10
RINGKASAN MATERI Pati alami telah diakui paling sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sediaan tablet, yaitu sebagai pengisi, diluen dan disintegran (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006). Pati alami masih memiliki kekurangan seperti daya kompresibilitas dan laju alir yang kurang baik, serta tidak dapat mengembang di dalam air dingin (Anwar, Khotimah dan Yanuar, 2006a) sehingga pati perlu dimodifikasi baik secara fisika, kimia maupun kombinasi keduanya untuk menghasilkan sifat fungsional yang diinginkan (Manoi dan Rivzi, 2010). Pragelatinisasi merupakan salah satu modifikasi fisik. Pragelatinisasi pati dibuat melalui proses yang melibatkan air dan panas untuk memecah semua atau sebagian granul kemudian dikeringkan, menghasilkan pragelatinisasi pati sempurna dan sebagian (Wadchararat, Thongngam dan Naivikul, 2006). Pragelatinisasi pati memiliki kekurangan bila digunakan sebagai eksipien farmasi secara luas, seperti sifat kekuatan gel yang kurang dan dapat mengalami retrogradasi yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya sineresis, sehingga pada penelitian ini pragelatinisasi pati singkong perlu dimodifikasi lebih lanjut (Anwar, Khotimah dan Yanuar, 2006a). Modifikasi kimia terhadap pragelatinisasi pati singkong dipilih, untuk meningkatkan sifat sifat fungsionalnya agar dapat dimanfaatkan secara luas Eksipien merupakan zat tambahan, selain zat aktif, yang digunakan dalam suatu formulasi sediaan farmasi selama proses pembuatan sediaan untuk tujuan tertentu yang diinginkan. Sumber eksipien dapat berasal dari bahan alami, semi-sintetis dan sintetis. Berbeda dengan zat aktif, keberadaan eksipien dalam suatu formula sediaan meskipun dalam jumlah kecil dapat mempengaruhi sifat dari produk tersebut secara signifikan. Eksipien yang digunakan harus memiliki sifat inert (tidak bereaksi dengan bahan lain yang ada di dalam formulasi), tidak memiliki efek farmakologis dan tidak toksik (Voigt, 1995). Eksipien juga digunakan untuk membentuk sediaan yang diinginkan baik sediaan padat (solid), cair (liquid), setengah padat (semisolid), pembentukan film (penutup luka/wound dressing, penyalut) dan lain-lain (Katdare dan Mahesh, 2006). Eksipien di dalam formula tablet memerlukan beberapa kriteria bahan untuk dapat dibuat menjadi tablet baik dengan cara cetak langsung, granulasi kering maupun granulasi basah. Sifat yang

Review Kolokium

Embed Size (px)

DESCRIPTION

f

Citation preview

RINGKASAN MATERIPati alami telah diakui paling sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sediaan tablet, yaitu sebagai pengisi, diluen dan disintegran (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006). Pati alami masih memiliki kekurangan seperti daya kompresibilitas dan laju alir yang kurang baik, serta tidak dapat mengembang di dalam air dingin (Anwar, Khotimah dan Yanuar, 2006a) sehingga pati perlu dimodifikasi baik secara fisika, kimia maupun kombinasi keduanya untuk menghasilkan sifat fungsional yang diinginkan (Manoi dan Rivzi, 2010).Pragelatinisasi merupakan salah satu modifikasi fisik. Pragelatinisasi pati dibuat melalui proses yang melibatkan air dan panas untuk memecah semua atau sebagian granul kemudian dikeringkan, menghasilkan pragelatinisasi pati sempurna dan sebagian (Wadchararat, Thongngam dan Naivikul, 2006). Pragelatinisasi pati memiliki kekurangan bila digunakan sebagai eksipien farmasi secara luas, seperti sifat kekuatan gel yang kurang dan dapat mengalami retrogradasi yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya sineresis, sehingga pada penelitian ini pragelatinisasi pati singkong perlu dimodifikasi lebih lanjut (Anwar, Khotimah dan Yanuar, 2006a). Modifikasi kimia terhadap pragelatinisasi pati singkong dipilih, untuk meningkatkan sifat sifat fungsionalnya agar dapat dimanfaatkan secara luasEksipien merupakan zat tambahan, selain zat aktif, yang digunakan dalam suatu formulasi sediaan farmasi selama proses pembuatan sediaan untuk tujuan tertentu yang diinginkan. Sumber eksipien dapat berasal dari bahan alami, semi-sintetis dan sintetis. Berbeda dengan zat aktif, keberadaan eksipien dalam suatu formula sediaan meskipun dalam jumlah kecil dapat mempengaruhi sifat dari produk tersebut secara signifikan. Eksipien yang digunakan harus memiliki sifat inert (tidak bereaksi dengan bahan lain yang ada di dalam formulasi), tidak memiliki efek farmakologis dan tidak toksik (Voigt, 1995). Eksipien juga digunakan untuk membentuk sediaan yang diinginkan baik sediaan padat (solid), cair (liquid), setengah padat (semisolid), pembentukan film (penutup luka/wound dressing, penyalut) dan lain-lain (Katdare dan Mahesh, 2006). Eksipien di dalam formula tablet memerlukan beberapa kriteria bahan untuk dapat dibuat menjadi tablet baik dengan cara cetak langsung, granulasi kering maupun granulasi basah. Sifat yang dibutuhkan tersebut antara lain laju alir, indeks kompresibilitas dan sudut istirahat yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh acuan resmi yang digunakan dalam teknologi farmasi. Laju alir bahan dibutuhkan agar massa tablet dapat mengalir melalui mesin untuk masuk ke dalam cetakan. Massa tablet yang memiliki laju alir yang baik akan menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam (Yihong, Yisheng dan Geoff, 2009). Laju alir suatu bahan dapat ditingkatkan dengan menambahkan glidan dalam formula tablet bila laju alir bahan tersebut kurang baik. Sifat lain yang dibutuhkan dalam pembuatan tablet adalah kemampuan untuk dapat dikempa (kompresibilitas). Kompresibilitas yang baik dibutuhkan oleh massa tablet untuk dapat membentuk massa yang stabil dan kompak saat dikempa (Aulton, 1988). Jika suatu eksipien memiliki indeks kompresibilitas dan laju alir yang baik maka dapat digunakan sebagai eksipien pembuatan tablet dengan metode cetak langsung. Jika eksipien memiliki indeks kompresibilitas dan laju alir yang buruk maka eksipien tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi kering atau basah.Sifat fungsional suatu eksipien yang juga diperlukan pada sediaan padat adalah kemampuan eksipien tersebut untuk membentuk film yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyalut, baik salut film (film coating) maupun salut gula (sugar coating). Di samping itu, film tersebut juga dapat digunakan sebagai film penutup luka (wound dressing) untuk sediaan topikal. Sifat mekanik film yang perlu diketahui antara lain elongasi film, kuat tarik (tensile strength) film dan modulus elastis (Modulus Young) film. Elongasi adalah kemampuan film untuk dapat bertambah panjang, biasanya dinyatakan dalam persen elongasi. Kuat tarik (tensile strength) film merupakan gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan film atau sampai terjadinya perubahan secara permanen. Modulus Young (modulus elastis) merupakan parameter yang menggambarkan elastisitas suatu bahan (Bauer, Lehmann, Osterwald, Rothgang, 1998). Eksipien tidak hanya digunakan dalam formula tablet konvensional tetapi eksipien juga digunakan dalam tablet dengan pelepasan zat aktif yang diperluas, seperti sustained release atau controlled release. Kedua sediaan tersebut memerlukan eksipien dengan sifat kekuatan gel (gel strength) yang relatif cukup baik untuk dapat menahan pelepasan obat. Pati merupakan karbohidrat yang terdapat dalam bentuk granular di dalam organisme tanaman. Pati disimpan dalam biji (beras, gandum, jagung), umbi (kentang), akar (singkong, ubi, pati garut) dan empulur berwarna (sagu) pada tanaman. Secara mikroskopis terlihat bahwa pati terdiri dari granul kecil, putih, berdiameter antara 2-100 m. Bentuk dan ukuran dari granul bervariasi pada setiap jenis pati. Granul pati tidak larut dalam air pada suhu di bawah 50oC. Saat suspensi pati dipanaskan pada suhu kritis, granul menyerap air dan mengembang. Suhu kritis ini disebut sebagai suhu gelatinisasi. Suhu gelatinisasi berbeda-beda bergantung pada jenis pati.Unit glukosa (Gambar 2.1) dalam molekul pati mengandung gugus hidroksil primer yang terikat pada atom karbon nomor 6 dan gugus hidroksil sekunder yang terikat pada atom karbon nomor 2 dan 3. Secara teoritis atom karbon yang paling reaktif adalah nomor 6 karena merupakan alkohol primer. Pati mengandung dua macam polimer glukosa yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa (Gambar 2.2) merupakan polimer linier yang mengandung lebih dari 6000 unit glukosa yang terhubung oleh ikatan (1,4).Amilopektin (Gambar 2.3) memiliki struktur yang sangat bercabang dan mengandung sedikit rantai amilosa. Ikatan pada rantai utama adalah (1,4), sedangkan pada ikatan cabang adalah (1,6).Pati memiliki sifat tidak berasa, tidak berbau, berwarna putih dan memiliki bentuk dan ukuran granul yang bervariasi bergantung jenis tanaman dari pati tersebut. Pati tidak larut dalam air dingin dan etanol (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006). Pati tidak larut dalam air dibawah suhu gelatinisasinya. Pada saat suspensi pati dipanaskan, granul akan mulai tergelatinisasi dan diikuti oleh granul lainnya sehingga suhu gelatinisasi biasanya dinyatakan dalam kisaran suhu. Dispersi pati retrogradasi yang menggambarkan terjadinya perubahan fisik setelah gelatinisasi. Retrogradasi merupakan perubahan dari bentuk terlarut, terdispersi, bentuk amorf menjadi bentuk yang tidak larut, beragregasi atau membentuk kristal. Jika larutan pati dibiarkan dalam jangka waktu panjang maka akan berawan dan membentuk endapan putih (Swinkles, 1985). Retrogradasi pati yang tergelatinisasi merupakan proses reorganisasi yang melibatkan amilosa dan amilopektin dimana proses retrogradasi dengan amilosa lebih cepat dibandingkan dengan amilopektin. Retrogradasi terdiri dari dua tahap. Tahap pertama dan merupakan tahap yang paling cepat yaitu terbentuknya kristal dari amilosa yang teretrogradasi. Tahap kedua yaitu berubahnya bentuk struktur dari amilopektin. Selama retrogradasi, interaksi molekuler yang terjadi (terutama ikatan hidrogen di antara rantai pati), bergantung waktu dan temperatur. Retrogradasi akan menyebabkan ketidakstabilan pada dipsersi pati (Cui, 2005). Retrogradasi dari dispersi pati dapat menyebabkan beberapa kondisidiantaranya, terbentuknya endapan dan terjadinya sineresis (Swinkles, 1985). Retrogradasi merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, jenis pati, konsentrasi pati, struktur amilosa dan amilopektin, perbandingan antara amilosa dan amilopektin, temperatur, jangka waktu penyimpanan, pH, prosedur pendinginan dan adanya senyawa lain. Modifikasi struktur baik dengan modifikasi fisik maupun kimia dapat mengubah proses retrogradasi (Swinkles, 1985). Suhu gelatinisasi pati singkong antara 68-92 oC. Modifikasi Pati Pati memiliki kekurangan di dalam penggunaannya dalam bidang industri secara luas seperti tidak larut di dalam air, dapat mengalami retrogradasi yang akan menyebabkan keluarnya air dari produk pati atau sineresis (Cui, 2005). Modifikasi pati dapat dilakukan dengan modifikasi fisik, kimia, dan enzimatik. Modifikasi pati bertujuan untuk mengubah struktur pati, meningkatkan stabilitas granul pati selama proses pembuatan dan memperluas penggunaan pati dalam berbagai bidang industri

KARAKTERISTIK TUMBUHAN JALAWURETumbuhan Jalawure (Tacca Leontopetaloides) berasal dari Famili Taccaceae, yang secara alamiah tumbuh liar di pesisir pantai, khususnya di Pantai Garut Selatan. Tumbuhan Jalawure berupa terna tegak (perdu) dengan tinggi antara 1,5-2,0 meter, serta tidak berkayu dan bercabang. Tangkai daun melekat pada batang berbentuk segi lima. Tumbuhan Jalwure berbunga/berbiji dan berakar serabut berbentuk umbi. Jalawure berkembang biak melalui vegetatif (umbi) dan reproduktif (biji).Standardisasi amilosa dilakukan untuk mendapatkan kurva standar yang menunjukkan hubungan antara nilai penyerapan cahaya dengan konsentrasi amilosa. 40 mg tepung kentang (labu 100 ml) + 1 ml etanol 95% + 9 ml NaOH 1 N, dipanaskan 10 menit, ad aquadest 100 ml. Bwt seri pengenceran 2,4,6,8,12,16 ppm, + 1 ml as.asetat 1 N + 2ml iod 2% ad 100 ml. Diukur d 620 nm.Pengukuran amilosa100 mg tepung kentang (labu 100 ml) + 1 ml etanol 95% + 9 ml NaOH 1 N, dipanaskan 10 menit, ad aquadest 100 ml. Ambil 5 ml masukan dalam labo 100 ml,+ air 60 ml + 1 ml as.asetat 1 N + 2ml iod 2% ad 100 ml. Dikocok dan diamkan 20 menit. 620 nm

Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) yang menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot jantung, sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.Amlodipine diabsorpsi secara bertahap pada pemberian per oral. Konsentrasi puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 6-12 jam. Bioavailabilitas amlodipine sekitar 64-90%, dan tidak dipengaruhi makanan. Ikatan dengan protein plasma sekitar 93%.

Waktu paruh amlodipine sekitar 30-50 jam, dan kadar mantap dalam plasma dicapai setelah 7-8 hari.Amlodipine dimetabolisme di hati secara luas (sekitar 90%) dan diubah menjadi metabolit inaktif, dengan 10% bentuk awal serta 60% metabolit diekskresi melalui urin.

Pola farmakokinetik amlodipine tidak berubah secara bermakna pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, sehingga tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis.

Pasien usia lanjut dan pasien dengan gangguan fungsi hati didapatkan peningkatan AUC sekitar 40-60%, sehingga diperlukan pengurangan dosis pada awal terapi.Contoh Pertanyaan 1. Pengaruh laju alir terhadap sudut istirhat?Pada umumnya partikel yang lebih besar dan berbentuk bulat cenderung memiliki laju alir yang baik karna semakin kasar partikel maka daya kohesi nya menurun. Dengan daya kohesi yang menurun oleh karna itu pada saat granul dialirkan melalui corong, granul akan mengalir dan menyebar membentuk timbunan yang lebih rendah. Karna pati pregelatinasi ini telah melalui proses pemanasan dimana dengan adanya pemanasan akan mengurangi sifat kohesi nya sehingga granul akan mengalir dan menyebar membentuk timbunan yang lebih rendah.2. Mengapa dengan adanya panas dapat menurunkan kohesi?Karna dengan adanya pemanasan, air yang yang terkandung dalam pati akan menguap sehingga kadar airnya menurun, semakin turun kadar air maka daya lekatnya semakin menurun dan daya tarik partikel sejenisnya menurun pula.3. Pengaruh laju alir pada kompresibilitas?Partikel yang lebih besar dan bentuk bulat akan mengalir dengan baik dan mengisi ruang kosong pada cetakan, sedangkan partikel yang lebih kecil / halus cenderung mengalir bergerak tak beraturan sehingga terdapat ruang kosong yang akan mempengaruhi nilai kompresibilitas.4. Hubungan kelarutan dan disolusi?Semakin cepat suatu zat aktif melarut pada tempat absorbsinya maka zat aktif tersebut semakin cepat tersdisolusi.5. Hubungan WH dan disolusi?Semakin cepat tablet hancur maka semakin cepat tablet tersebut melepaskan zat aktif dan melarut pada tempat absorbsi dan terdisolusi.6. Mengapa pakai pati pregelatinasi?Karna pada umumnya paati memiliki laju alir kurang baik dan cenderung tidak mengalir, oleh karna itu pati dimodifikasi dnga pregelatinasi untuk memperbesar ukurn partikel dan memperbaiki laju alir.7. Kenapa tidak menggunakan modifikasi kimia?Modifikasi ini dimaksudkan untuk mendapat sifat fusngsional yang diinginkan, karna pati memliki laju alir yang buruk maka untuk memperbaikinya metode yang tepat dengan pregelatinasi karna ukuran partikel menjadi lebih besar dan laju alir menjadi lebih baik. Sedangkan modifikasi kimia untuk mengembangkan sifat fungsional lebih lanjut, seperti dengan esterifikasi senyawa fosfat, pada saat tablet kontak dengan media akan membentuk massa kental sehingga media sulit berpeneterasi masuk ke dlm pori tablet sehingga dapat menahan pelepasan zat aktif.8. Mengapa menggunakan jalawure?Karna sampai saat ini penggunaan jalawure ini hanya sebatas bahan pangan, sedangkan dalam dunia farmasi khususnya formulasi tablet belum ditemukan.9. Mengapa melakukan variasi suhu dan pemanasan ?Karna pati pregelatinasi yang baik akan terbentuk dengan perbandingan air dan pati serta penggunaan suhu yang tepat.10. Mengapa menggunakan 40,60, dan 80 %?Karna pada awalnya membuat konsetrasi 10 % b/v dan dihasilkan pati pregelatin yang sedikit, dan terdapat air yang tidak terserap oleh pati secara sempurna karna jumlah pati yang sedikit sehingga setelah proses pemanasan diperoleh pati pregelatin yang sedikit dan adanya massa pati yang menyerap air tdk sempurna yang mengering dan melekan pada loyang (seperti lempengan2). Oleh karna itu dibuat variasi konsentrasi untuk melihat pada konsentrasi berapa pembuatanpati pregelatinasi yang baik.

11. Mengapa harus 50 80 celcius?Karna suhu gelatinasi pati pada umumnya berkisar pada 50-70.. oleh karna itu dibuat variasi suhu untuk melihat melihat pengaruh suhu pemanasan pada suhu terendah dan suhu tertinggi. Semakin tinggi suhu pemanasan maka granul pati akan mengembang dengan cepat dan akan menyerap air dengan jumlah banyak dan menyebabkan seluruh granul pati pecah. Pati pregelatinasi dengan menggunakan suhu 80 C, terbentuk pati yang sangat keras karena tingginya suhu pemanasan, ini sesuai dengan lieteratur bahwa pati tidak tahan terhadap pemanasan di atas 70 C. Oleh karena itu pati pregelatinasi dengan suhu 80 C tidak dapat dilakukan evaluasi.12. Mengapa menggunakan amlodipine?Amlodipine disini hanya diaplikasikan sebagai model obat, keuntungan nya amlodipine memiliki efek yang panjang sehingga penggunaannya cukup sehari 1x.13. Bioavaliabilitas amlodipine, t ?Bioavailabilitas amlodipine sekitar 64-90%, dan tidak dipengaruhi makanan. Ikatan dengan protein plasma sekitar 93%. Waktu paruh amlodipine sekitar 30-50 jam, dan kadar mantap dalam plasma dicapai setelah 7-8 hari.Amlodipine dimetabolisme di hati secara luas (sekitar 90%) dan diubah menjadi metabolit inaktif, dengan 10% bentuk awal serta 60% metabolit diekskresi melalui urin.14. Metode ektraksi pati?Dengan ektraksi dengan perendaman dan pengendapan.15. Mengapa kekerasan beragam?seharusnya semakin banyak konsentrasi pati pregelatinasi jalawure maka tablet yang dihasilkan semakin keras, hal ini dikarenakan pada saat pencetakan tablet, semakin kuat tekanan yang diberikan menyebabkan tablet menjadi caping oleh karena itu tekanan punch diatur sedemikian rupa agar menghasilkan tablet yang baik.16. Pengaruh konsentrasi pati terhadap WH?semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka waktu hancurnya semakin cepat. Hal ini dikarenakan pati pregelatinasi jalawure memiliki kandungan amilosa, dimana mekanisme amilosa sebagai penghancur ini adalah menjaga adanya sistem pori-pori pada tablet, pori-pori ini mengakibatkan peneterasi air yang cepat pada saat tablet kontak dengan air, sehingga tablet akan mengembang dan akhirnya tablet hancur.17. Pengaruh konsetrasi terhadap disolusi?Semakin tinggi konsentrasi pati pregelatinasi jalawure yang digunakan maka semakin cepat pelepasan zat aktifnya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi pati pregelatinasi jalawure, maka tablet semakin bersifat hidrofilik yang merupakan sifat umum dari pati. Sifat hidrofilik ini menyebabkan ketika tablet kontak dengan air maka air akan masuk ke dalam tablet melalui pori-pori tablet. Dan menyebabkan tablet mengembang dan hancur kemudian tablet akan mulai untuk melepaskan zat aktif. Uji disolusi sangat berkaitan dengan kelarutan dari zat aktif, dimana semakin cepat kelarutan zat aktif maka semakin cepat laju disolusinya.

18. Kenapa menggunakan dapar ph 6,8?Karna amlodipine bersifat basa karna merupakan alkaloid mengandung gugus N, dan juga amlodipine merupakan BCS kelas 1. Kelarutan tinggi dan permebilitas tinggi.19. BCS?Sistem klasifikasi biofarmasetika yang mengukur permeabilitas dan kelarutan suatu zat aktif.20. Tujuan BCS?u/ meningkatkan efisiensi pengembangan obat, u/ merekomendasikan metode pembuatan berdasarkan kelarutan dan permeabilitas.21. Uji disolusi terbanding?Uji bioekivalensi invitro, uji pendahuluan sebelum dilakukan uji bioekivalensi in vivo. Uji pendahuluan untuk memprediksi BaBe suatu produk.22. Prosedur UDT? Sebelum dilakukan UDT, terlebih dahulu dilakukan keseragaman kandungan kadar produk uji dengan prduk pembanding (tdk boleh lbih dr 5%) shg apabila trjadi perbedaan profil disolusi bukan karna prbedaan dosis obat.2 tablet (tablet uji, tablet pembanding). Dilakukan 12 unit. Waktu 10,15,30,45 dan 60 menit, alat tipe 2, 50 rpm. Pada 3 media, dapar sitrat pH 4,5, dapar pospat pH 6,8 dan dapar Hcl pH 1,2. Dikatakan mirip jika dalam 3 media Q> 85% dalam 15 menit. Jika tidak, hitung dengan f2 (50-100 = Mirip).LSC Q 15 > 85%LC Q 30 > 85%Imediet Release Q 45 > 75%23. Apa itu BaBe?Ba, kecepatan dan jumlah zat aktif yang terlepas dari sediaanya masuk ke dlm sirkulasi sistemik dalam keadaan aktif/utuh.Be, uji Ba komparatif untuk menunjukan bioekivalensi antara produk uji dan produk pembanding.24. 2 produk dikatakan bioekivalen jika?Mempunyai ekvalensi farmasetik (mgd zat aktif yg sama) dan alternatif farmasetik ( zat aktif sama, sediaan berbeda).

Konformasi C1 dari unit glukopiranosa dan semua grup hidroksil sekunder terletak pada salah satu dari dua ujung cincin dan pada ujung yang lain terdapat semua grup hidroksil primer, dengan demikian kedua ujung rongga siklodekstrin masing-masing dibatasi oleh atom hidrogen dan ikatan glikosidaGlikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.Ikatan glikosida terjadi dari kondensasi gugus hidroksil dua molekul monosakarida, yaitu berasal dari gugus hidroksil dari atom Carbon yang pertama dengan salah satu gugus hidroksil pada atom karbon nomor 2, 4, atau 6, yang berasal dari monosakarida yang kedua.