Upload
davidlg6179
View
146
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Transplantasi kornea (keratoplasti) diindikasikan pada sejumlah kondisi kornea yang
serius, misalnya parut, edema, penipisan, dan distorsi. Keratoplasti penetrans (PK) berarti
penggantian kornea seutuhnya (full thickness). Keratoplasti lamelar berarti prosedur
penggantian sebagian dari ketebalan kornea untuk mengganti kornea anterior dengan tebal
stroma yang bervariasi, yang diperluas menjadi Keratoplasti Lamelar Dalam (DLK) yaitu
hampir seluruh bagian kornea, kecuali endotel diganti. Prosedur kebalikannya adalah
keratoplasti endotelial lamelar dalam (DLEK), transplantasi endotel dengan selembar tipis
stroma.
Pada keratoplasti lamelar dan keratoplasti lamelar dalam, kornea dapat dibekukan,
didehidrasi, atau disimpan dilemari es selama beberapa minggu; sel-sel endotel tidak penting
untuk prosedur penggantian sebagian yang melibatkan kornea bagian anterior ini.
Pada keratoplasti penetrans atau keratoplasti lamelar, mata resipien disiapkan dengan
menghilangkan sebagian ketebalan kornea pada sekeliling kornea yang rusak . Pada
keratoplasti endotelial lamelar dalam, endotel mata resipien diangkat dengan menggunakan
alat yang dimasukkan ke dalam stroma posterior dan bilik mata. Pada keratoplasti lamelar,
lamelar dalam, dan keratoplasti endotelial lamelar dalam, proses di atas diadaptasi dengan
menggunakan alat pemotong mekanis atau mungkin alat pemotong laser untuk mengambil
bagian kornea yang dibutuhkan dari tudung korneosklera atau bola mata utuh.
Perkembangan jaitan, peralatan, dan mikroskop serta teknik-teknik bedah nyata
memperbaiki prognosis semua pasien yang memerlukan transplantasi kornea.
1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 ANATOMI KORNEA2
Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan
dan terdiri atas lapis:
1) Lapisan epitel
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya
melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2) Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3) Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan
yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan
waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4) Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
2
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
µm.
5) Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm. Endotel
melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.2
Struktur anatomi mata (sumber : http://cetrione.blogspot.com/2008/06/retinopati-
hipertensi.html)
II.2 FISIOLOGI KORNEA
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma
3
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause
untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah
limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.2
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous,
dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.
Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan
deturgensinya.1
II.3 REAKSI IMUNOLOGI PADA KORNEA
Gambaran imunologi pada kornea
Kornea merupakan jaringan perifer dan sentral yang mempunyai imunologi
berbeda, hanya limbus yang memiliki vaskularisasi. Dimana limbus secara besar-besar
terinvestasi dengan sel langerhans, kornea parasentral dan sentral yang secara normal
kurang APC. Namun, berbagai stimulus seperti trauma ringan, beberapa sitokin
(misal:IL1), atau infeksi, dapat menarik APC ke kornea sentral, enzim turunan plasma
(misal: komplemen), IgM dan IgG dihasilkan pada konsentrasi moderate pada perifer,
tapi hanya sedikit kadar IgM di bagian sentral.3
Sel kornea muncul untuk mensintesa berbagai anti mikrobial dan protein
imunoregulator, sel efektor tidak ada atau jarang pada kornea normal tetapi neutrofil,
monosit dan limfosit dapat bermigrasi ke stroma jika stimulus kemotaktik yang sesuai
teraktivasi. Limfosit, monosit dan polimorfnuklear (PMN) dapat juga bertahan pada
permukaan endotel selama proses inflamasi, memberikan kenaikan pada presipitasi
keratic atau rejeksi endotel garis khodacloust. Imun lokal yang terproses tidak muncul
pada kornea.3
Sistem imunoregulator
Imun korneaa bersifat istimewa karena bersifat multifaktorial. Fisiologis
limbus normal merupakan komponen mayor, terutama memprtahankan avaskularitas
dan berkurangnya APC dan limfatik secara partial menginhibisi pengenalan aferen
pada kornea sentral, dan tidak adanya vanula post kapiler sentralis dapat membatasi
efisiensi penarikan efektor, meskipun sel-sel efektor dan molekul dapat menginfiltrasi
kornea yang avaskuler. Faktor lain yang ada sistem imunoregulator intake pada
segmen anterior, di mana endotel kornea terpapar.
Contoh klinis
4
Penolakan allograf penetrasi. Keratoplasti, transplantasi allograf kornea
benda asing, memberikan angka keberhasilan sangat tinggi (>90%) meskipun dalam
keadaan tidak adanya imodulasi imun sistemik. Angka ini berbanding terbalik dengan
nilai transplantasi pada bagian jaringan lain. Dalam bentuk percobaan, faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya penolakan termasuk:
Adanya vaskularisasi kornea sentral
Induksi ekspresi molekul MHC oleh stroma, biasanya (normal) cukup rendah
Kontaminasi dari graf donor dengan APC si penerima donor karena
transplantasi
Ketidaksuksesan MHC antara penerima dengan pendonor
Preimunisasi resepien terhadap antigen-antigen transplantasi pemberi donor
Keberhasilan tindakan keratoplasti sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari
persiapan, saat operasi, hingga perawatan pascaoperasi. Risiko yang mungkin muncul adalah
terjadi reaksi penolakan jaringan oleh karena kornea donor berasal dari orang lain, sehingga
perawatan dan pengobatan pasca operasi harus diperhatikan dengan baik. Bila keratoplasti
berhasil baik, maka penglihatan resipien (penerima donor) akan lebih meningkat daripada
sebelum operasi.4
Tindakan operasi untuk mengganti kornea resipien yang sakit dengan kornea donor
yang sehat kadang-kadang mengalami kegagalan oleh adanya reaksi penolakan dari resipien
terhadap kornea donor. Reaksi ini dapat terjadi paling awal 2 atau 3 minggu sampai beberapa
tahun pasca bedah. Diagnosis reaksi penolakan ditegakkan berdasarkan hal-hal berikut:
pengurangan visus, mata merah, rasa yang tidak enak di mata dan silau. Pada pemeriksaan
terdapat injeksi perikornea graft yang udem, flare positif. Angka keberhasilan pencangkokan
kornea tinggi, karena kornea yang avaskuler dan di kornea tidak ada saluran limfe.
Kalau hal ini terdapat kemudahan peningkatan reaksi imunologik maka akan
menimbulkan reaksi tipe IV, yang berupa reaksi penolakan. Menurut Smolin (1986), teknik
operasi dapat digunakan untuk mengurangi kecendrungan reaksi penolakan. Reaksi
penolakan meningkat bilamana digunakan graft yang lebih besar daripada 8,5 mm. Graft
yang kecil mempunyai sedikit sel Langerhans, sel Langerhans terbanyak berada di dekat
limbus.
Insiden reaksi penolakan pada kornea dengan vaskularisasi adalah 10,12%. Insiden ini
meningkat dengan adanya vaskularisasi kornea yang makin banyak. Kecuali itu adanya
5
trauma atau radang kornea yang dapat melebarkan pembuluh darah atau benang sutera yang
menimbulkan vaskularisasi dapat meningkatkan kemungkinan reaksi penolakan. Penanganan
terhadap reaksi penolakan tetap menggunakan kortikosteroid.3
Pada stadium awal penolakan endotel responsif terhadap pemberian steroid topikal.
Bilamana reaksi penolakan itu meluas, sehingga banyak endotel yang rusak, maka pemberian
steroid dapat menghentikan proses destruksi tersebut, tetapi tidak dapat mempertahankan
kejernihan graft. Pemberian steroid tetes merupakan hal yang panting. Prednison asetat
mampu menembus kornea dengan baik bilamana epitel masih utuh, sedangkan prednison
fosfat tidak dapat menembus kornea. Bilamana epitel telah dihilangkan, preparat fosfat akan
menembus dengan memuaskan. Bilamana diperlukan kortikosteroid sistemik untuk reaksi
penolakan yang sedang atau berat dapat diberikan tablet prednison sehari selama 2 minggu,
bersama-sama dengan obat topikal. Sesudah 2 minggu pemberian obat sistemik dikurangi,
sedangkan pemberian secara topikal ditingkatkan. Keratoplasti ulang perlu disiapkan
bilamana graft yang udem tidak hilang dengan terapi kortikosteroid yang maksimum selama
1 tahun. Penderita yang mengalami operasi ulang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
reaksi penolakan.
Salah satu efek samping pengobatan dengan kortikosteroid baik sistemik maupun
lokal pada mata ialah melambatkan dan mengurangi kualitas penyembuhan luka. Selanjutnya
pemakaian imunosupresif yang sistemik dapat mengakibatkan supresi sumsum tulang.3
II.4 TRANSPLANTASI KORNEA
Transplantasi kornea dalam istilah kedokteran disebut dengan keratoplasti, yakni
suatu prosedur bedah di mana kornea yang telah mengalami kerusakan diganti dengan kornea
dari donor. Donor kornea tersebut diambil dari seseorang yang telah menjadi calon donor
setelah meninggal dunia, secara sukarela dan ikhlas mendonorkan korneanya. Kornea sendiri
adalah bagian dari bola mata yang jernih, letaknya berada di depan iris (selaput pelangi) dan
pupil (manik mata). Sehingga kornea ini bertindak sebagai alat penghantar dan membiaskan
sinar yang masuk bolamata. Bila kornea keruh, maka akan mengakibatkan jalannya sinar
yang masuk bola mata terganggu. Ketajaman penglihatan pun dapat menurun dan bahkan
dapat menjadi buta.
Tindakan bedah yang dilakukan oleh dokter spesialis mata tersebut secara garis besar
dibagi menjadi dua yakni lamellar dan penetrating (tembus). Pada keratoplasti lamelar, teknik
ini hanya menggunakan sebagian jaringan kornea donor (tidak seluruh ketebalan) untuk
menggantikan sebagian jaringan kornea yang rusak. Tindakan ini diterapkan pada kornea 6
mata yang kerusakannya hanya terbatas pada bagian anterior dengan sel endotel kornea (sel
kornea paling dalam) yang masih berfungsi baik. Karena dari bagian perifer kornea resipien
(penerima donor) akan terjadi reepitelisasi kornea donor (graf) dalam beberapa minggu.
Jenis keratoplasti ini memerlukan kornea donor yang masih berfungsi baik sehingga proses
pengambilan, usia donor, interval waktu pengambilan, hingga dilakukan keratoplasti akan
sangat mempengaruhi keberhasilan tindakan ini.
Macam keratoplasty:
• Penetrating keratoplasty (PK)
• Lamellar keratoplasty (LK) dibagi menjadi 2:
1. Anterior lamellar keratoplasty (ALK)
• Deep anterior lamellar keratoplasty (DALK)
2. Posterior lamellar keratoplasty (PLK)
• Endothelial keratoplasty (EK)
• Deep lamellar endothelial keratoplasty (DLEK)
• Descemet’s stripping endothelial keratoplasty (DSEK)
II.5 DEEP ANTERIOR LAMELAR KERATOPLASTI
Deep anterior lamelar keratoplasti (DALK) adalah prosedur pembedahan menjadi
pilihan untuk penyakit kornea yang tidak melibatkan endothelium. Prinsipnya hanya
mengeluarkan lapisan anterior kornea untuk mengobati kondisi seperti keratoconus, distrofi
kisi dan jaringan parut kornea telah ada sejak tahun 1950-an. Tapi prosedur DALK
memburuk selama beberapa dekade karena hasil visual yang buruk, terutama karena
penglihatan berkabut.
Hasil telah membaik dalam beberapa tahun terakhir dengan kemajuan seperti teknik
"gelembung besar" Anwar untuk memisahkan stroma dari membran Descement. Pendekatan
gelembung besar bergantung pada gelembung udara mencapai membran Descement.
Meskipun terdapat kesulitan teknis dari DALK,tapi ini merupakan teknik-inovatif serta
baru-baru ini masuk ke dalam prosedur otomatis dengan microkeratome dan ketertarikan
femtosecond laser dalam prosedur DALK, yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
cangkok kornea seutuhnya. 4
A. INDIKASI
Indikasi yang paling umum untuk DALK adalah keratoconus mungkin karena
endotelium pasien masih baik sehingga dapat dipertahankan. Hasil yang baik pada pasien 7
keratoconic telah menyebabkan ahli bedah kornea untuk menerapkan teknik lainnya dalam
menghemat endotelium kornea. Oleh karena itu, indikasi untuk DALK harus diperluas untuk
ektasia kornea lain (pellucid marginal degeneration dan post-LASIK ectasia), stroma
dystrophies, kekeruhan stroma, skar dan ulkus yang aktif serta perforasi pada kornea. Secara
umum, DALK dapat dipertimbangkan untuk semua kornea yang patologi selain yang
mempengaruhi patologi endotelium (keratopati bulosa aphakic dan pseudophakic, distrofi
endotel Fuchs, sindrom endotel iridocorneal dan distrofi polymorphous posterior).
Keratoconus
Efektivitas DALK untuk pasien keratoconus telah dipelajari secara ekstensif karena
merupakan indikasi yang paling umum untuk transplantasi kornea di beberapa negara. Pasien
dengan usia 20 sampai 40 tahun memerlukan metode transplantasi kornea yang efektif
seumur hidup mereka. Ketajaman visual pada pasien keratoconus setelah dilakukan DALK
dilaporkan 77,8 – 92,3% pada 20 dari 40 orang. Ketebalan dan tekstur sisa stroma
memainkan peran penting dalam hal ini. Sisa tebal stroma di atas 20 µm dapat menyebabkan
ketajaman visual memburuk.
B. KONTRAINDIKASI
Disfungsi endotel merupakan kontraindikasi mutlak untuk DALK. Bekas luka dalam
yang melibatkan Membran Descement yang masuk ke dalam pupil dan luka yang
sebelumnya ada melukai Membran Descemet’s ini merupakan kontraindikasi relatif. Hal ini
masih mungkin untuk dilakukan pra-descemetic DALK dalam kondisi terakhir penurunan
penglihatan yang sedang yang disebabkan oleh jaringan parut fokal pada membran descement
mungkin akan diterima untuk penggantian sebagian besar endothelium. Selain itu, defek di
Membran Descemet dapat dihindari dengan meninggalkan lapisan tipis pada stroma.
C. TEKNIK BEDAH
DALK merupakan prosedur yang relatif baru dengan tujuan optik yang lebih baik.
DALK memiliki kelebihan yang lebih baik di bandingkan dengan penetrating keratoplasty
dan lamellar keratoplasty. DALK memberikan penyembuhan luka yang lebih cepat,
menurunkan insiden reaksi allograft dan mengurangi astigmatisme post transplantasi.
Terapi DALK telah digunakan untuk mengobati berbagai ulkus kornea resisten (bakteri,
8
virus, dan jamur), trauma kimia pada kornea , ulkus kornea dengan perforasi maupun tanpa
perforasi.
Beberapa teknik yang dijelaskan secara mendalam untuk DALK telah digunakan
dalam melakukan terapi DALK, termasuk teknik gelembung besar Anwar dan beberapa
teknik lainnya. Berbagai langkah-langkah teknik operasi lainnya telah dijelaskan untuk
memastikan pemisahan lengkap pada membran descement. Teknik gelembung kecil, injeksi
gelembung udara kecil ke dalam bilik anterior telah dilaporkan berguna untuk
mengkonfirmasi pemisahan lengkap membran descement dari stroma kornea. Sebagian besar
ahli bedah menggunakan teknik manual diseksi lapis demi lapis atau dengan teknik
gelembung besar Anwar untuk menggantikan stroma kornea yang digunakan untuk Terapi
DALK dengan infeksi terbatas pada stroma kornea.
Banyak ahli bedah mata lebih menyukai DALK dengan menggunakan teknik diseksi
manual lapis demi lapis pada kasus ulkus cornea baik yang belum perforasi maupun
perforasi.
Teknik modifikasi diseksi lamellar lapis demi lapis digunakan pada kasus ulkus
kornea dengan perforasi dan belum perforasi pada gambar di bawah ini. Sayatan kecil yang
digunakan untuk melakukan diseksi secara manual. Peralatan yang digunakan untuk diseksi
lamelar adalah standard lamellar dissectors dan modifikasi lainnya. Setelah dibuat tempat
sayatan, sayatan lembut tersebut diperdalam. Setelah dibuat alur sayatan, kemudian sayatan
lamelar tersebut di lakukan. Selanjutnya, lapisan stroma dipisahkan dengan spatula tumpul.
Pembedahan lamelar dilakukan sampai ke tepi sayatan. Dilakukan paracentesis secara hati-
hati. Bagian yang paling penting adalah pemisahan membran descement dilakukan dengan
memasukkan spatula blunt round melalui descemetocoel antara sisa stroma dan membran
descement.
Setelah mendapatkan pemisahan yang lengkap dan menghapus sisa stroma maka
stroma dari donor dikaitkan diatas membrane descement . Kemudian dijahit terputus dengan
menggunakan nylon 10’0’. Terapi DALK berhasil digunakan sebagai alternatif dalam
mengobati perforasi kornea dibandingkan penetrating keratoplasty. Laporan terbaru DALK
juga telah digunakan untuk indikasi optik, terapi dan teknik di mata sebelum penetrasi graf.
Dengan teknik yang berevolusi, ahli bedah kornea diharapkan dapat menemukan indikasi
baru untuk dilakukannya DALK di masa yang akan datang.7
9
10
D. PERSIAPAN DONOR
Ukuran sayatan penerima dipilih sebesar mungkin. Sebuah sayatan 7,5mm dipilih
untuk diameter kornea ±10 mm dan sayatan 8,0 mm atau lebih besar dipilih untuk diameter
kornea lebih dari 10 mm. Perbedaan sayatan antara penerima dan ukuran donor didasarkan
pada panjang vitreous. Kelainan 0,25 mm dipilih untuk jarak vitreous sebesar ± 6,0 mm dan
untuk mengurangi hyperopia pasca-operasi. Ukuran sama atau ukuran yang kurang dari
jaringan donor tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan masalah dengan permukaan datar
cangkokan (graft), termasuk proses epitilisasi yang terlambat dan distribusi air mata
terganggu, hyperopia pasca-keratoplasty, kesesuaian pemasangan lensa. Retensi pencabutan
donor membran descement selama persiapan jaringan donor masih kontroversial. Jika donor
membran descement donor dibiarkan mungkin menunda penyembuhan luka pada antar
11
jaringan penerima donor. Selain itu, endotelium donor mungkin menyebabkan potensi
antigen sehingga terjadi penolakan imunologi.
E. TEKNIK MENJAHIT
Dapat digunakan benang merseline dan nilon 10 / 0 dalam menjahit. Teknik
penjahitan yang berbeda telah diterapkan untuk mengamankan kornea donor. Namun, jahitan
yang terpisah sendiri atau kombinasi dengan jahitan tunggal tampaknya lebih tepat. Penting
bahwa jahitan mencakup setidaknya 90% dari ketebalan kornea donor dan penerima untuk
mencegah komplikasi pasca operasi seperti jahitan yang longgar atau mudah terlepas.
F. KOMPLIKASI
DALK terutama menghilangkan beberapa komplikasi yang biasa terlihat setelah
dilakukan Penetrating Keratoplasty, seperti kebocoran luka dan endotel reaksi penolakan
graft. Namun, lipatan dalam membrane descement, perforasi membrane descement,
pembentukan ruang pseudoanterior dan keratitis berkembang setelah dilakukannya DALK.
G. KEUNTUNGAN DALK
Memelihara endotelium utuh menyingkirkan atau mengurangi beberapa tantangan
utama dan kerentanan yang terkait dengan transplantasi kornea. Secara teoritis,
DALK menyebabkan pasien dengan luka yang tidak dalam karena belum merusak
membrane dscement yang merupakan lapisan terkuat dari kornea.
Dan pemulihan yang lebih baik. Keuntungan lain dari DALK, yaitu pemulihannya
lebih cepat. Selain itu, mengurangi ancaman penolakan graft donor sehingga kurang
perlu untuk pemberian steroid dan pada gilirannya lebih sedikit efek samping steroid
yang terkait.
Tahan trauma. Laporan anekdotal juga menyarankan bahwa transplantasi kornea
yang dilakukan dengan DALK dapat bertahan pada trauma ringan sampai trauma
sedang. Lebih baik daripada transplantasi kornea seutuhnya yang rentan karena
kelemahan bekas luka.
12
BANK MATA
Keratoplasti tolah dilakukan sejak 2 abad yang lalu dan di Indonesia mulai 30 tahun yang
lalu. Adalah sukar mendapatkan donor pada setiap permulaan usaha cangkok kornea. Pada
per- mulaan sejarah keratoplasti di dunia donor didapatkan dari narapidana yang dihukum
mati, kecelakaan lalu lintas ataupun perang dan dari penderita terlantar yang meninggal di
rumah sakit.
Pada tahun 1987 mulai terdapat kerja sama Indonesia de- ngan Bank Mata Sri Lanka dengan
datangnya 4 mata pada tahun tersebut. Pada saat itu donor lokal belum sangat diharapkan
karena calon donor banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak jelas dari lingkungannya.
Termasuk hal yang merupakan ham- batan dengan belum adanya peraturan mengenai jenazah
ter- lantar untuk kepentingan donor mata. Jenazah terlantar yang meninggal di rumah sakit
ataupun di luar rumah sakit hanya setelah 48 jam dapat dipergunakan untuk rumah sakit.
Sangat sukar bagi seseorang dokter mata mendapatkan donor mata, dokter mata tidak ada
hubungan langsung dengan donor. Maka diperlukan suatu badan yang dapat mengatur
hubungan antara donor, resipien, dan dokter pembedah.
Bank Mata adalah jembatan yang dapat menyelesaikan kebutuhan resipien terhadap donor
mata. Bank Mata merupakan badan yang tidak mencari keuntungan dan berperan terutama
untuk mendapatkan donor mata yang memberikannya kepada dokter-dokter yang
memerlukannya untuk transplantasi. Bank Mata tidak akan berdiri bila masyarakat dan
hukum sekitar belum memungkinkan untuk memberikan mata. Diperlukan kerja sama dengan
orang awam untuk mendapatkan lebih banyak donor. Di Indonesia telah terdapat bentuk
organisasi klub donor yang terdiri atas calon donor mata yang dapat membantu kegiatan
Bank Mata.
TUJUAN
Bank Mata bertujuan untuk mendapatkan donor mata, bila perlu mengawetkan, dan
meneruskannya kepada ahli bedah maw. Bank Mata bertanggung jawab untuk membagikan
mata secara cepat dan efisien, sehingga kekurangan donor tidak di- sertai dengan kegagalan
menahan bahan yang tersedia.
Bank Mata sebaiknya tanggap terhadap beberapa hal berikut.
Bank Mata sebaiknya membahas asupan yang datang dari masyarakat terhadap kegiatannya.
Perlu diadakan pertemuan pengurus untuk mendapatkan/membicarakan asupan ini. Asupan
diperlukan untuk menambah kemungkinan donor memberikan matanya setelah meninggal.
13
Bank Mata sebaiknya melakukan penelitian untuk mendapatkan hal-hal yang dapat
dipertanggung jawabkan mengenai segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan penelitian
akan didapatkan kemungkinan perubahan teknik pembedahan serta pelayanan yang sama dan
berbobot pada setiap Bank Mata.
Pada masyarakat belum ada kejelasan mengenai peraturan ataupun hukum yang berlaku di
dalam masyarakat. Hal yang sering dihadapi adalah masalah siapa yang dianggap sebagai ahli
waris bila telah akan diambil mata donor, apakah sudah ada informed consent. Calon donor
diminta mengisi formulir per- nyataan yang disaksikan oleh 2 orang keluarga terdekat.
Keluarga adalah orang yang nantinya dapat menentukan bila tiba saatnya pengangkatan mata
untuk dapat terlaksana sesuai dengan wasiat yang telah dibuat.
Beberapa etik Bank Mata
1. Bank Mata didirikan untuk perlunya mendapatkan donor mata.
2. Bank Mata bergabung dengan rumah sakit atau universitas
Hal ini sangat dikaitkan dengan : – kegiatan pelayanan kesehatan dan
–pendidikan khususnya.
3. Tujuan Bank Mata untuk sarana jaringan pada kebutuhan.
Bank Mata akan berfungsi sebagai pengatur terhadap pelaksanaan kebutuhan donor mata.
Mata diberikan menurut beberapa sistem, seperti :
– diberikan terutama pada yang darurat
– urutan permintaan
– pertimbangan lainnya.
4. Uang tidak dikaitkan dengan hal-hal berikut :
– resipien, resipien tidak membayar penggantian
– donor, donor tidak meminta penggantian
– pembedah tidak mendapatkan penggantian dengan hal-hal terkait donor
– donor tidak dibayar
– donor tidak membayar pada resipien
– resipien tidak mendapat imbalan dari donor. Donor mata adalah seseorang
yang memberikan jaringan matanya setelah meninggal untuk menolong
seseorang buta akibat kelainan korneanya. Seseorang donor mata adalah
seseorang yang secara ikhlas tanpa imbalan bersedia mem- berikan bantuan
pada orang lain.
5. Tidak terdapat perbedaan suku, agama, kedudukan sosial, dan hal-hal nonmedis lainnya
14
untuk kesempatan men- dapatkan jaringan donor.
6. Diperhatikan aturan atau hukum yang berlaku untuk peng- ambilan jaringan di dalam
negara. Demikian pula transpor- tasi dan aturan pengawetan.
7. Keluarga sadar dan tabu apa yang dilakukan :
– rahasia donor dipertahankan.
– hanya Bank Mata mengetahui apa yang terjadi dengan
mata donor dan resipien.
8. Nama resipien dan donor tidak disiarkan Bank Mata atau
pembedah kecuali pada keadaan khusus. Hal ini untuk men- cegah terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan dikemudian hari.
9. Donor yang didapatkan dari perorangan, badan sosial, dan yayasan.
10. Matayangtelahdidonorkanolehcalondonordiambil,tanpa pertimbangan kesukaran-
kesukaran untuk mengambil mata tersebut.
11. Tidak ada persaingan antara 2 Bank Mata.
Di dalam Bank Mata tidak hanya diperlukan donor mata saja akan tetapi juga
waktu,uang,pikiran,dan alat yang dipergunakan untuk :
– mendapatkan donor mata (penerangan)
– terlaksananya pembedahan donor, resipien dengan sempurna
PENERANGAN
Penerangan sangat memegang peranan untuk memperbaiki pandangan yang negatif terhadap
usaha mendapatkan donor mata. Masyarakat memerlukan penerangan mengenai donor,
resipien, dan tindakan medis yang dilakukan. Pada masyarakat perlu diberikan penerangan
yang bcrkesinambungan.
Selama ini dirasakan beberapa hambatan yang menonjol, seperti :
• Keraguan apakah benar agama atau kepercayaan yang dianut mengizinkan mata
diambil setclah meninggal. Walaupun seluruh pemuka agama mengizinkan pengambilan
mata donor setelah meninggal untuk kepentingan orang buta.
• Tahayul yang masih kuat di dalam masyarakat. • Pengaruh perubahan kosmetik
(paras muka) akibat pengam- bilan jaringan mata sangat memberikan efck yang belum dapat
dimengerti seluruhnya. Penerangan pada masyarakat tidak boleh berhenti dan diperlukan
berkesinambungan dengan memakai seluruh sarana yang tersedia seperti radio, televisi,
penyuluhan pada kelompok, seminar dan lokakarya. Masih dirasakan adanya pengaruh
keluarga, lingkungan atas ketidak tahuannya di dalam lingkungan dan kehidupan sosial.
15
TENAGA
Dokter mata
Dokter spesialis mata bertanggung jawab atas dapat di- lakukannya pembedahan keratoplasti.
Bank mata memerlukan seorang dokter mata yang akan bertanggung jawab untuk menilai
mata donor, menangani mata donor, dan membagikannya kepada dokter yang
memerlukannya. Ketua medis adalah seorang dokter mata yang mempunyai minat pada
penyakit mata luar, bedah kornea, penelitian, dan staf pengajar. Dokter mata akan melakukan
penyelidikan mengenai cara pengawetan, mendapatkan mata donor, transportasi, dan
pengambilan mata donor. Semua di- lakukan agar resipien mendapatkan donor yang baik dan
hasil yang baik pada keratoplasti. Ketua medis teknis bertanggung jawab pada kelangsungan
pekerjaan laboratorium mata, dan berjalannya pekerjaan teknisi.
Teknisi
Teknisi yang mencatat hal berikut dari donor :
– – – Teknisi Bank Mata mempunyai tugas :
1. Mengetahui teknik pengambilan mata.
2. Membuat riwayat penyakit donor yang akan menjamin dapat
dipergunakannya mata donor.
3. Mempunyai kemampuan menilai mata donor.
4. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya pembiakan mata
donor dan sterilitas cairan pengawet.
5. Mempersiapkan alat enukleasi.
6. Menjaga sterilitas kotak dan alat pengawet dan enukleasi.
7. Menjaga sterilitas laboratorium.
8. Menjaga data donor, waktu pengawetan.
ASAL DONOR
Donor didapat dari :
– Donor terdaftar.
– Jenazah di mana peraturan mengizinkan untuk pengambilan-
Sebab kematian donor. Riwayat kesehatan donor. Membuat catatan medis donor.
nya.
– Jenazah dengan seizin keluarga untuk diambil matanya.
Belum ada peraturan yang lebih memudahkan didapatkan-nya mata donor dari jenazah
terlantar setelah 6 jam di rumah sakit atau kecelakaan lalu lintas.
16
Sebab kematian.
Tidak semua mata donor dapat digunakan. Banyak penyakit yang dapat ditularkan pada
keratoplasti. Donor yang meninggal akibat penyakit virus tidak boleh dipergunakan. Mata
dengan tumor tertentu tidak dapat dipergunakan sebagai mata donor. Seseorang yang tidak
diketahui sebab meninggalnya tidak dapat dipergunakan sebagai mata donor. Sebelum
melakukan pengambilan mata donor diperlukan be- berapa penilaian, seperti :
Penyebab kematian.
Dibedakan dalam 2 kategori :
1. Mengancam kesehatan resipien dan kontra indikasi diper-gunakan karena terdapat
kelainan endotel :
− Rabies
− Creutzfeld
− Septikemia
− Retinoblastoma
− penyakit Hodgkin − leukemia
− hepatitis
2. Donor yang tidak ideal (memerlukan perhatian khusus):
− penderita dengan kelainan endotel
− mutipel sklerosis
− parkinson
− leukemia
− jaundice
− diabetus melitus
− −sifilis
− mata pasca bedah dengan kelainan mata.
Umur donor.
Mata donor yang terbaik adalah mata yang segar dan muda yang tersedia. Donor muda
dipergunakan untuk keratoplasti mata anak dan dewasa, dan tindakan bedah gabung. Bagian
yang terpenting adalah endotel yang akan berkurang dengan bertambahnya umur. Donor
dengan usia 3 tahun :
− sangat lentur dan sukar dimanipulasi saat pembedahan.
− lebih cembung.
Waktu enukleasi
17
Segera setelah meninggal endotel hanya dapat hidup 6 jam pada suhu 37° Celcius. Setelah itu
glukosa dalam mata sangat berkurang dan mulai terjadi kematian endotel. Bila suhu di-
turunkan maka daya hidup endotel bertambah. Diketahui bahwa pada setiap penurunan suhu
10 derajat kebutuhan metabolisme faktor turun setengahnya.
CARA PENGAMBILAN MATA
Mata akan diambil oleh tenaga medik yang bertugas untuk
pengambilan mata. Bank Mata akan mengambil mata donor tanpa memperhatikan sebab,
waktu kematian dan umur donor. Mata yang tidak dapat dipergunakan akan dipakai untuk
peneliti- an atau keratoplasti lamelar. Dikenal 2 cara pengambilan jaring- an mata donor yaitu
enukleasi dan komeoskleral.
Prosedur Enukleasi.
Mata yang akan diambil diperlakukan seperti tindakan melakukan pembedahan di kamar
bedah. Pembedah akan me- makai sarung tangan steril dengan memakai masker. Daerah
pembedahan dibersihkan dengan betadin dan kain penutup ber- lubang. Kelopak mata dibuka
dengan spekulum kelopak kawat. Seluruh tepi limbus dilepas dari konjungtiva yang
menempel padanya. Dicari seluruh otot penggerak mata dengan pengkait otot dan digunting.
Spekulum kelopak di lepas dan bola mata diprolapskan keluar. Saraf optik digaet dengan
sendok saraf optik dan kemudian dimasukkan gunting di bawahnya yang akan menggunting
saraf tersebut. Bola mata yang keluar kemudian dicuci dengan garam fisiologik dan larutan
antibiotika. Mata dimasukkan ke dalam botol. Botol ini dimasukkan ke dalam kotak
pengantar yang dapat ditutup sehingga suhu dapat bertahan 4 derajat Celsius. Di dalam
pengawetan dengan ruang lembab ini mata dikirim ke Bank Mata.
Pengangkatan dengan tepi korneoskleral.
Cara ini lebih sukar dibanding dengan enukleasi karena dengan mudah dapat merusak endotel
kornea yang sangat penting. Biasanya cara ini dilakukan di dalam laboratorium. Pada
tindakannya diperlukan tingkat sterilitas yang tinggi karena mudah sekali terjadi kontaminasi.
Untuk melakukan ini perlu didapatkan latihan pengangkatan yang benar.
Spekulum kelopak dipasang dan konjungtiva dipisahkan dari limbus. Dibuat insisi sklera
yang hanya mencapai suprakoroid 2.5 mm darilimbus. Potongan sklera dilanjutkan dengan
gunting. Tepi sklera dipegang dan kemudian seluruh bagian iris dan badan siliar yang masih
menempel pada sklera dilepas dengan spatula. Kornea dengan tepi sklera ini disimpan di
dalam pengawet yang khusus untuk ini.
Penilaian mata di Bank Mata
18
Pemeriksaan umum.
Dengan melakukan pemeriksaan mata didapatkan kesan umum mata yang akan
dipergunakan. Sebaiknya diperhatikan usia mata yang diperiksa.
Pemeriksaan ini mengenai kejernihan, defek epitel, benda asing, kontaminasi, dan warna
sklera.
Pemeriksaan lampu celah.
Mata dapat diperiksa dengan lampu celah kecuali dengan pakimeter. Kerusakan kecil endotel
akan dapat terlihat segera setelah meninggal, kerusakan akan bertambah dengan berjalan- nya
waktu. Membran Descemet adalah bagian yang panting karena kerusakannya diakibatkan
adanya kerusakan endotel. Makin tua donor makin mudah terbentuknya lipatan Descemet.
Pemeriksaan bakteriologik.
Biakan diambil dari limbus dengan kapas. Bagian sisa korneo skleral juga dapat
dipergunakan.
PENGAWETAN
Berbagai cara preservasi yang dilakukan untuk mata atau kornea donor seperti :
– gliserin anhidrat
– ruang lembab
– media kultur
– McKaufmann medium
– pengawetan krio.
Gliserin anhidrat
Pengawetan ini dilakukan untuk donor pada keratoplasti lameler. Kornea disimpan dalam
gliserin 95%.
Ruang lembab
Pengawetan di dalam ruang lembab merupakan prosedur pengawetan standar. Cara ini adalah
cara yang murah, mudah dan banyak dipergunakan. Botol yang berisi bola mata ditutup tidak
terlalu rapat. Disimpan .pada suhu 4 derajat Celcius, seperti biasanya menyimpan darah
donor. Botol dimasukkan ke dalam kotak busa yang berisi es di dalam plastik. Dengan cara
ini mata dapat disimpan untuk selama 24 – 48 jam. Bila waktu antara meninggal dengan saat
pengangkatan bola mata diperpendek, maka mata akan dapat dipergunakan lebih lama.
Dengan pe- ngawetan ruang lembab biasanya pembedahan dilakukan se- cepat mungkin.
Keadaan ini akan mengakibatkan :
19
– Bekerja sukar dengan jadwal sehingga keadaan seperti da- rurat.
– Tidak dapat dilakukan pemeriksaan bakteriologik sebelum pencangkokan.
Media kultur 37°C.
Kornea pada kultur media dapat disimpan untuk selama 30 hari. Kerugian dengan cara ini
ialah bertambahnya ketebalan kornea. Dengan cara ini pengawetan dapat selama 18 bulan.
McCarey Kaufman Medium.
Mata dikirim dengan potongan kornea skleral dan tidak bola mata lengkap. Donor disimpan
di dalam kultur jaringan dengan suhu 4 derajat Celcius. Cara pengawetan ini baik pada waktu
pendek atau 5 hari. Mudah terjadi kontaminasi jamur dan bakteri bila dikerjakan tidak baik.
Pengiriman mata donor.
Mata donor dikirim Bank Mata hanya pada dokter mata yang mampu mengerjakan
pencangkokan selaput bening. Semua mata yang diterima Bank Mata dicatat dan diteruskan
untuk pe- ngawetan atau dipergunakan langsung. Pada pengiriman mata ditulis semua data
donor.
KESIMPULAN
20
Transplantasi kornea dalam istilah kedokteran disebut dengan keratoplasti, yakni
suatu prosedur bedah di mana kornea yang telah mengalami kerusakan diganti dengan kornea
dari donor. Donor kornea tersebut diambil dari seseorang yang telah menjadi calon donor
setelah meninggal dunia, secara sukarela dan ikhlas mendonorkan korneanya. Kornea sendiri
adalah bagian dari bola mata yang jernih, letaknya berada di depan iris (selaput pelangi) dan
pupil (manik mata). Sehingga kornea ini bertindak sebagai alat penghantar dan membiaskan
sinar yang masuk bolamata. Bila kornea keruh, maka akan mengakibatkan jalannya sinar
yang masuk bola mata terganggu. Ketajaman penglihatan pun dapat menurun dan bahkan
dapat menjadi buta.
Tindakan bedah yang dilakukan oleh dokter spesialis mata tersebut secara garis besar
dibagi menjadi dua yakni lamellar dan penetrating (tembus).
DALK tampaknya menjadi alternatif yang dapat diterima dalam penyakit yang
mengenai stroma kornea karena mempertahankan keuntungan dari kedua transplantasi pipih
dan penuh ketebalan kornea dan menghilangkan kelemahan antarmuka diciptakan selama
keratoplasty lamelar konvensional. Namun, masih ada beberapa aspek DALK yang
memerlukan penelitian lebih lanjut. Studi lebih luas dengan lama follow-up periode yang
diperlukan untuk memahami keuntungan dan kerugian dari DALK.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Biswell, Roderick, 2010. Oftalmologi Umum. Kornea: Transplantasi kornea. Jakarta:
EGC, 146-147.
2. Ilyas, Sidarta, 2009. Ilmu Penyakit Mata. Anatomi dan fisiologi mata: kornea. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, 4-6.
3. USU Repository. Occular Immune Response. Diunduh dari:
http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3504/1/09E01374. 10 Juni 2011.2008.
4. Harian Joglo. Teknik Pencangkokan Kornea. Diunduh dari:
http://harianjoglosemar.com/berita/dua-teknik-pencangkokan-kornea-21035.html. 8 Juni
2011. 2008.
5. EyeNet. DALK. Diunduh dari: http://www.aao.org/publications/eyenet/200906/cornea. 8
Juni 2011. 2009.
6. Osnsupersite. Teknik DALK. Diunduh dari: http://www.osnsupersite.com/view. 8 Juni 2008.
7. Frederick S. Corneal surgery: theory, technique and tissue. Alvailable at:
http://books.google.co.id/books?
id=TbFyvZSx6W0C&pg=PA353&dq=deep+anterior+lamellar+keratoplasty&hl=id&ei=o
pcCTpqdGoLTrQfe2JiGAw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCsQ
6AEwAA#v=onepage&q=deep%20anterior%20lamellar%20keratoplasty&f=false. 22
Juni 201. 2009
8. Cermin dunia kedokteran no 82 Jakarta Ilyas Sidharta 1993
22
LATAR BELAKANG
Ide penggantian kornea yang sakit berasal dari abad kedelapan belas dalam pikiran seorang
Prancis bernama GP De Quengsy. Meskipun ia tidak pernah benar-benar dilakukan
transplantasi kornea, ia dibahas secara detil instrumen, teknik, manajemen pasca operasi, dan
kemungkinan komplikasi-kation mengikuti prosedur tersebut. Erasmus Darwin juga
menyarankan trephining dari cangkok kornea untuk mengganti kornea terluka pada 1797.
Pada abad kesembilan belas Reisinger adalah orang pertama untuk memberikan gagasan
penggantian kornea bekas luka dengan jaringan hidup dan menciptakan istilah Karena hasil
dari sebagian besar pekerjaan eksperimental miskin "Keratoplasty.", Idenya keratoplasty
dianggap salah satu fantasi yang paling berani.
Usaha pertama di keratoplasty dalam manusia dibuat oleh Kissam pada tahun 1844
menggunakan kornea babi di mata manusia. Korupsi tetap jelas selama 2 minggu. Von
Hippel pada tahun 1886 dipindahkan cangkok lamelar dari kornea kelinci ke dalam mata
seorang gadis muda, menghasilkan perbaikan visual dari gerakan tangan untuk 20/40. Sebuah
kontribusi yang sangat signifikan darinya adalah penemuan sebuah trephine melingkar
dengan mekanisme mesin jam yang disederhanakan memotong tombol kornea. Para trephine
melingkar telah menjadi andalan instrumen bedah yang digunakan dalam keratoplasty. Yang
pertama
keratoplasty menembus sukses dilakukan oleh Zirm pada tahun 1906, di mana korupsi tetap
jelas selama 18 bulan. The 8 prinsip yang diterangkan oleh Zirm untuk keratoplasty sukses
adalah masih benar sampai sekarang, meskipun, dengan beberapa modifikasi. Prinsip-prinsip
ini adalah:
1. Eksklusif penggunaan donor manusia bahan-muda dan sehat, jika mungkin
2. Penggunaan Von Hippel yang trephine dan eserine 3. Memadai anestesi 4. Ketat asepsis 5.
Menghindari kontak dengan kornea antiseptik 6. Perlindungan korupsi antara lapisan dibasahi
kasa potongan 7. Memadai retensi korupsi dengan jahitan overlay 8. Pemilihan yang seksama
tentang kasus.
Selama abad terakhir operasi transplantasi kornea telah berkembang dari minyak mentah,
sebagian besar tidak berhasil pengalaman-an untuk sebuah prosedur, sangat canggih halus
dan halus dengan tingkat keberhasilan tinggi. Banyak kemajuan selama periode ini telah
dalam bidang fisiologi kornea, patologi, dan teknik penyimpanan ditingkatkan. Instrumentasi
yang lebih baik bedah, teknik bedah mikro, dan pemahaman yang lebih baik dari perilaku
korupsi kornea setelah trans-perkebunan merupakan faktor penyumbang utama.
23
INDIKASI
i. Optical: Wherethegraftisdoneforvisualrehabili-tasi.
ii. Tektonik: Untuk mengembalikan kornea diubah struktur-mendatang.
iii. Terapi: Jaringan substitusi untuk penyakit kornea refraktori.
Bab 33: Transplantasi Kornea Penetrating
253
Indikasi untuk keratoplasty menembus (PK) telah berubah secara drastis selama 25 tahun
terakhir ini. Pada abad kedua puluh pertengahan di negara maju, indikasi yang paling umum
untuk pencangkokan kornea adalah bekas luka setelah herpes simpleks keratitis, regrafts dan
keratoconus. Transplantasi untuk keratopati ekstraksi katarak terkait bulosa hampir tidak ada.
Sekitar sepuluh sampai lima belas tahun lalu, indikasi utama untuk transplantasi adalah
regrafts dan keratoconus dengan keratopati bulosa aphakic menjadi indication.1 cukup umum
Data terbaru menunjukkan bahwa ekstraksi katarak terkait keratopati bulosa adalah indikasi
terkemuka untuk transplantasi kornea sampai 1980-an. Dalam analisis retrospektif
keratoplasties dilakukan selama sembilan tahun (1980-1988) di sebuah pusat kornea
terkemuka, tujuh indikasi yang paling umum untuk keratoplasty menembus ditemukan
menjadi keratoconus (24,0%), pseudophakic atau keratopati bulosa aphakic (21,2% ),
jaringan parut kornea (13,9%), distrofi Fuchs '(12,5), regrafts (8,1%), dan keratitis herpetic
(5,3%). Hal itu terlihat dalam studi ini bahwa sementara keratoconus adalah indikasi
terkemuka 1980-1985, pada periode terakhir, keratopati bulosa pseudophakic menjadi
indikasi utama akuntansi untuk 24,4 persen dari cases.2 indikasi kurang umum lainnya adalah
infeksi (nonviral) keratitis ( 3,5%), trauma (1,5%), dystrophies lainnya (1,4%), kekeruhan
kongenital (0,8%), dan luka bakar kimia (0,5%). Berbagai studies3 lainnya, 4,5 juga
menunjukkan munculnya keratopati bulosa pseudophakic sebagai indikasi yang paling umum
untuk keratoplasty menembus yang berkorelasi baik dengan peningkatan dramatis dalam
jumlah implantasi lensa intraokular selama periode ini. Di negara-negara belum berkembang
atau berkembang gambar agak berbeda. Pengalaman kami telah menunjukkan bekas luka
kornea menjadi indikasi yang paling umum untuk keratoplasty menembus diikuti oleh
keratopati bulosa pseudophakic / aphakic, keratoconus, infeksi kornea, distrofi, dan cangkok
gagal dalam urutan itu.
Beberapa khusus Indikasi untuk Keratoplasty Penetrating
Keratoconus
24
Menembus keratoplasty di keratoconus diindikasikan dalam situasi intoleransi lensa kontak,
hubungi kegagalan lensa, jaringan parut apikal dan perkembangan yang cepat ke arah
pinggiran.
Prognosis untuk perbaikan visual setelah keratoplasty menembus untuk keratoconus sangat
baik. Tingkat keberhasilan dalam rentang berbagai penelitian 90-93,6 persen. Sebuah visi dari
20,40 atau lebih baik biasanya dicapai dalam 73-92,1 persen dari mata. Kadang-kadang, pipih
keratoplasty telah disarankan sebagai alternatif untuk keratoplasty menembus untuk
pengobatan keratoconus, tetapi hasilnya visual dengan itu tidak baik seperti dengan
keratoplasty menembus dan kerutan membran descemet dan jaringan parut pada antarmuka
donor tuan rumah sering mengurangi kejelasan optik.
Kornea Edema
Pada edema pseudophakic atau aphakic jika visi menjadi tidak dapat diterima atau mata
menjadi menyakitkan, keratoplasty menembus adalah pengobatan saja. Sekitar 85 persen dari
transplantasi dilakukan untuk edema kornea aphakic dan pseudophakic tetap clear.6-9
Kemungkinan mendapatkan visi dari jangkauan 20/40 atau lebih baik 42-70 persen.
Gagal Graft
Regrafting dapat dilakukan untuk berbagai alasan termasuk dida-lamnya korupsi kegagalan
utama, penolakan korupsi, glaukoma, infeksi korupsi, dll Kadang-kadang regraft harus
dilakukan untuk Silindris tinggi tidak diperbaiki dengan lensa kontak. Indikasi lain untuk
regraft adalah terulangnya distrofi kornea pada graft.
Gagal korupsi merupakan indikasi yang sering untuk transplantasi kornea. Dalam sebuah
penelitian besar, regrafts menyumbang 22,7 persen dari semua keratoplasties sementara di
regrafts penelitian terbaru hanya menyumbang 8,1 persen dari keratoplasties.2
Penyempurnaan teknik bedah dan bahan jahit dan instrumen ditambah dengan pengenalan
awal dan pengelolaan penolakan korupsi telah secara signifikan meningkatkan tingkat
keberhasilan Kera-toplasty. Penggunaan HL Sebuah kornea donor yang cocok dan
pencegahan / penekanan penolakan korupsi dengan obat seperti Siklosporin-A lebih lanjut
dapat mengurangi kebutuhan untuk regrafts.
Herpes Simplex keratitis
Keratopati Herpetic membutuhkan PK ketika nekrosis stroma dan bisul geografis dan trofik
berulang berkembang. Keratitis herpetic account selama 5 sampai 9,8 persen dari PK.
Cangkok jelas dapat diperoleh pada sekitar 80 persen dari kasus ketika herpes simpleks tidak
aktif dan mata adalah quiet10 tetapi kemungkinan untuk
25
254
Bagian 3: Penyakit Kornea
sukses jatuh ke 40 sampai 50 persen pada mata dengan penyakit aktif dengan
neovaskularisasi yang luas.
Infeksi kornea (Non-load)
Ulkus kornea mikroba masih tetap menjadi masalah yang signifikan. Sebuah keratoplasty
menembus terapeutik diperlukan jika: (a) ulkus tidak menanggapi pengobatan medis, (b)
perforasi yang akan datang, (c) perforasi terbaru dari kornea. Karena nonavailability efektif
persiapan okular antijamur, manajemen ulkus kornea jamur adalah masalah. Keratoplasty
Terapi diindikasikan pada sebagian besar bisul jamur.
Kornea dystrophies
Dystrophies kornea adalah salah satu indikasi utama untuk keratoplasty penetrasi. Di Barat,
Fuchs 'distrofi telah ditemukan indikasi yang paling umum dari keratoplasty.2, 4,11 Pada
makula populasi Asia distrofi kornea stroma adalah umum di antara semua dystrophies
diikuti oleh Fuchs' dan distrofi endotel bawaan keturunan (CHED). 12 studi terbaru
menunjukkan makula distrofi stroma menjadi indikasi yang paling umum (23,1%) diikuti
oleh CHED (13,2%), Kisi Reis Buckler dan Granular (9,9% masing-masing), dan Fuchs
(6,6%).
Keratoplasty pada Anak
Cangkok pada bayi dan anak-anak sering bisa sulit karena kornea dan sclera lebih elastis dan
sulit untuk menangani, iris lebih perekat, vitreous lebih ulet dan mata me-mount respon
inflamasi tory lebih parah. Tindak lanjut perawatan adalah masalah lain pada anak.
Indikasi di kelompok usia anak antara lain: i. Bawaan kornea kekeruhan seperti dalam
• anomali Petrus Sclerocornea • • Glaukoma dengan edema kornea • dystrophies kornea.
ii. Acquired nontraumatic penyebab seperti • Infeksi
• Steven-Johnson syndrome
• Keratoconus. iii. TraumaItisoneofthemostimportantindications
dari keratoplasty pada anak. Prognosis cenderung lebih buruk pada anak-anak dalam kasus
traumatis dibandingkan dengan adults.13
Indikasi yang paling sering kedua untuk transplantasi kornea pada anak-anak adalah kondisi
kongenital
seperti anomali Petrus, Sclerocornea atau CHED. Dalam kasus seperti prognosis biasanya
miskin karena amblyopia kecuali intervensi bedah dilakukan lebih awal.
26
Peluang mendapatkan cangkok jelas pada usia satu tahun telah terbukti maksimum (73%)
dalam kasus kekeruhan nontraumatic diperoleh, kurang (70%) pada trauma dan sedikit (60%)
dalam kasus bawaan Anoma-kebohongan. 14
Prognosis
Prognosis untuk kejelasan korupsi tergantung pada kondisi patologis awal kornea penerima
selain dari faktor lain seperti kualitas jaringan donor, teknik bedah, waktu operasi, perawatan
pasca operasi, dll kelompok prognostik berbagai adalah sebagai berikut:
Gr saya Prognosis Bagus
• Keratoconus • Trauma • leucoma Kisi dan distrofi granular • stroma bekas luka superfisial.
Gr II Prognosis Baik
• Kecil vascularized bekas luka • bulosa keratopati • Fuchs 'distrofi • Gagal cangkokan dari
kelompok I yang belum
vascularized • distrofi makula stroma keratitis • interstisial.
Gr III Prognosis Adil
• Cukup vascularized kornea • Gagal Gr / II cangkok • herpes simpleks keratitis stroma Aktif
• distrofi endotel kongenital herediter • Guratan setelah ulkus kornea bakteri.
Gr IV dijaga Prognosis
• mata kering ringan • keratitis jamur Aktif • Gagal atau ditolak Gr / III cangkok • ruang
sindrom belahan dada anterior • Kornea staphyloma • downgrowth epitel • pewarnaan darah •
Kornea luka bakar kimia ringan • glaukoma kongenital • keratoplasties Kebanyakan anak.
Bab 33: Transplantasi Kornea Penetrating
255
Gr V Miskin Prognosis
• • •
Kering yang parah mata pemfigoid Steven-Johnson syndrome Kimia luka bakar.
Lempengan keratoplasty (LK)
27
Ini adalah prosedur di mana ketebalan parsial dari kornea tuan patologis akan dihapus dan
diganti dengan jaringan donor dengan ukuran hampir sama dan ketebalan. Para keratoplasty
tatahan pusat pipih adalah optik sedangkan perifer terutama dilakukan untuk sel induk
kembali penduduk, sebagai sel-sel ini terletak di limbus dan 1 mm dalam kornea perifer.
Graft onlay pipih memberikan dukungan tektonik dan juga meniadakan Silindris tidak teratur
dengan meratakan kornea seperti yang terlihat dalam kasus keratoconus. Pola Keyhole
memiliki aksi komposit. Ini menyediakan sel induk untuk kornea yang sakit dan juga
menyediakan fungsi optik seperti yang terlihat dalam kasus pterygium berulang. Meskipun
keratoplasty pipih bukan solusi untuk semua gangguan kornea, berbagai kasus dapat
dimanfaatkan oleh procedure.1, 2
Keuntungan dari LK
Keuntungan dari LK atas PK konvensional adalah sebagai berikut:
i. Prosedur luar mata, ii. Tanpa ada komplikasi intraokular,
iii. Cangkok besar dapat dilakukan, iv. Minimal kejadian penolakan,
v Doesnotrequireviablecornealendothelium, sehingga kornea diawetkan dapat digunakan,
vi. Membutuhkan waktu kurang rawat inap dan kurang tindak lanjut kunjungan. Jika prosedur
gagal itu tidak menghalangi keratoplasty pipih atau penetrasi pada date.1 kemudian, 2
Masalah LK
Selain perforasi dan persiapan tempat tidur yang tidak teratur masalah selama keratoplasty
pipih adalah mal-aposisi dan puing-puing sisa-sisa benda asing pada antarmuka. Ada
mungkin tertunda karena penyembuhan penyembuhan terjadi pada dua wilayah satu di graft-
tuan persimpangan dan yang lainnya di antarmuka, cacat epitel gigih, vaskularisasi korupsi,
kekambuhan penyakit dan kadang-kadang rejection.1, 3
Terminologi
Terminologi keratoplasty pipih telah ditetapkan sebagai:
i. Inlay pipih keratoplasty, di mana ketebalan parsial dari kornea penerima dihilangkan
dengan pembedahan pipih dan diganti dengan kornea donor ketebalan parsial,
Anita Panda
ii.
Onlay pipih keratoplasty, di mana kornea ketebalan parsial donor ditempatkan di atas kornea
penerima de-epithe-lialized yang baik keratectomy perifer kecil dan / atau lamelar dis-bagian
telah done.2
Bab 34: Status Sekarang dari Keratoplasty Lempengan
28
269
Indikasi
Klasifikasi waktu lama indikasi adalah: i. Tektonik cangkok
ii. Optical cangkok iii. Terapi cangkok, dan iv. Kosmetik cangkok.
Ini cangkok mencakup semua jenis pipih tatahan dan onlay grafting transplantasi sel induk
termasuk sesuai, baru classification.1 2
Tektonik grafts
Ini cangkokan dilakukan untuk memperkuat kornea menipis-seperti dalam kasus opasitas
kornea etiologi apapun dengan tidak teratur menipis, descemetocele besar, peri-pheral
degenerasi marjinal dan keratoconus.
Optical grafts
Hal ini dilakukan untuk merehabilitasi pasien secara visual. Hal ini ditunjukkan dalam
kekeruhan kornea superfisial, PERADANGAN dan stabil, dystrophies epitel, degenerasi
kornea mempengaruhi anterior setengah ketebalan kornea.
Terapi grafts
Hal ini ditunjukkan pada mata mana keratectomy pipih yang mendalam dilakukan untuk
menghilangkan patologi kornea jumlah seperti pterygium, tumor jinak seperti kornea dan
tumor dermoid kornea ganas seperti karsinoma sel skuamosa kornea. Hal ini juga
dipertimbangkan dalam kasus keratopati bulosa dan dystrophies kornea epitel. Selanjutnya,
dilakukan sebagai cangkok patch di mata memiliki perforasi ulkus kornea setelah.
Sumber Jaringan Donor untuk LK
Sumber dari mana jaringan kornea yang diperoleh untuk LK meliputi:
i. Eyeball diawetkan dalam ruang lembab, ii. Media disk yang diawetkan corneoscleral, dan
iii. Glycerine diawetkan corneoscleral tissue.1, 2
Presisi pada Cutting Graft
Untuk tatahan konvensional dan onlay ukuran graft dari disk donor harus sama untuk segmen
lubang kunci dan keratoplasty tatahan annular pipih. Sementara ketebalan graft harus
seragam itu harus sedikit lebih tebal dari tempat tidur penerima.
Dalam kasus korupsi sclerocorneal, perawatan harus dilakukan bahwa kedua penerima dan
jaringan donor harus sesuai anatomi.
Metode Lempengan Dissection4-6
Hal ini dapat dilakukan oleh dissector pipih, atau microkeratome. Untuk menghindari
perforasi dan untuk mendapatkan pesawat halus, yang adalah aspek yang paling diinginkan
29
keratoplasty pipih, injeksi intrastromal udara, viskoelastik dan saline (hydrodelamination)
sebelum pembedahan diikuti dengan pemisahan pipih dengan dissector pipih yang
bermanfaat.
Sumber-sumber lain dari mana saja jaringan limbal diperoleh untuk transplantasi sel induk,
meliputi:
i. Mayat mata (dalam penghapusan situ lenticule tanpa menghapus bola mata),
ii. Darah yang berhubungan dengan donor, dan iii. Normal sesama mata.
INDIKASI DARI LK1 ,2,7-12
Indikasi masa kini LK dengan urutan frekuensi (Tabel 34.1): 1. Degeneratif 2. Pasca-
inflamasi
3. Bawaan 4. Pasca-trauma 5. Dystrophies 6. Neoplastik.
Revolusi Teknik Bedah
1. 2.
3.
Konvensional LK - Inlay konvensional
Dimodifikasi tatahan. Inlay segmental b. Inlay lubang kunci c. Inlay annular.
Lanjutan LK a. Onlay maju LK13-15 b. Onlay limbal transplantation16-20
Tabel 34.1: Lempengan keratoplasty (1977-1997) (N = 1222)
Jenis Tidak ada Persentase Mata
Degeneratif 530 43,37 Pasca-inflamasi 220 10,00 183 14,97 kongenital pasca-trauma 122
9,98 dystrophies 93 7.61 74 6.05 neoplastik
270
Bagian 3: Penyakit Kornea
c. Keratoepithelioplasty d. Ruang ganda teknik e. Inlay sclerokeratoplasty sebagai adjunctive
prosedur untuk PK.
30