Upload
adam-hartono
View
50
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Intoksikasi Pestisida
Citation preview
PORTOFOLIO II
Nama Peserta : dr. Adam Hartono
Nama Wahana : RSUD DR. RM. PRATOMO BAGANSIAPIAPI, RIAU
Topik : Penanganan Pertama Pada Intoksikasi Pestisida
Tanggal Kasus : 23-05-2013 No. RM : 06-17-21
Tanggal Presentasi : 30-05-2013 Nama Pendamping : dr. Azizah
Tempat Presentasi : Komite Medik
Obyektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostik
□ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Pria, 38 tahun, datang dengan keluhan perut terasa sakit dan panas, tampak sangat
lemas dan sesak nafas.
□ Tujuan : Mempelajari bagaimana penanganan pertama pada pasien dengan intoksikasi
pestisida
Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-Mail □ Pos
Data Pasien: Nama : Tn. RH Nomor Registrasi : 06-17-21
Nama Klinik :
RSUD DR.RM.PRATOMO
Telp : (0767) 21731 Terdaftar Sejak : 23-05-2013
Data Utama Untuk Bahan Diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : OS meminum pestisida 2 HRSMRS, kemudian datang ke PKM
dan dirujuk ke RSUD, OS tampak sangat lemas, kesadaran compos mentis, sesak nafas, akral
dingin, mual (+), muntah (+), mengeluh perut sakit dan terasa panas, demam (-), pandangan
kabur (+).
2. Riwayat Pengobatan : IVFD RL 30 tpm, Inj. Cefotaxime 1gr/12 jam, Inj. Radin 1 amp/12 jam,
Inj. Primperan 1 amp/8 jam, Norit 8 tab, Neurodex 2x1
3. Riwayat Penyakit : -
4. Riwayat Keluarga : -
5. Riwayat Pekerjaan : Buruh
6. Kondisi Lingkungan : -
7. Vital Sign : TD 110/70 mmHg, N 135x/menit, RR 36x/menit, S 36,2oC
Daftar Pustaka :
1. Frank C LU. 1995. Toksikologi Dasar: Asa, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. UIP :
Dublin, Ohio
2. Gery Schmitz dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi Edisi 3. EGC : Jakarta
3. Jeffrey Brent. 2005. Critical Care Toxicology ; Diagnosis and Management of the Critically
Poison ed Patient. Elseiver Mosby : Philadelpia
4. Priyanto. 2009. Toksikologi: Mekanisme, terapi antidotum, dan penilain resiko. Lembaga
Studi dan Konsultasi Farmakologi : Depok
Hasil Pembelajaran :
1. Dapat mendiagnosis pasien dengan intoksikasi pestisida, khususnya golongan organofosfat
2. Dapat melakukan penanganan pertama pada pasien dengan intoksikasi pestisida, khususnya
golongan organofosfat
Subyektif :
Pasien mengeluh nyeri perut dan sensasi panas pada perutnya setelah meminum pestisida, selain
itu pasien juga mengeluh sesak nafas, dada terasa berdebar-debar, keringat dingin serta
penglihatan terasa tampak kabur.
Obyektif :
Dari hasil anamnesis ke pasien dan keluarga pasien, serta hasil pemeriksaan fisik, pada kasus ini
sudah jelas pasien mengalami intoksikasi pestisida.
“Assessment” :
a. IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetil kholin esterase tubuh
(KhE).
b. Dalam keadaan normal, enzim KhE bekerja untuk menghidralisis Akh dengan jalan
mengadakan ikatan Akh-KhE yang bersifat inaktif.
c. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul
gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muskarinik,
nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).
Organofosfat mempunyai aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase adalah
enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin. Organofosfat
mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja enzim ini terhambat. Akibatnya
jumlah asetilkholin dalam sipnasis meningkat sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap
yang persisten.
Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf, terutama sekali asetilkholin berperan penting pada
sistem saraf autonom. Senyawa ini berperan sebagai neurotransmiter pada ganglia sistem saraf
simpatik dan parasimpatik, yang mana senyawa ini berikatan dengan reseptor nikotinik. Inhibisi
kholinesterase pada ganglia sistem saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis, takikardi, dan
hipertensi. Sedangkan, penghambatan kholinesterase pada ganglia sistem saraf parasimpatik
menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.
Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter posganglionik pada saraf parasimpatik yang
secara langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam kelenjar, otot polos bronchial. Tidak
seperti reseptor pada ganglia, reseptor pada organ ini adalah reseptor muskarinink.
Pada keracunan IFO, ikatan IFO-KhE menetap (Irreversible)
Pada keracunan carbamate : bersifat sementara (reversible)
Secara farmakologik efek Akh dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu :
a. Muskarinik terutama pada otot polos saluran pencernaan makanan, kelenjar ludah dan
keringat, pupil, bronkhus dan jantung.
b. Nikotinik, terutama pada otot-otot bergaris, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot
pernapasan.
c. SSP, menimbulkan rasa nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang sampai koma.
“Plan” :
Diagnosis :
Dari Gejala Klinis, kemungkinan besar pada pasien ini mengalami Intoksikasi Pestisida golongan
organofosfat.
Penatalaksanaan :
1. Resusitasi
a. Bebaskan jalan napas
b. Napas buatan + O2, kalau perlu gunakan respirator pada kegagalan napas yang berat.
c. Infus cairan kristaloid.
d. Hindari obat-obatan penekan SSP
2. Eliminasi
Emesis, katarsis, kumbah lambung, keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan
sabun.
3. Antidotum
Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada pada tempat-
tempat penumpukannya.
a. Mula-mula berikan bolus intra vena 1 – 2,5 mg, pada anak 0,05 mg/kg.
b. Dilanjutkan dengan 05 –1 mg setiap 5 – 10 menit sampai timbul gejala-gejala atropinisasi
(muka merah, mulut kering, takhikardi, midriasis, febris, psikosis. Pada anak 0,02 – 0,05
mg/kg iv tiap 10 – 30 menit.
c. Selanjutnya setiap 2 – 4 – 6 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentkan minimal 2 x 24 jam.
e. Penghentian SA yang mendadak dapat menimbulkan “rebound efect” berupa edema
paru/kegagalan pernapasan akut, sering fatal.
Timbulnya gejala-gejala atropinisasi yang lengkap, dapat dipakai sebagai petunjuk adanya
keracunan atropin.
Reaktivator KhE bekerja dengan memotong ikatan IFO-KhE sehinggatimbul reaktivitas
ensim KhE. Yang terkenal 2 PAM (pyrydin – 2 – aldoxime methiodide /methcloride =
Pralidoxime = Protopam). Hanya bermanfaat pada keracunan IFO, kontra indikasi pada
keracunan carbamate.
Dosis 1 gr iv perlahan-lahan (10 – 20 menit), diulang setelah 6 – 8 jam, hanya diberikan bila
pemberian atropin telah adekuat. Pada anak-anak 25 – 50 mg/kg BB iv, maksimal 1 gr/hari,
dapat diulang setelah 6 – 8 jam.
Konsultasi :
Setelah penanganan pertama dilakukan dan kondisi pasien stabil, dapat kita lakukan konsul ke
spesialis penyakit dalam untuk perawatan selanjutnya.
Prognosis :
Pada umumnya baik, bila pengobatan belum terlambat, beberapa kesalahan pengobatan
sering terjadi, berupa :
a. Resusitasi kurang baik dikerjakan.
b. Eliminasi racun kurang baik.
c. Dosis atropin kurang adekuat, atau terlalu cepat dihentikan.
Namun pada pasien ini, datang ke Puskesmas dan ke Rumah Sakit amat sangat terlambat
sekali, sehingga kemungkinan pasien bias selamat sangat rendah.
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari ini tanggal 30 Mei 2013 Telah dipresentasikan portofolio oleh :
Nama Peserta : dr. Adam Hartono
Dengan Judul/Topik : Penanganan Pertama Pada Pasien dengan Intoksikasi Pestisida
Nama Pendamping : dr. Azizah
Nama Wahana : RSUD DR. RM. PRATOMO, Kab. Rokan Hilir, Riau
No. Nama Peserta Presentasi No. Tanda Tangan
1. dr. Sabwan Yulio 1.
2. dr. Eva Erliana 2.
3. dr. Norfadhilla 3.
4. dr. Sri Wahyuni 4.
5. dr. Dina Rizki Amalia 5.
6. dr. Supianto 6.
7. dr. Elfira Eka Sujayanti 7.
8. dr. Winanti Cahyami 8.
9. dr. Windy Ramadhani 9.
10. dr. Tengku Liza Syahnas 10.
11. dr. Rina Elfiani 11.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping 1 Pendamping 2
(dr. Lovita) (dr. Azizah)