Review Jurnal Konservasi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    1/19

    i

    TUGAS MATA KULIAH

    KONSERVASI DAN REHABILITASI SUMBERDAYA ALAM DAN

    LINGKUNGAN

    REVIEW JURNALLAND REHABILITATION METHODS BASED ON THE REFUSE

    INPUT : LOKAL PRACTISES OF HAUSA FARMERS AND

    APPLICATION OF INDIGENOUS KNOWLEGDE IN THE

    SAHELIAN NIGER

    PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA

    O L E H

    ENDAH KARTIKA SUSANTI NIM CFA : 214.006

    YUSTANI LELUNO NIM CFA : 214.024

    YULIET TITA NIM CFA : 214.025

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

    PALANGKA RAYA

    2015

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    2/19

    i

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

    atas karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan review jurnal berjudul LAND

    REHABILITATION METHODS BASED ON THE REFUSE INPUT : LOKAL

    PRACTISES OF HAUSA FARMERS AND APPLICATION OF INDIGENOUS

    KNOWLEGDE IN THE SAHELIAN NIGER . Tulisan ini mengupas secara garis

    besar mengenai penggunakan masukan sampah dalam upaya rehabilitasi lahan dengan

    mempergunakan pengetahuan dan praktek yang dilakukan petani Hausa yang

    merupakan penduduk yang berada di areal Sahel Nigeria.

    Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok ini. Semoga review ini dapat

    bermanfaat bagi kita semua.

    Palangka Raya, November 2015

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    3/19

    ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

    1. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1

    2.

    TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 3

    3. LOKASI PENELITIAN ............................................................................. 4

    4. METODE PENELITIAN ........................................................................... 4

    5. HASIL PENELITIAN .............................................................................. 10

    6. KESIMPULAN ......................................................................................... 16

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    4/19

    1

    Judul Jurnal : Land Rehabilitation Methods Based on the Refuse Input : Lokal

    Practises of Hausa Farmers and Application of Indigenous

    Knowlegde in the Sahelian Niger

    Jurnal : Pedologist (2012)

    Volume dan Halaman : Halaman 466 - 489

    Tahun : 2012

    Penulis : Shuichi Oyama

    Graduate School of Asian and African Area Studies, Kyoto University

    METODE REHABILITASI LAHAN MENGGUNAKAN MASUKAN SAMPAH

    (REFUSE INPUT) : PRAKTEK DAN PENERAPAN PENGETAHUAN MASYARAKAT

    LOKAL PETANI HAUSA, DI SAHEL AREA, NIGERIA

    1. LATAR BELAKANG

    Degradasi lahan dan penggurunan mengakibatkan kegagalan panen,

    kekurangan pangan dan kekurangan gizi pada negara-negara yang berada pada

    daerah yang disebut area Sahel. Sahel ialah zona perbatasan di Afrika antara

    Sahara ke utara dan daerah yang lebih subur di selatan meliputi (barat ke timur)

    utaraSenegal,utaraMauritania,bagian tengahMali,utaraBurkina Faso,ujung

    selatan ofAlgeria,Niger,ujung utara Nigeria,bagian tengahChad,tengah dan

    selatan Sudan,and utaraEritrea

    Negara negara Sahel mengalami krisis kekeringan pada tahun 1972

    1974. Hal ini mengakibatkan kekeringan, berkurangnya persediaan makanan,

    tidak memadai manajemen ternak, degradasi lingkungan, dan berkurangnya

    pendapatan tiap rumah tangga (Mortimore dan Adams 2001). Hal ini yang

    membuat negara-negara Sahel melakukan berbagai upaya untuk melestarikan

    https://id.wikipedia.org/wiki/Afrikahttps://id.wikipedia.org/wiki/Saharahttps://en.wikipedia.org/wiki/Senegalhttps://en.wikipedia.org/wiki/Mauritaniahttps://en.wikipedia.org/wiki/Malihttps://en.wikipedia.org/wiki/Burkina_Fasohttps://en.wikipedia.org/wiki/Algeriahttps://en.wikipedia.org/wiki/Nigerhttps://en.wikipedia.org/wiki/Nigeriahttps://en.wikipedia.org/wiki/Chadhttps://en.wikipedia.org/wiki/Sudanhttps://en.wikipedia.org/wiki/Eritreahttps://en.wikipedia.org/wiki/Eritreahttps://en.wikipedia.org/wiki/Sudanhttps://en.wikipedia.org/wiki/Chadhttps://en.wikipedia.org/wiki/Nigeriahttps://en.wikipedia.org/wiki/Nigerhttps://en.wikipedia.org/wiki/Algeriahttps://en.wikipedia.org/wiki/Burkina_Fasohttps://en.wikipedia.org/wiki/Malihttps://en.wikipedia.org/wiki/Mauritaniahttps://en.wikipedia.org/wiki/Senegalhttps://id.wikipedia.org/wiki/Saharahttps://id.wikipedia.org/wiki/Afrika
  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    5/19

    2

    tanah, melindungi sumber daya alam dan melakukan pembangunan untuk

    mengurangi kemiskinan.

    Salah satu konsep besar yang dilakukan adalah greenbelt yaitu membuat

    perkebunan atau menanami pohon-pohon sebagai cincin-pagar bagi daerah

    pemukiman untuk melindungi kota dari serbuan pasir. Proyek Greenbelt

    memiliki 5 tujuan yaitu : (1) melindungi tanah terhadap serbuan pasir, (2)

    melawan erosi dan meningkatkan hasil panen produksi, (3) menghasilkan kayu

    bakar dan mengurangi tekanan pada hutan alam yang ada, (4)

    mengembangkandanmengelolahutan alam, dan (5) pasokan pakan untuk

    peternakan (Sahara dan Sahel Observatory 2008). Pada bulan September 2011,

    Uni Eropa dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa (FAO)

    memutuskan untuk memberikan dukungan dana sebesar 1.750.000 untuk

    proyek ini agar dapat mengadopsi sistem yang lebih tepat secara ekologis dan

    berkelanjutan secara sosio ekonomi, sehingga dapat langsung dimanfaatkan oleh

    penguna air dan tanah lokal melalui identifikasi dan meningkatkan praktek

    managemen tanah yang baik (Europaafrica.net 2011).

    Kegiatan utama negara-negara di wilayah Sahel adalah budidaya

    pertanian dan penggembalaan. Tanaman utama adalah jagung (Zea mays) dan

    singkong (Mahnichot exculenta) di bagian selatan, sorgum (Sorghum bicolor) di

    bagian tengah, dan mutiara millet atau Penisetum glaucum) di bagian utara.

    Hujan hanya turun terbatas.di pinggiran Sahara dan areal pertanian. Masyarakat

    penggembala banyak memelihara ternak dan hidup berpindah bersama ternak

    mereka. Terdapat budaya tukar menukar hasil pertanian dan hasil ternak antara

    masyarakat penggembala dengan petani dengan sistem tertentu. Dimana

    masyarakat penggembala akan berdiam di ladang para petani untuk selama

    beberapa minggu atau bulan. Selain itu ternak dari penggembala akan

    menghasilkan kotoran dan para petani melihat hal tersebut baik untuk perbaikan

    kesuburan tanah di ladang mereka (Harris 1999; Shinjo et al 2008.).

    Daerah Sahel mempunyai pertumbuhan penduduk yang tinggi. Senegal

    memiliki peningkatan dari 2,4% per tahun, Mali memiliki 3,3%, Burkina Faso

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    6/19

    3

    memiliki 2,8%, dan Niger, 3,7% (United Nations2010). Pertumbuhan

    penduduk yang tinggi berpengaruh pada budidaya pertanian dan ternak yang

    mengakibatkan adanya tekanan pada lingkungan. Peningkatan penduduk yang

    cepat, teknologi rendah pada pertanian dan penggembalaan dianggap

    menyebabkan degradasi lahan di wilayah Sahel (Ayatunde 2000; Mortimore dan

    Turner 2005; Tschakert 2007).

    Gritzner (1988) membuat 7 usulan mengatasi degradasi lingkungan yang

    terjadi di area Sahel, yaitu : (1) penanaman dengan memanfaatkan wadi

    (sungai/irigasi musiman) (2) Stabilisasi bukit pasir dan pemulihan

    tanaman/pohon pada daerah hutan, (3) membangun sabuk untuk perlindungan

    dan sistem pemanfaatn energi yang modern di daerah perkotaan/pemukiman, (4)

    rehabilitasi daerah pinggiran kota, (5) konservasi spesies yang terancam punah

    dan area khusus bagi pengembangan keanekaragaman hayati, (6) mengalihkan

    kelebihan air sungai ke dalam suatu daerah cekungan agar dapat ditampung dan

    (7) meningkatkan pengelolaan hutan alam.

    Penelitian menunjukkan bahwa kesadaran warga setempat terhadap

    degradasi lahan konsisten dengan perkembangan informasi ilmiah mengenai

    ilmu tanah (Hayashi et al 2000a, 2000b;. Warren et al.2003; Oyama 2009).

    Artikel ini mengidentifikasi pengetahuan masyarakat adat mengenai tanah,

    praktek sehari-hari dan penanggulangan Petani Hausa terhadap degradasi tanah,

    dan untuk meneliti efek pemulihan tanaman setelah diberikan hasil sampah

    dosmestik dengan praktek percobaan insitu untuk selanjutnya mengembangkan

    metode rehabilitasi dan sistim pemeliharaan lahan.

    2. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

    a. Identifikasi pengetahuan masyarakat lokal (pribumi) di daerah Sahel,

    Nigeria dalam praktek sehari-hari dan cara penanggulangan yang dilakukan

    oleh petani Hausa untuk mengatasi masalah degradasi lahan

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    7/19

    4

    b.

    Menguji kemampuan pemulihan tanaman akibat dampak dari praktek

    pemMasukan Sampah (refuse input) perkotaan dengan penelitian setempat

    c. Mengembangkan metode rehabilitasi lahan dan sistem pemeliharaan lahan

    yang berkelanjutan

    d. Menjelaskan dampak kegiatan revegetasi akibat hasil Masukan Sampah

    (refuse input) perkotaan pada lapisan sedimen padat yang terjadi di lahan

    yang terdegradasi.

    3. LOKASI PENELITIAN

    Lokasi Penelitian adalah pada kota Dogondoutchi, Departemen Dosso,

    Nigeria, mempunyai altitude 240 dengan jumlah populasi 310 orang dan 60

    rumah tangga (tidak termasuk para penggembala Fulbe dan Tuareg nomaden)

    pada tahun 2010.

    Penulis mengukur curah hujan mempergunakan Climatec Inc, CTK-

    15PC pada periode juni september, suhu udara dan angin sejak 2008. kota

    Dogondoutchi mengalami musim kemarau selama 8 bulan dari Oktober Mei

    dengan temperatur maximum 35oC dan minimum pada 20oC. Wadi atau sungai

    musiman mengalir dari timur ke barat pada area utara dan selatan desa, sungai

    mengalir sesaat setelah terjadi hujan. Tipe tanah adalah Areanosols

    (FAO/UNESCO 1971) yang merupakan tanah berpasir dengan kandungan bahan

    organik dan nitrogen yang buruk.

    4. METODE PENELITIAN

    Penelitian ini berlangsung selama 3 tahun yaitu sejak bulan Agustus 2008

    sampai dengan November 2011 pada lahan yang telah terdegradasi seluas 45 x

    50 meter dengan kemiringan lahan sebesar 30 arah timur ke barat. Pada area

    penelitian tersebut disiapkan 5 plot dengan ukuran masing-masing 4 x 30 meter

    dengan rincian :

    Plot 1, tidak diisi dengan hasil Masukan Sampah (refuse input)

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    8/19

    5

    Plot 2, berisi 600 kg hasil Masukan Sampah (refuse input) (5 kg/m2)

    Plot 3, berisi 1.200 kg hasil Masukan Sampah (refuse input) (10 kg/m

    2

    ) Plot 4, berisi 2.400 kg hasil Masukan Sampah (refuse input) (20 kg/m

    2)

    Plot 5, berisi 5.400 kg hasil Masukan Sampah (refuse input) (45 kg/m2)

    Isian Masukan Sampah (refuse input) tersebut diangkut dengan traktor dari

    Kota Dogondoutchi yang berjarak 7 km dari desa tempat penelitian dilakukan.

    Masukan Sampah (refuse input) ini terdiri dari pasir, residu tanaman dari pakan

    ternak, kotoran hewan, tas plastik bekas, pakaian dan sandal bekas, pot dan

    piring pecah (Gambar 1.) Untuk selanjutnya dalam memperhitungkan

    penggunaan selanjutnya, penulis tidak menggunakan sampah non organik dalam

    masukan sampah.

    Penelitian dilakukan pada tiga titik sampel acak dari Masukan Sampah

    (refuse input) yang tersebar di plot. Data curah hujan, temperatur udara,

    kelembaban udara, kelembaban tanah (kadar volume air) diambil dengan

    interval waktu setiap 1 jam yang secara otomatis direkam menggunakan data

    logger(Campbell Scientific Inc. C-CR1000). Data ini diambil selama 1.042 hari

    yaitu sejak tanggal 1 November 2008 sampai dengan 8 September 2011.

    Pada bulan Juni 2009, kedalaman tanah sampai dengan 30 cm diobservasi

    dan lapisan-lapisan tanah diklasifikasi berdasarkan istilah masyarakat Hausa

    seperti warna dan kekerasan yang diukur sebanyak 5 kali. Kekerasan tanah

    terbagi menjadi 5 kelompok yaitu loose, soft, slightly hard, hard, danvery hard.

    Kemudian pada bulan November 2009, lapisan tanah diobservasi, kekerasan

    tanah diukur dan sampel tanah diambil lagi. Hal ini diulangi kembali pada

    November 2010 dan November 2011.

    Sampel tanah yang diambil kemudian diseragamkan ukurannya yaitu 2 mm

    mesh dan disimpan pada wadah kedap udara untuk dikirim ke Jepang. Pada

    sampel tanah dianalisis data sebagai berikut :

    pH (menggunakan metodeglass electrode)

    konduktivitas elektrik (menggunakan alatspecific conductivitymeter)

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    9/19

    6

    total karbon dan total nitrogen (menggunakan metode dry combustion)

    ketersediaan fosfat (menggunakan metode Bray no.2 dengan ultravioletspectrophotometer)

    Gambar 1. Lima Plot percobaan: (a) Plot 1 (no refuse), (b) Plot 2 (5 kg/m2), (c) Plot

    3 (10 kg/m2), (d) Plot 4 (20 kg/m2), (e) Plot 5 (45 kg/m2)

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    10/19

    7

    5. HASIL PENELITIAN

    A. Pengetahuan lokal terhadap degradasi dan rehabilitasi tanah

    Petani di Hausa mengenali perubahan kondisi tanah mereka dari hasil

    budidaya jawawut (Oyama 2009). Tanah di Hausa membagi sistem klasifikasi

    tanah menjadi 3 yaitu sebagai berikut :

    1)Kasa (Tanah dengan kandungan organik tinggi)

    0 3 cm (kasa taki), tanah kaya dengan struktur aggregat dan tingkat

    porositas yang tinggi, tingkat keasaman rendah dan mengandung

    banyak nutrisi tanah.

    3 12 cm (Kasa gara), tanah dengan ciri jumlah lubang rayap yang

    banyak dan kandungan nutrisi tanah yang buruk

    1230 cm (foko), merupakan lapisan tanah lempung yang padat

    2)Leso, merupakan tanah tipe kasa yang berubah menjadi leso setelah

    beberapa tahun digunakan untuk budidaya jawawut tanpa pemupukan.

    0 - 9 cm (leso), mempunyai struktur agregat tanah pasiran berwarna

    putih atau orange pucat dengan kandungan sedikit lempung dan lanau,

    mempunyai kandungan nutrisi tanah yang buruk.

    9 - 30 cm (foko), dibawah leso ditemukan lapisan tanah berwarna

    coklat kemerahan yang padat berpasir.

    3)Foko, setelah beberapa tahun tanah digunakan untuk budidaya tanpa

    pemeliharaan, maka akan terjadi erosi oleh angin dan air yang

    mengakibatkan erosi pada topsoil dan lapisan sedimen yang padat muncul,

    yang disebut sebagai Foko. Foko mempunyai kandungan pasir kuarsa

    (87,1%), Al2O3 (8,9%) dan keasaman tanah 1,6% dengan kandungan

    nutrisi yang sangat buruk

    0 - 5 cm (foko)

    10 - 30 cm (foko)

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    11/19

    8

    Menurut penduduk Hausa, tanah yang telah mengalami degradasi menjadi

    leso dan foko dapat dipulihkan dengan cara memberikan tambahan bahan

    buang sampah rumah tangga (taki)seperti sisa makanan ternak, batang pearl

    millet (jawawut), kotoran ternak bahkan sisa baju dan sandal vinyl bekas.

    Penduduk Hausa juga menyadari pentingnya aktivitas biologi dari rayap pada

    tanah (gara) dalam melakukan dekomposisi bahan buang sampah dan bahan

    organik terutama sisa tanaman dan kotoran ternak merupakan bahan yang

    disukai rayap.

    B.

    Masukan Sampah (refuse input) dan Pemulihan Produksi tanaman

    Plot 1 tanpa masukan sampah menunjukkan tidak memperlihatkan

    adanya perubahan ataupun pertumbuhan tanaman dalam 3 tahun. Plot 2diberi

    masukan sampah sebanyak 600 kg (5kg/m2) memiliki 16 spesies tanaman

    dengan berat 310g (25,83 kg / ha) setelah satu tahun (Tabel 2-1). Spesies

    tanaman yang dominan adalah bayam atau Amarantus spp. (8.00 kg / ha),

    Borreriaradiata dan B. stachydea (6,58 kg / ha), dan pearl millet atau

    Pennisetum glaucum (3,83 kg / ha). Setelah 2 tahun, tanaman berkurang

    menjadi 4 spesies dan pertumbuhan yang kecil, dengan berat 34 g (2,83 kg/ha)

    yaituDigitaria longiflora(1,25 kg / ha),B. radiatadanB. stachydea(0,67 kg /

    ha) danZornia glochidiata. Setelah 3 tahun, tidak ada pertumbuhan tanaman.

    Plot 3diberi masukan sampah sebanyak 1.200 kg (10kg / m 2), setelah

    satu tahun terdapat 16 spesies tanaman dengan berat 4.003 g (333,58 kg/ha).

    Spesies tanaman dominan adalah millet mutiara atau P. glaucum(241,08 kg /

    ha), Jaquemontia tamnifolia (50,83 kg / ha) dan Amaranthus spp (15,67kg /

    ha). Setelah 2 tahun, tersisa 12 spesies tanaman seberat 1.002 g (83,50 kg / ha)

    spesies yang dominan adalah Z. glochidiata (30,17 kg / ha), Polycarpacea

    linearifolia (14,33 kg / ha), dan D. Longiflora (12,25 kg/ha). Enam spesies

    tanaman, seperti P. Lineariflora (14,33 kg / ha), Gynandropsis gynandra (5.33

    kg / ha), B. Radiate dan B. Stachydea (4,92 kg/ha) dan Brachiaaria xantholeuca

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    12/19

    9

    (3,00 kg/ha) hanya terlihat pada tahun kedua saja. Pada tahun ke tiga hanya

    terdapat 3 species dengan berat 535 g (44,58 kg/ha) seperti Z. glochiata (36.92

    kg/ha), B. Radiata dan B. stachydea (5.83 kg/ha), serta Balanites aegyptiaca

    (1.83 kg/ha).

    Plot 4 diberi masukan sampah sebanyak 24.000 kg (20 kg/m2) memiliki

    banyak spesies tanaman yang tumbuh. Setelah satu tahun, terdapat 35 spesies

    dengan berat 59.547 g (4962,25 kg /ha). Spesies tanaman dominan yang millet

    mutiara (P. gluacum) seberat 4.257,17 kg/ha, Hibiscus sabdariffa(225,50 kg /

    ha), danB. radiatadanB. stachydea(166,08 kg/ha). Setelah dua tahun terdapat

    17 spesies dengan berat 37.903 g (3.158,58 kg/ha). Berat mutiara millet

    menurun menjadi 0,6% dari total di 18,33 kg/ha. Spesies tanaman yang

    dominan adalah B. radiata dan B. stachydea (1.235,83 kg/ha), H. bdariffa

    (785,25 kg/ha), dan Indigofera prieureana(595,83 kg/ha). Lima spesies yaitu

    B. aegyptiaca, Ipomoea vegan, Z. glochidiata, dan dua spesies yang tidak

    diketahu baru berkecambah setelah dua tahun. Setelah tiga tahun, spesies

    tanaman tersisa 16 spesies dengan berat 15.674 g (1.306,17 kg/ha). Di

    antaranya yang dominan yaitu B. radiata dan B. stachydea (714,25 kg/ha),

    Schizachyrium exile(231,25 kg/ha),I. priureana(173,50 kg/ha). Enam spesies

    tanaman (Cassia obtusifolia, Indigofera astragalina, Aristida mutabilis,

    Pennisetum pedicellatum, Gymnospria senegalensis, satu tidak diketahui) baru

    berkecambah setelah tiga tahun.

    Plot 5diberi masukan sampah sebanyak 5.400 kg (45 kg/m2) terdapat

    17 spesies tanaman dengan berat total 43.847 g (3.653,92 kg/ha) setelah satu

    tahun. Di antaranya, millet mutiara (3.496,42kg / ha), S. exile (51,00 kg/ha)

    dan B. radiatadan B. stachydea (38,08 kg/ha). Dua tahun kemudian, spesies

    tanaman dihitung dan terdapat 18 spesies dengan berat 10.800 g (900.00

    kg/ha). Berat mutiara millet menurun menjadi 7,2% dari total berat 64,58 kg /

    ha. Spesies tanaman yang dominan adalah I. preuriana (370,83 kg/ha), B.

    radiata danB. stachydea(128,50 kg/ha), dan S. exile(83,75 kg/ha). Sembilan

    spesies hanya terlihat setelah dua tahun yaitu I. preuriana, G. gynandra, D.

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    13/19

    10

    longiflora, Acanthospermum hispidum, Alysicarpus rugosus, Celosiatrigyna,

    Sesamum alatum, Cymbopogon giganteus, dan Tephrosia purpurea. Setelah

    tiga tahun, spesies tanaman menjadi 13 dengan berat 9.099 gr (758,25 kg/ha).

    Yang dominan adalah I.preuriana(211,08 kg/ha),B. radiata dan B. stachydea

    (197,92kg/ha), dan S.exile (119,50 kg/ha). Tidak ada mutiara millet terlihat

    setelah tiga tahun seperti dalam Plot 4. Setelah tiga tahun, tiga spesies baru

    berkecambah: Indigofera tinctoria, Brachiaria xantholeuca, dan Zornia

    glochidiata.

    Wawancara dengan penggembala Fulbe dan petani Hausa

    mengungkapkan bahwa Plot 2 dan 3 tidak memiliki cukup pertumbuhan

    tanaman karena menjadi lapangan penggembalaan, namun untuk pertumbuhan

    di Plot 4 dan 5 cukup sampai pada tahun ketiga setelah mendapat masukan

    sampah (refuse input). Ini berarti diperlukan setidaknya 20kg/m2 masukan

    sampah untuk pemulihan tanaman, dari sudut pandang dari penggembala dan

    petani.

    C.

    Masukan Sampah (refuse input) dan Pemulihan Tanah

    Tiga titik sampel pada sampah bersifat basa lemah dengan pH 8,6

    8,9 dan electrical conductivity (EC) 939 1.325 S/cm, kaya kandungan

    mineral garam dan berisi kandungan nitrogen, karbon dan fosfat yang tinggi.

    Pada bulan Agustus 2008 penelitian pada 5 plot dimulai dan diperoleh data

    mengenai kemampuan tanah untuk memulihkan dirinya, yaitu sebagai berikut :

    Plot 1 tidak diisi dengan Masukan Sampah (refuse input) sama sekali.

    Kategori kekerasan tanahnya adalah very hard, bersifat asam kuat dengan

    pH 4,5 dan EC rendah yaitu 41 88 S/cm, berisi sedikit kandungan

    garam, nitrogen, karbon dan fosfat. Sehingga tidak sesuai sebagai media

    bagi tanaman.

    Plot 2 berisi Masukan Sampah (refuse input) dengan ketebalan 0,51 cm.

    Setelah 7 bulan kemudian, tanah berisi beberapa kandungan organik dan

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    14/19

    11

    ditemui banyak lubang-lubang rayap. Setelah 36 bulan (3 tahun) kemudian

    dan mengalami erosi angin serta erosi air menghilangkan topsoil dan

    degradasi lahan pun berlanjut.

    Plot 3 berisi Masukan Sampah (refuse input) dengan ketebalan 1,5 cm.

    Setelah 7 bulan kemudian, tanah berisi kandungan organik, kandungan

    mineral garam, nitrogen, karbon dan fosfat yang tinggi. Tanah bersifat

    netral dengan pH 6,9. Tetapi setelah 2 tahun kemudian, terlihat penurunan

    kandungan organik dan degradasi lahan pun berlanjut.

    Plot 4 berisi Masukan Sampah (refuse input) dengan ketebalan 2 cm.

    Setelah 7 bulan kemudian, tanah berisi kandungan organik, kandungan

    mineral garam, nitrogen, karbon dan fosfat yang tinggi dan tanah bersifat

    netral dengan pH 7,6. Tetapi setelah 24 bulan (2 tahun) ditemukan erosi

    dan rayap pada dekomposisi kandungan organik dan penurunan

    kandungan organic, sehingga degradasi lahan pun berlanjut.

    Plot 5 berisi Masukan Sampah (refuse input) dengan ketebalan 4 cm.

    Setelah 7 bulan kemudian, tanah berisi kandungan organik, kandungan

    mineral garam, nitrogen, karbon dan fosfat yang tinggi dan tanah bersifat

    netral dengan pH 7,4. Karena volume Masukan Sampah (refuse input)

    yang diisi pada plot 5 ini banyak sehingga tiupan angin menjadi

    terperangkap dan terakumulasi dan ini mengakibatkan manure sand(foko

    raka dalam istilah Hausa atau berarti permukaan tanah yang mengalami

    degradasi) tidak berkurang secara drastis.

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    15/19

    12

    Gambar 2. Pertumbuhan tanaman setelah 2 tahun diberikan masukan sampah

    (Refuse Input) (August 2010): (a) Plot 1 (no refuse), (b) Plot 2 (5

    kg/m2), (c) Plot 3 (10 kg/m2), (d) Plot 4 (20 kg/m2), (e) Plot 5 (45

    kg/m2)

    D. Masukan Sampah (refuse input) dan kelembaban tanah

    Penulis membandingkan kelembaban tanah untuk 5 plot dengan atau

    tanpa tambahan Masukan Sampah (refuse input) pada kedalaman 5 cm. Pada

    plot 3,4,5 dengan tambahan Masukan Sampah (refuse input) lebih dari

    10kg/m2 kelembaban tanah lebih tinggi dibanding plot 1 tanpa tambahan

    Masukan Sampah (refuse input). Plot 2 dengan tambahan Masukan Sampah

    (refuse input) sebanyak 5 kg/m2 kelembaban tanah lebih rendah dari plot 1.

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    16/19

    13

    Jumlah tambahan Masukan Sampah (refuse input) yang tidak signifikan

    (5kg/m2) tidak akan menghasilkan infiltrasi kelembaban ke dalam tanah.

    Kecendrungan pola ini juga terjadi pada percobaan pada kedalaman 20 cm.

    Tambahan Masukan Sampah (refuse input) meningkatkan porositas tanah

    sejalan dengan aktivitas rayap yang mendukung infiltrasi air hujan dan

    menyimpannya dalam tanah.

    Peningkatan infiltrasi air akibat air hujan dianggap sama untuk setiap

    plot dan diukur sebelum hujan turun dan sesudah hujan berhenti. Dalam 3

    tahun pengamatan (2009, 2010 dan 2011) tanah ini tetap mengalami

    degradasi lahan saat musim penghujan. Tambahan Masukan Sampah (refuse

    input) 10kg/m2 dapat meningkatkan penyerapan air hujan tapi hanya untuk

    satu tahun karena curah hujan yang tidak sama, sehingga diperlukan

    pengamatan yang lebih detil. Tetapi menurut penulis berdasarkan

    pengamatannya tambahan Masukan Sampah (refuse input) 20kg/m2 dapat

    memberikan hasil yang baik dan memperlambat degradasi lahan.

    E.

    Diskusi

    1) Filosofi penggunaan Masukan Sampah urban (refuse input) untuk

    rehabilitasi lahan dan sistim pemeliharaan lahan

    Ada perbedaan pendapat antara para ilmuwan dan para petani mengenai

    keuntungan dari penggunaan bahan organik dan ide menggunakan

    sampah perkotaan (urban) oleh petani Hausa dalam rehabilitasi lahan.

    Perlu diketahui bahwa Hausa berada di area dengan iklim semiarid yang

    mempunyai iklimkering dan curah hujan yang tidak menentu sekitar 700

    mm pertahun. Masyarakat Hausa menyadari bahwa ladang mereka rentan

    terhadap degradasi lahan dan tidak berdiam diri menghadapi kondisi yang

    parah. Saat mereka menyadari kesuburan tanah menurun, mereka

    kemudian melakukan perjanjian dengan penggembala Fulbe dan

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    17/19

    14

    masyarakat nomaden Tuareg untuk tinggal di tanah mereka untuk

    mendapatkan keuntungan dari kotoran ternak Fulbe dan Tuareg.

    Namun pada tahun 1960an, dibuka jalan yang memperluas daerah selatan

    Nigeria dan pasar banyak dibuka sepanjang jalan yang dibangun. Hal ini

    menyebabkan siklus bahan organik di ladang masyarakat Hausa

    mengalami gangguan dan penurunan hasil ladang, walaupun mereka

    mendapatkan keuntungan karena dapat menjual hasil ladangnya.

    Tingkat pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang tinggi

    mempunyai dampak yaitu menghasilkan buang sampah yang tidak

    tertangani dengan baik sehingga menimbulkan dampak lain yaitu

    munculnya penyakit seperti tifus dan kolera, di lain pihak area pertanian

    tidak mendapat cukup bahan organik dan terjadi penurunan bahan hara

    pada tanah sehingga terjadi penurunan produksi pertanian. Penulis

    berpendapat bahwa permasalahan terletak pada adanya

    ketidakseimbangan dalam siklus bahan hara dan menyatakan bahwa

    masukan sampah merupakan suatu keuntungan yang dapat digunakan

    untuk memperbaiki penurunan kualitas tanah pertanian dan dapat

    dipergunakan sebagai bahan rehabiltasi dan pemeliharaan tanah.

    2) Kombinasi 7 efek dari masukan sampah perkotaan pada rehabilitasi lahan.

    Penelitian mengungkapkan bahwa masukan sampah urban pada lahan

    yang terdegradasi akan meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui 7

    faktor berikut :

    Bahwa tanah dengan tipe Arenosols rentan mengalami kerusakan akibat

    erosi air dan angin (Bleich and Hammer, 1996). Tetapi gundukan yang

    rendah dengan elevasi topografi yang datar akan membantu menahan

    pasir dan bahan organik yang ada. (1) Petani Hausa menggunakan sandal

    plastik, tas, panci dan pecahan piring untuk disebarkan pada ladang

    karena tidak mudah ter-dekomposisi dan dimakan rayap sehingga akan

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    18/19

    15

    menahan tanah dari tiupan angin lebih lama dibandingkan bahan organik.

    Selanjutnya Penulis mempertimbangkan efek dari aktivitas rayap (2) yang

    disebabkan oleh masukan sampah yang menghasilkan perlindungan bagi

    bahan organik yang terkosentrasi dan rayap juga meningkatkan sejumlah

    kecil bahan lanau dan lempung dan mencampurnya dengan pasir yang

    tertiup angin. Lubang kecil (3) yang dihasilkan rayap membuat air hujan

    dapat masuk dan mengisi lapisan-lapisan sedimen tanah dan terbentuk

    struktur aggregat tanah (4) yang menghasilkan gundukan-gundukan yang

    porous dan menjadi media bagi akar tanaman, serta mengandung oksigen

    dan lembab sehingga tanaman dapat tumbuh. Sampah urban dan kotoran

    ternak bersifat netral sampai basa (5) dan dapat menertalkan keasaman

    tanah yang mengalami degradasi, menambah nutrisi pada tanah (6) dan

    sampah urban mengandung banyak benih dari bahan yang dapat dimakan

    (7) termasuk Pearl millet, Hibiscus subdarefa, Balanites egyptiaca, and

    tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak.

    Gambar 3. Tujuh efek dari masukan sampah perkotaan dalam upaya rehabilitasi

    tanah dan penggurunan ( desertification).

  • 7/23/2019 Review Jurnal Konservasi

    19/19

    16

    6. KESIMPULAN

    Jurnal ini menggambarkan secara detil hasil percobaan selama 3 tahun untukmengidentifikasi perubahan tanah dan regenerasi tanaman yang tumbuh.

    Percobaan memperlihatkan bahwa sampah urban dapat digunakan untuk

    mempersiapkan tanah untuk selanjutnya digunakan sebagai ladang millet

    (Jawawut). Namun tanah dan pertumbuhan tanaman dapat menjadi buruk setelah

    beberapa tahun berikutnya karena penipisan sumber hara melalui aktivitas rayap,

    penggembalaan oleh manusia dan erosi baik oleh air dan angin, sehingga untuk

    menjaga produktivitas tanaman dan kualitas tanah diperlukan masukan sampah

    yang terus menerus untuk mengimbangi penipisan nutrisi tanah.