14
BAB I PENDAHULUAN Mata adalah anugerah yang sangat indah dari Allah SWT. Dengan kedua mata kita dapat menikmati segala bentuk keindahan dunia. Dengan demikian kesehatan mata harus selalu dijaga. Kesehatan mata tidak hanya lahiriah yaitu sehat secara anatomi maupun fungsi, tetapi juga rohani yaitu kesehatan hati. Terdapat beberapa kelainan yang dapat mengganggu penglihatan dan penampilan. Contohnya adalah tumor jinak konjungtiva. Terdapat dua jenis tumor jinak yang bisa tumbuh di konjungtiva yakni pinguekula dan pterigium. Kedua tumor jinak ini dibedakan berdasarkan lokasi dan menifestasinya. Pinguekula biasanya tumbuh di sekitar kornea dan berwarna putih kekuningan yang tidak mengganggu refraksi, sementara pterigium adalah pertumbuhan jaringan konjungtiva ke dalam kornea dan biasanya menyebabkan kelainan refraksi. Pinguekula adalah suatu penonjolan berwarna putih kekuningan yang tumbuh di dekat kornea. Ukurannya bisa semakin besar. Penyebabnya tidak diketahui tetapi pertumbuhannya didukung oleh pemaparan sinar matahari dan iritasi mata. Penyebab pinguekula tidak begitu dipahami dimana faktor resikonya adalah paparan sinar ultraviolet. Pinguekula tidak enak dilihat tetapi biasanya tidak menyebabkan masalah yang serius dan tidak perlu dibuang/diangkat. Indikasi terapi untuk

preskes pinguekula

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ophtalmology

Citation preview

Page 1: preskes pinguekula

BAB I

PENDAHULUAN

Mata adalah anugerah yang sangat indah dari Allah SWT. Dengan kedua mata kita

dapat menikmati segala bentuk keindahan dunia. Dengan demikian kesehatan mata harus

selalu dijaga. Kesehatan mata tidak hanya lahiriah yaitu sehat secara anatomi maupun fungsi,

tetapi juga rohani yaitu kesehatan hati.

Terdapat beberapa kelainan yang dapat mengganggu penglihatan dan penampilan.

Contohnya adalah tumor jinak konjungtiva. Terdapat dua jenis tumor jinak yang bisa tumbuh

di konjungtiva yakni pinguekula dan pterigium. Kedua tumor jinak ini dibedakan berdasarkan

lokasi dan menifestasinya. Pinguekula biasanya tumbuh di sekitar kornea dan berwarna putih

kekuningan yang tidak mengganggu refraksi, sementara pterigium adalah pertumbuhan jaringan

konjungtiva ke dalam kornea dan biasanya menyebabkan kelainan refraksi.

Pinguekula adalah suatu penonjolan berwarna putih kekuningan yang tumbuh di dekat

kornea. Ukurannya bisa semakin besar. Penyebabnya tidak diketahui tetapi pertumbuhannya

didukung oleh pemaparan sinar matahari dan iritasi mata.

Penyebab pinguekula tidak begitu dipahami dimana faktor resikonya adalah paparan

sinar ultraviolet. Pinguekula tidak enak dilihat tetapi biasanya tidak menyebabkan masalah yang

serius dan tidak perlu dibuang/diangkat. Indikasi terapi untuk pinguekula adalah mengurangi

ketidaknyamanan dan juga kepentingan kosmetik.

Pencegahan meliputi menghindari mata dari terpaparnya sinar ultraviolet,

menghindari debu dan iritan lain yang beresiko. Prognosis umumnya baik, namun

pinguekula dapat berkembang menjadi pterigium.

Page 2: preskes pinguekula

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Pinguekula adalah suatu tumor jinak berupa penonjolan berwarna putih kekuningan di

konjungtiva yang biasanya tumbuh di daerah nasal konjungtiva.

2.2 ANATOMI

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.

Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva

mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola

mata terutama kornea. Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu

mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama

dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga agar kornea

tidak kering.

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.

- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.

- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan

konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di

bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.

Sklera

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan

pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Sklera sebagai

dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-

kira 1 mm.

Page 3: preskes pinguekula

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan

tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Dibagian belakang saraf

optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih

dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma

sklera dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan kasar dan

dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen jaringan ikat yang berpigmen, yang

merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.

Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada

eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.

2.3 Imunologi Mata

Seperti halnya dengan respons imun yang terjadi di organ-organ lain, mata juga memberikan

respons imun, baik humoral maupun selular. Respons imun humoral terutama terjadi melalui

IgE dan sel mast yang mengawali reaksi alergi. IgG kadar tinggi dalam darah dapat

berperan dalam penyakit autoimun yang mengenai mata seperti pemfigoid mata. Respons imun

seluler terutama melibatkan sel T.

Mata merupakan kelanjutan susunan saraf pusat sedang konjungtiva merupakan kelanjutan

dari jaringan ikat. Sel mast ditemukan dalam konjungtiva, koroid dan saraf mata serta

mukosa konjungtiva yang merupakan komponen mata. Vitreus dan kornea adalah avaskular

dan tidak dimasuki sel mast. Iris, korpus siliar, dan koroid merupakan lapisan lanjutan sebagai

uvea. Uvea terlibat primer dalam hipersensitivitas seluler dan penyakit kompleks imun, sedang

konjungtiva dilibatkan hipersensitivitas cepat atau alergi.

Mata merupakan bagian tubuh yang unik yang dapat memberikan petanda dari proses

imun aktif langsung seperti endapan Corneal Immune Rings (CIR), yang analog dengan

presipitasi Ouchterlony, floating lymphocytes (floaters) yang analog dengan migrasi sel

Page 4: preskes pinguekula

dan reaksi serupa Arthus yang menimbulkan edem dan infiltrasi granulosit di kornea,

konjungtiva dan kulit atas pengaruh mediator kemotaktik seperti C5a.

2.4 Epidemiologi

Pinguekula tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering.

Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah

daerah dekat ekuator, yakni daerah yang terletak kurang 370 Lintang Utara dan Selatan dari

ekuator. Prevalensi tinggi sampai 22% di daerah dekat ekuator dan kurang dari 2% pada daerah

yang terletak di atas 400 Lintang. Insiden Pinguekula cukup tinggi di Indonesia yang

terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1%.

Pasien di bawah umur 15 tahun jarang terjadi Pinguekula. Prevalensi pinguekula meningkat

dengan umur, terutama dekade ke-2 dan ke-3 dari kehidupan. Insiden tinggi pada umur

antara 20 dan 49. Kejadian berulang (rekuren) lebih sering pada umur muda daripada umur

tua. Laki-laki 4 kali lebih resiko dari perempuan dan berhubungan dengan merokok,

pendidikan rendah, riwayat terpapar lingkungan di luar rumah.

2.5 Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab pasti terjadinya pinguekula tidak diketahui. Namun terdapat beberapa faktor resiko

yang mempengaruhi terjadinya pinguekula.Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula

adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di

udara dan faktor herediter.

1. Radiasi ultraviolet

Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pinguekula adalah terpapar

sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan konjungtiva menghasilkan kerusakan

sel dan proliferasi sel. Letak lintang, waktu di luar rumah, penggunaan kacamata dan topi juga

merupakan faktor penting.

Page 5: preskes pinguekula

2. Faktor Genetik

Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pinguekula dan berdasarkan

penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga dengan pinguekula, kemungkinan

diturunkan autosom dominan.

3. Faktor lain

Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea merupakan

pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat ini

merupakan teori baru patogenesis dari pinguekula. Debu, kelembaban yang rendah, dan

trauma kecil dari bahan partikel tertentu, dry eye juga dapat menyebabkan pinguekula.

2.6 Patogenesa

Lesi degeneratif dari konjungtiva bulbar ini terjadi sebagai hasil dari radiasi sinar ultraviolet

(UV), namun sering juga dihubungkan dengan iritasi benda iritan seperti debu. Sel epithelium

yang melapisi pinguekula dapat saja normal, menipis, atau menebal. Sementara kalsifikasi jarang

terjadi.

Pinguekula biasanya terjadi secara bilateral, karena kedua mata mempunyai kemungkinan

yang sama untuk kontak dengan sinar ultra violet, debu dan kekeringan.

Daerah nasal konjungtiva relatif mendapat sinar ultra violet yang lebih banyak dibandingkan

dengan konjungtiva yang lain, karena disamping kontak langsung, juga dari pantulan hidung.

Hal ini mengakibatkan pinguekula lebih sering terjadi pada daerah nasal konjungtiva.

Pinguekula dianggap terjadi akibat degenerasi atau degradasi serat kolagen dalam

konjungtiva. Degenerasi konjungtiva menciptakan deposit dan pembengkakan jaringan yang

biasanya akan datar.Pinguekula lebih umum terjadi pada orang paruh baya atau lebih tua.

Hal ini karena seiring bertambahnya usia, kelenjar lakrimalis mulai menurun fungsinya untuk

membasahi mata sehingga mata cenderung kering dan tidak terlindungi. Namun, mereka bisa

muncul lebih awal jika seseorang di bawah sinar matahari sangat sering. Pinguekula mungkin

Page 6: preskes pinguekula

bertambah parah dari waktu ke waktu dan tumbuh lebih besar terutama jika perlindungan

terhadap matahari tidak digunakan.

2.7 Manifestasi Klinis

Pinguekula sering bermanifestasi di dekat limbus pada zona interpapebral, paling sering

daerah nasal, berupa penonjolan putih kekuningan, deposit subepithelial yang amorf. Pinguekula

dapat membesar secara bertahap dalam periode waktu yang lama. Inflamasi berulang dan iritasi

okuli mungkin dijumpai.

2.8 Diagnosis

Seorang dokter mata biasanya dapat mendiagnosa pinguekula dengan observasi eksternal, secara

umum menggunkan instrumen yang disebut slit lamp. Slit lamp adalah sebuah mikroskop

dengan sumber cahaya dan dapat memperjelas struktur mata bagi pemeriksa. Bagaimanapun,

karena pinguekula dapat saja terlihat seperti pertumbuhan jaringan mata yang serius, penting

bagi penderita untuk memeriksakan mata mereka pada ahli mata yang profesional.

Evaluasi Laboratorium

Secara histopatologi, jaringan kolagen subepitelial menjadi berfragmen, bergelombang, dan

lebih basofilik dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Jaringan juga diwarnai dengan pewarna

jaringan elastic dan bukan jaringan yang tidak elastic. Jaringan ini biasanya tidak elastik

terhadap terapi dengan elastase yang tidak mencegah pewarnaan positif untuk elastin. Jenis

degenerasi kolagen ini, sebagaimana karakteristik pewarnaan pada jaringan elastic disebut

elastoid atau degenerasi elastotik atau secara sederhana, elastosis.

Ada 3 karakteristik pinguekula yang konsisten:

1. Degenerasi basofilik kolagen (elastosis). Perubahan ini bermanifestasi sebagai nodul dari

degenerasi basofilik terfragmentasi (panah berlabel di fotomikrograf mag rendah di bawah

dan panah no. 1). Juga disebut degenerasi kolagen elastotic karena akan merosot noda hitam

Page 7: preskes pinguekula

dengan Verhoeff-van Gieson noda dan memberikan penampilan serat elastis. Kontroversi

muncul karena beberapa peneliti percaya sudah ada serat elastis yang terlibat sementarayang

lain menunjukkan elastase yang tidak menghilangkan noda tersebut. Ada juga mungkin

degenerasi kolagen urat saraf yang tidak basofilik. 2. Peradangan kronis di substantia propria.

Peradangan biasanya dimediasi oleh limfosit dan sel-sel inflamasi mononuklear (panah No. 2 di

pembesaran tinggi).

3. Peningkatan vaskularisasi (panah No. 2 dan panah No. 3 pada perbesaran tinggi). Tidak ada

dari temuan ini yang khusus, namun mereka hampir tidak berubah. Selain epitel yang melapisi

dikatakan menipis, epitel dapat pula hiperplastik atau displastik (dalam hal diagnosis utama

adalah displasia). Mungkin terdapat pula fokus keratinisasi.

2.9 Penatalaksanaan

Terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi sering digunakan secara klinis. Eksisi jaringan

pinguekula hanya diindikasikan ketika pinguekula mengganggu tampilan kosmetik atau lebih

jauh pinguekula tersebut menjadi meradang secara kronis. Penggunaan dari steroid topical

dapat juga dipertimbangkan pada pasien dengan inflamasi kronis. Bagaimanapun, proses

penyembuhan pasca operasi pengangkatan jaringan pinguekula, walaupun tidak sakit, biasanya

membutuhkan waktu yang lama. Biasanya juga terdapat angka kekambuhan yang tinggi

(50-60% di beberapa daerah). Sehingga, operasi biasanya dihindari jika masalah yang

timbul akibat pinguekula tidak begitu signifikan.

Komplikasi pinguekula termasuk; merah, iritasi, skar kronis pada konjungtiva dan kornea,

pada pasien yang belum eksisi, distorsi dan penglihatan sentral berkurang, skar pada otot

rektus medial yang dapat menyebabkan diplopia.

Komplikasi sewaktu operasi antara lain perforasi korneosklera, graft oedem, graft

hemorrhage, graft retraksi, jahitan longgar, korneoskleral dellen, granuloma konjungtiva,

epithelial inclusion cysts, skar konjungtiva, skar kornea dan astigmatisma, disinsersi otot

rektus. Komplikasi yang terbanyak adalah rekuren pinguekula post operasi.

Beberapa metode telah digunakan untuk mengurangi kekambuhan pasca operasi. Satu

metode yang dapat dipertimbangkan adalah radiasi beta. Walaupun metode ini efektif pada

Page 8: preskes pinguekula

pertumbuhan ulang pinguekula yang lambat, metode ini dapat menimbulkan katarak. Metode

yang aman digunakan adalah penggunaan agen antikanker topikal yakni mitomycin-C.

2.10 Pencegahan

Belum ada hal yang begitu pasti untuk mencegah timbulnya kelainan ini, ataupun mencegah

pinguekula berkembang jadi pterigium. Bagaimanapun, timbulnya pinguekula dan pterigium

telah dihubungkan dengan radiasi sinar ultraviolet. Oleh karena itu, paparan terhadap sinar

matahari harus dikurangi. The American Optometric Association (AOA) menyarankan bahwa

sunglasses yang dipakai harus mampu menahan 99-100% dari sinar UV-A dan UV-B. Pasien

juga dapat menghindari debu dan iritan lain yang terdapat di lingkungan.

2.11 Prognosis

Biasanya pinguekula tumbuh secara lambat dan jarang sekali menyebabkan kerusajan yang

signifikan sehingga prognosis terbilang baik. Sekali lagi, sebuah diagnosis harus dibuat untuk

menyingkirkan kelainan yang serius.

Page 9: preskes pinguekula

BAB III

KESIMPULAN

Pinguekula adalah salah satu dari jenis tumor jinak yang terdapat pada konjungtiva.

Terdapat dua jenis tumor jinak yang bias tumbuh di konjungtiva yakni pinguekula dan

pterigium. Pinguekula biasanya tumbuh di sekitar kornea dan berwarna putih kekuningan

yang tidak mengganggu refraksi.Pinguekula tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di

daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. Penyebab

pasti terjadinya pinguekula tidak diketahui. Namun terdapat beberapa faktor resiko yang

mempengaruhi terjadinya pinguekula. Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula adalah

lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara

dan faktor herediter. Biasanya pinguekula tumbuh secara lambat dan jarang sekali

menyebabkan kerusajan yang signifikan sehingga prognosis terbilang baik. Sekali lagi, sebuah

diagnosis harus dibuat untuk menyingkirkan kelainan yang serius.