31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis maka rumusan masalah yang kami bahas adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan proses komunikasi ? 2. Bagaimana proses komunikasi dapat terjadi ? 3. Bagaimanakah bentuk-bentuk komunikasi ? 4. Apa yang dimaksud dengan perubahan perilaku ? 5. Teori-teori apakah yang berkaitan dengan perubahan perilaku ? 6. Apa strategi yang digunakan dalam perubahan perilaku ? 1.3 TUJUAN 1.4 MANFAAT

Proses Komunikasi Fix

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proses Komunikasi Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis maka rumusan masalah yang kami bahas

adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan proses komunikasi ?

2. Bagaimana proses komunikasi dapat terjadi ?

3. Bagaimanakah bentuk-bentuk komunikasi ?

4. Apa yang dimaksud dengan perubahan perilaku ?

5. Teori-teori apakah yang berkaitan dengan perubahan perilaku ?

6. Apa strategi yang digunakan dalam perubahan perilaku ?

1.3 TUJUAN

1.4 MANFAAT

Page 2: Proses Komunikasi Fix

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Komunikasi

Komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan. Proses komunikasi dapat diartikan juga bagaimana komunikator menyampaikan

pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi tersebut bertujuan untuk menciptakan

komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi

dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan

motif komunikasi.

Proses komunikasi di kategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif.

2.1.1 Proses komunikasi dalam Perspektif Psikologis

Proses komikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Pada saat

komunikator akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan maka dalam dirinya terjadi

suatu proses. Pesan komuniaksi terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan

umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang adalah bahasa. Walter Lippman menyebut isi pesan

itu “picture n our head”, sedangkan Walter Hagemen menamakannya “das Bewustseininhalte”.

Proses “mengemas” atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu

dalam bahasa komunikasi disebut encoding. Hasil encoding berupa pesan yang ditransmisikan

atau dikirimkan kepada komunikan.

Pada saat komunikan terlibat dalam proses komuniaksi intrapersonal. Proses dalam diri

komunikan disebut decoding. Proses decoding adalah suatu proses membuka atau membungkus

pesan yang diterima dari komunikator. Isi dari pesan yang diterima oleh komunikan adalah sebuah

pikiran komunikator. Jika komunikan mengisi pesan atau pikiran komunikator maka komunikasi

dapat terjadi, tetapi jika komunikan tidak mengerti pesan atau pikiran komunikator maka

komunikasi tidak terjadi.

Page 3: Proses Komunikasi Fix

2.1.2 Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekaniste.

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” dengan

bibir jika lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan

pesan dari komunikator oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga (pendengaran)

atau indera mata (penglihatan) atau indera-indera lainnya.

Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit. Sebab bersifat situasional,

tergantung pada situasi ketika komunikasi itu berlangsung. Jika jumlah komunikannya satu orang

atau seorang, maka komunikasi dalam situasi seperti itu dinamakan komunikasi interpersonal atau

komunikasi antarpribadi. Jika komunikannya sekelompok orang maka komunikasi dalam situasi

seperti itu disebut komunikasi kelompok, seringkali pula komunikannya tersebar dalam jumlah

yang relatif amat banyak sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana.

Maka komunikasi dalam situasi seperti itu dinamakan komunikasi massa.

Oleh karena jenis-jenis komunikasi yang termasuk komunikasi dalam perspektif

mekanistis ini seringkali menimbulkan permasalahan. Untuk lebih jelasnya proses komunikasi

dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi proses komunikasi secara primer dan

secara sekunder.

2.1.2.1 Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses penyampaian pikiran

oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai

media atau saluran. Lambang ini umumnya disebut bahasa. Tetapi dalam situasi-situasi

komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerak

anggota tubuh, gambar, warna dan lain sebagainya.

Dalam komunikasi, bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol). Sedangkan lambang-lambang

lainnya yang bukan bahasa dinamakan lambang niverbal (non verbal symbol).

a. Lambang verbal

Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering

digunakan oleh karena hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator

mengenai hal atau peristiwa. Baik yang konkret maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini,

Page 4: Proses Komunikasi Fix

masa lalu dan masa yang akan datang. Kita dapat menelaah pikiran Socrates dan Aristoteles yang

hidup ratusan tahun sebelum masehi dari buku-buku berkat kemampuan bahasa. Hanya dengan

bahasa pula kita dapat mengungkapkan rencana kita untuk minggu depan, bulan depan atau tahun

depan yang tidak mungkin dapat dijelaskan dengan lambang-lambang lain.

Bagaimana pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia dipaparkan oleh Kong Hu Chu

ketika ia ditanya orang apa yang pertama-tama akan dilakukan manakala diberi kesempatan

mengurus negara. Kong Hu Chu menegaskan bahwa yang pertama-tama akan ia lakukan adalah

membina bahasa, sebab apabila bahasa tidak tepat apa yang dikatakan bukan yang dimaksudkan.

Jika yang dikatakan bukan yang dimaksudkan, maka yang mestinya dikerjakan , tidak dilakukan.

Jikalau yang harus dilakukan terus-menerus tidak dilaksanakan, seni dan moral menjadi mundur.

Bila seni dan moral mundur, keadilan menjadi kabur akibatnya rakyat menjadi bingung dan

kehilangan pegangan. Demikian pula Kong Hu Chu.

Masalah bagaimana seharusnya ketepatan bahasa untuk mengungkapkan suatu maksud

tertentu dijumpai ketika terjadinya Perang Dunia II yang lalu. Ketika Jepang diminta oleh sekutu

(Amerika Serikat) agar menyerah menjawab dengan menggunakan perkataan “mokusatsu”.

Maksudnya adalah “tidak memberikan komentar sampai keputusan diambil (with holding

comment until a decision has been made) tetapi kata mokusatsu oleh Kantor Berita Domei

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “ignore” yang berarti “tidak peduli”.

Miskomunikasi inilah antara lain yang menyebabkan Hiroshima dibom atom dalam Perang Dunia

tersebut. “Kata-kata dapat menjadi dinamit” kata Scott M. Cutlip dan Allen H. Center dalam

bukuny “Effective Public Relations”.

Contoh di atas menunjukkan betapa pentingnya bahasa dalam proses komunikasi. Bahasa

mempunyai dua jenis pengertian yang perlu dipahami oleh para komunikator. Yang pertama

adalah pengertian denotatif dan yang kedua adalah pengertian konotatif. Perkataan yang denotatif

adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) dan

diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama kebudayaan dan bahasanya. Perkataan

yang denotatif tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan ketika diterpa

pesan-pesan komunikasi. Sebaliknya apabila komunikator menggunakan kata-kata konotatif.

Kata-kata konotatif mengandung pengertian emosional atau evaluatif. Oleh karena itu dapat

menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan.

Kebebasan mimbar merupakan ungkapan yang konotatif, demikian pula kebebasan pers.

Begitu juga perkataan demokrasi. Secara etimologis, demokrasi berasal dari kata “demos” dan

“cratein” yang berarti pemerintahan rakyat, tetapi bagi orang Amerika, Korea, Kuba, Indonesia

dan beberapa negara lain, istilah demokrasi tadi bersifat konotatif, sebab masing-masing bangsa

Page 5: Proses Komunikasi Fix

yang mengaku negaranya demokratis, penilaiannya berbeda; maka sistem pemerintahannya pun

berbeda.

Sehubungan dengan itu ketika berkomunikasi komunikator harus menggunakan kalimat-

kalimat dengan kata-kata denotatif. Apabila kata konotatif tidak dapat dihindarkan, maka kata-

kata bersangkutan harus diberi penjelasan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda

antara dia dengan komunikan.

Khusus dalam komunikan lisan, para pakar komunikator harus memperhatikan apa yang

disebut oleh Casagrande: para-languange yang barangkali dapat diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi parabahasa. Yang dimaksudkan dengan para-bahasa ini adalah berbagai hal

yang mengiringi pengucapan kata-kata ketika seseorang berbicara atau berpidato, misalnya gaya

bicara, tekanan nada, volume suara, logat dan sebagainya. Andaikata anda berada di suatu

ruangan, lalu anda mendengar suara orng yang sedang bercakap-cakap. Walaupun anda tidak

melihatnya, anda akan dapat menerka suara itu dari seorang wanita atau laki-laki, anak atau

dewasa, terpelajar atau tidak, Jawa atau Batak atau suku-suku lain dan sebagainya.

Demikianlah masalah bahasa sebagai lambang verbal penyandang pikiran komunikator

ketika ia menyampaikan pesannya kepada komunikan dalam proses komunikasi secara primer.

b. Lambang niverbal

Lambang niverbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang bukan

bahasa, misalnya isyarat dengan anggota komunikasi tubuh, antara lain kepala, mata, bibir, tangan

dan jari. Ray L. Birdwhistell dalam bukunya “Introduction to Kinesics” telah melakukan analisis

mengenai body communication. Dia mencoba untuk memberi rangka kepada “comprehensive

cocing scheme” bagi gerakan badan, seperti seorang linguist melakukannya untuk bahasa lisan.

Jika linguist menampilkan “phone” sebagai suara maka Birdwhistell mengetengahkan “kine”

sebagai gerakan. Apabila linguist mengemukakan “phoneme”, yakni sekelompok bunyi yang

berubah-rubah. Maka Birdwhistell mengemukakan “kinime, yaitu sebuah set gerakan yang

berubah-ubah. Kalau inguist mencari “morpheme” yang mengandung pengertian “Birdwhistell”

menyelidiki “Kinemort” serangkaian gerakan yang mengandung pengertian dalam konteks suatu

pola yang lebih besar.

Tahap seperti disebutkan di atas adalah microkinesicks. Lebih luas daripada itu adalah

macrokinesics atau disebut juga social kinesics, di mana sebuah gerakan (act), yaitu pola yang

menyangkut lebih dari suatu area akan bersangkutan dengan kerangka komunikasi yang lebih

luas.

Page 6: Proses Komunikasi Fix

Body communication atau non-verbal communication dalam bentuk gerak gerik seperti

disebutkan di atas telah banyak diteliti oleh para ahli. Ternyata banyak sekali gerakan yang sama

mengandung arti yang berlainan di antara bangsa yang satu dengan bahasa yang lain. Sebagai

contoh orang Toda di India Selatan sebagai tanda hormat menekankan ibu jarinya pada batang

hidungnya, lalu melambaikan keempat jari lainnya ke depan. Gerakan seperti itu bagi bangsa lain,

termasuk bangsa Indonesia. Lain sekali artinya, yakni mengejek atau memperolok-olok.

Termasuk komunikasi niverbal ianlah isyarat dengan menggunakan alat. Seperti

contohnya saja bedug yang digunakan sebagai alat komunikasi kaum muslimin di Indonesia atau

asap oleh orang Indian dan sebagainya. Para Ustadz dilanggar-langgar sejak dahulu sampai zaman

modern seperti sekarang ini menggunakan bedug untuk memberitahukan kepada kaum muslimin,

bahwa saat untuk sembahyang sudah tiba. Para kelasi sudah terbiasa menggunakan bendera untuk

memberikan isyarat atau dengan alat telegrafi untuk jarak jauh atas dasar sistem Morse. Orang

Indian sudah terbiasa pula melakukan komunikasi dengan menggunakan asap untuk

memberitahukan sesuatu kepada teman-temannya yang berada di tempat jauh.

Pada zaman modern seperti sekarang ini, alat untuk berkomunikasi dengan isyarat bersifat

modern pula. Seorang pengendara mobil yang akan belok tidak perlu menjulurkan tangannya,

cukup menghidupkan schakelaar lampu richtingnya maka dengan berkedip-kedipnya lampu merah

di depan dan di belakang mobilnya, orang tahu bahwa ia akan berbelok. Demikian pula polisi lalu

lintas tidak perlu berdiri di bawah terik matahari tepat di perepatan jalan dengan menggunakan

lampu setopan dengan warna merah, kuning dan hijau. Para pemakai jalan dapat mengetahui

kapan ia harus berhenti, kapan harus bersiap-siap dan kapan boleh berjalan lagi.

Gambar adalah lambang lain yang dipergunakan dalam berkomunikasi niverbal. Gambar

dapat dipergunakan untuk menyatakan suatu pikiran atau perasaan. Dalam hal tertentu gambar

bisa lebih efektif daripada bahasa. Tidak mengherankan ada motto Tionghoa yang menyatakan

bahwa gambar bisa memberi informasi yang sama dengan apabila diuraikan dengan seribu

perkataan.

Lambang gambar dalam proses komunikasi mengalami perkembangan sesuai dengan

pertumbuhan masyarakat dan kemajuan teknologi. Jika dahulu gambar itu, kemudian dicetak, kini

dengan kamera foto bisa dipotret bahkan dengan kamera film atau kamera video dapat diatur

menjadi gambar hidup. Pada akhirnya, apabila gambar itu merupakan lambang untuk proses

komunikasi secara primer menjadi lambang komunikasi secara sekunder.

Demikian sekaligus mengenai lambang verbal dan niverbal dalam proses komunikasi

secara primer yang untuk efektifnya komunikasi acapkali oleh para komunikator dipadukan,

Page 7: Proses Komunikasi Fix

misalnya dalam kuliah atau ceramah disajikan gambar, bagan, tabel dan lain-lain sebagai ilustrasi

untuk memperjelas.

2.1.2.2 Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator

kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai

lambang sebagai media pertama.

Komunikator mengguanakan media kedua ini karena komunikan yang dijadikan sasaran

komunikasinya tempatnya jauh atau banyak. Kalau komunikan jauh, dgunakanlah surat atau

telepon, jika banyak dipakailah perangkat pengeras suara, apabila jauh dan banyak, dipergunakan

surat kabar, radio, atau televisi. Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama

semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih,

yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi.

a. Surat

Sebagai media komunikasi sekunder yang pada mulanya terbatas sekali jangkauan

sasarannya, dengan didukung pesawat terbang jet, dapat dapat mencapai komunikan di mana saja

di seluruh dunia. Demikian pula media telepon, jika pada waktu ditemukan mengguanakan kawat

yang oleh sebab itu terbatas sekali wilayah jangkauannya, kini dengan radio telepon dapat

mencapai sasaran di kota lain, Negara lain, dan benua lain.

b. Televisi

Siaran saat ini yang dipadu dengan komputer, menjadi semakin mempesona, baik dalam

segi visualnya maupun audialnya, selain jangkauan semakin jauh dan luas berkat inovasi satelit

komunikasi dan antenna parabola.

2.1.2.3 Proses Komunikasi Secara Linear

Istilah linear mengandung makna lurus. Jadi proses linear berarti perjalanan dan satu titik

ke titik lain secara lurus. Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi

linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face-to-face communication)

maupun situasi komunikasi bermedia (mediated communication). Komunikasi tatap muka, baik

komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) maupun komunikasi kelompok (group

Page 8: Proses Komunikasi Fix

communication) meskipun memungkinkan terjadinya dialog, tetapi adakalanya berlangsung

linear. Contoh untuk ini, seorang ayah yang sedang memberikan nasehat kepada anaknya pada

waktu mana si anak diam seribu bahasa, atau direktur perusahaan yang sedang memarahi anak

buahnya atau jaksa sedang membacakan tuduhan terhadap terdakwa di gedung pengfadilan.

Proses komunikasi secara linear umumnya berlangsung pada komunikasi bermedia,

kecuali komunikasi melalui media telepon. Komunikasi melalui telepon hampir tidak pernah

berlangsung linear, melainkan dialogis, Tanya jawab dalam bentuk percakapan. Oleh karena

komunikasi bermedia, khususnya media massa, yakni surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan

film teatrikal, bersifat linear maka komunikator media massa, seperti wartawan, penyiar radio,

reporter telivisi, dan sutradara film, menunjukkan perhatiannya yang sangat besar terhadap

masalah ini. Dengan perencanaan komunikasi (communication planning) yang seksama mereka

berupaya agar pesan-pesan komunikasinya oleh khalayak sebagai komunikannya diterima secara

inderawi (received) dan diterima secara rohani (accepted) dalam sekali penyiaran. Hal ini

disebabkan para komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan-pesan

komunikasi yang diterimanya itu.

2.1.2.4 Proses Komunikasi Secara Sirkular

Sirkular sebagai terjemahan dari perkataan “circular” secara harfiah berarti bulat, bundar

atau keliling sebagai lawan dari perkataan linear tadi yang bermakna lurus. Dalam konteks

komunikasi yang dimaksud dengan proses secara sirkular itu adalah terjadinya feedback atau

umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu ada kalanya

feedback tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah “response” atau tanggapan

komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.

Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting, karena dengan terjadinya

umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasinya itu berhasil atau gagal, dengan lain

perkataan apakah umpan baliknya itu positif atau negative. Bila positif ia patut gembira,

sebaliknya bila negative menjadi permasalahan, sehingga ia harus mengulagi lagi dengan

perbaikan gaya komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif. Dalam situasi

komunikasi tatap muka komunikator akan mengetahui mengapa komunikan pada saat ia sedang

melontarkan pesannya. Umpan balik jenis ini dinamakan immediate feedback (umpan balik

seketika atau umpan balik langsung). Jika sedang berpidato, yakni berkomunikasi tatap muka, di

saat itu pula dapat mengetahui tanggapan komunikan terhadap gaya pidato yang diampaikan dan

pesan yang telah dibahas. Apabila komunikan asyik mendengarkan dan sekali-kali ada yang

Page 9: Proses Komunikasi Fix

mengajukan pertanyaan, bertepuk tangan atau tertawa di kala ada yang mengesankan, itu pertanda

umpan balik positif. Sebaliknya, di saat komunikator berpidato, sedangkan kominukan asyik

mengobrol atau di antaranya tidak sedikit yang tertidur, itu pertanda umpan balik negative.

Umpan balik negative ini bila tidak diwaspadai dapat menimbulkan akibat fatal, misalnya

melempar anda dengan kotak minum-minuman atau meneriaki anda agar turun dari mimbar.

Situasi komunikan yang brutal seperti itu dalam “bahasa” komunikasi dinamakan bahasa Prancis

contagion mentale yang berarti wabah mental. Jika seorang saja tepuk tangan orang-orang lain

mengikuti tepuk tangan. Jika seorang saja berteriak : “turuuun!!!”, orang-orang lainnya mengikuti

berteriak seperti itu. Situasi komunikasi seperti itu komunikator benar-benar dipermalukan.

Kehormatan dilecehkan, kewibawaan tidak dihargai. Oleh karena itu seseorang yang akan muncul

sebagai komunikator dalam situasi komunikasi apapun, lebih-lebih dalam bentuk pidato di

hadapan khalayak massa agar melakukan perencanaan yang matang dalam rangka mencegah

terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki yang sering kali tidak diduga sebelumnya.

2.2 Perubahan Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari

manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas,

mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal

(internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk

kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh

organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan

gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor

genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan

lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni :

aspek fisik

aspek psikis

aspek social.

Page 10: Proses Komunikasi Fix

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap dan sebagainya. Gejala kejiwaan ditentukan

oleh berbagai factor diantaranya :

factor prngalaman

keyakinan

sarana fisik

sosio budaya masyarakat.

Asumsi Determinan Perilaku Manusia

(1.Sumber gambar : Soekidjo Notoatmodjo,2003)

Pengalaman

Keyakinan

Fasilitas

Sosio-budaya

Pengalaman

Keyakinan

Fasilitas

Sosio-budaya

Pengetahuan

Persepsi

Sikap

Keinginan

Kehendak

Motivasi

Niat

Pengetahuan

Persepsi

Sikap

Keinginan

Kehendak

Motivasi

Niat

PerilakuPerilaku

Page 11: Proses Komunikasi Fix

2.2 Teori-Teori yang Berkaitan dengan Perubahan Perilaku

a. Model Antecedents, Behaviour dan Consequences (ABC) untuk Perubahan

Perilaku

Model ABC atas perubahan perilaku merupakan gabungan dari 3 (tiga) elemen, yaitu

antecedents, behaviour dan consequences (ABC). Menurut para pendukung model tersebut,

perilaku sebetulnya dapat diubah dengan melalui 2 (dua) cara, yaitu berdasarkan apa yang

mempengaruhi perilaku sebelum terjadi (ex-ante) dan apa yang mempengaruhi perilaku setelah

terjadi (ex-post). Ketika kita mencoba mempengaruhi perilaku sebelum perilaku itu terbentuk

berarti kita telah menggunakan antecedents. Sementara itu, ketika kita berusaha mempengaruhi

perilaku dengan melakukan sesuatu setelah perilaku itu terbentuk berarti kita menggunakan

consequences. Jadi sebuah antecedents mendorong terbentuknya perilaku yang selanjutnya akan

diikuti oleh sebuah consequences. Pemahaman terhadap ketiga elemen ini berinteraksi sangat

bermanfaat bagi para manajer untuk menganalisis permasalahan kinerja, menentukan ukuran-

ukuran korektif, dan mendesain lingkungan kerja dan sistem manajemen yang mempunyai kinerja

tinggi. 

1. Antecedents

Antecedents dapat diartikan sebagai orang, tempat, sesuatu, atau kejadian yang datang

sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong kita untuk melakukan sesuatu atau berkelakuan

tertentu.  Antecedents ini keberadaanya tidak dapat dikendalikan. Karakteristik utama dari

antecedents adalah sebagai berikut (Isaac, 2000):

a.       Selalu ada sebelum perilaku terbentuk

b.       Menyediakan informasi tertentu.

c.        Selalu berpasangan dengan consequences

d.       Consequences yang muncul bisa jadi merupakan antecedents

e.        Antecedents tanpa diikuti consequences mempunyai dampak jangka pendek.

Beberapa contoh variabel yang dikategorikan sebagai antecedents antara lain tujuan,

sasaran, insentif, deskripsi jabatan (job description), kebijakan, prosedur, standar, kaidah-kaidah

formal, regulasi, hasil rapat, peralatan, bahan mentah, kondisi kerja, pengarahan dan instruksi.

Page 12: Proses Komunikasi Fix

Antecedents ini mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang, tetapi tidak menjamin bahwa

output yang dihasilkan benar-benar bisa terjadi. Sistem insentif, pelatihan, dan pengembangan

kemungkinan merupakan antecedents yang efektif untuk mengubah perilaku dan meningkatkan

kinerja, namun tidak semuanya bisa menghasilkan output sebagaimana dikehendaki.

Perilaku seseorang yang “dominan” di organisasi juga merupakan antecedents. Tindakan seorang

pimpinan atau pegawai yang sangat berprestasi, maka  akan mempengaruhi para pegawai yang

lain. Jika seorang pimpinan datang ke kantor lebih awal dan pulang lebih akhir maka para

bawahan dan pegawai lain akan melakukan tindakan yang sama dengan pimpinannya. Jadi

seseorang akan meniru apa yang telah dilakukan oleh orang lain yang dianggap mempunyai

pengaruh besar di dalam organisasi.

2. Behaviour

Behaviour (perilaku) merupakan segala apa yang kita lihat pada saat kita mengamati

seseorang melakukan aktivitas/pekerjaan (Ayers dalam Issaac, 2000). Suatu pinpoint adalah

deskripsi khusus dari kinerja yang mengacu pada tindakan (proses) dari seseorang atau outcome

yang dihasilkan (Daniels dalam Issaac, 2000). Jadi jika sebuah organisasi tidak merumuskan

pinpoint ini dengan jelas maka tidak mungkin bisa menetapkan ukuran kinerja secara obyektif dan

melakukan perubahan perilaku secara tepat.

Teori motivasi menjelaskan bagaiamana individu-individu dapat dipengaruhi untuk bisa

menyesuaikan diri pada perilaku yang baru. Sebagian besar strategi organisasi adalah

mensyaratkan terjadinya perubahan perilaku di tempat kerja. Dalam hal ini sebenarnya yang

terjadi adalah proses penyesuaian diri pada perilaku baru yang akan dibentuk tersebut oleh

individu dan organisasi. Dalam hal ini akan terjadi proses pembelajaran baik bagi individu

maupun organisasi tentang perilaku mana yang sukses dan mana yang gagal. Jadi, model

pengukuran kinerja diharapkan mampu menjadikan entitas menjadi sebuah organisasi

pembelajaran (learning organisation).

 3. Consequences

Consequences adalah kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku dan mengubah adanya

kemungkinan perilaku akan terjadi kembali di masa datang. Consequences mempengaruhi

perilaku dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan meningkatkan perilaku dan mengurangi perilaku

Page 13: Proses Komunikasi Fix

tertentu. Terdapat 4 (empat) consequences keperilakuan, dua meningkatkan perilaku tertentu dan

dua lainnya menguranginya (Daniels, 1989):

1.    Consequences yang meningkatkan perilaku tertentu:

a.    Positive reinforcement (R+), misalnya memperoleh sesuatu yang kita inginkan.

b.    Negative reinforcement (R-), misalnya melepaskan diri atau menghindari segala sesuatu yang

tidak kita inginkan.

2.    Consequences yang menurunkan perilaku tertentu:

a.    Mendapatkan segala sesuatu yang tidak kita inginkan (P+), misalnya hukuman.

b.    Gagal untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan (P-), misalnya adanya punahnya

(extinction) peluang.

b. Teori Laurence Green

Green menganalisis prilaku manusia dari tingkat kesehatan. Menurut Green kesehatan

individu maupun masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :

1. Factor perilaku (behaviour cause)

Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku masyarakat.

Model ini dapat digambar sebagai berikut :

B = f (PF,EF,RF)

Page 14: Proses Komunikasi Fix

Dimana : B = behaviour, PF = predisposing factors, EF = enebling factors, RF = reinforcing

factors, f = fungsi

c. Teori Snehandu B. Kar

Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan

fungsi dari :

Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya (behaviour intention)

Dukungan social dari masyarakat sekitarnya (social-support)

Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas

kesehatan ( accessibility of information)

Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil

tindakan atau keputusan (personal autonomy)

Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak

(action situation).

Uraian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

B = f (BI, SS, AL, PA, AS)

Dimana : B = behaviour, f = fungsi, BI = behaviour intention, SS = social support, AI =

accessibility of information, PA = personal autonomy, AS = action situation.

d. Teori WHO

Tim kerja dari WHO mengenalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku

tertentu karena adanya 4 alasan pokok. yaitu :

1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.

2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman

orang lain.

Page 15: Proses Komunikasi Fix

3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang.

4. Nilai (value).

Pemikiran dan perasaan (thoughts and felling), yakni dalambentuk pengetahuan, persepsi,

sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini

adalah objek kesehatan).

1. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak

memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengetahuan bahwa api itu

panas setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya kena api. Seorang ibu akan

mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat,

karena anak tetangganya tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio.

2. Kepercayaan

Kepercayaan sering di peroleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima

kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Misalnya

wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak kesulitan waktu melahirkan.

3. Sikap

Sikap mengambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering

diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang

mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan

tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan yang nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa

4. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang lebih-lebih prilaku anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang

yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau

perbuatan cenderung untuk dicontoh. Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang

menjadi panutan perilaku mereka. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut

Page 16: Proses Komunikasi Fix

kelompok referensi (reference group), antara lain guru, para ulama, kepala adapt (suku), kepala

desa, dan sebagainya.

5. Sumber-sumber daya (resource)

Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu

berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau sekelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya

terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negative. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat

berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh

sebaliknya.

6. Perilaku normal,

kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan

menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat

bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat

manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakatdi sini merupakan kombinasi dari semua yang

telah disebutkan diatas. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan

selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Perilaku yang

sama diantara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latarbelakang yang berbeda-beda.

Misalnya, alasan masyarakat tidak mau berobat kepuskesmas. Mungkin karena tidak percaya

terhadap puskesmas, mungkin takut pada dokternya, mungkin tidak tahu fungsinya puskesmas,

dan lain sebagainya.

Secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut :

B = f (TF, PR, R, C)

Di mana : B = behaviour, f = fungsi, TF = thoughts and feeling, PR = personal reference, R =

resources, C = culture

e. Teori S-O-R:

Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons. Perubahan

perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu

Page 17: Proses Komunikasi Fix

perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process). Materi pembelajaran

adalah stimulus. Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:

a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak

b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.

c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:

Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)

Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

f. Teori “Dissonance” : Festinger

Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau

alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar

yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance).

Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka

berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi

(conssonance). Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: Terjadinya perubahan perilaku

karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh:

Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara

keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran periksa hamil).

g. Teori fungsi: Katz

Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek

perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek). Prinsip teori fungsi:

a) Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)

b) Perilaku merupakan pertahanan diri dalam menghadapi lingkungan (bila

hujan, panas)

c) Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap

gejala sosial)

d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi (marah,

senang)

Page 18: Proses Komunikasi Fix

h. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin

Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan

kekuatan penahan (restraining forces).Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan

antara kedua kekuatan tersebut. Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:

a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.

b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

2.3 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

(2.Sumber gambar : Soekidjo Notoatmodjo,2003)

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh

para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Di bawah ini diuraikan bentuk-bentuk

perubahan perilaku menurut WHO. Menurut WHO, perubahan perilaku ini dikelompokkan

menjadi tiga.

1. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena

kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan

fisik atau sosil budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga

Page 19: Proses Komunikasi Fix

akan mengalami perubahan. Misalnya, Bu Ani apabila sakit kepala (pusing) membuat

ramuan daun-daunan yang ada di kebunnya. Tetapi karena perubahan kebutuhan hidup,

maka daun-daunan untuk obat tersebut diganti dengan tanaman-tanaman untuk bahan

makanan. Maka ketika ia sakit, dengan tidak berpikir panjang lebar lagi Bu Ani berganti

minum jamu buatan pabrik yang dapat dibeli di warung.

2. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sediri oleh objek.

Misalnya, Pak Anwar adalah perokok berat. Karena pada suatu saat ia terserang batuk-

batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk mengurangi rokok sedikit

demi sedikit dan akhirnya ia berhenti merokok sama sekali.

3. Kesediaan untuk Berubah (Readdiness to Change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam

masyarakat maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima

inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya) dan sebagian orang lagi sangat

lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang

mempunyai kesediaan untuk berubah (readdiness to change) yang berbeda-beda.

Setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang

berbeda-beda, meskipun kondisinya sama.

2.4 Strategi Perubahan Perilaku

Inforcement (Paksaan):

Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau

perundangan. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak

langgeng)

Persuasi

Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi. Melalui pesan

seperti jangan makan babi karna bisa menimbukkan penyakit H1N1. Melalui diskusi seperti,

diskusi tentang abortus yang membahayakan jika digunakan untuk alasan yang tidak baik

Page 20: Proses Komunikasi Fix

Fasilitasi

Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Dengan

penyediaan sarana dan prasarana ini akan meningkatkan Knowledge (pengetahuan) Untuk

melakukan strategi ini mmeerlukan beberapa proses yakni kesediaan, identifikasi dan

internalisasi. Ketika ada rangsangan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan akan

menimbulkan aksi dan kemudian hal itu menjadikan perbahan perilaku.

Education :

Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian

informasi atau penyuluhan-penyuluhan. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi

makan waktu lama.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada BAB II, Maka dapat disimpulkan bahwa Komunikasi pada hakikatnya

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi

tersebut mempunyai tujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan

komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi itu dapat terjadi apabila ada interaksi antar

manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Proses komunikasi di

kategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif yaitu Perspektif Psikologis dan Perspektif

Mekaniste.

Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan,

berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity)

seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Secara garis besar perilaku

manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni : aspek fisik, aspek psikis, aspek social. Gejala kejiwaan

ditentukan oleh berbagai factor diantaranya : factor prngalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio

budaya masyarakat. Bentuk perubahan perilaku antara lain Perubahan Alamiah (Natural Change),

Page 21: Proses Komunikasi Fix

Perubahan Terencana (Planned Change), Kesediaan untuk Berubah (Readdiness to Change).

Adapun strategi Perubahan Perilaku yaitu dengan Inforcement (Paksaan), Persuasi, Fasilitasi,

Education.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bascommetro.com/2009/05/konsep-perilaku-kesehatan.html , Online 13 september 2012

adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/perubahan-perilaku.pdf oleh Yetti Wira Citerawati SY, Online 12 september 2012

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :

Rineka Cipta