Upload
rendyjoni
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/13/2019 Presus Demam Dengue
1/28
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillahirabbilalamin dengan memanjatkan puji dan syukur yang tak terhingga
kehadirat Allah SWT. akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus yang
berjudul Demam Berdarah Dengue anak ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat pendidikan profesi
Kedokteraan pada Fakultas Kedokteraan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Dr. Hj Dwi Ambarwati, Sp.A. selaku dosen pendidik klinik2. Rekan-rekan dokter muda, serta semua pihak yang telah membantu.
Penulisan resentasi kasus ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang berguna. Semoga untuk selanjutnya tulisan ini dapat bermanfaat bagisemua pihak.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Salatiga, 10 oktober 2013
Penulis
8/13/2019 Presus Demam Dengue
2/28
8/13/2019 Presus Demam Dengue
3/28
3
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IdentitasNama : An.GA
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : laki laki
Alamat : SalatigaTanggal Masuk : 03/10/13
Tanggal Keluar : 08/10/13
B. Anamnesis1. Keluhan Utama : Demam (+)2. Riwayat penyakit sekarang
Os demam (+) 4 hari, 5HSMRS mual (+), nyeri perut (+), tidak mau makan (+)
4HSMRS demam mendadak tinggi (+) , mual (+) nyeri perut (+), tidak mau makan
(+) 3HSMRS demam (+), muntah (+), 4 kali, 1 gelas , muntah hanya cairan, tidak
mau makan (+), diare (+). 5 kali, banyaknya 1/2 gelas, warna kuning (+) cair (+)
lendir (-) darah (-) berbusa (-)bau busuk (-), 2HSMRS demam (+), nyeri perut (+)
BAB (-),tidak mau makan (+) 1HSMRS demam (+), nyeri perut (+) BAB (-),tidak
mau makan (+) HMRS demam (+), demam mendadak tinggi (+), sepanjang hari (+),
mengigil (+), berkeringat (+), BAB (-), nyeri perut (+), BAK normal (+) nyeri (-)
warna kuning jernih (-), nyeri kepala (+), nyeri sendi (+), badan terasa pegal2 (+),
ruam (+), mual (+) tidak mau makan (+).
3. Riwayat Penyakit DahuluSatu hari di rawat dipuskesmas kemudian dirujuk ke Rumah sakit karena AT
menurun.
8/13/2019 Presus Demam Dengue
4/28
4
Riwayat alergi tidak ada. Riwayat demam tifoid pada usia 8 tahun.
4. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga yang mengalami gejala serupa
Bapak menderita diabetes melitus (+)
5. Riwayat alergi tidak ada6. Riwayat Imunisasi
Lengkap
7. Riwayat KehamilanANC (+) di bidan,
8. Riwayat PersalinanBBLC, CB, SMK, SPT
9. Riwayat NutrisiSusu formula (+)
C. Pemeriksaan Fisik1. KU : CM, lemah
U = 10 thn TB = 140cm BB = 46 kg
2. Vital Sign : HR =148 /menit Suhu =37, 3C Respirasi =66/menitSatus gizi : gizi lebih
3. Kepala : Persebaran rambut merata (+), tidak ada tanda2 trauma (-) inflamasi(-)Mata : CA (-/-) SI(-/-), Mata cekung (-/-), reflek cahaya
Hidung : Discharge (-), napas cuping hidung (-), mimisan (-)
Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-)
Leher : Kel.lnn tidak teraba, pembesaran kel tiroid (-)
4. Thorax : I = Simetris, retraksi dada (-), ketinggalan gerak (-)P = Ketinggalan gerak (-)
Per = Sonor (+/+)Aus = P : vesikuler, Rhonki (-/-) Wheezing (-/-)
C : S1. Reguler, Murmur (-) Gallop (-)
5. Abdomen : I = simteris, tanda-tanda radang (-)A = BU (+)N
Per = Timpani (+)
8/13/2019 Presus Demam Dengue
5/28
5
P = supel (+), nyeri perut kiri atas (+)
6. Extremitas : akral hangat, sianosis (-), crt< 2detik7. Kulit : petekia di kaki (+) rampeled tes (+)
D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Darah Rutin (3-10-2013)
PARAMETER
PEMERIKSAAN
ANGKA NILAI NORMAL
ANGKA LEUKOSIT 1,9 (4,5-11) . 10 /L
ANGKA ERITROSIT 7,0 (4,5-5,5) .10 /L
HEMOGLOBIN 15,1 (14-18) g/dl
HEMATOKRIT 48 (40-54)%
MCV 65 (82-95)FL
MCH 22 (27-31)Pg
MCHC 33 (32-37)%
ANGKA TROMBOSIT 55 (150-450) .10 /LLAJU ENDAP DARAH 25
35
(3-8) mm
(5-18)mm
Hasil Darah Rutin (4-10-2013)
ANGKA NILAI NORMAL
ANGKA LEUKOSIT 2,2 (4,5-11) . 10 /L
ANGKA ERITROSIT 7,14 (4,5-5,5) .10 /L
HEMOGLOBIN 14,9 (14-18) g/dl
HEMATOKRIT 45,9 (40-54)%
MCV 64,3 (85-100) FL
8/13/2019 Presus Demam Dengue
6/28
6
MCH 20,9 (28-31) Pg
MCHC 32,5 (30-35) g/dl
ANGKA TROMBOSIT 52 (150-450) .10 /L
LAJU ENDAP DARAH I jam : -
II jam : -
(3-8) mm
(5-18)mm
SGOT 161
8/13/2019 Presus Demam Dengue
7/28
7
HEMATOKRIT 41,2 (40-54)%
MCV 64,1 (85-100) FL
MCH 20,8 (28-31) Pg
MCHC 32,5 (30-35) g/dl
ANGKA TROMBOSIT 22 (150-450) .10 /L
LAJU ENDAP DARAH I jam : -
II jam : -
(3-8) mm
(5-18)mm
Hasil Darah Rutin (7-10-2013)
ANGKA NILAI NORMAL
ANGKA LEUKOSIT 7,1 (4,5-11) . 10 /L
ANGKA ERITROSIT 5,84 (4,5-5,5) .10 /L
HEMOGLOBIN 12,3 (14-18) g/dl
HEMATOKRIT 38,0 (40-54)%
MCV 65,1 (85-100) FL
MCH 21,1 (28-31) Pg
MCHC 32,4 (30-35) g/dl
ANGKA TROMBOSIT 65 (150-450) .10 /L
LAJU ENDAP DARAH I jam : -
II jam : -
(3-8) mm
(5-18)mm
Hitung Jenis
EOSINOFIL 1
BASOFIL 0
BATANG 0SEGMEN 62
LYMFOSIT 32
MONOSIT 5
8/13/2019 Presus Demam Dengue
8/28
8
E. Diagnosis KerjaDemam berdarah dengue
F. Diagnosis BandingObs febris
Tifoid
Dengue fever
Malaria
Infeksi saluran kemih
Otitis media akut
Obs vomitus
GEA
Dispepsia
G. Terapia. Inf. RL 20 tpmb. Inj. Ceftriaxon 2x500 mgc. Inj. Ranitidin 2x1 Ad. Inj. Ondancetron 3x1 Ae. Inj. Metilprednisolon 2x32,5 mgf. Paracetamol 3x1
8/13/2019 Presus Demam Dengue
9/28
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DefinisiDemam dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
akut yang disebabkan oleh virus denguedan terutama menyerang anak-anak dengan
manifestasi klinis demam tinggi mendadak, nyeri otot, dan atau nyeri sendi, leukopenia,
ruam, limfadenoapti, trombositopenia dan diatesis hemoragik yang bertendensi
menimbulkan syok dan kematian. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan homokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dironggatubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)adalah demam berdarah
dengue yang ditandai dengan syok.
B. EpidemologiIstilah haemorrhagic fever di Asia tenggara pertama kali digunakan di filipina
pada tahun 1953. Pada tahun 1958 meletus endemi penyakit serupa di Bangkok. Di
Indonesia DBD pertama kali dicurigai terjadi di Surabaya pada tahun 1968, tetapi
konfirmasi virologis baru diperoleh tahun 1970. Di Jakarta kasus pertama kali dilaporkanpada tahun 1969, Bandung pada tahun 1972, Yogyakarta pada tahun 1972, Sumatra Barat
dan Lampung pada tahun 1972, Riau, Sulawesi Utara, Bali pada tahun 1973.. pada tahun
1974 dilaporkan epidemi di Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat. Dan pada tahun
1993 DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia baik di kota-kota besar
maupunperdesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD Indonesia menepati urutan kedua
setelah Thailand.
Morbiditas dan mortilitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi karena
disebabkan berbagai faktor status umur pendududk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran
virus dengue, prevalensi serotipe virus dengue dan kondisi meteorologis.Indonesia
merupakan daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah Dengue, setelah pernah
terjadi peningkatan tajam / KLB pada tahun 1998 dan pada tahun 1999 mortilitas DBD
cendrung menurun hingga mencapai 2%.
8/13/2019 Presus Demam Dengue
10/28
10
Penyakit DBD dapat menyerang semua umur, pada awal terjadinya wabah di
suatu negara pola distribusi umur memperlihatkan proporsi kasus terbanyak berasal dari
golongan anak berumur
8/13/2019 Presus Demam Dengue
11/28
11
terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang
dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang
diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun.
Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotesis infeksi sekunder dicoba
dirumuskan oleh Suvatte dan dapat dilihat pada gambar 1 berikut :
Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue
sekitar tiga-lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam dalam 1-2 minggu
serta dapat dideteksi sampai 3 bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi
sekitar 2 minggu setelah terinfeksi, titer IgG ini meningkat amat cepat lalu menurun
dalam waktu yang lambat biasanya seumur hidup. Akibat infeksi kedua tipe virus
dengue yang berlainan atau infeksi sekunder pada penderita dengan kadar antibodi
anti dengue yang rendah, respon antibodi ananmestik yang akan terjadi dalam
beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun
menghasilkan IgG anti dengue dengan titer tertinggi pada hari kedua saja. Disamping
8/13/2019 Presus Demam Dengue
12/28
12
itu replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapat virus dalam jumlah yang
banyak. Hal-hal ini semua akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen
antibodi yang selanjutnya akan mengatifasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan
C5a menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma memlalui endotel dinding pembuluh darah sehingga penurunan
volume plasma pada demam berdarah dengue dikarenakan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah sehingga plasma keluar ke jaringan ekstravaskuler. Pada penderita
renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai dengan lebih 30% dan
berlangsung 24-48 jam. Renjatan yang tidak di tanggulangi secara adekuat dapat
menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Sebab lain dari kematian pada DBD adalah perdarahan dalam saluran
pencernaan hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan
tidak dapat diatasi.
Trombositopenia pada demam berdarah dengue disebabkan karena proses
kelianan hematologis yang dihubungkan dengan meningkatnya megakarosit muda
dalam sum-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit diduga karena
destruksi trombosit. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan
mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah trombosit secara cepat
meningkat pada masa konvalesen dan niali normal biasanya tercapai sampai hari
ke 7-10 sejak permulaan penyakit.
Kelainan sistem koagulasi dan fibrinolisis mempunyai peranan sebagai
sebab perdarahan pada penderita demam berdarah dengue. Masa perdarahan
memanjang, beberapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V, VII, IX, X
dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbuktiterganggu, kelainan fibrinolisis pada DBD dibuktikan dengan penurunan aktifitas
-2 plasmin inhibotor dan penurunan aktifitas plasminogen. Pembekuan
intravaskuler menyeluruh (PMI/DIC) secara potensial dapat terjadi juga pada
penderita DBD tanpa atau dengan rejatan, rejatan pada PMI akan saling
8/13/2019 Presus Demam Dengue
13/28
13
mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan irreversible disertai
perdarahan hebat, terlihatnya organ-organ vital dan berakhir dengan kematian.
E. Manifestasi KlinisMasa tunas berkisar 3-5 hari (pada umum 5-8 hari) dengan trias sindrome yaitu
demam tinggi mendadak, nyeri anggota badan, ruam (rash) yang timbul 6-12 jam
sebelum naik suhu pertama kali yaitu hari sakit ke 3-5 dan berlangsung 3-4 hari rash
bersifat makulopapuar. Tanda-tanda dan gejala penyakit DBD adalah :
8/13/2019 Presus Demam Dengue
14/28
14
1. DemamDemam tinggi yang mendadak terus menerus berlangsung 2-7 hari.
Kemudian turun secara cepat, disertai gejala klinis lain yang tidak spesifik seperti
: anorexia, obstipasi, malaise, nyeri kepala hebat, nyeri di belsksng bola mata,
nyeri punggung, nyeri otot,nyeriepigastrium, nyeri sendi dan disertai mengigil.
Demam pelana kuda atau bifasik bukan patognomonik pada DBD karena tidak
semua orang mempunyai manifestasi tersebut.
2. Manifestasi perdarahanPerdarahan dapat terjadi pada semua organ, umumnya timbul pada hari 2-3
setelah demam, sebab perdarahan adalah trombositopenia. Perdarahan tidak
terjadi pada semua penderita sehingga diperlikan test toreniquet.
Bentuk pendarah berupa :
- Purpura- Ptechiae- Echymosis- Mimisan atau epitaksisi- Perdaragan gusi- Muntah darah (hematemesis)- BAB darah (melena)
3. Pembesaran hepar (hepatomegali)4. Renjatan (shock)Manifestasi klinis DBD menurut Kriteia WHO 2009
Kemungkinan DBD:
8/13/2019 Presus Demam Dengue
15/28
15
Tinggal di/perjalanan ke daerah endemik, demam 2 hari atau lebihsuhu >37
0C dan 2 dari kriteria berikut: mual, muntah, ruam bintik-
bintik merah di kulit, nyeri sendi, RL test (+), leucopenia
Adanya tanda peringatan (memerlukan observasi medis dan intervensi)
Nyeri abdomen Persisten muntah Akumulasi cairan pada rongga tubuh Mukosa berdarah Letargi, gelisah Pembesaran hati >2cm Laboratorium: ditemukan kenaikan HT bersamaan dengan penurunan AT
Dengue Syok Sindrom (DSS)
Pada kejadian dengue syok sindrom, terdapat hamper semua kriteria di slide
sebelumnya, disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan
lemah, tekanan darah turun (
8/13/2019 Presus Demam Dengue
16/28
16
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue
DD/DBD Derajat* Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau
lebih tanda: sakit
kepala, nyeri retro-
orbital, mialgia,
artalgia
Leukopenia, Trombositopenia
Tidak ditemukan buktikebocoran plasma
Serologi denguepositif
DBD I Gejala di atas
ditambah uji RL
positif (+)
Trombositopenia(100.000/ul),
Ada bukti kebocoranplasma*
HCT meningkat 20%DBD II Gejala di atas
ditambah perdarahan
spontan
Trombositopenia(100.000/ul),
Ada bukti kebocoranplasma
HCT meningkat 20%DBD III Gejala diatas ditambah
kegagalan sirkulasi
(kulit dingin dan
lembab serta gelisah)
Trombositopenia(100.000/ul)
Ada bukti kebocoranplasma
HCT meningkat 20%DBD IV Syok berat disertai
dengan tekanan darah
dan nadi tidak terukur
Trombositopenia(100.000/ul),
Ada bukti kebocoranplasma
HCT meningkat 20% DBD derajat III dan IV juga disebut dengue syok sindrom (DSS)
8/13/2019 Presus Demam Dengue
17/28
17
Bukti kebocoran plasma sebagai berikut :peningkatan hematokrit (20%), efusi pleura,asites atau hiponatremia.
F. Diagnosis1. Gambaran klinis
a. AnamnesisTerdapat demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung
terus menerus 2-7 hari. Dari anamnesis mungkin di dapatkan tanda2 menifestasi
perdarahan seperti epistaksis, petekie, perdarahan gusi, nyeri retro orbital, nyeri
otot dan tulang.
b. Pemeriksaan FisikHepatomegali, jika terdapat menifestasi perdarahan maka uji bendung
positif, epistaksis, petekie, perdarahan gusi. Pada pasien dengan syok ditandai
nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg), kaki dan tangan dingin,
kulit lembab, CRT memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
8/13/2019 Presus Demam Dengue
18/28
18
2. Pemeriksaan Penunjanga. Darah Perifer Lengkap
Pada demam berdarah dengue dapat terjadi peningkatan kadar leukosit,
trombositopenia ( 100.000 /ul), hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari
peningkatan hematokrit lebih dari 20%. Ditemukan dua atau tiga patokan klinis
pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk klinis
menegakan diagnosis DBD.
Adanya tanda kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler
yang terlihat dari :
Peningkatan hematokrit >20% dari nilai normal berdasarkan usia dan jeniskelamin
Penurunan hematokrit >20% setelah pemberian terapi cairan jikadibandingkan dengan nilai hematokrit awal
Tanda-tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites danhipoprotenemia.
G. PenatalaksanaanPada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis.
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma
dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam
pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik
secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan terjadinya
trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak demam
berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akankembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut secara
bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan sudah
cukup atau kurang, pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta
terjadinya efusi pleura ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai.
8/13/2019 Presus Demam Dengue
19/28
19
Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada
trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang cukup,
lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna. Sebagai
terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat
simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat
antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada
saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum). Protokol pemberian cairan sebagai
komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada
protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut:
1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok
2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa diruang rawat
3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit>20%
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBDdewasa
5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
Tatalaksana kasus tersangka DBD
Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak,
terus100.000/ul Rawat jalan :
paracetamol,
kontrol tiap hari
sampai demamhilang
Tanda syok,
muntah terus
menerus,
kejang,
kesadaran
menurun,
muntah darah,
berak darah.
8/13/2019 Presus Demam Dengue
20/28
20
DBD derajat Iatau II tanpa peningkatan Hematokrit
Nilai tanda klinis,
periksa trombosit
& Ht bila demam
menetap setelah
hari sakit ke-3
Rawat inap
Minum banyak 1,5-2 L/hari,
paracetamol, kontrol tiap hari sampai
demam turun, periksa Hb, Ht, At tiap
kali
Rawat jalan
Perhatian untuk orang tua jika ada
tanda2 syok : gelisah, lemah,
kaki/tangan dingin, sakit perut, berak
hitam
Segera bawa ke rumah sakit
DBD dera at Iatau II tan a enin katan Hematokrit
Klinis : demam 2-7 hari, uji
tourniquet positif atau perdarahan
spontan
Lab : hematokrit tidak meningkat,
trombositopenia ringan
Pasien tidak dapat minum
pasien muntah terus
Infus Nacl 0,9%, dextrose
5% , tetesan rumatan
sesuai dengan berat badan,
periksa Hb, Ht, Trombosit
tiap 6-12 jam
Pasien masih mau dapat minum
Beri minum 1-2 L/hari atau 1 sd
makan tiap 5 menit, jenis
minumam : air putih, teh manis,
sirup, jus, buah, susu, oralit. Bila
suhu >38,5 c beri paracetamol
Bila kejang beri antikonvulsan
8/13/2019 Presus Demam Dengue
21/28
21
Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5-8%)
Berat waktu masuk (kg) Jumlah cairan ml/kgBB/hari
18 88
Kebutuhan cairan rumatan
Berat badan (kg) Jumlah cairan (ml)
10 100/kgBB
10-20 1000+50 x kg (diatas 10 kg)
>20 1500+50 x kg (diatas 20 kg)
Ht naik dan atau trombosit turun
Infus ganti ringer laktat
(tetesan disesuaikan)
Monitor gejala klinis dan lab
Perhatikan tanda syok, palpasi hati
setiap hari, ukur diuresis setiap
hari, awasi perdarahan, periksa
Ht,Hb, Trombosit tiap 6-12 jam
Perbaikan klinis dan lab
Pulang: jika tidak demam 24 jam
tanpa antipiretik, nafsu makan baik,
klinis baik, hematokrit stabil, ATV
>50. 000/ul, tidak distres pernafasan
8/13/2019 Presus Demam Dengue
22/28
22
DBD derajat II dengan peningkatan Ht 20%
8/13/2019 Presus Demam Dengue
23/28
23
DBD derajat III & IV
Cairan awal : RL/Nacl 0,9 % /
RLD5/Nacl 0,9%+D5, 6-7 ml/kgBB/jam
Distres pernafasan,Ht naik, tek nadi
naik 20 mmHg
Koloid 20-30
ml/kgBB
Hb/Ht turun
Transfusi darah
segar 10 ml/kgBB
Oksigen 2-4L/menit
Bolus dlm 30menit RL/Nacl
0,9% 20 ml/kgBB secepatnya
Tidak gelisah, nadi
kuat, tekanan darah
stabil, diuresis cukup
(1ml/kgBB/jam) Ht
turun (2kali
pemeriksaan)
8/13/2019 Presus Demam Dengue
24/28
24
8/13/2019 Presus Demam Dengue
25/28
25
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan khususnya pada
penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertama adalah jenis cairan dan kedua adalah
jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan. Karena tujuan terapi cairan adalah
untuk mengganti kehilangan cairan di ruang intravaskular, pada dasarnya baik
kristaloid(ringer laktat, ringer asetat,cairan salin) maupun koloid dapat diberikan. WHO
menganjurkan terapi kristaloid sebagai cairan standar pada terapi DBD karena
dibandingkan dengan koloid, kristaloid lebih mudah didapat dan lebih murah. Jenis
cairan yang ideal yang sebenarnya dibutuhkan dalam penatalaksanaan antara lain
memiliki sifat bertahan lama di intravaskular, aman dan relatif mudah diekskresi, tidak
mengganggu sistem koagulasi tubuh, dan memiliki efek alergi yang minimal
Secara umum, penggunaan kristaloid dalam tatalaksana DBD aman dan efektif.
Beberapa efek samping yang dilaporkan terkait dengan penggunaan kristaloid adalah
edema, asidosis laktat,instabilitas hemodinamik dan hemokonsentrasi. Kristaloid
memiliki waktu bertahan yang singkat di dalam pembuluh darah. Pemberian larutan RL
secara bolus (20 ml/kg BB) akan menyebabkan efek penambahan volume vaskular hanya
dalam waktu yang singkat sebelum didistribusikan ke seluruh kompartemen interstisial
(ekstravaskular) dengan perbandingan 1:3, sehingga dari 20 ml bolus tersebut dalam
waktu satu jam hanya 5 ml yang tetap berada dalam ruang intravaskular dan 15ml masuk
ke dalam ruang interstisial. Namun demikian, dalam aplikasinya terdapat beberapa
keuntungan penggunaan kristaloid antara lain mudah tersedia dengan harga terjangkau,
komposisi yang menyerupai komposisi plasma, mudah disimpan dalam temperatur ruang,
dan bebas dari kemungkinan reaksi anafilaktik.
Dibandingkan cairan kristaloid, cairan koloid memiliki beberapa keunggulan
yaitu: pada jumlah volume yang sama akan didapatkan ekspansi volume plasma
(intravaskular) yang lebih besar dan bertahan untuk waktu lebih lama di ruang
intravaskular. Dengan kelebihan ini, diharapkan koloid memberikan oksigenasi jaringan
lebih baik dan hemodinamik terjaga lebih stabil. Beberapa kekurangan yang mungkin
didapatkan dengan penggunaan koloid yakni risiko anafilaksis, koagulopati, dan biaya
yang lebih besar. Namun beberapa jenis koloid terbukti memiliki efek samping
koagulopati dan alergi yang rendah (contoh: hetastarch). Penelitian cairan koloid diban-
dingkan kristaloid pada sindrom renjatan dengue (DSS) pada pasien anak dengan
8/13/2019 Presus Demam Dengue
26/28
26
parameter stabilisasi hemodinamik pada 1 jam pertama renjatan, memberikan hasil
sebanding pada kedua jenis cairan.17,18 Sebuah penelitian lain yang menilai efektivitas
dan keamanan penggunaan koloid pada penderita dewasa dengan DBD derajat 1 dan 2 di
Indonesia telah selesai dilakukan, dan dalam proses publikasi. Jumlah cairan yang
diberikan sangat bergantung dari banyaknya kebocoran plasma yang terjadi serta
seberapa jauh proses tersebut masih akan berlangsung. Pada kondisi DBD derajat 1 dan
2, cairan diberikan untuk kebutuhan rumatan (maintenance) dan untuk mengganti cairan
akibat kebocoran plasma. Secara praktis, kebutuhan rumatan pada pasien dewasa dengan
berat badan 50 kg, adalah sebanyak kurang lebih 2000 ml/24 jam; sedangkan pada
kebocoran plasma yang terjadi seba-nyak 2,5-5% dari berat badan sebanyak 1500-3000
ml/24 jam. Jadi secara rata-rata kebutuhan cairan pada DBD dengan hemodinamik yang
stabil adalah antara 3000-5000 ml/24 jam. Namun demikian, pemantauan kadar
hematokrit perlu dilakukan untuk menilai apakah hemokonsentrasi masih berlangsung
dan apakah jumlah cairan awal yang diberikan sudah cukup atau masih perlu ditambah.
Pemantauan lain yang perlu dilakukan adalah kondisi klinis pasien, stabilitas
hemodinamik serta diuresis. Pada DBD dengan kondisi hemodinamik tidak stabil (derajat
3 dan 4) cairan diberikan secara bolus atau tetesan cepat antara 6-10 mg/kg berat badan,
dan setelah hemodinamik stabil secara bertahap kecepatan cairan dikurangi hingga
kondisi benar-benar stabil. Pada kondisi di mana terapi cairan telah diberikan secara
adekuat, namun kondisi hemodinamik belum stabil, pemeriksaan kadar hemoglobin dan
hematokrit perlu dilakukan untuk menilai kemungkinan terjadinya perdarahan internal.
H. Komplikasi
8/13/2019 Presus Demam Dengue
27/28
27
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien ini didapatkan hasil anamnesis bahwa pasien demam (+) 4 hari,
5HSMRS mual (+), nyeri perut (+), tidak mau makan (+) 4HSMRS demam
mendadak tinggi (+) , mual (+) nyeri perut (+), tidak mau makan (+) 3HSMRS
demam (+), muntah (+), 4 kali, 1 gelas , muntah hanya cairan, tidak mau makan (+),
diare (+). 5 kali, banyaknya 1/2 gelas, warna kuning (+) cair (+) lendir (-) darah (-)
berbusa (-)bau busuk (-), 2HSMRS demam (+), nyeri perut (+) BAB (-),tidak mau
makan (+) 1HSMRS demam (+), nyeri perut (+) BAB (-),tidak mau makan (+)HMRS demam (+), demam mendadak tinggi (+), sepanjang hari (+), mengigil (+),
berkeringat (+), BAB (-), nyeri perut (+), BAK normal (+) nyeri (-) warna kuning
jernih (-), nyeri kepala (+), nyeri sendi (+), badan terasa pegal2 (+), ruam (+), mual
(+) tidak mau makan (+)
Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran
compos mentis, HR =148 /menit suhu =37,3C RR =66/menit Satus gizi : gizi
lebih, pada palpasi abdimen nyeri perut kiri atas(+) petekia di kaki (+)
Pemeriksaan laboratorium angka leukosit menurun kemudian normal dissat
pulang, tedapat penurunan hematokrit 20 % (48 pada masa sakit dan 38 pada masa
kovalesen) terdapat trombositopenia 100.000/ul, sedikit penurunan hemaglobin
(12,3) MCV (65,1) MCH(21,1) dan peningkatan laju endap darah (25,35), IgG
positip.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
disimpulkan bahwa pasien mengalami demam berdarah dengue.
8/13/2019 Presus Demam Dengue
28/28
DAFTAR PUSTAKA
1. Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: an escalating problem. BMJ 2002;324:1563-62. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis , Ed II.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
3. Lestari K. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) DiIndonesia. Farmaka. Desember 2007; Vol. 5 No.3: hal . 12-29.
4. Malavinge G, Fernando S, Senevirante S. Dengue Viral Infection. PostgraduateMedical Journal. 2004;Vol 80:p. 588-601
5. Rani, A. Soegondo, S. dan Nasir, AU. (ed). Panduan Pelayanan Medik PerhimpunanDokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI,
2006.p.137-8
6. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, Dong TH, Tran TN, Le T, et al. Comparison of threefluid solutions for resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl J Med 2005;
353:87789
7. World Health Organization. Dengue hemorrhage fever. Fact sheet No. 331.2013.Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/.
8. World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue shocksyndrome in the context of the integrated management of childhood illness.
Departmentof Child and Adolescent Health and Development.
WHO/FCH/CAH/05.13. Geneva,2005.
9. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan DepartemenKesehatan RI. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Jakarta,
2007
10.Kusriastuti R. Kebijaksanaan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue DiIndonesia. Jakarta: Depkes R.I; 2005.