17
SIMULASI KONTROL PID PADA MOTOR DC Tugas disusun untuk nilai tugas Dasar Sistem Kontrol Disusun Oleh : Nama : Andrey Wicaksono NIM : 21060112130040 Kelas : A JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

Simulasi Kontrol Pid Pada Motor Dc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Simulasi Kontrol Pid Pada Motor Dc

Citation preview

SIMULASI KONTROL PID PADA MOTOR DCTugas disusun untuk nilai tugas Dasar Sistem Kontrol

Disusun Oleh :Nama: Andrey WicaksonoNIM: 21060112130040Kelas: A

JURUSAN TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2014

1. Pengantar PIDPID (Proportional-Integral-Derivative) merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu system instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada system tersebut. Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proporsional, Integratif dan Derivatif. Ketiganya dapat dipakai bersamaan maupun independen tergantung dari respon yang kita inginkan terhadap suatu plant.

Dengan fungsi alih C(s) yanga merupakan besaran yang nilainya tergantung pada nilai konstanta Proporsional, Integral dan Derivatifnya:

a. Kontrol ProporsionalKontrol P jika G(s) = kp, dengan k adalah konstanta. Jika Jika u = G(s) e maka u = Kp e dengan Kp adalah Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) saja tanpa memberikan efek dinamik pada kinerja controller. Penggunaan kontrol P memiliki berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik. Walau demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk memperbaiki respon transien khususnya rise time dan settling time.

b. Kontrol IntegratifJika G(s) adalah kontrol I maka u dapat dinyatankan sebagai dengan Ki adalah konstanta integral, dan dari persamaan tersebut dinyatakan sebagai jika e(T) mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi sangat besar sehingga diharapkan dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati nol maka efek kontrol I ini semakin kecil. Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan respon steady-state, namun pemilihan Ki yang tidak tepat dapat menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan system. Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan output berosilasi karena menambah orde system.

c. Kontrol DerivatifSinyal kontrol u yang dihasilkan oleh kontrol D dapat dinyatakan sebagai dari persamaan tersebut, terlihat bahwa difat dari kontrol D ini dalam konteks kecepatan atau rate dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk memperbaiki respon transien dengan memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol erivatif hanya berubah saat ada perubahan error sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan kontroler Derivatif tidak dapat dipakai sendiri.

d. Kontroler PID SeriPersamaan matematis untuk pegendali proporsional dan derivative:

e. Kontroler PID Paralel

Keterangan: Kp : Konstanta proporsionalKi : Konstanta integralKd : Konstanta derivatifTd : Waktu derivatif Ti : Waktu integral

f. Rangakaian Kontroler PID

Pengendali proporsional Kp akan memberikan efek mengurangi waktu naik tetapi tidak menghapus kesalahan keadaan tunak . Pengendali integral Ki akan memberikan efek menghapus kesalahan keadaan tunak tetapi berakibat memburuknya tanggapan transient. Pengendali derivatif Kd akan memberikan efek meningkatnya stabilitas sistem, mengurangi lewatan maksimum dan menaikkan tanggapan fungsi trasnfer . Efek dari setiap pengendali dalam sistem lingkar tertutup dapat dilihat pada tabel berikut ini :Closed-Loop ResponseRise TimeOvershootSetting TimeSS Errror

KpDecreaseIncreaseSmall ChangeDecrease

KiDecreaseIncreaseIncreaseEliminate

KdSmall ChangeDecreaseDecreaseSmall Change

Salah satu permasalahan terbesar dalam desain kontroller PID yaitu masalah tuning untuk menentukan nilaik Ki, Kp, dan Kd yang pas. Metode metode tuning dilakukan berdasarkan model matemetika plant / sistem. Jika model tidak diketahui, maka dilakukan eksperimen terhadap sistem. Bisa juga pakai system try dan error.

2. Pemodelan SistemMotor DC digambarkan sebagai berikut dengan input berupa tegangan suplai dan output berupa posisi torsi ().

Pada kasus kontrol ini yang digunakan adalah motor DC dengan parameter-parameter fisik motor sebagai berikut : Moment of inertia of the rotor ( j )=3.2284E-kg m2/s2 Damping ratio of the mechanical system ( b )=3.5077E-6Nms Electromotive force resistance( K=Ke=Kt)=0.0274 Nm/Amp Electric resistance/ resistansi motor (R)=4 ohm Electric inductance/ induktansi motor (L)=2.75E-6 H Input (V): source voltage Output (theta):position of shaftTorsi motor berhubungan dengan arus armature dengan faktor konstanta armature kt dan emf balik e berhubungan dengan kecepatan rotasi dengan factor konstanta motor ke.

Berdasarkan Gambar 1 diatas, dengan mengkombinasikan hukum Newton dan Kirchhoff dimana kt=ke= k maka dapat ditulis persamaan :

Sementara hubungan antara kecepatan rotasi dan posisi rotasi adalah :

Operasi transformasi Laplace pada persamaan diatas akan menghasilkan :

Selanjutnya didapatkan fungsi alih yang merupakan perbandingan antara kecepatan rotasi terhadap tegangan input.

Maka model matematika motor DC pada Simulink:

3. Contoh KasusApabila kita menginginkan perubahan posisi motor tepat. error stady state motor menjadi nol dan juga dapat mengendalikan motor yang mendapat pengaruh dari luar dengan error stady state mendekati 0. jika simulasi dengan inputan (R) sebagai input fungsi step diharapkan keluaran motor akan sesuai dengan:Settling time less than 40 millisecondsOvershot less than 16%No steady-state errorNo steady-state error walau mendapat gangguan dari luar system

4. Transfer FunctionDefinisikan system dengan numerator dan denumerator sebagai vector.

5. State Space (menentukan skala

6. Proportional ControlYang pertama mengunakan konstanta proposional control (kp)

Respon Sistem Adanya Gangguan

7. Proportional Integral Control

Respon sistem terhadap gangguan yang timbul

Respon kontrol PI dengan adanya errora. Kp=17 dan Ki=200 listing

b. Kp=17 dan Ki 200 with noise

c. Kp=17 dan Ki 200 no noise

8. Kontrol PIDKp=17;Ki=200;Kd=0.15;numcf=[Kd Kp Ki];dencf=[1 0];numf=conv(numcf,num);denf=conv(dencf,den);[numc,denc]=cloop(numf,denf,-1);t=0:0.001:0.1;step(numc,denc,t)figurenumdcl=conv(numc,dencf);dendcl=conv(denc,numcf);step(numdcl,dendcl,t);

Respon sistem terhadap PID no noise

Respon sistem terhadap input with noise

Dengan kombinasi Kp, Ki dan Kd yang berbedaKp=17;Ki=600;Kd=0.15;numcf=[Kd Kp Ki];dencf=[1 0];numf=conv(numcf,num);denf=conv(dencf,den);[numc,denc]=cloop(numf,denf,-1);t=0:0.001:0.1;step(numc,denc,t)figurenumdcl=conv(numc,dencf);dendcl=conv(denc,numcf);step(numdcl,dendcl,t);Respon sistem terhadap PID dengan nilai berbeda dan no noise

Respon sistem terhadap input nilai berbeda with noise

9. Perancangan Kontroler PID dengan Simulinka. Model Simulasi Sistem dengan Simulink

b. Model Sistem Motor DC

c. Rancangan Model Kontroleer PID

DAFTAR PUSTAKA