21
TINJAUAN PUSTAKA Sistem pencernaan makanan bertugas penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Seluruh saluran pencernaan dibatasi dengan selaput lender (membrane mukosa), dari bibir sampai ujung akhir esophagus, yang ditambah dengan lapisan-lapisan epithelium. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan yang terjadi karena kerja berbagai enzim yang berkembang di dalam cairan pencerna setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya (Pearce, 2009). Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu 1) bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi; 2) bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum, dan mandibularis, disebelah belakang bersambungan dengan faring. Di dalam rongga mulut terdapat lidah, gigi, dan kelenjar ludah. Gigi ini terdiri terdiri atas gigi sulung dan gigi tetap. Gigi sulung disebut juga gigi susu (Syarifuddin, 2006) Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai lapisan muscular eksterna berelaksasi. Usus halus terdiri dari duodenum,

Sistem Digesti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kajian kristologi

Citation preview

TINJAUAN PUSTAKA Sistem pencernaan makanan bertugas penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Seluruh saluran pencernaan dibatasi dengan selaput lender (membrane mukosa), dari bibir sampai ujung akhir esophagus, yang ditambah dengan lapisan-lapisan epithelium. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan yang terjadi karena kerja berbagai enzim yang berkembang di dalam cairan pencerna setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya (Pearce, 2009). Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu 1) bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi; 2) bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum, dan mandibularis, disebelah belakang bersambungan dengan faring. Di dalam rongga mulut terdapat lidah, gigi, dan kelenjar ludah. Gigi ini terdiri terdiri atas gigi sulung dan gigi tetap. Gigi sulung disebut juga gigi susu (Syarifuddin, 2006) Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai lapisan muscular eksterna berelaksasi. Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum adalah bagian yang terpendek (2,5 cm-30 cm). duktus empedu dan duktus pancreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum beberapa sentimeter mulut pylorus. Jejunum adalah bagian yang selanjutnya, panjangnya 1-1,5 meter. Ileum (2 m-2,5m) merentang sampai menyatu dengan usus besar (Sloane, 2003) Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak dibagian depan rongga badan, dan menglilingi usus, bentuknya tidak tegas. Fungsi hati menghasilkan empedu yang di simpan dalam kantung empedu, berwarna kehijauan terletak disebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu. Pancreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan hormon insulin (Syarifuddin, 2006). Agar sari makanan yang terdapat dalam makanan berguna bagi tubuh, maka makanan itu harus dicerna terlebih dahulu. Proses pencernaan berlangsung di dalam saluran pencernaan makanan. Proses pencernaan berlangsung dimulai di rongga mulut. Di dalam rongga mulut makanan di potong-potong oleh gigi seri dan di kunyah oleh gigi geraham, sehingga makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, proses pencernaan makanan semacam ini disebut pencernaan mekanik (Irianto, 2004). Domba sering melakukan ruminasi atau memamah biak, terutama ketika dalam keadaan istirahat. Bolus dalam rumen akan dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah menjadi halus. Setelah halus, pakan tersebut akan ditelan lagi dan masuk menuju retikulum. Bentuk retikulum menyerupai sarang lebah mencegah benda-benda asing (seperti kawat) untuk tidak terus bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut. Retikulum sering kali tertusuk oleh benda-benda tajam sehingga menyebabkan penyakit hardware. Keadaan ini dapat bersifat fatal karena letak jantung berdekatan dengan retikulum (Purbowati, 2009).

MATERI DAN METODE MateriAlat. Alat yang digunakan adalah lembar kerja, penggaris, dan alat tulis. Bahan. Bahan yang digunakan adalah organ pencernaan ayam dan domba.Metode Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengukuran panjang dan lebar dari organ-organ pencernaan, menerangkan fungsi dari organ-organ tersebut, dan menggambarkan organ pencernaan ayam dan domba dengan memperhatikan semua bagian-bagiannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Digesti Ruminansia Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati). Dalam studi fisiologi ternak ruminansia, rumen dan retikulum sering dipandang sebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut sebagai perut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak 100 lembar. Fungsi omasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ ini dilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang (Frandson, 2002). Dari percobaan digesti pada ruminansia khususnya pada domba diperoleh hasil sebagai berikut:Tabel 1. Bagian-bagian dan Ukuran Organ Digesti pada RuminansiaOrgan PencernaanUkuran

Panjang (cm)Lebar (cm)

OesophagusLambung- Rumen- Retikulum - Omasum- AbomasumSmall intestinum- Duodenum- Jejunum- IleumCaecum / cekaLarge intestinumRektumAnus 39-3012930-85713506522123261,5-281065-10,912,81,61,82,5

Mulut. Mulut dan komponennya (gigi, lidah, pipi, dan kelenjar saliva) memiliki tingkat kepentingan yang berbeda pada tiap species (Blakely, 1994). Dentis merupakan organ yang terdapat pada maksila dan mandbula, tertata melengkung seperti tapal kuda, dan melekat pada gingiva. Fungsi dentes dalam proses pencernaan sebagai pendukung utama proses mastikasi, mastikasi merupakan proses fragmentasi pakan yang masuk ke dalam kavum oris (Praseno, 2003). Di dalam mulut terjadi proses mastikasi, salivasi, dan deglutisi. Menurut Kamal (1994), mastikasi bertujuan untuk menghaluskan atau mengecilkan ukuran pakan sehingga mempercepat hidrolisis, mencegah terjadinya luka pada saluran pencernaan, dan memudahkan penelanan. Salivasi merupakan pencampuran air ludah dan makanan yang berfungsi sebagai pelincir saat penelanan. Air liur mengandung kira-kira 99% air dan 1% yang terdiri dari musin, mineral-mineral, dan enzim alfa-amilase (Hartadi dkk., 2008).Oesophagus. Praseno (2003), esofagus merupakan saluran yang menghubungkan kavum oris dengan ventrikulus. Hasil mastikasi berupa bolus-bolus pakan akan melalui esofagus menuju ventrikulus. Gerak bolus dalam esofagus disebabkan kontraksi stratum sirkulare, stratum longitudinale, dan stratum oblique yang tersusun spiralis. Kontraksi muskuli tersebut menghasilkan gerak peristaltik. Oesophagus merupakan tempat lewatnya makanan dari mulut ke stomach, yang merupakan saluran dari pharinx ke kardia (Kustono dkk., 2008). Oesophagus tidak mengsekresikan enzim sehingga tidak mempunyai fungsi pencernaan kemik. Organ ini dilapisi membran mukosa pada permukaannya (Hartadi dkk., 2008).Sistem pencernaan pada sapi atau ruminansia lainnya, agak lebih rumit daripada hewan mamalia lain. Lambung ruminansia merupakan lambung yang komplek yang terdiri dari 4 bagian, yaitu paling depan disebut rumen, kemudian retikulum, omasum, dan abomasum yang berhubungan dengan usus (Darmono, 2005). Ventrikulus (lambung) merupakan organ yang pada dasarnya merupakan tempat proses digesti pakan. Ventrikulus pada ruminansia adalah ventrikulus kompleks. Ruminansia merupakan hewan yang memiliki ventrikulus kompleks. Ventrikulus ruminansia terdiri empat kompartemen, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum (Praseno, 2003). Rumen. Rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena di situ terdapat mikroflora dan mikrofauna yang sangat berperan dalam mencerna makanan dan metabolisme. Aktivitas rumen yang paling penting adalah proses fermentasi makanan oleh mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak tidak jenuh (Volatil Fatty Acid=VFA), methan, karbon dioksida, dan sel mikroba itu sendiri. Asam lemak volatil (VFA) adalah asam propionat dan asam butirat yang merupakan sumber energi (Darmono, 2005). Retikulum. Retikulum, dimana prokariota dan protista simbiotik (khususnya siliata) bekerja pada bahan makanan yang kaya selulosa itu. Sebagai hasil sampingan metabolismenya, mikroorganisme itu mensekresikan asam lemak. Ruminansia secara periodik mengunyah kembali (memamah biak) yang selanjutnya akan dipecah lebih lanjut menjadi serat, sehingga lebih dapat diakses oleh kerja mikroba (Campbell, 2003). Omasum. Omasum merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun dari alam dorsum atau bagian atap. Omasum terletak di sebelah kanan rumen dan retikulum persis pada kaudal hati. Pertautan antara omasum dan banomasum terdapat suatu susunan lipatam membran mukosa vela terminalia yang barangkali berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum menuju omasum (Frandson, 1992). Omasum, di mana air dikeluarkan. Mamahan itu, yang mengandung banyak sekali mikroorganisme, akhirnya akan lewat melalui omasum (Campbell, 2003). Abomasum. Pakan dicerna di abomasum melalui enzim sapi itu sendiri. Karena kerja mikroba itu, makanan dari seekor hewan ruminansia sesungguhnya menyerap nutriennya menjadi lebih kaya dibandingkan dengan rumput yang semula dimakan oleh hewan itu (Campbell, 2003). Small intestine. Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural histologis atau mikroskop. Duodenum merupakan bagian yang pertama kali dari usus. Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duedenum, yaitu terdapat seperti bintil putih sebagai pembatas. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Bagian terminal dari ileum tersambung dengan usus besar atau sekum dan kolon pada ruminansia dari babi, pada bagian kanan dari rongga abdomal. PH normal yang terdapat pada usus halus adalah 7 (Frandson, 1992). Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses digesti dan absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum tenue (Praseno, 2003). Small Intestinum atau usus halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum, jejenum, dan ileum bersambungan dengan batas yang tidak jelas. Duodenum terhubung dengan jejenum, jejenum terhubung dengan ileum, dan ileum terhubung dengan caecum kemudian large intestinum. Pada permukaan small intestinum terdapat fili-fili (jonjot-jonjot) yang memperlebar luas permukaan penyerapan. Penyerapan sari-sari makan tertinggi terdapat pada jejenum dan ileum. Di dalam small intestinum terdapat empat macam getah pencernaan yaitu getah duodenum, getah pankreas, empedu, dan getah villi. Getah duodenum bersifat basa, berguna untuk membasahi dan melindungi dinding duodenum dari HCl lambung. Beberapa macam getah villi yaitu sukrase, maltase, laktase, dan oligo glukosidase. Sukrase menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Maltase menghidrolisis maltosa menjadi glukosa dan glukosa. Laktase menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Oligo glukosidase bekerja pada ikatan alfa dari dekstrin (Kamal, 1994). Large intestine. Usus besar atau intestinum krassum merupakan terdiri dari kolon, rektum, dan kloaka. Dinding saluran ini banyak mengandung nodus limfatikus. Fungsi saluran adalah sebagai tempat proses pembusukkan sisa digesti (pembentukkan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel terlarut di dalamnya (Praseno, 2003). Kolon terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar, dan turun. Di dalam kolon terjadi penyerapan zat-zat yang mungkin masih dapat digunakan oleh tubuh ternak dan air. Menurut Kamal (1994), pencernaan large intestinum dilakukan oleh enzim yang terbawa bersama-sama pakan dari bagian saluran pencernaan sebelumnya atau oleh enzim yang berasal dari aktifitas mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut adalah tipe proteolitik yaitu laktobasilus, streptokokus, koliform, bakteroida, klostridia, dan ragi. Di dalam usus besar terjadi sintesis beberapa macam vitamin B yang dapat langsung diabsorpsi untuk dimanfaatkan oleh ternak. Caecum. Didalam sekum (pada ruminansia caeca karena hanya 1) terdapat bakteri-bakteri pembusuk, antara lain proteolitik. Proteolitik ini berfungsi menyerang protein yang belum dicerna menjadi asam-asam amino. PH normal pada sekum adalah 8 yang berarti didalam sekum suasananya basa (Frandson, 1992). Sekum merupakan organ ini terdapat pada perbatasan usus halus (intestinum tenue) dan usus besar (intestinum krassum). Unsur pakan yang tidak dapat dicerna dalam perangkat digesti lainnya, biasanya akan mengalami fermentasi dalam sekum, sehingga dapat dimanfaatkan oleh hewan tersebut (Praseno, 2003). Rektum. Rektum merupakan bagian dari large intestinum yang berfungsi sebagai tempat penampungan kotoran atau feses sebelum dikeluarkan dari dalam tubuh melalui anus. Rectum lebih lebar daripada large intestinum, namun panjangnya jauh lebih pendek.Anus. Anus merupakan tempat keluarnya feses yaitu hasil-hasil metabolisme yang berwujud padat. Feses menurut Kamal (1994), tersusun dari air, sisa-sisa pakan yang tidak tercerna, getah dari saluran pencernaan, sel-sel epitel usus, bakteri (mikroorganisme), garam organik, indol, skesol, dan hasil-hasil dekomposisi yang lain dari bakteri. Sistem Digesti UnggasUnggas adalah jenis ternak bersayap dari klas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk barang (daging dan telur) dan jasa (pendapatan). Termasuk kelompok unggas adalah ayam (petelur dan pedaging), ayam kampung, itik, kalkun, burung puyuh, burung merpati, dan angsa (Yuwanta, 2000). Organ pencernaan unggas khususnya ayam terdiri dari mulut (paruh), oesophagus, tembolok (crop), proventikulus, empedal (gizzard), duodenum, jejenum, ileum, caecum, rektum, dan kloaka. Organ pencernaan tambahannya adalah hati, getah empedu, pankreas, dan Lien atau spleen. Mulut unggas berupa paruh untuk mematuk makanan. Unggas tidak mempunyai gigi tetapi mempunyai lidah yang kaku berperan dalam penelanan makanan. Mulut hanya digunakan untuk lewat sesaat. Mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva. Saliva juga digunakan untuk membasahi pakan agar mudah ditelan. Produksi saliva 7 sampai 30 ml perhari, tergantung pada jenis pakan. Sekresi saliva dipacu oleh saraf parasimpatik (Yuwanta, 2004). Dari percobaan digesti unggas yaitu pada ayam diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 2. Bagian-bagian dan Ukuran Organ Digesti pada UnggasOrgan PencernaanUkuran

Panjang (cm)Lebar (cm)

OesophagusCrop Proventikulus Gizzard Small intestinum-Coeca- caecum kiri- caecum kananLarge intestinumRektumKloaka 6547146

15,51671,54152,541

110,513

Oesophagus. Oesophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Oesophagus memanjang dari pharynx hingga proventrikulus melewati crop. Organ ini menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta, 2004). Crop. Crop atau tembolok merupakan pelebaran oesophagus yang tidak terdapat pada non-ruminansia lain (Hartadi dkk., 2008). Kapasitas crop mampu menampung pakan 250 gram. Terdapat saraf yang berhubungan dengan pusat kenyang-lapar di hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan respon pada saraf untuk makan atau menghentikan makan (Yuwanta, 2004). Proventrikulus. Proventikulus atau lambung kelenjar merupakan tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis yang menyekresikan pepsinogen dan HCl. Setelah pakan bercampur dengan getah lambung, kemudian pakan masuk ke dalam gizzard atau empedal atau empela. Di dalam empedal terjadi pencernaan secara mekanik oleh grit (batu kecil dan pasir berasal dari luar tubuh unggas). Makanan atau biji-bijian dihancurkan sampai menjadi bentuk pasta, kemudian masuk ke dalam usus halus. Menurut Kustono dkk (2008), gizzard bersifat asam dengan pH 2 sampai 3,5 dan tidak ada digesti enzim. Small intestinum. Small intestinum atau usus halus pada unggas juga terdiri dari 3 bagian, yaitu duodenum, jejenum, ileum. Duodenum menyekresikan enzim-enzim berupa Enteropeptidase, Pankreosimin, dan Sekretin. Jejenum dan ileum menyekresikan Disakaridase, Aminopeptidase, Dipeptidase, dan Esterase. Penyerapan sari-sari makanan paling tinggi dalam usus halus yaitu terdapat pada jejenum dan ileum. Pada lipatan duodenum terdapat kelenjar yang disebut pankreas. Di dalam jejenum dan ileum terdai absorpsi nutrient. Pada dinding small intestinum dilapisi oleh fili-fili (Yuwanta, 2000). Caecum. Unggas memiliki caecum yaitu sepasang caeca (saluran buntu). Caecum berfungsi dalam penyerapan air. Menurut Yuwanta (2004), caecum berukuran panjang 20 cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia caecum, tetapi jumlah penyerapannya kecil sekali. Beberapa jenis penyakit (misalnya koksidiosis pada ayam dan blackhead pada kalkun) dapat berkembang dengan baik pada caecum. Pada caecum juga terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar. Caecum itik lebih berkembang daripada caecum pada ayam. Large intestine. Large intestinum atau usus besar pada unggas lebih pendek jika dibandingkan dengan usus hewan non-ruminansia lain. Usus besar menyerap zat-zat yang mungkin masih dibutuhkan oleh tubuh unggas dan menyerap air. Pada beberapa sumber buku, disebutkan bahwa large intestinum pada unggas sama dengan rektum. Rektum merupakan penampung kotoran sementara yang terhubung dengan kloaka. Menurut Yuwanta (2004), pada bagian rektum juga bermuara ureter dari ginjal untuk membuang urin yang bercampur dengan feses sehingga feses unggas dinamakan ekskreta.Kloaka. Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta (Yuwanta, 2000). Kloaka pada unggas terdiri dari 3 bagian, yaitu kuprodeum, urodeum, dan protodeum. Kuprodeum merupakan muara tempat keluarnya feses. Urodeum merupakan muara tempat keluarnya urin. Protodeum merupakan saluran reproduksi. Feses dari rektum dan telur dari oviduct semuanya lewat kloaka yang kemudian keluar melalui vent. Organ tambahan. Organ tambahan dalam system pencernaan yaitu pankreas, hati, limfa, dan Lien. Pankreas merupakan kelenjar yang terdapat pada lipatan duodenum yang mensekresikan getah pankreas, hormon, dan enzim. Getah pankreas berfungsi dalam pencernaan pati, lemak, dan protein. Hormon yang disekresi oleh pankreas yaitu hormon insulin dan glukagon. Hormon insulin berfungsi mengatur kadar gula darah yaitu dengan memecah glukosa menjadi glikogen. Hormon glukagon berfungsi kebalikan dari hormon insulin. Ada pun enzim yang dihasilkan pankreas yaitu enzim amilase, tripsin, dan lipase (Yuwanta, 2000).Hati atau hepar terletak diantara gizzard dan duodenum. Hati berfungsi mensekresikan getah empedu. Getah empedu berfungsi untuk mengemulsikan lemak, menetralkan asam lambung (HCl), dan membentuk sabun terlarut dengan asam lemak bebas (Yuwanta, 2000).Llimfa berbentuk agak bundar, berwana kecoklatan. Limfa terletak pada titik antara proventikulus, gizzard, dan hati. Lien atau spleen berfungsi memecah sel darah merah dan sel darah putih. Makanan unggas, terutama protein kasar dalam pakan, mengalami degradasi (Yuwanta, 2000).Sistem Digesti KelinciMulut. Di dalam mulut terjadi pencernaan secara mekanik yaitu dengan jalan mastikasi. Mastikasi bertujuan untuk memecah pakan agar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mencampurnya dengan saliva. Saliva mengandung enzim amilase yang mengubah pati menjadi maltosa agar mudah ditelan (Umar, 1992).Ventrikulus. Lambung kelinci disebut juga ventrikulus yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal (kardia), bagian tengah (fundus), dan bagian akhir (pilorus). Ventrikulus berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan dan tempat terjadinya proses pencernaan dimana dinding lambung mensekresikan getah lambung yang terdiri dari air, garam organik, mucus, HCl, pepsinogen, dan faktor intrinsik yang penting untuk efisiensi absorpsi vitamin B 12. Pada umumnya sekitar 0,1 N atau ber-pH lebih kurang dari 2 (Umar, 1992).Usus halus. Terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum. Kelenjar banner menghasilkan getah duodenum dan disekresikan ke dalam duodenum melalui vili-vili dan getah ini bersifat basa. Getah pankreas yang dihasilkan diekskresikan ke dalam duodenum dan ileum di sebelah caudal ventrikulus dan berfungsi sebagai tempat arbsorpsi makanan (Umar, 1992).Caecum. Berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabu-abuan. Caecum di dalamnya makanan disimpan dalam waktu sementara. Pencernaan selulosa dilakukan oleh bakteri yang menghasilkan asam asetat, propionat, dan butirat (Aminudin, 1996).Intestinum crassum. Colon berjalan ke arah caudal diagonal menyilang caecum. Di sini terdapat asceden dan colon transverasum, colon descenden, colon sigmoideum yang belum jelas (Aminudin, 1996).Rektum. Rektum merupakan kelanjutan dari colon dan membentuk feses. Rektum berakhir sebagai anus (Aminudin, 1996).Anus. Feses yang keluar lewat anus mengandung air. Feses merupakan sisa makanan yang tidak tercerna. Cairan dari tracus digestivus, sel-sel epitel usus, mikroorganisme, garam organik, strearol, dan hasil dekomposisi dari bakteri keluar melalui anus (Umar, 1992).

DAFTAR PUSTAKA Aminudin. 1996. Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta. Campbell, N. A., dkk. 2003. Biologi. PT. Erlangga. Jakarta. Darmono. 2005. Tatalaksana Usaha Sapi Kareman. Kanisius. Yogyakarta. Evelyn C, Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Frandson R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Frandson, R. D. 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM Press. Irianto, K dan Waluyo, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya. Bandung. Hartadi, H., Kustantinah, E. Indarto, N.D. Dono, dan Zuprizal. 2008. Bahan Ajar Nutrisi Ternak Dasar. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Kamal, Muhammad. 1994. Nutrisi Ternak 1 Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Kustono, D.T. Widayati, Ismaya, dan S. Bintara. 2008. Bahan Ajar. Fisiologi Ternak. Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak. Bagian Produksi Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Praseno, K., Isroli., dan B. Sudarmoyo. 2003. Fisiologi Ternak. Proyek Semique. Semarang. Purbowati, Endang. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya. Depok. Sloane, Ethel., 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC. Jakarta. Syarifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Umar. 1992. Beternak Kelinci Potong. Penebar Swadaya. DepokYuwanta, Tri. 2000. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta