Upload
ngotu
View
224
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
Efek Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan
Doksorubisin Terhadap Gambaran Histopatologi
Hati, Ginjal dan Jantung Serta Enzim SGOT dan
SGPT Mencit (Mus musculus)
Anis Aulia Fiqriah
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FAMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA
SURABAYA
2014
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
SKRIPSI
Efek Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan
Doksorubisin Terhadap Gambaran Histopatologi
Hati, Ginjal dan Jantung Serta Enzim SGOT dan
SGPT Mencit (Mus musculus)
ANIS AULIA FIQRIAH
NIM. 051011264
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FAMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA
SURABAYA
2014
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul:
Efek Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) dan Doksorubisin Terhadap Gambaran Histopatologi
Hati, Ginjal dan Jantung Serta Enzim SGOT dan SGPT Mencit (Mus
musculus)
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu
Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan
akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/ karya ilmiah
ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, Agustus 2014
Anis Aulia Fiqriah
NIM. 051011264
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Anis Aulia Fiqriah
NIM : 051011264
Fakultas : Farmasi
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi/ tugas
akhir yang saya tulis dengan judul:
Efek Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) dan Doksorubisin Terhadap Gambaran Histopatologi
Hati, Ginjal dan Jantung Serta Enzim SGOT dan SGPT Mencit (Mus
musculus)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau
merupakan hasil dari plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi
berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Surabaya, Agustus 2014
Anis Aulia Fiqriah
NIM. 051011246
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
iv
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
v
Lembar Pengesahan
Efek Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) dan Doksorubisin Terhadap Gambaran Histopatologi
Hati, Ginjal dan Jantung Serta Enzim SGOT dan SGPT Mencit (Mus
musculus)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi
di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2014
Oleh :
ANIS AULIA FIQRIAH
NIM. 051011264
Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Prof. Dr. Sukardiman, MS, Apt. Dra. Rakhmawati, M.Si, Apt.
NIP. 196301091988101001 NIP. 195612121986012001
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Efek Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) dan Doksorubisin Terhadap Gambaran Histopatologi Hati,
Ginjal dan Jantung Serta Enzim SGOT dan SGPT Mencit (Mus musculus).
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas semua
keikhlasan bantuan yang diberikan, yaitu kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga ibu Dr. Hj. Umi
Athijah, M.S, Apt. yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menggunakan sarana dan prasarana yang diperlukan selama
penelitian yang saya lakukan.
2. Bapak Prof. Dr. Sukardiman, M.S, Apt. selaku Dosen Pembimbing
Utama, Ketua Proyek Penelitian dan Ketua Departemen
Farmakognosi dan Fitokimia yang dengan tulus ikhlas dan penuh
kesabaran membimbing dan memberikan masukan kepada saya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Ibu Dra. Rakhmawati, M.S, Apt. selaku dosen pembimbing serta
yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran membimbing dan
memberikan masukan kepada saya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Bapak Drs. Abdul Rahman, M.Si, Apt. dan Bapak Dr. rer.nat Mulja
Hadi Santosa, Apt. Selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan terhadap penyusunan skripsi ini.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
vii
5. Bapak Drs. Marcellino Rudiyanto, M.Si, Apt. Ph.D. selaku dosen
wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama
menyelesaikan program pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
6. Orang tua saya H. Abdul Qodir Shobirin dan Hj. Toeting Heri
Ariana yang saya hormati dan yang saya sayangi Anggrina Amalia
dan Sheila yang selalu memberikan dukungan, do’a, kesabaran dan
rasa sayangnya selama ini hingga saya dapat menyelesaikan
pendidikan hingga perguruan tinggi.
7. Para dosen pengajar di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang
telah membantu saya untuk melaksanakan pendidikan di Fakultas
Farmasi ini.
8. Para Laboran Departemen Farmakognosi dan Fitokimia (Pak Parto,
Pak Lismo, Pak Iwan, Mbak Aini, Mas Eko) terima kasih atas
bantuannya selama ini.
9. Muhammad Fuad Yasin yang selalu memberikan perhatian serta
dukungannya selama ini.
10. Teman-teman anti kanker (mbak Triana, Cacak, Lona dan Alfin),
teman-teman skripsi departemen farmakognosi (mbak nina, adi,
dinar, putri ary, rhida), teman-teman lab hewan (cupril, angga,
burhan, stevanie, katrin, halib, linggar, dita) terimakasih atas
kerjasamanya selama ini.
11. Teman-teman angkatan 2010 terima kasih banyaak atas suka
dukanya menjalankan pendidikan di Fakultas Farmasi ini.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
viii
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan ini.
Kritik dan Saran yang bersifat membangun akan sangat membantu. Akhir
kata saya ucapkan terima kasih.
Surabaya, Agustus 2014
Penyusun
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
ix
RINGKASAN Efek Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) dan Doksorubisin Terhadap Gambaran Histopatologi Hati, Ginjal dan Jantung Serta Enzim SGOT dan
SGPT Mencit (Mus musculus)
Anis Aulia Fiqriah
Sambiloto dan doksorubisin memiliki aktivitas yang sama
sebagai antikanker dengan mekanisme kerja yang sama yaitu sebagai
inhibitor topoisomerase II (Sukardiman dan Poerwono, 2001; Airley,
2009). Berdasarkan aktivitas dan mekanisme yang sama, maka dapat
dimanfaatkan untuk terapi kombinasi yang bertujuan untuk
mendapatkan sinergisme dan dapat menurunkan efek samping yang
ditimbulkan oleh penggunaan terapi secara tunggal.
Perlakuan yang diberikan adalah menginduksi mencit jantan dengan
larutan benzo(a)pirena 0,3% (b/v) dalam oleum olivarum (Ekowati et
al., 2012) secara subkutan. Induksi benzo(a)pirena dilakukan selama
10 hari setiap 2 hari sekali sebanyak 0,2 ml pada bagian tengkuk
mencit. Selanjutnya dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan,
kelompok CMC-Na 0,5% yang diberikan secara oral dengan sonde
lambung setiap hari selama 14 hari. Kelompok FDL, larutan ujinya
berupa fraksi diterpen lakton sambiloto yang di suspensikan kedalam
CMC-Na 0,5%. Diberikan setiap hari selama 14 hari dengan dosis
594,80 mg/kgBB mencit. Kelompok DOX, diinjeksikan
doksorubisin secara intraperitonial dengan dosis 1,2 mg/Kg BB
mencit pada hari pertama terapi. Kelompok DOX+FDL diberikan
kombinasikan dosis dari fraksi diterpen lakton dengan doxorubisin.
Doxorubisin diinjeksikan secara intraperitonial pada hari pertama
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
x
dan fraksi diterpen lakton diberikan secara oral menggunakan sonde
lambung. Pada hari ke 15 mencit dibedah dan diambil darahnya
secara intracardial dan organ hati, ginjal dan jantung di ambil untuk
dibuat preparat histopatologinya. Pengaruh dari pemberian terapi
didasarkan pada perubahan keadaan histopatologi masing-masing
irisan histopatologi yaitu keadaan inti sel, keadaan sitoplasma dan
jumlah sel yang mengalami degenerasi dan nekrosis pada masing-
masing kelompok perlakuan.
Pada pengamatan irisan histopatologi hati, hasil analisis
Kruskal Wallis untuk degenerasi diperoleh harga Asymp.Sig = 0,419
Untuk nekrosis diperoleh harga Asymp.Sig =0,262. Sig > α
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna diantara semua
kelompok perlakuan. Pada irisan histopatologi ginjal, hasil analisis
Kruskal Wallis untuk degenerasi diperoleh harga Asymp.Sig =
0,166. Sig > α. Untuk kriteria nekrosis, didapatkan Asymp. Sig < α,
yaitu sebesar 0.001 menunjukkan ada perbedaan bermakna pada
kerusakan nekrosis ginjal antar kelompok, dilanjutkan dengan uji Z
didapatkan hasil antara kelompok normal-kontrol negatif CMC-Na
(0,0059) mempunyai perbedaan signifikan ini disebabkan karena
pengaruh induksi benzo(a)pirene yang dapat menyebabkan
kerusakan nekrosis pada ginjal. Pada irisan histopatologi jantung,
hasil analisis Kruskal Wallis untuk degenerasi diperoleh harga
Asymp.Sig = 0,025. Untuk kriteria nekrosis, Asymp. Sig = 0,040 Sig
< α, Sehingga ada perbedaan bermakna pada kerusakan degenerasi
dan nekrosis jantung mencit antar kelompok. Untuk mengetahui
kelompok mana saja yang berbeda makna, dilanjutkan uji
perbandingan berganda (uji Z 5%) didapatkan hasil ada perbedaan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xi
bermakna pada kelompok perlakuan kontrol negatif CMC-Na-DOX
dan kelompok DOX dengan DOX+FDL dapat disimpulkan bahwa
pemberian kombinasi antara FDL dengan Doksorubisin dapat
memberikan efek protektif terhadap organ jantung.
Parameter selanjutnya adalah SGOT dan SGPT darah
mencit. Hasil yang didapat untuk SGOT setelah diuji analisis varian
satu arah (ANAVA) pada tingkat kepercayaan 95%. didapatkan
harga sig = 0,249 untuk SGPT setelah dianalisis didapatkan harga sig
= 0,118, Sig < α. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
bermakna diantara kontrol dengan semua kelompok perlakuan.
Dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara FDL dengan
Dokrorubisin tidak dapat menurunkan toksisitas doksorubisin
terhadap aktivitas enzim.
Berdasarkan pada pengamatan kedua parameter tersebut
yakni pengujian enzim SGOT, SGPT dan pengamatan histopatologi
dari hati, ginjal dan jantung mencit dapat dsimpulkan bahwa
kombinasi fraksi diterpen lakton sambiloto dengan doksorubisin
tidak dapat menurunkan toksisitas doksorubisin terhadap organ hati
berdasarkan aktivitas enzim SGOT dan SGPT. Tetapi dapat
menurunkan toksisitas doksorubisin terhadap organ ginjal dan
jantung berdasarkan gambaran histopatologi ginjal dan jantung
mencit.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xii
ABSTRACT The Combination Effects of Diterpene Lactone Fraction of Sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) and Doxorubicin Based on Organ Histopathology (Liver, Kidney & Heart) and SGOT &
SGPT Enzymes in Mice (Mus musculus)
Anis Aulia Fiqriah
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) and doxorubicin have
same activity and mechanism, it can be used for combination therapy to get
synergism effect and reduce the side effects caused by the use a single
therapy. Were induced mice with benzo(a)pyrene 0.3% (w/v) in oleum
olivarum subcutaneously. The results for SGOT after one-way analysis of
variance test (ANOVA) with 95% confidence level. At 95% Sig is greater
than 0.05. The result of Kruskal-Wallis histopathology liver and kidney
histhopathology of the degeneration and necrosis showed significant
difference between groups. There is significant difference in normal and
group induced benzo(a)pirene. At the heart histopathology of degeneration
Asymp. Sig = 0,025; necrosis Asymp. Sig 0,040 showed significant
difference, continued by Z test 5%, there was significant difference for
degeneration and necrosis in combination doxorubisin compare to single
doxo. The combination of sambiloto and doxorubicin can’t reduce the side
effects caused by using single therapy of doxorubicin based on Ezim SGOT
& SGPT but can reduce the side effects based on organ histopathology (
kidney and heart) in mice.
Keyword: Sambiloto, doxorubicin, histopathology liver, kidney, heart,
SGOT, SGPT, Mice.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………..ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN PROYEK ..................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
RINGKASAN ........................................................................................... ix
ABSTRACT ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPRAN .............................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................5
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Andrographis paniculata Nees
2.1.1 Klasifikasi ......................................................... 7
2.1.2 Sinonim ............................................................. 7
2.1.3 Nama Daerah ..................................................... 8
2.1.4 Deskripsi Tanaman ............................................ 8
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xiv
2.2 Kandungan dan Kegunaan Andrographis paniculata Nees
2.2.1 Kandungan Andrographis paniculata Nees ...... 9
2.2.2 Kegunaan Tanaman ........................................... 11
2.3 Tinjauan tentang Doksorubisin........................................ 11
2.4 Tinjauan tentang Benzo(a)pirena .................................... 12
2.5 Tinjauan tentang Simplisisa dan Ekstrak
2.5.1 Definisi simplisia ............................................... 14
2.5.2 Def inisi ekstrak ................................................ 15
2.5.3 Proses pembuatan ekstrak ................................. 15
2.6 Tinjauan tentang sifat fisika kimia dan farmakokinetika
ekstrak Sambiloto ............................................................ 15
2.7 Tinjauan tentang Hati
2.7.1 Anatomi dan fisiologi hati ................................. 16
2.7.2 Tes Gangguan Fungsi Hati ................................ 17
2.7.3 Tinjauan Parameter Kerusakan Hati .................. 19
2.8 Tinjauan tentang Ginjal
2.8.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal ............................ 20
2.8.2 Fungsi Ginjal ..................................................... 22
2.8.3 Deteksi Kerusakan Ginjal .................................. 24
2.9 Tinjauan tentang Jantung ................................................. 25
2.10 Tinjauan tentang SGOT dan SGPT ................................. 29
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Uraian Mengenai Kerangka Konseptual ....................... 31
3.2 Skema Kerangka Konsep .............................................. 34
3.3 Hipotesis Penelitian ...................................................... 35
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xv
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Bahan Penelitian .............................................................. 36
4.1.1 Bahan Uji ......................................................... 36
4.1.2 Bahan Kimia dan Bahan Lain........................... 36
4.1.3 Hewan Coba ...................................................... 36
4.1.4 Alat Penelitian ................................................... 36
4.2 Prosedur Penelitian
4.2.1 Penyiapan Hewan Coba..................................... 37
4.2.2 Induksi Benzo(a)pirena ..................................... 37
4.2.3 Perhitungan Jumlah Benzo(a)pirena .................. 38
4.2.4 Cara Pembuatan Larutan Benzo(a)pirena .......... 38
4.2.5 Penyiapan Bahan Uji ......................................... 39
4.2.5.1 Perhitungan Dosis Doksorubisin ......... 39
4.2.5.2 Perhitungan Dosis Fraksi Diterpen
Lakton ................................................ 40
4.2.6 Perlakuan terhadap Hewan Coba....................... 41
4.2.7 Pengambilan Darah Hewan coba....................... 43
4.2.8 Pengambilan Organ Hati, Ginjal dan Jantung ... 43
4.2.9 Pemeriksaan Serum Hewan Coba ..................... 43
4.2.9.1 Pemeriksaan SGOT ............................. 44
4.2.9.2 Pemeriksaan SGPT .............................. 44
4.2.9.3 Pembuatan Preparat Histopatologi Hati,
Ginjal dan Jantung ............................... 45
4.3 Analisis Data
4.3.1 Analisis Data Enzim SGOT dan SGPT ............. 47
4.3.2 Analisis Data Preparat Histopatologi ................ 48
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xvi
4.4 Skema Penelitian
4.4.1 Pemberian Bahan Uji .............................................. 50
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Penimbangan Organ Mencit ............................................... 51
5.1.1 Penimbangan Organ Hati Mencit ............................. 51
5.1.2 Penimbangan Organ Ginal Mencit ........................... 53
5.1.3 Penimbangan Organ Jantung Mencit ........................ 55
5.2 Pemeriksaan Histopatologi Mencit .................................... 57
5.2.1 Pemeriksaan Histopatologi Hati Mencit ................... 57
5.2.2 Pemeriksaan Histopatologi Ginjal Mencit ................ 64
5.2.3 Pemeriksaan Histopatologi Jantung Mencit ............. 71
5.3 Pemeriksaan Kimia Klinik Hewan Coba ........................... 80
BAB VI PEMBAHASAN
Pembahasan ................................................................................... 84
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ......................................................................... 94
7.2 Saran ................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 96
LAMPIRAN ............................................................................................. 103
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Andrographis paniculata Nees ........................................... 7
2.2 Struktur kimia senyawa andrografolida .............................. 9
2.3 Reaksi aktivasi Benzo(a)pirena .......................................... 14
2.4 Anatomi Jantung ................................................................. 27
3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 34
4.1 Pemberian Bahan Uji .......................................................... 50
5.1 Histogram Rata-rata Persentase Berat Hati terhadap Berart
badan Mencit ...................................................................... 52
5.2 Histogram Rata-rata Persentase Berat Ginjal terhadap Berat
Badan Mencit ..................................................................... 54
5.3 Histogram Rata-rata Persentase Berat Jantung terhadap Berat
Badan Mencit..................................................................... 56
5.4 Histopatologi Hati Mencit .................................................. 63
5.5 Histopatologi Ginjal Mencit ............................................... 79
5.6 Histopatologi Jantung Mencit ............................................. 79
5.7 Histogram Rata-rata Kadar SGOT Mencit Setiap
Perlakuan ........................................................................... 81
5.8 Histogram Rata-rata Kadar SGPT Mencit Setiap
Perlakuan ............................................................................ 82
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Kategori dan Penilaian Kerusakan Organ ............................ 49
5.1 Berat Organ Hati Mencit ..................................................... 51
5.2 Berat Organ Ginjal Mencit .................................................. 54
5.3 Berat Organ Jantung Mencit ................................................ 56
5.4 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Degenerasi pada
Preparat Histopatologi Hati Mencit .................................... 58
5.5 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Nekrosis pada
Preparat Histopatologi Hati Mencit .................................... 59
5.6 Harga Rangking Rata-rata Nekrosis Hati Mencit Tiap
Kelompok Perlakuan .......................................................... 61
5.7 Perhitungan Zhitung Selisih Rangking Rata-rata untuk
Pengamatan Neksrosis Hati Mencit ................................... 62
5.8 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Degenerasi pada
Preparat Histopatologi Ginjal Mencit ................................. 55
5.9 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Nekrosis pada
Preparat Histopatologi Ginjal Mencit ................................. 66
5.10 Harga Rangking Rata-rata Nekrosis Ginjal Mencit Tiap
Kelompok Perlakuan .......................................................... 68
5.11 Perhitungan Zhitung Selisih Rangking Rata-rata untuk
Pengamatan Neksrosis Ginjal Mencit ................................ 69
5.12 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Degenerasi pada
Preparat Histopatologi Jantung Mencit .............................. 72
5.13 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Nekrosis pada
Preparat Histopatologi Hati Mencit .................................... 73
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xix
5.14 Harga Rata-rata Degenerasi Jantung Mencit Tiap Kelompok
Perlakuan ............................................................................ 75
5.15 Perhitungan Zhitung dengan Selisih Rangking Rata-rata untuk
Pengamatan Degenerasi Jantung Mencit ............................ 76
5.16 Harga Rangking Rata-rata Nekrosis Jantung Mencit Tiap
Kelompok Perlakuan .......................................................... 77
5.17 Perhitungan Zhitung dengan Selisih Rangking Rata-rata untuk
Pengamatan Nekrosis Jantung Mencit ............................... 78
5.18 Hasil Pemeriksaan SGOT pada Serum Darah Mencit
Coba .................................................................................. 80
5.19 Hasil Pemeriksaan SGOT pada Serum Darah Mencit
Coba .................................................................................. 81
5.20 Nilai Signifikansi Data SGOT dan SGPT Berdasarkan
Analisis One-Way ANOVA ............................................... 83
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1- Pembuatan Fraksi Diterpen Lakton ................................ 103
Lampiran 2- Penetapan Kadar Andrografolida dalam Sediaan Serbuk
Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto .......................................... 105
Lampiran 3- Hasil Penetapan Kadar Andrografolida dalam Fraksi
Diterpen Lakton Sambiloto ...................................................... 107
Lampiran 4- Volume Maksimum yang Dapat Diberikan pada Hewan
Coba ......................................................................................... 107
Lampiran 5- Konversi Perhitungan Dosis untuk Beberapa Jenis Hewan
dan Manusia ............................................................................. 110
Lampiran 6- Pembuatan Larutan CMC-Na 0,5% (B/V) ..................... 111
Lampiran 7- Analisis One-Way Anova Data SGOT dan SGPT .......... 112
Lampiran 8- Analisis One-Way Anova Data Persen Berat Hati terhadap
Berat Badan Mencit ................................................................ 114
Lampiran 9- Analisis One-Way Anova Data Persen Berat Ginjal
terhadap Berat Badan Mencit ..................................................... 115
Lampiran 10- Analisis One-Way Anova Data Persen Berat Jantung
terhadap Berat Badan Mencit ..................................................... 116
Lampiran 11- Analisis Kruskal-Wallis Data Histopatologi Hati ....... 117
Lampiran 12- Analisis Kruskal-Wallis Data Histopatologi Ginjal .... 118
Lampiran 13- Analisis Kruskal-Wallis Data Histopatologi Hati ........ 119
Lampiran 14- Tabel Z ........................................................................ 120
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyebab penyakii utama kematian di
seluruh dunia. Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua
setelah penyakit kardiovaskular. Menurut laporan WHO tahun 2003, setiap
tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi
peningkatan setiap tahunnya kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun
2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta
kedepan bila tidak dilakukan interverensi yang memadai (Depkes RI, 2009).
WHO mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker
dalam rentang waktu 2005-2015. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar
2007 menyebutkan bahwa prevalensi penyakit tumor di Indonesia adalah
4,3. Pada tahun 2003 jumlah penderita kanker di dunia mencapai 10 juta
orang, dan pada tahun 2020 diperkirakan naik menjadi 20 juta (Depkes RI,
2009).
Kanker merupakan penyakit yang belum diketahui penyebabnya
secara pasti, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor resiko, seperti merokok,
diet yang tidak sehat, faktor lingkungan, obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
pola makan dan stress. Data statistik Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
tahun 2006, mnunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan
pertama (19,46%), disusul kanker leher rahim (11,07%), kanker hati dan
saluran empedu intrahepatik (8,12%), Limfoma non Hodgkin (6,77%) dan
leukimia (5,93%) (Depkes RI, 2009).
Salah satu upaya meningkatkan pemanfaatan bahan alam Indonesia
yang terjamin mutu, khasiat dan keamanannya sehingga dapat
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
2
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan dapat digunakan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat, saat ini badan POM bekerjasama
dengan beberapa perguruan tinggi sedang meniliti 9 tanaman obat unggulan
nasional sampai ke tahap uji klinis, salah satu diantaranya adalah sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) (Sukandar, 2004).
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dikenal
sebagai tumbuhan obat yang mempunyai banyak khasiat di berbagai negara,
antara lain untuk mengobati penyakit kanker, influenza, anti inflamasi, anti
malaria, anti virus, anti hepatotoksik, anti HIV, dan lain sebagainya (Behr,
2002).
Andrographis paniculata Nees mengandung zat pahit andrografolida
yang dapat menghambat aktivitas sel mieloma leukimia pada tikus
(Matsuda, 1994). Penelitian pendahuluan telah dilakukan terhadap herba
sambiloto dan disimpulkan bahwa fraksi metanol herba sambiloto
menunjukkan aktivitas inhibitor enzim DNA Topoisomerase II yang sangat
poten dengan harga MED (Minimum Efficient Dose) sebesar 0,1 µg/mL.
Selain itu juga didapatkan hasil fraksinansi dan pemurnian ekstrak metanol
sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dapat diisolasi dan diidentifikasi
senyawa aktif inhibitor ezim DNA Topoisomerase II yaitu senyawa
andrografolida (Sukardiman dan Poerwono, 2001). Sambiloto tidak boleh
dikonsumsi oleh wanita hamil. Dapat menimbulkan reaksi anafilaksis bagi
yang alergi. (Panossian, et al.,2002). Hindari peggunaan jangka panjang
bersamaan dengan obat imunosupresan, hati-hati pada pasien
kardiovaskular, jika mengkonsumsi bersamaan dengan obat antipletelet atau
antikoagulan karena sambiloto dapat menghambat agregasi platelet.
(Daniel, 2000).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
3
Pada uji in vitro, andrografolida mampu menekan fosforilasi IL-6-
induced STAT3 (Signal Transducer and Activator of Transcription 3) dan
translokasi inti subsequent dalam sel kanker secara signifikan.
Penghambatan tersebut ditemukan melalui supresi Janus-activated kinase
(JAK) 1/2 dan interaksi antara STAT3 dan gp130. Untuk memahami
mekanisme biologis efek penghambatan andrografolida pada STAT3,
dilakukan penelitian tentang efek andrografolida pada doxorubicin-induced
apoptosis pada sel kanker manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
andrografolida meningkatkan sensitivitas sel kanker terhadap doksorubisin
terutama melalui supresi STAT3. Dengan demikian fungsi antikanker baru
dari andrografolida bisa menjadi strategi terapi yang potensial dalam
kombinasi dengan agen kemoterapi (doksorubisin) untuk pengobatan
kanker (Zhou et al., 2010).
Penggunaan agen kemoterapi sistemik bukan saja tidak begitu efektif
namun juga tidak selektif dan sangat toksik bagi jaringan lain yang normal.
Doksorubisin merupakan salah satu agen kemoterapi yang banyak
digunakan dalam terapi kanker. Doksorubisin spesifik untuk fase S dan
G2/M dalam siklus sel, yaitu sebagai inhibitor topoisomerase II, yang
menyebabkan pemecahan double-strand DNA (Anderson et al., 2002;
Airley, 2009). Mekanisme antineoplastiknya melibatkan ikatan dengan
DNA melalui interkalasi diantara pasangan basa serta menghambat sintesis
DNA dan RNA melalui pengacauan template dan halangan sterik.
Kemungkinan mekanisme lain dari doksorubisin adalah melibatkan ikatan
dengan lipid membran sel. Hal ini akan mengubah berbagai fungsi seluler
dan berinteraksi dengan topoisomerase II membentuk kompleks pemotong
DNA (Baguley dan Kerr, 2002).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
4
Doksorubisin menghambat faktor transkripsi HIF-1 melalui
ikatannya dengan DNA sel yang mengalami hipoksia, sehingga dapat
menurunkan ekspresi VEGF, SDF1 dan SCF dikarenakan mobilisasi CAC
yang kemudian dapat menghambat vaskularisasi tumor. Selain itu,
doksorubisin juga menghambat pertumbuhan sel melalui mekanisme
pengaktifan faktor antiangiogenesis pada sel tumor EF43.fgf-4 dan
menekan faktor proangiogenik pada sel tumor MCF-7 (Devy et al., 2004).
Doksorubisin memberikan efek toksisitas pada kardiovaskular
dengan mengubah tingkat protein mitokondria dalam otot jantung. Dengan
mengubah tingkat protein mitokondria siklus redoks doksorubisin dan
NADH dehidrogenase diintensifkan. Jika diberikan doksorubisin, tingkat
ROS disesuaikan dengan reseptor 4(TLR4) yang meningkatkan tingkat dari
faktor tumor nekrosis. Jika akumulasi doksorubisin seumur hidup
mendekati 500 mg/m2, dapat meningkatkan resiko cardiomyopathy dan
sering mengakibatkan gagal jantung kongestif pada 20% pasien. Toksisitas
pada ginjal terjadi ketika diketahui doksorubisin menyebabkan nefropati
dan proteinuria dengan melukai gromerular (Oktay Tacar et al. 2012).
Pengurangan dosis mampu mengurangi efek samping doksorubisin
(Wattanapitayakul et al., 2005) oleh karenanya menjadi tantangan untuk
dapat memperbaiki aplikasi klinik agen kemoterapi supaya lebih efektif.
Salah satu pendekatan yang kini sedang mendapatkan perhatian adalah
penggunaan kombinasi kemoterapi, dimana senyawa kemoprevensi yang
bersifat non-toksik atau lebih tidak toksik dikombinasikan dengan agen
kemoterapi untuk meningkatkan efikasinya dengan menurunkan
toksisitasnya terhadap jaringan yang normal. Dengan latar belakang ini
dilakukan penelitian terhadap agen-agen kemoprevensi untuk mencari
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
5
kandidat yang memiliki efek sinergis dalam kombinasi dengan obat
antikanker.
Untuk mengetahui efek toksik yang akan terjadi pada hati, ginjal,
jantung bila kombinasi antara doksorubisin dengan senyawa andrografolida
digunakan secara in vivo, perlu dilakukan penelitian tentang aktivitas
antikanker dari senyawa andrografolida herba sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) secara in vivo. Penelitian secara in vivo dapat dilakukan
dengan menggunakan hewan coba mencit yang diinduksi dengan larutan
benzo(a)pirena dalam oleum ovarium secara subkutann untuk menghasilkan
jaringan kanker. Mencit yang menderita kanker diterapi dengan suspensi
senyawa andrografolida dari isolat herba sambiloto yang diberikan dalam
dosis tertentu. Kemudian dilihat dari irisan histopatologi jantung, hati, dan
ginjal pada mencit yang mengalami perubahan setelah di terapi
menggunakan kombinasi dari doksorubisin dengan fraksi diterpen lakton
pada sambiloto.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah campuran fraksi diterpen lakton dari herba sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) dan Doksorubisin dapat menimbulkan efek
terhadap gambaran histopatologi ginjal, hati dan jantung serta enzim SGOT
dan SGPT mencit (Mus musculus) yang telah di induksi kanker dengan
benzo(a)pirene?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui efek kombinasi fraksi diterpen lakton sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) dan Doksorubisin terhadap gambaran
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
6
histopatologi hati, ginjal, dan jantung serta enzim SGOT dan SGPT mencit
(Mus musculus) yang telah di induksi kanker dengan benzo(a)pirene?
1.4 Manfaat Penelitian
Dapat melengkapi data ilmiah mengenai pengaruh pemberian
kombinasi fraksi diterpen lakton sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
dan Doksorubisin terhadap gambaran histopatologi hati, ginjal, dan jantung
serta enzim SGOT dan SGPT mencit (Mus musculus) yang telah di induksi
kanker dengan benzo(a)pirene?
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan tentang Andrographis paniculata Nees
2.1.1. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Solanales
Famili (suku) : Acanthaceae
Genus (marga) : Andrographis
Spesies (jenis) : Andrographispaniculat (Burm.f) Nees
(Backer and Bakhuizen, 1965)
Gambar 2.1. Andrographis paniculata Ness (Jarukamjorn dan Nemoto,
2008)
2.1.2. Sinonim
Justica paniculata Nees
Justicia latrebosa Russ
Justicia stricta Lamk
(Wijayakusuma, 1996)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
8
2.1.3. Nama Daerah
Jawa : Sambiloto, bidara, sadilata, takila (Jawa) Ki oray, ki
peurat, takilo (Sunda)
Sumatera : Pepaitan (Melayu) Ampadu tanah (Minang)
(Badan POM, 2002)
2.1.4. Deskripsi Tanaman
Habitus terna semusin yang masuk jeruju-jerujuan ini dapat
tumbuh liar ditempat-tempat terbuka seperti pinggir jalan, di ladang,
tanah kosong yang tanahnya agak lembab, atau ditanam dipekarangan
sebagai tanaman obat. Tanaman ini mudah menjadi banyak dan terdapat
di dataran rendah sampai 700 meter di atas permukaan laut. Tinggi
sekitar 40-90 cm.
Batangnya berbentuk persegi empat dengan nodus yang
membesar dan banyak bercabang (anonim, 1979)
Daunnya berbentuk lanset, ujung daun dan pangkal daunnya
tajam, tepi daun rata, panjang daun 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm
sampai 3 cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm, daun bagian
atas bentuknya seperti daun pelindung (Anonim, 1979)
Bunganya majemuk, berbentuk tandan di ketiak daun dan ujung
batang, kelopak lanset, berbagi lima, pangkal berkelatan, hijau, benang
sari dua, bulat panjang, kepala sari bulat, ungu, putik pendek, kepala
putik ungu kecoklatan, mahkota lonjong, pangkal berlekatan ujung
pecah menjadi empat, bagian dalam putih bernoda ungu, bagian luar
berambut, merah (Wijayakusuma, dkk. 1996).
Buah bentuknya memanjang sampai jorong dengan panjang
sekitar 1,5 cm dan lebar 0,5 cm, pangkal dan ujungnya tajam, bila masak
akan pecah membujur menjadi 4 keping (Wijayakusuma, dkk. 1996).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
9
Bijinya gepeng kecil, berwarna coklat muda, mudah diperbanyak
denga biji (Wijayakusuma, dkk. 1996).
2.2. Kandungan dan kegunaan Androraphis paniculata Nees
2.2.1. Kandungan Andrographis paniculata Nees
Sambiloto mengandung andrographolide, andropraphiside, 14-
deoxyandrographolide, deoxyandrographiside, 140deoxy-11, 12-
didehydroandrographolide, neoandrographolide, 14-epi-14deoxy-12-
methoxyandrographolide, 14-deoxy-12-hydroxyandrographolide, 14-
deoxy-11-hydroxyandrographolide, 14-deoxy-11, 12-
hydroxyandrographolide, 6’-acetylneonandrographolide,
bisandrographolide A, B, C dan D (Matsuda et al., 1994). Diamping
itu, daun sambiloto mengandung saponin, flavonoid, alkaloid dan
tanin. Kandungan kimia lain yang terdapat pada daun dan batang
adalah lakton, panikulum, kalmegin dan hablur kuning yang memiliki
rasa pahit (Yusron et al., 2005)
Gambar 2.2 Struktur kimia senyawa andrografolida (Harjotaruno et
al.,2007).
Andrografolida memodulasi berbagai jalur biokimia sel-sel
kanker, sehingga dapat menghambat pertumbuhan tumor. Senyawa ini
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
10
memiliki efek sitotoksik terhadap berbagai sel kanker yang sifatnya
tergantung dosis dan waktu. Andrografolida menghambat faktor-
faktor, seperti siklin A, D, Cdk2, Cdk4, NF- Κb, VEGF, E-selectin,
VCAM, Akt, TNF, dan Bcl2 yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
nutrisi, dan metastasis tumor. Sementara itu, anndrografolida dapat
meningkatkan tumor suppressor elements seperti p53, caspases,
protein penghambat p21, p16, p27 seperti yang diamati pada berbagai
penelitian potensi anti kanker andrografolida. Peningkatan death
reseptor 4 (DR-4) memfasilitasi Tumor Necrosis Factor-Related
Apoptosis-Inducing Ligand (TRAIL) dalam induksi apoptosis secara
signifikan. Efek kumulatif dari semua kejadian faktorial ini
menyebabkan inhibisi pertumbuhan sel kanker (Varma et al., 2009).
Efek protektif andrografolida telah dikaji terhadap toksisitas yang
diinduksi oleh nikotin yang menyebabkan stres oksidatif pada berbagai
organ seperti hati, ginjal, jantung, paru, dan limpa. Pemberian
andrografolida secara signifikan dapat menurunkan peroksidasi lipid,
oksidasi protein, dan menaikkan status enzim anti oksidan pada
berbagai organ (Neogy et al., 2007). Andrografolida juga memiliki
efek protektif terhadap organ hati dan ginjal yang mengalami toksisitas
hasil induksi etanol. Pemberian andrografolida sebelum induksi etanol
dapat menurunkan peroksidasi lemak pada hati dan ginjal (Singha et
al., 2006). Efek protektif andrografolida terhadap sel otot jantung juga
dibuktikan pada penelitian Woo et al., 2008.
Efek samping yang dapat di timbulkan oleh andrografolida
tergolog ringan dan jarang terjadi seperti alergi, kelelahan, sakit
kepala, nyeri kelenjar getah bening, mual, diare. Tetapi untuk
penggunaan Sambiloto sebagai terapi jangka panjang penggunaannya
harus hati-hati. (Jarukamjorn dan Nemoto, 2008)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
11
2.2.2. Kegunaan Tanaman
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk mengobati tifus, demam, gatal-gatal, gigitan serangga
dan ular berbisa dan kencing manis (Heyne, 1987). pengobatan hepatitis,
infeksi saluran empedu, disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang
amandel (tonsilitis), abses paru, malaria, radang paru (pneumonia),
radang saluran nafas (bronkhitis), radang ginjal akut, radang telinga
tengah, radang usus buntu, sakit gigi, demam, gonorrhea, diabetes, TB
paru, skrofuloderma, pertusis, asma, leptospirosis, kusta, keracunan
karena jamur, singkong, tempe bongkrek, dan makanan laut, kanker,
penyakit trofoblas, kehamilan anggur, trofoblas ganas, tumor paru
(Depkes RI, 1979).
2.3 Tinjauan tentang Doksorubisin
Doksorubisin merupakan antibiotika antrasiklin yang diisolasi dari
Streptomyces peuceutius var. Caesius. Meskipun merupakan antibiotika
namun doksorubisin tidak digunakan sebagai antimikroba. Senyawa ini
telah digunakan untuk mengobati kanker sejak akhir tahun 1960-an dan
menunjukkan potensi yang kuat dalam melawan kanker (Baguley dan Kerr,
2002).
Doksorubisin spesifik untuk fase S dan G2/M dalam siklus sel, yaitu
sebagai inhibitor topoisomerase II, yang menyebabkan pemecahan double-
strand DNA (Anderson et al., 2002; Airley, 2009). Mekanisme
antineoplastiknya melibatkan ikatan dengan DNA melalui interkalasi
diantara pasangan basa serta menghambat sintesis DNA dan RNA melalui
pengacauan template dan halangan sterik. Kemungkinan mekanisme lain
dari doksorubisin adalah melibatkan ikatan dengan lipid membran sel. Hal
ini akan mengubah berbagai fungsi seluler dan berinteraksi dengan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
12
topoisomerase II membentuk kompleks pemotong DNA (Baguley dan Kerr,
2002).
Doksorubisin menghambat faktor transkripsi HIF-1 melalui ikatannya
dengan DNA sel yang mengalami hipoksia, sehingga dapat menurunkan
ekspresi VEGF, SDF1 dan SCF dikarenakan mobilisasi CAC yang
kemudian dapat menghambat vaskularisasi tumor. Selain itu, doksorubisin
juga menghambat pertumbuhan sel melalui mekanisme pengaktifan faktor
antiangiogenesis pada sel tumor EF43.fgf-4 dan menekan faktor
proangiogenik pada sel tumor MCF-7 (Devy et al., 2004).
Doksorubisin memberikan efek toksisitas pada kardiovaskular dengan
mengubah tingkat protein mitokondria dalam otot jantung. Dengan
mengubah tingkat protein mitokondria siklus redoks doksorubisin dan
NADH dehidrogenase diintensifkan. Jika diberikan doksorubisin, tingkat
ROS disesuaikan dengan reseptor 4(TLR4) yang meningkatkan tingkat dari
faktor tumor nekrosis. Jika akumulasi doksorubisin seumur hidup
mendekati 500 mg/m2, dapat meningkatkan resiko cardiomyopathy dan
sering mengakibatkan gagal jantung kongestif pada 20% pasien. Toksisitas
pada ginjal terjadi ketika diketahui doksorubisin menyebabkan nefropati
dan proteinuria dengan melukai gromerular (Oktay Tacar et al. 2012).
2.4. Tinjauan tentang Benzo(a)pirena
Benzo(a)pirena adalah karsinogen kimia yang menyebabkan peristiwa
perubahan dari sel normal menjadi sel-sel kanker. Benzo(a)pirena
merupakan senyawa karsinogenik kimia yang termasuk golongan
hidrokarbon polisiklik aromatik (HPA) dan berada dalam bentuk
procarcinogen atau activating dependent, dimana agar dapat menjadi
karsinogen yang aktif harus melalui perubahan metabolis atau tahapan
aktivasi.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
13
Prokarsinogen bukan jenis senyawa yang secara kimia bersifat reaktif,
sedangkan karsinogen ultimat acapkali sangat reaktif. Karsinogen ultimat
biasanya merupakan unsur elektrofilik (molekul-molekulnya kurang
mengandung elektron) yang mudah menyerang gugus nukleofilik
(molekulnya kaya akan elektron) dalam DNA, RNA, dan protein (Murray,
1999).
Enzim-enzim yang bertanggung jawab terhadap aktivasi metabolik
untuk zat-zat prokarsinogen pada prinsipnya merupakan aktivasi enzim
sitokrom P-450 yang terdapat dalam retikulum endoplasma (Murray, 1999).
Diduga benzo(a)pirena dimetabolisir menjadi senyawa antara bentuk
epoksidanya, yaitu 4,5-oksida benzo(a)pirena. Bentuk epoksida tersebut
dapat dideteksi dan diidentifikasi sebagai metabolit dalam preparat
mikrosom hati tikus yang diinkubasi bersama-sama dengan benzo(a)pirena
dengan NADPH2. Di sini terjadi epoksida pada ikatan rangkap yang disebut
sebagai daerah K, yang merupakan daerah dengan kerapatan elektron paling
tinggi dan merupakan ikatan rangkap yang paling reaktif sehingga mudah
dioksidasi menjadi epoksida. Senyawa 4,5-oksida benzo(a)pirena tersebut,
diduga akan diubah menjadi bentuk aril karbonium yang reaktif, yang
membentuk ikatan kovalen dengan basa dari DNA. Pendapat lain menduga
bahwa benzo(a)pirena dimetabolisir menjadi bentuk epoksidanya, tetapi
bentuk 7,8-dihidroksida, 9,10-epoksida, 7,8,9,10-tetrahidro benzo(a)pirena.
Senyawa ini diketemukan dalam kultur jaringan bronkial mukosa yang
diinkubasi dengan benzo(a)pirena. Sama halnya dengan epoksida di atas,
metabolit ini dapat membentuk ikatan kovalen dengan basa dari DNA.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
14
Gambar 2.3 Reaksi aktivasi dari benzo(a)pirena (Pitot dan Yvone, 1991).
Pemakaian benzo(a)pirena yang diikuti atau diberikan bersama dengan
oleum olivarum akan memperbanyak kanker yang akan tumbuh. Pemakaian
oleum olivarum tanpa terlebih dahulu memakai senyawa benzo(a)pirena
tidak mengakibatkan timbulnya kanker. Stadium karsinogenesis yang
disebabkan oleh pemakaian benzo(a)pirena dinamakan stadium inisiasi,
dimana stadium ini berlangsung cepat dan ireversibel, dan benzo(a)pirena
disebut sebagi zat pemicu (inisiator). Stadium karsinogenesis yang terjadi
akibat pemakaian oleum olivarum dinamakan proses penggalakan
(promosi), dimana stadium ini berlangsung jauh lebih lambat (beberapa
bulan atau beberapa tahun), dan oleum olivarum disebut sebagai promoter.
Zat promoter tidak mampu menghasilkan inisiasi (mengawali atau mencetus
proses tumbuhnya kanker) (Murray, 1999).
2.5. Tinjauan tentang Simplisia dan Ekstrak
2.5.1. Definisi simplisia
Simplisisa adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapum juga dan kecuali dikatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah
simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat
tumbuhan (Depkes RI, 1977) simplisia tumbuhan obat merupakan bahan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
15
baku proses pembuatan ekstrak, baik sebagai bahan obat atau produk
(Depkes RI, 2000).
2.5.2. Definisi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Depkes RI, 1995).
2.5.3. Proses pembuatan Ekstrak
1. Pembuatan serbuk simplisia
2. Pemilihan cairan pelarut
3. Separasi dan pemurnian
4. Pemekatan/penguapan (vaporasi dan evaporasi
5. Pengeringan ekstrak
6. Rendemen
(Depkes RI, 2000)
2.6. Tinjauan Tentang Sifat Fisika Kimia dan Farmakokinetika
Ekstrak Sambiloto
Kandungan utama dari ekstrak sambiloto adalah andrografolida.
Andrografolida memiliki titik leleh 230-239oC (Mishra et al., 2007).
Andrografolida diabsorpsi dengan cepat dan hampir seluruhnya diabsorpsi
dalam darah setelah pemberian per oral dengan dosis 20 mg/kg BB tikus.
Bioavailibilitasnya akan menurun empat kali lipat apabila dosis yang
diberikn sepuluh kali lebih tinggi. Meskipun sebagian besar andrografolida
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
16
(55%) terikat protein plasma dan hanya sedikit yang dapat masuk ke dalam
sel, namun sifat farmakokinetik andrografolida yang utama bukan melalui
ekskresi ginjal. Metabolisme andrografolida juga sangat tergantung dari
dosisnya (Pannossian et al., 2000).
Kadar maksimal andrografolida (22,4 µg/mL) dari ekstrak air
sambiloto dalam darah kelinci dicapai dua jam setelah pemberian peroral
(Wang et al., 1995).
2.7. Tinjauan Tentang Hati
2.7.1. Anatomi dan Fisiologi Hati
Hati merupakan organ terbesar kedua setelah kulit dan fungsi
utamanya adalah detoksifikasi zat kimia asing (Ruch, 1997) dengan
Berat 1200-1500 gram. Pada orang dewasa, berat hati ± 1/50 berat
badan, sedangkan pada bayi sedikit lebih besar yaitu 1/18 berat badan.
Hati terbagi menjadi dua lobus kanan dan lobus kiri. Kedua lobus
tersebut dipisahkan oleh ligamentus fasiforme. Pada bagian inferior
terdapat fisura untuk ligamentus ters dan pada bagian posterior terdapat
fisura untuk ligamentus venosum (Hadi,2002).
Dasar unit fungsional hati adalah lobulus hati yang merupakan
struktural silindris dengan panjang beberapa milimerer dan garis tengah
0.8-2 mm. Hati manusia mengandung 50-100 ribu lobulus (Guyton dan
Hall, 1997).
Lobulus hati terbentuk mengelilingi sebuah vena sntralis yang
bermuara kedalam vena hepatika dan kemudian ke dalam vena cava.
Lobulus sendiri dibentuk terutama dari banyak lempeng sel hati yang
memancar secara sentrifugal dari vea sentralis sepertijeruji roda.
Masing-masing lempeng hati tebalnya satu sampai dua sel, dan diantara
sel-sel yang berdekatan terdapat kanikuli bilaris kecil yang mengalir ke
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
17
duktus bilaris di dalam septum fibrosa yang memisahkan lobulus hati
yang berdekatan (Guyton dan Hall, 1997).
Dalam septa juga terdapat venula porta kecil yang menerima
darah terutama dari vena saluran pencernaan melalui vena porta. Dari
venula ini darah mengalir ke sinusoid hati gepeng dan bercabang yang
terletak diantara lempeng-lempeng hati dan kemudian masuk vena
sentralis. Dengan demikian, sela hati terus menerus terpapar dengan
darah vena porta (Guyton dan Hall, 1997).
Selain vena porta, juga ditentukan arteriol hati di dalam septum
interlobularis. Arteriol ini menyiplai darah arteri ke jaringan seotum di
antara lobulus yang berdekatan, dan banyak arteriol kecil juga mengalir
langsung ke sinusoid hati, paling sering pada sepertiga jarak ke septum
interblobularis (Guyton dan Hall, 1997).
Sinusoid vena dibatasi oleh dua jenis sel yaitu sel endotel dan sel
kupfer besar yang merupakan makrofag jaringan (sel retikoloendotel),
yang mampu menjaga fagositosis bakteri dan benda asing lain dalam
darah sinus hepatikus. Lapisan endotel sinusoid vena mempunyai pori
yang sangat besar, beberapa diantaranya berdiameter hampir 1
mikrometer. Dibawah lapisan ini, terletak diantara sel endotel dan sel
hepar, terdapat ruang jaringan yang sangat sempit yang disebut ruang
disse. Jutaan ruang disse kemudian menghubungkan pembuluh limfe di
dalam septum interlobularis. Kelebihan cairan di dalam ruang ini
dikeluarkan melalui cairan limfatik (Guyton dan Hall, 1997).
2.7.2. Tes Gangguan Fungsi Hati
Untuk mengetahui gangguan fungsi organ tubuh dapat ditentukan
melalui test laboratorium atau diagnosa dengan pemeriksaan jaringan.
Tes laboratorium untuk evaluasi penyakit hati pada umumnya dapat
dikelompokkan menjadi:
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
18
1. Diagnosis terhadap hasil eksresi dan sekresi dari hati
Dapat dilakukan dengan pemeriksaan bilirubin dalam serum
dan urin. Penimbunan pigmen empedu dalam tubuh
menyebabkan warna jaringan menjadi kuning dan disebut sebagai
ikterus. Ikterus biasanya dapat dideteksi pada sklera, kulit, atau
urin yang menjadi gelap bila serum mencapai 2 sampai 3 mg/dl
(bilirubin normal adalah 0,3 sampai 1,0 mg/dl). Jaringan
permukaan yang kaya elastin, seperti sklera dan permukaan
bawah lidah biasanya menjadi kuning pertama kali (Price dan
Wilson, 2005)
2. Diagnosis terhadap fungsi biokimia yang spesifik
Beberapa enzim yang dapat digunakan untuk membantu
diagnosis adanya kerusakan parenkim hati adalah:
a. Glutamat Piruvat Transminase (GPT), Glutamat
Oxaloacetat Transminase (GOT), Laktat Dehidrogenase
(LDH) adalah enzim intrasel yang terutama berada di
jantung, hati dan jaringan skalet, yang dulepaskan dari
jaringan yang rusak (seperti nekrosis), meningkat pada
kerusakansel hati pada keadaan lain terutama infark
miokard.
b. Alkali fosfatase adalah enzim yang dibentuk dalam tulang
hati, ginjal, usus halus dan dieksresikan ke dalam empedu.
Kadarnya meningkat pada obstruksibiliaris, penyakit
tulang dan metastasis hati. Dari enzim-enzim tersebut
GPT dan GOT lebih sering digunakan untuk menilai
adanya kerusan parenkim hati (Price dan Wilson, 2005).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
19
2.7.3 Tinjauan Parameter kerusakan Hati
Apabila jaringan hati normal diamati secara mikroskopik, maka
akan terlihat penampang jaringan organ yang kompak. Penggunaan
pewarnaan Hematoxylin Eosin metode Harris, maka akan tampak sel-sel
tersusun teratur radial, inti sel berwarna biru dan sitoplasma berwarna
merah. Sitoplasma sel terlihat penuh dan tidak berlubang-lubang. Tanda-
tanda kerusakan hati yang dapat diamati secara mikroskopis adalah
degenerasi. Degenerasi merupakan perubahan morfologi sel akibat dari
luka yang tidak mematikan (non letal injury) yang bersifat reversibel.
Dikatakan reversibel karena apabila rangsangan yang menimbulkan
cedera dapat dihentikan, maka sel akan kembali seperti semula. Tetapi
apabila berjalan terus menerus dan dosis berlebihan, maka akan
mengakibatkan nekrosis atau kematian sel yang tidak dapat pulih
kembali (Price dan Wilson, 2005 ; Himawan, 1994).
Degenerasi bengkak keruh atau dapat juga disebut cloudy
swelling merupakan degenerasi yang paling ringan dan merupakan
degenerasi yang terdeteksi paling dini dari suatu keadaan patologik.
Apabila diamati dibawah mikroskop, maka akan terlihat perubahan-
perubahan berupa pembengkakan mitokondria, sitoplasma tampak keruh
karena kadar protein atau asam amino bertambah, inhibisi sel oleh
protein serum dan hidrasi ion natrium akibat permeabilitas dinding sel
hati yang terganggu. Bengkaknya sel hati dengan sitoplasma berbutir
keruh disebabkan oleh pengendapan protein yang disebut juga
albuminous degeneration. Pada kelainan ini, sitoplasma akan tampak
sedikit bervakuola dan lebih gelap daripada biasanya akibat dari kadar
glikogen yang berkurang (Himawan, 1994).
Degenerasi hidropik atau hydropic degeneration adalah
degenerasi yang ditandai dengan penumpukan air dalam sel. Pada
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
20
prinsipnya sama dengan bengkak keruh, tetapi tingkat kerusakan
jaringan yang ditimbulkan lebih berat dengan jangka waktu yang lebih
lama. Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan yang merupakan
kelanjutan dari degenerasi sel yang sifatnya irreversibel sebab nekrosis
pada sel hati adalah rusaknya susunan enzim dari sel. Tampak atau
tidaknya kerusakan pada sel hati tergantung pada lama dan jenis
nekrosis. Tahap-tahap nekrosis meliputi piknosis, karioeksis, dan
kariolisis. Piknosis ditandai dengan terjadinya penggumpalan kromatin
dan inti (nukleus) tidak dikenali lagi, inti tampak lebih padat dan
berwarna gelap hitam. Karioeksis ditandai dengan terjadinya kerusakan
pada inti yaitu inti pecah berkeping-keping sehingga bentuknya menjadi
tidak teratur. Sitoplasma mulai memanjang dan menyerap zat warna
lebih banyak sehingga warna menjadi lebih gelap setelah dilakukan
pewarnaan. Kariolisis ditandai dengan inti yang mulai hilang hingga
sulit dikenali secara mikroskopik, bentuk sel lebih memanjang dan
warnanya menjadi tidak jelas setelah dilakukan pewarnaan (Himawan,
1994). Gambaran histopatologi hati hewan coba ditunjukan pada gambar
2.3, 2.4 dan 2.5 (Donald dan Zachary, 2007).
2.8 Tinjauan tentang Ginjal
2.8.1 Anatomi Fisiologi Ginjal
Dua ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, di luar
rongga peritonium. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan
yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan
limfatik, suplai darah, dan ureter yang membawa urin akhir dari ginjal
ke kandung kemih. Jika ginjal dibagi dua dari atas ke bawah, dua daerah
utama yang dapat digambarkan yaitu korteks di bagian luar dan medula
di bagian dalam. Medula ginjal terbagi menjadi beberapa massa jaringan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
21
berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal (Guyton and Hall,
1997).
Masing-masing ginjal terdiri dari kurang lebih satu juta nefron.
Setiap nefron mempunyai dua komponen utama: (1) Glomeurlus
(kapiler glomerulus), yang dilalui sejumlah besar cairan yang difiltrasi
dari darah. (2) Tubulus yang panjang di mana cairan hasil filtrasi diubah
menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal. Glomerulus
tersusun dari suatu jaringan kapiler glomerulus bercabang dan
beranastomosa. Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel, dan
seluruh glomerulus dibungkus dalam kapsula Bowman. Cairan yang
difiltrasi dari kapiler glomerulus mengalir ke dalam kapsula Bowman
dan kemudian masuk ke tubulus proksimal, yang terletak pada korteks
ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan mengalir ke ansa Henle yang
masuk ke dalam medula renal. Setiap lengkung terdiri atas acabang
desenden dan asenden. Ujung cabang asenden tebal merupakan bagian
yang pendek, yang sebenarnya merupakan plak pada dindingnya, dan
dikenal sebagai makula densa. Setelah makula densa, cairan memasuki
tubulus distal, yang terletak pada korteks renal, seperti tubulus
proksimal. Tubulus ini kemudian dilanjutkan dengan tubulus rektus dan
tubulus koligentes kortikal, yang menuju ke duktus koligentes kortikal.
Bagian awal dari 8 sampai 10 duktus koligentes kortikal bergabung
membentuk duktus koligentes tunggal besar yang turun ke medula dan
menjadi duktus koligentes medular. Duktus koligentes bergabung
membentuk duktus yang lebih besar secara progresif yang akhirnya
mengalir menuju pelvis renal melalui ujung papila renal (Guyton and
Hall, 1997).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
22
2.8.2 Fungsi Ginjal
Ginjal memiliki beberapa fungsi penting, antara lain :
1. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit.
Asupan air dan banyak elektrolit terutama ditentukan oleh
kebiasaan makan dan minum seseorang, sehingga mengharuskan
ginjal untuk menentukan kecepatan ekskresinya sesuai dengan
asupan berbagai macam zat.
2. Ekskresi hasil buangan metabolik dan bahan kimia asing.
Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa
metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk-
produk ini meliputi urea (dari metabolisme asam amino),
kreatinin (dari kreatinin otot), asam urat (dari asam nukleat),
produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan
metabolit dari berbagai hormon. Seperti elektrolit, produk-produk
sisa ini harus dibersihkan dari tubuh secepat produksinya. Ginjal
juga membuang banyak toksin dan zat asing lainnya yang
diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti pestisida, obat-
obatan, dan makanan tambahan.
3. Pengaturan tekanan arteri.
Ginjal berperan penting dalam mengatur tekanan arteri jangka
panjang dengan mengekskresi sejumlah natrium dan air. Selain
itu, ginjal ikut mengatur tekanan arteri jangka pendek dengan
menyekresi faktor atau zat vasoaktif, seperti renin, yang
menyebabkan pembentukan produk vasoaktif (misalnya
angiotensin II).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
23
4. Pengaturan keseimbangan asam basa.
Ginjal turut mengatur asam basa, bersama dengan sistem
dapar paru dan cairan tubuh, dengan mengekskresi asam dan
mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh. Ginjal merupakan
satu-satunya organ untuk membuang tipe-tipe asam tertentu dari
tubuh yang dihasilkan oleh metabolisme protein, seperti asam
sulfat atau fosfat.
5. Pengaturan produksi eritrosit (sekresi eritropoietin).
Ginjal menyekresikan eritropoietin, yang merangsang
pembentukan sel darah merah. Salah satu rangsangan yang
penting untuk sekresi eritropoietin oleh ginjal ialah hipoksia.
Pada manusia normal, ginjal menghasilkan hampir semua
eritropoietin yang disekresi ke dalam sirkulasi. Pada orang
dengan penyakit ginjal berat atau yang ginjalnya telah diangkat
dan dilakukan hemodialisis, tmbul anemia berat sebagai hasil dari
penurunan produksi eritropoietin.
6. Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3.
Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25-
dihidroksi vitamin D3. Vitamin D memegang peranan penting
dalam pengaturan kalsium dan fosfat. Sintesis glukosa
(glukoneogenesis). Ginjal mensintesis glukosa dari asam amino
dan prekursor lainnya selama masa puasa yang panjang, proses
ini disebut glukoneogenesis. (Guyton and Hall, 1997).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
24
2.8.3 Deteksi Kerusakan Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan dalam melalui
beberapa cara :
1. Analisis Urin
• Proteinuria.
• Glikosuria
• Volume Urin dan Osmolaritas
• Kapasitas Pengasaman
• Enzim
2. Analisis Darah
• Nitrogen Urea Darah (BUN)
Nitrogen urea darah diperoleh dari metabolisme protein
normal dan diekskresi melalui urin. Biasanya BUN yang
meningkat menunjukkan kerusakan glomerulus. Namun kadar
BUN juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya zat makanan dan
hepatotoksisitas yang merupakan efek umum beberapa toksikan.
• Kreatinin
Kreatinin adalah suatu metabolit kreatin dan diekskresi
seluruhnya dalam urin melalui filtrasi glomerulus. Dengan
demikian, meningkatnya kadar kreatinin dalam darah merupakan
indikasi rusaknya fungsi ginjal. Selain itu, data kadar kreatinin
dalam darah dan jumlanya dalam urin dapat digunakan untuk
memperkirakan laju filtrasi glomerulus. Kekurangan prosedur ini
adalah kenyataan bahwa sebagian kreatinin disekresi oleh
tubulus.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
25
3. Uji Khusus
• Laju Filtrasi Glomerulus (GFR)
• Bersihan Ginjal
• Uji Ekskresi PSP
4. Pemeriksaan Morfologi
• Pemeriksaan Makroskopik
Perubahan berat organ ginjal sering menunjukkan lesi pada
ginjal. Beberapa lesi patologik lain juga dapat dideteksi pada
pemeriksaan makroskopik.
• Mikroskop Cahaya
Pemeriksaan histopatologik dapat mengungkapkan tempat,
luas, dan sifat morfologik lesi ginjal.
• Mikroskop Elektron
Prosedur ini berguna untuk menilai perubahan
ultrastruktural dalam sel, misalnya mitokondria serta organel lain.
(Lu, 1995).
2.9 Tinjauan tentang Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berbentuk kerucut,
berada diantara paru-paru dan tertutup dalam rongga perikardium (Gray,
2004). Ukuran jantung pada orang dewasa mempunyai panjang 5 inci, lebar
3,5 inci, dan tebal 2,5 inci. Berat umum jantung pada pria bervariasi 10-12
ons, dan pada wanita 8-10 ons. Berat, panjang, lebar, dan ketebalan jantung
meningkat terus menerus selama hidup, kenaikan terlihat jelas pada pria
dibandingkan pada wanita (Gray, 2004).
Anatomi jantung terdiri dari empat ruang yaitu atrium kanan dan
kiri, serta ventrikel kanan dan kiri yang dipisahkan oleh septum. Jantung
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
26
dibungkus oleh suatu lapisan jaringan ikat yang disebut
perikardium.Perikardium terdiri dari 2 lapisan yaitu visceral perikardium
yang merupakan lapisan yang berhubungan dengan dinding jantung paling
luar dan parietal pericardium yang merupakan lapisan paling luar
pericardium. Diantar kedua lapisan ini, terdapat rongga yang mengandung
cairan perikardial. Cairan ini berfungsi untuk mengurangi friksi pada
jantung saat melakukan kontraksi. (Martini, 2001 ; Guyton dan Hall, 2008).
Darah vena mengalir ke dalam jantung melalui vena cava superior
dan inferior kemudian masuk ke dalam atrium kanan, yang tertampung
selama fase sistol ventrikel. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit atau
setengah bulatan. Secara fungsional ventrikel kanan dapat dibagi dalam alur
masuk dan alur keluar. Ruang alur masuk ventrikel kanan (right ventricular
inflow tract) dibatasi oleh katup trikuspidalis, trabekular anterior dan
dinding inferior ventrikel kanan. Sedangkan alur keluar ventrikel kanan
(right ventricular outflow tract) berbentuk tabung atau corong, berdinding
licin terletak di bagian superior ventrikel kanan yang disebut infundibulum
atau conus arteriosus. Alur masuk dan alur keluar dipisahkan oleh krista
supraventrikular yang terletak tepat di atas daun katup trikuspidalis. katup
trikuspidalis yang memisahkan atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup
mitral atau bikuspidalis yang memisahkan antara atrium kiri dengan
ventrikel kiri, serta dua katup semilunar yaitu katup pulmonal dan katup
aorta, sedangkan katup pulmonal adalah katup yang memisahkan ventrikel
kanan dengan arteri pulmonalis. Katup aorta adalah katup yang memisahkan
ventrikel kiri dengan aorta (Sherwood, 2001 ; Guyton dan Hall, 2008).
Atrium kiri menerima darah dari empat vena pulmonal yang
bermuara pada dinding postero-superior atau postero-lateral, masing-
masing sepasang vena kanan dan kiri. Dinding atrium kiri sedikit lebih tebal
daripada dinding atrium kanan. Ventrikel kiri berbentuk lonjong seperti
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
27
telur, dimana bagian ujungnya mengarah ke antero-inferior kiri menjadi
apex cordis. Bagian dasar ventrikel tersebut adalah annulus mitral. Tebal
dinding ventrikel kiri adalah 2-3 kali lipat dinding ventrikel kanan
(Sherwood 2001 ; Guyton dan Hall, 2008).
Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh suatu pita jaringan ikat fibrosa
yang disebut anulus fibrosus, yang menyediakan kerangka untuk perlekatan
otot dari insersi katup (Aronson dan Jeremy, 2010)
Gambar 2.4 Anatomi Jantung (anonim,2013)
2.10 Tinjauan Tentang Parameter Histopatologi
Pewarnaan jaringan histopatologi dengan zat warna Hematoxylin
Eosin akan memberi warna biru pada inti sel dan warna merah pada
sitoplasma. Tanda-tanda kerusakan organ secara mikroskopis dapat dilihat
dengan beberapa parameter kerusakan, yaitu kongesti, degenerasi, dan
nekrosis. Kongesti adalah peningkatan cairan pada suatu tempat yang terjadi
karena proses pasif yang disebabkan kegagalan aliran cairan keluar dari
jaringan, misalnya kerusakan pada vena. Jika dilihat secara visual maka
daerah jaringan atau organ yang mengalami kongesti akan berwarna lebih
merah (ungu) dan secara mikroskopi kapiler-kapiler dalam jaringan melebar
penuh berisi darah. Terdapat dua mekanisme timbulnya kongesti, yaitu
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
28
kenaikan jumlah darah yang mengalir ke daerah tersebut dan penurunan
jumlah darah yang mengalir dari daerah tersebut. Kongesti juga dapat
terjadi pada daerah yang mengalami radang (Greaves, 2012).
Tanda kerusakan lain yang dapat diamati adalah degenerasi.
Perubahan degeneratif bersifat reversibel dan cenderung melibatkan
sitoplasma sel, sedangkan nukleus mempertahankan integritas selama sel
tidak mengalami cedera letal. Bentuk perubahan degeneratif sel yang paling
sering dijumpai adalah penimbunan air di dalam sel yang terkena. Apapun
yang mengganggu metabolisme energi di dalam sel atau sedikit saja
mencederai membran sel dapat menyebabkan sel tidak mampu memompa
keluar ion natrium dalam jumlah cukup. Akibatnya terjadi osmosis alami
dan air masuk ke dalam sel. Perubahan ini disebut pembengkakan keruh
(cloudy swelling). Sel yang terkena bila diamati secara mikroskopis terlihat
granular. Jika terdapat aliran air masuk yang hebat, sebagian organel
sitoplasma, seperti retikulum endoplasma diubah menjadi kantong-kantong
yang berisi air. Pada pemeriksaan mikroskopik, terlihat sitoplasma sel yang
bervakuola. Keadaan ini disebut perubahan hidrofik atau perubahan
vakuolar (Price dan Wilson, 2005).
Nekrosis merupakan kematian sel atau jaringan yang merupakan
kelanjutan dari degenerasi sel yang bersifat irreversibel. Melalui
pengamatan histopatologi, nekrosis atau kematian sel dapat dilihat dari
perubahan inti sel yang berupa piknosis, karioeksis, kariolisis, dan
hilangnya nukleus. Piknosis ditandai dengan mengkerutnya inti sel, tampak
lebih gelap, bulat, dan padat. Karioeksis ditandai dengan fragmen nukleus
gelap keluar ke sitoplasma karena pecahnya lapisan pembungkus inti sel.
Kariolisis ditandai dengan inti sel yang sangat pucat karena disolusi
kromatin yang disebabkan oleh aksi RNAase dan DNAase. Hilangnya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
29
nukleus merupakan tahap akhir kariolisis dimana inti telah larut sempurna
atau lisis (McGavin dan Zachary, 2006).
2.11 Tinjauan tentang SGOT dan SGPT
Enzim Serum Glutamat Oxaloasetat Transaminase (SGOT) terdapat
dalam sel-sel organ tubuh, yang terbanyak pada otot jantung, kemudian sel-
sel hati, otot ginjal dan pankreas. Bila jaringan tersebut mengalami
kerusakan yang akut, kadarnya dalam serum meningkat. Kadar yang
meningkat terdapat pada hepatoseluler nekrosis atau infark myokard (Hadi,
2002). Prinsip reaksi penentuan kadar enzim SGOT adalah Glutamat
Oksaloasetat Transaminase mengkatalisis reaksi antara asam α-ketoglutarat
dengan asam Laspartat menghasilkan suatu asam oksaloasetat dan asam L-
glutamat. Asam oksaloasetat yang terbentuk, dengan adanya MDH, akan
direduksi menjadi asam malat, bersamaan dengan itu NADH menjadi
NAD+. NADH diabsorbsi pada panjang gelombang 340 nm. Kecepatan
penurunan absorbsi pada panjang gelombang tersebut sebanding dengan
aktivitas SGOT.
Enzim Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) banyak
terdapat dalam sel-sel jaringan tubuh dan sumber utama adalah se-sel hati,
sedang dalam jantung dan otot-otot skelet agak kurang jika dibandingkan
dengan GOT. Kadar dalam serum meningkat terutama pada kerusakan
dalam hati jika dibandingkan dengan GOT (Hadi, 2002).
Prinsip reaksi penentuan kadar enzim SGPT adalah Glutamat Piruvat
Transaminase mengkatalisis reaksi antara α-ketoglutarat dengan L-alanin
menghasilkan suatu asam piruvat dan asam L-glutamat. Asam piruvat yang
terbentuk, dengan adanya LDH, akan direduksi menjadi asam laktat,
bersamaan dengan itu NADH menjadi NAD+. NADH diabsorbsi pada
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
30
panjang gelombang 340 nm. Kecepatan penurunan absorbsi pada panjang
gelombang tersebut sebanding dengan aktivitas SGPT.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
31
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Kanker merupakan salah satu penyebab penyakii utama kematian di
seluruh dunia. Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua
setelah penyakit kardiovaskular. Menurut laporan WHO tahun 2003, setiap
tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi
peningkatan setiap tahunnya kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun
2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta
kedepan bila tidak dilakukan interverensi yang memadai (Depkes RI, 2009).
WHO mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker
dalam rentang waktu 2005-2015. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar
2007 menyebutkan bahwa prevalensi penyakit tumor di Indonesia adalah
4,3. Pada tahun 2003 jumlah penderita kanker di dunia mencapai 10 juta
orang, dan pada tahun 2020 diperkirakan naik menjadi 20 juta (Depkes RI,
2009).
Andrographis paniculata Nees mengandung zat pahit andrografolida
yang dapat menghambat aktivitas sel mieloma leukimia pada tikus
(Matsuda, 1994). Penelitian pendahuluan telah dilakukan terhadap herba
sambiloto dan disimpulkan bahwa fraksi metanol herba sambiloto
menunjukkan aktivitas inhibitor enzim DNA Topoisomerase II yang sangat
poten dengan harga MED (Minimum Efficient Dose) sebesar 0,1 µg/mL.
Selain itu juga didapatkan hasil fraksinansi dan pemurnian ekstrak metanol
sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dapat diisolasi dan diidentifikasi
senyawa aktif inhibitor ezim DNA Topoisomerase II yaitu senyawa
andrografolida (Sukardiman dan Poerwono, 2001). Sambiloto tidak boleh
dikonsumsi oleh wanita hamil. Dapat menimbulkan reaksi anafilaksis bagi
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
32
yang alergi. (Panossian, et al.,2002). Hindari peggunaan jangka panjang
bersamaan dengan obat imunosupresan, hati-hati pada pasien
kardiovaskular, jika mengkonsumsi bersamaan dengan obat antipletelet atau
antikoagulan karena sambiloto dapat menghambat agregasi platelet.
(Daniel, 2000)
Pada uji in vitro, andrografolida mampu menekan fosforilasi IL-6-
induced STAT3 dan translokasi inti subsequent dalam sel kanker secara
signifikan. Penghambatan tersebut ditemukan melalui supresi Janus-
activated kinase (JAK) 1/2 dan interaksi antara STAT3 dan gp130. Untuk
memahami mekanisme biologis efek penghambatan andrografolida pada
STAT3, dilakukan penelitian tentang efek andrografolida pada doxorubicin-
induced apoptosis pada sel kanker manusia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa andrografolida meningkatkan sensitivitas sel kanker terhadap
doksorubisin terutama melalui supresi STAT3. Dengan demikian fungsi
antikanker baru dari andrografolida bisa menjadi strategi terapi yang
potensial dalam kombinasi dengan agen kemoterapi (doksorubisin) untuk
pengobatan kanker (Zhou et al., 2010).
Penggunaan agen kemoterapi sistemik bukan saja tidak begitu efektif
namun juga tidak selektif dan sangat toksik bagi jaringan lain yang normal.
Doksorubisin merupakan salah satu agen kemoterapi yang banyak
digunakan dalam terapi kanker. Doksorubisin spesifik untuk fase S dan
G2/M dalam siklus sel, yaitu sebagai inhibitor topoisomerase II, yang
menyebabkan pemecahan double-strand DNA (Anderson et al., 2002;
Airley, 2009). Mekanisme antineoplastiknya melibatkan ikatan dengan
DNA melalui interkalasi diantara pasangan basa serta menghambat sintesis
DNA dan RNA melalui pengacauan template dan halangan sterik.
Kemungkinan mekanisme lain dari doksorubisin adalah melibatkan ikatan
dengan lipid membran sel. Hal ini akan mengubah berbagai fungsi seluler
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
33
dan berinteraksi dengan topoisomerase II membentuk kompleks pemotong
DNA (Baguley dan Kerr, 2002).
Pengurangan dosis mampu mengurangi efek samping doksorubisin
(Wattanapitayakul et al., 2005) oleh karenanya menjadi tantangan untuk
dapat memperbaiki aplikasi klinik agen kemoterapi supaya lebih efektif.
Salah satu pendekatan yang kini sedang mendapatkan perhatian adalah
penggunaan kombinasi kemoterapi, dimana senyawa kemoprevensi yang
bersifat non-toksik atau lebih tidak toksik dikombinasikan dengan agen
kemoterapi untuk meningkatkan efikasinya dengan menurunkan
toksisitasnya terhadap jaringan yang normal. Dengan latar belakang ini
dilakukan penelitian terhadap agen-agen kemoprevensi untuk mencari
kandidat yang memiliki efek sinergis dalam kombinasi dengan obat
antikanker.
Untuk mengetahui efek toksik yang akan terjadi pada hati, ginjal,
jantung bila kombinasi antara doksorubisin dengan senyawa andrografolida
yang akan terjadi bila senyawa andrografolida digunakan secara in vivo,
perlu dilakukan penelitian tentang aktivitas antikanker dari senyawa
andrografolida herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) secara in
vivo. Penelitian secara in vivo dapat dilakukan dengan menggunakan hewan
coba mencit yang diinduksi dengan larutan benzo(a)pirena dalam oleum
ovarium secara subkutann untuk menghasilkan jaringan kanker. Mencit
yang menderita kanker diterapi dengan suspensi senyawa andrografolida
dari isolat herba sambiloto yang diberikan dalam dosis tertentu. Kemudian
dilihat dari irisan histopatologi jantung, hati, dan ginjal pada mencit yang
mengalami perubahan setelah di terapi menggunakan kombinasi dari
doxorubisin dengan fraksi diterpen lakton pada sambiloto.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
34
Bagan Alir Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Bagan kerangka konseptual
Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan. Angka kematian karena kanker di dunia cukup tinggi
Senyawa andrografolida memiliki inhibitor enzim DNA Topoisomerase II yang sangat poten dengan harga MED (Minimum Efficient Dose) sebesar 0,1 µg/mL. (Sukardiman dan Perwono, 2001)
Penggunaan kombinasi kemoterapi untuk meningkatkan efikasinya dengan menurunkan toksisitasnya terhadap jaringan yang normal
Tumbuhan sebagai kemoterapi atau anti antikanker
Pemeriksaan SGOT, SGPT, serta histopatologi hati, ginjal, dan jantung
Pengobatan tradisional telah lama dikenal oleh bangsa Indonesia dengan memanfaatkan kekayaan alamnya
Pemberian dari campuran campuran doxorubisin dan Fraksi Diterpen Lakton dari herba Sambiloto tidak dapat menimbulkan efek toksik pada
organ ginjal, lever dan jantung pada mencit
Doksorubisin Inhibitor DNA topoisomerase II (Anderson et al., 2002; Airley, 2009) dan menghambat faktor transkripsi HIF-1 menurunkan VEGF, SDF1 dan SCF antiangiogenesis (Devy et al., 2004).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
35
3.1 Hipotesis Penelitian
Pemberian dari campuran campuran doxorubisin dan fraksi diterpen
lakton dari herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) tidak dapat
menimbulkan efek toksik pada organ ginjal, lever dan jantung pada mencit
yang telah di induksi kanker dengan benzo(a)pirene.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan Penelitian
4.1.1 Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi
fraksi diterpen lakton herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness)
dan kemoterapi doksorubisin. Bahan uji disediakan oleh departemen
Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
4.1.2 Bahan Kimia dan Bahan Lain
1. CMC-Na
2. Aquadest
3. Formalin 10%
4. Normal salin Otsuka
5. Benzo(a)pirena Sain Aldrich
6. Oleum olivarum
7. Bahan kimia untuk pembuatan dan pengamatan histopatologi
8. Pakan mencit
4.1.3 Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan
4.2 Alat Penelitian
1. Kandang mencit dan perlengkapannya
2. Timbangan hewan coba
3. Timbangan analitik
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
37
4. Sonde lambung
5. Dispossable Syringe
6. Jarum suntik 23G
7. Seperangkat alat bedah
8. Mortir dan stamper
9. Alat-alat gelas
10. Mikroskop dengan kamera digital
11. Kaca obyek
12. Kaca penutup
13. Tabung Venoject
14. Sentrifuge
15. Pot plastik
4.3 Prosedur Penelitian
4.3.1 Penyiapan Hewan Coba
Pada penelitian ini digunakan 40 ekor mencit jantan dengan
keadaan sehat berdasarkan pengamatan visual. Homogenisasi sampel
dengan menentukan umur mencit antara 2-2,5 bulan dan berat badan 20-
30 gram, yang diperoleh dari Laboratorium Hewan Universitas Airlangga.
Sebelum diberi perlakuan, mencit diadaptasi selama 1 minggu. Setiap
mencit dipelihara terpisah dengan perlakuan yang sama, diet yang sama,
dan dipelihara dalam kandang kawat berukuran yang sama yaitu 50 cm x
25 cm x 20 cm dalam ruangan kandang 5 m x 3,5 m.
4.3.2 Induksi Benzo(a)pirena
Dosis benzo(a)pirena yang diperlukan untuk menimbulkan kanker
fibrosarkoma pada mencit adalah 0,3% (b/v) dalam oleum olivarum
dibuat untuk induksi kanker dalam kelompok perlakuan. Larutan
benzo(a)pirena dalam oleum olivarum diberikan dengan cara
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
38
disuntikkan secara subkutan pada bagian tengkuk mencit setiap 2 hari
sekali selama 10 hari (Ekowati et al., 2012).
4.3.3 Perhitungan Jumlah Benzo(a)pirena
Dalam penelitian dipakai 40 ekor mencit yang masing-masing
mencit dalam tiap kelompok uji dinduksi benzo(a)pirena 0,3% (b/v)
sebanyak 0,2 ml secara subkutan di daerah tengkuk sebanyak 5 kali
dalam 10 hari.
Perhitungan jumlah benzo(a)pirena yang dibutuhkan adalah:
Volume oleum olivarum yang dibutuhkan seluruhnya adalah:
0,2 ml x 5 (kali pemberian) x 40 ekor = 40 ml
Jumlah benzo(a)pirena yang dibutuhkan untuk membuat 40
ml larutan benzo(a)pirena dengan kadar 0,3% (b/v) adalah:
40 ml x 0,3 g/100 ml = 0,12 gram = 120 mg
4.3.4 Cara Pembuatan Larutan Benzo(a)pirena 0,3 % (b/v)
Untuk penyuntikan 40 ekor mencit yang akan dibuat kanker:
a. Ditimbang 120 mg benzo(a)pirena
b. Oleum olivarum yang telah disterilkan dan benzo(a)pirena
dipindahkan ke laminar air flow cabinet. Benzo(a)pirena
dilarutkan dalam 40 ml oleum olivarum dengan bantuan
pemanasan
c. Dimasukkan larutan benzo(a)pirena ke dalam wadah tertutup
d. Larutan benzo(a)pirena dalam wadah tertutup disterilkan
dengan autoklaf 115oC selama 30 menit
e. Bila tidak digunakan, disimpan dalam lemari pendingin.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
39
4.3.5 Penyiapan Bahan Uji
Pemberian tiap dosis dalam bentuk ekstrak kering yang di
suspensikan dalam musilago CMC Na 0,5%. Kontrol negatif di beri
musilago CMC Na 0,5%.
Pembuatan musilago CMC Na 0,5% :
Di timbang 0,5 gram CMC Na, di taburkan di atas air panas
20xnya, dibiarkan mengembang (± 15 menit), digerus sampai terbentuk
musilago. Kemudian, dipindahkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi
dan ditambah air sampai 100 mL. Lalu, di berikan kepada kelompok
kontrol secara oral.
4.3.5.1 Perhitungan Dosis Doksorubisin
Dosis doksorubisin yang digunakan untuk pasien adalah
1,2 mg/kg BB mencit (Wang, et al., 2010) yang diinjeksikan
secara intraperitoneal seminggu 2 kali selama 2 minggu.
Konsentrasi doksorubisin pada sediaan adalah 2 mg/dl. Volume
maksimal injeksi intraperitonial adalah 1,0 ml/kg BB (Ritschel,
1974).
1. Dosis
Dosis untuk mencit = 1,2 mg/kg BB
= 0,024 µg/20 g BB mencit
2. Pembuatan Larutan Stok
Sediaan = 2 mg/ml
V1 x C1 = V2 x V2
1 ml x 2 mg = 10 ml x C2
C2 = 2/10 = 0,2 mg 0,2 mg/10mL
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
40
3. Perhitungan dosis mencit
Dosis mencit = berat (gram) / 20 gram x dosis konversi
Volume yang disuntikkan = (dosis mencit larutan stok) x Dosis
maksimal tiap rute
Misal: Mencit (22 gram) = 22/20 x 0,024 = 0, 0264 mg
Volume suntik i.p = (0,0264 mg/ 0,2) x 1,0 mL = 0,132 mL
4.3.5.2 Perhitungan Dosis Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto
Dosis fraksi diterpen lakton yang digunakan berdasarkan
dosis andrografolida. Dosis andrografolida hamster adalah 50
mg/kg BB per oral atau setara dengan 20 g/400 g BB hamster
(Manoharan et al., 2012). Konversi dosis dari hamster (400 g) ke
mencit (20 g) dengan faktor pengali 0,08. Dosis andrografolida
yang digunakan pada mencit adalah 1,6 mg/20 g BB atau 80
mg/kg BB mencit. Dari hasil penetapan kadar andrografolida
dalam fraksi diterpen lakton sambiloto dengan KLT-
Densitometri, diperoleh persentase rata-rata kandungan
andrografolida dalam fraksi yaitu 13,45 % ± 0,15 (b/b) (Endarini,
2013). Perhitungan yang dibutuhkan adalah :
Dosis andrografolida untuk tiap mencit
sekali pemberian (kel. 2) = 80 mg/kg BB mencit
Fraksi kering yang dibutuhkan = (80 mg x 100 mg) / 13,45 mg
= 594, 80 mg/kg BB
Dosis andrografolida untuk tiap mencit
sekali pemberian (kel. 4) = 80 mg/kg BB mencit
Fraksi kering yang dibutuhkan = (80 mg x 100 mg) / 13,45 mg
= 594, 80 mg/kg BB
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
41
Cara pembuatan suspensi sediaan serbuk fraksi diterpen lakton
sambiloto adalah sebagai berikut :
Ditimbang fraksi diterpen lakton sambiloto sesuai dengan
yang dihitung
Ekstrak disuspensikan dalam CMC Na 0,5%, aduk sampai
homogen
Suspensi dari fraksi diterpen lakton sambiloto diberikan pada
mencit selama 15 hari secara per oral
4.3.6 Perlakuan Terhadap Hewan Coba
Dilakukan pengelompokkan mencit jantan usia 2-2,5 bulan
menjadi 5 kelompok dengan jumlah 10 mencit dalam tiap kelompok.
Semua mencit dipelihara dengan cara yang sama, mendapat diet yang
sama, ukuran kandang mencit 50 cm x 25 cm x 20 cm dan diletakkan
dalam ruangan berukuran 2,5 m x 2,5 m dengan temperatur ruangan 30
± 1oC. Penerangan diatur dengan siklus 12 jam terang dan 12 jam gelap
(siklus terang dimulai jam 6 pagi sampai jam 6 malam). Mencit
diadaptasikan pada kondisi penelitian selama satu minggu dengan
kondisi yang sama. Perlakuan dimulai setelah mencit diadaptasikan,
yang meliputi 5 perlakuan yaitu:
Kelompok 1 : Mencit normal yang tidak diinduksi larutan
benzo(a)pirena dan tidak diberi terapi.
Kelompok 2 : Mencit diinduksi larutan benzo(a)pirena 0,3 %
(b/v) secara subkutan pada tengkuk mencit 2 hari
sekali selama 10 hari, lalu proses karsinogenesis
selama 2 ± bulan, kemudian diberikan bahan uji
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
42
pembawa musilago CMC-Na 0,5% per oral
setiap hari selama 15 hari.
Kelompok 3 : Mencit diinduksi larutan benzo(a)pirena 0,3 %
(b/v) secara subkutan pada tengkuk mencit 2 hari
sekali selama 10 hari, lalu proses karsinogenesis
selama 2 ± bulan, kemudian diberikan bahan uji
suspensi fraksi diterpen lakton sambiloto yang
sebanding dengan andrografolida 594,80 mg/kg
BB per oral setiap hari selama 15 hari.
Kelompok 4 : Mencit diinduksi larutan benzo(a)pirena 0,3 %
(b/v) secara subkutan pada tengkuk mencit 2 hari
sekali selama 10 hari, lalu proses karsinogenesis
selama ± 2 bulan, kemudian diberikan injeksi
intraperitoneal doxorubisin 1,2 mg/20g BB pada
hari pertama perlakuan.
Kelompok 5 : Mencit diinduksi larutan benzo(a)pirena 0,3 %
(b/v) secara subkutan pada tengkuk mencit 2
hari sekali selama 10 hari, lalu proses
karsinogenesis selama 2 ± bulan, kemudian
diberikan dosis kombinasi fraksi diterpen lakton
sambiloto 594,80 mg/kg BB andrografolida per
oral setiap hari selama 15 hari dan injeksi
intraperitoneal doxorubisin dosis 1,2 mg/20g BB
pada hari pertama perlakuan.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
43
4.3.7 Pengambilan Darah Hewan Coba
Pada akhir perlakuan, hewan coba mencit dibius dengan eter dan
darah diambil secara intracardial dengan spuit injeksi sebanyak ± 1 ml.
Kemudian Darah dimasukkan ke dalam tabung venoject yang bersih dan
kering untuk pemeriksaan serum (SGOT dan SGPT) dan disentrifuse
dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Serum yang sudah
terpisah diambil dan dimasukkan ke dalam tabung venoject lain yang
bersih, kering, serta bertutup rapat untuk pemeriksaan selanjutnya. Jika
serum tidak langsung diperiksa maka harus disimpan pada lemari es
suhu 2°C-8°C selama maksimal 4 hari, karena jika lebih dari 4 hari akan
mengalami degradasi aktivitas sebesar 10%.
4.3.8 Pengambilan Organ Hati, Ginjal, dan Jantung
Pengambilan organ hati, ginjal, dan jantung dilakukan pada akhir
masa perlakuan dan setelah pengambilan darah. Mencit dibius dengan
eter namun tidak sampai mati, kemudian diambil darahnya secara intra
kardial. Selanjutnya, mencit dikorbankan dengan pemberian eter, lalu
diambil organ hati, ginjal, dan jantungya. Organ tersebut disimpan
dalam wadah yang berisi larutan formalin 10% untuk selanjutnya
dipreparasi untuk pengamatan histopatologi.
4.3.9 Pemeriksaan Serum Hewan Coba
Pemeriksaan SGOT dan SGPT pada serum hewan coba mencit
dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Surabaya.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
44
4.3.9.1 Pemeriksaan SGOT (AST)
Dibuat larutan pereaksi dengan mencampur reagen 1 (Tris
Buffer pH 7,8; L-aspartat; dan Na ) dengan reagen 2 (α-
ketoglutarat; NADH; MDH; dan LDH).
Ke dalam tabung reaksi dipipet 1,0 ml larutan pereaksi
dan 100 µl serum. Campur sampai homogen dan diamkan selama
1 menit. Kemudian diamati serapan awal sampel dengan
spektrofotometer (λ = 340 nm). Catat penurunan serapan setiap
menit selama 3 menit.
Dihitung perbedaan rata-rata serapan per menit (ΔA/menit)
Aktivitas enzim SGOT = ΔA/menit x F (Untuk λ = 340 nm; F
= 1746)
4.3.9.2 Pemeriksaan SGPT (ALT)
Dibuat larutan pereaksi dengan mencampur reagen 1 (Tris
Buffer pH 7,8; L-aspartat; dan Na ) dengan reagen 2 (α-
ketoglutarat; NADH; MDH; dan LDH).
Ke dalam tabung reaksi dipipet 1,0 ml larutan pereaksi
dan 100 µl serum. Campur sampai homogen dan diamkan selama
1 menit. Kemudian diamati serapan awal sampel dengan
spektrofotometer (λ = 340 nm). Catat penurunan serapan setiap
menit selama 3 menit.
Dihitung perbedaan rata-rata serapan per menit (ΔA/menit)
Aktivitas enzim SGPT = ΔA/menit x F (Untuk λ = 340 nm; F = 1746)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
45
4.3.9.3 Pembuatan Preparat Histopatologi Hati, Ginjal, dan
Jantung
Pembuatan preparat histopatologi hati, ginjal, dan
jantung , dilakukan di Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, menggunakan metode
parafin dengan beberapa tahapan, yaitu :
1. Fiksasi dan pencucian
Organ hati, ginjal, dan jantung dimasukkan wadah yang sudah
diisi larutan formalin 10% dan dibiarkan 24 jam. Semua
organ harus tenggelam dalam larutan formalin 10%.
Kemudian organ dicuci dengan air mengalir selama 30 menit.
2. Dehidrasi dan clearing
Organ hati, ginjal, dan jantung yang telah dicuci dengan air
mengalir selama 30 menit, dimasukkan ke dalam reagen
dengan urutan alkohol 70%, 80%, 90%, 96%, alkohol absolut
I, II, III, xylol I, II, dan xylol III masing-masing selama 30
menit.
3. Infiltrasi
Setelah dilakukan dehidrasi dan clearing, organ hati, ginjal,
dan jantung dimasukkan dalam parafin I yang mencair selama
1 jam lalu dimasukkan ke dalam parafin II, kemudian parafin
III, masing-masing selama 1 jam, selanjutnya dioven dengan
suhu 50-60 °C selama 1 jam.
4. Pembuatan blok parafin
Disiapkan beberapa cetakan besi yang sebelumnya telah
diolesi gliserin dengan maksud untuk mencegah melekatnya
parafin pada cetakan besi tersebut, kemudian cetakan besi
tersebut diisi dengan parafin cair panas. Organ selanjutnya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
46
dimasukkan dengan menggunakan pinset ke dalam cetakan
besi dengan posisi diatur, ditunggu sampai parafin tersebut
membeku atau mengeras.
5. Pengirisan dengan mikrotom
Blok parafin yang sudah mengeras disiapkan. Mikrotom
dibersihkan, digosok dengan kertas tisu pada relnya hingga
bersih, kemudian rel tersebut diberi minyak pelicin. Mata
pisau dipasang pada mikrotom. Blok sediaan dipasang pada
mikrotom, diatur tinggi rendahnya permukaan blok pada skala
10-15. Sudut permukaan organ diatur dengan arah potongan
pisau harus membentuk 45°, dan tebal tipisnya potongan
diatur, biasanya 3µm, untuk organ yang keras dapat dengan
ketebalan ± 5 µm. Pemotongan diambil secara random, tiap
10 kali pemotongan yang dilakukan seri, diambil satu dengan
ketebalan 5-7 µm, setelah itu jaringan diletakkan pada gelas
obyek yang sebelumnya telah diolesi putih telur dan
dikeringkan diatas hotplate dengan suhu 60°C.
6. Pewarnaan
Jaringan diwarnai dengan menggunakan Hematoxylin Eosin
(HE), sehingga terlihat jelas bagian-bagian selnya, sitoplasma
berwarna merah sedangkan intinya berwarna biru. Proses
pewarnaan dilakukan dengan memasukkan irisan jaringan
yang terletak pada gelas obyek ke dalam reagen dengan
urutan: xylol I (5 menit), xylol II (5 menit), xylol III (3
menit), alkohol absolut I (3 menit), alkohol absolut II (2
menit), alkohol absolut III (3 menit), alkohol 96% (2 menit),
alkohol 90% (2 menit), alkohol 80% (1 menit), alkohol 70%
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
47
(1 menit), dan dicuci dengan air mengalir selama 5 menit.
Kemudian jaringan direndam dalam Hematoxylin selama 4
sampai 10 menit, lalu dicuci lagi dengan air mengalir selama
10 menit. Selanjutnya direndam dalam Eosin selama 3-8
menit, dilanjutkan dengan perendaman dalam alkohol 70% (1
menit), alkohol 80% (2 menit), alkohol 90% (3 menit),
alkohol absolut I, II, III masing-masing 3 menit, xylol I (3
menit), II (4 menit), dan xylol III (5 menit).
7. Mounting
Bila pewarnaan sudah kering selesai, maka gelas obyek yang
ada sayatan jaringan tersebut ditutup dengan gelas penutup
yang sebelumnya sudah diolesi dengan canada balsam.
4.4 Analisa Data
4.4.1 Analisis Data Enzim SGOT dan SGPT
Data yang diperoleh yaitu aktivitas enzim SGOT dan SGPT dari
masing-masing kelompok perlakuan, dianalisis secara statistik dengan
uji ANOVA (One Way) pada derajat kepercayaan 95% (harga α = 0,05)
sebagai variabel bebas adalah dosis, sedangkan variabel tergantung
adalah kadar SGOT dan SGPT. Hipotesis yang diajukan untuk statistik
penelitian adalah sebagai berikut:
Ho = tidak ada perbedaan bermakna dari variabel tergantung
antar kelompok perlakuan
Ha = ada perbedaan bermakna dari variabel tergantung antar
kelompok perlakuan
Dari hasil analisis, didapatkan harga yang kemudian
dibandingkan dengan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
48
Apabila harga > (harga signifikansi < α ), maka
Ho ditolak dan dapat disimpulkan ada perbedaan yang
bermakna antar kelompok perlakuan
Tetapi bila harga < (harga signifikansi > α),
maka Ho diterima dan dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
yang bermakna antar kelompok perlakuan.
Apabila terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok
perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant
Difference) untuk mengetahui ada tidaknya efek perlakuan antar
pasangan kelompok. Harga LSD digunakan sebagai pembanding selisih
antara rata-rata hasil pemeriksaan.
Apabila selisih harga rata-rata tersebut lebih kecil dari harga
LSD yang diperoleh, maka tidak ada perbedaan yang
bermakna antar kelompok tersebut.
Apabila selisih harga rata-rata lebih besar atau sama dengan
harga LSD yang didapat, maka ada perbedaan yang bermakna
antar kelompok tersebut.
4.4.2 Analisis Data Preparat Histopatologi
Untuk pengamatan terhadap preparat histopatologi organ hati,
ginjal, dan jantung digunakan tiga macam parameter kerusakan, yaitu
kongesti, degenerasi, dan nekrosis. Mula-mula digunakan perbesaran
100 kali, kemudian digunakan perbesaran 400 kali. Selanjutnya pada
tiap macam kerusakan ditetapkan persen kerusakannya preparat
berdasarkan pengamatan lima lapang pandang yang berbeda. Kemudian
diberikan skor berdasarkan persen kerusakan yang terjadi.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
49
Tabel IV.1 Kategori dan Penilaian Kerusakan Organ
Kategori kerusakan Persen kerusakan Skor Normal 0% 0 Kerusakan ringan > 0% - 25% 1 Kerusakan sedang > 25% - 50% 2 Kerusakan berat > 50% - 75% atau lebih 3
Dari pemberian skor diatas, akan diperoleh tiga macam data
kerusakan untuk masing-masing organ hati, ginjal, dan jantung. Data
pertama diperoleh dari hasil pengamatan adanya kongesti organ tiap
kelompok perlakuan, data kedua adalah hasil pengamatan adanya
degenerasi sel tiap kelompok perlakuan, dan data ketiga diperoleh dari
hasil pengamatan adanya nekrosis inti sel tiap kelompok perlakuan.
Ketiga data tersebut diolah dan diuji menggunakan uji Kruskall-Wallis,
apabila terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan,
maka dilanjutkan dengan Uji Perbandingan Berganda (Uji Z) 5%.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
50
4.5 Skema Penelitian
4.5.1 Pemberian Bahan Uji
Gambar 4.1 Kerangka Operasional
Mencit
jantan sehat
Kelompok 1 Kelompok normal. Mencit sehat (tanpa induksi)
Kelompok 3 Fraksi DL-S 594,80 mg/BB p.o (15 hari)
Pemberian perlakuan dilakukan selama 15 hari
Mencit dibius dengan eter untuk diambil darahnya secara intracardial
Kelompok 2 Kontrol negatif CMC-Na 0,5% p.o (15 hari)
Kelompok 4
Doksorubisin 1,2 mg/kg BB i.p pada hari
pertama perlakuan
Mencit dikorbankan dengan pemberian eter untuk pengambilan organ
hati, ginjal, dan jantung
Pemeriksaan SGOT, SGPT, serta histopatologi hati, ginjal, dan jantung
Analisis Data
Kesimpulan
Injeksi Benzo(a)pirena 0,3% (b/v) 0,2 mL setiap 2
hari sekali sebanyak 5 kali secara subkutan
pada tengkuk Proses karsinogenesis hingga tumbuh
kanker (2bulan)
Kelompok 4 Kombinasi Fraksi DL-S (594,80 mg/kg BB p.o 15 hari + doksorubisin 1,2 mg/kg BB i.p pada hari pertama perlakuan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
51
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Penimbangan Organ Mencit
5.1.1 Penimbangan Organ Hati Mencit
Untuk mengetahui pengaruh bahan uji terhadap organ hati, salah
satu parameter yang dapat ditinjau adalah persentase berat hati terhadap
berat badan hewan coba mencit. Hasil perhitungan persentase berat hati
terhadap berat badan mencit ditampilkan dalam Tabel V.1 berikut:
Tabel V.1 Berat Organ Hati Mencit
Replikasi
Kelompok Perlakuan Normal CMC FDL DOX DOX + FDL
Berat Hati
% Berat Hati
Berat Hati
% Berat Hati
Berat Hati
% Berat Hati
Berat Hati
% Berat Hati
Berat Hati
% Berat Hati
1 1.3527 5.41 1.3868 4.40 1.4132 4.79 1,5190 4,97 1,4912 4,9945
2 1.4136 6.02 1.5923 5.31 1.9793 5.14 1,6163 5,46 1,2134 3,6930
3 1.4346 7.17 1.5527 5.45 1.5556 5.10 1,9827 7,1837 1,5019 4,5860
4 1.2250 6.12 1.5617 6.01 1.3332 4.94 1,7482 7,2842 1,8926 5,2572
5 1.5979 6.95 0.8316 4.38 1.4673 5.34 2,0589 6,3677 2,2740 5,3108
6 1.5544 8.18 0.9808 4.78 1.4139 5.05 2,0749 5,6653 1,2349 4,7237
Rata-rata
1.4297 ± 0.136
6.64 ±
0.99
1.3176 ±
0.330
5.06 ±
0.65
1.5271 ±
0.233
5.06 ±
0.19
1,8333 ± 0,24
6,15 ± 0,95
1,6013 ± 0,41
4,76 ± 0,59
Dari tabel diatas, dapat dibuat histogram rata-rata persentase berat
hati terhadap berat hewan coba masing-masing kelompok perlakuan
seperti pada gambar berikut:
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
52
Gambar 5.1 Histogram Rata-rata Persentase Berat Hati Terhadap Berat
Badan pada Setiap Kelompok Perlakuan.
Keterangan
Normal = Kelompok kontrol normal, tanpa induksi kanker fibrosarkoma
pada tengkuk dengan benzo(a)pirena
CMC = Kelompok kontrol negatif, diberi larutan CMC-Na 0,5% (14 hari)
FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Fraksi DL-S 594,80 mg/kg BB
p.o (14 hari)
Doxo = Kelompok terapi dengan bahan uji Doxorubisin 1,2 mg/kg BB i.p
(hari pertama perlakuan)
Doxo + FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Kombinasi Fraksi DLS
594,80 mg/kg BB p.o (14 hari) + doxorubisin 0,6 mg/kg BB
i.p (hari pertama perlakuan).
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata persentase berat liver terhadap berat badan mencit (gram)
normal
CMC
FDL
Doxo
FDL + Doxo
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
53
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persentase berat hati
hewan coba masing-masing kelompok perlakuan, dilakukan analisis One-
Way ANOVA terhadap persentase berat hati hewan coba masing-masing
kelompok perlakuan. Analisis dilakukan pada tingkat kepercayaan 95% (α
= 0.05) dan hasilnya ditunjukkan pada lampiran dibawah. Diperoleh
signifikansi < α yaitu sebesar 0.000. sehingga Ho ditolak dan dapat
disimpulkan ada perbedaan persentase berat hati hewan coba yang
bermakna antara kelompok perlakuan. Untuk mencari kelompok mana
yang berbeda bermakna. dilanjutkan dengan tes LSD dan hasilnya
terdapat perbedaan bermakna persentase berat hati hewan coba antara
kelompok normal (tidak diinduksi kanker fibrosarkoma dengan
benzo(a)pirena) dengan kelompok yang diinduksi kanker fibrosarkoma
dengan benzo(a)pirena (CMC. FDL. DOX. DOX + FDL) dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa induksi kanker fibrosarkoma dengan
benzo(a)pirena dapat mempengaruhi persentase berat hati hewan coba
mencit.
5.1.2 Penimbangan Organ Ginjal Mencit Untuk mengetahui pengaruh bahan uji terhadap organ ginjal. salah
satu parameter yang dapat ditinjau adalah persentase berat ginjal terhadap
berat badan hewan coba mencit. Hasil perhitungan persentase berat ginjal
terhadap berat badan mencit ditampilkan dalam Tabel V.2 berikut:
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
54
Tabel V.2. Berat Organ Ginjal Mencit Coba
Replikasi
Kelompok Perlakuan
Normal CMC FDL DOX DOX + FDL
Berat ginjal
% Berat ginjal
Berat ginjal
% Berat ginjal
Berat ginjal
% Berat ginjal
Berat ginjal
% Berat ginjal
Berat ginjal
% Berat ginjal
1 0.1377 0.55 0.5412 1.72 0.4739 1.50 0.1377 1.8847 0.454 1.5206
2 0.2495 1.06 0.4765 1.59 0.4711 1.22 0.2495 1.3421 0.3249 0.9888
3 0.2707 1.35 0.4255 1.49 0.4663 1.53 0.2707 2.0145 0.426 1.3008
4 0.2623 1.31 0.3737 1.44 0.4156 1.54 0.2623 1.3321 0.6042 1.6783
5 0.3850 1.67 0.2943 1.55 0.4724 1.72 0.3850 1.5448 0.5336 1.2462
6 0.3705 1.95 0.3589 1.75 0.4188 1.50 0.3705 1.4056 0.3866 1.4788
Rata- rata
0.2792 ±
0.09
1.32 ±
0.48
0.4117 ± 0.09
1.59 ±
0.12
0.4530 ± 0.03
1.50 ±
0.16
0.2792 ±
0.09
1.5873 ± 0.29
0.4549 ± 0.10
1.3689 ± 0.24
Dari tabel diatas. dapat dibuat histogram rata-rata persentase berat
ginjal terhadap berat hewan coba masing-masing kelompok perlakuan.
Gambar 5.2 Histogram Rata-rata Persentase Berat Ginjal Terhadap Berat
Badan pada Setiap Kelompok Perlakuan
Keterangan
Normal = Kelompok kontrol normal. tanpa induksi kanker fibrosarkoma
pada tengkuk dengan benzo(a)pirena
0
0,5
1
1,5
2
Rata-rata persentase penimbangan organ ginjal mencit (gram)
normal
CMC
FDL
Doxo
Komb. Doxo
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
55
CMC = Kelompok kontrol negatif, diberi larutan CMC-Na 0.5% (14 hari)
FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Fraksi DL-S 594.80 mg/kg BB
p.o (14 hari)
Doxo = Kelompok terapi dengan bahan uji Doxorubisin 1.2 mg/kg BB i.p
(hari pertama perlakuan)
Doxo + FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Kombinasi Fraksi DLS
594.80 mg/kg BB p.o (14 hari) + doxorubisin 0,6 mg/kg
BB i.p (hari pertama perlakuan).
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persentase berat ginjal
hewan coba masing-masing kelompok perlakuan. dilakukan analisis One-
Way ANOVA terhadap persentase berat ginjal hewan coba masing-masing
kelompok perlakuan. Analisis dilakukan pada tingkat kepercayaan 95% (α
= 0.05) dan hasilnya ditunjukkan pada lampiran dibawah. Diperoleh
signifikansi > α yaitu sebesar 0.367, sehingga Ho diterima dan dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan persentase berat ginjal hewan coba yang
bermakna antara kelompok perlakuan.
5.1.3 Penimbangan Organ Jantung Mencit Coba
Untuk mengetahui pengaruh bahan uji terhadap organ jantung.
salah satu parameter yang dapat ditinjau adalah persentase berat jantung
terhadap berat badan hewan coba mencit. Hasil perhitungan persentase
berat jantung terhadap berat badan mencit ditampilkan dalam tabel 5.3
berikut:
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
56
Tabel V.3 Berat Organ Jantung Mencit Coba
Replikasi
Kelompok perlakuan Normal CMC FDL DOX DOX + FDL
Berat jantung
% Berat
jantung
Berat jantung
% Berat
jantung
Berat jantung
% Berat
jantung
Berat jantung
% Berat
jantung
Berat jantung
% Berat
jantung
1 0,0853 0,34 0,1758 0,56 0,1739 0,59 0,247 0,81 0,1281 0,43
2 0,1735 0,74 0,0578 0,19 0,1710 0,44 0,1249 0,42 0,1351 0,41
3 0,1180 0,59 0,2017 0,71 0,1713 0,56 0,2062 0,75 0,1264 0,39
4 0,0926 0,46 0,2235 0,86 0,1190 0,44 0,1574 0,65 0,1888 0,52
5 0,1192 0,52 0,1353 0,71 0,1868 0,68 0,2559 0,79 0,1672 0,39
6 0,0998 0,52 0,0968 0,47 0,2409 0,86 0,2735 0,75 0,1168 0,45
Rata- rata
0,115 ±
0,03
0,53 ± 0,13
0,1485 ± 0,06
0,61 ± 0,26
0,1772 ± 0,04
0,60 ± 0,16
0,2108 ± 0,06
0,69 ± 0,14
0,1437 ± 0,03
0,43 ± 0,05
Dari tabel diatas, dapat dibuat histogram rata-rata persentase berat
jantung terhadap berat hewan coba masing-masing kelompok perlakuan
seperti gambar berikut ini:
Gambar 5.3 Histogram Rata-rata Persentase Berat Jantung Terhadap Berat
Badan pada Setiap Kelompok Perlakuan.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
Rata-rata persentase penimbangan organ jantung mencit (gram)
normal
CMC
FDL
Doxo
Komb. Doxo
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
57
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persentase berat jantung
hewan coba masing-masing kelompok perlakuan, dilakukan analisis One-
Way ANOVA terhadap persentase berat jantung hewan coba masing-
masing kelompok perlakuan. Analisis dilakukan pada tingkat kepercayaan
95% (α = 0,05) dan hasilnya ditunjukkan pada lampiran dibawah,
Diperoleh signifikansi > α yaitu sebesar 0,079, sehingga Ho diterima dan
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan persentase berat jantung hewan
coba yang bermakna antara kelompok perlakuan.
5.2 Pemeriksaan Histopatologi Mencit
5.2.1 Pemeriksaan Histopatologi Hati Mencit
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk mengetahui kondisi
kerusakan sel hepatosit pada hati. Pengamatan dilakukan pada preparat
jaringan hati yang diwarnai dengan pewarnaan HE, sehingga pada
pengamatan mikroskopis akan tampak inti sel berwarna biru dan
sitoplasma berwarna merah. Pengamatan dilakukan melalui lima lapang
pandang yang berbeda dalam satu irisan jaringan dengan perbesaran 400x.
Penilaian kerusakan menggunakan parameter degenerasi sel dan nekrosis.
Persentase kerusakan sel yang teramati pada setiap kriteria
kemudian dirata-rata dan diberikan skor terhadap rata-rata kerusakan sel
tersebut. Penilaian persen dan skor kerusakan masing-masing kriteria
ditampilkan pada Tabel V.4 dan Tabel V.5
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
58
Tabel V.4 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Degenerasi pada Preparat Histopatologi Hati Mencit
Kode Mencit Coba
Persen terjadinya degenerasi (%) Skor I II III IV V Rata-rata
N1 0 0 0 30 10 8 1 N2 0 0 0 0 0 0 0 N3 20 10 0 20 20 14 1 N4 0 10 0 0 10 4 1 N5 20 10 0 0 0 6 1 N6 10 30 20 0 0 12 1
Rata-rata 0,8 CMC 1 0 30 10 10 20 14 1 CMC 2 10 0 10 10 20 10 1 CMC 3 10 10 10 20 10 14 1 CMC 4 10 10 20 10 10 14 1 CMC 5 20 10 10 0 0 8 1 CMC 6 40 40 30 30 50 38 2
Rata-rata 1,2 FDL 1 30 20 10 20 20 20 1 FDL 2 20 20 30 30 10 22 1 FDL 3 30 30 30 10 10 22 2 FDL 4 20 30 20 10 10 18 1 FDL 5 0 20 0 0 20 8 1 FDL 6 30 30 10 10 20 20 1
Rata-rata 1,2 Dox 1 10 20 20 10 0 12 1 Dox 2 20 10 10 10 0 10 1 Dox 3 10 0 0 20 10 8 1 Dox 4 10 10 0 10 0 6 1 Dox 5 10 10 10 20 10 12 1 Dox 6 30 40 40 30 30 34 2
Rata-rata 1,2 FDL + Dox 1 0 20 0 10 10 4 1 FDL + Dox 2 10 0 0 0 10 3 1 FDL + Dox 3 0 0 10 0 0 1 1 FDL + Dox 4 10 10 10 0 10 4 1 FDL + Dox 5 0 0 0 0 20 2 1 FDL + Dox 6 30 20 30 20 20 24 1
Rata-rata 1
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
59
Tabel V.5 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Nekrosis pada Preparat Histopatologi Hati Mencit Kode Mencit
Coba Persen terjadinya nekrosis (%) Skor I II III IV V Rata-rata
N1 0 0 0 10 0 2 1 N2 0 10 10 0 10 6 1 N3 10 0 0 20 0 6 1 N4 0 0 0 0 0 0 0 N5 0 10 0 0 10 4 1 N6 0 10 30 40 0 16 1
Rata-rata 0,8 CMC 1 0 20 20 30 30 20 1 CMC 2 40 10 40 30 30 30 2 CMC 3 20 20 10 20 0 14 1 CMC 4 10 30 10 50 20 24 1 CMC 5 30 30 30 10 0 20 1 CMC 6 40 20 20 20 10 22 1
Rata-rata 1,2 FDL 1 30 20 10 10 0 14 1 FDL 2 10 0 20 10 0 8 1 FDL 3 0 10 0 0 0 2 1 FDL 4 0 10 10 30 40 18 1 FDL 5 40 0 0 20 20 16 1 FDL 6 10 0 0 0 10 4 1
Rata-rata 1 Dox 1 40 20 30 20 20 26 2 Dox 2 30 30 20 20 20 26 2 Dox 3 20 10 20 20 30 20 1 Dox 4 30 20 10 20 0 16 1 Dox 5 20 30 40 30 20 28 2 Dox 6 30 40 30 20 30 34 2
Rata-rata 1,7 FDL + Dox 1 0 10 0 0 0 2 1 FDL + Dox 2 0 0 0 0 0 0 0 FDL + Dox 3 0 20 20 20 0 12 1 FDL + Dox 4 10 10 0 10 0 6 1 FDL + Dox 5 0 0 0 0 0 0 0 FDL + Dox 6 10 20 0 10 0 8 1
Rata-rata 0,7
Keterangan
Normal = Kelompok kontrol normal. tanpa induksi kanker fibrosarkoma
pada tengkuk dengan benzo(a)pirena
CMC = Kelompok kontrol negatif, diberi larutan CMC-Na 0.5% (14 hari)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
60
FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Fraksi DL-S 594.80 mg/kg BB
p.o (14 hari)
Doxo = Kelompok terapi dengan bahan uji Doxorubisin 1.2 mg/kg BB i.p
(hari pertama perlakuan)
Doxo + FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Kombinasi Fraksi DL-S
594.80 mg/kg BB p.o (14 hari) + doxorubisin 0,6 mg/kg BB
i.p (hari pertama perlakuan).
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil skoring
pengamatan terjadinya kerusakan sel organ hati hewan coba masing-
masing kelompok perlakuan, dilakukan analisis statistik Kruskal-Wallis.
Untuk kriteria degenerasi, didapatkan Asymp. Sig. > α, yaitu sebesar
0.168. sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna pada
kerusakan degenerasi hati mencit antar kelompok perlakuan. Sementara
untuk kriteria nekrosis, didapatkan Asymp. Sig < α, yaitu sebesar 0.006.
Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna pada kerusakan
nekrosis hati mencit antar kelompok Untuk mengetahui kelompok mana
saja yang berbeda makna, dilanjutkan uji perbandingan berganda (uji Z
5%).
Untuk kriteria nekrosis sel organ hati, dilakukan uji perbandingan
berganda (uji Z 5%) dengan cara sebagai berikut:
Rumus:
Keterangan :
Ri1 : rata-rata pada kelompok perlakuan ke-1
Ri2 : rata-rata pada kelompok perlakuan ke-2
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
61
Z : nilai z tabel
K : banyaknya perlakuan
n : jumlah seluruh preparat histopatologi
t : banyaknya nilai pengamatan yang sama dalam sekelompok skor
yang berangka sama
Tabel V.6 Harga Ranking Rata-rata Nekrosis Hati Mencit Tiap Kelompok Perlakuan Kelompok N Ranking rata-rata
N 6 12,92 CMC 6 17,07 FDL 6 15,00 DOX 6 23,87
DOX + FDL 6 8,75
Agar dapat menghitung Zhitung, terlebih dahulu mengetahui ∑ (t3-t)
dengan cara sebagai berikut :
t1 = 213 – 21 = 9240
t2 = 53 – 5 = 120 +
= 9360
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
62
Dari rumus di atas, dapat dilakukan perhitungan Zhitung untuk
pengamatan nekrosis hati mencit seperti dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel V.7 Perhitungan Zhitung dengan Selisih Ranking Rata-rata untuk pengamatan Nekrosis Hati Mencit
Kelompok perlakuan Ri1-Ri2 Zhitung P
N-CMC 4,15 1,01 0,1562 CMC-FDL 1,92 0,47 0,3192 CMC-DOX 6,8 1,66 0,0485* DOX-FDL 8,72 2,12 0,0170*
DOX-DOX +FDL 15,12 3,68 0,00016* *) Menunjukkan perbedaan bermakna berdasarkan Tabel Z (Siegel dan
Castelan, 1988.
Dari hasil perhitungan Zhitung pada Tabel 5.9 diperoleh hasil bahwa
antara kelompok normal-kontrol negatif CMC-Na (0,1562) dan Kelompok
kontrol negatif CMC-Na-FDL (0,3192) mempunyai perbedaan signifikan
(p < α). Sedangkan Kelompok CMC-DOX (0,0485); Kelompok DOX-
FDL (0,0107); dan kelompok DOX-DOX+FDL (0,00016); tidak
mempunyai perbedaan yang bermakna nilai p lebih besar dari derajat
kepercayaan (α = 0,05)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
63
Gambar 5.4 Histopatologi Hati Mencit dengan perbesaran 400x, A)
kelompok normal, B) Kelompok kontrol negatif. diberi larutan
CMC-Na 0.5%; C) kelompok perlakuan Fraksi diterpen lakton
dengan dosis Kelompok terapi dengan bahan uji Fraksi DL-S 594.80
mg/kg BB p.o; D) Kelompok terapi dengan bahan uji Doxorubisin
1.2 mg/kg BB i.p; E) Kelompok terapi dengan bahan uji Kombinasi
A B
E
C D
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
64
Fraksi DL-S 594.80 mg/kg BB p.o + doxorubisin 0,6 mg/kg BB i.p.
panah merah menunjukkan sel yang mengalami nekrosis
5.2.2 Pemeriksaan Histopatologi Ginjal Mencit
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk mengetahui kondisi
kerusakan sel organ ginjal. Pengamatan dilakukan pada preparat jaringan
ginjal yang diwarnai dengan pewarnaan HE, sehingga pada pengamatan
mikroskopis akan tampak inti sel berwarna biru dan sitoplasma berwarna
merah. Pengamatan dilakukan melalui lima lapang pandang yang berbeda
dalam satu irisan jaringan dengan perbesaran 400x. Penilaian kerusakan
menggunakan parameter degenerasi sel dan nekrosis.
Persentase kerusakan sel yang teramati pada setiap kriteria
kemudian dirata-rata dan diberikan skor terhadap rata-rata kerusakan sel
tersebut, Penilaian persen dan skor kerusakan masing-masing kriteria
ditampilkan pada Tabel V.6 dan Tabel V.7
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
65
Tabel V.8 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Degenerasi pada Preparat Histopatologi Ginjal Mencit
Kode Mencit Coba
Persen terjadinya degenerasi (%) Skor I II III IV V Rata-
rata N1 10 20 20 0 10 12 1 N2 10 0 0 0 0 2 1 N3 0 0 10 0 0 2 1 N4 0 10 0 0 0 2 1 N5 10 20 20 20 20 18 1 N6 10 40 20 20 10 20 1
Rata-rata 1 CMC 1 10 40 30 20 0 20 1 CMC 2 0 20 0 0 30 10 1 CMC 3 20 10 0 30 10 14 1 CMC 4 30 10 20 20 10 18 1 CMC 5 40 20 0 20 10 18 1 CMC 6 20 10 20 10 10 14 1
Rata-rata 1 FDL 1 30 20 30 30 30 28 2 FDL 2 10 10 40 10 10 16 1 FDL 3 30 10 30 20 10 18 1 FDL 4 30 20 20 20 20 22 1 FDL 5 30 40 20 20 30 28 2 FDL 6 20 10 10 30 20 18 1
Rata-rata 1,3 Dox 1 20 30 30 30 30 28 2 Dox 2 30 40 30 40 30 34 2 Dox 3 20 30 20 20 30 24 1 Dox 4 30 20 20 20 30 24 1 Dox 5 20 20 30 30 40 28 2 Dox 6 20 20 20 30 30 24 1
Rata-rata 1,5 FDL + Dox 1 20 30 20 30 40 28 2 FDL + Dox 2 20 20 20 20 30 22 1 FDL + Dox 3 20 20 30 20 30 24 1 FDL + Dox 4 30 30 20 20 20 24 1 FDL + Dox 5 30 30 40 20 40 32 2 FDL + Dox 6 20 20 30 20 20 22 1
Rata-rata 1,3
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
66
Tabel V.9 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Nekrosis pada Preparat Histopatologi Ginjal Mencit Kode Mencit
Coba Persen terjadinya nekrosis (%) Skor I II III IV V Rata-rata
N1 20 20 20 20 20 20 1 N2 0 0 0 0 0 0 0 N3 0 10 10 0 0 4 1 N4 20 0 10 0 0 0 0 N5 40 10 20 10 10 18 1 N6 20 20 20 10 20 18 1
Rata-rata 0,7 CMC 1 40 20 30 40 20 30 2 CMC 2 30 20 20 20 20 22 1 CMC 3 30 60 20 20 20 30 2 CMC 4 20 30 30 20 30 26 2 CMC 5 40 40 20 40 10 30 2 CMC 6 20 10 0 20 20 14 1
Rata-rata 1,7 FDL 1 30 50 20 20 20 28 2 FDL 2 30 30 10 10 20 20 1 FDL 3 20 20 20 20 10 18 1 FDL 4 30 40 70 30 30 40 2 FDL 5 20 30 40 40 40 34 2 FDL 6 40 30 20 40 40 34 2
Rata-rata 1,7 Dox 1 40 60 50 40 60 50 3 Dox 2 60 50 40 50 50 50 3 Dox 3 40 40 30 50 20 36 2 Dox 4 20 40 30 20 20 26 2 Dox 5 50 30 40 10 30 32 2 Dox 6 30 40 20 30 40 32 2
Rata-rata 2,3 FDL + Dox 1 30 20 30 20 20 24 1 FDL + Dox 2 20 30 20 30 10 22 1 FDL + Dox 3 20 40 30 30 20 28 2 FDL + Dox 4 10 20 10 30 40 22 1 FDL + Dox 5 30 20 20 40 30 28 2 FDL + Dox 6 30 30 20 20 10 22 1
Rata-rata 1,3
Keterangan
Normal = Kelompok kontrol normal. tanpa induksi kanker fibrosarkoma
pada tengkuk dengan benzo(a)pirena
CMC = Kelompok kontrol negatif. diberi larutan CMC-Na 0.5% (14 hari)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
67
FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Fraksi DL-S 594.80 mg/kg
BB p.o (14 hari)
Doxo = Kelompok terapi dengan bahan uji Doxorubisin 1.2 mg/kg BB
i.p (hari pertama perlakuan)
Doxo + FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Kombinasi Fraksi DL-
S 594.80 mg/kg BB p.o (14 hari) + doxorubisin 0,6 mg/kg
BB i.p (hari pertama perlakuan).
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil skoring
pengamatan terjadinya kerusakan sel organ ginjal hewan coba masing-
masing kelompok perlakuan, dilakukan analisis statistik Kruskal-Wallis.
Untuk kriteria degenerasi, didapatkan Asymp. Sig. > α, yaitu sebesar
0.166. sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna pada
kerusakan degenerasi ginjal mencit antar kelompok perlakuan. Sementara
untuk kriteria nekrosis, didapatkan Asymp. Sig < α, yaitu sebesar 0.001.
Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna pada kerusakan
nekrosis ginjal mencit antar kelompok Untuk mengetahui kelompok mana
saja yang berbeda makna, dilanjutkan uji perbandingan berganda (uji Z
5%).
Untuk kriteria nekrosis sel organ ginjal, dilakukan uji
perbandingan berganda (uji Z 5%) dengan cara sebagai berikut:
Rumus:
Keterangan :
Ri1 : rata-rata pada kelompok perlakuan ke-1
Ri2 : rata-rata pada kelompok perlakuan ke-2
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
68
Z : nilai z tabel
K : banyaknya perlakuan
n : jumlah seluruh preparat histopatologi
t : banyaknya nilai pengamatan yang sama dalam sekelompok skor
yang berangka sama
Tabel V.10 Harga Ranking Rata-rata Nekrosis Ginjal Mencit Tiap
Kelompok Perlakuan Kelompok N Ranking rata-rata
N 6 6,17 CMC 6 17,17 FDL 6 17,17 DOX 6 24,87
DOX + FDL 6 12,83
Agar dapat menghitung Zhitung, terlebih dahulu mengetahui ∑ (t3-t)
dengan cara sebagai berikut :
t1 = 123 – 12 = 1716
t2 = 143 – 14 = 2730
t3 = 23-2 = 6 +
= 4452
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
69
Dari rumus di atas, dapat dilakukan perhitungan Zhitung untuk
pengamatan nekrosis ginjal mencit seperti dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel V.11 Perhitungan Zhitung dengan Selisih Ranking Rata-rata untuk pengamatan Nekrosis ginjal Mencit
Kelompok perlakuan Ri1-Ri2 Zhitung P
N-CMC 11 2,36 0,0091* CMC-FDL 0 0 0,5000 CMC-DOX 7,7 1,65 0,0495* DOX-FDL 7,7 1,65 0,0495*
DOX-DOX +FDL 12,04 2,59 0,0048* *) Menunjukkan perbedaan bermakna berdasarkan Tabel Z (Siegel
dan Castelan, 1988.
Dari hasil perhitungan Zhitung pada Tabel 5.9 diperoleh hasil bahwa
antara Kelompok kontrol negatif CMC-Na-FDL (0,5000) tidak ada
perbedaan bermakna. Sedangkan pada kelompok normal-kontrol negatif
CMC-Na (0,0091); mempunyai perbedaan signifikan (p < α). Kelompok
CMC-DOX (0,0495); Kelompok DOX-FDL (0,0495) dan kelompok
DOX-DOX+FDL (0,0048) mempunyai perbedaan yang bermakna nilai p
lebih kecil dari derajat kepercayaan (α = 0,05).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
70
Gambar 5.5 Histopatologi Ginjal Mencit dengan perbesaran 400x, A)
kelompok normal, B) Kelompok kontrol negatif. diberi larutan
CMC-Na 0.5%; C) kelompok perlakuan Fraksi diterpen lakton
dengan dosis Kelompok terapi dengan bahan uji Fraksi DL-S 594.80
mg/kg BB p.o; D) Kelompok terapi dengan bahan uji Doxorubisin
A
E
D C
B
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
71
1.2 mg/kg BB i.p; E) Kelompok terapi dengan bahan uji Kombinasi
Fraksi DL-S 594.80 mg/kg BB p.o + doxorubisin 0,6 mg/kg BB i.p.
*Panah berwarna hitam menunjukkan sel yang mengalami
degenerasi. Panah berwarna merah menunjukkan sel yang
mengalami nekrosis.
5.2.3 Pemeriksaan Histopatologi Jantung Mencit Coba
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk mengetahui kondisi
kerusakan sel miokardium jantung. Pengamatan dilakukan pada preparat
jaringan jantung yang diwarnai dengan pewarnaan HE, sehingga pada
pengamatan mikroskopis akan tampak inti sel berwarna biru dan
sitoplasma berwarna merah. Pengamatan dilakukan melalui lima lapang
pandang yang berbeda dalam satu irisan jaringan dengan perbesaran 400x.
Penilaian kerusakan menggunakan parameter degenerasi sel dan nekrosis.
Persentase kerusakan sel yang teramati pada setiap kriteria
kemudian dirata-rata dan diberikan skor terhadap rata-rata kerusakan sel
tersebut, Penilaian persen dan skor kerusakan masing-masing kriteria
ditampilkan pada Tabel 5.10 dan Tabel 5.11.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
72
Tabel V.12 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Degenerasi pada Preparat Histopatologi Jantung Mencit Kode Mencit
Coba
Persen terjadinya degenerasi (%) Skor I II III IV V Rata-
rata N1 30 10 20 10 20 18 1 N2 0 0 0 0 0 0 0 N3 10 0 0 10 10 6 1 N4 20 20 20 10 10 16 1 N5 0 10 0 0 0 2 1 N6 10 0 20 10 0 8 1
Rata-rata 0,8 CMC 1 30 10 30 30 30 26 2 CMC 2 10 30 30 30 20 24 1 CMC 3 20 10 20 10 0 12 1 CMC 4 20 20 30 10 20 20 1 CMC 5 10 20 30 10 30 20 1 CMC 6 0 20 10 0 0 6 1
Rata-rata 1,2 FDL 1 20 30 30 20 20 24 2 FDL 2 10 10 20 20 20 16 1 FDL 3 0 30 30 30 20 22 1 FDL 4 20 30 10 10 20 18 1 FDL 5 0 10 20 20 30 16 1 FDL 6 30 30 10 20 20 22 1
Rata-rata 1,2 Dox 1 20 20 10 20 30 20 1 Dox 2 30 20 20 30 30 26 2 Dox 3 20 20 20 20 20 20 1 Dox 4 30 30 30 30 40 32 2 Dox 5 30 30 30 30 30 30 2 Dox 6 30 30 30 40 30 32 2
Rata-rata 1,7 FDL + Dox 1 20 20 20 20 10 18 1 FDL + Dox 2 10 20 10 20 10 14 1 FDL + Dox 3 10 20 20 20 20 18 1 FDL + Dox 4 10 20 20 10 20 16 1 FDL + Dox 5 20 20 20 20 10 18 1 FDL + Dox 6 10 20 10 20 0 12 1
Rata-rata 1
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
73
Tabel V.13 Data Penilaian Persen dan Skor Pengamatan Nekrosis pada Preparat Histopatologi Jantung Mencit
Kode Mencit Coba
Persen terjadinya nekrosis (%) Skor I II III IV V Rata-rata N1 10 0 10 0 0 4 1 N2 10 0 0 10 0 4 1 N3 0 0 0 0 0 0 0 N4 0 20 0 10 0 6 1 N5 0 0 0 0 0 0 0 N6 10 0 0 10 0 4 1
Rata-rata 0,7 CMC 1 10 10 0 10 10 8 1 CMC 2 0 0 0 0 0 0 0 CMC 3 10 0 20 0 10 8 1 CMC 4 0 10 0 0 10 4 1 CMC 5 10 0 10 20 0 8 1 CMC 6 10 20 0 0 10 6 1
Rata-rata 0,8 FDL 1 10 10 10 0 0 6 1 FDL 2 0 0 0 0 0 0 0 FDL 3 0 0 0 0 0 0 0 FDL 4 0 20 0 0 10 6 1 FDL 5 10 10 10 10 0 8 1 FDL 6 10 0 0 10 10 6 1
Rata-rata 0,7 Dox 1 20 30 30 30 20 26 2 Dox 2 10 20 10 20 20 16 1 Dox 3 20 30 10 20 10 18 1 Dox 4 30 30 30 40 30 32 2 Dox 5 20 30 20 30 40 28 2 Dox 6 10 30 10 30 30 22 1
Rata-rata 1,5 FDL + Dox 1 0 20 0 20 20 12 1 FDL + Dox 2 10 20 0 20 0 10 1 FDL + Dox 3 0 0 0 0 0 0 0 FDL + Dox 4 0 0 0 0 0 0 0 FDL + Dox 5 0 10 20 10 20 12 1 FDL + Dox 6 0 10 20 10 20 12 1
Rata-rata 0,7
Keterangan
Normal = Kelompok kontrol normal. tanpa induksi kanker fibrosarkoma
pada tengkuk dengan benzo(a)pirena
CMC = Kelompok kontrol negatif. diberi larutan CMC-Na 0.5% (14 hari)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
74
FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Fraksi DL-S 594.80 mg/kg
BB p.o (14 hari)
Doxo = Kelompok terapi dengan bahan uji Doxorubisin 1.2 mg/kg BB
i.p (hari pertama perlakuan)
Doxo + FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Kombinasi Fraksi DL-
S 594.80 mg/kg BB p.o (14 hari) + doxorubisin 0,6 mg/kg
BB i.p (hari pertama perlakuan).
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil skoring
pengamatan terjadinya kerusakan sel miokardium jantung hewan coba
masing-masing kelompok perlakuan, dilakukan analisis statistik Kruskal-
Wallis, Untuk kriteria degenerasi, didapatkan Asymp, Sig, < α, yaitu
sebesar 0,025, sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna pada
kerusakan degenerasi jantung mencit antar kelompok perlakuan.
Sementara untuk kriteria nekrosis, didapatkan Asymp, Sig < α, yaitu
sebesar 0,040, Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna pada
kerusakan nekrosis jantung mencit antar kelompok. Untuk mengetahui
kelompok mana saja yang berbeda makna, dilanjutkan uji perbandingan
berganda (uji Z 5%). Untuk kriteria degenerasi ginjal, dilakukan uji
perbandingan berganda (uji Z 5% dengan cara sebagai berikut:
Rumus:
Keterangan :
Ri1 : rata-rata pada kelompok perlakuan ke-1
Ri2 : rata-rata pada kelompok perlakuan ke-2
Z : nilai z tabel
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
75
K : banyaknya perlakuan
n : jumlah seluruh preparat histopatologi
t : banyaknya nilai pengamatan yang sama dalam sekelompok skor
yang berangka sama
Tabel V.14 Harga Ranking Rata-rata Degenerasi Jantung Mencit Tiap Kelompok Perlakuan
Kelompok N Ranking rata-rata N 6 11,00
CMC 6 15,42 FDL 6 15,42 DOX 6 22,67
DOX + FDL 6 13,00
Agar dapat menghitung Zhitung, terlebih dahulu mengetahui ∑ (t3-t)
dengan cara sebagai berikut :
t1 = 243 – 24 = 13800
t2 = 43 – 4 = 60 +
= 13860
Dari rumus di atas, dapat dilakukan perhitungan Zhitung untuk
pengamatan degenerasi Ginjal mencit seperti dapat dilihat pada Tabel
V.13
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
76
Tabel V.15 Perhitungan Zhitung dengan Selisih Ranking Rata-rata untuk pengamatan Degenerasi Jantung Mencit
Kelompok perlakuan Ri1-Ri2 Zhitung P
N-CMC 4,42 1,25 0,1056 CMC-FDL 0 0 0,5000 CMC-DOX 9,67 2,73 0,0032* DOX-FDL 7,25 2,04 0,0207*
DOX-DOX +FDL 9,67 2,73 0,0032* *) Menunjukkan perbedaan bermakna berdasarkan Tabel Z (Siegel
dan Castelan, 1988).
Dari hasil perhitungan Zhitung pada Tabel 5.13 diperoleh hasil
bahwa Kelompok CMC-DOX (0,0032); Kelompok DOX-FDL (0,0207);
dan Kelompok DOX-DOX+FDL (0,0032) mempunyai perbedaan
signifikan (p < α). Sedangkan untuk kelompok normal-kontrol negatif
CMC-Na (0,1056); Kelompok kontrol negatif CMC-Na-FDL (0,5000)
tidak mempunyai perbedaan yang bermakna. Hal ini dapat dilihat dari
harga p lebih besar dari derajat kepercayaan (α = 0,05).
Untuk kriteria nekrosis jantung, dilakukan uji perbandingan
berganda (uji Z 5%) dengan cara sebagai berikut:
Rumus:
Keterangan :
Ri1 : rata-rata pada kelompok perlakuan ke-1
Ri2 : rata-rata pada kelompok perlakuan ke-2
Z : nilai z tabel
K : banyaknya perlakuan
n : jumlah seluruh preparat histopatologi
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
77
t : banyaknya nilai pengamatan yang sama dalam sekelompok skor
yang berangka sama
Tabel V.16 Harga Ranking Rata-rata Nekrosis Jantung Mencit Tiap Kelompok Perlakuan
Kelompok N Ranking rata-rata N 6 13,00
CMC 6 15,25 FDL 6 13,00 DOX 6 23,25
DOX + FDL 6 13,00
Agar dapat menghitung Zhitung, terlebih dahulu mengetahui ∑ (t3-t)
dengan cara sebagai berikut :
t1 = 203 – 20 = 7980
t2 = 33 – 3 = 24 +
= 8004
Dari rumus di atas, dapat dilakukan perhitungan Zhitung untuk
pengamatan degenerasi Ginjal mencit seperti dapat dilihat pada Tabel
V.15.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
78
Tabel V.17 Perhitungan Zhitung dengan Selisih Ranking Rata-rata untuk pengamatan Nekrosis Jantung Mencit
Kelompok perlakuan Ri1-Ri2 Zhitung P
N-CMC 2,25 0,52 0,3015 CMC-FDL 2,25 0,52 0,3015 CMC-DOX 8,00 1,87 0,0307* DOX-FDL 10,25 2,40 0,0082*
DOX-DOX +FDL 10,25 2,40 0,0082* *) Menunjukkan perbedaan bermakna berdasarkan Tabel Z (Siegel
dan Castelan, 1988).
Dari hasil perhitungan Zhitung pada Tabel V.15 diperoleh hasil
bahwa antara; Kelompok DOX-FDL (0,0307); kelompok kontrol negatif
CMC-Na-DOX (0,0082) dan kelompok DOX-DOX+FDL (0,0082)
mempunyai perbedaan signifikan. Sedangkan untuk kelompok kontrol
normal-kelompok kontrol negatif CMC-Na (0,3015); Kelompok kontrol
negatif CMC-Na-FDL (0,3015) tidak mempunyai perbedaan yang
bermakna. Hal ini dapat dilihat dari harga p lebih besar dari derajat
kepercayaan (α = 0,05).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
79
Gambar 5.6 Histopatologi Jantung Mencit dengan perbesaran 400x, A)
kelompok normal, B) Kelompok kontrol negatif. diberi larutan
CMC-Na 0.5%; C) kelompok perlakuan Fraksi diterpen lakton
dengan dosis Kelompok terapi dengan bahan uji Fraksi DL-S 594.80
mg/kg BB p.o; D) Kelompok terapi dengan bahan uji Doxorubisin
A B
C
E
D
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
80
1.2 mg/kg BB i.p; E) Kelompok terapi dengan bahan uji Kombinasi
Fraksi DL-S 594.80 mg/kg BB p.o + doxorubisin 0,6 mg/kg BB i.p.
panah berwarna hitam menunjukkan sel yang mengalami degenerasi.
Panah berwarna merah menunjukkkan sel yang mengalami nekrosis
.
5.3 Pemeriksaan Kimia Klinik Hewan Coba
Pemeriksaan parameter klinik merupakan salah satu cara untuk
mengetahui efek dari campuran fdl dan doxorubisin. Parameter meliputi
SGOT dan SGPT. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik,
Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya. Data hasil pemeriksaan
tersebut ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel V.18 Hasil Pemeriksaan SGOT pada Serum Darah Mencit Coba
Kode Kadar SGOT (U/L) Normal CMC FDL DOXO DOX + FDL
1 190 328 131 139 247 2 234 197 203 382 476 3 252 385 375 254 327 4 204 160 770 548 270 5 191 148 467 138 423 6 250 357 467 194 207
Rata-rata
220,17 ± 28,69
262,5 ± 105,96
462.33 ± 287.42
275,83 ± 161,39
293,83 ± 160,45
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
81
Gambar 5.7 Histogram Rata-rata Kadar SGOT Mencit pada Setiap
Kelompok Perlakuan
Tabel V.19 Hasil Pemeriksaan SGPT pada Serum Darah Mencit Coba
Kode Kadar SGPT (U/L)
Normal CMC FDL DOXO DOX + FDL
1 61 26 26 37 94 2 87 29 89 53 50 3 45 35 38 63 75 4 59 56 132 50 35 5 43 43 305 41 126 6 59 75 91 30 78
Rata-rata
59 ±15,75 44 ± 18,63 114.5 ±101.47
45,67 ± 11,96
76,3 ± 35,99
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Rata-rata kadar SGOT (U/I)
normal
cmc
Fdl
Doxo
Komb. Dox
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
82
Gambar 5.8 Histogram Rata-rata Kadar SGPT Mencit pada Setiap
Kelompok Perlakuan
Keterangan
Normal = Kelompok kontrol normal. tanpa induksi kanker fibrosarkoma
pada tengkuk dengan benzo(a)pirena
CMC = Kelompok kontrol negatif. diberi larutan CMC-Na 0.5% (14 hari)
FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Fraksi DL-S 594.80 mg/kg
BB p.o (14 hari)
Doxo = Kelompok terapi dengan bahan uji Doxorubisin 1.2 mg/kg BB
i.p (hari pertama perlakuan)
Doxo + FDL = Kelompok terapi dengan bahan uji Kombinasi Fraksi DL-
S 594.80 mg/kg BB p.o (14 hari) + doxorubisin 0,6 mg/kg
BB i.p (hari pertama perlakuan).
Kemudian data parameter kimia klinik tersebut dianalisis dengan
menggunakan One-Way Anova pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan
0
50
100
150
200
250
Rata-rata Kadar SGPT (U/I)
normal
cmc
Fdl
Doxo
Komb. Dox
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
83
hasilnya ditunjukkan pada lampiran. Nilai signifikansi masing-masing
parameter ditunjukkan pada tabel V.18
Tabel V.20 Nilai Signifikansi Data SGOT dan SGPT Berdasarkan Analisis
dengan One-Way ANOVA
Parameter Kimia Klinis Nilai Signifikansi Keterangan (α=0,05) SGOT 0,249 > α SGPT 0,118 > α
Pada data uji SGOT dan SGPT didapatkan nilai signifikansi > α,
sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang
bermakna antar kelompok perlakuan berdasarkan parameter SGOT dan
SGPT.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
84
BAB VI
PEMBAHASAN
Sambiloto dan doksorubisin memiliki aktivitas yang sama sebagai
antikanker dengan mekanisme kerja yang sama yaitu sebagai inhibitor
topoisomerase II (Sukardiman dan Poerwono, 2001; Airley, 2009).
Berdasarkan aktivitas dan mekanisme yang sama, maka dapat dimanfaatkan
untuk terapi kombinasi yang bertujuan untuk mendapatkan sinergisme dan
dapat menurunkan efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan
doksorubisin secara tunggal.
Pengaruh pemberian terapi kombinasi pada organ hati, jantung dan
ginjal mencit dapat diketahui dengan menggunakan analisa statistik
nonparametrik satu arah Kruskal Wallis. Sedangkan ada atau tidaknya
perbedaan hambatan pada organ hati, ginjal dan jantung antar kelompok
perlakuan diketahui melalui uji pembandingan berganda atau uji Z. Efek
dari pemberian terapi didasarkan pada perubahan keadaan histopatologi
masing-masing irisan histopatologi yaitu keadaan inti sel, keadaan
sitoplasma dan jumlah sel yang mengalami degenerasi dan nekrosis pada
masing-masing kelompok perlakuan.
Pada penelitian kali ini digunakan mencit coba yang sebelumnya
telah di adaptasikan dengan lingkungannya selama 14 hari setelah itu di
bagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing mendapatkan perlakuan uji
yang berbeda, Untuk dapat melakukan penelitian ini terlebih dahulu harus
dilakukan pembuatan sel kanker pada hewan coba mencit. Perlakuan yang
diberikan adalah menginduksi pada tengkuk mencit dengan larutan
benzo(a)pirena 0,3% (b/v) dalam oleum olivarum (Ekowati et al., 2012)
secara subkutan. Induksi benzo(a)pirena dilakukan selama 10 hari setiap 2
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
85
hari sekali sebanyak 0,2 ml. Setelah kurang lebih 2 bulan beberapa ekor
mencit telah menderita kanker yang cukup besar, selanjutnya dibagi 4
kelompok untuk diberikan perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif CMC-
Na, kelompok FDL, Kelompok DOX tunggal dan kelompok DOX-
DOX+FDL. Untuk kelompok normal, tidak diinduksikan kanker.
Kelompok kontrol negatif diberikan terapi larutan CMC-Na 0,5%
yang dimasukkan menggunakan sonde lambung setiap hari selama 14 hari.
Berat badan rata-rata mencit sebesar 30 g dan volume pemberian perlakuan
sebesar 0,20 ml. Untuk kelompok FDL larutan uji dibuat dengan cara
mensuspensikan fraksi diterpen lakton sambiloto dalam CMC Na 0,5%
karena andrografolida tidak larut dalam air. Pada saat pensuspensian
dilakukan penggerusan untuk memperkecil ukuran fraksi diterpen lakton.
Larutan uji dimasukkan menggunakan sonde lambung karena dengan cara
ini larutan uji dapat masuk ke dalam lambung secara efektif. Dosis yang
diberikan sesuai dengan berat badan mencit coba. Oleh karena itu, berat
bada mencit coba di timbang setiap hari untuk menghitung dosis terapinya.
Dosis sambiloto untuk tiap mencit 594,80 mg/kgBB mencit. Hal ini
di dasarkan dari hasil penetapan kadar andrografolida dalam fraksi diterpen
lakton sambiloto dengan KLT-Densitometri, diperoleh persentase rata-rata
kandungan andrografolida dalam fraksi yaitu 13,45 % ± 0,15 (b/b)
(Endarini, 2013). Bedasarkan pada penelitian terdahulu. Dosis doksorubisin
yang digunakan untuk pasien adalah 0,6 mg/kg BB mencit (Wang, et al.,
2010). Pada kelompok DOX, doxorubisin diinjeksikan secara intraperitonial
pada hari pertama terapi, selanjutnya ditunggu selama 14 hari.
Pada kelompok DOX-DOX+FDL, Dosis andrografolida yang
digunakan pada mencit adalah 594,80 mg/kgBB mencit. Dosis doksorubisin
yang digunakan adalah 0,6 mg/kg BB mencit. Pertama-tama di injeksikan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
86
doxorubisin secara intraperitonial terlebih dahulu selanjutnya diberi
suspensi FDL tetapi sebelumnya diberikan jeda waktu selama 30 menit agar
doxorubisin sudah mulai di absorpsi di dalam tubuh. Pemberian doxorubisin
hanya di hari pertama terapi. Untuk suspensi FDL diberikan setiap hari
selama 14 hari.
Pemberian terapi pada masing-masing kelompok perlakuan
dilakukan selama 14 hari. Pembedahan dilakukan pada hari ke 15. Semua
mencit di korbankan dengan cara pembiusan eter. Pengambilan darah
melalui intrakardial agar didapatkan darah yang cukup banyak dan di ambil
organ hati, ginjal dan jantungnya yag selanjutnya akan dibuat preparat
histopatologi. Darah yang diambil dianalisis aktivitas enzim SGOT dan
SGPT. Selama pengambilan hingga analisis, darah dijaga supaya tidak lisis.
Untuk mencegah lisis, dilakukan secara hati-hati selama pengambilan darah,
melepas jarum syringe sebelum dimasukkan kedalam tabung venoject,
dialirkan secara perlahan melalui dinding tabung, dan diusahakan
seminimal mungkin goncangan terhadap sampel. Jika terjadi lisis, maka sel
darah pecah dan enzim intrasel keluar sehingga aktivitas SGOT/SGPT yang
terbaca meningkat karena reaksi yang terjadi adalah reaksi enzimatik antara
enzim intraseluler dan ekstraseluler. Sampel yang lisis di tandai dengan
warna serum yang agak merah atau serum tidak bisa dipisahkan memalui
sentrifuge. Padahal normalnya serum akan terpisah dari endapan protein dan
sel darah setelah disentrifuge.
Enzim SGOT terdapat dalam sel-sel organ tubuh, yang terbanyak
pada otot jantung, kemudian sel-sel hati, otot ginjal dan pankreas (McPhee
& Ganong, 2005). Enzim SGOT mengalami kenaikan pada pasien
myocardial infarction, setelah exercise, dan pengaruh beberapa obat-obatan
ataupun senyawa kimia (Pagana & Pagana, 2002). Enzim SGPT banyak
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
87
terdapat dalam sel-sel jaringan tubuh dan sumber utama adalah sel-sel hati,
sedang dalam jantung dan otot-otot skelet agak kurang jika dibandingkan
dengan SGOT (Hadi, 2002). Enzim SGPT mengalami kenaikan pada
kerusakan atau gangguan hepar dan penaruh beberapa obat-obatan dan
senyawa kimia (Pagana & Pagana, 2002).
Pada penelitian ini diperoleh nilai aktivitas enzin SGOT sampel
tidak semua berada dalam kadar normal yaitu 70-400 U/L (Guyton & Hall,
2007). Pada penelitian ini ada beberapa sampel di atas rentang normal, yaitu
dua sampel dari kelompok FDL, satu sampel dari kelompok DOX dan dua
sampel dari kelompok DOX+FDL. Hal ini dikarenakan ada sampel darah
yang lisis, karena pada saat pengambilan tidak mendapatkan sampel secara
sempurna dan selama perlakuan mencit memiliki aktivitas yang tinggi.
Akan tetapi setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji analisis
varian satu arah (ANAVA) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil yang
didapat untuk SGOT setelah dianalisis didapatkan harga sig = 0,249. Sig
tersebut lebih besar dari 0,05. Maka hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan bermakna diantara kelompok perlakuan.
Untuk enzin SGPT sampel tidak semua berada dalam kadar normal
yaitu 25-200 U/L (Guyton & Hall, 2007). Pada kelompok perlakuan FDL
ada yang mencapai nilai 305. Hal ini dikarenakan ada sampel darah yang
lisis, karena pada saat pengambilan tidak mendapatkan sampel secara
sempurna dan selama perlakuan mencit memiliki aktivitas yang tinggi.
Akan tetapi setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji analisis
varian satu arah (ANAVA) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil yang
didapat untuk SGPT setelah dianalisis didapatkan harga sig = 0,118, Sig
tersebut lebih besar dari 0,05. Maka hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan bermakna diantara kontrol dengan semua kelompok perlakuan.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
88
Dari hasil analisis kedua enzim tidak menunjukkan adanya perbedaan
bermakna maka untuk sementara dari hasil analisis aktivitas enzim SGOT
dan SGPT dapat disimpulkan bahwa senyawa tidak dapat mengurangi
toksisitas doxorubisin terhadap aktivitas enzim. Hal ini bisa dilihat dari data
rata-rata kadar enzim SGOT dan SGPT dari kelompok doxo tunggal dengan
kombinasi FDL+DOX yang tidak mengalami penurunan. Selain itu
kenaikan kadar enzim SGOT dan SGPT dapat dipengaruhi akibat sampel
darah yang lisis dan enzim SGOT dan SGPT terdapat dalam sel-sel organ
tubuh, yang terbanyak pada otot jantung, kemudian sel-sel hati, otot ginjal
dan pankreas (McPhee & Ganong, 2005). Parameter aktivitas enzim SGOT
dan SGPT disini tidak spesifik (Pagana & Pagana, 2002). Sehingga untuk
mengambil kesimpulan dibutuhkan parameter lain yaitu pengamatan
preparat histopatologi. Data histopatologi dianggap lebih spesifik
dibandingkan dengan enzim SGOT dan SGPT karena menunjukkan
keadaan langsung gambaran mikroskopis organ. Pengamatan histopatologi
ini untuk melihat kerusakan sel hati secara mikroskopis. Irisan organ hepar
yang didapat diproses untuk pembuatan sediaan mikroskopis kemudian
diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE).
Organ hati, ginjal dan jantung yang diambil masing-masing
ditimbang beratnya, lalu kemudian direndam (fiksasi) dalam larutan buffer
formalin 10%. Kemudian organ yang sudah difiksasi dikirim ke
Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr. Sutomo untuk selanjutnya di
buat preparat histopatologi dengan teknik parafin. Pemeriksaan preparat
histopatologi dilakukan melalui pengamatan mikroskopik preparat hati
mencit menggunakan perbesaran 400x. Pengamatan dilakukan melalui 5
lapang pandang yang berbeda. Persentase kerusakan sel yang teramati
dirata-rata kemudian diberikan skor terhadap rata-rata kerusakan sel
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
89
tersebut. Data yang didapat selanjutnya dianalisis dengan uji statistik
Kruskal Wallis. Apabila terjadi perbedaaan yang nyata antara kelompok
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda (Uji Z) 5%
sehingga diketahui kelompok mana yang mengalami berbeda bermakna.
Pada gambaran mikroskopis tampak perubahan degenerasi.
Degenerasi sel yang paling sering adalah penimbunan air dalam sel yang
bersangkutan. Degenerasi sel ini merupakan kerusakan yang terjadi pada
sitoplasma tetapi tidak sampai merusak inti sel sehingga kerusakan tersebut
dapat pulih kembali menjadi normal bila penyebab kerusakan dihilangkan
(Price & Wilson, 2005). Pada pengamatan irisan histopatologi hati, hasil
analisis Kruskal Wallis untuk degenerasi diperoleh harga Asymp.Sig =
0,168. Sig.tersebut lebih besar dari 0,05. Maka hal ini menunjukkan tidak
ada perbedaan bermakna diantara semua kelompok perlakuan.
Pada gambaran mikroskopis tampak juga terjadi perubahan nekrosis
yakni kematian hepatosit, tahap-tahap nekrosis meliputi piknosis,
karioeksis, dan kariolisis. Piknosis ditandai dengan terjadinya
penggumpalan kromatin dan tidak dikenali lagi anak inti (nukleus), inti
tampak lebih padat dan berwarna gelap hitam. Karioeksis ditandai dengan
terjadinya kerusakan pada inti yaitu inti pecah berkeping-keping sehingga
bentuknya menjadi tidak teratur. Kariolisis ditandai dengan inti yang mulai
hilang hingga sulit dikenali secara mikroskopis, bentuk sel lebih memanjang
dan warnanya menjadi tidak jelas setelah dilakukan pewarnaaan (Price &
Wilson, 2005). Untuk kriteria nekrosis di dapatkan hasil 0,006, sig > α
Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna pada kerusakan
nekrosis hati mencit antar kelompok Untuk mengetahui kelompok mana
saja yang berbeda makna, dilanjutkan uji perbandingan berganda (uji Z
5%). Dari hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa antara kelompok normal-
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
90
kontrol negatif CMC-Na (0,1562) dan Kelompok kontrol negatif CMC-Na-
FDL (0,3192); tidak mempunyai perbedaan signifikan (p > α). Sedangkan
pada Kelompok CMC-DOX (0,0485); Kelompok DOX-FDL (0,0170); dan
kelompok DOX-DOX+FDL (0,00016); mempunyai perbedaan yang
bermakna (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi antara
doksorubisin dan Fraksi diterpen lakton dapat menurunkan toksisitas
doksorubisin pada organ hati.
Ginjal merupakan salah satu organ sasaran utama lainnya dari efek
toksik. Urin sebagai jalur utama ekskresi, dapat mengakibatkan ginjal
memiliki volume darah yang tinggi mengkonsentrasikan toksikan pada
filtrat, membawa toksikan melalui sel tubulus dan mengaktifkan toksikan
tertentu (Guyton & Hall, 2007).
Pada pengamatan irisan histopatologi ginjal, hasil analisis Kruskal
Wallis untuk kriteria degenerasi, didapatkan Asymp. Sig. > α, yaitu sebesar
0.166. sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna pada
kerusakan degenerasi ginjal mencit antar kelompok perlakuan. Sementara
untuk kriteria nekrosis, didapatkan Asymp. Sig < α, yaitu sebesar 0.003.
Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna pada kerusakan
nekrosis ginjal mencit antar kelompok Untuk mengetahui kelompok mana
saja yang berbeda makna, dilanjutkan uji perbandingan berganda (uji Z
5%). Dari hasil perhitungan Zhitung diperoleh hasil bahwa antara Kelompok
kontrol negatif CMC-Na-FDL (0,5000) tidak ada perbedaan bermakna.
Sedangkan pada kelompok normal-kontrol negatif CMC-Na (0,0091);
mempunyai perbedaan signifikan (p < α). Kelompok CMC-DOX (0,0495);
Kelompok DOX-FDL (0,0495) dan kelompok DOX-DOX+FDL (0,0048)
mempunyai perbedaan yang bermakna nilai p lebih kecil dari derajat
kepercayaan (α = 0,05). adanya perbedaan antara kelompok perlakuan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
91
normal dengan CMC-Na hal ini disebabkan karena pengaruh induksi
benzo(a)pirene pada hewan coba yang dapat menyebabkan kerusakan
nekrosis pada ginjal. Untuk bahan uji DOX yang digunakan hanya
memberikan kerusakan degeneratif pada sel organ ginjal. Sementara bila
dikombinasikan dengan FDL dapat menurunkan toksisitas doksorubisin
pada organ ginjal.
Jantung adalah suatu organ yang vital dalam tubuh. Meskipun
jantung bukan organ sasaran biasa, organ ini dapat dirusak oleh berbagai
jenis zat kimia. Zat itu bekerja secara langsung pada otot jantung atau
secara tak langsung melalui susunan saraf atau pembuluh darah (Lu, 1995).
Pada pengamatan irisan histopatologi jantung, hasil analisis Kruskal
Wallis untuk degenerasi diperoleh harga Asymp.Sig = 0,025. Sig tersebut
lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan bermakna pada
kerusakan degenerasi jantung mencit antar kelompok perlakuan. Untuk
mengetahui kelompok mana saja yang berbeda makna, dilanjutkan uji
perbandingan berganda (uji Z 5%). Dari hasil perhitungan diperoleh hasil
bahwa antara Kelompok CMC-DOX (0,0207); Kelompok DOX-FDL
(0,0032); dan Kelompok DOX-DOX+FDL (0,0032) mempunyai perbedaan
signifikan (p < α). Sedangkan untuk kelompok normal-kontrol negatif
CMC-Na (0,1038); Kelompok kontrol negatif CMC-Na-FDL (0,2483) tidak
mempunyai perbedaan yang bermakna. Hal ini dapat dilihat dari harga p
lebih besar dari derajat kepercayaan (α = 0,05). Untuk kriteria nekrosis,
didapatkan Asymp, Sig < α, yaitu sebesar 0,004, Sehingga ada perbedaan
bermakna pada kerusakan nekrosis jantung mencit antar kelompok. Untuk
mengetahui kelompok mana saja yang berbeda makna, dilanjutkan uji
perbandingan berganda (uji Z 5%). Dari hasil perhitungan diperoleh hasil
bahwa kelompok kontrol normal-kelompok kontrol negatif CMC-Na
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
92
(0,0021); Kelompok kontrol negatif CMC-Na-FDL (0,0247); Kelompok
DOX-FDL (0,0110) dan kelompok DOX-DOX+FDL (0,0110) mempunyai
perbedaan signifikan. Sedangkan untuk kelompok kontrol negatif CMC-Na-
DOX (0,3632) tidak mempunyai perbedaan yang bermakna. Hal ini dapat
dilihat dari harga p lebih besar dari derajat kepercayaan (α = 0,05). Dari
hasil uji Z 5% didapatkan ada perbedaan bermakna antara kelompok
perlakuan kontrol negatif CMC-Na-DOX dan kelompok DOX dengan
DOX+FDL dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi antara FDL
dengan Doksorubisin dapat memberikan efek protektif terhadap organ
jantung.
Pada preparat hampir semuanya terdapat kerusakan baik degenerasi
maupun nekrosis, namun kerusakan yang ada tergolong dalam kerusakan
ringan dan sedang. Tidak ada yang tergolong dalam kerusakan berat selain
diakibatkan karena zat-zat toksik, banyak hal yang dapat meyebabkan sel
mengalami cedera atau mati. Diantaranya, defisiensi oksigen pada sel,
bahan makanan, gangguan secara fisik, virus (Price & Wilson, 2005).
Berdasarkan pada pengamatan kedua parameter tersebut yakni
pengujian enzim SGOT, SGPT dan pengamatan histopatologi dari hati,
ginjal dan jantung mencit dapat dsimpulkan bahwa kombinasi fraksi
diterpen lakton sambiloto dengan doksorubisin tidak dapat menurunkan
toksisitas dari doksorubisin terhadap fungsi hati. Hal ini berdasarkan
aktivitas enzim SGOT dan SGPT, tetapi dapat menurunkan toksisitas
doksorubisin terhadap organ ginjal dan jantung mencit berdasarkan
gambaran histopatologi organ ginjal dan jantung mencit. Namun diperlukan
parameter lain untuk menguatkan diagnosa tersebut. Seperti pemeriksaan
fungsi ginjal seperti BUN, Kreatinin dan denyut jantung. Selain itu dapat
juga dilakukan pengujian pada hewan coba yang lebih banyak jumlahnya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
93
dan tinggi spesiesnya seperti tikus putih atau kelinci, pada jangka waktu
yang lebih lama dan variasi dosis yang lebih banyak sehingga diharapkan
dapat memperoleh gambaran yang memadai tentang pengaruh dari
kombinasi fraksi diterpen lakton sambiloto dengan dokxorubisin terhadap
kerusakan sel-sel pada organ tubuh.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
94
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Efek Kombinasi
Fraksi Diterpen Lakton dari Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan
Doksorubisin Terhadap Gambaran Histopatologi Hati, Ginjal dan Jantung
Serta Enzim SGOT dan SGPT Mencit (Mus musculus), maka kesimpulan
yang didapatkan bahwa kombinasi fraksi diterpen lakton sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) dengan dosis 594,80 mg/kgBB mencit dan
Doxorubisin dengan dosis 0,6 mg/kg BB mencit tidak dapat menurunkan
toksisitas doksorubisin terhadap organ hati berdasarkan aktivitas enzim
SGOT dan SGPT. Tetapi dapat menurunkan toksisitas doksorubisin
terhadap organ ginjal dan jantung berdasarkan gambaran histopatologi
ginjal dan jantung mencit.
7.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan:
1. Melakukan penelitian dengan jumlah hewan coba yang lebih banyak
dan menggunakan hewan coba yang lain yang lebih tinggi
spesiesnya misalkan tikus putih (Ratus novergicus).
2. Melakukan penelitian dengan kombinasi dosis yang lebih banyak
sebagai perbandingan antar dosis pada kelompok perlakuan.
3. Melakukan penelitian dengan parameter lain untuk menguatkan
diagnosa tersebut. Seperti pemeriksaan fungsi ginjal seperti BUN,
Kreatinin dan denyut jantung.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
95
4. Melakukan penelitian pada jangka waktu yang lebih lama sehingga
diharapkan dapat memperoleh gambaran yang memadai tentang
pengaruh dari kombinasi fraksi diterpen lakton sambiloto dengan
dokxorubisin terhadap kerusakan sel-sel pada organ tubuh.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
96
DAFTAR PUSTAKA
Airley, R., 2009. Cancer Chemotherapy. John Wiley & Sons ltd. Oxford,
United Kingdom. P.22-126.
Anderson, P. O., Knoben, J. E., and Troutman, W. G. 2002. Handbook
Clinical Drug Data, 10th ed., United States of America. The
McGraw-Hill Companies, Inc., p. 129, 399,
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Depkes RI. Hal 20-
25.
Anonim.2013.http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=
60606#itabs-2d diakses 22 Desember 2013.
Backer, C. A., Bakhuizen Van Der Brink Jr., 1965, Flora of Java. Vol II
NoodhoffNVP, Groningen, The Netherlands.
Baguley, B. C, and Kerr, D. J. 2002. Anti Cancer Drug Development,
New York: Academic Press, A Division of Hartcourt, Inc.
Baldy, C. M., 2005. Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit. In:
Jakarta: Penerbit Buku Ajar Kedokteran EGC, hal. 247- 304.
BPOM RI, 2002. Acuan Sediaan Obat Herbal. Diakses tanggal 18 Oktober
2013
Budavari, S., 1996. The Merck Index 22th edition. New Jersey: Merck &
Co.,Inc.
Chang, H.M., 1987, Pharmacology and Applications of Chinese Materia
Medica,
Chun, J., Tummala, R., Nadiminty, N., Lou, W., Liu, C., Yang, J., Evans, C.
P., Zhou, Q., and Gao, A. C. 2011. Andrographolide, an Herbal
Medicine, Inhibits Interleukin-6 Expression and Suppresses
Prostate Cancer Cell Growth. Journal List. p. 868-876.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
97
Chung, Y., 1979, Andrographis paniculata. Handbook of Traditional
Chinese Medicine. Guangzhou.
Daniel, L., Soemardji, A.A., Immaculata, M., 2000, Kajian Efek
Imunostimulasi Ekstrak Air Herba Sambiloto (Andrographis
paniculata (Burm. F.) Ness., Acanthaceae ) Pada Mencit Balb/
c, Skripsi, Departemen Farmasi,, ITB, Bandung.
Departemen Kesehatan RI, 1977. Material Medika Indonesia Jilid I,
Jakarta.
Depertemen Kesehatan RI, 1979. Material Medika Indonesai Jilid II,
Jakarta: Departemen Kesehatan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III,
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. hal. 20-25.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Peringatan Hari Kanker Se-dunia.
www.depkes.go.id.Diakses tanggal 9 Desember 2013
Depertemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta.
Depertemen Kesehatan RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Devy, L. Groot, F, M. H., Blacher, S., Hajitou, A., Beusker, P. H.,
Scheeren, H. W., Foidart, J. M., and Noel, A. 2004. Breast
Cancer, The FASEB Jour, Vol. 18, p: 565-567.
Donald, M.G., Zachary, F. J. 2007. Pathologic Basic of Veterynary
Disease. Fourth Edition.By Mosby, Inc. an Affiliate of Elsevier
Inc.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
98
Ekowati, J., Tejo, B. A., Sasaki, S., Highasiyama, K., Sukardiman,
Siswandono, Budiati, T., 2012. Structure Modification of Ethyl
p-Methoxycinnamate and Their Bioassay as Chemopreventive
Agent Against Mice’s Fibrosarcoma. Int J Pharm Pharm Sci,
Vol 4, Suppl 3, 528-532
El-Sayyad, H.I., Ismail, M.F., Shalaby, F.M., Abou-El-Magd, R.F., Gaur,
R.L.,Fernando, A.,Raj, M.H.G., Ouhtit, A., 2009.
Histopathological Effects of Cisplatin, Doxorubicin and 5-
Flurouracil (5-FU) on The Liver of Male Albino Rats. Int. J.
Biol. Sci., 5.
Endarini, L. H., 2013. Studi Penggunaan Kapsul Campuran Fraksi
Diterpen Lakton Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)
dan Fraksi Minyak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L)
Sebagai Komplementer 5-Fluorouracil dan Leucovorin dari
Pasien Kanker Kolon di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Tesis.
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Guo, S.Y., D.Z. Li, W.S. Li, A.H. Fu, and L.F. Zhang. 1998, Study of the
toxicity of andrographolide in rabbits. J. Beijing Med. Univ.
5:422-28.
Guyton, C. A. dan Hall, J. E. 1997. In : Setiawan, I. Buku Ajar Fisiologi
kedokteran. Jakarta: EGC.
Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
9. Jakarta: EGC.
Hadi, S. 2002. Gastroenterology. Penerbit Alumni, Bandung. hal. 402-420.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
99
Harjotaruno, S., Widyawaruyanti, A., Sismindari., Zaini, N. C. 2007.
Apoptosis Inducing Effect of Andrographolide on TD-47
Human Breast Cancer Cell Line. Afr. J. Trad. CAM, p. 345 –
351.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta: Badan
Litbang Kehutanan, hal 1756.
Himawan, S. 1994. Patologi. Edisi 1, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. hal. 226-249.
Jarukamjorn, K, and Nemoto, N. 2008. Pharmacological Aspects of
Andrographis paniculata on Health and Its Major Diterpenoid
Constituent Andrographolide. Departement of Pharmaceutical
Chemistry, faculty of Pharmaceutical Sciences. Khon Kaen
University, Thailand.
Lu, F. C. 1995. Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko. Edisi II. UI
Press.hal. 85-100.
Manoharan, S., Singh, A. K., Suresh, K., Vasudevan, K., Subhasini, R.,
Baskaran, N., 2012. Anti-Tumor Initiating Potential of
Andrographolide in 7,12-Dimethylbenz[a]anthracene Induced
Hamster Buccal Pouch Carcinogenesis. Asian Pacific Journal
Cancer Prevention, 13(11):5701-8
Martini,F.H. 2001. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Fifth
Edition. Upper. Sadle River, New Jersey : Prentice Hall Inc.
Matsuda, T., Kuroyanagi, M., Sugiyama, S., Umehara, K., Ueno, A. and
Nishi, K., 1994. Cell Differentiation-Inducing Diterpenes from
Andrographis paniculata Nees. Chemical Pharmaceutical Bull
Vol. 42 No. 6, pp. 1216-25.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
100
McGavin, M. D., Zachary, J. F., 2006. Pathologic Basis of Veterinary
Disease Fourth Edition. St. Louis, Missouri: Mosby, p. 20
McPhee, S. J., Ganong, W. F., 2005. Pathophysiology of Disease: An
Introduction to Clinical Medicine, Fifth Edition. United States of
America: McGraw-Hill Companies.
Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., and Rodwell, V.W. 1999.
Biokimia Harper, edisi 24. Jakarta: EGC. Hal. 779-800.
Neogy, S., D., S., Mahapatra, S.K., Mandal, N., Roy, S., 2007.
Amelioratory effect of Andrographis paniculata Nees on liver,
kidney, heart, lung and Spleen During Nicotine Induced
Oxidative Stress. Environmental Toxicology and Pharmacology,
25, 321-328
Octay, T., Pornsak, S., Crispin, R, D. 2012. Doxorubicin: an Update on
Anticancer Molecular Action, Toxicity and Novel Drug Delivery
Systems, School of Biomedical and health Sciences, Bldg 6,
Victoria University, St Albans 3021, Australia.
Pagana K.D and Pagana T.J. 2002. Mosby’s Manual of Diagnostic and
Laboratory Test. Ed. 2nd. Mosby. Michigan University.
Panossian, A., Davtyan, T., Gukassyan, N., Gukasova, G., Mamikonyan, G.,
Garielian, E., Wikman, G.., 2002, Effect of andrographolide and
kan jang fixed combination of extract SHA- 10 and extract SHE-
3 on proliferation of human lymphocytes, production of cytokines
and immune activation markers in the whole blood cells culture.
Price, A. S. dan Wilson, M. L., 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, edisi 6, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
hal. 44 ; 475-480
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
101
Ritschell, W. A., 1974. Laboratory Manual of Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, Drugs Intellegence Publications, Inc.
Ruch, Randall J., 1997. Toxic Resposes of The Liver. In: Stephen K. Hall,
Joana Chakraborty, and Randall J. Ruch (Eds.). Chemical
Exposure and Toxic Responses. Boca Raton: Lewis Publishers.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia; dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
Jakarta;EGC.
Singha, P. K., Roy, S., Dey, S., 2006. Protective Activity of
Andrographolide and Arabinogalactan Proteins from
Andrographis paniculata Nees. Against Ethanol-Induced
Toxicity in Mice. Journal of Ethnopharmacology 111, 13–21
Sukandar, E. Y. 2004. Sembilan Tanaman Obat Unggulan Hasil Uji
Klinis.
Sukardiman, Poerwono, H., 2001, Penapisan Senyawa Antikanker dari
Tanaman Obat Indonesia Dengan Molekul Target Enzim DNA
Topoisomerase. Laporan Akhir Penelitian DCRG. Domestic
Collaborative Research Grant Proyek Penelitian Untuk
Pengembangan Pascasarjana/Urge Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sukardiman, Rahman, A., Ekasari, W., Sismindari, 2005. Induksi Apoptosis
Senyawa Andrografolida dari Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) terhadap Kultur Sel Kanker. Media Kedokteran
Hewan, No. 3, Vol. 21.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
102
Sukardiman, Santosa, M. H., Rahman, A., Studiawan, H., 2013. Potensi
Efek Antikanker Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari
Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan Obat
Kemoterapi Kanker. Laporan Tahun I Penelitian Hibah
Kompetensi Tahun Anggaran 2013. Universitas Airlangga
Sukardiman, Widyawaruyanti, A., Sismindari, Zaini, N.C., 2007. Apoptosis
Inducing Effect of Andrographolide on TD-47 Human Breast
Cancer Cell Line. Afr. J. Trad. CAM, 4 (3): 345 – 351.
Varma, A., Padh, H., Shrivastava, N., 2009. Andrographolide: A New
Plant-Derived Antineoplastic Entity on Horizon. Evidence-
Based Complementary and Alternative Medicine, Vol. 2011,
Article ID 81539
Wang, B., Pang, Z., Wang, C., 1995. Study on Pharmacokinetic
parameters of andrographolide in rabbit plasma by
chemiluminescence, Shenyang Yaoke Daxue Xuebao, Vol. 12,
No. 1, p.5-9
Wang, S., Ren, W., Liu, j., Lahat, G., Torres, K., Lopes, G., Lazar, A. J.,
Hayes-Jordan, A., Liu, k., Bankson, J., Hazle, J. D., and Lev, D.
2010. TRAIL and doxorubicin Combination Induces
Proapoptotic and Antiangiogenic Effects in Soft Tissue Sarcoma
In vivo. clinical cancer Research. Diakses melalui
clincancerres.aacrjournals.org. tanngal 18 Januari 2014.
Wijayakusuma, H. M. H. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia.
Jilid ke 2. Jakarta: Pustaka Kartini. hal. 117-119.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
103
Lampiran 1
PEMBUATAN FRAKSI DITERPEN LAKTON SAMBILOTO
Serbuk simplisia herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
sebanyak 500 gram diekstraksidengan metode maserasi. Maserasi dilakukan
dengan 2 liter etanol 96% selama 24 jam. Setelah itu hasil maserasi disaring
menggunakan corong Buchner untuk mendapatkan filtrat berupa ekstrak
cair sambiloto. Maserasi dilakukan sebanyak empat kali. Filtrat dari empat
kali maserasi dikumpulkan dan diuapkan menggunakan rotavapor dengan
tekanan rendah.
Dari ekstrak etanol yang diperoleh, kemudian dilakukan tahap
fraksinasi. Sebanyak 100 ml ekstrak diukur, dimasukkan corong pisah,
ditambahkan air sebanyak tiga kali volume ekstrak dan ditambah etil asetat
sebanyak tiga kali volume ekstrak. Larutan dalam corong pisah dikocok
selama ± 5 menit. Fraksi etil asetat dibagian atas dikumpulkan, fraksi
etanol-air dibagian bawah dikocok lagi dengan etil asetat sebanyak empat
kali. Fraksi etil asetat yang terkumpul lalu dipekatkan dengan rotavapor
kemudian dikeringkan dengan Avicel : Cab-O-Sil dengan perbandingan 4:1
(Endarini, 2013).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
104
Ditambah pengering avicel:Cab-O-Sil 4:1
maserasi dengan 2L etanol 96% 4x 24 jam, disaring dengan corong buchner
Diuapkan dengan rotavapor
Sampai 10% volume awal
Ditambah air 1:3, lalu dipartisi dengan etil asetat 1:3 sebanyak 5x
Gambar 1 Skema Pembuatan Fraksi Diterpen Lakton
Fraksi etanol-air Fraksi etil asetat
Filtrat
Kristal
Fraksi diterpen lakton
500 g Herba sambiloto
Serbuk simplisia
Ekstrak etanol
Ekstrak etanol pekat
Pelarut diuapkan dan didiamkan ± 24 jam sampai terbentuk kristal
Dikeringkan dan dihaluskan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
105
Lampiran -2
PENETAPAN KADAR ANDROGRAFOLIDA
DALAM SEDIAAN SERBUK FRAKSI DITERPEN LAKTON
SAMBILOTO
Penetapan kadar dilakukan oleh Endarini, 2013 dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Pembuatan larutan standar
a. Dibuat larutan baku induk andrografolida dengan kadar 1000
ppm, dengan menimbang standar andrografolida 50,0 mg
kemudian ditambah dengan 5 mL etanol 96%, diultrasonik
selama 5 menit kemudian ditambah dengan etanol 96% sampai
tepat 50,0 mL.
b. Dibuat larutan baku kerja dengan kadar 100, 200, 300, 400, 600,
800, 1000 ppm.
Dari larutan baku induk dipipet 1,0 mL ditambah etanol 96%
ad 10,0 mL (100 ppm).
Dari larutan baku induk dipipet 2,0 mL ditambah etanol 96%
ad 10,0 mL (200 ppm).
Dari larutan baku induk dipipet 3,0 mL ditambah etanol 96%
ad 10,0 mL (300 ppm).
Dari larutan baku induk dipipet 4,0 mL ditambah etanol 96%
ad 10,0 mL (400 ppm).
Dari larutan baku induk dipipet 6,0 mL ditambah etanol 96%
ad 10,0 mL (600 ppm).
Dari larutan baku induk dipipet 8,0 mL ditambah etanol 96%
ad 10,0 mL (800 ppm).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
106
2. Penetapan kadar andrografolida dalam fraksi etil asetat Sambiloto
a. Dibuat larutan baku induk andrografolida dengan kadar 1000
ppm.
b. Dibuat larutan baku kerja andrografolida dengan kadar 100, 200,
300, 400, 600, 800, 1000 ppm.
c. Dibuat larutan sampel dengan melarutkan 50,0 mg kristal
andrografolida dalam 10,0 ml etanol 96%, larutan sampel diambil
100 µl dan ditambah etanol 96% 100 µl, sampel ditotolkan
sebanyak 2 µl.
d. Disiapkan eluen yaitu kloroform-metanol dengan perbandingan
9:1.
e. Larutan baku kerja dan larutan sampel ditotolkan pada plat KLT
dengan jarak antar noda 1,5 cm, selanjutnya dilakukan eluasi.
f. Dilakukan penetapan kadar dengan densitometer pada panjang
gelombang 231 nm.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
107
Lampiran -3
HASIL PENETAPAN KADAR ANDROGRAFOLIDA DALAM
FRAKSI DITERPEN LAKTON SAMBILOTO
Penetapan kadar andrografolida dalam fraksi etil asetat sambiloto
dengan metode KLT-Densitometri dilakukan oleh Endarini, 2013. Hasil
luas area larutan baku standar andrografolida dan persamaan garis regresi
dapat dilihat pada tabel 1, dan hasil penetapan kadar andrografolida dalam
fraksi etil asetat sambiloto dapat dilihat di tabel 2
Tabel I Luas Area Larutan Baku Standar Andrografolida Dalam Berbagai Konsentrasi dengan KLT-Densitometri
No. Kadar (ppm) Area 1 100 2997,71 2 200 4305,79 3 400 7782,24 4 600 10529,75 5 800 12113,63 6 1000 14430,39
Gambar 2 Kurva Standar Larutan Baku Andrografolida
0
5000
10000
15000
20000
0 500 1000 1500
Lua
s Are
a
Kadar
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
108
Persamaan regresi :
Y = 2099 + 3,191*X ; r = 0,99292 ; SD = 6,85
Tabel II Penetapan Kadar Andrografolida Dalam Fraksi Etil Asetat Sambiloto Dengan KLT-Densitometri
Replikasi Kandungan tiap totolan
(4µl)
Kandungan dalam 10 ml
Penimbangan sampel (mg)
Persen Kandungan
dalam fraksi (%
b/b)
1 2,725 µg (10000µl / 4 µl) x 2,725 µg = 6,81
mg 50,0
(6,81 mg/50,0 mg) x
100% = 13,63%
2 2,674 µg (10000µl / 4 µl) x 2,674 µg = 6,69
mg 50,0
(6,69 mg/50,0 mg) x
100% = 13,37%
3 2,673 µg (10000µl / 4 µl) x 2,673 µg = 6,68
mg 50,0
(6,68 mg/50,0 mg) x
100% = 13,37%
Persentase rata-rata kandungan andrografolida dalam fraksi 13,45 % ± 0,15
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
109
Lampiran -4
VOLUME MAKSIMUM YANG DAPAT DIBERIKAN PADA
HEWAN COBA
Binatang Rute pemberian
Intravena Intra muscular
Intra peritonial
Subkutan Per oral
Mencit (20-30 g) 0,5 0,05 1,0 0,5 – 1 1,0
Tikus (100 g) 1,0 0,1 2,0 – 5,0 2,0 – 5,0 5,0
Tupai (50 g) - 0,1 1,0 – 2,0 2,5 2,5
Marmut (200 g) - 0,25 2,0 – 5,0 5,0 10
Merpati (300 g) 2,0 0,5 2,0 2,0 10
Kelinci (2,5 kg) 5,0 – 10,0 0,5 10,0 – 20,0 5,0 – 10,0 20
Kucing (3 kg)
5,0 – 10,0 1,5 10,0 – 20,0 5,0 – 10,0 50
Anjing (5 kg) 10,0 – 20,0 5,0 20,0 – 50,0 10,0 100
Keterangan : Pada umumnya volume yang diberikan volume maksimal
Dikutip dari :Ritschel, W. A., 1974. Laboratory Manual of Biopharmaceutic and Pharmacokinetics. Drug Intelligence Publications
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
110
Lampiran -5
KONVERSI PERHITUNGAN DOSIS UNTUK BEBERAPA
JENISHEWAN DAN MANUSIA Mencit
20 g Tikus 200 g
Marmut 400 g
Kelinci1,5 kg
Kucing 2 kg
Monyet4 kg
Anjing 12 kg
Manusia 70 kg
Mencit 20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
Tikus 200 g 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 58,0
Marmut 400 g 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci 1,5 Kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kucing 2 Kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Monyet 4 Kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 Kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 Kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
Dikutip dari : Ghosh, M. N., 1971. Fundamentals of Experimental
Pharmacology. Calcuta: Scientific Book Agency
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
111
Lampiran -6
PEMBUATAN LARUTAN CMC-NA 0,5% (B/V)
Dibutuhkan CMC Na 0,5 % sebanyak :
0,2 ml x 10 ekor x 15 kali pemberian = 30 ml
(30 ml x 4 jenis sediaan uji) = 120 mL
CMC Na yang dibutuhkan = 0,5 % = 0,50 g/100 ml
= 0,50 g/100 ml x 120 ml = 0,60 g
Dosis CMC Na per mencit = 0,50 g/100 ml = 0,005 g/ml
= 0,005 g/ml x 0,2 ml = 0,001 g
Berat rata-rata mencit sebesar 20 g, maka dosis CMC Na
= 0,001 g/ 20 g BB = 50 mg/kg BB
Cara Pembuatan :
Timbang 0,60 g CMC Na, taburkan di atas aquadest panas ± 12 ml,
biarkan 15 menit sampai CMC Na mengembang kemudian gerus
sampai homogen dan tambahkan aqua panas sedikit demi sedikit
sambil diaduk ad volume 120 ml.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
112
Lampiran -7
ANALISIS ONE-WAY ANOVA DATA SGOT DAN SGPT
ANOVA
SGOT Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 116313,467 4 29078,367 1,444 ,249
Within Groups 503578,000 25 20143,120 Total 619891,467 29
Multiple Comparisons Dependent Variable: SGOT LSD (I) kelompok
(J) kelompok Mean Difference (I-
J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
normal
cmc -42,33333 81,94128 ,610 -211,0946 126,4279 fdl -182,00000* 81,94128 ,036 -350,7612 -13,2388 doxo -55,66667 81,94128 ,503 -224,4279 113,0946 fdl+doxo -104,83333 81,94128 ,213 -273,5946 63,9279
cmc
normal 42,33333 81,94128 ,610 -126,4279 211,0946 fdl -139,66667 81,94128 ,101 -308,4279 29,0946 doxo -13,33333 81,94128 ,872 -182,0946 155,4279 fdl+doxo -62,50000 81,94128 ,453 -231,2612 106,2612
fdl
normal 182,00000* 81,94128 ,036 13,2388 350,7612 cmc 139,66667 81,94128 ,101 -29,0946 308,4279 doxo 126,33333 81,94128 ,136 -42,4279 295,0946 fdl+doxo 77,16667 81,94128 ,355 -91,5946 245,9279
doxo
normal 55,66667 81,94128 ,503 -113,0946 224,4279 cmc 13,33333 81,94128 ,872 -155,4279 182,0946 fdl -126,33333 81,94128 ,136 -295,0946 42,4279 fdl+doxo -49,16667 81,94128 ,554 -217,9279 119,5946
fdl+doxo
normal 104,83333 81,94128 ,213 -63,9279 273,5946 cmc 62,50000 81,94128 ,453 -106,2612 231,2612 fdl -77,16667 81,94128 ,355 -245,9279 91,5946 doxo 49,16667 81,94128 ,554 -119,5946 217,9279
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
113
ANOVA SGPT Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 19770,133 4 4942,533 2,047 ,118
Within Groups 60354,167 25 2414,167 Total 80124,300 29
Multiple Comparisons Dependent Variable: SGPT LSD (I) kelompok
(J) kelompok Mean Difference (I-
J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
normal
CMC 15,000 28,368 ,602 -43,42 73,42 FDL -54,500 28,368 ,066 -112,92 3,92 Doxo 13,333 28,368 ,642 -45,09 71,76 FDL + Doxo -17,333 28,368 ,547 -75,76 41,09
CMC
normal -15,000 28,368 ,602 -73,42 43,42 FDL -69,500* 28,368 ,022 -127,92 -11,08 Doxo -1,667 28,368 ,954 -60,09 56,76 FDL + Doxo -32,333 28,368 ,265 -90,76 26,09
FDL
normal 54,500 28,368 ,066 -3,92 112,92 CMC 69,500* 28,368 ,022 11,08 127,92 Doxo 67,833* 28,368 ,025 9,41 126,26 FDL + Doxo 37,167 28,368 ,202 -21,26 95,59
Doxo
normal -13,333 28,368 ,642 -71,76 45,09 CMC 1,667 28,368 ,954 -56,76 60,09 FDL -67,833* 28,368 ,025 -126,26 -9,41 FDL + Doxo -30,667 28,368 ,290 -89,09 27,76
FDL + Doxo
normal 17,333 28,368 ,547 -41,09 75,76 CMC 32,333 28,368 ,265 -26,09 90,76 FDL -37,167 28,368 ,202 -95,59 21,26 Doxo 30,667 28,368 ,290 -27,76 89,09
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
114
Lampiran -8
ANALISIS ONE-WAY ANOVA DATA PERSEN BERAT HATI TERHADAP BERAT BADAN MENCIT
ANOVA
Hati Sum of
Squares Df Mean
Square F Sig.
Between Groups 15,986 4 3,997 7,421 ,000
Within Groups 13,464 25 ,539 Total 29,450 29
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hati LSD (I) kelompok
(J) kelompok
Mean Difference
(I-J)
Std. Error
Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
normal
CMC 1,58667* ,42369 ,001 ,7141 2,4593 FDL 1,58167* ,42369 ,001 ,7091 2,4543 Doxo ,48672 ,42369 ,262 -,3859 1,3593 FDL + doxo 1,88080* ,42369 ,000 1,0082 2,7534
CMC
normal -1,58667* ,42369 ,001 -2,4593 -,7141 FDL -,00500 ,42369 ,991 -,8776 ,8676 Doxo -1,09995* ,42369 ,016 -1,9726 -,2273 FDL + doxo ,29413 ,42369 ,494 -,5785 1,1667
FDL
normal -1,58167* ,42369 ,001 -2,4543 -,7091 CMC ,00500 ,42369 ,991 -,8676 ,8776 Doxo -1,09495* ,42369 ,016 -1,9676 -,2223 FDL + doxo ,29913 ,42369 ,487 -,5735 1,1717
Doxo
normal -,48672 ,42369 ,262 -1,3593 ,3859 CMC 1,09995* ,42369 ,016 ,2273 1,9726 FDL 1,09495* ,42369 ,016 ,2223 1,9676 FDL + doxo 1,39408* ,42369 ,003 ,5215 2,2667
FDL + doxo
normal -1,88080* ,42369 ,000 -2,7534 -1,0082 CMC -,29413 ,42369 ,494 -1,1667 ,5785 FDL -,29913 ,42369 ,487 -1,1717 ,5735 Doxo -1,39408* ,42369 ,003 -2,2667 -,5215
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
115
Lampiran -9
ANALISIS ONE-WAY ANOVA DATA PERSEN BERAT GINJALTERHADAP BERAT BADAN MENCIT
ANOVA
ginjal Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,380 4 ,095 1,125 ,367
Within Groups 2,113 25 ,085 Total 2,493 29
Multiple Comparisons Dependent Variable: ginjal LSD (I) kelompok (J)
kelompok Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
normal
CMC -,27500 ,16783 ,114 -,6207 ,0707 FDL -,18667 ,16783 ,277 -,5323 ,1590 DOXO -,27230 ,16783 ,117 -,6180 ,0734 FDL + DOXO -,05392 ,16783 ,751 -,3996 ,2917
CMC
normal ,27500 ,16783 ,114 -,0707 ,6207 FDL ,08833 ,16783 ,603 -,2573 ,4340 DOXO ,00270 ,16783 ,987 -,3430 ,3484 FDL + DOXO ,22108 ,16783 ,200 -,1246 ,5667
FDL
normal ,18667 ,16783 ,277 -,1590 ,5323 CMC -,08833 ,16783 ,603 -,4340 ,2573 DOXO -,08563 ,16783 ,614 -,4313 ,2600 FDL + DOXO ,13275 ,16783 ,436 -,2129 ,4784
DOXO
normal ,27230 ,16783 ,117 -,0734 ,6180 CMC -,00270 ,16783 ,987 -,3484 ,3430 FDL ,08563 ,16783 ,614 -,2600 ,4313 FDL + DOXO ,21838 ,16783 ,205 -,1273 ,5640
FDL + DOXO
normal ,05392 ,16783 ,751 -,2917 ,3996 CMC -,22108 ,16783 ,200 -,5667 ,1246 FDL -,13275 ,16783 ,436 -,4784 ,2129 DOXO -,21838 ,16783 ,205 -,5640 ,1273
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
116
Lampiran -10
ANALISIS ONE-WAY ANOVA DATA PERSEN BERAT JANTUNG TERHADAP BERAT BADAN MENCIT
ANOVA
jantung Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,224 4 ,056 2,302 ,087
Within Groups ,609 25 ,024 Total ,834 29
Multiple Comparisons Dependent Variable: jantung LSD (I) kelompok
(J) kelompok Mean Difference (I-
J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
normal
CMC -,05500 ,09013 ,547 -,2406 ,1306 FDL -,06667 ,09013 ,466 -,2523 ,1190 Doxo -,16688 ,09013 ,076 -,3525 ,0187 FDL + Doxo ,09702 ,09013 ,292 -,0886 ,2826
CMC
normal ,05500 ,09013 ,547 -,1306 ,2406 FDL -,01167 ,09013 ,898 -,1973 ,1740 Doxo -,11188 ,09013 ,226 -,2975 ,0737 FDL + Doxo ,15202 ,09013 ,104 -,0336 ,3376
FDL
normal ,06667 ,09013 ,466 -,1190 ,2523 CMC ,01167 ,09013 ,898 -,1740 ,1973 Doxo -,10022 ,09013 ,277 -,2858 ,0854 FDL + Doxo ,16368 ,09013 ,081 -,0219 ,3493
Doxo
normal ,16688 ,09013 ,076 -,0187 ,3525 CMC ,11188 ,09013 ,226 -,0737 ,2975 FDL ,10022 ,09013 ,277 -,0854 ,2858 FDL + Doxo ,26390* ,09013 ,007 ,0783 ,4495
FDL + Doxo
normal -,09702 ,09013 ,292 -,2826 ,0886 CMC -,15202 ,09013 ,104 -,3376 ,0336 FDL -,16368 ,09013 ,081 -,3493 ,0219 Doxo -,26390* ,09013 ,007 -,4495 -,0783
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
117
Lampiran -11
ANALISIS KRUSKAL-WALLIS DATA HISTOPATOLOGI HATI
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank
degenerasi
Normal 6 13,25
CMC 6 17,75 FDL 6 17,75 DOXO 6 17,75 FDL + DOXO 6 11,00 Total 30
nekrosis
Normal 6 12,92
CMC 6 17,07 FDL 6 15,00 DOXO 6 23,87 FDL + DOXO 6 8,75 Total 30
Test Statisticsa,b
degenerasi nekrosis
Chi-Square 6,444 14,510
df 4 4
Asymp. Sig. ,168 ,006
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
118
Lampiran -12
ANALISIS KRUSKAL-WALLIS DATA HISTOPATOLOGI GINJAL
Kruskal-Wallis Test
Ranks
kelompok N Mean Rank
degenerasi
normal 6 12,00
cmc 6 12,00 fdl 6 17,00 doxo 6 19,50 FDL + DOXO 6 17,00 Total 30
nekrosis
normal 6 6,17
cmc 6 17,17 fdl 6 17,17 doxo 6 24,87 FDL + DOXO 6 12,83 Total 30
Test Statisticsa,b
degenerasi nekrosis
Chi-Square 6,484 16,221
df 4 4
Asymp. Sig. ,166 ,003
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
119
Lampiran -13
ANALISIS KRUSKAL-WALLIS DATA HISTOPATOLOGI JANTUNG
Kruskal-Wallis Test Ranks
kelompok N Mean Rank
nekrosis
normal 6 13,00
cmc 6 15,25 FDL 6 13,00 DOXO 6 23,25 FDL + DOXO 6 13,00 Total 30
degenerasi
normal 6 11,00
cmc 6 15,42 FDL 6 15,42 DOXO 6 22,67 FDL + DOXO 6 13,00 Total 30
Test Statisticsa,b
nekrosis degenerasi
Chi-Square 8,840 11,125
df 4 4
Asymp. Sig. ,040 ,025
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F
120
Lampiran -14
TABEL Z
Dikutip dari : Siegel, S. and Castellan, J.J., 1998. Nonparametric Statistic
For The Behavioral Sciences, New York: McGraw-Hill Book
Company, p.319
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Efek kombinasi fraksi.... Anis Aulia F