41
Sejarah Akuntansi Islam Serial Akuntasi Syariah Seri II SEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?’ katakanlah, Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menjadi orang yang pertamakali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.’” (Al An’am:14) Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui kronologi sejarah perkembangan akuntansi. 2. Studi urgensi masa yang berlangsung antara tahun 500 SM. sampai tahun 1494 M. 3. Memahami peran angka-angka Arab dalam pengembangan akuntansi, terutama di Itali. 4. Menyimpulkan hubungan metodologis antara manuskrip Al Mazindarani dan buku Pacioli. 5. Memahami sistem dan praktik-praktik akuntansi yang berjalan di negara Islam dan membandingkannya dengan apa yang digunakan sekarang. 6. Mengetahui peran zakat dalam pengembangan akuntansi, dan konsep akuntansi yang populer di negara Islam. 7. Memahami pengaruh-pengaruh yang timbul dari pendirian dan perkembangan kantor-kantor pemerintahan, spesialisasi kemampuan manusia pada pengembangan sistem administrasi, sistem pengawasan secara umum, dan sistem akuntansi secara khusus, di negara Islam. 8. Mengenal sistem akuntansi dan nama-nama buku (akuntansi) di negara Islam dan membandingkannya dengan apa yang terdapat di dalam buku Pacioli.

Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

  • Upload
    haliem

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Sejarah Akuntansi IslamSerial Akuntasi Syariah Seri II 

SEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM

 

“ Katakankanlah,”Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan

langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?’ katakanlah,

Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menjadi orang yang pertamakali

menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang

musyrik.’” (Al An’am:14)

 

Tujuan  Pembelajaran

 

1.      Mengetahui kronologi sejarah perkembangan akuntansi.2.      Studi urgensi masa yang berlangsung antara tahun 500 SM. sampai tahun 1494 M.3.      Memahami peran angka-angka Arab dalam pengembangan akuntansi, terutama di Itali.4.      Menyimpulkan hubungan metodologis antara manuskrip Al Mazindarani dan buku Pacioli.5.      Memahami sistem dan praktik-praktik akuntansi yang berjalan di negara Islam dan membandingkannya dengan apa yang digunakan sekarang.6.      Mengetahui peran zakat dalam pengembangan akuntansi, dan konsep akuntansi yang populer di negara Islam.7.      Memahami pengaruh-pengaruh yang timbul dari pendirian dan perkembangan kantor-kantor pemerintahan, spesialisasi kemampuan manusia pada pengembangan sistem administrasi, sistem pengawasan secara umum, dan sistem akuntansi secara khusus, di negara Islam.8.      Mengenal sistem akuntansi dan nama-nama buku (akuntansi) di negara Islam dan membandingkannya dengan apa yang terdapat di dalam buku Pacioli.9.      Studi daftar keuangan dan sistem penggambaran saldo piutang sebagaimana yang pernah digunakan di Negara Islam, dan membandingkannya dengan apa yang digunakan pada masa kita sekarang ini.10.    Mengulas pentingnya  zakat dari sisi peran yang dimainkannya dalam pengembangan akuntansi, yaitu dari sisi pentingnya  bagi pribadi muslim dan negara Islam.

Page 2: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

 

Pendahuluan

 

            Sesungguhnya sejarah akuntansi, sebagaimana yang ditulis oleh para ahli

sejarah Barat dan menurut apa yang kami kemukakan di bab I, menunjukkan bahwa

akuntansi secara umum atau apa yang dinamakan dengan sistem doubele entry secara

khusus tumbuh dan berkembang di Eropa, yaitu di Republik Itali. Di antara referensi

yang dapat dilihat, baik yang berbahasa Arab maupun yang berbahasa Inggris, tidak

kami dapati penyebutan apa pun tentang apa yang terjadi di negara Islam. Boleh jadi,

pengabaian peran negera Islam dalam pengembangan akuntansi karena disengaja atau

karena ketidaktahuannya. Sesungguhnya kita semua mengetahui dengan baik peran

yang dimainkan oleh negara Islam dalam pengembangan berbagai ilmu dan seni.  Hal

ini mencakup akuntansi keuangan.

            Dengan izin Allah Tabaraka  Wa Ta’ala, dalam bab ini, kami akan menjelaskan

sejarah perkembangan akuntansi di dunia Islam, yaitu akan kami jelaskan dalam

pembahasan pertama, sehingga pembaca mengetahui mata rantai sejarah akuntansi

yang lepas itu. Kami juga akan menjelaskan faktor-faktor penyebab perkembangan

akuntansi di negara Islam, dalam pembahasan kedua. Kita mohon kepada Allah semoga

Dia memberikan pertolongan dan taufik-Nya kepada kita.

 

 

PEMBAHASAN PERTAMA

Kronologi Perkembangan Akuntansi Di Dunia Islam

 

            Vangermeersch memandang bahwa tempat tumbuhnya sistem pencatatan sisi-

sisi transaksi (double entry) masih diperdebatkan. (Berton, 1933, hal.1). Hal ini berarti 

bahwa dia tidak menerima bahwa tempat tumbuhnya sistem tersebut di Republik Itali.

Dia beralasan bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi dalam buku-buku akuntansi,

yang merupakan suatu metode untuk memilah-milah data sesuai dengan kaidah-kaidah

khusus yang telah dikenal secara umum (Have, 1976, hal. 5--6). Berdasarkan hal

tersebut, sebagian peneliti memandang bahwa masih diragukan, sistem pencatatan sisi-

sisi transaksi dalam bentuk yang kita kenal sekarang ini atau yang mendekati hal itu

telah dipraktikan secara meluas pada abad XIV (Weis and Tinuis, 1991, hal. 54), yakni

mereka meragukan adanya praktik tersebut secara meluas di Itali pada abad XIV,

terutama Pacioli hanya menyebutkan adanya praktik secara meluas tanpa menentukan

tempatnya. Keraguan ini pada kenyataannya beralasan. Alasan pertama, yaitu

Page 3: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

kosongnya masa sejarah dari sejarah akuntansi, yaitu masa yang terjadi antara

lenyapnya negeri antara dua sungai dan negeri Mesir di dunia Arab sampai abad XV

secara umum. Secara khusus, ketika Pacioli menyebarkan bukunya yang mengandung

satu bab tentang akuntansi, yaitu pada tanggal 10 Nopember 1494 M. Kekosongan ini

hampir mendekati dua ribu tahun. Alasan kedua, yaitu penggunaan sistem pencatatan

sisi-sisi transaksi secara luas tidak diragukan lagi mengharuskan adanya suatu praktik

kerja dan pusat-pusat pelatihan yang mampu mencetak pribadi-pribadi yang ahli dan

mampu menggunakan sistem ini secara luas. Pada kenyataannya, pusat-pusat

pelatihan semacam itu tidak ada di Itali, kecuali pada akhir abad XVI, yaitu setelah

kurang lebih dua abad dari munculnya buku Pacioli. Pusat pelatihan para akuntan yang

pertama di Itali didirikan di kota Venice pada tahun 1581 M., dan dikenal dengan nama

Colege of Accountans. Setelah para peserta studi menerima ilmu dari lembaga tersebut,

mereka diharuskan untuk berlatih (praktik kerja) di kantor-kantor akuntan yang telah

teruji selama enam tahun, setelah itu, mereka diuji sebelum dapat mempraktikkan

profesi akuntansi secara mandiri. (American Institute of Certified Accountants, 1970,

hal.3) Demikian pula praktik kerja belum memiliki wujud yang diperhatikan sebelum

munculnya buku Pacioli. Hal ini kembali pada keterbelakangan ilmu yang dialami Eropa

pada saat itu, yang dikenal dengan masa kegelapan.

Di antara yang patut diperhatikan adalah Pacioli menyebutkan di dalam bukunya bahwa

sistem pencatatan sisi-sisi transaksi telah ada sejak masa yang lama (Murray, 1930, hal.

16), tetapi ia tidak menyebutkan sejak kapan dan di mana sistem ini telah ada sejak

lama. Apakah hal itu di dalam Republik Itali pada saat itu, ataukah di tempat lain.

Demikian juga salah seorang peneliti, De Rover, berpendapat bahwa bab yang terdapat

di dalam buku Pacioli tentang akuntansi hanyalah suatu bentuk nukilan dari apa yang

ada pada saat itu beredar di antara para murid dan guru di sekolah aritmetika dan

perdagangan (Venetian Schole) atau dalam bahasa Inggris Schools of Commerce and

Arithmetic. Dengan demikian, Pacioli hanyalah penukil (Transcriber ) atau pencatat

terhadap apa yang beredar pada saat itu (Chatfield, 1968, hal. 45). Sesungguhnya

ucapan ini tampak diterima oleh akalnya, namun terganjal oleh adanya hubungan antara

para pedagang muslim dan para pedagang Itali. Tetapi, pertanyaan yang muncul

adalah: Siapakah yang menemukan sistem pencatatan sisi-sisi transaksi? Di mana hal

itu? Dan bagaimana sistem ini bisa beralih ke tangan orang-orang Itali?

            Mungkin dapat dikatakan bahwa pada saat Eropa hidup pada masa kegelapan,

kaum muslimin telah menggunakan akuntansi dan ikut andil dalam

mengembangkannya. Sementara itu, peradaban Islam, dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, berdiri di atas asas kebahagiaan manusia melalui hal-hal yang

Page 4: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

sesuai dengan syari’at Islam dan hal-hal yang dapat merealisasikan bagi manusia

integrasi antara tuntutan-tuntutan spiritual dan tuntutan-tuntutaan material. Hal ini dalam

rangka mengamalkan firman Allah Ta’ala:

“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri

akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan

berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,

dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al Qashash :77).

Orang-orang Arab, terutama di Makah, kemudian kaum muslimin setelah itu,

menggunakan akuntansi untuk menentukan keuntungan dengan mengukur kelebihan

yang ada pada aset mereka. Peradaban Islam selamanya telah disifati sebagai

peradaban Arab. Tampaknya, hal ini dikarenakan kaum musliimin menggunakan bahasa

Arab, yang merupakan bahasa AlQur’an. Di samping itu,karena orang-orang Arab

adalah para pedagang yang tangguh di Eropa, Afrika, dan Asia. Pada hakikatnya,

peradaban yang dikenal oleh masa Islam adalah bersumber dari Islam, dan

pembangunnya adalah kaum muslimin. Peradaban Islam ini, dengan segala karakter,

arah pandang, dan sumbernya, berbeda dengan seluruh peradaban sebelumnya dan

yang sesudahnya. Oleh karena itu merupakan suatu kesalahan, mengatakan bahwa ia

adalah peradaban Arab. Ia adalah peradaban Islam yang belum pernah ada

bandingannya di dunia ini, sebelum dan sesudahnya. Di samping itu, Islam menolak

fanatisme golongan, maka orang-orang yang ikut andil dalam membangun peradaban

Islam  bukan saja  orang-rang Arab.  Bahkan,  banyak dari ilmu yang ditemukan dan

dikembangkan oleh kaum Muslimin non-Arab. Dengan demikian tidak boleh

menyandarkan peradaban Islam kepada orang-orang Arab saja atau kepada kelompok

tertentu selain mereka. Kaum muslimin memiliki pengaruh yang besar terhadap orang-

orang yang dijumpainya dari berbagai macam bangsa, melalui perjalanan dagang

mereka. Sebagai contoh kami sebutkan pengaruh para pedagang Yaman terhadap

orang Indonesia dan Malaysia, yakni mereka itu berpindah agama, dari Budha ke Islam.

            Demikian pula, banyak orang-orang Eropa yang mengunjungi dunia Islam

terpengaruh dengan apa yang mereka rasakan di negeri Islam. Banyak di antara

mereka yang masuk Islam ketika mereka merasakan kekuatan pendorong yang

merubah orang-orang badui yang memeluk Islam menjadi ulama’ dan pemimpin.

Sebagian peneliti telah merasakan pengaruh peradaban Islam dan kaum muslimin

terhadap dunia, yakni salah seorang dari mereka mengatakan bahwa para pedagang

Itali telah menggunakan huruf-huruf Arab (Have, 1976, hal. 33), di samping angka-angka

Arab juga. Di samping itu, sebagian penulis memandang bahwa sistem pencatatan sisi-

Page 5: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

sisi transaksi yang dikenal dengan sistem pembukuan ganda (double entry) telah

dikenal oleh penduduk dahulu, dan sistem ini tersebar di Itali melalui perdagangan.

Demikian pula bahwa di sana terdapat beberapa peristiwa yang menunjukkan bahwa

orang-orang terdahulu telah mencatat pemasukan dan pengeluaran tunai pada

lembaran-lembaran yang berhadapan dengan sistem debet dan kredit. (Heaps, 1985,

hal. 19--20). Tidak diragukan lagi, mereka itu adalah orang-orang Arab terdahulu

sebelum Islam, di Babilonia, Mesir, lalu di Hijaz, setelah itu diikuti oleh kaum muslimin.

Demikian pula perkataan peneliti ini bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi telah

tersebar di Itali melalui perdagangan, yang dimaksudkan adalah melalui kaum muslimin.

Sebab, kaum muslimin pernah menjalin hubungan dagang yang kuat dengan orang-

orang Itali; dan tidak ada seorang pun yang mendahului mereka dalam melakukan hal

itu, sejak Eropa keluar dari masa kegelapan.

Tahun 1202 M. adalah tahun dimasukkannya angka-angka Arab dan aritmetika--yang

keduanya ditemukan oleh kaum muslimin--ke Eropa, yaitu melalui buku yang ditulis oleh

Leonardo of Pisa Putra Bonnaci (Fibonnaci) yang banyak melakukan perjalanan ke

dunia Arab. (Brown, 1968, hal.11). Tentu saja, hal ini bukan berarti akuntansi tidak

sampai ke Itali melalui para pedagang muslim, sebelum tahun 1202 M. Sebab, sangat

memungkinkan, hubungan dagang dan akibat yang ditimbulkannya seperti adanya

hubungan cinta kasih antara kaum muslimin dan orang-orang orang Itali telah membuka 

jalan bagi penggunaan angka-angka Arab dalam skala yang terbatas, sehingga buku

Leonardo of Pisa mendapatkan sambutan yang baik ketika terbit. Buku Leonardo of Pisa

memuat bab-bab tentang aritmetika yang menjelaskan cara penjumlahan, pengurangan,

menentukan harga, barter dan persekutuan-persekutuan terutama yang serupa dengan

Syirkah  Tadlamun. Buku  ini mendapatkan perhatian besar dari para pedagang, karena

menyajikan cara baru penomoran dari satu sampai sepuluh. Cara ini tidak akan

disajikan kepada orang-orang Eropa di Itali kecuali setelah nyata berhasil penerapannya

di negara Islam di sisi penemunya, kaum muslimin. Dengan sistem ini, masalah-

masalah akuntansi yang dihadapi oleh para pedagang pada saat itu berhasil

diselesaikan. Secara umum, bahasa  Arab adalah bahasa yang populer di dunia Islam.

Sebagian wilayah Islam bahasanya bukan bahasa Arab, namun bahasa mereka ditulis

dengan huruf-huruf Arab. Sebagian studi menunjukkan bahwa huruf-huruf Arab

digunakan dalam 39 bahasa selain bahasa Arab, di Asia. Afrika dan Eropa. Di antara

bahasa-bahasa Asia yang menggunakan hurup Arab adalah bahasa Turki, Parsi,

Azerbaijan, Kurdi, Afganistan, Hindustan, Kashmir, Punjab, Urdu, Tamil, India, Usbek,

Jawa, Sunda, Melayu, Sulawesi dan Indonesia. Adapun bahasa-bahasa Afrika yang

ditulis dengan huruf-huruf Arab antara lain : Qubataliyah, Syalhaniyah, Sawahiliyah,

Page 6: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Bumbariyah, Fulaqiyah, Susatiyah, Ghambiyah, dan Fayarijiyah. Sedangkan di Eropa,

bahasa yang menggunakan huruf Arab antara lain:  Sanukan, Qazan, dan Qumnuk

(Hawaditus Sa’ah, 1995, No. 52). Sebagaimana telah dikatakan, orang-orang Eropa dan

orang-orang  Amerika  mengkaitkan peradaban Islam dengan orang-orang Arab boleh

jadi dikarenakan orang-orang Arab menjadi pelopor dalam penyebaran agama Allah,

Islam. Di samping menyebarkan agama Allah, mereka juga menyajikan peradaban

mereka yang tumbuh dan berkembang dari celah-celah Islam. Di antaranya adalah

perdagangan, dan ilmu-ilmu yang lain.. Hal ini ditegaskan oleh salah seorang peneliti

bahwa orang-orang Arab yang datang dari timur ke Eropa telah membawa dagangan

mereka yang bermacam-macam,  berbagai penemuan mereka dalam ilmu pengetahuan,

dan matematika. (Woolk, 1912, hal.  54).

            Peradaban Islam telah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan-

tuntutan syari’at Islam yang berasaskan pada Al Qur’an dan As Sunnah. As Sunnah

mengandung seluruh ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Muhammad bin

Abdillah shallahu `alaihi wasallam, sebagaimana yang dihafal oleh para sahabat

ridlwanullah ‘alaihim. Sangat disayangkan, kita dapati sebagian penulis dari kalangan

non Islam tidak berusaha memahami Islam secara benar, dan mengulang-ulang

pendapat yang tidak sesuai dengan kedudukan ilmiah mereka tanpa memikirkan hasil

dari apa yang mereka tulis. Di antaranya adalah definisi yang mereka kemukakan

tentang Rasul Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, yaitu seorang pemimpin yang di

dalam tulisan-tulisan sastranya memberikan banyak pengetahuan dan hikmah kepada

para pengikutnya. (Haskins, 1900, hal. 11). Dengan definisi tersebut, mereka

mempunyai maksud bahwa Al Qur'an bukan dari sisi Allah. Salah satu penelitian modern

yang dilakukan oleh salah seorang  peneliti Muslim bersama para peneliti Barat

menunjukkan bahwa manfaat yang mungkin dipetik dari Islam dalam pengembangan

akuntansi dan kerangka perdagangan tidak dapat diambil manfaatnya, setelah dilakukan

penelitian yang mendalam.(Hamid et al, 1993, hal 132). Hal ini menunjukkan

bahwasanya sangat mendesak, kebutuhan untuk memberikan pemahaman kepada

orang-orang non muslim, terutama para pemikir mereka, tentang hakikat Islam dan apa

saja yang dapat dipersembahkan kepada manusia, di samping apa yang telah

dipersembahkan kepada mereka melalui berbagai ilmu pengetahuan yang dijadikan

asas oleh orang-orang Barat dalam meraih kemajuan ilmu pengetahuan mereka.

            Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan

pengembangannya di negara Islam, sebelum munculnya buku Pacioli, adalah adanya

manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H./1363 M. Manuskrip ini adalah karya seorang

penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani, dan diberi

Page 7: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

judul “Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat”. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan

Sulaiman Al-Qanuni di Istambul Turki, tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756,

dan memuat tentang akuntansi dan sistem akuntansi di negara Islam. Huruf yang

digunakan dalam tulisan ini adalah huruf Arab, tetapi bahasa yang digunakan terkadang

bahasa Arab, terkadang bahasa Parsi dan terkadang pula bahasa Turki yang populer di

Daulat Utsmaniyah,. Buku ini telah ditulis kurang lebih 131 tahun sebelum munculnya

buku Pacioli. Memang, buku Pacioli termasuk buku yang pertama kali dicetak tentang

sistem pencatatan sisi-sisi transaksi (double entry), dan buku Al Mazindarani masih

dalam bentuk manuskrip, belum di cetak dan belum diterbitkan.

 

Al Mazindarani berkata bahwa ada buku-buku--barangkali yang dimaksudkan adalah

manuskrip-manuskrip--yang menjelaskan aplikasi-aplikasi akuntansi yang populer pada

saat itu, sebelum dia menulis bukunya yang dikenal dengan judul :”Risalah Falakiyah

Kitab As Sayaqat”. Dia juga mengatakan bahwa secara pribadi, dia telah mengambil

manfaat dari buku-buku itu dalam menulis buku “Risalah Falakiyah” tersebut. Dalam

bukunya yang masih dalam bentuk manuskrip itu, Al Mazindarani menjelaskan hal-hal

beriktu ini:

         Sistem akuntansi yang populer pada saat itu, dan pelaksanaan pembukuan yang

khusus bagi setiap sistem akuntansi.

         Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat transaksi

keuangan.

         Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyetaraan.

 

Menurut Al Mazindarani, sistem-sistem akuntasni yang populer pada saat itu, yaitu pada

tahun 765 H./1363 M. antara lain:

         Akuntansi Bangunan.

         Akuntansi Pertanian.

         Akuntansi Pergudangan

         Akuntansi Pembuatan Uang.

         Akuntansi Pemeliharaan Binatang.

 

Al Mazindarani juga menjelaskan pelaksanaan pembukuan yang populer pada saat itu

dan kewajiban-kewajiban yang harus diikuti. Di antara contoh pelaksanaan pembukuan

yang disebutkan oleh Al-Mazindarani adalah sebagai berikut:” Ketika menyiapkan

laporan atau mencatat di buku-buku akuntansi harus dimulai dengan basmalah, 

“Bismillahir Rahmanir  Rahim”. Jika hal ini yang dicatat oleh Al Mazindarani pada tahun

Page 8: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

765 H./1363 M., maka hal ini pula yang disebut oleh penulis Itali, Pacioli 131 tahun

kemudian. Pacioli berkata, “harus dimulai dengan ungkapan “Bismillah’.” (Brown and

Johnson, 1963, hal. 28)

            Salah seorang penulis muslim juga menambahkan pelaksanaan pembukuan

yang pernah digunakan di negara Islam, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.      Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab apa pun, maka harus diberi garis pembatas, sehingga tempat yang kosong itu tidak dapat digunakan. Penggarisan ini dikenal dengan nama Tarqin.2.      Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan nama Hashil.3.      Harus mencatat transaksi secara berurutan sesuai dengan terjadinya.4.      Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar, dan hati-hati dalam menggunakan kata-kata.5.      Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau menghapusnya. Apabila seorang akuntan (bendaharawan) kelebihan mencatat jumlah suatu transaksi, maka dia harus membayar selisih tersebut dari kantongnya pribadi kepada kantor. Demikian pula seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran, maka dia harus membayar jumlah kekurangan di kas, sampai dia dapat melacak terjadinya transaksi tersebut. Pada negara Islam, pernah terjadi seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran sebesar 1300 dinar, sehingga dia terpaksa harus membayar jumlah tersebut. Pada akhir tahun buku, kekurangan tersebut dapat diketahui, yaitu ketika membandingkan antara saldo buku bandingan dengan saldo buku-buku yang lain, dan saldo-saldo bandingannya yang ada di kantor.6.      Pada akhir tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara rinci tentang jumlah (keuangan) yang berada di dalam tanggung jawabnya, dan cara pengaturannya terhadap jumlah (keuangan) tersebut.7.      Harus mengoreksi laporan tahunan yang dikirim oleh akuntan, dan membandingkannya dengan laporan tahun sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi yang lain dengan jumlah yang tercatat di kantor.8.      Harus mengelompokkan transaksi-transaksi keuangan dan mencatatnya sesuai dengan karakternya dalam kelompok-kelompok yang sejenis, seperti mengelompokkan dan mencatat pajak-pajak yang memiliki satu karakter dan sejenis dalam satu kelompok.9.      Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumber-sumber pemasukan-pemasukan tersebut.

Page 9: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

10.    Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran-pengeluaran tersebut.11.    Ketika menutup saldo, harus meletakkan suatu tanda khusus baginya.12.    Setelah mencatat seluruh transaksi keuangan, maka harus memindahkan transaksi-transaksi sejenis ke dalam buku khusus yang disediakan untuk transaksi-transaksi yang sejenis itu saja.13.    Harus memindahkan transaksi-transaksi yang sejenis itu oleh orang lain yang berdiri sendiri, tidak terikat dengan orang yang melakukan pencatatan  di buku harian dan buku-buku yang lain. 14.    Setelah mencatat dan memindahkan transaksi-transaksi keuangan di dalam buku-buku, maka harus menyiapkan laporan berkala, bulanan atau tahunan sesuai dengan kebutuhan. Pembuatan laporan itu harus rinci, menjelaskan pemasukan dan sumber-sumbernya serta pengalokasiannya. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 163--165)

            Kalau kita perhatikan pelaksanaan pembukuan tersebut, seluruhnya atau secara

umum serupa dengan apa yang digunakan sekarang, terutama poin 9 dan 10.

Sebelumnya telah disinggung, salah seorang penulis menyatakan bahwa orang-orang

terdahulu mencatat pemasukan dan pengeluaran pada dua halaman yang berhadap-

hadapan, dengan sistem debet dan kredit. (Heaps, 1985, hal. 19--20). Sesungguhnya

pelaksanaan pembukuan yang telah disebutkan di sini secara umum, khususnya poin 9

dan 10, menggambarkan bentuk tertentu yang memberikan andil dengan suatu sistem

atau dengan yang lain dalam pengembangan sistem pencatatan sisi-sisi debet di

sebelah kiri dan sisi-sisi kredit di sebelah kanan, baik dalam satu halaman maupun dua

halaman yang berhadap-hadapan.

            Di samping apa yang telah disebutkan di atas, perkembangan akuntansi

mencakup penyiapan laporan keuangan, karena negara Islam telah mengenal laporan

keuangan tingkat tinggi. Laporan keuangan ini pernah dibuat berdasarkan fakta buku-

buku akuntansi yang digunakan. Di antara laporan keuangan yang terkenal di negara

Islam adalah Al-Khitamah dan Al Khitamatul Jami’ah. Al Khitamah adalah laporan

keuangan bulanan yang dibuat pada setiap akhir bulan. Laporan ini memuat pemasukan

dan pengeluaran yang sudah dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, di samping

memuat saldo bulanan. Sedangkan Al-Khitamatul Jami’ah adalah laporan keuangan

yang dibuat oleh seorang akuntansi untuk diberikan kepada orang yang lebih tinggi

derajatnya. Apabila Al-Khitamatul Jami’ah disetujui oleh orang yang menerima laporan

tersebut, maka laporan itu dinamakan Al Muwafaqah. Dan apabila Al Khitamatul Jami’ah

tidak disetujui karena adanya perbedaan pada data-data yang dimuat oleh Al Khitamatul

Page 10: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Jami’ah, maka ia dinamakan Muhasabah (akuntansi) saja. (Muhammad Al Marisi Lasyin,

1973, hal. 138)

 

Berikut ini adalah contoh-contoh  dari Al Khitamah :

 

Bismillaahirrahmaanirahiim

Laporan keuangan per 1 Muharam sampai 30 Dzul Hijjah tahun .. H.

 

Sumber-Sumber Keuangan:

a)         Pajak-pajak dari ... tanggal ......                                               000

b)         Pemasukan dari .. . tanggal ......                                             000

Di samping itu adalah :

a)         Pindahan dari tahun buku yang lalu                                        000

b)         Penjualan-penjualan                                                   000

c)         Denda-denda                                                              000

d)         Wesel-wesel                                                               000

                                                                                                _____

Jumlah                                                                                                000

 

Penggunaan Dana

a)         Wesel-wesel ke kantor lain                                                     000

b)         Pembelian-pembelian kantor                                                 000

c)         Pengeluaran-pengeluaran lain                                                000

                                                                                                            ____    000

 

Saldo                                                                                                              000

 

            Kalau kita perhatikan contoh laporan yang dikenal dengan nama Al Khitamah

tersebut, sesungguhnya hal itu serupa dengan apa yang sekarang ini dikenal dengan

nama Qoimatu Mashadir Wastikhdamatil Amwal (Daftar Sumber dan Penggunann

Keuangan). Hal ini menunjukan bahwa Al Khitamah adalah sumber rujukan bagi daftar

yng digunakan sekarang ini, dan telah ada serta digunakan sejak berabad-abad yang

silam.

 

            Sesungguhnya pembuatan laporan keuangan di negara Islam harus bersandar

pada dokumen-dokumen  yang mempertegas keberadaan dan kebenaran data-data

Page 11: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

yang dijadikan dasar untuk membuat laporan. Negara Islam telah mengenal penting

pemenuhan dokumen-dokumen  yang memadai untuk setiap transaksi.

 

            Sistem dokumentasi  termasuk tuntunan syar’i yang asasi sesuai dengan Al-

Qur’anul Karim yang merupakan sumber asasi dan utama dalam syariat Islam. Sebaik-

baik mengenai hal itu adalah firman Allah ‘Azza Wa Jalla :

“   . . . .  .dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai

batas waktu membayarnya . . . . .”

“ . . . . . . dan persaksikanlah apa bila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi

saling sulit-menyulitkan .. . . . . “ (Al Baqarah : 282)

 

Berdasarkan hal tersebut, maka merupakan suatu keharusan memenuhi dokumen-

dokumen  secara sempurna sebelum mencatat transaksi keuangan apa pun di dalam

buku. Hal ini diperkuat oleh apa yang ditemukan di dalam perpustakaan Mesir, yaitu

adanya bukti tanda terima (receipt) dari zaman negara Islam, yang didalamnya tertera

tahun 148 H./756 M. receipt ini telah memenuhi persyaratan yang dituntut pada saat itu,

dan sesuai dengan apa yang digunakan pada waktu sekarang. Hal ini merupakan bukti

lain tentang kemajuan sistem akuntansi dan sistem dokumentasi   masa negara Islam

dalam bentuk yang tiada duanya. Bahkan, pengelolaan bukti transaksi pada masa kita

sekarang ini hampir sesuai dengan apa yang digunakan pada masa negara Islam sejak

abad I H.

            Receipt-receipt yang berlaku pada masa negara Islam harus memenuhi

persyaratan, yaitu memuat data-data pokok, yang di antaranya adalah : tanggal

pengeluaran, jumlah, tempat pengeluaran, saksi transaksi, nama, tanda tangan dan

sebab-sebab pembayaran. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 144 --145).

Persyaratan tersebut, yang  berlaku pada masa negara Islam sejak abad II H. atau abad

VIII M. adalah persyaratan yang berlaku sekarang ini, pada akhir abad XX M. Namun

sumber-sumber Barat tidak menyebutkan sumber data-data yang digunakan pada masa

sekarang ini, sebagaimana halnya Pacioli tidak menyebutkan sumber tulisannya.

            Ketika mengeluarkan receipt, yang digunakan pada masa negara Islam, receipt

yang asli diberikan kepada yang membayar jumlah tersebut. Receipt yang asli ini

dinamakan  thiraz.  Sedangkan  salinan  receipt  tersebut  tidak  dapat  digunakan 

sebagai  dasar  pencatatan  di  dalam  buku  akuntansi.  Sebab,  pencatatan  di dalam 

buku-buku  akuntansi  bersandar  pada  dokumen-dokumen  lain,  yang  dikenal 

dengan  nama  syahid.  syahid  ini  termasuk dari dokumen-dokumen lain seperti 

receipt.  Dengan  demikian  syahid  menggambarkan  tentang  journal  voucher.  syahid 

Page 12: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

ini dibuat oleh seorang akuntan disetujui oleh pimpinan kantor, atau menteri atau

wakilnya. Persetujuan ini termasuk suatu bentuk perizinan untuk menggunakan syahid sebagai asas pencatatan di dalam buku. Persetujuan pimpinan kantor, atau menteri atau

wakilnya dengan menulis kata “yuktab (dicatat)”. Dengan adanya persetujuan terhadap

syahid itu, seorang akuntan melakukan pencatatan transaksi-transaksi di dalam buku-

buku berdasarkan realitas syahid itu. Kemudian, akuntan tersebut menyimpan syahid tersebut dan tetap menjadi tanggung jawabnya sebagai petunjuk untuk transaksi-

transaksi keuangan di dalam buku-buku akuntansi, melalui pemberian kuasa oleh

pimpinan kantor, atau materi atau wakilnya.

 

Apabila transaksi keuangan telah terjadi di luar ibu kota wilayah Islam, maka

pelaksanaan seperti di atas harus diikuti juga dengan mengirimkan salinan syahid, ke

ibu kota wilayah Islam. Ketika menerima salinan syahid, maka sulthan, (penguasa)

memberikan stempel pada salinan syahid tersebut, atau disimpan sebagai dasar untuk

pelaksanaan pembukuan kantor pusat. Hal ini menunjukan bahwa disana terdapat

kegandaan dalam pencatatan transaksi keuangan yang terjadi di luar tempat tinggal

sulthan, di ibu kota wilayah. Tampaknya istilah yang dikenal dengan Al Qaidul Muzdawaj (Pembukuan Ganda/Double Entry) dalam bahasa-bahasa asing, yang dicetuskan oleh

buku Pacioli, boleh jadi bersumber dari hal ini. Ini hanya sekadar kesimpulan dari kami,

dan kami tidak memiliki bukti pendukung yang mempertegas penggunaan istilah ini di

dalam negara Islam. Di antara dalil-dalil lain yang menunjukkan perkembangan

akuntansi di dalam negara Islam adalah adanya tuntutan asasi yang menghendaki

pentingnya penyimpanan buku-buku dan dokumen-dokumen  yang berkaitan dengannya

secara sistematis, juga tuntutan untuk membuat indeks buku-buku dan dokumen-

dokumen  secara sistematis agar mudah dilihat sewaktu diperlukan, setelah selesai

pencatatan di buku-buku dan selesai penyempurnaan penyimpanan dokumen-dokumen 

di map-map. Di samping itu, membuka buku-buku dan dokumen-dokumen  tersebut,

setelah  tutup buku, harus memenuhi persyaratan tertentu yang intinya menghendaki

pentingnya persetujuan salah seorang pegawai senior di kantor itu. (Ibid , hal. 147 )

 

            Di antara perkara lain yang memiliki pengaruh terhadap sistem akuntasi dan

mendapatkan perhatian besar di negara Islam adalah Sistem Pengawasan Intern yang

merupakan bagian penyempurna bagi sistem akuntansi. Sejak awal, negara Islam telah

memiliki sistem pengawasan yang ketat terhadap pemasukan-pemasukan dan

pengeluaran-pengeluaran, karena pemasukan negara Islam tidak saja berasal dari

berbagai sumber, tetapi juga memiliki jumlah yang besar sekali. Sistem pengawasan

Page 13: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

yang diperlukan bagi sistem akuntansi dirancang dengan cara menampakan

kekurangan macam apa pun di dalam kas negara secara langsung melalui

ketidakseimbangan buku-buku. Di antara yang patut disebutkan adalah salah seorang

sahabat yang mulia, yaitu ‘Amir Ibnul Jarrah berkirim surat kepada Amirul Mu’minin

Khalifah Umar Ibnul Khaththab, radliyallahu’anhu, menjelaskan adanya kekurangan di

Baitul Mal sebesar satu dirham. (Ibid , hal . 13). Hal ini menunjukkan kehebatan sistem

yang digunakan pada saat itu, dari satu sisi, dan dari sisi yang lain menunjukkan

efektivitasnya. Demikian pula, Al Mazindarani di dalam bukunya pada tahun 765 H./

1363M., menyebutkan bahwa sistem pengawasan intern memiliki signifikansi, dan

digunakan di seluruh kantor . Hal inilah yang menegaskan bahwa Pacioli bukanlah

orang pertama yang memberikan perhatian pada sistem pengawasan intern; juga

termasuk sesuatu yang menunjukkan adanya hubungan antara manuskrip Al

Mazindarani dan buku Pacioli, dari sisi kemungkinan Pacioli bersandar pada apa yang

terdapat di dalam manuskrip Al Mazindarani.

 

Dari apa yang telah ditemukan mungkin dapat dikatakan bahwa perkembangan sistem

akuntansi, pelaksanaan pembukuan, penentuan buku-buku akuntansi, sistem

dokumentasi, laporan keuangan, dan sistem pengawasan intern di dalam negara Islam

telah memberikan andil dalam mewujudkan sistem pencatatan sisi-sisi transaksi (double

entry) dan perkembangnya. Namun,  istilah yang kami gunakan ini, yaitu sistem

pencatatan sisi-sisi transaksi, atau istilah yang dikenal dengan sistem pembukuan

ganda (double entry) tidak digunakan di dalam negara Islam. Tetapi dapat kita

simpulkan, sebagaimana telah dikemukakan, bahwa kegandaan pembukuan di setiap

ibu kota wilayah dan tempat terjadinya transaksi boleh jadi merupakan penyebab

timbulnya penggunaan istilah yang dikenal dengan pembukuan ganda (double entry). Ini

dari sisi penggunaan istilah. Adapun  dari sisi praktik, maka sistem pencatatan sisi-sisi

transaksi dari segi pelaksanaan pembukuan, bukan dari segi penamaannya, telah

dicatat oleh Al Mazindarani di dalam bukunya pada tahun 765 H. /1363 M., namun

dalam bentuk yang berbeda dengan apa yang disebutkan oleh buku Pacioli. Tetapi,

perbedaannya  tidak menyentuh inti pencatatan sisi transaksi . perbedaan ini hanya

terjadi pada cara pengungkapan tentang sisi-sisi transaksi, sebagaimana terlihat jelas

pada contoh-contoh berikut ini :

 

Contoh Pertama

 

Page 14: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Tampaknya, contoh pertama ini sangat sulit dibaca, demikian juga contoh-contoh yang

lain, karena tulisan itu sangat lama. Contoh-contoh ini terdapat di dalam manuskrip Al

Mazindarani halaman 28 a. dan 28 b. Penulisan ulang (terjemahan) bagian-bagian

tersebut mungkin penting bagi kita, yaitu sebagai berikut :

 

            Upah-upah

            Atas jaminan Al Fanar

            Tanggal 10 Jumadil Akhir 841 H.

            Dibayarkan kepada Abdullah, pegawai pencetakan uang

            Uang tunai yang dibayarkan 500 dinar

 

Gandum                                                Kapas

15 ember kecil x 3 dinar = 45 dinar        22 mann x 2,5 dinar = 55 dinar

Jumlah nilai barang dan uang tunai 600 dinar.          

 

Dari penjelasan contoh pertama sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka

kita dapat memahami bahwa telah dilakukan pembayaran sejumlah 500 dinar secara

tunai dan sejumlah 100 dinar dalam bentuk barang, yaitu 15 ember kecil gandum

seharga 3 dinar per ember kecil. Jadi jumlah harga gandum yang dibayarkan kepada

Abdullah adalah 45 dinar. Di samping itu, 22 mann kapas dengan harga 2,5 dinar per

mann (seberat 2 kati). Jadi,  jumlah harga kapas yang dibayarkan adalah 55 dinar.

Dengan demikian total nilai barang yang dibayarkan adalah 45+55 = 100 dinar. Contoh

pertama ini mungkin diungkapkan dengan bahasa lebih sederhana sebagai berikut :

 

-Upah yang dibayarkan secara tunai :                                                500 dinar

-Upah yang dibayarkan dalam bentuk barang:                                   100 dinar

 

            -Gandum 15 ember kecil                    @ 3 dinar        45

            -Kapas 22 mann                                 @ 2,5 dinar     55        ___

              Total upah yang dibayar                                                        600 dinar

Hal ini mungkin dapat diungkapkan dengan cara sekarang, sesuai dengan sistem

akuntansi, yaitu sebagai berikut :

                                                                                                Dinar               Dinar

Upah                                                                                                                600

Kas                                                                                          500

Gudang                                                                                   100

Page 15: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Gandum 15 ember kecil @ 3 dinar     45 dinar

            Kapas 22 mann @ 2,5 dinar   55 dinar                       ___                 

___                                                                                                                                                                                                                                                                                                

                                                                                                600                  600

                                                                                                ===                  ===

                                                                             

(Dibayarkan kepada Abdullah secara tunai di samping gandum dan kapas)

 

Conto Kedua

 

 

Contoh kedua ini terdapat di dalam manuskrip Al Mazindarani halaman 30 a, 30 b, dan

31 a. Bentuknya yang asli ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

 

Alasan-alasan pengeluaran atas jaminan

Tuan Najibuddin Al Balhi, kewajiban satu tahun penuh

pada  awal Rabi`ul Akhir 842 H.

 

Stok barang                                                         300.000   dinar

Pada  neraca                                                       280.000   dinar

Di antara hal itu dari wilayah                                 140.000   dinar

 

Beasiswa                    Biaya pembantu                      Biaya hidup pembantu lama

60.000 dinar              20.0000 dinar                20.000 dinar

 

Biaya untuk pemasukan dan pengeluaran              Derma-derma

20.000 dinar                                                   20.000  dinar

 

Ithlaqiyyah                       140.000 dinar    

 

Biaya kertas  80.000         Pembayaran pegawai gudang  60.000  dinar

 

Sisanya  sesuai dengan susunan ini                          20.000 dinar.

Di samping itu,  dari pemasukan pertanian                30.000 dinar

 

Dari  anggur kering                               Dari buah badam

Page 16: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

 200 wiqr x 100 dinar=20.000 dinar.    50 wiqr x 200 dinar=10.000 dinar

 

Jumlah yang ada pada konsultan dari sisa dan tambahan 50.000 dinar

 

            Dari contoh no. 2, kita pahami bahwa di sana ada barang di gudang senilai

300.000 dinar. Demikian pula telah diterima pendapatan berupa barang senilai 30.000

dinar. Jadi, total barang di gudang senilai 330.000 dinar. Dari total barang di gudang,

dibayarkansenilai 140.000 dinar, yang diambilkan dari penghasilan wilayah. Dibayarkan

juga jumlah yang serupa dari jumlah yang sah di dalam neraca  yang dinamakan 

ithlaqiyyah.   Juga dibayarkan senilai 50.000 dinar kepada kepada orang yang diundang,

Najibuddin Al Balhi. Kalau diperhatikan bahwa jumlah  yang terakhir telah dibayarkan

berupa barang. Sementara itu, kita dapati bahwa dua jumlah yang dibayarkan dari

penghasilan wilayah dan dari perimbangan tidak ditentukan. Barangkali, keduanya

dibayar secara tunai setelah barang-barang tersebut diubah menjadi tunai. Berdasarkan

hal ini, kita dapat mengulang pengilustrasian contoh no. 2 dengan bahasa yang

sederhana sebagaimana yang digunakan sekarang ini sebagai berikut:

 

                                                                                    Dinar               Dinar

Barang di gudang                                                                                30.000

 

Bea  siswa                                          60.000 Dinar

Gaji para pembantu                20.000

pensiun para  pembantu         20.000

Transport-transport                             20.000

Derma-derma                                     20.000

Dari pemasukan  wilayah                                           140.000

Kertas-kertas dan keperluan kantor   80.000 dinar

Dibayarkan kepada pegawai gudang60.000

Ithlaqiyyah (neraca)                                                     140.000

Dibayarkan kepada Najibuddin Al Balhi                         50.000

Anggur kering 200 wiqr

@ 100 dinar                                        20.000 dinar

Buah badam 50 wiqr

@200 dinar                             10.000 dinar

Pemasukan pertanian                                                                                         30.000

                                                                              

Page 17: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

                                                                                     330.000          330.000

                                                                                ======               ======

                                           

Hal ini dapat diilustrasikan ulang dengan cara sekarang dari segi akuntansi  sebagai

berikut

                                                           Dinar                                        Dinar

Bea siswa                                                                                           60.000

Gaji Pembantu                                                                                    20.000

Gaji  pensiunan pembantu                                                                  20.000

Biaya transportasi                                                                   20.000

Derma-derma                                                                                      20.000

Kertas-kertas dan kebutuhan kantor                                      80.000

Gaji pegawai gudang                                                              60.000

Untuk jaminan Najibuddin Al Balhi                                          50.000

Barang di gudang                               300.000

Pemasukan penghasilan

 pertanian                                            30.000

Anggur kering

200 wiqr  x 100 dinar    20.000 dinar

Buah badam

50 wiqr x 200 dinar       10.000

                                                          ------------                                   ---------------

                                                           330.000                        330.000

                                                           =======                                  ======

 

            Dari contoh no 1 dan 2, kita melihat adanya pencatatan sisi-sisi debet dan kredit,

meskipun metode yang dipakai oleh Al Mazindarani berbeda dengan metode sekarang

sebagaimana yang disebutkan Pacioli. Namun kita dapati tegaknya asas-asas yang

membatasi sisi-sisi debet dan kredit,  yang kita namakan Thariqah Itsbat Athrafil

Mu`amalat (Sistem Pencataan Sisi-Sisi Transaksi), dan orang-orang banyak

menamakannya Thariqah Al Qaidul Muzdawaj (Sistem Pembukuan Ganda/Double

Entry) sebagai terjemahan dari apa yang ditulis  oleh Pacioli. Berdasarkan hal tersebut

minimal dapat dikatakan  bahwa Sistem Pencatatan Sisi-Sisi Transaksi asasnya telah

terdapat di dalam negara Islam meskipun dengan sistem yang berbeda dengan apa

yang disebutkan oleh Pacioli, yaitu melalui catatan-catatan yang ada  sampai waktu

sekarang. Barangkali para peneliti masa mendatang akan menemukan catatan-catatan

Page 18: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

sejarah dari masa negara Islam  dengan berbagai tahapannya, yang menunjukkan

bahwa kaum muslimin menggunakan suatu sistem yang lebih berkembang  untuk

pencatatan sisi-sisi transaksi,  menyerupai apa yang disebutkan  oleh Pacioli.

                  

           

            Adapun contoh no 3. menunjukkan data-data sebagai berikut:

 

 Stok barang                                                              300.000 dinar

Neraca                                                            320.000

Di antara hal  itu pada wilayah                                    150.000

Bea kuburan                                    Gaji Pembantu Sultan       Pensiun para pembantu

Amirul mu’minin Husain               

           60.000 dinar                        50.000 dinar                          40.000

dinar                                                                                                                         

Ithlaqiyyah   darinya                                                    170.000 dinar

Tuan Karkir Akji                             Amir Ali Bakawul

120.000 dinar                                 50.000 dinar

Tambahan pada pokok           20.000 dinar

 

Dari informasi keuangan yang disebutkan di sini dalam contoh no. 3, dapat kita pahami

sebagai berikut:

Sesungguhnya di sana  ada stok barang senilai 300.000 dinar, dan jumlah yang sah

“neraca” adalah 320.000 dinar. Ini menunjukkan adanya kekurangan  senilai 20.000

dinar, dan inilah yang ditunjukkan dengan ungkapan “tambahan pada pokok”. Demikian

pula kita pahami  bahwa jumlah yang sah tersebut  telah dibelanjakan sebagai berikut:

150.000 dinar untuk pengeluaran wilayah, terdiri dari 40.000 dinar untuk perbaikan

kuburan Amirul mu’minin Husain, 60.000 dinar dibayarkan kepada pembantu  Sulthan,

dan 50.000 dinar dibayarkan kepada para pembantu yang pensiun. Di samping itu, telah

dibayarkan sejumlah 170.000 dinar, yakni 120.000 dinar kepada Tuan Imad

sebagaimana terlihat di dalam jumlah khusus di dalam neraca,  dan 50.000 dinar  tidak

dikhususkan dalam neraca   dibayarkan kepada Tuan Amir Ali.

            Berdasarkan apa yang telah dikemukakan,  dapat kita ulang pengilustrasian 

contoh no. 3 dengan bahasa yang sederhana sebagaimana yang digunakan pada masa

sekarang sebagai berikut:

Barang di gudang                                                           300.000 dinar

Derma untuk perbaikan kuburan

Page 19: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Amirul mu’minin Husain                  40.000 dinar

Gaji pembantu Sultan                     60.000

Pensiun  para pembantu                 50.000

Tuan Imad direktur  pengelola

gudang (dari dalam neraca)          120.000

Amir Ali,  kasir

(dari luar neraca)                           50.000

Tambahan  pada pemasukan

(kekurangan)                                ------------                      20.000

                                                      320.000                     320.000

                                                       ======                     ======

 

            Dengan sistem sekarang dari sisi akuntansi, pengilustrasian no. 3 dapat diulang

sebagai berikut:

                                                       Dinar                            Dinar      

Derma perbaikan kuburan

Amirul mu’minin Husain                                                       40.000

Gaji pembantu Sulthan                                                        60.000

Pensiun para pembantu                                                       50.000

Tuan Imad, pengelola gudang                                             120.000

Amir Ali,  kasir                                                                      50.000

Barang di gudang                          300.000

Kekurangan neraca                          20.000                          ----------                            

                                                     320.000                         320.000

                                                      ======                         ======

 

            Sekali lagi kita dapati bahwa contoh no 3 membatasi macam-macam

pengeluaran dan jumlahnya sebagaimana pula membatasi sisi-sisi yang menentukan

pengeluaran.  Di samping membatasi unsur-unsur debet dan kredit,  contoh ini juga

membatasi sumber-sumber pengeluaran................................ ..................................hal

76.......    Demikian pula menjelaskan adanya kekurangan di dalam neraca. Hal inilah

yang telah kami jelaskan bahwa negara  Islam  sejak  masa pertumbuhannya telah

mengenal  sistem pengawasan intern, yakni mampu mengungkap suatu kekurangan,

baik  yang diperkenankan sebagaimana keadaan di sini atau karena kesalahan 

sebagaimana terjadi pada masa Amirul mu’minin Umar Ibnul Khaththab, yaitu  ketika

Page 20: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

seorang sahabat,  Amir Ibnul Jarrah  menjelaskan adanya kekuarangan di Baitul Mal 

sebesar satu dirham.

 

                  

            Adapun contoh no. 4 semisal dengan contoh no. 3 dari segi topik, sehingga tidak

perlu dijelaskan . Contoh no. 4 berisi hal-hal berikut ini:

Stok barang                                                       300.000 dinar       

Dari  jumlah itu dikeluarkan                                240.000  dinar

Neraca                                                               150.000 dinar

Bea siswa                      Gaji pembantu           Persiun para pembantu

40.000                            70.000  dinar                     40.000  dinar

Ithlaqiyyah  darinya                                            90.000 dinar

Tuan Imaduddin Karkir Akji                          Ali Bakawul               

60.000                                                         30.000 dinar

Sisa pada  pekerja                                        60.000 dinar

 

Penjelasan contoh no. 4 tidak berbeda dengan contoh no. 3 dari segi substansinya,

maka kami tidak  mengulanginya. Namun, kami hanya mengulang pengilustrasian

contoh no. 4 dengan bahasa sederhana sebagaimana yang digunakan sekarang, yaitu

sebagai berikut:

 

                                                            Dinar                          Dinar             

Barang di gudang                                                                   300.000   

Bea siswa                                           40.000          

Gaji pembantu                                     70.000 

Pensiun para pembantu                     40.000

Imaduddin, pengelola gudang             60.000

Ali,  kasir                                              30.000

Sisanya pada pekerja                         60.00                           -----------   

                                                            300.000                       300.000

Adapun sistem sekarang  dari sisi akuntansi, pengilustrasian contoh no. 4 dapat diulang

sebagai berikut:

                                                    Dinar                                   Dinar         

Bea siswa                                                                                          40.000

Gaji pembantu                                                                                     70.000

Pensiun para  pembantu                                                                    40.000

Page 21: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Imaduddin, pengelola gudang                                                             60.000

Ali,  kasir                                                                                             30.000

Barang  digudang                        240.000

                                                   -----------                                ------------ 

                                                   240.000                                 240.000 

                                                   =======                                         =======

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                       H/ Barang di gudang

Bea siswa                      40.000                      saldo    300.000

Gaji pembantu                70.000

Pensiun para pembantu  40.000

Imaduddin, pengelola

gudang                           60.000

Ali,  kasir                         30.000

                                     240.000                                 300.000

                                     =======                               =======

                                                                        saldo    60.000    

 

                                                               

                                                                                            

 

PEMBAHASAN KEDUA

Faktor-Faktor yang Mengantarkan

Perkembangan Akuntansi di Negara Islam

 

            Salah seorang penulis mengatakan bahwa setiap ilmu tumbuh dari suatu

kemahiran yang diupayakan. Sebelum menjadi ilmu, harus ada praktik dan pengalaman,

Page 22: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

berdasarkan hal ini, maka ilmu itu merupakan hasil dari pengalaman yang menentukan

tanda-tanda ilmu tersebut. (Heaps, 1985, hal. 21)

 

            Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Heaps, maka munculnya sistem

pencatatan sisi-sisi transaksi atau yang dikenal dengan nama sistem pembukaan ganda

(double entry), baik sebagai ilmu maupun sebagai seni, atau sebagai yang lain, harus

tumbuh dari suatu kemahiran yang diupayakan. Kemahiran yang diupayakan ini harus

tegak di atas adanya suatu praktik kerja. Demikian pula, praktik kerja ini bukan lahir

dengan sendirinya, namun tegak di atas suatu bangunan yang tinggi dan kokoh.

Bangunan yang tinggi nan kokoh ini adalah pengetahuan yang turun menurun dari

generasi ke generasi. Jadi, hal ini mempertegas bahwa pengetahuan yang dapat

menumbuhkan adanya praktik kerja dan kemahiran untuk sistem pencatatan sisi-sisi

transaksi asasnya telah ada di negara Islam, yang timbul karena adanya berbagai

faktor. Sementara itu, kami tidak melihat adanya faktor apa pun yang membantu

perkembangan ini di dalam Republik Itali. Di antara yang patut disebutkan bahwa

akuntansi yang kami lihat praktiknya di dunia Arab, kemudian perkembangannya di

dunia Islam, telah dijelaskan oleh Al  Mazindarani bahwa itu merupakan suatu ilmu.

Namun, kami tidak setuju  bahwa itu sebagai ilmu, sebagaimana yang akan dijelaskan

pada bab III, pembahasan pertama.

 

            Baik sebagai ilmu atau seni,  atau yang lain, di sana terdapat berbagai faktor

yang ikut andil, atau pada hakikatnya mengundang pekerjaan akuntansi di negara Islam.

Faktor-faktor ini berkaitan erat dengan kebutuhan-kebutuhan negara Islam dari satu sisi,

dan dari sisi yang lain dengan kebutuhan-kebutuhan kaum muslimin secara pribadi. Di

antara faktor-faktor tersebut adalah pendirian kantor-kantor pemerintahan, speisialisasi

kemampuan, dan kebutuhan terhadap adanya pegawai yang kapabel. Di samping

faktor-faktor tersebut yang erat kaitannya dengan kebutuhan negara Islam, di sana

terdapat faktor lain yang ikut andil dalam peletakan dasar-dasar akuntansi dan

mendorong pengembangan akuntasi di dalam negara Islam, dari sisi kebutuhan pribadi

muslim, yaitu faktor zakat. Sebab, seorang muslim senantiasa membutuhkan suatu cara

yang membantu dirinya untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagai seorang

muslim dari segi perhitungan zakat yang harus dikeluarkan sesuai dengan syari’at Islam,

yang merupakan salah satu rukun Islam.

 

            Pedirian kantor-kantor pemeintahan berakitan erat dengan sistem administrasi,

sejak pendirian awal negara Islam di Madinah Al Munawwarah pada tahun 622 M., yaitu

Page 23: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

pada tahun pertama Hijriyah. Pada saat itu, kantor-kantor pemerintahan dikenal dengan

nama Dawawin, dan bentuk tunggalnya adalah diwan .  Kata diwan berasal dari kata

Parsi, tetapi definisi dan penggunaanya telah berjalan di negara Islam. Kata diwan 

artinya adalah tempat bekerja para pegawai, yaitu tempat pencatatan dan penyimpanan

buku-buku akuntansi (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 26). Ibnu Khaldun

berkata, “Asal penamaan ini adalah, pada suatu hari Kisra melihat para pegawai di

kantornya sedang menghitung sendiri, seolah-olah mereka berbicara (sendiri). Lalu,

Kisra berkata, “Diwanah”. Arti kata tersebut adalah “gila”, lalu tempat mereka itu

dikatakan “Diwanah”. Karena kata tersebut sering diucapkan, huruf ha’nya dibuang

untuk mempermudah pengucapan, dan menjadi kata “diwan”. (hal. 268)

Tampaknya, kata diwan telah digunakan bersamaan awal reformasi sistem kantor-

kantor pemerintahan dalam bentuk yang lebih baik dari yang sebelumnya. Salah satu

ensiklopedi ilmiah menyebutkan bahwa sistem resmi pertama untuk diwan-diwan telah

dibuat sekitar tahun 14 H./634 M. (Britanica, Vol. 22, hal. 109) yakni pada masa Khalifah

Umar Ibnul Khaththab radliyallahhu’anhu.

            Adapun spesialisasi kemampuan memepunyai signifikansi, karena adanya

pembagian fungsi dan pekerjaan di negara Islam. Hal ini telah dimulai pada masa

kehidupan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam (Muhammad Al Marisi Lasin, 1973,

hal. 5). Demikian pula hak dan kewajiban para pegawai di semua level dari sistem

administrasi telah dikenal sejak pendirian negara Islam di Madinah pada tahun 622 M.

Rasulullah Muhammad shallallahu `alaihi wasallam memiliki 42 penulis yang memiliki

spesialisasi di dalam pemerintahannya yang didirikan di Madinah. Setiap pegawai

memiliki peran tertentu, demikian pula kewajiban dan gaji mereka juga tertentu dan

jelas. (Muhammad Al Hawari (A), 1989, hal. 5).

            Adapun para pegawai yang kompeten telah mendapatkan perhatian dari negara

Islam. Sejak awal, negara Islam telah menaruh perhatian pada pemilihan pegawai yang

berspesialisasi. Demikian pula kebijakan  Rasulullah Muhammad shallallahu `alaihi

wasallam dalam memilih pegawai, yaitu dari orang-orang yang beliau pandang memiliki

kapabilitas dan kapasitas untuk menduduki jabatan. Rasulullah shallallahu `alaihi

wasallam memilih para pegawai itu dari para sahabatnya yang memiliki kapabilitas 

serta kemampuan dan kelayakan untuk menerima jabatan. (Muhammad Hawari (B),

1989, hal. 16).

            Di negara Islam, para akuntan terbagi dalam tujuh fungsi, enam fungsi berkaitan

dengan pekerjaan akuntansi, dan satu fungsi khusus untuk mengoreksi pembukuan.

Fungsi pengoreksian pembukuan memiliki kepentingan khusus, hal ini serupa dengan

yang kita namakan muraja’atul hisabat ( pengoreksian pembukuan/auditing), atau

Page 24: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

tadqiqul hisabat (pengakurasian pembukuan), atau ar riqabatul kharijiyyah (pengawasan

ekstern). Namun, kami hanya menganggap penamaan yang pertama sebagai ungkapan

yang paling tepat untuk watak pekerjaan tersebut. Adapun penamaan kedua dan ketiga,

kami pandang tidak sesuai dengan watak pekerjaan tersebut dan tugas yang diberikan

kepada auditor. Tugas auditor adalah memeriksa apa yang telah dibukukan. (Al

Qalqasyandi, hal. 130-139). Al Qalqasyandi telah menggambarkan tugas seorang

auditor dan kebutuhan terhadapnya. Dia berkata, “Enam yang lain tidaklah terpelihara

dari sifat lupa dan kesalahan dalam menghitung atau mencatat, sebagaimana yang

sudah terkenal bahwa manusia itu tidak melihat kesalahan-kesalahannya sendiri tetapi

melihat kesalahan-kesalahan orang lain, maka pimpinan kantor harus memilih

seseorang untuk mengoreksi pembukuan. Orang yang dipilih tersebut harus menguasai

bahasa Arab, hafal Al Qur’anul Karim, cerdas, berakal, jujur, tidak menyakiti orang lain.

Ketika seorang auditor merasa puas terhadap isi buku yang dikoreksinya, dia harus

memaraf buku tersebut sebagai tanda bahwa dia telah puas dan menerima isi buku

tersebut. (Ibid).

            Adapun zakat juga termasuk bagian dari unsur-unsur yang ikut andil dalam

pengembangan akuntansi di negara Islam. Ini jika tidak termasuk unsur asasi. Zakat

adalah salah satu rukun Islam yang lima, dan di negara Islam, dibayarkan kepada Baitul

Mal. Baitul Mal ini  sekarang dinamakan Perbendaharaan Umum atau Perbendaharaan

Negara. Al Qur’anul Karim telah menentukan sumber-sumber  yang wajib dikeluarkan

zakatnya, dan obyek-obyek penyalurannya sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa

Ta`ala:

 

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,

pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)

budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang

dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah.” (At Taubah : 60) 

 

Seorang muslim wajib membayar zakat, maka seorang muslim senantiasa

membutuhkan suatu cara yang dapat membantunya dalam menentukan jumlah zakat

yang harus dibayarnya. Oleh karena itu, kami tidak menganggap mustahil bahwa

masalah penentuan jumlah zakat merupakan faktor asasi yang mengantarkan kepada

pengembangan akuntansi di negara Islam. Hal itu agar seorang muslim dapat

mengetahui perubahan-perubahan pada hartanya, dan selanjutnya adalah perhitungan

zakat yang harus dikeluarkan karena bertambahnya harta seorang muslim selama satu

tahun penuh, di samping dari laba yang diperoleh dari modal yang berputar.

Page 25: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

 

            Perkembangan akuntansi di negara Islam mencapai puncaknya dalam

membangun pengertian akuntansi sebagai suatu sarana untuk pengambilan keputusan

sebagai tujuan asasi bagi penggunaan akuntansi. Anehnya, hal inilah yang menjadi

tujuan penggunaan akuntasi pada masa kita sekarang ini. Para penulis sekarang ini

mengaku bahwa merekalah yang mengembangkan pengertian ini pada abad sekarang.

Barangkali, pengakuan mereka ini disebabkan oleh kejahilan mereka terhadap sejarah

dan peran akuntansi di negara Islam. Demikian pula, boleh jadi mereka membangun

tujuan ini pada abad XX M., sementara tujuan ini telah populer di negara Islam sejak

abad I H. atau abad VII M. Di antara yang  menjelaskan tujuan ini dan realisasinya di

negara Islam adalah perkataan Imam Syafi’i rahimahullah : “Barang siapa mempelajari

hisab (akuntansi) pikirannya bagus.” (Husain Syahatah, 1993, hal. 45). Perlu diketahaui

bahwa Imam Safi’i hidup pada tahun 150-204 H./767-820 M. Hal ini tidak saja

menjelaskan peran yang dimainkan akuntansi dan signifikansinya pada waktu itu, tetapi

juga menjelaskan pengetahuan masyarakat pada saat itu terhadap peran dan

signifikansi  tersebut. Hal ini tampak dalam bentuk khusus, ketika ucapan ini datang dari

seorang yang faqih, bukan datang dari spesialis akuntansi. Setelah itu, Imam Syafi’Ii

menjelaskan ucapannya itu, yaitu sesungguhnya seorang pedagang atau yang lain tidak

dapat mengambil keputusan secara benar atau mengeluarkan pemikiran yang tepat

tanpa bantuan data-data yang tercatat dalam buku. (Ibid). Para fuqaha’ berkata bahwa

di antara kewajiban seorang muslim adalah mempelajari hukum-hukum ibadah yang

menjadikan  shalat, shaum, dan zakatnya sah, serta hal-hal yang harus diketahui untuk

menunaikan manasik hajinya. Demikian pula dia harus mengetahui hukum-hukum jual

beli jika ingin berprofesi  sebagai seorang pedagang; dan mempelajari akuntansi,

sehingga ia tiadak berbuat zhalim dan tidak dizhalimi. Hal inilah yang disebut ilmu

dlaruri. (Abu Hamid Al Ghazali, 1400 H.,  vol. 1, juz 1--3, hal. 42--30) juga (Sayid

Sabiq,1403 H./1983 M., vol. III, juz 11--14, hal. 125--126).

            Pengertian akuntansi dan tujuan penggunaannya telah berkembang dari sekadar

sebagai sarana untuk menentukan modal di akhir periode V dan untuk mengukur 

keuntungan melalui selisih  modal pada dua priode, hal ini terjadi pada masa sebelum

Islam, menjadi sebagai sarana untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam

pengambilan keputusan dan penentuan tanggung jawab, hal ini terjadi pada berbagai

masa negara Islam. Al Qalqasyandi berkata, “Seorang akuntan harus berpegang pada

aturan-aturan atau format-format yang telah disiapkan sebelumnya, dan tidak boleh

melanggar selamanya”. (hal. 54). Hal ini menunjukkan perkembangan akuntansi dan

adanya sistem pengawsan intern yang berkaitan erat dengannya. Semuanya itu

Page 26: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

diprogram, diinterpretasikan, dan diaplikasikan menurut syariat Islam. Demikian pula

perkembangan dalam pengertian akuntansi dan tujuan penggunaannya ini terlihat dalam

perkataan Al Qalqasyandi yang lain. Dia berkata, “Sesungguhnya pekerjaan akuntansi

dibangun atas dasar kenyakinan”. (hal. 154). Perkataan ini, secara khusus,

memantulkan dalam pemikiran kami akan pentingnya  sistem dokumentasi. Sebab,

hitungan-hitungan yang dicatat dalam buku harus diyakini kebenarannya; dan keyakinan

ini tidak akan terwujud kecuali dengan adanya bukti-bukti yang memadai yang dapat

menetapkan terjadinya transaksi dari satu sisi, dan kebenaran pencatatan di dalam buku

dari sisi yang lain.

            Perkembangan akuntasi di negara Islam tampak jelas pula bahwa seorang

akuntan yang bertanggung jawab atas pembukuan pengeluaran-pengeluaran harus

meneliti pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh perangkat negara itu, untuk

membuat ketetapan apabila terdapat perbedaan-perbedaan di antara tahun-tahun

keuangan. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 37). Ini merupakan bukti lain tentang

pengembangan pengertian akuntansi sebagai sarana informasi yang bertujuan

mengambil keputusan sekitar jalannya pengeluaran-pengeluaran itu. Hal ini

mengandung pembatasan perbedaan apa pun atau keraguan-keraguan dari tahun ke

tahun. Selanjutnya adalah pembatasan penanggungjawab perbedaan-perbedaan

tersebut, lalu pengambilan-pengambilan tindakan-tindakan yang pasti ketika perbedaan-

perbedaan itu tidak dapat di tolerir.

            Imam Ghazali menyebutkan bahwa faktor yang mendukung perkembangan

pengertian akuntansi, dan selanjutnya adalah perkembangan tujuan penggunaan adalah

perhatian terhadap pengawasan diri. (juz XV, hal. 6-7). Sesunguhnya asas dalam

pengawasan diri adalah takut kepada Allah. Ini adalah ciri seorang muslim penganut

aqidah yang mengetahui bahwa Allah melihatnya. Selanjutnya, dia akan mengawasi

dirinya karena dia mengetahui di sana ada Pengawas yang dapat melihat apa yang

tidak bisa dilihat oleh manusia, dan dapat mendengar apa yang tidak dapat didengar

oleh selain-Nya di antara makhluq-makhluq-Nya. Hal ini tampak jelas di dalam firman

Allah Tabaraka Wa Ta’ala:

“Dan jika kamu melihatkan apa yang ada di hatimu atau kamu menyembunyikannya,

niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu”. (Al

Baqarah:284)      

 

            Pengawasan diri inilah yang menjadikan seorang muslim menghisab dirinya

sebelum dihisab, khususnya mereka yang memiliki nafsu lawwamah.

Page 27: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Dalam hal ini, Khalifah Umar Ibnul Khaththab radliyallahu `anhu  berkata,  “Hisablah diri

kalian sebelum dihisab; timbanglah amal  kalian sebelum amal  kalian ditimbangkan;

dan bersiap-siaplah kalian untuk menghadapi penampakan amal”.

            Sebagaimana telah dikemukakan bahwa perkembangan buku-buku akuntansi

dan kantor-kantor pemerintahan terjadi pada masa khalifah Al Faruq Amirul Mu’minin

Umar bin Khaththab radliyallahu `anhu , maka kita patut mengkaitkan antara

perkataannya ini dan perkembangan tersebut, dan bagaimana beliau menerjemahkan

jiwa lawwamah ke dalam realitas secara umum, dan barangkali dari segi keuangan

secara khusus. Wallahu A’lam. Sebab, pengawasan diri dan muhasabah terhadap diri

merupakan tuntutan asasi dari ajaran syari’at Islam sebagaimana terdapat di dalam Al

Qur’an dan As Sunah. Diantaranya firman Allah Subhanahu Wa Ta`ala:

 

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadap

dirimu”. (Al Isra':14)

 

            Dari As Sunnah An Nabawiyyah, sesungguhnya pengawasan tersebut dari hasil

muhasabah terhadap diri sendiri. Muhasabah yang dimaksud dalam hal ini adalah

pertanggungjawaban . Hal ini tampak jelas di dalam perkataan Nabi shallallahu `alaihi

wasallam:

 

“Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum ditanya

tentang empat perkara, yaitu : tentang umurnya, dihabiskan untuk apa; tentang masa

mudanya, dihabiskan untuk apa; tentang hartanya, dari mana diproleh dan dibelanjakan

untuk apa; dan tentang ilmunya, apa yang telah diperbuat dengan ilmu tersebut”. (H.R.

Tirmidzi, dan menurut beliau hadits ini hasan shahih).

 

Hadits lain adalah dari Miqdam bin Ma’di Yakrib bahwa sayyidul basyar, Muhammad

shallallahu `alaihi wasallam menepuk pundaknya, kemudian berkata:

 

“Wahai Qadim (Miqdam? pen,) beruntunglah kamu, jika kamu meninggal tidak dalam

keadaan menjadi amir, tidak menjadi pencatat (katib), dan tidak menjadi pemimpin”.

(H.R. Abu Dawud)

 

Makna kata “katib” disini adalah pencatat pekerjaan dan penghitungnya. (Zakiyyudin

Abdul Azhim bin Abdul Qawiy Al Mundziri, 1986, juz 3, hal. 159)

Page 28: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

            Sebelumnya telah dikatakan bahwa awal pencatatan transaksi di dalam buku

bersamaan dengan berawalnya negara Islam pada masa Rasulullah shallallahu `alaihi

wasallam  sebagai akibat bertambahnya pemasukan negara dari berbagai  penaklukan

dan zakat, terutama setelah pemasukan tersebut semakin banyak dan tidak seluruhnya

dapat dibagikan pada saat itu. Tidak diragukan lagi bahwa pencatatan di dalam buku

pada awal masa tersebut berjalan sesuai dengan cara yang diikuti sebelum Islam.

Tetapi, pelaksanaan pencatatan tersebut berkembang pada masa khalifah kedua, yaitu

khalifah Al Faruq Umar Ibnul Khaththab radliyallahu `anhu pada tahun 14--24 H. /636--

646 M. Beliaulah yang memerintahkan mencatat harta umum diklasifikasikan sesuai

dengan sumber pendapatannya. Perkembangan pada masa khalifah Umar Ibnul

Khaththab ini meliputi penentuan hakikat buku yang harus digunakannya dan cara

mengaplikasikannya, serta dokumen-dokumen yang harus dimilikinya sebagai asas

pencatatan dan harus disimpan setelah dicatat untuk memperkuat apa yang telah

dicatat.

            Pada awal kehidupan negara Islam, buku-buku akuntansi masih berupa kertas-

kertas terpisah, tidak berbentuk buku yang berjilid. Orang  pertama yang memasukkan

buku-buku dan catatan yang terjilid sebagaimana yang kita kenal pada masa tersebut

adalah Khalifah Al Walid bin Abdul Malik, pada tahun 86--96 H. /706--715 M.

(Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 36). Ini berarti bahwa hal ini terjadi kurang lebih

tujuh ratus sembilan puluh tahun sebelum munculnya buku Pacioli. Sementara itu,

sistem buku akuntansi ini telah mencapai puncaknya pada masa Daulat Abasiyyah pada

tahun 132--232 H. /750--847 M. Yakni, pada tahun 132 H. /750 M. Khalid bin Burmuk

terpilih menjadi kepala Diwan Kharaj (Diwan pemasukan hasil-hasil pertanian) dan

Diwan tentara. Khalid bin Burmuk melakukan reformasi sistem kedua Diwan tersebut

dan mengembangkan buku-buku akuntansi serta memberi nama khusus terhadapnya.

            Pada masa negara Islam, buku catatan pertama dikenal dengan nama “Jaridah”.

Dari sini tampak garis hubungan antara buku Pacioli yang terbit pada tahun 1494 M. dan

sumber rujukan buku tersebut, karena pada sebagian yang disebutkannya  terdapat

banyak kesamaan dengan apa yang digunakan pada masa negara Islam. Di dalam

bukunya, Pacioli telah menjelaskan bahwa buku catatan pertama yang harus digunakan

dikenal dengan nama “Journal” dalam bahasa Ingris (Brown dan Johnson, 1963, hal. 43)

atau “Zornal” dalam bahasa Itali sebagaimana dikenal di kota Venice . (Martinelli, 1977,

hal. 25). Dua kata ini, yaitu Journal dan Zornal merupakan terjemahan secara harfiah

dari bahasa Arab, yaitu dari kata “Jaridah”. Jaridah adalah nama untuk buku catatan

pertama pada masa negara Islam, yaitu pada masa Daulat Abbasiyyah, sekitar tahun

132 H. /749 M.,yaitu tujuh ratus empat puluh lima tahun sebelum munculnya buku

Page 29: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Pacioli. Dari hal ini dapat kita simpulkan bahwa asas atau sumber rujukan bagi apa yang

dipraktikkan di Republik Itali sebagaimana tersebut dalam buku Pacioli adalah apa yang

telah dipraktikkan di negara Islam. Di antara yang harus dipraktikkan di negara Islam

adalah pencatatan “Jaridah” sebelum memakainya. Pencatatan ini, sebagaimana yang

telah kami sebutkan, berlangsung ketika distempel dengan stempel Sulthan. Praktik ini

adalah bagi instansi-instansi pemerintahan Islam. Barangkali juga bagi pribadi-pribadi

dan lembaga-lembaga khusus. Demikian pula Ibnu Khaldun yang hidup pada masa

Daulat Abbasiyyah dan menulis bukunya tahun 167 H. /784 M. Mengatakan bahwa

seorang akuntan harus memakai buku-buku akuntansi yang sesuai, dan mencatat

namanya di akhir buku, serta menstempelnya dengan stempel Sulthan. Stempel

tersebut memuat nama Sulthan atau simbol khusus bagi Sulthan. Stempel tersebut

dibubuhkan di salah satu sisi buku .(halaman 205). Sesungguhnya penggunaan kata

“buku-buku akuntansi yang sesuai” oleh Ibnu Khaldun menunjukkan semenjak abad  ke-

2 Hijriyah dan barangkali sebelum itu, kaum muslimin menggunakan buku-buku

akuntansi yang beragam sesuai dengan perbedaan karakter kegiatan, baik tingkat

negara maupun pribadi.

            Dahulu, “Jaridah”  digunakan untuk mencatat pemasukan-pemasukan dan

pengeluaran-pengeluaran, tetapi secara terpisah. Yakni, ada jaridah untuk pemasukan

dan ada jaridah untuk pengeluaran. Hal ini termasuk serupa dengan apa yang sekarang

dikenal dengan nama Specialised Journals. Adapun transaksi-transaksi lain dicatat

dalam buku yang dikenal dengan nama Daftarul Yaumiyyah (Daily Book/Buku Harian).

            Buku harian yang dikenal di negara Islam tujuh ratus empat puluh lima tahun

sebelum munculnya buku Pacioli adalah buku harian yang digunakan sekarang di dunia,

dan dikenal dengan nama General Journal. Buku harian ini dikenal di seluruh diwan di

samping specialised journals. Dahulu, buku harian ini digunakan untuk mencatat seluruh

transaksi keuangan khusus bagi diwan dan transaksinya dengan orang lain. Buku ini

serupa dengan apa yang sekarang dikenal di negara-negara Arab dengan nama

Daftarul Yaumiyyatil `Ammah (Buku Harian Umum).

            Menurut An Nuwairi, yang meninggal pada tahun 734 H. /1336 M. atau kurang

lebih tiga puluh satu tahun sebelum munculnya buku  Al Mazindani, pekerjaan

pembukuan tunduk pada praktik-praktik tertentu dan jelas. Sebab,seluruh harta yang

masuk atau keluar harus dicatat sesuai urutan waktu  terjadinya, juga harus dicatat

tanggal terjadinya setiap transaksi.  Demikian pula, keharusan mencatat transaksi

menurut urutan waktu terjadinya tidaklah terbatas pada transaksi-transaksi keuangan

saja atau yang memiliki nilai keuangan, tetapi mencakup juga seluruh transaksi yang

berhubungan dengan diwan dan yang lain. (An Nuwairi, hal. 273--275). Pencatatan di

Page 30: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

buku harian berlangsung dari realitas syahid yaitu yang sekarang dikenal dengan nama

journal voucher, yang disiapkan oleh akuntan, yang melakukan pencatatan di buku.

(Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 131--132). Hal ini menunjukkan

kesinambungan pengembangan di dalam pekerjaan akuntansi yang awalnya bersamaan

dengan munculnya negara Islam tahun 622 M., dan menjadi kokoh pada masa Khalifah

Umar Ibnul Khaththab, serta semakin kokoh pada masa Daulat Abbasiyyah. Kemudian

bertambah berkembang setelah itu sebagaimana yang kita rasakan dari apa yang

disebutkan oleh An Nuwairi.

            Daulat Abbasiyyah, 132--232 H. /750-847 M. memiliki banyak kelebihan

dibandingkan yang lain dalam pengembangan akuntasi secara umum dan buku-buku

akuntansi secara khusus. Sebab pada saat itu, masyarakat Islam menggunakan dua

belas buku akuntansi khusus (Specialized Accounting Books). Buku-buku ini memiliki

karakter dan fungsi dan berkaitan erat dengan fungsi dan tugas yang diterapkan pada

saat itu. Di antara contoh buku-buku khusus yang dikenal pada masa  kehidupan negara

Islam itu adalah sebagai berikut:

 

1.         Daftarun Nafaqat  (Buku Pengeluaran). Buku ini disimpan di Diwan Nafaqat, dan

diwan ini bertanggung jawab atas pengeluaran Khalifah, yang mencerminkan

pengeluaran negara.

2.         Daftarun Nafaqat Wal Iradat (Buku Pengeluaran dan Pemasukan). Buku ini

disimpan di Diwanil Mal, dan Diwan ini bertanggung jawab atas pembukuan seluruh

harta yang masuk ke Baitul Mal dan yang dikeluarkannya.

3.         Daftar Amwalil Mushadarah (Buku Harta Sitaan). Buku ini digunakan di Diwanul Mushadarin. Diwan ini khusus mengatur harta sitaan dari para menteri dan pejabat-

pejabat senior negara pada saat itu. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 41).

 

Umat Islam juga mengenal buku khusus yang lain, yang dikenal dengan nama Al Auraj, yaitu serupa dengan apa yang sekarang dinamakan Daftar Ustadzil Madinin (Debtors or Accounts Receipable Subsidiary Ledger). Kata Auraj adalah dari bahasa Parsi,

kemudian digunakan dalam bahasa Arab. Auraj digunakan untuk mencatat jumlah pajak

atas hasil tanah pertanian, yaitu setiap halaman dikhususkan untuk setiap orang yang

dibebani untuk membayar pajak, di dalamnya dicatat jumlah pajak yang harus dibayar,

juga jumlah yang telah dibayar dari pokok jumlah yang harus dilunasi. Penentuan jumlah

pajak yang harus dilunasi  didasarkan pada apa yang dinamakan Qanunul Kharaj (Undang-Undang Perpajakan). (Al Mazindarani 765 H./1363 M.)

Page 31: Sejarah Akuntansi Islam - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38044/Sejarah... · Web viewSEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM “ Katakankanlah,”Apakah

Di samping apa yang telah disebutkan, kaum muslimin di negara Islam mengenal

pembagian piutang menjadi tiga kelompok, yaitu:

1.         Ar Ra’ij minal mal, yang dimaksudkan ialah piutang yang memungkinkan untuk

didapatkan, yaitu apa yang sekarang ini dikenal dengan nama Ad Duyunul Jayyidah, dan dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Collectable Debts.

2.         Al Munkasir minal mal, yang dimaksudkan adalah piutang yang mustahil untuk

didapatkan, yaitu apa yang sekarang dinamakan Ad Duyunul Ma’dumah, dan dalam

bahasa inggris dikenal dengan nama Bad Debts atau Uncollectable Debts.3.         Al Muta’adzir wal mutahayyir wal muta`aqqid minal mal, yang dimaksudkan

adalah piutang yang diragukan untuk didapatkan, dan dalam bahasa inggris dikenal

dengan nama Doubtful Debts. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 141).

 

Dari pembagian piutang tersebut ada dua hal penting yang patut didapatkan, yaitu:

pertama, pengaruh kehidupan perdagangan terhadap pekerjaan akuntansi,

sebagaimana yang telah kami kemukakan pada pendahuluan Bab I; dan yang kedua

adalah pembagian ini hanya berpengaruh terhadap penggambaran kondisi keuangan

baik bagi negara maupun pribadi, khususnya untuk tujuan zakat. Sebab, penggambaran

kondisi keuangan menuntut ketelitian dalam penggambaran hak dan kewajiban. Tidak

diragukan lagi bahwa mereka mengetahui pentingnya inventarisasi para debitur untuk

mengetahui apa yang mungkin diperoleh pada masa-masa mendatang. Jika tidak, tentu

mereka tidak segera mengelompokkan piutang dalam tiga kelompok tersebut.

Pengelompokan ini adalah  pengelompokan yang digunakan pada masa kita sekarang

tanpa menyebutkan bahwa sumbernya adalah di negara Islam. Hal ini mempertegas

sekali lagi pentingnya zakat sebagai faktor asasi yang membantu pengembangan

akuntansi. Hal ini jika tidak ada faktor lain, maka zakat adalah faktor yang pertama.

Sebab, perhitungan zakat menuntut pentingnya inventarisasi para debitur dan kreditur

untuk mengetahui pengaruh para debitur dan kreditur terhadap jumlah zakat.

  Prev: Teori AkuntansiNext: Hakk Milik dalam Islamreply share