46
PENYAKIT JANTUNG REMATIK I. PENDAHULUAN Penyakit jantung reumatik ( PJR ) adalah komplikasi yang paling serius dari demam rematik. Demam rematik akut terjadi pada 0,3% kasus faringitis oleh Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A (SGA) pada anak. Sebanyak 39% dari pasien dengan demam rematik akut akan berkembang menjadi pankarditis dengan berbagai derajat disertai insufisiensi katup, gagal jantung, perikarditis, dan bahkan kematian. Pada penyakit jantung rematik kronik, pasien dapat mengalami stenosis katup dengan berbagai derajat regurgitasi, dilatasi atrium, aritmia, dan disfungsi ventrikel. 1 Demam rematik dan penyakit jantung rematik hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang. Munculnya kembali demam rematik di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat juga telah menekankan kembali perlunya pengertian yang lebih baik dari patogenesisnya, sehingga cara-cara kesehatan masyarakat dan cara-cara pencegahan lain dapat lebih efektif. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai definisi, etiologi, faktor resiko, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari penyakit jantung reumatik. 1

Rheumatic Heart Disease

  • Upload
    aj-ja

  • View
    24

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

PENYAKIT JANTUNG REMATIKI. PENDAHULUANPenyakit jantung reumatik ( PJR ) adalah komplikasi yang paling serius dari demam rematik. Demam rematik akut terjadi pada 0,3% kasus faringitis oleh Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A (SGA) pada anak. Sebanyak 39% dari pasien dengan demam rematik akut akan berkembang menjadi pankarditis dengan berbagai derajat disertai insufisiensi katup, gagal jantung, perikarditis, dan bahkan kematian. Pada penyakit jantung rematik kronik, pasien dapat mengalami stenosis katup dengan berbagai derajat regurgitasi, dilatasi atrium, aritmia, dan disfungsi ventrikel.1Demam rematik dan penyakit jantung rematik hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang. Munculnya kembali demam rematik di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat juga telah menekankan kembali perlunya pengertian yang lebih baik dari patogenesisnya, sehingga cara-cara kesehatan masyarakat dan cara-cara pencegahan lain dapat lebih efektif. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai definisi, etiologi, faktor resiko, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari penyakit jantung reumatik.II. DEFINISIPenyakit jantung rematik adalah cacat jantung akibat demam rematik.Demam rematik adalah suatu penyakit peradangan yang berkembang sebagai suatu komplikasi dari suatu infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A di faring yang tidak mendapatkan pengobatan atau mendapatkan pengobatan yang kurang adekuat.

III. ETIOLOGIStreptococcus merupakan bakteri gram-positif berbentuk bulat, yang mempunyai karakteristik dapat membentuk pasang atau rantai selama pertumbuhannya. B. Klasifikasi 2a. Morfologi koloni dan reaksi hemolitik pada media darah agarAlfa hemolisis menyebabkan lisis sebagian, Beta hemolisis menyebabkan lisis komplit disekitar koloni sel eritrosit, sedangkan terdapat pula non-hemolitik. b. Substansi grup spesifik ( Lancefield )Didasarkan pada asam basa atau ekstrak enzim mengandung substansi kabohidrat grup spesifik. Di kelompokkan dalam: grup A-H dan K-Uc. Kapsul polisakaridaSpesifitas antigenik pada polisakarida kapsul untuk mengklasifikasikan S.pneumoniae menjadi 84 jenis dan untuk mengelompokkan bakteri streptococcus grup B.d. Reaksi biokimia.

C. Toksin dan Enzim2Lebih dari 20 produk ekstraselular yang antigenik termasuk dalam grup A diantaranya adalah sebagai berikut : a. Streptokinase ( Fibrinolisin ) dihasilkan oleh banyak strain pada bakteri streptococcu beta hemolitik grup A, mengakibatkan perubahan bentuk plasminogen pada plasma menjadi plasmin yang merupakan enzim proteolitik yang mengurai fibrin dan protein lain.b. Streptodornase : dapat melakukan depolimerisasi DNA.c. Hyaluronidase : dapat memecah asam hialuronat yang merupakan substansi dasar pada jaringan ikat, dengan tujuan menyebarkan mikroorganisme penyebab infeksi. Hyaluronidase bersifat antigenik dan spesifik untuk setiap bakteri atau sumber jaringan.d. Eksositosin piogenik : dihasilkan oleh bakteri streptococcus grup A. Terdapat tiga jenis antigen berbeda dari streptococal pyogenic exotoxin : A,B, dan C. Eksotoksin A dihasilkan dari streptococcus grup A yang membawa fase lisogenik dan merupakan supra antigen. e. Disphosphopyridine nucleotidase : kemampuan untuk mematikan leukosit.f. Hemolisin : proses hemolisis sel darah merah secara in vitro padap berbagai tingkatan. Kerusakan sempurna pada eritrosit disertai dengan terlepasnya hemoglobin disebut dengan beta hemolisis. Sedang lisisnya eritrosit yang tidak lengkap dengan susunan pigmen hijau disebut alfa hemolisis S.pyogenes hemolitik grup A menghasilkan dua hemolisin ( streptolisin), yaitu : Streptolisin O : merupakan suatu protein dengan BM 60.000 yang dapat menghemolisis secara aktif dalam keadaan tereduksi, namun secara cepat tidak aktif bila terdapat oksigen. Streptolisin O berkombinasi secara kuantitatif dengan antistreptolisin O yaitu suatu antibodi yang muncul dalam infeksi berkelanjutan pada tubuh manusia dnegan beberapa streptococcus yang memproduksi streptolisin O. Streptolisin S : suatu bahan yang kurang berperan dalam menyebabkan timbulnya daerah hemolitik disekeliling koloni bakteri streptococus yang tumbuh pada permukaan media lempeng agar darah. Tidak bersifat antigenik.

IV. EPIDEMIOLOGI Baik pada negara maju dan negara berkembang, faringitis dan infeksi kulit (impetigo) adalah infeksi yang paling sering disebabkan oleh grup A streptococci, yang merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan faringitis, dengan insidens puncak pada anak usia 5-15 tahun. Faringitis streptokokal jarang terjadi pada 3 tahun pertama kehidupan dan diantara orang tua. Diperkirakan sebagian besar anak-anak mengalami 1 episode faringitis per tahun, dimana 15-20% disebabkan oleh grup A streptococcus dan hampir 80% oleh virus patogen. 3

Pada tahun 1994 diperikirakan 12 juta individu menderita demam rematik dan penyakit jantung rematik di seluruh dunia, dengan sekurangnya 3 juta menderita gagal jantung dan memerlukan perawatan di rumah sakit berulang. Sebagian besar individu dengan gagal jantung memerlukan bedah katup jantung dalam 5-10 tahun. Mortality rate pada 100,000 populasi bervariasi dari 1,8 di regio WHO Amerika sampai 7,6 di WHO Asia Tenggara. Dan untuk DALYs ( Disability-adjusted life years ) kehilangan diperkirakan 2,47 per 100,000 poupulasi di WHO Amerika Serikat sampai 173,4 per 100,000 populasi pada WHO Regio Asia Tenggara.3Demam rematik jarang terjadi sebelum usia 5 tahun dan setelah usia 25 tahun, paling banyak ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Insidens tertinggi terdapat pada anak usia 5-15 tahun dan di negara tidak berkembang atau sedang berkembang dimana antibiotik tidak secara rutin digunakan untuk pengobatan faringitis.1 Penyakit jantung rematik (PJR), adalah penyebab terutama mitral stenosis dengan 60% mitral stenosis murni dengan riwayat demam rematik akut. Dengan insidens terjadi lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki (2:1). Pada negara berkembang, penyakit ini memiliki periode laten 20-40 tahun sampai beberapa dekade untuk gejala penyakit ini memerlukan intervensi bedah. Pada gejala yang terbatas 0-15% survival rate tanpa terapi. Diperkirakan seperlima dari pasien dengan penyakit jatung postreumatik memiliki insufisensi murni, 45% memiliki stenosis dengan insufisiensi, 34% murni stenosis, dan 20% murni insufisiensi.

V. PATOFISIOLOGI Demam rematik akut adalah penyakit akut inflamasi multisistim yang timbul terlambat (beberapa minggu) merupakan suatu komplikasi non-supuratif dari faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus hemolitikus grup A( SGA ).1,3 Penyakit ini ditandai oleh keterlibatan jantung, sendi, sistim saraf pusat, jaringan subkutan dan kulit. Selain jantung, yang lainnya hanya terlibat sementara dan ringan.1Konsekuensi terpenting dari demam rematik adalah deformitas kronik katup jatung dengan karakter utama pembentuk penyakit katup fibrotik (biasanya mitral stenosis) yang menyebabkan disfungsi permanen dan berat terkadang fatal dan menimbulkan masalah jantung dekade selanjutnya.Demam rematik akutTerdapat 2 teori dari terjadinya demam rematik yang pertama adalah sitotoksik dan teori imunologi4. Teori sitotoksik menduga toksin dari SGA terlibat dalam patogeneins demam rematik akut dan PJR. SGA memproduksi beberapa enzim yang sitotoksik terhadap sel jantung mamalia, seperti streptolisin O, yang memiliki efek sitotoksik langsung pada sel mamalia pada kultur jaringan. Namun demikian salah satu maslah utama adalah hipotesis sitotoksik tidak dapat menjelaskan periode laten diantara faringitis SGA dan onset dari demam rematik akut.Patogenesis yang dimediasi imun pada demam rematik akut dan PJR diduga adanya reaksi silang antara komponen SGA dan sel mamalia.5 Diperkirakan terjadi reaksi silang oleh karena adanya kemiripan molekul (molekul mimikri) antara protein M ( subtipe 1,3,5,14,18,19 dan 24 )3 dari SGA dengan antigen glikoprotein jantung, sendi dan jaringan lainnya.1 Penyakit Jantung Rematik (PJR)M protein pada SGA ( M1,M5,M6, dan M19 ) bereaksi silang dengan glikoprotein pada jantung seperti miosin dan tropomiosin, dan endotelium katup.3Antibodi antimiosin mengenali laminin, sebuah matriks ekstraseluler alfa-heliks koil protein yang merupakan bagian dari struktur membran katup. Katup yang paling sering terkena secara urutan mulai dari yang tersering adalah mitral, aorta, trikuspid, dan pulmonal. Dalam banyak kasus katup mitral diikuti 1 atau 3 katup lainnya. 5Sel T yang responsif terhadap protein M menginfiltrasi katup melewati endotelium katup diaktivasi oleh ikatan antistreptokokal kabohidrat dengan pelepasan TNF dan Interleukin.1 Selama demam rematik akut fokal inflamasi ditemukan pada berbagai jaringan yang terutama dapat dibedakan di dalam jantung yang disebut badan Aschoff. Badan Aschoff ini terdiri dari fokus-fokus eosinofil yang menelan kolagen dikelilingi limfosit, terutama sel T terkadang plasma sel dan makrofag besar yang disebut sel Anitschkow, yang merupakan patognomonik dari demam rematik. Sel yang berbeda ini memiliki sitoplasma yang berlimpah dan nuklei sentral bulat-panjang dimana kromatin ditengah, ramping, seperti pita bergelombang yang disebut caterpillar cell. 4,5Selama fase akut, inflamasi difus dan badan Aschoff dapat ditemukan pada ketiga lapisan dari jantung, perikardium, miokardium dan endokardium yang disebut sebagai pankarditis.Pada perikardium, inflamasi diikuti oleh eksudat fibirinous atau serofibrinous sehingga diistilahkan perikarditis bread and butter yang biasanya akan bersih tanpa sekule. Pada miokarditis, badan Aschoff tersebar luas pada jaringan intersitial dan sering juga perivaskular. Keterlibatan terus menerus endokardium dan katup sisi kiri oleh fokus-fokus inflamasi menghasilkan nekrosis fibrinoid didalam cusps atau sepanjang korda tendinae dimana terletak vegetasi kecil berukuan 1-2 mm yang disebut veruka di sepanjang garis penutupan. Proyeksi iregular seperti kutil ini mungkin timbul dari presipitasi fibrin pada daerah erosi, berhubungan dengan inflamasi yang terjadi dan degenrasi kolagen dan menyebabakan gangguan kecil fungsi jantung. 4Lesi sub endokardial, mungkin akan eksaserbasi oleh regurgitasi jets yang memulai penebalan iregular disebut plak MacCallum biasanya pada atrium kiri. PJR kronik memiliki karakter inflamasi akut dan subsekuen fibrosis. Dalam partikel kecil, daun katup menjadi mebeal dan retraksi menyebabkan deformitas permaen. Perubahan anatomi utamanya pada katup mitral atau trikuspid adalah penebalan daun katup, fusi komisural dan pemendekan, serta penebalan dan fusi dari korda tendinae, membentuk seperti mulut ikan ( fish-mouth defromity). Pada penyakit kronis, katup mitral selalu abnormal, tetapi keterlibatan katup lain seperi aorta mungkin secara klinis adalah yang paling penting. 4,5Secara mikroskopis terdapat fibrosis difus dan sering terdapat neovaskularisasi yang mengurangi lapisan awal dan susunan daun katup avaskular. Badan Aschoff digantikan oleh jaringan parut fibrosis sehingga bentuk diagnostik dari lesi ini jarang ditemukan pada spesimen jaringan autopsi dari pasien dengan PJR kronik. 4,5

Gambar II.1.Penyakit Jantung Rematik Akut dan Kronik4

*Keterangan Gambar II.1 PJR Akut dan Kronik. Gambar A. Mitral valvulitis reumatik akut bertumpang tindih dengan PJR kronik. Veruka terlihat sepanjang garis penutupan daun katup mitral (lihat tanda panah). Episode valvulitis sebelumnya menyebabkan penebalan fibrous dan fusi korda tendinae. Gambar B. Tampilan mikroskop dari badan Aschoff pada pasien dengan karditis rematik akut. Intersitium miokardium memiliki banyak sel inflamasi mononuklear meliputi beberapa histiosit yang besar dengan nukleoli prominen dan histiosis binuklear prominen dan sentral nekrosis. Gambar C dan D mitral stenosis dengan penebalan fibrous difu dan distorsi daun katup, fusi komisural ( lihat tanda panah) dan penebalan pemendekan korda tendinae. Dilatasi nyata dari atrium kiri terlihat pada atrium kiri. Gambar D Katup terbuka. Adanya neovaskularisasi pada anterior daun katup mitral (tanda panah). Gambar E spesimen dari aorta stenosis reumatik, memperlihatkan penebalan dan distorsi dari cusps dengan fusi komisural. 4,5

PJR kronik secara keseluruhan adalah penyebab tersering dari stenosis mitral ( 99% kasus ). Dengan adanya mitral stenosis, atrium kiri berdilatasi secara progresif dan mungkin terdapat trombus mural pada tepi atau sepanjang dinding. Kongestif paru yang lama memulai perubahan vaskular paru dan perubahan parenkimal dan menuju kepada hipertrofi ventrikel kanan. 4,5

VI. MANIFESTASI KLINIS1. Manifestasi Jantung dari Demam Rematik Akut4,5Pankarditis adalah komplikasi yang paling serius dan komplikasi kedua tersering dari demam rematik akut ( 50% ). Dalam kasus yang berat, pasien mengeluhkan kesulitan bernafas (dispnea), nyeri dada ringan sampai sedang, nyeri dada pleuritik, edema, batuk, atau ortopnea. Pada pemeriksaan fisik, kardiris terutama dideteksi dengan adanya murmur baru dan takikardia diluar proporsi demam. Murmur baru atau berubah harus disadari untuk diagnostik valvulitis rematikBeberapa kardiologis menganjurkan pemeriksaan echo-Doppler untuk pembuktian insufisiensi mitral, bersamaan dengan aorta insufisiensi, mungkin cukup untuk diagnosis karditis (walaupun tanpa adanya penemuaan pada auskultasi). Manifestasi lain dari jantung dapat meliputi gagal jantung dan perikarditisMurmur baru atau berubahMurmur pada demam rematik akut secara tipikal dikarenakan insufisiensi katup. Murmur berikut ini adalah yang paling sering ditemukan selama demam rematik akut :a. Murmur pansistolik apikal : bernada tinggi, murmur dengan blowing quality dari mitral regurgitasi yang beradiasi ke aksila kiri. Tidak dipengaruhi oleh respirasi dan posisi dengan intensitas bervariasi tetapi grade 2/6 atau lebih besar. Mitral insufisiensi berhubungan dengan disfungsi katup, korda dan muskulus papilarisb. Murmur diastolik apikal ( Carey-Coombs murmur ) : didengar pada karditis aktif dan mitra insufisiensi yang berat. Mekanisme murmur ini ada mitral stenosis ketika volume yang banya dari aliran regurgitasi melewati katup mitral selama pengisian ventrikel. Terdengar paling baik dengan stetoskop bell, dengan posisi pasien lateral kiri dan menahan nafas selama ekspirasic. Murmur diastolik basal : diastolik awal (early diastolic) murmur dari regurgitasi aorta, bernada tinggi, blowing, decrescendo dan terdengan paling baik sepanjang kanan atas dan kiri tengan garis sternal setelah ekspirasi dalam dengan pasien duduk badan maju ke depan.Gagal Jantung KongestifGagal jantung kongestif dapat terjadi sekunder akibat insufisiensi katup yang berat atau miokarditis. Pada pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan gagal jantung meliputi takipnea, ortopnea, distensi vena jugularis, rales, hepatomegali, ritme galop, edema dan pembengkakan ekstremitas. PerikarditisPada pemeriksaan fisik adanya adanya perikardial friction rub mengindikasinya adanya perikarditis. Perkusi menjadi semakin redup pada jantung dan suara jantung yang bergumam, konsisten dengan edusi pericardial.

2. Manfestasi Jantung dari Penyakit Jantung Rematik KronikDeformitas katup, tromboembolisme, anemia hemolitik jantung, dan aritmia artium adalah manifestasi yang paling sering dari PJR kronik. Mitral insufisiensi Gejala fisik bergantung kepada derajat keparahan, pada penyakit ringan, tanda gagal jantung tidak terlihat, prekordium tenang dan pada auskultasi terdapat holosistolik murmur yang menjalar ke aksila6. Pada mitral insufisiensi berat, tanda dari gagal jatung dapat terlihat, jatung membesar, dengan impuls ventrikel kiri apikal yang berat tidak jarang terdapat thrill sistolik apikal. Suara jantung ke-2 mungkin mengeras pada hipertensi pulmonal, bunyi jantung ketiga biasanya menonjol. Terdengar holosistolik murmur, serta murmur pendek mid-diastolik yang bergemuruh. Mitral stetonisPasien dengan lesi minimal tidak memiliki gejala. Derajat yang lebih berat dari obstruksi, berhubungan dengan intolerasi kegiatan dan dispnea. Pada lesi kritis dapat terjadi ortopnea, PND , edema pulmonal dan aritmia atrial. Ketika hipertensi pulmonal telah terbentuk, terjadi dilatasi ventrikel kanan yang menghasilkan insufisiensi triskupid fungsional, hepatomegali, ascites, dan edema. Dapat terjadi hemoptysis sebagai penyebab dari rupturnya vena bronkial atau pleurohilar. Dapat terjadi peningkatan JVP ( Jugular Vena Pressure ), penyakit katup trikuspid atau hipertensi pulmonal berat pada penyakit yang berat. Pada penyakit yang ringan, ukuran hati normal, walaupun demkian kardiomegali sedang biasa terjadi pada mitral stenosis berat. Pembesaran jantung dapat menjadi masif ketika fibrilasi atrial dan gagal jantung terjadi tidak terduga.Pada palpasi dapat teraba pengangkatan ventrikel kanan pada garis parasternal kanan ketika tekanan pulmonal meningkat. Prinsip penemuan auskultasi : bunyi jantung 1 yang keras tetapi dapat berkurang sejalan dengan penebalan katup, dan pembukaan katup (opening snap) dari katup mitral dan mumur diastolik mitral yang panjang, bernada rendah dan rumbling pada presistolik meningkat pada apeks. Murmur diastolik mitral dapat absen pada pasien dengan gagal jantung. Holosistolik murmur dari insufisiensi trikuspid dapat terdengar.Dengan adanya hipertensi pulmonal, komponen pulmonal dari bunyi jantung ke-2 mengeras. Terjadi pada 25% pasien dengan PJR kronik dan berasosiasi dengan mitral insufisiensi pada 40% lainnya. Fibrosis progresif (penebalan dan kalsifikasi dari katup) terjadi dari waktu ke waktu menyebabkan pembesaran atrium kiri dan pembentukan trombi mural pada ruang ini. Stetonis aorta5Stenosis aorta dari PJR kronik secara tipikal berhubungan dengan aorta insufisiensi. Komisura katup dan cusps menjadi melekat dan bersatu, lubang katup menjadi kecil dengan bentuk bulat atau segitiga. Pada auskultasi S2 terdengar sendiri karena daun katup aorta yang imobile dan tidak memproduksi suara penutupan aorta. Murmur sistolik dan diastolik dari stenosis aorta dan insufisiensi terdengar paling baik pada bagian bawah jantung.Insufisiensi Aorta4Pada PJR kronik aorta insufisiensi, sklerosis dari katup aorta hasil dari distorsi dan retraksi dari cusps. Kombinasi dengan mitral insufisiensi lebih sering terjadi daripada keterlibatan aorta sendiri. Gejala biasanya tidak terjadi kecuali berat. Volume sekuncup yang besar dan kontraksi ventrikel kiri yang kuat dapat menghasilkan palpitasi, terjadi intoleransi panas dan keringat berlebih berelasi dengan vasodilatasi. Dispnea dapat berkembang menjadi ortopnea, edema pulmonal. Angina dapa di cetuskan oleh aktivitas yang berat. Serangan malam dengan keringat, takikardia, nyeri dada dan hipertensi dapat terjadi.Pada pemeriksaan fisik, pulse pressure lebar, tekanan darah sistolik meninggi dan diastolik merendah. Pada insufisensi aorta berat terjadi pembesaran ventrikel kiri. Thril diastolik mungkin ada. Murmur tipikal mulai segera dengan suara jantung ke-2 dan berlanjut sampai akhir diastol yang terdengar pada garis sternal atas dan kiritengah menjalar ke apeks dan daerah aorta. Murmurnya bernada tinggi, blowing, dan mudah didengar pada ekspirasi penuh dengan posisi pasien condong ke depan. Murmur ejeksi sistolik sering terjadi karena peningkatan stroke volume. Murmur presistolik apikal (Austin Flint murmur) menandakan mitral stenosis terkadang terdengan sebagai hasil dari regurgitasi besar dari aliran aorta yang menghalangi mitral membuka sepenuhnya. 4Tromboembolisme terjadi sebagai komplikasi mitral stenosis yang lebih sering terjadi ketika atirum kiri berdilatasi, penurunan curah jantung, dan pasien mengalami fibrilasi atrial.5 Anemia hemotilik jantung terjadi berkaitan dengan gangguan eritrosit oleh katup yang berubah bentuk, meningkatkan destruk dan pergantian oleh trombosit mungkin terjadi.5VII. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. Pemeriksaan Laboratorium 1. Kultur tenggorok5,6Penemuan SGA pada kultur tenggorok biasanya negatif pada saat gejala demam rematik atau PJR terlihat.organisme harus di isolasi sebelum terapi antibiotik inisiasi.

2. Tes deteksi cepat antigenTes ini memungkinkan deteksi cepat antigen SGA dan memungkinkan diagnosis faringitis streptokokal dan inisiasi terapi antibiotik ketika pasien masih berada di ruang periksa. Karena spesifitasnya lebih dari 95% tetapi sensitivitasnya hanya 60-90%, kultur tenggorok harus dilakukan menambahkan hasil tes ini.

3. Antibodi AntistreptococcalGejala klinis demam rematik dimulai saat antibodi berada pada tingkat puncaknya, oleh karena itu, tes antibodi antistreptococcal berguna untuk mengkonfirmasi infeksi SGA sebelumnya. Peningkatan antibodi sangat berguna terutama untuk pasien dengan gejala klinis yang ada hanya chorea. Titer antibbodi harus di cek interval 2 minggu untuk mendeteksi kenaikan. Tes antibodi terhadap ekstraselular antistreptococcal yang paling sering adalah antistreptolisin O ( ASO ), antideoxyribonuklease (DNAse) B, antihyaluronidase, antistreptokinase, antistreptococcal esterase dan anti-DNA. Tes antibodi untu komponen selular antigen SGA meliputi antistreptococcal polisaccharida, antiteichoic acid antibodi, dan anti M-protein antibodi. Secara umum, rasio antibodi terhadap antigen ekstraselular streptococcal meningkat selama bulan pertama setelah terinfeksi dan setelah itu menurun dalam 3-6 bulan sebelum kembali ke kadar normal setelah 6-12 tahun. ASO memiliki titer puncak 2-3 minggu setelah onset demam rematik dengan sensitivitas tes ini 80-85%. Anti DNAse B sedikit lebih sensitif (90%) untuk mendeteksi demam rematik atau glomerulonefritis akut. Antihyaluronidase biasanya abnormal pada pasien demam rematik dengan titer ASO normal dan meningkat lebih awal dan bertahan lebih lama dari peningkatan titer ASO selama demam rematik.4. Reaktan Fase AkutC-reactive protein (CRP) dan laju endap darah meningkat pada demam rematik dikarenakan inflamasi yang merupakan natur dari penyakit. Memiliki sensitivitas yang tinggi tetapi spesifsitas yang rendah.

5. Heart reactive antibodiesTropomiosin meningkat selama demam rematik akut.

B. Pemeriksaan Pencitraan5,61. Rontgen Thoraks4Pada insufisiensi mitral, foto thoraks dapat dilihat pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri, kongesti pembuluh darah perihilar yang adalah tanda dari hipertensi vena pulmonalis dapat juga terlihat. Kalsifikasi mitral jarang terjadi pada anak kecil. Pada mitral stenosis, lesi sedang atau berat, pada foto thoraks didapatkan pembesaran atirum kiri dan pembesaran arteri pulmonalis dan ruang jantung kanan, perfusi pada bagian apikal paru-paru yang lebih banyakPada insufisiensi aorta, didapatkan pembesaran ventrikel kiri dan aorta. 2. Doppler-echocardiogramPada PJR akut, Doppler-echocardiography mengidentifikasi dan menghitung insufisiensi katup dan disfungsi ventrikel. Studi di Kamboja dan Mozambique memperlihatkan peningkatan 10 kali prevalensi PJR ketika ekokardiografi digunakan untuk screening klinis dibandingkan dengan penemuan klinis saja.6 Pada karditis ringan, Doppler membuktikan adanya mitral regurgitasi yang ada selama fase akut penyakit yang menghilang dalam minggu sampai bulan. Tetapi pasien dengan karditis sedang hingga berat memiliki mitral dan atau aorta regurgitasi persistenPenemuan penting pada ekokardiografi dari mitral regurgitasi dari valvulitis akut reumatik adalah dilatasi anula, elongasi dari korda tendinae menuju daun katup anterior dan mitral regurgitasi jet mengarah posteriorlateralSelama demam rematik akut, ventrikel kiri menjadi sering dilatasi dengan ejeksi fraksi yang normal atau memendek. Oleh karena itu, beberapa kardiologis mempercayai insufisiensi katup dari endokarditis adalah penyebab dominan dari gagal jantung pada demam rematik akut daripada disfungsi miokardium, yang disebabkan miokarditis. Pada PJR kronik, ekokardiografi digunakan untuk melihat perkembangan progresivitas dari stenosis katup dan membantu penentuan waktu intervensi bedah. Daun katup yang terkena menjadi tebal secara difus, dengan fusi komisura dan korda tendinae. Terjadinya peningkatan densitas echo dari katup mitral menandakan kalsifikasi. Gambar berikut memperlihatkan jet insufisiensi sistolik mitral tipikal dilihat pada PJR

Gambar II.3 Insufisiensi Mitral LV=left ventricle; LA=left atrium; Ao=aorta; RV=right ventricle6

Dilihat dari parasternal long-axis, memperlihatkan jet insufisiensi sistolik mitral pada PJR, jet biru memanjang dari ventrikel kiri menuju atrium kiri. Jet ini secara tipikal mengarah ke dinding lateral dan posterior. Gambar dibawah ini memperlihatkan jet insufisiensi diastolik aorta tipikal dilihat pada PJR.

Gambar II.4 Insufisiensi Aorta LV=left ventricle; LA=left atrium; Ao=aorta; RV=right ventricle6

Dilihat dari parasternal long-axis, memperlihatkan jet insufisiensi diastolik aorta pada PJR, jet merah memanjang dari aorta menuju ventrikel kiri. World Heart Federation telah mempublikasikan guideline untuk mengidentifikasi individual dengan PJR tanpa riwayat yang jelas dari demam rematik akut. Berdasarkan pencitraan 2 dimesi dan pulsed-color Doppler, pasien dikategorikan kedalam PJR definit, PJR borderline, dan normal. Untuk pasien anak (didefinisikan usia