Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN SIKAP SPORTIF DALAM KOMUNIKASIINTERPERSONAL DENGAN TEKNIK LATIHAN ASERTIF PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 26 BANDAR LAMPUNGTAHUN AJARAN 2017/2018
(SKRIPSI)
Oleh
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
FITRI PRADITA PERTIWI
ABSTRAK
PENINGKATAN SIKAP SPORTIF DALAM KOMUNIKASIINTERPERSONAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
TEKNIK LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI26 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018
Oleh
FITRI PRADITA PERTIWI
Masalah penelitian ini adalah sikap sportif komunikasi interpersonal siswa rendah.Permasalahan penelitian adalah “apakah sikap sportif komunikasi interpersonaldapat meningkat melalui layanan bimbingan kelompok teknik latihan asertif?.Tujuan penelitian untuk meningkatkan sikap sportif komunikasi interpersonaldengan menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik latihan asertif padasiswa kelas VIII SMP 26 Bandar lampung 2017/2018 Metode penelitian adalahquasi eksperimen dengan desain nonequievalent control group design. Subjekpenelitian sebanyak 16 siswa yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dankelompok kontrol, Teknik pengumpulan data menggunakan Skala Sikap SportifKomunikasi Interpersonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap sportifdalam komunikasi interpersonal dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingankelompok teknik latihan asertif, terbukti dari hasil analisis data menggunakan ujiwilcoxon, diperoleh nilai probabilitas pada kelompok eksperimen dengan nilaiZhitung = -2,524 < Ztabel = 1,645 maka Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Terdapatpeningkatan yang signifikan yaitu sebesar 27,45%.
Kata kunci: bimbingan konseling, bimbingan kelompok, komunikasiinterpersonal, sikap sportif, latihan asertif
PENINGKATAN SIKAP SPORTIF DALAM KOMUNIKASIINTERPERSONAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
TEKNIK LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI26 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018
Oleh
Fitri Pradita Pertiwi
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Bimbingan dan KonselingJurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Fitri Pradita Pertiwi lahir tanggal 14 Februari 1996 di Bandar Lampung.
Penulis adalah putri dari pasangan Bapak Alm.Erwin dan Ibu Almh Astri
Utami.
Penulis menempuh pendidikan formal yang diawali dari: TK Dwi Tunggal
lulus tahun 2000; SD Negeri 02 Rawa Laut , Bandar Lampung lulus tahun
2006; SMP Negeri 23 Bandar Lampung lulus tahun 2009 ; kemudian
melanjutkan ke SMA YP Unila lulus tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur (SNMPTN). Selanjutnya,
pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik
Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK) di SMP PGRI 1
Sendang Agung Lampung Tengah, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di
Desa Sendang Mulyo, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung
Tengah, Lampung.Selain itu Fitri Pradita Pertiwi aktif dalam kegiatan
organisasi kampus diantaranya menjadi anggota bidang Sosial Masyarakat
HIMAJIP periode 2014/2015 kemudian menjadi Wakil Sekretaris Umum
HIMAJIP periode 2015/2016. Dipenghujung masa studinya penulis
mengembangkan diri di CCED Universitas Lampung dan Eduspot FKIP Unila.
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari satu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap”.
(Surat Asy-syahr :6-8)
“Segala kesulitan ada batas waktunya , sama seperti
kesenangan. Pahit kadang adalah obat. Telan saja, kelak kita
akan lebih sehat”
(Rhenald Kasali )
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur pada Allah SWT atas terselesaikannya penulisan
skripsi ini yang kupersembahkan karya kecil ini pada :
Orang tua tercinta
Teruntuk insan yang selama ini mendukungku dalam keadaan apapun
- Fitri Pradita Pertiwi -
1.
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirrabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis persembahkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta
kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan
rintangan serta kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan motivasi serta
bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Sikap Sportif Dalam
Komunikasi Interpersonal Dengan Teknik Latihan Asertif Pada Siswa Kelas VIII
Smp Negeri 206 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018” ini. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ijin bagi
penulis untuk mengadakan penelitian.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung.
3. Bapak. Drs. Yusmansyah, M.Si selaku Pembimbing Utama dan ketua
Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung. Terima
kasih atas bimbingan, kesabaran, saran, dan masukan berharga yang telah
diberikan kepada penulis
4. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi, M.Psi,Psi selaku Pembimbing Kedua Terima
kasih atas bimbingan, kesabaran, saran, dan masukan berharga yang telah
diberikan kepada penulis.
5. Bapak Moch Johan Pratama, S.Psi., M.Psi., Psi.,selaku Pembahas dan penguji
pada penulisan skripsi ini yang telah memberikan motivasi, bimbingan, kritik
dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini serta banyak pengalaman
baru yang diberikan kepada penulis
6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA (Drs.
Giyono,M.Pd.,Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd., Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd.,
M.A., Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi., Ari Sofia, S.Psi., Psi., Citra
Abriani Maharani, M.Pd., Kons., Yohana Oktariana, M.Pd.) terima kasih
untuk semua bimbingan dan pelajaran yang begitu berharga yang telah bapak
ibu berikan selama perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu Staff Administrasi FKIP UNILA, terima kasih atas bantuannya
selama ini dalam membantu menyelesaikan keperluan administrasi.
8. Bapak Wasiat,S.Pd,MM.Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 26 Bandar
Lampung, Bapak Suseko,S.Pd selaku Waka Kurikulum, Ibu Eviyanti ,S.Pd
dan Ibu Tuti,S.Pd Selaku guru BK SMPN 26 Bandar Lampung
9. Siswa-siswi SMPN 26 Bandar Lampung yang bersedia menjadi subjek dalam
penelitian penulis
10. Semua kerabat dan sahabat yang mendukung selesainya skripsi penulis dan
semua insan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih selama ini
memberikan inspirasi, kasih sayang, semangat, motivasi, kritikan, teguran,
siraman rohani kepada penulis. Sampai akhirnya skripsi ini selesai pada tahun
2017
11. Almamater ku tercinta
Hanya harapan dan doa semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat
ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat
umumnya dan bagi penulis khususnya, anak dan keturunan penulis kelak. Aamiin
Bandar Lampung, 14 November 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... iDAFTAR TABEL .......................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dan Masalah. ............................................................. 11. Latar Belakanng. ............................................................................. 12. Identifikasi Masalah........................................................................ 63. Pembatasan Masalah. ...................................................................... 74. Rumusan Masalah. .......................................................................... 7
B. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................................... 71. Tujuan Penelitian. ........................................................................... 72. Manfaat Penelitian. ......................................................................... 8
C. Ruang Lingkup Penelitian................................................................... 8D. Kerangka Pemikiran............................................................................ 9E. Hipotesis ............................................................................................. 12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sikap Sportif dalam Komunikasi Interpersonal. .................................. 141. Bimbingan Pribadi – Sosial ........................................................ 142. Pengertian Komunikasi Interpersonal .......................................... 153. Pengertian Sikap Suportif ........................................................... 174. Ciri-ciri Komunikais Interpersonal .............................................. 185. Faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal
dalam Komunikasi Interpersonal ................................................. 206. Tujuan Komunikasi Interpersonal................................................ 217. Sikap Sportif dalam Komunikasi Interpersonal ........................... 24
B. Bimbingan Kelompok Teknik Latihan Asertif. ................................... 271. Pendekatan Behavioral................................................................. 272. Pengertian Bimbingan Kelompok Teknik Latihan Asertif .......... 293. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok....................................... 334. Komponen Bimbingan Kelompok ............................................... 345. Dinamika Kelompok.................................................................... 356. Bentuk – Bentuk Pelaksanaan Latihan Asertif ............................ 37
ii
C. Peningkatan Sikap Sportif dalam Komunikasi Interpersonal denganBimbingan Kelompok teknik Latihan Asertif...................................... 39
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 42B. Metode Penelitian .............................................................................. 42C. Desain Penelitian ............................................................................... 43D. Subjek Penelitian ............................................................................... 44E. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ................................... 45F. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 47G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument........................................... 50H. Teknik Analisis Data.......................................................................... 54
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 561. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok ................................ 572. Deskripsi Data.............................................................................. 583. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ............................................. 604. Hasil Pelaksanaan ........................................................................ 615. Data Skor Subjek ......................................................................... 736. Analisis Data Penelitian............................................................... 997. Uji Hipotesis ................................................................................ 102
B. Pembahasan....................................................................................... 104
V. KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 110B. Saran.................................................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kriteria Sikap Suportif dan Defensif ................................................... 24
3.1 Kriteria Jawaban Skala Sikap Suportif Komunikasi Interpersonal...... 48
3.2 Kriteria Bobot Nilai Skala Sikap Suportif Komunikasi Interpersonal. 49
3.3 Kisi-Kisi Skala Sikap Suportif Komunikasi Interpersonal .................. 49
3.4 Uji Validitas Isi .................................................................................... 52
3.5 Kriteria Reliabilitas .............................................................................. 53
4.1 Daftar Nama Subjek ............................................................................ 57
4.2 Kriteria Skala Sikap Suportif Komunikasi Interpersonal .................... 58
4.3 Hasil Pretest Seluruh Kelompok ......................................................... 59
4.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ............................................ 60
4.5 Skor Posttest Pada Kelompok Eksperimen ......................................... 73
4.6 Skor Posttest Pada Kelompok Kontrol ............................................... 99
4.7 Analisis Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Eksperimen .......................... 100
4.8 Anlisis Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Kontrol................................... 100
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kerangka pemikiran penelitian ................................................................. 13
3.1 Pola nonequivalent control group design .................................................. 52
4.1 Grafik Perubahan posttest dan pretest kelompok eksperimen……………102
vi
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian........................................................ 113
2. Skala Sikap Suportif dalam Komunikasi Interpersonal .................. 116
3. Hasil Uji Coba................................................................................. 120
4. Penjaringan Subjek Eksperimen & Kontrol.................................... 125
5. Hasil Uji Wilcoxon .......................................................................... 127
6. Prosedur Pelaksanaan...................................................................... 128
7. Satuan Layanan Bimbingan ............................................................ 144
8. Foto Kegiatan .................................................................................. 161
9. Surat izin penelitian
10. Surat balasan dari sekolah penelitian
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang & Masalah
1. Latar Belakang
Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah prilaku
komunikasi. Manusia tidak dapat hidup sendiri pasti membutuhkan orang
lain. Kecenderungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang
menunjukan fakta bahwa semua kegiatan yang dilakukan manusia selalu
berhubungan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia akan
selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim
dan menerima informasi, berbagi pengalaman, bekerja sama dengan orang
lain untuk memenuhi kebutuhan dan sebagainya.
Menurut Rakhmat(2005:13) bahwasuatu jalinan dapat menetukan
harmonisasi. Jalinan yang dimaksud adalah jalinan antar individu
yang terbentuk melalui komunikasi, baik itu jalinan formal maupun
jalinan informal. Salah satu bentuk komunikasi yang dapat
membentuk keharmonisan antar manusia adalah komunikasi
interpersonal.
2
Komunikasi Interpersonal dilakukan dengan berbagai tujuan, baik itu sekedar
menyampaikan atau menginformasikan sesuatu, menjelakan, meyakinkan,
membujuk atau bahkan dengan berbagi pengetahuan dan pengalamannya
seseorang bertujuan untuk mengubah pandangan atau sikap orang lain hal ini
sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Suranto(2011:22) Komunikasi
Interpersonal adalah suatu proses. Dengan kata lain suatu proses hubungan
yang dinamis dan saling pengaruh mempengaruhi. Dalam kata proses terdapat
makna adanya aktivitas ialah, menciptakan, mengirimkan, menerima dan
menginterpretasikan pesan. Pernyataan di atas menunjukan bahwa
kemampuan komunikasi interpersonal merupakan kompetensi penting yang
perlu dimiliki oleh setiap individu.
Komunikasi Interpersonal merupakan bagian dari perkembangan peserta didik
untuk mengetahui secara bertahap dan menggambarkan siapakah dirinya
dengan cara berinteraksi sosial dalam lingkungan, dari interaksi tersebut
terdapat masukan atau kritikan dari orang lain serta penilaian pribadi. Bila
peserta didik cenderung menutup diri dengan berbagai kegiatan belajar tanpa
ada interaksi atau bersosialisasi dengan teman dan lingkungan maka peserta
didik tersebut tidak mempunyai informasi-informasi yang dapat
membantunya dalam pembentukan konsep diri. Di dalam proses belajar-
mengajar peranan Komunikasi Interpersonal sangat diperlukan. Pada peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi banyak mengalami
3
kesulitan pula dalam menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan
oleh guru atau pembimbing
Agar komunikasi interpersonal berjalan dengan baik perlu adanya percaya
keterbukaan dan sikap suportif yang harus dimiliki oleh seorang
individu.Dalam melakukan komunikasi, terutama komunikasi interpersonal
pasti ada dimana kita akan ditolak baik itu pendapat atau ide lainnya. Ini kan
menimbulkan sikap defensive atau melindungi diri. Jika sudah masuk pada
sikap itu siswa menjadi tidak jujur dan tidak empati hingga berakhir pada
hubungan interpersonal yang gagal.Menurut Widjaya (2000:57) keterbukaan
dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak suportif.
Menurut Devito (Suranto : 2011) hubungan interpersonal yang efektif adalah
hubungan dimana terdapat sikap suportif. Artinya masing-masing pihak yang
berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya
interaksi secara terbuka.Respon yang relevan adalah yang bersifat spontan dan
lugas dalam pengambilan keputusan.
Jika dalam masa perkembangan siswa tidak suportif dalam komunikasi
interpersonalnya maka ia akan memiliki sikap defensive. Komunikasi yang
akan ia lakukan akan gagal. Seperti yang diungkapkan Rahmat (Hidayat
2012:62) bahawa sikap defensive membuat komunikasi interpersonal yang
dilakukan tidak akan berjalan dengan lancar, siswa cenderung melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi interpersonal
4
ketimbang memahami pesan orang lain. Hubungan interpersonal yang dijalin
pun menjadi gagal karena siswa menjadi tidak terbuka seperti tidak mau
menerima saran/marah ketika pendapatnya ditolak. Selain itu menjadi tidak
empati dan tidak jujur karena sudah dari awal siswa tidak suportif dalam
berkomunikasi dan hanya cenderung melindungi dirinya
Mengingat pentingnya sikap suportif dalam komunikasi interpersonal bagi
siswa baik dalam belajar dan sosialnya, dimana masa remaja adalah tahap
dimana indvidu menjalin hubungan yang lebih matang baik dengan laki-laki
maupun perempuan. Siap tidak siap siswa akan dihadapkan pada hal yang
membuatnya akan mengungkapkan perasaan atau pendapatnya dengan lawan
bicara baik secara individu maupun didalam kelompok dan dengan cara yang
benar tidak melibatkan perasaan emosi, takut, cemas ataupun menyinggung
lawan bicara.
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa kurangnya sikap suportif dalam
interpersonal siswa dapat menghambat perkembangannya baik dalam belajar
maupun sosialnya. Hal ini ditemukan kasus di tempat penelitian yaitu SMP
Negeri 26 Bandar Lampung .Berdasarkan permasalahan tersebut, terlihat
bahwa kurangnya sikap suportif dalam komunikasi interpersonal akan sangat
menghambat proses belajar siswa disekolah dan pergaulannya dengan teman
sebaya, sehingga perlu adanya cara yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dalam lingkungan sekolah adalah
5
dengan memberikan layanan bimbingan kelompok kepada para siswa.
Dalam bimbingan konseling banyak pendekatan yang digunakan untuk
membantu siswa memecahkan masalahnya secara mandiri.Begitupun dengan
masalah kurangnya kemampuan interpersonal siswa, guru BK dapat
memberikan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik latihan
asertif.
Layanan bimbingan kelompok merupakan bentuk pemberian bantuan kepada
siswa. Suasana kelompok, yaitu mereka yang terlibat dalam kelompok akan
mendapat wahana atau tempat dimana masing-masing anggota akan
memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagai reaksi dari anggota
yang lain untuk kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan
pengembangan diri. Dalam bimbingan kelompok akan menimbulkan
dinamika kelompok yang merupakan manfaat yang akan diambil oleh anggota
kelompok. Teknik yang akan diambil untuk permasalahan ini adalah Latihan
Asertif
Menurut Corey (2009:89) latihan asertif bisa diterapkan terutama pada situasi-
situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima
kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang
layak atau benar. Latihan asertif pada dasarnya merupakan penerapan latihan
tingkah laku dengan sasaran membantu siswa untuk mengembangkan cara
berhubungan dalam situasi interpersonal dan diharapakn mampu mengatasi
kurangnya kemampuan tersebut dan belajar bagaimana mengungkapkan
6
perasaan juga pikiran secara terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak
untuk menunjukan reaksi itu tanpa rasa cemas dengan tidak menyakiti orang
lain.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
denga judul Peningkatan Sikap Suportif dalam Komunikasi Interpersonal
dengan Bimbingan Kelompok Teknik Latihan Asertif pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018”. Sehingga
diharapkan secara optimal siswa dapat mengalami perubahan dan mencapai
peningkatan yang positif setelah mengikuti kegiatan Latihan Asertif
2. Identifikasi Masalah
a. Terdapat siswa yang mengolok-olok teman lainnya
b. Terdapat siswa yang tidak mampu bersosialisasi dengan teman sebaya dan
lebih sering berada dikelas ketika jam istirahat
c. Ada beberapa siswa yang tidak mau menerima masukan yang diberikan
oleh teman
d. Terdapat siswa yang sering berkelahi
e. Terdapat siswa yang mendominasi dalam kelompok
f. Terdapat siswa yang acuh tak acuh dalam diskusi kelompok
7
3. Pembatasan Masalah
Agar tidak mengalami penyimpangan dalam penelitian maka peneliti
memberikan pembatasan masalah.Berdasarkan identifikasi masalah di atas,
maka pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu “Peningkatkan Sikap
Suportif dalam Komunikasi Interpersonal dengan layanan Bimbingan
kelompok Teknik Latihan Asertif siswa Kelas VIIISMP Negeri 26 Bandar
Lampung tahun 2017/2018.”
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah
diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah: rendahnya Komunikasi
Interpersonal siswa dalam hal sikap suportif . Maka permasalahannya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
”Apakah sikap suportif siswa dalam komunikasi interpersonal akan
meningkat secara signifikan setelah diberikan Bimbingan Kelompok teknik
Latihan asertif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitan
Sesuai dengan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini untuk
melihat efektivitas bimbingan kelompok teknik latihan asertif
meningkatkan sikap suportif dalam komunikasi interpersonal pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018
8
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kosep
tentang teknik dalam bimbingan kelompok yaitu latihan asertif
b. Manfaat praktis
1. Bagi konselor, dapat dijadikan sebagai pedoman untuk guru
bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan bk untuk
meningkatkan sikap suportif dalam komunikasi interpersonal dengan
latihan asertif
2. Bagi peneliti, dapat dijadikan pedoman untuk penelitian berikutnya
terkait komunikasi interpersonal
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian
ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan,
diantaranya adalah:
a. Ruang lingkup ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan
konseling.
9
b. Ruang lingkup objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah peningkatan sikap
suportif dalam komunikasi interpersonal dengan Bimbingan kelompok
teknik latihan asertif.
c. Ruang lingkup subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 26Bandar
lampung Tahun Pelajaran 2017/2018 yang kemampuan komunikasi
interpersonalnya sedang.
d. Ruang lingkup wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 26
Bandar Lampung
e. Ruang lingkup waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester genap
tahun pelajaran 2017/2018.
D. Kerangka Pikir
Hakekatnya manusia adalah makhluk social yang selalu berhubungan dengan
orang lain dengan cara berkomunikasi. Setiap komunikasi akan melibatkan
pihak pihak tertentu, mulai dari diri sendiri, orang lain hingga kelompok yang
lebih besar. seseorang saling berkomunikasi dengan berbagi macam tujuan.
Secara umum tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan pemahaman atau
pengertian membangun penerimaan dan motivasi terjadinya prilaku. Sejalan
10
dengan apa yang dikemukakan Alvonco (2014)Bahwa manusia melakukan
komunikasi tentunya dengan harapan kebutuhan hidupnya akan terpenuhi.
Siswa merupakan bagian dari masyarakat dan merupakan makhluk sosial,
dimana waktu yang dihabiskan lebih banyak diluar rumah seperti disekolah
atau dilingkungan bimbingan belajarnya. Siswa pasti melakukan komunikasi
dengan orang lain baik dengan teman sebaya, staff disekolah, kepala sekolah
dan terutama guru yang mengajarnya. Siswa disekolah sebaiknya memiliki
komunikasi interpersonal yang efektif ini membantu perkembangan
intelektual dan sosialnya. Fakta dilapangan menunjukan tidak semua anak
memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang sama dan efektif.
Pada komunikasi interpersonal ada sikap yang harus dimiliki agar komunikasi
tersebut berjalan efektif, salah satunya adalah sikap suportif. Siswa yang
memiliki sikap suportif dalam komunikasi akan cenderung jujur, empati dan
dapat menerima jika ada kalanya pendapatnya tidak terima selain itu siswa
yag memiliki sikap suportif akan memiliki hubungan interpersonal yang baik
karena orientasi pada pesan yang dibicarakan bukan pada pribadi(lawan
bicara)
Bimbingan dan konseling memiliki berbagai macam layanan untuk membantu
memecahkan masalah siswa, mengoptimalkan perkembangan siswa serta
mampu mandiri dalam pribadi, social, karir dan belajarnya. Salah satu layanan
yang akan diberikan kepada siswa adalah Bimbinga Kelompok.
11
Pada dasarnya bimbingan kelompok merupakan pemberian bantuan yang
dilaksanakan dalam suasanan kelompok dengan memanfaatkan dinamika
kelompok. Melalui dinamika kelompok, interaksi social akan terjadi antar
anggota kelompok dengan demikian proses pengentasan masalah individu
dalam bimbingan kelompok mendapat dimensi yang lebih luas
Teknik yang akan dipakai dalam pelaksanaan bmbingan kelompok adalah
latihan asertif. Pada penelitian ini peneliti mencoba mengemukakan bahwa
latihan asertf merupakan layanan untuk membantu siswa agar lebih percaya
diri, berani, yakin, tegas terhadap dirinya dan mampu mengungkapkan apa
yang dirasakan juga dipikirkannya tanpa menyinggug perasaan siapapun
sehingga menjadi pribadi yang memiliki komunikasi interpersonal yang lebih
baik dari sebelumnya .
Menurut Corey (2009:213) terdapat beberapa tujuan latihan asertif yaitu :
a. Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara
sehingga memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak orang lain
b. Meningkatkan kemampuan behavioralnya sehingga mereka bisa
menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berprilaku seperti
apa yang diinginkan atau tidak
c. Mengajarkan individu untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian
rupa sehingga terefleksi kepekaanya terhadap perasaan orang lain.
d. Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan
mengekspresikan dirinya dalam berbagai situasi social
e. Menghindari kesalahpahaman dengan pihak lawan bicara
12
Atas dasar konsep tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1. Alur kerangka pikir
Berdasarkan uraian diatas dikerucutkan melalui kerangka pikir bahwa siswa
yang memiliki sikap suportifkomunikasi interpersonal yang rendahakan
diberikan layanan bimbinga kelompok dengan menggunakan teknik latihan
asertif. Harapannnya setelah layanan ini diberikan maka sikap suportif dalam
komunikasi interpersonal siswa dapat meningkat.
E. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2012:32) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan..Hipotesis yang muncul pada
penelitian ini adalah sikap suportif dalam komunikasi interpersonal siswa
Sikap Suportif
dalamKomunikasi
Interpersonal
Rendah
Layanan Bimbingan
Kelompok Teknik
Latihan Asertif
Sikap Suportif dalam
Komunikasi
Interpersonal
Meningkat
Meningkat
13
kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung dapat meningkat dengan
diberikannya layanan bimbingankelompk dengan teknik latihan asertif.
Berdasarkan hipotesis penelitian tersebut, maka hipotesis statistik yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha1 Terdapat peningkatansikap suportif yang signifikan pada kelompok
eksperimen dalam aspek komunikasi interpersonal dengan bimbingan
kelompok teknik latihan aserif
Ho1 Tidak terdapat peningkatansikap suportif yang signifikan pada
kelompok eksperimen dalam aspek komunikasi interpersonal dengan
bimbingan kelompok teknik latihan aserif
Ha2 Terdapat peningkatansikap suportif yang signifikan pada kelompok
kontrol dalam aspek komunikasi interpersonal tanpa diberi perlakuan
yang sama
Ho2 Tidak terdapat peningkatansikap suportif yang signifikan pada
kelompok kontrol dalam aspek komunikasi interpersonal tanpa diberi
perlakuan yang sama
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sikap Suportif dalam Komunikasi Interpersonal
1. Bimbingan Pribadi-Sosial
Bimbngan Pribadi-Sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan
batinnya sendiri dan mengatasi ketidak tenangan dalam hatinya sendiri
dalam mengatur dirinya sendiri dalam bidang kerohanian, jasmani,
pengisian waktu luang, penyaluran nafsu dan sebagainya serta bimbinga
dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama dalam berbagai
lingkungan. Dalam bidang sosial akan membantu siswa mengenal dan
berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur,
tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.
Menurut Aqib (2012:22) Layananan bimbingan pribadi merupakan
layanan khusus menangani berbagai masalah pribadi. Bidang ini dapat
dirinci menjadi pokok-pokok berikut :
a. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui
ragamlisan dan tulisan secara efektif
15
b. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan
pendapat serta beragumntasi secara dinamis, kreatif dan produktif.
c. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan
baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat luas dengan
menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai
agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlaku.
d. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif
dengan teman sebaya, baik yang di sekolah yang lain, di luar
sekolah, maupun di masyarakat pada umumnya
e. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta
upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab
f. Orientasi tentang hidup berkeluarga.
Dalam hal ini, sangat jelas bahwa masalah komunikasi interpersonal
berkaitan dengan bimbingan pribadi sosial. Hakikat manusia sebagai
makhluk sosial, setiap manusia tidak lepas dari kontak sosial dengan
masyarakat, dalam pergaulannya dengan individu satu dengan individu
yang lain
2. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal merupakan bentuk lain dari komunikasi.
Komunikasi Interpersonal memiliki keunikan karena selalu dimulai dari
proses hubungan yang bersifat psikologis dan mengakibatkan
keterpengaruhan. Komunikasi Interpersonal merupakan pengiriman pesan
16
dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik
yang langsung.
Mulyana (2003:122) sebagai komunikasi antara orang- orang secara tatap
muka yang memungkinkan. Setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal. Bentuk
khusus dari komunikasi interpersonal adalah komunikasi diadik yang
melibatkan hanya dua orang, seperti seorang guru dengan murid.
Menurut Alvonco (2014:76) Komunikasi interpersonal atau antarpribadi
adalah komunikasi tatap muka yang melibatkan dua orang dalam situasi
situasi tertentu. Komunikasi bersifat dialogis.Komunikator
menerjemahkan isi pikirannya menjadi suatu lambang/simbol yang dapat
dimengerti (pesan, lalu menyampaikan kepada komunikan, dan
komunikan menerjemahkan pesan yang diterimanya menjadi bahasa yang
dapat dimengerti olehnya.
Menurut Weaver II (Budyatna dan Leila 2012: 46), komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang melibatkan paling sedikit dua
orang dan adanya umpan balik secara langsung, dalam komunikasi
interpersonal hampir selalu melibatkan umpan balik langsung.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh
17
dua orang atau lebih dengan tatap muka secara verbal maupun non verbal
dan terjadi timbal balik secara langsung
3. Pengertian Sikap Suportif
Komunikasi yang efektif di tandai dengan hubungan interpersonal yang
baik. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal,
kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi lebih jauh.Rahmat (2005:87)
memberi cacatan bahwa terdapar tiga faktor dalam komunikasi
Interpersonal yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, di
anataranya sikap percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka.Dari tiga
faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap komunikasi antarpribadi
untuk membangun komunikasi yang efektif.Salah satunya adalah sikap
suportif.
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defenisif dalam
komunikasi. Defenisif di ambil dari kata defensive yang artinya bertahan
atau melindungi diri. Orang bersikap defensifbila ia tidak menerima, tidak
jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi
interpersonal akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak
melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi
komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. (Rakhmat2005:97).
Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sikap suportif merupakan sikap
yang menjadikan diri kita lebih fleksibel, jujur, empati ketika
18
berhubungan dengan komunikan bukan hanya mengedepankan pendapat
kita saja melainkan pendapat orang lain perlu juga didengar, dngan begitu
sikap suportif merupakan salah satu sikap yang membawa pada
komunikasi interpersonal menjadi efektif
4. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal
Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara
seroang komunikan kepada komunikator.Jenis komunikasi tersebut
dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau prilaku
manusia yang berhubung prosesnya yang dialogis. Proses psikologi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam komunikasi
interpersonal. Hal ini terjadi karena dalam komunikasi interpersonal
menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, orang lain dan
hubungan yang terjadi.
Devito (Suranto, 2011:82-84) mengemukakan lima sikap positif yang
perludipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi
interpersonal.Lima sikap postif tersebut, meliputi:
a. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan ialah sikap menerma masukan dari orang lain serta
berknan menyampaikan informasi penting kepada orang lain.
Dengan kata lain keterbukaan adalah kesediaan untuk membuka
diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan.
Skap terbuka ditandai dengan adanya kejujuran dalam merespon
segala stimuli komunikasi.
b. Empati (empathy)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau
seandarinya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang
19
sedang terjadi pada orang lai, dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain dan dapat memahami suatu persoalan dari sudut
pandang orang lain. Hakikat empati adalah merasaakn ap yang
dirasakan orang lain dan memahami pendapat sikap juga prilaku
orang lain
c. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektf adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung.Artinya masing-masing pihak yang
berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung
terselenggaranya interaksi secara terbuka. Respon yang relevan
adalah yang bersifat spontan dan lugas dan pengambilan keputusan
bersifat akomodasi
d. Sikap positif (positiveness)
Sikap positif dapt ditunjukan dengan berbagai sikap dan prilaku
seperti menghargai orang lain, tidak menaruh curiga secara
berlebihan, meyakini pentingnya orang lain, memberikan pujan
dan pernghargaan dan komitmen menjalin kerjasama
e. Kesetaraan (equality)
Kesetraan ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki
kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga
dan saling memerlukan. Kesetaraan yang dimaksud adalah berupa
pengakuan atau kesadaran serta kerelaan untuk menempatkan diri
setara dengan partner komunikasi.
Berdasarkan karakteristik komunikasi interpersonal di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam komunikasi interpersonal adanya hubungan
timbal balik yang melibatkan dua orang atau lebih secara spontan,
komunikasi akan ideal terjadi apabila komunikasi dilakukan secara
langsung atau tatap muka, agar diperoleh komunikasi yang efektif maka
dibutuhkannya keterbukaan (opennes), empati (empathy), sikap
mendukung (supportivenes), rasa positif (positivenes) dan kesetaraan
(equality)
20
5. Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam
komunikasi interpersonal
Pola komunikasi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan
interpersonal. Banyak yang beranggapan bahwa semakin sering orang
melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain maka hubungan
mereka semakin baik. Bukan soal berapa kali komunikasi dilakukan
melainkan bagaimana komunikasi itu dilakukan. Berikut merupakan
faktor Menurut Rakhmat (Hidayat 2012: 39) yang menumbuhkan
hubungan interpersonal yang baik dalam komunikasi interpersoanal
adalah :
a. Percaya (trust)
Secara ilmiah didefinisikan sebagai upaya mengandalkan prilaku
orang untuk mencapa tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya
tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Adapun factor utama
yang menumbuhkan sikap percaya yaitu:
1. Menerima, kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa
menilai dan berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang
melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut
dihargai
2. Empati, upaya untuk memahami orang lain
3. Kejujuran, pesan dan rasa tertarik dalam berkomunikasi dengan
orang lain harus dengan jujur agar menumbuhkan rasa saling
percaya
21
b. Suportif
Dengan sikap defensive, komunikasi interpersonal akan gagal karena
orang yang defensive akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman
yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami
pesan orang lain. Ciri-ciri sikap suportif adalah
1. Evaluasi dan deskripsi, maksudnya tidak perlu memberikan
kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.
2. Orientasi masalah, yaitu mengkomunikasikan keinginan
3. Spontanitas, yaitu sikap jujur
4. Persamaan, tidak mempertegas perbedaan.
5. Profesionalisme
c. Sikap terbuka, pengungkapan reaksi atau tanggapan terhadap situasi
yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu
yang relevan untuk meemberikan tanggapan dimasa kini
6. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Setiap hari individu tidak akan lepas untuk melakukan komunikasi
interpersonal dengan orang lain. Setiap individu mempunyai maksud atau
tujuan-tujuan tertentu dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada
orang lain. Oleh karena itu komunikasi interpersonal juga disebut sebagai
action oriented atau suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi
22
tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal menurut Suranto
(2011:19) menyebutkan tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :
a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
b. Menemukan diri sendiri
c. Menemukan dunia luar
d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis,
e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu
g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
h. Memberikan bantuan
Arni Muhammad (2009:104), menyebutkansedikitnya ada 6 tujuan yang
dianggap penting dalamkomunikasi interpersonal, yaitu:
a. Menemukan Diri Sendiri. Komunikasiinterpersonal (antar pribadi)
memberikan kesempatan kepada kita untukberbicara tentang apa
yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan membicarakan
diri kitadengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang
luar biasa padaperasaan, pikiran, dan tingkah laku kita. dari
pertemuan semacam inimisalnya, kita belajar bahwa perasaan kita
tentang diri kita, tentang oranglain, dan dunia tidaklah begitu
berbeda dari perasaan orang lain.
b. Menemukan Dunia Luar. Hanya komunikasi interpersonal
menjadikan kitamemahami lebih banyak tentang diri kita dan
orang lain yangberkomunikasi dengan kita. hal itu menjadikan kita
memahami lebih baikdunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian
dan orang lain. Banyakinformasi yang kita ketahui datang dari
komunikasi interpersonal.
23
c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti. Salah satu
keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungandengan orang lain. Banyak waktu yang kita
pergunakan dalam komunikasiinterpersonal diabdikan untuk
membentuk dan menjaga hubungan sosiandengan orang lain.
Hubungan yang demikian membantu mengurangikesepian dan
depresi menjadikan kita sanggup saling berbagi kesenangankita
dan umumnya membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita.
d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku. Banyak waktu kita gunakan
mengubahsikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan
interpersonal. Kitaboleh menginginkan mereka memilih cara
tertentu, misalnya mencoba dietyang baru, membeli barang
tertentu, mengambil kuliah tertentu, dansebagainya. Kita banyak
menggunakan waktu terlibat dalam posisiinterpersonal.
e. Untuk Bermain Dan Kesenangan. Bermain mencakupsemua
aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah
mencarikesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas
kita pada waktuakhir pekan, berdiskusi mengenai olah raga,
menceritakan cerita lucu, dansebagainya. Pada umumnya hal itu
merupakan pembicaraan yangmenghabiskan waktu, walaupun
kegiatan itu kelihatannya tidak berartinamun mempunyai tujuan
yang sangat penting. Dengan melakukaninterpersonal semacam itu
24
dpat memberikan keseimbangan yang pentingdalam pikiran yang
memerlukan rileks dari semua keseriusan dilingkungan kita.
f. Untuk Membantu. Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologiklinis dan
terapi menggunakan komunikasi interpersonaldalam
kegiatanprofessional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita
semua jugaberfungsi membantu orang lain dalam interaksi
interpersonal kita,misalnya konsultasi masalah keluarga, kuliah,
dan sebagainya.
7. Sikap Suportif Dalam Komunikasi Interpersonal
Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal
(ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan
sebagainya) atau faktor-faktor situasional.Jack R. Gibb (Rakhmat
2005:67)mengemukakan enam tipe perilaku berlawanan yang memberikan
kontribusi terhadap terbentuknya iklim komunikasi yang suportif dan
defensif.
Tabel 2.1
No Iklim Defensif Iklim Suportif
1 Evaluasi Deskripsi
2 Kontrol Orientasi Masalah
3 Strategi Spontanitas
4 Netralitas Empati
5 Suporioritas Persamaan
6 Kepastian Provisionalisme
25
a. Evaluasi dan Deskripsi
Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain; memuji atau
mengecam. Dalam mengevaluasi, kita mempersoalkan nilai dan
motif orang lain. Bila kita menyebutkan kelemahan orang lain,
mengungkapkan betapa jelek perilakunya, meruntuhkan harga
dirinya, kita akan melahirkan sikap defensif. Deskripsi artinya
penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Pada
evaluasi, anda umumnya menggunakan kata-kata sifat (salah,
ngawur, bodoh).
Pada deskripsi, biasanya anda menggunakan kata-kata kerja (anda
sering kali berpindah dari satu persoalan ke persoalan lain; anda
tidak mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang ini) kita
dapat melakukan evaluasi pada gagasan bukan pada pribadi
(walaupun banyak orang merasa dirinya diserang, ketika
gagasannya dipersoalkan). Deskripsi dapat terjadi juga ketika kita
mengevaluasi gagasan orang lain, tetapi orang “merasa” bahwa
kita menghargai diri mereka (menerima mereka sebagai individu
yang patut dihargai).
b. Kontrol dan Orientasi Masalah
Perilaku kontrolartinyaberusahauntukmengubah orang lain,
mengendalikanperilakunya, mengubahsikap, pendapat,
dantindakannya. Melakukan control juga berart imengevaluasi
26
orang lain sebagai orang yang jelek sehingga perlu diubah. Itu
berarti kita tidak menerimanya. Setiap orang tidak ingin
didominasi orang lain. Kita ingin menentukan perilaku yang kita
senangi. Oleh karena itu, kontrol orang lain akankitatolak.
Orientasi Masalah sebaliknya adalah mengkomunikasikan
keinginan untuk bekerjasama mencari pemecahanmasalah. Dalam
orientasi masalah, anda tidak mendiktekan pemecahan. Anda
mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan
memutuskan bagaimana mencapainya.
c. Strategi dan Spontanitas
Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk
memengaruhi orang lain. Anda menggunakan strategi bila orang
mendugaan dan mempunyai motif-motif tersembunyi; Anda
berkomunikasi dengan “udang di balikbatu”.
Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti
motif yang terpendam. Bila orang tahu kita melakukan strategi, ia
akan menjadi defensif.
d. Netralitas dan Empati
Netralitas berarti sikap impersonal atau memperlakukan orang lain
tidak sebagai personal, melainkan sebagai objek. Bersikap netral
bukan berarti tidak objektif, melainkan menunjukkan sikap tak
acuh, tidak menghiraukan perasaan dan pengalaman orang lain.
27
Lawan netralitas ialah Empati atau memahami orang lain. Tanpa
empati, orang seakan-akan “mesin” yang hampa perasaan dan
tanpa perhatian.
e. Superiorutas dan Persamaan
Superioritas artinya sikap menunjukkan Anda lebih tinggi atau
lebih baik daripada orang lain karena status, kekuasaan,
kemampuan intelektual, kekayaan, atau kecantikan (Dalamistilah
Islam, inidisebuttakabur). Superioritas akan melahirkan sikap
defensif.
Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara
horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, Anda tida
mempertegas perbedaan.Status boleh jadiberbeda, tetapi
komunikasi Anda tidak vertikal. Anda tidakmenggurui, tetapi
berbincang pada tingkat yang sama.
B. Bimbingan Kelompok Teknik Latihan Asertif
1. Pendekatan Behavioral
Dahlan (2011:45) menyatakan segenap prilaku manusia itu dipelajari.
Dengan kata lain, manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengkondisian
sosial-budaya, Pandangannya deterministik dalam arti prilaku, dipandang
sebagai hasil belajar dan pengkondisian. Pendekatan Behavior berpangkal
pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia yang sebagian bersifat
falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologi yaitu
28
a. Manusia pada dasarnya tidak memiliki prilaku baik atau
buruk.Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan berkat interaksi
antara keturuan dan lingkungan, terbentuk pola tingkah laku yang
menjadi ciri khas dari kepribadian
b. Manusia mampu merefleksikan atas tingkah lakunya sendiri.
Menangkap apa yang dilakukannya sendiri dan mengatur serta
mengontrol pola prilakunya sendiri
c. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola
tingkah laku melalui proses belajar
d. Manusia dapat mempengaruhi prilaku orang lain dan dirinya pun
dipengaruhi orang lain
Tujuan umum dari pendekatan Behavioral adalah menghapus pola-pola
perilaku yang maladaptif dan membantu individu mempelajari pola-pola
perilaku yang konstruktif.Jadi tujuan pendekatan behavioral adalah untuk
memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan
memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
Dalam pendekatan behavioral, konselor aktif direktif dan berfungsi
sebagai guru atau pelatih dalam membantu konseli belajar perilaku yang
lebih efektif. Konselor dituntut untuk menciptakan kondisi baru bagi
proses belajar. Tujuan yang secara spesifik dipilih oleh konseli dan
ditetapkan pada permulaan proses konseling.
29
Teknik-teknik beragam bisa digunakan secara sistematis dalam konseling
ini.Salah satunya adalah Latihan Asertif yang merupakan teknik konseling
prilaku yang menitkberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam
perasaann yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Konselor berusaha
memberikan keberanian kepada konseli dalam menghadapi masalahnya
terhadap orang lain
2. Pengertian Bimbingan Kelompok teknik Latihan Asertif
a. Berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung perlu dilakukan
sebagai wujud nyata penyelenggaraan bimbingan dan konseling
terhadap peserta didik, salah satunya adalah Bimbingan Kelompok.
Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan pada individu dalam suatu kelompok. Gazda ( Prayitno dan
Erman Amti 2004: 68) mengemukakan bimbingan kelompok di
sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa
untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.
Bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi
yang bersifat personal, vokasional, dan social.
Dalam layanan bimbingan kelompok terdapat informasi yang diterima
oleh masing-masing siswa sebagai anggota kelompok.Dari informasi
yang diperoleh diharapkan siswa mampu menyusun rencana dan
keputusan yang tepat untuk dirinya.
30
Menurut Sukardi (2002;48) menjelaskan
”bimbingan konseling merupakan layanan memungkinkan sejumlah
peserta didik secara bersama memperoleh bahan dari narasumber
tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna
menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat serta mempertimbangkan dalam
pengambilan keputusan”.
Sedangkan menurut prayitno (2004:92) bimbingan kelompk
merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk
membantu menyusun rencana keputusan yang tepat.Syarat
pembentukan kelompok apabila anggota terdiri dari 8-10 orang dan
secara aktif mengembangkan dinamika kelompok.
Dari berbagai penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan
kelompok merupakan bentuk layanan dalam bimbingan kelompok
berupa pemberian bantuan kepada anggota yang terdiei dari 8-10
orang yang didalamnya terdapat informasi yang masing-masing
anggota kelompok/narasumber untuk menyusun recana dan keputusan
yang tepat untuk mengembangkan potensi anggota atau mencegah
timbulnya masalah.
b. Latihan Asertif merupakan salah satu teknik dalam memodifikasi
perilaku. Menurut Corey (2009:22), modifikasi perilaku atau terapi
perilaku adalah penerapan dari penelitian dan teori dasar dari psikologi
eksperimental untuk mempengaruhi perilaku dengan tujuan untuk
mengatasi problema social. Salah satu sasaran dari latihan asertif
31
adalah untuk meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga
mereka bisa menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu
berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak. Sasaran yang lain
adalah mengajar orang untuk mengungkapkan diri dengan cara
sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaannya terhadap perasaan
dan hak orang lain. Keterampilan perilaku latihan asertif menurut
Lubis (2011:64), teknik ini mengajarkan klien untuk membedakan
tingkah laku agresif, pasif, dan asertif.
Prosedur yang digunakan adalah bermain peran/diskusi kelompok.
Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain. Pelatihan
asertif biasanya digunakan untuk kriteria klien sebagai berikut :
1. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan
tersinggung.
2. Menunjukkan kesopanan secara berlebihan dan selalu
mendorong orang lain untuk mendahuluinya.
3. Memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”.
4. Mengalami kesulitan mengungkapkan afeksi dan respon positif
lainnya.
5. Merasa tidak memiliki hak untuk memiliki perasaan.
Melalui teknik permainan peran/diskusi kelompok, konselor akan
memperlihatkan bagaimana kelemahan klien dalam situasi nyata.
32
Kemudian klien akandiajarkan dan diberi penguatan untuk berani
menegaskan diri dihadapan orang lain.
Latihan Asertif menurut Corey (2009:154), merupakan penerapan
latihan tingkah laku dengan sasaran membantu individu-individu
dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung
dalam situasi-situasi interpersonal. Fokusnya adalah mempraktekkan
melalui permainan peran/diskusi kelompok, kecakapan-kecakapan
bergaul yang baru diperolah sehingga individu-individu diharapkan
mampu mengatasi ketidakmemadaiannya dan belajar mengungkapkan
perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka
disertai keyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-
reaksi yang terbuka itu.
Selain itu Gunarsih (2007:217), menjelaskan pengertian latihan asertif
yaitu prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih
perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap,
harapan, pendapat, dan haknya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
teknik latihan asertif adalah suatu teknik latihan yang diberikan kepada
klien untuk membantu meningkatkan kemampuanmengkomunikasi-
kan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirka kepada orang lain,
namun tetap menjaga dan menghargai perasaan serta hak-hak yang
dimiliki orang lain.
33
3. Tujuan teknik Latihan Asertif
Tujuan Latihan Asertif Latihan asertif juga bertujuan untuk
mengembangkan ekspresi perasaan baik positif maupun negative dan
perasaan-perasaan kontradiktif. Teknik Latihan asertif merupakan sarana
atau alat untuk memperbaiki dalam hubungan interpersonal kehidupan
sehari-hari, teknik ini memungkinkan kita untuk meningkatkan hidup
menjadi lebih baik dan efektif secara pribadi dan berinteraksi dengan
lingkunganHal ini sesuai dengan pendapat Joice & Weill (Nursalim
2005:32) bahwa tujuan latihan asertif adalah sebagai berikut:
a. mengembangkan ekspresi perasaan baik positif maupun negative
b. mengekspresikan perasaan-perasaan kontradiktif,
c. mengembangkan perilaku atas dasar prakarsa sendiri
Amal A. Mousa dkk, dalam Journal of American Science,
(2011)menjelaskan bahwa tujuan dari teknik latihan asertif adalah untuk
mengajarkan kepada konseli agar bertindak atau berbuat sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan tetap menghormati hak dan
kepentingan orang lain.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan latihan asertif yaitu
untuk membantu mengoreksi perilaku yang tidak layak dan menjadikan
konseli /siswa tegas tentang apa yang dia rasakan kemudian diungkapkan
namun tetap meghormati orang lain
34
4. Komponen Bimbingan kelompok teknik Latihan Asertif
Layanan bimbingan kelompokberperan dua pihak, yaitu pemimpin
kelompok dan peserta atau anggota
kelompok.
a. Pemimpin Kelompok
Menurut Prayitno (2004:23)Pemimpin kelompok adalah konselor yang
terlatih dan berwenangmenyelenggarakan parktik konseling
profesional. . Secara khusus, PK diwajibkan menghidupkan dinamika
kelompok di antara semua peserta seintensif mungkin yang mengarah
kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus bimbingan
kelompok.
Menurut Prayitno (2004:35) Layanan bimbingan kelompok. Pemimpin
kelompok harus menguasai dan mengembangkan kemampuan dan
keterampilan dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses
kegiatan konseling secara efektif.
Seorang pemimpin kelompok harus menguasai kemampuan
peneriamaan tanpa pamrih, kepekaan terhadap suasanan kelompok,
kesediaan untuk menerima semua pendapat anggota kelompok,
menguatkan anggota akan pilihannya dan memberikan rasa humor
pada anggota kelompok. Ketermapilan tersebut tak lain tak bukan agar
terciptanya dinamika kelompok dan perasaan nyaman pada setiap
35
anggota terhadapat keberlangsungan bimbingan kelompok. Selain itu
pemimpin kelompok harus mampu menjadi pengarur jalannya
kegiatan agar menjadi efektif dan tujuan yan telah ditetapkan diawal
terealisasi diakhir bimbingan kelompok.Ini menjadi referensi bagi
siapapun yang berkenan menjadi pemimpin kelompok bagi
siswa/kliennya.
b. Anggota Kelompok
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses
bimbingan kelompok. Tanpa anggota tidaklah meungkin ada
kelompok.Kegiataan konseling kelompok sebagian besar didasarkan
atas peranana para anggotanya.Jumlah anggota bimbingan kelompok
antara 8-10 anggota saja. Hal ini dilakukan demi keefektifan
bimbingan kelompok dan demi tercapainya terentasnya masalah tiap
anggota kelompok. Selain jumlah, kelompok yang heterogen juga akan
mempengaruhi kinerja kelompok .
5. Dinamika Kelompok
Selain peran pemimpin dan anggota kelompok, hal yang tak kalah penting
dalam keberhasilan pelaksanaan konseling kelompok adalah dinamika
kelompok.Dinamika kelompok adalah hubungan interpersonal yang
ditandai adanya saling percaya, saling berbagi perasaan dan pengalaman,
memiliki semangat yan tinggi, kerjasaama dan menerima secara positif
tujuan bersama. Menurut prayitno (2004:48) dinamika kelompok
36
merupakan sinergi dan semua factor yag ada dalam suatu kelompok :
artinya merupakan pengarahan secara serentak semua factor yang dapat
digerakan dalam kelompok itu. Dengan demikian, dinamika kelompok
merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi kelompok.
Hubungan interpersonal ini yang akan mewujudkan rasa kebersamaan dan
saling percaya pada anggota kelompok. Selain itu hubungan interpersonal
akan menyatukan kelompok untuk dapat menerima satu sama lain, saling
mendukung dan percaya serta adanya kecenderungan untuk membentuk
hubungan yang bermanfaat dan bermakna dalam kelompok.
Memanfaatkan dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok.para
anggota kelompok dapat mengembangkan diri dan memperoleh
keuntungan keuntungan lainnya. Arah pengembangan diri yang dimaksud
terutama adalah dikembangkannya kemampuan-kemampuan sosial secara
umum yangselayaknya dikuasai oleh individu-individu yang
berkepribadian mantap.Keterampilan berkomunikasi secara efektif, sikap
tenggang rasa, memberidan menerima, toleran, mementingkan
musyawarah untuk mencapai mufakatseiring dengan sikap demokratis,
memiliki rasa tanggung jawab sosial seiringdengan kemandirian yang kuat
merupakan arah pengembangan pribadi yangdapat dijangkau melalui
diaktifkannya dinamika kelompok itu
Dapat disimpulkan bahwa kehidupan kelompok akan menimbulkan
dinamika kelompok yang akan menentukan arah dan pencapaian tujuan
kelompok, Anggota kelompok dapat mengembangkan kemampuan social
37
yang dimiliki, sikap tenggang rasa, pengembangan sikap, memberi dan
menerima toleransi, mementingkan musyawarah serta berempati yang
akan diwujudkan melalui dinamika kelompok. Melalui bimbingan
kelompok, dinamika kelompok setiap anggota diharapkan mampu tegak
sebagai individu yang ingin mengembangkan dirinya dalam
hubunngannya dengan orang lain
6. Bentuk-bentuk pelaksanaan Latihan Asertif
Corey (2009:156) mengemukakan tahapan dalam pelatihan asertif :
a. Diawali dengan pengenalan mengenai kecemasan sosial yang tidak
realistis , belajar menghapus respon yan tidak efektif yang
mengakibatkan kurangnya ketegasan
b. Memperkenalkan sejumlah latihan relaksasi dan menerangkan
tingkah laku spesifik dalam situasi interpersonal yang menjadi
masalah. Kemudian membuat perjanjian untuk menjalankan
tingkah laku menegaskan diri yang semula dihindari sebelum
memasuki sesi berikutnya.
c. Anggota menerangkan tingkah laku menegaskan diri yang telah
dijalankan oleh mereka dalam kehidupan nyata. Melakukan
evaluasi jika apa yng dilakukan belum sepenuhnya berhasil..
Sejumlah kelompok cenderung berfokus pada permainan peran
tambahan, evaluasi dan latihan, sedangkan kelompok lainnya
berfokus kepada usaha mendiskusikan sikap-sikap dan perasaan-
38
perasaan yang telah membuat tingkahlaku menegaskan diri sulit
dijalankan
Sedangkan menurut Sunardi (2010:82) prosedur umum dalam latihan
asertif adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah, yaitu dengan menganalisis permasalahan
klien secara komprehensif yang meliputi situasi-situasi umum dan
khusus di lingkungan yang menimbulkan kecemasan, pola respon
yang ditunjukkan, faktor-faktor yang mempengaruhi, tingkat
kecemasan yang dihadapi, motivasi untuk mengatasi masalahnya,
serta sistem dukunga
b. Pilih salah suatu situasi yang akan diatasi, dengan memilih
terlebih dahulu situasi yang menimbulkan kesulitan atau
kecemasan paling kecil. Selanjutnya, secara bertahap menuju pada
situasi yang lebih berat.
c. Analisis situasi, yaitu dengan menunjukkan kepada klien bahwa
terdapat banyak alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalahnya tersebut. Identifikasi alternatif penyelesaian masalah.
d. Menetapkan alternatif penyelesaian masalah. Bersama-sama klien
berusaha untuk memilih dan menentukan pilihan tindakan yang
dianggap paling sesuai, mungkin, cocok, layak dengan keinginan
dan kemampuan klien serta memiliki kemungkinan pleuang
berhasil paling besar.
39
e. Mencobakan alternatif yang dipilih. Dengan bimbingan, secara
bertahap klien diajarkan untuk mengimplementasikan pilihan
tindakan yang telah dipilih.
f. Dalam proses latihan, hendaknya diperhatikan hal-hal yang terkait
dengan kontak mata, postur tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah,
suara, pilihan kalimat, tingkat kecemasan yang terjadi, serta
kesungguhan dan motivasinya.
g. Diskusikan hasil, hambatan dan kemajuan-kemajuan yang terjadi,
serta tindak lanjutnya.
h. Klien diberi tugas untuk mencoba melakukan hal-hal yang sudah
dibicarakan secara langsung dalam situasi yang nyata.
i. Evaluasi hasil dan tindak lanjut.
C. Peningkatkan Sikap Suportif dalam Komunikasi Interpersonal dengan
Bimbingan Kelompok Teknik Latihan Asertif
Dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi situasi social bersama
individu lain dan hal ini telah terbukti bahwa dalam situasi social masing-
masing individu mengadakan komunikasi dengan individu lainnya melalui
bahasa/berbicara atau gerakan tubuh lainnya. Sifat manusia yang unik dan
dinamis membuat komunikasi interpersonal menjadi kompleks. Proses yang
terjadi dalam diri seseoran pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana ia
berfikir, persepsi, emosi, kecerdasan emosi serta kebutuhan dasar manusia
merupakan factor yang berpengaruh dalam komunikasi interpersonal.
40
Komunikasi interpersonal berperan penting bagi kebahagiaan hidup
seorangindividu yang dalam hal ini adalah siswa yang sudah mulai menginjak
usia remaja. Hal ini karena pada masa remaja, siswa mulai akan mencari
identitasdan jati dirinya. .Selain itu, komunikasi interpersonal juga akan
membantu perkembangan intelektual dan sosial siswa. Mengingat begitu
pentingnya kemampuan komunikasi interpersonal bagi siswa dalam upaya
meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain serta prestasi akademik dan
non akademik siswa, dalam hal ini siswa yang memiliki tingkat kemampuan
komunikasi interpersonal yang rendah perlu mendapat bantuan agar dapat
memiliki hubungan yang baik dengan lawan bicaranya. Salah satu penunjang
terbentuknya komunikasi interpersonal yang efektif adalah sikap suportif.
Bimbingan konseling terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk
membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan sikap positif
dalamkomunikasi interpersonal, salah satu metode yang direkomendasikan
untuk membantu siswa dalam meningkatkan sikap suportif dalam komunikasi
interpersonal yaitu latihan asertif. Hal ini sejalan dengan Corey (2009),
Latihan Asertif adalah suatu teknik untuk membantu klien dalam hal-hal
sebagai berikut, yaitu :
a. Tidak dapat mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung
b. Menunjukan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendiring
orang lain untuk mendahuluinya
c. Memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”
41
d. Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon
positif lainnya
e. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan dan pikiran
sendiri
Latihan asertif adalah latihan kemampuan yang dapat membantu seseorang
berperilaku asertif, dimana perilaku asertif merupakan perilaku interpersonal
yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan
perasaan.Sebagai salah satu strategi terapi, latihan asertif digunakan atau
direkomendasikan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan
kecemasan serta untuk meningkatkan kemampuan interpersonal
individu.Teknik yang banyak digunakan dalam latihan asertif adalah latihan
berperilaku, yaitu melakukan atau melatih suatu tindakan yang sesuai dan
efektif untuk menghadapi kehidupan nyata yang menimbulkan permasalah
pada klien.
42
III. METEDOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah lokasi tertentu yang digunakan untuk objek dan
subjek yang akan diteliti dalam penelitian. Sesuai dengan judul penelitian ini,
maka peneliti akan mengadakan penelitian di SMP Negeri 26 Bandar
Lampung th ajaran 2017/2018
B. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Metode yang digunakan pada
penelitian adalah eksperimen semu (quasy experimental design).Metode ini
memiliki kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang diambil secara
tidak random (Sugiyono, 2006:14).
43
C. Design Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design,
yaitu suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan
terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono
2010:45).Subjek dikenakan perlakuan dengan dua kali
pengukuran.Pengukuran yang pertama dilakukan sebelum diberi layanan
bimbingan kelompok teknik latihan asertif dan pengukuran kedua dilakukan
setelah diberi layanan bimbingan kelompok teknik latihan asertif.
Desain penelitian yang digunakan peneliti digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 nonequivalent control group design (Sugiyono,2010)
Keterangan :
O1 = Pengukuran pertama berupa pretestdengan menggunakan skala sikap
suportifdalam komunkasi interpersonal
X = Treatment dilakukan dengan menggunakan layanan bimbingan
kelompok teknik latihan asertif untuk meningkatkan sikap
suportifdalam komunikasi interpersonal siswa.
O2 = Pengukuran kedua berupa posttestuntuk mengukur tingkat sikap
suportifdalam komunikasi interpersonal siswa sesudah diberi
perlakuan terhadap kelompok eksperimen, dalam posttestakan
didapatkan data hasil dari pemberian perlakuan apakah ada
E O1 X O2
K O3 O4
44
peningkatan atau tidak sama sekali.
O3=
Pengukuran pertama berupa pretest untuk mengukur sikap
suportifdalam komunikasi interersonal terhadap kelompok kontrol.
O4= Pengukuran kedua berupa posttest untuk mengukur sikap
suportifdalam komunikasi interersonal terhadap kelompok kontrol
D. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP N 26 Bandar Lampung.(Mustiqon 2012:28)
menggambarkan subjek penelitian adalah yang terlibat dalam penelitian dan
keberadaanya menjadi sumber data penelitian. Pengambilan subjek dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Teknik ini
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata dan
random namun berdasarkan kriteria siswa yang tingkat sikap suportifdalam
komunikasi interpersonalnya rendah.
Peneliti memberikan treatment berupa bimbingan kelompok, oleh karenanya
peneliti mengambil subjek yang heterogen.Sebagai suatu proses, dinamika
kelompok berupaya menciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga membuat
seluruh anggota kelompok merasa terlibat secara aktif dalam setiap tahap
45
perkembangan atau pertumbuhan kelompok. Tujuannya agar setiap orang
merasakan dirinya sebagai bagian dari kelompok dan bukan orang
asing.Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK yang
kebetulan mengajar dikelas 8 dan merekomendasikan untuk menjaring subjek
di kelas VIII D dan VIII E (Lampiran hal 125)
E. Variable dan Definisi Operasional
1. Variable Peneltian
Secara teoritis variable dapat didefenisikan sebagai atribut seseorang atau
objek yang mempunya variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu
objek dengan objek yang lain Hatch dan Farhandy (Sugiyono 2010:59).
Menurut hubungan antara satu variable dengan variable lain, maka
macam-macam variable adalah
a. Variable Independen adalah variable bebas yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen
(terikat). Variable bebas pada penelitian ini adalah bimbingan kelomok
teknik latihan asertif
b. Variable Dependen adalah variable terikat yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variable bebas. Variable terikat pada
penelitian ini adalah sikap positif dalam komunikasi interpersonal.
46
2. Definisi Operasional
a. Sikap suportif adalah sikap yang mengurangisikap defenisif dalam
komunikasi seperti mmenyampaikan perasaan dengan jujur tanpa
menilai, cenderung mampu berkerjasama dalam mencari pemecahan
masalah, mampu berempati kepada orang lain, memperlakukan orang
lain tanpa membeda-bedakan. memperlakukan orang lain, penuh rasa
hormat dalam perbedaan pandangan serta tidak menggap pendapat
sendiri yang paling benar.
b. Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan dalam situasi kelompok untuk mengembangkan diri siswa,
dimana terdapat interaksi antar anggota sehingga menimbulkan
kelompok yang dinamis..Adapun tahap-tahap pelaksanaan bimbingan
kelompok, yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan,
tahap pengakhiran
Latihan asertif adalah penerapan latihan tingkah laku dengan sasaran
membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara
berhubungan dalam situasi-situasi interpersonal.
47
F. Teknik Pengumpulan data
Peneliti harus menemukan instrument yan tepat dalam pengumpulan data
untuk mendapatkan data yang valid dan reliable.Peneliti sudah menetapkan
teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data yaitu :Skala Sikap
Suportifdalam Komunikasi Interpersonal. Skala pada penelitian ini
menggunakan skala Sikap Suportif dalam komunikai interpersonal dengan
model Likert. Peneliti menggunakan skala dengan 5 pilihan jawaban untuk
mengetahui tingkat sikap suportifsiswa dalam komunikasi interpersonal yang
terjadi.
Menurut Azwar (2010:36), skala psikologi merupakan alat ukur aspek atau
atribut afektif. Skala psikologi memiliki karakteristik antara lain: stimulusnya
berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut
yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut
yang bersangkutan, dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak
langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku
diterjemahkan dalam bentuk item-item, maka skala psikologi selalu berisi
banyak item, respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau
salah. Skala psikologis ini digunakan untuk mengungkapkan aspek psikologi
mengenai sikap suportifdalam komunikasi interpersonal.
Peneliti memperhatikan tujuan ukur, metode penskalaan dan format item yang
dipilih, sehingga respon yang disajikan dalam skala adalah dalam bentuk
pilihan jawaban yang terdiri dari lima jawaban kesesuaian antara responden
dengan penyataan yang disajikan. Jawaban kesesuaian antara responden
48
dengan penyataan yang disajikan tersebut adalah: Sangat Sesuai (SS), Sesuai
(S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor
antara 1 sampai 5. Jawaban pada instrumen dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Kategori Jawaban Skala Psikologi
No Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Jawaban Nilai Jawaban Nilai
1 SS 5 SS 1
2 S 4 S 2
3 RR 3 N 3
4 TS 2 TS 4
5 STS 1 STS 5
Kriteria skala kemampuan komunikasi interpersonal siswa
dikategorikan menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk
mengkategorikannya,
i= NT-NR
K
Keterangan: i = interval
NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah
K = Kriteria
i ( ) ( )
= 61
49
Tabel 3.2 Kriteria Komunikasi Interpersonal Berrdasar Skala
Interval
Kriteria
166 - 227
Tinggi
104-165
Sedang
42-103
Rendah
Semakin besar skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi pula
sikap suportifdalam komunikasi interpersonal.Untuk lebih jelasnya,
dibawah ini akan disajikan pengembangan kisi-kisi instrument
penelitian kemampuan komunikasi interpersonal, sebagai berikut
Tabel 3.3Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Interpersonal (Lampiran
hal 113)
Indikator Deskriptor No Item
Favorabel Unfavorabel
Deskripsi
a. Tidak menjatuhkan harga diri orang lain
15, 9,
11
1, 4 , 12
b. Mengevaluasi gagasan orang lain bukan pada
pribadinya
17, 24 2,8
Orientasi masalah a. Mengajak orang lain untuk bersama-sama
mencapai tujuan/memecahkan masalah
33,6 23
b. Tidak mendominasi dalam kelompok 3, 13 41,5
50
Spontanitas a. Melakukan komunkasi tanpa motif terselubung 26 21
Empati a. Memahami apa yang dirasakan orang lain 18,19,
31, 32
16,39,
35,25
Kesetaraan a. Menempatkan diri setara dengan orang lain 14, 36 22, 7
b. Tidak memaksakan kehendak 27, 10 20, 29
Provorsionalisme a. Meninjau kembali perkataan yang akan
diucapkan
34, 40
37. 28
b. Tidak merasa paling benar/mutlak 30 38, 42
G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan
data bertujuan agar penelitian menjadi valid dan reliable
1. Uji Validitas
Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah validitas isi. Menurut Azwar (2013 :132) “Relevansi item dengan
indikator keprilakuan dan dengan tujuan ukur sebenarnya sudah dapat
dievaluasi lewat nalar dan akal sehat yang mampu menilai apakah isi
instrument memang mendukung konstruk teoritik yang diukur. Proses ini
disebut dengan validitas logik sebagai bagian dari validitas isi”. Selain
didasarkan pada penilaian penulis,juga memerlukan kesepakatan penilaian
51
dari beberapa penilai yang kompeten (judgement expert).Ahli yang
dimintai pendapatnya adalah Dosen Bimbingan dan Ahli yang dimintai
pendapatnya adalah 3 orang dosen Bimbingan dan Konseling FKIP Unila.
Untuk menghitung koefisien validitas isi, penulis menggunakan formula
Aiken’s V yang didasarkan pada hasil penilaian panel ahli sebanyak n
orang terhadap suatu item. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan
angka antara 1 (yaitu sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan)
sampai dengan 4 (yaitu sangat mewakili atau sangat relevan). Rumus dari
Aiken’s V adalah sebagai berikut :
V = ∑ S/ [n(c-1)]
Keterangan :
n : Jumlah panel penilai (expert)
lo : Angka penilaian validitas terendah ( dalam hal ini = 1)
c : Angka penilaian validitas tertinggi ( dalam hal ini = 4)
r : Angka yang diberikan seorang penilai
s : r – lo
52
Tabel 3.4 Uji Validitas Isi (Judgement Expert)
No Perhitungan
Aiken’s V
No Perhitungan
Aiken’s V
No Perhitungan
Aiken’s V
No Perhitungan
Aiken’s V
1 0,55 13 0,66 25 0,66 37 0,66
2 0,66 14 0,66 26 0,66 38 0,66
3 0,66 15 0,66 27 0,66 39 0,66
5 0,66 16 0,66 28 0,66 40 0,66
5 0,66 17 0,66 29 0,66 41 0,66
6 0,66 18 0,66 30 0,55 42 0,66
7 0,66 19 0,55 31 0,66
8 0,66 20 0,66 32 0,66
9 0,66 21 0,55 33 0,66
10 0,66 22 0,66 34 0,66
11 0,55 23 0,66 35 0,66
12 0,66 24 0,55 36 0,66
Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Aiken’s V pernyataan
dengan kriteria besanya 0,66, maka pernyataan tersebut dikatakan valid
dan dapat digunakan. Berdasarkan hasil uji ahli dari 42 pernyataan setelah
dihitung koefisien validitas isi terdapat 36 pernyataan yang dinyatakan
valid dan sisanya 6 pernyataan yang tidak valid karena hasil perhitungan
Aiken’s V <0,66. Pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 1, 11, 19, 21,
24, dan 30 akan digunakan setelah memperbaikinya terlebih dahulu sesuai
saran yang telah diberikan oleh 3 dosen Bimbingan dan Konseling FKIP
Unila (Lampiran hal 120)
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan reliabel atau tidak jika telah dihitung koefisien
reliabilitasnya.Reliabilitas adalah derajat konsistensi dan stabilitas data
atau temuan. Suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih peneliti
53
dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau satu peneliti
dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama, atau
sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak
berbeda (Sugiyono,2010).Uji reliabilitas dihitung dan dianalisis dengan
program SPSS (Statistical Package for Social Science) menggunakan
rumus alpha crombach dengan rumus sebagai berikut:
211 11 t
t
S
S
k
kr
Keterangan:
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan
ΣSt2 : Jumlah varian butir
St2 : Varian total
Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria
reliabilitas (Sugiyono 2010) sebagai berikut :
Tabel 3.5Kriteria Reliabilitas
Koefisien r
Kategori
0,8 – 1,000
Sangat tinggi
0,6 – 0,799
Tinggi
0,4 – 0,599
Cukup
0,2- 0,399
Rendah
0,0-0,199
Sangat rendah
54
Berdasarkan hasil pengelolaan data skala yang telah diketahui
berkontribusi maka selanjutnya dihitung reliabilitasnya dan diketahui
hasilnya 0,752. Hal tersebut berarti bahwa reliabilitas dari skala tersebut
masuk dalam kriteria reliabilitas yang tinggi karena reliabilitasnya antara
0,6 - 0,799(Lampiran hal 122)
H. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010:56) Analisis data merupakan kegiatan yang
dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis
penelitian .Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus uji
wilcoxon.Alasan peneliti menggunakan uji Wilcoxon karena subjek penelitian
kurang dari 25, distribusi datanya dianggap tidak normal.
Statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan menggunakan
Wilcoxon Matched Pairs Tes. Pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis
kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan
analisis uji melalui bantuan program SPSS (Statistical Package for Social
Science)16.Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut Sudjana
(2005:273):
Z= ( )
√ ( )( )
55
Keterangan :
Z : Uji Wilcoxon
T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest dan posttest
N : Jumlah data sampel
Sedangkan kaidah pengambilan keputusan terhadap hipotesis dengan analisis
data uji wilcoxonini dilakukan dengan berdasarakan angka probabilitas, dasar
pengambilan keputusan yakni:,
Jika statistik hitung (angka z output) < statistik tabel (tabel z), maka
Haditerima (taraf signifikansi 5%)
Jika statistik hitung (angka z output) > statsitik tabel (tabel z), maka Haditolak
(taraf signifikansi 5%)
110
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 26
Bandar lampung diperoleh sikap sportif dalam komunikasi interpersonal
siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018. Hal
ini terbukti dari hasil analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon
diperoleh zhitung = -2,524 < ztabel = 1,645 maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.
sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh zhitung = -1.367 < ztabel = 1.645
tetapi jika dilihat dari signifikansi peningkatan, sehingga dapat dinyatakan
bahwa Ha2 ditolak dan Ho2.
Hal yang harus diperhatikan pemimpin kelompok adalah harus berani
berimprovisasi dalam memberikan layanan walaupun tetap berpatokan pada
modul yang sudah dibuat. Faktor tersebut sangat berpengaruh dalam
dinamika kelompok yang akan muncul nantinya. Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan layanan bimbingan kelompok teknik latihan asertif dapat
meningkatkan sikap sportif dalam komunikasi interpersonal siswa kelas VII
SMP 26 Negeri Bandar Lampung.
111
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah diperoleh berkenaan dengan
peningkatan keterampilan belajar menggunakan layanan bimbingan
kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung, maka
dengan ini penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya mengadakan kegiatan
layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik latihan asertif
secara rutin karena hal ini dapat membantu meningkatkan sikap sportif
siswa dalam komunikasi interpersonal secara efektif dan signifikan, setra
membantu memecahkan masalah terkait masalah sosial lainnya.
2. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang komunikasi
interpersonal siswa dengan layanan bimbingan kelompok hendaknya
dapat menggunakan subjek yang lebih banyak.. Selain itu berikan lembar
kerja pada siswa tiap pertemuan dan indikator pencapaian keberhasilan
DAFTAR PUSTAKA
Arni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, JakartaRineka Cipta
Aqib, Zainal.2011. Ikhtisar Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Surabaya:YramaWidya
Alvonco, Johnson. 2014. Practical Communication Skill. Jakarta: Elex MediaKomputindo.
Azwar, Saifuddin. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT RefikaAditama.
Dahlan, Syarifuddin. 2011. Konseling Individual Konsep dan Aplikasi. BandarLampung: Anugrah Utama Raharja
Desmita, R. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Gunarsih, S. D. 2007 . Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta.GrahaIlmu
Hartinah. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Replika Aditama
Ika, Trione.2015. Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Melalui LayananBimbingan Kelompok Dengan Metode Games Social (diakses 26 Oktober 2016)
Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Nursalim, M.2005.Strategi Konseling.Surabaya: Unesa University Press.Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: UniversitasNegeri Padang
Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunardi. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,Jakarta: Bumi Aksara
Santoso Edi & Setiansah Mite. 2012. Teori Komunikasi. Yogyakarta. Graha Ilmu
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu