sistem satu derajat kebebasan sdof

  • Upload
    an-wan

  • View
    293

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sistem satu derajat kebebasan sdof menggunakan sistem sdof

Citation preview

  • BAB II TEORI DASAR

    2.1 UMUM

    Perencanaan konvensional bangunan tahan gempa adalah berdasarkan konsep

    bagaimana meningkatkan kapasitas tahanan struktur terhadap gaya gempa yang

    bekerja padanya. Misalnya dengan menggunakan shear wall, sistem rangka pemikul

    momen khusus, sistem rangka dengan bracing dan sebagainya. Konsekwensinya,

    pada bangunan dimana kekakuan lateralnya cukup besar akan mengalami percepatan

    lantai yang besar, sedangkan pada bangunan fleksibel akan mengalami perpindahan

    lateral yang cukup besar, sehingga bangunan akan mengalami kerusakan yang

    signifikan pada peristiwa gempa kuat.

    Dasar perencanaan bangunan tahan gempa adalah merencanakan suatu

    komponen struktur yang boleh mengalami kelelehan. Komponen struktur yang leleh

    tersebut merupakan komponen yang menyerap energi gempa selama gempa terjadi.

    Sehingga komponen tersebut akan mengalami plastifikasi sedangkan elemen struktur

    lainnya direncanakan masih dalam keadaan elastis. Hal ini yang diharapkan membuat

    bangunan tersebut masih dapat berdiri walaupun menerima gaya gempa yang besar.

    Filosofi perencanaan bangunan tahan gempa konvensional yang diadopsi oleh

    hampir semua peraturan mengenai perencanaan bangunan tahan gempa yang

    mengutamakan segi keselamatan jiwa dan segi ekonomis yang dikenal dengan

    perencanaan kapasitas, mempunyai dasar sebagai berikut :

    4. Struktur berperilaku elastis jika terjadi gempa kecil,

    Jika gempa dengan intensitas percepatan tanah yang kecil dalam waktu ulang

    yang besar mengenai struktur, disyaratkan tidak mengganggu fungsi bangunan,

    Universitas Sumatera Utara

  • seperti aktivitas normal didalam bangunan dan perlengkapan yang ada. Artinya tidak

    dibenarkan ada terjadi kerusakan pada struktur baik pada komponen struktur maupun

    dalam elemen non-struktur yang ada. Dalam perencanaan harus diperhatikan

    control dan batas simpangan (driff) yang dapat terjadi semasa gempa, serta menjamin

    kekuatan yang cukup bagi komponen struktur untuk menahan gaya gempa yang

    terjadi dan diharapkan struktur masih berprilaku elastis.

    5. Bangunan akan mengalami kerusakan jika terjadi gempa sedang, namun

    terbatas pada kerusakan structural atau non-struktural yang dapat diperbaiki.

    Jika struktur dikenai gempa dengan waktu ulang sesuai dengan umur atau,

    masa rencana bangunan, maka struktur direncanakan untuk dapat menahan gempa

    sedang tanpa kerusakan pada komponen struktur namun pada komponen non-struktur

    boleh terjadi kerusakan yang dapat diperbaiki, dan diharapkan struktur dalam batas

    elastis

    6. Bangunan tidak runtuh bila terjadi gempa besar.

    Jika gempa kuat yang mungkin terjadi pada umur/ masa banunan yang

    direncanakan membebani struktur, maka struktur direncanakan untuk dapat bertahan

    dengan tingkat kerusakan yang besar tanpa mengalami kerusakan dan keruntuhan

    (collapse). Tujuan utama dari keadaan batas ini adalah untuk menyelamakan jiwa

    manusia.

    Struktur portal baja tahan gempa sendiri pada saat ini terbagi atas tiga (3)

    yaitu :

    1. Sistem Rangka Pemikul Momen ( SRPM )

    2. Sistem Rangka Berpengaku Konsentrik ( SRBK )

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Sistem Rangka Berpengaku Eksentrik ( SRBE )

    Pada saat ini telah banyak dikembangkan bahan bahan untuk struktur

    bangunan yang digunakan untuk mereduksi gaya gempa pada suatu bangunan salah

    satunya adalah Yielding Damper. Pendekatan desain ini bukan dengan cara

    memperkuat struktur bangunan, tetapi adalah dengan mereduksi gaya gempa yang

    bekerja pada bangunan.

    Salah satu konsep pendekatan perencanaan yang telah digunakan banyak orang

    adalah dengan menggunakan metalic yielding damper. Dapat berupa Added Damper

    and Stiffness Damper (ADAS Damper) dan Reinforce Buckling Restrained Brace

    Damper (RBRB Damper).

    2.2 PRINSIP UMUM DESAIN MENGATASI GAYA LATERAL

    Pemilihan struktur untuk bangunan tinggi didasarkan kepada faktor fungsi

    yang dikaitkan dengan kebutuhan budaya, social, ekonomi, dan teknologi. Struktur

    itu sendiri hanyalah satu diantara berbagai pertimbangan. Beberapa faktor yang

    terutama berkaitan dengan perencanaan teknologi dari bangunan adalah :

    1. Pertimbangan ekonomi

    2. Kondisi tanah

    3. Rasio tinggi lebar suatu bangunan

    4. Pertimbangan fabrikasi dan pembangunan

    5. Pertimbangan mekanis

    6. Pertimbangan tingkat bahaya kebakaran

    7. Pertimbangan setempat

    8. Ketersediaan dan harga bahan konstruksi utama

    Universitas Sumatera Utara

  • Semakin tinggi suatu bangunan, pengaruh aksi gaya lateral menjadi semakin

    berarti. Pada ketinggian tertentu ayunan lateral bangunan menjadi sedemikian besar

    sehingga pertimbangan kekakuan, mutu bahan, menentukan rancangan. Dengan

    demikian optimasi suatu struktur untuk kebutuhan ruang tertentu haruslah

    menghasilkan kekakuan maksimum, tetapi dengan berat sekecil mungkin sehingga

    akan dihasilkan struktur yang inovatif dan dapat diterapkan pada ambang ketinggian

    tertentu. Struktur bangunan harus memiliki kemampuan untuk menahan berbagai

    jenis gaya latereal seperti oleh angin atau gaya gempa. Gaya lateral gempa beresiko

    cukup tinggi untuk mengakibatkan kegagalan struktur, seperti keruntuhan gedung

    yang dapat mengakibatkan banyak korban jiwa.

    2.3 KARAKTERISTIK STRUKTUR BANGUNAN

    Pada persamaan difrensial melibatkan tiga properti utama suatu struktur yaitu

    massa, kekakuan dan redaman. Ketiga properti struktur itu umumnya disebut

    dinamik karakteristik struktur. Properti-properti tersebut sangat spesifik yang tidak

    semuanya digunakan pada problem statik. Kekakuan elemen / struktur adalah salah

    satu-satunya karakteristik yang dipakai pada problem statik, sedangkan karakteristik

    yang lainnya yaitu massa dan redaman tidak dipakai.

    2.3.1 Massa

    Suatu struktur yang kontiniu kemungkinan mempunyai banyak derajat

    kebebasan karena banyaknya massa yang mungkin dapat ditentukan. Banyaknya

    derajat kebebasan umumnya berasosiasi dengan jumlah massa tersebut akan

    menimbulkan kesulitan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Hal ini terjadi karena banyaknya persamaan differensial yang ada. Terdapat dua

    permodelan pokok yang umumnya dilakukan untuk mendeskripsikan massa struktur.

    2.3.1.1 Model Lumped Mass

    Model pertama adalah model diskretisasi massa yaitu massa diangggap

    menggumpal pada tempat-tempat (lumped mass) join atau tempat-tempat tertentu.

    Dalam hal ini gerakan / degree of freedom suatu join sudah ditentukan. Untuk titik

    model yang hanya mempunyai satu derajat kebebasan / satu translasi maka nantinya

    elemen atau struktur yang bersangkutan akan mempunyai matriks yang isinya hanya

    bagian diagonal saja. Clough dan Penzien (1993) mengatakan bahwa bagian off-

    daigonal akan sama dengan nol karena gaya inersia hanya bekerja pada tiap-tiap

    massa. Selanjutnya juga dikatakan bahwa apabila terdapat gerakan rotasi massa

    (rotation degree of freedom ), maka pada model lumped mass ini juga tidak akan ada

    rotation moment of inertia. Hal ini terjadi karena pada model ini massa dianggap

    menggumpal pada suatu titik yang tidak berdimensi (mass moment of inertia dapat

    dihitung apabila titik tersebut mempunyai dimensi fisik). Dalam kondisi tersebut

    terdapat matriks massa dengan diagonal mass of moment inertia sama dengan nol.

    Pada bangunan gedung bertingkat banyak, konsentrasi beban akan terpusat pada tiap-

    tiap lantai tingkat bangunan. Dengan demikian untuk setiap tingkat hanya ada satu

    tingkat massa yang mewakili tingkat yang bersangkutan. Karena hanya terdapat satu

    derajat kebebasan yang terjadi pada setiap massa / tingkat, maka jumlah derajat

    kebebasan pada suatu bangunan bertingkat banyak akan ditunjukkan oleh banyaknya

    tingkat bangunan yang bersangkutan. Pada kondisi tersebut matriks massa hanya

    akan berisi pada bagian diagonal saja.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.1.2 Model Consistent Mass Matrix

    Model ini adalah model yang kedua dari kemungkinan permodelan massa

    struktur. Pada prinsip consistent mass matrix ini, elemen struktur akan berdeformasi

    menurut bentuk fungsi (shape function) tertentu. Permodelan massa seperti ini akan

    sangat bermanfaat pada struktur yang distribusi massanya kontinu. Apabila tiga

    derajat kebebasan (horizontal, vertikal dan rotasi) diperhitungkan pada setiap node

    maka standar consistent mass matrix akan menghasilkan full-populated consistent

    matrix artinya suatu matrix yang off-diagonal matriksnya tidak sama dengan nol.

    Pada lumped mass model tidak akan terjadi ketergantungan antar massa (mass

    coupling) karena matriks massa adalah diagonal. Apabila tidak demikian maka mass

    moment of inertia akibat translasi dan rotasi harus diperhitungkan.

    Pada bangunan bertingkat banyak yang massanya terkonsentrasi pada tiap-tiap

    tingkat bangunan, maka penggunaan model lumped mass masih cukup akurat. .

    Untuk pembahasan struktur MDOF seterusnya maka model inilah (lumped mass)

    yang akan dipakai. Untuk menghitung massa baik yang single lumped mass maupun

    multiple lumped mass dapat dipakai formulasi sederhana yaitu:

    m=

    (2.1)

    dimana : m = massa struktur (kg dtk2/cm)

    g = percepatan gravitasi ( 980 cm/ dtk2 )

    2.3.2 Redaman

    Redaman merupakan peristiwa pelepasan energi ( energi dissipation) oleh

    struktur akibat adanya berbagai macam sebab. Beberapa penyebab itu antara lain

    Universitas Sumatera Utara

  • adalah pelepasan energi oleh adanya gerakan antar molekul didalam material,

    pelepasan energi oleh gesekan alat penyambung maupun system dukungan,

    pelepasan energi oleh adanya gesekan dengan udara dan pada respon inelastic

    pelepasan energi juga terjadi akibat adanya sendi plastis. Karena redaman berfungsi

    melepaskan energi maka hal ini akan mengurangi respon struktur. Secara umum

    redaman atau damping dapat dikategorikan menurut damping system dan damping

    types. Damping system yang dimaksud adalah bagaimana sistem struktur mempunyai

    kemampuan dalam menyerap energi. Menurut sistem struktur yang dimaksud,

    terdapat dua sistem disipasi energi yaitu :

    2.3.2.1 Damping Klasik

    Apabila dalam sistem struktur memakai bahan yang sama bahannya

    mempunyai rasio redaman (damping ratio) yang relative kecil dan struktur damping

    dijepit didasarnya maka sistem struktur tersebut mempunyai damping yang bersifat

    klasik (classical damping). Damping dengan sistem ini akan memenuhi kaidah

    kondisi orthogonal (orthogonality condition).

    2.3.2.2 DAMPING NONKLASIK

    Damping dengan sistem ini akan terbentuk pada suatu sistem struktur yang

    memakai bahan yang berlainan yang mana bahan-bahan yang bersangkutan

    mempunyai rasio redaman yang berbeda secara signifikan. Sebagai contoh suatu

    bangunan yang bagian bawahnya dipakai struktur beton bertulang sedangkan bagian

    atasnya memakai struktur baja. Antara keduanya mempunyai kemampuan disipasi

    energi yang berbeda sehingga keduanya tidak bias membangun redaman yang klasik.

    Adanya interaksi antara tanah dengan struktur juga akan membentuk sistem redaman

    Universitas Sumatera Utara

  • yang non-klasik, karena tanah mempunyai redaman yang cukup besar misalnya

    antara 10-25 %, sedangkan struktur atasnya mempunyai rasio redaman yang relative

    kecil, misalnya 4-7 %.

    Tabel 2.1: Rasio Redaman berdasarkan Jenis dan Kondisi Struktur

    No Level tegangan (stress level) Jenis dan kondisi struktur Rasio redaman (damping ratio)

    1 Tegangan elastik atau tegangan kurang 1/2

    tegangan leleh

    Struktur baja las, beton prestress, beton biasa retak rambut 2-3%

    Beton biasa retak minor 3-5%

    Struktur baja sambungan baut,keling,struktur kayu dengan

    sambungan baut/paku 5-7%

    2 Tegangan sedikit di

    bawah leleh atau pada saat leleh

    Struktur baja las, beton prestress tanpa loss of orestress secara total 5-7%

    Beton prestress dengan tegangan lanjut 7-10% Beton biasa 7-10%

    Struktur baja dengan samb.baut,keling,atau struktur kayu

    dengan sambungan baut 10-15%

    struktur kayu dengan sambungan paku 15-20% Sumber : Newmark N.M, Hall W.J (1982)

    2.3.3 Kekakuan

    Kekakuan adalah salah satu dinamik karakteristik struktur bangunan yang

    sangat penting disamping massa bangunan. Antara massa dan kekakuan struktur akan

    mempunyai hubungan yang unik yang umumnya disebut karakteristik diri atau

    Eigenproblem. Hubungan tersebut akan menetukan nilai frekuensi sudut , dan

    periode getar struktur T. Kedua nilai ini merupakan parameter yang sangat penting

    dan akan sangat mempengaruhi respon dinamik struktur.

    2.3.3.1 Kekakuan Kolom

    Universitas Sumatera Utara

  • h

    d = y

    Pada prinsip bangunan geser ( shear building ) balok pada lantai tingkat

    dianggap tetap horizontal baik sebelum maupun sesudah terjadi pergoyangan.

    Adanya plat lantai yang menyatu secara kaku dengan balok diharapkan dapat

    membantu kekakuan balok sehingga anggapan tersebut tidak terlalu kasar. Pada

    prinsip desain bangunan tahan gempa dikehendaki agar kolom lebih kuat

    dibandingkan dengan balok, namun demikian rasio tersebut tidak selalu linear

    dengan kekakuannya. Dengan prinsip shear building maka dimungkinkan pemakaian

    lumped mass model. Pada prinsip ini, kekakuan setiap kolom dapat dihitung

    berdasarkan rumus yang telah ada.

    Pada prinsipnya, semakin kaku balok maka semakin besar kemampuannya

    dalam mengekang rotasi ujung kolom, sehingga akan menambah kekuatan kolom.

    Perhitungan kekakuan kolom akan lebih teliti apabila pengaruh plat lantai

    diperhatikan sehingga diperhitungkan sebagai balok T.

    Kekakuan kolom jepit-jepit dirumuskan sebagai berikut:

    = dan = = + = +

    Universitas Sumatera Utara

  • = Karena K= dan P = H1, maka :

    K= = (2.2)

    Sedangkan kekakuan jepit-sendi dapat dihitung sebagai berikut:

    M = dan H = = y

    K = =

    (2.3)

    Dimana : K = kekakuan kolom (kg/cm)

    E = elastisitas (kg/cm2)

    I = inersia kolom (cm4)

    h = tinggi kolom (cm)

    Struktur bangunan umumnya didukung oleh beberapa kolom. Kolom kolom

    tersebut fungsi utamanya adalah bersama sama menahan beban baik secara vertical

    maupun horizontal. Kolom kolom tersebut berarti akan memperkuat satu sama lain

    dalam menahan beban. Kolom pada bangunan dimodelkan sebagai pegas yang dalam

    menahan beban dapat dianggap sebagai rangkaian seri maupun parallel tergantung

    arah beban vertical atau horizontal. Ciri cirri rangkaian kolom parallel adalah

    apabila kolom kolom tersebut berhubungan dengan massa secara bersamaan. Pegas

    parallel menganut prinsip persamaan regangan, artinya seluruh pegas mengalami

    Universitas Sumatera Utara

  • regangan yang sama, sehingga kekakuan total yang merupakan kekakuan ekivalen

    dapat dihitung menurut rumus :

    Keq = (2.4) Pada rangkaian pegas seri, didapat kekakuan ekivalen menurut rumus,

    = (2.5) Yang mana i = 1,2,3,n adalah jumlah kolom, Ki adalah kekakuan kolom I menurut

    persamaan (2.2) atau persamaan (2.3).

    2.3.3.2 Kekakuan Elemen Bresing

    Untuk mengurangi terjadinya simpangan horizontal yang berlebihan, suatu

    struktur kadang kadang dipasang sistem bresing, terutama pada struktur baja.

    Dengan adanya sistem ini maka struktur akan menjadi kaku, karena bresing

    mempunyai kekakuan yang cukup besar. Walaupun sistem bresing dibuat

    bersilangan (dua arah), namun demikian sistem ini hanya akan bekerja dalam satu

    arah saja yaitu arah tarik. Hal ini terjadi karena pada arah desak struktur, elemen

    bresing akan mudah sekali mengalami tekuk (buckling).

    Gambar 2.1 Struktur dengan bresing

    L

    uP

    H

    AE

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut prinsip mekanika, pada suatu batang tarik akan diperoleh hubungan,

    P = !"# $, dimana $ = % cos ),dan H = P cos ), maka akan diperoleh H = P = !"# % *+, ) (2.6) Kekakuan merupakan gaya per perpindahan, yaitu k = -., maka

    k = !"# *+, ) (2.7) 2.4. Model Struktur Sebagai Sistem Derajat-Kebebasan Tunggal

    2.4.1 Sistem Derajat Kebebasan-Tunggal (SDOF) Tak Teredam

    Dalam dinamika struktur, jumlah kordinat bebas,(independent coordinates)

    diperlukan untuk menetapkan susunan atau posisi sistem setiap saat, yang

    berhubungan dengan jumlah derajat-kebebasan (degrees of freedom). Pada umumnya

    struktur berkesinambungan (continuous structure) mempunyai jumlah derajat

    kebebasan (number of degrees of freedom) tak berhingga. Namun dengan proses

    idealisasi atau seleksi, sebuah model matematis yang tepat dapat mereduksi jumlah

    derajat kebebasan menjadi suatu jumlah disktrit dan pada beberapa keadaan dapat

    menjadi berderajat-kebebasan-tunggal (SDOF). Pada analisa dinamis SDOF

    dimodelisasikan sebagai sistem dengan koordinat perpindahan tunggal. Secara

    matematis sistem berderajat kebebasan tunggal ini dapat dimodelkan pada

    gambar 2.2 yang mempunyai elemen elemen sebabagai berikut:

    1. Elemen massa m menyatakan massa dan sifat inersia struktur.

    Universitas Sumatera Utara

  • y

    F(t)y

    k

    c

    2. Elemen pegas k menyatakan kapasitas gaya balik elastic ( elastic restoring

    force ) dan kapasitas energy potensial dari struktur.

    3. Elemen redaman c yang menyatakan sifat geseran dan kehilangan energy

    dari struktur.

    4. Gaya pengaruh F(t) yang menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem

    struktur.

    Dengan mengambil model matematis pada Gambar 2.2 dianggap bahwa tiap

    elemen dalam sistem menyatakan suatu sifat khusus, yaitu massa m yang hanya

    dianggap menyatakan sifat khusus inersia bukan elastisitas dan redaman, pegas k

    menyatakan elastisitas bukan inersia atau redaman, dan redaman c menyatakan

    kehilangan energi.

    Gambat 2.2 Model matematis untuk sistem berderajat kebebasan satu.

    Pada sistem yang tak teredam elemen c dianggap tidak ada atau diabaikan

    pada struktur tersebut. Sistem berderajat kebebasan satu tak teredam sering

    dihubungkan dengan osilator sederhana tak teredam ( simple undamped oscillator )

    yang selalu disajikan seperti gambar 2.3(a) atau gambar 2.3(b). Pada model ini

    massa m dihambat oleh pegas k dan bergerak menurut garis lurus sepanjang satu

    sumber koordinat. Karakteristik mekanis dari pegas digambarkan antara besar gaya

    Fs yang bekerja pada ujung pegas dengan hasil perpindahan y seperti gambar 2.4

    yang menunjukkan grafis tiga jenis pegas yang berbeda.

    Universitas Sumatera Utara

  • m y

    ky

    y

    k

    ( a )

    ( b )( c )

    z o n e E

    F s

    y

    y

    F s

    ( a ) ( b )

    Gambar 2.3 Beberapa bentuk alternative dari model matematis sistem berderajat-

    kebebasan-satu

    Lengkungan ( a ) pada gambar 2.4 menyatakan sifat dari pegas kuat (hard

    spring) dimana gaya harus memberikan pengaruh lebih besar dari pada suatu

    perpindahan yang disyaratkan seiring dengan terdeformasinya pegas. Pegas kedua

    (b) disebut pegas linear (linear spring), karena deformasinya selaras (proporsional)

    dengan gaya dan gambaran grafisnya mempunyai karakteristik garis lurus. Konstanta

    keselarasan (constant of proportionalitiy) antara gaya dan perpindahan [ kemiringan

    garis (b) dari pegas linear disebut konstanta pegas (spring constant), yang biasanya

    dinyatakan dengan huruf k. Sehingga, kita dapat menulis hubungan antara gaya dan

    perpindahan pegas linier sebagai berikut. /, = 0. 2 (2.8)

    Gambar 2.4 Hubungan gaya dan perpindahan (a) pegas kuat, (b) pegas linier, (c) pegas lemah

    Universitas Sumatera Utara

  • Pegas dengan karakteristik lengkungan (c) pada gambar 2.4 disebut pegas

    lemah ( soft spring ). Untuk pegas jenis ini, pertambahan gaya untuk memperbesar

    perpindahan cenderung mengecil pada saat deformasi pegas menjadi semakin besar.

    Pegas linier adalah bentuk yang paling sederhana untuk dianalisa. Karena

    karakteristik elastic dari sistem struktur pada dasarnya linear, atau mungkin karena

    kemudahan dalam menganalisa, selalu diasumsikan sifa deformasi gaya dari sistem

    adalah linier. Perlu dicatat bahwa dalam praktek banyak kondisi dimana perpindahan

    akibat gaya luar struktur adalah kecil (zona E) jadi pendekatan linier sangan dekat

    dengan sifat asli struktur.

    2.4.2 Sistem Derajat Kebebasan-Tunggal (SDOF) Teredam

    Pada osilator sederhana dengan kondisi ideal tak teredam akan tetap bergetar

    dengan amplidtudo konstan pada frekuensi naturalnya. Pengalaman menyatakan

    bahwa tidak ada suatu alat yang bergetar dengan kondisi yang ideal ini. Gaya gaya

    yang dinyatakan sebagai gesekan (friction) atau gaya redam ( damping force ) selalu

    ada pada tiap sistem yang bergerak. Gaya gaya ini melepaskan ( dissipate ) energy,

    adanya gaya gaya geser yang tak dapat diabaikan, membentuk suatu mekanisme

    energi mekanis, energi kinetic maupun energi potensial yang ditransformasikan ke

    bentuk energy lain, misalnya panas.

    Gambar 2.5 Model struktur sistem derajat kebebasan tunggal teredam

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.2.1 Redaman Liat ( Viscous Damping )

    Dengan memperhitungkan gaya gaya redam ( damping force ) dalam

    analisa dinamis struktur, dianggap bahwa gaya gaya ini selalu selaras dengan besar

    cepatannya dan mempunyai arah gerak yang berlawanan. Bentuk redaman ini dikenal

    sebagai redaman liat (viscous damping), ini adalah bentuk dari gaya redam (damping

    force) yang dapat terjadi pada benda tertahan geraknya dalam cairan pekat.

    Terdapat beberapa keadaan dimana anggapan redaman liat ( viscous damping

    ) benar nyata dan di dalam mana mekanisme pelepasan energy mendekati kondisi liat

    (viscous). Namun, anggapan redaman-liat (viscous damping) ini sering dibuat tanpa

    memperhatikan kenyataan karakteristik pelepasan dari sistem. Analisa matematik

    yang relative sederhana, merupakan alasan utama penggunaan metode ini secara

    luas.

    2.4.2.2 Persamaan Gerak

    Suatu sistem dianggap sebagai osilator sederana dengan redaman liat (viscous

    damping) seperti pada gambar 2.2. Pada gambar tersebut m dan k adalah massa dan

    konstanta pegas dari osilator dan c adalah koefisien redaman liat. Dengan cara seperti

    ini pada kondisi osilator tak teredam, dengan menggambar diagram freebody (DFB)

    dan menggunakan hukum Newton untuk mendapatkan persamaan diffrensial gerak.

    Penjumlahan gaya gaya pada arah y memberikan persamaan diffrensial gerak.

    32.. + *2 . + 02 = 0 (2.9)

    Dapat dibuktikan bahwa solusi coba coba (trial solution) y = A sin 5 t atau y = B cos 5 t tidak akan memenuhi persamaan (2.9). Namum fungsi eksponensial y =

    Universitas Sumatera Utara

  • 6 789 memenuhi persamaan ini. Dengan mensubstitusikan fungsi ini pada persamaan (2.9) didapat persamaan

    3 6:789 + * 6: 789 + 0 6 789 = 0 Dimana setelah menghilangkan faktor yang sama, didapatkan persamaan yang

    disebut persamaan karakteristik untuk sistem, yaitu

    m: + *: + 0 = 0 (2.10) Akar akar dari persamaan kuadarat adalah

    p1,2 = ; < =

  • Dimana Ccr menyatakan harga redaman kritis ( critical damping value ). Karena

    frekuensi natural frekuensi natural dari sistem tak teredam dinyatakan oleh 5 = J BA , maka koefisien redaman kritis yang diberikan oleh persamaan (2.14) dapat juga

    dinyatakan dengan notasi

    Ccr = 2 mw = 2 B5 (2.15) Harga harga persamaan karakteristik dari sistem redaman kritis, adalah sama dan

    bersasal dari persamaan (2.11) yaitu,

    p1=p2 = - 6*K23 (2.16) Karena kedua akar tersebut sama, maka solusi umum yang diberikan oleh persamaan

    (2.12) mempunyai konstanta integrasi, sebab itu terdapat satu solusi independen

    yaitu,

    y1(t) = C1 7;LF

  • v o

    y o

    y (t)

    t

    2.4.2.4 Sistem Redaman Super Kritis

    Pada sistem redaman superkritis ( overdamped sistem ), koefisien

    redamannya lebih besar dari koefisien redaman dari sistem redaman kritis, yaitu C >

    Ccr. Oleh karena itu besaran dibawah tanda akar persamaan (2.11) adalah positif,

    jadi kedua akar persamaan karakteristik adalah riel dan solusinya diberikan oleh

    persamaan (2.12). Perlu diperhatikan bahwa, untuk sistem redaman superkritis dan

    redaman kritis, gerakan yang terjadi bukan osilasi, namun besar osilasi mengecil

    secara eksponensial dengan waktu menuju nol. gambar 2.6 menyatakan grafik

    respons dari osilator sederhana dengan redaman kritis pada gambar 2.6, tetapi

    diperlukan lebih banyak waktu untuk kembali ke posisi netral bila redaman

    bertambah.

    Gambar 2.6 Respon getar bebas dengan redaman kritis

    2.4.2.5 Sistem Redaman Subkritis

    Bila harga koefisien redaman lebih kecil dari hargai kritis ( C < Ccr ), yang

    mana akan terjadi bila besaran di bawah tanda akar negative, maka harga akar akar

    dari persamaan karakteristik (2.11) adalah bilangan kompleks, jadi,

    p1,2 =

  • dimana i = 1 adalah unit imajiner. Untuk hal ini perlu digunakan persamaan Euler yang menghubungkan fungsi fungsi exponensial dengan trigonometric yaitu,

    7O = cos P + sin P 7;O = cos P sin P

    (2.21)

    Dengan mensubstitusikan akar akar p1 dan p2 dari persamaan (2.20) ke dalam

    persamaan (2.12) dengan mengunakan persamaan (2.21) akan memberikan bentuk

    solusi umum dari sistem redaman subkritis (underdamped system)

    y(t)= 7;E S?TH9 (A cos 5 Dt + B sin 5 Dt) (2.22)

    dimana A dan B adalah konstanta integrasi dan wD adalah frekuensi redaman dari

    sistem yang diberikan oleh,

    5 D = J BA E

  • y(t)= 7;W9( yo cos wDt + XY=ZY 55[ sin 5\] ) (2.27)

    Alternatif penulisan persamaan ini adalah,

    y(t)= 7;W9 cosL5\] ) N (2.28)

    Dimana C = J2Y + LXY=ZY ^N? ^_? (2.29) Dan tan = LXY=ZY ^N ^_ ZY (2.30) Periode redaman getaran ( damped period of vibration ) dan diberikan oleh

    persamaan (2.29)

    TD = `5_ = `5J;V? (2.31)

    Harga dari koefisien redaman untuk struktur adalah jauh lebih kecil dari koefisien

    redaman kritis dan biasanya antara 2 sampai dengan 20 % dari harga redaman kritis.

    Substitusi harga maksimum = 0,20 pada persamaan (2.24)

    5 D = 0,98 5 (2.32)

    Dapat dilihat bahwa frekuensi getaran suatu sistem dengan 20% ratio redaman

    (damping ratio) adalah hamper sama dengan frekuensi natural sistem tak teredam.

    Jadi dalam praktek, frekuensi natural dari sistem teredam dapat diambil sama dengan

    frekuensi natural sistem tak teredam.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.7 Grafik simpangan terhadap waktu dari getaran kritis,super kritis,dan

    sub kritis

    2.5 Model Struktur Sebagai Sistem Derajat-Kebebasan Banyak

    2.5.1 Persamaan Difrensial Struktur MDOF

    2.5.1.1 Matriks Massa, Matriks Kekakuan dan Matriks Redaman

    Untuk menyatakan persamaan diferensial gerakan pada struktur dengan

    derajat kebebasan banyak maka dipakai anggapan dan pendekatan seperti pada

    struktur dengan derajat kebebasan tunggal SDOF. Anggapan seperti prinsip shear

    building masih berlaku pada struktur dengan derajat kebebasan banyak (MDOF).

    Untuk memperoleh persamaan diferensial tersebut, maka tetap dipakai prinsip

    keseimbangan dinamik (dynamic equilibrium) pada suatu massa yang ditinjau. Untuk

    memperoleh persamaan tersebut maka diambil model struktur MDOF.

    Universitas Sumatera Utara

  • L L

    h

    h

    h

    P 3 (t)

    P 2 (t)

    P 1 (t)

    k 1

    c 1

    m 1

    k 1

    c 1

    m 1

    k 1

    c 1

    m 1P1 (t) P2 (t)P 3 (t)

    k 1y 1

    c 1y '1

    k 2(y 2 - y 1)

    m 1y1" m 2y2" m 3y 3"

    k 3(y 3 - y 2)

    c 2(y '2 - y '1) c 3(y '3 - y '2)

    a) S truktur dengan 3 D O F

    c) Free body d iagram

    b) m odel m atem atik

    Gambar 2.8 Struktur 3-DOF, Model Matematik dan Free Body Diagram

    Struktur bangunan gedung bertingkat 3, akan mempunyai 3 derajat

    kebebasan. Sering kali jumlah derajat kebebasan dihubungkan secara langsung

    dengan jumlahnya tingkat. Persamaan diferensial gerakan tersebut umumnya disusun

    berdasarkan atas goyangan struktur menurut first mode atau mode pertama seperti

    yang tampak pada garis putus-putus. Masalah mode ini akan dibicarakan lebih lanjut

    pada pembahasan mendatang. Berdasarkan pada keseimbangan dinamik pada free

    body diagram. maka akan diperoleh :

    m1%a 1 + c1%b 1+ k1u1 - k2 (u2 u1) - c2 (%b 2 + %b 1) - F1(t) = 0 (2.33) m2%a 2 + c2 (%b 2 %b 1) + k2 (u2 - u1) - k3(u3 - u2) - c3 (%b 3 - %b 2) - F2(t) = 0 (2.34) m3%a 3 + c3 (%b 3 %b 2) + k3 (u3 - u2) - F3(t) = 0 (2.35)

    Pada persamaan-persamaan tersebut diatas tampak bahwa keseimbangan

    dinamik suatu massa yang ditinjau ternyata dipengaruhi oleh kekakuan, redaman dan

    simpangan massa sebelum dan sesudahnya. Persamaan dengan sifat-sifat seperti itu

    umumnya disebut coupled equation karena persamaan-persamaan tersebut akan

    tergantung satu sama lain. Penyelesaian persamaan coupled harus dilakukan secara

    simultan artinya dengan melibatkan semua persamaan yang ada.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada struktur dengan derajat kebebasan banyak, persamaan diferensial

    gerakannya merupakan persamaan yang dependent atau coupled antara satu dengan

    yang lain.

    Selanjutnya dengan menyusun persamaan-persamaan di atas menurut parameter yang

    sama (percepatan, kecepatan dan simpangan) selanjutnya akan diperoleh :

    m1%a 1 + %b 1(c1 + c2) c2%b 2 + u1 (k1+ k2) k2u2 = F1(t) (2.36) m2%a 2 c2 %b 1+ (c2 + c3) %b 2 - c3 %b 3 - k2 u1 + (k2+k3) u2 k3 y3 = F2(t) (2.37)

    m3%a 3 - c3%b 2 + c3%b 3 - k3u2 - k3u3 = F3(t) (2.38) Persamaan-persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut:

    c3 0 00 3 00 0 3de f%a%a%da g + c

    * + * * 0* * + *d *d0 *d *d e f%b%b%db g + c

    0 + 0 0 00 0 + 0d 0d0 0d 0d e f%%%dg = h

    /L]N/L]N/dL]Ni (2.39)

    (Pers. 2.4.14 dapat ditulis dalam matriks yang lebih kompak,

    [M]{Ua } + [C]{kb } + [K]{U} = {F(t)} (2.40) Yang mana [M], [C] dan [K] berturut-turut adalah mass matriks, damping matriks

    dan matriks kekakuan yang dapat ditulis menjadi,

    (2.41) Sedangkan {}, {} dan {Y} dan {F(t)} masing-masing adalah vektor percepatan,

    vektor kecepatan, vektor simpangan dan vektor beban.

    Universitas Sumatera Utara

  • (2.42)

    (2.

    42)

    Struktur bangunan bertingkat sebagai suatu sistem berderajat kebebasan

    banyak dapat dianggap sebagai bangunan geser. Bangunan geser dapat didefenisikan

    sebagai struktur dimana tidak terjadi rotasi ( putaran ) pada penampang horizontal

    bidang lantainya. Balok balok pada struktur dianggap memiliki kekakuan tak

    terhingga dibandingkan dengan kolom sehingga rotasi yang nyata pada bagian atas

    kolom dapat ditahan. Dalam hal ini bangunan akan berkelakuan seperti balok terjepit

    yang dibebani oleh gaya geser.

    Untuk mencapai keadaan tersebut pada bangunan, harus dianggap bahwa :

    Massa total dari struktur terpusat pada bidang lantai

    Balok pada lantai kaku tak hingga dibandingkan dengan kolom

    Deformasi dari struktur tidak dipengaruhi oleh gaya aksial pada kolom

    2.5.2 Getara Bebas Pada Struktur MDOF

    Pada umumnya, suatu struktur akan bergoyang apabila memperoleh

    pembebanan dari luar, misalnya akibat beban angin, getaran akibat putaran mesin (

    beban harmonic ) ataupun akibat beban gerakan tanah/gempa. Getaran yang

    demikian dikelompokkan sebagai getaran yang dipaksa ( force vibration ). Dalam

    pembahasan getaran bebas pada struktur akan diperoleh beberapa karakter struktur

    yang penting dan sangat bermanfaat. Karakter karakter itu adalah frekuensi sudut

    w, periode getar T dan frekuensi alami f.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada getaran bebas di struktur yang mempunyai derajat kebebasan banyak (

    MDOF), maka matrix persamaan diffrensial gerakannya adalah:

    lmn%a o + l6mn%b o + lmn%o = 0 (2.43)

    Frekuensi sudut pada struktur dengan frekuensi redaman (damped frequency) wd

    nilainya hampir sama dengan frekuensi sudut pada struktur yang dianggap tanpa

    redaman. Sehingga diperoleh nilai damping ratio yang relatif kecil. Sehingga jika

    kita masukkan kedalam persamaan 2.43) maka C = 0, sehingga persamaan akan

    menjadi :

    lmn%a o + lmn%o = 0 (2.44)

    Karena persamaan 2.44) adalah persamaan diffrensial pada struktur MDOF yang

    dianggap tidak mempunyai redaman, maka sebagaimana penyelesaian persamaan

    diffrensial yang sejenis pada pembahasan pembahasan di depan, maka

    penyelesaian persamaan tersebut diharapkan dalam fungsi harmonic menurut bentuk,

    U = {}I sin (5 t) kb = - 5 {}i cos (5 t) ka = - 5 2 {}i sin (5 t) (2.45) Yangmana {}I adalah suatu ordinat massa pada mode yang ke i. Substitusi pers.

    2.45) kedalam persamaan 2.42) akan diperoleh,

    - 5 2lm{}i sin (5 t) + lm{}i sin (5t) = 0 (-5 2lm+ lm) {}I = 0 (2.46)

    Universitas Sumatera Utara

  • persamaan ini akan ada nilainya apabila determinan dari matrix yang merupakan

    koefisien dari vector {} adalah nol, sehingga

    |lm 5lm| = 0 (2.47) Jumlah mode pada struktur dengan derajat kebebasan banyak biasanya dapat

    dihubungkan dengan jumlah massa. Mode adalah jenis/pola/ragam

    getaran/goyangan/suatu struktur bangunan. Mode ini hanya berupakan fungsi dari

    massa dan kekakuan tingkat pada bangunan dan bebas dari pengaruh waktu dan

    frekuensi getaran. Dengan adanya hubungan antara jumlah mode dengan jumlah

    massa struktur, maka bangunan yang mempunyai 5 tingkat misalnya, akan

    mempunyai 5 derajat kebebasan dan akan mempunyai 5 jenis mode gerakan dan

    akan mempunyai 5 nilai frekuensi sudut yang berhubungan langsung dengan jenis

    modenya. Apabila jumlah derajat kebebasan adalah n, maka persamaan 2.45) akan

    menghasilkan suatu polynomial pangkat n yang selanjutnya akan menghasilkan wi2

    untuk i = 1,2,3 n. Selanjutnya substitusi masing masing frekuensi wi kedalam

    persamaan 2.44) akan diperoleh nilai 1, 2, n.

    2.5.2.1 Frekuensi Sudut (w) dan Normal Modes

    Dalam menghitung frekuensi sudut untuk struktur MDOF, dianggap bahwa

    struktur tersebut dianggap tidak mempunyai redaman atau C = 0. Untuk struktur

    dengan dua DOF atau tingkat dua sama seperti persamaan diffrensial SDOF namun

    dengan pemisalan 2 buah massa dengan 2 kekakuan dan 2 perpindahan, diperoleh :

    m1%a 1 + k1u1 - k2 (u2 u1) = 0 m1%a 2 + k2 (u2 u1) = 0 (2.48)

    Universitas Sumatera Utara

  • Dalam persamaan yang lebih sederhana,

    m1%a 1 +( k1 + k2 )u1 - k2 u2 = 0 m1%a 2 - k2 u1 + k2u2 = 0 (2.49)

    Persamaan 2.49) dapat ditulis ke dalam persamaan matriks yaitu,

    q3 00 3r s%a %a t + qL0 + 0N 00 0 r %% = 00 (2.50) Persamaan Eigenproblem dari persamaan 2.50) adalah

    qL0 + 0N w3 00 0 w3 r st = 00 (2.51) Seperti persamaan 2.47) yaitu persamaan tersebut akan memiliki nilai jika |lm wlm| = 0, maka, qL0 + 0N 53 00 0 53 r = 0 (2.52) Nilai determinannya adalah

    335@ nL0 + 0N3 03o5 + L0 + 0N0 0 = 0 (2.53)

    Jika dimasukkan nilai2 nilai dari m1,m2,k1 serta k2, maka akan di dapat nilai dari

    w1 dan w2 dan dengan demikian akan diperoleh nilai periode getar T tiap tiap mode

    yaitu,

    T1 = `^ dan

    T2 = `^ (2.54)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6 DAKTAILITAS

    Pengertian dasar dari daktilitas adalah kemampuan dari material atau struktur

    untuk menahan t e ga n g a n p l as t i s t a np a pe n u ru n an ya n g d r a s t i s d a r i

    t e ga n ga n . D ak t i l i t a s ya n g s a n ga t berpengaruh pada struktur dapat

    tercapai pada panjang tertentu pada salah satu bagian d a r i s t ru k tu r

    t e r s e bu t . Daktilitas dapat ditinjau dari segi tegangan (strain), lengkungan

    (curvature),dan lendutan (displacement ).

    a. Daktilitas Tegangan (Strain Ductility)

    Daktilitas tegangan merupakan daktilitas yang dimiliki oleh material yang

    digunakan. J i ka t e gan ga n in e l as t i k d i ba t as i de n ga n pa n j an g ya n g

    s a n ga t pendek, maka akan terjadi penambahan yang besar pada daktilitas

    tegangan. Jadi daktilitas tegangan bergantung pada mutu material dari

    suatu struktur.

    b. Daktilitas Lengkungan (Curvature Ductility)

    Pada umumnya sumber yang paling berpengaruh dari lendutan

    struktur inelastis adalah rotasi pada sambungan plastis yang paling potensial.

    Sehingga, ini sangat berguna untuk m e n ghu b un gk an r o t a s i p e r un i t

    p a n j a n g ( curvature) d e n ga n mo m ent b en d in g u ju n g . Daktilitas

    lengkungan maksimum dapat ditunjukan sebagai berikut,

    = Av (2.55)

    d im an a , m adalah lengkungan maksimum yang akan timbul, dan

    y adalah lengkungan p a d a s a a t l e l e h .

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Daktilitas Lendutan (Displacement Ductility)

    D a k t i l i t a s l e nd u t an b i as an ya d i gu na k a n pa d a e va lua s i

    s t ru k tu r ya n g d i b e r ik a n ga ya ge m p a . D a k t i l i t a s d id e f i n i s ikan

    o l eh r as i o d a r i t o t a l l e nd u t an ya n g t e r j ad i de n ga n lendutan pada

    awal titik leleh (yield point) uy. = wwv > 1 (2.56)

    Pada struktur, ketika respon gempa yang terjadi melebihi beban

    rencana maka keadaan d e f o rm a s i i n e l a s t i s h a r us t e r c ap a i .

    K e t i k a s t ru k t u r ma m pu un t uk m e r esp o n k e ad a an inelastis

    tanpa penurunan kemampuan yang drastis, maka hal ini akan disebut

    dalam keadaan daktail. Keadaan daktail yang sempurna terjadi pada saat

    ideal elastic atau disebut juga perfectlyplastic (elastoplastic).

    2.7 SIMPANGAN ANTAR LANTAI

    2.7.1 Simpangan Inelastis Maksimum

    Menurut SNI 03-1726-2003 pasal 8.1, kinerja batas layan struktur bangunan

    gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh Gempa Nominal,

    yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang

    berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan non-struktur. Simpangan antar-

    tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur bangunan gedung tersebut akibat

    pengaruh Gempa Nominal yang telah dikalikan dengan faktor skala.

    Simpangan antar lantai dihitung berdasarkan respons simpangan inelastis

    maksimum, M, dihitung sebagai berikut :

    M = 0,7 R s (2.57)

    Universitas Sumatera Utara

  • (Untuk struktur gedung tidak beraturan)

    Dengan, R adalah faktor modifikasi respons

    S adalah respons statis simpangan elastic struktur yang terjadi di titik-titik

    kritis akibat beban gempa horizontal rencana.

    Simpangan antar tingkat (s) = ( 0.03*Tinggi Tingkat / R) atau maksimum

    30 mm, bergantung yang mana yang nilainya terkecil.

    Dalam melakukan perhitungan simpangan tersebut pengaruh translasi dan

    rotasi bangunan harus diperhitungkan. Simpangan elastis struktur juga dapat dihitung

    menggunakan analisis dinamis.

    2.7.2 Batasan Simpangan Antar Lantai

    Simpangan antar lantai yang dihitung tidak boleh melebihi 2,5 % dari jarak

    antar lantai untuk suatu struktur dengan waktu getar dasar lebih kecil daripada atau

    sama dengan 0,7 detik. Untuk struktur bangunan dengan waktu getar dasar lebih

    besar daripada 0,7 detik, simpangan antar lantai tersebut tidak boleh melebihi 2,0 %

    dari jarak antar lantai.

    m ijin= 0.02 x tinggi tingkat yang bersangkutan (2.58)

    2.8 DESAIN GEMPA

    Untuk menghindari keruntuhan akibat gempa besar, elemen struktur harus

    memiliki kemampuan yang cukup untuk menyerap dan mendissipasi energy melalui

    deformasi inelastisnya. Biasanya kemampuan ini dinyatakan dalam daktilitas.

    Bebarapa karakteristik dari gempa bumi yang dibutuhkan untuk mendesain

    struktur tahan gempa:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Nilai maksimum gerakan gempa, yaitu nilai maksimum percepatan gempa,

    nilai maksimum kecepatan gempa, dan nilai maksimum perpindahan tanah.

    2. Lama waktu rerjadinya gempa (durasi gempa), dan

    3. Rentang frekuensi gempa.

    Setiap karakteristik gempa di atas berpengaruh pada respon (reaksi) struktur.

    Nilai maksimum gerakan gempa berpengaruh pada amplitudo dari vibrasi struktur.

    Durasi gempa berpengaruh pada besarnya pemindahan energi dari vibrasi tanah ke

    energy struktur (energy dissipation). Gempa dengan percepatan sedang dan durasi

    yang lama menyebabkan kerusakan lebih besar dibandingkan dengan gempa yang

    memiliki percepatan besar namun durasi waktu yang singkat. Rentang frekuensi

    gempa yang berdekatan dengan frekuensi struktur akan mengakibatkan resonansi

    atau pembesaran respon struktur yang dikenal dengan istilah factor amplikasi

    struktur. Percepatan gempa akan menimbulkan gaya inersia yang menyebabkan

    struktur berespon relatif terhadap tanah. Pergerakan struktur terutama

    perpindahannya menimbulkan gaya pegas yang harus dipikul oleh struktur terutama

    elemen struktur vertikal seperti kolom dan dinding geser struktur.

    2.8.1 Analisa Time History

    Untuk perencanaan struktur bangunan gedung melalui analisis dinamik linier

    riwayat waktu terhadap pengaruh pembebanan gempa nominal, percepatan muka

    tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan ke taraf pembebanan gempa

    nominal tersebut, sehingga nilai percepatan puncak A menjadi:

    y = !YO z{ (2.59)

    Universitas Sumatera Utara

  • Dimana: Ao =Percepatan puncak muka tanah (dari peta hazard gempa Indonesia

    2010)

    R =Faktor reduksi gempa representatif dari struktur bangunan gedung

    I =Faktor keutamaan

    Tabel 2.2. Faktor Keutamaan Gedung

    2.8.2 Penentuan Percepatan Puncak di Permukaan Tanah

    Besarnya percepatan puncak di permukaan tanah diperoleh dengan

    mengalikan faktor amplifikasi untuk PGA (FPGA) dengan nilai PGA yang diperoleh

    dari Gambar 2.9, Gambar 2.10, atau Gambar 2.11. Besarnya FPGA tergantung

    dari klasifikasi site yang didasarkan pada Tabel 2.3 dan nilainya ditentukan sesuai

    Tabel 2.4.

    Tabel 2.3. Klasifikasi site didasarkan atas korelasi penyelidikan tanah

    lapangan dan laboratorium (SNI-2002, UBC-97, IBC-2009, ASCE 7-10,)

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.4: Faktor amplifikasi untuk PGA (FPGA) (ASCE 7-10)

    Keterangan:

    SPGA = Nilai PGA di batuan dasar (SB) mengacu pada Peta Gempa Indonesia 2010

    (Gambar 2.9, Gambar 2.10, atau Gambar 2.11).

    SS = Lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respon

    spesifik.

    Percepatan puncak di permukaan tanah dapat diperoleh dengan menggunakan

    persamaan berikut:

    PGAM = FPGA x SPGA (2.60)

    dimana:

    Universitas Sumatera Utara

  • PGAM = nilai percepatan puncak di permukaan tanah berdasarkan klasifikasi

    site.

    FPGA = faktor amplifikasi untuk PGA.

    Untuk mengkaji perilaku pasca-elastik struktur bangunan gedung terhadap

    pengaruh gempa rencana, harus dilakukan analisis respons dinamik non-linier

    riwayat waktu, dimana percepatan muka tanah asli dari gempa masukan harus

    diskalakan, sehingga nilai percepatan puncaknya menjadi sama dengan AoI.

    Akselerogran gempa masukan yang ditinjau dalam analisis respons dinamik

    linier dan non-linier riwayat waktu, harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat

    gempa yang didapat di suatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi dan

    seismotektoniknya dengan lokasi tempat struktur bangunan gedung yang ditinjau

    berada.

    Untuk mengurangi ketidak-pastian mengenai kondisi lokasi ini, paling sedikit

    harus ditinjau empat buah akselerogram dari empat gempa yang berbeda, salah

    satunya harus diambil akselerogram Gempa El-centro N-S yang telah direkam pada

    tanggal 15 mei 1940 di California. Perbedaan keempat akselerogram tersebut harus

    ditunjukkan dengan nilai maksimum absolut koefisien korelasi silang antara satu

    akselerogram terhadap lainnya yang lebih kecil daripada 10%. Berhubung gerakan

    tanah akibat gempa pada suatu lokasi tidak mungkin dapat diperkirakan dengan

    tepat, maka sebagai gempa masukan dapat juga dipakai gerakan tanah yang

    disimulasikan. Parameter-parameter yang menentukan gerakan tanah yang

    disimulasikan ini antara lain terdiri dari waktu getar predominan tanah, konfigurasi

    spectrum respons, jangka waktu gerakan dan intensitas gempanya.

    Universitas Sumatera Utara