Upload
sakiyah-indra-syafiqah
View
47
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ronde
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan
termasuk didalamnya pelayanan keperawatan. Melihat fenomena tersebut
mendorong perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak tentang konsep
pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem
model praktik keperawatan professional (MPKP) mulai dari
ketenagaan/pasien, penetapan MPKP dan perbaikan dokumentasi
keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien ini dapat dimulai dengan
upaya menggali kebutuhan pasien demi tercapainya keberhasilan asuhan
keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali secara mendalam tentang
kebutuhan pasien adalah dengan melaksanakan ronde keperawatan. Dengan
melaksanakan ronde keperawatan diharapkan dapat memecahkan masalah
keperawatan pasien melalui cara berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan
keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk
membahas masalah keperawatan dengan melibatkan klien, keluarga dan
seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain
(dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik). Selain menyelesaikan masalah
keperawatan pasien, ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar
bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan
tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian
konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde
keperawatan yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan
perawatan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat
kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan
1
yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien
(Nursalam,2007).
Di Ruang Kenanga E RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang, sudah
tidak menerapkan ronde keparawatan akan tetapi ronde keperawatan
digantikan dengan diskusi refleksi kasus (DRK) yang dilaksanakan setiap
bulannya guna membahas tentang resiko-resiko bahkaan kasus yang di derita
pasien, akan tetapi ronde keperawatan tetap dilaksanakan pada saat
diadakannya program praktik manajemen keperawatan mahasiswa PSIK FK
UNSRI setiap angkatannya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong
untuk proses tindak lanjut pelaksanaan ronde keperawatan secara
berkesinambungan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kami mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Sriwijaya Alih Program Profesi NERS angkatan
tahun 2014 akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang Kenanga
E selama Praktik Profesi Manajemen Keperawatan.
B. Tujuan
B.1Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
B.2Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu:
1). Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2). Meningkatkan kemampuan validasi data klien
3). Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4). Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan
5). Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
6). Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7). Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
2
C. Manfaat
C.1Bagi Pasien
1). Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
2). Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
3). Memenuhi kebutuhan pasien
C.2Bagi Perawat
1). Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
perawat.
2). Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan.
3). Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
C.3Bagi rumah sakit
1). Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2). Menurunkan lama hari perawatan pasien.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Ronde Keperawatan
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan
pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor,
kepala ruangan, perawat assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2011)
2. Manfaat
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar.
3. Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
b. Klien dengan kasus baru atau langka
4. Peran masing-masing anggota tim
1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
4
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
5. Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5
PP
Validasi data
Penetapan Pasien Pasien
Persiapan Pasien : Informed Concent Hasil Pengkajian/
Validasi data
PenyajianMasalah
Lanjutan diskusi di Nurse Station
Diskusi PP, Konselor, KARU, Dokter, Gizi,FisioThe
TAHAP RONDE DI BED KLIEN
TAHAP PRA RONDE
TAHAP PASCA RONDE
TAHAP PELAKSANAAN
DI NURSE STATION
Apa masalah & diagnosis keperawatan?
Data apa yang mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan?
6. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur :
1) Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Kenanga E RSMH
Palembang, persyaratan administratif sudah lengkap (Informed
consent, alat, dan lainnya)
2) Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
3) Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Evaluasi Proses :
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
Evaluasi Hasil :
1) Klien puas dengan hasil kegiatan.
2) Masalah klien dapat teratasi.
Evaluasi Perawat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6
Simpulan dan rekomendasi solusi
masalah
Aplikasi Hasil analisis
dan diskusi
Masalah teratasi
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
B. Asuhan Keperawatan pada Nn.Z dengan post op craniactomy +
debridement eviserasi a/i vulnus laseratum regio frontal sinistra dengan
masalah keperawatan utama Gangguan perfusi cerebral.
1. Pengertian.
Dari beberapa reverensi yang memuat tentang vulnus laceratum di antara
reverensi yang penulis temukan adalah:
a. Chada (1995) menyatakan “Vulnus (luka) adalah satu keadaan dimana
terputusnya kontinuitas jaringan tubuh”.
b. Mansjoer (2000) menyatakan “Vulnus Laceratum merupakan luka
terbuka yang terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga
melampaui elastisitas kulit atau otot”.
c. Vulnus Laceratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat
kekerasan benda tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan
alat di dalam seperti patah tulang. (http://one.indoskripsi.com)
2. Etiologi
Chada 1995 menyatakan Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh
beberapa hal di antaranya :
a. Alat yang tumpul.
b. Jatuh ke benda tajam dan keras.
c. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
d. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan
7
3. Anatomi
a. Kulit.
Price 2005 menyatakan “Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan
epidermis, dermis, lemak subkutan. Kulit melindungi tubuh dari
trauma dan merupakan benang pertahanan terhadap bakteri virus dan
jamur. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri
dan nikmat berkat jahitan ujung syaraf yang saling bertautan”.
1) Epidermis bagian terluas kulit di bagi menjadi 2 bagian lapisan
yaitu :
(a) Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel
tidak ber inti dan bertanduk.
(b) Lapisan dalam (stratum malfigi) merupakan asal sel permukaan
bertanduk setelah mengalami proses di ferensiasi .
2) Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut
kolagen elastin, dan retikulum yang tertanam dalam substansi dasar.
Matrik kulit mengandung pembuluh pembuluh darah dan syaraf
yang menyokong nutrisi pada epidermis. Disekitar pembuluh darah
yang kecil terdapat limfosit. Limfosit sel masuk dan leukosit yang
melindungi tubuh dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-benda
8
asing. Serabut-serabut kolagen, elastin khusus menambahkan sel-sel
basal epidermis pada dermis.
3) Lemak Subkutan
Price (2005) menyatakan “Lemak subkutan merupakan lapisan kulit
ketiga yang terletak di bawah dermis. Lapisan ini merupakan
bantalan untuk kulit isolasi untuk mempertahankan daya tarik
seksual pada kedua kelamin”.
b. Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi dengan sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot
terdiri dari serabut silindris yang mempunyai sifat sama dengan sel dari
jaringan lain.semua sel di ikat menjadi berkas-berkas serabut kecil
jaringan ikat yang mengandung unsur kontaktil.
c. Jaringan Saraf
Menurut Jungviera, LC (1998)
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:
(a) Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.
(b) Unsur putih serabut saraf.
(c) “Neuroclea, sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan
yang menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf.
Setiap sel saraf dan prosesnya di sebut neuron. Sel saraf terdiri atas
protoplasma yang berbutir khusus dengan nukleus besar dan
berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul (prosesus) timbul
dari sel saraf, juluran ini mengantarkan rangsangan rangsangan
saraf kepada dan dari sel saraf.
4. Patofisiologi
Menurut Price (2006), Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan
benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan
terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses
peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan
terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang
9
sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme
yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah
peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu
untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka
reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan
sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.
Menurut Buyton & hal (1997)
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi
kerusakan jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga
akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan
hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan
rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi
ketertiban gerak.
10
Etiologi vulnus
Mekanik : benda tajam, benda tumpul, tembakan/ledakan, gigitan binatang
Non mekanik: bahan kimia, suhu tinggi, radiasi
Traumatic jaringan
Terputusnya kontinuitas jaringan
Kerusakan syaraf perifer
Stimulasi neurotransmitter (histamine, prostaglandin, bradikinin, prostagladin)
Nyeri akut
Kerusakan pembuluh darah
Pendarahan berlebih
Keluarnya cairan tubuh
Resiko syok :hipovolomik
ansietas
Gangguan pola tidurPergerakan terbaras
Gangguan mobilitas fisik
Kerusakan integritas jaringan
Hipotensi, hipovolemi, hipoksia, hiposemi
Web Of Caution
11
Terpapar lingkungan
Rusaknya barrier pertahanan primer
Kerusakan intergritas kulit
Resiko tinggi infeksi
5. Tipe Penyembuhan luka
Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
a. Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu
penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.
b. Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka
yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini
dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan
dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan
lebih lama. Luka jWidiyas ini biasanya tetap terbuka.
c. Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang
dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement.
Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini
merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir (Mansjoer,2000:397)
6. Manifestasi klinis
Mansjoer (2000) menyatakan “Manifestasi klinis vulnus laceratum adalah:
a. Luka tidak teratur
b. Jaringan rusak
c. Bengkak
d. Pendarahan
e. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah
rambut
f. Tampak lecet atau memer di setiap luka”.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama darah lengkap.
tujuanya untuk mengetahui tentang infeksi yang
terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
b. Sel-sel darah putih leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan
kehilangan sel pada lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
12
c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus
melitus
8. Penatalaksanaan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang
dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka,
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan
pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan
kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya
digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti:
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif).
2) Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum
luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3
jam
b) Povidon Iodine (Betadine, septadine dan isodine), merupakan
kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak
merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil
karena tidak menguap.
c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya
untuk antiseptik borok.
d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna,
mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa,
dan baunya tidak menusuk hidung.
13
3) Oksidansia
a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak
lemah berdasarkan sifat oksidator.
b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk
mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman
anaerob.
4) Logam berat dan garamnya
a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur.
b) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya
bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan
cara merangsang timbulnya kerak (korts)
5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
6) Derivat fenol
a) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik
wajah dan eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
b) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
7) Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol),
merupakan turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam
konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok
bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer,
2000:390).
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu
diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian
luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat
pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan biaya
perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang
efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah
dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering
digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl
0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik
dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi
14
natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan
ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO
Indonesia,2000:18).
c. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meninangkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka;
menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan
debris (InETNA, 2004:16).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan
luka yaitu :
1) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk
membuang jaringan mati dan benda asing.
2) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3) Berikan antiseptik
4) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian
anastesi lokal
5) Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
d. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur
kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh persekundam atau pertertiam.
e. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
f. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat
tergantung pada kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung
terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik
bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek
15
penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
g. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan
pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
h. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi.
Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti,
lokasi, jWidiyas pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita
dan adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44)..
Tabel 1. Waktu Pengangkatan Jahitan
No Lokasi Waktu
1 Kelopak mata 3 hari
2 Pipi 3-5 hari
3 Hidung, dahi, leher 5 hari
4 Telinga,kulit kepala 5-7 hari
5 Lengan, tungkai, tangan,kaki 7-10+ hari
6 Dada, punggung, abdomen 7-10+ hari
Sumber. Walton, 1990:44
16
BAB III
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Asuhan Keperawatan pada Nn.Z
dengan post op craniactomy + debridement eviserasi a/i vulnus laseratum
regio frontal sinistra dengan masalah keperawatan utama Gangguan
perfusi cerebral.
Sasaran : Ny. Z dengan post op craniactomy + debridement eviserasi
a/i vulnus laseratum regio frontal sinistra
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Maret 2015
Waktu : 60 menit (Pukul 10.00-11.00)
Tempat : Ruang Kenanga E RSMH Palembang
2. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Bara Kuswinata, S.Kep
Katim : Ratna Dina, S.Kep
Konselor : Zahara Indah P, S.Kep
1. Gangguan perfusi cerebral
PP1&PA1 : Rizky Ariandi, S.Kep & Amrina Muchtar, S.Kep
2. Pola Nafas Inefektif
PP1&PA1 : Melly Irliani, S.Kep
3. Nyeri
PP1&PA1 : Loviani Arli Putri, S.Kep
4. Ketidakseimbangan Nutrisi
PP1&PA1 : Rini Parlina, S.Kep
5. Kerusakan integritas Kulit
PP1&PA1 : Lucia Devi, S.Kep , Dwi Rahma, S.Kep,
Mely Sakiyah, S.Kep
6. Resiko Infeksi
PP1&PA1 : Adnin Permana, S.Kep
17
Supervisor : Fitriah,S.kep. Ners
Pembimbing : Sigit Purwanto, S.Kep, M.Kes
3. Materi :
Paparan asuhan keperawatan pada Ny. Z dengan post op craniactomy +
debridement eviserasi a/i vulnus laseratum regio frontal sinistra
4. Metode
a. Ronde Keperawatan
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Media
1. Dokumentasi klien (status)
2. Informed consent
3. Sarana diskusi :
a. Alat tulis : kertas dan bollpoin
3.6 Mekanisme kegiatan
TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA KEGIATAN KLIEN WAKTU
Pra Ronde
Pra Rondea) Menetapkan kasus dan
topikb) Menentukan tim ronde.c) Mencari sumber dan
literatur.d) Membuat proposale) Mempersiapkan klien f) Informed consent kepada
keluarga
Kenanga E
PP 1, PA1 - Satu hari sebelum pelaksanaan ronde
18
Ronde RondeI. Pembukaan:
a) Salam pembukaanb) Memperkenalkan klien
dan tim rondec) Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde d) Mempersilahkan PP1
menyampaikan kasusnya
II. Penyajian data/masalaha) Menyampaikan dasar
pertimbangan dilakukan ronde
b) Menjelaskan riwayat penyakit
c) Menjelaskan masalah klien yang belum terselesaikan dan tindakan yang telah dilaksanakan
e) Menyampaikan evaluasi keberhasilan intervensi
f) Klarifikasi data yang telah disampaikan
Nurse Station
Nurse Station
KepalaRuangan
PP1
PP2
Mendengarkan
5 Menit
20 Menit
II. Validasi Dataa) Memberi salam dan
memperkenalkan tim ronde kepada klien dan keluarga.
b) Memvalidasi data yang telah disampaikan dengan melibatkan keluarga .
c) Karu membuka dan memimpin diskusi.
d) Diskusi antar anggota tim dan klien tentang masalah keperawatan yang belum terselesaikan dari validasi data antar tim ronde
e) Pemberian justifikasi
Bed Klien
Nurse Station
Karu
PP2, PA
Karu, PP
Memberi respon dan menjawab pertanyaan
20 Menit
19
oleh konselor tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
Pasca Ronde
Pasca Rondea) Menyimpulkan hasil
diskusi dan merekomendasikan solusi yang dilakukan dalam mengatasi masalah.
b) Reward dan Salam penutup
Nurse Statio
n
Karu
Tim ronde
Karu
- 11 menit
6. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Persiapan dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan ronde
keperawatan
2) Penyusunan proposal ronde keperawatan
3) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
4) Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum
pelaksanaan ronde keperawatan
5) Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde
6) Membuat informed consent dengan pasien dan keluarga
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing
dapat menjalankan perannya dengan baik.
c. Evaluasi Hasi
Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan
permasalahan pasien.
20
RESUME KEPERAWATAN
Data Umum
Nama Pasien : Ny. Z
Usia : 34 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sumatera
No RM : 879041
Alamat : Talang Jaya Indah. Betung. Banyuasin
Tgl MRS : 02 maret 2015
Tgl pengkajian : 07 maret 2015
Keluhan Utama : klien mengalami penurunan kesadaran, klien gelisah
akibat luka yang diderita
Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengalami penurunan kesadaran dengan
GCS 13 (E4V4M5), klien mengalami luka bacok yang dilakukan oleh suaminya
sendiri regio frontal sinistra post op cranioctomy, sebelumnya klien dirwat di
ruang intensive care unit selama 3 hari dan pada tanggal 05 maret klien di
pindahkan ke ruang Kenanga E
Riwayat penyakit dahulu : -
Riwayat penyakit keluarga : tidak terdapat penyakit keluarga.
Perkembangan vital sign
Tanggal/jam Keadaan umum klien
07 maret 2015
09.00 WIB
GCS 13 (E V M ) TD : 90/70 mmhg P : 86 x/mt RR : 30 x/mt T : 360C Terpasang O2 rebriting Mask 10 L/mt Terpasang kateter IVFD RL gtt 20 tts/mt Hb : 9,3 g/dl Leukosit : 13,6 103/mm3
21
14.40 WIB GCS 14 (E V M ) TD : 100/70 mmhg P : 86 x/mt RR : 30 x/mt T : 360C Terpasang O2 rebriting Mask 10 L/mt Terpasang kateter IVFD RL gtt 20 tts/mt
08 maret 2015
21.00 WIB
GCS 13 (E V M ) TD : 90/70 mmhg P : 86 x/mt RR : 30 x/mt T : 360C Terpasang O2 repriting Mask 10 L/mt Terpasang kateter IVFD RL gtt 20 tts/mt
Pemeriksaan Fisik
B1 : Klien mengalami penurunan kesadaran GCS 13, tampak sesak nafas RR
30x/menit, dengan O2 rebriting mask 10 L/mt, nyeri daerah post op
craniactomy regio frontla skala 8, tampak verban pada daerah luka. Tidak
terdapat retraksi otot bantu nafas intercostae.
B2 : Irama jantung reguler, CRT <2 detik, S1S2 tunggal, tidak terdapat keluhan
nyeri dada, akral hangat dan basah, terdapat konjungtiva anemia
B3 : GCS = 13, kesadaran composmentis, pupil isokor, tidak ada gangguan
penciuman, penglihatan, dan pendengaran.
B4 : terpasang kateter
B5 : Mulut kurang bersih, mukosa kering, nafsu makan menurun, nilai
laboratorium albumin 3.0 g/dl, Hemoglobin 9,3 mg/dl. (05/03/2015)
B6 :Kemampuan pergerakan sendi terbatas bebas, kekuatan otot tidak terdapat
kelainan ekstremitas, pada integumen terdapat verban luka terdapat vulnus
laseratum pada regio frontal sinistra.
Endokrin :
Sistem endokrin tidak terdapat hiperglikemia, hipoglikemia, pembesaran kelenjar
tiroid maupun pembesaran kelenjar getah bening.
Pengkajian Psikososial :
22
Ekspresi klien tidak dapat dikaji
Personal Hygiene dan kebiasaan :
Selama dirawat di Kenanga E klien belum mampu melaukan personal hygine
secara mandiri
Daftar Masalah Keperawatan :
1. Gangguan perfusi cerebral
2. Pola nafas tidak efektif
3. Nyeri
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Kerusakan integritas jaringan
6. Resiko infeksi
Masalah keperawatan yang muncul
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
1 Gangguan perfusi cerebral b/d keruskana aliran darah otak sekunder edema, cerebri
2 Pola nafas tidak efektif b/d suplai O2 terganggu
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi / posisi semi fowler
2) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
3) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan4) keseimbangan.5) Monitor respirasi dan status O26) Bersihkan mulut, hidung dan secret7) Pertahankan jalan nafas yang paten8) Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi9) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi10) Monitor vital sign11) Informasikan pada pasien dan keluarga
tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
12) Ajarkan bagaimana batuk efektif13) Monitor pola nafas
3 Nyeri akut d/b agen injuri (kerusakan jaringan)
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
23
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5) Kurangi faktor presipitasi nyeri6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:9) Tingkatkan istirahat10) Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
24
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktorbiologis, psikologis atau ekonomi.
1) Kaji adanya alergi makanan2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
5) Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
6) Monitor lingkungan selama makan7) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan8) Monitor turgor kulit9) Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht10) Monitor mual dan muntah11) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva12) Monitor intake nuntrisi13) Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi14) Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti15) NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.16) Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan17) Kelola pemberan anti emetik:.....18) Anjurkan banyak minum19) Pertahankan terapi IV line20) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
5 Kerusakan integritasJaringan d/b vulnus
Pressure ulcer preventionWound care
1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering3) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
dua jam sekali4) Monitor kulit akan adanya kemerahan5) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan6) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien7) Monitor status nutrisi pasien8) Memandikan pasien dengan sabun dan air
hangat
25
9) Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
10) Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
11) Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
12) Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP, vitamin
13) Cegah kontaminasi feses dan urin14) Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril15) Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada
luka16) Hindari kerutan pada tempat tidur
5 Resiko infeksi b/d - Prosedur Infasif, Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan, peningkatan leukosit
1) Pertahankan teknik aseptif2) Batasi pengunjung bila perlu3) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan4) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung5) Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum6) Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing7) Tingkatkan intake nutrisi8) Berikan terapi antibiotik:.................................9) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal10) Pertahankan teknik isolasi k/p11) Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase12) Monitor adanya luka13) Dorong masukan cairan14) Dorong istirahat15) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi16) Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
Riwayat pemberian terapi
26
TERAPI DOSISO2 rebriting Mask 10 L/mtIVFD RL 500 ccCeftriaxone 1000mgTramadol 100 mgRanitidine 50 mgRawat luka (GV)
27
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATANDI RUANG KENANGA E RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
INFORMED CONSENTYang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : …………………………………..Umur : …………………………………..Alamat : …………………………………..Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU
Untuk dilakukan ronde keperawatan terhadap diri saya sendiri/ suami/ istri/ orang tua/ anak/ ayah/ ibu/ nenek/ kakek, dengan :Nama : …………………………………..Umur : …………………………………..
Jenis Kelamin : ...................................................... Alamat : …………………………………..Ruang : Kenanga E RSUP Dr. Mohammad HeosinNo. RM. : …………………………………..
Dengan ketentuan sebagai berikut :1) Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam ronde
keperawatan2) Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan
tujuan dilakukan ronde keperawatan3) Pasien dan keluarga menerima untuk dilakukan ronde keperawatan 4) Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatanKetentuan ronde keperawatan tersebut diatas telah dijelaskan oleh perawat
dan saya telah mengerti dengan sepenuhnya.Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya. Palembang, 08 Maret 2015
Yang membuat Pernyataan
Perawat Primer Pasien
Saksi-saksi :
1. …………………………….. (……………………)
28
DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien :
Umur :
Jenis Kelamin :
Ruangan / Bed :
Rekam Medis No. :
Diagnosa Medis :
II. MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN
1..................................................................................................
2.................................................................................................
3.................................................................................................
4.................................................................................................
5.................................................................................................
6.................................................................................................
III. SARAN
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................
Kepala Ruangan
( )
Palembang, 10 Maet 2015
Perawat Primer
( )
29
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui untuk dilakukan ronde keperawatan
Hari : Selasa
Tanggal : 10 Maret 2015
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Kenanga E RSUP Dr. Mohammad Heosin Palembang
Mengetahui
Pembimbing Klinik
Fitriah, S.Kep. Ners
Palembang, 10 Maret 2015
Pembimbing Akademik
Sigit Purwanto,S.Kep. M.Kes
30