·Frans X. Suharyanto H., dan Tim
PUSAT TEKNOLOGI INTERVENSI KESEHATAN MASYARAKAT BADAN LITBANGKES
KEMENKES Rl
JL. PERCET AKAN NEGARA No. 29 JAKARTA PUSA T TAHUN 2011
. KEMENTERIAN KESEHATAN ADAN·PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KESEHATAN
· n. Percetalcan Ncgara No. 29 Kotak Pos 1226 Jakarta 10560
Indonesia . Telp.: 021) 42872392, 241921 Fax.: (021)
42872392,4241921 E-mail : p3tbang.depkes.go.td; Website :
ttp:llwww.pusat3.litbang.depkes.go.id
SURA T KEPUTUSAN KEPALA PUSAT TEKNOLOGI INTERVENSI KESEHATAN
MASYARAKA T
NOMOR IOC03.05/IV.l/253 /2011
PEMBENTUKAN TIM PENELITIAN TAHUN 2011 PADA PUSAT OLOGI INTERVENSI
.KESEBATAN MASYARAKAT
Menimbang
Mengingat.
: 1. Bah dal rangka · melaks kcgiatan penelitian pada Pusat
·Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 2011 perlu
dibentUk Susunan Tim Pelaksana ·Penelitian di masing masing
Penelitian pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan .
Masyarakat.
2. Bahwa · untuk me1aksanakan penelitian tersebut diperlukan adanya
tim pelaksanaan
: 1. Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem.
Penelitian ·Pengembangan dan Penerapan 1PTEK .
. ·'1 3
. .
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144 !MENKES/ PERl . .VIII /2010
tangga1.19 Agusttis 2010 tentang Organisasi dan . Tata Keija
Kementrj.an ·
Surat Persetlij\l8Il Pelaksanaan Penelitian (SPJ) sebagaimana Ju
eli masing-masing Penelitian yg dilakukan Tertang2al
· 22 Februari 2011
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : HK. 03.05/4122112011
Tgl. 07 Januari 2011 tentang Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran
Anggaran Belanja/Pembuat Komitmen, Pejabat Pengujian dan • Perintah
membayar/penandatangan SPM · dan Bendahara pengeluaran pada Pusat
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 20l1
II
KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KESEHATAN
n. Percetakan Negara No. 29 Kotak Pos 1226Ja,Jcarta 10560 Indonesia
Telp. : (021) 42872392, 4241921 Fax. : (021) 42872392, 4241921
-
B.-mail:
[email protected]; Website_:
http://www.pusat3.litbang.depkes.go.id · .. - ----- ... .. · ...
......... . . ·. .
· Tim Pelalcsana Penelitian bertugas untuk melaksanakan
pcnelitian
Biaya untuk pclaks penelitian dibebankan pada Anggaran DIP A Pusat
Tcknologi . Intcrvcnsi Kescbatan Masyarakat Tahun Anggaran
2011
Kcputusan ini mulai berlaku sejak bulan Maret s/d Descmber 2011 dan
akan ditinjau kcmbali apabila di kemudian hari tcmyata terdapat
keke.dalam penetapan ini ·
Ditetapkan di Pada Tanggal-
N[P. 195709A$1980121002 ,
1. Sekretaris Jenderal RI 2. Inspektar JeilaeraJ. Kementerian
Kesehatan RI
. 3. · Kepala Bm:lan Litbang Kesehatan .
4. Kepala Bito Keuangan · Kementerian Kesehatan RI 5. SetnmL
Kep-ala Pusat di.Lingkungan Badan Litbangkes 6. KepalaKantor
PerbendaharaanNegaraJakatta V 1: B Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan
. 8. Badan· emeriksa Keuangan Negara. . 9. Pejabat Pembuat Komitmen
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat H>. Yang
bers'angkutan untuk diketahui dan dilak$anakan.sebagaimana
mestinya
ii\
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas
pertolonganNya sehingga
pelaksanaan penelitian dan lapo.ran akhir penelitian ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan penelitian ini merupakan tahapan akhir penelitian pada
tahun 2011 dari tahun
pertama penilaian risiko keselamatan keija radiasi di rumah sakit.
Laporan penelitian ini
merupakan keijasama tim peneliti pusat dan daerah (tiap-tiap rumah
sakit) pada 9 rumah sakit
sam pel di pulau Jawa dan Bali. Oleh karena itu Kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada
pimpinan sembilan rumah sakit yang telah menjadi tempat penelitian,
yaitu RS Kan.ker Dharmais
dan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, RS Hasan
Sadikin, Bandung, RS
Kariadi, Semarang, RS Moewardi, Solo, RS Saijito, Yogyakarta, RS
Saiful Anwar, Malang, RS
Sutomo, Surabaya, dan RSUP Sanglah, Denpasar. Secara khusus kepada
instalasi radiologi dan
responden dari bagian radiodiagnostik , radioterapi serta
kedokteran nulkir.
Kami juga mengucapakan terima kasih kepada Bapak D. Anwar Musadad,
SKM, MSi ,
sebagai Kepala Pusat Intervensi Kesehatan Masyarakat yang telah
membiayai penelitian ini
melalui anggaran DIPA tahun 2011 dan juga sebagai konsultan dalam
penelitian ini serta
berbagai pihak terkait dan rekan-rekan peneliti dan administrasi
yang telah berusaha maksimal
sehingga penelitian ini dapat terlaksana sesuai dengan
rencana.
Laporan ini jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik membangun
sangat diharapkan
untuk penyempurnaan laporan penelitian ini
Jakarta, Desember 2012
Ringkasan Eksekutif
Penilaian risiko perlu dilakukan pada rumah sakit - rumah sakit
yang memiliki fasilitas radiasi pengion mengingat hal tersebut akan
berpotensi menghasilkan pajanan radiasi yang cukup besar hila tidak
dikelola dengan baik. Kecelakaan radiasi yang dilaporkan oleh
United State Energy Atomic Commision dari tahun 1960-1968 disebakan
oeh kesalahan operator (68%), kesalahan prosedur (8%), kerusakan
perlengkapan (15%) dan lain-lain (9%). Bila dilihat secara rinci
kesalahan operator yaitu tidak melakukan survey radiasi ( 46% ),
tidak mengikuti prosedur (36%), tidak menggunakan peralatan
proteksi (6%), kesalahan manusiawi (6%), dan kesalahan menghitung
paparan radiasi (6%). Penelitian ini bertujuan mengkaji besarnya
risiko pajanan radiasi pada pekerja medis di rumah sakit,
Penelitian ini dilaksanakan pada 9 rumah sakit di 6 provinsi yaitu
DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Jogjakarta, Jawa Timur serta Bali. Jumlah sampel
minimal yang dibutuhkan
sebanyak 97 responden. Waktu penelitian selama 8 bulan pada tahun
2011 dengan biaya dari anggaran DIPA tahun 2011 sebesar Rp
275.618.000,-. Penelitian ini direncanakan beberapa
tahun, pada tahun pertama (2011) dilakukan penilaian risiko
keselamatan kerja radiasi di rumah
sakit. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner,
observasi dan pengukuran
pajanan radiasi di tempat kerja (pada waktu sedang mengoperasikan
peralatan yang dugunakan).
Kuesioner yang digunakan meliputi pertanyaan- pertanyaan yang
mencakup karakteristik rumah
sakit, kuesioner individu ( data umum responden, basil pemeriksaan
kesehatan berkala, alat
pelindung diri, pemeriksaan radiodiagnostik dan radioterapi ),
kuesioner untuk pengelola RS,
selanjutnya dilakukan analisis secra deskriptif Jumlah responden
dalam peneliian ini sebanyak
115 orang dari 9 rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden adalah
laki-laki (51 ,3 %) dan
kelompok umur terbanyak 40-44 tahun (27 %) dengan status menikah
(98,2 %). Pendidikan terbanyak adalah lulusan D-3 (44,3 %) dengan
jenis pekerjaan adalah radiografer (59,1 %). Lama
bekerja pada unit terakhir terbanyak pada kelompok dengan lama
kerja 11-15 tahun sebesar 26,1
%. Hasil pemeriksaan hemoglobin darah pada perempuan rata-rata
12,42 g/dL sedangkan pada
Iaki-laki 14,93 gldL Hasil pemerksaan darah rutin lainnya juga
masih dalam batas normal.
Pemakaian alat pelindung diri (APD) terutama apron yang tak memakai
cukup banyak sebesar
43,5%, karena mereka merasa tempat kerja aman 31,3 %, tak nyaman
9,6 % dan rusak 2,6% ..
Hasil penghitungan estimasi besamya pajanan radiasi di 9 RS antara
0,000008- 0,49 mSv per
bulan, kecuali satu orang mencapai 5,13 mSv per bulan karena
melakukan tugas yang bukan
bidang keahliannya. ( Nilai Batas Dosis tidak melebihi 50 mSv per
tahun, atau 4 mSv per bulan).
Pemakaian film badge sebagai alat monitor perorangan sebesar 88,7 %
dan sebagian besar tidak
pemah mendapat dosis maksimum, hanya seorang yang mendapat dosis
maksimum karena
melakukan pekerjaan yang bukan bidang keahliannya.
v
Kesimpulan dari penelitian ini peraturan dan kebijakan proteksi
radiasi untuk melindungi para pekerja radiasi di semua rumah sakit
( 9 RS) sudah diterapkan, kecuali untuk SOP pengoperasian peralatan
radiasi 88,89%, penanganan limbah radiasi 88,89% dan rekaman
keadaan darurat 55,5%. Pajanan radiasi yang diterima para pekeija
radiasi per bulan di hampir semua rurnah sakit (88,89%) masih di
bawah Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditentukan yaitu 50 mSv per
tahun ( 4 mSv per bulan). Besarnya pajanan radiasi pada waktu alat
sedang digunakan yang terbesar adalah pada wak:tu melakukan
kateterisasi jantung, dan posisi dokter merupakan posisi dengan
pajanan terbesar, kemudian perawat dan radiographer yang terendah.
Hasil pemeriksaan kesehatan yang didapat dari pemeriksaan kesehatan
berkala masih dalam batas normal, hanya saja pelaksanaan pemantauan
kesehatan untuk tenaga medis belum sesuai dengan Peraturan Kepala
BAPETEN No.6 tahun 2010.
Saran pada penelitian ini agar penerapan peraturan dan kebijakan
proteksi radiasi termasuk
pemakaian APD (safety culture ) harus terus menerus
disosialisasikan dengan menerapkan secara
konsisten faktor keselamatan pasien, pekeija radiasi dan
lingkungan. Lebih mengaktifkan peran
organisasi proteksi radiasi serta peningkatan pengawasan internal
oleh kepala instalasi terhadap
pelaksanaan proteksi radiasi. Pemantauan kesehatan untuk pekeija
radiasi secara berkala harus
dilaksanakan sesuai dengan peraturan kepala Bapeten No. 6 tahun
2010 dan pada pemeriksaan
darah lengkap ditambahkan pemeriksaan gambaran darah tepi.
vi
Abstrak
Penilaian risiko perlu dilakukan pada rumah sakit - rwnah sakit
yang memiliki fasilitas radiasi pengion mengingat hal tersebut
ak:an berpotensi menghasilkan pajanan radiasi yang cukup besar hila
tidak dikelola dengan baik. Kecelak:aan radiasi yang dilaporkan
oleh United State Energy Atomic Commision dari tahun 1960-1968
disebak:an oeh kesalahan operator ( 68% ), kesalahan prosedur (8%),
kerusakan perlengkapan (15%) dan lain-lain (9%). Penelitian ini
bertujuan mengkaji besarnya risiko pajanan radiasi pada peketja
medis di rumah sakit,
Penelitian ini merupakan penelitian non-intervensi, jadi hanya
melak:ukan wawancara dan observasi serta melalukan pengukuran besar
radiasi yang ada di lingkungan tempat kerja. Disain penelitian ini
potong lintang. Populasi penelitian ini adalah tenaga kesehatan
yang terpajan radiasi di sembilan rumah sak:it yaitu RS Kanker
Dharmais dan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta,
RS Hasan Sadikin, Bandung, RS Kariadi, Semarang, RS Moewardi, Solo,
RS Sarjito, Yogyak:arta, RS Saiful Anwar, Malang, RS Sutomo,
Surabaya, dan RSUP Sanglah, Denpasar.
Jurnlah responden dalam penelitian ini 115 orang dari 9 rumah
sakit. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden adalah
laki-laki (51,3 %) dan kelompok umur terbanyak 40-44 tahun (27 %)
dengan status menikah (98,2 % ). Pendidikan terbanyak adalah
lulusan D-3 (44,3 %) dengan jenis peketjaan adalah radiografer
(59,1 %). Lama beketja pada unit terakhir terbanyak pada kelompok
dengan lama kerja 11-15 tahun sebesar 26,1 %. Hasil pemeriksaan
hemoglobin darah pada perempuan rata-rata 12,42 g/dL sedangkan pada
laki-laki 14,93 g/dL Hasil pemerksaan darah rutin lainnya juga
masih dalam batas normal. Pemak:aian alat pelindung diri (APD)
terutarna apron yang tak memakai cukup banyak: sebesar 43,5%,
karena mereka merasa tempat kerja aman 31,3 %, tak nyaman 9,6 % dan
rusak 2,6% .. Hasil penghitungan estimasi besamya pajanan radiasi
di 9 RS antara 0,000008- 0,49 mSv per bulan, kecuali satu orang
mencapai 5, 13 mSv per bulan karena melak:ukan tugas yang bukan
bidang keahliannya. (Nilai Batas Dosis 50 mSv per tahun, atau 4 mSv
per bulan ). Pemakaian film badge sebagai alat monitor perorangan
sebesar 88,7 % dan mayoritas tidak pemah mendapat dosis maksimum,
hanya seorang yang mendapat dosis mak:simum karena melakukan
pekerjaan yang bukan bidang keahliannya.
Kesimpulan dari penelitian ini peraturan dan kebijak:an proteksi
radiasi untuk melindungi para pekerja radiasi di semua rwnah sakit
( 9 RS) sudah diterapkan, kecuali untuk SOP pengoperasian peralatan
radiasi 88,89%, penanganan limbah radiasi 88,89% dan rekaman
keadaan darurat 55,5%. Pajanan radiasi yang diterima para peketja
radiasi per bulan di hampir semua rumah sakit (88,89%) masih di
bawah Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditentukan yaitu 50 mSv per
tahun ( 4 mSv per bulan). Besamya pajanan radiasi pada waktu alat
sedang digunak:an yang terbesar adalah pada wak:tu melakukan
kateterisasi jantung, dan posisi dokter merupak:an posisi dengan
pajanan terbesar, kemudian perawat dan radiographer yang terendah.
Hasil pemeriksaan kesehatan yang didapat dari pemeriksaan kesehatan
berkala masih dalam batas normal, hanya saja pelak:sanaan
pemantauan kesehatan untuk tenaga medis bel urn sesuai dengan
Peraturan Kepala BAPETEN No.6 tahun 201
vii
Posisi
1. D. Anwar Musadad, SKM, MSi Magister Public Health
Konsultan
2. Reno Alamsyah, MSc Magister Nuclear Safety Konsultan
(Bapeten) (KeselamatanNuklir/Radiasi)
3 dr. Frans X. Suharyanto H. MS, Dokter, Magister K3 Ketua
Sp.Ok Pelaksana
SpOk
Sl- STIA LAN I S2-
Antropologi Kes.
7. Miko Hananto, SKM, M.Kes Magister Public Health Peneliti
8. Ora. Athena Anwar, MSi. Magister Toksikologi Analisis
Peneliti
& Farmasi
viii
Halamanjudul
Daftar Lampiran
I. Pendahuluan
5
5
5
5
6
9
16
20
24
24
25
26
27
28
28
30
31
Tabel 2.Karakteristik Lokasi Penelitian dan Lama Bekerja
Tabel3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Darah Rutin)
Tabel4.Penerapan Peraturan dan Kebijakan Proteksi
Radiasi di Rumah Sakit
Monitor Radiasi (film badge atau TLD)
Tabel 6. Hasil Pajanan Radiasi terhadap Pekerja Radiasi
di Rumah Sakit
Gambar 2. Surveimeter
Lampiran C . Kuesioner
Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman
Wilhelm Conrad Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Penemuan
sinar-X ini ternyata mampu mengantarkan ke arah terjadinya
perubahan mendasar dalam bidang kedokteran. Dalam kegiatan medik
sinar-X dapat dimanfaatkan untuk diagnosa maupun terapi. Aplikasi
radiasi atau teknik nuklir secara umum dalam bidang kedokteran
terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Demikian pula
jenis radiasi yang digunakan. Jika sebelumnya hanya dikenal sinar-X
dan sinar gamma, kini beberapa jenis partikel nuklir juga telah
diaplikasikan dalam kegiatan medis. Pemanfaatan teknik nuklir ini
meliputi tindakan-tindakan radiodiagnosis, radioterapi dan
kedokteran nuklir t,2).
Rumah sakit memang salah satu pengguna cukup besar dalam
pemanfaatan tenaga nuklir. Data dari Bapeten menunjukkan sebanyak
24 rumah sakit di Indonesia memanfaatkan radiasi untuk pemeriksaan
dan pengobatan. Beberapa bahan radioaktif yang banyak digunakan
rumah-rumah sakit tersebut, adalah Co (Cobalt 60), Ra-226, Cs-137,
lr-192, 1- 125, SR-90, Am-241, 1-153, dan lainnya 3) .
Meski manfaatnya san gat luas, tak dipungkiri, tenaga nuklir juga
memiliki potensi bahaya yang tidak kecil bagi kesehatan maupun
keselamatan manusia. Penyakit-penyakit yang timbul akibat radiasi,
misalnya kanker, leukimia, rusaknya jaringan otak, serta kerugian
fisik lainnya. International Atomic Energy Agency (IAEA) dan World
Health Organization (WHO), memberikan informasi menarik tentang
luka yang akan timbul akibat terkena radiasi. Disebutkan, luka
radiasi tidak memiliki tanda dan gejala yang khusus sehingga
sangatlah penting bagi masyarakat atau dokter --terutama dokter
umum- untuk mengetahui efek dari kecelakaan radiasi 3>.
Dijelaskan IAEA dan WHO, bahwa pancaran radiasi dapat berupa
ekstemal ke tubuh, yakni pancarannya ke seluruh tubuh atau terbatas
untuk bagian besar atau bagian kecil di anggota tubuh. Bisa juga
berupa internal karena kontaminasi dengan material radioaktit: jika
termakan, terminum, terhirup, atau menempel di dalam luka. Pancaran
itu sendiri dapat bersifat akut, berlarut-larut atau kecil,
tergantung pada dosis radiasinya 3>.
Mengingat dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan radiasi sangat
berbahaya, semua pihak yang terkait dengan urusan ketenaganukliran
haruslah searah dan sepemahaman. Catatan dari Bapeten menjelaskan,
kecelakaan-kecelakaan yang teijadi akibat radioaktif, disebabkan
adanya kecerobohan operator ataupun perangkat proteksi radiasi yang
kurang memadai dalam suatu fasilitas, sistem pengawasan nasional
yang tidak mencukupi, serta kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap zat radioaktif dan sumber radiasi 3) .
Badan Tenaga Atom Intemasional (BTAI) sendiri mengeluarkan standar
keselamatan radiasi yang sangat lengkap dan menyeluruh. Yang
menarik adalah semua pihak hams memahami 3 prinsip dasar proteksi
radiasi. Pertama, pembenaran. Artinya, kegiatan yang menggunakan
zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki manfaat yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan resiko yang diterima. Kedua,
optimisasi, yaitu penerimaan pancaran radiasi diusahakan
serendah-rendabnya dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi.
Ketiga, pembahasan. Menentukan agar dosis radiasi total yang
diterima seseorang tidak boleh melebihi angka yang ditetapkan badan
pengawas3>.
1
Nilai batas dosis untuk pekelja radiasi dalam standar yang disusun
BT AI sendiri diturunkan dari 50 mSv pertahun menjadi 20 mSv
(rata-rata dalam 5 tahun). Dan dalam satu tahun tidak boleh
menerima lebih dari 50 mSv 3•4>· Untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan pekeija serta masyarakat dalam pemanfaatan tenaga nuklir
pada instalasi kesehatan, hams diperhatikan antara lain persyaratan
desain, operasi, kalibrasi, dosimetri, dan jaminan kualitas.
Masyarakat disamping pekeija mendapat perlindungan utama, nilai
batas dosis dalam suatu kelompok kritis masyarakat diturunkan
menjadi 1 mSv/tahun dari 5 mSv/tahun 3>.
Hasil review data epidemiologik risiko kanker dari 8 studi kohort
di berbagai negara yang melibatkan lebih dari 270.000 radiologist
dan teknisi radiologik, temuan yang paling konsisten yaitu
meningkatnya kematian karena leukemia diantara pekeija yang bekeija
sebelum tahun 1950, ketika pajanan radiasi tinggi 5>.
Kecelakaan akibat radiasi bisa teijadi karena sumber radiasi (zat
radioaktif ataupun limbah radioaktif) yang digunakan industri
maupun rumah sakit itu, hilang, dicuri, ataupun lepas dari
pengelolaan atau pengawasan yang semestinya. Hampir di seluruh
dunia yang melakukan kegiatan pemanfaatan radiasi, pemah mengalami
kecelakaan yang disebabkan zat ataupun limbah radioaktif
3>.
Kecelakaan radiasi yang dilaporkan oleh USEAC (United State Energy
Atomic Cornmision ) dari tahun 1960-1968 disebakan oeh kesalahan
operator ( 68% ), kesalahan prosedur (8%), kerusakan perlengkapan
(15%) dan lain-lain (9%). Bila dilihat secara rinci kesalahan
operator yaitu tidak melakukan survey radiasi (46%), tidak
mengikuti prosedur (36%), tidak menggunakan peralatan proteksi
(6%), kesalahan manusiawi (6%), dan kesalahan menghitung paparan
radiasi (6%) 1>.
Pada pemeriksaan radiodiagnostik, dosis radiasi yang diterima dari
berbagai jenis pemerik.saan, yang terbesar adalah kateterisasi
jantung sebesar 45.000 mrem, kemudian pemeriksaan barium enema :
870 mrem, abdominal CT : 760 mrem, bone scan : 400 mrem, chest
X-ray: 5 mrem dan radiasi kosmik selama penerbangan dari Los
Angeles ke New York sebesar 2,5 mrem 6>.
Sedangkan radioterapi adalah pengobatan dengan menggunakan sinar
pengion. Di Indonesia saat ini terdapat sebanyak 24 rumah sakit
yang menggunakan sumber radiasi untuk keperluan radioterapi. Jenis
peralatan radioterapi yang digunakan saat ini yaitu alat teleterapi
( dengan zat radioaktif Cobalt-60, Cesium-137, dan LIN A C),
brakiterapi manual (dengan Cesium -137, Cobalt-60, dan Radium-226),
brakiterapi afterloading (dengan Cesium-137dan Iridium-192), terapi
orthovoltage dan tempi kontak /superficial (dengan pesawat
sinar-X)7>·
Untuk memantau besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pekerja
mdiasi setiap bulan, setiap pekeija radiasi harus menggunakan alat
pemantau perorangan. Umumnya alat
2
pemantau yang digunakan di rumah sakit adalah film badge.
Berdasarka basil evaluasi
film badge yang dipakai, pada umumnya dosis radiasi yang diterima
oleh peketja radiasi
masih dibawah nilai batas yang diizinkan, antara 0,1 sampai 0,3 mSv
per bulan 7)
Penelitian di RSUP Dr.Kariadi, Semarang pada petugas radioterapi
dan radiodiagnostik,
hasilnya dengan menggunakan t-test menunjukkan ada perbedaan yang
bermakna jumlah
leukosit (p=0,0016) dan kadar limfosit darah (p-0,036) antara
peketja radioterapi dan
peketja radiodiagnostik. Namun berdasarkan uji korelasi rank
spearman tidak terdapat
hubungan yang bennakna antara lama kontak dengan jumlah lekosit dan
kadar limfosit
darah antara peketja radioterapi dan peketja radodiagnostk dengan
(p>0,05) 8>.
Kecelakaan radiasi yang pemah tetjadi menyangkut peralatan
radioterapi tetjadi di
berbagai negara di dunia, juga teijadi di Indonesia. Kecelakaan
radiasi yang tetjadi di
Indonesia yaitu pertama kecelakaan radiasi yang terkait dengan
brachyterapi konvensional,
tahun 1994, ke dua adalah kecelakaan radiasi yang terkait dengan
teleterapi LINAC, tahun 1998 dan ke tiga yaitu kecelakaan radiasi
yang terkait dengan "remote afterloading" tahun
2000 9>.
Pada kecelakaan yang pertama tahun 1994 terjadi kesalahan prosedur
pengangkutan sumber
radi.oaktif yaitu radimn tidak dimasukkan dalam kontainer khusus
yang terproteksi dengan
baik. Tim inspeksi dari Badan Pengawas menyimpulkan bahwa dua orang
yang mengangkut
sumber radium tersebut telah terpapar radiasi tinggi selama dalam
pengangkutan. Untuk
meyakinkan perkiraan penerimaan dosis, maka paparan radiasi diukur
dengan surveymeter.
Padajarak sekitar 10 em dari sumber Ra-226, paparan radiasi sebesar
4 R/jam 9>.
Kecelakaan ke dua yang terkait dengan teleterapi LINAC tahun 1998
adalah kecelakaan
radi.asi yang terjadi karena kesalahan prosedur yang dibuat oleh
radiographer (satu orang
meninggal karena dosis tinggi). Tindakan radiografer dengan
mengubah energy selector secara bergantian antara elektron dengan
sinar-X sekitar enam kali, yang mengakibatkan
berkas radiasi yang dipancarkan tidak terkendali. Akhirnya
penyinaran dihentikan setelah
mendengar jeritan pasien yang mengeluh panas sedemikian tinggi pada
bagian tubuh yang
disinar, selanjutnya pasien dikeluarkan dari ruang penyinaran.
Selang beberapa minggu
kemudian pasien tersebut menderita luka bakar pada lengan dan dada
sebelah kiri. Luka bakar
tersebut sebagai akibat dosis berlebihan dari berkas elektron.
Kondisi pasien tersebut semakin
hari bertambah kritis dan akhirnya meninggal 7•9>.
Pada kecelakaan yang ke tiga adalah kecelakaan radiasi yang terkait
dengan "remote
afterloading" tahun 2000 dengan sumber radiasi Cs-137, tak ada
korban manusia, sumber
dapat dikembalikan ke wadahnya. Sedangkan menurut perhitungan
matematis dengan
aktivitas total 3 sumber Cs-137 ( 799, 785 dan 773 mCi) : 2357 mCi,
Faktor gamma Cs-137 :
0,33 R.m2 I Ci-Jam, jarak sumber yang ada di ujung aplikator dengan
konektor: 10 em dan
waktu Operator saat memegang konektor aplikator dan kabel smnber
selama 3 menit, maka
dosis radiasi pada tangan kira-kira 4 Rem 7•9).
3
Kecelakaan radiasi tersebut terjadi karena beberapa hal seperti :
sumber radiasi bekas
tidak dikelola dengan semestinya sehingga luput dari pengawasan,
keluaran radiasi tidak
dikaliberasi dengan semestinya, perawatan alat tidak dilakukan
dengan baik, tidak
mengikuti prosedur kerja, tidak menggunakan alat monitor radiasi
dan alat monitor
radiasi tidak berfungsi 7)_
Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang
menggunakan sumber radiasi
terbuka berasal dari inti radionuklida buatan untuk mempelajari
perubahan fisiologik dan biokimia sehingga dapat digunakan untuk
tujuan diagnostic, terapi, dan penelitian (
World health Organization ) 10)_
radiofarmaka, penyuntikan radiofarmaka dan pembuatan citra.
Disamping itu petugas
dapat memperoleh kontaminasi internal melalui inhalasi atau
penelanan yang tak disengaja ataupun tertusuk jarum suntik yang
telah berisi zat radioaktif. Bahaya radiasi
ekstemal dapat diperkecil dengan menerapkan prinsip waktu, jarak
dan pelindung radiasi 10)
Penilaian risiko perlu dilakukan pada rumah sakit - rumah sakit
yang mempunyai fasilitas
radiodiagnostik ( terutama yang dapat melakukan kateterisasi
jantung, fluoroscopy,
angiografi , CT -scan dan C-arm X-ray ), radioterapi serta
kedokteran nuklir mengingat
berpotensi menghasilkan pajanan radiasi yang cukup besar bila tidak
dikelola dengan
baik. Dengan melakukan penilaian risiko dapat mengkaji bagaimana
penerapan
perundang-undangan yang berlaku, ada tidaknya prosedur pelaksanaan
baku (SOP),
mengetahui besarnya paparan radiasi yang diterima para petugas
kesehatan, melakukan
identifikasi kelainan-kelainan yang terjadi pada petugas kesehatan
( melihat basil
pemeriksaan kesehatan berkala = data sekunder) , alat pelindung
diri yang digunakan
serta kelengkapan lainnya yang dibutuhkan agar para petugas
kesehatan serta lingkun sekitarnya aman dari pengaruh radiasi yang
ada. Dengan demikian, dari basil penilaian
risiko dapat diidentifikasi potensi bahaya yang dapat teijadi
sehingga dapat dilakukan
upaya penanggulangan dan antisipasi dari potensi bahaya yang dapat
teijadi.
4
II. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan umum Mengetahui dampak radiasi pada peketja medis di
rumah sakit Tahun pertama (2011) : Mengkaji besarnya risiko pajanan
radiasi pada pekeija medis
di rumah sakit
b. Tujuan khusus 1. Mengkaji kebijakan dan peraturan yang
diterapkan untuk melindungi pekerja
medis yang terpajan radiasi di rumah sakit ( tennasuk SOP bekerja I
mengoperasikan peralatan radiologi )
2. Menganalisis besarnya paparan radiasi yang diterima para peketja
:
Menilai besarnya rata-rata radiasi yang diterima para peketja medis
yang
terpajan radiasi per bulan selama satu tahun.
3. Mengukur besarnya radiasi pada waktu alat sedang digunakan
4. Mengidentifikasi kelainan-kelainan yang teijadi pada para
pekeija medis yang
terpajan radiasi di rumah sakit.
5. Menilai apakah gedung I ruangan yang digunakan kedap
radiasi
6. Menilai apakah tersedia perlengkapan keamanan radiasi
7. Menilai bagaimana pengelolaan limbah radiasi
IR MANFAATPENELITIAN Bagi tenaga medis
- Sebagai upaya melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pajanan
radiasi di
tempat kerja dan pajanan terhadap dirinya sendiri, hila telah
melebihi batas yang
telah ditentukan maka dapat dilakukan pemindahan posisi tempat
kerja secara
sementara dan melacak kemungkinan penyebabnya.
Bagi rumah sakit - Sebagai upaya melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pajanan radiasi di
tempat kerja dan terhadap tenaga medis yang bekeija di dalamnya,
serta terhadap
penerapan regulasi, SOP & pemakaian APD secara benar
- Sebagai dasar kebijakan untuk melakukan penanganan masalah
pajanan radiasi di
tempat kerja terhadap para tenaga medis yang bekeija di dalamnya
serta sebagai
dasar perencanaan dalam penanganan peralatan radiasi dan proteksi
terhadap tenaga
medis di masa yang akan datang.
Bagi peneliti
- Merupakan sumber infonnasi untuk penanganan Jebih lanjut
5
IV. Metoda Penelitian
"Risk Assessment" atau penilaian risiko keselamatan kerja radiasi
di rumah sakit adalah
suatu kegiatan yang penting dilakuk:an karena dengan melakuk:an
penilaian risiko mak:a dapat
melakukan identifikasi bahaya dan manajemen dari bahaya tersebut.
Penilaian risiko juga
merupakan suatu proses yang berkesinambungan , artinya setelah
dapat dilakukan identifikasi
bahaya yang ada mak:a secepatnya dilakukan koreksi agar bahaya
tidak: meluas dan dapat
diatasi.
(termasuk SOP)
Radiodiagnostik, Radioterapl dan Kedokteran nukllr
Besarnya pajanan Radiasi (Dose Respons)
* Hasil film badge I TLD per bulan
• Hasil penghitugan estimasi pajanan radiasi per bulan
( beban keJja per bulan x basil pengukuran radiasi di tempat keJja
)
Ketersediaan
dan
Pemakaian
Manajemen
Risiko
Kerangka konsep dari penelitian ini sebagai sumber pajanan radiasi
di rumah sakit
berasal dari kegiatan radiodiagnostik (pemeriksaan fluoroskopi,
kateterisasi jantung, CT
scan, C-arm X-Ray, dll ), radioterapi (teleterapi dengan Cobalt 60
, LINAC, simulator serta
brakhiterapi) serta kedokteran nuklir. Sumber pajanan radiasi akan
menimbulkan bahaya
terhadap pekerja medis di rumah sakit bila regulasi, alat pelindung
diri dan SOP tidak
diterapkan secara benar. Hal yang penting bahwa pajanan radiasi
tersebut perlu diketahui berapa besarnya ( dose respons ), hal ini
dapat diketahui dari hasil pemeriksaan film badge I Thermo
Luminescence Dosimetry (TLD) yang dilakukan tiap bulan dan dari
hasil
penghitungan estimasi pajanan radiasi per bulan ( beban kerja x
besar pajanan radiasi hasil
pengukuran di tempat kerja). Karakteristik dari pekerja radiasi
juga perlu diperhatikan yaitu
umur, jenis kelamin, pendidikan, serta lama bekerja. Sebagai
evaluasi dari pajanan tersebut
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk mengetahui
bagaimana karekteristik
dari risiko tersebut serta melakukan risk assessment , kemudian
dilakukan manajemen dari
kemungkinan risiko yang terjadi.
Penelitian ini merupakan penelitian non-intervensi, jadi hanya
melakukan observasi, pengumpulan data dengan wawancara (kuesioner)
serta melaluk:an pengukuran besar radiasi
yang ada di lingkungan tempat kerja. Disain penelitian ini potong
lintang (cross-sectional).
Populasi penelitian ini adalah tenaga kesehatan I pekerja medis
yang terpajan radiasi di
rumah sakit. Tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu meliputi : dokter
spesialis radiologi, radiographer serta paramedis lainnya yang
terlibat pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan
kateterisasi jantung dan fluoroscopy bisa juga melibatkan dokter
spesialis jantung, paru,
bedah serta penyakit dalam.
Penelitian ini dilakukan pada rumah sakit yang mampu melakukan
pemeriksaan radiodiagnostik seperti kateterisasijantung,
fluoroskopi, CT scan serta tersedia C-arm X-ray, karena pemeriksaan
ini menimbulkan paparan radiasi yang besar dan pemeriksaan ini
perlu
waktu yang relatif lebih lama, radioterapi serta kedokteran
nuklir.
Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu pada beberapa rumah sakit (
9 RS ) di enam
provinsi yaitu: DKI Jakarta ( Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita dan Rumah Sakit Kanker Dharmais ) , Jawa Barat (
Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung ),
Jawa Tengah ( Rumah Sakit Kariadi, Semarang dan Rumah Sakit
Moewardi, Solo ) , D.I.
Yogyakarta ( Rumah Sakit Sarjito ) , Jawa Timur ( Runah Sakit
Sutomo, Surabaya dan
Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang) , dan Bali ( Rumah Sakit Umum
Pusat, Sanglah,
Denpasar ) . W aktu penelitian selama 8 bulan pada tahun
2011.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus : Za2pq
N =
7
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% , maka Za =
1 ,96.
Bila nilai p belum diketahui, maka p dianggap 0,5 dan nilai d =
ketepatan absolut yang
diinginkan 10% selanjutnya setelah dihitung didapatkan jumlah
sampel minimal sebesar 97 .
Kriteria inklusi dan eksklusi dari responden yaitu Kriteria inklusi
: a). Tenaga kesehatan
yang terpajan radiasi , yang bekerja di bagian radiologi maupun
diluar bagian radiologi
b).Telah bekerja lebih dari satu tahun di tempat kerja dengan
pajanan radiasi c).
Menggunakan badge untuk mengetahui pajanan radiasi yang telah
diterima. Sedangkan
Kriteria eksklusi adalah a). Dalam keadaan sakit berat b).Tidak
menggunakan badge untuk
mengetahui pajanan radiasi yang diterima c). Dalam keadaan
cuti
Cara pengumpulan data yaitu setelah ditetapkan rumah sakit sesuai
kriteria yang di.inginkan
yaitu terdapat fasilitas radiodiagnostik ( untuk pemeriksaan
kateterisasi jantung, fluoroskopi,
CT scan dan terdapat C-arm X ray ), radioterapi dan kedokteran
nuklir maka selanjutnya
dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran
pajanan radiasi di
tempat kerja (pada waktu sedang mengoperasikan peralatan yang
dugunakan). Data
pemeriksaan kesehatan ( data sekunder) dapat diperoleh dari hasil
pemeriksaan kesehatan
secara berkala dari tenaga kesehatan tersebut. Kuesioner yang
digunakan meliputi pertanyaan
- pertanyaan yang mencakup : karakteristik rumah sakit/ tempat
penelitian , kuesioner
individu ( data umum responden, basil pemeriksaan kesehatan
berkala, alat pelindung diri, pemeriksaan radiodiagnostik,
radioterapi dan kedokteran nuklir ), kuesioner untuk
pengelola
RS, serta keterangan pengumpul data.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah belum dapat dilaksanakan
pada semua rumah sakit
yang dapat melakukan radiodignostik, radioterapi dan kedokteran
nuklir. Selain itu,
penelitian ini terbatas pada rumah sakit pemerintah, sedangkan
rumah sakit swasta belum
terjangkau. Selain itu hasil pemeriksaan kesehatan yang merupakan
data sekunder, datanya
tidak lengkap.
V. Hasil Penelitian
Dari sembilan rumah sakit yang diambil sebagai sampel terdapat 1 15
responden yang
diwawancarai dengan karakteristik demografi sebagaimana yang
dipaparkan pada tabel 1 .
Tabel 1 . Karakteristik Demografi Pekerja Radiasi di 9 Rumah
Sakit
KARAKTERISTIK VARIABEL N % Jenis kelamin Laki-laki 59 51,3
Perempuan 56 48,7
Kelompok umur 24-29 10 8,7 30-34 10 8,7 35-39 1 5 13,0 40-44 31
27,0 45-49 26 22,6 50-54 1 8 15,6 55-59 2 1,8 60-64 3 2,6
Status perkawinan Kawin 1 13 98,2 Bel urn 2 1,8
Pendidikan D-3 5 1 44,3 S-1 36 31,3 S-2 1 5 13,0 S-3 3 2,6 Tidak
diisi 10 9,7
Jenis Pekerjaan Dr Radiolog 14 12,2 Dr Kedokteran Nk 2 1,7 Dr
Spesialis Onk 2 1,7 Dr Kardiolog 1 0,9 Fisikawan Medis 12 10,4
Radiografer 68 59,1 Perawat 10 8,7 Lainnya 4 3,5 Tidak diisi 2
1,7
Dari Tabel 1. terlihat bahwa sebagian besar responden adalah
laki-laki (51,3 %) dan
kelompok umur terbanyak 40-44 tahun (27 %) dengan status menikah
(98,2 % ). Pendidikan
9
terbanyak adalah )ulusan D-3 (44,3 %) dengan jenis pekerjaan adalah
radiografer (59,1 %).
Sedangkan berdasarkan lokasi rurnah sakit dan lama bekerja dapat
dilibat pada tabel 2.
Tabel 2. Kakarteristik Lokasi Penelitian dan Lama Bekerja
KARAKTERISTIK VARIABEL N %
Lokasi RS RS Kanker Dbarmais, Jkt 1 6 14,0 RS Jantung Harapan Kita,
Jkt 16 14,0 RS Hasan Sadikin, Bandung 12 10,4 RS Kariadi, Semarang
12 10,4 RS Moewardi, Solo 12 10,4 RS Sardjito, Yogyakarta 12 10,4
RS Sutomo, Surabaya 12 10,4 RS Saiful Anwar, Malang 1 1 9,6 RS
Sanglah, Denpasar 12 10,4
Lama bekerj a total < 5 tahun 3 2,6 5-10 1 7 14,8 1 1-15 15 13,0
1 6-20 32 27,9 2 1-25 26 22,6 26-30 1 8 15,6 30-35 3 2,6 Tidak
diisi 1 0,9
Lama bekerja di Unit Terakhir < 5 tahun 13 1 1 ,3 5-10 25 21,7 1
1-15 30 26,1 16-20 24 20,9 21-25 1 1 9,5 26-30 7 6,1 30-35 3 2,6
Tidak diisi 2 1,8
Pada tabel 2 terlihat bahwa responden tersebar merata di 6 RS
sebesar 10,4 % dan 2 RS
sebesar 14 % sedangkan yang sedikit ada di RS Saiful Anwar Malang.
Berdasarkan lama
bekerja secara keseluruhan terbanyak kelompok 16-20 tahun sebesar
27,9 %. Namun lama
bekerja pada unit terakhir terbanyak pada kelompok 1 1-15 tahun
sebesar 26,1 %. Status
kesehatan responden dapat dilihat pada tabel 3.
10
KARAKTERISTIK. VARIABEL N %
Hemoglobin < 12 12 10,4 12-14 49 42,6 14,1-16,0 34 29,6
16,1-18,0 1 1 9,6 Tidak tersedia data 9 7,8
Leukosit < 3.8 1 0,9 3.8 - 10.6 101 87,7 >10.6 2 1,8 Tidak
tersedia data 1 1 9,6
Eritrosit < 4.4 14 12,2 4.4-5.9 70 60,8 >5.9 2 1,8 Tidak
tersedia data 29 25,2
Trombosit <150 1 0,9 150-440 87 75,6 >440 1 0,9 Tidak
tersedia data 26 22,6
Kadar hemoglobin darah sebagian besar di atas 12 gldL (81,8 %),
sedangkan yang di
bawah 12 g/dL ( 1 _ 0,4%) semuanya adalah perempuan ( Lihat Tabel
3). Sedangkan kadar
hemoglobin rata-rata pada perempuan 1 2,42 g/dL (SD 1 ,006) dan
pada laki-laki 14,93 g/dL (SD
1,151). Nilai Lekosit, eritrosit, dan trombosit sebagian besar
masih dalam batas normal.
Penerapan Peraturan dan Kebijakan Proteksi Radiasi di Rumah Sakit (
lihat Tabel 4.),
semua rumah sakit (9 RS) sudah ada dokumen dan juga dari hasil
observasi sudah diterapkan,
kecuali untuk rekaman penanggulangan darurat hanya 5 RS yang
memiliki (55,5%). Tunjangan
bahaya radiasi sudah diberikan pada semua RS, hanya saja tidak
semua RS memberikan asupan
makanan TKTP, yang sudah diberikan 5 RS ( 55,5%). SOP peralatan
radiasi dan SOP limbah
radiasi sudah diterapkan pada 8 RS ( 88,9%)
11
Tabel 4. Penerapan Peraturan dan Kebijakan Proteksi Radiasi di
Rumah Sakit
Nama Rumah Sakit Dokumen Dokumen Memiliki Tunjangan Pemberian SOP
SOP Program Program Sertifikat Penanggulangan Bahaya Makanan /
Peralatan Lim bah Proteksi dan Jaminan Kaliberasi/ Darurat akibat
Radiasi Asupan Radiasi Radiasi Keselamatan Mutu Pengujian Radiasi (
TBR) Makanan Radiasi Sumber TKTP
Radiasi ·
Ada Ada Dokumen Rekaman
Rumah Sakit Kanker Dharmais, + + + + + + + Jakarta Rumah Sakit
Jantung Harapan + + + + + + + + Kita, Jakarta Rumah Sakit Hasan
Sadi.kin , Bandung + + + + + + + Rumah Sakit Kariadi, Semarang + +
+ + + + + + + Rumah Sakit Muwardi, Solo + + + + + + + Rumah Sakit
Sardjito, Jogyakarta + + + + + + + + + Rumah Sakit Sutomo, Surabaya
+ + + + + + + + + Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang + + + + + + + +
+ Rumah Sakit Sanglah, Denpasar + + + + + +
Keterangan : + ada - tidak ada
12
Tabel 5. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan Monitor Radiasi (
film badge atau TLD)
KARAKTERISTIK VARIABEL N %
Pemakaian Apron Ya pakai 65 56,5 Tidak memakai 50 43,5
Alasan tidak pakai Rusak 3 2,6 Tidak nyaman 1 1 9,6 Tidak pernah
memakai 36 3 1,3 (karena tempat kerja aman )
Film badge Memakai 102 88,7 Tidak 13 1 1 ,3
Mendapat dosis maksimum
Ya 1 0,9 Tidak 101 61,7 Tidak ada data 13 1 1,3
Secara umum seluruh RS sampel ( 9 RS ) menyediakan alat pelindung
diri, namun hanya
56,5 % responden yang menggunakan apron. Adapun alasan tidak
menggunakan apron karena
merasa tidak nyaman dipakai 9,6 % dan rusak 2,6 %. Sedangkan yang
tidak pemah memakai
sebanyak 31,3 % karena merasa tempat kerja aman. Pemakaian film
badge sebagai alat monitor
perorangan sebesar 88,7 % dan sebagian besar tidak pemah mendapat
dosis maksimum, hanya
seorang yang mendapat dosis maksimum ( 0,9 %) lihat Tabel 5. Hal
ini terjadi karena
mengerjakan tugas yang bukan bidang keahliannya.
Mengenai besarnya pajanan radiasi yang diterima para pekerja
radiasi dapat diketahui
dari hasil pemeriksaan film badge tiap bulan dan dari basil
penghitungan estimasi besainya
pajanan radiasi per bulan. Film badge harus dipakai selama bekerja
dan tisp bulan dilakukan
peneriksaan untuk mengetahui berapa besar radiasi yang diterima
pekerja tersebut. Sedangkan
penghitungan estimasi besarnya pajanan radiasi dapat diketahui dari
beban kerja ( berapa pasien
yang diperiksa per hari, per minggu dan per bulan kemudian
dikalikan dengan lama terkena
13
pajanan radiasi per pasien dan besarnya radiasi yang ada di tempat
kerja ). Kemudian hasil
besarnya pajanan radiasi tersebut dibandingkan dengan nilai batas
dosis (NBD) yang ditentukan
oleh Keputusan Ka BAPETEN No. 01/Ka.BAPETEN I V-99 tentang
Keselamatan Kerja
terhadap Radiasi yaitu dalam setahun tak boleh melebihi 50 mSv ( 4
mSv per bulan ). Hasil
pajanan radiasi terhadap para pekerja radiasi di 9 RS dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pajanan Radiasi terhadap Pekerja Radiasi di Rumah
Sakit
Hasil penghitungan Hasil pemeriksaan Film Nilai Batas Dosis
(NBD)
Nama Rumah Sakit estimasi pajanan Badge per bulan pekerja radiasi
sesuai
radiasi per bulan Keputusan Ka BAPETEN
No. 01/Ka. BAPETEN N- 99 tentang Keselamatan
Kerja thd Radiasi
Rumah Sakit 0,000 1 5 s/d 0,00414 0,1 m Sv 50 mSv per tahun Kanker
Dharmais, m Sv ( 4 mSv per bulan ) Jakarta Rumah Sakit 50 mSv per
tahun Jantung Harapan 0,0029 s/d 0,49 m Sv 0,1 mSv ( 4 mSv per
bulan ) Kita, Jakarta Rumah Sakit Hasan Tak ada data karena 0,1 s/d
0,58 mSv 50 mSv per tahun Sadikin , Bandung surveymeter sedang ( 4
mSv per bulan )
dikaliberasi Rumah Sakit 50 mSv per tahun Kariadi, Semarang 0,00008
s/d 0,20 mSv 0,1 mSv ( 4 mSv per bulan )
Rwnah Sakit 50 mSv per tahun Muwardi, Solo 0,000008 s/d 0,10 0,1
mSv ( 4 mSv per bulan )
mSv Rumah Sakit 50 mSv per tahun Sardjito, Jogyakarta 0,0003 s/d
0,088 mSv 0,1 mSv ( 4 mSv per bulan )
Rumah Sakit 50 mSv per tahun Sutomo, Surabaya 0,026 s/d 0,1598 mSv
0,1 mSv ( 4 mSv per bulan )
Rumah Sakit Saiful 0,1 s/d > 4 mSv 50 mSv per tahun Anwar,
Malang 0,0024 s/d 5,13 mSv ( 4 mSv per bulan )
Rumah Sakit 50 mSv per tahun Sanglah, Denpasar 0,0003 s/d 0,079 mSv
0,1 mSv ( 4 mSv per bulan )
14
Besamya pajanan radiasi yang diterima para peketja dari 9 RS,
terdapat seorang peketja
radiasi di RS Saiful Anwar, Malang yang mendapat pajanan radiasi
yang melebihi NBD yang
ditentukan baik dari basil pemeriksaan film badge yang diperiksa
per bulan maupun dari basil
penghitungan estimasi. Hasil dari film bagde melebibi 4 mSv per
bulan dan dari penghitungan
estimasi pajanan radiasi yang diterima per bulan mencapai 5,13 mSv
. Hal ini tetjadi karena
peketja radiasi tersebut bertugas ganda yaitu selain sebagai
seorang fisika medis juga merangkap
sebagai tehnisi yang mencoba memperbaiki kerusakan yang terjadi di
pesawat radiasi Co60. Jadi
dia mengerjakan tugas yang bukan bidang keahliannya.
Sedangkan beasarnya pajanan radiasi berdasarkan basil penghitungan
estimasi yang
terbesar diterima para peketja di RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita , Jakarta yang
beketja melakukan kateterisasi jantung, besarnya antara 0,0029 s/d
0,49 mSv per bulan , narnun
bila dibandingkan dengan NBD masib di bawah batas yang
ditentukan.
Hasil penghitungan estimasi besarnya pajanan radiasi di RS Hasan
Sadikin, Bandung tak
dapat dilakukan karena surveymeter untuk mengetahui besarnya
pajanan radiasi di tempat kerja
sedang dilakukan kaliberasi., namun hasil dari pemeriksaan film
badge yaitu 0,1 s/d 0,58 mSv
per bulan masib di bawah NBD yang ditentukan.
15
VI. Observasi , pengukuran dan temuan di 9 rumah sakit
Hasil observasi, pengukuran dan temuan di 9 rumah sakit sebagai
berikut :
1. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, J-
akarta
Paparan radiasi di daerah operator/dokter antara 82 - 92 J.1Svlh (
0,082 - 0,092
mSvlh), di area perawat antara 28 - 35 J.1Svlh ( 0,028 - 0,035
mSvlh) dan di area
radiographer antara 8,5 - 12 J.1Svlh ( 0,0085 - 0,012 mSv/h) , tapi
kalau diukur di
belakang operator/dokter menjadi 14-15 J.1Sv/h ( 0,014 - 0,01 5
mSvlh) , dibelakang
perawat 1 1-12 J.1Svlh ( 0,0 1 1 - 0,012 mSvlh) dan dibelakang
radiographer 4 - 4,5
J.1Sv/h ( 0,004 - 0,0045 mSv/h).
Di area pintu penghubung ke ruang monitor dan pintu masuk pasien
hila terbuka
paparan radiasi antara 1,5 - 6 J.1S/h ( 0,0015 - 0,006 mSvlh) ,
sedangkan hila
tertutup aman. Di ruang monitor paparan radiasi juga aman , sarna
dengan radiasi
latar yaitu 85 - 95 nSvlh ( 0,000085 mSv/h - 0,000095 mSv/h).
Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terhadap para pekelja
antara 0,0029 mSv
- 0,49 mSv per bulan, sedangkan basil pemeriksaan film badge I TLD
rata-rata 0,1
mSv per bulan. Hasil tersebut masih di bawah Nilai Batas Dosis
(NBD) yang
ditentukan sesuai Ka. BAPE'IEN No. 0 1/Ka. BAPETEN /V -99 yaitu
sebesar 50 mSv
per tahun ( 4 mSv per bulan ).
W alaupun paparan radiaisi yang diterima masih dibawah batas yang
ditentukan
namun penggunaan Alat Pelindung diri (APD) belum semuanya
diterapkan yaitu :
pemakaian Thyroid shield belum semua petugas menggunakannya
karena
keterbatasan APD. Sedangkan Lead googles atau kaca mata Pb dan
sarung tangan
timbal belum tersedia.
Lampu tanda bahaya radiasi di depan pintu pada saat pesawat sedang
"operating"
tidak menyala
Pintu penghubung ke ruang monitor serta pintu masuk pasien
sebaiknya tertutup,
karena hila terbuka paparan radiasi 1,5 - 6 J.1Svlh
Di area dekat pintu penghubung ke ruang monitor ada meja komputer
dan petugas
yang bekelja di tempat tersebut akan terpajan radiasi dalam waktu
lama secara terus
menerus ( Di Ruang Cath lab 3).
16
Dibagian Radiodiagnostik dan radioterapi, pada umumnya di ruang
operator pekerja
tidak menggunakan APD karena merasa aman. Ketersediaan APD
seharusnya tetap
ada walaupun mereka bekerja di ruang yg aman , diperlukan pada saat
"emergency".
Lampu tanda bahaya radiasi yang ada di depan pintu sebagian ada
yang mati.
Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi yang diterima petugas
radiasi per bulan
di bagian radiodiagnostik antara 0,00015 mSv - 0,0012 mSv,
sedangkan di bagian
radioterapi antara 0,000535 mSv - 0,00414 mSv. Sedangkan basil
pemeriksaan flrn badge rata-rata 0,1 mSv per bulan. Keduanya masih
di bawah NBD yang ditentukan
sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan).
3. Rumah Sa kit Umum Pusat Sanglah, Denpasar - Bali
Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi di bagian
radiodiagnostik 0,0003 -
0,079 mSv per bulan dan di bagian radioterapi 0,0056 - 0,0185 mSv
per bulan.
Sedangkan basil pemeriksaan film bagde rata-rata 0,1 mSv per bulan.
Keduanya
masih di bawah NBD yang ditentukan sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv
per bulan )
Pada ruang CT Scan , pintu penghubung ke ruang monitor pada saat
operating
terdapat kebocoran dengan pajanan radiasi 10 - 11,7 J!Sv/ jam (0,01
- 0,0117
mSv/jam) . Pada saat pesawat "operating" lampu tanda ada bahaya
pajanan radiasi
banyak yang mati.
Di ruang cath-lab APD yang tersedia hanya apron dan thyroid shield
, jumlah thyroid
shield terbatas.
yang dilakukan.
Pada saat melakukan penelitian tidak dapat melakukan pengukuran
besarnya pajanan
radiasi karena alat surveymeter sedang dikaliberasi.
Penelitian hanya dapat dilakukan di bagian radiodiagnostik dan
kedokteran nuklir.
Pemakaian APD , karena merasa aman di ruang operator tak dilakukan,
juga di ruang
kedokteran nuklir. Ketersediaan APD seharusnya tetap
disediakan.
5. Rumah Sakit Kariadi, Semarang
Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terhadap para pekerja
radiasi di bagian
radiodiagnostik dan radioterapi 0,00008 - 0,20 mSv per bulan.
Sedangkan hasil
17
pemeriksaan film badge rata-rata 0,1 mSv per bulan. Kedua hasil
tersebut masib di
bawah NBD yang ditentukan yaitu sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv
per bulan ).
Data basil pemeriksaan laboratorium yang direkapitulasi tidak
lengkap sesuai yang
telah ditentukan.
Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terhadap para pekerja
radiasi di bagian
radiodiagnostik dan radioterapi 0,000008 - 0,1 mSv per bulan.
Sedangkan basil
pemeriksaan film badge rata-rata 0,1 mSv per bulan. Kedua basil
tersebut masib di
bawah NBD yang ditentukan yaitu sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv
per bulan ).
Ada karyawan laki-laki (28 tahun) menderita leukemia pada tahun
2009 namun saat
ini sudah sembuh, dan bekeija di bagian radioterapi, di pesawat
simulator.
Residen bedab selalu minta foto rontgen dengan luas lapangan yang
berlebih dan
selalu diulang.
Responden pada radioterapi dan radiodiagnostik tidak menggunakan
apron karena
proteksi radiasi di tempat ketja sudah baik.
Alat pelindung diri (APD) seperti apron tersedia namun jumlah tidak
cukup karena
ada yang dalam kondisi rusak, sehingga dokter radioloog memakai
yang tidak rusak,
sedangkan residen memakai yang rusak.
Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terbadap para peketja
radiasi 0,0003 -
0,088 mSv per bulan. Sedangkan basil pemeriksaan film badge
rata-rata 0,1 mSv per
bulan. Kedua basil tersebut masib di bawah NBD yang ditentukan
yaitu sebesar 50
mSv per tahun ( 4 mSv per bulan ).
Pemeriksaan berkala di lakukan setiap tahun untuk dokter, fisika
medis, radiografer,
hanya tidak semua pekerja radiasi tersebut badir pada saat
pemeriksaan berkala atau
walau hadir namun tidak melakukan pemeriksaan secara lengkap.
Kematian petugas radiasi yang dikarenakan keganasan tidak ditemukan
di rumah
sakit ini sampai saat ini.
8. Rumah Sa kit Sutomo, Surabaya
Pajanan radiasi hambur untuk sekeliling ruang pemeriksaan ( non
pekeija radiasi)
masih dibawah batas dosis radiasi.
18
Pajanan radiasi bambur untuk ruang kontrol ekspose dengan 1
shielding : 122
J.!Sv/jam. Pajanan radiasi bambur untuk ruang kontrol ekspose
dengan 2 shielding
10 J.!Sv/jam.
Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terbadap para pekerja
radiasi di bagian
radiodiagnostik dan radioterapi 0,026 - 0,1598 mSv per bulan.
Sedangkan basil
pemeriksaan film badge rata-rata 0,1 mSv per bulan. Kedua basil
tersebut masih di
bawah NBD yang ditentukan yaitu sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv
per bulan ).
9. Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang
Hasil pengbitungan estimasi pajanan radiasi terhadap para pekerja
radiasi di bagian
radiodiagnostik dan radioterapi 0,0024 - 5,13 mSv per bulan.
Sedangkan hasil
pemeriksaan film badge antara 0,1 mSv s/d > 4 mSv per bulan.
Dari kedua basil
tersebut ada satu orang pekerja radiasi yang di atas NBD yang
ditentukan yaitu
sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan ).
Petugas yang basil penghitungan estimasi pajanan radiasi dan film
badge melebihi
batas yang ditentukan adalah petugas fisika medis yang berfungsi
ganda. Pertama dia bertugas sebagai pengukur radiasi di bagian
Radiologi rumahsakit. Kedua
kadang- kadang dia melakukan perbaikan lampu kolimator pada pesawat
Co60. Hal ni disebabkan Petugas tersebut merasa kasihan bila
pesawat Co60 tidak beroperasi
maka pasien akan menumpuk dan banyak yang kecewa. Sedangkan Tehnisi
yang
sebenamya harus didatangkan dari Jakarta , yang belum tentu dalam 1
0 hari sudah
dating. Petugas tsb memang pemah dapat latiban servis kecil dari
Vendor pesawat
tsb. Dampaknya petugas mendapat dosis radiasi yang cukup besar,
sementara itu dia
juga sering dapat dosis akumulatif selama melakukan
pengukuran.
Pemeriksaan Kesehatan terhadap petugas medis , tampaknya belum
sesuai dengan
anjuran dari Bapeten atau Batao, misalnyajenis pemeriksaan yang
diperiksa.
19
Peraturan dan kebijakan proteksi radasi yang diterapkan rumah sakit
untuk
melindungi para pekerja medis yang terpajan radiasi, semua rumah
sakit ( 9 rumah sakit)
sudah menerapkan ( lihat Tabel 4.), yaitu semua rumah sakit sudah
memiliki dokumen
program proteksi dan keselamatan radiasi ( 100%), dokumen program
jaminan mutu(
100%), memiliki surat izin pemanfaatan alat serta sertifikat
kaliberasi I pengujian sumber
radiasi ( 100%). Demikian pula semua rumah sakit juga sudah
memiliki dokumen
penanggulangan darurat (100% ), namun bel urn semua rwnah sakit
memilki rekaman
keadaan darurat, hanya 5 RS yang memiliki rekaman keadaan darurat
(55,5%).
Alasan 4 rumah sakit belum memiliki rekaman keadaan darurat karena
belum
pernah ada kejadian atau keadaan darurat, akan tetapi hal ini
sebetulnya setiap hari apa
saja yang telah dikerjakan di masing-masing tempat kerja harus ada
catatan tentang
penggunaan peralatan yang ada serta apa saja yang telah diakukan
termasuk kejadian
kejadian emergency . Biasanya buku catatan semacam ini disebut
log-book.
Tunjangan bahaya radiasi terhadap para pekerja radiasi sesuai
Kepres RI No.48
tahun 1995 l l ) sudah dilaksanakan pada semua rumah sakit (100%)
lihat pada Tabel 4,
sedangkan pemberian asupan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
tergantung
kebijakan masing-masing rumah sakit, 5 RS sudah memberikan asupan
makanan TKTP (55,5%), 4 RS belum memberikan asupan makanan TKTP
..
SOP pengoperasian peralatan yang menimbulkan radiasi yang digunakan
di rumah
sakit , hampir semua rumah sakit sudah ada (88,89%) , demikian pula
SOP rencana
tanggap darurat pada kecelakaan radiasi, SOP penanganan limbah
radiasi pada umumnya
juga sudah ada ( 88,89%).
Persyaratan ruangan untuk pesawat radiasi telah diberi pelindung,
demikian pula
ruangan tersebut telah sesuai dengan persyaratan standar serta
semua ruangan juga telah
memiliki tanda bahaya radiasi pada 9 rumah sakit.
Persyaratan peralatan pada 9 rumah sakit, semua pesawat radiasi
telah memiliki ijin
dari BAPETEN dan ijin tersebut masih berlaku. Ada satu rurnah sakit
yang belum
memilki alat ukur radiasi, sedangkan 8 rumah sakit memiliki alat
ukur radiasi yang
semuanya memiliki seritifikat kalibrasi dan masih berlaku.
Cukup banyak pekerja radiasi di bagian radiodiagnostik, radioterapi
maupun
kedokteran nuklir tidak menggunakan apron( 43,5%) karena mereka
merasa aman di
tempat kerjanya yaitu di ruang operator atau ruang control (3 1 ,3%
), merasa tidak
nyaman waktu diapakai ( 9,6% ) dan apron dalam keadaan rusak (2,6%)
lihat Tabel 5.
Walaupun tempat kerja mereka aman, tetapi seharusnya APD harus
tetap disediakan di
tempat kerja tersebut karena hila terjadi keadaan darurat atau
pasien anak/dewasa
20
membutuhkan bantuan pada waktu pemeriksaan dilakukan maka APD
sangat diperlukan.
Di ruang cath-lab I kateterisasi jantung mereka menggunakan apron
dan thyroid shield ,
tetapi thyroid shield jumlahnya terbatas sehingga bel urn semua
dapat memakainya.
Pajanan radiasi yang diterima para pekerja radiasi per bulan,
berdasarkan estimasi
beban kerja per bulan dan pengukuran besarnya pajanan radiasi di
tempat keija, hampir
semua RS (88,89%) masih dibawah NBD yang ditentukan yaitu 50 mSv
per tahun ( 4
mSv per bulan) sesuai Keputusan Ka BAPETEN No. 01/Ka-BAPETENN-99
tentang
ketentuan Keselamatan Keija Terhadap Radiasi 4).
Petugas yang basil penghitungan estimasi pajanan radiasi dan film
badge melebihi
batas yang ditentukan adalah petugas fisika medis yang berfungsi
ganda. Pertama dia
bertugas sebagai pengukur radiasi di bagian Radiologi rumahsakit.
Kedua kadang
kadang dia melakukan perbaikan lampu kolimator pada pesawat Co60.
Hal ni disebabkan
Petugas tersebut merasa kasihan hila pesawat Co60 tidak beroperasi
maka pasien akan
menumpuk dan banyak yang kecewa. Sedangkan Tehnisi yang sebenarnya
harus
didatangkan dari Jakarta , yang bel urn tentu dalam 10 hari sudah
datang. Petugas tsb
memang pemah dapat latihan servis kecil dari Vendor pesawat tsb.
Akibatnya
berdasarkan penghitungan estimasi pajanan radiasi mencapai 5,13 mSv
per bulan dan
hasil pemeriksaan film badge melebihi 4 mSv per bulan. Hal ini
terjadi karena petugas
fisika medis tersebut melakukan tugas yang bukan bidang
keahliannya.
Pajanan yang diterima para peketja radiasi per bulan berdasarkan
estimasi beban
kerja dan pengukuran besarnya pajanan radiasi di tempat keija dari
9 RS, yang terbesar
yaitu di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta yaitu
di ruang
penyadapan atau Cath-Lab, besarnya antara 0,0029 mSv- 0,49 mSv per
bulan. Khusus di
ruang cath-lab tersebut posisi tempat ketja sangat menentukan,
karena di posisi dokter
pajanan radiasi paling besar, kemudian posisi perawat dan yang
paling rendah yaitu
posisi radiographer. Sehingga profesi pekeija radiasi menetukan
besarnya pajanan radiasi
yang diterima ( lihat Gambar 1 )
Demikian juga pada Analisis Keselamatan ketja Radiasi Pesawat
Sinar-X di Unit
Radiologi RSU Kota Y ogjakarta, pajanan yang diterima pekerja
radiasi dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2007 adalah 1 19,5 mrem/tahun ( 1,195
rnSv/tahun ) 12>, masih di
bawah NBD yang ditentukan sebesar 5000 mrem/tahun (50 mSv per
tahun) 4>·
Hasil perneriksaan film badge yang diperiksa pada umumnya
menunjukkan hasil
masih dibawah NBD yaitu rata-rata 0. 1 mSv per bulan, sehingga
dalam setahun hanya
1,2 rnSv. Bila dilihat besarnya pajanan radiasi yang diterima
pekerja dari hasil
perneriksaan film badge tampaknya hampir semua pkerja radiasi
rnenerima dosis yang
sama, padahal mereka terpajan radiasi berbeda-beda tergantung
tempat kerja dan
profesinya. Sehingga sekarang ada beberapa RS yang sudah mulai
mengganti film badge
21
dengan TLD agar bisa diharapkan basil pemeriksaan pajanan radiasi
yang diterima
pekerja sesuai dengan beban kerja dan pajanan radiasi di tern pat
kerjanya.
Pemeriksan kesehatan yang dilakukan terhadap para pekerja radiasi
di 9 RS hanya
melakukan pemeriksaan Iaboratorium saja, padahal sesuai dengan
Peraturan Kepala
BAPETEN No. 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan Untuk Pekerja
Radiasi,
pemeriksaan kesehatan umum meliputi sebagai berikut : a) Anamnesis
b) Riwayat
penyakit dan keluarga c) Pemeriksaan fisik d) Pemeriksaan
laboratorium 13). Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan juga tidak sesuai dengan peraturan
terse but.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2007 tentang
Keselamatan
Radiasi Pengion Dan Keamanan Surnber Radioaktif 14), pasal 1 1
disebutkan bahwa
pemeriksaan kesehatan untuk pekerja wajib dilakukan secara berkala
paling sedikit sekali
dalam 1 (satu) tahun, tetapi para pekerja tersebut tidak dilakukan
pemeriksaan kesehatan
secara terattur setiap tahun.
Hasil pemeriksaan laboratorium pekerja radiasi di 9 RS menunjukkan
basil
pemeriksaan darah yaitu hemoglobin darah pada perempuan rerata
12,42 g/d.L dengan
simpang baku 1,006. Sedang kadar hemoglobin darah pada laki-laki
14,93 g/d.L dengan
simpang baku 1,51 (lihat Tabel 3.). Pemeriksaan hemoglobin darah
ini baik pada
perempuan maupun laki-laki masih dalam batas normal. Sedangkan
basil pemeriksaan
darah rutin lainnya yaitu jumlah lekosit, laju endap darah, hitung
jenis lekosit, jumlah
eritrosit, hematokrit dan jumlah trombosit masih dalam batas
normal. Pemeriksaan kimia
darah dan urin rutin tidak dilakukan pada semua rumah sakit.
Berdasarkan basil review data epiderniologik risiko kanker dari 8
studi kohort di berbagai negara yang melibatkan lebih dari 270.000
radiologist dan teknisi radiologik, temuan yang paling konsisten
yaitu meningkatnya kematian karena leukemia diantara pekerja yang
bekerja sebelum tahun 1950, ketika pajanan radiasi tinggi 7),
sehingga untuk memantau lebih awal akan kejadian leukemia tersebut
perlu pemeriksaan darah lengkap dengan gambaran darah tepi
15•16>, dirnana pemeriksaan ini belurn tercantum pada Peraturan
Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2010 13>.
Dalam pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi di rumab
sakit peran Petugas Proteksi Radiasi (PPR) sangatlah penting
seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2007
tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif
disebutkan bahwa PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemegang
Ijin dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang
berhubungan dengan proteksi radiasi 14), yang dalam kenyataannya
peran tersebut perlu didukung dan ditingkatkan.
Berdasarkan observasi, pengukuran pajanan radiasi di tempat kerja
dan temuan temuan di 9 RS, mulai dari peraturan-peraturan dan
kebijakan proteksi radiasi, banyak hal-hal yang masih belum
diterapkan seperti pemakaian APD di ruang cath-lab hanya
22
apron, sedangkan thyroid shield bel urn semua memakai karena
keterbatasan jumlahnya, demikian pula lead goggles, sarong tangan
timbal tidak pernah dipakai karena bel urn ada. Pintu-pintu
penghubung di ruang cath-lab juga tidak pemah ditutup, demikian
pula pintu tempat pasien masuk kadang-kadang tidak terttutup rapat.
Lampu di depan ruang cath lab, ruang CT -Scan, fluoroscopy maupWl
mammography di berbagai RS banyak yang tidak menyala pada saat
pesawat radiasi sedang "operating", hal ini membuktikan bahwa
kesadaran akan proteksi radiasi terhadap diri sendiri maupun
perlindWlgan terhadap pasien dan lingkWlgan masih sangat kurang,
sehingga perlu adanya sosialisasi secara terns menerus atau berkala
baik proteksi radiasi terhadap diri sendiri, pasien maupun terhadap
lingkWlgan (patient safety, staff safety and environmental safety
).
23
VIII. Kesimpulan
I. Peraturan dan kebijakan proteksi radiasi untuk melindungi para
pekerja radiasi di semua rumah sakit ( 9 RS) sudah menerapkan,
kecuali untuk SOP pengoperasian peralatan radiasi 88,89%,
penanganan limbah radiasi 88,89% dan rekaman keadaan darurat
55,5%
2. Pajanan radiasi yang diterima para pekerja radiasi per bulan di
hampir semua rumah sakit (88,89%) masih di bawah Nilai Batas Dosis
(NBD) yang ditentukan yaitu 50 mSv per tahun ( 4 mSv per
bulan).
3 . Besamya pajanan radiasi pada waktu alat sedang digunakan yang
terbesar adalah pada waktu melakukan kateterisasi jantung, dan
posisi dokter merupakan posisi dengan pajanan terbesar, kemudian
perawat dan radiographer yang terendah.
4. Hasil pemeriksaan kesehatan yang didapat dari pemeriksaan
kesehatan berkala masih dalam batas normal, hanya saja pelaksanaan
pemantauan kesehatan untuk tenaga medis belum sesuai dengan
Peraturan Kepala BAPETEN No.6 tahun 20 l 0.
5. Persyaratan ruangan yang digunakan untuk pesawat radiasi di 9
rumah sakit semuanya telah memenuhi syarat dan semuanya memiliki
ijin dari BAPETEN yang masih berlaku.
6. Pemakaian alat pelindung diri (APD) untuk proteksi radiasi baru
mencakup 56,5% untuk pemakaian apron, dan 43,5% tidak menggunakan
apron karema merasa tempat kerja aman 3 1 ,3%, merasa tak nyaman
9,6% dan apron dalam keadaan rusak 2,6%.
IX. Saran
1 . Penerapan peraturan dan kebijakan proteksi radiasi termasuk
pemakaian APD harus terns menerus disosialisasikan ( Safety
culture) dengan menerapkan secara konsisten faktor keselamatan
pasien, pekerja radiasi dan lingkungan.
2. Lebih mengaktifkan peran organisasi proteksi radiasi pada setiap
fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Pemantauan kesehatan untuk pekerja radiasi secara berkala harus
dilaksanakan sesuai dengan peraturan kepala Bapeten No. 6 tahun
2010. Pada pemeriksaan darah lengkap ditambahkan pemeriksaan
gambaran darah tepi.
4. Perlu ditingkatkan pengawasan internal oleh kepala instalasi
terhadap pelaksanaan proteksi radiasi.
24
Kesepakatan ini d.ibuat pada waktu diadakan pertemuan presentasi
basil penelitian
dengan mengundang peserta yang mewakili dari 9 RS, Dit.Bina
Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan, Poltekkes Jakarta II, BPFK , konsultan serta
para peneliti yang
terlibat dalam penelitian ini. Adapun kesepakatan yang d.ibuat
sebagai berikut:
1 . Implementasi proteksi radiasi pada sarana pelayanan kesehatan
dengan mengutamakan faktor keselamatan pasien, pekerja radiasi, dan
lingkungan.
2. Sosialisasi safety culture dan proteksi radiasi harus
dilaksanakan secara berkala.
3. Pemantauan kesehatan untuk pekerja radiasi secara berkala harus
dilaksanakan sesuai dengan peraturan Kepala Bapeten No. 6 tahun
2010. Pada pemeriksaan darah lengkap ditarnbahkan pemeriksaan
gambaran darah tepi.
4. Upaya pembinaan proteksi radiasi harus dilaksanakan secara terns
menerus oleh tim monitoring tingkat provinsi dan organisasi
proteksi radiasi (PPR).
XI. Ucapan terima kasih
Kami mengucapakan terima kasih kepada Bapak D. Anwar Musadad, SKM,
MSi , sebagai
Kepala Pusat Intervensi Kesehatan Masyarakat yang telah membiayai
penelitian ini melalui
anggaran DIPA tahun 2011 dan juga sebagai konsultan dalam
penelitian ini. Juga kami ucapkan
terima kasih atas masukan dan saran kepada Bapak Reno Alamsyah
sebagai konsultan dan Bapak Jerri Noor dari Bapeten , walaupun
tidak sampai akhir dari penelitian ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pimpinan sembilan rumah sakit
yang telah menjadi
tempat penelitian, yaitu RS lKanker Dharmais dan RS Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan
Kita, Jakarta, RS Hasan Sadikin, Bandung, RS Kariadi, · Semarang,
RS Moewardi, Solo, RS
Srujito, Y ogyakarta, RS Saiful Anwar, Malang, RS Sutomo, Surabaya,
dan RSUP Sanglah,
Denpasar. Secara khusus kepada instalasi radiologi dan responden
dari bagian radiodiagnostik ,
radioterapi serta kedokteran nulkir.
Kepada Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Pusat Teknoogi
Intervensi Kesehatan
Masyarakat DR Ekowati Rahajeng, MKes dan penggantinya Bapak DR.
Didik Budijanto, drh,
MKes kami ucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya
sehingga penelitian ini
dapat beijalan lancar.
Kepada Ketua PPI , Dr.Ir Inswiasri kami ucapkan terima kasih atas
segala masukan, bimbingan
dan dukungannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana serta
berbagai pihak terkait dan rekan
rekan peneliti dan administrasi yang telah berusaha maksirnal
sehingga penelitian ini dapat
terlaksana sesuai dengan rencana.
1 . Iskandar ER. Keselamatan kerja dan proteksi radiasi. Diunduh
dari http:/ I eddyrumhadi. blogdetik.
com/2008/09/04/keselamatan-kerja-dan-tindakan proteksi -
radiasi/
2. Gondhowiardjo S, Aman RA. Peran radiasi dalam penanganan adenoma
hipofise. Makara, Kesehatan, Vol 8, No. I, Juni 2004: 14-20.
3. Pusat Data dan informasi PERSI. Pemanfaatan Radioaktif, Bak
Pisau Bermata Dua. Diunduh dari: http://www.pdpersi.co.id. 15
Oktober 2010.
4. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor
01/Ka-BAPETENN-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terbadap
Radiasi
5. Yoshinaga S, Mabuchi K, Sigurdson AJ, Doody M:M, and Ron E.
Cancer Risks among Radiologists and Radiologic Technologists:
Review of Epidemiologic Studies. Radiology, January 29, 2004
6. Busbberg IT, Miller KL. Hospital Responses to Radiation
Casualties. Chapter 25. 7. Azhar. Keselamatan radiasi di fasilitas
radioterapi. Buletin ALARA, Vol 4 (edisi khusus),
Agustus 2002, 15-19. 8. Sadida A Perbedaan Kadar Limfosit Darah
Akibat Paparan Radiasi Antara Pekerja
Radjoterapi dan Pekerja Radiodiagnostik di Rumab Sakit Umum Pusat
Dokter Kariadi Semarang Thun 2001. Diunduh dari :
http://www.fkm.undip.ac.id , tesis Universitas Diponegoro,
Semarang, 2001.
9. Marpaung T, Kecelakaan Radiasi yang Terkait dengan Peralatan
Radioterapi. Bapeten, Jakarta, 2000.
10. Wiharto K. Kedokteran nuklir dan aplikasi teknik nuklir dalam
kedokteran. Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan
Lingkungan , 20 -21 Agustus 1996.
1 1 . KEPPRES Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1995 tentang
Tunjangan Bahaya Radiasi Bagi Pekerja Radiasi
12. Maryanto D, Solichin dan Abidin Z. Analisis Keselamatan Kerja
Radiasi Pesawat Sinar-X di Unit Radiologi RSU Kota Y ogjakarta.
Disampaikan pada Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Y
ogjakarta , 25-26 Agustus 2008.
13. Peraturan Kepala Badan PengawasTenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010
tentang Pemantauan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007
tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber
Radioaktif.
15. Universitas Sumatra Utara. Tinjauan Pustaka : Leukemia. Diunduh
dari http:/ /repository. usu. a c. id/bitstream/1234 56
789/20969/4/Chapter<>lo20IT. pdf
16. Scumdoctor. Bagaimana Leukemia Terdeteksi ? Diunduh dari http:/
I www. scum doctor.
com/Indonesian/disease-prevention/cancer/leukemia/How-Is
Leukemia-Detected. html
27
Gam bar 1. Denab ruang penyadapan RSJPD Harapan Kita, Jakarta
·4 41-t .. r-s--t 1 0
.u7-k)Nil4_ I. 0 8
10
28
1. Poslsi Ookter 2. Poslsi Plt'awat 3. Po$151 Radlografer 4.
"Shleldlnl" s. Tabuns Pesawat 6. TemNt lnfus
7. Monitor 8. Ternpat paslen · 9. Meja op.rator 10. Jendela
observasl
11. Plntu penahubuna 1u1 Ruana operator
12. Plntu masuk paslen
Gam bar 2. Surveimeter
P ERS ETUJUAN ATAS AN YANG BERWENANG
Panitia Pembina flmiah
Mengetahui I menyetujui
D. Anwar Musadad, SKM, MSc
NIP. 195709151980121002
Provinsi
Nama
4. Status awinan
9. Nomor !aepon kantor
13 Riwayat kerja
1. DKI Jakarta 2. Jawa Ba:at 3. Jawa T engah
4. 01 Jogjakarta 5.Jawa Timur 6. Bali
3. Kedokteran Nuklir 4. Kardiovakular
1 . laki-laki 2. Perempuan
l . Tamat 03 3. Tamat S2
. . . . . . tahun
2. Tamat S l 4 .. Tamat S3 Jurusan ... . . . . . . . . . . . . . .
1. Dokter Sp Radiologi 5. Fisikawan Medis 9. Residen
Radiologi
2. Dokter Sp.Kedok Nuklir 6. Radiografer 10. Lainnya, sebutkan 3.
Dokter Sp Onkologi 7. Perawat . .. ... .. . . . . . .. . . . . .
.
4. Dokter S Kardiolo · 8. 03 Anestesi
D
D
B. HASIL PEMERIKSAAN KESEHA TAN *) ( Diperoleh dari hasll
pemeriksaan kesehatan secara berkalal khusus)
*Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 T ahun 2010 tentang Pemantauan
Kesehatan untuk Pekerja Radiasi Tanggal pemeriksaan kesehatan
dllakukan .......................................
1 Anamnesis
a.Keluhan sekarang . . . . . . ............. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.................................................................
2 Pemeriksaan Flsik
a.Keadaan umum 1. T ak tampak sa kit 3. T ampak sakit sedang 0 2. T
ampak sa k it ring an 4. T ampak sa kit berat
.. ·
1). Sistolik: . . . . . . . ..... mmHg DOD 2).Diastolik . . . . . .
....... mmHg ODD
e.Denyut nadi .................. X per menit ODD f.Frekuensi
pemafasan .. . . . . . . . . . . . . . . . . X per menit DOD g.Suhu
badan 1 . Normal 2. Demam 0 h.Mata : 1 . Ya 2. Tidak 0
Conjuctiva anemis
I i.Thorax
1).Jantung 1 . Normal 2. Ada kelainan D 2).Paru-paru 1 . Normal 2.
Ada kelainan D
.32
j.Abdomen 1 . Pembesaran liver 2. Pembesaran Lien
0 3. Pembesaran liver & lien 4. Normal
k.Kulit 1 . Normal 2. Ada kelainan 0 I.Sistem urogenital 1 . Normal
2. Ada kelainan D m.Sistem syaraf 1. Normal 2. Ada kelainan D
3 Pemeriksaan Laboratorium
3) Ureum
4) Kreatinin
Apakah pada saat mengopecasikan 1.Ya 2.Tidak
D 01 alai radiasi memakai APD?
Alai Pelindung Diri? JenisAPD Kondisi Frekuensi Penggunaan Alasan
yang 1.Rusek 1.Selalu dipakai 1.Tidak tersedia
02 digunakan 2.Bila dipakai tidak 2.Kadang·kadang 2.Tidak nyaman
1.Ya nyanan 7ke kolom berikutnya 3.Malas 2.Tidck 3.Tidak pernah 3.
Tidak pernah pakai
dipakai 7ke kolom berikutnya a .Apron
D D D D b. Sarung Iangan timbal I D D D D c. Lead Goggles
D D D D d. Thyroid shield
D D D D e. Lead glass arm
D D D D f. Lannya . ..................
D D D D
D. RADlODIAGNOSTlK
01 Sudah berapa lama bekerja di bagian ........................
.tahun D O Radiodiaonostik ?
PERHITUNGAN BEBAN KERJA
Behan Kerja Kumulatif 2: pasien I hari 2: jam kerja I minggu
i
02 CI' Scan ............ pasien/ j ········ jam I hari .
bari i Behan kerja pekerja radiasi ! I '
A Jumlah jam kerja per hari ! .
I h . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ;
Jam an i
B Jumlah hari kerja per minggu · · · · · · · · · · · · · · ·
··············· j hari/minggu
c Jumlah. rerata pasien per hari . . . . . . . 1 pasienlhari
D Jwnlah rerata eksposi per pasien . . . . . . . 1
eksposi/pasien
E Waktu rerata per eskposi . . . . . . . i detik/eksposi
Hasil pengukuran I Survey radiasi
daerah kerj a
H Faktor kalihrasi . . . . . . .
J Laju paparan radiasi hasil pengukuran . .. .. . . . .
mSv/jam
K Laju paparan netto . , . . . , . j mSv/jam
L Sertifikat kalibrasi (sld) .. . . . . . .
N . . . . . . . . . . . hari/ minggu
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
No Pengukuran Paparan mSv /jam 1. Luar ruangan arah samping kiri
tabung ..........................................
........................
2. Luar ruangan arah samping kanan tabung . . ..... . . ... .
........ .. . . . . . . . . . . . . . . . . ............. . . . . .
. . . . . . .. .
3 Luar ruangan arah belakang tabung .......... ........ .. . . . .
. . ...... . ... . ....... ... ... . . ........ . . . ...
4 Luar ruangan arah depan tabung
··································································
5 Tempat operator pesawat .................. ....
.............................................
6 Buat denah masing2 alat dan pekerja,
tabung mengarah kemana, dibalik
alat
7 Rata-rata setiap eksposi .... . .... detik j I 8 Rata-rata setiap
pasien ....... eksposi I !
i
03 Fluoroskopi ............ pasien /hari ; ..... jam I hari
.Beban kerja peketja radiasi ! A J umlah jam kerja per hari . . . .
. ... . : jam I hari
I B Jumlah hari kerja per minggu . . . . . . . . 1
hari/minggu
c Jumlah rerata pasien per hari . . . . . . . · pasienlhari I
D Jumlah rerata eksposi per pasien . . . . . . . j eksposilpasien
I
E Waktu rerata per eskposi . . . . . . . detik/eksposi
Hasil pengukuran I Survey radiasi I daerah kerja
I I
H Faktor kalibrasi . . . . . . .
pengukuran
L Sertifilcat kaJibrasi (s/d) · - · - · - ·
M KumuJatifbeban kerja · · · · · · · · · · Jamlkerja
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
No Pengukuran Paparan mSv /jam 1. Luar ruangan arab samping kiri
tabWlg •••••••••••••••••••••••••u
o••••ooooo•o•oooo•••••••••••oooooooooo
2. Luar ruangan arab samping kanan tabung
..................................................................
3 Luar ruangan arab belakang tabung
.................................... . . . . .
.........................
4 Luar ruangan arab depan tabung
................................................
..................
5 Tempat operator pesawat .............
.....................................................
tabung mengarah kern ana, dibalik nya
siapa, posisi pekerja terhadap alat
7 Rata-rata setiap eksposi ......... detik
8 Rata-rata setiap pasien ...... eksposi
04 C-arm X ray ............ pasien lbari ..... jam/ hari
Behan kerja pekelja radiasi
B Jmnlah hari kelja per minggu . . . . . . . . . harilminggu
c Jumlah rerata pasien per hari · · · · · · · pasienlhari
D Jwnlah rerata eksposi per pas i
en . . . . . . . eksposilpasjen
Hasil pengukuran I Survey radiasi
daerah kerja
H Faktor kalibrasi . . . . . . .
J Laju paparan radiasi hasil pengukuran . . . . . . . mSv/jam
K Laju paparan netto . . . . . .. . mSvljam
36
N ' ' - " . . . " ". Hari/minggu
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
No Pengukuran Paparan mSv /jam 1. Luar ruangan arab samping kiri
tabung
......................................................................
2. Luar ruangan arab samping kanan tabung .....................
............ ..................................
3 Luar ruangan arah belakang tabung ...... ................
......................................... ... ....
4 Luar ruangan arab depan tabung ................... .......... . .
.......... ..........................
5 Tempat operator pesawat ..................... ....... .
.....................................
tabung mengarah kemana, dibalik
alat
7 Rata-rata setiap eksposi ..... detik I
i 8 Rata-rata setiap pasien .. .... eksposi ! 05 Angiografi
............ pasienlb:ui ....• jam I hari
Beban keija pekerja radiasi
A Jwnlah jam keija per hari .... . . .. I jam I hari I
B Jumlah hari keija per minggu . .. . . . .. · hari/minggu
c Jumlah rerata pasien per hari . pasienlhari ' " ' , \ ' ' '
D Jumlah rerata eksposi per pasien . . . . . . . 1
eksposilpasien
E Waktu rerata per eskposi .. .. .. .. . . . detik/eksposi
Hasil pengukuran I Survey radiasi
daerah kerja
H Faktor kalibrasi . . . . . . .
J Laju paparan radiasi hasil
mSv/jam . . . . . . .
pengukuran
-L Sertifikat kalibrasi (s/d) . . . . . . .
N . .. . . . , .. . . . . . i Harilminggu
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
No Pengukuran Paparan mSv /jam 1. Luar ruangan arah samping kiri
tabung
.....................................................................
2. Luar ruangan arab samping kanan tabung
..................................................................
3 Luar ruangan arah belakang tabung
·························•········································
4 Luar ruangao arab depan tabung
················································
··················
·-5 Tempat operator pesawat ... . ......... . . ...... .. . . . .
......... . ... . .... ... .... ... ... ... . ... .
tabung mengarah kemana, dibalik
alat
06 Kateterisasi jan tung ............ pasien I hari ....• jam I
hari
Beb8.11 kerja pekerja radiasi
B Jwnlah hari kerja per minggu · · · · · · · - · !
harilminggu
c Jumlah rerata pasien per hari · - · - · · · i pasienlhari I
D Jumlah rerata eksposi per pasien . . . . . . . I eksposi/pasien
i
E Waktu rerata per eskposi . . . . . . . I detikleksposi !
Hasil pengukuran/ Survey radiasi ! daerah kerja I
F Tempat pengukuran . . . . . . .
H Faktor kalibrasi . . . . . . .
J Laju paparan radiasi basil
mSvljam · · · · · · ·
pengukuran
L Sertifikat kalibrasi (s/d) . . . . . . .
N . . . . . . . . . . . . . . Hari!minggu
A. BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
No Pengukuran Paparan mSv liam 1 . Luar ruangan arab samping kiri
tabung ........................... . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Luar ruangan arab samping kanan tabung .. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 Luar ruangan arah belakang tabung · · · · · · · · · · · · · · · ·
· · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·
· · · · · · · · · · · · · · · ·
4 Luar ruangan arab depan tabung
..................................................................
5 Tempat operator pesawat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . ...
tabung mengarah kemana, dibalik
alat
E. RADJOTERAPI
................. . . . . . . . j Hari!minggu
A Jumlah jam kerja per hari · · · · · · · 1 jam/hari
B Jumlah hari keija per minggu . . . . . . . ! hari/minggu I
c Jumlah rerata pasien per hari . . . . . . . .I pasienlhari
D Jumlah rerata penyinaran per pasien . . . . . . . I
penyinaranlpasien
E Waktu rerata per penyinaran . . . . . . . I menit/penyinaran
I
Hasil pengukuran!Survey radiasi
H Faktor kalibrasi ALA T UKUR · · · · · · ·
I Laju paparan radiasi Ia tar . . . . . . . mSv/jam
I Laju paparan radiasi basil
mSv/jam . . . . . . . pengukuran
L Sertifikat kalibrasi pesawat (s/d) · · · · · · ·
M Kumulatif beban kerja pesawat ' ' ' " ' ' ' " ' ' "
Jamlkerja
N .. . .. . ... . . . hari/minggu
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
No Pengukuran Paparan mSv liam 1. Luar ruangan arab samping kiri
tabung · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · ·
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·
·
2. Luar ruangan arah samping kanan tabung . . . . . . .. . . . . .
. . . . . . . .............. ...... .... ..... . . . . ....... . .
....
3 Luar ruangan arab belakang tabung . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . ... .... ...... .................... ...... .... ...
. . . .. . . . ........... . ....... ... ... . ... . .. ... . ....
. . ... . ... . . . . . . . . .
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · · · · ·
· · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · · ·· · ·· ·
tabung mengarah kemana, dibalik
alat "
02 Brakblterapi (Bracbyterapi)
B Jah hari kerja per minggu · · · · · · · Hari I minggu
c Jumlah rerata pasien per hari · · · · · · · pasien/hari
D Jumlah rerata penyinaran per pasien . . . . . . . Penyinaran f
pasien
E W aktu rerata per penyinaran . . . . . . . Menit I
penyinaran
Hasil pengukuran/Survey radiasi
H Faktor kalibrasi ALA T UKUR . . . . . . .
I Laju paparan radiasi Jatar . . . . . . . mSv/jam
Laju paparan radiasi hasil J . . . . . . . mSv/jam
pengukuran
7 8
Sertifikat kalibrasi pesawat (s/d) . . . . . . .
Hari/minggu
Pengukuran Paparan mSv liam Luar ruangan arah samping kiri
tabllllg
Luar ruangan arah samping kanan tabun.g
Luar ruangan arah belakang tabun.g
Luar ruangan arah depan tabung
Tempat operator pesawat
tabllllg mengarah kemana, dibalik
alat
Jumlah hari kerja per minggu . . . .. . . harilminggu
Jwnlah rorata pa.sien per hari . . . . . . . pasicnlhari
Jumlah rerata penyinaran per pasien ... . . . .
pert}inaran/pasien
Waktu rerata per peyinaran . . . . . . . 1 menit/penyinaran
Hasil pengukuran/ Survey radiasi ! daerah kerja I Tempat pengukuran
. . . . . . .
Nama alat ukur radiasl .. . ... .
Faktor kalibrasi ALAT UKUR . . . . . . .
Laju paparan radiasi hasil pengukuran . . . . . . . mSv/jain
Laju paparan radiasi netto . . . . . . . mSv/jam
Sertifikat kalibrasi pesawat (s/d) . . . . . . .
............. Hari/minggu
41
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
No Pengukuroo Paparan mSv /jam 1. Luar ruangan arab samping .kiri
tabung ........................ .........................
.................
2. Luar ruangan arah samping kanan tabung · · · · ············· · ·
· · · · · · · ········································
3 Luar ruangan arah belakang tabung · · · ·
······························································
4 Luar ruangan arab depan tabung .........................
.........................................
5 Tempat operator pesawat
..................................................................
tabung mengarah kemana, dibalik
alat
7 Rata-rata setiap eksposi ..... detik
8 Rata-rata setiap pasien ...... eksposi
JENIS ORGAN YANG DILAKUKAN RADIOTERAPI
A Kepala dan Ieber ............ pasien I hari ..... jam I hari
Treatment ........ menit (pasien) Paparan radiasi per
treatment (pekeija)
Treatment ........ menit (pasien) Paparan radiasi per
treatment (pekeija)
treatment (pekeija)
Treatment ........ menit (pasien) Paparan radiasi per
treatment (pekeija)
Treatment .... . . . . menit (pasien) Paparan radiasi per
treatment (pekeija)
D 2.Tidak
2 Beban kerja kumulatif ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Jamlhari
i
' Hari!minggu '
Denah
Denah
I
- Treatment ........ me nit (pasien) Paparan radiasi per
- Aktivitas radiofarmaka .......... mCi treannent (pekerja)
.... .... mSv/jam
- Aktivitas radiofannaka .......... mCi treatment (pekeija)
........ mSv/jam '
- Aktivitas radiofarmaka .......... mCi treatment (pekerja)
. . . . ... . mSv/jam
:, 43
r _ Ak . .
d . r. k c , tlvttas ra 10 anna a .......... m 1
! i I EKSTREMIT AS
I - Treatment ........ menit (pasien)
I Ak · · ct· farm k c - tmtas ra 10 a a .......... m 1
. . . . . . . . . . . . pasienlhari
01 l Apakah anda menggunakan film 1 Ya 2.Tidak
badge/TLD untuk mengetahui dosis
radiasi yang diterima setiap bulan ?
02 ! Berapa besar dosis yang diterima .......... mSv I J pada tahun
2010 ?
03 ! Bagaimana dengan besar dosis yang
diterima tahun - tahun sebelumnya ?
B.Tahun 2008 .......... mSv
C