Upload
bungaananda
View
217
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ske e blok 6 2013
Citation preview
2.2 Skenario
Nn.Susi, 35 tahun, berobat ke dokter karena mengalami penurunan berat
badan secara drrastis sampai 12 kg dalam 2 bulan terakhir padahal tidak
menjalani program dietolahraga. Saatini berat badan Nn.Susi 46 kg dengan
tinggi 160 cm. Ia juga mengeluh mudah sekali merasa lelah. Selama ini
Nn.Susi mengaku tidak mengalami penyakit apapun. Dokter yang memeriksa
mendapatkan: tekanan darah 90/60 mmhg, denyut nadi 102x/menit saat
berbaring. Namun saat berdiri, tekanan darahnya menurun menjadi
70/40mmhg dan denyut nadi 120x/menit. Dokter memeriksa laboratorium
didapatkan: kadar natrium 126 meq/l, kalium 7meq/l dan glukosa 50mg/dl.
Dokter menduga Nn.Susi mengalami penurunan hormon kortisol dan
aldosteron.
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Nn.Susi, 35 tahun mengalami penurunan berat badan secara drastis 12kg
dalam 2 bulan terakhir padahal tidak menjalani program diet dan olahraga
Saat ini, berat badan Nn.Susi 46 kg dengan tinggi badan 160 cm.
2. Nn.Susi mengeluh mudah sekali merasa lelah padahal selama ini tidak
mengalami penyakit apapun.
3. Hasil pemeriksaan fisik
-saat berbaring : TD 90/60 mmHg
DN 102x / menit
-berdiri : TD 70/40 mmHG
DN 120x / menit
4. Hasil pemeriksaan lab :
- kadar natirum : 126 mEq/l
- kalium : 7 mEq/l
- glukosa : 50 mg/dl
5. Dokter menduga Nn.Susi mengalami penurunan hormon kortisol dan
aldosteron.
SKENARIO E BLOK V Page 1
2.3.3 Prioritas Masalah
Nn.Susi mengeluh mudah sekali merasa lelah padahal selama ini
tidak mengalami penyakit apapun.
2.3.4 Analisis Masalah
1. Nn.Susi, 35 tahun mengalami penurunan berat badan secara drastis 12kg
dalam 2 bulang terakhir. Saat ini, berat badan Nn.Susi 46Kg dengan
tinggi 160cm padahal tidak menjali program diet.
a. bagaimana perhitungan IMT Nn.Susi?
Jawab :
Menurut WHO (200) pada Kemenkes RI 2011, perhitungan IMT
adalah sebagai berikut :
IMT =Berat Badan(Kg)
(Tinggi Badan ) (Tinggi Badan )(m)
IMT sebelum berat badan turun 12 kg :
IMT = 58 kg
1,6 m x1,6 m = 58
2,56=¿22,65
Jadi, IMT 22,65 menurut Kemenkes RI, 2011 termasuk kategori ideal.
Karena, kisaran kategori ideal yaitu 18,5 – 22,9 .
IMT setelah berat badan turun 12 kg :
IMT = 46 kg
1,6 m x1,6 m = 46
2,56=¿17,9
Jadi, IMT 17,9 menurut Kemenkes RI, 2011 termasuk kategori kurus.
Karena, kisaran kategori berat badan kurang atau kurus adalah <18,5.
Sintesis:
SKENARIO E BLOK V Page 2
IMT (Indeks Masa Tubuh) adalah cara menentukan berat badan
ideal yang sehat dan juga cocok dengan orang dewasa berusia diatas 17
tahun. IMT tidak dapat dilakukan pada anak-anak (dibawah usia 17
tahun), ibu hamil, lanjut usia, dan atlet.
(Kemenkes RI, 2011)
b. Bagaimana penurunan berat badan yang normal?
Jawab :
Penurunan BB normal untuk Nn.Nn.Susi seharusnya sekitar 1 kg
per bulan, berarti dalam dua bulan jika ia mengalami penurunan berat
badan, maka normalnya hanya 2 kg. Sedangkan dalam kasus ia
mengalami penurunan 12 kg dalam dua bulan. Artinya Nn. Nn.Susi
mengalami penurunan berat badan drastis.
Menurut Sudoyo dkk (2009 : 1980) pada buku Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III, penurunan berat badan harus SMART (Spesific,
Measurable, Realistic, and Time Limited). Tuuan dari SMART ini
adalah menurunkan berat badan sekitar 10% dari berat badan awal.
Dan batas waktu yang masuk akal untuk menurunkan 10% berat
badan awal tersebut selama enam bulan.
Berat badan awal Nn.Nn.Susi adalah 58 kg. Berarti penurunan
berat badan normal untuk Nn.Nn.Susi adalah 5,8 kg dalam waktu
SKENARIO E BLOK V Page 3
enam bulan. Jadi dalam dua bulan, penurunan berat badan normal
untuk Nn.Nn.Susi adalah sekitar 2 kg.
Menurut Supariasa (2001), penurunan berat badan normal yaitu
0,5 – 1 kg seminggu, tidak boleh lebih. Bila dikonversikan dalam
bentuk penghilangan lemak, maka seseorang hanya boleh mengurangi
asupan kalori atau menambah output energi dengan berolahraga
sebesar 4500 – 9000 kalori per minggu,atau sekitar 650 – 1200 kalori
per hari (Supariasa, 2011).
c. Apasaja faktor penyebab penurunan berat badan secara drastis?
Jawab :
Menurut Almatsier (2001), beberapa faktor yang menyebabkan
penurunan berat badan secara drastis adalah sebagai berikut :
1. Depresi
Depresi dapat menyebabkan penurunan berat badan secara
tidak langsung, dan hal ini sulit untuk dijelaskan secara
gamblang. Namun biasanya, orang yang sedang depresi sering
mengalami kesulitan untuk tidur, makan, ataupun aktivitas-
aktivitas rutin lainnya. Banyaknya pikiran akibat depresi bisa
mengurangi nafsu makan seseorang. Untuk masalah yang terkait
dengan depresi, sebaiknya konsultasikan dengan yang ahli.
2. Hipertiroidisme
Tiroid yang sangat aktif bisa menghasilkan tiroksin yang
berlebihan. Hal ini bisa meningkatkan metabolisme tubuh secara
dramatis, yang pada akhirnya akan membuat berat badan jadi
turun drastis, tubuh mudah berkeringat, dan jadi lebih mudah
tersinggung. Untuk mengatasi hal ini, terdapat obat anti-tiroid
yang bisa membantu menurunkan laju produksi dari hormon
tiroid. Namun demikian, diagnosis dan pengobatannya harus
dilakukan secara tepat.
SKENARIO E BLOK V Page 4
3. Diabetes
Sebagian besar orang sering mengaitkan penyakit diabetes
dengan obesitas dan kelebihan berat badan. Padahal hal tersebut
adalah sebaliknya, di mana setelah diteliti, penurunan berat badan
merupakan tanda-tanda awal terjadinya diabetes. Ini dikarenakan
meningkatnya kadar glukosa dan frekuensi buang air kecil yang
menyebabkan penyusutan massa otot. Pendeteksian dini dan obat
pengontrol kadar insulin merupakan solusi yang baik untuk
mengatasi penyakit ini.
4. Penyakit CeliacSebagian besar orang tidak toleran terhadap gluten. Gluten
adalah sejenis protein yang ditemukan pada bahan makanan
seperti gandum atau barley. Jadi, apabila mengonsumsi gluten,
tubuh akan menghasilkan reaksi kekebalan pada usus kecil.
Seiring berjalannya waktu, hal tersebut akan menyebabkan
peradangan dan berpotensi merusak lapisan usus kecil yang bisa
membuat kurangnya penyerapan nutrisi. Rusaknya lapisan usus
kecil tersebut pada akhirnya akan menyebabkan berat badan turun
dan diare. Sampai saat ini belum ada obat yang pasti untuk
mengatasi penyakit Celiac.
5. TuberkulosisTB (Tuberkulosis) dalam kondisi serius dan kronis dapat
menular dan menyebar ke udara. Jika sistem kekebalan tubuh
anda lemah, maka anda berisiko terserang penyakit ini. Salah satu
tanda yang bisa terlihat jika seseorang terkena penyakit
tuberkulosis adalah penurunan berat badan yang sangat drastis.
Pengobatan jangka panjang dan beberapa jenis obat tertentu bisa
membantu menghilangkan infeksi dari penyakit ini.
6. Kanker
SKENARIO E BLOK V Page 5
Penurunan berat badan yang drastis dan terjadi secara tiba-
tiba merupakan salah satu gejala dari penyakit kanker. Sel-sel
abnormal berkembang dengan tidak terkendali dan berpotensi
merusak sel normal dari pasien kanker. Kanker dapat menyebar
ke seluruh tubuh, dan penyakit ini sangat mengancam jiwa.
Pendeteksian secara dini bisa meningkatkan angka kelangsungan
hidup.
7. AIDSSalah satu gejala yang sering terlihat dari pasien pengidap
AIDS adalah penurunan berat badan secara drastis. Penyakit
AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus), dan virus ini merusak atau memperlemah sistem
kekebalan tubuh manusia. Walaupun terdapat cara untuk
memperlambat laju perekembangan virus, akan tetapi penyakit
AIDS belum benar-benar bisa disembuhkan.
d. Apa maknapenurunan berat bedan secara drastis padahal tidak
menjalani program diet dan olah raga?
Jawab :
Makna Nn.Susi mengalami penurunan berat badan secara drastis
padahal tidak menjalani progam diet dan olahraga adalah
kemungkinan besar adanya gangguan di tubuh Nn.Susi, terutama
gangguan hormonal, karena berat badan dipengaruhi oleh beberapa
hormon.
Sintesis:
Faktor hormonal sebenarnya juga menjadi faktor pencetus
penurunan berat badan selain dari program diet dan olahraga.
Penurunan berat badan yang terjadi secara mendadak dapat
disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon kortisol akibat
gangguan dari kelenjar adrenal yang menyebabkan penurunan hormon
SKENARIO E BLOK V Page 6
aldosteron. Hormon aldosteron berfungsi untuk meningkatkan
rebasorpsi natrium dan meningkatkan ekskresi kalium di tubulus
ginjal.
e. Apa dampak penurunan berat badan secara drastis?
Jawab:
Dampak penurunan berat badan secara drastis adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi tingkat metabolism
2. Kehilangan massa otot
3. Malnutrisi
4. Masalah kulit
5. Insomnia
6. Diare
7. Gangguan makan
8. Penyakit jantung
Sintesis:
1. Mengurangi tingkat metabolism
Secara alami tubuh punya cara untuk melindungi sistemnya
terhadap penurunan berat badan yang berlebihan. Jika jumlah
kalori tiba-tiba turun maka tubuh akan mengkompensasikannya
dengan mengurangi tingkat metabolisme tubuh
2. Kehilangan masa otot
Tubuh akan masuk ke proses ketosis untuk mengurangi rasa
lapar, tapi cara ini tidak aman dan sehat. Jika kadar lemak
berkurang, maka tubuhpun akan kehilangan sebagian masa otot.
3. Malnutrisi
Saat melakukan program penurunan badan, seseorang akan
sangat membatasi asupan makanan yang di konsumsinya
sehingga tak jarang jumlah gizinya tak sesuai dengan yang di
anjurkan dan mengalami mall nutrisi. Jika di biarkan terus dapat
SKENARIO E BLOK V Page 7
memiliki resiko tinggi bagi kesehatan, malnutrisi juga
memnyebabkan asupan vitamin dan mineral berkurang yang
melemahkan folikel rambut dan membuatnya jadi rapuh serta
rontok
4. Masalah kulit
Studi menunjukan ketika berat badan hilang secara drastic, maka
kulit tidak mendapatkan cukup waktu untuk menyusut sesuai
ukuran yang baru sehingga terjadi stretch mark. Selain itu ada
juga kemungkinan mengalami kulit bergelambir
5. Insomnia
Umumnya sulit mendapatkan waktu tidur dan istirahat malam
yang cukup ketika dalam keadaan perut kosong atau menahan
lapar, kondisi ini memicu gangguan tidur yang lama kelamaan
dapat menjadi insomnia
6. Diare
Kondisi ini juga bisa menyebabkan diare berat yang kadang di
sertai dengan sembelit. Kondisi ini tentu saja menurunkan berat
badan, tetapi pada periode tertentu bisa mengakibatkan dehidrasi
serta gangguan organ tubuh
7. Gangguan makan
Gangguan makan di ketahui bisa menyebabkan berbagai macam
masalah kesehatan seperti kekurangan gizi, kehilangan
elektrolit, mineral, anemia, hipertensi, ketidakseimbangan
hormone, fertilitas, osteoporosis, kelelahan serta gangguan
organ
8. Penyakit jantung
Kehilangan berat badan yang cepat bisa menekan kerja jantung
dan membuatnya lebih stress, kondisi ini bisa menjadi factor
SKENARIO E BLOK V Page 8
risiko dari penyakit jantung karena orang yang melakukan diet
beresiko lebih besar terkena penyakit jantung
2. Nn.Susi mengeluh mudah sekali merasa lelah padahal selama ini tidak
mengalami penyakit apapun.
a. Bagaimana mekanisme terjadinya lelah menurut kasus?
Jawab :
Menurut kasus, penyebab lelah Nn.Nn.Susi karena penurunan
hormon aldosteron yang dialami Nn.Nn.Susi. Defisiensi aldosteron
menyebaban penurunan reabsorpsi natrium di tubulus ginjal dan
peningkatan reabsorpsi kalium di tubulus ginjal. Karena natrium
banyak diekresikan bersama urin, maka menyebabkan hiponatremia
dan volume cairan ekstraseluler turun. Sehingga Nn.Nn.Susi mudah
lelah. Hal tersebut karena natrium banyak dibtuhkan untuk kontraksi
otot. Jika tidak ada natrium maka tidak ada pencetus kontraksi otot,
sehingga kelelahan mudah terjadi.
Sintesis:
Menurut Guyton dan Hall (2014 : 1001), aldosteron
meningkatkan reabsorpsi natrium dan secara bersamaan
meningkatkan sekresi kalium oleh sel epitel tubulus ginjal, terutama
sel prinsipalis di sel tubulus koligens, dan sedikit di tubulus distal dan
duktus koligens. Oleh karena itu, aldostero menyebabkan natrium
dipertahankan dalam cairan ekstraseluler sementara meningkatkan
ekskresi kalium di dalam urine.
Tidak ekskresikannya aldosteron sama sekali dapat menyebabkan
natrium yang hilang dalam urine mencapai 10 sampai 20 gram per
hari, jumlah yang sesuai dengan sepersepuluh sampai seperlima dari
jumlah seluruh natrium dalam tubuh. Pada saat yang sama, kalium
akan disimpan secara kuat dalam cairan ekstraseluler (Guyton dan
Hall, 2014 : 1001).
SKENARIO E BLOK V Page 9
Karena aldosteron menurun menyebabkan natrium banyak
dieksresikan bersama urine itulah, terjadi kelelahan pada Nn.Nn.Susi
b. Apa saja jenis-jenis lelah dalam tubuh?
Jawab :
Menurut Soetomo (1981) jenis kelelahan pada tubuh terbagi
menjadi 3, yaitu :
Berdasarkan waktu terjadinya lelah
a. Kelelahan Akut
Kelelahan akut terjadi pada aktivitas tubuh terutama yang
banyak menggunakan otot. Hal ini disebabkan karena suatu
organ atau seluruh tubuh bekerja secara terus menerus dan
berlebihan.
b. Kelelahan Kronis
Kelelahan kronis adalah kelelahan akut yang tertimbun. Hal ini
disebabkan adanya tugas terus menerus tanpa adanya
pengaturan jarak tugas yang baik dan teratur bahkan terjadi
sebelum memiliki suatu pekerjaan.
Berdasarkan Proses dalam otot
a. Kelelahan otot
Kelelahan otot yaitu menurunnya kinerja sesduah mengalami
stress tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan
kelambatan gerak.
b. Kelelahan umum
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan
untuk bekerja yang sebab persyrafan atau psikis. Kelelahan
umum ialah suatu perasaan yang menyebar dan disertai adanya
penurunan kesiagaan dan kelmbatan pada setiap aktivitas.
Berdasarkan Penyebabnya
SKENARIO E BLOK V Page 10
a. Kelelahan Fisik
Kelelahan fisik disebabkan oleh aktivitas fisik atau anggota
tubuh. Kelelahan fisik akan hilang dengan istirahat yang cukup.
b. Kelelahan Mental
Kelelahan mental disebabkan karena faktor psikis dikarenakan
adanya persoalan kejiwaan yang belum terselesaikan dan
menyebabkan stress.
c. Kelelahan keterampilan
Kelelahan keterampian disebabkan oleh adanya tugas-tugas
yang memerlukan ketelitan dan pemecahan persoalan cukup
sulit.
3. Hasil pemeriksaan fisik :
-saat berbaring : TD 90/60 mmHg
DN 102x / menit
-saat berdiri : TD 70/40 mmHg
DN 120x / menit
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan tekanan darah dan denyut
nadi?
Jawab :
Tekanan darah
Hasil pemeriksaan fisik Nn.Nn.Susi menunjukkan tekadan
darah saat berbaring adalah 90/60 mmHg dan saat berdiri
adalah 70/40 mmHg. Kedua tekanan darah tersebut masuk
kategori hipotensi (tekanan darah rendah). Karena kisaran
tekanan darah normal untuk sistolik adalah 100-120 mmHg.
sedangkan untuk diastolik adalah 60-80 mmHg.
Menurut Gray, Huon H.dkk (2005), klasifikasi tekanan
darah disajikan pada tabel berikut :
SKENARIO E BLOK V Page 11
Klasifikasi Tekanan Sistolik
(mmHg)
Tekanan Distolik
(mmHg)
Normal 100-120 60-80
Pre hipertensi 130-139 80-89
Stadium I 140-159 90-99
Stadium II ≥160 ≥100
Denyut nadi
Denyut nadi Nn.Nn.Susi saat berbaring adalah
102x/menit sedangkan saat berdiri 120x/menit. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Nn.Nn.Susi mengalami takikardi yaitu
denyut nadi di atas normal. Kisaran normal untuk denyut nadi
adalah 60-100x/ menit.
Menurut Gray, Huon H.dkk (2005), klasifikasi denyut
nadi adalah sebagai berikut :
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi tekanan darah?
Jawab :
Menurut Gray, Huon H.dkk. (2005), faktor yang mempengaruhi
tekanan darah adalah sebagai berikut :
Faktor Fisiologis
- Kelenturan dinding arteri
- Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin
tinggi tekanan darah.
- Kekuatan gerak jantung
- Viskositas adarah, semakin besar viskosital semakin besar
resistensi terhadap cairan
- Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka semakin
meningkat tekanan darah
Faktor Patologis
SKENARIO E BLOK V Page 12
Klasifikasi Frekuensi
Normal 60-100 kali/menit
Bradikardi ˂60 kali/menit
Takikardi ˃100 kali/menit
- Posisi tubuh (Baroresreptor akan merespon saat tekanan darah
turun dan berusaha menstabilkan tekanan darah)
- Aktivitas fisik (Aktifitas membutuhkan energi sehingga butuh
aliran yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi sehingga
tekanan darah naik).
- Temperatur (Menggunakan sistem renin-angiontensin-
vasokontriksi perifer)
- Usia (semakin bertambah umur semakin tinggi tekanan darah
karena berkurangnya elastisitas pembuluh darah)
- Jenis kelamin (Wanita cenderung memiliki tekanan darah
rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak
sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran).
c. Kenapa tekanan darah saat berbaring lebih tinggi dari pada saat
berdiri?
Jawab :
Saat berbaring, sirkulasi darah seimbang karena posisi tubuh yang
mendatar. Sedangkan saat berdiri, terjadi pengaruh dari gravitasi.
Ketika berdiri, karena gaya gravitasi, maka darah yang merupakan
cairan akan banyak mengumpul di bagian kaki. Sehingga darah yang
kembali ke jantung sedikit, karena jantung letaknya di tubuh bagian
atas. Karena penurunan volume darah tersebut menyebabkan
penurunan tekanan darah.
Sintesis:
Tekanan Darah saat Berdiri
Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada
pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan
isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam
jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya
diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan
pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka
SKENARIO E BLOK V Page 13
kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30
mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002).
Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak.
Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang
ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali
ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung
berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung
memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke
seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya.
Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada
tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi
otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari
kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke
jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat
mengalir kembali ke jantung.
Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat,
maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya
berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut
berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu
menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun.
Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah
sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang
kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka
darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan
Hall, 2014).
Tekanan Darah saat Berbaring
Menurut Guyton dan Hall (2014), pada posisi berbaring darah
dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan
kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi
sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada
40% -- 60% VO2 maksimal. Pada posisi berbaring, dalam keadaan
SKENARIO E BLOK V Page 14
istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja
terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam
keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh
pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada
orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin
besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin
sedikit isi. sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu
pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat
(bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung
selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3
detik tersebut)
d. Kenapa denyut nadi saat berbaring lebih rendah dari pada saat berdiri?
Jawab :
Karena saat berdiri tekanan darah menurun, membuat kelenjar adrenal
mensekresikan epinefrin. Selanjutnya epinefrin akan berikatan dengan
baroreseptor di pembuluh darah, sehingga terjadi vasokontriksi yang
membuat curah jantung meningkat, sehingga jantung lebih cepat
memompa darah, dan terjadilah takikardi. Hal tersebut merupakan
adaptasi dari menurunnya tekanan darah.
e. Bagaimana cara mengukur denyut nadi dan tekanan darah?
Jawab :
Pemeriksaan Denyut Nadi
- Letakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah pada arteri radialis
pasien, dari arah lateral.
- Tekan arteri radialis sampai pulsasi maksimal dapat dirasakan
oleh pemeriksa.
- Hitung denyut arteri radialis selama satu menit penuh
Pemeriksaan Tekanan Darah
- Pasien diminta duduk dengan rileks di kursi dan lengan
diletakkan di meja, sehingga posisi lengan yang akan diperiksa
SKENARIO E BLOK V Page 15
sejajar dengan posisi jantungnya. Minta pasien menggulung
lengan baju pada lengan yang akan diperiksa.
- Pilihlah ukuran manset sphygmomanometer yang sesuai
dengan tubuh dan usia pasien. Pasang manset pada lengan atas,
kira-kira 2,5 cm di atas fossa cubiti.
- Untuk mengetahui kira-kira setinggi apa raksa pada
sphygmomanometer akan dinaikkan, perlu diperiksa dulu
tekanan sistolik dengan palpasi arteri radialis. Pompa balon
hingga raksa mencapai kurang lebih angka normal tekanan
darah dewasa (120 mmHg), lalu lepaskan pengunci balon
hingga air raksa perlahan-lahan turun kira-kira 2-3 mmHg
setiap kali turun. Air raksa tidak boleh terlalu cepat turun.
Tekanan sistolik adalah angka dimana pemeriksa merasakan
adanya denyut arteri radialis yang pertama kali setelah pompa
balon dilonggarkan.
- Palpasi arteri brachialis pada regio cubiti untuk memastikan
denyutnya. Setelah yakin dengan posisi arteri brachialis,
letakkan diafragma stetoskop (bagian yang datar) di atas arteri
brachialis.
- Kencangkan kembali pengunci balon, lalu pompa balon
kembali sampai ke tekanan sistolik yang telah ditentukan tadi.
Lalu lepaskan pengunci balon hingga air raksa perlahan-lahan
turun. Tekanan sistolik adalah angka dimana pemeriksa
mendengarkan adanya bunyi denyut arteri brachialis yang
pertama kali setelah pompa balon dilonggarkan (Korotkoff I).
Tekanan diastolik adalah angka dimana pemeriksa mulai tidak
mendengar suara denyut arteri brachialis (Korotkoff II).
- Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua
lengan, untuk melihat apakah ada perbedaan tekanan antara
kedua lengan.
SKENARIO E BLOK V Page 16
Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal
dari suara vibrasi saat manset dikempiskan. Suara Korotkoff sendiri
terbagi menjadi 5 fase yaitu:
1. Fase I : Saat bunyi pertama kali terdengar, disebut sebagai tekanan sistolik.
2. Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi dari fase I.
3. Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang,
lebih lemah dari fase I.
4. Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup.
5. Fase V : Bunyi tidak terdengar sama sekali, disebut sebagai tekanan diastolik.
(Guay, Huon H.dkk, 2005)
4. Hasil pemeriksaan laboratorium :
- natirum : 126 mEq/l
- kalium : 7 mEq/l
- glukosa : 50 mg/dl
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium?
Natrium
Hasil pemeriksaan Natrium pada Nn.Susi adalah 126 mEq/l yang
termasuk dalam kategori rendah (hiponatremi), karena kisaran kadar
natrium ekstraseluler normal menurut Kemenkes RI (2011) adalah 135
mEq/l – 45 mEq/l.
Hasil pemeriksaan Kalium pada Nn.Susi adalah 7 mEq/l yang
termasuk dalam kategori tinggi (hiperkalemi). Kisaran normal kadar
kalium menurut Kemenkes RI (2011) adalah 3,5 mEq/l – 4,8 mEq/l.
Menurut WHO kadar glukosa darah sewaktu yang normal pada
kisaran 145-179 mg/dl. Hasil pemeriksaan Nn.Nn.Susi untuk glukosa
sebesar 50 mg/dl, artinya Nn.Nn.Susi mengalami hipoglikemia, yaitu
keadaan glukosa lebih rendah dari normal.
SKENARIO E BLOK V Page 17
b. Bagaimana hubungan hasil pemeriksaan laboratorium dengan hormon
Aldosteron dan kortisol pada Nn.Nn.Susi ?
Jawab :
Hasil pemeriksaan Nn.Nn.Susi menunjukkan bahwa ia mengalami
hiponatremia dengan kadar Na+ = 126 meq/L, mengalami
hiperkalemia dengan kadar K+ = 7 meq/l, dan hipoglikemia dengan
kadar glukosa = 50 mg/dl
Hiponatremia dan hiperkalemia disebabkan karena penurunan
hormon aldosteron di tubuh Nn.Nn.Susi. Defisiensi aldosteron
menyebaban penurunan reabsorpsi natrium di tubulus ginjal dan
peningkatan reabsorpsi kalium di tubulus ginjal. Karena natrium
banyak diekresikan bersama urin, maka menyebabkan hiponatremia
dan volume cairan ekstraseluler turun. Peningkatan reabsorpsi kalium
di tubulus ginjal karena penurunan hormon aldosteron juga
menyebabkan hiperkalemia, karena banyaknya kalium di cairan
ekstraseluler.
Sintesis:
Menurut Guyton dan Hall (2014 : 1001), aldosteron meningkatkan
reabsorpsi natrium dan secara bersamaan meningkatkan sekresi
kalium oleh sel epitel tubulus ginjal, terutama sel prinsipalis di sel
tubulus koligens, dan sedikit di tubulus distal dan duktus koligens.
Oleh karena itu, aldostero menyebabkan natrium dipertahankan dalam
cairan ekstraseluler sementara meningkatkan ekskresi kalium di dalam
urine.
Tidak ekskresikannya aldosteron sama sekali dapat menyebabkan
natrium yang hilang dalam urine mencapai 10 sampai 20 gram per
hari, jumlah yang sesuai dengan sepersepuluh sampai seperlima dari
jumlah seluruh natrium dalam tubuh. Pada saat yang sama, kalium
akan disimpan secara kuat dalam cairan ekstraseluler (Guyton dan
SKENARIO E BLOK V Page 18
Hall, 2014 : 1001). Jadi hiponatremia dan hiperkalemia yang dialami
Nn.Nn.Susi disebabkan oleh penurunan hormon aldosteron
Selanjutnya hipoglikemia disebabkan karena penurunan hormon
kortisol. Pada tubuh, kortisol berfungsi dalam pengaturan kadar
gluksoa pada tubuh. Karena kortisol berperan dalam perangsangan
glukoneogenesis. Karena kortisol menurun, maka glukoneogenesis
tidak ada yang menrangsangnya sehingga ketika kadar glukosa turun,
tubuh tidak bisa melakukan glukoneogenesis untuk meningkatkan
kembali kadar gluksoa pada tubuh.
Menurut Guyton dan Hall (2014 : 1005) efek metabolik kortisol
dan glukokortikoid lainnya terhadap metabolisme adalah
kemampuannya untuk merangsang glukoneogenesis (pembentukan
karbohidrat dari protein dan beberapa zat lain) oleh hati, sering kali
meningkatkan kecepatan glukoneogenesis sebesar 6 sampai 10 kali
lipat. Keadaan ini terutama disebabkan oleh dua efek kortisol.
Dalam merangsang glukoneogenesis, kortisol meningkatkan enzim-
enzim yang dibtuuhkan untuk mengubah asam-asam amino menjad
glukosa dalam sel-sel hati. Hal ini dihasilkan dari glukokortikoid
untuk mengaktifkan transkripsi DNA di dalam inti sel hati, disertai
dengan pembentukan RNA caraka yang selanjutnya dapat dipakai
untuk menyusun enzim-enzim yang dibutuhkan dalam proses
glukoneogenesis (Guyton dan Hall, 2014 : 1005),
Kortisol menyebabkan pengangkutan asam-asam amino dari
jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot. Akibatnya, semakin banyak
asam amino tersedia dalam plasma untuk masuk dalam proses
glukoneogenesis di hati dan oleh karena itu akan meningkatkan
pembentukan glukosa (Guyton dan Hall, 2014 : 1005).
c. Apa fungsi natrium, kalium, dan glukosa bagi tubuh?
Jawab :
Natrium
SKENARIO E BLOK V Page 19
Natrium atau sodium merupakan salah satu mineral
penting bagi tubuh. Menurut Kurniati (2013), natrium memiliki
fungsi:
- Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
- Berperan dalam proses penyerapan glukosa dalam ginjal
dan usus.
- Berperan dalam pengangkutan zat-zat melalui membran sel
dalam tubuh.
- Berperan dalam kontraksi otot dan fungsi saraf dalam tubuh
Kalium
Ion Kalium atau potassium merupakan kation terbanyak di
dalam sel (140 mEq/L). Kadar dalam darah 3,5mEq/L hanya
mewakili 2 % dari total kalium tubuh (TBK ~ 50 mEq/kgBB).
K+ penting dalam memelihara potensial membran dan pada fase
reporasiasi dari action potential pada neuron dan serabut otot.
Kalium merupakan ion bermuatan positif (kation) utama
yang terdapat di dalam cairan intrasellular (ICF) dengan
konsentrasi ±150 mmol/L. Menurut Kurniati (2013) fungsi
kalium sebagai berikut :
- Memelihara keseimbangan air.
- Transmisi saraf.
- Memelihara keseimbangan asam basa.
- Katalisator
- Kontraksi otot.
- Mengatur sekresi insulin dari prankes memelihara
permeabilitas membran sel.
Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakaridasederhana yang
mempunyai rumus molekul C6H12O6. adalah salah satu
Karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber
SKENARIO E BLOK V Page 20
tenagautama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk
sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen,
ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam
laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan
proteoglikan (Kurniati, 2013).
5. Dokter menduga Nn.Nn.Susi mengalami penurunan hormon kortisol dan
aldosteron.
a. Bagaimana anatomi kelenjar endokrin pada kasus ini ?
Jawab :
Aldosteron dan kortisol disekresikan oleh kelenjar adreal atau
glandula supraarenalis. Kedua kelenjar adrenal, yang masing-masing
mempunyai berat 4 gram terletak di kutub superior ginjal. Kelenjar
adrenal dibagi menjadi dua bagian, yaitu medula dan korteks. Medula
berfungsi untuk mensekresikan hormon epinefrin dan norepinefrin.
Korteks mensekresikan hormon kortikosteroid
Hormon kortikosteroid dibagi menjadi dua jenis hormon, yaitu
hormon adrenokortikoid dan hormon androgen adrenal.
Hormon adrenokortikoid dibentuk dari steroid yang berasal dari
kolestrol. Sebanyak 80% kolesterol yang digunakan untuk sistesis
steroid disediakan oleh lipoprotein densitas rendah (LDL) yang
bersikulasi di plasma.
Sintetis hormon adrenokortikoid sebagai berikut :
LDL di plasma masuk interstisial berikatan dengan
reseptor cekungan berselebung (coated pits) pada membran sel
adrenokortikoid coated pits membentuk vesikel vesikel
bersatu dengan lisosom kolesterol pada LDL dilepas
kolesterol dipakai untuk membuat steroid.
Sumber : Guyton dan Hall (2014 : 997-1000)
SKENARIO E BLOK V Page 21
b. Bagaimana pengaturan hormon kortisol di dalam tubuh?
Jawab :
Stres fisiologis hipotalamus mensekresikan faktor pelepas
kortikotropin (CRF) CRF mennuju hipofisis anterior
CRF merangsang sekresi ACTH ACTH mengaktifkan sel
adrenokortikoi produksi steroid sel-sel di zona fasikulata dan
retikularis untuk mensekresikan kortisol.
Sintesis
Menurut Guyton dan Hall (2014 : 1009) hampir semua jenis stres,
apakah bersifat fisik atau neurogenik, meyebabkan peningkatan
sekresi ACTH dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis
anterior. Seperti hormon hipofisis lain yang sekresinya diatur oleh
hipotalamus, sekresi ACTH juga diatur oleh suatu faktor pelepas yang
penting. Faktor pelepas ini disebut faktor pelepas kortikotropin (CRF).
Faktor ini disekresikan ke dalam pleksus kapiler utama dari sistem
portal hipofisis di eminensia mediana hipotalamus dan kemudian
dibawa ke kelenjar hipofisis anterior, tempat faktor pelepas
kortikotropin merangsang sekresi ACTH.
Kemudian ACTH mengaktifkan sel adrenokortikoid untuk
memproduksi steroid melalui peningkatan siklik adenosin monofosfat
(cAMP). Hal tersebut akan menyebabkan hipertrofi dan poliferasi sel-
sel adrenokortikoid, khususnya pada zola fasikulata dan retikularis
tempat kortisol dan androgen disekresikan (Guyton dan Hall, 2014 :
1009).
c. Bagaimana pengaturan hormon aldosteron di dalam tubuh?
Jawab :
Aldosteron merupakan mineralokortikoid fisiologis tubuh. Dengan
kata lain, aldosteron merupakan kortikosteroid adrenal yang
memperngaruhi konsentrasi dan pergerakan kation, terutama natrium
SKENARIO E BLOK V Page 22
(Na+) dan Kalium (K+). Sekresi aldosteron dikontrol oleh sistem renin-
angiotensin dan dengan pengaruh yang lebih sedikit, oleh ACTH.
Sintesis:
Menurut Greenstein (2010), aldosteron menstimulasi transpor aktif
natrium melalui dinding sel epitel. Kerja ini bergantung pada sintesis
protein. Sama dengan hormon steroid lainnya, aldosteron
menstimulasi sintesis de novoo protein, yang mengikatkan transpor
natrium di sel epitel tubulus kontortus distal ginjal, yang merupakan
lokasi kerja aldosteron di nefron.
d. Apa fungsi hormon kortisol dan aldosteron di dalam tubuh?
Jawab :
Menurut Greenstein (2010) fungsi kortisol dan aldosteron di
dalam tubuh adalah sebagai berikut.
Hormon Cortisol
Berfungsi :
a. Memacu metabolisme karbohidrat.
b. Meningkatkan respon imunitas tubuh.
Hipersekresi :
Bila terjadi kenaikan dalam penghasilan hormon ini akan
dapat menyebabkan cushing syndrome.
Hormon Aldosterone
Berfungsi :
a. Mengatur keseimbangan mineral dan air dalam ren.
b. Membuang kelebihan Kalium.
e. Bagaimana hubungan penurunan hormon kortisol dan aldosteron
dengan gejala yang dialami?
Jawab :
SKENARIO E BLOK V Page 23
Penurunan hormon aldosteron sekresi natrium meningkat dan
reabsorpsi kalium meningkat di tubulus ginjal hiponatremia dan
hiperkalemia
Hiponatremia volume cairan ekstrasel menurun curah
jantung menurun tekanan darah menurun hipotensi
Penurunan kortisol keseimbangan energi terganggu dan
glukoneogenesis tidak ada yang merangsang kadar glukosa
menurun hipoglikemia
Hiponatremia kadar Natrium menurun aksi potensial tidak
bisa terjadi kontraksi otot terhambat mudah lelah
Hipoglikemia kadar lukosa menurun otot kekurangan
energi karena tidak ada glukosa untuk diubah menjadi ATP
kontraksi otot terhambat mudah lelah
6. Bagaimana pandangan Islam pada kasus ini?
Jawab :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
شفاء له أنزل إال داء الله أنزل ما
“ Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut ” (H.R. Bukhari)
2.3.5 Kesimpulan
Nn.Susi, 35 tahun mengalami penurunan berat badan drastis, mudah
lelah, hipotensi, takikardi karena kemungkinan mengalami penurunan
SKENARIO E BLOK V Page 24
hormon kortisol dan aldosteron disebabkan karena gangguan kelenjar
adrenal
2.3.6 Kerangka Konsep
SKENARIO E BLOK V Page 25
Gangguan kelenjar adrenal
Penurunan hormon Aldoseron Penurunan hormon Kortisol
Glukoneogenesis MenurunPenurunan reabsobsi Na+ dan meningkatnya reabsobsi
K+ di Tubulus ginjal
Hipernatremia dan HiperkalemiaHipoglikemia
Hipotensi
Takikardi BB turun Drastis
Mudah Lelah