Upload
rimayunike
View
66
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dokep
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tugas dan tanggungung jawab perawat adalah melakukan
pendokumentasian mengenai intervensi yang telah dilakuan, akan tetapi akhir-
akhir ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi sudah berubah,
akibatnya isi dan fokus dokumentasi telah di modifikasi.
Dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum. Sedangkan proses pendokumentasian adalah kegiatan
mencatat atau merekam peristiwa baik dari objek maupun pemberi jasa yang
dianggap penting atau berharga
Dokumentasi keperawatan merupakan rangkaian penting dalam asuhan
keperawatan. Perkembangan keperawatan belum menunjukan arah yang
signifikan tentang perlunya pendokumentasian yang aplikatif dalam jenjang
pelayanan kesenjangan antara idealisme keperawatan dengan praktik pada
lapangan masih menjadi kendala bagi terbentuknya profesionalisme dalam
keperawatan, sehingga diperlukan inovasi baru untuk mempersempit
kesenjangan yang ada melalui berbagai kajian dan penelitian terhadap sistem
dokumentasian keperawatan yang benar-benar dapat diterapkan tanpa
meninggalkan kaidah keilmuan yang ada. Dokumentasi dapat dijadikan sarana
komunikasi antara petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan
klien.
Perawat memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah terhadap
petunjuk terhadap teknik pencatatan yang sistematis dan mudah diterapka,
agar tercapai catatan keperawatan yang akurat dan informasi yang bermanfaat.
B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum2. Tujuan Khusus
C. Metode PenulisanD. Ruang LingkupE. Sistematika Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dokumentasi Keperawatan Pediatrik
Peran perawat pediatrik adalah berfokus dalam membantu anak-anak dalam
memperoleh tingkat kesehatan yang optimal. Anak-anak mengalami masalah
pelayanan kesehatan yang unik, tergantung pada tingkat pertumbuhan dan
tingkat perkembangan mereka. Penyebab kematian pada bulan pertama
kehidupan meliputi abnormali kongenital dan sindrom distress pernapasan.
Pada anak-anak yang berusia antara 1 sampai 9 tahun, penyebab utama
kematian adalah cedera tidak sengaja, seperti kecelakaan kendaraan bermotor,
tenggelam, luka bakar, dan jatuh.
Perawat pediatrik di unit perawatan akut tidak hanya bekerja dengan anak-
anak tetapi juga dengan keluarga. Konsep pelayanan kesehatan yang berpusat
pada keluarga sebagai hal yang harus dipertimbangkan. Perawat pediatrik
harus mengkaji kesehatan anak dan keluarganya. Asuhan keperawatan
memberikan upaya dengan memasukan rutinitas keluarga untuk mendukung
unit keluarga secara lebih baik.
B. Faktor-Faktor dalam Merawat Klien Pediatrik
Pasien pediatrik merupakan tantangan khusus bagi perawat. Banyak klien
pediatrik yang tidak dapat mengkomunikasikan kebutuhannya atau
mengungkapkan rasa nyeri. Perawat harus sangat sensitif terhadap bentuk-
bentuk komunikasi non verbal, seperti tangisan, posisi tubuh, dan kontak
mata. Ketidakmampuan bayi untuk berkomunikasi membuat perawat harus
mengantisipasi kebutuhan anak.
Secara fisiologis anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak
menunjukan laju metabolisme yang lebih cepat. Rentang tanda-tanda vital
berubah sejalan dengan kematangan anak. Bayi menunjukan frekuensi jantung
dan pernapasan yang lebih cepat, serta tekanan arteri yang lebih rendah.
Kebutuhan cairan terutama bayi lebih sedikit. Meskipun kebutuhan
cairan sehari-hari anak-anak lebih besar/ kg berat badan, tetapi jumlah cairan
yang dibutuhkannya lebih sedikit daripada yang diperlukan orang dewasa.
Pemberian cairan yang berlebihan perlu dihindari melalui pemantauan dan
dokumentasi asupan cairan yang cermat.
Di unit keperawatan pediatrik kesalahan pemberian obat dapat mengancam
kehidupan anak. Dosis standar pediatrik tidak ada dan pada pediatrik fungsi
sistem tubuh yang belum matur sehingga dapat mengubah farmakokinetik
obat. Gangguan keseimbangan asam dan basa atau elektrolit dan dehidrasi
dapat mengubah efek obat. Karena perubahan ini terjadi pada populasi
pediatrik, pemantauan anak-anak terhadap reaksi yang merugikan merupakan
tanggung jawab keperawatan kritis.
C. Berkomunikasi dengan Anak dan Keluarga
Karena keluarga bertindak sebagai sistem pendukung anak, mereka harus
diberlakukan sebagai satu kesatuan. Untuk itu, menciptakan komunikasi
dengan semua anggota keluarga merupakan hal yang esensial. Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang jelas , konsisten dan sering. Membentuk
hubungan dengan keluarga harus berdasarkan pada kekhawatiran tentang anak
dan sistem pendukungnya.
Wawancara awal adalah alat untuk membentuk hubungan profesional dengan
keluarga. Strategi berikut ini dapat digunakan untuk
mempermudah pengambilan riwayat keperawatan dan membuat hubungan
traupeutik dengan keluarga. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1. Sebelum interaksi tentukan siapa yang akan diwawancarai, tentukan perlu
tidaknya anak diwawancarai secara terpisah. Pilih tempat yang tenang dan
pribadi untuk melakukan wawancara. Hal ini memastikan bahwa
wawancara merupakan satu-satunya fokus perhatian selama interaksi ini
berlangsung.
2. Mulai wawancara dengan memperkenalkan diri perawat pada anak dan
keluarga.
3. Jelaskan alasan dan lamanya wawancara, serta dapatkan izin verbal untuk
melanjutkan.
4. Gunakan teknik pertanyaan terbuka untuk mengarahkan fokus dari sesi
tersebut. Pertanyaan tertutup dapat digunakan untuk memperoleh
informasi spesifik.
5. Libatkan anak dengan pertanyaan yang sesuai usia untuk menunjukan
ketertarikan pada anak, berikan aktivitas yang tenang pada anak untuk
menyibukkan dirinya semantara pengasuhnya diwawancarai.
6. Gunakan teknik berkomunikasi teraupetik (misal teknik diam) dan
mendengarkan aktif.
7. Tunjukan empati, ketulusan ,dan perhatian untuk membentuk rasa percaya.
8. Observasi petunjuk-petunjuk non verbal, seperti ekspresi wajah, postur
tubuh, dan keenganan untuk menjawab pertanyaan.
Berkomunikasi dengan anak harus mencerminkan tingkat perkembangan
mereka, berikut pedoman untuk berkomunikasi dengan anak-anak:
1. Usia 0 – 1 tahun
- Gendong, timang , dan bicara dengan bayi, terutama ketika ia sedang
marah atau ketakutan.
- Gunakan suara yang lembut dan pelan.
- Dekati bayi dengan perlahan dan hindari gerakan yang menakutkan.
2. Usia 2-5 tahun
- Berikan instruksi yang singkat dan jelas
- Izinkan anak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
- Bersikap jujur dan beri tahu anak jika prosedur itu menyakitkan.
3. Usia 6-12 tahun
- Libatkan anak dalam diskusi bersama orang tua .
- Beri kesempatan pada anak untuk berpartisipasi melalui bermain
peran atau mendongeng
- Izinkan anak untuk memilih hadiah yang ingin diterimanya setelah
pelaksanaan prosedur.
4. Remaja
- Beri kesempatan untuk mewawancarai anak tanpa kehadiran orang tua.
- Perhatikan sikap yang tidak menghakimi.
- Gunakan pertanyaan terbuka dan teknik pengulangan.
Perawat yang merawat pasien pediatrik diharapkan memiliki standar
perawatan dan keterampilan yang lebih tinggi karena pasien lebih mudah
memerlukan banyak perhatian, karena pasien-pasien ini tidak bisa
menjaga diri sendiri, maka mereka mengandalakan perawat untuk
mengantisipasi, mendeteksi, mendokumentasikan dan bahkan
mengkomunikasikan tanda-tanda samar penyakit yang mengancam atau
menyebabkan penyakit.
5. Statute Pembatasan
Statute pembatasan ditangguhkan untuk warga Negara yang masih sangat
muda (anak-anak) sampai mereka dewasa dan kemudian statute
pembatasan dewasa mulai berlaku. Untuk alasan itu, seorang anak berusia
dua tahun yang cedra di bawah perawatan anda memiliki waktu 20 tahun
sampai ia dapat menuntut anda, yaitu pada usia 16 tahun sampai ia
mencapai usia 18 tahun dan 2 sampai 4 tahun atau lebih untuk periode
pembatasan. Periode leabilitas ini melibatkan pasien pediatrik yang
menekankan perlunya dokumentasi menyeluruh. Lebih jauh lagi
sekalipun tuntutan sudah diajukan, pemeriksaan pengadilan tidak dapat
dilakukan selam 2-5 tahun.
Sekalipun orang tua pasien mengajukan tuntutan ketika anaknya masih
kecil, pengadilan umumnnya menunda pemeriksaan sampai
anak mencapai tahap usia perkembangan neurologisnya dapat di
evaluasi. Sebagai contoh , pada satu kasus , pengadilan memilih untuk
menunda pemeriksaan terhadap perawat yang menginjeksi bayi baru lahir
dengan ampisilin yang dilarutkan dengan kalium klorida, menyebabkan
kerusakan otak permanen sampai anak mencapai usia 7 tahun dan dapat
mejalani evaluasi neuropsikologis lengkap.
D. Dokumentasi Strategi Pertahanan Untuk Meminimalkan Resiko Hukum
Untuk merencanakan asuhan keperawatan anak, riwayat keperawatan harus
diperoleh terlebih dahulu. Hal ini sudah sering berhasil diselesaikan pada
kunjungan awal anak dan keluarga. Meskipun alat pengkajian masuk pediatrik
sering dirancang dalam format yang sama dengan format orang dewasa,
bagian tertentu seperti masalah, perkembangan , dan psikososial harus di
eksplorasi lebih dalam.
Alat pengkajian pediatrik berisi riwayat kesehatan, pengkajian fisik dan
psikososial serta bagian yang berkaitan dengan rutinitas harian, diet,
perkembangan motorik dan sensorik, serta kebutuhan penyuluhan atau
pemulangan.
Informasi yang harus didokumentasikan dalam riwayat kesehatan pediatrik
meliputi laporan detail tentang alasan utama (keluhan utama) mencari
pelayanan kesehatan. Perawat harus mendokumentasikan kutipan langsung
dari anggota keluarga atau anak yang memberi informasi. Hospitalisasi
sebelumnya dan strategi koping anak harus disesuaikan. Perawat harus
mencatat apakah kondisi terakhir anak konsisten dengan riwayat atau tingkat
perkembangan anak. Bagian riwayat penyakit sebelumnya juga dapat memberi
informasi yang dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan adanya
kelainan atau penganiyayaan.
Selain itu, riwayat medis masa lampau memerlukan informasi yang terperinci.
Area topik sering mencakup riwayat kelahiran, riwayat diet, imunisasi, dan
tahapan perkembangan. Informasi yang juga harus dikumpulkan adalah
tentang perawatan prenatal ibu, persalinan dan kelahiran, kondisi bayi baru
lahir dan adanya masalah perinatal. Harus didapatkan juga informasi yang
berkaitan dengan obat-obatan yang di berikan pada anak-anak. Metode yang
digunakan dalam pemberian obat tersebut juga merupakan hal yang penting
dalam merencanakan asuhan keperawatan yang tepat. Harus
didokumentasikan juga alergi terhadap obat dan produk darah.
Riwayat diet harus mencakup data yang berkaitan dengan alergi dan
tercapainya usia ketika terjadi peristiwa penting tentang pemberian makanan,
seperti pengenalan terhadap makanan padat. Masalah aktual atau potensial,
seperti gagal tumbuh atau anemia difisiensi besi, dapat diketahui melalui
informasi yang di peroleh dari riwayat diet yang mendetail. Pilihan makanan
juga merupakann hal penting ketika merencanakan diet. Formula bayi harus
dicatat jika bayi mendapatkan makanan botol, termasuk juga gaya makan dan
frekuensinya. Catatan imunisasi menunjukan mendapat atau tidak nya anak
imunisasi terkini, alasan penundaan imunisasi harus digali dari orang tua.
Informasi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangn merupakan
bagian penting tentang riwayat masa lalu anak. Usia pada tahap perkembangan
yang penting dilalui harus didapat dari orang tua, seperti control kepala
merangkak berjalan dan berbicara. Masalah keselamatan sepeti kebutuhan
akan kotak bayi yang aman atau jaket pengaman, harus didiskusikan bersama
orang tua untuk meminimalkan kemungkinan cedera.
Di unit rumah sakit tempat pengkajian anak dilakukan harus mempunyai
daftar tahapan perkembangan yang berdasarkan usia, untuk melakukan
skrining kelambatan perkembangan. Harus dieksplorasi juga kebiasaan-
kebiasaan anak seperti pola tidur, toilet training, menghisap ibu jari. Informasi
ini bisa saja penting untuk keselamatan anak di lingkungan perawatan
akut atau dapat juga memberi kesempatan pada perawat untuk melakukan
penyuluhan kesehatan dan bimbingan antisipasi. Rutinitas anak dirumah juga
dibahas untuk mempermudah transisi dari lingkungan rumah ke lingkungan
rumah sakit. Mainan-mainan spesial atau benda-benda yang memberikan rasa
aman pada anak, saudara kandung atau teman merupakan topik lain
yang harus dibahas pada saat pasien masuk. Semua ruang dalam format
pengkajian riwayat keperawatan harus dilengkapi. Jika ada informasi yang
hilang atau tidak didapat , perawat harus menuliskan alasannya
Berikut ini adalah informasi yang harus di dokumentasikan pada saat pasien
pediatrik masuk rumah sakit:
1. Nama anggota kelurga yang ada dan hubungannya dengan anak.
2. Orientasi keluarga di ruang rawat (misal letak telepon, jam berkunjung
serta lokasi dapur dan kafeterian rumah sakit), di kamar anak (misal bel
panggil dan penghalang tempat tidur).
3. Pemakaian gelang identitas.
4. Penjelasan rutinitas unit, termasuk waktu makan , waktu tidur.
5. Pengisian format riwayat keperawatan.
6. Berat badan dan usia anak serta adanya alergi terhadap makanan atau
obat.
7. Pengkajian detail terhadap kondisi anak pada saat masuk.
8. Tanda-tanda vital dan pengukuran pertumbuahan (misalnya tinggi atau
panjang badan dan lingkar kepala).
9. Materi tertulis yang diberikan kepada keluarga.
10. Respon anak dan keluarga terhadap proses penerimaan dan orientasi.
11. Temuan dari keluarga berkaitan dengan hasil pemeriksaan laboratorium,
kebutuhan diet dan prosedur.
12. Alasan penghapusan informasi dari daftar riwayat masuk.
13. Nomor telepon orang yang dapat dihubungi jika terjadi kegawatan.
14. Mainan spesial yang digunakan anak.
E. Alat Dokumentasi yang Digunakan di Lingkungan Pediatrik
Lembar alur mudah diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan unik di lingkungan
pelayanan kesehatan, oleh karena itu format itu juga dapat di sesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan populasi pediatrik. Format-format tersebut sangat
berguna dalam situasi ketika pemantauan yang sering merupakan hal yang
esensial. Lembar atau aktivitas sering digunakan di lingkunga pediatrik.
Aktivitas seperti makan, hygiene , dan status pernapasan seperti neurologis
dipantau secara periodik menggunakan lembar tersebut.
Jenis lembar alur lain yang digunakan di lingkungan pediatrik adalah lembar
alur khusus , yang berfokus pada satu area perawatan utama contoh dari alir
khusus ini adalah “ comprehensive bone marrow transplant documentation
tool” yang dibuat oleh Tesno (1995) dan digunakan di St. Louis Children’s
Hospita. Alat ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan dokumentasi pada saat
pasien transpantasi sumsum tulang di hospitalisasi. Topik yang tercantum
dalam format tersebut khusus untuk pasien transplantasi dan meliputi
pengkajian perawatan mulut , perawatan jalur sentral , dan riwayat perirektal.
F. Masalah Dokumentasi Kritis di Lingkungan Pediatrik
1. Penggunaan Restrain
Penggunaan restrain di semua lingkungan kesehatan masih kontroversial.
Dokumentasi pemakaian restrain harus dilakukan dengan sangat
cermat. Berdasarkan penelitian terbaru, sebuah tinjauan literatur
menyatakan tidak ada satu pun dukungan empiris terhadap pemakaian
restrain pada anak-anak. Bahkan pedoman Joint Commission yang
membolehkan penggunaan restrain pada pasien pediatrik karena pedoman
tersebut terbatas pada situasi darurat dan perilaku yang berbahaya
(JCAHO, 1996; Selekman, dan Synder, 1997).
Standar restrain ditulis sedemikian rupa sehingga kebijakan individu dapat
dirumuskan, tetapi kebijakan tersebut juga harus mencakup hal-hal berikut
(Selekman. Snyder, 1997):
1. Perlidungan terhadap hak, harga diri, dan kesejahteraan pasien selama
pemakaian restrain.
2. Digunakan berdasarkan pengkajian kebutuhan pasien.
3. Keputusan tentang metode yang paling tidak restriktif.
4. Pemasangan dan pelepasan restrein anggota staf yang kompeten.
5. Pemantauan dan pengkajian ulang terhadap pasien selama pemakaian
restrein.
6. Batas waktu instruksi.
7. Dokumentasi.
Kebijakan institusi yang tertulis harus menentukan penggunaan restrain
secara umum dan khusus untuk pasien pediatrik. Standar Joint Commission
membolehkan instruksi jika perlu di lingkungan kesehatan (JCAHO, 1996).
Dokumentasi harus mencakup kepatuhan terhadap kebijakan instusi. Jika di
institusi tidak ada lembar alur untuk restrain. Yang tepat memerlukan
pengkajian dan pertimbangan beberapa hal.
Hal-hal berikut ini harus didokumentasikan berdasarkan proses
keperawatan:
1. Pengkajian harus mencakup keperluan tentang restrein, pertimbangan
tentang metode yang tersedia yang paling tidak restriktif untuk
digunakan, dan apa yang sudah dicoba sebelumnya. Restrain bukan
pengganti observasi; bahkan penggunaannya memerlukan observasi
yang tinggi dan pengkajian yang mendetail. Pengkajian harus dilakukan
secara kontinue sampai restrain dilepas. Observasi harus mencakup jalan
napas, integritas kulit, status neurologis, sirkulasi, rentang gerak, dan
kesejajaran ekstremitas.
2. Diagnosa keperawatan harus mendukung pilihan untuk menggunakan
restrain atau tidak. Hal ini harus dilakukan dengan sangat cermat karena
pilihan pemakaian restrain memerlukan banyak pertimbangan
3. Penyuluhan orangtua harus mencakup penjelasan tentang penggunaan
restrain. Informed consent harus diperoleh untuk penggunaan restrain.
Penjelasan harus diberikan kepada anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Dokumentasi harus mencakup anjuran perawat
kepada orang tua dan anak untuk “katakan pada saya jika restrainnya
terlalu ketat.” Rencana pengajaran yang terdokumentasi tidak hanya
mengurangi risiko cedera; tetapi juga meningkatkan kerjasama yang
paling tinggi.
4. Dokumentasi implementasi harus mencakup jenis restrain, siapa yang
memasang restrain, waktu pemasangan, bagaimana restrain tersebut
dipasang (misal: Apakah simpulnya mudah dibuka dengan cepat), dan
bahwa restrain tidak akan membatasi gerakan pasien (Salekman, Synder,
1997). Dokumentasi penjelasan kepada staf nonprofesional dan orang
tua tentang restrain sehingga mereka tidak melepasnya karena rasa
kasihan terhadap anak.
5. Dokumentasi evaluasi harus mencakup apakah restrain mencapai tujuan
yang diinginkan, perkembangan ke arah tujuan atau hasil perilaku,
apakah restrain terus dibutuhkan akibat kondisi medis, dan perilaku
tentang penggunaan yang kontinue (AAP, 1997)
2. Pengkajiann dan pengabaian anak
Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa melaporkan penganiayaan anak
pada saat terjadinya perlakuan intervensi dini dan rencana pengobatan bagi
yang dianiaya, maka federal Child Abuse Preventation and Treatment
Act tahun 1973 (42 U.S.C.A., sect. 5101-5106 (1973) mengharuskan setiap
negara bagian agar mengeluarkan undang-undang tentang pelaporan
penganiayaan ke lembaga yang tepat atau lembaga pelayanan sosial negara
bagian. Laporan tersebut tidak hanya dibuat pada kasus yang
disertai bukti penganiayaan anak cukup dengan kasus yang dicurigai telah
terjadi penganiayaan anak. Merupakan hal yang salah jika tuntutan
diberikan kepada pemberi kekayaan kesehatan karena tidak
mengembalikan anak kepada orangtua mereka ketika menunggu
penyelidikan lembaga pemerintah.
Perawat yang berhubungan dengan populasi pediatrik, termasuk perawat
UGD, perawat kesehatan komunitas, perawat sekolah, dan perawat unit
pediatrik, dapat melihat adanya penganiayaan atau pengabaian. Kegagalan
bertindak untuk melindungi anak dapat dituduh kriminal. Oleh karena itu
merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui persyaratan
pelaporan dan prosedur institusional (misal. siapa yang melapor, kriteria
pelaporan).
Perawat bertanggung jawab secara kriminal karena tidak melapor dan
bertanggung jawab secara perdata untuk cedera yang dialami anak setelah
dilepaskan ketika terdapat kecurigaan penganiayaan, maka perawat harus
mampu membedakan antara cedera dengan indeks kecurigaan
penganiayaan yang rendah dan cedera yang tidak umum terjadi bila tidak
terdapat penganiayaan.
Cedera dengan indeks kecurigaan rendah meliputi benda asing di telinga
dan hidung, keseleo pada anak yang berusia 15 tahun atau lebih, gigitan
anjing, cedera jari-jari tangan atau kaki yang terisolasi, cedera kornea, dan
laserasi kepala yang terisolasi, sedangkan yang mempunyai indeks
kecurigaan tinggi meliputi semua fraktur (terutama fraktur iga serta fraktur
tulang temporal dan posterior dari tengkorak, dan fraktur spiral, yang tidak
terjadi jika tidak ada gerakan melintir), memar, luka bakar, cedera pada
dada atau organ abdomen, dan perdarahan retina (Hansen, 1993).
Perawat harus mewaspadai adanya faktor risiko penganiayaan jika
ditemukan cedera baik yang dilaporkan maupun yang diobservasi. Jika
terdapat satu faktor atau lebih, pertimbangkan untuk melaporkan
kekhawatiran Anda tersebut. Tanda-tanda terpenting harus
didokumentasikan dalam rekam medis. Tinjauan catatan dan observasi
pasien dapat memunculkan hal-hal berikut:
a. Perbedaan laporan atau dari satu pemeriksa dengan pemeriksa lain
tentang bagaimana cedera itu terjadi, apakah karena tindakan anak atau
tindakan pengasuh.
b. Pertentangan informasi dari anak dan orangtua tentang terjadinya
cedera.
c. Kelambatan dalam mencari pengobatan.
d. Riwayat cedera atau kecurigaan cedera yang tidak dapat dijelaskan
e. Cedera yang tidak konsisten dengan riwayat anak atau tingkat
perkembangan anak
f. Cedera lebih lama dari waktu terjadinya
g. Orangtua yang terpisah atau seseorang yang tidak berusaha
menyamankan anak
Berikut ini adalah faktor risiko terjadinya pengabaian :
a. Kelambatan dalam mencari pengobatan
b. Diagnosis retardasi mental atau kelambatan perkembangan
c. Kurangnya pengetahuan pemberi perawatan utama tentang perawatan
anak
d. Respons anak yang tidak wajar terhadap kontak yang dilakukan
orangtua atau respons orangtua yang tidak wajar terhadap kontak yang
dilakukan anak
e. Ketidakmampuan anak untuk melakukan tugas perkembangan sesuai
dengan usia Berat badan anak yang jauh dari proporsinya terhadap
tinggi badan atau lingkar kepala, yang mengindikasikan pengabaian
nutrisi
f. Anak yang berusia di bawah 10 tahun tinggal sendiri di rumah.
Dokumentasi harus mencakup pengkajian terperinci terhadap faktor risiko.
Pertentangan dalam pelaporan cedera dari pemeriksa yang berbeda harus
didokumentasikan oleh setiap profesional dan saling dikomunikasikan oleh
anggota tim kesehatan. Dokumentasi juga harus mencakup deskripsi
hubungan antara anak dan orang yang membawa anak untuk menjalani
pengobatan.
3. Masalah Persetujuan dan Privasi
Pasien pediatrik adalah golongan minoritas yang tidak dapat memberikan
persetujuan untuk dirinya demi kepentingan medis, pembedahan, atau
pengobatan diagnostik. Oleh karena itu, orangtua atau wali mereka harus
menandatangani surat persetujuan tertulis untuk pengobatan atas nama
mereka. Pada situasi darurat, persetujuan verbal dapat diperoleh melalui
telepon dari orangtua atau wali yang tidak ada di tempat.
Perawat harus menyadari bahwa ada situasi tertentu bagi anak untuk
membuat surat persetujuan atas nama mereka sendiri, tanpa sepengetahuan
orangtua atau wali. Pada situasi pertama, anak remaja dapat bermansipasi,
yaitu remaja yang sudah mencapai status tertentu sehingga ia dapat membuat
keputusan sendiri. Situasi kedua adalah surat persetujuan orang dewasa tidak
diperlukan, yaitu ketika anak tidak harus bermansipasi, mencakup pengobatan
masalah yang dialami remaja, seperti pengobatan untuk penyakit kelamin,
penyerangan seksual, pengendalian kelahiran, aborsi, perawatan pranatal,
ketergantungan obat atau alkohol, atau konseling.
Hukum negara bagian tentang hal ini juga bervariasi, dan sekali lagi perawat
harus mengetahui hukum-hukum tersebut. Doktrin anak yang belum dewasa
memiliki keterbatasan aplikasi secara faktual dan berbeda dari satu negara
bagian dengan negara bagian yang lain. Anak mempunyai hak privasi orang
dewasa. Jangan mendiskusikan perawatan anak dengan orang lain selain
dengan orangtua walinya tanpa seizin anak. Identifikasi orang-orang yang
diizinkan anak untuk memberi atau menerima informasi tentang
perawatannya atau membuat keputusan atas nama anak harus ditulis dalam
catatan.
Beberapa hukum negara bagian mengizinkan dokter untuk menahan
informasi dari orangtua, wali, atau pasangannya yang mencari pengobatan
untuk klasifikasi pengobatan tertentu yang berkaitan dengan seksualitas anak
atau penggunaan obat-obatan atau alkohol. Hukum tersebut juga mengizinkan
dokter untuk menginformasikan pada orangtua, wali, atau pasangan anak
tentang ekspresi penolakan anak.
Perawat juga bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan status HIV atau
AIDS yang dialami anak. Hanya pemberi perawatan yang langsung yang
berhak mengetahui diagnosis tersebut, yang tidak boleh ditunjukkan di
manapun tetapi dicatat dengan aman.
G. Dokumentasi dan Penyimpangan yang Umun di Lingkungan Pediatrik
Perawat umumnya dituntut karena sejumlah tindakan rutin perawatan
pediatrik ketika anak cedera, kesalahan pemberian obat, kesalahan pemberian
terapi IV, dan luka bakar. Cedera, dapat mencakup kerusakan otak yang parah
atau kematian, sering merupakan bencana besar.
Perawat dapat menghadapi tuduhan kriminal karena sikap yang sembrono dan
acuh tak acuh terhadap standar praktik. Tidak ada yang dapat menggantikan
akal sehat, disertai pendidikan yang berkelanjutan dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian pada tugas yang dilaksanakan. Alat dokumentasi harus
dirancang untuk membantu perawat akan tugas organisasi, termasuk
pemberian obat dan pemantauan tempat dan alat, seperti yang dijelaskan oleh
kebijakan institusi.
1. Kesalahn pemberian obat
Informasi yang harus ada di semua catatan pediatrik, kardeks, dan catatan
pemberian obat adalah berat badan pasien pada saat masuk rumah sakit,
yang hams diperbarui sesuai instruksi atau kebutuhan. Tanpa informasi ini,
risiko perawat untuk mengalami kesalahan pemberian jumlah obat akan
meningkat Perawat harus menimbang berat badan pasien, bertanya pada
orangtua, atau menghitung dosis itu sendiri, terutama untuk digoksin,
insulin, heparin, dan kemoterapeutik. Jika hasil perhitungan Anda berbeda
dengan yang diinstruksikan, periksa di Physicians Desk Reference atau
tanyakan pada ahli farmasi terlebih dahulu, kemudian periksa kembali
instruksinya.
Catatan yang benar di UGD harus berisi informasi yang siap pakai tentang
obat-obat darurat pediatrik dalam dosis untuk berat badan dari 1 sampai 50
kg, disetujui dan ditandatangani oleh dokter. Perawat harus mengetahui
semua bentuk obat-obatan pediatrik yaitu: pil, eliksir, suspensi, dan
parenteral. Pemberian jumlah yang diresepkan tidak cukup jika memakai
standar perawatan yang terbaru.
Perawat yang telah berusaha mendapatkan status profesional dalam tim
kesehatan saat ini menemukan bahwa status mereka sebagai profesional
yang mandiri menciptakan standar yang tidak memungkinkan mereka
untuk melakukan instruksi yang diberikan jika akan menyebabkan cedera
pada anak.
Perawat harus mendokumentasikan pada catatan secara detail kapan dan
mengapa sebuah obat ditahan atau tidak diberikan. Jika penyebabnya
adalah tanda-tanda toksisitas pasien, maka dokumentasikan apa yang telah
dilakukan untuk melaporkan tanda dan gejala tersebut kepada dokter.
Dokumentasikan hasil tes laboratorium yang/memengaruhi penilaian.
(Tips dokumentasi: selain mendokumentasikan siapa yang menginjeksi,
dokumentasikan juga siapa yang membantunya). Standar yang sudah
diketahui menyatakan bahwa diperlukan dua orang untuk melakukan
injeksi, untuk berjaga-jaga seandainya anak tersebu bergerak, perawat
harus mendokumentasika apakah ia menerima bantuan orangtua atau
asisten perawat. Banyak kasus yang tuntutannya adalah nekrosis jaringan
dan kerusakan saraf akibat injeksi.
2. Terapi intravena
Karena tubuh bayi dan anak-anak mengandung lebih banyak air daripada
orang dewasa (tubuh bayi \ mengandung 75 % cairan tubuh, yang menurun
sampai 45% ketika masa dewasa), anak-anak dapat mengalami cedera
yang lebih besar karena kehi¬langan atau kelebihan cairan yang tiba-tiba
(Whaley, Weng,1-995). Kelebihan cairan dapat terjadi dengan cepat,
dengan konsekuensi yang membahayakan. Jaringan dan kulit anak yang
lebih lembut dapat terkena cedera yang lebih besar akibat infiltrasi IV dan
ekstravasasi karena cenderung melibatkan persentase permukaan kulit
yang lebih besar. Ingat bahwa otot dan jarigan anak sedang berkembang,
dan cedera yang terjadi dapat memperlambat atau bahkan menghentikan
proses perkembanga tersebut.
Saat ini standar perawatan mengharuskan penggunaan pompa infus
(infusion pump) karena sedikit saja kelebihan cairan dapat membahayakan
(Greve, 1990). Keadaan pompa tersebut harus selalu dicatat secara
kontinu, yang akan membantu perawat dalam meninjau bahwa keadaannya
tepat. Pada satu kasus, seorang bayi berusia 3 bulan yang menderita distres
pernapasan menerima Ativan (lorazepam) dengan dosis berlebih. Ia
seharusnya hanya menerima 4 mg per jam, tetapi terjadi kesalahan dalam
pengaturan pompanya sehingga bayi menerima 24 mg dalam 11/2 jam. Ia
mengalami serangan dan menderita cedera neurologis permanen karena
overdosis glikol propilena yang merupakan pelarut Ativan (Laska, 1997h).
Perawat harus memantau dengan cermat daerah tusukan dan jalur IV.
Kebijakan institusi dapat memandu seberapa sering seorang perawat harus
memeriksa daerah tusukan. Pasien anak tidak dapat mengomunikasikan
gejala rasa sakit dan nyeri pada daerah tersebut. Seorang penulis
merekomendasikan inspeksi daerah IV setiap jam (DiCostanzo, 1996),
selain itu, setiap setengah jam, dan lebih sering lagi bila menggunakan alat
yang menyebabkan lepuh (Greve, 1990). Tetapi, jika seorang perawat
bertugas di satu unit yang jalur IV biasanya diperiksa setiap 15 menit,
tetapi perawat tersebut hanya memeriksanya setiap 1/2 jam, dan anak
mengalami cedera, maka perawat tersebut bertanggung jawab, atas
penyimpangan dari standar yang ditetapkan oleh unit.
Pemantauan daerah IV harus langsung terlihat. Adanya perban yang
menutupi daerah tersebut harus dilepas agar dapat dilakukan inspeksi, atau
dapat juga menggunakan balutan transparan. Dokumentasi pada waktu
inspeksi harus mendeskripsikan tampilan daerah tersebut dan apakah
terdapat kemerahan, pembengkakan, panas berlebihan, kedinginan, atau
perubahan warna. Setelah itu, perawat dapat mencatat daerah yang tidak
berubah atau menggunakan kode yang sama pada lembar alur. Jika
terdapat abnormalitas, perawat hams memantau dan
mendokumentasikannya lebih sering lagi.
Setelah perawat mempunyai alasan untuk meyakini bahwa telah terjadi
infiltrasi, maka ia harus segera menghentikan terapi IV tersebut dan
memberitahu dokter, karena tindakan seperti injeksi obat tertentu thur (jika
perlu) fasiotomi, dapat dilakukan untuk membatasi kerusakan jika perawat
tidak terlambat. Perawat harus mendokumentasikan semua langkah yang
dilakukan untuk membatasi kerusakan.Infiltrasi merupakan hal yang
sering terjadi dan dapat juga tidak disebabkan oleh kelalaian.Tetapi,
perawat dapat saja bertanggung jawab karena gagal membatasi kerusakan
akibat infiltrasi.
3. Luka Bakar
Perawat jarang sekali dapat menghindari tanggung jawab ketika anak
mengalami luka bakar.Kebanyakan cedera luka bakar pada pasien
pediatrik adalah akibat ketidaktahuan perawat tentang
peralatan,menggunakannya dengan tepat, serta gagal memperhatikan dan
mematuhi peringatan atau petunjuk penggunaannya.
Lampu halogen, lampu inframerah, bola lampu, alat penguap, bantalan
pemanas, botol air panas, dan botol minum adalah beberapa alat yang
dapat menimbulkan cedera berat pada anak kecil di rumah sakit.
perhatikan kasus berikut:
Seorang perawat memasang monitor pemantau suhu lampu inframerah
untuk menghangatkan bayi prematur. Bayi tersebut menderita luka bakar
derajat dua dan tiga, yang mengharuskan diamputasinya tungkai kanan
sebatas lutut. Tuntutan ganti rugi sebesar $4,5 juta diajukan kepada
perawat. Karena tersedia alternatif lain, lampu tersebut seharusnya
digunakan sebagai pilihan terakhir—disertai dengan pemantauan yang
ketat. (Weitzman, 1995).
Perawat harus memastikan bahwa peralatan berfungsi dengan baik, yaitu
dengan mengujinya terlebih dahulu, tetap bersama pasien dalam waktu
yang cukup lama untuk memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan fungsi
pada alat tersebut dan memantau dengan sering untuk mengobservasi
pasien bahwa ia tidak dalam keadaan bahaya. Jenis lain peralatan medis
yang dapat menyebabkan cedera serius adalah respirator, traksi beban dan
katrol, monitor jantung, dan oksimeter nadi, serta yang lainnya. Alat-alat
tersebut dapat mengalami malfungsi, digunakan dengan tidak tepat, atau
terlalu sering digunakan.
Penggunaan alat harus sering dipantau dengan observasi langsung dan
didokumentasikan sesuai dengan jenis alat yang digunakan. Sensor
oksimeter nadi harus sering dipindahkan ke jari yang lain. Anak dengan
respirator hams memakai oksimeter nadi dengan layar yang terlihat, dan
bet alarm harus dijawab dengan segera. Jangan berasumsi bahwa alarm
tersebut akan mati tanpa adanya malfungsi
4. Penghalang Tempat Tidur dan Jatuh
Area lain yang memungkinkan terjadinya cedera pada anak dan
merupakan tanggung jawab perawat meliputi pengawasan anak di ruang
bermain. Anak yang tidak ditemani tidak boleh mengunjungi ruang
bermain karena kemungkinan terjadinya jatuh, pingsan, muntah dan
aspirasi, atau cedera karena anak yang lain. Dokumentasikan kapan anak
pergi ke ruang bermain dan dengan siapa.
Anak mudah jatuh dari tempat tidur. Anak yang aktif hams dipantau secara
khusus. Jika anak masih terlalu kecil untuk memahami mengapa ia harus
tetap berada di tempat tidur, maka anak tersebut harus ditempatkan di
kotak bayi rumah sakit.
Perawat harus mengkaji dan mendokumentasikan jenis tempat tidur yang
ditempati anak pada saat berada di rumah dan sediakan juga tempat tidur
sejenis di rumah sakit. Perhatikan kasus yang sudah terkenal berikut: Ibu
dari seorang anak yang berusia 3 tahun masuk rumah sakit untuk
tonsilektomi dan adenoidektomi (T & A) mengatakan pada perawat bahwa
anaknya tidur dalam kotak bayi di rumahnya. Tetapi, di rumah sakit, anak
itu terselip di antara penghalang tersebut dan mati tercekik (St. Luke’s
Hospital Association v. Long, 1952)
Rumah sakit harus bertanggung jawab ketika seorang anak berusia 2 tahun
jatuh dari tempat tidur rumah sakit setelah memanjat penghalangnya.
Orangtuanya sudah memberitahu perawat bahwa anak mereka sangat aktif
dan akan memanjat penghalang tersebut. (Pierson v. Charles Wilson
Memorial Hospital, 1946).
5. Distress emosional
Ketika anak mengalami cedera, kemungkinan tidak hanya tuntutan hukum
saja yang terjadi atas nama anak, namun orangtua juga berhak mengajukan
tuntutan atas distres emosional yang mereka. Orangtua dapat menuntut
distres emosional dengan dua cara. Pertama, orangtua dapat menuntut
karena distres mereka disebabkan oleh ketidaksengajaan atau
kesembronoan tindakan perawat.
Munculnya tuntutan malpraktik yang merujuk pada "hilangnya
kesempatan untuk bertahan hidup" adalah berkaitan dengan tuntutan
distres emosional. Pada kasus jenis ini pasien dengan sakit yang sangat
parah mempunyai kesempatan hidup sangat kecil dengan masuk ke rumah
sakit. Jika dokter memilih untuk bersiap saja dan tidak melakukan apa pun
karena secara teori pasien tersebut tidak dapat diselamatkan, maka mereka
akan menjadi subjek tuntutan hukum karena menghilangkan kesempatan
bertahan hidup. Pengadilan dapat memanggil saksi ahli untuk menentukan
apakah pasien memiliki kesempatan hidup 20% atau 40%. Kemudian
pengadilan akan menghitung kerusakan, yang secara normal dapat
diperkirakan dari kondisi anak dan kelalaian dokter serta mengalikan
jumlah tersebut dengan sersentase bertahan hidup.
6. Masalah komunikasi
Dokumentasi adalah salah satu cara untuk mengomunikasikan informasi
penting tang pasien kepada anggota tim kesehatan lain. BerlAmunikasi
secara efektif dengan pasien anak dan keluarganya serta membentuk rasa
percaya merupakan hal yang sama pentingnya, menjadi landasan bagi
semua tugas lain yang harus dilakukan perawat untuk memperbaiki atau
mempertahankan kesehatan anak. Semakin tinggi rasa saling percaya
antara perawat dan keluarga pasien, semakin berkurang kecenderungan
keluarga mengajukan tuntutan hukum.
Pemantauan dan pendokumentasian berjalan saling membantu. Untuk
melindungi diri, perawat harus mendokumentasikan apa yang mereka
observasi ketika melakukan pemantauan. Perawat tidak dapat
mendokumentasikan apa yang tidak mereka observasi. Oleh karena itu
harus dibuat jadwal observasi.
Dokumentasi adalah catatan komunikasi tertulis, tidak hanya berupa
catatan pengkajian dan intervensi perawat, tetapi juga apa yang dilaporkan
perawat tentang pasien secara lisan kepada anggota tim kesehatan lainnya.
H. FORMAT DOKUMENTASI KEPERAWATAN PADA PEDIATRIK
1. FORMAT PENGKAJIANTanggal masuk : 23 Juli 2005
Jam masuk : 13.00
Ruang kelas/RS : Teratai Lt V Kiri / RS Harapan Umat
No. register : 671143
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan:
2. Tempat tgl lahir/usia :
3. Jenis kelamin :
4. Agama :
5. Pendidikan :
6. Alamat :
7. Tgl masuk :
8. Tgl pengkajian :
9. Diagnosa medik :
10. Rencana terapi :
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
N a m a :
U s i a :
Pendidikan :
Pekerjaan/sumber penghasilan :
A g a m a :
Alamat :
2. Ibu
N a m a :
U s i a :
Pendidikan :
Pekerjaan/sumber penghasilan :
A g a m a :
Alamat :
C. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama :
Riwayat Keluhan Utama :
Keluhan Pada Saat Pengkajian :
2. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
a. Prenatal care
1. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di…………………….
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu, tapi oleh dokter
dianjurkan untuk………………………..
2. Riwayat terkena radiasi : ……………………………………….
3. Riwayat berat badan selama hamil : ………………………………….
4. Riwayat Imunisasi TT : ………………………………………..
5. Golongan darah ibu ………….. Golongan darah ayah …………..
b. Natal
1. Tempat melahirkan : …………………………………………
2. Jenis persalinan : …………………………………………….
3. Penolong persalinan : …………………………………………
4. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan
setelah melahirkan :
c. Post natal
1. Kondisi bayi :
2. Penyakit penyerta ketika lahir :
(Untuk semua Usia)
1. Klien pernah mengalami penyakit: ……………………….pada umur : ……..
diberikan obat oleh : …………………………………………..
2. Riwayat kecelakaan : ……………………………………………………………
3. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran
dokter dan menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya :
………………………………………………………………………………..………....
Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya :
………………………………………………………………………………..………....
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
(Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
menjadi faktor risiko)
4. Genogram
5. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)
NOJenis
immunisasi
Waktu
pemberianFrekuensi
Reaksi setelah
pemberianFrekuensi
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
6. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : ………………kg
2. Tinggi badan :……………. Cm
3. Waktu tumbuh gigi …………………. gigi tanggal ………….........
…………..… Jumlah gigi ...................... buah.
b. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling : …………… bulan
2. Duduk : …………… bulan
3. Merangkak : …………… bulan
4. Berdiri : …………… tahun
5. Berjalan : …………… tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : …………… tahun
7. Bicara pertama kali : …………… tahun dengan menyebutkan :
..........................................................................
8. Berpakaian tanpa bantuan : ……………
7. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
..............................................................................................................
b. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : ……………………………………………………………
2. Jumlah pemberian : ……………………………………………………………
3. Cara pemberian : ……………………………………………………………
c. Pemberian makanan tambahan
..............................................................................................................
d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
8. Riwayat Psikososial
a. Anak tinggal bersama :
........................di : ................................................
b. Lingkungan berada di : ................................................
c. Rumah dekat dengan : ........................................, tempat
bermain ................................................
d. Kamar klien : ................................................
e. Rumah ada tangga : ................................................
f. Hubungan antar anggota keluarga : ................................................
g. Pengasuh anak : ................................................
9. Riwayat Spiritual
a. Support sistem dalam keluarga : ................................................
b. Kegiatan keagamaan : ...............................................................
10. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Ibu membawa anaknya ke RS karena : ......................................
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : ...................
- Perasaan orang tua saat ini : .....................................................
- Orang tua selalu berkunjung ke RS : ..........................................
- Yang akan tinggal dengan anak : ................................................
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
..............................................................................................................
11. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Selera makan
b. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan
c. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
d. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang
- Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan
sebelum tidur
4. Kesulitan tidur
e. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olahraga
Jenis dan frekuensi
2. Kondisi setelah olahraga
f. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
3. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
g. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal haria
3. Penggunaan alat Bantu
aktifitas
4. Kesulitan pergerakan
tubuh
h. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat
sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
rekreasi
4. Waktu senggang
keluarga
5. Kegiatan hari libur
12. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: 2. Kesadaran : 3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : ..................................... mmHgb. Denyut nadi : ..................................... x / menitc. Suhu : ..................................... o Cd. Pernapasan : ..................................... x/ menit
4. Berat Badan : 5. Tinggi Badan : 6. Kepala
- InspeksiKeadaan rambut & Hygiene kepalaa.Warna rambut : b.Penyebaran : c. Mudah rontok : d.Kebersihan rambut :
- Palpasia.Benjolan : ada / tidak adab.Nyeri tekan : ada / tidak adac. Tekstur rambut : kasar/halus
7. Muka- Inspeksi
a.Simetris / tidak :b.Bentuk wajah : c. Gerakan abnormal : d.Ekspresi wajah :
- Palpasi
a.Nyeri tekan / tidak :b.Data lain :
8. Mata- Inspeksi
a. Pelpebra : Edema / tidakRadang / tidak
b. Sclera : Icterus / tidakc. Conjungtiva : Radang / tidak
Anemis / tidak
d. Pupil : - Isokor / anisokor - Myosis / midriasis
-Refleks pupil terhadap cahaya : e. Posisi mata : Simetris / tidak :
f. Gerakan bola mata : g. Penutupan kelopak mata : h. Keadaan bulu mata : i. Keadaan visus :j. Penglihatan : - Kabur / tidak
- Diplopia / tidak
- Palpasi
a.Tekanan bola mata :
b. Data lain :
9. Hidung & Sinus- Inspeksi
a. Posisi hidung : b. Bentuk hidung :c. Keadaan septum : d. Secret / cairan : e. Data lain :
10.Telinga- Inspeksi
a.Posisi telinga : b.Ukuran / bentuk telinga :c. Aurikel : d.Lubang telinga : Bersih / serumen / nanahe.Pemakaian alat bantu :
- Palpasi
a. Nyeri tekan / tidakb. Pemeriksaan uji pendengaran
1. Rinne : 2. Weber : 3. Swabach :4. Pemeriksaan vestibuler : 5. Data lain :
11.Mulut- Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : - Karang gigi / karies : - Pemakaian gigi palsu :
b. Gusi : Merah / radang / tidak: c. Lidah : Kotor / tidak\d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : - Basah / kering / pecah : - Mulut berbau / tidak : - Kemampuan bicara : - Data lain :
12.Tenggorokana. Warna mukosa : b. Nyeri tekan : c. Nyeri menelan :
13.Leher- Inspeksi
a. Kelenjar thyroid : Membesar / tidak- Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Teraba / tidakb. Kaku kuduk / tidak : c. Kelenjar limfe : Membesar atau tidakd. Data lain :
14.Thorax dan pernapasana. Bentuk dada : b. Irama pernafasan : c. Pengembangan di waktu bernapas : d. Tipe pernapasan :e. Data lain :
- Palpasia. Vokal fremitus : b. Massa / nyeri :
- Auskultasi
a. Suara nafas :Vesikuler/Bronchial/ Bronchovesikulerb. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales
- Perkusi : Redup / pekak / hypersonor / tympaniData lain :
15.Jantung- Palpasi
Ictus cordis : - Perkusi
Pembesaran jantung : - Auskultasi
a. BJ I : b. BJ II : c. BJ III : d. Bunyi jantung tambahan : e. Data lain :
16.Abdomen- Inspeksi
a. Membuncit : b. Ada luka / tidak :
- Palpasia. Hepar : b. Lien : c. Nyeri tekan :
- Auskultasia. Peristaltik :
- Perkusi
a. Tympani : b. Redup : Data lain : .................................................................................
17. Genitalia dan Anus : .................................................................................18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik- Pergerakan kanan / kiri : .................................................................................- Pergerakan abnormal : .................................................................................- Kekuatan otot kanan / kiri : .................................................................................- Tonus otot kanan / kiri : .................................................................................- Koordinasi gerak : .................................................................................
b. Refleks- Biceps kanan / kiri : .................................................................................- Triceps kanan / kiri : .................................................................................
c. Sensori- Nyeri: - Rangsang suhu : .................................................................................
- Rasa raba : .................................................................................
Ekstremitas bawah
a. Motorik- Gaya berjalan : - Kekuatan kanan / kiri : .................................................................................- Tonus otot kanan / kiri : .................................................................................
b. Refleks- KPR kanan / kiri : .................................................................................- APR kanan / kiri : .................................................................................- Babinsky kanan / kiri : .................................................................................
c. Sensori- Nyeri: - Rangsang suhu : .................................................................................- Rasa raba : .................................................................................
Data lain : .................................................................................
19. Status Neurologi.Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : .................................................................................b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : .................................................................................c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : .................................................................................- Gerakan kelopak mata : .................................................................................- Pergerakan bola mata : .................................................................................- Pergerakan mata ke bawah & dalam : .................................................................................
d. Nervus V (Trigeminus)- Sensibilitas / sensori : .................................................................................- Refleks dagu : .................................................................................- Refleks cornea : .................................................................................
e. Nervus VII (Facialis)- Gerakan mimik : .................................................................................- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : .................................................................................
f. Nervus VIII (Acusticus)Fungsi pendengaran : .................................................................................
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)- Refleks menelan : .................................................................................- Refleks muntah : .................................................................................- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : - Suara : .................................................................................
h. Nervus XI (Assesorius)- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : .................................................................................- Mengangkat bahu : .................................................................................
i. Nervus XII (Hypoglossus)- Deviasi lidah : .................................................................................
Tanda – tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk : b. Kernig Sign : c. Refleks Brudzinski : .................................................................................d. Refleks Lasegu : Data lain : .................................................................................
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
XII. Test Diagnostik
= Laboratorium
………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………..
= Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG
XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)