28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang belakang sangat penting untuk membentuk dan menopang tubuh juga dapat menutupi dan melindungimedula spinalis. Berdasarkan Merril’s Atlas, tulang belakang pada dewasa tersusun vertebraedan terbagi3 segment berdasarkan lokasinya di tubuh. Segmen servikal pada leher terdiri atas 7 vertebrae. Pada bagian segmen t terdiri dari 12 vertebrae dan segmen lumbal terdiri dari 5 vert vertebrae dibantu oleh ligament dan sendi. Juga terbagi pada kolumna vert berupa sakrum dan koksigis dan merupakan bagian dari tulang panggul. 1 Skoliosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Crookednes atau kebengkok Skoliosis mempengaruhi ikatan sendi dan otot yang mengenai tulang yang menyebabkan tulang belakang, tulang rusuk dan tulang panggul bengkok Banyak penyebab yang berbedadariskoliosis. Sebagianbesardeformitas skoliosis adalah idiopatik (penyebab tidak diketahui). Namun yang kongenital disertai dengan gangguan atau sindroma neuromuskular, atau kompensator dari ketidakcocokan panjang kaki atau kelainan intraspinal. 1 Sementara itu kongenital skoliosis didefinisikan sebagai lekuk tulang belakang akibat kelainan perkembangan. Skoliosis yang muncul pada lahir yang tidak terkait dengan anomali perkembangan yang mendasa skoliosis infantil. Istilah kongenital skoliosis menunjukkan bahwa lekukan tulang belakang pada saat lahir, tetapi hanya malformasi tulang b yang terlihat saat lahir pada semua pasien. 2 Insidensinya sekitar 0,5 sampai 1/1, 000 kelahiran telah dia kongenital skoliosis. 2 Jika anomali vertebra multipel hadir, maka risiko anomali serupa baik saudara atau anak-anak dari pasien adalah antara 10 3 Faktor genetik telah terbukti bertanggung jawab atas beberapa anomali kon

scoliosis congenital

Embed Size (px)

DESCRIPTION

scoliosis congenital

Citation preview

menopang tubuh juga dapat menutupi dan melindungi medula spinalis.
Berdasarkan  Merril’s Atlas, tulang belakang pada dewasa tersusun atas 24
vertebrae dan terbagi 3 segment berdasarkan lokasinya di tubuh.
Segmen servikal pada leher terdiri atas 7 vertebrae. Pada bagian segmen thoraks
terdiri dari 12 vertebrae dan segmen lumbal terdiri dari 5 vertebrae. Kolumna
vertebrae dibantu oleh ligament dan sendi. Juga terbagi pada kolumna vertebrae
 berupa sakrum dan koksigis dan merupakan bagian dari tulang panggul.1 
Skoliosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Crookednes atau kebengkokan.
Skoliosis mempengaruhi ikatan sendi dan otot yang mengenai tulang belakang,
yang menyebabkan tulang belakang, tulang rusuk dan tulang panggul bengkok.
Banyak penyebab yang berbeda dari skoliosis. Sebagian besar deformitas
skoliosis adalah idiopatik (penyebab tidak diketahui). Namun yang lain dapat
kongenital disertai dengan gangguan atau sindroma neuromuskular, atau
kompensator dari ketidakcocokan panjang kaki atau kelainan intraspinal.1
Sementara itu kongenital skoliosis didefinisikan sebagai lekukan lateral
tulang belakang akibat kelainan perkembangan. Skoliosis yang muncul pada saat
lahir yang tidak terkait dengan anomali perkembangan yang mendasari disebut
skoliosis infantil. Istilah kongenital skoliosis menunjukkan bahwa selalu ada
lekukan tulang belakang pada saat lahir, tetapi hanya malformasi tulang belakang
yang terlihat saat lahir pada semua pasien.2
Insidensinya sekitar 0,5 sampai 1/1, 000 kelahiran telah diamati untuk
kongenital skoliosis.2 Jika anomali vertebra multipel hadir, maka risiko anomali
serupa baik saudara atau anak-anak dari pasien adalah antara 10 sampai 15%.3 
 
vertebral. Namun, tidak ada etiologi genetik yang jelas dari kongenital skoliosis
sampai saat ini.4
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami tentang “Skoliosis Kongenital”.
 pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umum agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
Skoliosis Kongenital. 
dimana trilaminar embryonic disc  dibuat dari bilaminar disc  (Gambar 1).
 Primitive streak , notochord  berkembang selama gastrulasi, yang biasanya terjadi
 pada minggu ketiga kehamilan.  Notochord  dan somit adalah struktur yang paling
signifikan bertanggung jawab untuk pengembangan dari kolom vertebral.
 Epiblastic cell  bermigrasi dari permukaan dalam dari primitive streak  (Gambar 2).
Selanjutnya, sel-sel terus bermigrasi dan menciptakan mesoderm embrio.
Beberapa faktor pertumbuhan embrio diperkirakan untuk menginduksi migrasi
sel-sel dari primitive streak . Migrasi sel berlanjut sampai minggu keempat dimana
 primitive streak  mengalami regresi dan menghilang di wilayah sacrococcygeal.5
Gambar 2.1. Fase Gastrula 5 
 
mesoderm (sel mesenkim yang mengelilingi notochord  dan neural tube). Paraxial
mesoderm  ini terdiri atas Sclerotome  sebagai pembentuk tulang vertebra dan
 Dermoyotome  sebagai pembentuk kulit dan otot. Sel-sel mesenkimal ini
mengalami 2 fase yaitu cartilogenous stage  dan bony stage. Sclerotome  yang
mengelilingi neural tube akan berfusi sehingga terbentuk body of vertebra. Fusi
dari arah kaudal ke kranial segmen  sclerotome  yang berbeda. Sedangkan
mesenkim yang berada diantara vertebral body yang terbentuk akan berkembang
menjadi intervertebral disc. 5 
Sekelompok sel khusus yang bermigrasi melalui  primitive node, yang
terletak di ujung kranial  primitive streak . Sel-sel migrasi yang paling anterior
membentuk lempeng prechordal, sedangkan yang bermigrasi paling posterior
membentuk notochordal process. Lempeng prechordal memiliki beberapa fungsi,
termasuk pencegahan migrasi anterior dari notochordal process.  Notochordal
 process  berkembang menjadi notochord dan akan menjadi representasi awal
 
vertebra dan tulang kerangka. Selain itu, Nolting et al. menggambarkan
 pentingnya notochord dalam jalur sinyal berbagai selama perkembangan embrio. 5 
Gambar 2.3. Notochordal Process5 
Sel-sel bermigrasi melalui  primitive node  membentuk notochordal
 process. Sel-sel ini pada akhirnya menyatu dengan sel endodermal dari  yolk sac,
menciptakan pembukaan antara  yolk sac  dan amnion. Namun, sisa sel-sel
notochordal process menyesuaikan diri untuk membuat piring notochordal, yang
kemudian akan melipat membentuk notochord  yang berisi central canal  (Gambar
4). 5 
utama: paraksial, intermediate dan lateral mesoderm (Gambar 4). Empat puluh
dua sampai 44 pasang somit akan terbentuk dari mesoderm paraksial pada akhir
minggu kelima. Pengembangan somit terjadi dalam arah kraniokaudal dan pada
akhirnya akan terjadi pembentukan tulang kepala, tulang belakang, struktur tulang
 
embrio. Sel-sel  sclerotome  bertanggung jawab untuk pembentukan tulang
 belakang, dan dermomyotomes  sel otot, dan dermis di atasnya. Selama minggu
keempat, sel-sel  sclerotome  bermigrasi ke arah dan di sekitar tabung notochord  
dan saraf. 5 
Setelah  sclerotomes  mengelilingi notochord   dan neural tube, masing-
masing tingkat akan terpisah menjadi daerah sel longgar dan area sel padat.
Diskus intervertebralis akan terbentuk antara dua lapisan sel (Gambar 5). Pola ini
akan menjadi model untuk masa depan segmentasi dan diferensiasi dari sistem
saraf dan suplai darah bagi tubuh. Lapisan  sclerotome akan membentuk annulus
fibrosus.6
 berinteraksi dengan baik dengan satu sama lain dalam rangka perkembangan
normal. Kegagalan segmentasi yang tepat dapat mengakibatkan kelainan bawaan.6
Gambar 2.5. Sclerotome dan Desmomyotome5 
Perkembangan koluma vertebralis dimulai melalui induksi chorda dorsalis
sehingga bagian sklerotom dihasilkan dari pelepasan somit dan menghasilkan sel
mesenkim yang menebal di sekeliling korda dan menjadi bakal vertebra. Blastema
mesenkimal ini mula-mula berubah menjadi sgemen berbentuk kubus (bakal
corpus vertebrae) yang di bagian tengahnya terletak batang sumbu penghubung
korda. Kemudian terjadi pertumbuhan segmental kea rah lateral dan dorsal.
 
vertebrae  terjadi suatu segmentasi ulang. Tiap setengah bagian cranial segmen
menyatu dengan setengah bagian kaudal segmen yang bersebelahan di atasnya
 pada corpus vertebrae  dan korda berdegenerasi pada daerah tersebut. di antara
dua korpus vertebra yang baru terbentuk, mesenkim akan membentuk diskus
intervertebralis dan sisa korda menjadi nucleus pulposus.6
Gambar 2.6. Vertebra5 
selanjutnya berkembang menjadi vertebra. Sel-sel yang awalnya bermigrasi dekat
dengan neural tube, bukan notochord , akan berkembang menjadi neural arches 
yang terdiri dari dua pedikel, bagian kiri-kanan dari lamina, dan processus
spinosus. Dua bagian lengkungan vertebral berkembang secara terpisah dan harus
 berfusi satu sama lain. Tulang belakang terdiri dari tujuh serviks vertebra, dua
 belas vertebra toraks, lima vertebra lumbal, sakrum dan tulang ekor. Pintu keluar
saraf tulang belakang antara vertebra melalui foramina intervertebralis yang akan
menyediakan persarafan seluruh tubuh.6
 belakang mulai menyatu, sinyal dari notochord dan tabung saraf menginduksi
chondrification  struktur terkait. Setelah chondrification, osifikasi akan dimulai.
Pusat osifikasi dapat ditemukan di tiga bidang utama dalam tulang: satu di
centrum dan satu di setiap sisi dari lengkungan vertebral (Gambar. 7). Centrum
 berartikulasi dengan neural arches  pada saat lahir, dan fusi terjadi antara usia 5
dan 8 tahun. Asimetri dapat menyebabkan cacat bawaan. Selain itu, cacat pada
 proses chondrification  dan osifikasi menyebabkan beberapa kelainan bawaan
yang paling umum.5
 pada akhirnya, chondrification  dan osifikasi dari vertebra. Sistem saraf embrio
 berasal dari permukaan ektoderm dari diskus trilaminar dan mulai berkembang
 pada minggu ketiga. Pia mater, arakhnoid mater dan dura mater dan surround
melindungi sumsum tulang belakang. Piamater dan arachnoid berasal dari neural
crest , sedangkan dura mater berasal dari mesenkim.5
Selama periode janin, kurva normal dari kolom vertebral berbentuk
kyphotic. Lekukan lordotic pada serviks dan lumbar berkembang sekunder pada
masa bayi. Lordosis di vertebra serviks berkembang sebagai akibat dari posisi
mempertahankan posisi leher tegak. Lordosis lumbal sebagai akibat dari postur
duduk dan kemudian berdiri.5
fleksibel yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra. Vertebrae
terdiri dari 7 tulang servikal, 12 tulang thorakal, 5 tulang lumbal, 5 tulang sakral,
dan 4 tulang coccygeal.7
Gambar 2.8. Columna vertebra7
Tulang vertebra merupakan struktur kompleks yang secara garis besar
terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus
intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale
anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel,
lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang
menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian
 posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet
 joint).7
Tulang vertebra ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus
vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang
disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis
anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.7
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak
terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock
absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.7
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin ( Hyalin
Cartilage Plate),  nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah
cair dari nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae
dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi
dan ekstensi columna vertebralis.7  
diskus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum
(pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna
vertebrale ini stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak
kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus
maksimus, dan hamstring.7 
2.3. Skoliosis Kongenital
disebabkan oleh kelainan bawaan pembentukan vertebra. Kelainan tulang
 
 jelas.[9,10,11]  
Klasifikasi yang telah disetujui oleh Scoliosis Research Societ adalah klasifikasi
menurut MacEwen:
 b)  
Gambar 2.10. Kiri atas: cacat sentral anterior. Kanan atas: hemivertebra
inkarserata. Bawah, dari kiri ke kanan: hemiverebra bebas, wedge
vertebra, dan hemivertebrae multipel.
a)  Kegagalan Segmentasi Unilateral (unilateral unsegmented bar)
 b)  Kegagalan Segmentasi Bilateral (block vertebra)
 
Kanan: unilateral unsegmented bar.
c.  Tipe Campuran (Mixed)
Gambar 2.12. Deformitas tulang belakang campuran yang melibatkan tulang
 belakang torakolumbalis.
a.  Kegagalan pembentukan Anterior - Hal ini menyebabkan kyphosis dengan
sudut yang tajam
menghasilkan kurva lordotic.
hemivertebrae klasik scoliosis bawaan.
a.  
menyebabkan kyphosis progresif karena tidak adanya pertumbuhan
vertebra anterior.
lordotic.
henti-hentinya.
d.  Kegagalan total segmentasi - ini menghasilkan blok tulang belakang, yang
menghasilkan pemendekan tulang belakang.
 jika terjadi, akan menjadi lordoscoliosis dan kyphoscoliosis, masing-
masing.
tertentu. Hemivertebrae dapat disubklasifikasikan sebagai berikut:
a.  Hemivertebrae inkarserata - ini biasanya tidak menghasilkan keselarasan
abnormal (vertebra tetap sejajar) karena badan vertebra di atas dan di
 bawah segmen yang terganggu juga berbentuk abnormal sehingga dapat
mengakompensasi hemivertebrae tersebut.
kurva tergantung pada ukuran segmen yang terjepit.
 
Hemivertebrae Segmented, atau bebas, - ini memiliki disk normal atas dan
di bawah tubuh yang rusak dan lebih mungkin untuk menghasilkan
kelengkungan progresif, karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari
wedge-oriented endplates.
hemivertebrae memiliki ruang disk yang normal di satu sisi dan
unsegmented di ujung.
2.3.3. Manifestasi Klinis
Karena tingginya frekuensi anomali terkait dalam dan di luar dari tulang
 belakang, evaluasi pasien yang memiliki kelainan tulang belakang bawaan sangat
 berbeda dengan pasien yang umumnya menderita kelainan tulang belakang
idiopatik atau neuromuscular. Letts dan Bobechko menemukan bahwa 82% dari
 pasien dengan skoliosis bawaan telah dikaitkan malformasi pada 4 sistem organ
yang berbeda.12  Beals dan rekan (1993) menemukan bahwa 61% dari pasien
dengan scoliosis bawaan memiliki kelainan pada 7 sistem organ yang berbeda.
Saluran urogenital adalah kelainan penyerta yang paling sering dijumpai.
Penelitian pada pasien dengan scoliosis bawaan oleh MacEwen dan rekan
mengungkapkan kejadian 20% dari anomali saluran kemih terdeteksi pada
intravena pyelography (IVP) rutin, sedangkan studi oleh Hensinger dan rekan
 pada anomali tulang belakang leher menemukan tingkat yang lebih tinggi dari
33%.13,14  Pada sekitar 5% dari pasien, uropati obstruktif, paling sering
urethrovesicular obstruksi, dijumpai. USG ginjal dan magnetic resonance imaging
(MRI) dapat digunakan untuk mendiagnosis anomali ginjal dengan akurat.15 
Kelainan yang juga menjadi perhatian besar adalah anomali jantung.
Sebanyak 10-15% pasien dengan scoliosis bawaan telah tercatat memiliki cacat
 jantung bawaan. Murmur tidak boleh dikaitkan dengan scoliosis dan harus
dievaluasi secara menyeluruh. Frekuensi dysraphism spinal tinggi pada pasien
dengan scoliosis bawaan. Prevalensi lesi dysraphic adalah sekitar 40% dalam 3
 
tethered spinal cord, fibrous dural band, syringomyelia, atau lipoma intradural.
Banyak anomali lainnya dapat terjadi selain masalah di atas, seperti Sprengel
deformitas, Klippel-Feil deformitas, sindrom Goldenhar (displasia
oculoauriculovertebral), dan atresia anal.
Malformasi utamanya didiagnosis pada saat bayi dengan menggunakan x-
ray dada atau abdomen. Deformitas hanya tampak bila didapati rotasi yang
umumnya terjadi dengan batang tidak bersegmen bagian anterolateral. X-ray pada
 bagian servikal tulang belakang harus selalu dilakukan untuk mengetahui kelainan
 pada torakal atau lumbal yang sering menjadi area lokasi dari malformasi (sekitar
25%). 
vertebra yang mengalami kelainan pertumbuhan pada satu sisi disebut wedge
vertebra. Jika satu sisi menghilang sepenuhnya maka disebut hemivertebra.
Defek pada vertebra dapat terjadi pada bagian lateral, dorsal atau ventral.
Vertebra yang tidak mempunyai bagian tengah disebut butterfly vertebra. 
Gambar 2.13. Formation Defects
Pada hal ini jarak antar vertebra tidak terbentuk sempurna dengan
menghilangnya  growth plates  pada lokasi tertentu. Jika jarak antar vertebra
menghilang maka kita sebut block vertebra. Jika segmentasi hanya hilang pada
area tertentu dari corpus vertebra maka kita sebut unsegmented bar .  Bar ini
dapat berlokasi di lateral, ventral atau dorsal. Sejak bar  biasanya berlokasi di
 posisi anterolateral, kelainan pertumbuhan yang disebabkan oleh unsegmented
bar mengakibatkan rotasi dari corpus vertebra yang mengalami kelainan. 
Gambar 2.14. Segmentation Defect
anterolateral bergabung dengan hemivertebra  pada sisi yang berlawanan
umumnya yang sering ditemui. Prognosis dari kombinasi kelainan ini sangat
 buruk. 
Pemeriksaan neurologis sebaiknya juga penting untuk dilakukan. Jika
kita curiga terjadi kelainan saraf maka kita biasa lakukan MRI dengan anastesi
general. Segera setelah kelainan saraf tersebut terdeteksi kita harus memikirkan
kemungkinan untuk operasi anomaly spinal tersebut. 
 
Gambar 2..15. Malformasi intraspinal pada anak laki-laki usia 6 tahun
Penilaian yang penting dan sering dilupakan yaitu evaluasi fungsi paru-
 paru. Dengan keadaan yang hampir mustahil untuk mengukur kapasitas vital
 pada anak-anak maka kita gunakan thumb deflection test untuk memperkirakan
luas rongga toraks. Anak-anak dengan scoliosis kongenital yang berat sering
sesak napas, lemah, dan gagal tumbuh.
Gambar 2.16. Thumb Deflection Test
 
kita sebut Vacterl syndrome. Yaitu : kelainan vertebra, atresia anus, kelainan
 jantung, fistel trakea-esofagus, kelainan ginjal & tulang radius, defek anggota
gerak. Bisa juga didapati beberapa sindrom seperti : Goldenhar/Oculo Auricular
Vertebral yaitu hemifacial microsomia dan epibulbar dermoid, sindrom Jarcho-
Levin (Spondylocostal dysostosis) yaitu dwarfism & multiple vertebral-rib defect
and fusion, sindrom Klippel-Feil yaitu short neck, low posterior hairline & fusion
of cervical vertebrae, sindrom Alagille yaitu peripheral pulmonic stenosis,
cholestatis, facial dysmorphism.
2.3.5. Penatalaksanaan 16,17
yaitu dengan teknik thoracostomy  and    straightening   with  the  titanium  rib 
according   to  Campbell   (vertical   expandable prosthetic titanium rib  ; VEPTR).
Tujuan utama dari teknik ini yaitu untuk memisahkan iga yang saling berlekatan
dan menarik iga yang berikutnya. Saat operasi suatu alat khusus dimasukkan
antara iga kemudian ditarik. Jika iga telah berlekatan pada kedua sisi, maka alat
tersebut dapat digunakan secara bilateral. Setelah beberapa bulan alat tersebut
harus diperpanjang melalui luka kecil untuk meningkatkan perbaikan dari tulang.
Prosedur ini harus diulangi beberapa kali. 
Gambar 2.17. Prinsip penanganan skoliosis kongenital dengan instrumentasi
VEPTR
 
vertebra selurus mungkin dengan tidak memperdulikan masalah rongga dada yang
kecil. Hemivertebrectomy diindikasikan pada kelainan hemivertebra yang
menyebabkan dekompensasi dari vertebra atau yang berlokasi di posterior.
Perbaikan dapat dilakukan melalui sisi posterior dengan menggunakan alat
kompresi. Hemivertebrectomy pada daerah cervical sangat berbahaya karena
terdapat arteri vertebra yang dapat menyebabkan komplikasi lain.
 
Komplikasi yang paling ditakuti dari operasi adalah  paraplegia walau hal
ini tidak pernah akibat langsung dari cedera  spinal cord . Adanya kelainan
intraspinal dapat menyebabkan penekanan pada cord dan berakibat paresis atau
 paralisis. Suatu paraparesis sementara muncul akibat penekanan pada
 Adamkiewicz artery. Namun dengan menyingkirkan batang kompresi hal ini dapat
 berkurang bahkan hilang setelah selesai operasi. Vertebrectomies pada bagian
servikal bisa berbahaya karena operator harus berhati-hati untuk menghindari
terjadinya cedera pada cord dan arteri vertebra.
Komplikasi lainnya yang berhubungan dengan spondilodisis posterior
 pada pasien yang sangat muda yaitu crankshaft phenomenon  yang melibatkan
 progresifitas dari skoliosis, meliputi rotasi sebagai hasil dari pertumbuhan terus-
menerus dari corpus vertebra anterior. Untuk mencegah hal ini dilakukan
kombinasi dari anterior dan posterior walau hanya satu segmen yang mengalami
kelainan.
deformitas yang terjadi.
disebabkan oleh kelainan bawaan pembentukan vertebra. Berdasarkan klasifikasi
yang telah disetujui oleh Scoliosis Research Societ yang merupakan klasifikasi
menurut MacEwen, scoliosis kongenital dibagi menjadi kegagalan pembentukan
(Failure of Formation), kegagalan segmentasi (Failure of Segmentation) dan tipe
campuran (Mixed).
Scoliosis kongenital didiagnosis pada saat bayi dengan menggunakan x-
ray dada atau abdomen. Deformitas hanya tampak bila didapati rotasi yang
umumnya terjadi dengan batang tidak bersegmen bagian anterolateral.
Pengobatan secara pembedahan pada skoliosis kongenital yang terkini
yaitu dengan teknik thoracostomy  and    straightening   with  the  titanium  rib 
according   to  Campbell   (vertical   expandable prosthetic titanium rib  ; VEPTR).
Tujuan utama dari teknik ini yaitu untuk memisahkan iga yang saling berlekatan
dan menarik iga yang berikutnya. Hemivertebrectomy diindikasikan pada kelainan
hemivertebra yang menyebabkan dekompensasi dari vertebra atau yang berlokasi
di posterior. Perbaikan dapat dilakukan melalui sisi posterior dengan
menggunakan alat kompresi. Hemivertebrectomy pada daerah cervical sangat
 berbahaya karena terdapat arteri vertebra yang dapat menyebabkan komplikasi
lain.
Komplikasi yang paling ditakuti dari operasi adalah  paraplegia walau hal
ini tidak pernah akibat langsung dari cedera  spinal cord . Adanya kelainan
intraspinal dapat menyebabkan penekanan pada cord dan berakibat paresis atau
 paralisis. Komplikasi lainnya yang berhubungan dengan spondilodisis posterior
 pada pasien yang sangat muda yaitu crankshaft phenomenon  yang melibatkan
 progresifitas dari skoliosis, meliputi rotasi sebagai hasil dari pertumbuhan terus-
menerus dari corpus vertebra anterior. Untuk mencegah hal ini dilakukan
kombinasi dari anterior dan posterior walau hanya satu segmen yang mengalami
kelainan.
DAFTAR PUSTAKA
1.  Basu PS, Elsebaie H, Noordeen MH. Congenital spinal deformity: a
comprehensive assessment at presentation. Spine 2002 ; 27 : 2255-2259.
2.  Shands AR, Eisberg HB. The incidence of scoliosis in the state of
Delaware. A study of 50,000 minifilms of the chest made during a survey
for tuberculosis. J Bone Joint Surg 1955 ; 37-A : 1243-1255.
3.  Wynne-Davies R. Congenital vertebral anomalies : aetiology and
relationship to spina bifida cystica. J Med Genet 1975 ; 12 : 280-288.
4.  
Erol B, Tracy MR, Dormans JP et al. Congenital scoliosis and vertebral
malformations: characterization of segmental defects for genetic analysis.
 J Pediatr Orthop 2004 ; 24 : 674-682.
5.  
Kaplan, K.M., et al. 2005. Embryology of The Spine and Associated
Congenital Abnormalities. The Spine Journal 5 (2005) 564 – 576.
6.  Rohen, J.W. & Drecoll, E.L., 2002.  Embriologi Fungsional . Jakarta; EGC.
7.  
Standring, S., 2008. Gray’s Anatomy.  40TH Ed. Churchill Livingstone
Elsevier.
8.  Thompson, J.C., 2010. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy. 2 ND  Ed.
Saunders Elsevier.
9.  Winter RB, Moe JH, Lonstein JE. A review of family histories in patients
with congenital spinal deformities. Orthop Trans. 1983;7:32.
10. 3. Bulent E, Tracy MR, Dormans JP, et al. Congenital scoliosis and
vertebral malformations; characterization of segmental defects for genetic
analysis. J Pediatr Orthop. 2004;24:674-82.
11. 4. Campbell RM Jr, Hell-Vocke AK. Growth of the thoracic spine in
congenital scoliosis after expansion thoracoplasty. J Bone Joint Surg Am.
Mar 2003;85-A(3):409-20.
12. Letts RM, Bobechko WP. Fusion of the scoliotic spine in young children.
Clin Orthop Relat Res. Jun 1974;(101):136-45.
13. MacEwen GD, Winter RB, Hardy JH. Evaluation of kidney anomalies in
congenital scoliosis. J Bone Joint Surg Am. Oct 1972;54(7):1451-4.
 
14. Hensinger RN, Lang JE, MacEwen GD. Klippel-Feil syndrome; a
constellation of associated anomalies. J Bone Joint Surg Am. Sep
1974;56(6):1246-53.
15. Riccio AI, Guille JT, Grissom L, Figueroa TE. Magnetic resonance
imaging of renal abnormalities in patients with congenital osseous
anomalies of the spine. J Bone Joint Surg Am. Nov 2007;89(11):2456-9.
16. Hefti, F. (2007). Congenital Malformations of The Spine. In F. Hefti,
 Pediatric Orthopedics in Practice (pp. 108-117). New York: Springer.
17.  Abbasi, David. Shilt, (2014) Jeff. Congenital Scoliosis. Accessed from:
http://www.orthobullets.com/spine/2060/congenital-scoliosis.