Presus Demam Dengue

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    1/28

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

    Alhamdulillahirabbilalamin dengan memanjatkan puji dan syukur yang tak terhingga

    kehadirat Allah SWT. akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus yang

    berjudul Demam Berdarah Dengue anak ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis sanjungkan

    kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

    Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat pendidikan profesi

    Kedokteraan pada Fakultas Kedokteraan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

    Yogyakarta.

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

    1. Dr. Hj Dwi Ambarwati, Sp.A. selaku dosen pendidik klinik2. Rekan-rekan dokter muda, serta semua pihak yang telah membantu.

    Penulisan resentasi kasus ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu penulis mengharapkan

    saran dan kritik yang berguna. Semoga untuk selanjutnya tulisan ini dapat bermanfaat bagisemua pihak.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

    Salatiga, 10 oktober 2013

    Penulis

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    2/28

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    3/28

    3

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    A. IdentitasNama : An.GA

    Umur : 10 tahun

    Jenis Kelamin : laki laki

    Alamat : SalatigaTanggal Masuk : 03/10/13

    Tanggal Keluar : 08/10/13

    B. Anamnesis1. Keluhan Utama : Demam (+)2. Riwayat penyakit sekarang

    Os demam (+) 4 hari, 5HSMRS mual (+), nyeri perut (+), tidak mau makan (+)

    4HSMRS demam mendadak tinggi (+) , mual (+) nyeri perut (+), tidak mau makan

    (+) 3HSMRS demam (+), muntah (+), 4 kali, 1 gelas , muntah hanya cairan, tidak

    mau makan (+), diare (+). 5 kali, banyaknya 1/2 gelas, warna kuning (+) cair (+)

    lendir (-) darah (-) berbusa (-)bau busuk (-), 2HSMRS demam (+), nyeri perut (+)

    BAB (-),tidak mau makan (+) 1HSMRS demam (+), nyeri perut (+) BAB (-),tidak

    mau makan (+) HMRS demam (+), demam mendadak tinggi (+), sepanjang hari (+),

    mengigil (+), berkeringat (+), BAB (-), nyeri perut (+), BAK normal (+) nyeri (-)

    warna kuning jernih (-), nyeri kepala (+), nyeri sendi (+), badan terasa pegal2 (+),

    ruam (+), mual (+) tidak mau makan (+).

    3. Riwayat Penyakit DahuluSatu hari di rawat dipuskesmas kemudian dirujuk ke Rumah sakit karena AT

    menurun.

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    4/28

    4

    Riwayat alergi tidak ada. Riwayat demam tifoid pada usia 8 tahun.

    4. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga yang mengalami gejala serupa

    Bapak menderita diabetes melitus (+)

    5. Riwayat alergi tidak ada6. Riwayat Imunisasi

    Lengkap

    7. Riwayat KehamilanANC (+) di bidan,

    8. Riwayat PersalinanBBLC, CB, SMK, SPT

    9. Riwayat NutrisiSusu formula (+)

    C. Pemeriksaan Fisik1. KU : CM, lemah

    U = 10 thn TB = 140cm BB = 46 kg

    2. Vital Sign : HR =148 /menit Suhu =37, 3C Respirasi =66/menitSatus gizi : gizi lebih

    3. Kepala : Persebaran rambut merata (+), tidak ada tanda2 trauma (-) inflamasi(-)Mata : CA (-/-) SI(-/-), Mata cekung (-/-), reflek cahaya

    Hidung : Discharge (-), napas cuping hidung (-), mimisan (-)

    Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-)

    Leher : Kel.lnn tidak teraba, pembesaran kel tiroid (-)

    4. Thorax : I = Simetris, retraksi dada (-), ketinggalan gerak (-)P = Ketinggalan gerak (-)

    Per = Sonor (+/+)Aus = P : vesikuler, Rhonki (-/-) Wheezing (-/-)

    C : S1. Reguler, Murmur (-) Gallop (-)

    5. Abdomen : I = simteris, tanda-tanda radang (-)A = BU (+)N

    Per = Timpani (+)

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    5/28

    5

    P = supel (+), nyeri perut kiri atas (+)

    6. Extremitas : akral hangat, sianosis (-), crt< 2detik7. Kulit : petekia di kaki (+) rampeled tes (+)

    D. Pemeriksaan Penunjang

    Hasil Darah Rutin (3-10-2013)

    PARAMETER

    PEMERIKSAAN

    ANGKA NILAI NORMAL

    ANGKA LEUKOSIT 1,9 (4,5-11) . 10 /L

    ANGKA ERITROSIT 7,0 (4,5-5,5) .10 /L

    HEMOGLOBIN 15,1 (14-18) g/dl

    HEMATOKRIT 48 (40-54)%

    MCV 65 (82-95)FL

    MCH 22 (27-31)Pg

    MCHC 33 (32-37)%

    ANGKA TROMBOSIT 55 (150-450) .10 /LLAJU ENDAP DARAH 25

    35

    (3-8) mm

    (5-18)mm

    Hasil Darah Rutin (4-10-2013)

    ANGKA NILAI NORMAL

    ANGKA LEUKOSIT 2,2 (4,5-11) . 10 /L

    ANGKA ERITROSIT 7,14 (4,5-5,5) .10 /L

    HEMOGLOBIN 14,9 (14-18) g/dl

    HEMATOKRIT 45,9 (40-54)%

    MCV 64,3 (85-100) FL

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    6/28

    6

    MCH 20,9 (28-31) Pg

    MCHC 32,5 (30-35) g/dl

    ANGKA TROMBOSIT 52 (150-450) .10 /L

    LAJU ENDAP DARAH I jam : -

    II jam : -

    (3-8) mm

    (5-18)mm

    SGOT 161

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    7/28

    7

    HEMATOKRIT 41,2 (40-54)%

    MCV 64,1 (85-100) FL

    MCH 20,8 (28-31) Pg

    MCHC 32,5 (30-35) g/dl

    ANGKA TROMBOSIT 22 (150-450) .10 /L

    LAJU ENDAP DARAH I jam : -

    II jam : -

    (3-8) mm

    (5-18)mm

    Hasil Darah Rutin (7-10-2013)

    ANGKA NILAI NORMAL

    ANGKA LEUKOSIT 7,1 (4,5-11) . 10 /L

    ANGKA ERITROSIT 5,84 (4,5-5,5) .10 /L

    HEMOGLOBIN 12,3 (14-18) g/dl

    HEMATOKRIT 38,0 (40-54)%

    MCV 65,1 (85-100) FL

    MCH 21,1 (28-31) Pg

    MCHC 32,4 (30-35) g/dl

    ANGKA TROMBOSIT 65 (150-450) .10 /L

    LAJU ENDAP DARAH I jam : -

    II jam : -

    (3-8) mm

    (5-18)mm

    Hitung Jenis

    EOSINOFIL 1

    BASOFIL 0

    BATANG 0SEGMEN 62

    LYMFOSIT 32

    MONOSIT 5

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    8/28

    8

    E. Diagnosis KerjaDemam berdarah dengue

    F. Diagnosis BandingObs febris

    Tifoid

    Dengue fever

    Malaria

    Infeksi saluran kemih

    Otitis media akut

    Obs vomitus

    GEA

    Dispepsia

    G. Terapia. Inf. RL 20 tpmb. Inj. Ceftriaxon 2x500 mgc. Inj. Ranitidin 2x1 Ad. Inj. Ondancetron 3x1 Ae. Inj. Metilprednisolon 2x32,5 mgf. Paracetamol 3x1

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    9/28

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DefinisiDemam dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi

    akut yang disebabkan oleh virus denguedan terutama menyerang anak-anak dengan

    manifestasi klinis demam tinggi mendadak, nyeri otot, dan atau nyeri sendi, leukopenia,

    ruam, limfadenoapti, trombositopenia dan diatesis hemoragik yang bertendensi

    menimbulkan syok dan kematian. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai

    dengan homokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dironggatubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)adalah demam berdarah

    dengue yang ditandai dengan syok.

    B. EpidemologiIstilah haemorrhagic fever di Asia tenggara pertama kali digunakan di filipina

    pada tahun 1953. Pada tahun 1958 meletus endemi penyakit serupa di Bangkok. Di

    Indonesia DBD pertama kali dicurigai terjadi di Surabaya pada tahun 1968, tetapi

    konfirmasi virologis baru diperoleh tahun 1970. Di Jakarta kasus pertama kali dilaporkanpada tahun 1969, Bandung pada tahun 1972, Yogyakarta pada tahun 1972, Sumatra Barat

    dan Lampung pada tahun 1972, Riau, Sulawesi Utara, Bali pada tahun 1973.. pada tahun

    1974 dilaporkan epidemi di Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat. Dan pada tahun

    1993 DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia baik di kota-kota besar

    maupunperdesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD Indonesia menepati urutan kedua

    setelah Thailand.

    Morbiditas dan mortilitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi karena

    disebabkan berbagai faktor status umur pendududk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran

    virus dengue, prevalensi serotipe virus dengue dan kondisi meteorologis.Indonesia

    merupakan daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah Dengue, setelah pernah

    terjadi peningkatan tajam / KLB pada tahun 1998 dan pada tahun 1999 mortilitas DBD

    cendrung menurun hingga mencapai 2%.

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    10/28

    10

    Penyakit DBD dapat menyerang semua umur, pada awal terjadinya wabah di

    suatu negara pola distribusi umur memperlihatkan proporsi kasus terbanyak berasal dari

    golongan anak berumur

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    11/28

    11

    terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang

    dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang

    diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun.

    Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotesis infeksi sekunder dicoba

    dirumuskan oleh Suvatte dan dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

    Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue

    sekitar tiga-lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam dalam 1-2 minggu

    serta dapat dideteksi sampai 3 bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi

    sekitar 2 minggu setelah terinfeksi, titer IgG ini meningkat amat cepat lalu menurun

    dalam waktu yang lambat biasanya seumur hidup. Akibat infeksi kedua tipe virus

    dengue yang berlainan atau infeksi sekunder pada penderita dengan kadar antibodi

    anti dengue yang rendah, respon antibodi ananmestik yang akan terjadi dalam

    beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun

    menghasilkan IgG anti dengue dengan titer tertinggi pada hari kedua saja. Disamping

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    12/28

    12

    itu replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapat virus dalam jumlah yang

    banyak. Hal-hal ini semua akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen

    antibodi yang selanjutnya akan mengatifasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan

    C5a menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan

    merembesnya plasma memlalui endotel dinding pembuluh darah sehingga penurunan

    volume plasma pada demam berdarah dengue dikarenakan peningkatan permeabilitas

    pembuluh darah sehingga plasma keluar ke jaringan ekstravaskuler. Pada penderita

    renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai dengan lebih 30% dan

    berlangsung 24-48 jam. Renjatan yang tidak di tanggulangi secara adekuat dapat

    menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

    Sebab lain dari kematian pada DBD adalah perdarahan dalam saluran

    pencernaan hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan

    tidak dapat diatasi.

    Trombositopenia pada demam berdarah dengue disebabkan karena proses

    kelianan hematologis yang dihubungkan dengan meningkatnya megakarosit muda

    dalam sum-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit diduga karena

    destruksi trombosit. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan

    mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah trombosit secara cepat

    meningkat pada masa konvalesen dan niali normal biasanya tercapai sampai hari

    ke 7-10 sejak permulaan penyakit.

    Kelainan sistem koagulasi dan fibrinolisis mempunyai peranan sebagai

    sebab perdarahan pada penderita demam berdarah dengue. Masa perdarahan

    memanjang, beberapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V, VII, IX, X

    dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi

    disebabkan diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbuktiterganggu, kelainan fibrinolisis pada DBD dibuktikan dengan penurunan aktifitas

    -2 plasmin inhibotor dan penurunan aktifitas plasminogen. Pembekuan

    intravaskuler menyeluruh (PMI/DIC) secara potensial dapat terjadi juga pada

    penderita DBD tanpa atau dengan rejatan, rejatan pada PMI akan saling

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    13/28

    13

    mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan irreversible disertai

    perdarahan hebat, terlihatnya organ-organ vital dan berakhir dengan kematian.

    E. Manifestasi KlinisMasa tunas berkisar 3-5 hari (pada umum 5-8 hari) dengan trias sindrome yaitu

    demam tinggi mendadak, nyeri anggota badan, ruam (rash) yang timbul 6-12 jam

    sebelum naik suhu pertama kali yaitu hari sakit ke 3-5 dan berlangsung 3-4 hari rash

    bersifat makulopapuar. Tanda-tanda dan gejala penyakit DBD adalah :

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    14/28

    14

    1. DemamDemam tinggi yang mendadak terus menerus berlangsung 2-7 hari.

    Kemudian turun secara cepat, disertai gejala klinis lain yang tidak spesifik seperti

    : anorexia, obstipasi, malaise, nyeri kepala hebat, nyeri di belsksng bola mata,

    nyeri punggung, nyeri otot,nyeriepigastrium, nyeri sendi dan disertai mengigil.

    Demam pelana kuda atau bifasik bukan patognomonik pada DBD karena tidak

    semua orang mempunyai manifestasi tersebut.

    2. Manifestasi perdarahanPerdarahan dapat terjadi pada semua organ, umumnya timbul pada hari 2-3

    setelah demam, sebab perdarahan adalah trombositopenia. Perdarahan tidak

    terjadi pada semua penderita sehingga diperlikan test toreniquet.

    Bentuk pendarah berupa :

    - Purpura- Ptechiae- Echymosis- Mimisan atau epitaksisi- Perdaragan gusi- Muntah darah (hematemesis)- BAB darah (melena)

    3. Pembesaran hepar (hepatomegali)4. Renjatan (shock)Manifestasi klinis DBD menurut Kriteia WHO 2009

    Kemungkinan DBD:

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    15/28

    15

    Tinggal di/perjalanan ke daerah endemik, demam 2 hari atau lebihsuhu >37

    0C dan 2 dari kriteria berikut: mual, muntah, ruam bintik-

    bintik merah di kulit, nyeri sendi, RL test (+), leucopenia

    Adanya tanda peringatan (memerlukan observasi medis dan intervensi)

    Nyeri abdomen Persisten muntah Akumulasi cairan pada rongga tubuh Mukosa berdarah Letargi, gelisah Pembesaran hati >2cm Laboratorium: ditemukan kenaikan HT bersamaan dengan penurunan AT

    Dengue Syok Sindrom (DSS)

    Pada kejadian dengue syok sindrom, terdapat hamper semua kriteria di slide

    sebelumnya, disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan

    lemah, tekanan darah turun (

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    16/28

    16

    Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue

    DD/DBD Derajat* Gejala Laboratorium

    DD Demam disertai 2 atau

    lebih tanda: sakit

    kepala, nyeri retro-

    orbital, mialgia,

    artalgia

    Leukopenia, Trombositopenia

    Tidak ditemukan buktikebocoran plasma

    Serologi denguepositif

    DBD I Gejala di atas

    ditambah uji RL

    positif (+)

    Trombositopenia(100.000/ul),

    Ada bukti kebocoranplasma*

    HCT meningkat 20%DBD II Gejala di atas

    ditambah perdarahan

    spontan

    Trombositopenia(100.000/ul),

    Ada bukti kebocoranplasma

    HCT meningkat 20%DBD III Gejala diatas ditambah

    kegagalan sirkulasi

    (kulit dingin dan

    lembab serta gelisah)

    Trombositopenia(100.000/ul)

    Ada bukti kebocoranplasma

    HCT meningkat 20%DBD IV Syok berat disertai

    dengan tekanan darah

    dan nadi tidak terukur

    Trombositopenia(100.000/ul),

    Ada bukti kebocoranplasma

    HCT meningkat 20% DBD derajat III dan IV juga disebut dengue syok sindrom (DSS)

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    17/28

    17

    Bukti kebocoran plasma sebagai berikut :peningkatan hematokrit (20%), efusi pleura,asites atau hiponatremia.

    F. Diagnosis1. Gambaran klinis

    a. AnamnesisTerdapat demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung

    terus menerus 2-7 hari. Dari anamnesis mungkin di dapatkan tanda2 menifestasi

    perdarahan seperti epistaksis, petekie, perdarahan gusi, nyeri retro orbital, nyeri

    otot dan tulang.

    b. Pemeriksaan FisikHepatomegali, jika terdapat menifestasi perdarahan maka uji bendung

    positif, epistaksis, petekie, perdarahan gusi. Pada pasien dengan syok ditandai

    nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg), kaki dan tangan dingin,

    kulit lembab, CRT memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    18/28

    18

    2. Pemeriksaan Penunjanga. Darah Perifer Lengkap

    Pada demam berdarah dengue dapat terjadi peningkatan kadar leukosit,

    trombositopenia ( 100.000 /ul), hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari

    peningkatan hematokrit lebih dari 20%. Ditemukan dua atau tiga patokan klinis

    pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk klinis

    menegakan diagnosis DBD.

    Adanya tanda kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler

    yang terlihat dari :

    Peningkatan hematokrit >20% dari nilai normal berdasarkan usia dan jeniskelamin

    Penurunan hematokrit >20% setelah pemberian terapi cairan jikadibandingkan dengan nilai hematokrit awal

    Tanda-tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites danhipoprotenemia.

    G. PenatalaksanaanPada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis.

    Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma

    dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam

    pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik

    secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan terjadinya

    trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak demam

    berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akankembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut secara

    bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan sudah

    cukup atau kurang, pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta

    terjadinya efusi pleura ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai.

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    19/28

    19

    Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada

    trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang cukup,

    lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna. Sebagai

    terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat

    simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat

    antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada

    saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum). Protokol pemberian cairan sebagai

    komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada

    protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut:

    1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok

    2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa diruang rawat

    3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit>20%

    4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBDdewasa

    5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa

    Tatalaksana kasus tersangka DBD

    Tersangka DBD

    Demam tinggi, mendadak,

    terus100.000/ul Rawat jalan :

    paracetamol,

    kontrol tiap hari

    sampai demamhilang

    Tanda syok,

    muntah terus

    menerus,

    kejang,

    kesadaran

    menurun,

    muntah darah,

    berak darah.

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    20/28

    20

    DBD derajat Iatau II tanpa peningkatan Hematokrit

    Nilai tanda klinis,

    periksa trombosit

    & Ht bila demam

    menetap setelah

    hari sakit ke-3

    Rawat inap

    Minum banyak 1,5-2 L/hari,

    paracetamol, kontrol tiap hari sampai

    demam turun, periksa Hb, Ht, At tiap

    kali

    Rawat jalan

    Perhatian untuk orang tua jika ada

    tanda2 syok : gelisah, lemah,

    kaki/tangan dingin, sakit perut, berak

    hitam

    Segera bawa ke rumah sakit

    DBD dera at Iatau II tan a enin katan Hematokrit

    Klinis : demam 2-7 hari, uji

    tourniquet positif atau perdarahan

    spontan

    Lab : hematokrit tidak meningkat,

    trombositopenia ringan

    Pasien tidak dapat minum

    pasien muntah terus

    Infus Nacl 0,9%, dextrose

    5% , tetesan rumatan

    sesuai dengan berat badan,

    periksa Hb, Ht, Trombosit

    tiap 6-12 jam

    Pasien masih mau dapat minum

    Beri minum 1-2 L/hari atau 1 sd

    makan tiap 5 menit, jenis

    minumam : air putih, teh manis,

    sirup, jus, buah, susu, oralit. Bila

    suhu >38,5 c beri paracetamol

    Bila kejang beri antikonvulsan

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    21/28

    21

    Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5-8%)

    Berat waktu masuk (kg) Jumlah cairan ml/kgBB/hari

    18 88

    Kebutuhan cairan rumatan

    Berat badan (kg) Jumlah cairan (ml)

    10 100/kgBB

    10-20 1000+50 x kg (diatas 10 kg)

    >20 1500+50 x kg (diatas 20 kg)

    Ht naik dan atau trombosit turun

    Infus ganti ringer laktat

    (tetesan disesuaikan)

    Monitor gejala klinis dan lab

    Perhatikan tanda syok, palpasi hati

    setiap hari, ukur diuresis setiap

    hari, awasi perdarahan, periksa

    Ht,Hb, Trombosit tiap 6-12 jam

    Perbaikan klinis dan lab

    Pulang: jika tidak demam 24 jam

    tanpa antipiretik, nafsu makan baik,

    klinis baik, hematokrit stabil, ATV

    >50. 000/ul, tidak distres pernafasan

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    22/28

    22

    DBD derajat II dengan peningkatan Ht 20%

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    23/28

    23

    DBD derajat III & IV

    Cairan awal : RL/Nacl 0,9 % /

    RLD5/Nacl 0,9%+D5, 6-7 ml/kgBB/jam

    Distres pernafasan,Ht naik, tek nadi

    naik 20 mmHg

    Koloid 20-30

    ml/kgBB

    Hb/Ht turun

    Transfusi darah

    segar 10 ml/kgBB

    Oksigen 2-4L/menit

    Bolus dlm 30menit RL/Nacl

    0,9% 20 ml/kgBB secepatnya

    Tidak gelisah, nadi

    kuat, tekanan darah

    stabil, diuresis cukup

    (1ml/kgBB/jam) Ht

    turun (2kali

    pemeriksaan)

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    24/28

    24

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    25/28

    25

    Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan khususnya pada

    penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertama adalah jenis cairan dan kedua adalah

    jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan. Karena tujuan terapi cairan adalah

    untuk mengganti kehilangan cairan di ruang intravaskular, pada dasarnya baik

    kristaloid(ringer laktat, ringer asetat,cairan salin) maupun koloid dapat diberikan. WHO

    menganjurkan terapi kristaloid sebagai cairan standar pada terapi DBD karena

    dibandingkan dengan koloid, kristaloid lebih mudah didapat dan lebih murah. Jenis

    cairan yang ideal yang sebenarnya dibutuhkan dalam penatalaksanaan antara lain

    memiliki sifat bertahan lama di intravaskular, aman dan relatif mudah diekskresi, tidak

    mengganggu sistem koagulasi tubuh, dan memiliki efek alergi yang minimal

    Secara umum, penggunaan kristaloid dalam tatalaksana DBD aman dan efektif.

    Beberapa efek samping yang dilaporkan terkait dengan penggunaan kristaloid adalah

    edema, asidosis laktat,instabilitas hemodinamik dan hemokonsentrasi. Kristaloid

    memiliki waktu bertahan yang singkat di dalam pembuluh darah. Pemberian larutan RL

    secara bolus (20 ml/kg BB) akan menyebabkan efek penambahan volume vaskular hanya

    dalam waktu yang singkat sebelum didistribusikan ke seluruh kompartemen interstisial

    (ekstravaskular) dengan perbandingan 1:3, sehingga dari 20 ml bolus tersebut dalam

    waktu satu jam hanya 5 ml yang tetap berada dalam ruang intravaskular dan 15ml masuk

    ke dalam ruang interstisial. Namun demikian, dalam aplikasinya terdapat beberapa

    keuntungan penggunaan kristaloid antara lain mudah tersedia dengan harga terjangkau,

    komposisi yang menyerupai komposisi plasma, mudah disimpan dalam temperatur ruang,

    dan bebas dari kemungkinan reaksi anafilaktik.

    Dibandingkan cairan kristaloid, cairan koloid memiliki beberapa keunggulan

    yaitu: pada jumlah volume yang sama akan didapatkan ekspansi volume plasma

    (intravaskular) yang lebih besar dan bertahan untuk waktu lebih lama di ruang

    intravaskular. Dengan kelebihan ini, diharapkan koloid memberikan oksigenasi jaringan

    lebih baik dan hemodinamik terjaga lebih stabil. Beberapa kekurangan yang mungkin

    didapatkan dengan penggunaan koloid yakni risiko anafilaksis, koagulopati, dan biaya

    yang lebih besar. Namun beberapa jenis koloid terbukti memiliki efek samping

    koagulopati dan alergi yang rendah (contoh: hetastarch). Penelitian cairan koloid diban-

    dingkan kristaloid pada sindrom renjatan dengue (DSS) pada pasien anak dengan

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    26/28

    26

    parameter stabilisasi hemodinamik pada 1 jam pertama renjatan, memberikan hasil

    sebanding pada kedua jenis cairan.17,18 Sebuah penelitian lain yang menilai efektivitas

    dan keamanan penggunaan koloid pada penderita dewasa dengan DBD derajat 1 dan 2 di

    Indonesia telah selesai dilakukan, dan dalam proses publikasi. Jumlah cairan yang

    diberikan sangat bergantung dari banyaknya kebocoran plasma yang terjadi serta

    seberapa jauh proses tersebut masih akan berlangsung. Pada kondisi DBD derajat 1 dan

    2, cairan diberikan untuk kebutuhan rumatan (maintenance) dan untuk mengganti cairan

    akibat kebocoran plasma. Secara praktis, kebutuhan rumatan pada pasien dewasa dengan

    berat badan 50 kg, adalah sebanyak kurang lebih 2000 ml/24 jam; sedangkan pada

    kebocoran plasma yang terjadi seba-nyak 2,5-5% dari berat badan sebanyak 1500-3000

    ml/24 jam. Jadi secara rata-rata kebutuhan cairan pada DBD dengan hemodinamik yang

    stabil adalah antara 3000-5000 ml/24 jam. Namun demikian, pemantauan kadar

    hematokrit perlu dilakukan untuk menilai apakah hemokonsentrasi masih berlangsung

    dan apakah jumlah cairan awal yang diberikan sudah cukup atau masih perlu ditambah.

    Pemantauan lain yang perlu dilakukan adalah kondisi klinis pasien, stabilitas

    hemodinamik serta diuresis. Pada DBD dengan kondisi hemodinamik tidak stabil (derajat

    3 dan 4) cairan diberikan secara bolus atau tetesan cepat antara 6-10 mg/kg berat badan,

    dan setelah hemodinamik stabil secara bertahap kecepatan cairan dikurangi hingga

    kondisi benar-benar stabil. Pada kondisi di mana terapi cairan telah diberikan secara

    adekuat, namun kondisi hemodinamik belum stabil, pemeriksaan kadar hemoglobin dan

    hematokrit perlu dilakukan untuk menilai kemungkinan terjadinya perdarahan internal.

    H. Komplikasi

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    27/28

    27

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Pada pasien ini didapatkan hasil anamnesis bahwa pasien demam (+) 4 hari,

    5HSMRS mual (+), nyeri perut (+), tidak mau makan (+) 4HSMRS demam

    mendadak tinggi (+) , mual (+) nyeri perut (+), tidak mau makan (+) 3HSMRS

    demam (+), muntah (+), 4 kali, 1 gelas , muntah hanya cairan, tidak mau makan (+),

    diare (+). 5 kali, banyaknya 1/2 gelas, warna kuning (+) cair (+) lendir (-) darah (-)

    berbusa (-)bau busuk (-), 2HSMRS demam (+), nyeri perut (+) BAB (-),tidak mau

    makan (+) 1HSMRS demam (+), nyeri perut (+) BAB (-),tidak mau makan (+)HMRS demam (+), demam mendadak tinggi (+), sepanjang hari (+), mengigil (+),

    berkeringat (+), BAB (-), nyeri perut (+), BAK normal (+) nyeri (-) warna kuning

    jernih (-), nyeri kepala (+), nyeri sendi (+), badan terasa pegal2 (+), ruam (+), mual

    (+) tidak mau makan (+)

    Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran

    compos mentis, HR =148 /menit suhu =37,3C RR =66/menit Satus gizi : gizi

    lebih, pada palpasi abdimen nyeri perut kiri atas(+) petekia di kaki (+)

    Pemeriksaan laboratorium angka leukosit menurun kemudian normal dissat

    pulang, tedapat penurunan hematokrit 20 % (48 pada masa sakit dan 38 pada masa

    kovalesen) terdapat trombositopenia 100.000/ul, sedikit penurunan hemaglobin

    (12,3) MCV (65,1) MCH(21,1) dan peningkatan laju endap darah (25,35), IgG

    positip.

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    disimpulkan bahwa pasien mengalami demam berdarah dengue.

  • 8/13/2019 Presus Demam Dengue

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: an escalating problem. BMJ 2002;324:1563-62. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis , Ed II.

    Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

    3. Lestari K. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) DiIndonesia. Farmaka. Desember 2007; Vol. 5 No.3: hal . 12-29.

    4. Malavinge G, Fernando S, Senevirante S. Dengue Viral Infection. PostgraduateMedical Journal. 2004;Vol 80:p. 588-601

    5. Rani, A. Soegondo, S. dan Nasir, AU. (ed). Panduan Pelayanan Medik PerhimpunanDokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI,

    2006.p.137-8

    6. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, Dong TH, Tran TN, Le T, et al. Comparison of threefluid solutions for resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl J Med 2005;

    353:87789

    7. World Health Organization. Dengue hemorrhage fever. Fact sheet No. 331.2013.Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/.

    8. World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue shocksyndrome in the context of the integrated management of childhood illness.

    Departmentof Child and Adolescent Health and Development.

    WHO/FCH/CAH/05.13. Geneva,2005.

    9. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan DepartemenKesehatan RI. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Jakarta,

    2007

    10.Kusriastuti R. Kebijaksanaan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue DiIndonesia. Jakarta: Depkes R.I; 2005.