diri untuk menceritakan
cerita rakyat yang telah siswa buat dengan bahasa daerahnya
menggunakan media boneka tangan yang telah tersedia
r. (Pada siklus I masih ada 3 siswa yang malu ketika diminta untuk bercerita
di depan kelas) Guru memberikan perhatian lebih kepada seluruh siswa,
memberikan keleluasaan kepada seluruh siswa dalam pembelajaran,
dengan mendekati dan memberi arahan atau motivasi kepada siswa untuk
berani maju kedepan kelas untuk bercerita.
s. Guru melakukan penilaian saat siswa bercerita
t. Guru memberikan pertanyaan asyik kepada 3 siswa yang kemarin masih
malu dalam bercerita di depan kelas “ Gimana perasaanmu ketika maju
bercerita? Asyikkan? Inget jangan malu-malu lagi ya! semua sama-sama
manusia jadi jangan malu.”
u. Guru merefleksi pembelajaran hari ini dengan menanyakan “Hari ini kita
belajar apa saja? pengalaman berkesan dari pembelajaran dihari apa saja?
v. Guru memotivasi siswa untuk bangga dengan bahasa daerah yang ada
dalam diri siswa
w. Guru meminta siswa mengumpulkan semua cerita nonfiksi yang telah
siswa buat
45
x. Guru mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdallah dan diikuti oleh
siswa
y. Guru menutup pembelajaran dengan salam
3. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang disusun
sebagaimana pada siklus I. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui
ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran melalui metode storytelling
dengan media boneka tangan selama proses pembelajaran. Pengamatan ini juga
dibantu oleh guru dalam pengamatan terhadap siswa selama proses
pembelajaran sedang berlangsug. Tindakan pada siklus II, peneliti mengamati
apakah ada perubahan tingkah laku dan hasil belajar siswa dari siklus I. Hasil
pembelajaran akan dituliskan dalam lembar catatan lapangan terlampir.
4. Refleksi
Pelaksanaan tindakan siklus II ini siswa mengikuti pembelajaran dengan
cukup baik. Guru dan peneliti mengadakan refleksi dan evaluasi setelah
pembelajaran berakhir. Pada Siklus II ini peneliti menemukan banyak
peningkatan yang diperoleh dari Pra Siklus dan Siklus II serta Kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada siklus I juga dapat diatasi pada siklus II ini.
Penelitian ini dihentikan pada siklus II karena peneliti menemukan banyak
peningkatan yang diperoleh dari pra siklus dan siklus I pada subtema cerita
fiksidan hasil belajar siswa sudah menunjukkan indikator ketuntasan klasikal
yang diharapkan yaitu ≥85% siswa tuntas belajar terlihat dari tercapainya target
46
penelitian yang ditargetkan peneliti pada sekolah tersebut sehingga dengan
penggunaan dua siklus pada penelitian ini peneliti tidak ragu lagi untuk
menghentikannya pada siklus II dengan peningkatan hasil belajar siswa
subtema cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka tangan
pada siswa kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020. Siswa yang
belum tuntas pada siklus II akan diberi tindakan mandiri berupa latihan-latihan
atau remidi yang dipantau oleh guru, sehingga diharapkan seluruh siswa dapat
tuntas belajar. Peningkatan-peningkatan dalam pembelajaran pada Siklus II,
meliputi:
a. Siswa lebih serius dalam memperhatikan apa yang disampaikan guru, hal
ini tampak pada peningkatan hasil tes tertulis yang telah dikerjakan siswa
b. Adanya peningkatan ketuntasan secara klasikal. Terlihat pada aspek
keaktifan siswa ketika diminta bercerita didepan kelas sudah lebih percaya
diri dan penggunaan metode storytelling dengan media boneka tangan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema cerita fiksi.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pra Siklus
Penelitian Pra Siklus dilaksanakan pada hari Senin, 27 Januari 2020.
Peneliti memperoleh data dari hasil wawancara dengan guru kelas IV mengenai
masalah pembelajaran pada kelas IV MIN 4 Boyolali bahwa masih ada
beberapa siswa yang belum memenuhi standar Ketuntasan Belajar Minimal
(KBM) yang telah ditetapkan di MIN 4 Boyolali yaitu 70. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara dengan guru kelas diperoleh hasil belajar pada pra
siklus dari 28 siswa hanya terdapat 35.7% (10 siswa) tuntas dan 64.3% (18
siswa) belum tuntas. Nilai tersebut diambil dari buku nilai kelas IV hasil
ulangan harian. Berdasarkan hal ini peneliti mencoba untuk melakukan
tindakan perbaikan dengan cara menggunakan metode storytelling dan media
boneka tangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema certita
fiksi.
Tabel 4.1. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)
No Nama KKM Nilai Keterangan
1 AA 70 65 Belum Tuntas
2 AMA 70 65 Belum Tuntas
3 ARMP 70 75 Tuntas
48
4 ARAR 70 60 Belum Tuntas
5 AA 70 65 Belum Tuntas
6 AAPP 70 65 Belum Tuntas
7 DAI 70 75 Tuntas
8 EKPS 70 60 Belum Tuntas
9 GRI 70 65 Belum Tuntas
10 GDP 70 65 Belum Tuntas
11 HAN 70 70 Tuntas
12 HS 70 65 Belum Tuntas
13 I NA 70 60 Belum Tuntas
14 KJH 70 60 Belum Tuntas
15 MHAS 70 65 Belum Tuntas
16 MVP 70 75 Tuntas
17 MEP 70 60 Belum Tuntas
18 MIAS 70 75 Tuntas
19 PM 70 70 Tuntas
20 RAP 70 65 Belum Tuntas
21 RKH 70 90 Tuntas
22 SDM 70 80 Tuntas
23 SDF 70 75 Tuntas
24 SSO 70 80 Tuntas
25 T LM 70 60 Belum Tuntas
49
26 WDP 70 60 Belum Tuntas
27 WR 70 65 Belum Tuntas
28 ZMS 70 60 Belum Tuntas
Jumlah 1895
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 60
Nilai Rata-rata Kelas 67.7
Tuntas 10
Presentase Tuntas 35.7%
Belum Tuntas 18
Presentasi Tidak
Tuntas
64.3%
a. Nilai rata-rata hasil tes Pra Siklus
Nilai Rata-rata kelas = Jumlah nilai siswa
Jumlah seluruh siswa
= 1895
28
= 67.7
b. Nilai presentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
Presentase ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100%
Jumlah seluruh siswa
50
= 10x 100%
28
= 35.7%
c. Nilai presentase belum tuntas dihitung berdasarkan rumus berikut:
Presentase belum tuntas = Jumlah siswa yang belum tuntas x 100%
Jumlah seluruh siswa
= 18x 100%
28
= 64.3%
2. Deskripsi Siklus I
Penelitian Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Januari 2020.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Proses
pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan di kelas IV MIN 4 Boyolali pada
subtema cerita fiksi. Hasil penelitian pada Siklus I terdapat hasil pengamatan
dan hasil belajar. Hasil pengamatan yang didapatkan pada penelitian ini adalah
pengamatan terhadap keterampilan guru dalam mengelola kelas saat
pembelajaran melalui metode storytelling dengan media boneka tangan pada
subtema cerita fiksi serta aktivitas siswa dalam keaktifan dan antusias siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan proses pembelajaran
sudah dianggap berjalan cukup baik dan lancar.
Nilai rata-rata yang telah dicapai pada Siklus I mencapai 70.7 dari
jumlah siswa kelas IV. Siswa yang tuntas belajar (mencapai KBM) terdapat 16
siswa (57.1%). Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar terdapat 12 siswa
51
(42.8%). Hasil presentase pada Siklus I belum tuntas secara klasikal, karena
siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (nilai KBM) hanya mencapai 57.1% dari
jumlah siswa keseluruhan sedangkan hasil presentasi yang harus dicapai dalam
indikator keberhasilan yaitu ≥ 85% dari keseluruhan jumlah siswa. Jadi harus
dilaksaakan Siklus selanjutnya yaitu Siklus II pada waktu yang telah
ditentukan. Nilai hasil belajar siswa pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Daftar Hasil Belajar Siklus I
No Nama Nilai Keterangan
1 AA 75 Tuntas
2 AMA 65 Belum Tuntas
3 ARMP 75 Tuntas
4 ARAR 70 Tuntas
5 AA 70 Tuntas
6 AAPP 60 Belum Tuntas
7 DAI 90 Tuntas
8 EKPS 70 Tuntas
9 GRI 65 Belum Tuntas
10 GDP 60 Belum Tuntas
11 HAN 75 Tuntas
12 HS 55 Belum Tuntas
13 I NA 70 Tuntas
52
14 KJH 65 Belum Tuntas
15 MHAS 65 Belum Tuntas
16 MVP 75 Tuntas
17 MEP 70 Tuntas
18 MIAS 80 Tuntas
19 PM 75 Tuntas
20 RAP 60 Belum Tuntas
21 RKH 90 Tuntas
22 SDM 85 Tuntas
23 SDF 90 Tuntas
24 SSO 75 Tuntas
25 T LM 65 Belum Tuntas
26 WDP 60 Belum Tuntas
27 WR 60 Belum Tuntas
28 ZMS 65 Belum Tuntas
Jumlah 1980
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 55
Nilai Rata-rata Kelas 70.7
Tuntas 16
Presentase Tuntas 57.1%
Belum Tuntas 12
Presentasi Tidak Tuntas 42.8%
53
a. Nilai rata-rata hasil tes Pra Siklus
Nilai Rata-rata kelas = Jumlah nilai siswa
Jumlah seluruh siswa
= 1980
28
= 70.7
b. Nilai presentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
Presentase tuntas = Jumlah siswa yang tuntas x 100%
Jumlah seluruh siswa
= 16 x 100%
28
= 57.1%
c. Nilai presentase belum tuntas dihitung berdasarkan rumus berikut:
Presentase belum tuntas = Jumlah siswa yang belum tuntas x 100%
Jumlah seluruh siswa
= 12 x 100%
28
= 42.8%
3. Deskripsi Siklus II
Penelitian Siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at, 31 Januari 2020.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Proses
pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan di kelas IV MIN 4 Boyolali pada
54
subtema cerita fiksi. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada Siklus I berhasil
diperbaiki pada Siklus II. Pembelajaran pada Siklus II dapat berjalan lancar
sesuai yang telah direncanakan. Proses pembelajaran pada Siklus II sudah
berjalan dengan baik.
Nilai rata-rata yang telah dicapai pada Siklus II mencapai 79.8 dari
jumlah siswa kelas IV. Siswa yang tuntas belajar (mencapai KBM) terdapat 25
siswa (89.2%). Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar terdapat 3 siswa
(10.7%).
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Siklus II sudah dianggap
mencapai kriteria ketuntasan klasikal karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70
(Nilai KBM) sudah mencapai 89.2% dari keselurihan jumlah siswa dan hasil
presentase tersebut sudah lebih dari indikator keberhasilan yaitu ≥ 85% dari
keseluruhan jumlah siswa. Pembelajaran pada Siklus II dianggap berhasil
sehingga penelitian dihentikan sampai Siklus II. Nilai hasil belajar siswa pada
Siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siklus II
No Nama Nilai Keterangan
1 AA 80 Tuntas
2 AMA 70 Tuntas
3 ARMP 75 Tuntas
4 ARAR 90 Tuntas
5 AA 100 Tuntas
55
6 AAPP 80 Tuntas
7 DAI 100 Tuntas
8 EKPS 90 Tuntas
9 GRI 70 Tuntas
10 GDP 90 Tuntas
11 HAN 75 Tuntas
12 HS 95 Tuntas
13 I NA 80 Tuntas
14 KJH 65 Belum Tuntas
15 MHAS 100 Tuntas
16 MVP 90 Tuntas
17 MEP 80 Tuntas
18 MIAS 80 Tuntas
19 PM 75 Tuntas
20 RAP 80 Tuntas
21 RKH 90 Tuntas
22 SDM 80 Tuntas
23 SDF 75 Tuntas
24 SSO 80 Tuntas
25 T LM 70 Tuntas
26 WDP 50 Belum Tuntas
27 WR 65 Belum Tuntas
56
28 ZMS 70 Tuntas
Jumlah 2235
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 50
Nilai Rata-rata Kelas 79.8
Tuntas 25
Presentase Tuntas 89.2%
Belum Tuntas 3
Presentasi Tidak Tuntas 10.7%
a. Nilai rata-rata hasil tes Pra Siklus
Nilai Rata-rata kelas = Jumlah nilai siswa
Jumlah seluruh siswa
= 2235
28
= 79.8
b. Nilai presentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
Presentase tuntas = Jumlah siswa yang tuntas x 100%
Jumlah seluruh siswa
= 25x 100%
28
= 89.2 %
57
c. Nilai presentase belum tuntas dihitung berdasarkan rumus berikut:
Presentase belum tuntas = Jumlah siswa yang belum tuntas x 100%
Jumlah seluruh siswa
= 3 x 100%
28
= 10.7 %
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di kelas IV MIN 4
Boyolali pada subtema cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media
boneka tangan terdiri dari dua Siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Berdasarkan
dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Siklus I dan Siklus II,
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
rekapitulasi hasil belajar siswa melalui metode storytelling dengan media
boneka tangan pada subtema cerita fiksi pada data dibawah ini.
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus – Siklus II
Intrumen Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata 67.7 70.7 79.8
Ketuntasan Klasikal 35.7 % 57.1% 89.2%
Tuntas 10 siswa 16 siswa 25 siswa
Belum Tuntas 18 siswa 12 siswa 3 siswa
Junlah Siswa 28 siswa 28 siswa 28 siswa
58
Berdasarkan data diatas dapat dibuktikan bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar siswa melalaui metode storytelling dengan media boneka tangan
pada subtema cerita fiksi. Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas
menggunakan metode storytelling dan media boneka tangan, hasil ulangan
harian siswa menunjukkan belum memuaskan. Masih terdapat sebanyak 18
siswa (64.3%) yang belum mencapai batas KBM yang telah ditentukan
sekolah. Batas KBM di kelas IV MIN 4 Boyolali pada subtema cerita fiksi
sebesar 70. Siswa yang mencapai KBM di kelas IV ini hanya 10 siswa (35.7%)
dengan perolehan hasil rata-rata sebesar 67.7. Sedangkan setelah
menggunakan metode storytelling dengan media boneka tangan terjadi
peningkatan walaupun belum secara klasikal, hasil penelitian pada siklus I
terdapat sebanyak 16 siswa (57.1%) yang mencapai KBM dan 12 siswa
(42.8%) belum tuntas dengan perolehan hasil rata-rata sebesar 70.7. Setelah
diskusi dengan wali kelas dengan hasil belajar siswa yang belum bisa mencapai
ketuntasan klasikal yaitu ≥ 85% dari keseluruhan siswa maka kelemahan-
kelemahan pada siklus I diperbaiki pada siklus II sehingga pada siklus II
terdapat peningkatan klasikal pada subtema cerita fiksi melalui metode
storytelling dengan media boneka tangan. Hasil penelitian pada siklus II
terdapat 3 siswa (10.7%) belum tuntas dan sebanyak 25 siswa (89.2%) yang
mencapai KBM dan indikator keberhasilan secara klasikal dengan perolehan
hasil rata-rata 79.7.
Berdasarkan data tersebut maka diketahui bahwa pelaksanaan PTK
melalui metode storytelling dengan media boneka tangan pada subtema cerita
59
fiksi dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MIN 4 Boyolali tahun
pelajaran 2019/2020 telah berhasil meningkat.
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Belajar Setiap Siklus
No
Nama
KKM
Hasil Nilai
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Nilai Ket. Nilai Ket. Nilai Ket.
1 AA 70 65 Belum
Tuntas
75 Tuntas 80 Tuntas
2 AMA 70 65 Belum
Tuntas
65 Belum
Tuntas
70 Tuntas
3 ARMP 70 75 Tuntas 75 Tuntas 75 Tuntas
4 ARAR 70 60 Belum
Tuntas
70 Tuntas 90 Tuntas
5 AA 70 65 Belum
Tuntas
70 Tuntas 100 Tuntas
6 AAPP 70 65 Belum
Tuntas
60 Belum
Tuntas
80 Tuntas
7 DAI 70 75 Tuntas 90 Tuntas 100 Tuntas
8 EKPS 70 60 Belum
Tuntas
70 Tuntas 90 Tuntas
9 GRI 70 65 Belum 65 Belum 70 Tuntas
60
Tuntas Tuntas
10 GDP 70 65 Belum
Tuntas
60 Belum
Tuntas
90 Tuntas
11 HAN 70 70 Tuntas 75 Tuntas 75 Tuntas
12 HS 70 65 Belum
Tuntas
55 Belum
Tuntas
95 Tuntas
13 I NA 70 60 Belum
Tuntas
70 Tuntas 80 Tuntas
14 KJH 70 60 Belum
Tuntas
65 Belum
Tuntas
65 Belum
Tuntas
15 MHAS 70 65 Belum
Tuntas
65 Belum
Tuntas
100 Tuntas
16 MVP 70 75 Tuntas 75 Tuntas 90 Tuntas
17 MEP 70 60 Belum
Tuntas
70 Tuntas 80 Tuntas
18 MIAS 70 75 Tuntas 80 Tuntas 80 Tuntas
19 PM 70 70 Tuntas 75 Tuntas 75 Tuntas
20 RAP 70 65 Belum
Tuntas
60 Belum
Tuntas
80 Tuntas
21 RKH 70 90 Tuntas 90 Tuntas 90 Tuntas
22 SDM 70 80 Tuntas 85 Tuntas 80 Tuntas
23 SDF 70 75 Tuntas 90 Tuntas 75 Tuntas
24 SSO 70 80 Tuntas 75 Tuntas 80 Tuntas
61
25 T LM 70 60 Belum
Tuntas
65 Belum
Tuntas
70 Tuntas
26 WDP 70 60 Belum
Tuntas
60 Belum
Tuntas
50 Belum
Tuntas
27 WR 70 65 Belum
Tuntas
60 Belum
Tuntas
65 Belum
Tuntas
28 ZMS 70 60 Belum
Tuntas
65 Belum
Tuntas
70 Tuntas
Jumlah 1895 1980 2235
Nilai Tertinggi 67.7 70.7 79.8
Nilai Terendah 35.7% 57.1% 89.2%
Nilai Rata-rata Kelas 64.3% 42.8% 10.7%
Berdasarkan Tabel 4.5, menunjukkan bahwa melalui metode
storytelling dengan media boneka tangan pada pembelajaran subtema cerita
fiksi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun
Pelajaran 2019/2020. Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh (Agus,
2010:7) yang mengemukakan bahwa storytelling menggunakan kemampuan
penyaji untuk menyampaikan sebuah cerita dengan gaya, intonasi, dan alat
bantu yang menarik minat pendengar. Storytelling sering digunakan dalam
proses belajar mengajar utamanya pada tingkat pemula atau anak-anak.
Dikatakan berhasil menggunakan metode storytelling, jika pendengar mampu
menangkap jalan cerita serta merasa terhibur. Selain itu, peran moral dalam
62
cerita juga diperoleh. Berdasarkan paparan tersebut menurut (Sudarmadji,
2010:21) mengungkapkan bahwa pemanfaatan alat peraga dengan bercerita
yaitu menggunakan boneka tangan. Serta didukung oleh peneliti terdahulu
yaitu Durrotun Nahihah (2017) tentang Pengembangan media boneka tangan
untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang
didengarkan dengan menggunakan kata-kata sendiri kelas II SDN Ngadirejo 3.
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat dari hasil belajar Pra Siklus masih
banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan KBM. Hasil belajar siswa yang
tuntas dari Pra Siklus hanya 10 siswa (35,7%) dan 18 siswa (64.3%) belum
tuntas dengan nilai rata-rata kelas 67,7. Pada Siklus I ketuntasan hasil belajar
mencapai 16 siswa (57.1%) dan 12 siswa (42.8%) belum tuntas dengan nilai
rata-rata 70.7. Jadi dari Pra Siklus ke Siklus 1 mengalami peningkatan hasil
belajar sebnayak 21.4%. Sedangkan hasil ketuntasan belajar siswa pada Siklus
II mengalami peningkatan menjadi 25 siswa (89.2%) yang tuntas dan 3 siswa
(10.7%) belum tuntas dengan nilai rata-rata 79.8. Jadi, terjadi peningkatan hasil
belajar Siklus I dan Siklus II sebesar 32.1%.
Maka dengan ini penelitian dihentikan pada Siklus II karena telah
memenuhi keberhasilan individu dan klasikal yaitu jumlah nilai siswa kelas IV
secara keseluruhan dalam kelas telah memenuhi KBM (Ketuntasan Belajar
Minimal) ≥ 70 serta tercapainya ketuntasan klasikal 85% dalam pembelajaran.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode Storytelling dengan media boneka tangan dapat meningkatan hasil
belajar siswa subtema cerita fiksi pada siswa kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun
Pelajaran 2019/2020. Hal ini dibuktikan adanya peningkatan hasil belajar siswa
mulai dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Data tersebut diperoleh sebagai berikut:
Hasil belajar siswa yang tuntas dari Pra Siklus hanya 10 siswa (35,7%) dan 18 siswa
(64.3%) belum tuntas dengan nilai rata-rata kelas 67,7. Pada Siklus I ketuntasan hasil
belajar mencapai 16 siswa (57.1%) dan 12 siswa (42.8%) belum tuntas dengan nilai
rata-rata 70.7. Jadi dari Pra Siklus ke Siklus 1 mengalami peningkatan hasil belajar
sebnayak 21.4%. Sedangkan hasil ketuntasan belajar siswa pada Siklus II mengalami
peningkatan menjadi 25 siswa (89.2%) yang tuntas dan 3 siswa (10.7%) belum tuntas
dengan nilai rata-rata 79.8. Jadi, terjadi peningkatan hasil belajar Siklus I dan Siklus
II sebesar 32.1%. siswa yang belum tuntas pada siklus II akan diberi tindakan
mandiri berupa latihan-latihan atau remidi yang dipantau oleh guru sehingga
diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang diperoleh maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
64
1. Bagi Siswa
Siswa yang masih merasa kesulitan dalam bercerita ataupun masih
kurang percaya diri dalam bercerita hendaknya lebih memperbanyak
pengalaman membaca cerita dan menceritakan isi cerita dengan bahasa
daerahnya melalui media boneka tangan yang siswa punya agar hasil belajar
dapat dicapai secara maksimal.
2. Bagi Guru
Guru sebaiknya menggunakan metode dan media yang menunjang
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terutama metode storytelling dan
media boneka tangan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, karena
berdasarkan penelitian metode storytelling dan media boneka tangan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran, terutama mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
3. Bagi Sekolah
Sekolah diharapkan mendukung pembelajaran dengan berbagai metode
dan media yang semakin bervariasi dan kreatif, terutama metode storytelling dan
media boneka tangan dalam mengatasi peningkatan hasil belajar pada siswa,
karena metode storytelling dan media boneka tangan merupakan alat peraga
yang mampu menumbuhkan keaktifan, memberikan ketertarikan dan
menumbuhkan semangat bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
65
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suyatna. (2011). Model Pembelajaran PAIKEM. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Ahamd, Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Anas Sudijono. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Arsa, I Putu Suka, 2015. Belajar dan Pembelajaran: Strategi Belajar yang
Menyenangkan.Yogyakarta: Media Akademi.
Arikunto, S. (2017). Pengembangan Instrumen Penelitian dan Penilaian
Program. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arief S Sadiman, (2008). Media Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Azhar Arsyad. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Pnelitian Tindakan
Sekolah.Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto. (2012). Penelitian Tindakan Kelas dan Pnelitian Tindakan Sekolah
Beserta contoh-contohnya. Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto. (2013). Strategi dan tahapan mengajar (bekal ketrampilan dasar
bagiguru). Bandung: CV Yrama Widya.
Mudjiono, Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mulyasa. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
66
Nurgiantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyajakarta :
BPFE.
Resmini, Nove, dkk. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Infonesia. Bandung : UPI Press.
Sanjaya, Wina. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada.
Sanjaya, Wina. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Siti Mariana. (2010). Pengaruh Penggunaan Media Boneka Tangan Terhadap
Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Se-Gugud 4 Kecamatan
Bantul. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Siti Mariana. (2014). Pengaruh Penggunaan Media Boneka Tangan Terhadap
Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Se-Gugud 4 Kecamatan
Bantul. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sriyanti, Lilik. (2009). Teori-teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga.
Sriyanti, Lilik. 2913. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sudarmadji, dkk. (2010). Teknik Bercerita. Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta.
Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafinda Persada
Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. (2007). Media Pengajaran, Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R8D. Bandung :
Alfabeta. CV.
67
Supratiknya, A. (2012). Penelitian Hasil Belajar dengan Yeknik Nontes.
Yogyakarta : Universitas Sanata Darma.
Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustakan Pelajar.
Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustakan Pelajar.
Suprijono, Agus. (2016). Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustakan Pelajar.
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Anak Usia Dini. Yogyakarta : Pedagogia.
Tarigan, Jlago. (2006). Pendidikan Bahasa dan Satra di Kelas Rendah.
Jakarta:UT.
Tarigan, Henry Guntur. (2008) Membaca Suatu Ketrampilan
Berbahasa.Bandung; Angkasa
Tazkiroatun, Musfiroh. (2005). Bermain Sambil Belajar dan Mengasah
Kecerdasan. Jakarta : Depdiknas.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Group.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Bumi Aksara.Warsiman.
Membangun Pemahaman Terhadap Karya Sastra Berbentuk
Fiksi.Jurnal Thaqafiyyat, 14(1), 2013:184.
Triningsih, Atin Istiarni. (2018). Jejak Pena Pustakawan. Yogyajakrta : Azyan
Mitra Media.
Wisrawaty Wahyuddin. Kemampuan Menentukan Isi Cerita Rakyat Siswa Kelas
X SMA Negeri 1 Raha. Jurnal Bastra, 1(1). Maret 2016:4.
68
Lampiran 1
SURAT KETERANGAN KEGIATAN (SKK)
NAMA : Nurul Hidayati Ningsih JURUSAN : PGMI
NIM : 23040160033 Dosen PA : Suwardi, M.Pd
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1. Orientasi pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga
22-23 Agustus
2016
Peserta 3
2. UPT Perpustakaan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga
Agustus 2016 Peserta 2
3. Sertifikat Seminar Internasional
“Petani Untuk Negeri” dalam rangkaian
kegiatan Festifal Solidaritas Untuk Petani
Indonesia
24 September
2016
Peserta 10
4. Dialog Interaktif HMJ PAI IAIN Salatiga
“Pendidikan Karakter Indonesia”
15 Oktober 2016 Peserta 3
5. Malam Keakraban Forum Komunikasi
Mahasiswa Boyolali (FKMB) Salatiga “Peran
dan Konstribusi FKMB untuk Boyolali”
23 Oktober 2016 Peserta 3
6. Kegiatan Pelatihan Pembelajaran Al-Qur’an
dengan tema “Membangun Peradapan dengan
Al-Qur’an”
06 Maret 2017 Peserta 3
69
7. Kegiatan Malam Kekraban PGMI dengan
tema “ Wahana Raketing Memitra”
16-17 September
2017
Peserta 3
8. Kegiatan Pendidikan Tamu Racana
(DIKTARA) Tahun 2017”Gerbang Awal
Generasi Pramuka Perguruan Tinggi yang
Berdidikasi dan Profesional”
21-25 September
2017
Peserta 4
9. Kegiatan Seminar Kebudayaan dengan tema
“Ngudi Kaweruh Hayuning Budaya Jawi”
30 September
2017
Peserta 3
10. Surat Keputusan Dekan Fakultas Terbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga Kegiatan Festifal
Budaya Himpunan Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (HMJ
PGMI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga Tahun 2017
13 November
2017
Panitia 4
11. Kegiatan Festifal Budaya PGMI Jalan sehat
Semarak Festifal Hari Jadi PGMI ke 10
“Bersama Kita Bisa”
15 November
2017
Pengisi Acara 6
12. Kegiatan Festifal Budaya PGMI Jalan sehat
Semarak Festifal Hari Jadi PGMI ke 10
“Bersama Kita Bisa”
15 November
2017
Panitia 3
13. Kegiatan Pameran Media Pembelajaran
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
29 November
2017
Peserta 2
70
(PGMI) Tahun Angkatan 2016
14. Seminar Nasional “Tantangan NKRI di
tengah penetrasi ideologi trans nasional”
1 Desember 2017 Peserta 8
15. Has accomplished TOEFLTraining for
Students of IAIN Salatiga
12 Maret – 09
April 2018
Peserta 3
16. Certificate this is to certify that the candidate
whose name appears below has taken the
TOEFL prediction test of UPTPB IAIN
Salatiga under the secure conditions.
12 Maret – 09
April 2018
Peserta 3
17. Sertifikat National Seminar “The
interferences of social media to developing
millennial’s creativity and innovation to face
industrial revolution 4.0”
27 April 2019 Peserta 8
18. Festifal Karya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan 2018
Mei 2018 Panitia 4
19. Kegiatan KILAU RAYA PGMI 2018 dalam
rangka memperingati hari AIDS
1 Desember 2018 Peserta 3
20. Kegiatan Anniversary FKMB ke-IV dengan
tema “Generasi sehat, Masyarakat Selamat,
Mahasiswa Hebat, Boyolali Bermartabat”
31 Januari 2019 Panitia 3
21. Pelaksanaan piala rektor IAIN Salatiga 2019 12 April 2019 Panitia 4
22. Seminar Nasional Media Pembelajaran
“Media Pembelajaran Berbasis Teknologi
11 November
2019
Peserta 8
71
72
Lampiran 2
73
Lampiran 3
74
75
Lampiran 4
Lembar Jawaban Siswa Siklus I
76
77
Lembar Jawaban Siklus II
78
79
Lembar Cerita yang Dibuat Siswa Siklus I
80
81
Lembar Cerita yang Dibuat Siswa Siklus II
82
83
Lampiran 5
84
Lampiran 6
NILAI ULANGAN HARIAN (PRA SIKLUS)
No Nama KKM Nilai Keterangan
1 AA 70 65 Belum Tuntas
2 AMA 70 65 Belum Tuntas
3 ARMP 70 75 Tuntas
4 ARAR 70 60 Belum Tuntas
5 AA 70 65 Belum Tuntas
6 AAPP 70 65 Belum Tuntas
7 DAI 70 75 Tuntas
8 EKPS 70 60 Belum Tuntas
9 GRI 70 65 Belum Tuntas
10 GDP 70 65 Belum Tuntas
11 HAN 70 70 Tuntas
12 HS 70 65 Belum Tuntas
13 I NA 70 60 Belum Tuntas
14 KJH 70 60 Belum Tuntas
15 MHAS 70 65 Belum Tuntas
16 MVP 70 75 Tuntas
17 MEP 70 60 Belum Tuntas
18 MIAS 70 75 Tuntas
19 PM 70 70 Tuntas
85
20 RAP 70 65 Belum Tuntas
21 RKH 70 90 Tuntas
22 SDM 70 80 Tuntas
23 SDF 70 75 Tuntas
24 SSO 70 80 Tuntas
25 T LM 70 60 Belum Tuntas
26 WDP 70 60 Belum Tuntas
27 WR 70 65 Belum Tuntas
28 ZMS 70 60 Belum Tuntas
Jumlah 1895
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 60
Nilai Rata-rata Kelas 67.7
Tuntas 10
Presentase Tuntas 35.7%
Belum Tuntas 18
Presentasi Tidak Tuntas 64.3%
86
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MIN 4 Boyolali
Kelas / Semester : IV (Empat) / 2
Tema : Indahnya Keragaman di Negeriku
Sub Tema : Keragaman Suku Bangsa dan Agama di
Negeriku
Materi Pokok : Cerita Fiksi
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit (1 x Pertemuan)
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfisksi ke dalam tulisan
dengan bahasa sendiri
Indikator
3.7.1 Siswa dapat menyebutkan kata sulit, gagasan pokok dalam setiap
paragraf, dan informasi baru dalam teks bacaan dengan benar
4.7.1 Siswa dapat menceritakan cerita rakyat dengan bahasa daerahnya
secara bergantian di depan kelas dengan rasa percaya diri
87
B. Materi Pembelajaran
Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pria dengan istrinya dan
mereka mempunya sebuah cincin emas. Cincin tersebut merupakan cincin
keberuntungan dan siapa pun yang memilikinya maka hidupnya tidak akan
pernah kekurangan. Malangnya, mereka tidak tahu akan hal itu,
merekapun menjual cincin itu untuk mendapatkan uang.
Segera setelah menjual cincin itu, mereka pun bertambah miskin
dan miskin hingga ahirnya mereka tidak tahu apa yang harus dimakan
untuk hari esok. Mereka memelihara seekor kucing dan seekor anjing dan
mereka juga sama laparnya seperti tuannya. Kemudia, kedua hewan
peliharaan tersebut berunding untuk menemukan cara agar majikannya
tersebut dapat kembali memiliki kehidupannya seperti semula. Ketika
sedang berunding, tiba tiba Anjing memiliki ide.
“Mereka harus mendapatkan cincinya kembali” katanya kepada kucing. Si
Kucing pun menjawab “Cincin itu telah di kunci di dalam peti, dimana
tidak mungkin untuk didapatkan kembali”
“Kau harus menangkap tikus” kata anjing tersebut.” Tikus tersebut dapat
membuat lubang di dalam peti dan mengambil cincin tersebut dari dalam
peti. Jika si tikus itu tidak mau ancam dia, katakana kalau kau akan
mengigitnya sampai mati, dan kau akan lihat dia akan meuruti
perintahmu”
Saran itu membuat sang kucing gembira, dan ia menangkap si tikus.
Kemudian Tikus pun ingin melihat rumah dimana peti penyimpan cincin
88
itu berada, sedangkan sang Anjing mengikuti dari belakang. Kemudian
mereka pun berjalan menuju rumah tersebut. Di perjalanan mereka harus
menyebrangi sungai yang luas. Karena kucing tidak bisa berenang, maka
anjing menolongnya dan juga menolong tikus untuk menyebrang.
Setelah berhasil menyebrang, sang kucing pun menunjukan rumah
dimana peti itu berada. Sesampainya di tempat dimana peti itu disimpan,
tikus pun langsung membuat lubang dipeti tersebut dan mengambil cincin
yang ada di dalamnya.
Setelah berhasil, ia pun meletakan cincin tersebut dimulutnya dan
kembali ke sungai dimana sang anjing telah menanti untuk menolongnya
menyebrang. Kemudian mereka bersama-sama berjalan menuju rumah
majikan untuk memberikan cincin keberuntungannya. Diperjalanan,
mereka bertemu dengan banyak rumah penduduk. Karena sang kucing
pandai memanjat atap rumah, maka ia lebih dahulu sampai di rumah
majikannya dibandingkan dengan sang anjing yang harus berjalan melalui
tanah karena tidak pandai memanjat.
Sesampainya di rumah, kucing tersebut memberikan cincinnya
kepada sang majikan. Sang majikan pun berkata “ Sungguh binatang yang
sangat baik kucing ini” Kita berjanji untuk selalu memberi mu cukup
perhatian dan makan. Kami akan merawatmu layaknya anak kami sendiri”
Tetapi ketika sang anjing tiba di rumah, sang majikan memukul
dan mengomelinya, karena sang majikan mengganggap anjing tersebut
tidak berbuat apa apa untuk mengambil cincin tersebut. Sang kucing yang
89
tahu hal sesungguhnya pun hanya dia di dekat perapian, meringkuk dan
tidak berusaha untuk menjelaskan apappun.
Anjing pun murka dengan sang kucing karena berusaha untuk
berbuat licik. Ketika ia melihat sang kucing, maka ia akan selalu
mengejarnya dan berusaha untuk menghajarnya.
Sejak saat itu, kucing dan anjing pun bermusuhan
C. Media / Alat Bantu
1. Cerita Rakyat yang berjudulkucing dan anjing bermusuhan
2. Boneka Tangan
D. Metode Pembelajaran
Metode Storytelling
E. Sumber Belajar
1. Buku Guru Kelas IV
2. Buku Siswa Kelas IV
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pembuka
a. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran
b. Guru mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh”
c. Siswa menjawab salam “Waalaikumussalam Warahmatullahi
Wabarakatuh”
90
d. Guru memeriska posisi duduk siswa “Sebelum berdo’a, ayo duduk
yang manis, badan tegak, tangan diatas meja”
e. Siswa yang dapat jadwal memimpin do’a diminta untuk maju
kedepan dan langsung berdo’a bersama-sama
f. Guru mengabsensi siswa sambil menanyakan kabar “Apa kabar
hari ini? Siapa yang tidak berangkat ya?”
g. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi satu nusa satu bangsa
sebagai ice breaking dan sebagai apersepsi dalam mengingat
pembelajaran sebeluumnya serta sebagai penyemangat sebelum
pembelajaran dimulai
h. Guru mengkondisikan siswa untuk lebih fokus dalam pembelajaran
dan mengingatkan kepada seluruh siswa bahwa pembelajaran kali
ini peralatan yang ada diatas meja hanya buku tulis, pensi dan
penghapus. Selain 3 alat tulis tersebut untuk dimasukkan kedalam
tas. Dan lebih menekankan kepada 4 siswa yang pada pembelajaran
sebelumnya masih berbicara sendiri untuk lebih fokus lagi dalam
pembelajaran kali ini.
i. Guru menyampaikan cakupan materi dan tujuan pembelajaran
dihari ini “ hari ini kita belajar tentang cerita fiksi, dimana nanti
anak-anak akan paham bagaimana memerankan sebuah cerita dan
kita akan belajar bercerita dengan boneka tangan ini (guru
menunjukkan boneka tangan dihadapan siswa)”.
91
2. Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan cakupan materi dan tujuan pembelajaran
dihari ini “ hari ini kita belajar tentang cerita fiksi, dimana nanti
anak-anak akan paham bagaimana memerankan sebuah cerita dan
kita akan belajar bercerita dengan boneka tangan ini (guru
menunjukkan boneka tangan dihadapan siswa)”.
b. Guru bertanya “siapa yang pernah bercerita dengan boneka tangan?
c. Guru mencontohkan cara bercerita dengan lebih terampil dan
semangat dalam penggunaan boneka tangan “Sebelum anak-anak
memainkan boneka ini, sekarang lihat pak guru dulu ya anak dan
simak teks bacaan yang sudah ada diatas meja kalian”
d. Guru bercerita menggunakan boneka tangan dengan lebih cakap
dan inofatif dalam bercerita dihadapan siswa.
e. Guru memberikan arahan “ Gimana asyik kan bercerita dengan
boneka ini? Ok, anak-anak akan bercerita juga dengan boneka ini
tapi sekarang anak-anak membuat cerita rakyat dengan bahasa
daerah atau bahasa sehari-hari kalian, tema bebas, contohnya
seperti cerita yang telah bapak contohkan tadi ya anak-anak.”
f. Guru menekankan atau memeberi peringatan kepada seluruh siswa
untuk bercerita maju kedepan kelas sesuai cerita yang telah siswa
buat” bapak peringatkan ya, jika masih ada yang malu untuk tidak
bercerita didepan kelas, maka bapak tidak akan mengajar di kelas
ini lagi. Jadi semua siswa wajib maju ya?
92
g. Siswa serentak menjawa “Iya pak guru.”
h. Siswa maju satu persatu dengan rasa percaya diri untuk
menceritakan cerita rakyat yang telah siswa buat dengan bahasa
daerahnya menggunakan media boneka tangan yang telah tersedia
i. (Pada siklus I masih ada 3 siswa yang malu ketika diminta untuk
bercerita di depan kelas) Guru memberikan perhatian lebih kepada
seluruh siswa, memberikan keleluasaan kepada seluruh siswa
dalam pembelajaran, dengan mendekati dan memberi arahan atau
motivasi kepada siswa untuk berani maju kedepan kelas untuk
bercerita.
j. Guru melakukan penilaian saat siswa bercerita
k. Guru memberikan pertanyaan asyik kepada 3 siswa yang kemarin
masih malu dalam bercerita di depan kelas “ Gimana perasaanmu
ketika maju bercerita? Asyikkan? Inget jangan malu-malu lagi ya!
semua sama-sama manusia jadi jangan malu.”
3. Kegiatan Penutup
a. Guru merefleksi pembelajaran hari ini dengan menanyakan “Hari
ini kita belajar apa saja? pengalaman berkesan dari pembelajaran
dihari apa saja?
b. Guru memotivasi siswa untuk bangga dengan bahasa daerah yang
ada dalam diri siswa
c. Guru meminta siswa mengumpulkan semua cerita nonfiksi yang
telah siswa buat
93
d. Guru mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdallah dan
diikuti oleh siswa
e. Guru menutup pembelajaran dengan salam
G. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Sikap
b. Penilaian Pengetahuan
c. Penilaian Ketrampilan
2. Instrumen Penilaian
a. Observasi selama kegiatan pembelajaran
b. Tes : Penilaian menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang
diceritakan guru
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah dengan benar!
1. Apa gagasan pokok dari cerita rakyat yang telah disampaikan
oleh guru?
2. Sebutkan 3 kosakata sulit dari bacaan di atas!
3. Dimana latar atau tempat kejadian dalam cerita rakyat yang telah
disampaikan guru?
4. Mengapa kucing dan anjing bermusuhan?
5. Jelaskan informasi baru yang dapat diperoleh dalam cerita rakyat
yang telah disampaikan guru?
94
Jawab!
1. Anjing dan kucing yang baik menjadi bermusuhan gara-gara
cincin keberuntungan
2. a. peti
b. majikan
c. murka
3. Rumah dan sungai.
4. Anjing murka dengan sang kucing karena berusaha berbuat licik
5. Jawaban siswa bisa berbeda-beda
Penskoran = Benar x 20 = 100
95
Lampiran 8
Daftar Hasil Belajar Siklus I
No Nama Nilai Keterangan
1 A A 75 Tuntas
2 A M A 65 Belum Tuntas
3 A R M P 75 Tuntas
4 A R A R 70 Tuntas
5 A A 70 Tuntas
6 A A P P 60 Belum Tuntas
7 D AI 90 Tuntas
8 E K P S 70 Tuntas
9 G R I 65 Belum Tuntas
10 G D P 60 Belum Tuntas
11 H A N 75 Tuntas
12 H S 55 Belum Tuntas
13 I N A 70 Tuntas
14 K J H 65 Belum Tuntas
15 M H A S 65 Belum Tuntas
16 M V P 75 Tuntas
17 M E P 70 Tuntas
18 M I A S 80 Tuntas
19 P M 75 Tuntas
96
20 R A P 60 Belum Tuntas
21 R K H 90 Tuntas
22 S D M 85 Tuntas
23 S D F 90 Tuntas
24 S S O 75 Tuntas
25 T L M 65 Belum Tuntas
26 W D P 60 Belum Tuntas
27 W R 60 Belum Tuntas
28 Z M S 65 Belum Tuntas
Jumlah 1980
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 55
Nilai Rata-rata Kelas 70.7
Tuntas 16
Presentase Tuntas 57.1%
Belum Tuntas 12
Presentasi Tidak Tuntas 42.8%
97
c. Penilaian dalam membuat cerita rakyat
Buatah cerita rakyat dengan bahasa kalian!
Rubrik:
No Aspek yang
dinilai
Skor
4 3 2 1
1 Kerapian
Tulisan
Tulisan rapi
dan mudah
terbaca
Tulisan
belum rapi
dan ada yang
belum bisa
terbaca
Tulisan
tidak rapi
dan cukup
mudah
terbaca
Tulisan
tidak rapi
dan sulit
terbaca
2 Tanda Baca Menggunaka
n tanda baca
dengan tepat
Tanda baca
belum bisa
terbaca
Tanda baca
cukup
terbaca
Tanda
baca tidak
terbaca
sama
sekali
Jumlah
Skor Maksimal 8
98
d. Penilaian dalam menceritakan cerita yang telah dibuat siswa
Rubrik:
No Aspek yang
dinilai
Skor
4 3 2 1
1 Bahasa Kesesuaian
bahasa yang
ditulis
dengan yang
diceritakan
Sebagian
besar ada
kesesuaian
bahasa yang
ditulis dan
diceritaka
Sebagian
kecil ada
kesesuaian
bahasa yang
ditulis dan
diceritaka
Bahasa yang
ditulis dan
diceritakan
tidak sesuai
2 Suara Menggunaka
n tanda baca
dengan tepat
Tanda baca
belum bisa
terbaca
Tanda baca
cukup
terbaca
Tanda baca
tidak terbaca
sama sekali
Jumlah
Skor Maksimal 8
99
Lampiran 9
Daftar Nilai Keterampilan Siklus I
No
Nama
Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah
Skor
Predikat Kerapia
n
Tulisan
Tanda
Baca
Bahasa Suara
1 A A 3 3 4 4 14 A
2 A M A 3 2 3 4 12 B
3 A R M P 3 3 3 3 12 B
4 A R A R 3 3 4 4 14 A
5 A A 4 3 4 4 15 A
6 A A P P 3 2 3 4 12 B
7 D AI 4 3 3 3 13 A
8 E K P S 3 3 3 3 12 B
9 G R I 3 4 3 3 13 A
10 G D P 3 3 3 3 12 B
11 H A N 3 3 3 4 13 A
12 H S 3 4 3 3 13 A
13 I N A 3 3 4 4 14 A
14 K J H 3 4 4 4 15 A
15 M H A S 3 2 4 4 13 A
16 M V P 4 4 3 4 15 A
100
17 M E P 3 3 4 4 14 A
18 M I A S 3 3 3 3 12 B
19 P M 4 4 4 3 15 A
20 R A P 3 3 4 3 13 A
21 R K H 4 4 3 3 14 A
22 S D M 3 4 3 3 13 A
23 S D F 4 3 3 3 13 A
24 S S O 4 3 3 3 13 A
25 T L M 3 3 3 3 12 B
26 W D P 3 3 2 3 11 B
27 W R 2 2 3 3 10 C
28 Z M S 3 3 4 3 13 A
Skor Maksimal : 16
Nilai : Skor Perolehan x 100
Skor Maksimal
Panduan Konversi Nilai:
Konversi Nilai (Skala 0-100) Predikat Klasifikasi
81-100 A SB (Sangat Baik)
66-80 B B (Baik)
51-65 C C (Cukup)
0-50 D K (Kurang)
101
102
Lampiran 10
Anjing dan Kucing Bermusuhan
Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pria dengan istrinya dan
mereka mempunya sebuah cincin emas. Cincin tersebut merupakan cincin
keberuntungan dan siapa pun yang memilikinya maka hidupnya tidak akan
pernah kekurangan. Malangnya, mereka tidak tahu akan hal itu,
merekapun menjual cincin itu untuk mendapatkan uang.
Segera setelah menjual cincin itu, mereka pun bertambah miskin
dan miskin hingga ahirnya mereka tidak tahu apa yang harus dimakan
untuk hari esok. Mereka memelihara seekor kucing dan seekor anjing dan
mereka juga sama laparnya seperti tuannya. Kemudia, kedua hewan
peliharaan tersebut berunding untuk menemukan cara agar majikannya
tersebut dapat kembali memiliki kehidupannya seperti semula. Ketika
sedang berunding, tiba tiba Anjing memiliki ide.
“Mereka harus mendapatkan cincinya kembali” katanya kepada kucing. Si
Kucing pun menjawab “Cincin itu telah di kunci di dalam peti, dimana
tidak mungkin untuk didapatkan kembali”
“Kau harus menangkap tikus” kata anjing tersebut.” Tikus tersebut dapat
membuat lubang di dalam peti dan mengambil cincin tersebut dari dalam
peti. Jika si tikus itu tidak mau ancam dia, katakana kalau kau akan
mengigitnya sampai mati, dan kau akan lihat dia akan meuruti
perintahmu”
103
Saran itu membuat sang kucing gembira, dan ia menangkap si tikus.
Kemudian Tikus pun ingin melihat rumah dimana peti penyimpan cincin
itu berada, sedangkan sang Anjing mengikuti dari belakang. Kemudian
mereka pun berjalan menuju rumah tersebut. Di perjalanan mereka harus
menyebrangi sungai yang luas. Karena kucing tidak bisa berenang, maka
anjing menolongnya dan juga menolong tikus untuk menyebrang.
Setelah berhasil menyebrang, sang kucing pun menunjukan rumah
dimana peti itu berada. Sesampainya di tempat dimana peti itu disimpan,
tikus pun langsung membuat lubang dipeti tersebut dan mengambil cincin
yang ada di dalamnya.
Setelah berhasil, ia pun meletakan cincin tersebut dimulutnya dan
kembali ke sungai dimana sang anjing telah menanti untuk menolongnya
menyebrang. Kemudian mereka bersama-sama berjalan menuju rumah
majikan untuk memberikan cincin keberuntungannya. Diperjalanan,
mereka bertemu dengan banyak rumah penduduk. Karena sang kucing
pandai memanjat atap rumah, maka ia lebih dahulu sampai di rumah
majikannya dibandingkan dengan sang anjing yang harus berjalan melalui
tanah karena tidak pandai memanjat.
Sesampainya di rumah, kucing tersebut memberikan cincinnya
kepada sang majikan. Sang majikan pun berkata “ Sungguh binatang yang
sangat baik kucing ini” Kita berjanji untuk selalu memberi mu cukup
perhatian dan makan. Kami akan merawatmu layaknya anak kami sendiri”
104
Tetapi ketika sang anjing tiba di rumah, sang majikan memukul
dan mengomelinya, karena sang majikan mengganggap anjing tersebut
tidak berbuat apa apa untuk mengambil cincin tersebut. Sang kucing yang
tahu hal sesungguhnya pun hanya dia di dekat perapian, meringkuk dan
tidak berusaha untuk menjelaskan apappun.
Anjing pun murka dengan sang kucing karena berusaha untuk
berbuat licik. Ketika ia melihat sang kucing, maka ia akan selalu
mengejarnya dan berusaha untuk menghajarnya.
Sejak saat itu, kucing dan anjing pun bermusuhan
105
Lampiran 11
Lembar Soal Siklus I
Nama :
No Absen :
Kelas :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah dengan benar!
1. Apa gagasan pokok dari cerita rakyat yang telah disampaikan oleh guru?
2. Sebutkan 3 kosakata sulit dari bacaan di atas!
3. Dimana latar atau tempat kejadian dalam cerita rakyat yang telah
disampaikan guru?
4. Mengapa kucing dan anjing bermusuhan?
5. Jelaskan informasi baru yang dapat diperoleh dalam cerita rakyat yang telah
disampaikan guru?
Nilai:
106
Lampiran 12
CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
A. Lembar Pengamatan Guru
Nama Sekolah : MIN 4 Boyolali
Guru : Edi Wahyono, S.Pd.I
Mata Pelajara : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Cerita Fiksi
Kelas/Semester : IV/2
Waktu pelaksanaan : Selasa, 28 Januari 2020 (Pukul 08.00-09.10 WIB)
Petunjuk : Skor diisi dengan memberikan tanda (√ ) sesuai
dengan kinerja guru saat proses pembelajaran
berlangsung
No Aspek yang diamati Skor
A B C D
Kemampuan Guru Membuka Pembelajaran
1 Memeriksa kesiapan siswa V
2 Memberikan motivasi awal V
3 Memberikan apersepsi (berkaitan dengan
materi)
V
107
4 Menyampaikan tujuan pembelajaran V
5 Memberikan acuan bahan ajar yang akan
dipelajari
V
Sikap Guru dalam Proses Pembelajaran
6 Kejelasan artikulasi suara V
7 Kemampuan mengendalikan kelas V
8 Antusiasme dalam penampilan V
9 Menarik perhatian siswa dalam proses
pembelajaran melalui metode storytelling
V
10 Memberikan perhatian yang sama pada
setiap kelompok
V
Penguasaan Bahan Ajar
11 Bahan belajar disajikan sesuai dengan
langkah-langkah yang dibuat dalam RPP
V
12 Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar V
13 Mampu memberikan variasi dalam
penyampaian bahan ajar melalui metode
storytelling
V
Kegiatan Belajar Menagajar
14 Penyajian bahan ajar sesuai dengan tujuan
atau indikator yang telah ditetapkan
V
15 Mendemonstrasikan langkah-langkah
kegiatan belajar melalui metode storytelling
V
108
16 Ketetapan dalam penggunaan alokasi waktu V
17 Memfasilitasi siswa selama kegiatan
pembelajaran melalui metode storytelling
V
Evaluasi Pembelajaran
18 Penilaian relevan dengan tujuan yang telah
ditetapkan
V
19 Penilaian yang diberikan sesuai RPP V
Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
20 Meninjau kembali yang telah diajarkan V
21 Memberi kesempatan untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan
V
22 Memberikan kesimpulan kegiatan
pembelajaran
V
23 Memberikan tugas kepada siswa baik secara
individu maupun kelompok
V
24 Menginformasikan materi yang akan
dipelajari berikutnya
V
25 Memberi motivasi belajar V
Total 79
Kategori Baik
109
110
Lampiran 13
B. Lembar Pengamatan Siswa
No Aspek yang diamati Skor
A B C D
1 Merespon terhadap apersepsi yang diberikan guru V
2 Mengetahui tujuan pembelajaran V
3 Memperhatikan penjelasan guru V
4 Memahami petunjuk guru tentang langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
storytelling
V
5 Antusias siswa terhadap pembelajaran menggunakan
metode storytelling
V
6 Kecakapan dalam mengerjakan V
7 Keberanian dalam menyampaikan cerita V
8 Menyimpulkan tentang materi pembelajaran V
9 Berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang
belum diketahui
V
10 Terciptanya suasana yang kondusif V
Total 26
Kategori Baik
111
Keterangan: Rentang Kategori:
A = 4 (Baik Sekali) 33 - 40 = Baik Sekali
B = 3 (Baik) 25 – 32 = Baik
C = 2 (Cukup) 17 - 24 = Sedang
D = 1 (Kurang) 09 - 16 = Cukup
00 – 08= Kurang
112
Lampiram 14
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MIN 4 Boyolali
Kelas / Semester : IV (Empat) / 2
Tema : Indahnya Keragaman di Negeriku
Sub Tema : Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku
Materi Pokok : Cerita Fiksi
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit (1 x Pertemuan)
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfisksi ke dalam tulisan
dengan bahasa sendiri
Indikator
3.7.1 Siswa dapat menyebutkan kata sulit, gagasan pokok dalam setiap
paragraf, dan informasi baru dalam teks bacaan dengan benar
4.7.1 Siswa dapat menceritakan cerita rakyat dengan bahasa daerahnya
secara bergantian di depan kelas dengan rasa percaya diri
113
B. Materi Pembelajaran
Dahulu kala katak dan kera bersahabat sangat akrab. Ke mana -
mana mereka selalu bersama. Suatu waktu di musim hujan,mereka berdua
sepakat untuk menanam pisang. Katak dan kera pun mulai mempersiapkan
lahan, menggali lubang dan mencari bibit pisang. Ketika seharian bekerja
akhirnya mereka menemukan bibit pisang seperti yang mereka inginkan,
yaitu pisang yang sudah agak besar. Mereka menggali, lalu memikulnya
bersama - sama. Setibanya di lokasi, kera berubah pikiran. Dia berkata :"
sobat, sebaiknya pisang ini kita tanam masing-masing, supaya bila sudah
berbuah pastinya sangat banyak". Katak setuju saja.
Akhirnya pisang yang hanya sebatang itu mereka potong bagi dua.
katak tanam bagian pangkalnya, dan kera bagian ujungnya. itu semua atas
saran kera, karena dia berpikir bahwa tanam yang sudah ada daun pasti
cepat berbuah. Maka mereka pun mulai menanamnya masing - masing.
katak dengan segala lugunya ikut saja kemauan kera. Tiap hari katak dan
kera selalu melihat pisang mereka. secara perlahan-lahan pisang sang
katak mulai tumbuh daunnya, makin hari makin banyak. pisang kera
semakin kuning, kera pun senang. Dia berpikir pasti pisangnya pasti akan
berbuah.
Ketika 3 bulan lamanya mereka sudah sibuk dengan urusan masing-
masing dan tidak pernah melihat pisang mereka lagi. Suatu hari, tanpa
sengaja kera lewat di kebun mereka dan dia melihat pisang yang ditanam
katak sudah berbuah dan sudah masak. Benar-benar mengundang selera si
kera. Rasanya saat itu juga dia ingin memakannya sampai habis, tapi dia
berpikir lain." ah..katak tidak bisa panjat, baiklah aku beritahu katak
114
supaya dia yang panjat, kalau dia menyerah baru saya, sehingga
persahabatan kami tetap aman". Akhirnya kera bergegas pulang, dan
secepatnya dia memberitahukan kepada katak. mereka berdua balik lagi ke
kebun untuk mengambil pisang-pisang itu. "Ayo kawan, silahkan panjat!
Itu kan pisangmu. aku tunggu di sini saja" (Kera mulai mengeluarkan jurus
mautnya). Katak pun mencoba. Dia melompat sekuat tenaga, hampir bisa,
terjatuh, lompat lagi, jatuh lagi! akhirnya katak mengalah. Kera bersorak
girang dalam hati. "Sobat, aku tidak bisa, sekarang kamu saja, aku yang
tunggu di sini". Dalam sekali lompat kera sudah berada di sisir pisang
paling atas, dia mengambil sebuah dan mencoba, mencoba lagi dan lagi.
kera tidak menghiraukan katak yang merengek minta pisang hanya sebuah
saja untuk ukuran perutnya. Dalam keadaan emosi katak pun pergi
mencari buluh, dia raut tajam-tajam dan ditaruhnya di sekeliling pohon
pisang lalu ditutupnya dengan daun pisang kering. kera sama sekali tidak
menghiraukan apa yang dibuat katak di bawah.
Setelah setandan pisang habis kera baru merasakan sangat
kekenyangan dan ia tidak bisa turun lagi dari atas pohon. "Teman, tolong
turunkan aku". pinta kera. "Aku tidak bisa, sob. Tapi kalau sob mau,
lompat saja ke daun pisang itu. aku sudah siapkan daun pisang empuk
untuk kamu". ujar katak. "Terima kasih kawan eeeee....kamu memang
kawanku yang paling baik, aku tak akan pernah bisa membalas jasamu
lagi," (1, 2, 3, oplaaaaaahhhhhhhh .....Duuuaaaaaaaaaarrrrrrrrrr) ledaklah
perut kera yang rakus itu.
C. Media / Alat Bantu
1. Cerita Rakyat yang berjudul katak dan kera
2. Boneka Tangan
115
D. Metode Pembelajaran
Metode Storytelling
E. Sumber Belajar
1. Buku Guru Kelas IV
2. Buku Siswa Kelas IV
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pembuka
a. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran
b. Guru mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh”
c. Semua siswa serentak menjawab salam “Waalaikumussalam
Warahmatullahi Wabarakatuh”
d. Guru memeriska posisi duduk siswa “Sebelum berdo’a, ayo duduk
yang manis, badan tegak, tangan diatas meja”
e. Siswa yang dapat jadwal memimpin do’a diminta untuk maju
kedepan dan langsung berdo’a bersama-sama
f. Guru mengabsensi siswa sambil menanyakan kabar “Apa kabar hari
ini? Siapa yang tidak berangkat ya?”
g. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi satu nusa satu bangsa sebagai
ice breaking dan sebagai apersepsi dalam mengingat pembelajaran
sebeluumnya serta sebagai penyemangat sebelum pembelajaran
dimulai
116
h. Guru menyampaikan cakupan materi dan tujuan pembelajaran dihari
ini “ hari ini kita belajar tentang cerita fiksi, dimana nanti anak-anak
akan paham bagaimana memerankan sebuah cerita dan kita akan
belajar bercerita dengan boneka tangan ini (guru menunjukkan
boneka tangan dihadapan siswa)”
2. Kegiatan Inti
a. Guru bertanya “siapa yang pernah bercerita dengan boneka tangan?
b. Guru mencontohkan cara bercerita dengan boneka tangan “Sebelum
anak-anak memainkan boneka ini, sekarang lihat pak guru dulu ya
anak dan simak teks bacaan yang sudah ada diatas meja kalian”
c. Guru memberikan arahan “ Gimana asyik kan bercerita dengan boneka
ini? Ok, anak-anak akan bercerita juga dengan boneka ini tapi sekarang
anak-anak membuat cerita rakyat dengan bahasa daerah atau bahasa
sehari-hari kalian, tema bebas, contohnya seperti cerita yang telah bapak
contohkan tadi ya anak-anak. tapi untuk cerita hari ini ditulis dengan rapi
ya dan juga nanti kalau maju bercerita harus lebih percaya diri lagi ya
anak-anak”
d. Siswa maju satu persatu dengan rasa percaya diri untuk
menceritakan cerita rakyat yang telah siswa buat dengan bahasa
daerahnya menggunakan media boneka tangan yang telah tersedia
e. Guru melakukan penilaian saat siswa bercerita
117
3. Kegiatan Penutup
a. Guru merefleksi pembelajaran hari ini dengan menanyakan “Hari ini
kita belajar apa saja? pengalaman berkesan dari pembelajaran dihari
apa saja?
b. Guru memotivasi siswa untuk bangga dengan bahasa daerah yang
ada dalam diri siswa
c. Guru meminta siswa mengumpulkan semua cerita nonfiksi yang
telah siswa buat
d. Guru mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdallah dan diikuti
oleh siswa
e. Guru menutup pembelajaran dengan salam
G. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Sikap
b. Penilaian Pengetahuan
c. Penilaian Ketrampilan
2. Instrumen Penilaian
a. Observasi selama kegiatan pembelajaran
b. Tes : Penilaian menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang
diceritakan guru
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah dengan benar!
1. Apa gagasan pokok dari cerita rakyat yang telah disampaikan
oleh guru?
118
2. Sebutkan 3 kosakata sulit dari bacaan di atas!
3. Dimana latar atau tempat kejadian dalam cerita rakyat yang telah
disampaikan guru?
4. Mengapa katak membuat buluh dan kemudian ditaruh disekeliling
pohon pisang?
5. Jelaskan informasi baru yang dapat diperoleh dalam cerita rakyat
yang telah disampaikan guru?
Jawab!
1. Kera yang rakus dan banyak akal
2. a. akrab
b. menggali
c. buluh
3. Di kebun
4. Katak emosi karena kerakusan kera
5. Jawaban siswa bisa berbeda-beda
Penskoran = Benar x 20 = 100
119
Lampiran 15
Daftar Hasil Belajar Siklus II
No Nama Nilai Keterangan
1 A A 80 Tuntas
2 A M A 70 Tuntas
3 A R M P 75 Tuntas
4 A R A R 90 Tuntas
5 A A 100 Tuntas
6 A A P P 80 Tuntas
7 D AI 100 Tuntas
8 E K P S 90 Tuntas
9 G R I 70 Tuntas
10 G D P 90 Tuntas
11 H A N 75 Tuntas
12 H S 95 Tuntas
13 I N A 80 Tuntas
14 K J H 65 Belum Tuntas
15 M H A S 100 Tuntas
16 M V P 90 Tuntas
17 M E P 80 Tuntas
18 M I A S 80 Tuntas
19 P M 75 Tuntas
120
20 R A P 80 Tuntas
21 R K H 90 Tuntas
22 S D M 80 Tuntas
23 S D F 75 Tuntas
24 S S O 80 Tuntas
25 T L M 70 Tuntas
26 W D P 50 Belum Tuntas
27 W R 65 Belum Tuntas
28 Z M S 70 Tuntas
Jumlah 2235
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 50
Nilai Rata-rata Kelas 79.8
Tuntas 25
Presentase Tuntas 89.2%
Belum Tuntas 3
Presentasi Tidak Tuntas 10.7%
121
c. Penilaian dalam membuat cerita rakyat
Buatah cerita rakyat dengan bahasa kalian!
Rubrik:
No Aspek yang
dinilai
Skor
4 3 2 1
1 Kerapian
Tulisan
Tulisan rapi
dan mudah
terbaca
Tulisan
belum rapi
dan ada yang
belum bisa
terbaca
Tulisan
tidak rapi
dan cukup
mudah
terbaca
Tulisan
tidak rapi
dan sulit
terbaca
2 Tanda Baca Menggunakan
tanda baca
dengan tepat
Tanda baca
belum bisa
terbaca
Tanda baca
cukup
terbaca
Tanda baca
tidak
terbaca
sama sekali
Jumlah
Skor Maksimal 8
122
d. Penilaian dalam menceritakan cerita yang telah dibuat siswa
Rubrik :
No Aspek yang
dinilai
Skor
4 3 2 1
1 Bahasa Kesesuaian
bahasa yang
ditulis
dengan yang
diceritakan
Sebagian
besar ada
kesesuaian
bahasa yang
ditulis dan
diceritaka
Sebagian kecil
ada kesesuaian
bahasa yang
ditulis dan
diceritaka
Bahasa yang
ditulis dan
diceritakan
tidak sesuai
2 Suara Menggunaka
n tanda baca
dengan tepat
Tanda baca
belum bisa
terbaca
Tanda baca
cukup terbaca
Tanda baca
tidak terbaca
sama sekali
Jumlah
Skor Maksimal 8
123
Lampiran 16
Daftar Nilai Keterampilan Siklus II
No
Nama
Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah
Skor
Predikat Kerapian
Tulisan
Tanda
Baca
Bahasa Suara
1 A A 4 4 4 4 16 A
2 A M A 4 4 4 3 15 A
3 A R M P 4 3 4 4 15 A
4 A R A R 4 4 3 4 15 A
5 A A 4 3 3 4 14 A
6 A A P P 4 3 4 3 14 A
7 D AI 4 3 4 4 15 A
8 E K P S 4 3 4 4 15 A
9 G R I 3 4 4 4 15 A
10 G D P 3 3 3 3 12 B
11 H A N 4 3 4 4 15 A
12 H S 4 4 4 4 16 A
13 I N A 4 4 4 4 16 A
14 K J H 4 4 4 4 16 A
15 M H A S 4 3 4 4 15 A
16 M V P 4 4 4 3 15 A
17 M E P 4 3 4 4 15 A
124
Skor Maksimal : 16
Nilai : Skor Perolehan x 100
Skor Maksimal
18 M I A S 4 3 4 3 14 A
19 P M 4 4 4 4 16 A
20 R A P 4 3 4 4 15 A
21 R K H 4 4 4 4 16 A
22 S D M 4 3 4 4 15 A
23 S D F 3 3 4 3 13 A
24 S S O 4 4 3 3 14 A
25 T L M 3 4 4 4 15 A
26 W D P 3 4 4 4 15 A
27 W R 3 3 3 3 11 B
28 Z M S 4 4 4 4 16 A
125
126
Lampiran 17
Katak dan Kera
Dahulu kala katak dan kera bersahabat sangat akrab. Ke mana -
mana mereka selalu bersama. Suatu waktu di musim hujan,mereka berdua
sepakat untuk menanam pisang. Katak dan kera pun mulai mempersiapkan
lahan, menggali lubang dan mencari bibit pisang. Ketika seharian bekerja
akhirnya mereka menemukan bibit pisang seperti yang mereka inginkan,
yaitu pisang yang sudah agak besar. Mereka menggali, lalu memikulnya
bersama - sama. Setibanya di lokasi, kera berubah pikiran. Dia berkata :"
sobat, sebaiknya pisang ini kita tanam masing-masing, supaya bila sudah
berbuah pastinya sangat banyak". Katak setuju saja.
Akhirnya pisang yang hanya sebatang itu mereka potong bagi dua.
katak tanam bagian pangkalnya, dan kera bagian ujungnya. itu semua atas
saran kera, karena dia berpikir bahwa tanam yang sudah ada daun pasti
cepat berbuah. Maka mereka pun mulai menanamnya masing - masing.
katak dengan segala lugunya ikut saja kemauan kera. Tiap hari katak dan
kera selalu melihat pisang mereka. secara perlahan-lahan pisang sang
katak mulai tumbuh daunnya, makin hari makin banyak. pisang kera
semakin kuning, kera pun senang. Dia berpikir pasti pisangnya pasti akan
berbuah.
Ketika 3 bulan lamanya mereka sudah sibuk dengan urusan
masing-masing dan tidak pernah melihat pisang mereka lagi. Suatu hari,
tanpa sengaja kera lewat di kebun mereka dan dia melihat pisang yang
ditanam katak sudah berbuah dan sudah masak. Benar-benar mengundang
127
selera si kera. Rasanya saat itu juga dia ingin memakannya sampai habis,
tapi dia berpikir lain." ah..katak tidak bisa panjat, baiklah aku beritahu
katak supaya dia yang panjat, kalau dia menyerah baru saya, sehingga
persahabatan kami tetap aman". Akhirnya kera bergegas pulang, dan
secepatnya dia memberitahukan kepada katak. mereka berdua balik lagi ke
kebun untuk mengambil pisang-pisang itu. "Ayo kawan, silahkan panjat!
Itu kan pisangmu. aku tunggu di sini saja" (Kera mulai mengeluarkan jurus
mautnya). Katak pun mencoba. Dia melompat sekuat tenaga, hampir bisa,
terjatuh, lompat lagi, jatuh lagi! akhirnya katak mengalah. Kera bersorak
girang dalam hati. "Sobat, aku tidak bisa, sekarang kamu saja, aku yang
tunggu di sini". Dalam sekali lompat kera sudah berada di sisir pisang
paling atas, dia mengambil sebuah dan mencoba, mencoba lagi dan lagi.
kera tidak menghiraukan katak yang merengek minta pisang hanya sebuah
saja untuk ukuran perutnya. Dalam keadaan emosi katak pun pergi
mencari buluh, dia raut tajam-tajam dan ditaruhnya di sekeliling pohon
pisang lalu ditutupnya dengan daun pisang kering. kera sama sekali tidak
menghiraukan apa yang dibuat katak di bawah.
Setelah setandan pisang habis kera baru merasakan sangat
kekenyangan dan ia tidak bisa turun lagi dari atas pohon. "Teman, tolong
turunkan aku". pinta kera. "Aku tidak bisa, sob. Tapi kalau sob mau,
lompat saja ke daun pisang itu. aku sudah siapkan daun pisang empuk
untuk kamu". ujar katak. "Terima kasih kawan eeeee....kamu memang
kawanku yang paling baik, aku tak akan pernah bisa membalas jasamu
lagi," (1, 2, 3, oplaaaaaahhhhhhhh .....Duuuaaaaaaaaaarrrrrrrrrr) ledaklah
perut kera yang rakus itu.
128
lampiran 18
Lembar Soal Siklus II
Nama :
No Absen :
Kelas :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah dengan benar!
1. Apa gagasan pokok dari cerita rakyat yang telah disampaikan oleh guru
2. Sebutkan 3 kosakata sulit dari bacaan di atas!
3. Dimana latar atau tempat kejadian dalam cerita rakyat yang telah
disampaikan guru?
4. Mengapa katak membuat buluh dan kemudian ditaruh disekeliling pohon
pisang?
5. Jelaskan informasi baru yang dapat diperoleh dalam cerita rakyat yang
telah disampaikan guru?
Jawab!
Nilai:
129
Lampiran 19
CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
A. Lembar Pengamatan Guru
Nama Sekolah : MIN 4 Boyolali
Guru : Edi Wahyono, S.Pd.I
Mata Pelajara : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Cerita Fiksi
Kelas/Semester : IV/2
Waktu pelaksanaan : Jum’at, 31 Januari 2020 (Pukul 10.10 s/d 11.20WIB)
Petunjuk : Skor diisi dengan memberikan tanda (√ ) sesuai dengan
kinerja guru saat proses pembelajaran berlangsung
No Aspek yang diamati Skor
A B C D
Kemampuan Guru Membuka Pembelajaran
1 Memeriksa kesiapan siswa V
2 Memberikan motivasi awal V
3 Memberikan apersepsi (berkaitan dengan
materi)
V
4 Menyampaikan tujuan pembelajaran V
130
5 Memberikan acuan bahan ajar yang akan
dipelajari
V
Sikap Guru dalam Proses Pembelajaran
6 Kejelasan artikulasi suara V
7 Kemampuan mengendalikan kelas V
8 Antusiasme dalam penampilan V
9 Menarik perhatian siswa dalam proses
pembelajaran melalui metode storytelling
V
10 Memberikan perhatian yang sama pada
setiap kelompok
V
Penguasaan Bahan Ajar
11 Bahan belajar disajikan sesuai dengan
langkah-langkah yang dibuat dalam RPP
V
12 Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar V
13 Mampu memberikan variasi dalam
penyampaian bahan ajar melalui metode
storytelling
V
Kegiatan Belajar Menagajar
14 Penyajian bahan ajar sesuai dengan
tujuan atau indikator yang telah
ditetapkan
V
15 Mendemonstrasikan langkah-langkah
kegiatan belajar melalui metode
V
131
storytelling
16 Ketetapan dalam penggunaan alokasi
waktu
V
17 Memfasilitasi siswa selama kegiatan
pembelajaran melalui metode storytelling
V
Evaluasi Pembelajaran
18 Penilaian relevan dengan tujuan yang telah
ditetapkan
V
19 Penilaian yang diberikan sesuai RPP V
Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
20 Meninjau kembali yang telah diajarkan V
21 Memberi kesempatan untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan
V
22 Memberikan kesimpulan kegiatan
pembelajaran
V
23 Memberikan tugas kepada siswa baik
secara individu maupun kelompok
V
24 Menginformasikan materi yang akan
dipelajari berikutnya
V
25 Memberi motivasi belajar V
Total 92
Kategori Baik Sekali
132
133
Lampiran 20
B. Lembar Pengamatan Siswa
No Aspek yang diamati Skor
A B C D
1 Merespon terhadap apersepsi yang diberikan guru V
2 Mengetahui tujuan pembelajaran V
3 Memperhatikan penjelasan guru V
4 Memahami petunjuk guru tentang langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
storytelling
V
5 Antusias siswa terhadap pembelajaran menggunakan
metode storytelling
V
6 Kecakapan dalam mengerjakan V
7 Keberanian dalam menyampaikan cerita V
8 Menyimpulkan tentang materi pembelajaran V
9 Berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang
belum diketahui
V
10 Terciptanya suasana yang kondusif V
Total 33
Kategori Baik Sekali
134
Keterangan: Rentang Kategori:
A = 4 (Baik Sekali) 33 - 40 = Baik Sekali
B = 3 (Baik) 25 – 32 = Baik
C = 2 (Cukup) 17 - 24 = Sedang
D = 1 (Kurang) 09 - 16 = Cukup
00 – 08= Kurang
135
Lampiran 21
Gerbang depan MIN 4 Boyolali
Halaman MIN 4 Boyolali
136
Ruang Kelas MIN 4 Boyolali
Guru menyiapkan media siklus I
Guru mulai pembelajaran dengan metode storytelling
melalui media boneka tangan pada Siklus I
Siswa membuat cerita rakyat dengan bahasa daerahnya
137
pada Siklus I
Guru melakukan penilaian terhadap siswa yang bercerita
dengan bahasa daerahnya
Siswa bercerita di depan kelas
Siswa mengerjakan soal
138
Peneliti dan guru diskusi mengenai hasil pengamatan
dan hasil belajar siswa pada Siklus I
Guru mulai pembelajaran dengan metode storytelling
melalui media boneka tangan pada Siklus II
Guru memberi arahan kepada siswa untuk membuat cerita
dan siswa menceritakan didepan kelas pada Siklus II
139
Siswa membuat cerita rakyat dengan bahasa daerahnya
pada Siklus II
Siswa mulai bercerita didepan kelas dengan menggunakan
media boneka tangan pada Siklus II
140
Media Boneka Tangan Siklus I
Media Boneka Tangan Siklus II
141
Lampiran 22
142
Lampiran 23
Daftar Riwayat Hidup
A. Data Pribadi
Nama : Nurul Hidayati Ningsih
Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 05 Desember 2020
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Alamat : Mojo Rt 16/05, Mojo Andong Boyolali
No. Telpon : 085641394586
B. Data Pendidikan Formal
1. 2003-2004 : RA Perwanida 3 Mojo Andong Boyolali
2. 2004-2010 : MIN Andong Boyolali
3. 2010-2013 : MTsN Andong Boyolali
4. 2013-2016 : MA AL-AZHAR Andong Boyolali
5. 2016-2020 : IAIN Salatiga (Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah)
C. Pengalaman Organisasi
1. 2017-2019 : Racana Kusuma Dilaga Woro Sri Kandi IAIN
Salatiga
2. 2017-2019 : FKMB Salatiga
3. 2017-2019 : PMII Cabang Salatiga
4. 2018-2019 : Pengurus Dema FTIK IAIN Salatiga