35
PRESENTASI KASUS DEMAM DENGUE Disusun oleh : Novrina Wahidah Resti 0920221170 Oponent : Nia Elisa Ginting 092022171 Pembimbing : dr.Isjanto, Sp.PD DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA 2011 1

Presus Dengue Ok

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Presus Dengue Ok

PRESENTASI KASUS

DEMAM DENGUE

Disusun oleh :

Novrina Wahidah Resti 0920221170

Oponent :

Nia Elisa Ginting 092022171

Pembimbing :

dr.Isjanto, Sp.PD

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT

GATOT SOEBROTOJAKARTA

2011

BAB I

STATUS PASIEN

1

Page 2: Presus Dengue Ok

I. IDENTITAS

Nama : Tn.M

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : PNS

Alamat : Kebon Manggis, Jakarta Timur

Tgl masuk : 11 Agustus 2011

II. ANAMNESIS

(Didapatkan dari autoanamnesis pada tanggal

Keluhan Utama : Demam sejak 4 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam

langsung tinggi, demam dirasakan terus menerus sepanjang hari.

Demam turun dengan obat penurun panas, namun kemudian naik

kembali. Demam dirasakan sama tinggi dari hari pertama demam.

Demam disertai menggigil.

Keluhan disertai batuk, sakit kepala, mual, dan muntah. Batuk

dirasakan sejak 3 hari SMRS, batuk disertai dahak namun sedikit,

tidak disertai darah. Sakit kepala dirasakan berdenyut sejak 4 hari

SMRS. Muntah dialami 3x SMRS, diawali dengan mual, muntah

berisi makanan & cairan berwarna kekuningan sekitar ¼ gelas

aqua.

Pasien tidak mengeluh adanya gangguan buang air besar ataupun

buang air kecil. Keluhan tidak disertai sesak napas, sakit

tenggorokkan, sakit telingga, ataupun sakit gigi. Keluhan juga tidak

disertai perubahan warna kuning pada kulit ataupun mata. Pasien

tidak mengeluh adanya bercak kemerahan pada kulit, mimisan,

pendarahan pada gigi ataupun gusi, nyeri perut ataupun nyeri

2

Page 3: Presus Dengue Ok

sendi. Pasien tidak memiliki riwayat batuk lama ataupun bepergian

ke luar kota.

Pasien baru pertama kali merasakan keluhan ini, dan tidak ada

keluarga ataupun tetangga sekitar rumah pasien yang mengalami

keluhan serupa.

Riwayat penyakit dahulu :

Hipertensi disangkal

Asma disangkal

Jantung disangkal

DM disangkal

Malaria disangkal

DHF disangkal

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat Hipertensi, asma,

jantung, DM disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum (Tanggal 12 Agustus 2011 )

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital : TD : 110/70 mmHg

N : 80 x/menit (Reguler, isi cukup)

RR : 20 x/menit (Thorakoabdominal)

S : 38,0 ˚ C

Tinggi Badan : 162 cm

Berat Badan : 50 kg

Keadaan gizi : Normal

IMT = 19,2 kg/m2

Habitus : Piknikus

Tingkah Laku : Wajar

3

Page 4: Presus Dengue Ok

Alam Perasaan : Biasa

Proses Fikir : Wajar

Status Lokalis :

Kulit : Sawo matang, ikterik tidak ada, turgor cukup

Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak

mudah cabut

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks

cahaya +/+, pupil bulat isokor

Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen tidak ada, liang telinga

lapang, membran timpani intak

Hidung : Deviasi septum tidak ada, deformitas tidak ada, sekret

tidak ada, darah tidak ada

Mulut : Bibir tidak sianosis, bibir lembab, gusi tidak berdarah,

lidah tidak kotor, tepi tidak hiperemis, tidak tremor.

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang

Leher : Kelenjar tiroid tidak teraba membesar, kelenjar getah

bening tidak teraba, tidak ada deviasi trakea, JVP 5-2 cm

Thoraks :

Paru : Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis pada kedua

lapang paru

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler, rhonki -/-,

wheezing -/-

Cor : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicula

sinistra,

tidak kuat angkat, thrill tidak teraba

Perkusi : Batas atas ICS II linea parasternal sinistra

Batas kanan bawah ICS V parasternalis dextra

Batas kiri bawah ICS V linea midclavicula

sinistra

4

Page 5: Presus Dengue Ok

Auskultasi : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada

gallop

Abdomen : Inspeksi : Datar, petechie tidak ada

Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba,

ballotement (-), Shifting dullness (-), Defans

Musculair (-), Nyeri tekan epigastrium (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema tidak ada pada keempat

ekstremitas. Tes Rumpel leede (+)

5

Page 6: Presus Dengue Ok

6

Page 7: Presus Dengue Ok

7

Page 8: Presus Dengue Ok

8

Page 9: Presus Dengue Ok

IV. RESUME

9

Page 10: Presus Dengue Ok

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam

langsung tinggi, demam dirasakan terus menerus sepanjang hari.

Demam turun dengan obat penurun panas, namun kemudian naik

kembali. Demam dirasakan sama tinggi dari hari pertama demam.

Demam disertai menggigil.

Keluhan disertai batuk berdahak, cephalgia, nausea, dan vomitus.

Pemeriksaan fisik didapatkan tes Rumpel leede positif. Pemeriksaan

laboratorium didapatkan trombositopenia.

V. DAFTAR MASALAH

Demam dengue

VI. PENGKAJIAN

Anamnesis:

Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang didapat yaitu demam

yang datang mendadak tinggi sejak 4 hari sebelum masuk rumah

sakit,demam berlangsung terus menerus disertai keluhan mengigil.

Pasien juga mengeluhkan adanya cephalgia, nausea, dan vomitus.

Pemeriksaan fisik: Rumple leed (+)

Pemeriksaan Laboratorium: trombositopenia

VII. DIAGNOSIS BANDING

- Demam berdarah dengue grade I

- Demam typhoid

VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN

a. Rencana Diagnosis

Monitor Keadaan Umum, tanda-tanda vital dan tanda-

tanda perdarahan

10

Page 11: Presus Dengue Ok

Pemeriksaan Hemoglobin,Hematokrit, Trombosit,

leukosit/24 jam.

Uji Serologi : Tes IgM anti dengue dan IgG anti dengue

Tes widal 3 hari kemudian

b. Rencana Terapi

Medikamentosa

IVFD RL 500 cc 30 tpm

Prasetamol 3 x 500 mg p.o (jika perlu)

Injeksi primperan 3 x 1 I.V

Omeprazol 2 x 20 mg p.o

Yudhavit 2 x 1 p.o

Neuralgad 3 x 1 p.o (jika perlu)

Non-Medikamentosa

- Tirah baring/istirahat

- Minum air putih (1,5-2 lt/hari)

c. Rencana Edukasi

Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya,

perjalanan penyakitnya, prosedur diagnostik dan rencana

pelaksanaannya.

Memberikan tindakan prefentiv untuk memutuskan

transmisi dari kuman penyebab,menerapkan kepada pasien

untuk menjaga kebersihan dan memberantas vektor dengan

cara 3 M : Mencuci, Menguras dan Mengubur.

Memasyarakatkan pengelolaan bahan makanan dan

minuman yang memenuhi standar prosedur kesehatan.

11

Page 12: Presus Dengue Ok

IX. FOLLOW UP

Tanggal 12 /0 8 /20 11

S : demam (-), pusing (+), batuk berdahak (+). Mual (-). Muntah (-),

sesak (-), mimisan (-), gusi berdarah (-).

O : KU : Tampak sakit sedang

Kes : Compos Mentis

TTV: TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit, reguler, isi penuh

RR : 18 x/menit, regular

Suhu : 36,70C

St.generalis :

Mata : Konjungtiva tidak pucat,sclera tidak ikterik

Thorax : Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Cor : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : Datar, Petechie (-)

Palpasi : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, Nyeri tekan

epigastrium (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema dan petekie di

keempat ekstremitas

A : Demam dengue

Hipokalemia

P : IVFD RL 500 cc 30 tpm

Parasetamol 3 x 500 mg p.o

Inj. Primperan 3 x 1 I.V

Omeprazol 2 x 1 p.o

Yudhavit 2 x 1 p.o

Neuralgad 3 x 1 p.o (jika perlu)

KSR 3 x 1

Bromheksin Hcl 3 x C I p.o

12

Page 13: Presus Dengue Ok

Tanggal 13 /0 8 /20 11

S : demam (-), pusing (+), batuk (+). Mual (-). Muntah (-), sesak (-),

mimisan (-), gusi berdarah (-).BAB-BAK tidka ada keluhan

O : KU : Tampak sakit sedang

Kes : Compos Mentis

TTV: TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit, reguler, isi penuh

RR : 18 x/menit, regular

Suhu : 370C

St.generalis :

Mata : Konjungtiva tidak pucat,sclera tidak ikterik

Thorax : Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Cor : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : Datar, Petechie (-)

Palpasi : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, Nyeri tekan

epigastrium (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema dan petekie di

keempat ekstremitas

A : Demam dengue

Hipokalemia

P : IVFD RL 500 cc 30 tpm

Parasetamol 3 x 500 mg p.o

Omeprazol 2 x 1 p.o

Yudhavit 2 x 1 p.o

Neuralgad 3 x 1 p.o (jika perlu)

KSR 3 x 1 p.o

Bromheksin Hcl 3 x C I p.o

Tanggal 14 /0 8 /20 11

S : demam (-), pusing (+), batuk (+). Mual (-). Muntah (-), sesak (-),

mimisan (-), gusi berdarah (-). BAB-BAK tidka ada keluhan

O : KU : Tampak sakit sedang

13

Page 14: Presus Dengue Ok

Kes : Compos Mentis

TTV: TD : 100/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit, reguler, isi penuh

RR : 20 x/menit, regular

Suhu : 37,2 0C

St.generalis :

Mata : Konjungtiva tidak pucat,sclera tidak ikterik

Thorax : Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Cor : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : Datar, Petechie (-)

Palpasi : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, Nyeri tekan

epigastrium (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema dan petecjie di

keempat ekstremitas

A : Demam dengue

P : Parasetamol 3 x 500 mg p.o

Omeprazol 2 x 1 p.o

Yudhavit 2 x 1 p.o

Neuralgad 3 x 1 p.o (jika perlu)

Bromheksin Hcl 3 x C I p.o

X. PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : ad bonam

b. Quo ad fungtionam : ad bonam

c. Qou ad sanas : ad bonam

14

Page 15: Presus Dengue Ok

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi

yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,

nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam,

limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Penyakit

Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit

15

Page 16: Presus Dengue Ok

yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini

terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

B. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili

Flaviviridae. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne

viruses (arboviruses). Virus Dengue memiliki 4 serotipe yaitu tipe DEN 1,

DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak

ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe

(hiperendemisitas) dapat terjadi. Secara epidemiologis keempat tipe virus

tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan paling

banyak adalah serotype DEN 3 dan DEN 2. Serotipe Den-3 merupakan

serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan

manifestasi klinik yang berat. Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.

C. Epidemiologi

Penyakit Dengue merupakan endemik di Indonesia, namun dapat

menimbulkan ledakan epidemi dalam jangka waktu 5 sampai 20 tahun.

Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Surabaya pada tahun 1968.

sedangkan, dalam rentang tahun 1968-1993, kejadian DHF terbanyak

adalah pada tahun 1973 sebanyak 10.189 kasus dengan pasien

terbanyak berusia 15 tahun. Pada tahun 2004 Indonesia mengahadapi

Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah kasus 64.000, dengan angka

kematian sebanyak 724 orang

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau

dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah

dengue, atau sindrom syok dengue.

16

Page 17: Presus Dengue Ok

Gambar-2. Manifestasi infeksi virus dengue

Demam dengue memiliki karakteristik penyakit waktu pendek, penyakit

non fatal dari onset kejadian sakit kepala, nyeri retroorbital, demam

tinggi, nyeri sendi dan rash. Sedangkan DBD ditandai oleh adanya

kegagalan sirkulasi dan perdarahan. Gejala klinis yang muncul demam

tinggi, peningkatan permeabilitas vaskuler, pembesaran hati, sakit kepala

berat dengan nyeri retroorbital, flushing, mialgia, dan artralgia dan

gangguan gastrointestinal yaitu muntah, anoreksia, dan nyeri abdomen

akut. Dalam kondisi yang lebih berat manifestasi perdarahan yang

dihubungkan dengan DBD termasuk epistaksis, perdarahan jusi, petekie

dan equimosis, hematemesis, melena, dan perdarahan vagina pada

wanita. Meskipun perdarahan sering sebagai bagian sindrom penyakit.

Perhatian khusus ditujukan berhubungan dengan kegagalan sirkulasi

termasuk hipotensi, takikardi, sempitnya tekanan nadi dan terlambatnya

pengisian kapiler. Kebocoran plasma dpat menyebabkan efusi pleura dan

ascites. Pada kondisi yang jarang dapat berkembang menjadi komplikasi

encephalopati, encephalitis, kegagalan hati, miokarditis, dan

disseminated intravascular coagulation (DIC).

Pada umumnya pasien akan mengalami fase demam selama 2-7 hari,

yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien

17

Page 18: Presus Dengue Ok

sudah tidak demam akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan

jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat.

Gambar-3. Perjalanan Penyakit DHF

Sindrom Syok Dengue (SSD)

Kriteria DBD + manifestasi:

Kegagalan sirkulasi: nadi cepat lemah, tekanan nadi menurun

(<20mmHg), kulit dingin & lembab, sianosis akral, pasien gelisah.

E. Diagnosis

Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria

diagnosis menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan

laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi

diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis) .

Kriteria Klinis

18

Page 19: Presus Dengue Ok

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus

menerus selama 2 – 7 hari.

2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :

a. Uji tourniquet positif

b. Petekia, ekimosis, purpura

c. Perdarahan mucosa, epistaksis, perdarahan gusi

d. Hematemesis dan atau melena

3. Pembesaran hati

4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,

hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak

gelisah

Kriteria Laboratoris

1. Trombositopenia (<100.000/ul)

2. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran

plasma):

a. peningkatan hematokrit >20% dibandingkan estándar sesuai

dengan umur dan jenis kelamin.

b. Penrurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.

c. Efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia.

Dua kriteria klinis ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau

peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.

Pemeriksaan Laboratorium Lain

Di dalam pemeriksaan laboratorium, pada pasien DBD bisa didapatkan

kondisi sebagai berikut :

- Leukosit, dapat nomal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui

limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit

plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase

syok akan meningkat.

- Trombositopenia pada hari ke 3-8.

19

Page 20: Presus Dengue Ok

- Hematokrit. Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya

peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya

dimulai pada hari ke-3 demam.

- Hemostasis. Pemanjangan PT, aPTT. Penurunan fibrinogen, faktor II,

V, VII, X dan XII.

- Protein albumin. Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran

plasma.

- SGOT/SGPT dapat meningkat.

- Elektrolit. Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

- IgM. Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,

menghilang setelah 60-90 hari.

- IgG. Pada infeksi primer IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada

infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.

- Antigen NS1. Tes yang dapat mendiagnosis DBD dalam waktu

demam 8 hari pertama yaitu antigen virus dengue yang disebut

dengan antigen NS1. Keuntungan mendeteksi antigen NS1 yaitu

untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada penderita tersebut

pada fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya

antibodi.

Diagnosis Serologis

Dikenal beberapa jenis uji sero;ogi yang dipakai untuk menentukan

adanya infeksi virus dengue, misalnya :

1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Haemagglutination Inhibition Test = HI Test)

2. Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation Test = CF Test)

3. Uji neutralisasi (Neutralization Test = NT Test)

4. IgM Elisa (Mac. Elisa)

5. IgG Elisa

F. Patofisiologi

20

Page 21: Presus Dengue Ok

Hipotesis I

hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection)

immune enhancing antibody

Infeksi kedua kali dari virus dengue. Heterolog mempunyai resiko lebih

besar untuk terjadinya DBD atau SSD. Antibodi heterolog yang ada

mengenali virus yang menginfeksi kemudian membentuk kompleks

Antigen-Antibodi, kemudian berikatan dengan reseptor membran

leukosit/makrofag. Oleh karena Antibodi heterolog tidak terjadi

netralisasi virus, virus bebas bereplikasi di dalam sel makrofag.

Hipotesis II

Virus dengue secara genetik dapat berubah pada waktu replikasi

dalam tubuh manusia maupun nyamuk

Ekspresi fenotik dari perubahan genetik dalam genom virus dapt

menyebabkan:

- peningkatan replikasi virus dan viremia

- peningkatan virulensi

- peningkatan terjadinya wabah

Sebagai tanggapan terhadap infeksi :

1. Aktivasi sistem komplemen zat anafilatoksin permeabilitas

kapiler

Meningkat perembesan plasma

2. Agregasi trombosit jumlah trombosit menuurun kelainan fungsi

trombosit

(mobilisasi sel-sel trombosit muda dari sum-sum tulang)

3. Kerusakan sel endotel pembuluh darah mengaktivasi faktor

pembekuan.

Akibatnya terjadi perembesan plasma dan gangguan hemostasis

(vaskulopati, trombositopeni, koagulopati). Perembesan plasma akan

menyebabkan terjadinya syok hipovolemik dan rembesnya cairan ke

pleura dan peritoneal. Gangguan hemostasis akan menyebabkan

manifestasi perdarahan.

21

Page 22: Presus Dengue Ok

Gambar-4. Patofisiologi dan patogenesis Demam Berdarah Dengue

G. Diagnosis Banding

Diagnosis banding demam berdarah dengue adalah :

1. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus, atau

infeksi parasit seperti : demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya,

leptospirosis, dan malaria. Adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi dapat

membedakan DBD dengan penyakit lain

2. Demam chikungunya. Pada demam chikungunya penularannya mirip dengan influenza.

Dibanding dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam yang mendadak, masa

demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular,

injeksi konjungtiva, dan lebih sering ditemukan nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet

positif, petekie dan epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan

perdarahan gastrointestinal dan syok.

3. Penyakit infeksi seperti sepsis dan meningitis meningokokus juga menimbulkan petekie

dan ekimosis. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit berat, demam naik turun,

dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Terdapat leukositosis disertai dominasi sel PMN

22

Page 23: Presus Dengue Ok

(pada hitung jenis Shift to the left). Laju endap darah dapat membedakan infeksi bakteri

dengan infeksi virus. Pada meningitis meningokokus jelas terdapat rangsang meningeal

dan kelainan cairan serebrospinalis.

4. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II,

oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan dibawah kulit. Pada hari-hari

pertama, ITP sulit dibedakan dengan DBD, tetapi demam pada ITP cepat menghilang,

tidak ada leukopenia, tidak ada hemokonsentrasi, tidak dijumpai pergeseran kekanan

pada pada hitung jenis. Pada fase penyembuhan, trombosit lebih cepat naik daripada

pada ITP.

5. Leukemia dan anemia aplastik juga terdapat perdarahan. Demam pada leukemia tidak

teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan

sumsum tulang akan memperjelas leukemia. Pada anemia aplastik, anak sangat anemis,

demam timbul karena infeksi sekunder. Pada pemeriksaan darah ditemukan pansitopenia.

Pada pasien dengan perdarahan yang hebat, foto torak dan kadar protein dapat sangat

membantu. Pada DBD dapat ditemukan efusi pleura dan hipoproteinemia sebagai tanda

perembesan plasma.

H. Derajat Penyakit DBD

Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitannya dengan

pengelolaan dan prognosis, maka WHO (1997) membagi DBD dalam 4 derajat setelah

kriteria laboratorik terpenuhi yaitu:

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue

DD/DBD Derajat

*

Gejala Laboratorium

Serologi

Dengue Positif DD Demam disertai 2 atau

lebih tanda: sakit kepala,

nyeri retro-orbital,

mialgia,

Artralgia.

Leukopenia,

Trombositopenia,

Tidak ditemukan

bukti

kebocoran plasma

DBD I Demam disertai gejala

tidak khas dan satu-

satunya manifestasi

Trombositopenia

(<100.000/ul),

23

Page 24: Presus Dengue Ok

perdarahan ialah uji

Tourniquet positif.

bukti

ada kebocoran

plasma

DBD II Seperti derajat I, disertai

perdarahan spontan di

kulit dan atau perdarahan

lain.

Trombositopenia

(<100.000/ul),

bukti

ada kebocoran

plasma

DBD III Didapatkan kegagalan

sirkulasi, yaitu nadi

cepat dan lembut,

tekanan nadi menurun

( 20 mmHg atau kurang )

atau hipotensi, sianosis

di sekitar mulut, kulit

dingin dan lembab, dan

anak tampak gelisah.

Trombositopenia

(<100.000/ul),

bukti

ada kebocoran

plasma

DBD IV Syok berat ( profound

shock ), nadi tidak dapat

diraba dan tekanan darah

tidak terukur.

Trombositopenia

(<100.000/ul),

bukti

ada kebocoran

plasma

* DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue (SSD).

I. Penatalaksanaan

Setiap pasien tersangka demam dengue atau demam berdarah dengue sebaiknya dirawat di

tempat terpisah dengan pasien penyakit lain, seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk

(berkelambu). Penatalaksanaan pada demam dengue atau demam berdarah dengue tanpa

penyulit adalah :

1. Tirah baring

2. Makanan lunak

Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24

jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar ditambah dengan garam saja.

24

Page 25: Presus Dengue Ok

3. Medikamentosa yang bersifat simptomatis.

Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak, dan inguinal.

Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron. Hindari

pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.

4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder

Pasien DHF perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan, yaitu :

1. Keadaan umum memburuk

2. Hati makin membesar

3. Masa perdarahan memanjang karena trombositopenia

4. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala

Dalam hal ditemukan tanda – tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan terpasang pada

pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum, nadi, tekanan

darah, suhu dan pernafasan. Serta Hb dan Ht setiap 4 – 6 jam pada hari – hari pertama

pengamatan, selanjutnya 24 jam.

Terapi untuk DSS bertujuan utama untuk mengembalikan cairan intravaskular ke tingkat

yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan pemberian segera cairan intravena. Jenis

cairan dapat berupa NaCl faali, ringer laktat atau bila terdapat renjatan yang berat dapat

dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan dan kecepatan pemberian cairan

disesuaikan dengan perkembangan klinis.

Kecepatan permulaan tetesan adalah 20 ml/kg berat badan, dan bila renjatan telah diatasi,

kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kg berat badan/jam.

Pada kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan cara diguyur, dan bila tak

tampak perbaikan, diusahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau

preparat hemasel dengan jumlah 15 – 29 ml/kg berat badan. Dalam hal ini perlu

diperhatikan keadaan asidosis yang harus dikoreksi dengan Na-bikarbonat. Pada umumnya

untuk menjaga keseimbangan volume intravaskular, pemberian cairan intravena baik

dalam bentuk elektrolit maupun plasma dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan

teratasi.

Transfusi darah dilakukan pada :

1. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan (hematemesis dan melena).

2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukkan kadar Hb dan Ht.

25

Page 26: Presus Dengue Ok

Pemberian kortikosteroid dilakukan telah terbukti tidak terdapat perbedaan bermakna

antara terapi tanpa atau dengan kortikosteroid. Pada pasien dengan renjatan yang lama

(prolonged shock), DIC diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila dengan

pemeriksaan hemostasis terbukti adanya DIC, heparin perlu diberikan..

Kriteria memulangkan pasien DBD :

Berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum memulangkan pasien dengan

DBD:

1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

2. Nafsu makan membaik

3. Secara klinis tampak perbaikan

4. Hematokrit stabil

5. Tiga hari setelah syok teratasi

6. Jumlah trombosit > 50.000/µl

7. Tidak dijumpai distress pernafasan ( disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis )

Komplikasi dari penyakit DBD adalah :

1. Dengue syok sindrome

Karena peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak. Dengan

akibat terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel. Dinding pembuluh

darah dan masuk ke dalam ruang interstitial sehingga menyebabkan hipotensi,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan ke rongga serosa.

2. Ensefalopati

Karena edema otak sebagai akibat meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah

otak.

3. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

Dapat terjadi pada penderita DHF baik yang disertai renjatan maupun yang tidak.

4. Efusi pleura

Meningkatnya hematokrit bahwa syok terjadi akibat bocornya plasma ke jaringan

ekstravaskuler sehingga menyebabkan terjadinya timbulnya cairan pada pleura.

26

Page 27: Presus Dengue Ok

J. Prognosis

Prognosis tergantung dari saat diagnosis. Prognosis menjadi semakin buruk bila ditemukan

komplikasi. Pada orang dewasa prognosis dan perjalanan penyakit lebih ringan dari anak-

anak.

27

Page 28: Presus Dengue Ok

KESIMPULAN

1. Penyebab infeksi virus dengue di Indonesia adalah Virus Dengue tipe DEN 1, DEN 2,

DEN 3, dan DEN 4.

2. Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DHF terutama pada musim penghujan.

3. Penyakit infeksi seperti demam berdarah, tifus, malaria, peradangan hati, dan penyakit

infeksi lain merupakan contoh penyakit yang sering mempunyai gejala demam.

4. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, diagnosis demam berdarah dengue

dapat ditegakkan jika ditemukan dua kriteria klinis ditambah adanya penurunan kadar

trombosit (kurang dari 100.000 per mililiter) serta peningkatan hematokrit 20 persen.

5. Prinsip penatalaksanaan DBD adalah penggantian cairan. Obat – pbatan lain yang

diberikan sifatnya simtomatik

6. Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) dengan “3M Plus” yang melibatkan seluruh masyarakat serta disesuaikan

dengan kondisi setempat.

28