Upload
m0sl3m24
View
150
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 1/22
SEORANG LAKI-LAKI 45 TAHUN DENGAN PARAPARESE, HIPESTESIA
SETINGGI VERTEBRA THORAKAL XI e/c SUSPECT SPONDILITIS TB
Oleh
Berlian Agusti Viakhane S.Ked.
G0005071
Pembimbing :
DR. Dr. Hj. Noer Rachma, Sp RM
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2010
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 2/22
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESA
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sangkrah Rt03/10 PS Kliwon SKA
Status : Menikah
Masuk rumah Sakit : 13 Januari 2010
Tanggal Periksa : 17 Februari 2010
No RM : 990016
B. Keluhan Utama
Tungkai lemah, terasa tebal
C. Riwayat Penyakit Sekarang
2 Minggu SMRS pasien kesemutan dan merasa tebal pada kedua tungkai tapi masih
bisa berjalan, Rasa lemah pada kedua tungkai dirasakan semakin memberat, pasien
sudah pergi ke dokter dan diberi obat tetapi tidak kunjung membaik, maka pasien
memeriksakan diri ke RSDM, pasien tidak dapat mengingat obat yang diberikan
sebelumnya. Pasien juga merasa nyeri pinggang sampai perut nyeri bertambah berat
jika duduk. 1 Minggu SMRS pasien hanya bisa berjalan jika dipapah. Pasien tidak
mual, tidak muntah, tidak ada kejang, tidak disertai penurunan kesadaran, tidak ada
pandangan kabur, tidak ada pandangan dobel, tidak ada demam, tidak ada
penurunan intelektual. BAB 1 kali sehari, konsistensi kenyal lunak, lendir darah (-),
BAK tidak ada kelainan, tidak disertai nyeri, tidak disertai panas, tidak ada anyang-
anyangan.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Trauma : disangkalRiwayat Hipertensi : disangkal
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 3/22
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Mondok : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat TB : istri, anak (+)
F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi
Riwayat Merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat Olahraga : disangkal
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang suami dan memiliki satu anak yang sudah bekerja tetapi
masih tinggal bersama. Pasien bekerja di sebuah catering. Saat ini pasien dirawat di
RSDM dengan fasilitas PKMS GOLD.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang, Compos Mentis E4V5M6, gizi kesan cukup
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/ menit, isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi : 20 x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal
Suhu : 36,70C per aksiler
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 4/22
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider naevi
(-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
D. Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam beruban,
tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
G. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP (R+3) ,limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-)
J. Thoraks
a. Retraksi (-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, gerakan
paradoksal (-)
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ),RBH (-), RBK (-)
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 5/22
K. Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis(-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (+), oedem (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-)
Tanda Patrick/Fabere : (-/-)
Tanda Anti Patrick : (-/-)
Tanda Laseque/SLR : (-/-)
Thomas test : (-)
Ober test : (-)
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi :kencang, nyeri tekan (-), bruit (-) dan lien tidak teraba
M. Ekstremitas
Oedem Akral dingin
N. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
1. Penampilan : laki-laki, tampak sesuai umur, berpakaian rapi, , perawatan
diri baik
2. Kesadaran : Kuantitatif : compos mentis
Kualitatif : tidak berubah
3. Emosi : stabil
4. Pembicaraan : koheren, menjawab pertanyaan
5. Sikap Terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukup
Afek dan Mood
- Afek : Appropiate
- Mood : normal
- -
- -
- -
- -
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 6/22
Gangguan Persepsi
- Halusinasi (-)
- Ilusi (-)
Proses Pikir
- Bentuk: realistik
- Isi : waham (-)
- Arus : koheren
Sensorium dan Kognitif
- Daya Konsentrasi : baik
- Orientasi : Orang : baik
Waktu : baik
Tempat : baik
- Daya Ingat : Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
Daya Nilai : Daya nilai realitas dan sosial baik
Insight : Baik
Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
O. Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : IV line
Fungsi Sensorik
- Rasa Ekseteroseptik Lengan Tungkai
Suhu ( + / + ) ( + / + )
Lengan Tungkai
Nyeri ( + / + ) ( + / + )
Rabaan ( + / + ) ( ↓ / ↓)
- Rasa Propioseptik Lengan Tungkai
Rasa Getar ( + / + ) ( + / + )
Rasa Posisi ( + / + ) ( + / + )
Rasa Nyeri Tekan ( + / + ) ( ↓/ ↓ )
Rasa Nyeri Tusukan ( + / + ) ( ↓ / ↓ )
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 7/22
- Rasa Kortikal
Stereognosis : normal
Barognosis : normal
Pengenalan 2 titik : normal
Fungsi Motorik dan Reflek :
Atas Tengah Bawah
Ka/ki ka/ki ka/ki
a. Lengan
- Pertumbuhan n / n n / n n / n
- Tonus n / n n / n n / n
- Reflek Fisiologis
Reflek Biseps +2/+2
Reflek Triseps +2/+2
- Reflek Patologis
Reflek Hoffman -/ -
Reflek Tromner -/ -
Atas Tengah Bawah
Ka/ki ka/ki ka/ki
b. Tungkai
- Pertumbuhan n / n n / n n / n
- Tonus n/ n n /n n / n
- Klonus
Lutut - / -
Kaki + / +
- Reflek Fisiologis
Reflek Patella +4/+4
Reflek Achilles +2/+2
- Reflek Patologis
Reflek Babinsky + / +
Reflek Chaddock - / -
Reflek Oppenheim - / -
Reflek Schaeffer +/ +
Reflek Rosolimo - / -
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 8/22
c. Reflek Kulit
- Reflek Dinding Perut (+/+)
Nervus Cranialis
Lesi N. VII tidak ada kelainan
Lesi N. XII tidak ada kelainan
Range of Motion ( ROM)
NECK ROM
Aktif Pasif
Flexi 0 – 700 0 – 700
Extensi 0 – 400
0 – 400
Lateral bend 0 – 600 0 – 600
Rotasi 0 – 900 0 – 900
EKSTREMITAS
SUPERIOR
ROM AKTIF ROM PASIF
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Shoulder Fleksi 0-180 0-180 0-180 0-180
Ekstensi 0-30 0-30 0-30 0-30
Abduksi 0-150 0-150 0-150 0-150
Adduksi 0-75 0-75 0-75 0-75
External Rotasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Internal Rotasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Elbow Fleksi 0-135 0-135 0-135 0-135
Ekstensi 135-180 135-180 135-180 135-180
Pronasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Supinasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Wrist Fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
Ekstensi 0-70 0-70 0-70 0-70
Ulnar deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Radius deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Finger MCP I fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
MCP II-IV
fleksi
0-90 0-90 0-90 0-90
DIP II-V fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
PIP II-V fleksi 0-100 0-100 0-100 0-100
MCP I ekstensi 0-30 0-30 0-30 0-30
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 9/22
EKSTREMITAS
INFERIOR
ROM AKTIF ROM PASIF
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Hip Fleksi 0 0-140 0 0-140
Ekstensi 0 0-30 0 0-30
Abduksi 0 0-45 0 0-45Adduksi 0 0-45 0 0-45
Eksorotasi 0 0-80 0 0-80
Endorotasi 0 0-80 0 0-80
Knee Fleksi 0 0-130 0 0-130
Ekstensi 0 0 0 0
Ankle Dorsofleksi 0 0-40 0 0-40
Plantarfleksi 0 0-40 0 0-40
Manual Muscle Testing (MMT)
NECK • Fleksor M. Strenocleidomastoideus : 5
• Ekstensor : 5
Ekstremitas Superior Dextra SinistraShoulder Fleksor M Deltoideus anterior 5 5
M Biseps 5 5
Ekstensor M Deltoideus anterior 5 5
M Teres mayor 5 5
Abduktor M Deltoideus 5 5
M Biceps 5 5
Adduktor M Lattissimus dorsi 5 5
M Pectoralis mayor 5 5
Internal
Rotasi
M Lattissimus dorsi 5 5
M Pectoralis mayor 5 5
Eksternal
Rotasi
M Teres mayor 5 5
M Infra supinatus 5 5
Elbow Fleksor M Biceps 5 5
M Brachialis 5 5
Ekstensor M Triceps 5 5
Supinator M Supinator 5 5
Pronator M Pronator teres 5 5Wrist Fleksor M Fleksor carpi
radialis
5 5
Ekstensor M Ekstensor
digitorum
5 5
Abduktor M Ekstensor carpi
radialis
5 5
Adduktor M ekstensor carpi
ulnaris
5 5
Finger Fleksor M Fleksor digitorum 5 5
Ekstensor M Ekstensor
digitorum
5 5
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 10/22
Ekstremitas inferior Dextra Sinistra
Hip Fleksor M Psoas mayor 2 2
Ekstensor M Gluteus maksimus 2 2
Abduktor M Gluteus medius 2 2
Adduktor M Adduktor longus 2 2
Knee Fleksor Harmstring muscle 2 2
Ekstensor Quadriceps femoris 2 2Ankle Fleksor M Tibialis 2 2
Ekstensor M Soleus 2 2
Status Ambulasi
Dependent
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Darah
Rujukan
GDS : 80 mg/dl 60-14
SGOT : 64 u/l 0-35
SGPT : 60 u/l 0-45
Protein total : 7,8 g/dl 6,40-8,30
Albumin : 3,8 g/dl 3,5-5,2
Globulin : 4,0 g/dl
Asam urat : 6,5 mg/dl 2,4-6,1
Kolesterol total : 212 mg/dl 50-200
HDL kolesterol : 49 mg/dl 30-64
LDL kolesterol : 148 mg/dl 97-202
Trigliserida : 92 mg/dl <150
HbsAg : Reaktif
Alkali fosfat : 112 u/l 53-128
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 11/22
Rujukan
LED 1 jam : 24 mm/jam 0-15
LED 2 jam : 50 mm/jam 0-15
Serologi
Tumor marker
PSA (Prostat) : 0,77 ng/ml 0,00-2,5
CEA (umum/usus) : 1,91 ng/ml <3
Ig G Anti TB : negatif
B. Pemeriksaan Radiologi
MRI
Alignment vertebra thoracal normal
Destruksi corpus vertebra Th IX dan menekan pada spinal cord (ada canal stenosis)
Pada pemberian kontras tidak ada enhancement.
Discus intervertebra normal
Tidak ada penyempitan neural foramen
Lamina processus spinosus thoracal masih normal
Facet joint normal
Kesan : Destruksi corpus vertebra Th IX dengan ada canal stenosis ( menyokong
Spondylitis)
Foto cervical AP/L/oblique
- Curve melurus
- Trabekulasi normal
- Corpus, pedicle, discus intervertebra normal
- Tak tampak fraktur
- Kesan Para cervical musculospasme
Thorax Ap/ L
Alignment tulang baik, trabekulasi baik
Tak Tampak fraktur kompresi, kolaps pada V Th IX, pedicle baik
Tampak para vertebra mass di setinggi Vth VII- Vth X
Kesan spondilitis susp Tb pd Vth IX
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 12/22
CT scan
Tak tampak lesi hipo/hiperdens
Sistem ventrikel baik, sulcus, gyrus baik
Kesan CT scan tak tampak kelainan
IV. ASSESMENT
Klinis : Paraparese UMN, hipestesia setinggi Th XI
Topis : Medula spinalis Vertebra Th IX
Etiologi : Suspect Spondilitis TB
V. PENATALAKSANAAN
• Terapi Medikamentosa :
1. Infus RL 20 tpm mikro
2. Injeksi Ceftriaxon 1g/12 jam
3. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
4. Injeksi Ketorolac 1amp/12jam
5. Meloxicam 3x1
6. Metil prednisolon 3x1
7. Vit B12 3x1 tab
8. Amitriptilin 2x ½ tab
VI. DAFTAR MASALAH
• Problem Medis : Paraparesis
Hipestesi
• Problem Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi : Pasien tidak dapat menggerakkan anggota gerak bawah
(kelemahan spastic)
2. Terapi wicara : tidak dilakukan
3. Okupasi Terapi : Gangguan dalam melakukan aktivitas fisik
4. Sosiomedik : Memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
5. Ortesa-protesa : Keterbatasan mobilisasi
6. Psikologi : Beban pikiran keluarga dalam menghadapi penyakit penderita
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 13/22
• Rehabilitasi Medik:
1. Fisioterapi :
a. Stretching exercise sendi yang kaku untuk mencegah kontraktur
a. Strengthening exercise untuk melatih kekuatan otot dan mencegahatropi otot-otot
b. Positioning dan turning (rubah posisi tiap 2 jam) untuk cegah ulkus
dekubitus
c. ROM exercise aktif dan pasif
2. Terapi wicara : tidak ada
3. Okupasi terapi : melatih keterampilan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
4. Sosiomedik :
a. Motivasi dan edukasi keluarga tentang
penyakit penderita
b. Motivasi dan edukasi keluarga untuk
membantu dan merawat penderita dengan selalu berusaha menjalankan
program di RS dan Home program
5. Ortesa-Protesa : memfasilitasi ambulasi dengan
pembuatan crutch, kursi roda
6. Psikologi : Psikoterapi suportif untuk mengurangi
kecemasan keluarga
VII. IMPAIRMENT, DISABILITY, DAN HANDICAP
Impairment : Paraparese e/c spondilitis TB
Disability : Penurunan fungsi anggota gerak bawah
Handicap : Keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari dan kegiatan sosial yang
terhambat
VIII. TUJUAN
1. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat waktu
perawatan
2. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk
keadaan
3. Meminimalkan impairment, disability dan handicap
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 14/22
4. Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari
5. Edukasi perihal home exercise
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
SPONDILITIS TUBERKULOSA
1. Definisi
Spondilitis Tuberkulosa (Spondilitis TB) adalah peradangan granulomatosa
yang bersifat kronis, destruktif oleh micobacterium TB. TB tulang belakang selalu
merupakan infeksi sekunder dari focus di tempat lain dalm tubuh. Percivall (1973)
adalah penulis pertama tentang penyakit ini dan menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang belakang yang terjadi,
sehingga penyakit ini disebut juga penyakit Pott ( Rasjad, 1988).
Spondilitis TB adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis disebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa
yang mengenai tulang vertebra ( Abdurrahman, 1994).
Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit
neurologi. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th VIII- vertebra LIII
dan paling jarang pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus
vertebra, sehingga jarang menyerang arkus vertebra (Mansjoer, 2000)
Penyakit Pott adalah osteomielitis tuberculosis yang mengenai tulang
belakang. (Brooker. 2001)
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa
merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang
disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosa.
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 15/22
Tuberkulosis yang muncul pada tulang belakang merupakan tuberkulosis
sekunder yang biasanya berasal dari tuberkulosis ginjal. Berdasarkan statistik,
spondilitis tuberkulosis atau Pott’s disease paling sering ditemukan pada vertebra
torakalis segmen posterior dan vertebra lumbalis segmen anterior (T8-L3), coxae dan
lutut serta paling jarang pada vertebra C1-2. (1,2,3,4)
Tuberkulosis pada vertebra ini sering terlambat dideteksi karena hanya terasa
nyeri punggung/pinggang yang ringan. Pasien baru memeriksakan penyakitnya bila
sudah timbul abses ataupun kifosis.
2. Etiologi
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di
tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3
dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa
atipik. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini
dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun. (Rasjad. 1998)
3. Manifestasi Klinis
Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala
tuberkulosis pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat
badan menurun, suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari serta
sakit pada punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam
hari. (Rasjad. 1998)
Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau
perut,kemudian diikuti dengan paraparesis yang lambat laun makin memberat,
spastisitas, klonus,, hiper-refleksia dan refleks Babinski bilateral. Pada stadium awal
ini belum ditemukan deformitas tulang vertebra, demikian pula belum terdapat nyeri
ketok pada vertebra yang bersangkutan. Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya
pergerakan spinal, dan komplikasi neurologis merupakan tanda terjadinya destruksi
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 16/22
yang lebih lanjut. Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus,termasuk akibat
penekanan medulla spinalis yang menyebabkan paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri
radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan di antaranya adalah adanya kifosis (gibbus),
bengkak pada daerah paravertebra, dan tanda-tanda defisit neurologis seperti yang
sudah disebutkan di atas. (Harsono,2003)
Pada tuberkulosis vertebra servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang
kepala, gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses retrofaring.
Harus diingat pada mulanya penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala
klinis yang muncul terutama gangguan motorik. Gangguan sensorik pada stadium
awal jarang dijumpai kecuali bila bagian posterior tulang juga terlibat.
(Harsono,2003)
4. Patofisiologi
Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya
sekunder dari TBC tempat lain di tubuh. Penyebarannya secara hematogen, di duga
terjadinya penyakit tersebut sering karena penyebaran hematogen dari infeksi traktus
urinarius melalui leksus Batson. Infeksi TBC vertebra di tandai dengan proses
destruksi tulang progresif tetapi lambat di bagian depan (anterior vertebral
body).Penyebaran dari jaringan yang mengalami pengejuan akan menghalangi proses
pembentukan tulang sehingga berbentuk "tuberculos squestra". Sedang jaringan
granulasi TBC akan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses para vertebral yang
dapat menjalar ke atas / bawah lewat ligamentum longitudinal anterior dan posterior.
Sedang diskus Intervertebralis oleh karena avaskular lebih resisten tetapi akan
mengalami dehidrasi dan terjadi penyempitan oleh karenadirusak jaringan granulasi
TBC. Kerusakan progresif bagian anterior vertebra akan menimbulkan kiposis.
5. Komplikasi
Komplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Pott’s
paraplegia yang apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural
oleh pus maupun sequester, atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 17/22
bila muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan
granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing) di atas kanalis spinalis.
Mielografi dan MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab
paraplegi ini. Paraplegi yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun
sequester membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi medulla spinalis
dan saraf.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra
torakal ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan
pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas
abses yang merupakan cold abscess.
6. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap :leukositosis, LED meningkat
2) Uji mantoux (+) TB
3) Uji kultur : biakan batkeri
4) Biopsi, jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional
5) Pemeriksaan hispatologis : dapat ditemukan tuberkel
B. Pemeriksaan Radiologis
a) Foto toraks / X – ray
b) Pemeriksaan foto dengan zat kontras
c) Foto polos vertebra
d) Pemeriksaan mielografi
e) CT scan atau CT dengan mielografi
f) MRI
7. Penatalaksanaan Medis
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 18/22
Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan
sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah
paraplegia.
Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut :
1. Pemberian obat antituberkulosis
2. Dekompresi medulla spinalis
3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi
4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)
Pengobatan terdiri atas :
1. Terapi konservatif berupa:
a. Tirah baring (bed rest)
b. Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak vertebra
c. Memperbaiki keadaan umum penderita
d. Pengobatan antituberkulosa
Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah :
- Kategori 1
Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA(-)/rontgen (+), diberikan dalam 2 tahap
Tahap 1 : Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg dan Pirazinamid 1.500
mg. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).
Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali seminggu (intermitten)
selama 4 bulan (54 kali).
- Kategori 2
Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan,
termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam 2 tahap
yaitu :
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 19/22
Tahap I dibe rikan Streptomisin 750 mg , INH 300 mg, Rifampisin 450 mg,
Pirazinamid 1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini diberikan setiap hari ,
Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3
bulan (90 kali).
Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol 1250 mg. Obat
diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan (66 kali).
Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita bertambah
baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis berupa nyeri dan
spasme berkurang serta gambaran radiologik ditemukan adanya union pada
vertebra.
2. Terapi operatif
Indikasi operasi yaitu:
• Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin
berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondilitis
tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.
• Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan
sekaligus debrideman serta bone graft.
• Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun
pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla
spinalis.
Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita
tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan
penting dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi
tuberkulosa, paraplegia dan kifosis.
Abses Dingin (Cold Abses)
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 20/22
Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena dapat
terjadi resorbsi spontan dengan pemberian tuberkulostatik. Pada abses yang besar
dilakukan drainase bedah. Ada tiga cara menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:
a. Debrideman fokal
b. Kosto-transveresektomi
c. Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.
Paraplegia
Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:
a. Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata
b. Laminektomi
c. Kosto-transveresektomi
d. Operasi radikal
e. Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang
Operasi kifosis
Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat,. Kifosis
mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama pada anak-anak. Tindakan
operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui operasi radikal.
Operasi PSSW
Operasi PSSW adalah operasi fraktur tulang belakang dan pengobatan tbc tulang
belakang yang disebut total treatment (1989).
Metode ini mengobati tbc tulang belakang berdasarkan masalah dan bukan hanya
sebagai infeksi tbc yang dapat dilakukan oleh semua dokter. Tujuannya,
penyembuhan TBC tulang belakang dengan tulang belakang yang stabil, tidak ada
rasa nyeri, tanpa deformitas yang menyolok dan dengan kembalinya fungsi tulang
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 21/22
belakang, penderita dapat kembali ke dalam masyarakat, kembali pada pekerjaan dan
keluarganya.
8.Dampak Masalah
a) Terhadap Individu.
Sebagai orang sakit, khusus klien spondilitis tuberkolosa akan mengalami
suatau perubahan, baik bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu
menimbulkan dampak yang di karenakan baik itu oleh proses penyakit ataupun
pengobatan dan perawatan oelh karena adanya perubahan tersebut akan
mempengaruhi pola - pola fungsi kesehatan antara lain :
1. Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah dan
anoreksia, sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat
sehingga klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya.
2. Pola aktifitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik nyeri pada punggung
menyebabkan klien membatasi aktifitas fisik dan berkurangnya kemampuan
dalam melaksanakan aktifitas fisik tersebut.
3. Pola persepsi dan konsep diri.
Klien dengan Spondilitis teberkulosa seringkali merasa malu terhadap bentuk
tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi diri.
b) Dampak terhadap keluarga.
Dalam sebuah keluarga, jika salah satu anggota keluarga sakit, maka yang
lain akan merasakan akibatnya yang akan mempengaruhi atau merubah segala
kondisi aktivitas rutin dalam keluarga itu.
5/12/2018 PRESKES RM BERR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskes-rm-berr 22/22