Upload
dona-febriandari
View
21
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Pendahuluan
PRAKTEK KEPERAWATAN KLINIK MATERNITAS (PKK IV)
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Nama : NURHAYATI
NIM : 0911114099
Ruangan : Rumah Bersalin
Tanggal Praktek : 17-19 MEI 2012
Diagnosa Medis : Persalinan Normal
A. DEFENISI PERSALINAN NORMAL
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam
rahim melalui jalan lahir (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2003)
Persalinan adalah proses menipis dan membukanya leher rahim, yang diikuti oleh
turunnya janin ke jalan lahir dan kemudian disusul oleh kelahiran yaitu proses keluarnya
bayi dari lahir (Andriana, 2007).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup
bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2003).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut (Manuaba, 2003) :
1. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
luar dengan jalan rangsangan.
Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Primigravida adalah seorang
wanita yang hamil untuk pertama kali. Para adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). Nullipara adalah seorang wanita yang belum
pernah melahirkan bayi yang (viable) untuk pertama kali.
B. KLASIFIKASI
Persalinan dapat dibagi menjadi (Wiknjosastro,2005):
1. Persalinan Normal/Biasa/Spontan
Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa
memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali
episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Persalinan Abnormal/Luar biasa
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi,
cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan
sectio cesarea.
C. SEBAB-SEBAB YANG MENIMBULKAN
1. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron yang mengakibatkan terjadinya kekejangan pada pembuluh darah
didinding rahim yang akan mengakibatkan berkontraksinya rahir
2. Teori plasenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang juga akan
mengakibatkan kekejangan pada pembuluh darah yang pada akhirnya akan
menimbulkan kontraksi.
3. Teori oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim,
sehingga menimbulkan kontraksi. Diduga oksitosin dapat meningkatkan
pembentukan prostaglandin, dan terjadi kerjasama antara oksitosin dengan
prostaglandin disaat persalinan.
4. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
5. Teori iritasi mekanik
Tekanan pada ganglion servikal dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi
(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
6. Teori prostaglandin
Menjelang persalinan diketahui bahwa prostaglandin dapat meningkat pada cairan
amnion dan desidua. Prostagkandin dapat melunakkan servik dan merangsang kontraksi
(Mochtar, 1998).
Uraian tersebut diatas adalah hanya sebagaian dari banyak faktor-faktor kompleks
sehingga his dapat dibangkitkan. Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat
pula dimulai (induction of labor) misalnya: 1 ) merangsang pleksus frankenhauser
dengan memasukkan beberapa gagang laminaria dalam kanalis servikalis, 2) pemecahan
ketuban, 3) penyuntika oksitosin ( sebaiknya dengan jalan infuse intravena), pemakaian
prostaglandin, dan sebagainya. Hal ini mengadakan induksi persalinan perlu diperhatikan
bahwa servik sudah matang ( serviks sudah pendek dan lembek), dan kanalis servikalis
terbuka untuk satu jari. Untuk menilai serviks dapat juga dipakai skor dishop, yaitu bila
nilai bishop lebih dari delapan, induksi persalinan kemungkina besar akan berhasil.
C. TANDA PERSALINAN
1. Tanda Persalinan Sudah Dekat
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala
bayi sudah masuk PAP yang disebabkan:
Kontraksi Braxton Hicks
Ketegangan dinding perut
Ketegangan ligamentum rotundum
Gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah.
Masuknya kepala janin ke PAP dirasakan Ibu hamil:
Terasa ringan bagian diatas, rasa sesaknya berkurang.
Di bagian bawah terasa sesak.
Terjadi kesulitan saat berjalan.
Sering miksi (beser kencing).
b. Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi braxton hicks. Kontraksi ini dapat ditemukan
sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi Braxton Hicks
terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan memberikan
kesempatan rangsangan oksitosin.
Dengan makin tuanya kehamilan, penegluaran estrogen dan progesteron makin
berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering,
sebagai his palsu. Sifat his permulaan (palsu):
Rasa nyeri ringan dibagian bawah
Datangnya tidak teratur
Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.
Durasi pendek.
Tidak bertambah bila beraktivitas.
2. Tanda Persalinan1. Terjadinya his persalinan, dengan sifat:
Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan
Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
Makin beraktivitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah.
2. Pengeluaran Lendir dan darah (pembawa tanda).
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan:
Pendataran dan pembukaan
Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat padakanalis servikal lepas.
Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
D. FAKTOR-FAKTOR PENTING PERSALINAN NORMAL
Faktor penting dalam persalinan meliputi:
1. Power
Kontraksi uterus, dinding perut dan daya mengedan. Ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari
uterus.
2. Passageway
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, introitus (lubang luar vagina) janin harus dapat menyesuaikan diri dengan
jalan lahir tersebut.
3. Passanger
Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi letak kepala,
letak, sikap dan posisi janin.
4. Psikologikal respon
Penampilan dan prilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan merupakan
petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia lakukan.
5. Posisi ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak
memberikan sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi (Melzack, 1991) posisi tegak
meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.
E. HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus dengan kecepatan 2 cm/
detik dengan mengikut sertakan uterus
Sifat his yang sempurna, yaitu:
a. Kontraksi simultan diseluruh uterus
b. Kekuatan terbesar didaerah fundus
c. Terdapat periode relaksasi diantara dua periode kontraksi
d. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri sesudah his
e. Servik uteri banyak mengandung kolagen akan tertarik oleh retraksi otot korpus
sehingga akan membuka secara pasif
Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Iskemi dinding korpus uteri yang menimbulkan sensasi nyeri
b. Peregangan vagina
c. Keadaan mental pasien
d. Prostaglandin meningkat sebagai respon terhadap stress
F. BIDANG HODGE
Hodge ini untuk menentukan sampai manakah bagian terendah janin turun dalam panggul
dan persalinan:
1. Hodge I: Dibentuk pada pada lingkaran pintu atas panggul dengan bagian atas
simpisis
2. Hodge II: Sejajar dengan hodge I terletak setinggi bagian bawah simpisis
3. Hodge III: Sejajar dengan bidang hodge I dan II terletak setinggi spina iskiadika
kanan dan kiri.
4. Hodge IV: Sejajar dengan bidah Hodge I,II, dan III, terletak pada setinggi os
koksigis.
G. PROSES PERSALINAN
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I yang dinamakan kala pembukaan,
serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala II disebut pula kala
pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan janin didorong
keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala itu
diamati apakah tidak terjadinya perdarahan postpartum.
Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlansung tidak begitu kuat
sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlansung 12 jam sedangkan multi gravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multi gravida 2
cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan. Sacara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan keluar
lendir bersemu darah. Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis
servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal
dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah
karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Mekanisme membukanya serviks
berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum
akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian
ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum dan
eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat
yang sama pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau
telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap
atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mancapai pembukaan 5 cm,
disebut ketuban pecah dini.
a. Tanda-tanda persalinan kala I menurut Mochtar (2002) adalah
Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil
pada servik.
Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar.
Fase persalinan kala I
1. Fase laten1. Dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm
2. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik
3. Tidak terlalu mules
2. Fase aktif
1. Kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit
2. Lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mules
3. Pembukaan dari 4 cm sampai lengkap(10cm)
4. Terdapat penurunan bagian terbawah janin
b. Periksa Dalam (PD)
1) Tentukan konsistensi dan pendataran serviks (termasuk kondisi
jalan lahir)
2) Mengukur besarnya pembukaan
3) Menilai selaput ketuban
4) Menentukan presentasi dan seberapa jauh bagian terbawah
telah melalui jalan lahir
5) Menentukan denominator (petunjuk)
c. Riwayat yang harus diperhatikan
1) Pernah bedah sesar (sectio cesarea)
2) Riwayat perdarahan berulang
3) Prematuritas atau tidak cukup bulan
4) Ketuban pecah dini (ketuban pecah sebelum waktunya)
5) Pewarnaan mekonium cairan ketuban
6) Infeksi ante atau intrapartum
7) Hipertensi
8) Tinggi badan dibawah 140 (resiko panggul sempit)
9) Adanya gawat janin
10) Primipara dengan bagian terbawah masih tinggi
11) Malpresentasi atau malposisi
12) Tali pusat menumbung
13) Keadaan umum jelek atau syok
14) Inersia uteri atau fase laten memanjang
15) Partus lama
d. Patograf
Instrumen untuk memantau kemajuan persalinan, data untuk membuat
keputusan klinik dan dokumentasi asuhan persalinan yang diberikan oleh seorang
penolong persalinan.
Peristiwa penting pada persalinan kala 1:
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu sehingga
serviks akan mendatar dan menipis kemudian baru ostium eksternum membuka.
Pada multipara, ostium internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks membuka bersamaan.
3. Selaput ketuban pecah spontan (bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5
cm disebut ketuban pecah dini).
Kala II
Gejala Utama kala II ( pengusiran) adalah sebagai berikut:
1. His semakin kuat dan lebih cepat, dengan interval 2 sampai 3 menit sekali,
dengan durasi 50-100 detik.
Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada
rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul
sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his
dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di
bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum.
2. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak.
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti dengan keinginan
mengejan, karena tertekannya fleksus Frankenhouse.
4. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga
terjadi:
Kepala membuka pintu
Sub occiput bertindak sebagai hipomoglobin berturut-turut lahir
ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka, serta kepala seluruhnya.
5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh paksi luar, yaitu penyesuaian kepala
pada punggung.
6. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan
anggota bayi. Pada primigravida Kala II berlangsung rata-rata 1 ½ jam.
Tabel: Lamanya Persalinan pada Primigravida dan Multigravida
Primigravida Multigravida
Kala I
Kala II
Kala III
Kala IV
10-12 jam
1-1,5 jam
10 menit
2 jam
6-8 jam
1-1,5 jam
10 menit
2 jam
Jumlah (tanpa
memasukkan kala IV
yang bersifat observasi)
10-12 jam 8-10 jam
Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah
mulai pelepasan plasenta padalapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda dibawah
ini, yaitu:
Uterus menjadi bundar
Uteris terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen bawah rahim.
Tali pusat bertambah panjang.
Terjadi perdarahan.
Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum
paling sering terjadi pada jam pertama. Observasi yang dilakukan, yaitu:
Tingkat kesadaran penderita
Pemeriksaan tanda-tanda Vital: Tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
Kontraksi uterus.
Terjadinya perdarahan.
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
(Manuaba, 1998 ). Sebelum meninggalkan wanita postpartum, harus diperhatikan 7
pokok penting, yaitu:
1. Kontraksi harus baik,
2. Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan-perdarahan dalam alat genetalia
lainnya,
3. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap,
4. Kandung kencing harus kosong,
5. Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma,
6. Bayi dalan keadaan baik,
7. Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit
kepala. Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik adalah
suatu gejala yang baik. ( Wiknjosasro, 2005).
H. MEKANISME PERSALINAN NORMAL
1. Hampir semua 96 % janin berada dalam uterus dengan letak kepala dan pada letak
kepala ini ditemukan kurang lebih 58 % ubun-ubun kecil terletak di kiri depan,
kurang lebih 23 % di kanan depan, kurang lebih 11 % di kanan belakang kurang
lebih 8 % di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di
sebelah kiri belakang oleh kolon sikmoid dan rektum.
2. Pada letak kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk
kedalam rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat
dalam keadaan singkli tismus ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus
dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan
asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila pada sumbu kepala membuat
sumbu lancip kedapan denga bidang pintu atas panggu. Asinklitismus porterior
menurut litsman adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
3. Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada mekanisme
turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis didaerah
anterior. Asinklitismus penting apanila daya akomodasi agak terbatas.
4. Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetrik, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang
akan turun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam rongga
panggul. Dengan fleksi kepala janin mengasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil, yakni dengan diameter suboksipito-bregmatikus ( 9,5 cm) dan dengan
sirkumferensia suboksipito-bregmatikus ( 32 cm). Sampai di dasar panggul kepala
janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun
menemui diafragma yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat
kombinasi elestisitas diafragma pelvis dan tekanan intera uterin disebabkan oleh
his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi
dalam. Pada umunnya di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan
berputar kearah depan, sehingga di dasar panggul unub-ubun kecil berada di dawah
simfisis.
5. Dalam keadaan fisiologis sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-
ubun kecil di bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion,
kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulpa
lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi lebar dan tipis,
anus membuka tampak dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan
kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu.
Sesudah kepala lahir, kepala mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi luar.
6. Putaran paksi luar ini gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu atas
panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan
diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila
kepada telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Demikian
pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang.
Kemudian bayi selurunya.
7. Bila mekanisme partus yang fisiologi ini dipahami dengan sungguh-sungguh, maka
pada ha-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual bila
mungkin, sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu dilakukan.
(Wiknjosastro, 2005).
I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1. Spesimen urin
Untuk membantu melihat status hidrasi ibu (berat jenis, warna, jumlah), status gizi
(keton), atau komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya hipertensi akibat
kehamilan.
2. Pemeriksaan darah
Beruba Hemoglobin (Hb) & hematokrit (Ht).
3. Ruptur ketuban
Yaitu pecahnya selaput ketuban (kantong air) secara spontan setiap saat selama
persalinan.
Cairan amnion
Normalnya warna cairan ketuban adalah pucat dan berwarna seperti jerami
dan mengandung serpihan verniks kaseosa. Jika cairan amion berwarna
coklat kehijaun, janin biasanya mengalami episode hipoksia yang
menyebabkan relaksasi sfingter ani dan keluarnya produk sampingan
pencernaan janin di dalam uterus, yang disebut mekonium.
Karakter
Normalnya karakteristik cairan amnion seperti air dan baunya tidak
menyengat.
Jumlah
Dalam keadaan normal, volume cairan amnion berkisar antara 500-1200 ml.
Jika volume cairan amnion > 2000 ml dikenal dengan istilah Hidramnion.
Dan jika volume cairan amnion < 500 ml dikenal dengan istilah
oligohidramnion.
Infeksi
Infeksi dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme dari vagina kedalam
kantong amnion ketika selaput ketuban pecah atau dikenal juga dengan
istilah amnionitis dan plasentitis.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Anamnesa biodata meliputi: nama, umur, pendidikan, penghasilan, sosial ekonomi,
latar belakang budaya.
2. Keluhan Utama
klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke ari-ari, adanya his yang
makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air
kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit.
3. Riwayat penyakit sekarang
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan antara 39-40 minggu
(disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar
ke ari-ari, his makin sering, tertaur, kuat, adanya blood slym (pengeluaran darah
campur lendir).
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit
kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada
klien, TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan
pada klien, sehingga memperberat persalinannya.
6. Riwayat obstetri
7. Riwayat haid
8. Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu), prematur kurang dari 37 minggu.
9. Riwayat kebidanan
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida
persalinan berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm/jam, sehingga pada
multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam.
10. Riwayat psikososialspiritual dan budaya
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi .
Pada trimester II adanya ketidak nyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik,
Pasif dan introvert. Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena
perubahan tubuhnya,ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena
adaanya perasaan sekarat selama persalinan berlangsung.
11. Pola Kebutuhan sehari-hari
Nutrisi: Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang
menurun.
Istirahat tidur: Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung
pada letak punggung anak,klien sulit tidur terutama kala I-IV.
Aktivitas: Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat
lelah, capai, lesu.
Pada kala I apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta
ketuban pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar
ruangan/kamar bersalin.
12. Eliminasi: Adanya perasaan sering/susah kencing selama kehamilan dan proses
persalinan. Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi.
13. Personal Hygiene: Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju
hendaknya yang longgar dan mudah dipakai, sepatu/alas kaki dengan tumit tinggi agar
tidak dipakai lagi.
14. Seksual: Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual/fungsi
dari sek yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
15. Pemeriksaan umum meliputi:
Tinggi badan dan berat badan
Tekanan Darah
Suhu badan: Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan antara 360-370 C,
bila suhu lebih dari 37oC dianggap ada kelainan. Bila suhu naik maka nadi
akan bertambah pula dapat disebabkan karena adanya perdarahan.
Nadi dan pernafasan : pernafasan normal antara 80-100 X/menit, kadang
meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan diperiksa tiap 4
jam.
16. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan pada
kelopak mata, konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun
normal, hidung ada polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis, pembesaran
kelenjar.
b. Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan
papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum.
c. Perut
Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea alba / nigra,
terdapat striae gravidarum.
d. Palpasi
Usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur
pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung kanan ,
letak kepala, sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama makin
sering dan kuat.
e. Auskultasi
Ada/tidaknya DJJ,frekwensi antara 140-160 x / menit.
f. Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila terdapat
pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibnetuk anak dalam kandungan,
menandakan adannya kelainan letak anak.
g. Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan
servic, panggul serta keadaan jalan lahir.
h. Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karena pre eklamsia atau karena karena penyakit jantung/ginjal. Ada varices pada
ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang
menekan vena abdomen
17. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan, waktu
pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan serologi
untuk sifilis.
b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
5. Nyeri akut b/d dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf dan tekanan mekanik
pada bagian presentasi.
6. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas janin b/d kompresi mekanis kepala/tali
pusat, penurunan perfusi placenta dan persalinan yang lama.
7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit/jaringan b/d pencetusan persalinan, janin
besar dan prosedur episiotomi.
8. Resiko tinggi infeksi maternal b/d prosedur invasif berulang, trauma jaringan,
persalinan lama atau pecah ketuban.
9. Resiko tinggi cedera janin b/d malpresentasi/posisi, disproporsi sefalopelvik
(CPD).
10. Resiko tinggi terhadap keletihan b/d penurunan energi metabolik, peningkatan
kebutuhan energi, adanya nyeri.
Referensi:
Andriana, E. (2007). Melahirkan tanpa rasa sakit. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
Bobak, I.M., dkk.(2005). Keperawatan maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiraharjo
Manuaba, I. B. G. (2003). Penuntun kepaniteraan klinik obstetri & ginekologi. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. G. (2007). Pengantar Kuliah obstetri. Jakarta: EGC.
Mochtar, R. (1998). Sinopsis obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi. Ed 2. Jakarta :
EGC