Upload
septia-kurniaty
View
6
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Referat Kepaniteraan Klinik Status Ilmu Bedah
Ca Prostat
Oleh:
Septia Kurniaty
NIM 11-2013-221
Pembimbing:
Dr. Seto H Sp.BU
BAGIAN BEDAH
RUMAH SAKIT BHAKTI YUDHA
DEPOK
MARET 2015
1
Pendahuluan
Karsinoma prostat merupakan keganasan terbanyak diantara keganasan sistem urogenital pria.
kanker ini menyerang pasien yang berusia diatas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia
70-80 tahun dan 75% pada usia lebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia
sebelum 45 tahun. Insiden karsinoma prostat akhir-akhir ini mengalami peningkatan karena; (1)
meningkatnya umur harapan hidup, (2) penegakan diagnosis yang menjadi lebih baik, dan (3)
kewaspadaan tiap-tiap individu mengenai adanya keganasan prostat semakin meningkat karena
informasi yang memadai untuk masyarakat.
Penyakit ini, menduduki peringkat ke empat sebagai penyakit kanker pembunuh kaum pria di
Indonesia, setelah kanker paru-paru dan kanker usus. Deteksi dini memang sebaiknya dilakukan
sebelum menginjak usia 50 tahun. Deteksi dini pada pria untuk kasus kanker prostat, biasanya
dilakukan pada pria berusia 40 tahun. Karena pada masa inilah, tubuh memproses hormon
testoteron menjadi dihydrotestoteron. Pembengkakan prostat pada para pria memang tak bisa
dihindarkan. Kaum pria pun dihimbau untuk tidak segan-segan mulai melakukan pemeriksaan
prostat pada usia 40 tahun. Untuk saat ini, cara yang terbaik untuk mengatasi penyakit kanker
prostat adalah melalui deteksi dini.
Namun ada beberapa keadaan yang menjadi faktor resiko penyebab terjadinya keganasan
pada kelenjar prostat. Yakni usia di atas 50 tahun, diet tinggi lemak, pembesaran prostat jinak,
infeksi virus yang ditularkan melalui hubungan kelamin, dan riwayat kanker prostat dalam keluarga
(faktor keturunan). Walaupun gejalanya masih ringan, namun harus segera ditangani. Karena selain
ancaman terserang kanker prostat, penderita juga terancam terkena infeksi saluran kemih, bahkan
gagal ginjal.1,2
Kanker Prostat
Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar dalam
sistem reproduksi pria. Atau dapat juga didefinisikan sebagai suatu tumor ganas yang tumbuh di
dalam kelenjar prostat. Hal ini terjadi ketika sel-sel prostat mengalami mutasi dan tumbuh lebih
cepat dari pada kondisi normal sehingga membentuk benjolan atau tumor yang memiliki keganasan.
Kanker ini paling umum pada pria, terutama mereka yang berusia di atas 65 tahun. Sel ini dapat
menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan lymph node.
Kanker prostat dapa menimbulkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil, disfungsi erektil dan gejala
lainnya. Pemeriksaan mikroskopis terhadap jaringan prostat pasca pembedahan maupun pada otopsi
menunjukan adanya kanker pada 50% pria berusia 70 tahun dan pada semua pria yang berusia 2
diatas 90 tahun. Kebanyakn kanker tersebut tidak menimbulkan gejala karena penyebarannya sangat
lambat.1,2
Gejala klinis
Biasanya kanker prostat berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan gejala sampai
kanker telah mencapai stadium lanjut. Kadang gejalanya menyerupai BPH, yaitu berupa kesulitan
dalam berkemih dan sering berkemih. Gejala tersebut timbul karena kanker menyebabkan
penyumbatan parsial pada aliran air kemih melalui uretra. Kanker prostat bisa menyebabkan air
kemih berwarna merah (karena mengandung darah) atau menyebabkan terjadinya penahanan air
kemih mendadak. Pada beberapa kasus kanker prostat baru terdiagnosis setelah menyebar ke tulang
(terutama tulang panggul, iga, dan tulang belakang) atau ke ginjal (menyebabkan gagal ginjal).
Kanker yang menyebar ke tulang menimbulkan nyeri dan tulang menjadi rapuh sehingga mudah
mengalami fraktur. Setelah kanker menyebar, biasanya penderita akan mengalami anemia.
Gejala lainnya:
- Segera setelah berkemih, biasanya air kemih masih menetes
- Nyeri ketika berkemih
- Nyeri ketika ejakulasi
- Nyeri punggung bagian bawah
- Nyeri ketika buang air besar’
- Nokturia (berkemih pada malam hari)
- Inkontinesia urin
- Nyeri tulang atau tulang nyeri jika ditekan
- Hematuria (darah dalam air kemih)
- Nyeri perut
- Penurunan berat badan
Kanker prostat pada stadium dini biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan colok dubur
berupa nodul keras pada prostat atau secara kebetulan ditemukan adanya peningkatan kadar
penanda tumor PSA (Prostat specific Antigen) pada saat pemeriksaan laboratorium. Kurang lebih
10% pasien yang datang berobat ke dokter mengeluh adanya gangguan saluran kemih berupa
3
kesulitan miksi, nyeri saat berkemih, atau hematuria yang menandakan bahwa kanker telah
menekan uretra.
Pemeriksaan fisik yang oenting adalah melakukan colok dubur. Pada stadium dini seringkali
sulit mendeteksi kanker prostat melalui colok dubur sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
USG Transrektal (TRUS). Kemampuan TRUS dalam mendeteksi kanker prostat dua kali lebih baik
dibandingkan colok dubur. Jika dicurigai ada area hipoekoik selanjutnya dilakukan biopsi
transrektal pada area tersebut dengan bimbingan TRUS.1,3
Etiologi dan faktor resiko
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya ca prostat ; tetapi
beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia prostat bisa terjadi karena:
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut.
2. Peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan ) sebagai pemacu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat.
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
4. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
Faktor resiko
- Usia, kebanyakan kasus terjadi pada pria usia lanjut. Laki-laki usia >55 tahun yang mempunyai
riwayat keluarga menderita kanker prostat.
- Riwayat keluarga dan factor keturunan, bila ayah atau saudara laki-laki (di bawah 60), risiko
akan lebih tinggi. Juga bila saudara perempuan terkena kanker payudara.
- Suku bangsa, pria Asia memiliki risiko lebih rendah dibandingkan pria kulit hitam atau kulit
putih. Misalnya ras Afrika yang tinggal di Amerika.
- Terkena paparan atau kontak dengan logam berat seperti cadmium
- Makanan terbiasa mengandung asam lemak jenuh.1
Epidemiologi
Bentuk keganasan prostat yang tersering adalah Adenokarsinoma prostat, bentuk lain yang
jarang adalah: sarkoma (0,1-0,2%), karsinoma sel transisional (1-4%), limfoma dan leukemia. Oleh
4
karena itu bila kita membicarakan Kanker prostat berkonotasi sebagai Adenokarsinoma prostat.
Kanker prostat saat ini merupakan jenis keganasan non-kulit yang terbanyak di negara barat atau
keganasan tersering ke 4 pada pria di seluruh dunia setelah kanker kulit, paru dan usus besar. Di
seluruh dunia, lebih dari 670.000 pria per tahun didiagnosis kanker prostat. Diperkirakan 1 dari 6
pria Amerika Serikat (AS) terkena penyakit ini selama masa hidupnya, sedangkan di banyak negara
Asia dan sedang berkembang kasus ini tidak banyak, meskipun insidensi tiap negara berbeda tetapi
tetap meningkat. Insidensi terendah di Asia (Shanghai) sebesar 1,9 per 100.000 penduduk dan
tertinggi di Amerika Utara dan Skandinavia, terutama keturunan Afro-Amerika sebesar 272 per
100.000 penduduk. Data di AS menunjukkan bahwa lebih dari 90% kanker prostat ditemukan pada
stadium dini dan regional, dengan angka kesintasan (Survival rate) 5 tahun mendekati 100%. Angka
ini jauh lebih baik dibandingkan dengan 25 tahun lalu, yang hanya mencapai 69%.2 Barnes pada
tahun 1969 menemukan angka kesintasan 10 tahun dan 15 tahun untuk Kanker prostat stadium dini
hanya sebesar 50% dan 30%.6 Rasio insidensi terhadap mortalitas sebesar 5.3 pada tahun 2000.
Angka mortalitas juga berbeda pada tiap negara, yang tertinggi di Swedia (23 per 100.000
penduduk) dan terendah di Asia (<5 per 100.000 penduduk). Di Indonesia belum ada data yang
pasti, data Globocan tahun 2008 menunjukan Kanker prostat di Indonesia menempati urutan ke 5.
Dari data Indonesian Society of Urologic Oncology (ISUO) 2011 selama periode 2006-2010
terdapat 971 penderita Kanker prostat. Usia rerata 68.3 tahun, terbanyak pada selang usia 70-79
tahun sebesar 37.6%. Modalitas diagnostik yang digunakan terutama biopsi 563 kasus (57.9%).
Stadium terbanyak yang ditemukan adalah stadium 4 berjumlah 490 penderita (50.5%), berturut
turut stadium 1; 83 (8.5%), 2; 271 (27.9%) dan 3; 28 (2.9%). Orkhidektomi masih merupakan terapi
awal yang paling banyak digunakan, yaitu sebanyak 307 kasus (31%), obat hormonal 182 (18%),
prostatektomi radikal 89 (9%), radioterapi 63 (6%), sisanya adalah pemantauan aktif, kemoterapi
dan kombinasi. Di RSCM dan RS Kanker Dharmais terdapat peningkatan jumlah penderita tahun
2001-2006 sebanyak dua kali dibandingkan tahun 1995 – 2000, dengan jumlah penderita rata-rata
pertahun adalah 70-80 kasus baru/tahun. Insidens tersering ditemukan pada usia lebih dari 60 tahun
dan jarang ditemukan pada usia kurang dari 40 tahun. Selama periode Januari 1995 sampai dengan
Desember 2007 terdapat 610 penderita Kanker prostat di kedua rumah sakit tersebut, 110 penderita
mendapat pengobatan dengan tujuan kuratif. Prostatektomi radikal dilakukan terhadap 43 penderita
dengan median usia 63 tahun, dan 67 penderita lainnya dengan median usia 70 tahun menerima
pengobatan External Beam Radical Therapy (EBRT). Median survival adalah 101 bulan dan 85
bulan masing-masing untuk penderita yang mendapat tindakan Prostatektomi Radikal dan EBRT.
5
Angka survival 5 tahun adalah 68,4% dan 69,2%, masing-masing untuk penderita dengan
pengobatan Prostatektomi Radikal dan EBRT.2
Patogenesis
Kemungkinan tahapan patogenesis kanker adalah: kelenjar prostat PIN (Prostat
Intraepitelial Neoplasia) karsinoma prostat karsinoma prostat stadium lanjut karsinoma
prostat metastasis HRCP (Hormon Refractory Prostat Cancer). Jenis histopatologi karsinoma
prostat sebagian besar adalah adenokarsinoma. Kurang lebih 75% terdapat pada zona sentral dan
zona transisional. Biasanya karsinoma prostat berupa lesi multisentrik. Derajat keganasan
didasarkan pada diferensiasi kelenjar, atipi sel, dan kelainan inti sel. Derajat Gleason 1 yaitu
berdiferensiasi baik, derajat 2 berdiferensiasi sedang, dan derajat 3 berdifersiasi buruk. Pembagian
derajat keganasan ini merupakan indikator pertumbuhan dan progresifitas tumor.
Tumor yang berada pada kelenjar prostat tumbuh menembus kapsul prostat dan mengadakan
infiltrasi ke organ sekitarnya. penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfe retroperitoneal dan
penyebaran secara hematogen melalui vena vertebralis menuju tulang-tulang pelvis, femur sebelah
proksimal, vertebra lumbalis, costae, paru, hepar, dan otak. Metastasis ke tulang pada umumnya
merupakan proses osteoblastik, meskipun kadang-kadang bisa juga terjadi proses osteolitik.1,3
Stadium Kanker Prostat
1. Tumor grading
Dari kanker prostat merupakan penentu dasar dari biologi penyakit dan prognosa. Prognosis
ditentukan potensi agresif dari tumor untuk menyebar ke organ lain. Gleason score merupakan
metode grading yang digunakan secara luas sampai saat ini yang merupakan suatu faktor
prognosis yang penting untuk kanker prostat. Sehingga sekali diagnosa kanker prostat
ditetapkan pada biopsi, penentuan grading dengan Gleason score menentukan pilihan-pilihan
untuk terapi. Derajat diferensiasi menurut Gleason didasarkan atas pola perubahan arsitektur
dari kelenjar prostat yang dilihat secara mikroskopik dengan pembesaran rendah (60-100 kali),
yang dibedakan dalam 5 tingkat perubahan melalui dari tingkat very well differentiated (tingkat
1) hingga undifferentiated (tingkat 5). Dari pengamatan mikroskopik suatu preparat, kemudian
ditentukan 2 jenis pola tumor, yaitu tumor yang mempunyai pola/ tingkat yang paling ekstensif 6
disebut sebagai primary pattern. Dan pola tingkat yang paling tidak ekstensif atau disebut
secondary pattern. Kedua tingkat tersebut kemudian dijumlahkan sehingga menjadi grading
dari Gleason. Karena itu grading dari Gleason berkisar 2 sampai dengan 10.1,3
Grade tingkat histopatologi
2-4 well differentiated
5-7 moderately differentiated
8-10 poorly differentiated
2. Stadium
Sistem staging yang digunakan untuk Kanker prostat adalah menurut AJCC (American Joint
Committee on Cancer) 2010/ system TNM 2009.
Tumor primer (T)
- Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
- T0 Tumor primer tak dapat ditemukan
- T1 Tumor yang tak dapat dipalpasi atau dilihat pada
pemeriksaan pencitraan (tidak terdeteksi secara klinis)
a. T1a Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), < 5 % dari jaringan yang direseksi
b. T1b Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), > 5 % dari jaringan yang direseksi
c. T1c Tumor diidentifikasi dengan pemeriksaan biopsi jarum
- T2 Tumor terbatas di prostat *
a. T2a Tumor mengenai setengah atau kurang dari satu lobus
b. T2b Tumor mengenai lebih setengah dari satu lobus, tetapi tidak mengenai kedua
lobus
c. T2c Tumor mengenai kedua lobus
- T3 Tumor menembus kapsul **
a. T3a Ekstensi ekstrakapsuler (unilateral atau bilateral)
b. T3b Tumor mengenai vesicula seminalis
- T4 Tumor terfiksasi atau mengenai struktur yang berdekatan, selain vesicula seminalis,
seperti leher kandung kemih, sfingter eksterna rektum dan atau dinding pelvis.
Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)7
- Nx KGB regional tak dapat dinilai
- N0 Tak ada penyebaran KGB regional
- N1 Terdapat penyebaran KGB regional
Metastasis Jauh (M)***
- Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
- M0 Tak ada metastasis jauh
- M1 Terdapat Metastasis jauh
a. M1a Metastasis KGB Non Regional
b. M1b Metastasis ke tulang
c. M1c Metastasis ke organ lain
Catatan :
- * Tumor ditemukan pada satu atau dua lobus dengan biopsi jarum akan tetapi tidak teraba
atau terlihat dengan pencitraan yang ada diklasifikasikan sebagai T1c.
- ** Tumor yang menginvasi apeks prostat atau ke kapsul akan tetapi tidak menembus, tidak
diklasifikasikan sebagai T3 akan tetapi T2.
- *** Bila lebih dari satu tempat metastasis, dikategorikan sebagai metastasis paling tinggi
stadiumnya; M1c adalah tingkatan tertinggi.
Pengelompokan Stadium (AJCC 2010)
Stadium I : T1a-c N0 M0 PSA < 10 Skor Gleason ≤ 6
T2a N0 M0 PSA < 10 Skor Gleason ≤ 6
T1-2a N0 M0 PSA X Skor Gleason X
Stadium IIA : T1a-c N0 M0 PSA < 20 Skor Gleason 7
T1a-c N0 M0 PSA ≥10< 20 Skor Gleason ≤ 6
T2a N0 M0 PSA < 20 Skor Gleason ≤ 7
T2b N0 M0 PSA < 20 Skor Gleason ≤ 7
T2b N0 M0 PSA X Skor Gleason X
Stadium IIB : T2c N0 M0 Semua PSA Semua Skor Gleason
T1-2 N0 M0 PSA ≥ 20 Semua Skor Gleason
T1-2 N0 M0 Semua PSA Skor Gleason ≥ 8
Stadium III : T3a-b N0 M0 Semua PSA Semua Skor Gleason
Stadium IV : T4 N0 M0 Semua PSA Semua Skor Gleason
Tiap T N1 M0 Semua PSA Semua Skor Gleason
8
Tiap T Tiap N M1 Semua PSA Semua Skor Gleason
Keterangan:
1. Stadium T
Penentuan stadium klinis cT dapat ditentukan dengan colok dubur. Bila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan CT/MRI.
2. Stadium N
Penentuan stadium N hanya dikerjakan bila akan berpengaruh terhadap keputusan terapi. Hal
ini biasanya pada kasus penderita yang direncanakan terapi kuratif. Cara terbaik untuk
menentukan stadium N adalah dengan limfadenektomi, teknik yang digunakan adalah operasi
terbuka ataupun laparoskopik.
3. Stadium M
Metode sidik tulang paling sensitif untuk mendiagnosis metastasis tulang, bila tidak ada
fasilitas pemerikaan tsb dapat dicari dengan penilaian klinis, CT Scan, alkali fosfatase serum
dan bone survey. Peningkatan kadar alkali fosfatase mengindikasikan adanya metastasis tulang
pada 70% penderita. Pengukuran alkali fosfatase dan PSA secara bersamaan akan
meningkatkan efektivitas penilaian klinis sebesar 98%. Selain ke tulang, Kanker prostat dapat
bermetastasis ke organ lain umumnya ke KGB jauh, paru-paru, hepar, otak dan kulit.
Pemeriksaan fisik, foto thoraks, ultrasonografi, CT dan MRI adalah metode yang digunakan,
terutama bila gejala menunjukkan adanya kemungkinan metastasis ke jaringan lunak.
Pemeriksaan sidik tulang tidak perlu pada penderita asimptomatik, PSA kurang dari 20 ng/mL
dan berdiferensiasi baik atau moderat.2
9
Gambar 1. Stadium Ca Prostat4
Pemeriksaan pencitraan
1. USG Transrektal (TRUS)
Pada pemeriksaan USG transrektal dapat diketahui adan ya area hipoekoik (60%) yang
merupakan salah satu tanda adanya kanker prostat dan sekaligus mengetahui kemungkinan
adanya ekstensi tumor ke ekstrakapsuler. Selain itu, dengan tuntunan USG dapat diambil
contoh jaringan pada area yang dicurigai keganasan melalui biopsi aspirasi dengan jarum halus
(BAJAH)
2. CT scan dan MRI
CT scan diperiksa jika dicurigai adanya metatasis pada limfonudi (N), yaitu pada pasien yang
menunjukan skor Gleson tinggi (>7) atau kadar PSA tinggi. Dibandingkan dengan USG
transrektal, MRI lebih akurat dengan menentukan luas ekstensi tumor ke ekstrakapsuler atau ke
vesikula seminalis.
3. Bone scan
Pemeriksaan sintigrafi pada tulang dipergunakan untuk mencari metastasis hematogen pada
tulang. meskipun pemeriksaan ini cukup sensitif, tetapi beberapa kelainan tulang juga
memberikan hasil positif palsu, antara lain artritis, degeneratif pada tulang belakang, penyakit
paget, setelah sembuh dari cedera patah tulang, atau adanya penyakit tulang yang lain. karena
itu dalam hal ini perlu dikonfirmasikan dengan foto polos pada daerah yang dicurigai.1,5
Diagnostik
Langkah Diagnostik
Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan akan meningkat dengan
adanya gejala lain seperti: nyeri tulang, fraktur patologis ataupun penekanan sumsum tulang. Untuk
itu dianjurkan pemeriksaan PSA usia 50 tahun, sedangkan yang mempunyai riwayat keluarga
dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih awal yaitu 40 tahun.
10
Pemeriksaan utama dalam menegakkan kanker prostat adalah anamnesis perjalanan penyakit,
pemeriksaan colok dubur, PSA erum serta ultrasonografi transrektal/ transabdominal. Diagnosa
pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau spesimen operasi berupa adenokarsinoma. Selain itu
pemeriksaan histopatologis akan menentukan derajat dan penyebaran tumor.
Pemeriksaan colok dubur
Kebanyakan kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat dideteksi dengan colok dubur
jika volumenya sudah > 0.2 ml. Jika terdapat kecurigaan dari colok dubur berupa: nodul keras,
asimetrik, berbenjol-benjol, maka kecurigaan tersebut dapat menjadi indikasi biopsi prostat.
Delapan belas persen dari seluruh penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja,
dibandingkan dengan kadar PSA. Penderita dengan kecurigaan pada
colok dubur dengan disertai kadar PSA > 2ng/ml mempunyai nilai prediksi 5-30%.1,2
Prostate-specific antigen (PSA)
Pemeriksaan kadar PSA telah mengubah kriteria diagnosis dari kanker prostat. PSA adalah serine-
kalikrein protease atau suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sitoplasma sel epitel prostat dan
berperan dalam melakukan likuefaksi cairan semen. PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat dan berfungsi mengencerkan cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan
sperma. Dalam keadaan normal hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah. Pada proses
kegansan prostat, PSA akan menembus basal membran sel epitel dan beredar melalui pembuluh
vaskuler maka kadar PSA dalam darah meningkat. Pada prakteknya PSA adalah organ spesifik
namun bukan kanker spesifik. Maka itu peningkatan kadar PSA juga dijumpai pada BPH,
prostatitis, dan keadaan non-maligna lainnya. Kadar PSA secara tunggal adalah variabel yang
paling bermakna dibandingkan colok dubur atau TRUS. Sampai saat ini belum ada persetujuan
mengenai nilai standar secara internasional. Kadar PSA adalah parameter berkelanjutan semakin
tinggi kadarnya, semakin tinggi pula kecurigaan adanya kanker prostat. Nilai baku PSA di
Indonesia saat ini yang dipakai adalah 4ng/ml.
Transrectal ultrasonography (TRUS) dan biopi prostat
Gambaran klasik hipoekhoik adanya zona peripheral prostat tidak akan selalu terlihat. Gray-scale
dari TRUS tidak dapat mendeteksi area Kanker prostat secara adekuat. Maka itu biopsi sistematis
tidak perlu digantikan dengan biopsi area yang dicurigai. Namun biopsi daerah yang dicurigai
sebagai tambahan dapat menjadi informasi yang berguna.
11
Indikasi biopsi
Tindakan biopsi prostat sebaiknya ditentukan berdasarkan kadar PSA, kecurigaan pada pemeriksaan
colok dubur atau temuan metastasis yang diduga dari Kanker prostat. Sangat dianjurkan bila biopsi
prostat dengan guided TRUS, bila tidak mempunyai TRUS dapat dilakukan biopsi transrektal
menggunakan jarum trucut dengan bimbingan jari. Untuk melakukan biopsi, lokasi untuk
mengambil sampel harus diarahkan ke lateral. Jumlah Core dianjurkan sebanyak 10-12. Core
tambahan dapat diambil dari daerah yang dicurigai pada colok dubur atau TRUS. Tingkat
komplikasi biopsi prostat rendah. Komplikasi minor termasuk makrohematuria dan hematospermia.
Infeksi berat setelah prosedur dilaporkan <1 % kasus.
Biopsi Ulang
Indikasi Biopsi Ulang :
- PSA yang meningkat dan atau menetap pada pemeriksaan ulang setelah 6 bulan12
- Kecurigaan dari colok dubur
- Proliferasi sel asinar kecil yang atipik (ASAP)
- High Grade Prostatic intraepithelial (PIN) lebih dari satu core
Penentuan waktu yang optimal untuk biopsi ulang adalah 3-6 bulan
TURP Diagnostik
Penggunaan TURP diagnostik untuk biopsi adalah tidak dianjurkan. Tingkat deteksinya tidak lebih
baik dari 8% dan merupakan prosedur yang tidak adekuat untuk mendeteksi kanker.2,5
Penatalaksanaan
Penanganan kanker prostat sangat kompleks, di antaranya dengan pembedahan, radioterapi,
terapi hormon, dan kemoterapi. Biasanya kombinasi lebih dari satu metode terapi tersebut
dijalankan. Penanganan yang dilakukan tergantung pada:1,2,5,6
- Ukuran, stadium kanker dan derajat keganasannya (tingkat PSA)
- Kondisi pasien: usia, kesehatan umum, dan preferensinya
Tindakan yang dilakukan terhadap pasien kanker prostat tergantung pada stadium, umur
harapan hidup, dan derajat diferensiasinya.12
1. Observasi
Ditujukan untuk pasien dalam stadium T1 dengan umur harapan hidup kurang dari 10 tahun.
2. Prostatecktomi radikal
Pasien yang berada dalam stadium T1-2 N0 M0 adalah cocok untuk dilakukan prostatektomi
radikal yaitu berupa pengangkatan kelenjar prostat bersama dengan vesikula seminalis. Hanya
saja operasi ini dapat menimbulkan penyulit antara lain perdarahan, disfungsi ereksi, dan
inkontinensia. Tetapi dengan teknik nerve sparing yang baik terjadinya kerusakan pembuluh
darah dan saraf yang memelihara penis dapat dihindari sehingga timbulnya penyulit berupa
disfungsi ereksi dapat diperecil.
3. Radiasi
Ditujukan untuk pasien tua atau pasien dengan tumor loko invasif dan tumor yang telah
mengadakan metastasis. Pemberian radiasi eksterna biasanya didahului dengan
limfadenektomi. Diseksi kelenjar limfe saat ini dapt dikerjakan melalui bedah laparoskopi di
samping operasi terbuka.
4. Terapi hormonal
Pemerian terapi hormonal berdasarkan atas konsep daro Hugins yaitu: “sel epitel prostat akan
mengalami atrofi jika sumber androgen ditiadakan”. Sumber androgen ditiadakan dengan cara
pembedahan atau dengan medikamentosa. Meniadakan sumber atau pengaruh androgen pada
sel target disebut sebagai Androgen Deprivation Therapy (ADT). Menurut Labrie,
menghilangkan sumber yang hanya berasal dari testis belum cukup, karena masih ada sumber
androgen dari kelenjar suprarenal yaitu sebesar ± 10% dari seluruh testoteron yang berada di
dalam tubuh. untuk itu dianjurkan untuk melakukan blokade androgen total. Tulang adalah
tempat yang paling sering terjadinya metastasis kanker prostat, kejadian metastasis kanker ini
pada tulang ± 80%. Metatasis tulang menyebabkan berbagai morbiditas, diantaranya adalah
nyeri, kompresi korda spinalis, dan fraktur patologis. Terapi kanker prostat pada stadium lanjut
(termasuk yang sudah metastasis ke tulang) adalah ADT. Namun keberhasilan ADT hanya 70 –
80% dengan median durasi hingga 12-24 bulan. Salah satu akibat jangka panjang ADT adalah
pada sistem 1). Metabolisme (sensitifitas insulin menurun menyebabkan peningkatan kadar
LDL dan kolesterol) dan 2). Skeletal (diantaranya adalah meningkatkan turn over tulang,
13
densitas tulang atau bone mineral density (BMD) menurun, dan meningkatnya resiko terjadinya
fraktur). Untuk itu pada terapi ADT dianjurkan untuk selalu memantau BMD.
5. Kemoterapi (Cytotoxic Therapy)
- Pada penderita yang hanya mengalami peningkatan PSA, maka 2 kali peningkatan PSA
berturut-turut di atas batas kadar nadir yang sebelumnya harus diketahui.
- Sebelum pengobatan, kadar PSA serum harus di atas > 5 ng/mL untuk memastikan
interpretasi efek pengobatan secara pasti.
- Keuntungan dan efek samping pengobatan sitotoksik harus didiskusikan dengan setiap
individu penderita.
- Pada penderita dengen metastasis HRPC, dan kandidat untuk terapi sitotoksik, docetaxel 75
mg/m2 + Prednison 3x 10mg/hari dengan interval 3 minggu sampai 6 siklus. Terapi ini
memberikan keuntungan survival yang bermakna.
6. Terapi Paliatif
Terapi paliatif merupakan terapi aktif terhadap penderita stadium lanjut yang sudah tidak
memberi respon terhadap terapi kuratif. Terapi ini bersifat holistik, mengontrol gejala yang
timbul baik itu secara fisik, psikologis, sosial, spiritual dan melibatkan keluarga terdekat
penderita.
- Kontrol nyeri
Pada penderita Kanker prostat lanjut nyeri akan dirasakan terutama di daerah tulang yang
termetastasis, pelvis. Terapi yang dapat digunakan: bifosfonat (asam Zoledronat), analgetik
(parasetamol sampai opioid) dan radiasi lokal.
- Obstruksi saluran kemih bawah dan atas
Obstruksi saluran kemih bawah dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal bila tidak
ditangani. Pada kasus tertentu dapat dilakukan pemasangan kateter, sistostomi maupun
stent uretra. Tidak sedikit penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang disebabkan
sumbatan ureter karena ekstensi kanker ke trigonum, pemasangan nefrostomi perkutan
dianjurkan.
- Limfedema
Limfedema dapat menimbulkan nyeri dan mudah terinfeksi. Edema penis dan skrotum
menyebabkan keterbatasan penderita untuk berdiri maupun berkemih. Edema pada tungkai
14
bawah dapat diterapi dengan drainase manual (tungkai ditinggikan), pemasangan balutan
elastik.
Daftar Pustaka
1. Boedi DR, Martono H. Karsinoma prostat, dalam: Buku ajar geriatri. Edisi ke 3. Jakarta:
FKUI, 2004. Hal 411-413.
2. KPKN (Komite Nasional Penanggulangan Kanker). Panduan Nasional penanganan kanker
prostat. Versi 1.0. Jakarta: Bakti Husada (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia),
2015. Hal 1-23.
3. Purnomo, B. Onkologi urogenitalia, dalam: dasar-dasar urologi. Edisi 3. Yogyakarta:
Sagung Seto, 2011. Hal 261-68.
4. Gambar 1. Stadium Ca prostat. Edisi 2011. Diunduh dari:
http://medicastore.com/penyakit/558/Kanker_Prostat.html, 12 Maret 2015.
5. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC, 2005. Hal. 782-88.
6. Tim Cancer Helps. Edisi 2010. Diunduh dari:
http://medicastore.com/penyakit/558/Kanker_Prostat.html. 9 Maret 2015.
15