Upload
yoshanda17
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ppok
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn.S / Laki-laki / 63 tahun
b. Pekerjaan : Pensiunan
c. Alamat : RT 06 Pematang Sulur
d. Tanggal Berobat : 13 Mei 2015
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 2 orang
c. Status ekonomi keluarga : Mampu
d. KB : -
e. Kondisi Rumah : Rumah terdiri dari ruang tamu, 4 kamar
tidur ukuran 4 x 3 m2, 1 dapur dan 1 kamar mandi dengan pencahayaan
ruangan dan ventilasi baik. Rumah pasien berada dipinggir jalan.
f. Kondisi Lingkungan Keluarga: baik
III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit TB disangkal
Riwayat keluahan yang sama dalam keluarga disangkal
1
V. Keluhan Utama :
Batuk dan Sesak nafas yang bertambah hebat sejak ± 1 hari.
Keluhan tambahan: nyeri ulu hati
VI. Riwayat Penyakit Sekarang :
± 1 hari yang lalu, pasien mengeluh batuk dan sesak nafas, batuk
berdahak (+), warna putih, ± 1 sendok makan setiap kali batuk. Sesak
dirasakan setiap saat, aktivitas dan sesak tidak berkurang jika beristirahat.
Sesak sering timbul jika pasien terkena debu, terutama saat keluar rumah,
karena lokasi rumah pasien yang dekat dengan jalan. Sesak juga timbul jika
keadaan cuaca dingin. Ketika sesak nafas mulai dirasakan, nafas sering
berbunyi mengi (+) dan dahak susah untuk keluar. Nyeri dada (-), mual (-),
muntah (-), nafsu makan biasa, BAB dan BAK biasa. Pasien memiliki
riwayat merokok selama 50 tahun. Dalam sehari pasien bisa menghabiskan
1 bungkus rokok. Pasien juga mempunyai riwayat sakit maag.. Keluhan
yang dirasakan pasien sangat mengganggu terutama dalam beraktivitas
sehari-hari, sesak pada pasien baru menghilang setelah pasien minum obat.
Pasien sudah sering mengalami keluhan seperti ini sejak 3 tahun terakhir,
dan pasien rutin berobat ke puskesmas.
VII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Suhu : 37,7°C
4. Tekanan darah : 120/80 mmHg
5. Nadi : 84 x/menit
6. Pernafasan
- Frekuensi : 26 x/menit
7. Berat Badan : 55kg
2
8. Tinggi Badan : 160 cm
Body Mass Index : ( BB) / (TB)2
: (50) / (1,6)2 = 19,5 (normal)
Patokan BMI :
BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)
BMI 18.5 - 24 = normal
BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)
BMI >30 = obesitas
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
2. Mata Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
6. Leher : Pembengsaran KGB (-), JVP 5-2 cmH20
7. Thorak
Jantung: BJ I/II reguler normal, murmur(-), gallop(-)
Paru :
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kiri-
kanan, barrel chest (+), sela iga melebar (+)
Palpasi : stemfremitus sama kiri kanan
Perkusi : hipersonor kiri-kanan
Auskultasi :Nafas vesikuler +/+, ronkhi (+/+),
wheezing(+/+)
3
8. Abdomen : Soepel, nyeri tekan (-), BU(+) normal
9. Ekstermitas sup/inf: akral hangat, edema (+)
VIII.Diagnosis : PPOK
IX. Diagnosis Banding
Asma bronkial
Bronkitis
Bronkopneumonia
X. Pemeriksaan Penunjang:
Darah rutin
XI. Pemeriksaan Anjuran
Rontgen
Spirometri
XII. Manajemen
a. Promotif :
Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan
pengobatannya.
Menjelaskan kepada pasien untuk rutin berobat ke dokter.
4
b. Preventif :
Jika terjadi keluhan, segera berobat ke dokter.
Hindari faktor pencetus timbulnya keluhan.
Jangan merokok.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Terapi oksigen diberikan pada penderita dalam serangan yang berat
dan ada tanda-tanda hipoksemia.
Gunakan masker saat berada di lingkungan berdebu
Farmakologi
Salbutamol tablet 3x200 mg
Dexametason tablet 1x0,5 mg selama 3 hari
Antasida tablet 3x200 mg selama 3 hari
Pengobatan tradisional
Bahan
Jahe 3 gr
Lengkuas 3 gr
Daun pacu kuda 3 gr
Keningar 3 gr
Kencur 3 gr
Daun iler 3 gr
Air bersih 2 gelas
Cara Membuat:
Setelah semua bahan dicuci bersih, jahe dan lengkuas diparut, kencur
dihaluskaan atau ditumbuk bersama keningar, setelah itu campur jahe,
kengkuas, kencur dan keningar yang sudah dihaluskan tadi. Tambahkan
5
daun pacu kuda dan daun iler, potong-potong seperlunya terlebih dahulu.
Langkah selanjutnya adalah merebus semua bahan dengan dua gelas air
bersih, biarkan hingga airnya tinggal 1 gelas, saring ramuan.Minum
ramuan herbal obat tradisional secara rutin.
6
d. Rehabilitatif
Chest Fisioterapi
Psikoterapi untuk memotivasi dalam mengatasi beban pikiran karena
keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari.
BAB II
7
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS IMPANG IV SIPIN
DOKTER: AHMAD HABIBI
SIP: STR:
Tanggal: 13 Mei 2015
R/ Salbutamol mg 2 no.IX
s 3 d d tab 1
R/ Dexametason mg 0,5 no.IX
s 3 dd tab 1
R/ Antasida mg 200 no.IX
s 3 dd tab 1
Pro: Tn.S (63 Th)Alamat: RT 6 Pematang Sulur
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Paru
Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri
akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan
ini berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai
akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung
alveoli. Bronkiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1 mm.
Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. 1-4
Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari
paru- paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan
sakkus alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki
diameter 0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari trakea
sampai sakkus alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di
dekatnya oleh septum. Lubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Kohn yang
memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel saja, namun
jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta itu dibentangkan akan seluas
8
satu lapangan tennis. Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang
dikelilingi oleh kapiler-kapiler darah.
Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Didalam mediastinum,
bronkus disebut sebagai bronkus primer yang terdiri dari bronkus dextra dan
bronchus sinistra.
Bronkus Dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan
letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh desakan
dari arcus aorta pada ujung kaudal trachea ke arah kanan, sehingga benda-benda
asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra. Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan
masuk kedalam hilus pulmonis setinggi vertebra thorakalis VI. Vena Azygos
melengkung di sebelah cranialnya. Arteria pulmonalis pada mulanya berada di
sebelah inferior, kemudian berada di sebelah ventralnya membentuk tiga cabang
(bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan
lobus inferior.
Bronkus Sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi
bentuknya lebih panjang daripada bronkus dextra. Berada di sebelah kaudal arkus
aorta, menyilang disebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan
aortathoracalis. Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu
di sebelah dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah inferiornya, sebelum bronkus
bercabang menuju ke lobus superior dan lobus inferior, disebut letak bronkus
hyparterialis.
Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya di sebelah
kranial a.pulmonalis dan disebut bronkus eparterialis. Cabang bronkus yang
menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada di sebelah kaudal a.pulmonalis
disebut bronkus hyparterialis. Selanjutnya bronkus sekunder tersebut
mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen pulmo.
2.2 Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)1-9
9
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progresif yang bersifat non reversibel atau reversibel parsial.
PPOK ditandai dengan onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada
usia pertengahan, Perkembangan gejala bersifat progresif lambat, Riwayat
pajanan, seperti merokok, polusi udara (di dalam ruangan, luar ruangan
dan tempat kerja), Sesak pada saat melakukan aktivitas, dan Hambatan aliran
udara umumnya ireversibel (tidak bisa kembali normal).
2.3 Epidemiologi3
Insidensi pada pria > wanita. Namun akhir-akhir ini insiden pada
wanita meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah perokok wanita.
2.4 Faktor Risiko5
Meliputi faktor-faktor host dan paparan lingkungan dan penyakit
biasanya muncul dari interaksi antara kedua faktor tersebut.
Faktor host:
1. Genetik : defisiensi alfa 1 antitripsin. Suatu kelainan herediter yang jarang
ditemukan.
2. Hiperaktivitas bronkus : Asma dan hiperaktivitas bronkus saluran napas
merupakan faktor resiko yang memberi andil timbulnya PPOK.
Faktor lingkungan:
1. Asap tembakau
2. Occupational dust and chemical
3. Polusi udara
4. Infeksi (Alsaggaf dkk, 2004).
10
2.5 Patofisiologi2,4
Karakteristik PPOK adalah keradangan kronis mulai dari saluran
napas, parenkim paru sampai struktur vaskukler pulmonal. Diberbagai bagian
paru dijumpai peningkatan makrofag, limfosit T (terutama CD8) dan neutrofil.
Sel-sel radang yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti
Leukotrien B4, IL8, TNF yang mapu merusak struktur paru dan atau
mempertahankan inflamasi neutrofilik. Disamping inflamasi ada 2 proses lain
yang juga penting yaitu imbalance proteinase dan anti proteinase di paru dan stres
oksidatif.
Perubahan patologis yang khas dari PPOK dijumpai disaluran napas
besar (central airway), saluran napas kecil (periperal airway), parenkim paru dan
vaskuler pulmonal. Pada saluran napas besar dijumpai infiltrasi sel-sel radang
pada permukaan epitel. Kelenjar-kelenjar yang mensekresi mukus membesar dan
jumlah sel goblet meningkat. Kelainan ini menyebabkan hipersekresi bronkus.
Pada saluran napas kecil terjadi inflamasi kronis yang menyebabkan berulangnya
siklus injury dan repair dinding saluran napas. Proses repair ini akan
menghasilkan struktural remodeling dari dinding saluran napas dengan
peningkatan kandungan kolagen dan pembentukan jaringan ikat yang
menyebabkan penyempitan lumen dan obstruksi kronis saluran pernapasan. Pada
parenkim paru terjadi destruksi yang khas terjadi pada emfisema sentrilobuler.
Kelainan ini lebih sering dibagian atas pada kasus ringan namun bila lanjut bisa
terjadi diseluruh lapangan paru dan juga terjadi destruksi pulmonary capilary bed.
Perubahan vaskular pulmonal ditandai oleh penebalan dinding pembuluh darah
yang dimulai sejak awal perjalanan ilmiah PPOK. Perubahan struktur yang
pertama kali terjadi adalah penebalan intima diikuti peningkatan otot polos dan
infiltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-sel radang. Jika penyakit bertambah
lanjut jumlah otot polos, proteoglikan dan kolagen bertambah sehingga dinding
pembuluh darah bertambah tebal.
Pada bronkiektasis maupun emfisema terjadi penyempitan saluran
napas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi dan menimbulkan sesak.
11
Pada bronkitis kronik, saluran pernapasan yang berdiameter kecil (< 2mm)
menjadi lebih sempit dan berkelok-kelok. Penyempitan ini terjadi karena
metaplasi sel goblet. Saluran napas besar juga menyempit karena hipertrofi dan
hiperplasi kelenjar mukus. Pada emfisema paru, penyempitan saluran napas
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru (Sat Sharma, 2006).
2.6 Gejala klinis PPOK7-9
Pasien biasanya mengeluhkan 2 keluhan utama yaitu sesak napas dan
batuk. Adapun gejala yang terlihat seperti :
1. Sesak Napas
Timbul progresif secara gradual dalam beberapa tahun. Mula-mula ringan
lebih lanjut akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Sesak napas bertambah
berat mendadak menandakan adanya eksaserbasi.
2. Batuk Kronis
Batuk kronis biasanya berdahak kadang episodik dan memberat waktu pagi
hari. Dahak biasanya mukoid tetapi bertambah purulen bila eksaserbasi.
3. Sesak napas (wheezing)
Riwayat wheezing tidak jarang ditemukan pada PPOK dan ini menunjukan
komponen reversibel penyakitnya. Bronkospasme bukan satun-satunya
penyebab wheezing. Wheezing pada PPOK terjadi saat pengerahan tenaga
(exertion) mungkin karena udara lewat saluran napas yang sempit oleh radang
atau sikatrik.
4. Batuk Darah
Bisa dijumpai terutama waktu eksaserbasi. Asal darah diduga dari saluran
napas yang radang dan khasnya “blood streaked purulen sputum”.
5. Anoreksia dan berat badan menurun
Penurunan berat badan merupakan tanda progresif jelek (Alsaggaf dkk,
2004).
12
Normal Hyperinflation
2.7 Diagnosis3-6
1. Anamnesis:
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok
dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
2. Pemeriksaan Fisik :
pasien biasanya tampak kurus dengan Barrel shaped chest
fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada
perkusi dada hipersonor, batas paru hati lebih rendah
suara napas berkurang, ekspirasi memanjang, suara tambahan (ronkhi atau
wheezing)
3. Pemeriksaan penunjang :
a) Pemeriksaan radiologi
13
b) Pemeriksaan fungsi paru (spirometri)
c) Pemeriksaan gas darah
d) Pemeriksaan EKG
e) Pemeriksaan Laboratorium darah (gambaran leukositosis)
14
2.7 Penatalaksanaan1-8
Tujuan penatalaksanaan penderita PPOK adalah untuk mengurangi
gejala, mencegah eksaserbasi, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru,
dan meningkatkan kualitas hidup. Adapun modalitas terapi yang digunakan terdiri
dari unsur edukasi, obat-obatan, oksigen, ventilasi mekanik, nutrisi dan
rehabilitasi.
1. Pencegahan: mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara.
2. Terapi eksaserbasi akut dengan:
a. antibiotik
b. terapi oksigen
c. chest fisioterapi
d. bronkodilator
3. Terapi jangka panjang dengan:
a. antibiotik
b. bronkodilator
c. latihan fisik untuk meningkatkan toleransi fisik
d. mukolitik dan ekspektoran
e. terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas
tipe II dengan PaO2 < 7,3 kPa (55 mmHg).
f. Rehabilitasi:
1) chest fisioterapi
a) Pernapasan Diafragma, tenik ini melibatkan pelatihan pasien
tersebut untuk menggunakan diafragmanya saat merelaksasi otot
abdominalnya selama inspirasi. Pasien tersebut dapat merasakan
naiknya abdomen, sementara dinding toraksnya masih diam.
b) Pursed Lip Breathing (pernapasan bibir yang disokong), bibir
pasien disokong saat ekspirasi untuk mencegah terjebaknya udara
akibat kolapsnya jalan udara yang kecil.
c) Drainase Postural, Penggunaan posisi yang terbantu oleh gravitasi
dapat memperbaiki mobilitas sekret.
15
d) Perkusi Manual, perkusi atau vibrasi dinding toraks dapat
membantu mobilisasi sekret.
e) Batuk Terkendali, Pasien duduk bersandar kedepan dan mulai
batuk yang disengaja pada waktu yang tepat dengan kekuatan yang
cukup untuk mobilisasi mukus tanpa memyebabkan kolapsnya
jalan napas.
f) Batuk yang dibantu, tekanan diberikan pada abdomen selama
ekshalasi.
2) Psikoterapi
Memberikan motivasi untuk mengatasi beban pikiran karena
keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Rehabilitasi pekerjaan (Okupasi Terapi)
a) Nilai dan berikan program latihan untuk jangkauan gerak dan
penguatan ekstremitas superior.
b) Anjurkan perlengkapan adaptif untuk meningkatkan kemandirian
dan meminimalkan penggunaan energi.
c) Evaluasi lingkungan rumah dan kerja.
d) Berikan saran-saran untuk meningkatkan kemandirian dan
peningkatan energi.
16
BAB III
ANALISIS KASUS
a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Ada hubungan antara diagnosis pasien dengan keadaan lingkungan sekitar.
Dimana keadaan rumah ataupun lingkungan sekitar yang berdebu akan
mencetuskan kembali timbulnya keluhan pada pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Diagnosis penyakit pasien tidak berhubungan keadaan keluarga ataupun
hubungan keluarga, tetapi berhubungan dengan adanya riwayat merokok yang
lama pada pasien.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.
Ada hubungan antara penyakit pasien dengan perilaku kesehatannya. Dimana,
pasien adalah perokok aktif yang berisiko tinggi terkena PPOK.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit
Secara keseluruhan dari anamnesis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penyakit yang diderita oleh pasien ini ada hubungannya dengan faktor
risiko ataupun etiologi . Pada pasien ditemukan adanya faktor risiko yaitu
riwayat merokok sekitar 50 tahun (pasien perokok aktif). Dan faktor pencetus
kambuhnya keluhan pada pasien adalah alergen terutam debu.
e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutuskan rantai penularan dengan
faktor risiko atau etiologi
Beberapa usaha yang bisa dilakukan:
17
Gunakan masker saat keluar rumah atau saat berada di lingungan berdebu
untuk menghindari paparan debu secara langsung.
Jika cuaca atau udara dingin, jangan keluar rumah. Jika terpaksa harus
keluar rumah, gunakan jaket.
Berhenti merokok.
Segera kontrol ke dokter jika keluhan mulai timbul.
BAB IV
18
1. Ekayuda I, editor. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai
penerbit FKUI. 2009; 108-9.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
di Indonesia. Diunduh dari URL:
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/konsensus-ppok-
isi1.html
3. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global
Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. National Institutes of Health. National
Heart, Lung and Blood Institute, Update 2009.
4. Mansjoer Arif, dkk (ed.). Penyakit PAru Obstruktif Kronik. Kapita Selekta
Kedokteran. 2001;3;480-2
5. Sat Sharma. 2006. Obstructive Lung Disease. Division of Pulmonary
Medicine, Department of Internal Medicine, University of Manitoba.
Diunduh dari URL: www.emedicine.com
6. Alsaggaf Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu
Penyakit Paru FK Unair. Surabaya.
7. Patel PR. Lecture Notes Radiologi; 2007. Jakarta: Erlangga
8. Rasad S. Radiologi Diagnostik; 2009. Jakarta: FKUI
9. Malueka RG. Radiologi Diagnostik; 2011. Yogyakarta: Pustaka cendekia
Press.
20