Upload
pratiwiekarahmawati
View
72
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PRESENTASI KASUS
DEMAM DENGUE
Disusun oleh :
Novrina Wahidah Resti 0920221170
Oponent :
Nia Elisa Ginting 092022171
Pembimbing :
dr.Isjanto, Sp.PD
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTOJAKARTA
2011
BAB I
STATUS PASIEN
1
I. IDENTITAS
Nama : Tn.M
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kebon Manggis, Jakarta Timur
Tgl masuk : 11 Agustus 2011
II. ANAMNESIS
(Didapatkan dari autoanamnesis pada tanggal
Keluhan Utama : Demam sejak 4 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam
langsung tinggi, demam dirasakan terus menerus sepanjang hari.
Demam turun dengan obat penurun panas, namun kemudian naik
kembali. Demam dirasakan sama tinggi dari hari pertama demam.
Demam disertai menggigil.
Keluhan disertai batuk, sakit kepala, mual, dan muntah. Batuk
dirasakan sejak 3 hari SMRS, batuk disertai dahak namun sedikit,
tidak disertai darah. Sakit kepala dirasakan berdenyut sejak 4 hari
SMRS. Muntah dialami 3x SMRS, diawali dengan mual, muntah
berisi makanan & cairan berwarna kekuningan sekitar ¼ gelas
aqua.
Pasien tidak mengeluh adanya gangguan buang air besar ataupun
buang air kecil. Keluhan tidak disertai sesak napas, sakit
tenggorokkan, sakit telingga, ataupun sakit gigi. Keluhan juga tidak
disertai perubahan warna kuning pada kulit ataupun mata. Pasien
tidak mengeluh adanya bercak kemerahan pada kulit, mimisan,
pendarahan pada gigi ataupun gusi, nyeri perut ataupun nyeri
2
sendi. Pasien tidak memiliki riwayat batuk lama ataupun bepergian
ke luar kota.
Pasien baru pertama kali merasakan keluhan ini, dan tidak ada
keluarga ataupun tetangga sekitar rumah pasien yang mengalami
keluhan serupa.
Riwayat penyakit dahulu :
Hipertensi disangkal
Asma disangkal
Jantung disangkal
DM disangkal
Malaria disangkal
DHF disangkal
Riwayat penyakit keluarga : Riwayat Hipertensi, asma,
jantung, DM disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum (Tanggal 12 Agustus 2011 )
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit (Reguler, isi cukup)
RR : 20 x/menit (Thorakoabdominal)
S : 38,0 ˚ C
Tinggi Badan : 162 cm
Berat Badan : 50 kg
Keadaan gizi : Normal
IMT = 19,2 kg/m2
Habitus : Piknikus
Tingkah Laku : Wajar
3
Alam Perasaan : Biasa
Proses Fikir : Wajar
Status Lokalis :
Kulit : Sawo matang, ikterik tidak ada, turgor cukup
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah cabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks
cahaya +/+, pupil bulat isokor
Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen tidak ada, liang telinga
lapang, membran timpani intak
Hidung : Deviasi septum tidak ada, deformitas tidak ada, sekret
tidak ada, darah tidak ada
Mulut : Bibir tidak sianosis, bibir lembab, gusi tidak berdarah,
lidah tidak kotor, tepi tidak hiperemis, tidak tremor.
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Kelenjar tiroid tidak teraba membesar, kelenjar getah
bening tidak teraba, tidak ada deviasi trakea, JVP 5-2 cm
Thoraks :
Paru : Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis pada kedua
lapang paru
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler, rhonki -/-,
wheezing -/-
Cor : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicula
sinistra,
tidak kuat angkat, thrill tidak teraba
Perkusi : Batas atas ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan bawah ICS V parasternalis dextra
Batas kiri bawah ICS V linea midclavicula
sinistra
4
Auskultasi : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada
gallop
Abdomen : Inspeksi : Datar, petechie tidak ada
Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
ballotement (-), Shifting dullness (-), Defans
Musculair (-), Nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema tidak ada pada keempat
ekstremitas. Tes Rumpel leede (+)
5
6
7
8
IV. RESUME
9
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam
langsung tinggi, demam dirasakan terus menerus sepanjang hari.
Demam turun dengan obat penurun panas, namun kemudian naik
kembali. Demam dirasakan sama tinggi dari hari pertama demam.
Demam disertai menggigil.
Keluhan disertai batuk berdahak, cephalgia, nausea, dan vomitus.
Pemeriksaan fisik didapatkan tes Rumpel leede positif. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan trombositopenia.
V. DAFTAR MASALAH
Demam dengue
VI. PENGKAJIAN
Anamnesis:
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang didapat yaitu demam
yang datang mendadak tinggi sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit,demam berlangsung terus menerus disertai keluhan mengigil.
Pasien juga mengeluhkan adanya cephalgia, nausea, dan vomitus.
Pemeriksaan fisik: Rumple leed (+)
Pemeriksaan Laboratorium: trombositopenia
VII. DIAGNOSIS BANDING
- Demam berdarah dengue grade I
- Demam typhoid
VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN
a. Rencana Diagnosis
Monitor Keadaan Umum, tanda-tanda vital dan tanda-
tanda perdarahan
10
Pemeriksaan Hemoglobin,Hematokrit, Trombosit,
leukosit/24 jam.
Uji Serologi : Tes IgM anti dengue dan IgG anti dengue
Tes widal 3 hari kemudian
b. Rencana Terapi
Medikamentosa
IVFD RL 500 cc 30 tpm
Prasetamol 3 x 500 mg p.o (jika perlu)
Injeksi primperan 3 x 1 I.V
Omeprazol 2 x 20 mg p.o
Yudhavit 2 x 1 p.o
Neuralgad 3 x 1 p.o (jika perlu)
Non-Medikamentosa
- Tirah baring/istirahat
- Minum air putih (1,5-2 lt/hari)
c. Rencana Edukasi
Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya,
perjalanan penyakitnya, prosedur diagnostik dan rencana
pelaksanaannya.
Memberikan tindakan prefentiv untuk memutuskan
transmisi dari kuman penyebab,menerapkan kepada pasien
untuk menjaga kebersihan dan memberantas vektor dengan
cara 3 M : Mencuci, Menguras dan Mengubur.
Memasyarakatkan pengelolaan bahan makanan dan
minuman yang memenuhi standar prosedur kesehatan.
11
IX. FOLLOW UP
Tanggal 12 /0 8 /20 11
S : demam (-), pusing (+), batuk berdahak (+). Mual (-). Muntah (-),
sesak (-), mimisan (-), gusi berdarah (-).
O : KU : Tampak sakit sedang
Kes : Compos Mentis
TTV: TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler, isi penuh
RR : 18 x/menit, regular
Suhu : 36,70C
St.generalis :
Mata : Konjungtiva tidak pucat,sclera tidak ikterik
Thorax : Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, Petechie (-)
Palpasi : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema dan petekie di
keempat ekstremitas
A : Demam dengue
Hipokalemia
P : IVFD RL 500 cc 30 tpm
Parasetamol 3 x 500 mg p.o
Inj. Primperan 3 x 1 I.V
Omeprazol 2 x 1 p.o
Yudhavit 2 x 1 p.o
Neuralgad 3 x 1 p.o (jika perlu)
KSR 3 x 1
Bromheksin Hcl 3 x C I p.o
12
Tanggal 13 /0 8 /20 11
S : demam (-), pusing (+), batuk (+). Mual (-). Muntah (-), sesak (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-).BAB-BAK tidka ada keluhan
O : KU : Tampak sakit sedang
Kes : Compos Mentis
TTV: TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler, isi penuh
RR : 18 x/menit, regular
Suhu : 370C
St.generalis :
Mata : Konjungtiva tidak pucat,sclera tidak ikterik
Thorax : Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, Petechie (-)
Palpasi : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema dan petekie di
keempat ekstremitas
A : Demam dengue
Hipokalemia
P : IVFD RL 500 cc 30 tpm
Parasetamol 3 x 500 mg p.o
Omeprazol 2 x 1 p.o
Yudhavit 2 x 1 p.o
Neuralgad 3 x 1 p.o (jika perlu)
KSR 3 x 1 p.o
Bromheksin Hcl 3 x C I p.o
Tanggal 14 /0 8 /20 11
S : demam (-), pusing (+), batuk (+). Mual (-). Muntah (-), sesak (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-). BAB-BAK tidka ada keluhan
O : KU : Tampak sakit sedang
13
Kes : Compos Mentis
TTV: TD : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler, isi penuh
RR : 20 x/menit, regular
Suhu : 37,2 0C
St.generalis :
Mata : Konjungtiva tidak pucat,sclera tidak ikterik
Thorax : Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, Petechie (-)
Palpasi : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema dan petecjie di
keempat ekstremitas
A : Demam dengue
P : Parasetamol 3 x 500 mg p.o
Omeprazol 2 x 1 p.o
Yudhavit 2 x 1 p.o
Neuralgad 3 x 1 p.o (jika perlu)
Bromheksin Hcl 3 x C I p.o
X. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : ad bonam
b. Quo ad fungtionam : ad bonam
c. Qou ad sanas : ad bonam
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Penyakit
Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
15
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne
viruses (arboviruses). Virus Dengue memiliki 4 serotipe yaitu tipe DEN 1,
DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak
ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe
(hiperendemisitas) dapat terjadi. Secara epidemiologis keempat tipe virus
tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan paling
banyak adalah serotype DEN 3 dan DEN 2. Serotipe Den-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat. Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.
C. Epidemiologi
Penyakit Dengue merupakan endemik di Indonesia, namun dapat
menimbulkan ledakan epidemi dalam jangka waktu 5 sampai 20 tahun.
Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Surabaya pada tahun 1968.
sedangkan, dalam rentang tahun 1968-1993, kejadian DHF terbanyak
adalah pada tahun 1973 sebanyak 10.189 kasus dengan pasien
terbanyak berusia 15 tahun. Pada tahun 2004 Indonesia mengahadapi
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah kasus 64.000, dengan angka
kematian sebanyak 724 orang
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah
dengue, atau sindrom syok dengue.
16
Gambar-2. Manifestasi infeksi virus dengue
Demam dengue memiliki karakteristik penyakit waktu pendek, penyakit
non fatal dari onset kejadian sakit kepala, nyeri retroorbital, demam
tinggi, nyeri sendi dan rash. Sedangkan DBD ditandai oleh adanya
kegagalan sirkulasi dan perdarahan. Gejala klinis yang muncul demam
tinggi, peningkatan permeabilitas vaskuler, pembesaran hati, sakit kepala
berat dengan nyeri retroorbital, flushing, mialgia, dan artralgia dan
gangguan gastrointestinal yaitu muntah, anoreksia, dan nyeri abdomen
akut. Dalam kondisi yang lebih berat manifestasi perdarahan yang
dihubungkan dengan DBD termasuk epistaksis, perdarahan jusi, petekie
dan equimosis, hematemesis, melena, dan perdarahan vagina pada
wanita. Meskipun perdarahan sering sebagai bagian sindrom penyakit.
Perhatian khusus ditujukan berhubungan dengan kegagalan sirkulasi
termasuk hipotensi, takikardi, sempitnya tekanan nadi dan terlambatnya
pengisian kapiler. Kebocoran plasma dpat menyebabkan efusi pleura dan
ascites. Pada kondisi yang jarang dapat berkembang menjadi komplikasi
encephalopati, encephalitis, kegagalan hati, miokarditis, dan
disseminated intravascular coagulation (DIC).
Pada umumnya pasien akan mengalami fase demam selama 2-7 hari,
yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien
17
sudah tidak demam akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan
jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat.
Gambar-3. Perjalanan Penyakit DHF
Sindrom Syok Dengue (SSD)
Kriteria DBD + manifestasi:
Kegagalan sirkulasi: nadi cepat lemah, tekanan nadi menurun
(<20mmHg), kulit dingin & lembab, sianosis akral, pasien gelisah.
E. Diagnosis
Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria
diagnosis menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan
laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi
diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis) .
Kriteria Klinis
18
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus
menerus selama 2 – 7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekia, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mucosa, epistaksis, perdarahan gusi
d. Hematemesis dan atau melena
3. Pembesaran hati
4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak
gelisah
Kriteria Laboratoris
1. Trombositopenia (<100.000/ul)
2. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma):
a. peningkatan hematokrit >20% dibandingkan estándar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin.
b. Penrurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
c. Efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.
Pemeriksaan Laboratorium Lain
Di dalam pemeriksaan laboratorium, pada pasien DBD bisa didapatkan
kondisi sebagai berikut :
- Leukosit, dapat nomal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase
syok akan meningkat.
- Trombositopenia pada hari ke 3-8.
19
- Hematokrit. Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam.
- Hemostasis. Pemanjangan PT, aPTT. Penurunan fibrinogen, faktor II,
V, VII, X dan XII.
- Protein albumin. Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
- SGOT/SGPT dapat meningkat.
- Elektrolit. Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
- IgM. Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
- IgG. Pada infeksi primer IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada
infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
- Antigen NS1. Tes yang dapat mendiagnosis DBD dalam waktu
demam 8 hari pertama yaitu antigen virus dengue yang disebut
dengan antigen NS1. Keuntungan mendeteksi antigen NS1 yaitu
untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada penderita tersebut
pada fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya
antibodi.
Diagnosis Serologis
Dikenal beberapa jenis uji sero;ogi yang dipakai untuk menentukan
adanya infeksi virus dengue, misalnya :
1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Haemagglutination Inhibition Test = HI Test)
2. Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation Test = CF Test)
3. Uji neutralisasi (Neutralization Test = NT Test)
4. IgM Elisa (Mac. Elisa)
5. IgG Elisa
F. Patofisiologi
20
Hipotesis I
hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection)
immune enhancing antibody
Infeksi kedua kali dari virus dengue. Heterolog mempunyai resiko lebih
besar untuk terjadinya DBD atau SSD. Antibodi heterolog yang ada
mengenali virus yang menginfeksi kemudian membentuk kompleks
Antigen-Antibodi, kemudian berikatan dengan reseptor membran
leukosit/makrofag. Oleh karena Antibodi heterolog tidak terjadi
netralisasi virus, virus bebas bereplikasi di dalam sel makrofag.
Hipotesis II
Virus dengue secara genetik dapat berubah pada waktu replikasi
dalam tubuh manusia maupun nyamuk
Ekspresi fenotik dari perubahan genetik dalam genom virus dapt
menyebabkan:
- peningkatan replikasi virus dan viremia
- peningkatan virulensi
- peningkatan terjadinya wabah
Sebagai tanggapan terhadap infeksi :
1. Aktivasi sistem komplemen zat anafilatoksin permeabilitas
kapiler
Meningkat perembesan plasma
2. Agregasi trombosit jumlah trombosit menuurun kelainan fungsi
trombosit
(mobilisasi sel-sel trombosit muda dari sum-sum tulang)
3. Kerusakan sel endotel pembuluh darah mengaktivasi faktor
pembekuan.
Akibatnya terjadi perembesan plasma dan gangguan hemostasis
(vaskulopati, trombositopeni, koagulopati). Perembesan plasma akan
menyebabkan terjadinya syok hipovolemik dan rembesnya cairan ke
pleura dan peritoneal. Gangguan hemostasis akan menyebabkan
manifestasi perdarahan.
21
Gambar-4. Patofisiologi dan patogenesis Demam Berdarah Dengue
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding demam berdarah dengue adalah :
1. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus, atau
infeksi parasit seperti : demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya,
leptospirosis, dan malaria. Adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi dapat
membedakan DBD dengan penyakit lain
2. Demam chikungunya. Pada demam chikungunya penularannya mirip dengan influenza.
Dibanding dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam yang mendadak, masa
demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular,
injeksi konjungtiva, dan lebih sering ditemukan nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet
positif, petekie dan epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan
perdarahan gastrointestinal dan syok.
3. Penyakit infeksi seperti sepsis dan meningitis meningokokus juga menimbulkan petekie
dan ekimosis. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit berat, demam naik turun,
dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Terdapat leukositosis disertai dominasi sel PMN
22
(pada hitung jenis Shift to the left). Laju endap darah dapat membedakan infeksi bakteri
dengan infeksi virus. Pada meningitis meningokokus jelas terdapat rangsang meningeal
dan kelainan cairan serebrospinalis.
4. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II,
oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan dibawah kulit. Pada hari-hari
pertama, ITP sulit dibedakan dengan DBD, tetapi demam pada ITP cepat menghilang,
tidak ada leukopenia, tidak ada hemokonsentrasi, tidak dijumpai pergeseran kekanan
pada pada hitung jenis. Pada fase penyembuhan, trombosit lebih cepat naik daripada
pada ITP.
5. Leukemia dan anemia aplastik juga terdapat perdarahan. Demam pada leukemia tidak
teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan
sumsum tulang akan memperjelas leukemia. Pada anemia aplastik, anak sangat anemis,
demam timbul karena infeksi sekunder. Pada pemeriksaan darah ditemukan pansitopenia.
Pada pasien dengan perdarahan yang hebat, foto torak dan kadar protein dapat sangat
membantu. Pada DBD dapat ditemukan efusi pleura dan hipoproteinemia sebagai tanda
perembesan plasma.
H. Derajat Penyakit DBD
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitannya dengan
pengelolaan dan prognosis, maka WHO (1997) membagi DBD dalam 4 derajat setelah
kriteria laboratorik terpenuhi yaitu:
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue
DD/DBD Derajat
*
Gejala Laboratorium
Serologi
Dengue Positif DD Demam disertai 2 atau
lebih tanda: sakit kepala,
nyeri retro-orbital,
mialgia,
Artralgia.
Leukopenia,
Trombositopenia,
Tidak ditemukan
bukti
kebocoran plasma
DBD I Demam disertai gejala
tidak khas dan satu-
satunya manifestasi
Trombositopenia
(<100.000/ul),
23
perdarahan ialah uji
Tourniquet positif.
bukti
ada kebocoran
plasma
DBD II Seperti derajat I, disertai
perdarahan spontan di
kulit dan atau perdarahan
lain.
Trombositopenia
(<100.000/ul),
bukti
ada kebocoran
plasma
DBD III Didapatkan kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi
cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun
( 20 mmHg atau kurang )
atau hipotensi, sianosis
di sekitar mulut, kulit
dingin dan lembab, dan
anak tampak gelisah.
Trombositopenia
(<100.000/ul),
bukti
ada kebocoran
plasma
DBD IV Syok berat ( profound
shock ), nadi tidak dapat
diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
Trombositopenia
(<100.000/ul),
bukti
ada kebocoran
plasma
* DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue (SSD).
I. Penatalaksanaan
Setiap pasien tersangka demam dengue atau demam berdarah dengue sebaiknya dirawat di
tempat terpisah dengan pasien penyakit lain, seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk
(berkelambu). Penatalaksanaan pada demam dengue atau demam berdarah dengue tanpa
penyulit adalah :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24
jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
24
3. Medikamentosa yang bersifat simptomatis.
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak, dan inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron. Hindari
pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder
Pasien DHF perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan, yaitu :
1. Keadaan umum memburuk
2. Hati makin membesar
3. Masa perdarahan memanjang karena trombositopenia
4. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala
Dalam hal ditemukan tanda – tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan terpasang pada
pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum, nadi, tekanan
darah, suhu dan pernafasan. Serta Hb dan Ht setiap 4 – 6 jam pada hari – hari pertama
pengamatan, selanjutnya 24 jam.
Terapi untuk DSS bertujuan utama untuk mengembalikan cairan intravaskular ke tingkat
yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan pemberian segera cairan intravena. Jenis
cairan dapat berupa NaCl faali, ringer laktat atau bila terdapat renjatan yang berat dapat
dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan dan kecepatan pemberian cairan
disesuaikan dengan perkembangan klinis.
Kecepatan permulaan tetesan adalah 20 ml/kg berat badan, dan bila renjatan telah diatasi,
kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kg berat badan/jam.
Pada kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan cara diguyur, dan bila tak
tampak perbaikan, diusahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau
preparat hemasel dengan jumlah 15 – 29 ml/kg berat badan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keadaan asidosis yang harus dikoreksi dengan Na-bikarbonat. Pada umumnya
untuk menjaga keseimbangan volume intravaskular, pemberian cairan intravena baik
dalam bentuk elektrolit maupun plasma dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan
teratasi.
Transfusi darah dilakukan pada :
1. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan (hematemesis dan melena).
2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukkan kadar Hb dan Ht.
25
Pemberian kortikosteroid dilakukan telah terbukti tidak terdapat perbedaan bermakna
antara terapi tanpa atau dengan kortikosteroid. Pada pasien dengan renjatan yang lama
(prolonged shock), DIC diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila dengan
pemeriksaan hemostasis terbukti adanya DIC, heparin perlu diberikan..
Kriteria memulangkan pasien DBD :
Berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum memulangkan pasien dengan
DBD:
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit > 50.000/µl
7. Tidak dijumpai distress pernafasan ( disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis )
Komplikasi dari penyakit DBD adalah :
1. Dengue syok sindrome
Karena peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak. Dengan
akibat terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel. Dinding pembuluh
darah dan masuk ke dalam ruang interstitial sehingga menyebabkan hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan ke rongga serosa.
2. Ensefalopati
Karena edema otak sebagai akibat meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
otak.
3. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Dapat terjadi pada penderita DHF baik yang disertai renjatan maupun yang tidak.
4. Efusi pleura
Meningkatnya hematokrit bahwa syok terjadi akibat bocornya plasma ke jaringan
ekstravaskuler sehingga menyebabkan terjadinya timbulnya cairan pada pleura.
26
J. Prognosis
Prognosis tergantung dari saat diagnosis. Prognosis menjadi semakin buruk bila ditemukan
komplikasi. Pada orang dewasa prognosis dan perjalanan penyakit lebih ringan dari anak-
anak.
27
KESIMPULAN
1. Penyebab infeksi virus dengue di Indonesia adalah Virus Dengue tipe DEN 1, DEN 2,
DEN 3, dan DEN 4.
2. Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DHF terutama pada musim penghujan.
3. Penyakit infeksi seperti demam berdarah, tifus, malaria, peradangan hati, dan penyakit
infeksi lain merupakan contoh penyakit yang sering mempunyai gejala demam.
4. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, diagnosis demam berdarah dengue
dapat ditegakkan jika ditemukan dua kriteria klinis ditambah adanya penurunan kadar
trombosit (kurang dari 100.000 per mililiter) serta peningkatan hematokrit 20 persen.
5. Prinsip penatalaksanaan DBD adalah penggantian cairan. Obat – pbatan lain yang
diberikan sifatnya simtomatik
6. Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan “3M Plus” yang melibatkan seluruh masyarakat serta disesuaikan
dengan kondisi setempat.
28