Upload
amelia-dns
View
43
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RESPONSI
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH) DENGAN ASIFIKSIA SEDANG
Oleh:
Sinta Putri Lestari
H1A 006 044
Pembimbing
dr. H.Tatang.A.Hidayat, Sp.A
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK
DI SMF ANAK RSU MATARAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2012
I. Identitas Pasien
Nama : Bayi H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1 hari
BBL : 1840 gram
A – S : 3-5
Tanggal Lahir : 13 April 2012 pukul 08.37 WITA
No. MR : 031421
Ibu Ayah
Nama Ny H Tn A S
Umur 19 th 21 th
Pendidikan/Berapa tahun SD SMP
Alamat Narmada Narmada
II. Keluhan Utama :
Berat badan lahir rendah, hipotermi dan Asfiksia sedang
III. Riwayat Penyakit Sekarang :
Bayi lahir di OK IRD RSUP NTB, dilahirkan secara SC dengan indikasi APB
(Plasenta Previa Totalis) dengan A-S 3-5. Bayi masuk NICU dengan tangis merintih, napas
sesak, tampak retraksi dinding dada ringan, terlihat sedikit biru pada bibir & ekstremitas serta
hipotermi.
IV. Riwayat Kehamilan Ibu :
Ibu os mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Ibu os tidak ingat kapan
HPHT nya. Ibu os biasa ANC di polindes yang diperiksa oleh bidan. Selama hamil ibu os
tidak pernah mengalami sakit berat ataupun sampai dirawat di PKM atau RS, ibu os pernah
menderita panas, batuk, pilek saat awal-awal kehamilan namun tidak pernah di obati.
Riwayat minum-minum obat atau jamu-jamuan disangkal.
V. Riwayat Persalinan :
Bayi lahir SC dengan indikasi letak APB (Plasenta Previa Totalis), BBL 1840 gram,
panjang badan 40 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar lengan 8 cm, anus (+). Apgar skor
3 – 5. tangis merintih (+), sianosis (+), hipotermi (+).
VI. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : waspada
Ballard score : 35 - 36 minggu
Score Down : 5 gawat napas
SpO2 : 98% (dengan O2)
GDS stik : 88 mg%
1. Tanda – Tanda Vital :
Suhu : 35,1 oC
DJ : 142 x/menit
Respirasi : 40 x/menit
Tekanan Darah : Tidak dievaluasi
2. Menilai Pertumbuhan :
Berat Badan : 1840 gram
Panjang Badan : 40 cm
Lingkar Kepala : 29 cm
3. Penampakan Umum :
Aktivitas : menurun
Warna Kulit : kemerahan
Cacat Bawaan Yang Tampak : (-)
4. Kepala
Bentuk kepala : simetris, lonjong, lecet (-), ubun – ubun besar terpisah, teraba datar,
sutura normal, craniosynostosis (-), molding (-), caput sucendaneum
(-), dan cephal hematom (-)
5. Leher
Rooting refleks (+), hematome pada m. SCM (-), pembesaran kel. Tiroid (-), leher pendek
(-).
6. Muka
Mata : katarak kongenital (-), SCB (-), conjunctivitis (-).
Hidung : atresia choana (-/-), napas cuping hidung (-/-), rhinore (-/-)
Mulut : palatoschizis (-), frenulum pendek (-), makroglossia (-).
Telinga :low set ears (-/-)
7. Thoraks
Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) subcostal.
Palpasi : gerakan diding dada simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : bronkovesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan dinding dada
(+/+) subcostal, sianosis (-).
8. Jantung
S1S2 tunggal regular, mur – mur (-), gallop (-).
9. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)
Auskultasi : bising usus Normal
Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen
10. umbilicus
Tampak basah dan mulai mongering, warna kuning kehijauan (-), bau (-), edema (-),
kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
11. Genitalia
Normal, Clitoris dan labia minora ditutupi labia mayora.
12. Anus dan rektum
Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.
13. Ekstremitas
Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-)
14. Tulang belakang, pinggul dan system syaraf
Dalam batas normal
VIII. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap 13 April 2012
Hemoglobin : 14.7 gr%
Leukosit : 16.100/mm3
Trombosit : 323.000/mm3
Hematokrit : 52.7 %
IX. Diagnosis Kerja
BBLR dengan hipotermi dan asfiksia sedang
X. Rencana Terapi
IVFD D10% 6 tts/menit (mikro)
Ampicillin inj 2 x 50 mg
Gentamicin inj 1 x 10 mg
FOLLOW UP
Hari/ tgl S O A P
I
13/04/2012
Aktifitas (+)
Tangis (+)
merintih.
Respon (+).
RR: 40 x/m
N: 142 x/m
T : 35.1
SpO2: 98%
(dengan O2)
Retraksi (+)
subcostal.
Sianosis (+)
BB: 1840 g
BBLR +
hipotermi+
asfiksia
sedang.
D10% 6 ttsµ/m
Ampicillin
2x50 mg.
Gentamycine
1x10 mg.
II
14/04/2012
Aktifitas (+).
Menangis(+).
Respon (+).
RR: 58 x/m
N: 140 x/m
T : 36.1
SpO2: 99%
Retraksi (+).
BB: 1820 g
BBLR +
hipotermi+
asfiksia
sedang.
D10% 8,3 ttsµ/m
Ampicillin
2x50 mg.
Gentamycine
1x10 mg.
IV
16/04/2012
Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis
(+).
RR:62 x/m.
N: 124 x/m.
T : 37.1
Retraksi (+)
minimal
BB: 1750 g.
BBLR +
hipotermi+
asfiksia
sedang.
D10% 7.5 ttsµ/m
Ampicillin
2x50 mg.
Gentamycine
1x10 mg.
Sonde
ASI/PASI 8x3cc
V
17/04/2012
Minum
ASI/PASI
(sonde) (+)
Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis
(+).
RR: 58 x/m.
N: 120 x/m.
T: 37.0
Retraksi (+)
minimal
BB: 1720 g.
BBLR +
hipotermi+
asfiksia
sedang.
D10% 9.3ttsµ/m
Ampicillin
2x50 mg.
Gentamycine
1x10 mg.
Sonde
ASI/PASI 8x3cc
VI
18/04/2012
Minum
ASI/PASI
(sonde) (+)
Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis
(+).
RR: 50 x/m.
N: 122 x/m.
T: 36.9
Retraksi (+)
minimal
BB: 1720 g.
BBLR +
hipotermi+
asfiksia
sedang.
D10% 9.3ttsµ/m
Ampicillin
2x50 mg.
Gentamycine
1x10 mg.
Sonde
ASI/PASI 8x5cc
TINJAUAN PUSTAKA
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi
cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR).
Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya
keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.
Epidemiologi
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena merupakan
penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalensi BBLR masih cukup tinggi
terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah. Secara statisstik menunjukkan 90%
kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibandingkan pada bayi dengan berat lahir > 2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari
target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat
2010 yakni maksimal 7%.
Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat itu masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk menurunkan
angka kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan kesejahteraan menjadi meningkat.
Kejadian BBLR ini bisa dicegah bila kita mengetahui faktor-faktor penyebabnya.
Etiologi
Penyebab terbanyak terjaidnya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia (< 20 tahun atau >40 tahun)
d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun.
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
- Hipotermia
- Hipoglikemia
- Gangguan cairan dan elektrolit
- Hiperbilirubinemia
- Sindroma gawat nafas
- Paten duktus arteriosus
- Infeksi
- Perdarahan intraventrikuler
- Apnea of Prematurity
- Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
- Gangguan perkembangan
- Gangguan pertumbuhan
- Gangguan penglihatan (Retinopati)
- Gangguan pendengaran
- Penyakit paru kronis
- Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
- Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
-Umur ibu
-Riwayat hari pertama haid terakir
-Riwayat persalinan sebelumnya
- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
-Kenaikan berat badan selama hamil
-Aktivitas
- Penyakit yang diderita selama hamil
-Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
- Berat badan <2500 gr
- Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
Tulang rawan telinga belum terbentuk.
Masih terdapat lanugo.
Refleks masih lemah.
Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium
minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
Tidak dijumpai tanda prematuritas.
Kulit keriput.
Kuku lebih panjang
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
- Pemeriksaan skor ballard
- Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.
- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih
Penatalaksanaan/ terapi
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
- Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu)
2. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara
ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel
pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling
kurang sehari sekali.
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan
bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
- Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2
jam) bila perlu.
- Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
- Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum
seperti pada bayi sehat.
- Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap
untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas,
kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi
sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi Sehat
- Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan
pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk
atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan
waktu lebih dari 1 minggu)
- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
- Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
- Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV
secara perlahan.
- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi
sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
- Beri ASI peras melalui pipa lambung
- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
- Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
- Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
- Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
- Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.
- Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti
kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan
hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
- Ukur suhu tubuh dengan berkala
- Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
- Jaga dan pantau patensi jalan nafas
- Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
- Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
- Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
- Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
- Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
- Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
- Pantau berat badan bayi secara periodik
- Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500
- Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)
dan telah berusia lebih dari 7 hari :
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
2). Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai
berikut :
- Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
- Hitung umur koreksi.
- Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
- Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
- Awasi adanya kelainan bawaan.
Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis
akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,
hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
- Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
- Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
- Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
- Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Tanda kecukupan pemberian ASI:
- BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
- Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
- BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.
- Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes dari
payudara yg lain.
Indikasi bayi BBLR pulang:
- Suhu bayi stabil.
- Toleransi minum oral baik terutama ASI.
- Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.
Cara menghangatkan bayiCara Petunjuk penggunaan
Kontak kulit Untuk semua bayi Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.
KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g.
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya.Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang tidak dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat.
Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)
Berat (g)Umur (hari)
1 2 3 4 5+>1500 60 80 100 120 150<1500 80 100 120 140 150
Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499
PemberianUmur (hari)
1 2 3 4 5 6 7Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30
Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)
Berat badan (g) <1000 1000 - <1500 1500 – 2500 >2500
Hari I 120 cc D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10%
Hari II 140 cc D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10%
Hari III 170 cc D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10%
Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.
ASFIKSIA
Definisi
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
asidosis.
2. WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir.
3. ACOG dan AAP
Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut:
- Nilai Apgar menit kelima 0-3
- Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
- Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)
- Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular,
gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).
Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia
disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Laporan
dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003
asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak
diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.
Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup
dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan
belajar. Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian
perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%),
prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%)
Etiologi dan Faktor Resiko
Asfiksia neonatorum terjadi karena adanya gangguan pertukaran gas serta transport
O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persdiaan O2 dan dalam
menghilangkan CO2. Dangguan ini dapat disebabkan secara menahun dalam kehamilan dan
mendadak dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dap[at berupa gizi ibu
yang buruk dan penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung.
Towel (1996), menggolongkan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor Ibu
- Hipoksia ibu, dapat terjadi karena hipoventilisasi akibat pemberian obat analgetik atau
anastesia dalam sehingga akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
- Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan kekurangan pengaliran O2 ke plasenta dan janin. Misalnya : gangguan
kontraksi uterus (hipotermi, tetani uterus akibat penyakit/obat), hipotensi mendadak
pada ibu akibat perdarahan, hipertensi akibat penyakit eklampsi.
2. Faktor Placenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi placenta.
Asfiksia janin terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta misalnya :
solusi placenta, perdarahan placenta dan placenta previa.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat
melilit, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena :
- Pemakaian obat anastesi/analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
- Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial kelainan
kongenital pada bayi misalnya : hernia diafragma atresia, hipoplasia paru.
5. Faktor Persalinan
- Partus lama
- Partus dengan tindakan (SC, Vakum Ekstraksi)
Klasifikasi
Pembagian klasifikasi asfiksia dibuat berdasarkan nilai apgar score yaitu :
1. Asfiksia berat
Apgar score 0-3, bayi memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian O2
terkendali.
2. Asfiksia sedang
Apgar score 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian O2 sampai bayi dapat bernafas
normal kembali.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-10). Dalam hal ini bayi dianggap sehat
dan tidak memerlukan tindakan istimewa (Mochtar R, 1998).
Tabel 1. Penilaian Apgar Score
TandaScore
0 1 2
Apperance
(warna kulit)
Biru pucat Tubuh kemerahan,
ekstremitas biru
Tubuh dan ekstremitas
kemerahan
Pulse
(Denyut nadi)
Tidak ada ≤100 x/i ≥ 100 x/i
Grimace
(refleks)
Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat dan menagis
Activity
(tonus otot)
Lumpuh Gerakan lemah Gerakan aktif
Respiratory
(usaha bernafas)
Tidak ada Lambat Teratur, menangis kuat
Diagnosis
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-
tanda gawat janin antara lain :
1. Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 x/i, selama his frekuensi ini biasa turun,
tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut
jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi sampai di bawah
100 x/i diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban
Pada presentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan terus
menimbulkan kewaspadaan. Adanya meokinum air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan, biasanya hal ini dapat dilakukan dengan
mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin.
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil
pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Contoh darah janin. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila
pH itu sampai turun di bawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa
penulis.
Patogenisis
1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap
nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 itu terus
berlangsung, maka nesovagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah rangsangan
dari nesosimpatikus. Denyut jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan
menghilang.
2. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
dalam hipoksia :
- Jika DJJ normal dan ada mekonium, maka janin mulai hipoksia.
- Jika DJJ >100 x/i dan ada mekonium, maka janin sedang hipoksia.
- Jika DJJ <100 x/i dan ada mekonium, maka janin dalam keadaan gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa, kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat (Mochtar R, 1998).
Penanganan
1. Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain) bersihkan mulut dan jalan nafas.
2. Lakukan resusitas dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan
O2 dengan tekanan 12 mmHg dan dapat juga dilakukan pernafasan dari mulut ke
mulut, masase jantung.
3. Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala
dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
4. Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K 1-2 mg.
Tujuan Penanganan
1. Untuk mengurangi angka mortalitas dan angka morbiditas
2. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi
3. Untuk membatasi gejala lain setelah mengalami asfiksia.
Komplikasi
Komplikasi pada bayi baru lahir akibat asfiksia meliputi :
- Cerebral palsy
- Retardasi mental
- Gangguan belajar
Apabila asfiksia ini tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Gambaran Kasus Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Available from :
http://ebookbrowse.com. (Accessed at April, 21th 2012)
Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak,
edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya
Elizawarda. 2003. Studi Kasus Kelola Faktor Resiko Untuk Pencegahan Berat Badan Lahir
Rendah di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2003. Available from :
http://repository.usu.ac.id. (Accessed at April, 21th 2012)
Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta
Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
RSUP Sanglah, Denpasar.
Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.