Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK
DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRA
DI SMP NEGERI 1 DOLOPO
OLEH :
ANGGA PRASETIYA YUDA
NIM : 201202005
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK
DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRA
DI SMP NEGERI 1 DOLOPO
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
ANGGA PRASETIYA YUDA
NIM : 201202005
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK
DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRA
DI SMP NEGERI 1 DOLOPO
Mengetahui
Ketua Program Studi SI Ilmu Keperawatan
(Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep)
NIS. 20130092
Menyetujui,
Pembimbing II
(Retno Widiarini, S.KM,M.Kes)
NIS. 20120082
Menyetujui,
Pembimbing I
(Dian Anisia W, S.Kep.,Ns.,M.Kep)
NIS. 20130100
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (SKRIPSI) dan
dinyatakan telah memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar (S.Kep)
Pada Tanggal : ………………………
Dewan Penguji :
1. Ketua Dewan Penguji
Sesaria Betty M, S.Kep.,Ns., M.Kep :………………………….
2. Penguji 1
Dian Anisia W, S.Kep.,Ns., M.Kep :………………………….
3. Penguji 2
Retno Widiarini,S.KM,M.Kes :………………………….
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua
Zainal Abidin, SKM., M.Kes
NIS. 20160130
v
ABSTRAK
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada remaja putra
Oleh: Angga Prasetiya Yuda
Merokok pada remaja membahayakan bagi kesehatannya, bahaya
merokok bagi remaja pada kesehatan jasmani, karena rokok bersifat berbahaya
dan adiktif yang dapat menimbulkan ketergantungan. Rokok berbahan kimia
berbahaya salah satunya zat karsiogenik yang dapat menimbulkan kanker. Tujuan
penelitian untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya
Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra.
Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan populasi seluruh
remaja putra di SMP Negeri 1 Dolopo, Besar sampel dalam penelitian sebanyak
58 remaja. Sampling penelitian menggunakan Purposive Sampling. Teknis
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan Uji Chi
Square dengan Signifikasi 0,05.
Hasil penelitian variabel pengetahuan tentang rokok.diinterpretasikan
bahwa sebagian besar 37 responden (63,8%) berpengetahuan baik. Variabel sikap
tentang bahaya rokok didapatkan sebagian besar 35 responden (60,3%) bersikap
positif dan pada varibel perilaku didapatkan sebagian besar 43 responden (74,1%)
perilaku remaja tidak mengkonsumsi rokok
Hasil perhitungan uji Chi-Square disimpulkan ada hubungan
Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra dan ada hubungan
Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya tempat Penelitian memasang
poster tentang bahaya merokok bagi kesehatan dan pada pihak guru sebaiknya
melakukan kegiatan rutin rahasia terhadap barang bawaan siswa serta membuat
aturan siswa dilarang keluar lingkungan sekolah sebelum jam pulang.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Rokok, Perilaku, Remaja Putra.
vi
ABSTRACT
The Relationship Between Knowledge And Attitude About Cigarette Hazards
With Smoking Behavior Among Male Adolescence
By: Angga Prasetiya Yuda
Smoking in adolescents is harmful to their health, the danger of smoking
for adolescents was on their physical health, because it is dangerous and
addictive which can cause dependences. Cigarettes are made from dangerous
chemicals, one of which is carogenic substances that cause cancer. The purpose
of this research was determine relationship between knowledge and attitudes
about cigarette hazards with smoking behavior among male adolescence.
The design of this study was cross-sectional, with all of male adolescence
at Junior High School 1 Dolopo as the population. The sample size was 58
adolescents. This study was using purposive sampling technique. Data collected
by questionnaires and analyzed by Chi Square Test with 0.05 significance.
The results of this research was the knowledge of cigarettes were most of
the respondents, 37 respondents (63.8%) were well-informed. The Attitude about
the dangers of cigarettes were most of the respondents, 35 respondents (60.3%)
has positive attitude while behavioral variables obtained most of the respondents,
43 respondents (74.1%) did not consume cigarettes
The results of Chi-Square test concluded that there was relationship
between Knowledge with Smoking Behavior among male adolescence and there
was relationship between Attitudes About the Dangers of Cigarettes and Smoking
Behavior among male adolescence at Junior High School 1 Dolopo in 2018
Based on the results of this study, there should be a place at school to put
up posters about the dangers of smoking for health and for teachers, there should
be routine inspection to students' belonging and make rules that students
prohibited to leaving school before its time to going home.
Keywords: Knowledge, Attitude, Cigarette, Behavior, Adolescence.
vii
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
NAMA : Angga Prasetya Yuda
NIM : 201202005
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini hasil dari pekerjaan saya sendiri dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
(ahli madya/ sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum
atau tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, November 2018
Angga Prasetiya Yuda
NIM. 201202005
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Angga Prasetya Yuda
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 18 April 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cokroaminito Rt :20/ 07 Mlilir, Dolopo,
Madiun
No. Hp : +6285708571411
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1999-2005 : MI KRESNA MLILIR
2005-2008 : SMP NEGERI 1 DOLOPO
2008-2011 : SMA NEGERI 1 DOLOPO
2012-Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Riwayat Pekerjaan : -
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul “Hubungan perilaku ibu dalam PHBS (mencuci tangan
dengan air dan sabun) dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 Tahun di
Puskesmas Mlilir, Kabupaten Madiun”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.
Peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan
penyusunan Skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa
adanaya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada peneliti. Untuk itu, dalam kesempatan ini peneliti
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Drs. Arif Wardoyo,MM selaku Kepala sekolah SMP Negeri 1 Dolopo yang
telah memberikan ijin untuk terlaksananya pengumpulan data hingga selesai.
2. Zaenal Abidin.,SKM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun yang telah memberikan ijin, kesempatan dan pengarahan kepada
peneliti, sehingga proposal ini terselesaikan.
3. Mega Arianti Putri.,S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ka Prodi SI Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
4. Dian Anisia W, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu, pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi,
x
saran dengan kesabaran dan ketelitiannya dalam membimbing, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
5. Retno Widiarini, S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, dorongan, motivasi, dan saran dengan sabar, tulus dan iklas kepada
peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.
6. Orang Tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan
semangat serta doa yang tulus untuk saya menyelesaikan Skripsi ini.
7. Teman-teman program studi ilmu keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun angkatan 2012 atas kerja sama dan motivasinya.
8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkankan satu persatu atas bantuan
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
9. Semua siswa yang bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan
yang telah mereka berikan selama ini pada peneliti.
Peneliti menyadari dalam menyelesaikan Skripsi skripsi ini msih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan kita semua.
Madiun, November 2018
Peneliti
ANGGA PRASETIYA YUDA
NIM : 201202005
xi
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................. i
Sampul Dalam .................................................................................................. ii
Lembar Persetujuan .......................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iv
Abstrak ............................................................................................................. v
Abstrack............................................................................................................ vi
Halaman Pernyataan ........................................................................................ vii
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... viii
Daftar Isi........................................................................................................... xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv
Daftar Gambar .................................................................................................. xv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi
Daftar Istilah..................................................................................................... xi
Daftar Singkatan............................................................................................... xii
Kata Pengantar ................................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
1.5 Keaslian Penelitian ....................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan ......................................................... 9
2.1.1 Pengertian ........................................................................... 9
2.1.2 Tingkat Pengetahuan .......................................................... 9
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan .............. 11
2.1.4 Kriteria Pengetahuan ......................................................... 13
2.2 Remaja......................................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Remaja ............................................................. 14
2.2.2 Ciri-ciri Remaja .................................................................. 15
xii
2.2.3 Tugas-tugas Perkembangan Remaja .................................. 16
2.2.4 Masalah-masalah yang terjadi pada remaja ....................... 18
2.3 Konsep Sikap .............................................................................. 20
2.3.1 Pengertian Sikap................................................................. 20
2.3.2 Struktur Sikap .................................................................... 21
2.3.3 Tingkatan Sikap ................................................................. 21
2.3.4 Sifat Sikap .......................................................................... 22
2.3.5 Ciri-ciri Sikap ..................................................................... 23
2.3.6 Cara Pengukuran Sikap ...................................................... 23
2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap .......................... 24
2.4 Konsep perilaku ......................................................................... 27
2.4.1 Pengertian Perilaku ............................................................ 27
2.4.2 Prosedur Pembentukan Perilaku ........................................ 29
2.4.3 Bentuk Perilaku .................................................................. 30
2.4.4 Perilaku Kesehatan ............................................................. 30
2.4.5 Model Atau Teori Perilaku................................................. 33
2.4.6 Bentuk-Bentuk Perilaku ..................................................... 36
2.4.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku .................... 36
2.4.8 Domain Perilaku................................................................. 36
2.5 Perilaku Merokok Pada Remaja .................................................. 41
2.5.1 Pengertian Perilaku merokok ............................................. 41
2.5.2 Aspek-aspek Perilaku Merokok ......................................... 43
2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok ...... 45
2.5.4 Komposisi Rokok ............................................................... 45
2.5.5 Racun pada Rokok ............................................................. 47
2.5.6 Dampak Rokok Pada Remaja............................................. 49
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL dan HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................... 36
3.2 Hipotesa Penelitian ...................................................................... 38
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 54
4.2 Populasi dan Sampel .................................................................... 54
xiii
4.2.1 Populasi .............................................................................. 54
4.2.2 Sampel ................................................................................ 55
4.3 Teknik Sampling .......................................................................... 56
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 57
4.5 Variabel Penelitian ...................................................................... 58
4.6 Definisi Operasional Variabel ...................................................... 58
4.7 Instrumen Penelitian .................................................................... 60
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 61
4.8.1 Waktu ................................................................................. 61
4.8.2 Tempat penelitian ............................................................... 61
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 61
4.10 Teknik Analisis Data .................................................................. 62
4.10.1 Data Umum (data demografi) .......................................... 62
4.10.2 Data Khusus ..................................................................... 63
4.11 Etika Penelitian ........................................................................... 66
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................... 68
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 69
5.3 Hasil Penelitian ............................................................................ 69
5.3.1 Data Umum .......................................................................... 70
5.3.2 Data Khusus ......................................................................... 72
5.4 Pembahasan ................................................................................. 75
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 93
5. 2 Saran ...................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 95
LAMPIRAN ...................................................................................... 98
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ................................................ 57
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Usia (Tahun) Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ................................................ 70
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan mendapatkan
informasi tentang rokok Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ... 70
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi orang tua responden berdasarkan Sumber
informasi tentang rokok Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ... 71
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah rokok yang
dikonsumsi Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ....................... 71
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perokok dalam
keluarga Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ............................ 72
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang rokok pada Remaja
Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ................................. 72
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja
Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ................................. 73
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ................................................ 73
Tabel 5.9 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja
Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ................................. 74
Tabel 5.10 Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun
2018 ................................................................................................ 75
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 51
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018 ................. 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden ................................... 98
Lampiran 2 Lembar Persetujuan menjadi responden (Inform Consent) .......... 99
Lampiran 3 Kisi-kisi kuesioner ........................................................................ 100
Lampiran 4 Lembar Kuisioner ......................................................................... 102
Lampiran 5 Demografi .................................................................................... 105
Lampiran 6 Pengetahuan Remaja .................................................................... 107
Lampiran 7 Sikap Remaja ............................................................................... 110
Lampiran 8 Perilaku Remaja ............................................................................ 114
Lampiran 9 Tabulasi Silang Pengetahuan ........................................................ 116
Lampiran 10 Tabulasi Silang Sikap ................................................................. 117
Lampiran 11 Tabulasi Silang Perilaku ............................................................. 118
Lampiran 12 Chi Square pengetahuan dengan perilaku ................................... 119
Lampiran 13 Chi Square sikap dengan perilaku ............................................... 121
Lampiran 14 Validitas Pengetahuan ................................................................ 123
Lampiran 15 Reliabilitas Pengetahuan............................................................. 127
Lampiran 16 Validitas Sikap ............................................................................ 129
Lampiran 17 Reliabilitas Sikap ........................................................................ 131
Lampiran 18 Tabel r ......................................................................................... 133
Lampiran 19 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 135
Lampiran 20 Konsultasi ................................................................................... 139
xvii
DAFTAR ISTILAH
Anxiety : Kecemasan
Menorrhagia : Pendarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal
xviii
DAFTAR SINGKATAN
PMS : Premenstrual Syndrome
NSAIDS : Non- Steroid atau Nonsteroidal Anti-Inflamasi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sudah lazim ditemui
dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi sebuah kebiasaan yang dapat
memberikan kenikmatan bagi orang yang merokok, namun dilain pihak
dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi orang yang merokok itu sendiri
maupun orang-orang di sekitarnya (Soetjiningsih, 2013). Merokok bagi
remaja berbahaya bagi kesehatannya, bahaya merokok bagi remaja dalam
hal kesehatan jasmani, kondisi ini disebabkan rokok merupakan produk
yang berbahaya dan adiktif yang dapat menimbulkan ketergantungan, karena
di dalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya
merupakan zat karsiogenik (dapat menimbulkan kanker).
Berdasarkan catatan World Health Organization, pada tahun 2014
Indonesia menduduki peringkat ke-3 konsumen rokok setelah China, dan
India. Temuan survey WHO menyatakan jumlah perokok di Indonesia sudah
pada taraf mengkhawatirkan, lebih dari setengah populasi merupakan
perokok aktif, terdapat 63,5% perokok laki-laki, dan 4,5% perokok
perempuan (Rosaria, 2014). Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) pada 2013 diketahui prevalensi perokok di Indonesia
67,4% laki-laki di Indonesia merokok, sedangkan jumlah perokok
perempuan sebanyak 4,2%. Perokok aktif dikalangan remaja usia 13 hingga
2
15 tahun adalah perokok aktif remaja laki-laki sebanyak 20,3% (Depkes RI,
2013).
Berdasarkan Data dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
(IAKMI) Pengurus Daerah (Pengda) Jatim tahun 2016 menyebutkan, jumlah
perokok anak-anak dan remaja di Jatim mencapai sekitar 2.839.115 jiwa.
Jumlah ini terdiri dari perokok di bawah usia 10 tahun sekitar 11,5 persen
dari total penduduk Jatim di usia itu atau sama dengan 687.755 anak.
Sedang jumlah perokok usia 10-14 tahun sekitar 23,9 persen atau 728.108
anak. Angka yang sangat fantastis terjadi pada anak-anak usia 15-19 tahun
yang mencapai 46 persen atau 1.423.252 dari total penduduk Jatim di usia
itu yang pada 2015 sebanyak 3.094.028 jiwa (Jati Permana, 2016).
. Hasil survey di SMP Negeri 1 Dolopo dengan pertanyaan 1)apakah
anda pernah merokok?ya/tidak,2) apakah anda tahu rokok itu apa? Ya/tidak,
3)apakah anda tahu bahaya rokok?ya/tidak. Dari 12 remaja terdapat 50%
menjawab sudah pernah merokok. Hal ini dikarenakan lingkungan keluarga
dan lingkungan masyarakat bahkan dari teman yang mendukung pada
pembentukan perilaku merokok.
Perilaku merokok pada remaja merupakan perilaku simbolisasi untuk
menunjukan kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap
lawan jenis. Selain itu, perilaku merokok juga bertujuan untuk mencari
kenyamanan karena dengan merokok dapat mengurangi ketegangan,
memudahkan konsentrasi (Kartini, 2012). Perilaku merokok ini merupakan
perilaku yang dipelajari dan ditularkan melalui aktivitas teman sebaya dan
perilaku permisif orang tua, perilaku ini didorong oleh nilai-nilai dalam diri
3
remaja. Karena kurangnya pengetahuan tentang rokok banyak remaja yang
tidak memperdulikan bahaya dari rokok.
Berikut beberapa masalah yang dapat timbul akibat bahaya rokok :
1) perokok mempunyai fungsi paru-paru yang lebih rendah dibandingkan
dengan mereka yang bukan perokok dan merokok mengurangi pertumbuhan
paru-paru, 2) penyakit yang disebabkan oleh rokok adalah penyakit jantung
& stroke, 3) dapat menurunkan performa & daya tahan tubuh para remaja,
bahkan pada remaja yang aktif berolahraga. Secara rata-rata, orang yang
merokok 1 bungkus atau lebih setiap harinya berkurang hidupnya selama 7
tahun dibandingkan orang yang tidak merokok. Merokok sejak usia dini
akan meningkatkan resiko untuk terkena kanker paru-paru. Untuk penyakit
lain karena rokok maka resikonya juga akan semakin meningkat apabila
terus merokok. Remaja yang menggunakan rokok mempunyai kemungkinan
3x lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak merokok untuk
menggunakan alkohol, 8x lebih banyak untuk menghisap ganja serta 22x
lebih banyak untuk menggunakan kokain. Merokok juga sering dihubungkan
dengan terjadinya kelakukan beresiko lain seperti berkelahi ataupun
melakukan hubungan seksual secara dini. Bahaya merokok pada remaja
dengan kata lain memberi efek buruk lebih dini.
Berdasarkan data dari WHO menyebutkan 1 dari 10 kematian pada
orang dewasa disebabkan karena kebiasaan merokok, dimana rokok
membunuh hampir lima juta orang tiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut,
maka bisa dipastikan 10 juta orang akan meninggal karena rokok
4
pertahunnya pada 2020, terutama pada negara berkembang seperti
Indonesia.
Masalah kebiasaan merokok yang dihadapi remaja antara lain adalah
tingginya kebiasaan merokok pada remaja, hal ini dibuktikan dengan
berkembangnya perokok pemula dikalangan SMA, SMP bahkan SD
(Depkes, 2012). Rata- rata dari mereka belum begitu mengerti tentang apa
itu rokok, zat apa saja yang terkandung didalamnya, dan bahaya dari rokok
tersebut. Mereka hanya meniru dari kebiasaan orang tua mereka yang setiap
hari merokok didepan mereka, dari lingkungan yang rata rata adalah
perokok bahkan dari teman sekolah mereka. Remaja berperilaku merokok
dikarenakan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang
mendukung pada pembentukan perilaku merokok. Disini dapat dijadikan
masalah penelitian yaitu masalah ” Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya
Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1
Dolopo “
Sudah banyak media dan artikel ilmiah yang memberikan informasi
mengenai bahaya rokok bagi perokok dan lingkungan sekitarnya. Perilaku
merokok bisa terjadi dan ditemukan diberbagai tempat, bhakan di
lingkungan akademis (Anggarawati, 2013). Meskipun informasi dan
pengetahuan tentang bahaya merokok dan akibat negatif merokok bagi
perokok maupun bagi lingkungan sekitarnya banyak dikumandangkan,
namun tingkah laku merokok ini tetap saja dilakukan. Hal tersebut
merupakan suatu realitas yang ada di masyarakat (Christanto, 2004)
5
Upaya-upaya yang bisa dilakukan petugas kesehatan sendiri adalah
dengan mengadakan penyuluhan kesehatan di sekolah- sekolah mulai dari
smp, sma dan mungkin bahkan ke perguruan tinggi. Dan tidak lupa kepada
para orang tua harus ikut serta dalam mengontrol tingkah laku anak tersebut,
seperti tidak merokok didepan anak mereka. Serta mengontrol pergaulan
mereka. Dan para guru pun juga harus ikut serta karena dilapangan banyak
para guru yang merokok tidak pada tempatnya bahkan ada juga yang saat
mengajar mereka malah merokok didepan kelas.
Dengan demikian upaya untuk menghentikan atau mengurangi
perokok diusia remaja tidak bisa hanya dibebankan pada satu pihak semua
harus bekerja sama saling berkolaborasi mencegah perokok diusia muda
tersebut dan memberikan pendidikan kesehatan dan pengetahuan serta
dampak rokok tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Apakah ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok
Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo
Tahun 2018”
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk menganalisis Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP
Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
1.3.2 Tujuan khusus
1 Mengidentifikasi Pengetahuan tentang rokok pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
2 Mengidentifikasi Sikap Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
3 Mengidentifikasi Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP
Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
4 Menganalisis Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018
5 Menganalisis Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun
2018
1.4 Manfaat Penelitian
1 Bagi IPTEK
Penelitian ini dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai dasar
untuk lebih memantapkan dalam pemberian informasi tentang Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra.
7
2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau tambahan
materi serta sumber referensi dalam pembelajaran mata Kuliah
Keperawatan Komunitas dan pernafasan
3. Bagi instansi pendidikan
Institusi pendidikan dapat memperoleh masukan sebagai bahan
pertimbangan dalam penegasan kebijakan dan peraturan larangan merokok
di area sekolah.
4. Bagi peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah di pelajari
selama menjalani pendidikan Keperawatan di Institusi Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun dan menambah wawasan, pengetahuan, dan
keterampilan peneliti.
5. Bagi Peneliti lebih lanjut
Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan masukan dan dokumen
ilmiah yang bermanfaat dalam mengembangkan ilmu serta dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya terutama
untuk penelitian serupa di daerah lain.
1.5 Keaslian penelitian
1 Amalia rosalia dewi (2014), meniti tentang Hubungan Pengetahuan dan
motivasi dengan Perilaku Merokok pada Remaja Usia 12-15 Tahun di
Desa Ngumpul Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Variabel
independen pada penelitian ini pengetahuan rokok sedangkan variabel
dependennya adalah motivasi dan perilaku merokok. Jumlah responden
8
pada penelitian ini adalah 163 remaja dengan menggunakan teknik
proporsional area random sampling. desain penelitian menggunakan cross
sectional instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Perbedaan dengan penelitian diatas adalah terletak pada judul penelitian,
tempat penelitian, dan jumlah responden. Judul penelitian ini adalah
hubungan pengetahuan rokok dengan perilaku merokok pada remaja siswa
kelas VIII di SMPN 1 DOLOPO populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa laki- laki kelas VII dan VIII dengan teknik pengumpulan
sampel menggunakan total sampling
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2012).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan (Notoatmodjo, 2012).
1. Tahu (know)
Tahu artinya sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang
dipelajari / rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.
10
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemauan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
secara benar. Orang yang lebih paham terhadap obyek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan , menyimpulkan,
dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumusan,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan tatanan kerja. Dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan.
5. Sintesis (syintesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari informasi-informasi yang ada. Misalnya,
menyusun, rumusan yang telah ada.
11
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penelitian-penelitian
itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Faktor internal meliputi :
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan mengetahui pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umumnya semakin tinggi pendidikan semakin baik pula
pengetahuanya (Hendra, 2008).
b. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang berifat nonforal (Notoatmodjo, 2007).
c. Usia
Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses
perkembangan mental tidak seperti ketika berumur belasan tahun (Sari,
2008).
d. Informasi
Informasi akan memberi pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika dia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misal seperti
12
TV, radio atau surat kabar atau hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang (Hendra, 2008).
2. Faktor eksternal meliputi :
a. Sarana informal (media massa dan elektronik)
Semakin banyak panca indra yang digunakan untuk menerima sesuatu
maka akan semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian dan
pengetahuan yang diperoleh.
b. Pendidikan formal dan informal
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju arah suatu cita-cita tertentu.
Seseorang dengan pendidikan tinggi akan mampu mengatasi,
menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada seseorang
yang berpendidikan rendah. Dalam Notoadmodjo (2007) semakin
terdidik seseorang semakin baik pula pengetahuan.
c. Sosial, ekonomi, dan budaya
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,
sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik
tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan
tinggi juga. Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai
atau tidak dengan yang ada dan agama yang dianut (Notoadmodjo,
2007).
13
d. Pergaulan atau lingkungan
Pergaulan adalah kehidupan bermasyarakat. Lingkungan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang
buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan
seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada
cara berfikir seseorang (Sari,2008).
e. Latar belakang pendidikan keluarga
Semakin tinggi pendidikan keluarga semakin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiiki.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam
pemenuhan gizi (Soetjiningsih, 2004).
2.1.4 Kriteria Pengetahuan
Menurut Riyanto dan Budiman (2013) pengkuran dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan
harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan
pengetahuan. Arikunto (2006 dalam Riyanto dan Budiman, 2013) membuat
kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang
didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%
2. Tingkat Pengetahuan kategori buruk baik jika nilainya ≤ 50%.
14
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescenen yang berarti
grow (tumbuh) atau to grow maturity. Menurut Papalia dan Olds masa
remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12-13 tahun dan berakhir
pada akhir belasan tahun atau awal dua puluhan. Kartini Kartono, masa
remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak
lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan
dalam tingkatan yang sama. Pada periode ini terjadi perubahan-
perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi
rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual.
Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi
kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak merasa bahwa
dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini
mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual (Ali.2006). Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja
ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya
kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang
paling menonjol dari semua periode perkembangan.
15
Menurut Hurlock (2011) secara psikologis masa remaja adalah usia
dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang dewasa melainkan
berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah
hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak aspek efektif,
kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan
intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berfikir
remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan social
orang dewasa.
Monks membagi batasan masa remaja adalah antara 12-21 tahun
dengan rincian remaja awal 12-15, remaja pertengahan 15-18, dan remaja
akhir18-21 tahun. Sedangkan Hurlock memberikan batasan tersendiri
tentang masa remaja menjadi dua bagian, yaitu remaja awal 13-16 dan
remaja akhir 17-18 tahun.
2.2.2 Ciri-ciri Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi diantaranya:
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal sebagai masa strom dan stress.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai dengan
kematangan seksual.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan
dengan orang lain.
4. Perubahan nilai dimana apa yang dianggap mereka penting pada masa
16
kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi.
6. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
7. Masa remaja sebagai usia bermasalah
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa (Hurlock.2011).
Seseorang dikatakan sudah memasuki masa remaja dimana ia akan
menunjukkan ciri-ciri perubahan dalam dirinya baik dari segi fisik
maupun psikologis. Seorang anak dikatan remaja dimana ia sudah
memasuki usia 12 hingga 21 tahun. Pada usia ini remaja akan mengalami
perubahan fisik yang juga akan disertai dengan kematangan seksualnya.
Selain itu perubahan yang menarik dalam dirinya akan ia tunjukkan
kepada orang lain serta ketertarikannya dengan orang lain.
2.2.3 Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan pola perilaku anak. Menurut Havighust (dalam Hurlock,
2011), dia mengatakan bahwa tugas perkembagan adalah tugas yang
muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan
individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa
keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Berikut tugas-tugas perkembangan masa remaja:
1. Berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kearah
independen.
2. Minat seksualitas
17
3. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
6. Memperkuat self control.
Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (2011)
adalah berusaha:
1. Mampu menerima keadaan fisiknya
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
4. Mencapai kemandirian emosional
5. Mencapai kemandirian ekonomi
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
18
Tugas perkembangan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan
seseorang itu melawati masa yang sedang dialaminya. Apabila tugas
perkembangan ini berhasil dilaluinya, maka akan membawa keberhasilan
untuk tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini beberapa tugas
perkembangan remaja harus dilalui dan dilaksanakan oleh seorang
remaja. Diantaranya mampu menerima keadaan fisiknya, mampu
membina hubungan baik dengan anggota kelompok baik yang sejenis
maupun yang berlawanan jenis, mampu mencapai kemandirian
emosional, mampu memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang
dewasa dan orang tua.
2.2.4 Masalah-masalah yang terjadi pada remaja
Banyak sekali masalah-masalah yang akan dihadapi seseorang pada
sat usia remaja. Seorang remaja bisa saja mengalami masalah yang sangat
berat dan memerlukan waktu lama untuk menyelesaikannya (Santrock.
2007). Misalnya saja pada saat ia berusia 13 tahun ia mulai menunjukkan
perilaku mengganggu orang lain, pada usisa 14 tahun ia sudah melakukan
kenakalan-kenakalan yang nyata, dan pada usia 16 tahun masalahnya
akan bertambah parah, karena ia semakin sering melakukan kenakalan.
Hal ini terjadi karena masa remaja adalah masa pembuktian diri kepada
orang lain, maka remaja akan melakukan apa saja agar dirinya diakui
walaupun apa yang ia lakukan sebenarnya salah. Berikut adalah masalah-
masalah yang sering terjadi pada remaja (Santrock.2007):
1. Penggunaan obat terlarang, alcohol, dan merokok
Para remaja tertarik menggunakan obat-obatan karena mereka yakin
19
bahwa obat-obatan dapat membantu mereka beradaptasi terhadap
lingkungan yang selalu berubah. Mereka menganggap dengan
merokok, minum-minuman jeras dapat mengurangi stress, tidak bosan,
dan dalam beberpa situasi dapat membantu remaja untuk melarikan
diri dari kenyataan dunia. Remaja dapat merasakan perasaan tenang,
gembira, rileks pada saat memakai obat. Namun penggunaan obat
untuk memperoleh kepuasan pribadi dan kemampuan beradaptasi yang
sementara dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan.
Dengan demikian, remaja yang menganggap penggunaan obat itu
adalah perilaku adaptif malah sebenarnya adalah perilaku maladaptive,
karena dapat menimbulkan masalah kesehatan dalam waktu jangka
panjang,
2. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja mengarah pada berbagai perilaku, mulai perilaku
yang dapat diterima secara social, pelanggaran, hingga tindakan
criminal. Kenakalan ini biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang
gagal dalam menjalani tugas perkembangannya, baik pada saat remaja
maupun masa kanak-kanak. Kenakalan remaja merupakan bentuk dari
konflik-konflik yang tidak terseesaikan dengan baik pada tahap
perkembangannya.
3. Gangguan depresif dan bunuh diri
Dimasa remaja, gejala-gejala depresif dapat dilihat dalam berbagai
cara, seperti kecenderungan untuk mengenakan pakaian hitam,
menulis kata-kata yang mengerikan, atau senang mendengarkan lagu-
20
lagu yang bertema sedih. Gangguan tidur juga dapat muncul seperti
sulit bangun di pagi hari maupun sulit tidur saat malam hari. Dengan
timbulnya perasaan depresi akan membuat remaja menjadi bosan dan
enggan untuk melanjutkan hidupnya, sehingga muncul ide-ide untuk
bunuh diri dan usaha bunuh diri dimasa remaja.
Masa remaja adalah masa pembuktian diri kepada orang lain,
dimana remaja akan melakukan apa saja agar dirinya diakui walaupun
apa yang ia lakukan sebenarnya salah. Sehingga membuat persepsi orang
lain bahwa remaja ini bermasalah. Adapun permasalah yang sering
dihadapi pada masa remaja ini adalah penggunaan obat terlarang, alcohol,
merokok, kenakalan remaja, dan gangguan depresif atau bunuh diri.
2.3 Konsep Sikap
2.3.1 Pengertian Sikap
Menurut Azwar (2009) menggolongkan definisi sikap ke dalam tiga
kerangka pemikiran. Pertama, sikap merupakan suatu bentuk reaksi atau
evaluasi perasaan. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap suatu objek
tertentu adalah memihak maupun tidak memihak. Kedua, sikap merupakan
kesiapan bereaksi terhadap obyek tertentu, Ketiga, sikap merupakan
konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi
satu sama lain
Menurut Sarwono (2009) Sikap merupakan reaksi evaluatif yang
disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan
kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang. Menurut
Widayatun,T.R (2009) Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan
21
yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau
terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang
berkaitan dengannya.
2.3.2 Struktur Sikap
Menurut Azwar.S (2009) Struktur sikap dibagi menjadi 3
komponen yang saling menunjang yaitu:
1. Komponen kognitif berisi kepercaayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Seperti dalam keyakinan
ibu bahwa dengan adanya pengambilan sikap yang tepat dapat mengatasi
gumoh pada bayi.
2. Kompenen affektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan
dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Ibu merasa bertanggung
jawab terhadap keadaan bayinya.
3. Komponen konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku
yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya
2.3.3 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
22
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain tetangga, saudaranya, dsb)
untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi
adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap yang paling
tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun
mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko.
2.3.4 Sifat Sikap
Menurut Azwar.S (2009) sikap dapat pula bersifat positif dan
dapat pula bersifat negatif yaitu:
1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
23
2.3.5 Ciri-ciri Sikap
Menurut Azwar.S (2009) Ciri-ciri sikap adalah :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya.
Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti
lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu
pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-
keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang
itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu
yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4. Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan, Sifat iniah yang
membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki orang.
2.3.6 Cara Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (2010) pengukuran sikap dapat dilakukan dengan
menggunakan Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut:
1. Pernyataan Positif
a. Sangat Setuju : SS Nilai 5
24
b. Setuju : S Nilai 4
c. Netral : N Nilai 3
d. Tidak Setuju :TS Nilai 2
e. Sangat Tidak Setuju :STS. Nilai 1
2. Pernyataan Negatif
a. Sangat Setuju : SS Nilai 1
b. Setuju : S Nilai 2
c. Netral : N Nilai 3
d. Tidak Setuju :TS Nilai 4
e. Sangat Tidak Setuju :STS. Nilai 5
Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual adalah
membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana
responden tersebut termasuk. Perbandingan relatif ini menghasilkan
interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorabel
dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Perbandingan tersebut harus
dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok, artinya mengubah skor
individual menjadi skor standar.
2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2009) ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:
1. Faktor internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya
dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau
ditolak.
25
a. Faktor–faktor Genetik dan Fisiologis
Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui
kondisi–kondisi fisiologis. Misalnya waktu masih muda, individu
mempunyai sikap negatif terhadap obat-obatan, tetapi ia menjadi biasa
setelah menderita sakit sehingga secara rutin harus mengkonsumsi
obat–obatan tertentu.
b. Pengalaman pribadi
Pengalaman personal yang langsung dialami memberikan pengaruh
yang lebih kuat daripada pengalaman yang tidak langsung. Sikap
mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional yang ada di dalam
diri individu itu sendiri. Ada dua aspek yang secara khusus memberi
sumbangan dalam membentuk sikap. Pertama adalah peristiwa yang
memberikan kesan kuat pada individu (salient incident), yaitu
peristiwa traumatik yang merubah secara drastis kehidupan individu,
misalnya kehilangan anggota tubuh karena kecelakaan. Kedua yaitu
munculnya obyek secara berulang-ulang (repeated exposure).
Misalnya, iklan kaset musik. Semakin sering sebuah musik diputar di
berbagai media akan semakin besar kemungkinan orang akan
memilih untuk membelinya.
c. Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu
tersebut dibesarkan, contoh : sikap orang kota dan orang desa terhadap
kebebasan dalam pergaulan.
26
d. Faktor Emosional
Yaitu suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai
semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime
pertahanan ego dan dapat bersifat sementara ataupun menetap
(persisten / tahan lama), contoh: Prasangka (sikap tidak toleran,
tidak fair)
2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar indivuidu yang
merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
a. Pengaruh orang tua
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-
anaknya. Sikap orang tua akan dijadikan role model bagi anak-
anaknya, misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan
anak-anak yang juga senang musik.
b. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat
Ada kecenderungan bahwa seorang individu berusaha untuk sama
dengan teman sekelompoknya (normative belief), misalnya, seorang
anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak-anak santri
kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.
c. Media massa
Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan–pesan
sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang
disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam
menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu, misalnya, media
27
massa banyak digunakan oleh partai politik untuk mempengaruhi
masyarakat dalam pemilihan umum.
d. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama
Institusi berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang
menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam
menentukan sikap seseorang.
2.4 Konsep perilaku
2.4.1 Pengertian Perilaku
Menurut Sarwono (2004) Perilaku manusia merupakan hasil
daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam
dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,
berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan
batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang
menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat
dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan,
persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku
ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering
kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice.
28
Menurut Gochman (1988) yang dikutip Lukluk (2008) Di
Indonesia istilah perilaku kesehatan sudah lama dikenal dalam 15 tahun
terakhir ini konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan kesehatan ini
sedang berkembang dengan pesatnya, khususnya dibidang antropologi
medis dan kesehatan masyarakat. Istilah ini dapat memberikan pengertian
bahwa kita hanya berbicara mengenai perilaku yang secara sengaja
dilakukan dalam kaitanya dengan kesehatan. Kenyataanya banyak sekali
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, bahkan seandainya seseorang
tidak mengetahuinya, atau melakukanya dengan alasan yang sama sekali
berbeda.
Menurut Gochman (1988) yang dikutip Lukluk (2008) perilaku dan
gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi
oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.
1. Genetik atau faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal
untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya.
2. Lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan
perilaku tersebut.
Menurut ahli perilaku, Skinner (1979) dalam Notoatmodjo (2007)
mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Respon dibedakan menjadi
yaitu :
1. Respon responden atau reflexsive response, adalah respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut
electing stimuli karena respon-respon yang relalif tetap
29
2. Operant respon atau instrumental response, adalah respon yang timbul
dan berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan
semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena
perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh
organisme.
Menurut Notoatmodjo (2007) kenyataannya dalam kehidupan
sehari-hari, respondent responsive atau respondent behavior sangat terbatas
keberadaannya pada manusia karena hubungan yang pasti antara stimulus
dan respon kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah sangat kecil.
Sebaliknya. operant response atau instrumental behavior merupakan bagian
terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat
besar, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas.
2.4.2 Prosedur Pembentukan Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) demi terbentuknya jenis respon atau
perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut
operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant
conditioning skinner adalah:
1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat alau
reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan
dibentuk.
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponcn kecil
yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-
komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju
kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
30
3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen tersebut
sebagai tujuan sementara untuk mengidentifikasi reinforcer atau hadiah
untuk masing-masing komponen tersebut.
4. Melakukan pembentukan pribadi dengan menggunakan urutan
komponen yang telah tersusun itu.
2.4.3 Bentuk Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) secara lebih operasional, perilaku
dapat diartikan suatu respon organisme terhadap rangsangan dari luar
subyek tersebut. Respon ini dapat berbentuk dua macam:
1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu terjadi di dalam diri individu
dan tidak dapat langsung dilihat oleh orang lain, seperti berpikir,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Perilakunya sendiri masih
terselubung yang disebut covert behavior.
2. Bentuk aktif adalah apabila itu jelas dapat di observasi secara langsung.
Perilaku di sini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata yang disebut
overt behavior.
2.4.4 Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Secara lebih rinci. perilaku kesehatan tersebut mencakup :
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
merespon baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsikan
31
penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun
aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit
tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya
sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit. yaitu:
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
health promotion behavior).
b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah
respon untuk melakukan pencegahan penyakit.
c. Perilaku pencegahan dengan pencarian pengobatan (health seeking
behavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan.
d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan
usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik secara pelayanan kesehatan
modern atau tradisional.
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respon seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
adalah respon terhadap lingkungan sesuai determinan kesehatan manusia.
Menurut Notoatmodjo (2007) proses pembentukan dan atau
perubahan. perilaku dipengaruhi oleh beherapa faktor yang berasal dari
dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain:
susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, dan
32
lingkungan. Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor intern dan
ekstern. Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,
motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari
luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik
maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan
sebagainya.
Becker (2001) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:
1. Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau ketaatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
2. Perilaku sakit (illness behaviour) yakni segala tindakan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit. untuk
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan.
Seorang ahli pendidikan Rogers (2000) penelitiannya
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku peran) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan yakni:
1. Awareness (kesadaran), di mana seseorang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu stimulus/obyek.
33
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tertentu.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut.
4. Trial, subyek mulai mencoba melakukan sesualu dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaptation, subyek telah berperilaku barn sesuai dengan pengetahuan.
kesadaran. dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).
2.4.5 Model Atau Teori Perilaku
Menurut beberapa Iswara (2007) model atau teori perilaku
dibedakan menjadi 7 yaitu:
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)
Model kepercayaan kesehatan sangat dekat dengan bidang
pendidikan kesehatan. Rosenstock menganggap bahwa perilaku
kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan manpun sikap. Secara
khusus model ini menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang
kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi keputusan
seseorang dalam perilaku kesehatannya. Menurut model kepercayaan
kesehatan (Becker, 2001) perilaku ditentukan oleh apakah seseorang:
a. Percaya bahwa mereka rentang terhadap masalah kesehatan tertentu
b. Menganggap bahwa masalah ini serius
c. Meyakini efektilltas tujuan pengobatan dan pencegahan
d. Tidak mahal
e. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
2. Model Komunikasi Atau Persuasi (Communication Or Pertuation Model)
34
Model komunikasi atau persuasi bahwa komunikasi dapat
dipergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku kesehatan yang secara
langsung terkait dalam ranlai kausal yang sama. Efektitas upaya
komunikasi yang diberikan bergantung pada berbagai input (Stimulus)
serta output (tanggapan terhadap stimulus). Variabel input melipuli:
sumber pesan, pesan itu sendiri, saluran penyampai, karakteristik
penerima serta tujuan pesan-pesan tersebut. Variabel output merujuk
pada perubahan dalam faktor kognitif tertentu, seperti pengetahuan,
sikap, pembuat keputusan dan juga perilaku-perilaku yang dapat di
observasi.
3. Teori Aksi Beralasan (Theory Of Reasoned Action)
Teori aksi beralasan dari niat seseorang dalam menentukan
apakah sebuah perilaku akan terjadi. Teori ini secara tidak langsung
menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak
akan pernah terjadi tanpa niat. Niat seseorang juga dipengaruhi oleh
sikap terhadap suatu perilaku.
4. Model Transteoritik (Transtheoritical Model)
Model Transteoritik (model bertahap, stages of change), sesuai
namanya, mencoba menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan
dengan tidak bergantung pada perangkap teoritik tertentu. Model
transteori sejalan dengan teori-teori rasional atau teori pembuatan
keputusan dan teori ekonomi yang lain, terutama dalam mendasarkan diri
pada proses kognitif untuk menjelaskan perubahan perilaku.
35
5. Precede Or Proceed Model
Green dan rekan-rekannya mengembangkan precede or proceed
model, dan sekarang terkenal untuk merencanakan program pendidikan
kesehatan meskipun model ini mendasarkan diri pada model kepercayaan
kesehatan dan sistem konseptual lain, namun model precede merupakan
model sejati yang lebih mengarah pada upaya pragmatik mengubah
perilaku kesehatan dari sekedar upaya pengembangan teori. Green
menganalisis kebutuhan kesehatan komunitas dengan cara menetapkan 5
diagnosis yang berbeda yaitu diagnosis sosial, diagnosis epidemiologi,
diagnosis perilaku, diagnosis pendidikan dan diagnosis administrasi atau
kebijakan.
6. Difusi Inovasi
Model Difusi inovasi melalui peran agen perubahan dalam
lingkungan sosial. Oleh karena itu mengambil fokus yang akan terpisah
dari individu sasaran utama.
7. Teori Pemahaman Sosial (Social Learning Theory)
Teori pemahaman sosial menekankan pada hubungan segitiga
antara orang (menyangkut proses kognitif), perilaku dan lingkungan
dalam suatu proses determinislik (kausalilas resiprokal). Teori
pemahaman sosial menjembatani jurang pemisah antara model kognitif
atau model yang berorientasi pada pembuatan keputusan rasional dengan
teori-teori lain di atas.
36
2.4.6 Bentuk-Bentuk Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi sesuai dengan konsep
yang digunakan para ahli, dalam pemahamannya terhadap perilaku.
Menurut Sunaryo (2004) peruhahan perilaku dikelompokkan menjadi 3
jenis yakni:
1. Perubahan alamiah (natural change)
2. Perubahan rencana (planned change)
3. Kesediaan untuk berubah (readiness to change)
2.4.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Sunaryo (2004) faktor yang mmpengaruhi perilaku
dibedakan menjadi 2 yaitu faktor genetik atau faktor endogen dan faktor
eksogen atau faktor dari luar individu. Faktor genetik atau faktor endogen
perilaku dipengaruhi oleh: jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat
kepribadian, bakat pembawaan, dan intelegensi. Faktor eksogen atau
faktor dari luar individu yang mempengaruhi perilaku antara lain: faktor
lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi, kebudayaan, dan faktor
lain (susunan saraf pusat, persepsi, dan emosi).
2.4.8 Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2010), membagi
perilaku dalam 3 domain (ranah/kawasan), yang terdiri dari kognitif
(kognitif ), afektif (affective ), dan psikomotor (psicomotor).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan
untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Cognitive domain diukur dari pengetahuan (knowledge)
37
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu peginderaan
segingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan
indra penglihatan (mata).
Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas
atau tingkat yang berbeda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat
pengetahuan, yakni:
a. Tahu (know): tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil)
memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension): memahami suatu obyek bukan sekedar
tahu terhadap obyek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi
orang tersebut harusa dapat megintepretasikan secara benar tentang
obyek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application): aplikasi diartikan apabila orang orang yang
telah memahami obyek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang
lain.
d. Analisis (analysis): kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang diketahui.
Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat
38
analisis adalah apabila telah dapat membedakan atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atau
obyek tersebut.
e. Sintesis (synthesis): suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah
ada.
f. Evaluasi (evaluation): berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat.
2. Affective domain diukur dari sikap (attitude)
Sikap merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespon stimulus atau obyek. Sehingga sikap melibatkan pikiran,
perasaan dan perhatian serta gejala kejiwaan yang lain. Sikap mempunyai
tiga komponen pokok:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek, artinya
bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap obyek.
39
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah merupakan rencana untuk bertindak atau
berperilaku terbuka (tindakan).
Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude). Sikap juga mempunyai
tingkat berdasarkan intensitasnya, yakni:
a. Menerima (receiving): menerima diartikan bahwa orang atau obyek
mau menerima stimulus yang diberikan (obyek).
b. Menanggapi (responding): memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau obyek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing): subyek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan
orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan
orang lain merespon.
d. Bertanggung jawab (responsible): sikap yang paling tinggi
tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah
diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila
orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.
3. Psycomotor domain, diukur dari praktik atau tindakan (practice)
Sikap adalah kecenderungan untuk bertidak (praktik). Sikap
belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan
40
perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
Praktik ini mempunyai 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni:
a. Praktik terpimpin (guided response): Apabila subyek atau seseorang
telah menakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau
menggunakan pandangan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanisme): apabila subyek atau
seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara
otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanisme.
c. Adopsi (adoption): suatu tindakan atau praktik yang sudah
berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau
mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau
perilaku yang berkwalitas.
d. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
e. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
f. Mekanisme (mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktik tingkat tiga.
41
g. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari
atau bulan yang lalu (recall) pengukuran juga dapat dilakukan secara
langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
2.5 Perilaku Merokok Pada Remaja
2.5.1 Pengertian Perilaku merokok
Menurut Perry dkk (Andarini) perilaku merokok adalah suatu
aktivitas yang berkembang menjadi penggunaan secara tetap dalam kurun
waktu beberapa tahun. Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok
muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor
psikologis seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres)
dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial seperti terpengaruh oleh
teman sebaya).
Setiap indivudu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan
biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok, seperti untuk
mendapatkan kekuatan kesibukan tangan, kenikmatan dan menenangkan
diri pada saat stress, dan ketergantungan pada nikotin. Smet (1994)
memberi pengertian bahwa seseorang dikatakan perokok berat apabila
menghisap rokok 15 batang atau lebih dalam sehari. Perokok sedang
adalah apabila menghisap rokok 5-14 batang rokok dalam sehari.
42
Sedangkan perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam
sehari.
Danusantosa (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain
merugikan diri sendiri juga berakibat bagi orang lain disekitarnya.
Demikian dengan pendapat Wismanto & Sarwo (2007) mengatakan
bahwa merokok adalah perilaku manusia yang sudah berusia ratusan
tahun bahkan ribuan tahun. Perilaku merokok adalah perilaku yang
merugikan bukan hanya pada si perokok sendiri namun juga merugikan
orang lain yang ada disekitarnya. Levy dkk (1984) menambahkan bahwa
perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa
membakar rokok dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang- orang disekitarnya.
Brigham (1991) mengatakan bahwa perilaku merokok bagi remaja
merupakan simbolisasi. Simbolisasi dari kematamgam, kekuatan,
kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis. Perilaku merokok
biasanya dimulai pada masa remaja. Erikson (dalam Komasari & Helmi,
2000) menyatakan bahwa keputusan seorang remaja untuk merokok
berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa
perkembangannya, yaitu masa mencari identitas diri. Sering kali remaja
merokok karena iseng, diberi oleh temannya atau dipaksa oleh temannya.
Hal tersebut dilakukan agar terlihat dewasa, ingin menyesuaikan diri
dengan teman atau supaya diterima dalam kelompok dan supaya tidak di
cemooh.
Berdasarkan pada definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
perilaku merokok merupakan suatu tindakan individu yang bersifat nyata
43
dapat diamati secara umum dan objektif dengan menghisap asap rokok
yang terbuat dari tembakau yang dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain disekitarnya. Perilaku merokok bagi remaja merupakan suatu
simbolisasi bagi mereka sebagai laki-laki yang kuat cool dan ingin
menunjukan ketertarikan dirinya kepada lawan jenis.
2.5.2 Aspek-aspek Perilaku Merokok
Umumnya setiap individu dapat menggambarkan setiap perilaku
menurut tiga aspek. Aspek-aspek perilaku menurut Smet (1994) adalah
sebagai berikut:
1. Frekuensi
Frekuensi adalah sering tidaknya perilaku muncul. Frekuensi sangatlah
bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perilaku merokok
seseorang dengan menghitung jumlah munculnya perilaku merokok
sering muncul atau tidak. Dari frekuensi merokok seseorang,dapat
diketahui perilaku merokok seseorang yang sebenarnya.
2. Lamanya berlangsung
Lamanya berlangsung adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan. Aspek ini sangatlah berpengaruh bagi
perilaku merokok seseorang. Dari aspek inilah dapat diketahui perilaku
merokok seseorang apakah dalam menghisapnya lama atau tidak.
3. Intensitas
Intensitas adalah banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku
tersebut. Aspek intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam
dan seberapa banyak seseorang menghisap rokok. Dimensi intensitas
merupakan cara yang paling subjektif dalam mengukur perilaku
44
merokok seseorang.
Menurut Rasmiyati (dalam Triyono, 2004) aspek-aspek perilaku
merokok antara lain :
1. Aktivitas individu yang berhubungan dengan perilaku merokoknya,
diukur melalui intensitas merokok, tempat merokok, waktu merokok
dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sikap permisif orangtua terhadap perilaku merokok yaitu bagaimana
penerimaan keluarga terhadap perilaku merokok.
3. Lingkungan teman sebaya, yatu sejauh mana individu mempunyai
teman sebaya yang merokok dan memiliki penerimaan positif
terhadap perilaku merokok.
4. Kepuasan psikologis, yaitu efek yang diperoleh dari merokok yang
berupa keyakinan dan perasaan yang menyenangkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya perilaku merokok
seorang remaja dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya a)
frekuensi, b) intensitas, dan c) lamanya berlansung.
2.5.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
Adapun Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok menurut
Smet (1994) sebagai berikut:
1. Social environment
Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi Perilaku merokok
seperti teman sebaya, saudara, orang tua dan media masa. Faktor yang
terpenting yaitu tekanan dari teman sebaya berpengaruh sebesar
(46%), tetapi pengaruh anggota atau saudara merupakan faktor
penentu kedua sebesar (23%) dan orang tua (14%).
45
Lingkungan yang mendukung atau menerima perilaku merokok akan
menyebabkan seseorang untuk mempertahankan perilaku merokoknya.
Demikian sebaliknya lingkungan yang tidak menerima perilaku
merokok maka akan merubah pandangan seseorang tentang merokok.
2. Demographic variables
Faktor ini meliputi faktor usia dan jenis kelamin. Semakin muda
seseorang mulai merokok maka semakin besar kemungkinan untuk
merokok dikemudian hari. Jenis kelamin juga berpengaruh pada
perilaku merokok. Pada mulanya merokok hanya dilakukan oleh
sebagian kaum pria, namun seiring perkembangan zaman wanita juga
ambil bagian dalam hal perilaku merokok. dan Di Indonesia jenis
kelamin merupakan faktor terpenting dalam faktor sosial.
3. Socio-cultural factors
Yang terkait dengan kebiasaan budaya, kelas sosial dan tingkat
pendidikan.
Mu’tadin (dalam Aula, 2010) mengemukakan alasan seseorang
merokok, diantaranya:
1. Pengaruh orang tua
Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang
berasal dari keluarga tidak bahagia, dimana orang tua tidak
memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan individu yang
berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok
lebih banyak didapati pada individu yang tinggal dengan satu orang tua
(Single Parent). Individu berperilaku merokok apabila ibu mereka
merokok dibandingkan ayah mereka yang merokok. Hal ini terlihat
pada wanita.
46
2. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak individu merokok
maka semakin banyak teman-teman individu itu yang merokok, begitu
pula sebaliknya.
3. Faktor kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.
4. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour
membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang
ada di iklan tersebut.
Remaja sangat rentan sekali dengan perilaku menyimpang seperti
halnya dengan perilaku merokok. Perilaku merokok ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya faktor orang tua, pengaruh iklan, dan faktor
lingkungan, Faktor lingkungan ini termasuk di dalamnya adalah teman
sebaya. Beberapa faktor tersebut sangat berpengeruh terhadap perilaku
remaja yang sedang mencari jati dirinya atau remaja yang kurang
mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
2.5.4 Komposisi Rokok
Satu-satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan
bahan baku tembakau dan cengkeh hanyalah indonesia, dengan sebutan
rokok kretek dengan perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60 : 40.
Sedangkan pembungkusannya, rokok digulung dengan berbagai jenis
pembungkus, ada yang menggunakan kertas, misalnya rokok kretek dan
47
rokok putih, daun nipah, pelepah tongkol jagung atau disebut rokok klobot,
dan dengan tembakau sendiri disebut rokok cerutu. Lapisan pembungkus
rokok kretek dibuat dua lapis sehingga minyak cengkih ditahan oleh
lapisan paling dalam, sedangkan pembungkus lapisan luar tidak tembus
oleh minyak cengkeh sehingga warna rokok tetap putih. Rokok biasanya
terdiri dari rokok dengan atau tanpa filter. Filter digunakan untuk
menyaring bahan- bahan yang berbahaya yang didalam asap rokok yang
dihisap (Sitepoe, Mangku, 2000).
2.5.5 Racun pada Rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan
setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun
utama pada rokok, yaitu:
1. Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran
darah. Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru
yang mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga
didalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paru-
paru dan kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin
secara intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam
waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan
diedarkan keseluruh bagian otak, kemudian menurun secara cepat,
setelah beredar keseluruh bagian tubuh dalam waktu 15- 20 menit pada
waktu penghisapan terakhir (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro,
2007).
2. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
48
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan
kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang
berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah
tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik lain yang
terbakar (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
3. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang
tidak berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat
darah tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap
rokok 2-6%. Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya
pengikat dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada
daya ikat oksigen (O2) dengan hemoglobin (Hb). membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro,
2007).
2.5.6 Dampak Rokok Pada Remaja
Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan,
diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat
karsinogenik. Rokok memang hanya memiliki 8-20 mg nikotin, yang
setelah dibakar 25 persennya akan masuk kedalam darah. Namun, jumlah
kecil ini hanya membutuhkan waktu 15 detik untuk sampai ke otak.
Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel berfilia (rambut getar),
menambah sel lendir sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai
resiko delapan kali lebih besar terkena kanker dibandingkan mereka yang
hidup sehat tanpa rokok (Zulkifli, 2010).
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap
rokok yang mungkin saja tidak terjadi dalam waktu singkat namun
49
memberikan perokok potensi yang lebih besar. Beberapa diantaranya antara
lain:
1. Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke
penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
2. Osteoporosis
Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya
angkut oksigen darah perokok sebesar 15 persen, mengakibatkan
kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan
waktu 80 persen lebih lama untuk penyembuhan.
3. Pada Kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat
dan dapat meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Resiko keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena
karbon monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.
4. Jantung koroner
Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian utama di
indonesia. Sekitar 40 persen kematian akibat serangan jantung yang
terjadi sebelum umur 65 tahun buasanya berhubungan dengan kebiasaan
merokok.
5. Sistem Pernapasan
Kerugian jangka pendek sistem pernapasan akibat rokok adalah
kemampuan rokok untuk membunuh sel rambut getar (silia) di saluran
pernapasan. Ini adalah awal dari bronkitis, iritasi, batuk. Sedangkan
untuk jangka panjang berupa kanker paru, emphycema atau hilangnya
elasitas paru-paru, dan bronkitis kronis.
50
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012).
Keterangan :
: diteliti : Berpengaruh
: tidak diteliti : Berhubungan
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Faktor internal
Pendidikan, Pengalaman, Usia,
Informasi
2. Faktor eksternal
Sarana informal (media massa dan
elektronik), Pendidikan formal dan
informal, Sosial, ekonomi, dan
budaya Pergaulan atau lingkungan
Latar belakang pendidikan keluarga
Factor yang mempengaruhi perilaku
1. Faktor Instrinsik Jenis ras, Jenis kelamin, Sifat fisik,
Sifat kepribadian, Bakat
pembawaan, Intelegensi
2. Faktor Ekstrinsik Lingkungan, Pendidikan, Agama,
Sosial ekonomi, Kebudayaan,
Susunan saraf pusat, persepsi, emosi
Pengetahuan
remaja tentang rokok
Perilaku Merokok
Pada Remaja Factor yang mempengaruhi sikap
1. Faktor Internal Faktor–faktor Genetik dan
Fisiologi, Pengalaman pribadi,
Kebudayaan, Faktor Emosional
2. Faktor Eksternal Pengaruh orang tua, Kelompok
sebaya atau kelompok masyarakat,
Media massa, Institusi / Lembaga
Pendidikan dan Agama
Sikap remaja
terhadap rokok
51
Berdasarkan kerangka konseptual diatas dijelaskan bahwa pada variable
independen Pengetahuan remaja tentang rokok di pengaruhi oleh Faktor internal
meliputi Pendidikan, Pengalaman, Usia, Informasi. Faktor eksternal meliputi
Sarana informal (media massa dan elektronik), Pendidikan formal dan informal,
Sosial, ekonomi, dan budaya Pergaulan atau lingkungan Latar belakang
pendidikan keluarga.
Pada variabel dependen sikap remaja terhadap bahaya rokok dipengaruhi
oleh faktor–faktor Genetik dan Fisiologi, Pengalaman pribadi, Kebudayaan,
Faktor Emosional. Serta Faktor Eksternal yang mempengaruhi sikap: Pengaruh
orang tua, Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat, Media massa, Institusi /
Lembaga Pendidikan dan Agama.
Variable independen pengetahuan dan sikap dihubungkan dengan variabel
Perilaku Merokok Pada Remaja dengan faktor Instrinsik yang mempengaruhi
perilaku seperti Jenis ras, Jenis kelamin, Sifat fisik, Sifat kepribadian, Bakat
pembawaan, Intelegensi. Faktor Ekstrinsik yang mempengaruhi perilaku meliputi
Lingkungan, Pendidikan, Agama, Sosial ekonomi, Kebudayaan, Susunan saraf
pusat, persepsi, emosi.
Penelitian menghubungkan variable pengetahuan remaja tentang rokok
dengan sikap remaja terhadap rokok. Kemudian variable pengetahuan remaja
tentang rokok dengan Perilaku Merokok Pada Remaja
52
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau
hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara
empiris. Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memandu jalan
pikiran ke arah tujuan yang dicapai (Notoatmodjo, 2012).
Hipotesa pada penelitian ini adalah :
Ho = Terdapat Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok
Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo.
53
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Pemilihan dan penetapan rancangan penelitian dilakukan setelah
perumusan hipotesis penelitian untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk
menjawab pertanyaan penelitian serta sebagai alat untuk mengontrol atau
mengendalikan berbagai variabel yang berpengaruh terhadap penelitian
(Nursalam, 2013).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif korelasi
dimana penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menggambarkan dan
menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variable dependen.
Desain yang digunakan adalah cross-sectional dimana dalam penelitian ini
dilakukan serentak dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2014). Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Nursalam (2013) berpendapat bahwa populasi dalam penelitian adalah
subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini,
populasi yang akan digunakan adalah seluruh remaja putra di SMP Negeri 1
Dolopo sebanyak 289 siswa.
54
4.2.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dari sebagian populasi dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, saya
menggunakan kriteria sampel yang sangat membantu dalam mengurangi
bias dalam penelitian khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol
ternyata memiliki pengaruh terhadap variabel yang diteliti.
Kriteria yang digunakan yaitu kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah:
1. Remaja putra yang bersedia menjadi responden.
2. Remaja putra kelas VII dan VIII.
3. Remaja putra ada saat penelitian.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini subyeknya besar
dapat diambil 10-15% atau 20-25% dari total populasi (Arikunto, 2006)
Jumlah populasi : 289
Diambil 20% dari jumlah populasi
n = 20% N
n = 20% x 289
= 57,8= 58 responden
Keterangan :
n = jumlah sampel
N= jumlah populasi.
55
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan prosedur pengambilan sampel secara random
sederhana (simple random sampling). Cara pengambilan sampel dengan
teknik ini adalah dengan memberikan suatu nomor yang berbeda kepada
setiap anggota populasi, kemudian memilih sampel dengan menggunakan
angka-angka random (Sarwono, 2006).
Dengan peneliti meminta daftar jumlah siswa beserta nama, kemudian
membuat daftar nama responden secara urut dari kelas VII A sampai J dan
VIII A sampai J. kemudian peneliti membuat undian no 1 sampai 58,
peneliti mengocok no undian. No yang keluar disamakan dengan daftar
nama responden. Kemudian peneliti masuk dalam kelas dan memanggil
nama sesuai undian
56
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pengetahuan Bahaya Rokok
Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1
Dolopo
POPULASI
Semua remaja putra di SMP Negeri 1 Dolopo sejumlah 289 siswa
SAMPEL
Sebagian remaja putra di SMP Negeri 1 Dolopo sejumlah 58 siswa
TEKNIK SAMPLING
Simple random sampling PurpossiveSampling
DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian deskriptif korelasi dengan metode cross-sectional
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dengan kuisioner kepada responden
VARIABEL DEPENDEN Perilaku Merokok pada Remaja Putra
VARIABEL INDEPENDEN
Pengetahuan rokok pada Remaja Putra
Sikap bahaya rokok
PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dengan cara editing, coding, scoring, entry, dan tabulating
ANALISA DATA
Analisis data dengan metode Chi-Square dengan tingkat signifikan 5% (α = 0,05)
HASIL DAN KESIMPULAN
PELAPORAN
57
4.5 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasi hubungan pengetahuan
bahaya rokok dengan perilaku merokok pada remaja putra di SMP Negeri 1
Dolopo. Dalam penelitian terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu:
1. Variabel terikat (independent variable)
Tingkat pengetahuan pada remaja putra sebagai variabel terikat
(independent variable) artinya variabel yang mempengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Pada penelitian ini variabel
independennya adalah Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok
Pada Remaja Putra.
2. Variabel bebas (dependent variable)
Perilaku merokok pada remaja putra sebagai variabel bebas (dependent
variable) dimana variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan ada
tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2014).
Pada penelitian ini variabel dependennya adalah Perilaku Merokok.
Pada Remaja Putra.
4.6 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, saya akan melakukan pengukuran di setiap variabelnya,
yaitu pengukuran tingkat pengetahuan dan perilaku merokok. Dalam variabel ini,
pengukuran akan dilakukan dengan mengobservasi dan kuisioner kepada
responden.
58
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala
Data Skor
Tingkat
pengetahuan
remaja putra
tentang bahaya
rokok
Tingkat
pemahaman
dan pengap-
likasian
informasi
tentang
segala
sesuatu
mengenai
rokok
1. Pengertian
Perilaku
merokok.
2. Aspek-
aspek
Perilaku
Merokok.
3. Faktor-
faktor yang
mempengar
uhi perilaku
merokok
Kuesioner Nominal Skor untuk jawaban
pada tingkat
pengetahuan:
1. Jawaban benar = 1
2. Jawaban salah = 0
Kategori
Pengetahuan: Baik
jika nilai >50%
Buruk jika nilai ≤
50%
(Riyanto dan
Budiman, 2013)
Sikap remaja
tentang bahaya
merokok
Reaksi atau
respon
remaja
tentang
bahaya rokok
1. Komposisi
Rokok
2. Racun
pada
Rokok
3. Dampak
Rokok
Pada
Remaja
K
u
e
s
i
o
-
n
e
r
N
o
m
i
n
a
l
Pernyataan Positif
SS=5
S=4
R=3
TS=2
STS=1
Pernyataan negatif
SS=1
S=2
R=3
TS=4
STS=5
Sikap Positif T>MT
Sikap Negatif T≤MT
Perilaku
merokok
remaja putra
Perilaku
remaja putra
yang
menggambar
kan kegiatan
merokok
Mengkonsumsi
rokok jenis
apapun
K
u
e
s
i
o
-
n
e
r
N
o
m
i
n
a
l
Perilaku Merokok
jika mengkonsumsi
rokok
Perilaku Tidak
Merokok jika tidak
mengkonsumsi
rokok
59
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk variabel independen atau
tingkat pengetahuan adalah dengan pengukuran melalui kuisioner. Dalam
penelitian ini alat ukur yang digunakan merupakan jawaban dari responden
pada kuisioner yang diberikan dengan model open ended questions dan closed
ended questions yang berupa pertanyaan
1. Tingkat pengetahuan
Dalam penelitian ini, pertanyaan tentang tentang Pengertian Perilaku
merokok, Aspek-aspek Perilaku Merokok, dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok terdiri dari 12 pertanyaan.
2. Tingkat pengetahuan
Dalam penelitian ini, pertanyaan sikap tentang bahaya merokok terdiri
komposisi rokok, racun pada rokok, dan dampak rokok pada remaja terdiri
dari 10 pertanyaan.
3. Perilaku merokok
Instrumen penelitian untuk variabel dependen atau perilaku merokok
terdiri dari Mengkonsumsi rokok jenis apapun yang terdiri dari 2 item
pernyataan.
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.8.1 Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus - September 2017
4.8.2 Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Dolopo.
60
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Nursalam (2013) mengemukakan pendapat pengumpulan data adalah
suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik
subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, saya
akan menyampaikan jalannya penelitian yang akan saya lakukan, antara lain:
1 Menyampaikan surat permohonan ijin melaksanakan studi pendahuluan di
SMP Negeri 1 Dolopo kepada remaja putra sebanyak 10 responden.
2 Penentuan sampel responden dan kriteria sampel penelitian dengan rumus
Slovin pada remaja putra di SMP Negeri 1 Dolopo sebanyak 74 siswa.
3 Melaksanakan studi kasus di SMP Negeri 1 Dolopo.
4 Pelaksanaan seminar proposal penelitian yang telah disetujui oleh dosen
pembimbing di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
5 Menyampaikan surat permohonan ijin penelitian untuk melakukan
penelitian di SMP Negeri 1 Dolopo.
6 Meminta persetujuan kepada responden untuk bersedia menjadi responden
dengan menandatangani inform consent yang telah disediakan.
7 Pelaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Dolopo pada responden remaja
putra.
8 Meminta responden untuk mengisi lembar kuisioner penelitian yang telah
disediakan oleh peneliti.
9 Kuisioner yang telah diisi dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan
kelengkapan dalam mengisi lembar kuisioner kemudian dilakukan analisa
data.
61
4.10 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.10.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2006). Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud.
Pengujian validitas instrument dimaksudkan untuk mendapatkan alat
ukur yang shahih dan terpercaya. Validitas atau kesahihan ini berkaitan
dengan permasalahan apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur
sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur
tersebut. Uji coba instrumen tes yang berupa soal dilakukan pada 10 Remaja
Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo.
Bila r hitung lebih dari r tabel maka H ditolak artinya variabel tersebut
valid. Jika menggunakan program computer syarat validitas koefisien
korelasi (r) suatu butir adalah jika r lebih besar dari r variabel dengan
derajat kebebasan dikurangi 2 (dk = n – 2) (Santoso, 2001) dikutip oleh
Setiawan dan Saryono (2010).
1. Instrumen Variabel pengetahuan remaja
Uji valisitas angket dilakukan pada 10 responden, untuk hasil uji
validitas pengetahuan remaja terdiri dari 10 pernyataan. Item pernyataan
62
yang dinyatakan valid dan tidak valid dapat dilihat pada Tabel 4.2
sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas pengetahuan Remaja
No r Hitung r table Keterangan
1 0. 896 0,631 Valid
2 0. 786 0,631 Valid
3 0. 883 0,631 Valid
4 0. 896 0,631 Valid
5 0. 887 0,631 Valid
6 0. 839 0,631 Valid
7 0. 887 0,631 Valid
8 0. 896 0,631 Valid
9 0. 786 0,631 Valid
10 0. 649 0,631 Valid
11 0. 896 0,631 Valid
12 0. 896 0,631 Valid
Uji valisitas Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut, diperoleh data dari
10 item pernyataan pada angket variabel pengetahuan remaja, 10 item
soal dinyatakan valid, dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
2. Instrumen Variabel Sikap Remaja
Uji validitas angket dilakukan pada 10 responden, untuk hasil uji
validitas sikap masyarakat terdiri dari 10 pernyataan. Item pernyataan
yang dinyatakan valid dan dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas sikap remaja
No r Hitung r table Keterangan
1 0. 843 0,631 Valid
2 0. 787 0,631 Valid
3 0. 677 0,631 Valid
4 0. 906 0,631 Valid
5 0. 897 0,631 Valid
6 0. 833 0,631 Valid
7 0. 926 0,631 Valid
8 0. 860 0,631 Valid
9 0. 898 0,631 Valid
10 0. 753 0,631 Valid
63
Uji valisitas Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut, diperoleh data dari 10 item
pernyataan pada angket variabel sikap remaja, 10 item soal dinyatakan
valid, dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
2. Uji reliabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau
tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.
(Notoatmojo, 2010). Suatu instrumen menurut Suharsimi Arikunto
dikatakan reliabel atau dapat dipercaya jika nilai reliabilitasnya
0,6. Pengujian reliabilitas instrumen diolah dengan menggunakan
software SPSS versi 16,0 for windows.
4.10.2 Hasil Uji Reliabilitas
1. Instrumen Variabel pengetahuan remaja
Berikut adalah hasil perhitungan uji reliabilitas variabel
pengetahuan remaja dengan menggunakan SPSS 16 pada Tabel 4.4
seperti berikut ini.
Tabel 4.4 reliabilitras pengetahuan remaja
Cronbach's Alpha N of Items
.781 12
2. Instrumen Variabel sikap remaja
Berikut adalah hasil perhitungan uji reliabilitas variabel sikap
masyarakat dengan menggunakan SPSS 16 pada Tabel 4.5 seperti
64
berikut ini.
Tabel 4.5 reliabilitras sikap masyarakat
Cronbach's Alpha N of Items
.786 10
Tabel 4.6 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
Interval Koofesian Tingkat Hubungan
±0.80-±1.000 Sangat Kuat
±0.60-±0.799 Kuat
±0.40-±0.599 Sedang
±0.20-±0.399 Rendah
±0.00-±0.199 Sangat Rendah
Hasil dari uji reliabilitas variabel pengetahuan remaja adalah
r=0.785 jika dilihat pada tabel Interpretasi Koefisien Korelasi di atas,
bahwa nilai r berada pada tingkatan ±0.60-±0.80 yang menyatakan
bahwa pernyataan variabel pengetahuan remaja pada hasil uji reliabilitas
adalah kuat. Sedangkan untuk uji reliabilitas variabel sikap remaja
adalah r=0.781, dilihat pada Tabel 4.6 di atas, bahwa nilai r berada pada
tingkatan ±0.60-±0.80 yang menyatakan bahwa pernyataan variabel
sikap remaja pada hasil uji reliabilitas adalah kuat.
4.11 Teknik Analisis Data
4.11.2 Data Umum (data demografi)
Data umum berisi karakteristik responden yang digunakan untuk
pertimbangan peneliti dalam menilai karakteristik responden. Data akan
dianalisa dengan rumus prosentase sebagai berikut :
65
%100xN
fP
Keterangan :
P : Prosentase
N : Jumlah populasi
F : Frekuensi jawaban
Adapun hasil pengolahan data diinterpretasikan
menggunakan skala :
100% : seluruhnya
75% - 99% : hampir seluruhnya
51% - 74% : sebagian besar
50% : setengahnya
25% - 49% : hampir setengahnya
1% - 24% : sebagian kecil
0% : tidak satupun.
4.8.1 Data Khusus
Untuk variabel independent pengetahuan rokok pada remaja dengan dengan
cara menabulasikan dan mengelompokkan sesuai variabel yang diteliti
setelah data terkumpul.
Adapun rumus yang digunakan adalah rumus mean, yaitu:
Keterangan:
: rata- rata
X : nilai skor
n
XX
X
66
N : jumlah responden
Σ : jumlah
(Riyanto dan Budiman, 2013)
Selanjutnya hasil prosentase tiap variabel diinterpretasikan dengan
menggunakan skala Pengetahuan yaitu:
Pengetahuan Baik > 50%
Pengetahuan Buruk ≤ 50 %
Untuk variabel independent sikap merokok menggunakan skala likert
dengan skor Pernyataan Positif SS=5, S=4, R=3, TS=2, STS=1. Pernyataan
Negatif SS=1, S=2, R=3, TS=4, STS=5 dengan menggunakan skor T
(Azwar, 2010).
Dengan rumus:
T = 50+10 S
XX
Keterangan:
X : skor responden
X : nilai rata-rata kelompok
S : deviasi standar (simpangan baku) kelompok
Rumus untuk simpangan baku (Sugiyono, 2004)
1
)( 2
n
XXS
Keterangan:
S : simpangan baku
X : skor responden
67
X : nilai rata-rata kelompok
n : jumlah sampel
Dengan nilai MT:
MT = n
T
Keterangan:
MT : Mean T
T : Jumlah T
N : responden
Untuk mempermudah penilaian maka hasil prosentase variabel sikap
merokok, peneliti mengintepretasikan menjadi 2 kategori yaitu :
T > MT : Sikap positif
T ≤ MT : Sikap negatif
Untuk variabel dependent perilaku merokok
1. Merokok jika mengkonsumsi rokok
2. Tidak Merokok jika tidak mengkonsumsi rokok
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel
bebas dan terikat dengan menggunakan uji Analisis Bivariat dilakukan
untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel dependent dan variabel
independent dengan menggunakan uji statistic yang digunakan Chi-Square
dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu antara pengetahuan dengan Perilaku
dengan nilai α = 0,05. Perhitungan nilai p pada uji Chi-Square yaitu:
68
1. Apabila p ≤ 0,05=Ho ditolak, berarti ada Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja
Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo
2. Apabila p > 0,05=Ho diterima, berarti tidak ada Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo
Jika hasil penelitian p ≤ 0,05=Ho ditolak, berarti ada Hubungan dua
variabel dengan dihitung besarnya niali cc (Contingency Coefficient) yang
berkisar 0-1,00. Interpretasi terhadap besarnya KK sebagai berikut:
1. Antara 0,80 - 1,00 : sangat tinggi
2. Antara 0,60 - 0,79 : tinggi
3. Antara 0,40 - 0,59 : cukup
4. Antara 0,20 - 0,39 : rendah
5. Antara 0,00 - 0,19 : sangat rendah.
(Sugiyono, 2008).
4.12 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, saya telah melakukan semua penelitian dengan
memperhatikan etika penelitian. Saya memperhatikan etika dalam penelitian
sesuai dengan penyataan Milton dalam Notoadmodjo (2010) yaitu :
1 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Dalam penelitian ini, saya memberikan inform consent sebelum penelitian
yang digunakan untuk memberikan kebebasan kepada responden dalam
69
menentukan kesediaannya sebagai responden untuk memberikan informasi
yang digunakan sebagai sumber penelitian.
2 Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Dalam penelitian ini, saya memberikan inform consent sebelum penelitian
yang digunakan untuk memberikan kebebasan kepada responden dalam
menentukan kesediaannya sebagai responden untuk memberikan informasi
yang digunakan sebagai sumber penelitian. Dalam penelitian ini saya
memperhatikan kerahasiaan identitas responden dengan menyamarkan
identitas pribadi responden (anonymity).
3 Keadilan dan inklusifitas/ keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness)
Penelitian ini juga menyertakan surat pernyataan dimana responden
bersedia untuk memberikan informasi sebenar-benarnya dan sejujur-
jujurnya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Hal ini
dapat mengurangi resiko kesalahan dalam informasi yang dikumpulkan.
4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Dalam penelitian ini saya memperhitungkan manfaat yang akan diperoleh
oleh responden dan mengurangi resiko kerugian yang akan didapat oleh
responden. Manfaat yang akan diperoleh antara lain responden mengetahui
informasi dan penambahan wawasan yang penting dari penelitian ini serta
70
mengetahui dan memperbaiki apa saja yang bisa menjadikan pengaruh
atau faktor dari hal-hal mengenai kesehatan yang terjadi.
71
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis menyajikan hasil penelitian dan pembahasan dari
pengumpulan data melalui kuesioner tentang “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP
Negeri 1 Dolopo Tahun 2018” yang akan diuraikan secara pendekatan cross
sectionalsesuai dengan tujuan penelitian
5.1 Gambaran Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan Di SMP Negeri 1 Dolopo terletak pada
jalan masuk (jalan raya) dengan angkutan bisa masuk sampai depan gerbang
sekolah sehingga Di SMP Negeri 1 Dolopo banyak yang diminati. Sebagian
besar siswa Di SMP Negeri 1 Dolopo berjenis kelamin laki-laki. Pada
bangunan Di SMP Negeri 1 Dolopo terdapat 1 buah masjid yang cukup besar
untuk melakukan ibadah, 2 buah kantin sekolah, 1 Ruang BK (Bimbingan
dan Konseling), 1 ruang UKS (Usaha Kesehatan Masyarakat), 1 ruahg
perpustakaan. Jumlah tenaga pengajar 60 guru dengan Drs. Arif Wardoyo,
MM selaku Kepala Sekolah.
Sarana prasarana Di SMP Negeri 1 Dolopo ruang computer dengan
free wifi sehingga memudahkan siswa mengakses informasi melallui internet,
kegiatan olahraga yang sering dilakukan adalah senam, lari, sepak bola, voli.
Pada kegiatan olah raga badminton dilakukan di halaman lapangan yang
berada tepat didepan Di SMP Negeri 1 Dolopo.
72
Kegiatan ekstrakulikuler Di SMP Negeri 1 Dolopo serperti majalah
dinding serta perpustakaan untuk menyalurkan hobi dan meningkatkan
pengetahuan siswa.Kegiatan ektrakurikuler Di SMP Negeri 1 Dolopo yang
diwajibkan pada siswa kelas I adalah Pramuka, pada kegiatan materi
dilakukan di lingkup sekolah, dan pada kegitan kemah dilakukan di lapangan
sebelah sekolah.
5.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian menjelaskan tentang data umum dan data khusus.
Pada data umum meliputi:usia, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin,
penghasilan perbulan, dan status keluarga. Pada data khusus tentang
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
5.2.1 Data Umum
Pada data umum ini akan disajikan mengenai karakteristik responden
berdasarkan karakteristik remaja sepertiusia, mendapatkan, jenis informasi,
dan perokok pada keluarga. Pada karakteristik merokok seperti
menkonsumsi rokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi.
73
1. Usia
Tabel 5.1 Distribusi frekuensiresponden berdasarkan Usia(Tahun)
Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018
Usia (Tahun) Frekuenesi P (%)
13 21 36,2
14 23 39.7
15 14 24,1
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas rata- rata umur responden adalah
13- 24 tahun dan sisanya berusia 15 tahun.
2. Mendapatkan informasi tentang rokok
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan mendapatkan
informasi tentang rokok Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun
2018.
mendapatkan informasi
tentang rokok Frekuenesi P (%)
Pernah 58 100,0
Tidak pernah 0 0
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa seluruh
responden atau sejumlah 58 responden pernah menerima informasi
tentang bahaya rokok.
74
3. Sumber informasi tentang rokok
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi orang tua responden berdasarkan
Sumber informasi tentang rokokDi SMP Negeri 1 Dolopo
Tahun 2018.
Sumbar informasi
tentang rokok
Frekuensi P (%)
Tenaga Kesehatan 2 3,4
Media Cetak 5 8,6
Media Elektronik 10 17,2
Teman 14 24,1
Orang Tua 19 32,8
Saudara 8 13,8
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa responden
mendapat informasi tentang rokok paling banyak dari orang tua
mereka dan dari tenaga kesehatan hanya sedikit, hanya 3,4 %.
4. Jumlah rokok yang dikonsumsi
Tabel 5.4 Distribusi frekuensiresponden berdasarkan jumlah rokok
yang dikonsumsi Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Jumlah rokok yang
dikonsumsi (batang) Frekuenesi P (%)
3 2 13,3
4 7 46,7
6 6 40,0
Jumlah 15 100,0
Sumber : Data Primer
75
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa rata- rata
responden merokok lebih dari 4 batang perhari, dapat dilihat dari 7
responden 4 batang perhari dan 6 responden 6 batang perhari.
5. Perokok dalam keluarga
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perokok
dalam keluarga Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Perokok dalam
keluarga Frekuenesi P (%)
Ayah 14 24,1
Kakak 6 10,3
Tidak Merokok 38 65,6
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa 38 responden
(65,6%) tidak ada perokok dalam keluarga dan sebagian kecil 6
responden (10,3%) kakak merokok dalam keluarga.
5.2.2 Data Khusus
Pada data khusus akan disajikan mengenai sub variabel yang
menjadi fokus penelitian: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP
Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
1. Pengetahuan tentang rokok pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1
Dolopo Tahun 2018..
76
Tabel 5.6 Distribusi FrekuensiPengetahuan tentang rokok pada
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Pengetahuan Frekuensi P(%)
Baik 37 63,8
Buruk 21 36,2
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat ketahui bahwa sebesar 37 atau
(63,8%) responden dari 58 responden berpengetahuan baik tentang
rokok.
2. Sikap Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1
Dolopo Tahun 2018.
Tabel 5.7 Distribusi FrekuensiSikap Tentang Bahaya Rokok Pada
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Sikap Remaja Frekuensi P(%)
Positif 35 60,3
Negatif 23 39,7
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan Tabel 5.7di atas dapat diketahui bahwa 35 atau (60,3%)
responden dari 58 responden bersikap positif tentang Bahaya Rokok.
3. Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun
2018.
77
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Perilaku Merokok
Pada Remaja
Frekuensi P(%)
Tidak Merokok 43 74,1
Merokok 15 25,9
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan Tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa 43 atau
(74,1%) dari 58 responden berperilaku tidak mengkonsumsi rokok.
4. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra
Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Tabel 5.9 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Pengetahuan
Remaja
Perilaku Merokok Pada
Remaja
Jumlah P(%) p value
Chi-
Square
cc α
Tidak
Merokok
Merokok
F P(%) F P(%)
Baik 35 60,3 2 3,5 37 63,8 0,000 0,527 0,05
Buruk 8 13,8 13 22,4 21 36,2
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0
Sumber : Data Primer 2018
78
Berdasarkan Tabel 5.9 diatas dapat dilihat dari 37 responden
berpengetahuan baik hanya 2 responden yang merokok. Dan dari 21
responden berpengetahuan buruk terdapat 13 responden yang berperilaku
merokok. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji
statistik Chi-Square diperoleh p value= 0,000 yang berarti lebih kecil
dari α=0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada Hubungan Pada
keeratan hubungan dengan niali Contingency Coefficient =0,527 kategori
cukup maka disimpulkan ada keeratan hubungan cukup antara
Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP
Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
5. Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Tabel 5.10 Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo
Tahun 2018.
Sikap
Remaja
Perilaku Merokok Pada Remaja Jumlah P(%) p value
Chi-
Square
Cc α
Tidak Merokok Merokok
F P(%) F P(%)
Positif 32 55,2 3 5,1 35 60,3 0,000 0,438 0,05
Negatif 11 18,9 12 20,8 23 39,7
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0
Sumber : Data Primer 2018
79
Berdasarkan Tabel 5.10 diatas terlihat bahwa dari 35 responden
bersikap positif terdapat 32 responden yang tidak merokok dan 3
responden yang merokok. Berdasarkan hasil analisa data dengan
menggunakan uji statistik Chi-Square diperoleh p value= 0,000 yang
berarti lebih kecil dari α (alfa)=0,05 dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ada Hubungan Pada keeratan hubungan dengan nilai Contingency
Coefficient =0,438 kategori cukup maka disimpulkan ada keeratan
hubungan cukup antara Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
5.3Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner
terhadap remaja kelas VII dan VIII SMP N 1 Dolopo pada bulan September
2018 dan hasilnya telah diolah, maka penulis akan membahas mengenai
“Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018”
5.3.1 Pengetahuan tentang rokok pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo
Tahun 2018
BerdasarkanTabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 58 responden
di SMP N 1 Dolopo diketahui bahwa tingkat pengetahuan baik berjumlah 37
siswa (63,8%), dan yang pengetahuanya kurang berjumlah 21 siswa
(36,2%).
80
Berdasarkan penelitian Hasriani (2015) tentang Gambaran Tingkat
Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Remaja Wanita Tentang Dampak
Merokok Di Club Malam Retro Makassar didapatkan remaja wanita yang
memiliki pengetahuan cukup mengenai dampak merokok adalah sebanyak
37 responden (52,11%), 31 responden (43,66%) remaja wanita yang
memiliki pengetahuan baik dan remaja yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai dampak merokok yaitu 3 responden (4,23%).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh dari
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Selain itu ada juga faktor yang mempengaruhi pengetahuan siswa yaitu
faktor internal (pendidikan, pengalaman, usia, dan informasi) dan factor
eksternal (lingkungan, sosial budaya sarana dan pendidikan).berdasarkan
factor usia yang mempengaruhi pengetahuan siswa, berdasarkan tabel 5.1
dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa berusia 13-14 tahun dengan
jumlah 44 siswa (75,9 %).
Menurut notoadmojo 2007 semakin cukup umur, maka tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa semakin dewasa umur
seseorang maka akan semakin banyak pengalaman sehingga lebih banyak
tahu informasi tentang rokok.
81
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa
sudah cukup baik dibuktikan dengan adanya 37 (63,8%) siswa dari 58 siswa
berpengetahuan baik atau separuh dari responden sudah memiliki
pengetahuan baik. Dilihat dari analisis kuesioner diketahui pengetahuan
mereka hanya sebatas mnegetahui sekilas tentang rokok, dapat dilihat dari
soal nomer 1 dan 11 dengan jawaban benar lebih dari 40 siswa. Kedua soal
paling banyak benar karena hanya menunjukan sekilas tentang rokok dan
penyebabnya.
Menurut pendapat saya bahwa pengetahuan tentang rokok
sangatlah penting terlebih mengenai zat yang terkandung didalam rokok
yang sangat berbahaya terhadap tubuh manusia. Remaja harus mengetahui
bahaya rokok yang lebih lanjut lagi karena dapat membahayakan diri
mereka sendiri dan orang lain yang dekat dengan lingkungan mereka.
Dengan demikian harus banyak dilakukan sosialisasi terhadap remaja
mengenai bahaya rokok melalui media sosial atau sosialisasi secara
langsung dari dinas terkait dari sekolah satu ke sekolah yang lain.
5.3.2 Sikap Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo
Tahun 2018.
Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa sebagian besar dari
siswa bersikap positif terhadap bahaya rokok. Terdapat 35 resonden dari 58
responden atau (60,3%) dari responden.
Penelitian Devita Rosalin Maseda (2013) tentang Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Merokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMA Negeri I Tompasobaru didapatkan
82
sebanyak 91 remaja putra bersikap positif dan 37 remaja putra bersikap
negatif
Menurut Sarwono (2009), Sikap merupakan reaksi evaluatif yang
disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan
kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang. Menurut
Azwar.S (2009), Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatif terdapat
kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai
obyek tertentu. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu
adalah memihak maupun tidak memihak. Kedua, sikap merupakan kesiapan
bereaksi terhadap obyek tertentu, Ketiga, sikap merupakan konstelasi
komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama
lain.
Hasil penelitian Rahmadi (2013) yang menyebutkan bahwa pada
umumnya siswa mempunyai sikap yang positif terhadap kebiasan merokok.
Hal ini bisa terjadi disebabkan terdapat faktor lain yang mempengaruhi
sikap seseorang. Firgiwan (2016) bahwa sikap dapat berubah-ubah karena
sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila
terdapat pada keadaan tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu
berubah. Santi (2013) menyimpulkan sikap yang positif terhadap perilaku
merokok akan cenderung membuat niat seseorang untuk berhenti merokok
rendah dan sikap yang negatif terhadap perilaku merokok akan cenderung
membuat niat seseorang untuk berhenti merokok tinggi.
83
Berdasarkan hasil kuesioner dapat dianalisis bahwa rata rata dari
responden sebagian besar bersikap positif terhadap rokok. Terdapat 60,3 %
hal ini menyebabkan kurangnya kesadaran tentang bahaya rokok. Sehingga
membuat informasi atau pengetahuan tentang rokok menjadi berbeda
beda.Berdasarkan tabel 5.7 informasi tentang rokok pada remaja dengan
sikap negatif remaja laki-laki didapatkan bahwa sebagian kecil 12 responden
atau (20,7%) responden pernah mendapatkan informasi tentang rokok dari
teman dan bersikap negatif.Hal ini sesuai dengan (Notoatmodjo, 2007)
dimana informasi yang diperoleh oleh berbagai sumber akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang. Menurut Azwar (2009) mengemukakan
salah satu yang mempengaruhi sikap adalah Media massa. Responden yang
mendapatkan informasi dari media massa yang belum jelas kebenaran
informasi sehingga responden salah dalam mendapatkn informasi tentang
rokok dan dikhawatirkan akan membuat responden berperilaku merokok
pasif atau aktif.
Menurut pendapat peneliti remaja harus dengan jelas mendapatkan
informasi yang sebenarnya tentang rokok, dan lingkungan harus mendukung
juga pembentukan sikap karena lingkunganlha yang paling utama
pembentukan sikap terutama lingkungan keluarga, jadi diharapkan keluarga
terlebih memiliki informasi yang jelas dan benar tentang rokok sehingga
remaja akan bersikap dengan sebagaimana mestinya.
5.3.3 Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun
2018.
84
Berdasararkan tabel 5.8 diketahui bahwa sebagian besar responden
tidak meokok yaitu 43 responden atau 74,1% dari total 58 responden.
Sedangkan yang merokok ada 15 responden atau sebanyak 25,9 % saja.
Hasil penelitian Septian Emma Dwi Jatmika (2015) berjudul
Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Merokok Pada Penderita
Hipertensi Di Desa Sidokarto Kecamatan Godean, Sleman, Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 66,67% responden berperilaku kurang
baik dalam merokok.
Menurut Sarwono (2004) Perilaku manusia merupakan hasil
daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan.Menurut notoadmojo (2007) perilaku merupakan tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Sedangkan menurut skinner (2005) perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar).
Green ( 2000 ) mengatakan bahwa untuk membentuk suatu perilaku
diperlukan 3 faktor, yaitu factor presdiposisi ( factor pendukung ), factor
pemungkin dan factor penguat. Penelitian ini berfokus pada salah satu factor
yaitu factor presdiposisi atau factor pendukung yang dimana terdapat
pengetahuan ,sikap ,dan perilaku. Pengetahuan yang tinggi tidak akan
berpengaruh jika sikap positif terhadap rokok akan tetap membentuk
perilaku merokok yang aktif.
Menurut saya untuk mencegah perilaku merokok yaitu dari orang tua
yang harus memberi contoh untuk tidak merokok serta perlunya perhatian
85
dan pengawasan terhadap anak dalam pergaulanya.Hal ini terjadi karena
factor utama pembentukan perilaku merokok adalah lingkungan anak itu
berada. Jika anak itu berada dalam ruang lingkup perokok maka akan besar
kemungkinan anak tersebut akan menirukan keadaan lingkungan tersebut,
begitu juga sebaliknya.
5.3.4 Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok
Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.9 diatas terlihat bahwa37 responden
berpengetahuan baik, didapatkan 35 responden berperilaku tidak merokok,
dan 2 responden merokok. Pada 21 respondenberpengetahuan buruk
didapatkan 13 responden berperilaku merokok, dan 8 responden tidak
merokok.
Hasil penelitian Chotidjah.S. (2012) tentang hubungan pengetahuan
dengan sikap reamaja tentang bahaya rokok bagi kesehatan di SMP
Muhamahdiyah Pamekasan dengan jumlah remaja putra 51 anak.Remaja
putra yang merokok terdapat 25 anak dan yang tidak merokok sebanyak 26
anak. Hasil penelitian yang didapatkan p=0.010 dan ∝=0,05 yang berarti
tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap remaja tentang bahaya
merokok.
Perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang.Individu sering
kali memperlihatkan tindakan bertentangan dengan sikapnya. Pengaruh
orang tua yang kuat menjadikan sikap remaja dalam merokok lemah juga
oengaruh orang tua dalam mengawasi dan menegur apabila melakukan
86
tindakan merokok dirumah, namun apabila sudah diluar rumah kontrol
orang tu tidak begitu kuat, yang disebabkan remaja bergaul dengan teman
sebaya yang memilki kebiasaan merokok. Penelitian oleh Chen, Huang &
Chao (2009) menemukan bahwa remaja yang merokok memilki orang tua
atau teman dekat yang juga merokok. Rice & Dolgin (2008) bahwa
keputusan yang berkaitan dengan perilaku kesehatan pada remaja adalah
hasil dari keterlibatan faktor-faktor kompleks yang mencakup pengetahuan
mereka tentang konsekuensi kesehatan dari perilaku tertentu dan
kemampuan mereka untuk menilai resiko dan mengambil keputusan yang
rasional sehingga walaupun mereka memiliki pengetahuan tentang akibat
merokok.
Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa
dihindari bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap
rokok.Kebiasaan merokok dianggap dapat 2 memberikan kenikmatan bagi
perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi
perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Hal ini sebenarnya telah
diketahui oleh masyarakat terutama usia remaja, bahwa merokok itu
mengganggu kesehatan.Masalah rokok pada hakekatnya sudah menjadi
masalah nasional (Setiyanto, 2013).
Perubahan perilaku dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah
pengetahuan.Pengetahuan dari remaja tentang merokok sangatlah
berpengaruh terhadap sikap dan juga perilaku seseorang.Hal ini terkait di
Kalangan Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo.Pengetahuan yang
87
diperoleh dianggap sepele sehingga menimbulkan cerminan perilaku yang
negatif yakni masih tetap menkonsumsi rokok.Sikap merupakan domain
dari perilaku.Salah satu faktor pendukung adalah adanya dukungan dari
keluarga serta dari lingkungan.Perilaku manusia merupakan hasil dari pada
segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya
yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata
lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus
yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat
pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
(melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat
dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan.Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak
tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi.Beberapa ahli
membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah
knowledge, attitude, practice.(Sarwono, 2004).Diperlukan upaya-upaya
meningkatkan pengetahuan belajar tentang bahaya merokok melalui
kegiatan penyuluhan yang disertai dengan media informasi yang memadai.
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi-
Square diperoleh p value= 0,000 yang berarti lebih kecil dari α=0,05dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ada Hubungan Pada keeratan hubungan
dengan niali Contingency Coefficient =0,527 kategori cukup maka
disimpulkan ada keeratan hubungan cukup antara Pengetahuan Dengan
88
Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun
2018.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dibutuhkan peningkatan
pengetahuan khususnya bahaya rokok yang lebih mendalam.Selain itu, bagi
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo yang masih merokok dibutuhkan
usaha yang komprehensif untuk mengubah lingkungan perokok serta
dibutuhkannya suatu aturan pemerintah yang dapat menerapkan sanksi
khusus untuk perokok.Perilaku merokok yang baik pada sebagian Remaja
Putra menunjukan adanya upaya yang dilakukan untuk senantiasa menjaga
kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Peranan Remaja
sebagai panutan hidup bersih dan sehat untuk masyarakat dan khususnya
untuk pasiennya kelak di masa depan sangat penting. Remaja Putra yang
juga merupakan generasi penerus bangsa dapat memberikan edukasi,
menganjurkan dan bertindak dalam menjaga kesehatan masyarakat sehingga
dengan ini dapat memperkecil risiko terjadinya penyakit maupun
penyebaran penyakit khususnya yang disebabkan oleh rokok.
5.3.5 Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Berdasarkan Tabel 5.10 diatas terlihat bahwa32 responden
bersikap positif dan berperilaku tidak merokok, serta 3 responden bersikap
positif dan berperilaku merokok.
Penelitian Citra Widya Mustika Sinaga (2017) Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Perokok Terhadap Perilaku Merokok Di
Kelurahan Baru Kecamatan Siantar Utara disimpulakn Tidak terdapat
89
hubungan yang bermakna antara sikap remaja perokok terhadap perilaku
merokok dengan hasil uji kemaknaan didapat p = 0,365.
Menurut Sarwono (2009), Sikap merupakan reaksi evaluatif yang
disukai atau tidak disukaiterhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan
kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang.Menurut
Azwar.S (2009), Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling
menunjang yaitu Komponen kognitif berisi kepercaayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Seperti
dalam keyakinan remaja bahwa dengan adanya pengambilan sikap yang
tepat dapat mengatasi kenakalan remaja. Kompenen afektif menyangkut
masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap.
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu
Menerima (receiving), Merespon (responding), Menghargai (valuing),
Bertanggung jawab (responsible). Menurut Azwar.S (2009) sikap dapat
pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif yaitu Sikap positif
kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan
obyek tertentuSikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
Menurut Sarwono (2004) Perilaku manusia merupakan hasil
daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan.Prosedur Pembentukan Perilaku dalam operant conditioning
skinner adalah Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan
penguat alau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku
90
yang akan dibentuk Melakukan analisis untuk mengidentifikasi
komponen-komponcn kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
Menurut Notoatmodjo (2003) secara lebih operasional, perilaku dapat
diartikan suatu respon organisme terhadap rangsangan dari luar subyek
tersebut. Respon ini dapat berbentuk dua macam Bentuk pasif adalah
respon internal, yaitu terjadi di dalam diri individu dan tidak dapat
langsung dilihat oleh orang lain, seperti berpikir, tanggapan atau sikap
batin dan pengetahuan. Perilakunya sendiri masih terselubung yang
disebutcovert behavior.Bentuk aktif adalah apabila itu jelas dapat di
observasi secara langsung.Perilaku di sini sudah tampak dalam bentuk
tindakan nyata yang disebut overt behavior.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ Fungsi untuk
memasuki masa dewasa (Hurlock, 2006).Menurut Zulkifli L. (2003)ciri-
ciri masa remaja antara lain Pertumbuhan fisik, Perkembangan seksual,
Cara berfikir, Emosi yang meluap–luap, Mulai tertarik pada lawan jenis,
Menarik perhatian lingkungan, Terikat dengan kelompok.
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan
respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor
yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara
langsung (Istiqomah, 2003).
Menurut Laventhal dan Clearly (2006) mengungkapkan empat
tahap dalam perilaku merokok, yaitu Tahap Preparatory Seseorang
mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan
91
cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan
niat untuk merokok. Tahap Initiation merokok, yaitu tahap apakah
seseorang akan meneruskan atau kah tidak terhadap perilaku merokok.
Tahap Becoming A Smoker Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok
sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi
perokok. Tahap Maintaining Of Smoking Pada tahap ini merokok sudah
menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating).
Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan.
Sikap memiliki tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik.Jadi dalam tindakan seseorang tidak hanya aspek kognitif
yang perlu diperhatikan.Perlu diperhatikan pula aspek afektif dan
psikomotorik (Azwar, 2003). Shaluhiyah (2006) menyebutkan bahwa
sikap merupakan faktor yang paling berpengaruh pada praktik atau
tindakan merokok seseorang.Dan Azwar (2007) juga menyatakan sikap
berhubungan dengan tindakan merokok.Akan tetapi, informasi tentang
rokok dan bahayanya tetap penting untuk mengubah sikap seseorang.
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik
Chi-Square diperoleh p value= 0,000 yang berarti lebih kecil dari
α=0,05dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada Hubungan Pada
keeratan hubungan dengan niali Contingency Coefficient =0,438 kategori
cukup maka disimpulkan ada keeratan hubungan cukup antara Sikap
Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
92
Pada seseorang yang berusia remaja yang mengalami perubahan
dan tingkat emosi yang tinggi sehingga di khawatirkan melakukan
kenakalan remaja salah satunya mengkonsumsi rokok.Perilaku merokok
remaja berkaitan dengan sikap remaja.Karena domain perilaku
dipengaruhi 3 faktor salah satunya sikap yang merupakan suatu sindrom
atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau obyek. Sehingga
sikap melibatkan pikiran, perasaan dan perhatian serta gejala kejiwaan
yang lain. Semakin positif sikap responden, maka semakin positif pula
perilaku responden.Karena perilaku atau tindakan terjadi karena adanya
respon. Pada hal merokok digambarkan semakin positif respon responden
dalam merokok maka responden remaja akan bertindak positif
menghindari merokok karena akan mengganggu kesehatan dan masa
depan responden yang sebagian bercita-cita sebagai militer yang
memerlukan fisik yang kuat sebagai syarat utama untuk lolos.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menyadari adanya banyak
kekurangan dan kelemahan sehingga kemungkinan hasil yang sudah didapatan
tidak optimal. Setiap penelitian pasti memiliki hambatan dalam
pelaksanaannya, dalam penelitian ini neniliki beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan
kuesioner yang cenderung bersifat subjektif sehingga sangat menentukan
93
kebenaran data yang diberikan.Ada saatnya kondisi dimana responden
malas membaca soal.
2. Desain Penelitian
Metode yang dipakai oleh peneliti adalah crrossectional yang berarti
setiap subjek penelitian hanya diukur satu kali saja (notoadmojo 2012)
dan metode ini dianggap kurang efektif sehingga hasil koefisiensi yang
didapat rendah.
94
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo dapat disimpulkan:
1. Sebagian besar 37 responden (63,8%) responden berpengetahuan baik
tentang rokok.
2. Sebagian besar 35 responden(60,3%) responden bersikap positif tentang
Bahaya Rokok.
3. Sebagian besar 43 responden (74,1%) perilaku remaja tidak
mengkonsumsi rokok
4. Ada hubungan antara Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
5. Ada hubungan antara Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
95
6.1 Saran
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penlis ingin menyampaikan
beberapa saran yaitu :
1. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan setelah mengetahui hasil penelitian yang telah
dilakukan diharapkan pihak sekolah terus meningkatkan pengetahuan
remaja dan memberikan penyuluhan serta sosialisasi mengenai dampak
akibat merokok secara rutin kepada semua siswanya.
2. Bagi orang tua
Bagi orang tua hendaknya selalu berikan perhatian dan kasih saying
terhadap anak anak terutama usia remaja agar selalu dalam pergaulan yang
memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Serta selalu pantau dan
berikan arahan agar tidak terjerumus ke pergaulan yang salah.
3. Bagi mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Bahan kajian ini diharapkan sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran
untuk kegiatan penelitian berikutnya.
4. Bagi peneliti lainnya
Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan penelitian.
Diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian lain mengenai
perilaku merokok yang berbeda agar dapat mengembangkan peniliti seperti
ini dimasa yang akan datang.
96
DAFTAR PUSTAKA
Ali. 2006. Psikologi remaja Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi 5. Rineka
Cipta.
Aula, Lisa. Stop Merokok. Yogyakarta : Garailmu. 2010.
Azwar, Saifuddin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Becker, 2001. Standard for Protective Headgear, SnellMemorial Foundation Inc.,
North Highlands, CA.
Brigham, C.J. 1991. Social Psychology. Boston: Harper Collins Publisher, Inc
Christanto, A. 2004. Merokok : Antara Ya dan Tidak (Suatu Kajian Filsafat Ilmu).
http://www.mail-
archive.com/[email protected]/msg00486.html (Diakses pada
tanggal 25 Desember 2017).
Danusantoso. 1991 Rokok dan Perokok. Jakarta: Rineka Cipta.
DepKes RI. 2013. Penanganan Pada Remaja Beresiko Tinggi.
http://.dinkesbwi.net/pkjm/html/modules.php?Op=modload&name=N
e ws&file+article&sid=1. [diakes 01 desember 2017]
Gochman.1988. Health Behavior Emerging Research Perspectives
Hendra, AW. 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan, Jakarta :
Pustaka Sinar. Harapan
Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Hurlock, E.B. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Iswara, T. R, 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Jati Permana. 2016. http://surabaya.tribunnews.com/2016/11/07/28-juta-anak-dan-
remaja-di-jatim-merokok-ini-pemicunya.
Kartini. 2000. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya
97
Komalasari, D.,Helmi, A. F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok
pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada Vol.3 No.1
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf
Levy, MR, 1984. Lyfe and Healt, New York; Random Hause
Lukluk A, Zuyina dan Siti Bandiyah, 2008. Psikologi Kesehatan, Jogjakarta:
Nuha Offset.
Mu’tadin Z. 2010. Remaja dan Rokok http://www.e-psikologi.com/remaja. 2002.
diakses pada tanggal 17 Juli 2018
Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: PT Rineka.
Cipta
. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam dan Pariani S. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
2007, Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya,
Penerbit Salemba. Medika, Jakarta.
Rogers, Everett M., & F.Floyd Shoemaker. 2000. Communication of Innovation A
Cross-Cultural Approach. The Free Press. New York.
Rosaria. 2014. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Merokok
Pada Remaja Usia 12 – 15 Tahun Di Desa Ngumpul, Tesis
Santrock. 2007. Remaja. Edisi 11 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, W. Sarlito, 2004. Psikologi remaja. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina
Pustaka
Skinner , 1979. Dalam : Notoatmodjo S., 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bab
V, Pendidikan dan Prilaku. Halaman 118.
Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarna Indonesia : Jakarta.
98
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta :
Sagung Seta.
Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian kebidanan. Nuha. Medika.
Jakarta
Sugiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Afa Beta
2012. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: CV Alfabeta.
Widayatun, T. R. 2009. Ilmu Perilaku M. A. 104. Jakarta: Agung Seto
Wismanto, Y Bagusdan Y Budi Sarwo. 2007. Strategi Penghentian Perilaku
Merokok. Semarang :Unika Soegijapranata. http://eprints.unika.ac.id
/236/1/Strahen_Prilaku_Mrokok.pdf(Diakses 27 November 2017).
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada:
Yth. Calon Reponden
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Progam Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Angga Prasetiya Yuda
Nim : 201202005
Bermaksut melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra
Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018”. Sehubungan dengan ini, saya mohon
kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan
saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga dan
informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaannya saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, Agustus 2018
Angga Prasetiya Yuda
201202005
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(informed consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Angga Prasetiya Yuda mengenai judul “Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra
Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018”. Saya mengetahui bahwa informasi yang
akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di
Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar
– benarnya. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai
keperluan.
Madiun, Agustus 2018
Responden
Lampiran 3
KISI-KISI KUESIONER
Variabel Indikator Jumlah
Soal
No. Soal Jenis
Pernyataan
Independen
Pengertian
tentang Rokok
4. Pengertian Perilaku
merokok.
5. Aspek-aspek
Perilaku Merokok.
6. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku merokok
4
3
5
1, 4, 7,
10
2, 5, 8,
3, 6, 9,
11, 12
(+), (+), (+)
(+)
(+), (+), (+)
(+), (+), (+)
(+), (+)
Jumlah Soal 2
0
2
0
2
0
Kunci Jawaban Soal
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Variabel Indikator Jumlah
Soal
No. Soal Jenis Pernyataan
Independen
Sikap tentang
Bahya Rokok
4. Komposisi Rokok
5. Racun pada Rokok
6. Dampak Rokok
Pada Remaja
3
3
4
1, 4
2, 5, 7,
10
3, 6, 8, 9
(+), (-)
(+), (-),(-),(+)
(+), (+), (-), (-)
Jumlah Soal 1
0
1
0
10
Variabel Indikator Jumlah Soal No. Soal
Dependen
Tingkat
Perilaku
Merokok Pada
Remaja
1. Mengkonsumsi
Rokok
2. Intensitas
1
1
1
1
Jumlah Soal 2 2
Lampiran 4
KUESIONER
Judul:Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo
Kode Responden....... (Diisi oleh peneliti)
1. Umur :
a. Umur 12-13 tahun
b. Umur 14-15 tahun
2. Perokok dalam keluarga:
a. Orang tua (Ayah / Ibu)
b. Saudara (Kakak/ Adik)
3. Mendapatkan informasi tentang rokok
Pernah Tidak Pernah
Jika Pernah dari mana : Tenaga Kesehatan Media Cetak
Media Elektronik Teman
Orang Tua Saudara
4. Mengkonsumsi rokok
Ya Tidak
5. Jika YA
Sehari Merokok : Batang
I. Pengetahuan tentang rokok
a. Petunjuk pengisian:
Isi kolom yang ada sesuai dengan keadaan diri anda yang sebenarnya.
Berilah tanda chek list (√) pada yang akan anda pilih. Kami sangat
menghargai kejujuran dan keterbukan anda.
b. Pertanyaan
No. Pernyataan Benar Salah
1. Merokok merupakan aktivitas
menghisap tembakau yang dibakar
2. Salah satu Aspek dalam merokok adalah frekuensi
seringnya mengkonsumsi rokok
3. Lingkungan mempengaruhi aktivitas merokok.
4.
Merokok merupakan kebiasaan
aktivitas tangan untuk aktivitas
merokok
5. Lama mengkomsumsi rokok merupakan salah satu
Aspek perilaku merokok
6. Usia seseorang menjadi faktor
mengkonsumsi rokok
7. merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang
berupa membakar rokok
8. Intensitas atau jumlah rokok merupakan aspek
merokok
9. Orang tua yang merokok cenderung mempunyai
anak merokok.
10. Merokok menimbulkan asap yang dapat terhisap
oleh orang- orang disekitarnya
11 Teman perokok menjadi pengaruh aktivitas
merokok
12 Perilaku rokok dipengaruhi oleh iklan rokok.
SIKAP BAHAYA MEROKOK
a. Keterangan jawaban:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
b. Petunjuk pengisian:
Isi kolom yang ada sesuai dengan keadaan diri anda yang sebenarnya.
Berilah tanda chek list (√) pada yang akan anda pilih. Kami sangat
menghargai kejujuran dan keterbukan anda.
c. Pertanyaan
No. Pernyataan SS S R TS STS
1. Rokok biasanya terdiri dari rokok
dengan atau tanpa filter
2.
Salah satu racun dalam rokok adalah nikotin
yang mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan.
3. Rokok dapat menyebabkan impotensi karena
menyebabkan penurunan seksual.
4. Komposisi utama rokok adalah
cengkeh dan kertas pelinting.
5. Rokok mengandung bahan tar yang
menyebabkan penyakit sesak nafas
6.
Karbon monoksida pada asap
rokok mengakibatkan kerapuhan
tulang sehingga lebih mudah
patah .
7. Kandungan Karbon monoksida pada rokok
menyebabkan mual muntah
8. Rokok mengakibatkan aliran darah pada jantung
lancar
9. Rokok tidak menyebabkan penyebab penyakit
batuk, radang pada tenggorokan dan paru paru
10. Rokok menyebabkan ketergantungan.
Lampiran 5
DATA DEMOGRAFI
No
Res
Usia
(tahun)
Informasi tentang rokok Rokok Pengetahuan Sikap Perilaku
Merokok Mendapatkan Jenis Perokok
dalam
keluarga
Mengkonsumsi Jumlah rokok
yang dikonsumsi
perhari (batang)
1 13 Pernah Tenaga Kesehatan Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
2 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
3 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
4 13 Pernah Media Elektronik Kakak Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
5 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
6 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
7 14 Pernah Saudara Tidak - Buruk Positif Tidak Merokok
8 13 Pernah Teman Ayah Ya 4 Buruk Negatif Merokok
9 15 Pernah Orang Tua Ayah Ya 3 Buruk Positif Merokok
10 14 Pernah Teman Kakak Ya 4 Buruk Negatif Merokok
11 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
12 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
13 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
14 13 Pernah Saudara Tidak - Buruk Positif Tidak Merokok
15 14 Pernah Media Elektronik Kakak Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
16 14 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
17 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
18 14 Pernah Tenaga Kesehatan Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
19 15 Pernah Saudara Ayah Ya 3 Baik Negatif Merokok
20 14 Pernah Saudara Tidak - Buruk Positif Tidak Merokok
21 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
22 15 Pernah Orang Tua Kakak Ya 4 Buruk Positif Merokok
23 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
24 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
25 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
26 14 Pernah Media Elektronik Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
27 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
28 15 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
29 14 Pernah Media Elektronik Kakak Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
30 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
31 13 Pernah Teman Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
32 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
33 14 Pernah Saudara Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
34 14 Pernah Teman Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
35 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
36 15 Pernah Saudara Ayah Ya 4 Buruk Negatif Merokok
37 15 Pernah Saudara Ayah Ya 4 Baik Negatif Merokok
38 14 Pernah Saudara Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
39 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
40 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
41 15 Pernah Teman Ayah Ya 4 Buruk Negatif Merokok
42 15 Pernah Teman Ayah Ya 4 Buruk Negatif Merokok
43 15 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
44 13 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
45 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
46 14 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Positif Merokok
47 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
48 13 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
49 14 Pernah Teman Ayah Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
50 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
51 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
52 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
53 14 Pernah Teman Kakak Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
54 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
55 14 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
56 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
57 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
58 14 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
Lampiran 6
TABULASI DATA KHUSUS PENGETAHUAN TENTANG ROKOK PADA REMAJA PUTRA DI SMP NEGERI 1 DOLOPO
TAHUN 2018
No Res No Soal Skor
Yang
didapat
Skor
Maksimal Prosentase Pengetahuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 12 100,0 Baik
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 12 91,7 Baik
3 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 7 12 58,3 Baik
4 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 12 25,0 Buruk
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 12 91,7 Baik
6 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
7 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 6 12 50,0 Buruk
8 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4 12 33,3 Buruk
9 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 6 12 50,0 Buruk
10 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 4 12 33,3 Buruk
11 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 8 12 67,7 Baik
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 12 91,7 Baik
13 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
14 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 4 12 33,3 Buruk
15 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 5 12 41,7 Buruk
16 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 10 12 83,3 Baik
18 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 9 12 75,0 Baik
19 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 7 12 58,3 Baik
20 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 7 12 58,3 Baik
21 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 7 12 58,3 Baik
22 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Buruk
23 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 9 12 75,0 Baik
24 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 8 12 67,7 Baik
25 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
26 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 5 12 41,7 Buruk
27 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 12 91,7 Baik
29 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 4 12 33,3 Buruk
30 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9 12 75,0 Baik
31 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12 91,7 Baik
32 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3 12 25,0 Buruk
33 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10 12 83,3 Baik
34 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 7 12 58,3 Baik
35 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 4 12 33,3 Buruk
36 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 12 25,0 Buruk
37 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 12 91,7 Baik
38 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 7 12 58,3 Baik
39 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 4 12 33,3 Buruk
40 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 4 12 33,3 Buruk
41 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 4 12 33,3 Buruk
42 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 12 33,3 Buruk
43 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 7 12 58,3 Baik
44 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 7 12 58,3 Baik
45 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
46 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6 12 50,0 Buruk
47 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 8 12 67,7 Baik
48 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12 91,7 Baik
49 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 6 12 50,0 Buruk
50 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 12 67,7 Baik
51 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 9 12 75,0 Baik
52 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
53 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 12 67,7 Baik
54 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 12 91,7 Baik
56 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5 12 41,7 Buruk
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 12 100,0 Baik
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 12 91,7 Baik
Lampiran 7
TABULASI DATA KHUSUS SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK PADA REMAJA PUTRA
DI SMP NEGERI 1 DOLOPO TAHUN 2018
No
Res
No Soal X x- (X-
10. (x- )
S T
Sikap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 4 3 4 3 3 5 4 4 4 37 5 25 9,1 59,1 Positif
2 5 3 5 3 3 3 4 3 4 4 37 5 25 9,1 59,1 Positif
3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 35 3 9 5,5 55,5 Positif
4 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 29 -3 9 -5,5 44,5 Negatif
5 5 3 4 3 3 3 3 4 3 4 35 3 9 5,5 55,5 Positif
6 1 2 3 3 2 3 2 3 2 3 24 -8 64 -14,5 35,5 Negatif
7 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 38 6 36 10,9 60,9 Positif
8 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 25 -7 49 -12,7 37,3 Negatif
9 3 3 4 3 5 4 3 4 5 4 43 11 121 20,0 70,0 Positif
10 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 28 -4 16 -7,3 42,7 Negatif
11 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 35 3 9 5,5 55,5 Positif
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 8 84 14,5 64,5 Positif
13 5 4 3 4 4 3 4 3 3 3 36 4 16 7,3 57,3 Positif
14 4 3 4 3 4 2 3 3 4 4 34 2 4 3,6 53,6 Positif
15 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 21 -11 121 -20,0 30,0 Negatif
16 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 28 -4 16 -7,3 42,7 Negatif
17 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 38 6 36 10,9 60,9 Positif
18 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 35 3 9 5,5 55,5 Positif
19 4 2 3 3 2 3 2 3 2 2 26 -6 36 -10,9 39,1 Negatif
20 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 36 4 16 7,3 57,3 Positif
21 4 4 5 4 5 5 4 5 3 4 43 11 121 20,0 70,0 Positif
22 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 8 84 14,5 64,5 Positif
24 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 35 3 9 5,5 55,5 Positif
25 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 36 4 16 7,3 57,3 Positif
26 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 26 -6 36 -10,9 39,1 Negatif
27 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
28 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 36 4 16 7,3 57,3 Positif
29 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 25 -7 49 -12,7 37,3 Negatif
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 8 84 14,5 64,5 Positif
31 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 37 5 25 9,1 59,1 Positif
32 3 2 3 1 2 3 2 3 2 3 24 -8 64 -14,5 35,5 Negatif
33 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 29 -3 9 -5,5 44,5 Negatif
34 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 21 -11 121 -20,0 30,0 Negatif
35 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 29 -3 9 -5,5 44,5 Negatif
36 3 2 4 3 2 3 2 3 2 3 27 -5 25 -9,1 40,9 Negatif
37 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 24 -8 64 -14,5 35,5 Negatif
38 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 21 -11 121 -20,0 30,0 Negatif
39 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 26 -6 36 -10,9 39,1 Negatif
40 2 3 2 3 2 3 3 4 2 3 27 -5 25 -9,1 40,9 Negatif
41 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 29 -3 9 -5,5 44,5 Negatif
42 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 31 -1 1 -1,8 48,2 Negatif
43 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 38 6 36 10,9 60,9 Positif
44 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 37 5 25 9,1 59,1 Positif
45 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 38 6 36 10,9 60,9 Positif
46 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 34 2 4 3,6 53,6 Positif
47 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
48 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
49 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 -1 1 -1,8 48,2 Negatif
50 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 35 3 9 5,5 55,5 Positif
51 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
52 4 3 3 4 3 5 2 3 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
53 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 31 -1 1 -1,8 48,2 Negatif
54 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
55 4 3 4 3 3 3 3 5 3 3 34 2 4 3,6 53,6 Positif
56 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 21 -11 121 -20,0 30,0 Negatif
57 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
58 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
1855 1775 2898,2
= 1855
58
= 32
= 5,5
T = 50+10 S
XX
∑ T = 2898,2
mT = ∑ T
n
= 2898,2
58
= 49,96
=50
Lampiran 8
TABULASI DATA KHUSUS PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
PUTRA DI SMP NEGERI 1 DOLOPO TAHUN 2018.
No
Res
Rokok Perilaku Merokok
Perokok dalam
keluarga
Mengkonsumsi Jumlah rokok yang
dikonsumsi perhari
(batang)
1 Tidak - Tidak Merokok
2 Tidak - Tidak Merokok
3 Tidak - Tidak Merokok
4 Kakak Tidak - Tidak Merokok
5 Tidak - Tidak Merokok
6 Tidak - Tidak Merokok
7 Tidak - Tidak Merokok
8 Ayah Ya 4 Merokok
9 Ayah Ya 3 Merokok
10 Kakak Ya 4 Merokok
11 Tidak - Tidak Merokok
12 Tidak - Tidak Merokok
13 Tidak - Tidak Merokok
14 Tidak - Tidak Merokok
15 Kakak Tidak - Tidak Merokok
16 Tidak - Tidak Merokok
17 Tidak - Tidak Merokok
18 Tidak - Tidak Merokok
19 Ayah Ya 3 Merokok
20 Tidak - Tidak Merokok
21 Tidak - Tidak Merokok
22 Kakak Ya 4 Merokok
23 Tidak - Tidak Merokok
24 Tidak - Tidak Merokok
25 Tidak - Tidak Merokok
26 Tidak - Tidak Merokok
27 Tidak - Tidak Merokok
28 Tidak - Tidak Merokok
29 Kakak Tidak - Tidak Merokok
30 Tidak - Tidak Merokok
31 Tidak - Tidak Merokok
32 Ayah Ya 6 Merokok
33 Tidak - Tidak Merokok
34 Tidak - Tidak Merokok
35 Ayah Ya 6 Merokok
36 Ayah Ya 4 Merokok
37 Ayah Ya 4 Merokok
38 Tidak - Tidak Merokok
39 Ayah Ya 6 Merokok
40 Ayah Ya 6 Merokok
41 Ayah Ya 4 Merokok
42 Ayah Ya 4 Merokok
43 Tidak - Tidak Merokok
44 Tidak - Tidak Merokok
45 Tidak - Tidak Merokok
46 Ayah Ya 6 Merokok
47 Tidak - Tidak Merokok
48 Tidak - Tidak Merokok
49 Ayah Tidak - Tidak Merokok
50 Tidak - Tidak Merokok
51 Tidak - Tidak Merokok
52 Tidak - Tidak Merokok
53 Kakak Tidak - Tidak Merokok
54 Tidak - Tidak Merokok
55 Tidak - Tidak Merokok
56 Ayah Ya 6 Merokok
57 Tidak - Tidak Merokok
58 Tidak - Tidak Merokok
Lampiran 9
TABULASI SILANG
Tabulasi silang usia dengan Pengetahuan
Usia
(Tahun)
Pengetahuan Jumlah P (%)
Baik P (%) Buruk P (%)
13 18 31,0 3 5,2 21 36,2
14 15 25,9 8 13,8 23 39.7
15 4 6,9 10 17,2 14 24,1
Jumlah 37 63,8 21 36,2 58 100,0
Tabulasi Silang pernah mendapatkan informasi tentang rokok dengan
Pengetahuan
mendapatkan informasi
tentang rokok
Pengetahuan Jumlah P (%)
Baik P (%) Buruk P (%)
Pernah 37 63,8 21 36,2 58 100,0
Tidak Pernah
Jumlah 37 63,8 21 36,2 58 100,0
Tabulasi silang jenis informasi tentang rokok dengan Pengetahuan
jenis informasi
tentang rokok
Pengetahuan Jumlah P (%)
Baik P (%) Buruk P (%)
Tenaga Kesehatan 2 3,4 2 3,4
Media Cetak 5 8,6 5 8,6
Media Elektronik 6 10,3 4 6,9 10 17,2
Teman 2 3,4 12 20,7 14 24,1
Orang Tua 17 29,3 2 3,4 19 32,8
Saudara 5 8,6 3 5,2 8 13,8
Jumlah 37 63,8 21 36,2 58 100,0
Tabulasi silang Perokok dalam keluarga dengan Pengetahuan
Perokok dalam
keluarga
Pengetahuan Jumlah P (%)
Baik P (%) Buruk P (%)
Ayah 2 10,0 12 60,0 14 70,0
Kakak 1 5,0 5 25,0 6 30,0
Jumlah 3 15,0 17 85,0 20 100,0
Lampiran 10
TABULASI SILANG
Tabulasi silang usia dengan sikap
Usia
(Tahun)
Sikap Jumlah P (%)
Positif P (%) Negatif P (%)
13 19 32,8 2 3,4 21 36,2
14 12 20,7 11 19,0 23 39.7
15 4 6,9 10 17,2 14 24,1
Jumlah 35 60,3 23 39,7 58 100,0
Tabulasi Silang pernah mendapatkan informasi tentang rokok
dengan sikap
mendapatkan
informasi
tentang rokok
Sikap Jumlah P (%)
Positif P (%) Negatif P (%)
Pernah 35 60,3 23 39,7 58 100,0
Tidak Pernah
Jumlah 35 60,3 23 39,7 58 100,0
Tabulasi silang jenis informasi tentang rokok dengan sikap
jenis informasi
tentang rokok
Sikap Jumlah P (%)
Positif P (%) Negatif P (%)
Tenaga Kesehatan 2 3,4 2 3,4
Media Cetak 5 8,6 5 8,6
Media Elektronik 5 8,6 5 8,6 10 17,2
Teman 2 3,4 12 20,7 14 24,1
Orang Tua 18 31,0 1 1,7 19 32,8
Saudara 3 5,2 5 8,6 8 13,8
Jumlah 35 60,3 23 39,7 58 100,0
Tabulasi silang Perokok dalam keluarga dengan Sikap
Perokok dalam
keluarga
Sikap Jumlah P (%)
Positif P (%) Negatif P (%)
Ayah 2 10,0 12 60,0 14 70,0
Kakak 1 5,0 5 25,0 6 30,0
Jumlah 3 15,0 17 85,0 20 100,0
Lampiran 11
TABULASI SILANG
Tabulasi silang usia dengan Perilaku merokok
Usia (Tahun) Perilaku merokok
Jumlah P (%)
Tidak
Merokok
P (%) Merokok P (%)
13 17 29,3 4 6,9 21 36,2
14 20 34,5 3 5,2 23 39.7
15 6 10,3 8 13,8 14 24,1
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0
Tabulasi Silang pernah mendapatkan informasi tentang rokok dengan Perilaku
merokok
mendapatkan informasi
tentang rokok
Perilaku merokok Jumlah P (%)
Tidak
Merokok
P (%) Merokok P (%)
Pernah 43 74,1 15 25,9 58 100,0
Tidak Pernah
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0
Tabulasi silang jenis informasi tentang rokok dengan Perilaku merokok
jenis informasi
tentang rokok
Perilaku merokok Jumlah P (%)
Tidak
Merokok
P (%) Merokok P (%)
Tenaga Kesehatan 2 3,4 2 3,4
Media Cetak 5 8,6 5 8,6
Media Elektronik 9 15,5 1 1,7 10 17,2
Teman 8 13,8 6 10,3 14 24,1
Orang Tua 14 24,1 5 8,6 19 32,8
Saudara 5 8,6 3 5,2 8 13,8
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0
Tabulasi silang Perokok dalam keluarga dengan Perilaku merokok
Perokok dalam
keluarga
Perilaku merokok Jumlah P (%)
Tidak
Merokok
P (%) Merokok P (%)
Ayah 1 5,0 13 65,0 14 70,0
Kakak 4 20,0 2 10,0 6 30,0
Jumlah 5 25,0 15 75,0 20 100,0
Lampiran 12
CROSSTABS
/TABLES=Pengetahuan_Tentang_Rokok BY Perilaku_Merokok
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 15-Sep-2018 17:18:16
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 58
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Pengetahuan_Tentang_R
okok BY Perilaku_Merokok
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.047
Elapsed Time 00:00:00.029
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Perilaku 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
Pengetahuan * Perilaku Crosstabulation
Count
Perilaku
Total Tidak Merokok Merokok
Pengetahuan Baik 35 2 37
Buruk 8 13 21
Total 43 15 58
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 22.304a 1 .000
Continuity Correctionb 19.454 1 .000
Likelihood Ratio 22.836 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 21.919 1 .000
N of Valid Casesb 58
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.43.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .527 .000
N of Valid Cases 58
Lampiran 13
CROSSTABS
/TABLES=Sikap_Bahaya_Rokok BY Perilaku_Merokok
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 15-Sep-2018 17:21:52
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 58
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Sikap_Bahaya_Rokok
BY Perilaku_Merokok
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.010
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * Perilaku 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
Sikap * Perilaku Crosstabulation
Count
Perilaku
Total Tidak Merokok Merokok
Sikap Positif 32 3 35
Negatif 11 12 23
Total 43 15 58
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 13.762a 1 .000
Continuity Correctionb 11.582 1 .001
Likelihood Ratio 13.990 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 13.525 1 .000
N of Valid Casesb 58
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.95.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .438 .000
N of Valid Cases 58
Lampiran 14
CORRELATIONS
/VARIABLES=Soal1 Soal2 Soal3 Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8 Soal9 Soal10
Soal11 Soal12 Jumlah
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Notes
Output Created 29-Sep-2018 15:55:52
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 10
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables
are based on all the cases with valid
data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=Soal1 Soal2 Soal3
Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8
Soal9 Soal10 Soal11 Soal12 Jumlah
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.093
Elapsed Time 00:00:00.045
Correlations
Soal
1
Soal
2
Soal
3
Soal
4
Soal
5
Soal
6
Soal
7
Soal
8
Soal
9
Soal
10
Soal
11
Soal
12 Jumlah
Soal1 Pearson
Correlation 1 .500 .612
1.00
0**
.764
* .764
* .764
* .500
1.00
0**
.500
1.00
0**
1.00
0**
.896
**
Sig. (2-
tailed)
.141 .060 .000 .010 .010 .010 .141 .000 .141 .000 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal2 Pearson
Correlation .500 1
.816*
*
.500 .655* .655
* .655
* .600 .500
1.00
0**
.500 .500 .786
**
Sig. (2-
tailed) .141
.004 .141 .040 .040 .040 .067 .141 .000 .141 .141 .007
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal3 Pearson
Correlation .612
.816*
*
1 .612 .802
*
*
.802*
*
.802*
*
.816*
*
.612 .816
*
*
.612 .612 .883**
Sig. (2-
tailed) .060 .004
.060 .005 .005 .005 .004 .060 .004 .060 .060 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal4 Pearson
Correlation
1.00
0**
.500 .612 1 .764
* .764
* .764
* .500
1.00
0**
.500
1.00
0**
1.00
0**
.896
**
Sig. (2-
tailed) .000 .141 .060
.010 .010 .010 .141 .000 .141 .000 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal5 Pearson
Correlation
.764* .655
* .802
*
* .764
* 1 .524
1.00
0**
.655
* .764
* .655
* .764
* .764
* .887
**
Sig. (2-
tailed) .010 .040 .005 .010
.120 .000 .040 .010 .040 .010 .010 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal6 Pearson
Correlation
.764* .655
* .802
*
* .764
* .524 1 .524 .655
* .764
* .655
* .764
* .764
* .839
**
Sig. (2-
tailed) .010 .040 .005 .010 .120
.120 .040 .010 .040 .010 .010 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal7 Pearson
Correlation
.764* .655
* .802
*
* .764
*
1.00
0**
.524 1 .655
* .764
* .655
* .764
* .764
* .887
**
Sig. (2-
tailed) .010 .040 .005 .010 .000 .120
.040 .010 .040 .010 .010 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal8 Pearson
Correlation .500 .600
.816*
*
.500 .655* .655
* .655
* 1 .500 .600 .500 .500 .743
*
Sig. (2-
tailed) .141 .067 .004 .141 .040 .040 .040
.141 .067 .141 .141 .014
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal9 Pearson
Correlation
1.00
0**
.500 .612
1.00
0**
.764
* .764
* .764
* .500 1 .500
1.00
0**
1.00
0**
.896
**
Sig. (2-
tailed) .000 .141 .060 .000 .010 .010 .010 .141
.141 .000 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal10 Pearson
Correlation .500
1.00
0**
.816*
*
.500 .655* .655
* .655
* .600 .500 1 .500 .500 .786
**
Sig. (2-
tailed) .141 .000 .004 .141 .040 .040 .040 .067 .141
.141 .141 .007
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal11 Pearson
Correlation
1.00
0**
.500 .612
1.00
0**
.764
* .764
* .764
* .500
1.00
0**
.500 1
1.00
0**
.896
**
Sig. (2-
tailed) .000 .141 .060 .000 .010 .010 .010 .141 .000 .141
.000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal12 Pearson
Correlation
1.00
0**
.500 .612
1.00
0**
.764
* .764
* .764
* .500
1.00
0**
.500
1.00
0**
1 .896
**
Sig. (2-
tailed) .000 .141 .060 .000 .010 .010 .010 .141 .000 .141 .000
.000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Jumlah Pearson
Correlation
.896**
.786*
*
.883*
*
.896*
*
.887*
*
.839*
*
.887*
* .743
* .896
*
*
.786*
*
.896*
*
.896*
*
1
Sig. (2-
tailed) .000 .007 .001 .000 .001 .002 .001 .014 .000 .007 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the
0.05 level (2-tailed).
Lampiran 15
RELIABILITY
/VARIABLES=Soal1 Soal2 Soal3 Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8 Soal9 Soal10
Soal11 Soal12 Jumlah
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Reliability
Notes
Output Created 29-Sep-2018 15:59:44
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 10
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=Soal1 Soal2 Soal3
Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8
Soal9 Soal10 Soal11 Soal12 Jumlah
/SCALE('ALL VARIABLES')
ALL
/MODEL=ALPHA.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.011
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.781 13
Lampiran 16
CORRELATIONS
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Notes
Output Created 06-Sep-2018 19:07:20
Comments
Input Data D: spp.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 10
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables
are based on all the cases with valid
data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5
B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.046
Elapsed Time 00:00:00.031
[DataSet0] D:.sav
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
B1 2.90 .876 10
B2 3.10 .738 10
B3 3.30 .675 10
B4 3.30 .675 10
B5 2.90 .994 10
B6 3.10 .738 10
B7 3.10 .738 10
B8 3.50 .707 10
B9 2.80 .919 10
B10 3.20 .632 10
JUMLAH 31.10 6.488 10
Correlations
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
B1 Pearson Correlation 1 .533 .432 .620
.881*
* .705
* .705
* .808
*
* .663
* .843
*
*
.843**
Sig. (2-tailed) .113 .212 .056 .001 .023 .023 .005 .037 .002 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B2 Pearson Correlation .533 1 .602
.825*
*
.469 .592 .796
*
* .745
* .688
* .429 .787
**
Sig. (2-tailed) .113 .065 .003 .171 .071 .006 .013 .028 .217 .007
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B3 Pearson Correlation .432 .602 1 .512 .546 .379
.825*
*
.349 .645* .364 .677
*
Sig. (2-tailed) .212 .065 .130 .102 .280 .003 .323 .044 .301 .031
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B4 Pearson Correlation .620
.825*
*
.512 1 .712* .825
*
*
.825*
*
.815*
*
.824*
*
.625 .906**
Sig. (2-tailed) .056 .003 .130 .021 .003 .003 .004 .003 .053 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B5 Pearson Correlation .881**
.469 .546 .712
* 1
.772*
*
.772*
* .711
* .827
*
* .742
* .897
**
Sig. (2-tailed) .001 .171 .102 .021 .009 .009 .021 .003 .014 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B6 Pearson Correlation .705*
.592 .379 .825
*
*
.772*
*
1 .592 .745* .688
* .667
* .833
**
Sig. (2-tailed) .023 .071 .280 .003 .009 .071 .013 .028 .035 .003
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B7 Pearson Correlation .705*
.796*
*
.825*
*
.825*
*
.772*
*
.592 1 .745* .852
*
* .667
* .926
**
Sig. (2-tailed) .023 .006 .003 .003 .009 .071 .013 .002 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B8 Pearson Correlation .808**
.745
* .349
.815*
* .711
* .745
* .745
* 1 .684
* .745
* .860
**
Sig. (2-tailed) .005 .013 .323 .004 .021 .013 .013 .029 .013 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B9 Pearson Correlation .663* .688
* .645
* .824
*
*
.827*
* .688
* .852
*
* .684
* 1 .459 .898
**
Sig. (2-tailed) .037 .028 .044 .003 .003 .028 .002 .029 .182 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B10 Pearson Correlation .843**
.429 .364 .625 .742
* .667
* .667
* .745
* .459 1 .753
*
Sig. (2-tailed) .002 .217 .301 .053 .014 .035 .035 .013 .182 .012
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JUML
AH
Pearson Correlation .843**
.787*
* .677
* .906
*
*
.897*
*
.833*
*
.926*
*
.860*
*
.898*
* .753
* 1
Sig. (2-tailed) .002 .007 .031 .000 .000 .003 .000 .001 .000 .012
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level
(2-tailed).
Lampiran 17
RELIABILITY
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=MEANS.
Reliability
Notes
Output Created 06-Sep-2018 19:09:50
Comments
Input Data D:skripsiaaa\VALIDITAS\Sikap\SP
SS SIKAP.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 10
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5
B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
/SCALE('ALL VARIABLES')
ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE
SCALE
/SUMMARY=MEANS.
Resources Processor Time 00:00:00.031
Elapsed Time 00:00:00.010
[DataSet0] D:skripsiaaa\VALIDITAS\Sikap\SPSS SIKAP.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.786 .963 11
Lampiran18
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah
0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000
2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990
3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911
4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741
5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509
6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249
7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983
8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721
9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470
10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233
11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010
12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800
13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604
14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419
15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247
16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084
17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932
18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788
19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652
20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524
21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402
22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287
23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178
24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074
25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974
26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880
27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790
28 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703
29 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620
30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541
31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465
32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392
33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322
34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254
35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189
36 0.2709 0.3202 0.3760 0.4128 0.5126
37 0.2673 0.3160 0.3712 0.4076 0.5066
38 0.2638 0.3120 0.3665 0.4026 0.5007
39 0.2605 0.3081 0.3621 0.3978 0.4950
40 0.2573 0.3044 0.3578 0.3932 0.4896
41 0.2542 0.3008 0.3536 0.3887 0.4843
42 0.2512 0.2973 0.3496 0.3843 0.4791
43 0.2483 0.2940 0.3457 0.3801 0.4742
44 0.2455 0.2907 0.3420 0.3761 0.4694
45 0.2429 0.2876 0.3384 0.3721 0.4647
46 0.2403 0.2845 0.3348 0.3683 0.4601
47 0.2377 0.2816 0.3314 0.3646 0.4557
48 0.2353 0.2787 0.3281 0.3610 0.4514
49 0.2329 0.2759 0.3249 0.3575 0.4473
50 0.2306 0.2732 0.3218 0.3542 0.4432
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21